laporan aspirin print

Upload: pipo-fitri-afifah-nurullah

Post on 10-Jul-2015

486 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Daftar isiDaftar isi ....................................................................................................................................1 BAB I TINJAUAN PUSTAKA .................................................................................................. 1. Respirasi Aerob..................................................................................................................... 1.1 Glikolisis........................................................................................................................ 1.2 Siklus Krebs................................................................................................................... 1.3 Sistem Transpor Elektron.............................................................................................. 2. Foforilasi Oksidatif............................................................................................................... 3. Termodinamika..................................................................................................................... 4. Radikal Bebas....................................................................................................................... 4.1 4.2 4.3 4.4 Sumber radikal bebas................................................................................................... Pembentukan radikal bebas dalam sel........................................................................ Oxidative stress............................................................................................................ Antioksidan..................................................................................................................

4.5 Antioksi dan berdasarkan cara kerjanya........................................................................ 5. Asipirin.................................................................................................................................. 5.1 Dosis............................................................................................................................. 5.2 Mekanisme Kerja Aspirin............................................................................................. 5.3 Fungsi Aspirin............................................................................................................... 5.4 Efek samping aspirin.................................................................................................... 6. Oksidasi dan Reduksi (Redoks)............................................................................................ 6.1 Oksidasi dan reduksi dalam hal transfer oksigen.......................................................... 6.2 Oksidasi dan reduksi dalam hal transfer hydrogen........................................................ 6.3 Oksidasi dan reduksi dalam hal transfer elektron.......................................................... BAB II PEMBAHASAN KASUS .............................................................................................. 1. Riwayat Penyakit.................................................................................................................. 2. Riwayat Pengobatan.............................................................................................................. PATOMEKANISME ..............................................................................................................30 IIMC ........................................................................................................................................31 BHP .........................................................................................................................................32 Referensi ..................................................................................................................................33

1

BAB I TINJAUAN PUSTAKA

1.1 Respirasi Aerob Respirasi aerob adalah yang mengunakan oksigen bebas untuk memecah senyawa. Oksigen bebas itu digunakan sebagai penerima (akseptor) hidrogen. Oksigen yang diperlukan dalam repirasi aerob diperoleh dari udara. Pada umumnya respirasi aerob menggunakan glukosa sebagai bahan bakunya. Dalam resourasi aerob dihasilkan 38 ATP. Selain menghasilkan energi, respirasi aerob juga menghasilkan gas karbon dioksida dan uap air. Persamaan reaksi aerob secara sederhana dapat diuliskan sebagai berikut : C6 H12O6 + O2 6CO2 + 6H2O +675 kal + 38 ATP Dalam kenyataannya, reaksi aerob yang terjadi tidaklah sesederhana itu. Dari awal reaksi hingga terbentuknya energi, respirasi aerob melalui beberapa tahap, yaitu glikolisis, dekarbolisasi oksidatif, siklus krebs dan sistem transpor elektron. 1.2 Glikolisis Glikolisis terjadi di dalam sitosol. Glikolisis adalah reaksi pelepasan energi yang memecah 1 molekul glukosa (terdiri dari 6 atom karbon) atau monosakarida yang lain menjadi 2 molekul asam piruvat (terdiri dari 3 atom karbon), 2 NADH, dan 2 ATP. Secara umum reaksi glikolisis adalah : Glukosa + 2 NADH + 2 ADP + 2PO4 + 2 NADH

10 enzim 2 asam piruvat + 2 NADH + 2H2O + 4 ATP

Dalam proses glikolisis, setiap molekul glukosa beratom karbon C diubah menjadi 2 molekul asam piruvat yang beratom karbon 3, 2 molekul ATP, serta 2 molekul NADH

sebagai sumber elektron berenergi tinggi. Mula kula, glukosa diubah menjadi glukosa 6 fosfat dengan penambaha satu fosfat dari ATP. Karena melepaskan satu fosfatnya, ATP menyusut menjadi ADP. Reaksi tersebut dinamakan fosforilasi glukosa yang terjadi dengan bantuan enzim heksokinase dan membebaskan sejumlah energi sebagai panas. Selanjutnya, glukosa 6-fosfat diubah menjadi fruktosa 6-fosfat oleh enzim fosfoglukoisomerase. Dengan penambahan satu fofat dari ATP, fruktosa 6-fosfat diubah menjadi fruktosa 1,6-bifosfat. Reaksi itu dikatalis oleh enzim fosfofruktokinase. Karena kehilangan satu fosfat, ATP mereduksi menjadi ADP. Kemudian, fruktosa 1,6-bifosfat dipecah oleh enzim aldose menjad dua triosa fosfat, yaitu gliseraldehid 3-fosfat(memiliki 3 atom karbon) dan dihidroksi aseton fosfat. Gliseraldehid 3-fosfat dioksidasi menjadi 1,3bisfosfogliserat dengan bantuan enzim gliseraldehid 3-fosfat dehidrogenase. Sementara itu, dihidroksi aseton-fosfat dioksidasi menjadi 1,3 bisfosfogliserat melaui gliseraldehid 3-fosfat oleh enzim fosfotriosa isomerase. Dengan dikatalis oleh enzim fosfo-glisero kinase, 1,3-bisfosfoglisera diubah menjadi 3-fosfogliserat. Pada reaksi tersebut, dua fosfat ditambah ke ADP sehingga terbentuk dua ATP. Selanjutnya, enzim fosfogliseromutase mengatalis reaksi pengubahan 3-fosfogliserat menjadi 2-fosfogliserat. Reaksi selanjutnya adalah reaksi pengubahan 2-fosfogliserat menjadi dua molekul fosfoenolpiruvat yang dikatalis oleh enzim enolase. Dalam reaksi ini dibebaskan H2O. Fosfat berenergi tinggi dan fosfoenolpiruvat dipindah ke ADP oleh enzim piruvat kinase untuk melepaskan dua molekul ATP per molekul glukosa yang dioksidasi. Fosfoenolpiruvat yang terbentuk padareaksi ini diubah secara spontan menjadi asam piruvat yang memiliki 3 atom karbon. Dengan mengeluarkan dan melepaskan satu gugus karboksil asam piruvat sebagai molekul karbon dioksida, setiap molekul asam piruvat (tiga atom karbon) diubah menjadi senyawa dengan dua atom karbon, yaitu asam asetat. Namun asam asetat tidak pernah ditemukan secara tersendiri karena molekul tersebut segera bergabung dengan koenzim A membentuk asetil koenzim A. Reaksi pengubahan asam piruvat menjadi asetil koA dengan menghasilakan 2 NADH itu dinamakan reaksi dekarbolisasi oksidatif. 1.3 Siklus Krebs Reaksi awal antara asetil KoA dan oksaloasetat untuk membentuk sitrat di katalis oleh sitrat sintase. Sitrat mengalami isomerasi oleh enzim aktokinase, reaksi terjadi daam dua tahap dehidrasi menjadi cis-akonitat dan rehidrasi menjadi isositrat. Kemudian isositrat mengalami dehidrogenase yang dikatalis oleh enzim isositrat dehidrogenase, pada awalnya terbentuk oksalosuksinat akan tetapi mengalami dekarboklisasi menjadi -ketoglutarat. -ketoglutarat mengalami dekarbolisasi oksidatif, -ketoglutarat memerlukan kofaktor yang sama dengan kofaktor piruvat dehidrogenase-tiamin difosfat, lipoat, NAD+, FAD, dan KoA serta menyebabkan terbentuknya suksinil KoA.3

Suksinil KoA diubah menjadi suksinat oleh enzim suksinat tiokinase. Reaksi ini merupakan reaksi satu-satunya contoh fosforilasi tingkat substrat dalam siklus asam sitrat. Reaksi dehidrogenase pertama membentuk fumarat dikatalis oleh suksinat dehidrogenase. Fumarase mengatalis penambahan air pada ikatan rangkap fumarat sehingga menghasilkan malat, malat diubah menjadi oksaloasetatoleh enzim malat dehidrogenase, suatu reaksi yang memerlukan NAD+ . Karena satu molekul glukosa menghasilkan 2 unit asetil koenzim A (Asetil KoA), untuk setiap molekul glukosa yang dioksidasi terjadi dua siklus krebs yang menghasilkan 4 molekul ATP, 6 molekul NADH, dan 2 molekul FADH2 . 1.3 Sistem Transpor Elektron Sistem transpor elektrom merupakan tahapan akhir dari respirasi aerob, hidrogen dari siklus krebs bergabung dengan FADH2 dan NADH, keduanya merupakan sumber elektron untuk diubah menjadi elektron serta proton. Pada waktu pemindahan elektron dari satu pembawa ke yang lain terjadi pelepasan energi yang digunakan untuk membentuk molekul ATP. Karena telah kehilangan banyak energi, akhirnya elektron-elektron itu bersatu dengan ion hidrogen serta untuk membentuk air H2O.

1.4 Foforilasi Oksidatif

2.1 Kompleks I : NADH-Q oksireduktase atau kompleks I adalah suatu protein multi sub-unit besar berbentuk L yang mengatalisis pemindahan elektron dari NADH ke Q, bersamaan dengan pemindahan empat H+ melewati membran: NADH + Q + 5H+ matriks NAD +QH2+4H+ ruang antar membran Pada awalnya elektron dipindahkan dari NADH ke FMN(Flavin Mono Nukleotida) kemudian menuju rangkaian inti Fe-S dan akhirnya ke Q. 2.2 Kompleks II: Menggunakan enzim Suksinat Q-Reduktase, FADH2 dibentuk sewaktu terjadinya konversi suksinat menjadi fumarat dalam siklus asam sitrat dan elektron selanjutnya dipindahkan melalui beberapa inti Fe-S ke Q. Gliserol 3 fosfat( dihasilkan saat penguraian triasilgliserol atau dari proses glikolisis) dan asetil Ko-A juga menyalurkan elektron ke-Q melalui jalur berbeda yang melibatkan flavoprotein. 2.3 Kompleks III: Elektron dipindahkan dari QH2 ke sitokrom c melalui kompleks III yang melibatkan enzim Q-sitokrom c oksireduktase : QH2+2 Cyt c teroksidasi + 2H+ matriks Q +2 Cyt c tereduksi +4H+ inner membrane Proses ini melibatkan sitokrom c1, b1, dan bH, serta Fe-S dan dikenal dengan siklus Q. Q dapat berada dalam tiga bentuk, kuinon teroksidasi, kuinol tereduksi, atau semikuinon. Semikuinon terbentuk sebentar selama siklus, dan setiap satu siklus menghasilkan oksidasi 2QH2 menjadi Q, membebaskan 4H+ kedalam ruang antar membrane, dan reduksi satu Q menjadi QH2, menyebabkan 2H+ diambil dari matriks. 2.4 Kompleks IV: Sitokrom c tereduksi dioksidasi oleh kompleks IV yang melibatkan5

enzim Sitokrom c oksidase, disertai oleh reduksi O2 menjadi dua molekul air: 4 Cyt c tereduksi + O2 + 8H+ matriks 4 Cyt c teroksidasi + 2H2O + 4H+ inner membrane Pemindahan empat elektron dari sitokrom c ke O2 ini melibatkan dua gugus heme , a dan a3 dan Cu. Elektron pada awalnya dipindahkan ke sebuah inti yang mengandung 2 atom Cu yang terikat pada dua gugus protein sistein-SH, kemudian secara berurutan pada heme a, heme a3, pusat Cu kedua,Cu B, yang terikat pada heme a3, dan akhirnya pada O2. Dari delapan H+ yang dikeluarkan dari matriks, empat diantaranya digunakan untuk membentuk dua molekul air dan empat sisanya dipompa ke ruang antar membran. Jadi untuk setiap pasangan elektron yang melintasi rantai respiratorik dari NADH atau FADH2, 2H+ dipompa melewati membran oleh kompleks IV sampai tereduksi sempurna, dan hal ini meminimalkan pembebasan zat-zat antara yang berpotensi merusak, seperti anion superoksida atau peroksida yang terbentuk jika O2 menerima satu atau dua elektron. 2.5Kompleks V : Aliran elektron melalui rantai respiratorik menghasilkan ATP melalui proses fosforilasi oksidatif. Proses ini berpasangan dengan gradien proton yang melewati membran dalam mitokondria sehingga daya gerak proton yang ditimbulkan oleh perbedaan potensial elektrokimia memicu proses pebentukan ATP. Seperti yang telah diketahui bahwa kompleks I, III, IV bekerja sebagai pompa proton. Karena membran dalam mitokondria bersifat impermeable terhadap ion secara umum dan terhadap proton. Daya gerak proton mengaktifkan ATP sintase di membran jika terdapat Pi + ADP akan emebentuk ATP. ATP sintase terbenam di membran dalam, bersama dengan kompleks rantai respiratorik. Beberapa subunit protein ini memiliki bentuk seperti bola yang tersusun mengintari sebuah sumbu yang dikenal sebagai F1, yang menonjol ke dalam matriks dan berperan dalam mekanisme fosforilasi. F1 melekat pada suatu kompleks protein mebran yang dikenal sebagai F0, yang juga terdiri dari beberapa subunit protein. F0 menembus membran mitokondria dan membentuk suatu kanal proton. Aliran proton melalui F0 menyebabkan F0 berputar, dan memicu produksi ATP di komleks F1. Hal ini diperkirakan terjadi melalui suatu binding change mechanism dengan perubahan konformasi - sub unit nya di F1 berubah sewaktu sumbu berputar dari konformasi yang mengikat ATP secara erat ke konformasi yang membebaskan ATP dan mengikat ADP dan Pi sehingga dapat dibentuk ATP berikutnya. Menurut perkiraan untuk setiap NADH yang teroksidasi, kompleks I dan III masing-masing memindahkan empat proton dan kompleks IV memindahkan dua proton.

Fosforilasi oksidatif tidak berjalan dengan baik

H+ tertahan 1.5 ADP Termodinamika Termodinamika ATP adalah ilmu tentang perubahan energi yang menyertai

perubahan reaksi biokimia. Hanya berhubungan dengan keadaan awal dan akhir reaksi. Tidak ADP berkumpul terhadap mekanisme atau waktu yang dibutuhkan. 3.1 Hukum Termodinamika Berubah menjadi kalor 3.1.1 Hukum Termodinamika I Energi total tubuh meningkat sekitarnya tetap konstan. Suhu suatu sistem, termasuk Energi tidak dapat bertambah, dibuat atau dihilangkan tetapi dapat dibuat ke bentuk lain. Contoh :

3.2 Hukum termodinamika II

7

ADP + P

ATP glukosa 6-fosfat + H2O ?G = +13,8 Kj/mol

Glukosa + Pi

Entropi total sebuah sistem harus meningkat bila proses ingin berlangsung spontan.

Contoh : Energi bebas Terdapat pada tubuh manusia ( Metabolisme )

Termodinamika dengan Metabolisme, metabolisme dibagi dua Endergonik dan Eksergonik. 3.2.1 Endergonik adalah suatu proses yang disertai dan diperolehnya energi bebas. G (+) Proses tidak spontan Entropi Membutuhkan energi terjadi pada proses anabolisme. Anabolisme

Endergonik

( pembentukan molekul sederhana menjadi molekul yang lebih kompleks dan membutuhkan energi ). Contoh :

3.2.2

Eksergonik adalah suatu proses yang disertai dengan hilangnya energi bebas. G (-) Proses spontan Entropi

Glukosa

Asam Piruvat, ATP + NADH Melepaskan energi

Eksergonik terjadi pada proses katabolisme. Katabolisme ( pemecahan molekul kompleks menjadi molekul yang lebih sederhana dan menghasilkan energi ). Contoh :

3.3 Hukum Termodinamika III Nol absolut tidak pernah tercapai Bahwa pada saat sistem mencapai temperatur nol absolut, semua proses akan berhenti dan entropi sistem akan mendekati nilai minimum. Contoh : tidak terjadi di tubuh Makhuk hidup, namun terjadi di alam bebas.

9

1.6 Radikal Bebas Radikal bebas adalah sekelompok bahan kimia baik berupa atom maupun molekul yang memiliki elektron tidak berpasangan pada lapisan luarnya. Merupakan juga suatu kelompok bahan kimia dengan reaksi jangka pendek yang memiliki satu atau lebih elektron bebas. Kelompok Oksigen Reaktif (Radikal Bebas Biologis) RadikalSuperoksida (Superoxide radical) Radikalhidroksil (Hydroxyl radical) Radikalperoksil (Peroxyl radical) Hydrogen peroksida (Hydrogen peroxide) Oksigentunggal (Singlet oxygen) Nitritoksida (Nitric oxide) Nitritperoksida (Peroxynitrite) Asamhipoklor (Hypochlorous acid)

O2 OH ROO H2O21

O2

NO ONOO HOCl

4.1 Sumber radikal bebas 4.1.1 Sumber endogen 1. Autoksidasi : Merupakan produk dari proses metabolisme aerobik. Molekul yang mengalami autoksidasi berasal dari katekolamin, hemoglobin, mioglobin, sitokrom C yang tereduksi, dan thiol. Autoksidasi dari molekul diatas menghasilkan reduksi dari oksigen diradikal dan pembentukan kelompok reaktif oksigen. Superoksida merupakan bentukan awal radikal. Ion ferrous (Fe II) juga dapat kehilangan elektronnya melalui oksigen untuk membuat superoksida dan Fe III melalui proses autoksidasi. 2. Oksidasi enzimatik Beberapa jenis sistem enzim mampu menghasilkan radikal bebas dalam jumlah yang cukup bermakna, meliputi xanthine oxidase(activated in ischemia-reperfusion), prostaglandin synthase, lipoxygenase, aldehyde oxidase, dan amino acid oxidase.

Enzim myeloperoxidase hasil aktifasi netrofil, memanfaatkan hidrogen peroksida untuk oksidasi ion klorida menjadi suatu oksidan yang kuat asam hipoklor. 3. Respiratory burst Merupakan terminologi yang digunakan untuk menggambarkan proses dimana sel fagositik menggunakan oksigen dalam jumlah yang besar selama fagositosis. Lebih kurang 70-90 % penggunaan oksigen tersebut dapat diperhitungkan dalam produksi superoksida. Fagositik sel tersebut memiliki sistem membran bound flavoprotein cytochrome-b-245 NADPH oxidase. Enzim membran sel seperti NADPH-oxidase keluar dalam bentuk inaktif. Paparan terhadap bakteri yang diselimuti imunoglobulin, kompleks imun, komplemen 5a, atau leukotrien dapat mengaktifkan enzim NADPHoxidase. Aktifasi tersebut mengawali respiratory burst pada membran sel untuk memproduksi superoksida. Kemudian H2O2 dibentuk dari superoksida dengan cara dismutasi bersama generasi berikutnya dari OH dan HOCl oleh bakteri. 4.1.2 Sumber eksogen 1. Obat-obatan : Beberapa macam obat dapat meningkatkan produksi radikal bebas dalam bentuk peningkatan tekanan oksigen. Bahan-bahan tersebut bereaksi bersama hiperoksia dapat mempercepat tingkat kerusakan. Termasuk didalamnya antibiotika kelompok quinoid atau berikatan logam untuk aktifitasnya (nitrofurantoin), obat kanker seperti bleomycin, anthracyclines (adriamycin), dan methotrexate, yang memiliki aktifitas pro-oksidan. Selain itu, radikal juga berasal dari fenilbutason, beberapa asam fenamat dan komponen aminosalisilat dari sulfasalasin dapat menginaktifasi protease, dan penggunaan asam askorbat dalam jumlah banyak mempercepat peroksidasi lemak. 2. Radiasi : Radioterapi memungkinkan terjadinya kerusakan jaringan yang disebabkan oleh radikal bebas. Radiasi elektromagnetik (sinar X, sinar gamma) dan radiasi partikel (partikel elektron, photon, neutron, alfa, dan beta) menghasilkan radikal primer dengan cara memindahkan energinya pada komponen seluler seperti air. Radikal primer tersebut dapat mengalami reaksi sekunder bersama oksigen yang terurai atau bersama cairan seluler.

11

3.

Asap rokok & polusi udara:

Oksidan dalam rokok mempunyai jumlah yang cukup untuk memainkan peranan yang besar terjadinya kerusakan saluran napas. Telah diketahui bahwa oksidan asap tembakau menghabiskan antioksidan intraseluler dalam sel paru (in vivo) melalui mekanisme yang dikaitkan terhadap tekanan oksidan. Diperkirakan bahwa tiap hisapan rokok mempunyai bahan oksidan dalam jumlah yang sangat besar, meliputi aldehida, epoxida, peroxida, dan radikal bebas lain yang mungkin cukup berumur panjang dan bertahan hingga menyebabkan kerusakan alveoli. Bahan lain sepertinitritoksida, radikalperoksil, dan radikal yang mengandung karbon ada dalam fase gas. Juga mengandung radikal lain yang relatif stabil dalam fase tar. Contoh radikal dalam fase tar meliputi semiquinone moieties dihasilkan dari bermacammacam quinonedan hydroquinone. Perdarahan kecil berulang merupakan penyebab yang sangat mungkin dari desposisi besi dalam jaringan paru perokok. Besi dalam bentuk tesebut meyebabkan pembentukan radikal hidroksil yang mematikandari hidrogen peroksida. Juga ditemukan bahwa perokok mengalami peningkatan netrofil dalam saluran napas bawah yang mempunyai kontribusi pada peningkatan lebih lanjut konsentrasi radikal bebas.

4.2 Pembentukan radikal bebas dalam sel Radikal bebas diproduksi dalam sel yang secara umum melalui reaksi pemindahan elektron, menggunakan mediator enzimatik atau non-enzimatik. Produksi radikal bebas dalam sel dapat terjadi secara rutin maupun sebagai reaksi terhadap rangsangan. Secara rutin adalah superoksida yang dihasilkan melalui aktifasi fagosit dan reaksi katalisa seperti ribonukleotida reduktase. Sedang pembentukan melalui rangsangan adalah kebocoran superoksida, hidrogen peroksida dan kelompok oksigen reaktif (ROS) lainnya pada saat bertemunya bakteri dengan fagosit teraktifasi. Pada keadaan normal sumber utama radikal bebas adalah kebocoran elektron yang terjadi dari rantai transport elektron, misalnya yang ada dalam mitokondria dan endoplasma retikulum dan molekul oksigen yang menghasilkan superoksida. Dalam kondisi yang tidak lazim seperti radiasi ion, sinar ultraviolet, dan paparan energi tinggi lainnya, dihasilkan radikal bebas yang sangat berlebihan.

4.3 Oxidative stress Oxidative stress merupakan kondisi dimana tingkat oksigen reaktif intermediate (ROI) yang toksik melebihi pertahanan antioksidan endogen sehingga bereaksi dengan lemak, protein dan asam nukleat seluler dan pada akhirnya menyebabkan disfungsi organ.

4.4 Antioksidan Anti oksidan merupakan substansi yang diperlukantubuhuntukmenetralisirradikalbebasdan mencegah kerusakan yang ditimbulkan oleh radikal bebas dengan melengkapi kekurangan electron dan menghambat terjadinya reaksi berantai ataupun memutus reaksi berantai yang dapat menimbulkan oxidative stress.

4.4.1Antioksidan dan Enzim Pembersih (scavenging enzymes) 1. Antioksidan Antioksidan yang lazim dikenal masyarakat, terdapat dalam makanan dan minuman. a. Glutathione b. Sulfhydryl c. Vitamin C d. Vitamin E e. -carotene antioksidan yang terdapat dalam tubuh a. Uric acid b. Bilirubin c. Coenzyme Q 10 2. Scavenging enzimes Enzim-enzim dalam tubuh yang juga berperan sebagai antioksidan a. SOD b. Cu/Zn-SOD c. Mn-SOD d. Extracelluler SOD (EC-SOD) e. Catalase f. GSH peroxidase13

g. GSSG reductase h. Thioredoxin system 3. Metalothionein Berfungsi membersihkan reaksi antara logam berat dengan radikal bebas. 4. Protein Binding Berfungsi melindungi dan mengikat protein agar tidak bereaksi dengan radikal bebas a. Albumin b. Ceruloplasmin a. Transferin

4.5 Antioksi dan berdasarkan cara kerjanya 4.5.1 Preventive anti oksidan Mengurangi kecepatan reaksi inisiasi yang menghasilkan peroksida Contoh: enzim katalase dan hydrogen peroksida 4.5.2 Chain Breaking Antioksidan Memotong reaksi beruntun yang disebabkan oleh aktivitas radikal bebas. Contoh: Vit. C, Vit E, uric acid dan superoksida dismutase.

1.7 Asipirin Aspirin merupakan salah satu obat non steroid anti inflamasi. Dalam mekanisme tubuh aspirin menghambat kerja enzim cyclooxygenase, dimana yang berperan dalam pembentukan mediator inflamasi yaitu prostaglandin. Prostaglandin adalah merupakan suatu hormone yang dihasilkan didalam tubuh dan mempunyai bebagai efek didalam tubuh termasuk penghantaran rangsangan sakit ke otak dan pemodulatan termostar hipotalamus. Pemberian aspirin yang berlebihan akan menyebabkan metabolic acidosis pada tubuh. Metabolic acidosis ini kemudian akan meningkatkan atau memperkuat pembentukan dari non ionisasi asam salisilat. Bentukan ini kemudian akan berdifusi ke dalam otak dan mengakibatkan seseorang mual hingga koma (tidak sadar diri). 5.1 Dosis Pemberian aspirin sesuai umur: Dewasa : 325-650 mg. Diberikan secara oral tiap 3 atau 4 jam. Anak-anak : 15-20 mg/kg BB Diberikan tiap 4-6 jam dengan dosis total tidak melebihi 3.6 gram/hari.

5.2 Mekanisme Kerja Aspirin Cara kerja aspirin yaitu menghambat kerja enzim siklooksigenase (COX) yang bisa memicu terbentuknya prostaglandin. Efek antipiretik dan antiinflamasi salisilat terjadi karena penghambatan sintesis prostaglandin di pusat pengatur panas dalam hipotalamus dan perifer di daerah target. Dengan menurunkan sintesis prostaglandin, salisilat juga mencegah sensitilasi reseptor rasa sakit terhadap rangsangan mekanik dan kimiawi serta aspirin menekan rangsang nyeri pada daerah subkortikal (yaitu thalamus dan hipotalamus).

1.7.1

Fungsi Aspirin

5.3.1 Anti-inflamasi Berfungsi sebagai pencegah perandangan. Obat ini bekerja menghambat sintetis prostaglandin yang bertindak sebagai mediator kimiawi anti-inflamasi. Fenomena inflamasi ini meliputi kerusakan mikrovaskular,menigktanya permeabilitas kapiler dan migrasi leukosit ke jaringan radang. Gejala proses15

infalamasi dikenal ialah: kalor, rubor, tumor, dolor dan funtio leasea.

5.3.2 Analgesic Berfungsi sebagai pencegah rasa nyeri. Obat ini juga bekerja menghambat sintetis prostaglandin. Penelitain telah membuktikan bahwa PG menyebabkan sensitisasi reseptor nyeri terhadap simulasi mekanik dan kimiawi. Jadi PG menimbulkan keadaan hiperalgesia. Prostaglandin E2 (PGE2) diduga mensensitilasi ujung saraf terhadap efek bradikinin, histamine, dan mediator kimiawi lainnya yang dilepaskan secara lokal oleh proses inflamasi. Jadi, dengan menurunkan sintesis PGE2, aspirin dan obat anti inflamasi lainnya menekan sensasi rasa sakit. Salisilat diduga terutama untuk menanggulangi rasa sakit intensitas ringan sampai sedang yang timbul dari struktur integument daripada yang berasal dari visera. Pembentukan arachidonic acid dan peranannya dalam inflamasi Cell Membrane Phospholipid Arachidonic Acid Aspirin X Prostaglandin G2 (PGG2)

Prostaglandin H2 Prostacyclin (PGI2) Thromboxane A2 (TXA2)

PGD2

PGE2

1.7.2 Antipiretik Berfungsi sebagai penurun suhu tubuh. Demam terjadi jika set point pada pusat pengatur panas di hipotalamus anterior meningkat. Hal ini dapat disebabkan oleh sintesis PGE2, yang dirangsang bila suatu zat penghasil demam endogen (pirogen) seperti sitokin dilepaskan dari sel darah putih yang diaktivasi oleh infeksi, hipersensitivitas, keganasan, atau inflamasi. Salisilat menurunkan suhu tubuh penderita demam dengan jalan menghalangi sintesis dan pelepasan PGE2. Aspirin mengembalikan thermostat kembali ke kondisi normal dan cepat menurunkan suhu tubuh penderita demam dengan meningkatkan pengeluaran panas sebagai akibat vasodilasi perifer dan berkeringat. Dapat diketahui juga bahwa aspirin tidak mempunyai efek pada suhu tubuh normal.dan juga obat ini menekan efek zat pirogen endogen dengan menghamat sintesis PG. 5.4 Efek samping aspirin. Selain menimbulkan efek terapi yang sama obat mirip aspirin juga memiliki efek

samping serupa, karena didasari oleh hambatan pada system biosintesis PG. Efek sampingnya sebagai berikut: 1. Gangguan pencernaan lambung. 2. Darah mengakibatkan penghambatan agregasi trombosit dan perpanjangan waktu pendarahan. 3. Pernapasan. Pada dosis toksik, salisilat menimbulkan depresi pernafasan dan suatu kombinasi respirasi yang tidak terkompensasidan asidosis metabolik. Pada dosis terapi, aspirin meningkatkan ventilasi alveoli. 4. Proses metabolik. Dosis besar salisilat melepaskan fosforilasi oksidatif. Energi yang digunakan untuk menghasilkan ATP secara normal dikeluarkan sebagai energi panas.

17

1.8 Oksidasi dan Reduksi (Redoks) Pengertian oksidasi dan reduksi disini lebih melihat dari segi transfer oksigen, hidrogen dan elektron. Disini akan juga dijelaskan mengenai zat pengoksidasi (oksidator) dan zat pereduksi (reduktor).

1.8.1 Oksidasi dan reduksi dalam hal transfer oksigen Dalam hal transfer oksigen, Oksidasi berarti mendapat oksigen, sedang Reduksi adalah kehilangan oksigen. Sebagai contoh, reaksi dalam ekstraksi besi dari biji besi:

Karena reduksi dan oksidasi terjadi pada saat yang bersamaan, reaksi diatas disebut reaksi redoks. Oksidator atau zat pengoksidasi adalah zat yang mengoksidasi zat lain. Pada contoh reaksi diatas, besi(III)oksida merupakan oksidator. Reduktor atau zat pereduksi adalah zat yang mereduksi zat lain. Dari reaksi di atas, yang merupakan reduktor adalah karbon monooksida. Jadi dapat disimpulkan: oksidator adalah yang memberi oksigen kepada zat lain, reduktor adalah yang mengambil oksigen dari zat lain 6.2 Oksidasi dan reduksi dalam hal transfer hydrogen Definisi oksidasi dan reduksi dalam hal transfer hidrogen ini sudah lama dan kini tidak banyak digunakan. Oksidasi berarti kehilangan hidrogen, reduksi berarti mendapat hidrogen. Perhatikan bahwa yang terjadi adalah kebalikan dari definisi pada transfer oksigen.

Sebagai contoh, etanol dapat dioksidasi menjadi etanal:

Untuk memindahkan atau mengeluarkan hidrogen dari etanol diperlukan zat pengoksidasi (oksidator). Oksidator yang umum digunakan adalah larutan kalium dikromat(IV) yang diasamkan dengan asam sulfat encer. Etanal juga dapat direduksi menjadi etanol kembali dengan menambahkan hidrogen. Reduktor yang bisa digunakan untuk reaksi reduksi ini adalah natrium tetrahidroborat, NaBH4. Secara sederhana, reaksi tersebut dapat digambarkan sebagai berikut:

Zat pengoksidasi (oksidator) dan zat pereduksi (reduktor) Zat pengoksidasi (oksidator) memberi oksigen kepada zat lain, atau memindahkan hidrogen dari zat lain. Zat pereduksi (reduktor) memindahkan oksigen dari zat lain, atau memberi hidrogen kepada zat lain. 6.3 Oksidasi dan reduksi dalam hal transfer elektron Oksidasi berarti kehilangan elektron, dan reduksi berarti mendapat elektron. Definisi ini sangat penting untuk diingat. Ada cara yang mudah untuk membantu anda mengingat definisi ini. Dalam hal transfer elektron:

Contoh sederhana Reaksi redoks dalam hal transfer elektron:19

Tembaga(II)oksida dan magnesium oksida keduanya bersifat ion. Sedang dalam bentuk logamnya tidak bersifat ion. Jika reaksi ini ditulis ulang sebagai persamaan reaksi ion, ternyata ion oksida merupakan ion spektator (ion penonton).

Jika anda perhatikan persamaan reaksi di atas, magnesium mereduksi iom tembaga(II) dengan memberi elektron untuk menetralkan muatan tembaga(II). Dapat dikatakan: magnesium adalah zat pereduksi (reduktor). Sebaliknya, ion tembaga(II) memindahkan elektron dari magnesium untuk menghasilkan ion magnesium. Jadi, ion tembaga(II) beraksi sebagai zat pengoksidasi (oksidator). Besi(II) teroksidasi menjadi besi(III)

hidrogen peroksida tereduksi menjadi hidroksida dengan keberadaan sebuah asam:

H2O2 + 2 e 2 OH Persamaan keseluruhan reaksi di atas adalah:

2Fe2+ + H2O2 + 2H+ 2Fe3+ + 2H2O

denitrifikasi, nitrat tereduksi menjadi nitrogen dengan keberadaan asam:

2NO3 + 10e + 12 H+ N2 + 6H2O

Besi akan teroksidasi menjadi besi(III) oksida dan oksigen akan tereduksi membentuk

besi(III) oksida (umumnya dikenal sebagai perkaratan): 4Fe + 3O2 2 Fe2O3

Pembakaran hidrokarbon, menghasilkan air, karbon

contohnya dioksida,

pada mesin sebagian

pembakaran kecil karbon

dalam, monoksida,

dan energi panas. Oksidasi penuh bahan-bahan yang mengandung karbon akan menghasilkan karbon dioksida.

Dalam kimia organik, oksidasi seselangkah (stepwise oxidation) hidrokarbon menghasilkan air, dan berturut-turut alkohol, aldehida atau keton, asam karboksilat, dan kemudianperoksida.

21

BAB II PEMBAHASAN KASUS Permasalahan Pasien adalah bayi berusia 18 bulan yang telah masuk rumah sakit dengan keluhan utama : flu, muntah-muntah, dan demam. a. Riwayat Penyakit Menurut ibu pasien, pasien baik-baik saja sampai tiga hari sebelum mendaftarkan diri ke rumah sakit. Mulai saat itu, pasien mulai batuk tidak berdahak, hidung tersumbat, dan demam rendah. Karena gejala ini, Ibu pasien mulai mengobati pasien dengan aspirin. Setelah pemberian aspirin tersebut, flu (hidung tersumbat dan batuk) tidak bertambah buruk, walaupun pasien mulai mengalami muntah-muntah dan sakit perut. Ibu pasien menemukan bluish (kebiru-biruan) di sekitar mulut dan jarinya. Pada saat mendaftarkan diri di rumah sakit, pasien sangat lesu dan sangat sulit untuk bangkit. b. Riwayat Pengobatan Untuk beberapa penyakit utama tampat tidak luar biasa. Imunisasi sudah berjalan. Perkembangan telah sesuai dengan usia pasien. Dan sebelumnya, pasien tidak menjalani pengobatan lain untuk penyakit ini. 2. Pemeriksaan Fisik Tes Temperatur Denyut Nadi Nilai 38,5 0C 136 kali/menit Keterangan Tinggi Normal Tinggi Tinggi

Kecepatan pernafasan 82 kali/menit Tekanan Darah 90/60 mmHg

Keluhan lain Agak susah berjalan Pasien sangat sulit untuk dibangunkan walaupun telah memakai stimulasi rasa sakit. Tidak ada tanda meningeal seperti kekakuan nuchal.23

Telinga,

Hidung, Membran seimbang

timpani dan tidak

terlihat terlihat

normal. terhadap

Pupil cahaya.

bulat, Tes hidung dengan

Tenggorokan (THT)

reaktif

Fundoskopik

abnormalitas, menengah

memperlihatkan

hambatan

pembebasan mucopurulent halus. Oropharynx aman Dada Abdomen Genitalia Neurological dan leher lentur. Aman, jantung berdetak secara regular dan tidak ada murmur. Halus tanpa organomegali Terlihat normal Memperlihatkan masa otot dan tone normal dengan reflek seimbang dan fisiologis. Tidak ada respon ekstensor plantar. Agak kebiru-biruan (bluish) Hb 11,5 gm/dl WBC 18000/mm3 Normal diff. count Sodium 130 mEq/L Urinalis Gas Darah pH Potasium 6,0 mEq/L Klorida 90 mEq/L Bikarbonat 8 mEq/L BUN 30 mg/dl Gula darah 180 mg/dl Spesifik gravity, 1024 pH, 5 positif keton dan glukosa protein negative Penambahan FeCl3 pada urin menimbulkan warna ungu 7,11 Rendah Rendah Normal Normal Rendah Tinggi Rendah Rendah Tinggi Tinggi

Alat gerak Pemeriksaan Laboratorium Serum

PCO2 26 mmHg

HCO3 8 mEq/L PO2 3. Pengobatan 100 mmHg

Rendah Normal

Berdasarkan data-data yang ada, dicurigai pasien menderita keracunan salisilat. Pada anak dilakukan penyuntikan cairan glukosa (intravena). Penyuntikan bikarbonat pun telah dilakukan sambil memonitoring pH urin sampai mencapai paling sedikit 7. Pengobatan tambahan, pada pasien dilakukan pencucian lambung (gastric lavage). Pasien juga menjalani lumbar puncture dengan analisis cairan spinal normal. Kemudian, pasien dapat berjalan walaupun susah payah, pernafasan secara berangsurangsur membaik dan anak lebih waspada (sadar). Kadar salisilat pada awal pemeriksaan adalah 90 mg per 100 ml darah.

25

i.Treatment pada Salicylate Intoxication a. Terapi Asidosi Metabolik Dengan cara menginfuskan cairan sodium bicarbonate. Hal ini berfungsi untuk mangalkanisasi/meningkatkan pH urin, yang akan meningkatkan jumlah salicylate yang diekskresi. Pemberian cairan melalui infus ini dilakukan terus-menerus hingga pH urin penderita mencapai setidaknya 7.

b. Gastric Lavage/Cuci Lambung Dengan cara pemberian karbon aktif/norit secara oral maupun nasogastric tube. Pemberian karbon aktif/norit dengan cara nasogastric tube akan lebih efektif karena norit langsung dimasukkan ke lambung melalui nasogastric tube. Bertujuan untuk menyerap racun-racun yang ada pada penderita. Apabila seorang anak keracunan salicylate berat (30-50 gr) maka diperlukan pemberian norit 25-50 gr tiap 3-5 jam.

c. Hemodialisis (Cuci Darah) Sangat efektif mengeluarkan salicylate dengan cepat, koreksi keseimbangan cairan dan asam basa.

d. Ganti kekurangan cairan dan elektrolit akibat muntah dengan cairan kristaloid intravena. Penanganan Spesifik : Alkanisasi urin mempengaruhi ekskresi salicylate urin. Cara : e. Tambahkan 100 meq sodium bikarbonat dalam 1 L dektrose 5%,diberi secara infus intravena 150-200 mL/jam. f. Apabila pasien mengalami oliguria (sekresi urin yang berkurang yang berhubungan dengan asupan cairan ), tambahkan 20-30 meq potasium tiap satu

liter cairan intravena.

Gambar nasogastric tube

1.9 Nilai normal Umur Denyut nadi (beat/min) Premature 0-3 bulan 3-6 bulan 6-12 bulan 1-3 tahun 120-170 100-150 90-120 80-120 70-110

Tekanan darah (mmHg) 55-75/35-45 65-85/45-55 70-90/50-65 80-100/55-65 90-105/55-70

Kecepatan Pernafasan (beat/min) 40-70 35-55 30-45 25-40 20-3027

3-6 tahun 6-12 tahun 12 tahun

65-110 60-95 55-85

95-110/60-75 100-120/60-75 110-135/65-85

20-25 14-22 12-18

1.10Urinaly specific gravity Definisi : Tes laboratorium yang mengukur konsentrasi semua partikel kimia dalam urin. Specific gravity dari suatu larutan adalah massa dari larutan dibagi oleh volume larutan. SG ditentukan oleh berat relatif dari zat terlarut yang dilarutkan. Suatu pengukuran dari konsentrasi zat terlarut pada urine. SG dari suatu larutan diukur oleh perbandingan berat larutan dengan volume pelarutnya. Nilai normal specifik grafity yaitu 1016-1022

29

PATOMEKANISME

IIMC Al Qamar ayat 49

Sungguh, Kami menciptakan segala sesuatu menurut ukuran.

Al Isra ayat 84

Katakanlah ( Muhammad ), Setiap orang berbuat sesuai dengan pembawaannya masingmasing. Maka Tuhanmu lebih megetahui siap yang lebih benar jalannya.

An Nahl ayat 43

Dan Kami tidak mengutus sebelum engkau ( Muhammad ), melainkan orang laki-laki yang Kami beri wahyu kepada mereka, maka bertanyalah kepada orang yang mempunyai pengetahuan jika kamu tidak mengetahui.

31

BHP

Pencegahan : Seperti yang kita ketahui, pada kasus ini yaitu Aspirin Intoxication atau keracunan aspirin, tentu sudah sangat jelas bahwa kedepannya kita tidak boleh sembarangan memberikan obat, apalagi kepada bayi. Dosisnya pun harus teratur. Jangan sampai kita salah memberikan obat karena pengetahuan kita kurang, lebih baik dan lebih aman kita memeriksakan diri ke dokter, apalagi bayi. Karena organ organ bayi masih lemah sehingga apapun yang dimasukan ke dalam mulutnya akan sangat berpengaruh.

Pengobatan : Jika telah terjadi, alangkah baiknya dengan pemberian anti oksidan sederhana yang mudah didapat yang berupa : Vitamin A : Wortel, susu, kuning telur Vitamin C : jambu, tomat, jeruk, kol Vitamin E : margarin, sayuran, buah-buahan Undang undang yang berhubungan dengan kasus : UU No. 23 th.1992 pasal 32 ayat 4 : Pelaksanaan pengobatan dan atau perawatan berdasarkan ilmu kedokteran atau ilmu keperawatan hanya dapat dilakukan oleh tenaga kesehatan yang mempunyai keahlian dan kewenangan untuk itu

33

ReferensiHenry riandani, Theory and application of biology, halaman 44-50 Harpers, illustrated biochemistry, edisi ke 28, halaman 131-135 Biokimia harper edisi 27 Bab II Bioenergetika hal 95-97 Kimia untuk universitas Erlangga edisi 6 hal 493-496. Kamus saku kedokteran dorland edisi ke-25

Farmakologi Bertram G. Katzung, buku 2 edisi 8 hal 460-461 www.maranatha.edu www.emedicine.medscape.com www.medicaldictionary.the freedictionary.com www. Medlineplus . com Henrys clinical diagnosis and management by laboratory methods, 21st edition, page :150 PATHOPHYSIOLOGY ( the biologic basis for disease in adults and children ), Mc Cance, 6th edition, chapter 35, page : 1361

35