laporan perdarahan saluran cerna atas.docx

Upload: cornelius-sistandria-mahesta

Post on 02-Jun-2018

250 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

  • 8/11/2019 LAPORAN PERDARAHAN SALURAN CERNA ATAS.docx

    1/17

    PERDARAHAN SALURAN CERNA ATAS

    1. Definisi

    Perdarahan saluran cerna bahagian atas (didefinisikan sebagai perdarahan yang terjadidi sebelahproksimal ligamentum Treitz pada duodenum distal. Sebagian besar perdarahan

    saluran cerna bahagian atas terjadi sebagai akibat penyakit ulkus peptikum (PUD, peptic

    ulcer disease) (yang disebabkan oleh H. Pylori atau penggunaan obat-obat anti-inflamasi

    non-steroid (OAINS) atau alkohol). Robekan Mallory-Weiss, varises esofagus, dan gastritis

    merupakan penyebab perdarahan saluran cerna bahagian atas yang jarang. (Dubey, S.,

    2008)

    2. EtiologiBanyak kemungkinan penyebab perdarahan saluran cerna bahagian atas pada buku

    The Merck Manual of Patient Symptoms (Porter, R.S., et al., 2008):

    a. Duodenal ulcer (2030 %)

    b. Gastric atau duodenal erosions (2030 %)

    c. Varices (1520 %)

    d. Gastric ulcer (1020 %)

    e. Mallory Weiss tear (510 %)

    f. Erosive esophagitis (510 %)g. Angioma (510 %)

    h. Arteriovenous malformation (< 5 %)

    i. Gastrointestinal stromal tumors

    Penyakit penyebab :

    a. Stress ulcer

    Dari buku Current Diagnosis and Treatment in Gastroenterology dikatakan bahwa

    hingga saat ini masih belum dipahami bagaimana terjadinya stress ulcer, tetapi banyakdikaitkan dengan hipersekresi daripada asam pada beberapa pasien, mucosal ischemia,

    dan alterasi pada mucus gastric. (Jutabha, R., et al. 2003)

    b. Medication-Induced Ulcer

    Berbagai macam pengobatan berperan penting dalam perkembangan daripada penyakit

    peptic ulcer dan perdarahan saluran cerna bahagian atas akut. Paling sering, aspirin

  • 8/11/2019 LAPORAN PERDARAHAN SALURAN CERNA ATAS.docx

    2/17

    dan NSAIDs dapat menyebabkan erosi gastroduodenal atau ulcers, khususnya pada

    pasien lanjut usia. (Jutabha, R., et al. 2003)

    c. Mallory-Weiss Tear

    Mallory- Weiss Tear muncul pada bagian distal esophagus di bagian

    gastroesophageal junction. Perdarahan muncul ketika luka sobekan telah melibatkanesophageal venous atau arterial plexus. Pasien dengan hipertensi portal dapat

    meningkatkan resiko daripada perdarahan oleh Mallory-Weiss Tear dibandingkan

    dengan pasien hipertensi non-portal.

    Sekitar 1000 pasien di University of California Los Angeles datang ke ICU dengan

    perdarahan saluran cerna bahagian atas yang berat, Mallory-Weiss Tear adalah

    diagnosis keempat yang menyebabkan perdarahan saluran cerna bahagian atas,

    terhitung sekitar 5 % dari seluruh kasus. (Jutabha, R., et al. 2003

    d. Gastroesophageal Varices

    Esophageal varices dan gastric varices adalah vena collateral yang berkembang

    sebagai hasil dari hipertensi sistemik ataupun hipertensi segmental portal. Beberapa

    penyebab dari hipertensi portal termasuk prehepatic thrombosis, penyakit hati, dan

    penyakitpostsinusoidal. Hepatitis B dan C serta penyakit alkoholic liver adalah penyakit

    yang paling sering menimbulkan penyakit hipertensi portal intrahepatic di Amerika

    Serikat. (Jutabha, R., et al. 2003)

    e. Pengaruh Obat NSAIDs

    Penggunaan NSAIDs merupakan penyebab umum terjadi tukak gaster. Penggunaanobat ini dapat mengganggu proses peresapan mukosa, proses penghancuran mukosa,

    dan dapat menyebabkan cedera. Sebanyak 30% orang dewasa yang menggunakan

    NSAIDs mempunyai GI yang kurang baik. Faktor yang menyebabkan peningkatan

    penyakit tukak gaster dari penggunaan NSAIDs adalah usia, jenis kelamin, pengambilan

    dosis yang tinggi atau kombinasi dari NSAIDs, penggunaan NSAIDs dalam jangka

    waktu yang lama, penggunaan disertai antikoagulan, dan severe comorbid illness.

    (Anand, B.S., 2011B.S. Anand, 2011)

    3. Faktor resiko

    Menurut The American Society for Gastrointestinal Endoscopy (ASGE), ada beberapa

    faktor resiko yang menyebabkan kematian, perdarahan berulang, kebutuhan akan

    endoskopi hemostasis ataupun operasi, yaitu:

  • 8/11/2019 LAPORAN PERDARAHAN SALURAN CERNA ATAS.docx

    3/17

    a. Usia lebih dari 60 tahun

    b. Comorbidity berat

    c. Perdarahan aktif (contoh, hematemesis, darah merah per nasogastric tube, darah segar

    per rectum)

    d. Hipotensi

    e. Coagulopathy berat

    Pasien dengan hemorrhagic shock memiliki angka kematian yang mencapai 30 %.

    (Caestecker, JD, 2011)

    4. Manifestasi klinis

    Ada 3 gejala khas, yaitu:

    a. Hematemesis

    Muntah darah dan mengindikasikan adanya perdarahan saluran cerna atas, yang

    berwarna coklat merah atau coffee ground. (Porter, R.S., et al., 2008)

    b. Hematochezia

    Buang air besar berwarna merah marun, biasanya dijumpai pada pasien pasien dengan

    perdarahan masif dimana transit time dalam usus yang pendek. Keluarnya darah dari

    rectum yang diakibatkan perdarahan saluran cerna bahagian bawah, tetapi dapat juga

    dikarenakan perdarahan saluran cerna bahagian atas yang sudah berat. (Porter, R.S., et

    al., 2008)

    c. Melena

    Kotoran (feses) yang berwarna gelap yang dikarenakan kotoran bercampur asam

    lambung; biasanya mengindikasikan perdarahan saluran cerna bahagian atas, atau

    perdarahan daripada usus-usus ataupun colon bahagian kanan dapat juga menjadi

    sumber lainnya. (Porter, R.S., et al., 2008)

    Disertai gejala anemia, yaitu: pusing, syncope, angina atau dyspnea. (Laine, L., 2008).

    Penampilan klinis lainnya yang dapat terjadi adalah sinkope, instabilitas hemodinamik

    karena hipovolemik dan gambaran klinis dari komorbid seperti penyakit hati kronis, penyakit

    paru, penyakit jantung, penyakit ginjal dsb (Djumhana, HA. 2005)

    .

    5. Patofisiologi (terlampir)

  • 8/11/2019 LAPORAN PERDARAHAN SALURAN CERNA ATAS.docx

    4/17

    6. Pemeriksaan penunjang

    a. Aspirat dari Naso Gastric Tube (NGT).

    Aspirat berwarna putih keruh menandakan perdarahan tidak aktif,aspirat

    berwarna merah marun menandakan perdarahan masif sangat mungkin perdarahan

    arteri. Seperti halnya warna feses maka warna aspirat pun dapat memprediksi mortalitas

    pasien. Walaupun demikian pada sekitar 30% pasien dengan perdarahan tukak

    duodenum ditemukan adanya aspirat yang jernih pada NGT.

    Diagnosis dapat dibuat berdasarkan inspeksi muntahan pasien atau

    pemasangan selang nasogastric (NGT, nasogastric tube) dan deteksi darah yang jelas

    terlihat; cairan bercampur darah, atau ampas kopi Namun, aspirat perdarahan telah

    berhenti, intermiten, atau tidak dapat dideteksi akibat spasme pilorik. (Dubey S., 2008)

    Pada semua pasien dengan perdarahan saluran gastrointestinal (GIT) perlu

    dimasukkan pipa nasogastrik dengan melakukan aspirasi isi lambung. Hal ini terutama

    penting apabila perdarahan tidak jelas. Tujuan dari tindakan ini adalah:

    o Menentukan tempat perdarahan.

    o Memperkirakan jumlah perdarahan dan apakah perdarahan telah berhenti.

    (Soeprapto, P., et al., 2010)

    b. Laboratorium darah lengkap, faal hemostasis, faal hati, faal ginjal, gula darah ,elektrolit ,

    golongan darah,R dada dan elektrokardiografi.

    c. Pemeriksaan endoskopi merupakan gold standard

    Tindakan endoskopi selain untuk diagnostik dapat dipakai pula untuk terapi.Prosedur ini tidak perlu dilakukan segera (bukan prosedur emergensi), dapat dilakukan

    dalam kurun waktu 12 - 24 jam setelah pasien masuk dan keadaan hemodinamik stabil .

    Tidak ada keuntungan yang nyata bila endoskopi dilakukan dalam keadaan darurat.

    Dengan pemeriksaan endoskopi ini lebih dari 95% pasien-pasien dengan hemetemesis,

    melena atau hematemesis melena dapat ditentukan lokasi perdarahan dan penyebab

    perdarahannya.

    Lokasi dan sumber perdarahan

    o Esofagus :Varises,erosi,ulkus,tumoro Gaster :Erosi,ulkus,tumor,polip,angiodisplasia,Dilafeuy,varises,gastropati kongestif

    o Duodenum :Ulkus,erosi,tumor,diverticulitis

    Hasil pemeriksaan endoskopi untuk pasien-pasien perdaahan non varises

    mempunyai nilai prognostik.

  • 8/11/2019 LAPORAN PERDARAHAN SALURAN CERNA ATAS.docx

    5/17

    d. Untuk kepentingan klinik biasanya dibedakan perdarahan karena ruptur varises dan

    perdarahan bukan karena ruptur varises (variceal bleeding dan non variceal bleeding).

    Identifikasi varises biasanya memakai cara red whale marking. Yaitu dengan

    menentukan besarnya varises (F1-F2-F3), jumlah kolom (sesuai jam), lokasi di

    esophagus (Lm,Li,Lg) dan warna ( biru,cherry red, hematocystic).Untuk ulkus memakai kriteria Forrest.

    o Forrest Ia :Tukak dengan perdarahan aktif dari arteri

    o Forrest Ib :Tukak dengan perdarahan aktif berupa oozing

    o Forrest IIa :Tukak dengan visible vessel

    o Forrest IIb :Tukak dengan ada klot diatasnya yang sulit dilepas

    o Forrest IIc :Tukak dengan klot diatasnya yang dapat dilepas

    o Forrest III :Tukak dengan dasar putih tanpa klot.

    e. Pada beberapa keadaan dimana pemeriksaan endoskopi tidak dapat dilakukan,pemeriksaan dengan kontras barium (OMD) mungkin dapat membantu.

    f. Angiografi

    Untuk pasien yang tidak mungkin dilakukan endoskopi dapat dilakukan

    pemeriksaan dengan angiografi atau skintigrafi (Djumhana, HA. 2005). Angiography

    dapat digunakan untuk mendiagnosa dan menatalaksana perdarahan berat, khususnya

    ketika penyebab perdarahan tidak dapat ditentukan dengan menggunakan endoskopi

    atas maupun bawah. (Savides, T.J., et al., 2010)

    g. CT ScanDapat mengidentifikasi adanya lesi massa, seperti tumor intra-abdominal

    ataupun abnormalitas pada usus yang mungkin dapat menjadi sumber perdarahan.

    (Savides, T.J., et al., 2010)

    7. Penatalaksanaan

    1) Tindakan umum:

    Tindakan umum terhadap pasien diutamakan untuk ABC. Terhadap pasien yang

    stabil setelah pemeriksaan dianggap memadai,pasien dapat segera dirawat untuk terapilanjutan atau persiapan endoskopi. Untuk pasien-pasien risiko tinggi perlu tindakan lebih

    agresif seperti:

    a. Mempertahankan saluran nafas paten dan restorasi volume intravascular adalah

    tujuan tata laksana awal. Infus kristaloid awal, sampai 30 mL/ kg, dapat diikuti

    transfusi darah O-negatif atau yang crossmatchedjika diperlukan.

  • 8/11/2019 LAPORAN PERDARAHAN SALURAN CERNA ATAS.docx

    6/17

    b. Pemasangan IV line paling sedikit 2 dengan jarum(kateter) yang besar minimal no

    18. Hal ini penting untuk keperluan transfusi. Dianjurkan pemasangan CVP

    c. Oksigen sungkup/ kanula.Bila ada gangguan A-B perlu dipasang ETT

    d. Mencatat intake output,harus dipasang kateter urine

    e. Memonitor Tekanan darah, Nadi,saturasi oksigen dan keadaan lainnya sesuaidengan komorbid yang ada.

    f. Melakukan bilas lambung agar mempermudah dalam tindakan endoskopi

    Dalam melaksanakan tindakan umum ini,terhadap pasien dapat diberikan terapi

    a. Transfusi untuk mempertahankan hematokrit > 25%

    b. Pemberian vitamin K

    c. Obat penekan sintesa asam lambung (PPI)

    d. Terapi lainnya sesuai dengan komorbid

    Terhadap pasien yang diduga kuat karena ruptura varises gastroesofageal dapat

    diberikan oktreotid bolus 50 g dilanjutkan dengan drip 50 g tiap 4 jam.

    Sebagian besar pasien dengan perdarahan SCBA dapat berhenti sendiri, tetapi

    pada 20% dapat berlanjut. Walaupun sudah dilakukan terapi endoskopi pasien dapat

    mengalami perdarahan ulang. Oleh karena itu perlu dilakuka assessmen yang lebih

    akurat untuk emprediksi perdarahan ulang dan mortalitas.

  • 8/11/2019 LAPORAN PERDARAHAN SALURAN CERNA ATAS.docx

    7/17

    Dalam hal ini tampak bahwa makin tinggi skor makin tinggi risiko perdarahan ulang

    dan mortalitasnya. Untuk pasien dengan skor > 4 harus dilakukan penanganan secara

    tim dengan melibatkan penyakit dalam, bedah, ICU, radiologi dan laboratorium.

    2) Terapi khusus

    a. Varises gastroesofageal

    - Terapi medikamentosa dengan obat vasoaktif yaitu :

    Otreotid. Oktreotid dapat digunakan untuk menurunkan tekanan vena porta,

    dan pipa Sengstaken-Blakmore dapat dipasang sebagai tindakan sementara

    untuk bertahan. (Dubey S., 2008)

    Somatostatin

    Glipressin (Terlipressin)- Terapi mekanik dengan balon Sengstaken Blackmore atau Minesota

    - Terapi endoskopi

    Skleroterapi

    Ligasi

  • 8/11/2019 LAPORAN PERDARAHAN SALURAN CERNA ATAS.docx

    8/17

    - Terapi secara radiologik dengan pemasangan TIPS( Transjugular Intrahepatic

    Portosystemic Shunting) dan Perkutaneus obliterasi splenoporta.

    - Terapi pembedahan

    Shunting

    Transeksi esofagus + devaskularisasi + splenektomi

    Devaskularisasi + splenektomi

    Outcome pasien ruptura varises gastroesofageal sangat bergantung pada berbagai

    faktor antara lain :

    Beratnya penyakit hati (Kriteria Child-Pugh)

    Ada tidak adanya varises gaster, walupun disebutkan dapat diatasi dengan

    semacam glue(histoakrilat)

    Komorbid yang lain seperti ensefalopati,koagulopati, hepato renal sindrom dan

    infeksi

    b. Tukak peptic

    - Terapi medikamentosa

    PPI

    Obat vasoaktif

    - Terapi endoskopi

    Injeksi (adrenalin-saline, sklerosan,glue,etanol)

    Termal (koagulasi, heatprobe,laser

    Mekanik (hemoklip,stapler)

    - Terapi bedah

    Untuk pasien-pasien yang dilakukan terapi non bedah perlu dimonitor akan

    kemungkinan perdarahan ulang. Second look endoscopy masih kontroversi.

    Realimentasi bergantung pada hasil endoskopi. Pasien-pasien bukan risiko tinggi

    dapat diberikan diit segera setelah endoskopi sedangkan pasen dengan risiko tinggi

    perlu puasa antara 24-48 jam , kemudian baru diberikan makanan secara berthap.

    3) Pencegahan perdarahan ulang

    a. Varises esofagus

    Terapi medik dengan betabloker nonselektif

    Terapi endoskopi dengan skleroterapi atau ligasi

    b. Tukak peptik

    Tukak gaster PPI selama 8-12 minggu dan tukak duodeni PPI 6-8 minggu

  • 8/11/2019 LAPORAN PERDARAHAN SALURAN CERNA ATAS.docx

    9/17

    Bila ada infeksi helicobacter pilory perlu dieradikasi

    Bila pasien memerlukan NSAID,diganti dulu dengan analgetik dan kemudian

    dipilih NSAID selektif(non selektif?) + PPI atau misoprostol

    4) Memulangkan pasienSebagian besar pasien umumnya pulang pada hari ke 14 perawatan. Adanya

    perdarahan ulang atau komorbid sering memperpanjang masa perawatan. Apabila tidak

    ada komplikasi, perdarahan telah berhenti dan hemodinamik stabil serta risiko

    perdarahan ulang rendah pasien dapat dipulangkan . Pasien biasanya pulang dalam

    keadaan anemis, karena itu selain obat untuk mencegah perdarahan ulang perlu

    ditambahkan preparat Fe (Djumhana, HA. 2005)

  • 8/11/2019 LAPORAN PERDARAHAN SALURAN CERNA ATAS.docx

    10/17

  • 8/11/2019 LAPORAN PERDARAHAN SALURAN CERNA ATAS.docx

    11/17

    8. Komplikasi

    a. Syok hipovolemik (syok preload)

    Ditandai dengan menurunnya volume intravaskuler oleh karena

    perdarahan dapat terjadi karena kehilangan cairan tubuh yang lain. Menurunnya

    volume intravaskuler menyebabkan penurunan volume intraventrikel.Pada klien

    dengan syok berat,volume plasma dapat berkurang sampai lebih dari 30% dan

    berlangsung selama 24-48 jam.

    b. Gagal ginjal akut

    Terjadi sebagai akibat syok yang tidak teratasi dengan baik. Untuk

    mencegah gagal ginjal maka setelah syok diobati dengan menggantikan volume

    intravaskuler.

    c. Penurunan kesadaranTerjadi penurunan transportasi O2 ke otak sehingga terjadi penurunan

    kesadaran

    d. Ensefalopati

    Terjadi akibat kerusakan fungsi hati di dalam menyaring toksin di dalam

    darah.Racun-racun tidak dibuang karena fungsi hati terganggu.Dan suatu

    kelainan dimana fungsi otak mengalami kemunduran akibat zat-zat racun di

    dalam darah yang dalam keadaan normal dibuang oleh hati.

  • 8/11/2019 LAPORAN PERDARAHAN SALURAN CERNA ATAS.docx

    12/17

    ASUHAN KEPERAWATAN

    1. Pengkajian

    a. Riwayat penyakit dahulu : penyakit hati kronis, riwayat dyspepsia, penyakit

    ginjal,riwayat penyakit paru dan adanya perdarahan ditempat lainnyab. Riwayat obat-obatan : riwayat mengkonsumsi NSAID,obat rematik,alkohol,jamu

    jamuan,obat untuk penyakit jantung,obat stroke

    c. Riwayat penyakit sekarang : muntah-muntah sebelum terjadinya hematemesis sangat

    mendukung kemungkinan adanya sindroma Mallory Weiss.

    d. Aktivitas / istirahat

    Gejala : kelemahan,kelelahan, kebutuhan untuk tidur dan istirahat lebih banyak

    e. Sirkulasi

    Gejala : riwayat kehilangan darah kronis misalnya GI kronis,ekstremitas pucat pada kulitdan membrane mukosa, pengisian kapiler melambat. Evaluasi jumlah perdarahan :

    Perdarahan < 8% hemodinamik stabil

    Perdarahan 8%-15% hipotensi ortostatik

    Perdarahan 15-25% renjatan (shock)

    Perdarahan 25%-40% renjatan + penurunan kesadaran

    Perdarahan >40% moribund

    f. Eliminasi

    Gejala : hematemesis, feses dengan darah segar,melena,distensi abdomen

    g. Makanan / cairan

    Gejala : anoreksia,mual

    h. Neurosensori

    Gejala : penurunan kesadaran, sakit kepala

    i. Nyeri

    Gejala : nyeri abdomen,sakit kepala

    j. Pernafasan

    Gejala : pernafasan pendek pada istirahat dan aktivitas

    k. Integumen

    Gejala : kulit dingin, kering, dan pucat, CRT 3 detik

    l. Pemeriksaan fisik :

  • 8/11/2019 LAPORAN PERDARAHAN SALURAN CERNA ATAS.docx

    13/17

    Mencari stigmata penyakit hati kronis (i kterus,spider nevi, asites, splenomegali, eritema

    palmaris, edema tungkai), massa abdomen, nyeri abdomen, rangsangan peritoneum,

    penyakit paru, penyakit jantung, penyakit rematik.

    2. Diagnosa keperawatan

    a. Defisit volume cairan b/d kehilangan darah akut

    b. Gangguan rasa nyaman nyeri b/d iritan mukosa gaster

    c. Resiko tinggi kerusakan perfusi jaringan b/d hipovolemia.

    3. Rencana keperawatan

    a. Defisit volume cairan b/d kehilangan darah akut

    Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam, diharapkankeseimbangan cairan dapat terpenuhi

    Kriteria hasil :

    Membrane mukosa lembab

    Turgor kulit elastic

    Intake dan output balance

    BAB normal

    Rencana tindakan :

    a) Monitor hasil lab dan observasi tanda-tanda perdarahan

    R : mendeteksi homeostasis atau ketidakseimbangan dan membantu

    menentukan kebutuhan penggantian.

    b) Awasi masukan haluaran

    R : memberikan informasi tentang keseimbangan cairan, fungsi ginjal,dan

    kontrol penyakit usus juga merupakan pedoman untuk penggantian cairan

    c) Pertahankan tirah baring, jadwalkan aktivitas untuk memberikan periode

    istirahat tanpa gangguanR : aktivitas / muntah dapat meningkatkan tekanan intra abdominal dan dapat

    mencetuskan perdarahan lanjut

    d) Observasi kulit kering, membrane mukosa, penurunan turgor kulit

    R : menunjukkan kehilangan cairan berlebihan

  • 8/11/2019 LAPORAN PERDARAHAN SALURAN CERNA ATAS.docx

    14/17

    e) Monitor tingkat kesadaran

    R : perubahan dapat menunjukkan penurunan perfusi jaringan infuse

    sekunder terhadap hipovolemia

    f) Observasi tanda-tanda syok

    R : mencegah terjadinya perdarahan yang berlebihan

    g) Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian terapi cairan dan anti perdarahan

    R : mengatasi kehilangan cairan berlebihan

    h) Kolaborasi dengan tim dalam pemberian WB atau PRC

    R : WB diindikasikan untuk perdarahan akut karena darah klien dapat

    kekurangan faktor pembekuan.

    b. Gangguan rasa nyaman nyeri b/d iritan mukosa gasterTujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan

    nyeri dapat berkurang/hilang.

    Kriteria hasil :

    Klien menunjukkan postur tubuh rileks

    Klien mampu tidur atau istirahat dengan tepat

    Rencana tindakan :

    a) Catat keluhan nyeri (PQRST)

    R : nyeri tidak selalu ada tetapi bila ada harus dibandingkan dengan gejala

    nyeri pasien sebelumnya dimana dapat membantu mendiagnosa etiologi

    perdarahan dan terjadinya komplikasi

    b) Kaji ulang faktor yang meningkatkan atau menurunkan nyeri

    R : membantu dalam membuat diagnose dan kebutuhan terapi

    c) Bantu ROM aktif/pasif

    R : menurunkan kekakuan sendi, meminimalkan nyeri atau ketidaknyamanan

    d) Kolaborasi dengan tim dalam pemberian obat sesuai indikasi, misal antasida

    R : menurunkan keasaman gaster dengan absorpsi atau dengan menetralisir

    kimia.

  • 8/11/2019 LAPORAN PERDARAHAN SALURAN CERNA ATAS.docx

    15/17

    c. Resiko tinggi kerusakan perfusi jaringan b/d hipovolemia.

    Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan

    klien menunjukkan perfusi jaringan yang adekuat

    Kriteria hasil :

    Ekstremitas hangat

    TTV stabil

    CRT < 2 detik

    Membran mukosa merah muda

    Tidak lemas

    Rencana tindakan :

    a) Awasi TTV, kaji CRT,warna kulit / membrane mukosa

    R : memberikan informasi mengenai derajat / keadekuatan perfusi jaringandan membantu menentukan kebutuhan intervensi

    b) Tinggikan kepala tempat tidur sesuai toleransi

    R : meningkatkan ekspansi paru dan memaksimalkan oksigenasi untuk

    kebutuhan seluler

    c) Kaji untuk respon verbal melambat, mudah terangsang,agitasi, gangguan

    memori, bingung

    R : dapat mengindikasikan gangguan fungsi serebral karena hipoksia atau

    defisiensi vitamin B12.

    d) Catat keluhan rasa dingin, pertahankan suhu lingkungan, dan tubuh hangat

    sesuai indikasi

    R : vasokontriksi ke organ vital menurunkan sirkulasi perifer. Kenyamanan

    pasien / kebutuhan rasa hangat harus seimbang dengan kebutuhan untuk

    menghindari panas berlebihan pencetus vasodilatasi (penurunan perfusi

    organ)

    e) Kolaborasi dalam pemeriksaan lab

    R : mengidentifikasi defisiensi dan kebutuhan pengobatan / respons terhadap

    alergi.

  • 8/11/2019 LAPORAN PERDARAHAN SALURAN CERNA ATAS.docx

    16/17

    DAFTAR PUSTAKA

    Djumhana A;Hadi S;Abdurachman SA;Wijojo J;Saketi R: Upper GI bleeding in Hasan SadikinHospital during 1996 1998 . Analysis of 605 cases. Workshop on Therapeuetic

    Endoscopy .Hong Kong 1998

    Djumhana, HA. 2005. Perdarahan Akut Saluran Cerna Bagian Atas. Bandung : FK Unpad RS

    Dr Hasan Sadikin.

    Galley HF;Webster NR;Lawler PGP;Soni N;Singer M:Critical care Focus 9 Gut. BMJ.Publishing

    Group . London.2002

    Krasner N: Gastrointestinal bleeding.BMJ Publishing Group. London 1996

    Elta GH:Approach to the patient with gross gastrointestinal bleeding in Yamada T;AlpersDH;Kaplowitz N;Laine L;Owyang C;Powell DW eds: Text Book of Gastroenetrology 4

    edition.Lippincot William & Wilkins. Philadelphia.2003

    Rockey DC: Gastrointestinal bleeding in Feldman M;Friedman LS;Sleisenger MH eds:

    Sleisenger & Fordtrans Gastrointestinal and Liver Disease 7 edition. WB

    Sauders.Philadelphia.2002

    Gilbert DA;Silverstein FE: Acute upper gastrointestinal bleeding in SivaK MV ed:

    Gastroenetrologic endoscopy.WB Sauders.Philadelphia. 2000

  • 8/11/2019 LAPORAN PERDARAHAN SALURAN CERNA ATAS.docx

    17/17

    LAPORAN DEPARTEMEN PEDIATRIK

    RUANG 7 HCU RSSA

    OLEH:

    Yosepha Esti S. 105070200111013

    (Kelompok 15)

    PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

    FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA

    MALANG

    2014