laporan akhir krim fix.docx

46
LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FORMULASI DAN TEKNOLOGI SEDIAAN NON STERIL SEDIAAN KRIM ASAM SALISILAT FUNGIKILL® OLEH : GOLONGAN I KELOMPOK IV Kalih Sindu Budari (1008505003) Ngk. Gd Wahyu Indrayana (1008505014) Ni Luh Putu Risna Dewi (1008505015) Ni Luh Gde Vera Yanti (1008505017) Ni Komang Wika Mirawati (1008505026) JURUSAN FARMASI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM 1

Upload: margaret-smith

Post on 25-Oct-2015

1.425 views

Category:

Documents


14 download

TRANSCRIPT

Page 1: Laporan akhir krim fix.docx

LAPORAN AKHIR

PRAKTIKUM FORMULASI DAN TEKNOLOGI SEDIAAN NON STERIL

SEDIAAN KRIM ASAM SALISILAT

FUNGIKILL®

OLEH :

GOLONGAN I

KELOMPOK IV

Kalih Sindu Budari (1008505003)

Ngk. Gd Wahyu Indrayana (1008505014)

Ni Luh Putu Risna Dewi (1008505015)

Ni Luh Gde Vera Yanti (1008505017)

Ni Komang Wika Mirawati (1008505026)

JURUSAN FARMASI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS UDAYANA

2012

1

Page 2: Laporan akhir krim fix.docx

FORMULASI SEDIAAN KRIM ASAM SALISILAT

BAB I

TUJUAN DAN DASAR TEORI

1.1 LATAR BELAKANGKebutuhan akan sediaan topikal antijamur sampai saat ini masih

menempati peringkat atas, terutama bila dikaitkan dengan timbulnya gejala

resistensi senyawa-senyawa yang berkhasiat sebagai anti jamur. Infeksi jamur

pada kulit atau mikosis banyak diderita penduduk khususnya yang tinggal di

daerah tropis. iklim panas dan lembab merupakan salah satu penyebab tingginya

insiden tersebut. selain itu mikosis pada kulit dipredisposisi hygiene yang kurang

sehat, adanya sumber penularan, pemakaian antibiotika dan penyakit kronis

(Nurtjahja dkk.,2006).

Sediaan topikal adalah sediaan yang penggunaannya pada kulit dengan

tujuan untuk menghasilkan efek lokal, seperti lotio, salep, dan krim. Rute

pemberian obat secara transdermal merupakan suatu alternatif untuk menghindari

variabilitas ketersediaan hayati obat pada penggunaan per oral, menghindari

kontak langsung obat dengan mukosa lambung sehingga mengurangi efek

samping obat tertentu, juga untuk memperoleh konsentrasi obat terlokalisir pada

tempat kerjanya. Pemilihan bentuk obat kulit topikal dipengaruhi jenis kerusakan

kulit, daya kerja yng dikehendaki, kondisi penderita, dan daerah kulit yang

diobati. Obat kulit topikal mengandung obat yang bekerja secara lokal. Tapi pada

beberapa keadaan, dapat juga bekerja pada lapisan kulit yang lebih dalam,

misalnya pada pengobatan penyakit kulit kronik. Salah satu obat yang diberikan

melalui topikal adalah krim.

1.2 TUJUAN

1.2.1 Mengetahui dan membuat formulasi sediaan krim asam salisilat

1.2.2 Mengetahui cara pembuatan krim asam salisilat

1.2.3 Mengevaluasi sediaan krim asam slisilat

2

Page 3: Laporan akhir krim fix.docx

1.3 DASAR TEORI

1.3.1 Krim

Krim adalah bentuk sediaan setengah padat yang mengandung satu atau

lebih bahan obat yang terlarut atau terdispersi dalam bahan dasar yang sesuai.

Krim mempunyai konsistensi relatif cair diformulasi sebagai emulsi air dalam

minyak atau minyak dalam air. Sekarang batasan tersebut lebih diarahkan untuk

produk yang terdiri dari emulsi minyak dalam air atau dispersi mikrokristal asam-

asam lemak atau alkohol berantai panjang dalam air yang dapat dicuci dengan air

(Anonim,2010).

Selain itu, Krim adalah sediaan setengah padat berupa emulsi kental

mengandung tidak kurang dari 60% air, dimaksudkan untuk pemakaian luar. Tipe

krim ada dua yaitu:

1.Krim tipe air - minyak (A/M) contohnya sabun polivalen, span, adeps lanae,

kolesterol dan cera.

2.Krim tipe minyak - air (M/A) contohnya sabun monovalen seperti

triethanolaminum stearat, natrium stearat, kalium stearat dan ammonium

stearat (Anief, 2005).

Untuk membuat krim digunakan zat pengemulsi, umumnya berupa surfaktan-

surfaktan anionic, kationik dan nonionik (Anief, 2005).

Keuntungan penggunaan krim adalah umumnya mudah menyebar rata

pada permukaan kulit serta mudah dicuci dengan air (Ansel, 2005). Krim dapat

digunakan pada luka yang basah, karena bahan pembawa minyak di dalam air

cenderung untuk menyerap cairan yang dikeluarkan luka tersebut. Basis yang

dapat dicuci dengan air akan membentuk suatu lapisan tipis yang semipermeabel,

setelah air menguap pada tempat yang digunakan. Tetapi emulsi air di dalam

minyak dari sediaan semipadat cenderung membentuk suatu lapisan hidrofobik

pada kulit (Lachman, 2008).

Prinsip pembuatan krim adalah berdasarkan proses penyabunan

(safonifikasi) dari suatu asam lemak tinggi dengan suatu basa dan dikerjakan

3

Page 4: Laporan akhir krim fix.docx

dalam suasana panas yaitu temperatur 700- 800C. (Dirjen POM,1995). Krim

merupakan obat yang digunakan sebagai obat luar yang dioleskan ke bagian kulit

badan. Obat luar adalah obat yang pemakaiannya tidak melalui mulut,

kerongkongan, dan ke arah lambung. Menurut defenisi tersebut yang termasuk

obat luar adalah obat luka, obat kulit, obat hidung, obat mata, obat tetes telinga,

obat wasir dan sebagainya. ( Anief, 1999 ).

Dalam pembuatan krim diperlukan suatu bahan dasar. Bahan dasar yang

digunakan harus memenuhi kriteria-kriteria tertentu. Kualitas dasar krim yang

diharapkan adalah sebagai berikut :

a. Stabil

b. Lunak

c. Mudah dipakai

d. Dasar krim yang cocok

e. Terdistribusi merata

Fungsi krim adalah:

a. Sebagai bahan pembawa substansi obat untuk pengobatan kulit

b. Sebagai bahan pelumas bagi kulit

c. Sebagai pelindung untuk kulit yaitu mencegah kontak langsung

dengan zat-zat berbahaya. (Anief,1999)

Stabilitas krim akan menjadi rusak, jika terganggu oleh sistem

campurannya terutama disebabkan perubahan suhu, perubahan komposisi dan

disebabkan juga oleh penambahan salah satu fase secara berlebihan atau

pencampuran dua tipe krim jika zat pengemulsinya tidak tercampurkan satu sama

lain. Pengenceran krim hanya dapat dilakukan jika diketahui pengencer yang

cocok yang harus dilakukan dengan teknik aseptis. Krim yang sudah diencerkan

harus digunakan dalam waktu satu bulan. Dalam penandaan sediaan krim, pada

etiket harus tertera “Obat Luar” dan pada penyimpanannya harus dalam wadah

tertutup baik atau tube dan disimpan di tempat sejuk (Depkes RI, 1979).

1.3.2 Kulit

Kulit adalah suatu organ pembungkus seluruh permukaan luar tubuh,

merupakan organ terberat dan terbesar dari tubuh. Kulit berfungsi sebagai

4

Page 5: Laporan akhir krim fix.docx

thermostat dalam mempertahankan suhu tubuh, melindungi tubuh dari serangan

mikroorganisme, sinar ultraviolet, dan berperan pula mengatur tekanan darah.

Secara anatomi kulit terdiri dari banyak lapisan jaringan, tetapi pada umumnya

kulit dibagi dalam tiga lapisan jaringan : epidermis, dermis dan lapisan lemak

dibawah kulit (Lachman, et al., 2008).

Epidermis terdiri dari epitel berlapis gepeng bertanduk, mengandung

selmelanosit, langerhans dan merkel. Ketebalan epidermis hanya sekitar 5% dari

seluruhketebalan kulit. Terjadi regenerasi sel kulit pada epidermis setiap 4-6

minggu. Epidermis terdiri atas lima lapisan (dari lapisan yang paling atas sampai

yang terdalam) yaitu:

1. Stratum Korneum, terdiri dari sel keratinosit yang bisa mengelupas dan

berganti.

2. Stratum Lusidum, berupa garis translusen, biasanya terdapat pada kulit tebal

telapak kaki dan telapak tangan. Tidak tampak pada kulit tipis.

3. Stratum Granulosum, ditandai oleh 3 - 5 lapis sel poligonal gepeng yang

intinya ditengah dan sitoplasma terisi oleh granula basofilik kasar yang

dinamakan granulakeratohialin yang mengandung protein kaya akan

histidin.

4. Stratum Spinosum, terdapat berkas - berkas filamen yang dinamakan

tonofibril, dianggap filamen - filamen tersebut memegang peranan penting

untuk mempertahankan kohesi sel dan melindungi terhadap efek abrasi.

Epidermis pada tempat yang terus mengalami gesekan dan tekanan

mempunyai stratum spinosum dengan lebih banyak tonofibril

5. Stratum Basal (Stratum Germinativum), terdapat aktivitas mitosis yang

hebatdan bertanggung jawab dalam pembaharuan sel epidermis secara

konstan. Stratum basal dan stratum spinosum disebut sebagai lapisan

Malfigi.

Epidermis diperbaharui setiap 28 hari untuk migrasi ke permukaan, hal ini

tergantung letak, usiadan faktor lain. Stratum germinativum merupakan satu lapis

sel yang mengandung melanosit (Lachman, et al., 2008).

5

Page 6: Laporan akhir krim fix.docx

1.3.3 Asam Salisilat

Salah satu sediaan semisolid yang memiliki efek anti fungi adalah krim

asam salisilat. Asam salisilat dapat digunakan untuk efek keratolitik dimana akan

mengurangi ketebalan interseluler dalam selaput tanduk dengan cara melarutkan

semen interseluler dan menyebabkan desintegrasi dan pengelupasana kulit (Anief,

1997). Asam salisilat berkasiat fungisid terhadap banyak fungi pada konsentrasi

3-6% dalam salep. Disamping itu zat ini berkasiat bakteriostatis lemah dan

berdaya keratolitis, yaitu dapat melarutkan lapisan tanduk kulit pada konsentrasi

5-10%. Asam salisilat banyak digunakan dalam sediaan obat luar terhadap infeksi

jamur ringan. Asam salisilat juga digunakan sebagai obat ampuh terhadap kutil

kulit yang berciri penebalan epidermis setempat dan disebabkan oleh infeksi virus

vapova (Tjay, 2007).

6

Page 7: Laporan akhir krim fix.docx

BAB II

PRAFORMULASI

3.1 Farmakologi Bahan Obat

3.1.1 Indikasi

Asam salisilat dapat digunakan untuk efek keratolitik yaitu akan

mengurangi ketebalan interseluler dalam selaput tanduk dengan cara

melarutkan semen interseluler dan menyebabkan desintegrasi dan

pengelupasana kulit (Anief, 1997). Asam salisilat berkasiat fungisid

terhadap banyak fungi pada konsentrasi 3-6% dalam salep. Disamping itu

zat ini berkasiat bakteriostatis lemah dan berdaya keratolitis, yaitu dapat

melarutkan lapisan tanduk kulit pada konsentrasi 5-10%. Asam salisilat

banyak digunakan dalam sediaan obat luar terhadap infeksi jamur ringan.

Asam salisilat juga digunakan sebagai obat ampuh terhadap kutil kulit yang

berciri penebalan epidermis setempat dan disebabkan oleh infeksi virus

vapova(Tjay, 2007).

3.1.2 Farmakokinetik

Asam salisilat adalah asam organik sederhana dengan pKa

3,0.Aspirin (asam asetilsalisilat, ASA) memilikipKa 3,5. Natrium salisilat

dan aspirin sama-sama efektif antiinflamasiobat-obatan, meskipun aspirin

mungkin lebih efektif sebagai analgesik. Salisilatcepatdiserap dari perut dan

usus kecil bagian atas, menghasilkan tingkat plasma puncak salisilatdalam

waktu 1-2 jam. Aspirin diserap seperti dan cepat dihidrolisis (serum

setengah-hidup 15menit) menjadi asam asetat dan salisilat oleh aster dalam

jaringan dan darah. Seiring dengan meningkatnya aspirin, eliminasi salisilat

meningkat dari 3-5 jam (untuk 600 mg/d dosis) hingga 12-16 jam (dosis>

3,6 g/d).Alkalinisasi urin meningkatkan laju ekskresi salisilat bebas dan

yang larut dalam airkonjugasi (Bruntan, 2008).Sering kali asam salisilat ini

7

Page 8: Laporan akhir krim fix.docx

dikombinasi dengan asam benzoat (salep whitfield) dan belerang (sulfur

precipitatum) yang keduanya punya kerja fungistatis maupun bakteriostatis.

Bila dikombinasi dengan obat lain misalnya kortikosteroid, asam salisilat

meningkat penetrasinya ke dalam kulit. Tidak dapat dikombinasi dengan

sengoksida karena akan terbentuk garam seng salisilat yang tidak aktif

(Tjay, 2007).

3.1.3 Mekanisme kerja

Asam salisilat diserap dengan cepat dari kulit terutama ketika

diterapkan dalam linimenta berminyakatau salep.Volume distribusi dosis

biasa rata-rata aspirin adalah 170 mL/kg berat badan, padadosis terapi yang

tinggi, volume ini meningkat menjadi 500 mL/kg karena ikatan jenuh pada

protein plasma. Aspirin dapat dideteksi dalam plasma hanya untuk waktu

yang singkat sebagai akibat darihidrolisis dalam plasma, hati, dan

eritrosit.Sekitar 80-90% dari salisilat dalam plasma terikat dengan protein

terutama albumin, pada konsentasi klinis, proporsi dari total yang terikat

menurun seiring dengan menigkatnya konsentrasi plasma (Bruntan, 2008).

3.1.4 Peringatan dan Perhatian

Sediaan asam salisilat harus tidak digunakan untuk pengobatan

bayi kecil atau kulit terkelupas yang luas karena dapat terjadi absorbsi

perkutan dan mengakibatkan salisilisme (Arvin, 2000). Asam salisilat dapat

menimbulkan gangguan saraf tepi, pada pasien diabetes rentan terhadap

ulkus neuropati, hindari kontak dengan mata, mulut, area kelamin dan anus,

dan selaput lendir, hindari penggunaan pada area yang luas. Asam salisilat

dapat menyebabkan iritasi pada kulit dan mukosa serta menghancurkan sel-

sel epitel (Bruntan, 2008).

3.1.5 Efek Samping

Dapat menyebabkan iritasi, rasa panas pada kulit.

8

Page 9: Laporan akhir krim fix.docx

3.1.6 Kontra Indikasi

Jangan digunakan pada luka eksim, dan luka pada mata.

3.1.7 Interaksi Obat

Tidak ditemukan interaksi obat yang signifikan namun dihindari

penggunaan bersama obat topikal lainnya.

3.1.8 Penyimpanan

Disimpan dalam wadah tertutup baik (Depkes RI, 1979).

3.2 Sifat Fisika Kimia Bahan Obat dan Bahan Tambahan

3.2.1 Bahan Obat

3.2.1.1 Asam Salisilat

Gambar 1. Struktur Kimia Asam Salisilat

Asam salisilat mengandung tidak kurang dari 99,5% dan tidak

lebih dari 101,0% C7H6O3 dihitung terhadap zat yang telah

dikeringkan.

Pemeriaan : Hablur putih; biasanya berbentuk jarum halus atau

serbuk hablur halus putih; rasa agak manis, tajam dan

stabil diudara. Bentuk sintetis warna putih dan tidak

berbau. Jika dibuat dari metil salisilat alami dapat

berwarna kekuningan atau merah jambu dan berbau

lemah mirip mentol.

Kelarutan : Sukar larut dalam air dan dalam benzena; mudah larut

dalam etanol dan dalam eter; larut dalam air mendidih;

agak sukar larut dalam kloroform.

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

9

Page 10: Laporan akhir krim fix.docx

Kegunaan : Bahan aktif, anti fungi

(Depkes RI, 1979)

3.2.2 Bahan Tambahan

3.2.2.1 Asam Stearat

Gambar 2. Struktur Kimia Asam Stearat (Rowe, et al., 2009).

Asam stearat adalah campuran asam organik padat yang

diperoleh dari lemak, sebagian besar terdiri dari asam oktadekanoat,

C18H36O2 dan asam heksadekanoat C16H32O2.

Pemerian : Zat padat keras mengkilat susunan hablur; putih

atau kuning pucat; mirip lemak lilin.

Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air; larut dalam 20

bagian etanol (95%) P, dalam 2 bagian kloroform

P dan dalam 3 bagian eter P.

Suhu lebur : Tidak kurang dari 54°.

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.

Khasiat : Zat tambahan(emulgator) (Depkes RI, 1979).

Stabilitas :Asam stearat merupakan bahan stabil ; antioksi

dan juga dapat ditambahkan kedalamnya.

Inkompatibilitas: Asam stearat tidak kompatibel dengan logam

hidroksida dan mungkin tidak kompatibel dengan

basa, bahan pereduksi, danoksidator.

(Rowe et al, 2003)

10

Page 11: Laporan akhir krim fix.docx

3.2.2.2 Gliserin (C3H8O3)

Gambar 3. Struktur Kimia Glycerin (Rowe, et al., 2009).

Gliserin mengandung tidak kurang dari 95,0% dan tidak lebih dari

101,0 % C3H8O3. BM : 92,10.

Pemerian : Cairan seperti sirup; jernih; tidak berwarna; tidak

berbau; manis diikuti rasa hangat. Higroskopis. Jika

disimpan beberapa lama pada suhu rendah dapat

memadat membentuk masa hablur tidak berwarna dan

tidak melebur hingga suhu mencapai lebih kurang

20oC.

Kelarutan : Dapat campur dengan air dan dengan etanol (95%) P;

praktis tidak larut dalam kloroform P dalam eter P dan

dalam minyak lemak.

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.

Kegunaan : Zat tambahan (pelembab)

(Depkes RI, 1979)

3.2.2.3 Purified water (Air suling)

Air suling dibuat dengan menyuling air yang dapat diminum.

BM : 18,02

Pemerian : Cairan jernih; tidak berwarna; tidak berbau; tidak

mempunyai rasa.

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.

Kegunaan : sebagai fase air

(Depkes RI, 1979)

11

Page 12: Laporan akhir krim fix.docx

3.2.2.4 Metylparaben (C8H8O3)

Gambar 4. Struktur Kimia Methyl Paraben (Rowe, et al., 2009).

Pemerian : Hablur kecil, tidak berwarna, atau serbuk hablur putih,

tidak berbauatau berbau khas lemah, mempunyai

sedikit rasa yang terbakar.

Kelarutan : Sukar larut dalam air, dalam benzena dan dalam

karbon terklorida, mudah larut dalam etanol dan

dalam eter.

Kegunaan : Pengawet (konsentrasi untuk sediaan topikal adalah

0,02-0,3%)

(Rowe, et al., 2003)

3.2.2.5 Setil alcohol

Gambar 5. Struktur Kimia Cetyl Alcohol (Rowe, et al., 2009).

Pemerian : Berupa serpihan putih atau granul seperti lilin,

berminyak, memiliki bau dan rasa yang khas.

Kelarutan : Mudah larut dalam etanol 95% dan eter, kelarutannya

meningkat dengan peningkatan suhu, tidak larut

dalam air. HLB setil alkohol yaitu 15.

12

Page 13: Laporan akhir krim fix.docx

Kegunaan : Sebagai emulsifying agent, stiffening agent, dan

coating agent. Dalam sediaan losio, krim, dan salep

biasa digunakan sebagai emolien dan

emulsifyingagent dengan konsentrasi antara 2-5%.

Setil alkohol dapat meningkatkan konsistensi emulsi

W/O dengan konsentrasi 2-10%, dan meningkatkan

stabilitas semisolid.

3.2.2.6 Trietanolamina (TEA)

Gambar 6. Struktur Kimia Triethanolamin (Rowe, et al., 2009).

Pemerian : Cairan agak higroskopis, kental, tidak berwarna

sampai kuning muda; bau amoniak.

Kelarutan : Dapat bercampur dengan air dan dengan etanol; larut

dalam kloroform.

Kegunaan : pengatur pH, surfaktan.

3.2.2.7 Propil paraben

Gambar 7. Struktur Kimia Propyl Paraben (Rowe, et al., 2009).

Pemerian : Serbuk putih atau hablur kecil, tidak berwarna

13

Page 14: Laporan akhir krim fix.docx

Kelarutan : Sangat sukar larut dalam air; mudah larut dalam

etanol, dan dalam eter; sukar larut dalam air

mendidih.

Kegunaan : zat pengawet

3.3 Bentuk Sediaan, Dosis, dan Cara Pemakaian

Bentuk sediaan yang akan di buat adalah krim (cream). Krim adalah bentuk

sediaan setengah padat mengandung satu atau lebih bahan obat terlarut atau

terdispersi dalam bahan dasar yang sesuai (Depker RI, 1995). Krim adalah sediaan

setengah padat berupa emulsi kental mengandung tidak kurang dari 60% air,

dimaksudkan untuk pemakaian luar (Anief, 1997).

Asam salisilat merupakan agen keratolitik yang efektif dan dapat

dicampurkan ke dalam berbagai zat pembawa dalam konsentrasi sampai 6% untuk

digunakan dua sampai tiga kali sehari (Arvin, 2000). Krim merupakan obat luar

sehingga penggunaannya tanpa menggunakan dosis tertentu. Cara pemakaiannya

adalah dengan cara dioleskan pada permukaan kulit yang akan diobati.

14

Page 15: Laporan akhir krim fix.docx

BAB III

FORMULA KERJA

3.1 Formula yang digunakan

No. Ingredients Quantity

A.1 Salicylic acid 6.00

2 Stearic acid 15.00

3 Cetyl alcohol 0.50

B.4 Glycerin 5.00

5 Trietanolamin (TEA) 1.00

6 Propyl paraben 0.05

7 Methyl paraben 0.10

8 Purified water 73.25

Total 100.00

3.2 Penimbangan Bahan

Sediaan krim akan dibuat sebanyak 50 gr dan 100 gr, jadi jumlah

masing-masing bahan yang diambil adalah:

Untuk massa krim yang dibuat = 50 gr

Massa asam salisilat = 6

100×50 gr = 3 gr

Massa asam stearat = 15

100×50 gr = 7,5 gr

Massa setil alcohol = 0,5100

×50 gr = 0.25 gr

Massa gliserin = 5

100×50 gr = 2,5 gr

Massa trietanolamin = 1

100×50 gr = 0,5 gr

Massa propel paraben = 0,05100

× 50gr = 0,025gr

Massa metal paraben = 0,1100

×50 gr = 0,05 gr

15

Page 16: Laporan akhir krim fix.docx

Air suling =73,25100

×50 gr = 36, 625gr = 36,625 mL

Untuk massa krim yang dibuat = 100 gr

Massa asam salisilat = 6

100×100 gr = 6 gr

Massa asam stearat = 15

100×100 gr = 15 gr

Massa setil alcohol = 0,5100

×100 gr = 0.5 gr

Massa gliserin = 5

100×100 gr = 5 gr

Massa trietanolamin = 1

100×100 gr = 1 gr

Massa propel paraben = 0,05100

× 100gr = 0,05 gr

Massa metal paraben = 0,1100

×100 gr = 0,1 gr

Air suling = 73,25100

×100 gr = 73,25 gr = 73,25 mL

16

Page 17: Laporan akhir krim fix.docx

BAB IV

ALAT DAN BAHAN

4.1 Alat

Beaker glass pyrex

Gelas ukur pyrex

Sendok tanduk

Sudip

Pot cream

Penangas air

Cawan petri

Batang pengaduk

Timbangan analitik merck Adam Avanta

Termometer

Kertas perkamen

Mortar dan stamper

4.2 Bahan

Asam salisilat

Asam stearat

Gliserin

Propil paraben

Metal paraben

Trietanolamin (TEA)

Setil alkohol

17

Page 18: Laporan akhir krim fix.docx

Air suling

BAB V

PROSEDUR KERJA

5.1 Pembuatan Krim Asam Salisilat

Ditimbang masing-masing sesuai dengan

formula yang diajukan

Dicampur dalam cawan porselen, dilebur

bersama diatas penangas air pada suhu 700 C

Dicampur, dipanaskan pada suhu 700 C

Ditambahkan perlahan kedalam fase minyak,

dilakukan pengadukan yang konstan

18

Asam salisilat, setil alcohol, asam stearat, gliserin, propel paraben,

metal paraben, trietanolamin dan purified water

Asam stearat dan setil alcohol (fase minyak)

Leburan fase minyak

Gliserin, trietanolamin dan akuades (fase air)

Fase air

Basis krim

Page 19: Laporan akhir krim fix.docx

Ditambahkan sedikit demi desikit ke basis,

diaduk konstan ad homogen

Ditambahkan pada campuran setelah suhu

400 C, diaduk hingga homogen

Dimasukkan kedalam pot, diberi etiket dan

brosur dimasukkan kedalam kemasan

sekunder

5.2 Evaluasi Sediaan Krim Asam Salisilat

6.2.1 Uji Organoleptis

Diamati warna krim, Diamati bentuk dan

tekstur krim, serta baunya

19

Asam salisilat (zat aktif)

Campuran homogen (basis dan zat aktif)

Propil paraben dan metal paraben (pengawet)

Krim asam salisilat

Krim asam salisilat dalam kemasan sekunder

Krim asam salisilat

Data uji organoleptis

Page 20: Laporan akhir krim fix.docx

6.2.2 Uji Homogenitas

Diambil sedikit, dioleskan pada gelas obyek

Diamati dibawah mikroskop, diamati

homogenitasnya (bentuk yang terlihat di

mikroskop

6.2.3 Uji Daya Rekat

Diletakkan diatas 3 obyek gelas, masing-

masing diberi beban 5 kg, dibiarkan selama

5 menit

Dipasangkan pada alat uji

20

Krim asam salisilat

Krim asam salisilat dalam gels obyek

Data uji homogenitas

0,25 gram krim asam salisilat

Krim asam salisilat dalam obyek gelas

Krim asam salisilat pada alat uji

Page 21: Laporan akhir krim fix.docx

Diberi beban 80 kg, dicatat waktu

pelepasannya dari gelas obyek (daya

rekatnya)

6.2.4 Uji Daya Sebar

Diletakkan dengan hati-hati diatas kertas

grafik yang dilapisi kaca transparan, tutup

dengan kaca kembali , dibiarkan sesaat ( 15

detik)

Dihitung luas daerah sebar

Ditutup dengan kaca transparan

Ditambahkan beban tertentu (1, 2 dan 5 g)

Dibiarkan selama 60 detik

Dihitung pertambahan luas daerah sebar

krim

21

Data uji daya rekat

0,5gram krim asam salisilat

Sebaran krim 1

Sebaran krim 2

Data uji daya sebar

Page 22: Laporan akhir krim fix.docx

BAB VI

HASIL PRAKTIKUM

6.1 Hasil Pengamatan

6.1.1 Uji Organoleptis

Batch Bau Warna Bentuk/tekstur

1 Tengik Putih Lembut

6.1.2 Uji Homogenitas

(Data Terlampir)

6.1.3 Uji Daya Lekat

Batch 1

Beban Waktu I Waktu II Waktu III

80 gram 2 detik 1 detik 1 detik

6.1.4 Uji Daya Sebar

Batch Beban Diameter I Diameter II Diameter

III

D rata-

rata

1 - 5 cm 5 cm 5,5 cm 5,16 cm

1 mg 5,3 cm 5,3 cm 5,7 cm 5,43 cm

2 mg 5,5 cm 5,5 cm 5,9 cm 5,63 cm

5 mg 5,8 cm 5,6 cm 6,0 cm 5,8 cm

6.1.5 Pengukuran pH

22

Page 23: Laporan akhir krim fix.docx

Batch pH

1 6,73

23

Page 24: Laporan akhir krim fix.docx

BAB VII

PEMBAHASAN HASIL

Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui dan membuat formulasi sediaan

krim asam salisilat, cara pembuatan sediaan krim asam salisilat serta melakukan

evaluasi terhadap krim asam salisilat tersebut. Krim adalah sediaan setengah padat

berupa emulsi kental mengandung tidak kurang dari 60% air, yang dimaksudkan

untuk pemakaian luar. Keuntungan penggunaan krim adalah umumnya mudah

menyebar rata pada permukaan kulit serta mudah dicuci dengan air (Ansel,

2005).

Pada praktikum kali ini, dibuat tiga buah sediaan farmasi dalam bentuk

krim, dua sediaan krim dibuat sebanyak 50 gram untuk dikumpul dan tiga sediaan

lainnya dibuat sebanyak 100 gram untuk diuji. Bahan yang digunakan dalam

formulasi krim asam salisilat ini adalah asam salisilat, asam stearat, setil alkohol,

Gliserin, Propyl Paraben, Methyl Paraben, Triethanolamine, dan aquadest. Asam

salisilat yang berfungsi sebagai zat aktif dalam sediaan krim ini memiliki efek

keratolitik dan digunakan secara topikal untuk pengobatan penyakit kulit. Asam

salisilat memiliki sifat fungisida dan digunakan secara topikal pada pengobatan

infeksi jamur kulit.

Asam salisilat digunakan sebanyak 6% pada formulasi ini karena krim yang

akan dibuat diindikasikan sebagai antifungi. Asam stearat dan setil alkohol

berfungsi sebagai pengemulsi. Dalam sediaan krim ini asam stearat dan setil

alkohol digunakan sebagai basis krim (fase minyak). Penggunaan setil alkohol

sebagai agen pengemulsi adalah 2-5 % (Anggraini, 2008). Gliserin berfungsi

sebagai emolien, solven atau kosolven dalam emulsi krim. Penggunaan gliserin

dalam sediaan topikal sebagai emolien ataupun humektan adalah ≤ 30% (Rowe, et

al., 2003). Trietanolamin (TEA) juga berfungsi sebagai pengemulsi. Metil

paraben dan propil paraben digunakan sebagai bahan pengawet untuk mencegah

tumbuhnya mikroba dalam sediaan krim. Bahan pengawet antara metil paraben

dan propil paraben dikombinasikan karena aktivitas antimikroba propil paraben

dapat meningkat bila dikombinasikan dengan golongan paraben lainnya (Rowe, et

24

Page 25: Laporan akhir krim fix.docx

al., 2009). Selain itu penambahan metil paraben dapat meningkatkan kepolaran

propel paraben, sehingga zat pengawet dapat bercampur ke dalam krim yang

bertipe o/w.

Praktikum diawali dengan penimbangan dan pengukuran bahan-bahan

yang digunakan dalam pembuatan krim asam salisilat. Selanjutnya fase minyak

yang terdiri dari setil alkohol dan asam stearat di dalam cawan petri serta fase air

yang terdiri dari TEA, air dan gliserin di dalam gelas beker dilebur secara

bersamaan diatas penangas air dengan suhu 70oC. Selanjutnya diaduk konstan

dengan magnetic stirrer hingga terbentuk fase air dan fase minyak yang homogen.

Pengadukan konstan bertujuan agar campuran dapat tercampur homogen.

Setelah fase minyak melebur sempurna, kemudian dituangkan ke dalam

mortir. Kemudian fase air ditambahkan sedikit demi sedikit ke dalam fase minyak

yang telah diletakkan di dalam mortir. Selanjutnya diaduk secara konstan hingga

terbentuk emulsi. Ketika suhu campuran kira-kira sudah mencapai 40oC,

selanjutnya asam salisilat sebagai zat aktif yang sebelumnya sudah digerus

dimasukkan secara perlahan-lahan ke dalam campuran fase minyak dan fase air

dengan metode lavigasi setelah konsistensi krim mulai mengeras atau memadat.

Kemudian diaduk konstan hingga membentuk emulsi yang stabil.

Penambahan asam salisilat dilakukan dengan metode levigasi karena asam

salisilat sukar larut dalam air, sehingga dengan metode ini diharapkan dapat

melarutkan asam salisilat dalam basis krim yang bertipe o/w. Namun saat

penambahan asam salisilat dalam praktikum ini basis yang terbentuk pecah

kembali menjadi fase minyak dan fase air, sehingga gagal membentuk krim. Hal

ini bisa disebabkan karena kurang tepatnya metode levigasi yang dilakukan.

Metode levigasi harus dilakukan dengan penambahan zat sedikit demi sedikit

dengan pengadukan yang konstan. Selain itu, pada formula zat pengemulsi

triethanolamin yang digunakan terlalu sedikit yaitu 1%, padahal menurut teori

jumlah triethanolamin yang biasanya digunakan dalam emulsifikasi adalah 2- 4%

v/v triethanolamin (Rowe, et al., 2009). Dalam pembuatan krim tipe o/w ini

tentunya pengemulsi fase air sangat memiliki peranan penting dalam

pembentukan basis yang baik.

25

Page 26: Laporan akhir krim fix.docx

Hal ini terjadi sebanyak 2 kali. Hal inilah yang menyebabkan praktikan

tidak bisa membuat dua sediaan lainnya yang akan digunakan untuk pengujian.

Pada pembuatan yang ketiga praktikan memanaskan fase minyak dan fase air

secara bersamaan, dengan suhu dan tempat yang sama. Setelah fase minyak dan

fase air tercampur, kemudian diaduk secara cepat dan konstan hingga terbentuk

emulsi, dijaga agar campuran tidak terlalu dingin, selanjutnya asam salisilat

dimasukkan ke dalam campuran secara perlahan-lahan. Hingga akhirnya terbentuk

emulsi yang stabil. Setelah zat aktif terdispersi dalam basis krim, kemudian

ditambahkan zat pengawet berupa propil paraben dan metil paraben sedikit demi

sedikit pada suhu 40oC sambil diaduk hingga homogen. Krim asam salisilat

kemudian dimasukkan ke dalam tempat krim, diberi etiket dan dimasukkan ke

dalam kemasan kotak. Krim harus disimpan pada tempat yang sejuk dan terhindar

dari sinar matahari. karena suhu, kelembaban dan tempat penyimpanan krim akan

mempengaruhi sifat fisikokimia zat yang terkandung dalam krim dan dapat

menyebabkan krim menjadi tidak stabil. Sediaan krim dapat menjadi rusak bila

sistem campurannya Setelah zat aktif terdispersi dalam basis krim, kemudian

ditambahkan zat pengawet berupa propil paraben dan metil paraben sedikit demi

sedikit pada suhu 40oC sambil diaduk hingga homogen. Krim asam salisilat

kemudian dimasukkan kedalam wadah pot, diberi etiket dan dimasukkan dalam

kemasan kotak. Krim harus disimpan pada tempat yang sejuk dan terhindar dari

sinar matahari karena tingginya suhu akan mempengaruhi sifat fisikokimia zat

yang terkandung dalam krim dan menyebabkan krim menjadi tidak stabil. Sediaan

krim dapat menjadi rusak bila sistem campurannya terganggu (Anief, 1997).

Selanjutnya dilakukan evaluasi sediaan krim. Evaluasi yang dilakukan

adalah uji organoleptis, uji homogenitas, uji daya sebar, uji daya lekat dan uji pH.

Uji viskositas pada sediaan krim tidak dilakukan karena keterbatasan waktu

praktikum. Uji organoleptis menunjukkan bahwa satu batch krim yang diuji

memiliki organoleptis yaitu berwarna putih, berbentuk semisolid (lembut) dan

baunya sedikit tengik. Bau tengik ini disebabkan karena konsentrasi pengawet

yang sedikit dan kurang homogen saat pengadukan. Selain itu dapat pula

26

Page 27: Laporan akhir krim fix.docx

disebabkan karena suhu tempat penyimpanan yang kurang sejuk sehingga

menyebabkan krim kurang stabil.

Uji homogenitas dilakukan secara mikroskopik menggunakan mikroskop

cahaya. Uji homogenitas ini menunjukkan bahwa sediaan krim yang dibuat tidak

homogen, karena masih terlihat ada gelembung-gelembung air dan udara serta

sedikit partikel. Ketidakhomogenan ini terjadi akibat proses pengadukan yang

kurang konstan. Selanjutnya dilakukan uji daya sebar. Uji daya sebar ini

dilakukan dengan meletakkan 0,5 gram krim diatas kertas grafik yang dilapisi

oleh kaca bening. Kertas grafik ini berfungsi untuk mempermudah dalam

pengukuran diameter krim yang tersebar. Dalam uji daya sebar, dilakukan 3 kali

agar dapat dilihat presisi dari hasil yang diperoleh. Dari hasil uji dapat dilihat

penambahan diameter sebar rata-rata pada batch 1 setelah penambahan beban

sebesar 1 gram adalah 5,3 cm dengan penambahan beban 2 gram adalah 5,5 cm

sedangkan dengan beban 5 gram adalah 5,8 cm. Dari hasil tersebut diketahui

bahwa pada batch 1 penambahan diameter sebar terbesar diperoleh dari

penambahan beban seberat 5 gram. Perbedaan hasil ini dapat terjadi karena

pengukuran diameter dilakukan secara manual dengan menggunakan penggaris,

sehingga diperlukan ketelitian untuk memperoleh hasil yang baik. Secara umum

semakin bertambahnya beban maka diameter sebarnya akan semakin besar. Pada

uji daya sebar ini diketahui bahwa krim yang diberikan beban 1 mg memiliki daya

sebar paling rendah. Hal ini dilihat dari kecilnya penambahan diameter yang

terjadi.

Uji daya lekat dilakukan dengan meletakkan 0,25 gram krim pada 2 buah

kaca objek. Diberi beban 1 kg selama 5 menit agar krim dapat menempel pada

kaca objek. Kemudian beban diangkat. Lempeng kaca yang berisi krim

dipasangkan pada alat uji. Diberi beban 80 gram. Dicatat waktu pelepasan krim

pada gelas objek. Dilakukan pengulangan sebanyak 3 kali. Waktu rata-rata yang

diperoleh pada pengujian pertama adalah 2 detik, pada pengujian kedua adalah 1

detik dan pada penguyjian ketiga adalah 1 detik. Dari hasil tersebut dapat dilihat

bahwa krim pada pengujian pertama memiliki daya lekat paling tinggi. Semakin

tinggi daya lekat maka waktu pelepasan krim dari kaca akan semakin lama. Uji

27

Page 28: Laporan akhir krim fix.docx

evaluasi yang terakhir adalah uji pengukuran pH. Uji pengukuran pH dilakukan

dengan menggunakan pH meter. Hasil uji menunjukkan bahwa krim yang dibuat

memiliki pH 6,73. Hal ini menunjukkan bahwa sediaan krim yang dibuat dapat

diaplikasikan sebagai sediaan topikal, karena masih dalam rentang pH normal

yang sesuai untuk kulit.

28

Page 29: Laporan akhir krim fix.docx

BAB VIII

KESIMPULAN

8.1 Formulasi yang digunakan untuk membuat krim asam salisilat pada praktikum

ini adalah :

No. Ingredients Quantity

A.1 Salicylic acid 6.00

2 Stearic acid 15.00

3 Cetyl alcohol 0.50

B.4 Glycerin 5.00

5 Trietanolamin (TEA) 1.00

6 Propyl paraben 0.05

7 Methyl paraben 0.10

8 Purified water 73.25

Total 100.00

8.2 Krim dibuat dengan melebur fase minyak yang terdiri dari setil alkohol dan

asam stearat di dalam cawan petri serta fase air yang terdiri dari TEA, air dan

gliserin di dalam gelas beker dilebur secara bersamaan diatas penangas air

dengan suhu 70oC. Kemudian fase air ditambahkan sedikit demi sedikit ke

dalam fase minyak yang telah diletakkan di dalam mortir. Selanjutnya diaduk

secara konstan hingga terbentuk emulsi. Ketika suhu campuran kira-kira sudah

mencapai 40oC, selanjutnya asam salisilat sebagai zat aktif yang sebelumnya

sudah digerus dimasukkan secara perlahan-lahan hingga terbentuk emulsi

yang stabil.

8.3 Krim asam salisilat yang dihasilkan memiliki organoleptis yaitu tidak berbau,

berwarna putih, berbentuk semisolid, berbau agak tengik serta kurang

homogen. Pada uji daya sebar pada diketahui bahwa penambahan diameter

sebar terbesar diperoleh dari penambahan beban seberat 5 gram. Hal ini dilihat

dari besarnya penambahan diameter yang terjadi. Dari uji daya lekat diketahui

29

Page 30: Laporan akhir krim fix.docx

bahwa pada pengujian pertama sediaan krim memiliki daya lekat paling tinggi.

Dan pH krim yang diperoleh adalah 6,73.

30

Page 31: Laporan akhir krim fix.docx

DAFTAR PUSTAKA

Anggraini, C.A. 2008. Pengaruh Bentuk Sediaan Krim, Gel dan Salep terhadap Penetrasi Aminofilin sebagai Anti Selulit secara In Vitro Menggunakan Sel Difusi Franz. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia : Depok

Anief, Moh. 2005. Ilmu Meracik Obat. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press

Anonim. 2010. Tinjauan Pustaka. Available at: http://repository.usu. ac.id/ bitstre am/123456789/26573/4/Chapter%20II.pdf (Last opened: 18 Oktober 2012)

Ansel C. Howard. 2005. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. Jakarta. UI Press.

Arvin, B.K. 2000. Ilmu Kesehatan Anak Nelson Ed.5 Vol.3. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC

Bruntan, Laurence, Keith P, dkk. 2008. Goodman and Gillman’s Manual of Pharmacology and Therapeutic. New York: Mc Graw Hill Medical

Depkes RI. 1979. Farmakope Indonesia edisi III. Jakarta : Departemen Kesehatan Republik Indonesia

Depkes RI. 1995. Farmakope Indonesia IV. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia

Lachman,L., Herbert A.L., and Joseph L.K, 1994, Teori dan Praktek Farmasi Industri ed. 3, UI Press, Jakarta

McEvoy, G.K. 2002. AHFS Drug Information. American Society of Health-System Pharmacistsm,Inc: USA

Nurtjahja, Kiki., Dwi Suryanto dan Lavarina Winda. 2006. Identifikasi Jenis dan Jumlah Bakteri Pada Pasien Mikosis Kulit vol.1, No 1, hlm.1-2 ISSN 1907-5537. Medan: Departemen Biologi, FMIPA Universitas Sumatera Utara

Padmadisastra, Yudi dkk. 2007. Formulasi Sediaan Krim Antikeloidal yang Mengandung Ekstrak Terfasilitasi Panas Microwave dari Herba Pegagan (Centella asiatica (l.) urban). Cited 2010 September 30. Available at http://pustaka.unpad.ac.id/wpcontent/uploads/2009/06/makalah_formulasi_sed_salep_akeloidal_mic_oven_2007.pdf

31

Page 32: Laporan akhir krim fix.docx

Purushothamrao K, Khaliq K., Sagare P., Patil S. K., Kharat S. S., Alpana.K. 2010. Formulation and evaluation of vanishing cream for scalp psoriasis. Cited 2010 September 2010. Available at http://www.ijpst.com/files/IJPST-Vol-4,I-Art-3--2010.pdf

Rowe, Raymond C., Paul J. S., Paul J. W. 2003. Handbook of Pharmaceutical Exipients. London: Pharmaceutical Press

Tjay, T.H. 2007. Obat-obat Penting Edisi ke Enam. Jakarta: Elex Media Komputindo

Voigt, R. 1995. Buku Pelajaran Teknologi Farmasi. UGM Press: Yogyakarta

32

Page 33: Laporan akhir krim fix.docx

LAMPIRAN

Etiket Kemasan Sediaan Krim

Kemasan Sekunder

33

Page 34: Laporan akhir krim fix.docx

Brosur

34

Komposisi :

Dalam 30 gram mengandung

Asam salisilat ………………………………

3 gram

Mekanisme kerja:

Asam Salisilat diserap dengan cepat

dari kulit terutama ketika diterapkan

dalam linimenta berminyakatau salep.

Sekitar 80-90% dari salisilat dalam

plasma terikat dengan protein terutama

albumin, pada konsentasi klinis, proporsi

dari total yang terikat menurun seiring

dengan menigkatnya konsentrasi plasma.

Indikasi:

Asam salisilat digunakan sebagai anti

fungi, dermatofitosis dan mikosis pada

Fungikill®

Netto 50 gram