laporan sediaan sabun transparan

23
LAPORAN PRAKTIKUM KOSMETOLOGI SEDIAAN SABUN TRANSPARAN Disusun Oleh : Kelompok II A Nasyidah Hanum 1113102000020 M. Akbar shopiaan 1113102000022 Nurul Fitria Pakpahan 1113102000024 Ervina Octaviani 1113102000025 Muzi Latunil Isma 1113102000047 Nama Dosen : Nelly Suryani, Ph.D., Apt Hendri Aldrat, Ph.D., Apt Via Rifkia, M.Farm., Apt Lilis, M.Farm Estu Maharani, M.Farm., Apt

Upload: anonymous-1seulxth

Post on 11-Jul-2016

257 views

Category:

Documents


25 download

TRANSCRIPT

Page 1: Laporan Sediaan Sabun Transparan

LAPORAN PRAKTIKUM KOSMETOLOGI

SEDIAAN SABUN TRANSPARAN

Disusun Oleh :

Kelompok II A

Nasyidah Hanum 1113102000020

M. Akbar shopiaan 1113102000022

Nurul Fitria Pakpahan1113102000024

Ervina Octaviani 1113102000025

Muzi Latunil Isma 1113102000047

Nama Dosen :

Nelly Suryani, Ph.D., Apt

Hendri Aldrat, Ph.D., Apt

Via Rifkia, M.Farm., Apt

Lilis, M.Farm

Estu Maharani, M.Farm., Apt

PROGRAM STUDI FARMASI

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

MARET 2016

Page 2: Laporan Sediaan Sabun Transparan

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sabun adalah salah satu senyawa kimia paling tua yang pernah ditemukan. Pada tahun

2500 sebelum Masehi masyarakat Sumeria telah menemukan sabun kalium yang digunakan

untuk mencuci wol. Sabun ini dibuat dari minyak dan abu tumbuhan yang kaya akan kalium

karbonat. Informasi tentang sabun juga ditulis dalam literatur-literatur bangsa Mesir yang

berhubungan dengan kedokteran.

Sabun atau yang disebut soap dalam bahasa Inggris berasal dari bahasa Latin sapo yang

pertama kali digunakan oleh Plinny pada tahun 77 Masehi. Plinny membuat sabun dari campuran

tallow (lemak binatang) dengan abu dari kayu beech yang dapat digunakan sebagai pewarna

rambut.

Seni pembuatan sabun mulai berkembang dengan pesat selama abad pertengahan di

Perancis, Italia, dan Inggris. Sabun transparan dengan nama “Pears transparant soap” dikenal di

Inggris pada tahun 1789. Sabun mengalami kemajuan yang sangat pesat khususnya di Marseilles

pada abad ke-18. Sabun menjadi barang yang murah sejak berkembangnya proses Le Blanc pada

abad ke-19 untuk pembuatan alkali yang merupakan bahan baku pembuatan sabun.

Karakter kekerasan sabun transparan harus cukup baik sebagai indikasi masa pemakaian

yang lebih lama. Nilai kekerasan sabun komersial berada dalam rangkaian 0,967 hingga 6,867

kg/cm2. Sedangkan mengenai transparansi, sabun akan semakin jernih bila etanol yang

digunakan semakin murni.

B. Tujuan Praktikum

Setelah selesai mengikuti praktikum modul sediaan sabun padat tarnsparan, mahasiswa

diharapkan mampu :

Menjelaskan formulasi sabun padat taransparan

Menjelaskan cara pembuatan sabun padat transparan

Page 3: Laporan Sediaan Sabun Transparan

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Landasan Teori

2.1.1. Definisi sabun

Sabun adalah garam alkali dari rantai panjang asam lemak. Ketika lemak atau minyak

tersaponifikasi, garam Natrium atau kalium terbentuk dari rantai panjang asam lemak yang

disebut sabun (Maibach. 2009). Berdasarkan jenisnya sabun dibedakan atas dua macam yaitu

sabun padat (batangan) dan sabun cair. Dan sabun padat dapat dibedakan atas sabun opaque

(tidak transparan), sabun translucent (agak transparan) dan sabun transparan.

Sabun padat adalah sabun yang dibuat dari reaksi saponifikasi dari lemak padat dengan

NaOH. Untuk mendapatkan sediaan yang konsisten, biasanya digunakan lemak hewan yang kaya

akan kandungan stearin dan kandungannya relatif rendah dalam palmitin dan olein. (Maibach.

2009).

Asam lemak yang biasa digunakan dalam pembuatan sabun antara lain asam stearat,

asam palmitat, asam ricinoleat, asam linoleat, dan lain-lain. Pada formulasi sabun transparan

ditambahkan etanol, gula dan gliserin sebagai pembentuk sabun transparan. Etanol bekerja

dengan cara melarutkan sabun menjadi kristal-kristal yang lebih kecil sehingga terlihat

transparan. Selain itu etanol juga mempunyai kemampuan membersihkan dan merupakan

pembasah kulit yang lebih baik dibandingkan air karena etanol dapat menurunkan tegangan

permukaan kulit. Gliserin selain membantu membentuk sabun transparan juga berperan untuk

menjaga kelembaban kulit setelah berpenetrasi ke dalam kulit karena sifatnya yang mampu

mengikat air.

2.1.2. Tujuan penggunaan sabun

Sabun yang dihasilkan diharapkan dapat memberikan efek untuk membersihkan tubuh dari

kotoran yang menempel. Selain itu, sabun juga memiliki berbagai fungsi, yaitu :

membantu melembutkan air sadah

Page 4: Laporan Sediaan Sabun Transparan

memberikan efek estetik dalam mandi dengan penambahan parfum dan warna pada air

memberikan perasaan nyaman dan segar

memberikan efek emolien sebaik fragnance pada kulit

mencegah bentuk lingkaran/ bekas di sekitar bak mandi

2.1.3. Mekanisme kerja sabun

Sabun membersihkan dengan memodifikasi tegangan permukaan air dan emulgator dan

suspensi kotoran. Ketika dibilas, 2 ujung dari sabun yang memiliki polaritas berbeda dimana

rantai karbon panjang nonpolar dan hidrofobik, sedangkan garam karboksilationik dan hidrofilik.

Ketika sabun digunakan membersihkan lemak atau kotoran, ujung nonpolar dari sabunakan

melarutkan lemak non polardan minyak yang bersama kotoran. Ujung sabun yang hidrofilik dari

molekul sabun yang panjangnya dimana mereka dapat larut dalam air. Molekul sabun melapisi

minyak atau lemak,membentuk gerombolan/gugus yang disebut misel (Maibach. 2006).

2.2. Formulasi

Sediaan sabun transparan yang dibuat adalah 100 gram dengan formulasi sebagai berikut :

Bahan Jumlah

Ekstrak 5%

Asam Stearat 5%

Minyak Kelapa 20%

NaOH 30% 20%

Etanol 96% 15%

Gliserin 10%

Sukrosa 13%

Na2EDTA 0,1%

Parfum Qs

Aquadest (dH2O) a.d. 100 gram

Page 5: Laporan Sediaan Sabun Transparan

2.3. Preformulasi

2.3.1. Asam Stearat

Asam stearate adalah campuran asam organic padat yang diperoleh dari lemak, sebagian besar

terdiri dari asam oktadekanoat (C18H36O2) dengan asam heksadekanoat (C16H32O2)

Pemerian : zat padat keras mengkilat menunjukkan susunan hablur; putih atau kuning pucat;

mirip seperti lilin.

Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air; larut dalam 20 bagian etanol 95%, 2 bagian kloroform,

dan 3 bagian eter.

Fungsi : Emulgator, solubilizer, ointment, emulsifying agent

Penggunaan : cream 1-20%

Massa Jenis : 0,98 gram/ml

Titik lebur : 69-700C

Stabilitas dan penyimpanan : Stabil dan dapat ditambahkan antioksidan kedalamnya. Harus

disimpan dalam tempat tertutup rapat, sejuk dan kering.

Inkompabilitas : Inkompatibel dengan kebanyakan logam hidroksida, basa, reduktor dan

oksidator.

2.3.2. Sukrosa

Pemerian : hablur putih atau tidak berwarna, massa hablur atau bentuk kubus, atau serbuk hablur

putih; tidak berbau; rasa manis; stabil di udara; larutannya netral terhadap lakmus.

Kelarutan : sangat mudah larut dalam air, lebih mudah larut dalam air mendidih; sukar larut

dalam etanol; tidak larut dalam kloroform dan dalam eter.

Stabilitas : stabil dengan cukup baik pada suhu ruangan dan ruangan yang cukup lembab. Dapat

menyerap sampai 1% kelembaban yang dilepaskan pada pemanasan disuhu 900C. Larutan

Page 6: Laporan Sediaan Sabun Transparan

dengan aquades dapat disterilkan dengan autoklaf atau dengan filtrasi ketika sukrosa didasarkan

sebagai bahan pemanis.

Inkompabilitas : tepung sukrosa dapat terkontaminasi dengan logam berat, dapat menyebabkan

inkompatibel dengan bahan aktif contohnya asam askorbat. Sukrosa dapat terkontaminasi dengan

sulfit pada saat proses pemurnian. Dengan kadar sulfit tinggi, sukrosa mengalami perubahan

warna.

Fungsi : Agen pentransparan

2.3.3. NaOH (Natrium Hidroksida)

Pemerian : Bentuk batang, butiran, massa hablur atau keping, kering, rapuh dan mudah meleleh

basah. Sangat alkalis dan korosif. Segera menyerap CO2

Kelarutan : sangat mudah larut dalam air dan dalam etanol 95%

Stabilitas : Natrium hidroksida harus disimpan dalam wadah non logam kedap udara di tempat

yang sejuk dan kering. Saat terkena udara, natrium hidroksida cepat menyerap kelembaban dan

mencair, tapi kemudian menjadi padat lagi karena penyerapan karbon dioksida dan pembentukan

natrium karbonat.

Inkompabilitas : Natrium hidroksida adalah basa kuat dan tidak sesuai dengan senyawa yang

mudah mengalami hidrolisis atau oksidasi. Ini akan bereaksi dengan asam, ester, dan eter,

terutama dalam larutan air.

Fungsi : Agen Pembasa

2.3.4. Etanol 96%

Pemerian : Cairan mudah menguap, jernih, tidak berwarna, bersifat mobile/dapat

bergerak/mengalir, mudah terbakar, bau penenang, rasa membakar, padat pada suhu kurang dari

30°C

Kelarutan : Dapat bercampur dengan air, gliserin, kloroform dan eter.

Page 7: Laporan Sediaan Sabun Transparan

Stabilitas : larutan etanol dapat disterilkan dengan autoklaf atau dengan filtrasi

Inkompabilitas : Dalam kondisi asam, larutan etanol dapat bereaksi keras dengan bahan

pengoksidasi. Campuran dengan alkali dapat menggelapkan warna karena reaksi dengan jumlah

sisa aldehida. garam organik atau akasia dapat diendapkan dari larutan berair atau dispersi.

larutan etanol juga tidak sesuai dengan wadah aluminium dan dapat berinteraksi dengan

beberapa obat.

Fungsi : pengawet anti microbial, agen pentransparan

2.3.5. Gliserin

Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarna; tidak berbau; higroskopis; rasa manis.

Kelarutan : - Dapat bercampur dengan air dan dengan etanol 95 %; praktis tidak larut dalam

kloroform dalam eter dan dalam minyak lemak dan dalam minyak menguap.

Stabilitas : Gliserin memiliki sifat higroskopis. gliserin murni tidak rentan terhadap oksidasi oleh

atmosfer di bawah kondisi penyimpanan biasa, tapi itu terurai pada pemanasan dengan evolusi

akrolein beracun. Campuran dari gliserin dengan air, etanol (95%), dan propilen glikol secara

kimiawi stabil.

Inkompabilitas : Gliserin dapat meledak jika dicampur dengan oksidator kuat seperti kromium

trioksida, potasium klorat, atau kalium permanganat. Dalam larutan encer, hasil reaksi pada

tingkat lebih lambat dengan beberapa produk oksidasi yang terbentuk. Hitam warna gliserin

terjadi di hadapan cahaya, atau kontak dengan seng oksida atau bismut nitrat dasar.

Fungsi : Agen pentransparan.

2.3.6. Na2EDTA

Pemerian : kristalin putih atau serbuk putih; tidak berbau; rasa sedikit asam.

Kelarutan : Praktis tidak larut dalam kloroform dan dalam eter; sedikit larut dalam etanol 95%;

larut dalam 11 bagian air.

Page 8: Laporan Sediaan Sabun Transparan

Stabilitas : Garam EDTA lebih stabil dibandingkan dengan asam EDTA. Larutan Na2EDTA

dapat disterilkan dengan autoklaf atau dengan filtrasi. Disimpan di wadah yang bebas dari alkali.

Inkompabilitas : Dinatrium edetat bersifat sebagai asam lemah, menggantikan karbon dioksida

dari karbonat dan bereaksi dengan logam untuk membentuk hidrogen. Hal ini tidak sesuai

dengan zat pengoksidasi kuat, basa kuat, ion logam, dan paduan logam.

Fungsi : Anti khelat

2.3.7. Minyak kelapa

Pemerian : cairan putih hingga kuning terang, bau khas lemah; rasa halus.

Kelarutan : praktis tidak larut dalam air; mudah larut dalam diklorometana, dan dalam petroleum

ringan; larut dalam eter, karbon disulfide, dan dalam kloroform

Stabilitas : pada paparan udara, minyak mudah teroksidasi dan menjadi tengik, menimbulkan bau

yang menyenangkan dan rasa asam kuat.

Inkompabilitas : minyak kelapa bereaksi dengan oksidator, asam dan basa.

Fungsi : Ointment base.

Page 9: Laporan Sediaan Sabun Transparan

BAB III

METODOLOGI PRAKTIKUM

Waktu dan Tempat Praktikum

Hari, tanggal : Kamis, 24 Maret 2016

Tempat praktikum : Laboratorium Penelitian II FKIK UIN Jakarta

Waktu : Pukul 14.30 – 16.30 wib

Alat dan bahan

Ekstrak madu

Asam stearat

Minyak kelapa

NaOH 30%

Etanol 96%

Gliserin

Sukrosa

Na2EDTA

Parfum

Aquadest

Penangas air

Beakerglass

Kaca arloji

Cawan penguap

Spatel

Neraca analitik

Cetaka sabun

Pipet tetes

Formula yang digunakan untuk 100 gram pembuatan sabun transparan 100 gram

Ekstrak madu 5%

Asam stearat 5%

Minyak kelapa20%

NaOH 30% 20%

Etanol 96% 20%

Gliserin 10%

Sukrosa 13%

Na2EDTA 0,1%

Parfum q.s

Page 10: Laporan Sediaan Sabun Transparan

Aquadest ad 100%

Cara Kerja

Evaluasi Sediaan

1. Tinggi dan stabilitas busa

10 gram sabun dimasukkan kedalam gelas ukur 100 ml, kocok dengan membolak-

balikan gelas ukur 10 kali, amati tinggi busa yang dihasilkan dan dalam 5 menit

kemudian amati kembali stabilitasnya.

2. Keasaman sabun

Ukur dengan pH indikator universal

3. Warna, bau dan tekstur

4. Daya bersih

1. Fase minyak (minyak kelapa, asam stearat) dilebur diatas penangas air hingga

suhu 70o C.

2. Tambahkan larutan NaOH, diaduk hingga terbentuk massa yang homogen dan kalis.

3. Tambahkan gula (sebelumnya telah dilarutkan di aquadest) dan Na2EDTA yang telah dilarutkan didalam air. Gula dan Na2EDTA

dicampurkan dalam 1 gelas beaker terlebih dahulu.

4. Tambahkan gliserin lalu aduk hingga

homogen

5. Tambahkan ekstrak yang sebelumnya telah dilarutkan dalam etanol. Lalu diaduk

hingga terbentuk massa yang transparan dan homogen

6. Tambahkan parfum pada suhu 50o – 60o C,

lalu aduk hingga homogen.

7. Tuangkan campuran kedalam

cetakan dan diamkan sampai mengeras

kemudian keluarkan dari cetakan.

Page 11: Laporan Sediaan Sabun Transparan

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Hasil Praktikum Sabun Transparan dengan ekstrak madu kelompok 2A

Kemasan kotak sabun transparan dengan ekstrak madu kelompok 2A

Hasil Evaluasi Sabun Transparan Ekstrak Madu Kelompok 2A

Evaluasi Tinggi dan Stabilitas Busa

Saat baru dikocok Setalah 5 menit

Hasil : Tinggi busa yang terbentuk 2 cm, dan

Evaluasi keasaman sabun dengan pH indikator

pH dari sabun transparan = 11

Page 12: Laporan Sediaan Sabun Transparan

busa menghilang setelah 5 menit percobaan

Evaluasi warna, bau dan tekstur

Warna : Cokelat transparan

Bau/aroma : Sedikit beraroma bunga, karena parfum yang digunakan adalah wangi bunga

Tekstur : Permukaan rata dengan tekstur tidak terlalu licin

Evaluasi Daya Bersih

Daya bersih cukup baik

Pembahasan

Pada praktikum kosmetologi kali ini kami melakukan pembuatan sediaan sabun

transparan dengan bahan utama ekstrak madu. Tujuan dari praktikum kosmetologi kali ini adalah

agar praktikan mampu melakukan studi praformulasi bahan-bahan, membuat sediaan sabun

transparan dan melakukan evaluasi sediaan yang telah dibuat.

Dalam pembuatannya, kami meleburkan asam stearat secara terpisah. Sukrosa dan Na

EDTA dilarutkan pada aqudest yang berbeda. Setelah asam stearat hampir melebur sempurna,

kami memanaskan oleum cocos dan olive oil pada suhu 70⁰C. Hal ini kami lakukan untuk

menghindari campuran minyak tersebut terlalu mendidih dan mengalami kerusakan molekul.

Pemanasan ini juga dilakukan untuk mencegah asam stearat kembali membeku pada saat

pencampuran. Pembuatan sediaan ini sangat mengamati perubahan suhu, karena pergeseran suhu

dapat mempengaruhi sediian akhir sabun transparan.

Setelah pencampuran tadi, kami menambahkan larutan NaOH pada campuran tersebut

untuk membentuk adonan. Adonan tersebut kami tambahkan gliserin, larutan sukrosa, larutan Na

EDTA dan etanol sedikit demi sedikit secara berurutan. Terakhir kami menambahkan madu ke

dalam adonan tersebut. Penambahan madu kami lakukan terakhir kali agar dapat mencegah

rusaknya madu.

Setelah dilakukan pembuatan sabun, hasil yang kami dapatkan sediaan membentuk sabun

transparan. Beberapa teman kelompok lain ada yang mengalami kegalalan diantaranya tidak

terbentuknya sabun secara transparan. Hal ini bisa dapat dikarenakan saat pencampuran kondisi

adonan yang masih panas saat larutan sukrosa ditambahkan (penambahan larutan sukrosa yang

Page 13: Laporan Sediaan Sabun Transparan

terlalu awal), peleburan asam stearat yang tidak dicampur dengan olive oil dan oleum cocos,

kemudian pengadukan yang dilakukan saat pencampuran yang terlalu kuat yang menyebabkan

terbentuknya buih/globul pada adonan, larutan sukrosa yang tidak ditambahkan gliserin, tidak

dilakukannya in processing control suhu, pemilihan bahan seperti NaOH yang digunakan adalah

NaOH padatan sehingga dilakukan pelarutan dengan aquadest yang menyebabkan aquadest yang

kami gunakan untuk bahan lain berkurang dan konsentrasi NaOH menjadi tinggi pada formula

kami yang berakibat tidak seimbangnya bahan pembentuk sabun (NaOH) dengan bahan

penjernih/pembuat transparan (gula, etanol dan gliserin). Pada praktikum ini juga dilakukan

terhadap 4 variasi konsenrasi bahan. Mulai dari terbentuknya sabun transparan sempurna, sampai

ada yang tidak terbentuk transparannya sama sekali.

Kandungan utama dari sabun transparan adalah:

1. Minyak Pendukung Berbagai jenis minyak yang sering digunakan untuk membuat sabun

diantaranya minyak zaitun, kelapa, castor, dan minyak kelapa sawit.

2. Sodium Hidroksida (NaOH)  NaOH atau kaustik soda merupakan senyawa alkali yang

bersifat basa berbentuk  butiran atau keping yang sangat higroskopis. NaOH akan

bereaksi dengan minyak membentuk sabun lewat reaksi saponifikasi.

3. Asam stearat, Asam stearat membantu untuk mengeraskan sabun. Penggunaan terlalu

banyak menyebabkan sabun kurang berbusa, jika terlalu sedikit sabun tidak mengeras.

4. Gliserin, Gliserin adalah produk samping dari reaksi hidrolisis antara minyak nabati

dengan air. Gliserin merupakan humektan sehingga berfungsi sebagai pelembab kulit.

5. Alkohol, Alkohol adalah bahan yang digunakan untuk melarutkan sabun sehingga sabun

menjadi bening atau transparan. Untuk terjadi transparansi sabun harus benar-benar larut.

6. Gula Bersifat humektan dan membantu pembusaan sabun. Semakin putih warna gula

akan semakin transparan sabun yang dihasilkan.

7. Pewarna, Penggunaan pewarna untuk memperindah penampilan masih menjadi

perdebatan. Penggunaan pewarna ditakutkan akan membahayakan karena kulit

merupakan organ tubuh yang menyerap apapun yang diletakkan dipermukaannya.

8. Pewangi, Pewangi atau pengaroma adalah suatu zat tambahan yang ditujukan untuk

memberikan aroma wangi pada suatu sediaan agar konsumen lebih tertarik (Priani dan

Lukmayani, 2010).

Faktor yang mempengaruhi transparansi sabun adalah:

Page 14: Laporan Sediaan Sabun Transparan

1. Etanol digunakan sebagai pelarut pada proses pembuatan sabun transparan karena

sifatnya yang mudah larut dalam air dan lemak. -

2. Gula

Gula bersifat humektan, dikenal membantu pembusaan sabun. Semakin putih warna gula

akan semakin jernih sabun transparan yang dihasilkan. Terlalu banyak gula,  produk

sabun menjadi lengket, pada permukaan sabun keluar gelembung kecil-kecil. Gula yang

paling baik untuk sabun transparan adalah gula yang apabila dicairkan  berwarna jernih

seperti gliserin, karena warna gula sangat mempengaruhi warna sabun transparan akhir.

Gula lokal yang berwarna agak kecoklatan, hasil sabun akhir  juga tidak bening, jernih

tanpa warna tetapi juga agak kecoklatan.

3. Gliserin

Gliserin adalah produk samping dari reaksi hidrolisis antara minyak nabati dengan air

untuk menghasilkan asam lemak. Gliserin merupakan humektan sehingga dapat  ber

fungsi sebagai pelembap pada kulit. Pada kondisi at mosfer sedang ataupun pada kondisi

kelembaban tinggi, gliserin dapat melembapkan kulit dan mudah di bilas. Ketika sabun

akan dibuat jernih dan bening maka hal yang paling essensial adalah kualitas gula,

alkohol dan gliserin. Oleh karena itu pemilihan material dipertimbangkan dengan warna

dan kemurniannya (Arita dkk, 2009).

Faktor-faktor kesalahan yang terjadi :

Kesalahan terjadi karena proses pencampuran antara minyak dan NaOH yang tidak

merata. Hal ini menyebabkan sabun transparan tidak terbentuk

Penambahan asam stearat yang terlalu sedikit sehingga sabun yang dihasilkan tidak keras

Penggunaan gula pasir yang berwarna coklat (tidak berwarna putih) juga menyebabkan

sabun tidak transparan .

Page 15: Laporan Sediaan Sabun Transparan

BAB V

PENUTUP

Kesimpulan

Hal-hal yang perlu dibahas pada proses pembuatan sediaan sabun transparan ini, yaitu :

1. Untuk memperoleh sabun yang baik, suhu larutan pada proses pembuatan pada range 65-

70°C. jika suhu dibawah 60°C sabun yang dihasilkan akan menggumpal.

2. Terjadi penggumpalan pada sabun disebabkan oleh NaOH. Sifat NaOh yang eksoterm

menyebabkan panas berlebih sehingga suhu larutan akan bertambah tinggi, dimana fungsi

NaOH adalah menetralisir asam dan membantu proses pembentukan sabun.

3. Reaksi signifikan yang terjadi adalah :

C3H5 (COOR)  +  3 NaOH                  3RCOONa + C3H5 (OH)3

                              (minyak/VCO)  (soda kaostik)               (sabun)           (gliserol).

4. Penambahan alkohol, gula pasir dan gliserin harus dilakukan secara berurutan. Sesuai

dengan fungsinya yaitu sebagai solven kemudian pembentuk transparasi dan kristalisasi

lalu melembabkan sabun yang berefek pada kulit.

5. Dari uji mutu yang dilakukan sabun kelompok kami memiliki transparasi coklat yang

tidak terlalu jernih transparan dengan sifat sabun keras dan pH sabun 12, sabun tersebut

dapat larut dalam air dan sabun tersebut bersifat basa.

6. Sebelum melakukan pencetakan sabun, jika terdapat buih pada larutan, maka buih tidak

ikut tercetak dan tidak mempengaruhi penampilan sabun.

Page 16: Laporan Sediaan Sabun Transparan

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 1995. Farmakope Indonesia Edisi IV. Jakarta : Departemen Kesehatan Republik

Indonesia.

Maibach, Howard I. et al. 2006. Handbook of Cosmetic Science and Technology Second

Edition. New York : Informa Healthcare USA.

Maibach, Howard I. et al. 2009. Handbook of Cosmetic Science and Technology Third

Edition. New York : Informa Healthcare USA.

Rowe, Raymond C. et al. 2009. Handbook of Pharmaceutical Excipients Sixth Edition.

Washington DC : Pharmaceutical Press and American Pharmacist Association.

Page 17: Laporan Sediaan Sabun Transparan

LAMPIRAN

GAMBAR DESAIN KEMASAN SABUN TRANSPARAN