laporan pp print
DESCRIPTION
LaporanTRANSCRIPT
LATAR BELAKANG
LAPORAN PRAKTIKUM PROSES MANUFAKTUR 1 1
BAB ILATAR BELAKANG
Dewasa ini tingkat pengangguran di Indonesia semakin meningkat, hal ini
dikarenakan kurang adanya lapangan pekerjaan yang dapat menampung
pekerja.Peningkatan Sumber Daya Manusia dalam mengelola lapangan kerja
dibutuhkan pada masa seperti ini.Pembukaan lapangan kerja salah satunya di bidang
Industrialisasi dapat menjadikan lowongan pekerjaan bagi pekerja yang membutuhkan,
dan dengan meningkatkan keterampilan masing-masing dapat memberikan bekal
kepada masyarakat untuk mendapatkan pekerjaan.Dalam hal ini pada bidang
manufaktur yang berhubungan dengan mesin.
Lathe machine atau lebih dikenal sebagai mesin bubut mencakup segala mesin
perkakas yang memproduksi bentuk silidris dan digunakan untuk menghasilkan benda-
benda berputar, membuat ulir, pengeboran dan meratakan permukaan benda putar.
Mesin milling adalah jenis mesin pemotong yang melakukan pemotongan
logam dengan cutting tool bergigi banyak (multiple tooth cutting tool) yang disebut
milling cutter/ pisau frais. Ada banyak jenis dari mesin milling, diantaranya mesin
milling horizontal, vertical, universal dll.dengan bentuk konstruksi dan fungsi yang
berbeda. Milling cutter dipasang pada arbor dan diputar oleh mekanisme gerak mesin
dengan menggunakan motor listrik. Pada praktikum proses produksi kali ini
menggunakan mesin milling horizontal dan vertikal.
Pada praktikum proses manufaktur praktikan dituntut dapat mengoperasikan
mesin dan membuat benda kerja yang daya guna. Pada Praktikum PP 03 ini dibuat
benda kerja bangku dengan menggunakan Mesin Las, Mesin Bor, Mesin Rol, dan Mesin
Pemotong Pelat yang bertujuan untuk meningkatkan keterampilan praktikan yang
apabila terjun di dunia kerja mereka dapat mengoperasikan mesin dengan baik serta
dapat memiliki keterampilan.
Pada praktikum proses manufaktur perlu diterapkan sistem manajemen
kesehatan dan keselamatan kerja untuk menghindari terjadinya kecelakaan kerja. Selain
itu juga untuk memberikan pengetahuan kepada praktikan tentang apa saja alat
pendukung yang digunakan dalam sistem manajemen kesehatan dan keselamatan kerja
beserta fungsinya.
LABORATORIUM PROSES PRODUKSI 1
PRAKTIKUMLABORATORIUM PROSES PRODUKSI 1
LAPORAN PRAKTIKUM PROSES MANUFAKTUR 1 2
BAB IIPRAKTIKUM
2.1 Mesin Bubut
2.1.1 Tujuan
Tujuan umum
a. Pengenalan secara langsung mesin-mesin perkakas serta cara pengoperasiannya.
b. Peningkatan pengetahuan serta ketrampilan tentang mesin-mesin perkakas.
Tujuan khusus
a. Dapat mengetahui, menguasai dan menjalankan mesin bubut.
b. Mengetahuiproses dan cara pembuatanbendakerjadenganmesinbubut.
c. Mengetahui dan memahami cara pembuatan ulir.
2.1.2 Alat dan Bahan
A. Alat
1. Mesin Bubut
Digunakan untuk pembuatan benda kerja.
Gambar 2.1 Mesin Bubut KW15-486Sumber : Laboratorium Proses Produksi I Teknik Mesin FT-UB (2015)
PRAKTIKUMLABORATORIUM PROSES PRODUKSI 1
LAPORAN PRAKTIKUM PROSES MANUFAKTUR 1 3
2. Jangka Sorong
Digunakan untuk mengukur dimensi benda kerja.
Gambar 2.2 Jangka SorongSumber : Laboratorium Proses Produksi I Teknik Mesin FT-UB (2015)
3. Center gauge / Dial Indicator
Digunakan untuk menyenterkan benda kerja.
Gambar 2.3 Center gauge / Dial IndicatorSumber : Laboratorium Proses Produksi I Teknik Mesin FT-UB (2015)
4. Stop Watch
Digunakan untuk mengetahui waktu dalam proses pembubutan.
Gambar 2.4 Stop WatchSumber : Laboratorium Proses Produksi I Teknik Mesin FT-UB (2015)
PRAKTIKUMLABORATORIUM PROSES PRODUKSI 1
LAPORAN PRAKTIKUM PROSES MANUFAKTUR 1 4
5. Kunci Chuck
Digunakan untuk mengencangkan chuck / pencekam, bentuk matanya
biasanya bujur sangkar.
Gambar 2.5 Kunci ChuckSumber : Laboratorium Proses Produksi I Teknik Mesin FT-UB (2015)
6. Kunci Pahat
Digunakan untuk mengencangkan pahat agar selama proses pembubutan
kedudukan pahat tidak berubah.
Gambar 2.6 Kunci PahatSumber : Laboratorium Proses Produksi I Teknik Mesin FT-UB (2015)
7. Tachometer
Digunakan untuk mengukur putaran dari spindle
Gambar 2.7 TachometerSumber : Laboratorium Proses Produksi I Teknik Mesin FT-UB (2015)
PRAKTIKUMLABORATORIUM PROSES PRODUKSI 1
LAPORAN PRAKTIKUM PROSES MANUFAKTUR 1 5
8. Pahat HSS
Sebagai alat potong untuk pemakanan benda kerja.
Gambar 2.8 Pahat HSSSumber : Laboratorium Proses Produksi I Teknik Mesin FT-UB (2015)
9. Tang Ampere
Untuk mengukur arus pada saat pembubutan.
Gambar 2.9 Tang AmpereSumber : Laboratorium Proses Produksi I Teknik Mesin FT-UB (2015)
B. Bahan
1. Baja ST-37
Gambar 2.10 Baja ST-37Sumber : Laboratorium Proses Produksi I Teknik Mesin FT-UB (2015)
2.1.3 Desain Benda Kerja
(Terlampir)
PRAKTIKUMLABORATORIUM PROSES PRODUKSI 1
LAPORAN PRAKTIKUM PROSES MANUFAKTUR 1 6
2.1.4 Penentuan Parameter Permesinan
a. Putaran Spindel (n)
Pembubutan : 360 rpm
Penguliran : 65 rpm
b. Feed Motion : 0,231 mm/rev
c. Pitch : 1,75 mm/gang
2.1.5 Proses Pembuatan Benda Kerja
a. Awal Benda Kerja
b. Proses 1
Pemakanan ke- Panjang pembubutan (L) Depth of Cut (t’)
1 100 0,5
2 100 0,5
3 100 0,5
PRAKTIKUMLABORATORIUM PROSES PRODUKSI 1
LAPORAN PRAKTIKUM PROSES MANUFAKTUR 1 7
d. Proses 2
Pemakanan ke- Panjang pembubutan (L) Depth of Cut (t’)
1 30 0,5
2 30 0,5
3
e. Proses 3
Pemakanan ke- Panjang pembubutan (L) Depth of Cut (t’)
1 10 0,5
2 10 0,5
3 10 0,5
4 10 0,5
5 10 0,5
f. Proses 4
PRAKTIKUMLABORATORIUM PROSES PRODUKSI 1
LAPORAN PRAKTIKUM PROSES MANUFAKTUR 1 8
Pemakanan ke- Panjang pembubutan (L) Depth of Cut (t’)
1 40 0,5
2 40 0,5
3 40 0,5
4 40 0,5
5 40 0,5
PRAKTIKUMLABORATORIUM PROSES PRODUKSI 1
LAPORAN PRAKTIKUM PROSES MANUFAKTUR 1 9
2.1.6 Flowchart
PRAKTIKUMLABORATORIUM PROSES PRODUKSI 1
LAPORAN PRAKTIKUM PROSES MANUFAKTUR 1 10
PRAKTIKUMLABORATORIUM PROSES PRODUKSI 1
LAPORAN PRAKTIKUM PROSES MANUFAKTUR 1 11
PRAKTIKUMLABORATORIUM PROSES PRODUKSI 1
LAPORAN PRAKTIKUM PROSES MANUFAKTUR 1 12
2.1.7 Data Hasil Praktikum
JENIS MESIN : Bubut
TYPE : KW15-486
DAYA ( P ) : 1,5kW
BAHAN YANG DIGUNAKAN
Nama Bahan : Baja ST-37
Koefisien bahan ( k ) : 157 kg/mm2
Konstanta Eksponen (m ) : 0.45
Tabel 2.1 Data Pembubutan
NO L
(mm
)
D
(mm)
d
(mm
)
S
(mmrev )
nt
(rpm)
na
(rpm
)
t’
(mm)
T
(s)
I
(A)
V
(Volt)
1 50 22 21 0,231 360 357 0,5 30 2,3 380
2 50 21 20 0,231 360 386 0,5 36 2,3 380
3 50 20 19 0,231 360 386 0,5 32 2,3 380
4 50 19 18 0,231 360 386 0,5 31 2,3 380
5 50 18 17 0,231 360 387 0,5 32 2,3 380
RATA-RATA 380,4 32,2
2.1.8 Pengolahan Data
1. Kecepatan Pemotongan (v)
Pembubutan
v=π .D . n1000
(m /menit )(2 - 1)
dimana:
D = Diameter awal benda kerja (mm)
n = Putaran spindle (rpm)
2. Depth of Cut (t’)
t '= D−d2
(mm )(2 - 2)
Dimana:
PRAKTIKUMLABORATORIUM PROSES PRODUKSI 1
LAPORAN PRAKTIKUM PROSES MANUFAKTUR 1 13
D = Diameter awal benda kerja (mm)
d = Diameter akhir benda berja (mm)
3. Gaya Pemotongan Vertikal ( Pz )
Pz=K .t ' . sm (kg ) (2 - 3)
dimana:
K = Koefisien bahan (Kg/mm2)
s = Feed motion (mm/rev)
t’ = Depth of cut (mm)
m = Konstanta eksponen
4. Daya Pemotongan ( Nc )
Nc= Pz . v60 .102
(kW )(2 - 4)
Pz = Gaya pemotongan vertikal (kg)
v = Kecepatan pemotongan 9m/menit)
5. Machining Time ( Tm )
Tm= L . is .n (menit) (2 - 5)
dimana:
L = panjang pembubutan (mm)
i = jumlah pemotongan = t/t’
6. Momen Torsi ( Mt )
Mt= Pz .D2
( Kg .mm )(2 - 6)
7. Daya Motor ( Nm )
Nm=V .√ω . I . cosα (kW ) (2 - 7)
dimana:
V = Tegangan Listrik (Volt)
PRAKTIKUMLABORATORIUM PROSES PRODUKSI 1
LAPORAN PRAKTIKUM PROSES MANUFAKTUR 1 14
ω = Jumlah Fasecos α = Faktor daya {0,8}
I = Arus (Ampere)
A. PerhitunganAktual
1. Kecepatan Pemotongan (v)
v=π .D .n1000
v=π . 22.3571000
v = 24,66156 m/menit
2. Depth of Cut (t’)
t'= D−d2
t' =22−212
t’ = 0,5 mm
3. Feed motion ( s )
s= L. iTm .n
s=40 .12 ,68. 357
s = 0,042 mm/rev
4. Gaya Pemotongan Vertikal ( Pz )
Pz=K .t ' . sm
Pz=157 . 0,5. 0 , 0420 ,45
PRAKTIKUMLABORATORIUM PROSES PRODUKSI 1
LAPORAN PRAKTIKUM PROSES MANUFAKTUR 1 15
Pz = 18,85 Kg
5. Daya Pemotongan ( Nc )
Nc= Pz . v60 .102
(kW )
Nc=18 , 85 .24,66156 60 .102
Nc = 0,076 kW
6. Momen Torsi ( Mt )
Mt= Pz . D2
Mt=18 , 85 .222
Mt = 207,35 kg.mm
7. Daya Motor ( Nm )
Nm=V .√ω . I . cos α
Nm=380 .√3 . 2,3 .0,8
Nm = 1211,05 kW
B. PerhitunganTeoritis
1. Kecepatan Pemotongan (v)
v=π .D .n1000
v=3 ,14 . 22.3601000
v = 24,87 m/menit
2. Depth of Cut (t’)
PRAKTIKUMLABORATORIUM PROSES PRODUKSI 1
LAPORAN PRAKTIKUM PROSES MANUFAKTUR 1 16
t'= D−d2
t' =22−212
t’ = 0,5 mm
3. Gaya Pemotongan Vertikal ( Pz )
Pz=K .t ' . sm
Pz=157 .0,5.0 , 2310 ,45
Pz = 40,6 Kg
4. Daya Pemotongan ( Nc )
Nc= Pz . v60 .102
(kW )
Nc=40 , 6 .24 ,8760 .102
Nc = 0,165 kW
5. Machining Time ( Tm )
Tm= L. is . n
Tm=40 .10 , 231 .360
Tm = 0,481 Menit
6. Momen Torsi ( Mt )
Mt= Pz . D2
Mt=40 ,6 .222
PRAKTIKUMLABORATORIUM PROSES PRODUKSI 1
LAPORAN PRAKTIKUM PROSES MANUFAKTUR 1 17
Mt = 446,6 kg.mm
7. Daya Motor ( Nm )
Nm=V .√ω . I . cos α
Nm=380 .√3 . 2,3 .0,8
Nm = 1211,05W
Nm= 1,211 kW
2.1.9 Grafik dan Pembahasan
A. Hubungan Feed motion (s) dengan Gaya pemotongan (Pz)
Tabel 2.2:Feed motion (s) dengan Gaya pemotongan (Pz)
Kelompok St (mm/rev) Pzt (kg) Sa (mm/rev) Pza (kg)
18 0,132 31,56 0,123 30,56
21 0,231 40,60 0,219 39,62
24 0,166 34,99 0,154 33,87
27 0,184 36,65 0,171 35,46
30 0,205 37,47 0,191 37,31
PRAKTIKUMLABORATORIUM PROSES PRODUKSI 1
LAPORAN PRAKTIKUM PROSES MANUFAKTUR 1 18
a. Grafik HubunganFeed motion (s) dengan Gaya pemotongan (Pz)
PRAKTIKUMLABORATORIUM PROSES PRODUKSI 1
LAPORAN PRAKTIKUM PROSES MANUFAKTUR 1 19
a. Pembahasan
Gam
bar
2.11
:Fee
d
mot
io
n (s
)
deng
an
Gay
a
pem
o
tong
a
n (Pz)
PRAKTIKUMLABORATORIUM PROSES PRODUKSI 1
LAPORAN PRAKTIKUM PROSES MANUFAKTUR 1 20
Feed motion (s) adalah panjangnya pemakanan setiap satu putaran benda kerjadi
nyata kandalam satuan mm/rev. Sedangkan Gaya pemotongan (Pz) adalah banyaknya
gaya atau energi yang dibutuhkan untuk memotong satu unit volume benda kerja dan
dinyatakan dalam satuan kg.
Pada grafik hubungan antara feed motion (s) dengan gaya pemotongan (Pz)
menunjukan bahwa semakin besar nilai feed motion (s) maka nilai gaya pemotongan
(Pz) juga akan semakin besar. Hal ini juga dibuktikan pada rumus Gaya pemotongan
(Pz) yaitu:
Pz = k .t’ . sm (kg)
dimana :
Pz = gayapemotongan (kg)
k = koefisienbahan (kg/mm2)
s = feed motion (mm/rev)
m = konstantaeksponen
Berdasarkan grafik dan rumus, dapat diketahui bahwa hubungan antara feed
motion (s) dengan gaya pemotongan (Pz) adalah berbanding lurus.
Pz s
Sehingga, ketika nilai feed motion (s) semakin besar, maka nilai gaya pemotongan
(Pz) juga akan semakin besar, dan sebaliknya.
Dari grafik s-Pz dapat dilihat bahwa nilai teoritis lebih besar. Hal ini karena dalam
penentuan nilai feed motion membutuhkan putaran spidle padahal kita tahu bahwa nilai
putaran spindle teoritis lebih besar dari pada aktual. Dari rumus kita tahu bahwa nilai
putaran spindle berbanding terbalik dengan nilai Pz
B. Hubungan Putaran Spindle (n) dan Daya Pemotongan (Nc)
PRAKTIKUMLABORATORIUM PROSES PRODUKSI 1
LAPORAN PRAKTIKUM PROSES MANUFAKTUR 1 21
Tabel 2.3 Data antar kelompok Hubungan Putaran Spindle (n) dan Daya Pemotongan
(Nc)
Kelompok Nt (rpm) Na (rpm) Nct (kW) Nca (kW)
1 200 212 0,059 0,0626
6 330 349,6 0,0975 0,1032
8 235 239,6 0,0694 0,0707
16 280 299,4 0,0827 0,0885
20 300 315 0,0886 0,093
21 360 380 0,1063 0,1122
b. Grafik Hubungan Putaran Spindle (n) dengan Daya Pemotongan (Nc)
PRAKTIKUMLABORATORIUM PROSES PRODUKSI 1
LAPORAN PRAKTIKUM PROSES MANUFAKTUR 1 22
Gam
bar 2
.12
: Gra
fil H
ubun
gan
Puta
ran
spin
dle
(n) d
enga
n D
aya
Pem
oton
gan
(Nc)
PRAKTIKUMLABORATORIUM PROSES PRODUKSI 1
LAPORAN PRAKTIKUM PROSES MANUFAKTUR 1 23
c. Pembahasan
Nilai n yaitu nilai putaran spindle yang dinyatakan dalam rpm. Sedangkan Daya
pemotongan (Nc) adalah besarnya energi yang diperlukan untuk memutar spindle
utama pada mesin bubut dan dinyatakan dalam satuan kW.
Grafik hubungan antara banyak putarans pindle (n) dengan daya pemotongan
(Nc) menunjukkan bahwa semakin besar nilai putaran spindle (n), maka daya
pemotongan (Nc) akan semakin besar. Hal ini dibuktikan juga pada rumus Daya
pemotongan (Nc) yaitu:
Nc= Pz . v60 .102
(kW ),dengan v=π . D. n1000
(m /menit) , maka
Nc= k . t ’ . sm. π . D . n60.102 .1000
dimana :Nc = daya pemotongan (kW)
Pz = gaya pemotongan (kg)
v = kecepatan pemotongan (m/menit)
D = diameter awal benda kerja (mm)
n = putaran spindle (rpm)
k = koefisien bahan (kg/mm2)
s = feed motion (mm/rev)
m = konstanta eksponen
Dari rumus tersebut, terlihat bahwa nilai Nc berbanding lurus dengan v dan n.
N c v , n
Sehingga semakin banyak putaran spindle (n) akan berpengaruh terhadap
kecepatan pemotongan (v) yang akan semakin cepat, dan berpengaruh juga terhadap
daya pemotongan (Nc) yang akan semakin besar. Selain itu, feed motion (s) juga
berpengaruh pada daya pemotongan (Nc).
Dilihat dari grafik, Nc aktual lebih tinggi dibandingkan dengan Nc teoritis. Hal
ini disebabkan karena nilai n aktual lebih tinggi dengan n teoritis
Kemudian n aktual lebih besar dari pada n teoritis karena pada dasarnya n
aktual pada mesin bubut di atur lebih besar dari pada n teoritisnya. Hal itu dilakukan
agar ketika mesin bubut tersebut dipasang benda kerja yang bebannya sama dengan
beban maksimum benda kerja dari mesin bubut tersebut, n aktualnya sama dengan
teoritisnya.
PRAKTIKUMLABORATORIUM PROSES PRODUKSI 1
LAPORAN PRAKTIKUM PROSES MANUFAKTUR 1 24
2.1.10 Studi Kasus
1. Diameter tidak sesuai desain
Analisa
Setelah dilakukan pembubutan terjadi perbedaan ukuran diameter
Gambar 2.13 Diameter pembubutan tidak sesuai desainSumber : Dokumentasi pribadi (2015)
Penyebab
Saat melakukan pemakanan terjadi kerangnya ketelitian dan keakuratan
dalam pemberhentian.sehingga terjadilah perbedaan diameter.
Solusi
Solusinya lebih teliti dan akurat dalam memberhentikan pemakanan
setiap satu kali.
2. Perbedaan panjang penguliran
Analisa
Panjang ulir tidak sama, perbedaanya terletak pada ujung penguliran
PRAKTIKUMLABORATORIUM PROSES PRODUKSI 1
LAPORAN PRAKTIKUM PROSES MANUFAKTUR 1 25
Gambar 2.14 Perbedaan panjang penguliranSumber : Dokumentasi pribadi (2015)
Penyebab
Waktu pemberhentian pahat tidak presisi, dikarenakan penanda yang di
berikan sudah hilang, sehingga terjadi perbedaan panjang penguliran
Solusi
Hampir sama seperti studi kasus yang pertama, yaitu lebih teliti dan
akurat dalam memberhentikan pemakanan setiap satu kali. Dan juga memberi
tanda di lokasi yang tidak termakan pahat.
PRAKTIKUMLABORATORIUM PROSES PRODUKSI 1
LAPORAN PRAKTIKUM PROSES MANUFAKTUR 1 26
2.2 Mesin Milling
2.2.1 Tujuan
Tujuan umum
a. Pengenalan secara langsung mesin-mesin perkakas serta cara pengoperasiannya.
b. Peningkatan pengetahuan serta ketrampilan tentang mesin-mesin perkakas.
Tujuan khusus
a. Mengetahui serta mampu mengoperasikan bagian-bagian dari mesin milling.
b. Melatih praktikan melakukan pekerjaan dalam pembuatan roda gigi, menggunakan
mesin milling dan mengetahui macam-macam pekerjaan yang dapat dilakukan.
2.2.2 Alat dan Bahan
A. Alat
1. Mesin Milling
Digunakan untuk pembuatan benda kerja.
Gambar 2.15 Mesin MillingSumber : Laboratorium Proses Produksi I Teknik Mesin FT-UB (2015)
PRAKTIKUMLABORATORIUM PROSES PRODUKSI 1
LAPORAN PRAKTIKUM PROSES MANUFAKTUR 1 27
2. Jangka Sorong
Digunakan untuk mengukur dimensi benda kerja.
Gambar 2.16 Jangka SorongSumber : Laboratorium Proses Produksi I Teknik Mesin FT-UB (2015)
3. Milling Cutter (Modul = 2,25)
Digunakan untuk pemakanan benda kerja.
Gambar 2.17 Milling CutterSumber : Laboratorium Proses Produksi I Teknik Mesin FT-UB (2015)
4. Stop watch
Digunakan untuk mengetahui waktu dalam proses pemakanan.
Gambar 2.18 Stop watchSumber : Laboratorium Proses Produksi I Teknik Mesin FT-UB (2015)
PRAKTIKUMLABORATORIUM PROSES PRODUKSI 1
LAPORAN PRAKTIKUM PROSES MANUFAKTUR 1 28
5. Kunci Chuck
Digunakan untuk mengencangkan chuck / pencekam, bentuk matanya
biasanya bujur sangkar.
Gambar 2.19 Kunci ChuckSumber : Laboratorium Proses Produksi I Teknik Mesin FT-UB (2015)
6. Kunci L
Digunakan untuk mengencangkan tailstock agar selama proses
pengerjaan, kedudukan tailstock tidak berubah.
Gambar 2.20 Kunci LSumber : Laboratorium Proses Produksi I Teknik Mesin FT-UB (2015)
5. Kunci Inggris
Digunakan untuk mengencangkan benda kerja pada poros berulir dan
Mengatur kedudukan sector arm.
Gambar 2.21 Kunci InggrisSumber : Laboratorium Proses Produksi I Teknik Mesin FT-UB (2015)
PRAKTIKUMLABORATORIUM PROSES PRODUKSI 1
LAPORAN PRAKTIKUM PROSES MANUFAKTUR 1 29
6. Obeng (-)
Digunakan untuk mengatur dan mengencangkan index crank.
Gambar 2.22 Obeng (-)Sumber : Laboratorium Proses Produksi I Teknik Mesin FT-UB (2015)
7. Poros Berulir
Digunakan sebagai tempat kedudukan benda kerja sebelum dipasang
pada chuck.
Gambar 2.23 Poros BerulirSumber : Laboratorium Proses Produksi I Teknik Mesin FT-UB (2015)
B. Bahan
1. Aluminium
Gambar 2.24 AluminiumSumber : Laboratorium Proses Produksi I Teknik Mesin FT-UB (2015)
PRAKTIKUMLABORATORIUM PROSES PRODUKSI 1
LAPORAN PRAKTIKUM PROSES MANUFAKTUR 1 30
2.2.3 Desain Benda Kerja
(Terlampir)
2.2.4 Penentuan Parameter Dan Perhitungan Pembuatan Roda Gigi Lurus
Gambar 2.25 Bagian-bagian roda gigiSumber :R.S Khurmi (2005:1025)
A. Roda Gigi 1
M1 = 2,25
Z1 = 23
K1 = 60
X1 = 21423
n1 = 680 rpm
PRAKTIKUMLABORATORIUM PROSES PRODUKSI 1
LAPORAN PRAKTIKUM PROSES MANUFAKTUR 1 31
Perhitungan Pembuatan Roda Gigi Lurus
1. Diameter Pitch (dp)
Z=dpM (2 - 8)
dp = Z.M
dp = 51,75 mm
2. Diameter Kepala (dk)
dp=dk−2 M (2 - 9)
51 ,75=dk−2. 2 ,25
dk = 56,25 mm
3. Jumlah putaran untuk index plate (X)
X=KZ (2 - 10)
X=6023
X =21423 putaran
4. Tinggi gigi (H)
H=2, 25 . M (2 - 11)
H=2, 25 .2 ,25H = 5.0625 mm
5. Tinggi kepala gigi (hk)
hk=k . M (2 - 12)
hk=1. 2 , 25hk = 1,25 mm
PRAKTIKUMLABORATORIUM PROSES PRODUKSI 1
LAPORAN PRAKTIKUM PROSES MANUFAKTUR 1 32
6. Tinggi kaki gigi (hf)
hf=k . M+ck (2 - 13)
hf=1 .2 , 25+0 , 5625
hf = 0,8125 mm
7. Tebal gigi (t)
t=π . M2 (2 - 14)
t=π . 2 ,252
t = 3,5325 mm
B. Roda Gigi 2
M2 = 2,75
Z2 = 24
K2 = 40
X2 = 11624
n2 = 640 rpm
Perhitungan Pembuatan Roda Gigi Lurus
1. Diameter Pitch (dp)
Z=dpM
dp = Z.M
dp = 66 mm
2. Diameter Kepala (dk)
dp=dk−2 M
66=dk−2. 2 ,75
dk = 71,50 mm
3. Jumlah putaran untuk index plate (X)
PRAKTIKUMLABORATORIUM PROSES PRODUKSI 1
LAPORAN PRAKTIKUM PROSES MANUFAKTUR 1 33
X=KZ
X=4024
X =11624 putaran
4. Tinggi gigi (H)
H=2, 25 . MH=2,25 .2 , 75H = 6,1875 mm
5. Tinggi kepala gigi (hk)
hk=k . M
hk=1. 2 ,75hk = 2,75 mm
6. Tinggi kaki gigi (hf)
hf=k . M+ck
hf=1 .2 , 75+0 , 6875hf = 3,4375 mm
7. Tebal gigi (t)
t=π . M2
t= π . 2 ,752
t = 4,1375 mm
PRAKTIKUMLABORATORIUM PROSES PRODUKSI 1
LAPORAN PRAKTIKUM PROSES MANUFAKTUR 1 34
2.2.5 Flowchart
Flowchart Mesin Milling Roda Gigi 1
PRAKTIKUMLABORATORIUM PROSES PRODUKSI 1
LAPORAN PRAKTIKUM PROSES MANUFAKTUR 1 35
Flowchart Mesin Milling Roda Gigi 1
PRAKTIKUMLABORATORIUM PROSES PRODUKSI 1
LAPORAN PRAKTIKUM PROSES MANUFAKTUR 1 36
PRAKTIKUMLABORATORIUM PROSES PRODUKSI 1
LAPORAN PRAKTIKUM PROSES MANUFAKTUR 1 37
PRAKTIKUMLABORATORIUM PROSES PRODUKSI 1
LAPORAN PRAKTIKUM PROSES MANUFAKTUR 1 38
PRAKTIKUMLABORATORIUM PROSES PRODUKSI 1
LAPORAN PRAKTIKUM PROSES MANUFAKTUR 1 39
2.2.6 Data Hasil Praktikum
Putaran yang digunakan(n) : 680 rpm
Feed motion (s) : 0,231 mm/rev
Diameter cutter (D) : 00 mm
Modul (M) : 2,25 mm
Dimensi roda gigi yang dibuat:
Teoritis
1. Diameter kepala (Dk) : 56,25 mm
2. Diameter pitch (Dp) : 51,75 mm
3. Jumlah gigi (Z) : 23
4. Tinggi gigi (H) : 5.0625 mm
5. Tebal gigi (t) : 3,5325 mm
Aktual
1. Diameter kepala (Dk) : 56 mm
2. Diameter pitch (Dp) : 51 mm
3. Jumlah gigi (Z) : 23
4. Tinggi gigi (H) : 5 mm
5. Tebal gigi (t) : 4 mm
Bahan benda kerja : aluminium
Konstanta bahan : 32 kg /mm2
Konstanta eksponen Aluminium : 0,5
Lebar benda kerja : 220 mm
Jumlah gigi worm wheel (K) : 60
Jumlah putaran untuk index plate(x) :2 1423
PRAKTIKUMLABORATORIUM PROSES PRODUKSI 1
LAPORAN PRAKTIKUM PROSES MANUFAKTUR 1 40
Waktu tiap kali pemakanan :
Tabel 2.4 Data Waktu Pemakanan Proses Milling
Pemakana
n ke-
t’= 3 (mm) t’ = 2,0625 (mm)
t ( detik ) t ( detik )
1. 10 10,1
2. 13,9 9,3
3. 12,5 9,1
4. 8,5 10,9
5. 8,6 8,5
6. 7,4 4,4
7. 6,2 5,2
8. 6,2 6,6
9. 9,5 4,8
10. 9,3 6,4
11. 6,0 6,5
12. 7,1 6,6
13. 6,5 6,3
14. 5,3 6,5
15. 5,5 9,0
16. 7,4 7,2
17. 8,8 6,2
18. 9,5 9,5
19. 9,2 7,0
20. 11,4 6,9
21. 9,0 6,6
22. 10,8 6,9
23. 10 6,7
24.
25.
26.
Jumlah 198,6 167,2
PRAKTIKUMLABORATORIUM PROSES PRODUKSI 1
LAPORAN PRAKTIKUM PROSES MANUFAKTUR 1 41
2.2.7 Pengolahan Data
1. Feed motion(s)
s= L+√ t ' (D−t ' )+6Tm .n
( menit )(2 - 15)
dimana :
L = panjang pemotongan (mm)
t’ = kedalaman pemotongan (mm)
D = diameter milling cutter (mm)
s = feed motion (mm/rev)
n = putaran spindle (rpm)
Tm = Machining time(mnt)
2. Gaya pemotongan (Pz)
Pz=K .t ' . sm (kg ) (2 - 3)
dimana:
K = Koefisien bahan (Kg/mm2)
t’ = Depth of cut (mm)
m = konstanta eksponen
3. Momen torsi (Mt)
Mt= Pz . D2
( Kg . mm )(2 - 6)
dimana:
D = diameter milling cutter (mm)
4. Daya pemotongan (Nc)
Nc= Mt . n974000
( Kw )(2 - 4)
5. Kecepatan pemotongan ( Tm )
v= π .D .n1000 (2 - 5)
dimana :
PRAKTIKUMLABORATORIUM PROSES PRODUKSI 1
LAPORAN PRAKTIKUM PROSES MANUFAKTUR 1 42
n = putaran spindle (rpm)
A. Perhitungan Aktual
1. Feed motion(s)
s= L+√ t ' (D−t ' )+6Tm . n
s=60+√3(60−3 )+62 ,135 . 680
s = 0,054 mm/rev
2. Gaya pemotongan (Pz)
Pz=K . t' . sm
Pz=32 .3 . 0 , 0540,5
Pz = 22,272 kg
3. Momen torsi (Mt)
Mt=Pz . D2
Mt=22 ,272.602
Mt = 668,16 kg.mm
4. Daya pemotongan (Nc)
Nc=Mt . n974000
Nc=668 ,16 . 680974000
Nc = 0,46 kW
5. Kecepatan pemotongan ( v )
v= π .D .n1000
v=3 ,14 .60 .6801000
v = 135,21 mm/menit
PRAKTIKUMLABORATORIUM PROSES PRODUKSI 1
LAPORAN PRAKTIKUM PROSES MANUFAKTUR 1 43
2.2.8 Studi Kasus
1. Cacat Pada Tinggi Gigi
Analisa
Pada gambar terlihat adnya cacat pada benda kerja yakni pada bagian
tinggi gigi. Pada sebagian gigi,tingginya tidak sesuai dengan tinggi gigi yang
lain.
Gambar 2.26 Cacat tinggi gigi Sumber : Laboratorium Proses Produksi I Teknik Mesin FT-UB (2015)
Penyebab
Dari gambar di atas terlihat perbedaan tinggi gigi pada bahan. Hal ini
dikarenakan metode saat melakukan pemakanan kurang tepat. Benda s
eharusnya di jauhkan dari milling cutter saat memutar index plate.sehingga tidak
terjadi penekanan oleh pahat terhadap benda kerja saat proses pemutaran tesebut.
Solusi
Agar tidak terjadi perbedaan ketinggian pada benda kerja sebelum proses
pemakanan, metode yang harus di lakukan terlebih dahulu adalah menjauhkan
terlebih dahulu benda kerja dari milling cutter. Sehingga pada saat
pemakanan,milling cutter dan benda kerja berada pada posisi yang sesuai.
PRAKTIKUMLABORATORIUM PROSES PRODUKSI 1
LAPORAN PRAKTIKUM PROSES MANUFAKTUR 1 44
2. Perbedaan pada Tebal Gigi
Analisa
Adanya perbedaan tebal gigi di tunjukkan pada gambar di bawah ini.
Gambar 2.27 Pebedaan Tebal GigiSumber : Laboratorium Proses Produksi I Teknik Mesin FT-UB (2015)
Penyebab
Perbedaan tebal gigi pada benda kerja disebabkan oleh metode dalam
pemutaran index plate kurang tepat,sehingga dihasilkan spesimen yang cacat
seperti gambar di atas.
Solusi
Sebaiknya metode yang digunakan pada saat memutar jumlah index
plate yakni jumlah putaran yang dilakukan di catat secara menual.
PRAKTIKUMLABORATORIUM PROSES PRODUKSI 1
LAPORAN PRAKTIKUM PROSES MANUFAKTUR 1 45
2.3 Mesin Bor
2.3.1 Tujuan
Tujuan umum :
a. Pengenalan secara langsung mesin-mesin perkakas serta cara pengoperasiannya.
b. Peningkatan pengetahuan serta ketrampilan tentang mesin-mesin perkakas.
Tujuan khusus :
a. Dapat mengetahui, menguasai dan menjalankan mesin bor.
b. Mengetahui proses dan cara pengeboran benda kerja dengan menggunakan mesin
bor.
2.3.4 Alat dan Bahan
A. Alat
1. Mesin Bor
Digunakan untuk pembuatan benda kerja.
Gambar 2.28 Mesin BorSumber : Laboratorium Proses Produksi I Teknik Mesin FT-UB (2015)
2. Mata Bor
Digunakan sebagai alat untuk melubangi benda kerja.
Gambar 2.29 Mata BorSumber : Laboratorium Proses Produksi I Teknik Mesin FT-UB (2015)
PRAKTIKUMLABORATORIUM PROSES PRODUKSI 1
LAPORAN PRAKTIKUM PROSES MANUFAKTUR 1 46
3. Kunci Drill chuck
Digunakan untuk mengencangkan mata bor pada drill chuck
Gambar 2.30 Drill chuckSumber : Laboratorium Proses Produksi I Teknik Mesin FT-UB (2015)
4. Stop watch
Digunakan untuk mengetahui waktu dalam proses pengeboran.
Gambar 2.31 Stop watchSumber : Laboratorium Proses Produksi I Teknik Mesin FT-UB (2015)
5. Waterpass
Digunakan untuk mendapatkan permukaan yang rata dan tegak lurus
dengan mata bor.
PRAKTIKUMLABORATORIUM PROSES PRODUKSI 1
LAPORAN PRAKTIKUM PROSES MANUFAKTUR 1 47
Gambar 2.32 WaterpassSumber : Laboratorium Proses Produksi I Teknik Mesin FT-UB (2015)
6. Penitik
Digunakan untuk menandai benda kerja yang akan dibor.
Gambar 2.33 PenitikSumber : Laboratorium Proses Produksi I Teknik Mesin FT-UB (2015)
7. Palu
Digunakan untuk memberikan gaya pada penitik.
Gambar 2.34 PaluSumber : Laboratorium Proses Produksi I Teknik Mesin FT-UB (2015)
8. Jig
Digunakan sebagai pemandu untuk mengarahkan bagi mata pahat dalam
proses pemotongan.
PRAKTIKUMLABORATORIUM PROSES PRODUKSI 1
LAPORAN PRAKTIKUM PROSES MANUFAKTUR 1 48
Gambar 2.35 JigSumber : Laboratorium Proses Produksi I Teknik Mesin FT-UB (2015)
B. Bahan
1. Aluminium
Gambar 2.36 AluminiumSumber : Laboratorium Proses Produksi I Teknik Mesin FT-UB (2015)
2.3.3 Desain Benda Kerja
(Terlampir)
2.3.4 Penentuan Parameter Permesinan
Tegangan = 380 volt
Diameter mata bor = 6 mm
Kecepatan putar = 400 rpm
Panjang pengeboran = 19 mm
Banyaknya pemakanan = 5 kali
Waktu pengeboran = 20,8 detik
Konstanta bahan Alumunium = 32 kg /mm2
PRAKTIKUMLABORATORIUM PROSES PRODUKSI 1
LAPORAN PRAKTIKUM PROSES MANUFAKTUR 1 49
2.3.5 Flowchart
Flowchart Mesin Bor pada roda gigi 1
Mulai
Persiapkan mesin bor dan alat yang akan digunakan
Persiapkan perhitungan dan JIG
Benda kerja alumuniun dengan d= 56,25 mm
Tempat JIG pada benda kerja
Pasang benda kerja dan JIG pada ragum
Turunkan mata bor hingga menyentuh JIG
Geser ragum hingga presisi dengan titik yang di inginkan
AB
PRAKTIKUMLABORATORIUM PROSES PRODUKSI 1
LAPORAN PRAKTIKUM PROSES MANUFAKTUR 1 50
Flowchart Mesin Bor Roda Gigi 2
Nyalakan mesin dan pengeboran pertama sesuai dengan JIG
sebagai titik acuan
A
Naikkan mata bor
Naikkan mata bor
Matikan mesin
Lepas ragum
Lepas baut dan mur
Selesai
Apakah di benda kerja sudah
mempunyai 5 lubang ?
B
T
Y
Mulai
Persiapkan mesin bor dan alat yang akan digunakan
Persiapkan perhitungan dan JIG
Benda kerja alumuniun dengan d= 71.50 mm
Tempat JIG pada benda kerja
Pasang benda kerja dan JIG pada ragum
Turunkan mata bor hingga menyentuh JIG
Geser ragum hingga presisi dengan titik yang di inginkan
AB
Nyalakan mesin dan pengeboran pertama sesuai dengan JIG
sebagai titik acuan
A B
Benda kerja
PRAKTIKUMLABORATORIUM PROSES PRODUKSI 1
LAPORAN PRAKTIKUM PROSES MANUFAKTUR 1 51
2.3.6 Data Hasil Praktikum
Tabel 2.5 Data Pengeboran
Pengeboran ke- Waktu Pengeboran (menit)
1 29
2 18
3 15
4 24
5 18
2.3.7 Pengolahan data
1. Kecepatan pengeboran
v= π . D . n
1000 (2 - 1)
v=3 ,14 . 60 . 4001000
v =76,36 m/menit
2. Feed Motion ( s )
s= L . iTm. n (2 - 5)
s=19. 520 ,8 . 400
s = 11,418 mm/rev
3. Momen torsi (Mt)
Mt=C . D1,9 . s0,8(2 - 17)
Mt=32 . 61,9 . 11 , 4180 , 45
Mt = 2879,393 kg.mm
dimana :
C = Konstanta bahan Alumunium
D = diameter mata bor (mm)
PRAKTIKUMLABORATORIUM PROSES PRODUKSI 1
LAPORAN PRAKTIKUM PROSES MANUFAKTUR 1 52
4. Daya pengeboran (Nc)
Nc=Mt . n974000 (2 - 18)
Nc=2879,393 . 400974000
Nc = 1,182 kW
2.3.8 Studi Kasus
1. Cacat pada lubang hasil pengeboran
Analisa
Cacat tersebut terjadi pada benda kerja pada sisi atas dari salah satu
lubang,dimana pada bagian tersebut hasil pengeboran lebih lebar dari ukuran
mata bor.
Gambar 2.37 Cacat pada lubang hasil pengeboranSumber : Laboratorium Proses Produksi I Teknik Mesin FT-UB (2015)
Penyebab
Dari gambar diatas dapat di lihat bahwa terjadi cacat pada bagian atas
salah satu lubang hasil pengeboran. Hal ini disebabkan karena metode yang
digunakan dalam proses pemakanan yang kurang tepat. Besarnya gaya yang
diberikan pada awal proses mato bor menyentuh benda kerja terlalu
besar,sehingga terjadi rontok pada bagian sisi atas lubang.
Solusi
PRAKTIKUMLABORATORIUM PROSES PRODUKSI 1
LAPORAN PRAKTIKUM PROSES MANUFAKTUR 1 53
Agar tidak terjadi cacat pada benda kerja seperti gambar di atas,sebaiknya
pada saat awal mata bor menyentuh benda kerja,gaya yang diberikan kecil.
2.4 Kerja Bangku
2.4.1 Tujuan
Tujuan umum
a. Pengenalan secara langsung terhadap mesin las serta cara pengoperasiannya.
b. Peningkatan pengetahuan serta ketrampilan tentang proses pengelasan.
Tujuan khusus
a. Dapat mengetahui, memahami dan melakukan proses pengelasan.
b. Melatih ketrampilan dalam mengoperasikan mesin las
2.4.2 Alat dan Bahan
A. Alat
1. Mesin Las SMAW
Digunakan untuk pembuatan benda kerja.
Gambar 2.38 Mesin Las SMAWSumber : Laboratorium Proses Produksi I Teknik Mesin FT-UB (2015)
2. Tang
Digunakan untuk menjepit benda kerja pada saat pengelasan apabila
diperlukan.
Gambar 2.39 Tang
PRAKTIKUMLABORATORIUM PROSES PRODUKSI 1
LAPORAN PRAKTIKUM PROSES MANUFAKTUR 1 54
Sumber : Laboratorium Proses Produksi I Teknik Mesin FT-UB (2015)
3. Kacamata las / Topeng Las
Digunakan untuk melindungi mata pada saat proses pengelasan
berjalan.
Gambar 2.40 Kacamata las / Topeng LasSumber : Laboratorium Proses Produksi I Teknik Mesin FT-UB (2015)
4. Stop watch
Digunakan untuk mengetahui waktu dalam proses pengelasan.
Gambar 2.41 Stop watchSumber : Laboratorium Proses Produksi I Teknik Mesin FT-UB (2015)
5. Penggaris Siku
Digunakan untuk menentukan kedudukan benda kerja sebelum dilas.
Gambar 2.42 Penggaris Siku
PRAKTIKUMLABORATORIUM PROSES PRODUKSI 1
LAPORAN PRAKTIKUM PROSES MANUFAKTUR 1 55
Sumber : Laboratorium Proses Produksi I Teknik Mesin FT-UB (2015)
6. Kikir
Digunakan untuk menghaluskan permukaan setelah proses pemotongan.
Gambar 2.43 KikirSumber : Laboratorium Proses Produksi I Teknik Mesin FT-UB (2015)
7. Roll Meter
Digunakan untuk mengukur benda kerja sebelum dan setelah dipotong.
Gambar 2.44 Roll MeterSumber : Laboratorium Proses Produksi I Teknik Mesin FT-UB (2015)
8. Gergaji besi
Digunakan untuk memotong material.
Gambar 2.45 Gergaji besiSumber : Laboratorium Proses Produksi I Teknik Mesin FT-UB (2015)
PRAKTIKUMLABORATORIUM PROSES PRODUKSI 1
LAPORAN PRAKTIKUM PROSES MANUFAKTUR 1 56
9. Sikat Kawat
Digunakan untuk membersihkan terak pada benda kerja.
Gambar 2.46 Sikat KawatSumber : Laboratorium Proses Produksi I Teknik Mesin FT-UB (2015)
10. Pemukul Terak
Digunakan untuk menghilangkan terak yang menempel pada hasil
lasan.
Gambar 2.47 Pemukul TerakSumber : Laboratorium Proses Produksi I Teknik Mesin FT-UB (2015)
11. Cat Besi
Digunakan untuk memberikan warna dan mencegah korosi benda kerja.
Gambar 2.48 Cat BesiSumber : Laboratorium Proses Produksi I Teknik Mesin FT-UB (2015)
PRAKTIKUMLABORATORIUM PROSES PRODUKSI 1
LAPORAN PRAKTIKUM PROSES MANUFAKTUR 1 57
12. Kuas
Digunakan untuk meratakan cat di permukaan benda kerja.
Gambar 2.49 KuasSumber : Laboratorium Proses Produksi I Teknik Mesin FT-UB (2015)
13. Gunting Plat
Digunakan untuk memotong plat.
Gambar 2.50 Gunting PlatSumber : Laboratorium Proses Produksi I Teknik Mesin FT-UB (2015)
B. Bahan
1. Besi esser
Gambar 2.51 Besi esser
PRAKTIKUMLABORATORIUM PROSES PRODUKSI 1
LAPORAN PRAKTIKUM PROSES MANUFAKTUR 1 58
Sumber : Laboratorium Proses Produksi I Teknik Mesin FT-UB (2015)
2. Besi siku 3x3
Gambar 2.52 Besi siku 3x3Sumber : Laboratorium Proses Produksi I Teknik Mesin FT-UB (2015)
3. Besi hollow 4x4
Gambar 2.53 Besi hollow 4x4Sumber : Laboratorium Proses Produksi I Teknik Mesin FT-UB (2015)
4. Plat
PRAKTIKUMLABORATORIUM PROSES PRODUKSI 1
LAPORAN PRAKTIKUM PROSES MANUFAKTUR 1 59
Gambar 2.54 platSumber : Laboratorium Proses Produksi I Teknik Mesin FT-UB (2015)
5. Kayu
Gambar 2.55 KayuSumber : Laboratorium Proses Produksi I Teknik Mesin FT-UB (2015)
2.4.3 Desain Benda Kerja
(Terlampir)
PRAKTIKUMLABORATORIUM PROSES PRODUKSI 1
LAPORAN PRAKTIKUM PROSES MANUFAKTUR 1 60
2.4.4 Flowchart
PRAKTIKUMLABORATORIUM PROSES PRODUKSI 1
LAPORAN PRAKTIKUM PROSES MANUFAKTUR 1 61
PRAKTIKUMLABORATORIUM PROSES PRODUKSI 1
LAPORAN PRAKTIKUM PROSES MANUFAKTUR 1 62
PRAKTIKUMLABORATORIUM PROSES PRODUKSI 1
LAPORAN PRAKTIKUM PROSES MANUFAKTUR 1 63
PRAKTIKUMLABORATORIUM PROSES PRODUKSI 1
LAPORAN PRAKTIKUM PROSES MANUFAKTUR 1 64
PRAKTIKUMLABORATORIUM PROSES PRODUKSI 1
LAPORAN PRAKTIKUM PROSES MANUFAKTUR 1 65
2.4.5 Data Hasil Praktikum
Jenis bahan = Baja Esser
Tegangan = 380 Volt
Arus = 77,9 Ampere
Tebal Las = 0,48 mm
Panjang Pengelasan = 50 mm
Tahanan = 0,8 Ohm
Waktu pengelasan = 11,3 Detik
Faktor daya = 0,8
Tegangan geser = 37,5 kg / mm2
2.4.6 Pengolahan Data
1. Heat Input ( P)
P=V . I . cosα (W ) (2 - 19)
Dimana :
V = tegangan (Volt)
I = besar arus ( Ampere)
Cos α= faktor daya
2. Kekuatan las ( Po )
Po=2 . h. L . σ ( Kg) (2 - 20)
Dimana :
h = tebal las (mm)
L = panjang pengelasan (mm)
σ = tegangan geser ijin (Kg/mm2)
3. Panas yang timbul ( Q )
Q=0 ,24 . I 2 Rt (Kalori ) (2 - 21)
dimana :
R = tahanan (Ohm)
t = waktu pengelasan (detik)
PRAKTIKUMLABORATORIUM PROSES PRODUKSI 1
LAPORAN PRAKTIKUM PROSES MANUFAKTUR 1 66
B. Perhitungan Pengelasan Material Baja Esser
1. Heat Input ( P)
P=V . I . cosα
P=380 .77 , 9 .0,8P = 23681 W
2. Kekuatan las ( Po )
Po=2. h . L.σ
Po=2. 0 , 48 . 50. 37 , 5Po = 1800 kg
3. Panas yang timbul ( Q )
Q=0 ,24 . I 2 R . T
Q=0 ,24 . 77 , 92 . 0,8 .11 ,3 Q = 12816,4 Kalori
PRAKTIKUMLABORATORIUM PROSES PRODUKSI 1
LAPORAN PRAKTIKUM PROSES MANUFAKTUR 1 67
2.4.7 Studi kasus
1. Ukuran yang tidak Sesuai
Analisa
Sesuai desain, tempat sampah yang dibuat terdiri dari bagian atas sebagai
tempat asbak yang dipasangkan pada bagian bawahnya. Namun pemasangan
tidak dapat dilakukan karena rangka asbak berbenturan dengan tempat asbak.
Gambar 2.56 Ukuran yang tidak sesuaiSumber : Laboratorium Proses Produksi I Teknik Mesin FT-UB (2015)
Penyebab
Ketidaksuaian ukuran inmi diakibatkan oleh potongan yang tidak presisi
pada tiap part dan pada saat sudah di-assembly.
Solusi
Sebelum benda dilas atau disambung sebaiknya tiap part dipasangkan
dengan presisi terlebih dahulu.
2. Weaving Fault
Analisa
Cacat ini menyebabkan bentuk alur bergelombang pada benda kerja karena
pada saat pengelasan las terlalu sering digoyang.
PRAKTIKUMLABORATORIUM PROSES PRODUKSI 1
LAPORAN PRAKTIKUM PROSES MANUFAKTUR 1 68
Gambar 2.57 Weaving Fault Sumber : Laboratorium Proses Produksi I Teknik Mesin FT-UB (2015)
Penyebab
Pada waktu pengelasan, las terlalu digoyang (gerakan elektroda terlalu
besar) dan waktu pengelasan terlalu lama menjadikan hasil pengelasan tidak rata.
Solusi
Ketika waktu pengelasan elektroda jangan terlalu digoyang agar tidak
terjadi penggumpalan terlalu besar.
3. Weld Spatter
Analisa
Cacat las ini menyebabkan daerah hasil pengelasan pada benda kerja terlihat
kasar dan penuh dengan percikan – percikan las karena pada saat pengelasan jarak
las dengan benda kerja terlalu jauh.
Gambar 2.58 Weld Spatter Sumber : Laboratorium Proses Produksi I Teknik Mesin FT-UB (2015)
Penyebab
Cacat ini disebabkan karena arus yang dipakai terlalu besar atau salah dalam
pemilihan jenis arus.
Solusi
Ketika waktu pengelasan seharusnya arus diatur terlebih dahulu agar tidak terlalu besar.
PRAKTIKUMLABORATORIUM PROSES PRODUKSI 1
LAPORAN PRAKTIKUM PROSES MANUFAKTUR 1 69
BAB IIIKESIMPULAN DAN SARAN
3.1 Kesimpulan
1. Penentuan Feed Motion akan mempengaruhi hasil dari benda kerja jika Feed
Motion terlalu besar maka benda kerja yang dihasilkan akan kasar, jika Feed
Motion rendah maka benda yang dihasilkan akan lebih halus.
2. Putaran spindle (n) berpengaruh terhadap daya pemotongan (Nz).semakin tinggi
putaran spindle (n) maka semakin besar daya pemotongan (Nc), semakinrendah
putaran spindle (n) maka semakin kecil daya pemotongan (Nc).
3. Nilai gaya pemotongan vertikal (Pz) berbanding lurus dengan nilai Feed Motion
(s). semakin besar gaya pemotongan vertikal (Pz) maka semakin besar Feed Motion
(s), semakin kecil gaya pemotongan vertical (Pz) maka semakin kecil Feed Motion
(s).
4. Pada saat pembuatan spesimen praktikum mesin milling,parameter yang digunakan
harus sesuai disain agar spesimen yang dihasilkan sesuai desain pula.
5. Bahwa pengaruh kecepatan putar spindle dan kecepatan pemakanan pada proses
pengeboran sangat berpengaruh terhadap halus atau kasarnya lubang yang di
buat.Semakin tinggi putaran spindle maka semakin halus lubang pada benda
kerja.Begitu pula pada semakin rendahnya kecepatan pemakanan maka semakin
bagus lubang yang dihasilkan.
6. Pada saat pengelasan arus yang digunakan harus sesuai dengan bahan yang akan di
las, sehingga tidak menyebabkan hasil las yang kurang kekuatannya.
7. Dalam melakukan pemotongan pelat ataupun besi siku harus sesuai dengan ukuran
yang sudah dirancang, sehingga saat proses penyambungan bisa tersambung dengan
baik dan tidak mengurangi kekuatan benda kerja nantinya.
3.2 Saran
1. Sebaiknya mesin Proses Produksi yang sudah tua mohon untuk diperbaharuhi karna
mempengaruhi kinerja mesin pp tersebut.
2. Praktikan diharapkan lebih memahami dasar teori agar waktu praktikum berjalan
lancar
3. Laporan diharapkan jangan terlalu banyak
4. Semua asisten sebaiknya intropeksi diri dan tidak mempersulit praktikan.
PRAKTIKUMLABORATORIUM PROSES PRODUKSI 1
LAPORAN PRAKTIKUM PROSES MANUFAKTUR 1 70
5. Waktu asisten setidaknya jangan di batas
KESIMPULAN DAN SARANLABORATORIUM PROSES PRODUKSI 1
LAPORAN PRAKTIKUM PROSES MANUFAKTUR 1 71