laporan krim gentamisin sulfat_ajeng septhiani.docx

73
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI SEDIAAN LIQUIDA DAN SEMISOLIDA “Sediaan Krim dengan Bahan Aktif Gentamisin Sulfat” Disusun oleh: Nama : Ajeng Septhiani NIM : P17335114034 Kelompok : IV (empat) Kelas : I-A Dosen Pembimbing: Hanifa Rahma, M. Si., Apt.

Upload: ajengsepthiani

Post on 10-Dec-2015

1.373 views

Category:

Documents


201 download

TRANSCRIPT

Page 1: Laporan krim Gentamisin Sulfat_Ajeng Septhiani.docx

LAPORAN PRAKTIKUM

TEKNOLOGI SEDIAAN LIQUIDA DAN SEMISOLIDA

“Sediaan Krim dengan Bahan Aktif Gentamisin Sulfat”

Disusun oleh:

Nama : Ajeng Septhiani

NIM : P17335114034

Kelompok : IV (empat)

Kelas : I-A

Dosen Pembimbing: Hanifa Rahma, M. Si., Apt.

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES BANDUNG

JURUSAN D-III FARMASI

2015

Page 2: Laporan krim Gentamisin Sulfat_Ajeng Septhiani.docx

SEDIAAN KRIM DENGAN BAHAN AKTIF GENTAMISIN

SULFAT DENGAN KADAR 0,1%

I. TUJUAN PERCOBAAN

1. Mampu menentuan formula dan mengevaluasi dengan tepat sediaan krim

dengan bahan aktif gentamisin sulfat.

II. LATAR BELAKANG

Pada praktikum ini akan dibuat sediaan krim dengan bahan aktif gentamisin sulfat.

Krim adalah bentuk sediaan setengah padat mengandung satu atau lebih bahan obat terlarut

atau terdispersi dalam bahan dasar yang sesuai (Kemenkes RI, 2014). Krim merupakan istilah

yang digunakan dalam dunia farmasi, kedokteran dan kosmetik. Krim biasanya digunakan

untu pemakaian pada kulit atau membran mukosa. Krim adalah sediaan solid kental,

umumnya berupa emulsi M/A (krim berair) atau emulsi A/M (krim berminyak) (The Council

of The Royal Pharmaceutical Society of Great Britain, 1994). Pada praktikum ini dibuat krim

tipe air dalam minyak. Karena bahan aktif yang digunakan memiliki kelarutan yang larut

dalam air, sehingga bahan aktif disimpan dalam fase dalam yaitu air.

Beberapa keuntungan sediaan krim yaitu mudah dipakai, mudah dicuci dan

dihilangkan dari kulit dan pakaian, tidak lengket untuk tipe minyak dalam air dan

memberikan dispersi obat yang baik pada permukaan kulit.

Gentamisin adalah antibiotik golongan aminoglikosida yang bersifat bakterisida

terhadap banyak bakteri aerob, gram-negatif dan terhadap beberapa strain stafilokokus.

Dalam sel, aminoglikosida mengikat sub unit ribosom 30S, dan sampai batas tertentu untuk

sub unnit ribosom 50S, menghambat sintesis protein dan menghasilkan kesalahan dalam

transkripsi kode genetik bakteri. Organisme patogen berikut biasanya sensitif terhadap

gentamisin, diantaranya: strain Gram-negatif, spesies Brucella, Calymmatobacterium,

Campylobacter, Citrobacter, Escherichia, Enterobacter, Francisella, Klebsiella, Proteus,

Providencia, Pseudomonas, Serratia, Vibrio, Yersini dan Neisseria. Di antara organisme

Gram-positif seperti strain Staphylococcus aureus, Listeria monocytogenes dan beberapa

strain Staphylococcus epidermidis, Enterococci dan Streptococcus. (Sweetman, 2009).

Gentamisin juga telah diterapkan untuk pemakaian topikal pada infeksi kulit

digunakan gentamisin dengan konsentrasi 0,1%, kadar tersebut merupakan kadar yang

Page 3: Laporan krim Gentamisin Sulfat_Ajeng Septhiani.docx

disarankan, tetapi penggunaan tersebut juga dapat menyebabkan timbulnya resistensi.

Konsentrasi 0,3% digunakan dalam penggunaansediaan topikal untuk mata dan telinga

(Sweetman, 2009).

Sediaan ditujukan untuk penggunaan topikal pada kulit dan gentamisin sulfat sebagai

bahan aktif memiliki kelarutan yang larut dalam air (Kemenkes RI, 2014), maka dibuat

sediaan krim tipe air dalam minyak agar bahan aktif yaitu gentamisin berada di fase dalam

yaitu air. Selain itu bahan aktif memiliki pemerian yang tidak berbau, untuk menambah nilai

tampilan dalam hal aroma dan untuk meningkatkan akseptabilitas pasien maka pada sediaan

ditambahkan pengaroma.

Dosis pemakaian krim gentamisin sulfat yaitu 2 sampai 3 kali sehari, dioleskan

(Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 1978).

III. TINJAUAN PUSTAKA

1. Bahan aktif : Gentamisin Sulfat

Zat Aktif Gentamisin Sulfat

Struktur

(Martindale

36th ed. 2009, p: 282)

Page 4: Laporan krim Gentamisin Sulfat_Ajeng Septhiani.docx

Rumus

molekul

(British Pharmacopoeia 2009, p: 2751)

Titik lebur 218-237ºC

(http://www.chemicalbook.com/ChemicalProductProperty_E

N_CB2733991.htm)

Pemerian Serbuk; putih sampai kekuning-kuningan. (FI V hlm. 491)

Kelarutan Larut dalam air; tidak larut dalam etanol, dalam aseton, dalam

kloroform, dalam eter dan dalam benzen. (FI V hlm. 491)

Stabilitas Panas: Gentamisin Sulfat bila disimpan pada suhu 4º atau

25º dalam jarum suntik plastik sekali pakai selama 30

hari menimbulkan endapan cokelat dibeberapa kasus.

(Martindale 36th ed. 2009, p: 282)

Cahaya: Tidak ditemukan dalam literatur Martindale 36th

ed. 2009, JP 15th ed., BP ed. 2009, FI V, European pharm

5th ed., USP 30-NF 25, TPC 12th ed. 1992.

Air: Gentamisin Sulfat dalam larutan air cukup asam

sampai sangat basa secara kimiawi stabil dan

menunjukkan dekomposisi di air buffer mendidih (pH 2-

14). (TPC 12th ed. 1992, p: 880)

pH: Larutan Gentamisin Sulfat dalam pH asam mungkin

membasakan karbondioksida. (Martindale 36th ed. 2009,

p: 282)

Inkompabilitas Aminoglikosida yang aktif dalam vitro oleh berbagai penisilin

dan sefalosporin melalui interaksi dengan cincin beta-laktam,

tingkat inaktivasi tergantung pada suhu, konsentrasi, dan

durasi kontak. Perbedaan aminoglikosida bervariasi dalam

stabilitas mereka, dengan amikasin rupanya yang paling tahan

Page 5: Laporan krim Gentamisin Sulfat_Ajeng Septhiani.docx

dan tobramycin paling rentan terhadap inaktivasi; gentamisin

dan netilmisin adalah stabilitas menengah. Beta laktam juga

bervariasi dalam kemampuan mereka untuk menghasilkan

inaktivasi, dengan ampisilin, benzilpenisilin, penisilin dan

antipseudomonal seperti karbenisilin dan tikarsilin

memproduksi inaktivasi ditandai. Inaktivasi juga telah

dilaporkan dengan asam klavulanat. Gentamisin juga tidak

sesuai dengan furosemid, heparin, sodium bikarbonat (pH

asam larutan gentamisin mungkin membebaskan karbon

dioksida), dan beberapa solusi untuk nutrisi parenteral.

Interaksi dengan persiapan memiliki pH basa (seperti

sulfadiazin sodium) , atau obat yang tidak stabil pada pH asam

( misalnya eritromisin garam ), yang cukup dapat diharapkan .

Mengingat potensi mereka untuk ketidakcocokan, gentamisin

dan lainnya aminoglikosida harus umumnya tidak dicampur

dengan obat lain dalam jarum suntik atau larutan infus atau

diberikan melalui intravena yang sama

line. Ketika aminoglikosida diberikan dengan beta laktam,

mereka umumnya harus diberikan pada lokasi terpisah.

(Martindale 36th ed. 2009, p: 282)

Keterangan

lain

Merupakan antibiotik golongan aminoglikosida yang memiliki

aksi bakterisida terhadap banyak bakteri aerob, gram negatif

dan terhadap beberapa strain stafilokokus. (Martindale 36th ed.

2009, p: 282)

Penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat. (FI V hlm. 492)

Kadar

penggunaan

Dalam sediaan digunakan Gentamisin Sulfat dengan kadar

0,1%.

2. Parafin Cair

Page 6: Laporan krim Gentamisin Sulfat_Ajeng Septhiani.docx

Zat Parafin Cair

Sinonim Avatech; Drakeol; minyak mineral berat; petrolatum cair berat;

petrolatum cair; minyak parafin; paraffinum Liquidum; Sirius;

putih minyak mineral. (HOPE 6th ed. 2009 p: 445)

Struktur Tidak ditemukan dalam literatur Martindale 36th ed. 2009, JP

15th ed., BP ed. 2009, FI V, European pharm 5th ed., USP 30-

NF 25, TPC 12th ed. 1992.

Rumus

molekul

C14-C18 (HOPE 6th ed. 2009 p: 446)

Titik lebur 20ºC

(http://www.perrigo.com.au/upload/product/document/LIQ014

77F_MSDS.pdf)

Pemerian Cairan berminyak, jernih, tidak berwarna, bebas atau praktis

bebas dari fluoresensi. Dalam keadaan dingin tidak berbau,

tidak berasa dan jika dipanaskan berbau minyak tanah lemah.

(FI V hlm. 869)

Kelarutan Parafin Cair tidak larut dalam air, dan dalam etanol; larut

dalam minyak menguap; dapat bercampur dengan minyak

lemak; tidak bercampur dengan minyak jarak. (FI V hlm.869)

Stabilitas Minyak mineral mengalami oksidasi bila terkena panas dan

cahaya. Oksidasi dimulai dengan pembentukan peroksida,

yang menunjukkan periode induksi. Dalam kondisi biasa,

periode induksi mungkin waktu berbulan-bulan atau bertahun-

tahun. Namun, setelah jejak peroksida adalah terbentuk,

oksidasi lebih lanjut autokatalitik dan hasil yang sangat

cepat. Hasil oksidasi dalam pembentukan aldehid dan

asam organik, yang memberi rasa dan bau. Stabilizer mungkin

ditambahkan untuk menghambat oksidasi; hydroxyanisole

butylated, butylated hydroxytoluene, dan alpha tocopherol

yang paling umum digunakan antioksidan. (HOPE 6th ed. 2009

Page 7: Laporan krim Gentamisin Sulfat_Ajeng Septhiani.docx

p: 446)

Inkompabilitas Parafin cair inkompatibel dengan oksidator kuat. (HOPE 6th

ed. 2009 p: 446)

Keterangan

lain

Kegunaan: emolien; pelumas; pelarut; adjuvant vaksin.

(HOPE 6th ed. 2009 p: 445)

Penyimpanan Parafin cair harus disimpan dalam wadah kedap udara,

dilindungi dari cahaya, di tempat yang sejuk dan kering.

(HOPE 6th ed. 2009 p: 446)

Kadar

penggunaan

Salep optalmik : 3,0 – 60,0%

Sediaan otik : 0,5 – 3,0%

Emulsi topikal : 1,0 – 32,0%

Larutan topikal : 1,0 – 20,0%

Salep topikal : 0,1 – 95,0%

(HOPE 6th ed. 2009 p: 446)

Dalam sediaan digunakan parafin cair sebanyak 5%.

3. Cetostearyl Alkohol

Zat Cetostearyl Alkohol

Sinonim Stearil alkohol; setil stearil alkohol; Crodacol CS90; Lanette O;

Speziol C16-18 Pharma; Tego Alkanol 1618; Tego Alkanol 6855.

(HOPE 6th ed. 2009 p: 150)

Struktur Tidak ditemukan dalam literatur Martindale 36th ed. 2009, JP 15th

ed., BP ed. 2009, FI V, European pharm 5th ed., USP 30-NF 25,

TPC 12th ed. 1992.

Rumus

molekul

Setostearil alkohol campuran alkohol alifatik padat terutama

terdiri dari stearil (C18H38O) dan setil (C16H34O) alkohol. (HOPE

6th ed. 2009 p: 150)

Titik lebur 49–56 °C (HOPE 6th ed. 2009 p: 150)

Page 8: Laporan krim Gentamisin Sulfat_Ajeng Septhiani.docx

Pemerian Massa putih atau warna krem, serpihan, pellet, atau granul.

Mempunyai karakteristik aroma manis yang lemah. Pada

pemanasan, cetostearil alcohol melebur menjadi cairan bebas

bahan tersuspensi, jernih, tidak berwarna atau kuning pucat.

(HOPE 6th ed. 2009 p: 150)

Kelarutan Larut dalam etanol (95%), eter dan minyak; praktis tidak larut

dalam air. (HOPE 6th ed. 2009 p: 150)

Stabilitas Cetostearil alkohol stabil di bawah kondisi normal penyimpanan.

Cetostearil alkohol harus disimpan di wadah tertutup baik, tempat

sejuk dan kering. (HOPE 6th ed. 2009 p: 150)

Inkompabilita

s

Inkompatibel dengan oksidator kuat dan garam logam. (HOPE 6th

ed. 2009 p: 150)

Keterangan

lain

Emolien, emulgator, peningkat viskositas. (HOPE 6th ed. 2009 p:

150)

Penyimpanan Dalam wadah tertutup baik, jauh dari oksidator kuat, di tempat

sejuk dan kering. (HOPE 6th ed. 2009 p: 150)

Kadar

penggunaan

2–5 % (HOPE 6th ed. 2009 p: 150)

Dalam sediaan kadar yang digunakan adalah 5%.

4. Cetomacrogolum 1000

Zat Cetomacrogolum 1000

Sinonim Collone NI; Crodex N; Emulgade 1000 NI; Ester Wax NF;

Lipowax P; Masurf Emulsifying Wax NF; Permulgin D;

Polawax; Ritachol 2000; T-Wax. (HOPE 6th ed. 2009 p: 777)

Struktur

Page 9: Laporan krim Gentamisin Sulfat_Ajeng Septhiani.docx

(http://apps.who.int/phint/en/p/docf/)

Rumus

molekul

(C2H4O)nC16H34O (http://apps.who.int/phint/en/p/docf/)

Titik lebur Tidak kurang dari 38 °C. (http://apps.who.int/phint/en/p/docf/)

Pemerian Putih atau putih pucat lilin padat atau serpihan yang mencair

ketika dipanaskan untuk memberikan cairan hampir tidak

berwarna yang jelas. Lilin pengemulsi nonionik memiliki bau

samar dari setostearil alkohol. (HOPE 6th ed. 2009 p: 777)

Kelarutan Praktis tidak larut dalam air (formula emulsi), larut dalam alkohol

dan mudah larut dalam eter, kloroform, lebih larut dalam pada

pelarut hidrokarbon dan aerosol propellants. (HOPE 6th ed. 2009

p: 777)

Stabilitas Cetomacrogolum 1000 merupakan bahan stabil dan harus

disimpan dalam wadah tertutup baik ditempat yang sejuk dan

kering. (HOPE 6th ed. 2009 p: 777)

Inkompabilita

s

Cetomacrogolum 1000 inkompatibel dengan tannin, phenol dan

bahan fenolik, resirsinol dan benzokain. Dapat mengurangi

khasiat antibakteri senyawa amonium kuartener. (HOPE 6th ed.

2009 p: 777)

Keterangan

lain

Emulsifying agent; solubilizing agent; stiffening agent. (HOPE

6th ed. 2009 p: 777)

Penyimpanan Cetomacrogolum 1000 harus disimpan dalam wadah tertutup

baik ditempat yang sejuk dan kering. (HOPE 6th ed. 2009 p: 777)

Kadar

penggunaan

Emulsifying agent dengan konsentrasi 15% untuk krim. (HOPE

6th ed. 2009 p: 777)

Dalam sediaan kadar yang digunakan adalah 3%.

5. BHT (Butil Hidroksi Toluen)

Zat BHT (Butil Hidroksi Toluen)

Page 10: Laporan krim Gentamisin Sulfat_Ajeng Septhiani.docx

Sinonim Agidol; BHT; 2,6-bis(1,1-dimethylethyl)-4-methylphenol;

butyl-hydroxytoluene; butylhydroxytoluenum; Dalpac;

dibutylated hydroxytoluene; 2,6-di-tert-butyl-p-cresol; 3,5-di-

tert-butyl-4-hydroxytoluene; E321; Embanox BHT; Impruvol;

Ionol CP;Nipanox BHT;OHS28890;Sustane;Tenox

BHT;Topanol;Vianol. (HOPE 6th ed. 2009 p: 75)

Struktur

(HOPE 6th ed. 2009 p: 75)

Rumus

molekul

C15H24O (HOPE 6th ed. 2009 p: 75)

Titik lebur 70ºC.(HOPE 6th ed. 2009 p: 75)

Pemerian Butylated hydroxyl toluene merupakan kristal padat berwarna

kuning putih atau pucat dengan bau fenolik yang samar.

(HOPE 6th ed. 2009 p: 75)

Kelarutan Praktis tidak larut dalam air, gliserin, propilenglikol, solusi

hidroksida alkali, dan asam mineral berair. Bebas larut dalam

aseton, benzena, etanol (95%), eter, methanol, toluene, minyak

tetap, dan minyak mineral. Lebih larut dari butylated

hydroxyanisole dalam minyak dan lemak makanan. (HOPE 6th

ed. 2009 p: 75)

Stabilitas Paparan cahaya, kelembaban, dan panas menyebabkan

perubahan warna dan hilangnya aktivitas. (HOPE 6th ed. 2009

p: 76)

Inkompabilitas Butylated hydroxytoluene adalah fenolik dan mengalami

Page 11: Laporan krim Gentamisin Sulfat_Ajeng Septhiani.docx

reaksi karakteristik fenol. Hal ini tidak kompatibel dengan

oksidator kuat seperti peroksida dan permanganates. Kontak

dengan agen oksidasi dapat menyebabkan pembakaran

spontan. Garam besi menyebabkan perubahan warna dengan

hilangnya aktivitas. Pemanasan dengan jumlah katalitik asam

menyebabkan dekomposisi yang cepat dengan rilis dari

isobutene gas yang mudah terbakar. (HOPE 6th ed. 2009 p:

76)

Keterangan

lain

Kegunaan: Antioksidan. (HOPE ed. 6th p: 75)

Penyimpanan Butylated hydroxytoluene harus disimpan dalam wadah

tertutup baik, terlindung dari cahaya, di tempat yang sejuk dan

kering. (HOPE ed. 6th p: 76)

Kadar

penggunaan

ß-Carotene 0.01%

Edible vegetable oils 0.01%

Minyak esensial and perasa 0.02–0.5%

Fats and oils 0.02%

Minyak ikan 0.01–0.1%

Inhalasi 0.01%

Injeksi IM 0.03%

Injeksi IV 0.0009–0.002%

Formulasi Topikal 0.0075–0.1%

Vitamin A 10 mg per juta unit (HOPE 6thed. 2009 p: 75)

Kadar yang digunakan pada sediaan : 0,01%.

6. Na-EDTA

Zat Na-EDTA

Page 12: Laporan krim Gentamisin Sulfat_Ajeng Septhiani.docx

Sinonim Edetas Dinatrii; EDTA disodium; etilendiaminatetraasetat

disodium; edathamil disodium; dinatrium edetat; Asam edetic,

garam disodium. (HOPE 6th ed. 2009 p: 242)

Struktur

(HOPE 6th ed. 2009 p: 242)

Rumus

molekul

C10H14N2Na2O8 (anhydrous)

C10H18N2Na2O10 (dihydrate)

(HOPE 6th ed. 2009 p: 242)

Titik lebur Dekomposisi pada 2528ºC untuk dihidrat. (HOPE 6th ed. 2009

p: 243)

Pemerian Kristal putih, bubuk, tidak berbau dengan rasa sedikit asam.

(HOPE 6th ed. 2009 p: 243)

Kelarutan Na-EDTA praktis tidak larut dalam dalam kloroform dan eter,

sedikit larut dalam etanol (95%), 1 bagian larut dalam 11

bagian air. (HOPE 6th ed. 2009 p: 243)

Stabilitas Na-EDTA kehilangan air kristal jika dipanaskan sampai

120ºC. Larutan encer dinatrium edetat dapat disterilkan dengan

autoclaving. Harus disimpan dalam wadah bebas alkali. Na-

EDTA higroskopis dan tidak stabil bila terkena air. (HOPE 6th

ed. 2009 p: 243)

Inkompabilitas Dinatrium edetat sebagai asam lemah menggeser

karbondioksida dari karbonat dan bereaksi dengan logam

untuk membentuk hidrogen. Hal ini tidak sesuai dengan zat

pengoksidasi kuat, basa kuat, ion logam dan paduan logam.

Page 13: Laporan krim Gentamisin Sulfat_Ajeng Septhiani.docx

(HOPE 6th ed. 2009 p: 243)

Keterangan

lain

Kegunaan: Chellating agent. (HOPE ed. 6th p: 242)

Penyimpanan Na-EDTA higroskopis dan tidak stabil saat terkena

kelembaban. Ini harus disimpan dalam wadah tertutup baik di

tempat yang sejuk, tempat yang kering. (HOPE ed. 6th p: 243)

Kadar

penggunaan

Dinatrium edetat digunakan sebagai agen chelating di

berbagai

sediaan farmasi, termasuk obat kumur, tetes mata

persiapan, dan persiapan topikal, (1-3) biasanya pada

konsentrasi antara 0,005 dan 0,1% w / v.

Kadar yang digunakan pada sediaan : 0,05%.

7. Vaselin Album

Zat Vaselin Album

Sinonim Merkur; mineral jelly; petroleum jelly; Silkolene; Snow White;

SoftWhite; vaselinum flavum; yellow petrolatum; yellow

petroleumjelly.

(Handbook Of Pharmaceutical Excipients 6th Ed 2009, p: 482)

Struktur -

Rumus

molekul

-

Titik lebur 38–60 °C

(Handbook Of Pharmaceutical Excipients 6th Ed 2009, p: 482)

Pemerian Masa lunak, lengket, bening, putih; sifat ini tetap setelah zat

dileburkan dan dibiarkan hingga dingin tanpa diaduk.

Berfluoresensi lemah, juga jika dicairkan; tidak berbau; hampir

tidak berasa.

Page 14: Laporan krim Gentamisin Sulfat_Ajeng Septhiani.docx

(Farmakope Indonesia Edisi V, hlm 1312)

Kelarutan Praktis tidak larut dalam aseton, etanol. Etanol (95%) panas atau

dingin, gliserin, dan air ; larut dalam benzene, karbon disulfide,

kloroform, eter, heksana, dan minyak atsiri.

(Handbook Of Pharmaceutical Excipients 6th Ed 2009, p: 482)

Stabilitas Petrolatum merupakan bahan stabil karena sifat hidrokarbonnya

tidak aktif; sebagian besar masalah stabilitas terjadi karena

adanya sejumlah kecil kotoran. Pada

paparan cahaya, kotoran ini dapat dioksidasi menjadi

menghitamkan petrolatum dan menghasilkan bau yang tidak

diinginkan. Luasnya oksidasi bervariasi tergantung pada sumber

petrolatum dan tingkat perbaikan. Oksidasi dapat dihambat oleh

dimasukkannya antioksidan yang sesuai seperti

butylatedhydroxyanisole, hydroxytoluenebutylated, atau

alphatocopherol. Petrolatum tidak boleh dipanaskan untuk waktu

yang lama. Suhu yang diperlukan untuk mencapai fluiditas

lengkap (sekitar 70oC). (Handbook Of Pharmaceutical Excipients

6th Ed 2009, p: 482)

Inkompabilita

s

Merupakan bahan inert yang tidak dapat bercampur dengan

banyak bahan.

(Handbook Of Pharmaceutical Excipients 6th Ed 2009, hal 482)

Keterangan

lain

Emolien, basis salep

(Handbook Of Pharmaceutical Excipients 6th Ed 2009, hal 482)

Penyimpanan Harus disimpan di wadah tertutup, terlindungi dari cahaya, dalam

tempat sejuk dan kering.

(Handbook Of Pharmaceutical Excipients 6th Ed 2009, hal 482)

Kadar

penggunaan

Emolien krim topikal : 10-30%

Emulsi topikal : 4- 25%

Page 15: Laporan krim Gentamisin Sulfat_Ajeng Septhiani.docx

Salep topikal : sampai 100%

(Handbook Of Pharmaceutical Excipients 6th Ed 2009, hal 482

Kadar yang digunakan pada sediaan : 25%.)

8. Propilen glikol

Zat Propilen glikol

Sinonim 1,2 - Dihidroksipropana ; E1520 ; 2 - hidroksipropanol ;

metiletilenaglikol ; metilglikol ; propana - 1,2 - diol ;

propilenglikolum . (HOPE 6th ed. 2009 p: 592)

Struktur

(HOPE 6th ed. 2009 p: 592)

Rumus

molekul

C3H8O2 (HOPE 6th ed. 2009 p: 592)

Titik lebur -59 ºC.(HOPE 6th ed. 2009 p: 592)

Pemerian Tidak berwarna, kental, cairan praktis tidak berbau jelas

dengan manis, rasa sedikit pedas menyerupai glisein. (HOPE

6th ed. 2009 p: 592)

Kelarutan Larut dalam aseton, kloroform, etanol 95%, glisein, air, larut

pada 1 dalam 6 bagian eter, tidak larut dalam minyak mineral

ringan atau minyak tetap, tetapi akan melarutkan beberapa

mintak esensial. (HOPE 6th ed. 2009 p: 592)

Stabilitas Pada suhu dingin, propilen glikol stabil dalam wadah yang

tertutup, tetapi pada suhu tinggi, ditempat terbuka cenderung

mengoksidasi sehinggal menimbulkan produk seperti

propionaldehida, asam laktat, asam piruvat, asam asetat.

Propilen glikol secara kimiawi stabil bila dicampur dengan

Page 16: Laporan krim Gentamisin Sulfat_Ajeng Septhiani.docx

etanol 95%, gliserin, air. Larutan dalam air dapat disterilkan

dengan autoklaf. Propilen glikol higroskopis dan harus

disimpan dalam wadah tertutup baik, terlindung dari cahaya,

ditempat sejuk dan kering. (HOPE 6th ed. 2009 p: 593)

Inkompabilitas Propilen glikol tidak kompatibel dengan reagen pengoksidasi

seperti kalsium permanganat.(HOPE 6th ed. 2009 p: 593)

Keterangan

lain

Kegunaan: Pelarut metilparaben dan propilparaben. (HOPE

ed. 6th p: 592)

Penyimpanan Propilen glikol bersifat higroskopis dan harus disimpan dalam

wadah tertutup baik, terlindung dari cahaya, di tempat yang

sejuk dan kering. (HOPE ed. 6th p: 592)

Kadar

penggunaan

Humektan Topikal : 15%

Pengawet larutan dan semisolida : 15-30%

Pelarut atau pelarut campuran :

larutan aerosol : 10-30%

larutan oral : 10-25%

parenteral : 10-60%

Topikal : 5-80% (HOPE 6thed. 2009 p: 592)

Kadar yang digunakan pada sediaan : ? %.

9. Metilparaben

Zat Metilparaben

Sinonim Aseptoform M; CoSept M; E218; metil 4-

hidroksibenzoikasam ester; metagin; Metil Chemosept; metilis

Page 17: Laporan krim Gentamisin Sulfat_Ajeng Septhiani.docx

parahidroksibenzoat;metil p-hidroksibenzoat; Metil Parasept;

Nipagin M; SolbrolM; Tegosept M; Uniphen P-23. (HOPE

6thed. 2009 p: 441)

Struktur

(HOPE 6th ed 2009 p: 441)

Rumus

molekul

C8H8O3(HOPE 6th ed. 2009 p: 441)

Titik lebur 125–1280C (HOPE 6th ed. 2009 p: 443)

Pemerian Hablur kecil, tidak berwara atau serbuk hablur, putih; tidak

berbau atau berbau khas lemah; sedikit rasa terbakar. (FI V

hlm.856)

Kelarutan Sukar larut dalam air, dalam benzen dan dalam karbon

tetraklorida; mudah larut dalam etanol dan dalam eter. (FI IV

hlm.856)

Stabilitas Larutanencer metilparabenpada pH3-6

disterilisasidenganautoklafpada 1200C selama 20 menit,

tanpadekomposisi. Larutanencermetilparaben pada pH 3-6

stabil (kurangdari 10% dekomposisi) sampaisekitar 4 tahun di

suhu kamar, sedangkanlarutanmetilparabenpada pH 8 atau di

atasterjadi hidrolisiscepat (10% ataulebihsetelahsekitar 60

penyimpananharipadasuhukamar). (HOPE 6th ed. 2009 p: 443)

Inkompabilitas Metilparaben telah dilaporkan tidak dapat bercampur

denganbahanlain, sepertibentonit, magnesium trisilikat, talk,

Page 18: Laporan krim Gentamisin Sulfat_Ajeng Septhiani.docx

tragakan, natrium alginat,minyakesensial,sorbitol, dan

atropin. Metilparaben juga bereaksi dengan berbagai gula dan

alcohol gula yang terkait. Penyerapan Metilparaben oleh

plastic juga telah dilaporkan.; jumlah yang diserap tergantung

pada jenis plastik. Telah dinyatakan bahwa low-density dan

high-density polietilen botol tidak menyerap metilparaben.

Metilparaben berubah warna dengan adanya besi dan tunduk

pada hidrolisis oleh basa lemah dan asam kuat. (HOPE 6th ed.

2009 p: 443)

Keterangan

lain

Kegunaan: Pengawet antimikroba. (HOPE 6th ed. 2009 p:

441)

Penyimpanan Metilparaben harus disimpan dalam wadah yang tertutup di

tempat yang sejukdankering. (HOPE 6th ed. 2009 g: 443)

Kadar

penggunaan

Pada sediaan oral dan suspensi : 0,015-0,2% (HOPE 6th ed.

2009 p: 442)

Kadar yang digunakan pada sediaan : 0,53%.

10. Propilparaben

Zat Propilparaben

Sinonim Aseptoform P; CoSept P; E216; propil 4-hidroksibenzoat asam

ester; Nipagin P; Nipasol M; propagin; Propil Aseptoform;

propilbutex; Propil Chemosept; propilparahidroksibenzoat;

propil p hidroksibenzoat; Propil Parasept; Solbrol P; Tegosept

P; Uniphen P-23.(HOPE 6th ed. 2009 p: 596)

Page 19: Laporan krim Gentamisin Sulfat_Ajeng Septhiani.docx

Struktur

(HOPE 6th ed. 2009 p: 596)

Rumus

molekul

C10H12O2(HOPE 6th ed. 2009 p: 596)

Titik lebur 95-99 ºC (www.chemblink.com/products/94-13-3.htm)

Pemerian Serbuk atau hablur kecil, tidak berwarna. (FI V hlm. 1072)

Kelarutan Sangat sukar larut dalam air, sukar larut dalam air mendidih,

mudah larut dalam etanol dan dalam eter. (FI V hlm. 1072)

Stabilitas Larutan encer propilparaben pada pH 3-6 dapat disterilkan

dengan autoklaf, tanpa dekomposisi. Pada pH 3-6, larutan

stabil (kurang dari 10% dekomposisi sampai sekitar 4 tahun

pada suhu kamar, sedangkan pada pH 8 atau diatas akan terjadi

hidrolisis cepat (10% atau lebih setelah 60 hari pada suhu

kamar.(HOPE 6th ed. 2009 p: 597)

Inkompabilitas Aktivitas antimikroba dari propilparaben berkurang jauh pada

surfaktan nonionik sebagai akibat dari micellization.

Penyerapan propilparaben oleh plastik telah dilaporkan,

dengan jumlah yang diserap tergantung pada jenis plastik.

Magnesium silikat alumunium, magnesium trisilikat, oksida

besi kuning, dan biru laut juga telah dilaporkan dapat

menyerap propilparaben sehingga mengurangi efektivitas

pengawet. Propilparaben berubah warna dengan adanya besi

dan terjadi hidrolisis cepat oleh basa lemah dan asam kuat.

(HOPE 6th ed. 2009 p: 597)

Keterangan Pengawet antimikroba.

Page 20: Laporan krim Gentamisin Sulfat_Ajeng Septhiani.docx

lain

ADI metilparaben : 10 mg/kg bb. (HOPE 6th ed. 2009 p: 598)

Penyimpanan Propilparaben harus disimpan dalamwadah yang tertutup

dalam sejuk dan kering. (HOPE 6th ed. 2009 p: 597)

Kadar

penggunaan

Larutan oral dan suspensi : 0,01-0,02%. (HOPE 6th ed. 2009

p: 596)

Kadar yang digunakan pada sediaan : 0,01%.

11. Water

Zat Water

Sinonim Aqua purificata; Hidrogen Oksida. (HOPE6thed. 2009 p: 766)

Struktur H H

O

Rumus

molekul

H2O (HOPE6th ed. 2009 p: 766)

Titik lebur 00C (HOPE6thed. 2009 p: 766)

Pemerian Cairan jernih tidak berwarna, tidak berbau dan tidak berasa.

(HOPE 6thed. 2009 p: 766)

Kelarutan Bercampur dengan sebagian besar pelarut polar. (HOPE 6thed.

2009 p: 766)

Stabilitas Air secara kimiawi stabil di semua keadaan fisiknya, (cair, es

dan uap). (HOPE 6th ed. 2009 p: 766)

Inkompabilitas Dalam formulasi farmasetika air dapat bereaksi dengan obat-

obatan dan eksipien lain yang rentan terhadap hidrolisis

(terdekomposisi dengan adanya air atau uap air) pada

peningkatan suhu, air bereaksi secara kuat dengan logam

Page 21: Laporan krim Gentamisin Sulfat_Ajeng Septhiani.docx

alkali dan bereaksi cepat dengan alkali tanah dan oksidasinya

seperti kalsium oksida dan magnesium oksida. Air juga

bereaksi dengan komposisi yang bervariasi,dengan beberapa

bahan organic dan kalsium karbida. (HOPE6thed. 2009 pg:

768)

Keterangan

lain

Kegunaan: Pelarut. (HOPE 6thed. 2009 p: 766)

Penyimpanan Dalam penyimpanan dan distribusi air harus dilindungi dari

ion dan organik kontaminasi, yang akan menyebabkan

peningkatan konduktivitas dan jumlah karbon organik. Air

juga harus dilindungi terhadap masuknya partikel asing dan

mikroorganisme sehingga pertumbuhan mikroba dapat

dicegah atau diminimalkan. Air untuk tujuan tertentu harus

disimpan dalam wadah yang sesuai. (HOPE6th ed. 2009 p:

766)

SPESIFIKASI SEDIAAN

1. Bentuk sediaan : Krim

2. Warna : Putih

3. Bau : Mawar

4. pH sediaan : 4,5-6,5

5. Kadar sediaan : 0,1%

6. Volume sediaan : 5 gram/tube

7. Viskositas : 10000-20000 cPs

DOSIS

2 sampai 3 kali sehari setelah mandi, dioleskan. (Fornas edisi II 1978 hlm. 135)

TINJAUAN PUSTAKA

Page 22: Laporan krim Gentamisin Sulfat_Ajeng Septhiani.docx

Krim adalah sediaan setengah padat berupa emulsi yang mengandung satu atau lebih

bahan obat terlarut atau terdispersi dalam bahan dasar yang sesuai (mengandung air tidak

kurang dari 60%). Krim ada dua tipe yakni krim tipe M/A dan tipe A/M. Krim yang dapat

dicuci dengan air (M/A), ditujukan untuk penggunaan kosmetika dan estetika. Krim dapat

digunakan untuk pemberian obat melalui vagina (Syamsuni, 2006).

Stabilitas krim akan rusak jika sistem campurannya terganggu oleh perubahan suhu

dan perubahan suhu dan perubahan komposisi ( adanya penambahan salah satu fase secara

berlebihan). Pengenceran krim hanya dapat dilakukan jika sesuai pengenceran yang cocok,

yang harus dilakukan dengan teknik aseptis. Krim yang sudah diencerkan harus digunakan

dalam waktu 1 (satu) bulan (Syamsuni, 2006).

Basis pada krim dan salep adalah sama, terbagi menjadi 4 kelompok, yaitu:

A. Basis berminyak/hidrokarbon (oleagenous)

Basis hidrokarbon juga dikenal sebagai basis berminyak, bebas air, inkoporasi air

hanya dalam jumlah kecil dan dengan kondisi yang cukup sulit. Peran utama untuk basis ini

meliputi efek emuliensa (melunakkan), dapat bertahan pada kulit untuk periode waktu yang

cukup lama, mencegah penguapan kelengasan kelembaban dari kulit menuju atmosfer dan

tidak mudah tercuci. Basis hidrokarbon berkerja pula sebagai pembalut oklusif sehingga

meningkatkan hidrasi kulit dengan cara menurunkan kecepatan hilangnya air permukaan.

Juga tidak mengering atau berubah pada proses penuaan. Basis hidrokarbon semisolida

meliputi hidrokarbon cair C16 hingga C30 rantai lurus dan bercabang, terjerat dalam matriks

kristal halus dari hidrokarbon solida berbobot molekul tinggi.

B. Basis absorpsi (absorption base)

Basis absorpsi bersifat hidrofilik, material anhidrous atau basis hidrous (emulsi A/M)

yang mempunyai kemampuan mengabsorpsi air tambahan. Dengan penambahan lanolin,

lanolin isolat, kolesterol, lanosterol atau sterol terasetilasi membuat basis hidrokarbon

menjadi hidrofil. Campuran hidrofil tersebut dikenal sebagai basis absorpsi, hanya saja kata

absorpsi kurang tepat. Walaupun basis mengabsorpsi larutan air dianggap emulsi A/M,

sebetulnya basis absorpsi tidak mengabsorpsi air pada saat berkontak, hanya sesudah cukup

diagitasi basis absorpsi menjadi salap konvesional yang mengandung pengemulsi A/M dalam

jumlah yang cukup besar.

Page 23: Laporan krim Gentamisin Sulfat_Ajeng Septhiani.docx

C. Basis tercuci air (water removable base)

Kelompok ini merupakan basis emulsi yang luas digunakan karena dapat tercuci dari

kulit atau pakaian dengan air. Dapat mengandung komponen larut air atau tidak larut air. Dari

sudut teurapeutik, basis tercuci air menunjukkan kemampuan mengabsorpsi buangan serum

(serous) pada kondisi dermatologi.

Basis tercuci air membentuk lapis tipis (film) semi permeabel pada lokasi aplikasi sesudah

penguapan air. Dalam hal ini basis terdiri dari 3 bagian komponen; fasa minyak, pengemulsi,

dan fasa air. Fasa minyak merupakan fasa internal, terdiri dari petrolatum atau liquid

petrolatum. Komponen lain yang ditambahkan ke dalam fasa minyak, seperti setil dan stearil

alkohol, membentuk fasa minyak secara menyeluruh.

D. Basis larut air (water soluble base)

Basis ini hanya mengandung komponen larut air. Basis larut air diacu juga sebagai

bebas lemak (minyak) karena tidak mengandung minyak (oleagenious). Inkoporasi larutan air

sulit dilakukan karena sistem akan segera melunak dengan penambahan air, baik digunakan

untuk bahan nonair maupun bahan padat. Mayoritas komponen basis terdiri dari

polietilenglikol yang merupakan basis larut air (Agoes, 2012).

Penggolongan Krim

Krim terdiri dari emulsi minyak dalam air atau disperse mikrokristal asam–asam

lemak atau alkohol berantai panjang dalam air, yang dapat dicuci dengan air dan lebih

ditujukan untuk pemakain kosmetika dan estetika. Krim dapat juga digunakan untuk

pemberian obat melalui vaginal. Ada 2 tipe krim yaitu krim tipe minyak dalam air (m/a) dan

krim tipe air dalam minyak (a/m). Pemilihan zat pengemulsi harus disesuaikan dengan jenis

dan sifat krim yang dikehendaki. Untuk krim tipe a/m digunakan sabun polivalen, span, adeps

lanae, kolsterol dan cera. Sedangkan untuk krim tipe m/a digunakan sabun monovalen,

seperti trietanolamin, natrium stearat, kalium stearat dan ammonium stearat. Selain itu juga

dipakai tween, natrium lauryl sulfat, kuning telur, gelatinum, caseinum, cmc dan

emulygidum. Kestabilan krim akan terganggu/rusak jika sistem campurannya terganggu,

terutama disebabkan oleh perubahan suhu dan perubahan komposisi yang disebabkan

perubahan salah satu fase secara berlebihan atau zat pengemulsinya tidak tercampurkan satu

sama lain.

Page 24: Laporan krim Gentamisin Sulfat_Ajeng Septhiani.docx

Pengenceran krim hanya dapat dilakukan jika diketahui pengencernya yang cocok dan

dilakukan dengan teknik aseptic. Krim yang sudah diencerkan harus digunakan dalam jangka

waktu 1 bulan. Sebagai pengawet pada krim umumnya digunakan metil paraben (nipagin)

dengan kadar 0,12% hingga 0,18% atau propil paraben (nipasol) dengan kadar 0,02% hingga

0,05%. Penyimpanan krim dilakukan dalam wadah tertutup baik atau tube ditempat sejuk,

penandaan pada etiket harus juga tertera ’’obat luar’’. Cream M/A Biasanya digunakan pada

kulit, mudah dicuci, sebagai pembawa dipakai pengemulsi campuran surfaktan. Sistem

surfaktan ini juga bisa mengatur konsistensi.  Campuran Pengemulsi Yang Sering Dipakai :

Sifat Emulsi M/A Untuk Basis Cream : Dapat diencerkan dengan air. Mudah dicuci

dan tidak berbekas. Untuk mencegah terjadinya pengendapan zat maka ditambahkan zat yang

mudah bercampur dengan air tetapi tidak menguap (propilen glikol). Formulasi yang baik

adalah cream yang dapat mendeposit lemak dan senyawa pelembab lain sehingga membantu

hidrasi kulit.    Cream A/M Konsistensi dapat bervariasi, sangat tergantung pada komposisi

fasa minyak & fasa cair. Cream ini mengandung zat pengemulsi A/M yang spesisifik,

seperti : Ester asam lemak dengan sorbitol. Garam– garam dari asam lemak dengan logam

bevalensi (Ansel, 1989).

Alasan Pembuatan Sediaan Krim

Alasan Pembuatan  Alasan pembuatan preparat ini untuk mendapatkan efek emolien

atau pelembut jaringan dari preparat tersebut dan keadaan permukaan kulit. Karena emulsi

yang dipakai pada kulit sebagai obat luar bisa dibuat sebagai emulsi m/a (minyak dalam air)

atau emulsi a/m (air dalam minyak), tergantung pada berbagai faktor seperti sifat zat

terapeutik yang akan dimasukan ke dalam emulsi. Zat obat yang akan mengiritasi kulit

umumnya kurang mengiritasi jika ada dalam fase luar yang mengalami kontak langsung

dengan kulit. Tentu saja dapat bercampurnya dan kelarutan dalam air dan dalam minyak dari

zat obat yang digunakan dalam preparat yang di emulsikan menentukan banyaknya pelarut

yang harus ada dan sifatnya yang meramalkan fase emulsi yang dihasilkan .

Pada kulit yang tidak luka, suatu emulsi air dalam minyak biasanya dapat dipakai

lebih rata karena kulit diselaputi oleh suatu lapisan tipis dari sabun dan permukaan ini lebih

mudah dibasahi oleh minyak daripada oleh air. Suatu emulsi air dalam minyak juga lebih

lembut ke kulit, karena ia mencegah mengeringnya kulit dan tidak mudah hilang bila kena

air. Sebaliknya jika diinginkan preparat yang mudah dihilangkan dari kulit dengan air, harus

dipilih suatu emulsi minyak dalam air, harus dipilih suatu emulsi minyak dalam air. Seperti

Page 25: Laporan krim Gentamisin Sulfat_Ajeng Septhiani.docx

untuk absorpsi, abnsorpsi melalui kulit (absorpsi perkutan) bisa ditambah dengan mengurangi

ukuran partikel dari fase dalam (Ansel, 1989).

Kelebihan menggunakan sediaan cream adalah:

- Mudah menyebar rata

- Praktis

- Lebih mudah dibersihkan atau dicuci dengan air terutama tipe m/a (minyak dalam air)

- Cara kerja langsung pada jaringan setempat

- Tidak lengket, terutama pada tipe m/a ( minyak dalam air )

- Bahan untuk pemakaian topical jumlah yang diabsorpsi tidak cukup beracun, sehingga

pengaruh aborpsi biasanya tidak diketahui pasien.

- Aman digunakan dewasa maupun anak– anak.

- Memberikan rasa dingin, terutama pada tipe a/m ( air dalam minyak )

- Bisa digunakan untuk mencegah lecet pada lipatan kulit terutama pada bayi, pada fase

a/m ( air dalam minyak ) karena kadar lemaknya cukup tinggi.

- Bisa digunakan untuk kosmetik, misalnya mascara, krim mata, krim kuku, dan deodorant.

- Bisa meningkatkan rasa lembut dan lentur pada kulit, tetapi tidak menyebabkan kulit

berminyak (Ansel, 1989).

Kekurangan menggunakan Sediaan Krim adalah :

- Mudah kering dan mudah rusak khususnya tipe a/m ( air dalam minyak ) karena

terganggu system campuran terutama disebabkan karena perubahan suhu dan perubahan

komposisi disebabkan penambahan salah satu fase secara berlebihan atau pencampuran 2

tipe crem jika zat pengemulsinya tidak tersatukan.

- Susah dalam pembuatannya, karena pembuatan cream mesti dalam keadaan panas.

- Mudah lengket, terutama tipe a/m ( air dalam minyak )

- gampang pecah, disebabkan dalam pembuatan formulanya tidak pas.

- pembuatannya harus secara aseptic

- Pada kulit yang tidak luka, suatu emulsi air dalam minyak biasanya dapat dipakai lebih

rata karena kulit diselaputi oleh suatu lapisan tipis dari sabun dan permukaan ini lebih

mudah dibasahi oleh minyak daripada oleh air. Suatu emulsi air dalam minyak juga lebih

lembut ke kulit, karena ia mencegah mengeringnya kulit dan tidak mudah hilang bila

kena air. Sebaliknya jika diinginkan preparat yang mudah dihilangkan dari kulit dengan

air, harus dipilih suatu emulsi minyak dalam air, harus dipilih suatu emulsi minyak dalam

Page 26: Laporan krim Gentamisin Sulfat_Ajeng Septhiani.docx

air. Seperti untuk absorpsi, abnsorpsi melalui kulit (absorpsi perkutan) bisa ditambah

dengan mengurangi ukuran partikel dari fase dalam (Ansel, 1989).

-

Formulasi dan Metode Pembuatan

Formula pembentuk krim: Krim merupakan sediaan semi solid, berupa emulsi minyak

dalam air atau air dalam minyak. Berikut ini adalah bahan–bahan penyusun sediaan krim:

- Zat berkhasiat

Sifat fisika dan kimia dari bahan atau zat berkhasiat dapat menentukan cara

pembuatan dan tipe krim yang dapat dibuat, apakah krim tipe minyak dalam air atau tipe air

dalam minyak.

- Minyak

Salah satu fase cair yang bersifat nonpolar

- Air.

Salah satu fase cair yang bersifat polar. Untuk pembuatan digunakan air yang telah

dididihkan dan segera digunakan setelah dingin.

- Pengemulsi

Umumnya berupa surfaktan anion, kation atau nonion.pemilihan surfaktan didasarkan

atas jenis dan sifat krim yang dikehendaki. Untuk krim tipe minyak–air digunakan zat

pengemulsi seperti trietanolaminil stearat dan golongan sorbitan, polisorbat, poliglikol,

sabun. Untuk membuat krim tipe air-minyak digunakan zat pengemulsi seperti lemak bulu

domba, setil alkohol, stearil alkohol, setaseum dan emulgida (Ansel, 1989).

Bahan tambahan; Untuk sediaan semi solid agar peningkatan penetrasi pada

kulit:

- Zat untuk memperbaiki konsistensi Konsistensi

Sediaan topikal diatur untuk mendapatkan bioavabilitas yang maksimal, selain itu

juga dimaksudkan untuk mendapatkan formula yang “estetis” dan “acceptable”. Konsistensi

yang disukai umumnya adalah sediaan yang dioleskan, tidak meninggalkan bekas, tidak

terlalu melekat dan berlemak. Hal yang penting lain adalah mudah dikeluarkan dari tube.

Perbaikan konsistensi dapat dilakukan dengan mengatur komponen sediaan emulsi

diperhatikan ratio perbandingan fasa. Untuk krim adalah jumlah konsentrat campuran zat

pengemulsi.

- Zat pengawet.

Page 27: Laporan krim Gentamisin Sulfat_Ajeng Septhiani.docx

Pengawet yang dimaksudkan adalah zat yang ditambahkan dan dimaksudkan untuk

meningkatkan stabilitas sediaan dengan mencegah terjadinya kontaminasi mikroorganisme.

Karena pada sediaan krim mengandung fase air dan lemak maka pada sediaan ini mudah

ditumbuhi bakteri dan jamur. Oleh karena itu perlu penambahan zat yang dapat mencegah

pertumbuhan mikroorganisme tersebut. Zat pengawet yang digunakan umumnya metil

paraben 0.12 % sampai 0,18 % atau propil paraben 0,02% - 0,05 %.

- Pendapar

Pendapar dimaksudkan untuk mempertahankan pH sediaan untuk menjaga stabilitas

sediaan. pH dipilih berdasarkan stabilitas bahan aktif. Pemilihan pendapar harus

diperhitungkan ketercampurannya dengan bahan lainnya yang terdapat dalam sediaan,

terutama pH efektif untuk pengawet. Perubahan pH sediaan dapat terjadi karena: perubahan

kimia zat aktif atau zat tambahan dalam sediaan pada penyimpanan karena mungkin

pengaruh pembawa atau lingkungan. Kontaminasi logam pada proses produksi atau wadah

(tube) seringkali merupakan katalisator bagi pertumbuhan kimia dari bahan sediaan.

- Pelembab

Pelembab atau humectan ditambahkan dalam sediaan topical dimaksudkan untuk

meningkatkan hidrasi kulit. Hidrasi pada kulit menyebabkan jaringan menjadi lunak,

mengembang dan tidak berkeriput sehingga penetrasi zat akan lebih efektif. Contoh zat

tambahan ini adalah: gliserol, PEG, sorbitol.

- Pengompleks (sequestering)

Pengompleks adalah zat yang ditambahkan dengan tujuan zat ini dapat membentuk

kompleks dengan logam yang mungkin terdapat dalam sediaan, timbul pada proses

pembuatan atau pada penyimpanan karena wadah yang kurang baik. Contoh : Sitrat, EDTA,

dsb.

- Anti Oksidan

Antioksidan dimaksudkan untuk mencegah tejadinya ketengikan akibat oksidasi oleh

cahaya pada minyak tidak jenuh yang sifatnya autooksidasi, antioksidan terbagi atas : a. Anti

oksidan sejati (anti oksigen) Kerjanya: mencegah oksidasi dengan cara bereaksi dengan

radikal bebas dan mencegah reaksi cincin. Contoh: tokoferol, alkil gallat, BHA, BHT. b. Anti

oksidan sebagai agen produksi. Zat-zat ini mempunyai potensial reduksi lebih tinggi sehingga

lebih mudah teroksidasi dibandingkan zat yang lain kadang–kadang bekerja dengan cara

bereaksi dengan radikal bebas. Contoh; garam Na dan K dari asam sulfit. c. Anti oksidan

sinergis. Yaitu senyawa yang bersifat membentuk kompleks dengan logam, karena adanya

sedikit logam dapat merupakan katalisator reaksi oksidasi. Contoh: sitrat, tartrat, EDTA.

Page 28: Laporan krim Gentamisin Sulfat_Ajeng Septhiani.docx

- Peningkat Penetrasi.

Zat tambahan ini dimaksudkan untuk meningkatkan jumlah zat yang terpenetrasi agar

dapat digunakan untuk tujuan pengobatan sistemik lewat dermal (kulit).

Syarat-syarat:

- Tidak mempunyai efek farmakologi.

- Tidak menyebabkan iritasi alergi atau toksik.

- Bekerja secara cepat dengan efek terduga (dapat diramalkan).

- Dapat dihilangkan dari kulit secara normal.

- Tidak mempengaruhi cairan tubuh, elektrolit dan zat endogen lainnya.

- Dapat bercampur secara fisika dan kimia dengan banyak zat.

- Dapat berfungsi sebagai pelarut obat dengan baik.

- Dapat menyebar pada kulit.

- Dapat dibuat sebagai bentuk sediaan.

- Tidak berwarna, tidak berbau, dan tidak berasa.

Pada umumnya senyawa peningkat penetrasi akan meningkatkan permeabilitas kulit

dengan mengurangi tahanan difusi stratum corneum dengan cara merusaknya secara

reversible. Contoh; dimetil sulfida (DMSO), zat ini bersifat dipolar, aprotik dan dapat

bercampur dengan air, pelarut organik pada umumnya (Ansel, 1989).

Metode Pembuatan

- Metode Pelelehan ( fusion)

Zat khasiat maupun pembawa dilelehkan bersama-sama, setelah meleleh diaduk

sampai dingin. Yang harus diperhatikan: kestabilan zat khasiat.

- Metode Triturasi

Zat yng tidak larut dicampur dengan sedikit basis, sisa basis ditambahkan terakhir. Di

sini dapat juga digunakan bantuan zat organik untuk melarutkan zat khasiatnya. Pada skala

industri dibuat dalam skala batch yang cukup besar dan keberhasilan produksi sangat

tergantung dari tahap-tahap pembuatan dan proses pemindahan dari satu tahap pembuatan ke

tahap yang lain. Untuk menjaga stabilitas zat berkhasiat pada penyimpanan perlu

diperhatikan, antara lain: . Kondisi temperatur /suhu . Kontaminasi dengan kotoran .

Kemungkinan hilangnya komponen yang mudah menguap (Ansel, 1989).  

Page 29: Laporan krim Gentamisin Sulfat_Ajeng Septhiani.docx

IV. PENDEKATAN FORMULA

No. Nama Bahan Jumlah Kegunaan

1. Gentamisin Sulfat 0,1% b/b Bahan aktif

2. BHT 0,01% b/b Antioksidan

3. Metilparaben 0,1% b/b Pengawet antimikroba

4. Propilparaben 0,01% b/b Pengawet antimikroba

5. Propilen glikol 0,53% b/bPelarut metilparaben dan

propilparaben

6. Vaselin album 25% b/b Basis krim

7. Cetostearyl Alkohol 5% b/b Emolien dan peningkat

viskositas

8. Parafin Cair 5% b/b Emolien dan Pelarut

BHT

9. Cetomacrogolum 1000 3% b/b Emulgator

10. Na-EDTA 0,05% b/b Chellating agent

11. Oleum Rosae q.s Pengaroma

12. HCl 0,1 N/NaOH 0,1

N

q.s Adjust pH (bila perlu)

13. Aquadest Ad 100% Pelarut

V. PENIMBANGAN

Dibuat sediaan 5 tube (@ 5 gram)

¿5 g× 5 tube

¿25 g

1. Total sediaan dilebihkan 5%

¿25 g+( 5100

×25 g)¿25 g+1,25 g

¿26,25 g

Page 30: Laporan krim Gentamisin Sulfat_Ajeng Septhiani.docx

No

.

Nama Bahan Jumlah yang Ditimbang

1. Gentamisin sulfat=

0,1 g100 g

x26,25 g

¿0,02625 g 0,026 g

2. BHT =

0,01 g100 g

x26,25 g

¿0,002625 g 0,0026 g

3. Metilparaben 0,1%=

0,1 g100 g

x26,25 g

¿0,02625 g 0,026 g

Kelarutan dalam PPG 1 : 5 (HOPE 6th  ed. 2009, p. 443)

= 0,026 g x 5

= 0,13 g

4. Propilparaben

0,01%=

0,01 g100 g

x26,25 g

¿0,002625 g 0,0026 g

Kelarutan dalam PPG 1 : 3,9 (HOPE 6th  ed. 2009, p. 443)

= 0,0026 g x 3,9

= 0,01014 g 0,01 g

5. Basis krim ¿26,25 g−( 0,026 g+0,0026 g+0,026 g+0,13 g+0,0026 g+0,01 g )

¿26,25 g−0,1972 g

¿26,05 g 26 g

Basis krim

dilebihkan 20%

(Metode triturasi)

¿26 g+( 20100

x26 g)¿26 g+5,2 g

¿31,2 g

Vaselin album 25

%=

25 g100 g

x31,2 g

¿7,8 g

Parafin cair 5%=

5 g100 g

x31,2 g

¿1,56 g

Cetostearil alkohol

5%=

5 g100 g

x31,2 g

Page 31: Laporan krim Gentamisin Sulfat_Ajeng Septhiani.docx

¿1,56 g

Cetomakrogolum

1000/Emulsifying

wax 3%

= 3g

100 gx31,2 g

¿0,936 g 0,94 g

Na-EDTA 0,05%=

0,05 g100 g

x31,2 g

¿0,0156 g 0,016 g

Basis sebelum

ditambah 20%

¿ ( vaselinalbum+ parafin cair+cetostearil alkohol+cetomakrogolum1000+Na−EDTA ) ×total sediaan

¿ (25 %+5%+5 %+3 %+0,05 % )×26,25 g

¿38,05 %× 26,25 g

= 38,05100

x26,25 g

¿9,98 g 10 g

6. Aquadest ¿26,25 g−( 0,026 g+0,0026 g+0,026 g+0,13 g+0,0026 g+0,01 g+10 g )

¿26,25 g−10,1972 g

¿16,05 g 16,1 g

Aquadest

dilebihkan 20%¿16,1 g+( 20

100x 16,1g)

= 16,1 g+3,22 g

¿19,32 g 19,32 ml

VI. PROSEDUR PEMBUATAN

A. Pembuatan air bebas CO2 (FI IV hal. 1124)

1. 500 ml air dipanaskan sampai mendidih dalam beaker glass 500 ml.

2. Hitung 30 menit setelah mendidih.

3. Setelah 30 menit beaker glass ditutup dan didinginkan.

B. Penimbangan1. Gentamisin sulfat ditimbang sebanyak 100 gram di beaker glass 100 ml dengan

menggunakan timbangan analitik.

2. Vaselin Album ditimbang sebanyak 7,8 gram di kertas perkamen dengan

menggunakan timbangan analitik.

3. Paraffin cair ditimbang sebanyak 1,56 gram di beaker glass 50 ml dengan

menggunakan timbangan analitik.

Page 32: Laporan krim Gentamisin Sulfat_Ajeng Septhiani.docx

4. Metilparaben ditimbang sebanyak 0,026 gram di kertas perkamen dengan

menggunakan timbangan analitik.

5. Propilparaben ditimbang sebanyak 0,0026 gram di kertas perkamen dengan

menggunakan timbangan analitik.

6. BHT ditimbang sebanyak 0,0026 gram di kertas perkamen dengan menggunakan

timbangan analitik.

7. Propilen glikol ditimbang sebanyak 1,56 gram di cawan penguap dengan

menggunakan timbangan analitik.

8. Cetostearil alkohol ditimbang sebanyak 1,56 gram di kertas perkamen dengan

menggunakan timbangan analitik.

9. Cetomacrogolum ditimbang sebanyak 0,94 gram di kertas perkamen dengan

menggunakan timbangan analitik.

10. Na-EDTA ditimbang sebanyak 0,016 gram di kertas perkamen dengan menggunakan

timbangan analitik.

11. Aquadest di ukur sebanyak 10 ml dan 9,2 ml di gelas ukur 10 ml.

C. Pembuatan Sediaan Krim Gentamisin Sulfat.

1. Mortir dan stamper dipanaskan dengan cara digunakan air panas ke dalam mortir

sampai suhunya 60o-70oC

2. Vaselin album yang telah ditimbang sebanyak7,8 g di kertas perkaman, paraffin cair

yang telah ditimbang sebanyak 1,56 g dicawan penguap, cetostearil alkohol yang

telah ditimbang sebanyak 1,56 g dan cetomacrogolum 1000 yang telah ditimbang

sebanyak 0,94 g dimasukkan dan dicampurkan ke dalam beaker glass 50 ml (beaker

glass fase minyak). Campuran dilebur diatas hotplate hingga suhu mencapai 60o-70oC.

3. Na-EDTA yang telah ditimbang sebanyak 0,016 g di kertas perkamen dan aquadest

yang telah diukur sebanyak 19,2 ml di gelas ukur 10 ml dimasukkan kedalam beaker

glass 50 ml (beaker glass fase air). Campuran dilebur diatas hotplate hingga suhu

mencapai 60o-70oC.

4. Pada keadaan suhu yang sama, Fase ar dan fase minyak dimasukkan secara

bersamaan kedalam mortir. Kemudian digerus kuat sampai terbentuk massa krim.

Basis krim ditimbang sebanyak 26 gram di kertas perkamen. Dimasukkan kembali

kedalam mortir.

5. Gentamisin sulfat ditimbang sebanyak 0,026 g di kertas perkamen, dimasukkan

kedalam mortir, digerus hingga homogen.

Page 33: Laporan krim Gentamisin Sulfat_Ajeng Septhiani.docx

6. BHT ditimbang sebanyak 0,0026 g di kertas perlamen, dimasukkan kedalam cawan

penguap, paraffin cair ditambahkan sebanyak 0,0026 g. BHT diaduk hingga larut,

dimasukkan kedalam mortir, digerus hingga homogen. Cawan penguap dibilas

menggunakan aquadest secukupnya sebanyak 2 kali, hasil bilasan dimasukkan

kedalam mortir, digerus hingga homogen.

7. Metilparaben ditimbang sebanyak 0,026 di kertas perkamen, Metilparaben

dimasukkan kedalam cawan penguap, propilen glikol ditambahkan sebanyak 0,13 g.

Metilparaben diaduk hingga larut, dimasukkan kedalam mortir, digerus hingga

homogen. Cawan penguap dibilas menggunakan aquadest secukupnya sebanyak 2

kali, hasil bilasan dimasukkan kedalam mortir, digerus hingga homogen.

8. Popilparaben ditimbang sebanyak 0,0026 di kertas perkamen, Propilparaben

dimasukkan kedalam cawan penguap, propilen glikol ditambahkan sebanyak 0,01 g.

Propilparaben diaduk hingga larut, dimasukkan kedalam mortir, digerus hingga

homogen. Cawan penguap dibilas menggunakan aquadest secukupnya sebanyak 2

kali, hasil bilasan dimasukkan kedalam mortir, digerus hingga homogen.

9. Campuran yang telah homogen ditambahkan oleum rosae sebanyak 3 tetes.

10. Campuran ditimbang masing-masing 5 g untuk 4 tube dengan digunakannya kertas

perkamen.

11. Campuran yang telah ditimbang masing-masing 5 gram dimasukkan ke dalam

masing-masing tube.

12. Masing-masing tube diberikan etiket dan dimasukkan kedalam kemasan sekunder

beserta brosur.

VII. DATA PENGAMATAN EVALUASI SEDIAAN

No Jenis

evaluasi

Prinsip evaluasi Jumlah

sampel

Hasil

pengamatanSyarat

FISIKA

1.Organoleptik

Pemeriksaan visual meliputi

pengamatan bau dan warna

terhadap campuran.

1 tubeWarna: Putih

Bau: Mawar

Warna: Putih

Bau: Mawar

2. Tipe Krim Teteskan sedikit krim pada

kaca arloji, tambahkan

pewarna methylene blue.

1 tube Sediaan

termasuk ke

dalam krim

Zat warna tidak

terlarut dan tidak

berdifusi homogen

Page 34: Laporan krim Gentamisin Sulfat_Ajeng Septhiani.docx

Amati perubahan yang terjadi.tipe air dalam

minyak.

pada fase eksternal

berupa air.

(Martin, Farmasi

Fisika, hlm. 1144-

1145).

3. Penentuan

ukuran globul

Menentukan ukuran globul

rata-rata dan distribusinya

dalam selang waktu tertentu

dengan menggunakan

mikroskop.

1 tube Dispensasi

Ukuran globl

berkisar 0,1-10 μm

dan mengikuti

distribusi normal

(Farmasi Fisika,

hlm. 1144).

4. Viskositas Dengan menggunakan

viskosimeter stormer.

- Tekan tombol on/off yang

terdapat dibagian belakang

hingga viskometer dalam

keadaan on.

- Tombol pengunci berfungsi

agar kotakan tidak dapat

turun dan naik saat kita

pakai maka tombol

pengunci harus diputar

hingga benar-benar

terkunci rapat.

- Tombol putaran berfungsi

untuk menurunkan dan

menaikkan spindle ke

dalam cairan.

- Pilih spindle yang tepat

sesuai dengan kekentalan

cairannya. Spindel yang

besar digunakan pada

larutan yang cair/encer dan

1 tube Viskositas

sediaan 150 P

setara dengan

15.000 cP.

Viskositas sediaan

1000-2000 cP.

Page 35: Laporan krim Gentamisin Sulfat_Ajeng Septhiani.docx

sebaliknya.

- Sebelum spindle

dimasukkan dalam cairan,

maka harus dipasang dulu

dengan memegang bagian

atas kemudian dipasangkan

pada viskometer bagian

bawah diputar searah jarum

jam.

- Setelah cairan dimasukkan

ke dalam beaker, spindle

yang sudah terpasang

dicelupkan dalam cairan

dengan tombol putaran

sampai ujung bagian bawah

tenggelam dan penyangga

mencapai dasar beaker

tetapi tidak menempel.

- Tekan tombol on pada

bagian depan dan baca

angka yang paling lama

muncul.

- Jika spindle yang

digunakan tidak sesuai

dengan kekentalan cairan

maka data tidak akan

terbaca pada layar.

5. Homogenitas

Mengamati keragaman

distribusi ukuran partikel di

kaca arloji.

1 tube

Sediaan

dinyatakan

homogen.

Partikel berukuran

seragam dan

terdistribusi

merata.

6. pH sediaan Menentukkan pH krim dengan

menggunakan indikator pH

universal, dengan cara

1 tube pH sediaan

6,0.

pH sediaan sekitar

4,5-6,5.

Page 36: Laporan krim Gentamisin Sulfat_Ajeng Septhiani.docx

mengencerkan terlebih dulu

sediaan krim yang telah dibuat

dengan sejumlah air sebelum

dicek pH-nya.

7. Isi minimum

Ambil contoh 10 wadah berisi

zat uji. Hilangkan etiket yang

dapat mempengaruhi bobot

pada waktu isi wadah

dikeluarkan. Bersih dan

keringkan wadah, timbang

satu persatu. Keluarkan isi

secara kuantitatif dari masing-

masing wadah, potong ujung

wadah, cuci dengan pelarut

sesuai, hati-hati agar tutup

wadah dan bagian lain tidak

terpisah, keringkan, timbang

wadah kosong tersebut .

Perbedaan antara dua

penimbangan adalah bobot

bersih isi wadah.

1 tube

Tube kosong:

2,231 g

Sediaan dalam

tube: 7,238 g

Bobot sediaan

dalam tube:

bobot sediaan

dalam tube –

bobot tube

kosong =

7,328 g –

2,231= 5,097 g

Bobot bersih rata-

rata dari 10 wadah

tidak kurang dari

bobot yang tertera

pada etiket, dan

tidak ada satu

wadah pun yang

bobot bersih isinya

kurang dari 80%

dari bobot yang

tertera pada etiket

untuk bobot 60

gram atau kurang.

Tidak kurang dari

95% dari bobot

yang tertera pada

etiket untuk bobot

lebih dari 60 gram

dan kurang dari

150 gram.

8.Uji pelepasan

bahan aktif

Uji pelepasan bahan aktif

dengan menggunakan kulit

ular atau selofan.1 tube Dispensasi

Bahan aktif

dinyatakan mudah

terlepas dari

sediaan apabila

waktu tunggu

(bahan aktif dapat

melewati kulit ular

atau selofan)

semakin kecil.

Page 37: Laporan krim Gentamisin Sulfat_Ajeng Septhiani.docx

9.

Uji difusi zat

aktif dari

sediaan

Uji difusi zat aktif dari sediaan

dengan menggunakan

membran yang memiliki

komposisi lemak yang sesuai

dengan kulit manusia.

1 tube Dispensasi

10.Stabilitas

krim

Yield value suatu sediaan

viskoelastis dapat ditentukan

dengan menggunakan

penetrometer. Dilakukan uji

dipercepat dengan: agitasi/

sentrifugasi yaitu sediaan

disentrifugasi dengan

kecepatan tinggi (±30.000

RPM. Amati ada pemisahan

atau tidak. (Lachman, hlm.

1081)

1 tube Dispensasi

Yield value antara

100-1.000

dines/cm3

menunjukkan

kemampuan

mudah

tersebar.Nilai di

bawah ini

menunjukkan

sediaan terlalu

lunak dan mudah

mencair, di atas

nilai tersebut

menunjukkan

terlalu keras dan

tidak dapat

tersebar.

11.Uji

kebocoran

Menggunakan desikator

vacum dan penambahan

methylen blue. Jika tube

mengalami kebocoran tube isi

akan keluar dan berwarna biru.

1 tube Dispensasi

Tube tidak

mengalami

kebocoran.

BIOLOGI

12. Efektivitas

pengawetPilih mikroba uji, pilih media

yang sesuai untuk

pertumbuhan mikroba uji,

pembuatan inokula. (FI V,

1 tube Dispensasi Tidak terjadi

peningkatan lebih

tinggi dari log 0,5

unit terhadap nilai

log mikroba awal.

Page 38: Laporan krim Gentamisin Sulfat_Ajeng Septhiani.docx

hlm. 1355) (FI V, hlm.1356)

13.

Penetapan

potensi

antibiotik

Lakukan penentapan potensi

seperti tertera pada penetapan

potensi antibiotik secara

mikrobiologi. (FI V, hlm. 492)

Dispensasi

14.

Kandungan

zat

antimikroba

Lakukan dengan cara

menggunakan proses

kromatografi gas.

1 tube

Hasil yang diperoleh

sesuai dengan

parameter

operasional

kromatografi gas

seperti yang tertera

pada tabel.

KIMIA

11.Identifikasi

zar aktif

Spektrum serapan inframerah

zat yang didispersikan dalam

kalium bromida P. (FI V, hlm.

482)

1 tube Dispensasi

Menunjukkan

maksimum hanya

pada bilangan

gelombang yang

sama seperti pada

gentamisin sulfat

BPFI. Menunjukkan

rekasi sulfat seperti

pada uji identifikasi

umum. (FI V, hlm.

482)

12.

Penetapan

kadar zat

aktif

Lakukan penetapan dengan

cara kromatografi cair kinerja

tinggi seperti tertera pada

kromatografi. (FI V, hlm.482)

1 tube Dispensasi

Potensi setara

dengan tidak kurang

dari 590µg per mg

gentamisin dihitung

terhadap zat yang

telah dikeringkan. .

(FI V, hlm.482)

Page 39: Laporan krim Gentamisin Sulfat_Ajeng Septhiani.docx

VIII. PEMBAHASAN

Krim adalah bentuk sediaan setengah padat mengandung satu atau lebih bahan obat

terlarut atau terdispersi dalam bahan dasar yang sesuai (Kemenkes RI, 2014). Krim ada dua

tipe yakni krim tipe M/A dan tipe A/M. Krim yang dapat dicuci dengan air (M/A), ditujukan

untuk penggunaan kosmetika dan estetika. Krim dapat digunakan untuk pemberian obat

melalui vagina (Syamsuni, 2006). Pada praktikum ini dibuat krim tipe air dalam minyak,

karena bahan aktif yang digunakan bersifat larut air sehingga bahan aktif diinginkan berada

di fase dalam yaitu air.

Krim terdiri atas dua fase terpisah yaitu air dan minyak, sehingga diperlukan

penambahan suatu emulgator yang dapat menyatukan kedua fase yang tidak saling bercampur

tersebut menjadi emulsi yang homogen dan stabil. Untuk mencegah penggabungan kembali

globul-globul minyak, dengan membentuk lapisam film diantara globul-globul tersebut

sehingga proses penggabungan menjadi terhalang, pada formulasi sediaan krim gentamisin

sulfat ditambahkan emulgator yaitu cetostearil alkohol dan cotemacrogolum 1000.

Penambahan basis krim cetostearyl alkohol dan cetomacrogolum 1000 dikarenakan sediaan

krim yang dibuat adalah tipe air dalam minyak. Cetostearyl alkohol dan cetomacrogolum

1000 merupakan emulgator yang cocok untuk krim tipe air dalam minyak.

Semua krim memerlukan bahan antimikroba karena fase air mempermudah

pertumbuhan mikroorganisme. Selain itu, sediaan digunakan sebagai multiple dose dan

disimpan dalam jangka waktu lama. Oleh karena itu pada sediaan ditambahkan bahan

pengawet yaitu metilparaben dan propilparaben. Kombinasi metilparaben dan propil paraben

sebagai pengawet digunakan untuk meningkatkan aktivitas pengawet dan spektrum yang

lebih luas.

Metilparaben memiliki kelarutan yang sukar larut dalam air dan propilparaben

memiliki kelarutan yang sangat sukar larut dalam air (Kemenkes RI, 2014). Metilparaben dan

propilparaben memiliki kelarutan yang mudah larut dalam propilen glikol. Maka dalam hal

ini, pada sediaan digunakan propilen glikol yang berfungsi sebagai pelarut metilparaben dan

propil paraben. Propilen glikol dengan konsentrasi 10% seharusnya digunakan pada sediaan.

Karena propilen glikol 10% dapat berfungsi sebagai penetration enhancer atau peningkat

penetrasi. Bahan aktif yang digunakan yaitu gentamisin sulfat memiliki log P atau koefisien

partisi yang bernilai negatif. Nilai koefisien partisi yang negatif menyebabkan bahan aktif

Page 40: Laporan krim Gentamisin Sulfat_Ajeng Septhiani.docx

sulit diabsopsi oleh kulit, sehingga perlu penambahan bahan yang dapat meningkatkan

absorpsi.

Gentamisin adalah antibiotik aminoglikosida yang bersifat bakterisida terhadap

banyak bakteri aerob, gram-negatif dan terhadap beberapa strain stafilokokus. Dalam sel,

aminoglikosida mengikat sub unit ribosom 30S, dan sampai batas tertentu untuk sub unnit

ribosom 50S, menghambat sintesis protein dan menghasilkan kesalahan dalam transkripsi

kode genetik bakteri. Organisme patogen berikut biasanya sensitif terhadap gentamisin,

diantaranya: strain Gram-negatif, spesies Brucella, Calymmatobacterium, Campylobacter,

Citrobacter, Escherichia, Enterobacter, Francisella, Klebsiella, Proteus, Providencia,

Pseudomonas, Serratia, Vibrio, Yersini dan Neisseria. Di antara organisme Gram-positif

seperti strain Staphylococcus aureus, Listeria monocytogenes dan beberapa strain

Staphylococcus epidermidis, Enterococci dan Streptococcus. (Sweetman, 2009).

Gentamisin juga telah diterapkan untuk pemakaian topikal pada infeksi kulit

digunakan gentamisin dengan konsentrasi 0,1%, kadar tersebut merupakan kadar yang

disarankan, tetapi penggunaan tersebut juga dapat menyebabkan timbulnya resistensi.

Konsentrasi 0,3% digunakan dalam penggunaansediaan topikal untuk mata dan telinga

(Sweetman, 2009). Dosis pemakaian krim gentamisin sulfat yaitu 2 sampai 3 kali sehari,

dioleskan (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 1978). Pemakaian krim disarankan

setelah mandi karena pada keadaan tersebut kondisi kulit masih lembab dan sel-sel mati pada

kulit sudah dibersihkan, sehingga kulit akan lebih mudah mengabsorpsi.

Absorpsi bahan dari luar kulit ke posisi bawah kulit tercakup masuk ke dalam aliran

darah, disebut sebagai absorpsi perkutan. Pada umunya, absorpsi perkutan dari bahan obat

ada pada preparat dermatologi seperti cairan, gel, salep, krim atau pasta tidak hanya

bergantung pada sifat kimia dan fisika dari bahan obat saja, tapi juga pada sifat apabila

dimasukkan ke dalam pembawa farmasetika dan pada kondisi dari kulit. Cukup dikenal

bahwa walaupun pembawa farmasetika tidak dapat lebih jauh menembus kulit, atau

membawa bahan obat melalui kulit, terhadap kadar dan tingkat penembus kulit, pembawa

tidak mempengaruhi laju dan derajat penetrasi zat obat, dan derajat serta laju penetrasi variasi

dengan berbedanya obat dan berbedanya pembawa. Oleh karena itu untuk absorpsi perkutan

dan efektivitas teurapeutik, tiap kombinasi obat harus diuji secara sendiri-sendiri (Ansel,

1989).

Page 41: Laporan krim Gentamisin Sulfat_Ajeng Septhiani.docx

Pada permukaan kulit ada lapisan dari bahan yang diemulsikan terdiri dari campuran

kompleks dari cairan berlemak, keringat dan lapisan tanduk yang dapat terkelupas, yang

terakhir dari lapisan sel epidermis yang tealah mati yang disebut “lapisan tanduk” atau

stratum corneum dan letaknya langsung dibawah lapisan yang diemulsikan. Dibawah lapisan

tanduk yang teratur terdapat “lapisan penghalang” epidermis yang hidup atau “stratum

germinativum”, dan dermis atau kulit sesungguhnya (Ansel, 1989).

Pembuluh darah kapiler dan serabut-serabut syaraf timbul dari jaringan lemak

subkutan masuk ke dalam dermis dan sampai pada epidermis. Kelenjar keringat berada pada

jaringan subkutan menghasilkan produknya dengan cara pembuluh keringat menemukan

jalannya ke permukaan kulit. Kelenjar lemak dan folikel rambut yang berpangkal pada

dermis dan lapisan subkutan juga menemukan jalannya ke permukaan dan nampak seperti

pembuluh dan rambut berturut-turut (Ansel, 1989).

Mungkin obat dapat berpenetrasi kulit yang utuh setelah pemakaian topikal melalui

dinding folikel rambut, kelenjar keringat atau kelenjar lemak atau antara sel-sel dari selaput

tanduk. Sebenarnya bahan obat yang dipakai mudah memasuki kulit yang rusak atau pecah-

pecah, akan tetapi sesungguhnya penetrasi semacam itu bukan absorpsi perkutan yang benar

(Ansel, 1989).

Apabila kulit utuh, maka cara utama untuk penetrasi obat umumnya melalui lapisan

epidermis, lebih baik pada folikel rambut atau kelenjar keringat, karena luas permukaan

terakhir lebih kecil dibandingkan dengan daerah kulit yang tidak mengandung elemen

anatomi ini. Selaput yang menutupi lapisan tanduk umumnya tidak terus-menerus dan

sebenarnya tidak mempunyai daya tahan terhadap penetrasi. Karena susunan dari bermacam-

macam selaput dengan proposi lemak dan keringat yang di produksi dan derajat daya

lepasnya melalui pencucian serta penguapan keringat, selaput bukan penghalang yang

sesungguhnya terhadap pemindahan obat selama tidak memiliki komposisi, ketebalan atau

kelanjutan tertentu (Ansel, 1989).

Absorpsi perkutan suatu obat pada umumnya disebabkan oleh penetrasi langsung obat

melalui stratum corneum, tebal lapisan datar mengeringkan sebagian demi sebagian jaringan

mati yang membentuk permukaan kulit paling luar. Stratum corneum terdiri dari kurang lebih

40% protein (pada umumnya keratin) dan 40% air dengan lemak berupa perimbangannya

terutama sebagai trigliserida, asam lemak bebas, kolesterol dan fosfat lemak. Kandungan

lemak dipekatkan dalam fase ekstraseluler stratum corneum dan sebegitu jauh akan

Page 42: Laporan krim Gentamisin Sulfat_Ajeng Septhiani.docx

membentuk membran mengelilingi sel. Komponen lemak dipandang sebagai faktor utama

yang secara langsung bertanggung jawab terhadap rendahnya penetrasi obat melalui stratum

corneum. Sekali molekul obat melalui stratum corneum kemudian dapat terus melalui

jaringan epidermis yang lebih dalam dan masuk ke dermis apabila obat mencapai lapisan

pembuluh kulit maka obat tersebut siap untuk diabsorpsi ke dalam sirkulasi umum (Ansel,

1989).

Stratum corneum sebagai jaringan keratin akan berlaku sebagai membran buatan

yang semi permeable, dan molekul obat mempenetrasi dengan cara difusi pasif. Jadi, jumlah

obat yang pindah menyebrang lapisan kulit tergantung pada konsentrasi obat, kelarutannya

dalam air dan koefisien partisi minyak atau airnya. Bahan-bahan yang mempunyai sifat larut

dalam keduanya, minyak dan air, merupakan bahan yang baik untuk difusi melalui stratum

corneum seperti juga melalui epidermis dan lapisan-lapisan kulit (Ansel, 1989).

Pada pembuatan krim, yang perlu diperhatikan adalah proses pencampuran meliputi

suhu dan waktu. Pencampuran kedua fase harus benar-benar pada suhu yang sama dan dalam

waktu bersamaan. Agar massa krim dapat mengembang dengan baik dan stabil, digunakan

mortir dan stamper yang panas. Kecepatan pengadukan harus konstan, stabil, dan seksama.

Pencampuran berlangsung terus hingga campuran mengalami pendinginan dengan sendirinya

hingga sekitar 25° C dan berubah konsistensinya menjadi massa krim setengah padat. Pada

praktikum ini, sediaan krim dibuat dengan menggunakan metode triturasi. Karena gentamisin

sulfat sebagai bahan aktif merupakan antibiotik, antibiotik dikhawatirkan tidak tahan panas.

Oleh karena itu digunakan metode triturasi dalam pembuatan sediaan.

Metode pembuatan sediaan krim ada dua, yaitu metode fusion dan metode triturasi.

Pada metode fusion, zat aktif ditambahkan langsung ke dalam fasa minyak/fasa air pada saat

pembuatan basis krim. Metode ini digunakan untuk bahan aktif yang tahan panas. Sedangkan

pada metode triturasi, zat aktif ditambahkan di akhir, setelah basis terbentuk.

Sediaan ditujukan untuk pemakaian topikal sehingga diperlukan pelembab/pelembut,

untuk meningkatktan akseptabilitas pasien maka pada sediaan ditambahkan vaselin album

dan parafin cair. Vaselin album merupakan basis krim yang mudah teroksidasi. Oleh karena

itu, pada sediaan ditambahkan antioksidan yaitu butil hidroxy toluen. BHT sebagai

antioksidan memiliki kelarutan yang praktis tidak larut dalam air dan lebih larut dalam

minyak mineral, maka BHT dilarutkan dalam parafin cair yang merupakan minyak mineral.

Page 43: Laporan krim Gentamisin Sulfat_Ajeng Septhiani.docx

Bahan aktif yaitu gentamisin sulfat memiliki pemerian yang tidak berbau (Kemenkes

RI, 2014), untuk menambah nilai tampilan dalam hal aroma dan utnuk meningkatkan

akseptabilitas pasien, maka pada sediaan ditambahkan pengaroma yaitu oleum rossae.

Sediaan harus disimpan dalam wadah tertutup rapat sehingga mencegah penguapan dan

kontaminasi isinya. Bahan dan konstruksinya harus tahan terhadap absorpsi atau difusi isinya.

Maka sediaan disimpan dalam tube yang terbuat dari logam alumunium. Pengunaan wadah

yang terbuat dari logam dapat menimbulkan terbentuknya kelat, untuk mencegah hal tersebut

pada sediaan harus ditambahkan pengompleks, maka pada sediaan ditambahkan chelating

agent yaitu Na EDTA.

Sediaan krim dibuat dengan menggunakan metode triturasi. Basis krim yang

dipanaskan akan menguap dan akan kehilangan bobot. Untuk mengantisipasi kehilangan

bahan selama proses pembuatan, maka penimbangan basis krim dilebihkan 20%. Agar massa

krim yang dimasukkan ke tube tidak kurang, maka total massa krim dilebihkan 5%.

Setelah sediaan selesai dibuat dilakukan evaluasi. Pada evaluasi organoleptik, sediaan

krim diperiksa meliputi pengamatan warna, bau, dan struktur sediaan. Hasil evaluasinya yaitu

warna putih, bau mawar, massa semi solida krim.

Pada evaluasi pH dengan menggunakan indikator pH universal, sediaan krim

diencerkan terlebih dulu dengan sejumlah air, baru kemudian dicek pH-nya. Hasil yang

diperoleh pH sediaan sekitar 6,0.

Pada evaluasi homogenitas, sediaan krim diambil sedikit dengan mengggunakan

sudip, kemudian dioleskan pada kaca arloji dan diratakan. Hasil yang diperoleh sediaan

dinyatakan homogen karena dapat dilihat secara visual, partikel berukuran seragam dan

terdidtribusi merata. Setelah dilakukan evaluasi homogenitas, dilanjutkan dengan evaluasi

tipe krim. Sediaan krim yang dioleskan secara merata di kaca arloji, ditetesi zat warna

methylen blue. Hasil yang diperoleh sediaan krim yang dibuat adalah tipe air dalam minyak,

karena zat warna methylen blue ketika diteteskan tidak tersebar dan hanya pada satu titik. Jika

tipe sediaan krim yang dibuat adalah tipe minyak dalam air, maka zat warna methylen blue

akan terlarut dan berdifusi pada fase eksternal yaitu air. Karena methylen blue larut dalam

air.

Pada evaluasi viskositas dengan meggunakan viskometer stormer, angka yang tercatat

pada layar menunjukkan 150 P atau setara dengan 15.000 cP. Hal ini tidak sesuai dengan

spesifikasi viskositas sediaan yang telah ditetapkan. Praktikan terlalu rendah dalam

memperkirakan viskositas sediaan yang akan dibuat. Evaluasi yang terakhir dilakukan, yaitu

Page 44: Laporan krim Gentamisin Sulfat_Ajeng Septhiani.docx

evaluasi uji isi minimum. Evaluasi ini dilakukan dengan cara menimbang tube kosong

sebelum diisi sediaan, kemudian menimbang kembali tube yang telah diisi sediaan, selisih

antara bobot tube yang diisi sediaan dengan bobot tube kosong merupakan bobot isi bersih

sediaan.

IX. KESIMPULAN

Formula yang tepat untuk sediaan yang dibuat adalah sebagai berikut:

No. Nama Bahan Jumlah Kegunaan

1. Gentamisin sulfat 0,1% b/b Bahan aktif

2. BHT 0,01% b/b Antioksidan

3. Metilparaben 0,1% b/b Pengawet antimikroba

4. Propilparaben 0,01% b/b Pengawet antimikroba

5. Propilen glikol 0,53% b/bPelarut metilparaben dan

propilparaben

6. Cetomacrogolum 1000 3% b/b Emulgator

7. Vaselin album 25% b/b Emollient

8. Paraffin liquid 5% b/b Emollient, pelarut BHT

9. Cetostearyl alkohol 5% b/b Emollient, viscosity increasing,

emulgator

10. Na EDTA 0,05% b/b Chelating agent

11. Oleum rossae 0,26% b/b Pengaroma

12. Aquadest Ad 100% Pembawa

Berdasarkan hasil evaluasi didapatkan bahwa hasil evaluasi organoleptik dari sediaan

adalah berwarna putih dan beraroma mawar. pH sediaan didapatkan sekitar 6,0. Homogenitas

sediaan dinyatakan homogen. Nilai viskositas sediaan adalah 15.000 cPs. Tipe krim sediaan

adalah krim air dalam minyak. Isi minimun sediaan adalah 5,097 gram.

Berdasarkan hasil tersebut, sediaan dinyatakan memenuhi syarat karena sebagian

besar hasil evaluasi sesuai dengan spesifikasi sediaan yang telah ditetapkan, walaupun ada

sebagian hasil evaluasi yang tidak sesuai dengan spesifikasi sediaan, namun bukan

merupakan parameter kritis.

Page 45: Laporan krim Gentamisin Sulfat_Ajeng Septhiani.docx

X. DAFTAR PUSTAKA

Agoes, Goeswin. 2012. Sediaan Farmasi Likuida-Semisolida (SFI-7). Bandung. Penerbit ITB

Ansel, H.C. 1989. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi edisi IV. Jakarta . UI Press.

Page 46: Laporan krim Gentamisin Sulfat_Ajeng Septhiani.docx

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2014. Farmakope Indonesia Edisi Kelima.

Jakarta: Departemen Kesehatan.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1978. Formulariium Nasional Edisi Kedua.

Jakarta: Departemen Kesehatan.

Lachman, L., Lieberman H. A., Kanig, J. L. 1994. Teori dan Praktek Farmasi Industri

diterjemahkan oleh Siti Suyatmi, Edisi III. Jakarta: Universitas Indonesia.

Martin, A. 1990. Farmasi Fisika. Jakarta: Universitas Indonesia Press.

Rowe, Raymond C, dkk. 2009. Handbook of Pharmaceutical Excipients 6th Edition. London:

Pharmaceutical Press and American Pharmacist Association.

Sweetman, S. C. 2009. Martindale Thirty-sixth Edition The Complete Drug Reference.

London: The Pharmaceutical Press.

Syamsuni, A. 2006. Ilmu Resep. Jakarta: EGC

The Council of The Royal Pharmaceutical Society of Great Britain. 1994. The

Pharmaceutical Codex, 12th ed. London: The Pharmaceutcical Press.

The Departement Of Health British. 2009. British Pharmacopoeia 15th edition. London:

British Pharmacopoeia Commission.

XI. LAMPIRAN

Page 47: Laporan krim Gentamisin Sulfat_Ajeng Septhiani.docx

Evaluasi homogenitas Evaluasi viskositas

Evaluasi tipe krim

Kemasan

Page 48: Laporan krim Gentamisin Sulfat_Ajeng Septhiani.docx

Etiket

Brosur

Page 49: Laporan krim Gentamisin Sulfat_Ajeng Septhiani.docx

Gentamina®

Gentamisin Sulfat

Krim

Tiap gram mengandung:Gentamisin Sulfat yang setara dengan 1 mg Gentamisin.

FARMAKOLOGIGentamina® mengandung Gentamisin Sulfat yang dapat digunakan sebagai Antibakteri yang bersifat bakterisid.

INDIKASIGentamina® diindikasikan untuk infeksi superficial yang peka terhadap Gentamisin Sulfat.Bakteri yang sensitif terhadap krim Gentamina® termasuk :Streptococci (beta-hemolitik grup A, alfa-hemolitik), Staphylococcus aureus, Bakteri gram negatif, Pseudomonas aeroginosa, Aerobacter aerogenes, Escherichia coli, Proteus vulgaris, dan Klebsiella pneumoniae.

EFEK SAMPINGKadang-kadang terjadi iritasi (eritema atau pruritus).

PERINGATAN DAN PERHATIANJika terjadi iritasi atau superinfeksi, pengobatan harus dihentikan dan diberikan pengobatan yang tepat.Tidak dianjurkan untuk pemakaian terus-menerus baik oleh perorangan maupun di rumah sakit, karena dapat menimbulkan resistensi.

CARA PAKAI2 sampai 3 kali sehari setelah mandi, dioleskan pada bagian yang sakit.

KEMASANTube dengan isi bersih 5 g.No. Reg. : DKL1515002729A1

PENYIMPANANSimpan pada suhu kamar (25℃), terlindung dari cahaya. Jauhkan dari jangkauan anak-anak.

KETERANGAN HARUS DENGAN RESEP DOKTER.

Dibuat oleh:PT PHARAFAM FARMABandung – Indonesia