laporan sediaan elixir baru-kelompok 3 epamol.docx
DESCRIPTION
eliksir adalh sediaan hidroalkohol yang mengandung bahan obat tertentu.TRANSCRIPT
Laporan Sediaan ElixirEpamol
OLEH :
Agustin Inda 115070500111006
Agustinus Andy 115070500111008
Ervina Wijayanti 115070501111005
Fauza Taqiyya 115070500111007
Himmah Aliyah F 115070500111009
Irma Malinda 115070500111017
Lathifa Khoirunnisa 115070500111011
Liziyyannida 115070507111007
Nurintan Sitohang 115070505111004
FARMASI
UNIVERSITAS BRAWIJAYA 2013
A. PendahuluanTujuan yang ingin dicapai pada praktikum formulasi sediaan eliksir
parasetamol adalah agar mahasisiwa memperoleh pengetahuan dan ketrampilan
tentang formulasi sediaan eliksir dan kontrol kualitasnya.
Eliksir merupakan larutan hidroalkohol yang jernih dan manis yang
dimaksudkan untuk penggunaan vital dan biasanya diberi rasa untuk menambah
kelezatan. Eliksir bersifat hidroalkohol, sehingga dapat menjaga stabilitas obat baik
yang larut dalam air maupun dalam alkohol. Eliksir bukan obat yang digunakan
sebagai pembawa tetapi eliksir merupakan obnat untuk efek terapi dari senyawa obat
yang dikandungnya. Dibandingkan dengan sirup, eliksir biasanya kurang manis, dan
kurang kental karena mengandung kadar gula yang lebih rendah, akibatnya kurang
efektif menutupi rasa senyawa obat bila dibandingkan dengan sediaan sirup.
Walaupun demikian, karena sifat hidroalkoholnay, eliksir lebih mampu
mempertahnakn komponen-komponen larutang yang larut dalam alkohol daripada
dalam sirup. (Ansel, 1989)
Perbandingan alkohol yang ada pada eliksir jumlahnya berbeda-beda karena
masing-masing komponen eliksir mempuyai sifat kelarutandalam alkohol dan air
yang berbeda-beda. Tiap eliksir memerlukan campuran tertentu dari alkohol dan air
untuk mempertyahankan semua komponen dalam larutan. Disamping alkohol dan air,
pelarut-pelarut lain seperti gliserin dan propilen glikol, sering digunakan dalam eliksir
sebagai pelarut pembantu. (Conors, 1986)
Semua eliksir mengandung bahan pemberi rasa untuk menambah kelezatan,
dan hampir semua eliksir mempunyai zat pewarna untuk meningkatkan
penampilannya. Eliksir yang mengandung alkohol lebih dari 10%-12%, biasanya juga
bersifat sebagai pengawet, sehingga tidak membutuhkan tambahan zat antimikroba
sebagai pengawet.(Ansel 1989)
Dosis lazim parasetamol untuk dewasa adalah 500 mg/x , dan 500 mg-2 gr/hari.
Sedangkan untuk anak-anak umur 6-12 tahun dosis lazimnya adalah 50 mg/x dan 200
mg/hari. Dosis lazim untuk anak umur 1-5 tahun adalah 50 mg-100 mg/x dan 200 mg-
400 mg/hari. Lalu untuk anak umur 5-10 tahun dosis lazimnya adalah 100 mg-200
mg/x dan 400 mg-800 mg/hari. Sedangkan untuk anak umur 10 tahun ke atas, dosis
lazimnya adalah 250 mg/x dan 1 gram/hari. (FI III,1979)
Tujuan penggunaan eliksir dikarenakan eliksir bersifat hidroalkohol , maka
dapat menjaga stabilitas obat, baik yang larut dalm air maupun yang larut dalam
alkohol. Selain itu, lebih mampu mempertahankan komponen-komponen di
dalamnya. Pembuatan eliksir ini ditujukan untuk orang dewasa dan anak-anak yang
mengalami pusing, sakit kepala, nyeri danlain-lain. Karena sediaan ini mengandung
alkohol sebanyak 10%, maka penggunaan untuk anak harus diawasi dan dibatasi.
Aturan penggunan eliksir parasetamol berbeda-beda menurut usia pengguna.
Bayi dengan usia 3 bulan- 1 tahun penggunaanya3-4 kali sehari 12
sendok takar (5ml).
Untuk usia 1-4 tahun, pengguanaanya 3-4 kali sehari 1 sendok takar (5ml). Usia 4-8
tahun penggunaanya 3-4 kali sehari 1,5-2 sendok takar (5ml). Sedangkan untuk usia
8-12 tahun penggunaannya 3-4 kali sehari 2 sendok takar (5ml).
B. Preformulasi
1. Paracetamol (FI III, 1979)
a. Pemerian : hablur/serbuk hablur putih, tidak berbau, rasa pahit (FI III,
1979).
b. Nama lain : Acetaminophenum
Namakimia : N-asetil-4-aminofenol
Strukturkimia :
c. RumusMolekul : C8H9NO2
Beratmolekul : 151,16
d. Kelarutan : larut dalam 70 bagian air, dalam 7 bagianetanol (95%)p,
dalam 13 bagian aseton p, dalam 40 bagian gliserol p, dan dalam 9 bagian
propilenglikol p, larut dalam alkali hidroksida
e. pH stabil : 3,8 – 6,1
f. Titikdidih / leleh : 169°- 172℃
g. Stabilitas : padasuhu 40℃ akan lebihmudahterdegradasi,
lebihmudahteruraidenganadanyaudaradancahayadariluar, pH jauhdarirentang pH
optimum akanmenyebabkanzatterdegradasikarenahidrolisis
h. Penyimpanan : dalamwadahtertutuprapatdantidaktembuscahaya
2. Gliserin (FI III, 1979 dan Rowe, 2006)
a. Pemerian : cairanbening, tidakberwarna, kental, manisdengankemanisan
0,6x kemanisansukrosa. Netralterhadaplakmus (Rowe, 2006).
b. Nama lain : Cioderol
Namakimia : 1,2,3-propanetriol
Strukturkimia :
c. RumusMolekul : C3H8O3
Beratmolekul : 92,09
d. Kelarutan : larutdalam air, larutdalametanol 95% (suhu 20℃), larut
dalam eter 1:500, dalam etil asetat 1:11, metanol, agak larut dalam aseton, tidak
larut dalam benzene 2 kloroform
e. pH stabil : -
f. Titikdidih / leleh : 290℃ / -17,9℃
g. Stabilitas :gliserinbersifathigroskopis,
gliserinmurnitidakmengalamioksidasiolehudarapadapenyimpanan normal
namundapatterdekomposisiolehpanasmenghasilkanakrolein yang bersifattoksis,
campurangliserindengan air; etanol; danpropilenglikolstabilsecarakimia
h. Inkompatibilitas :
gliserindapatmeledakjikadicampurdenganagenpengoksidasikuatsepertikromiumtr
ioksida; potassium klorat; potassium permanganate,
kontaminanbesidapatmenyebabkancairan yang
mengandungfenolsalisilatdantaninberubahwarnamenjadigelap
i. Sifatkhusus : dapatsebagaipemanispadakonsentrasi 720%
j. Penyimpanan : dalamwadahtertutupbaik
3. Propilen glikol (FI III, 1979 dan Rowe, 2006)
a. Pemerian : bersih, tidak berwarna, kental, tidak berbau, rasa manis,
menyerupai gliserin
b. Nama lain : metil etilen glikol, metil glikol
Namakimia : 1,2 propanediol
Strukturkimia :
c. RumusMolekul : C3H8O2
Beratmolekul : 76,09
d. Kelarutan : dapat bercampur dengan air, dengan etanol 95% p, dan
dengan kloroform p. Larut dalam 6 bagian eter p, tidak dapat bercampur dengan
eter, minyak tanah dan dengan minyak lemak
e. pH stabil : 3-6
f. Titik didih / leleh : 188℃ / -59℃
g. Stabilitas : pada suhu dingin, propilen glikol stabil di tempat tertutup,
tetapi pada suhu tinggi dan terbuka cenderung mudah teroksidasi menghasilkan
produk seperti propional dehida, asam laktat, asam piruvat, dan asam asetat.
Propilen glikol stabil bila dicampur etanol 95%, gliserin/air.
h. Inkompatibilitas : propilen glikol tidak sesuai dengan reaksi pengoksidasi seperti
kalium permanganat
i. Sifatkhusus : viskositas 58,1 Mpas (58,1 cp) pada suhu 20℃
Densitas 1038 g/cm3 pada suhu 20℃
j. Penyimpanan : dalamwadahtertutupbaik
4. Natrium benzoat (FI III, 1979 dan Rowe, 2006)
a. Pemerian : butir/serbuk hablur, putih, tidak berbau/hampir tidak berbau
b. Nama lain : natrii benzoas, sodii benzoat, sodium asam benzoat,
natrium benzoicum, sobenate
Namakimia : natrium benzekarboksilat
Strukturkimia :
c. RumusMolekul : C7H5NaO2
Beratmolekul : 144,11
d. Kelarutan : larut dalam 2 bagian air dan dalam 90 bagian etanol (95%)p
e. pH stabil : -
f. Titikdidih / leleh : 300℃ / 572℉
g. Stabilitas : serbuk dapat rusak dalam angin/tempat kering
h. Inkompatibilitas : inkompatibilitas dengan gelatin, garam ferri oksida; garam
kalsium; dan garam logam berat termasuk silver dan merkuri
i. Sifatkhusus : -
j. Penyimpanan : dalamwadahtertutupbaik
5. Sorbitol (FI III, 1979 dan Rowe, 2006)
a. Pemerian : serbuk, butiran/kepingan, putih, rasa manis, higroskopis
b. Nama lain : sorbitolum, meritol, neosorb, sorbogem liponic 7b-nc,
E-420, 1,2,3,4,5,6-hexanehexol
Namakimia : D-Glucitol
Strukturkimia :
c. RumusMolekul : C6H14O6
Beratmolekul : 182,17
d. Kelarutan : sangat mudah larut dalam air, sukar larut dalam etanol
(95%)p, dalam metanol p dan dalam asam asetat p
e. pH stabil : 4,5 – 7 untuk 10% b/v larutan aqueous
f. Titikdidih / leleh : -
g. Stabilitas : sorbitol secara kimiawi relatif inert, dan inkompatibel dengan
kebanyakan eksipien. Sorbitol stabil di udara yang tidak ada katalis dan dalam
dingin, asam encer, dan alkali. Sorbitol tidak terurai pada suhu tinggi/terhadap
adanya amina
h. Inkompatibilitas : sorbitol akan membentuk chealates larut air dengan banyak
ion logam divelent/trivalent dalam asam kuat dan kondisi alkali. Larutan sorbitol
bereaksi dengan besi oksida menjadi tidak berwarna. Sorbitol meningkatkan laju
degradasi dari penicillin dalam larutan netral dan dalam larutan aqueous
i. Sifatkhusus : -
j. Penyimpanan : dalamwadahtertutuprapat
6. Etanol (FI III, 1979 dan Rowe, 2006)
a. Pemerian : cairan tidak berwarna, jernih, mudah menguap dan mudah
bergerak, bau khas, rasa panas, mudah terbakar dengan memberikan nyala biru
yang tidak berasap
b. Nama lain : alkohol, etil alkohol, etil hidroksida
Namakimia : natrium benzekarboksilat
Strukturkimia :
c. RumusMolekul : C2H6O
Beratmolekul : 46,07
d. Kelarutan : sangat mudah larut dalam air, dalam kloroform p dan eter p
e. pH stabil : -
f. Titikdidih / leleh : 78,5℃
g. Stabilitas : larutan etanol stabil dengan autoklaf, atau filtrasi dengan
harus disimpan di tempat sejuk
h. Inkompatibilitas : dalam kondisi asam, etanol bereaksi dengan oksidator.
Tambahan alkali dapat mengurangi warna dan aldehida, inkompatibel dengan
konten aluminium dan beberapa obat
i. Sifatkhusus : dapat mengiritasi mata dan membran mukosa
j. Penyimpanan : dalamwadahtertutuprapat, terlindung dari cahaya, di tempat
sejuk dan njauh dari nyala api
7. Air (purified water) (FI III, 1979)
a. Pemerian : jernih, tidak berwarna, tidak berbau dan tidak berasa
b. Nama lain : aqua, air
Namakimia : dihidrogen oksida
Strukturkimia : H-O-H
c. RumusMolekul : H2O
Beratmolekul : 18,02
d. Kelarutan : dapat dicampur dengan kebanyakan pelarut polar
e. pH stabil : 7
f. Titikdidih / leleh : 100℃ /0℃
g. Stabilitas : stabil pada semua keadaan fisik
h. Inkompatibilitas : dapat bereaksi dengan zat yang mudah terhidrolisis pada suhu
lingkungan maupun kenaikan suhu, bereaksi cepat dengan logam alkali, dan
oksidanya bereaksi dengan garam anhidrat
i. Sifatkhusus : sebagai pelarut, media distribusi
j. Penyimpanan : dalamwadahtertutuprapat
C. FormulaFORMULA UTAMA
Paracetamol 1440 mg
Gliserin 20 %
Propilen glikol 25 %
Na Benzoat 0,3 %
Sorbitol 30 %
Etanol 10 %
Raspberry q.s
Air ad 60 mL
FORMULA ALTERNATIF
Paracetamol 1440 mg
Mannitol 20 %
Propilen glikol 25 %
Na Benzoat 0,3 %
Sorbitol 30 %
Etanol 10%
Raspberry q.s
Air ad 60 mL
ALASAN PEMILIHAN FORMULA
a. Paracetamol merupakan zat aktif yang akan dibuat dalam sediaan eliksir, dengan
fungsi paracetamol sebagai antipiretik da analgesik.
b. Gliserin digunakan sebagai cosolvent untuk meningkatkan kelarutan paracetamol,
selain itu juga sebagai bahan pemanis dan bahan antimikroba.
c. Propilenglikol dan etanol juga digunakan sebagai cosolvent untuk meningkatkan
kelarutan paracetamol.
d. Natrium benzoat digunakan untuk bahan pengawet pencegah pertumbuhan mikroba.
e. Sorbitol sebagai bahan pemanis yang mengurangi rasa pahit dari paracetamol pada
sediaan eliksir.
f. Raspberry adalah zat perasa sekaligus zat pewarna yang memberikan warna merah
pada sediaan.
g. Pada formula alternatif monnitol dipilih sebagai cosolvent bersama dengan
propilenglikol, etanol dan air untuk meningkatkan kelarutan paracetamol.
D. Spesifikasi Sediaan Jadi
a. Volume sediaan : 60 ml
b. Warna sediaan : merah
c. Rasa sediaan : raspberry
d. Bau sediaan : aroma raspberry
e. pH stabil : berdasarkan hasil formulasi (5 - 6,1), rentang ini dilihat dari
pH stabil dari paracetamol yaitu 3,8 – 6,1 dan pH aktif natrium benzoat yaitu
diatas 5.
f. Viskositas : berdasarkan hasil formulasi
g. Kadar zat aktif : 90 % – 101 %
h. Mikrobiologi : tidak ada bakteri yang tumbuh
E. Perhitungan Kebutuhan Bahan
1. Paracetamol 1440 mg
1 sendok takar (5 ml) : 5ml
60 ml x 1440 mg = 120 mg
1 botol (60 ml) : 1440 mg
5 botol : 5 x 1440 mg = 7200 mg
Dilebihkan 2 % : 2
100 x 7200 mg = 144 mg
Jumlah total : 7200 mg + 144 mg = 7344 mg
2. Gliserin 20 %
1 sendok takar (5 ml) : 20
100 x 5 ml = 1 ml
1 botol (60 ml) : 605
x 1 ml = 12 ml
5 botol : 5 x 12 ml = 60 ml
Dilebihkan 2 % : 2
100 x 60 ml = 1,2 ml
Jumlah total : 60 ml + 1,2 ml = 61,2 ml
3. Propilenglikol 25 %
1 sendok takar (5 ml) : 25
100 x 5 ml = 1,25 ml
1 botol (60 ml) : 605
x 1,25 ml = 15 ml
5 botol : 5 x 15 ml = 75 ml
Dilebihkan 2 % : 2
100 x 75 ml = 1,5 ml
Jumlah total : 75 ml + 1,5 ml = 76,5 ml
4. Natrium benzoat 0,3 %
1 sendok takar (5 ml) : 0,3100
x 5 ml = 0,015 ml
1 botol (60 ml) : 605
x 0,015 ml = 0,18 ml
5 botol : 5 x 0,18 ml = 0,9 ml
Dilebihkan 2 % : 2
100 x 0,9 ml = 0,018 ml
Jumlah total : 0,9 ml + 0,018 ml = 0,918 ml
5. Sorbitol 30 %
1 sendok takar (5 ml) : 30
100 x 5 ml = 1,5 ml
1 botol (60 ml) : 605
x 1,5 ml = 18 ml
5 botol : 5 x 18 ml = 90 ml
Dilebihkan 2 % : 2
100 x 90 ml = 1,8 ml
Jumlah total : 90 ml + 1,8 ml = 91,8 ml
6. Etanol 10 %
1 sendok takar (5 ml) : 10
100 x 5 ml = 0,5 ml
1 botol (60 ml) : 605
x 0,5 ml = 6 ml
5 botol : 5 x 6 ml = 30 ml
Dilebihkan 2 % : 2
100 x 30 ml = 0,6 ml
Jumlah total : 30 ml + 0,6 ml = 30,6 ml
7. Raspberry q.s
8. Aquades ad 60 ml
306 ml – (7,344 + 61,2 + 76,5 + 0,918 + 91,8 + 30,6) ml = 37,638 ml
Tabel Data Penimbangan dan Pengukuran Bahan
Nama Bahan Jumlah Setiap Kemasan Jumlah Total Fungsi Bahan
Paracetamol 1440 mg7344 mg
(15 tablet)
Zat aktif : analgesikum,
antipiretikum
Gliserin 12 ml 61,2 ml Cosolvent & pemanis
Propilemglikol 15 ml 76,5 ml Cosolvent
Natrium benzoat 0,18 ml 0,918 ml Bahan pengawet
Sorbitol 18 ml 91,8 ml Bahan pemanis
Etanol 6 ml 30,6 ml Cosolvent
Raspberry - 2,2922 gram Zat perasa & pewarna
aquades - 37,638 ml Cosolvent
F. Alat dan Kemasan yang Diperlukan
a. Alat
Alat Jumlah Alat Jumlah
Gelas kimia 1 liter1 buah
Termomete
r1 buah
Gelas kimia 500 mL 1 buah Corong 1 buah
Gelas kimia 250 mL2 buah
Gelas ukur
250 mL1 buah
Gelas kimia 50 mL2 buah
Gelas ukur
100 mL1 buah
Batang pengaduk1 buah
Gelas ukur
50 mL1 buah
Kertas saring Gelas ukur
10 mL1 buah
Timbangan analitik Buret titrasi 1 buah
Stirer Erlenmeyer
250 mL2 buah
b. Kemasan
Kemasan yang digunakan adalah botol dengan kaca gelap, kemasan botol
dari kertas karton, dilengkapi dengan sendok ukuran 5 mL untuk minum obat.
G. Prosedur Pembuatan
Pembuatan air bebas CO2
Dituang kedalam wadah
Dimasak sampai mendidih
Ditutup rapat
Penentuan Kd paracetamol dengan titrasi
Air
Air bebas CO2
Paracetamol
Ditimbang
Dilarutkan dalam mL
Dititrasi sampai berwarna bening
Air
Etanol
Kd Paracetamol
Pembuatan eliksir cara 1
Menentukan Kd Paracetamol dengan cara titrasi
Menentukan volume pelarut yang digunakan berdasarkan perhitungan Kd Paracetamol (tapi tidak dibuat pelarut campur)
Menimbang paracetamol 7344 mg Mengambil etanol 30,6 ml
Dilarutkan Diambil gliserin sebanyak 61,2 mL
Dicampur Diambil sorbitol 91,8 mL
Dicampur Diambil propilen glikol 76,5 mL
Diambil Na Benzoat 0,918 g Dicampur dan diaduk sampai homogen
Dilarutkan dalam air
Campur dan aduk ad homogen
Tambahkan raspberry mg
Disaring dengan kertas saring dan corong
Dimasukkan kedalam botol
Dilakukan uji organoleptik, uji bobot jenis, uji kejernihan, uji pH dan uji volume terpindahkan
Pembuatan eliksir cara 2
Tutup botol, beri etiket dan kemas dalam kardus
Menentukan volume pelarut yang digunakan berdasarkan perhitungan Kd Paracetamol
Membuat pelarut campur
Campur dan aduk ad homogen
Dimasukkan kedalam botol
Dilakukan uji organoleptik, uji bobot jenis, uji kejernihan, uji pH dan uji volume terpindahkan
Menentukan Kd Paracetamol dengan cara titrasi
Propilenglikol 76,5 mL
Air mL Etanol 30,6 mL
Gliserin 61,2 mL
Sorbitol 91,8 mL
Masukkan paracetamol 7344 mg kedalam pelarut campur sedikit demi sedikit sambil diaduk sampai larut
Campuran larutan, pelarut campur + paracetamol
Dilarutkan dalam beaker glass dan diaduk sampai homogen
Na Benzoat 0,918 g
Dilarutkan dalam sedikit campuran larutan + pelarut campur
Tambahkan raspberry mg
Disaring dengan kertas saring dan corong
H. Kontrol Kualitas Sediaan Jadi
1. Evaluasi Organoleptik
Tujuan: Mengevaluasi organoleptik sampel
Jangka waktu pengamatan :
Jumlah sampel yang dibutuhkan :
Metode : Warna → Dilihat kesesuaian warna
Rasa → Rasanya disesuaikan dengan perasa yang digunakan
Bau → Dicium aroma sediaan
Penafsiran hasil: warna, rasa dan bau harus sesuai dengan bahan pewarna dan perasa
yang digunakan
2. Evaluasi Kejernihan
Tujuan : Untuk mengetahui kejernihan sediaan
Jangka waktu pengamatan :
Jumlah sampel yang dibutuhkan :
Metode : alat → tabung reaksi alas datar
Prosedur → - Masukkan dalam 2 tabung masing-masing sampel dan pembanding (pelarut yang digunakan) hingga setinggi 40 mm
- Bandingkan selama 5 menit dengan latar belakang hitam,
tegak lurus ke arah bawah tabung
- Sediaan dikatakan jernih jika sama dengan sampel
Penafsiran hasil : kejernihan sampel diharapkan sama dengan pembanding
3. Penetapan Bobot Jenis
Tujuan : Untuk menetapkan bobot jenis sampel
Jangka waktu pengamatan :
Jumlah sampel yang dibutuhkan :
Metode: alat → piknometer bersih, kering dan terkalibrasi
Tutup botol, beri etiket dan kemas dalam kardus
Prosedur → Ukur bobot piknometer kosong dan piknometer + air pada suhu 25 C ⁰
Ukur bobot pikno + sampel
Hitung bobot jenis dengan menggunakan rumus
Penafsiran hasil :
(bobot piknometer kosong+sampel )−bobot piknometer(bobot piknometer+air )−bobot piknometer
4. Penetapan pH
Tujuan : Untuk mengetahui pH sampel
Jangka waktu pengamatan :
Jumlah sampel yang dibutuhkan :
Metode: Menggunakan alat potensiometer (pH meter) yang terkalibrasi
Pengukuran sesuai dengan pH stabil zat aktif
Penafsiran hasil : pH sampel sesuai dengan pH zat aktifnya
5. Uji volume terpindahkan
Tujuan : Menjamin bahwa larutan oral sesuai dengan volumenya
Jangka waktu pengamatan :
Jumlah sampel yang dibutuhkan : sejumlah sampel yang bisa mencapai batas dan alat
uji
Metode : alat → gelas ukur terkalibrasi
Prosedur → - Pilih tidak kurang dari 30 wadah - Kocok isi 10 wadah satu per satu
- Tuang isi perlahan-lahan kedalam gelas ukur
- Diamkan selama 30 menit
- Ukur volume tiap wadah
- Volume rata-rata 10 wadah tidak kurang dari 100%
- Tidak satupun volume wadah yang < 95% dari etiket
Penafsiran hasil : Jika telah bebas dari gelembung udara, ukur volume dari tiap
campuran, volume rata-rata dari 10 wadah tidak kurang dari 100%, dan tidak satupun
volume terpindahkan yang kurang dari 95 %.
6. Pengukuran viskositas
Tujuan : mengukur viskositas sediaan
Jangka waktu pengamatan : semakin kental sampel, waktu semakin lama
Jumlah sampel yang dibutuhkan : sejumlah sampel yang bisa mencapai batas dan alat
uji
Metode : alat → viskometer terkalibrasi
Prosedur → - memasukkan sampel kedalam viskometer- Mencatat dan mengukur waktu yang dibutuhkan oleh volume
tersebut untuk mengalir
- Dilakukan perhitungan
Penafsiran hasil : viskositas sampel sesuai dan cukup
I. Data Pengamatan
NO Perlakuan Hasil Pengamatan
1 Kalibrasi beaker glass 306 ml. Beaker glass telah
terkalibrasi
2 Memanaskan air hingga
mendidih,lalu ditutup
Air bebas CO2
3 Mengukur sorbitol 91,8 ml Sorbitol jernih
4 Mengukur etanol (95%) 30,6 ml Etanol jernih,mudah
menguap
5 Mengukur gliserin 61,2 ml Gliserin jernih dan kental
6 Mengukur propilenglikol 76,5 ml Propilen glikol jernih
7 Menimbang 15 tablet paracetamol Berwarna putih
8 Menggerus tablet paracetamol dan
ditimbang
Ditimbang seberat 8,3245
gram
9 Menimbang Na benzoat 0,918 gram Na Benzoat berwarna
putih
10 Menngukur air bebas CO2 37,682 ml Air jernih
11 Membuat pelarut campur
(sorbitol+etanol+gliserin+polietilen
glikol+air)
Jernih
12 Paracetamol dilarutkan dalam pelarut
campur
Keruh,tidak larut
sempurna
13 Na Benzoat dicampurkan kedalam
larutan
Larutan Keruh
14 Ditambahkan raspberry 2,2922 gram Larutan berwarna merah
muda
15 Larutan disaring Larutan jernih
16 Larutan dimasukkan dalam botol Larutan daam botol
sebanyak 60 ml
17 Botol diberi etiket Botol beritiket
18 Botol dimasukkan dalam kemasan
diberi sendok dan brosur
Elixir Paracetamol
Uji sediaan
1. Pemerian :
Warna : merah muda
Rasa : raspberry ada sensasi dingin
Bau : raspberry
2. pH = 7,429
3. Berat jenis = (bobot pikno+eliksir )−bobot pikno kosong
(bobot pikno+air )−bobot piknokosong
= 43,3355−15,325040,1384−15,3350
= 28,000524,8034
= 1,134. Mikrobiologi = tidak ada pertumbuhan miroba
J. Analisa Prosedur
Pada praktikum eliksir parasetamol kali ini yang pertama kali dilakukan
adalah mengkalibrasi beaker glass 1 Liter dengan tanda batas sampai 306mL. Setelah
itu membuat air bebas CO2 dengan cara memanaskan air hingga mendidih lalu
penangas air direndam dalam air biasa untuk medinginkan air yang sudah mendidih
namun tetap dalam keadaan ditutup agar menghasilkan air bebas CO2 yang akan
digunakan sebagai pelarut dalam sediaan eliksir. Tujuan penggunaan air bebas CO2
ini sebagai pelarut adalah agar kandungan CO2 tidak bereaksi dengan zat aktif pada
sediaan jadi pada saat penyimpanannya. Setelah itu dilakukan pengukuran sorbitol
sebyak 91.8 mL dengan menggunakan beaker glass yang sudah diklibrasi. Kemudian
mengukur etanol 95% sebanyak 30.6 ml, mengukur gliserin sebnyak 61.2 mL, dan
mengukur propilenglikol 76.5 mL semuanya dengan menggunakan beaker glass yang
sudah dikalibrasi. Setelah itu dilakukan penimbangan parcetamol sebanyak 8.3245 g.
Kemudian menimbang Na benzoat 0.918 g dan mengukur air bebas CO2 37.682 mL.
Setelah melakukan penimbangan untuk semua bahan, langkah selanjutnya
adalah membuat pelarut campur. Yang pertama masukkan sorbitol pada beaker glass
yang sudah dikalibrasi 306ml, kemudian tambahkan etanol ke dalamnya lalu aduk
hingga homogen. Setelah itu tambahkan juga gliserin propilenglikol dan air ke
dalamnya lalu di aduk lagi hingga homogen. Setelah selesai membuat pelarut campur
masukkan paracetamol ke dalam pelarut campur secara perlahan-lahan hingga hampir
larut sempurna. Setelah melarutkan paracetamol selanjutnya adalah memasukkan Na
benzoat ke dalam sedikit pelarut campur dan parasetamol hingga bercampur semua.
Barulah ditambahkan ke larutan parasetamol tadi. Penggunaan Na Benzoat adalah
sebagai pengawet dalam sediaan. Kemudian ditambahkan Raspberry sebanyak 2.2922
g. Penambahan zat pewarna ini berfungsi untuk memberi warna merah dan aroma
raspberry pada larutan, sehingga membuat anak anak tertarik pada sediaan ini. Setelah
ditambahkan Raspberry sediaan sudah hampir jadi, namun karena larutan masih
tampak keruh maka dilakukan penyaringan dengan menggunakan kertas saring
sampai larutan menjadi jernih sepenuhnya. Setelah larutan jernih dipindahkan ke
dalam 5 buah botol, masing-masing berisi 60 mL. Lalu botol diberi etiket,
dimasukkan ke dalam kemasan serta diberi brosur dan sendok takar.
K. Analisa Hasil
Dari praktikum yang dilakukan, diperoleh sediaan eliksir
parasetamol dengan warna merah muda dan aroma raspberry. Rasa
dari sediaan eliksir parasetamol ini adalah raspberry dengan sensasi
dingin. Rasa raspberry dikarenakan penambahan perasa raspberry
yang sekaligus memberikan warna merah pada sediaan ini. Sensasi
dingin diperoleh dari penambahan etanol pada sediaan ini, yaitu 10
%. Selain itu, uji yang dilakukan adalah uji pH, berat jenis, dan
mikrobiologi. pH yang diperoleh dari sediaan adalah 7,429. pH ini
tidak sesuai dengan rentang pH stabil sediaan, yaitu 5-6,1. Untuk
bobot jenis dari sediaan diperoleh sebesar 1,13. Dan tidak terdapat
pertumbuhan mikroba pada sediaan eliksir parasetamol.
Pengamatan selanjutnya dilakukan setelah 4 hari.
Pengamatan yang dilakukan berupa pemerian, uji pH, uji volume
terpindahkan, dan uji cap locking. Pada hari ke 4 eliksir parasetamol
berwarna merah muda jernih, rasa khas raspberry dan pahit, dan
bau raspberry. pH yang diperoleh sebesar 7,197. pH yang diperoleh
mengalami penurunan dari pH awal. Namun penurunannya tidak
terlalu jauh, sehingga dapat dikatakan sediaan masih dalam
keadaan stabil. Volume terpindahkan eliksir parasetamol yaitu 59
ml dan 58 ml, berkurang dari volume awal 60 ml. hal ini dapat
terjadi karena adanya volume yang tertahan pada saat proses
penyaringan, ataupun pada saat pemindahan dari satu wadah ke
wadah lainnya. Pada uji cap locking tidak terdapat kristal pada tutup
botol dan tidak ada kristal yang mengendap.
L. Kesimpulan
7,197
Sediaan elixir yang dihasilkan pada awalnya memiliki pH sebesar 7,429 yang
bersifat basa. Hal ini tidak sesuai dengan literatur dimana pH stabil parasetamol
adalah pada rentang 5-6,1. Ini dapat disebabkan karena penambahan eksipien yang
mampu membuat suasana menjadi basa dan mempengaruhi pH sediaan. Pada hari
ketiga menunjukkan adanya penurunan pH namun dalam range yang tidak terlalu
jauh, yakni 7,197. Rasa sediaan yang menjadi lebih pahit. Namun jika dilihat dari
pertumbuhan mikroba, sediaan ini sudah memiliki komposisi antimikroba yang sesuai
dibuktikan dengan tidak tumbuhnya mikroba hingga hari ketiga.
DAFTAR PUSTAKA
Ansel, Howard. 1989. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi Edisi Keempat. Jakarta: UI
Press
Connors, K.A. 1986. Chemical Stability of pharmaceutical. New York: John Willey
and Sons
Dirjen POM. Farmakope Indonesia Edisi Ketiga. 1979. Jakarta : Departemen
Kesehatan RI
Dirjen POM. Farmakope Indonesia Edisi Keempat. 1995. Jakarta : Departemen
Kesehatan RI
Rowe, Raymond C. 2006. Handbook of Pharmaceutical Excipient 6 th Edition.
London: Pharmacheutical Press