laporan modul ii

75
LAPORAN TUTORIAL BLOK 1.6 MINGGU KE-2 SIKLUS KEHIDUPAN KELOMPOK 2A Tutor : Drs. Julizer Ketua : Novia Puspita Yuza 1110313055 Sekretaris 1 : Hanna Ramadhani P. 1110311002 Sekretaris 2 : Ratih Yonarita N. 1110312152 Anggota: 1. Ardho mahamada 1110312110 2. Nindo Mayang Sumba 1110312032 3. Fadiah Zahrina 1110312062 4. Dio Rancha P. 1110312092 5. Tita Berliana Riadi 1110312122 6. Resti Nurul Haqiqi 1110313025 7. Rizky Abdillah 1110313085 MEDICAL EDUCATION UNIT

Upload: ratih-yonarita-nasution

Post on 24-Dec-2015

16 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

blok 1.6

TRANSCRIPT

Page 1: Laporan Modul II

LAPORAN TUTORIAL

BLOK 1.6 MINGGU KE-2

SIKLUS KEHIDUPAN

KELOMPOK 2A

Tutor : Drs. Julizer

Ketua : Novia Puspita Yuza 1110313055

Sekretaris 1 : Hanna Ramadhani P. 1110311002

Sekretaris 2 : Ratih Yonarita N. 1110312152

Anggota:

1. Ardho mahamada 1110312110

2. Nindo Mayang Sumba 1110312032

3. Fadiah Zahrina 1110312062

4. Dio Rancha P. 1110312092

5. Tita Berliana Riadi 1110312122

6. Resti Nurul Haqiqi 1110313025

7. Rizky Abdillah 1110313085

MEDICAL EDUCATION UNIT

MEDICAL FACULTY

ANDALAS UNIVERSITY

2012

Page 2: Laporan Modul II

MODUL II

SKENARIO 2 : PENGALAMAN TAK TERLUPAKAN

Murni, mahasiswi kedokteran sedang bertugas di ruangan bayi menunggu kelahiran bayi yang lahir pervaginam. Sebelum menolong bayi tersebut Murni sudah mendapat bimbingan dari preseptornya tentang cara resusitasi pada bayi baru lahir dan harus mampu mencegah kejadian hipotermia. Murni sudah mengerti bahwa hipotermia dapat menyebabkan komplikasi yang berdampak buruk terhadap tumbuh kembang nantinya.

Ketika bayi sudah lahir, Murni melakukan resusitasi dan melakukan penilaian dan pemeriksaan fisik bayi tersebut, apakah terdapat anomali kongenital. Setelah bayi dikeringkan segera dilakukan inisiasi menyusu dini (IMD) dan Murni juga menjelaskan kepentingan ASI terhadap tumbuh kembang anak.

Setelah selesai menolong dan merawat bayi tersebut, Murni kembali berdiskusi dengan preseptornya tentang kelainan yang mungkin terjadi pada bayi tersebut apabila tidak ditatalaksana dengan tepat seperti hipoglikemia, hiperbilirubinemia, kejang, sepsis neonatorum, sindrom gawat nafas dan lainnya serta kaitannya dengan BBLR.

Selesai melakukan tugasnya dan berdiskusi, Murni pergi beristirahat dengan senyum bangga dan bahagia atas pengalaman dan pelajaran yang tak terlupakan. Sambil beristirahat Murni membaca berita tentang penemuan mayat bayi di tempat sampah, dan dikirim ke RS untuk pemeriksaan. Bagaimana anda menjelaskan pengalaman Murni dan berita tentang penemuan mayat bayi dalam skenario di atas?

I. TERMINOLOGI

- Pervaginam

- Preseptornya

- resusitasi

- hipotermia

Page 3: Laporan Modul II

- inisiasi menyusu dini (IMD)

- hipoglikemia

- hiperbilirubinemia

- kejang

- sepsis neonatorum

- BBLR

II. IDENTIFIKASI MASALAH

III. ANALISA MASALAH

1. Bagaimana cara pemeriksaan fisik bayi baru lahir dengan cara menggunakan nilai apgar?

Anamnesis : Gangguan/kesulitan waktu lahir, lahir tidak bernafas/menangis.

Pemeriksaan fisik :

Nilai Apgar

Klinis 0 1 2

Detak jantung Tidak ada < 100 x/menit >100x/menit

Pernafasan Tidak ada Tak teratur Tangis kuat

Refleks saat jalan nafas

dibersihkan

Tidak ada Menyeringai Batuk/bersin

Tonus otot Lunglai Fleksi ekstrimitas

(lemah)

Fleksi kuat

gerak aktif

Warna kulit Biru pucat Tubuh merah

ekstrimitas biru

Merah seluruh

tubuh

Nilai 0-3   : Asfiksia berat

Nilai 4-6   : Asfiksia sedang

Nilai 7-10 : Normal

Page 4: Laporan Modul II

Dilakukan pemantauan nilai apgar pada menit ke-1 dan menit ke-5, bila nilai apgar 5 menit  

masih kurang dari 7 penilaian dilanjutkan tiap 5 menit sampai skor mencapai 7. Nilai Apgar

berguna untuk menilai keberhasilan resusitasi bayi baru lahir dan  menentukan prognosis,

bukan untuk memulai resusitasi karena resusitasi dimulai 30 detik setelah lahir bila bayi

tidak menangis. (bukan 1 menit seperti penilaian skor Apgar).

Nilai Apgar 1 menit menunjukkan toleransi bayi terhadap proses kelahirannya.

Nilai Apgar 5 menit menujukkan adaptasi bayi terhadap lingkungan barunya.

2. Bagaimana ciri-ciri BBL normal?

ciri-ciri normal pada BBL :1. Berat badan 2500 - 4000 gram2. Panjang badan 48 - 52 cm3. Lingkar dada 30 - 38 cm4. Lingkar kepala 33 - 35 cm5. Frekuensi jantung 120 - 160 kali/menit6. Pernafasan ± - 60 40 kali/menit7. Kulit kemerah - merahan dan licin karena jaringan sub kutan cukup 8. Rambut lanugo tidak terlihat, rambut kepala biasanya telah sempurna9. Kuku agak panjang dan lemas10. Genitalia;Perempuan labia mayora sudah menutupi labia minoraLaki – laki testis sudah turun, skrotum sudah ada11. Reflek hisap dan menelan sudah terbentuk dengan baik12. Reflek morrow atau gerak memeluk bila dikagetkan sudah baik13. Reflek graps atau menggenggan sudah baik14. Eliminasi baik, mekonium akan keluar dalam 24 jam pertama, mekonium berwarna hitam kecoklatan

3. Apa tujuan dilakukan resusitasi pada BBL?

Tujuan dilakukannya resusitasi adalah untuk memperbaiki fungsi pernafasan dan jantung bayi yang tidak bernafas

4. Mengapa dokter harus melakukan resusitasi,sementara nilai Apgar bayi pada skenario normal?

karena bayi memiliki berat badan lahir yang rendah(BBLR) yang mudah mengalami hipotermia dimana bayi memiliki rasio luas permukaan tubuh yang luas dengan imaturitas pusat pengturan suhu. Sehinggga perlu dilakukannya resusitasi agar pernafasan bayi menjadi baik.

Page 5: Laporan Modul II

5. Berdasarkan ciri-ciri dari hasil pemeriksaan fisik yang terdapat di skenario, apakah bayi tersebut normal?

Berat badan 2040 : berat lahir rendah

Panjang badan, 45-47 cm : normal

Lingkar kepala,33 : normal

6. Apa saja bentuk tindakan medis pada BBL?

Tindakan medis pada BBL

Penyedotan Lendir

SESAAT setelah dilahirkan, punggung bayi ditepuk-tepuk agar tangisan pertamanya

terdengar dengan tujuan agar paru-parunya terbuka dan cairan yang dihisap bayi saat

dilahirkan bisa keluar. Dokter pun akan membantu untuk menghilangkan cairan atau

lendir, amnion dari mulut dan hidung bayi. Ini untuk memastikan kedua lubang hidung

bayi terbuka dan ia bisa bernafas.

Pemotongan Tali Pusat

Pemotongan tali pusat biasanya dilakukan dalam dua menit pertama dengan cara tali pusat

dijepit lalu digunting. Dokter biasanya akan mengambil contoh darah tali pusat untuk

pemeriksaan berikut. Misalnya untuk pengukuran kandungan bilirubin apakah bayi menderita

kuning atau tidak.

Tes APGAR

Dalam waktu 1-5 menit bayi baru lahir akan menjalani pemeriksaan untuk mendapatkan

nilai APGAR. Test ini dilakukan untuk mengevaluasi tanda-tanda vital dan respon fisik

bayi. Ada 5 kategori yang diperiksa yaitu, Activity (denyut otot), Pulse (detak jantung per

menit), Grimace (respon refleks), Apperance (warna kulit) dan Respiration (pernafasan).

Page 6: Laporan Modul II

Nilai APGAR berkisar 0-2 untuk setiap kategori, lalu semua nilai dijumlahkan. Jika nilai

APGAR berkisar 7-10 bayi dianggap normal. Pemeriksaan lanjutan dibutuhkan apabila

nilai APGAR dibawah normal.

Test Darah

Pemeriksaan darah biasanya ditujukan untuk bayi berbobot lebih dari 4 Kg untuk

mengetahui kadar gula darah karena bayi besar beresiko hipoglikemia (kadar gula darah

rendah) beberapa jam setelah bayi lahir. Kondisi ini bisa terjadi bila asupan makanan

untuk "si bongsor" langsung anjlok.

Vitamin K

Bayi akan mendapatkan vitamin K untuk mencegah terjadinya perdarahan berlebihan.

Karena organ hati bayi sebagai penghasil vitamin K untuk membekukan darah masih

belum matang.

Statistik Vital

Setelah melalui serangkaian test, bayi masih perlu melakukan pengukuran tinggi badan,

berat badan dan lingkar kepala. Kemudian bayi dimandikan dengan air hangat dan

ditempatkan di ruang bayi

Pemeriksaan Fisik

Dalam 24 jam, dokter akan memantau kondisi bayi secara teratur. Kesesuaian usia bayi

dengan hari pertama haid ibu perlu diperiksa untuk menentukan apakah bayi lahir

prematur. Dokter akan melakukan pemeriksaan Ballard untuk menguji karakteristik fisik

dan otot bayi untuk mengetahui usia kandungan.

7. Mengapa BBL mengalami hipotermia dan apa tujuan pencegahan dari hipotermi?

Page 7: Laporan Modul II

Pada BBL sering mengalami hipotermia karena cepat itu cepat mengalami kehilangan panas. Kehilangan panas yang cepat tersebut disebabkan oleh luas permukaan tubuh pada BBL relatif lebih besar dibandingkan dengan berat badannya, sehingga panas tubuhnya akan cepat hilang. Panas tubuh tersebut juga bisa hilang melalui penguapan, yang bisa terjadi jika seorang bayi yang baru lahir dibanjiri oleh cairan ketuban.

8. Bagaimana cara menyusui yang baik dan benar?

1) Pastikan posisi yang benar dengan melihat hal-hal berikut :

- kepala dan tubuh BBL dalam posisi lurus

- BBL menghadap ke payudara dengan hidung menempel di putting ibu

- tubuh BBL menempel pada tubuh ibu.

- seluruh tubuh BBL ditahan, tidak hanya bagian leher dan bahu saja.

2) Kelekatan yang baik

A. kelekatan yang baik saat menyusui dapat dipastikan dengan melihat hal-hal di bawah ini:

- mulut terbuka lebar

- lebih banyak daerah areola yang terlihat di atas mulut daripada di bawah mulut BBL

B. posisi perlekatan yang benar :

- bagian bawah areola tidak terlihat

- mulut bayi terbuka lebar.

9. Apa saja manfaat dari IMD (inisiasi menyusu dini?

Manfaat IMD

1. Dada ibu menghangatkan bayi dengan tepat. Kulit ibu akan menyesuaikan suhunya

dengan kebutuhan bayi. Kehangatan saat menyusu menurunkan risiko kematian karena

hypothermia (kedinginan).

2. Ibu dan bayi merasa lebih tenang, sehingga membantu pernafasan dan detak jantung bayi

lebih stabil. Dengan demikian, bayi akan lebih jarang rewel sehingga mengurangi

pemakaian energi.

Page 8: Laporan Modul II

3. Bayi memperoleh bakteri tak berbahaya (bakteri baik) yang ada antinya di ASI ibu.

Bakteri baik ini akan membuat koloni di usus dan kulit bayi untuk menyaingi bakteri

yang lebih ganas dari lingkungan.

4. Bayi mendapatkan kolostrum (ASI pertama), cairan berharga yang kaya akan antibodi

(zat kekebalan tubuh) dan zat penting lainnya yang penting untuk pertumbuhan usus.

Usus bayi ketika dilahirkan masih sangat muda, tidak siap untuk mengolah asupan

makanan.

5. Antibodi dalam ASI penting demi ketahanan terhadap infeksi, sehingga menjamin

kelangsungan hidup sang bayi.

6. Bayi memperoleh ASI (makanan awal) yang tidak mengganggu pertumbuhan, fungsi

usus, dan alergi. Makanan lain selain ASI mengandung protein yang bukan protein

manusia (misalnya susu hewan), yang tidak dapat dicerna dengan baik oleh usus bayi.

7. Bayi yang diberikan mulai menyusu dini akan lebih berhasil menyusu ASI eksklusif dan

mempertahankan menyusu setelah 6 bulan.

8. Sentuhan, kuluman/emutan, dan jilatan bayi pada puting ibu akan merangsang

keluarnyaoksitosin yang penting karena:

● Menyebabkan rahim berkontraksi membantu mengeluarkan plasenta dan mengurangi

perdarahan ibu.

● Merangsang hormon lain yang membuat ibu menjadi tenang, rileks, dan mencintai

bayi, lebih kuat menahan sakit/nyeri (karena hormon meningkatkan ambang nyeri),

dan timbul rasa sukacita/bahagia.

● Merangsang pengaliran ASI dari payudara, sehingga ASI matang (yang berwarna

putih) dapat lebih cepat keluar.

10. Mengapa bayi ikterik pada hari ke tiga? Berapa lama itu terjadi?apakah itu fisiologis atau

patologis?

Ikterus umumnya muncul sekitar usia 2-3 hari. Ikterus dimulai dari kepala dan berjalan ke

bawah. Bayi ikterus akan tampak kuning pertama pada wajah, kemudian pada dada dan perut

kemudian kaki dan bisa mewarnai bagian putih bola mata. Pada keadaan normal, bilirubin

disalurkan dan diolah di hati kemudian dikeluarkan sebagai empedu melalui usus. Ikterus

Page 9: Laporan Modul II

muncul saat kadar bilirubin melebihi kemampuan hati bayi baru lahir untuk mengolah dan

mengeluarkan dari tubuh. Hal ini dapat disebabkan oleh:

•    Bayi baru lahir menghasilkan bilirubin lebih banyak dari orang dewasa karena sel darah

merah bayi baru lahir usianya lebih pendek sehingga dihancurkan lebih cepat

•    Kondisi hati bayi baru lahir belum cukup matang untuk mengolah dan mengeluarkan

bilirubin dari darah secara maksimal

•    Kadar bilirubin yang diserap kembali dari usus cukup besar sebelum bayi dapat

mengeluarkannya dalam tinja.

Kadar bilirubin (diatas 25 mg) dapat menyebabkan ketulian, cerebral palsy, atau kerusakan

otak. Pada beberapa kasus lain, ikterus dapat disebabkan gangguan kelenjar tiroid.

11. Apa jenis pemeriksaan untuk menentukan ikterik pada bayi?

Pemeriksaan pada sclera, bilirubin darah.

12. Bagaimana cara penentuan bayi mengalami takipnu dan kejang?

Bayi mengalami asfiksia, apnu, sianosis.

13. Apa tujuan dari diberikannya ASI pada bayi dan apa tujuan memberikan stimulasi pada bayi?

Tujuan pemberian ASI : memberikan nutrisi , berbagai system kekebalan tubuh, enzim

pencernaan sehingga kebutuhan untuk tumbuh kembang bayi dapat terpenuhi.

Tujuan pemberian stimulasi pada bayi : untuk merangsang perkembangan bayi.

14. Apa saja anjuran bagi orang tua dalam merawat bayi di rumah?

1) Berikan ASI on demand.

2) Jaga agar tali pusat selalu kering.

3) Berikan stimulasi-stimulasi dini untuk rangsangan perkembangan bayi.

4) Jaga selalu kesehatan anak.

15. Apa saja penyebab undensensus testis sinistra?

Penyebab undensensus di skenario yaitu kemungkinan kurangnya produksi hormone testosterone oleh sel Laydig.

Page 10: Laporan Modul II

IV. SKEMA

BAYI BARU LAHIR

PEMERIKSAAN FISIK

TANDA-TANDA NORMAL

TANDA-TANDA KELAINAN

BAYI MENANGIS DAN BERNAFAS

IMD (Inisiasi Menyusu Dini)

NUTRISI MANAJEMEN LAKTASI

UNDENSENSUS TESTIS SINISTRA

INFEKSI DAN KEJANG

HIPERBILIRUBINEMIA PATOLOGIS

HIPOTERMIA

HIPOGLIKEMI DAN ASFIKSIA

Page 11: Laporan Modul II

V. LEARNING OBJECTIVES

Mahasiswa mampu menjelaskan :

1. Perawatan dan pemeriksaan fisik bayi baru lahir2. Bayi berat lahir rendah3. Manajemen laktasi

Hipotermia, hipoglikemia pada bayi baru lahirHiperbilirubinemia pada bayi baru lahirProblem pernapasan pada bayi baru lahirInfeksi dan kejang pada bayi baru lahirBeberapa kelainan congenital yang sering ditemukan pada bayi baru lahirResusitasi pada BBLTumbuh kembang pada neonatus

VI. BELAJAR MANDIRI

VII. SHARING INFORMATION

1. PERAWATAN DAN PEMERIKSAAN FISIK BAYI BARU LAHIR

Pengkajian pada bayi baru lahir dapat dilakukan segera setelah lahir yaitu untuk mengkaji

penyesuaian bayi dari kehidupan intrauterine ke ekstrauterine. Selanjutnya dilakukan

pemeriksaan fisik secara lengkap untuk mengetahui normalitas & mendeteksi adanya

penyimpangan

1. Pengkajian segera BBL

a. Penilaian awal

PERAWATAN /PENATALAKSAAN

LANJUT

RESUSITASI

Page 12: Laporan Modul II

Nilai kondisi bayi :

● APAKAH BAYI MENANGIS KUAT/BERNAFAS TANPA KESULITAN ?

● APAKAH BAYI BERGERAK DG AKTIF/LEMAS?

● APAKAH WARNA KULIT BAYI MERAH MUDA, PUCAT/BIRU?

APGAR SCORE

● Merupakan alat untuk mengkaji kondisi bayi sesaat setelah lahir meliputi 5 variabel

(pernafasan, frek. Jantung, warna, tonus otot & iritabilitas reflek)

● Ditemukan oleh Dr. Virginia Apgar (1950)

Dilakukan pada :

● 1 menit kelahiran

yaitu untuk memberi kesempatan pd bayi untuk memulai perubahan

● Menit ke-5

● Menit ke-10

penilaian dapat dilakukan lebih sering jika ada nilai yg rendah & perlu tindakan

resusitasi. Penilaian menit ke-10 memberikan indikasi morbiditas pada masa

mendatang, nilai yg rendah berhubungan dg kondisi neurologis

SKOR APGAR

TANDA 0 1 2

Appearance Biru,pucat Badan

pucat,tungkai

biru

Semuanya merah

muda

Pulse Tidak teraba < 100 > 100

Grimace Tidak ada Lambat Menangis kuat

Activity Lemas/lumpuh Gerakan

sedikit/fleksi

tungkai

Aktif/fleksi tungkai

baik/reaksi melawan

Respiratory Tidak ada Lambat, tidak

teratur

Baik, menangis kuat

Page 13: Laporan Modul II

Preosedur penilaian APGAR

● Pastikan pencahayaan baik

● Catat waktu kelahiran, nilai APGAR pada 1 menit pertama dg cepat & simultan.

Jumlahkan hasilnya

● Lakukan tindakan dg cepat & tepat sesuai dg hasilnya

● Ulangi pada menit kelima

● Ulangi pada menit kesepuluh

● Dokumentasikan hasil & lakukan tindakan yg sesuai

Penilaian

Setiap variabel dinilai : 0, 1 dan 2

Nilai tertinggi adalah 10

● Nilai 7-10 menunjukkan bahwa by dlm keadaan baik

● Nilai 4 - 6 menunjukkan bayi mengalami depresi sedang & membutuhkan tindakan

resusitasi

● Nilai 0 – 3 menunjukkan bayi mengalami depresi serius & membutuhkan resusitasi

segera sampai ventilasi

2. Asuhan segera Bayi Baru Lahir

● Adalah asuhan yang diberikan pada bayi baru lahir selama satu jam pertama setelah

kelahiran.

● Sebagian besar BBL akan menunjukkan usaha pernafasan spontan dg sedikit

bantuan/gangguan

● Oleh karena itu PENTING diperhatikan dlm memberikan asuhan SEGERA, yaitu jaga

bayi tetap kering & hangat, kotak antara kulit bayi dg kulit ibu sesegera mungkin

a. Membersihkan jalan nafas

1). Sambil menilai pernafasan secara cepat, letakkan bayi dg handuk di atas perut ibu

2). Bersihkan darah/lendir dr wajah bayi dg kain bersih & kering/ kassa

Page 14: Laporan Modul II

3). Periksa ulang pernafasan

4). Bayi akan segera menagis dlm waktu 30 detik pertama setelah lahir

jika tdk dpt menangis spontan dallakukan :

1). letakkkan by pd posisi terlentang di t4 yg keras & hangat

2). gulung sepotong kain & letakkan di bwh bahu shg leher bayi ekstensi

3). bersihkan hidung, rongga mulut, & tenggorokan by dg jari tangan yg dibungkus kassa

steril

4). tepuk telapak kaki by sebanyak 2-3x/ gosok kulit by dg kain kering & kasar

Gb. Posisi ekstensi

Kebiasaan yang harus dihindari

LANGKAH-LANGKAH ALASAN TIDAK DIANJURKAN

Menepuk pantat bayi Trauma/cedera

Menekan dada Patah, pneumothorax, gawat nafas,

kematian

Menekan kaki bayi ke bagian perutnya Merusak pembuluh darah dan kelenjar

pada hati/limpa, perdarahan

Membuka sphincter anusnya Merusak /melukai sphincter ani

Menggunakan bungkusan panas/dingin Membakar/hipotermi

Meniupkan oksigen/udara dingin pada

tubuh/wajah bayi

Hipotermi

Memberi minuman air bawang Membuang waktu, karena tindakan

resusitasi yang tidak efektif pada saat kritis

Page 15: Laporan Modul II

Penghisapan lendir

● Gunakan alat penghisap lendir mulut (De Lee)/ alat lain yg steril, sediakan juga

tabung oksigen & selangnya

● Segera lakukan usaha menghisap mulut & hidung

● Memantau mencatat usaha nafas yg pertama

● Warna kulit, adanya cairan / mekonium dlm hidung / mulut hrs diperhatikan

b. Perawatan tali pusat

setelah plasenta lahir & kondisi ibu stabil, ikat atau jepit tali pusat

Cara :

● celupkan tangan yg masih mggnakan sarung tangan ke dlm klorin 0,5% untuk

membersihkan darah & sekresi tubuh lainnya

● bilas tangan dengan air matang /DTT

● keringkan tangan (bersarung tangan)

● letakkan bayi yang terbungkus diatas permukaan yang bersih dan hangat

● ikat ujung tali pusat sekitar 1 cm dr pusat dengan menggunakan benang DTT.

Lakukan simpul kunci/ jepitkan

● Jika menggunakan benang tali pusat, lingkarkan benang sekeliling ujung tali pusat &

lakukan pengikatan kedua dg simpul kunci dibagian TP pd sisi yg berlawanan

● Lepaskan klem penjepit & letakkan di dlm larutan klorin 0,5%

● Selimuti bayi dg kain bersih & kering, pastikan bahwa bagian kepala bayi tertutup

INGAT !JANGAN MENGOLESKAN SALEP APAPUN/ZAT LAIN KE BAGIAN TALI PUSAT

c. Mempertahankan suhu tubuh

Dengan cara :

● Keringkan bayi secara seksama

● Selimuti bayi dg selimut/kain bersih, kering & hangat

Page 16: Laporan Modul II

● Tutup bagian kepala bayi

● Anjurkan ibu untuk memeluk & menyusukan bayinya

● Lakukan penimbangan stl bayi mengenakan pakaian

● Tempatkan bayi di lingk yg hangat

d. Pencegahan infeksi

● Memberikan obat tetes mata/salep

● diberikan 1 jam pertama by lahir yaitu ; eritromysin 0,5%/tetrasiklin 1%.

● Yang biasa dipakai adalah larutan perak nitrat/ neosporin & langsung diteteskan pd

mata bayi segera stl bayi lahir

BBL sangat rentan terjadi infeksi, sehingga perlu diperhatikan hal-hal dalam

perawatannya.

● Cuci tangan sebelum & setelah kontak dg bayi

● Pakai sarung tangan bersih pd saat menangani bayi yg blm dimandikan

● Pastikan semua peralatan (gunting, benang tali pusat) telah di DTT, jika

menggunakan bola karet penghisap, pastukan dlm keadaan bersih

● Pastikan semua pakaian, handuk, selimut serta kain yg digunakan untuk bayi dlm

keadaan bersih

● Pastikan timbangan, pipa pengukur, termometer, stetoskop & benda2 lainnya akan

bersentuhan dg bayi dlm keadaan bersih (dekontaminasi setelah digunakan)

2. Asuhan bayi baru lahir 1-24 jam pertama kelahiran

Page 17: Laporan Modul II

Tujuan :

Mengetahui aktivitas bayi normal/tdk & identifikasi masalah kesehatan BBL yg

memerlukan perhatian keluarga & penolong persalinan serta tindak lanjut petugas

kesehatan

Pemantauan 2 jam pertama meliputi :

● Kemampuan menghisap (kuat/lemah)

● Bayi tampak aktif/lunglai

● Bayi kemerahan /biru

Sebelum penolong meninggalkan ibu, harus melakukan pemeriksaan & penilaian ada

tdknya masalah kesehatan terutama pada :

● By kecil masa kehamilan/KB

● Gangguan pernafasan

● Hipotermia

● Infeksi

● Cacat bawaan/trauma lahir

Jika tidak ada masalah,

a. lanjutkan pengamatan pernafasan, warna & aktivitasnya

b. Pertahankan suhu tubuh bayi dg cara :

● hindari memandikan min. 6 jam/min suhu 36,5 C

● bungkus bayi dengan kain yg kering & hangat, kepala bayi harus tertutup

c. Lakukan pemeriksaan fisik

● gunakan tempat yg hangat & bersih

● cuci tangan sebelum & sesudah pemeriksaan, gunakan sarung tangan & bertindak

lembut

● LIHAT, DENGAR, & RASAkan

● Rekam /catat hasil pengamatan

● jika ditemukan faktor risiko/masalah segera Cari bantuan lebih lanjut

Page 18: Laporan Modul II

d. Pemberian vitamin K

● untuk mencegah terjadinya perdarahan krn defisiensi vit. K

● Bayi cukup bulan/normal 1 mg/hari peroral selama 3 hari

● Bayi berisiko 0,5mg – 1mg perperenteral/ IM

e. Identifikasi BBL

● Peralatan identifikasi BBL harus selalu tersedia

● Alat yg digunakan; kebal air, tepi halus dan tidak melukai, tdk mudah sobek dan

tdk mudah lepas

● Harus tercantum ; nama bayi (Ny) tgl lahir, nomor bayi, jenis kelamin, unit, nama

lengkap ibu

● Di tiap tempat tidur harus diberi tanda dg mencantumkan nama, Tgl lahir, nomor

identifikasi

a. Ajarkan pada orang tua cara merawat bayi, meliputi :

1). Pemberian nutrisi

● Berikan asi seserig keinginan bayi atau kebutuhan ibu (jika payudara ibu penuh)

● Frekuensi menyusui setiap 2-3 jam

● Pastikan bayi mendapat cukup colostrum selama 24 jam. Colostrum memberikan

zat perlindungan terhadap infeksi dan membantu pengeluaran mekonium.

● Berikan ASI saja sampai umur 6 bulan

2). Mempertahankan kehangatan tubuh bayi

● Suhu ruangan setidaknya 18 - 21ºC

● Jika bayi kedinginan, harus didekap erat ke tubuh ibu

● Jangan menggunakan alat penghangat buatan di tempat tidur (misalnya botol

berisi air panas)

3). Mencegah infeksi

● Cuci tangan sebelum memegang bayi dan setelah menggunakan toilet untuk

BAK/BAB

● Jaga tali pusat bayi dalam keadaan bersih, selalu dan letakkan popok di bawah tali

pusat. Jika tali pusat kotor cuci dengan air bersih dan sabun. Laporkan segera ke

Page 19: Laporan Modul II

bidan jika timbul perdarahan, pembengkakan, keluar cairan, tampak merah atau

bau busuk.

● Ibu menjaga kebersihan bayi dan dirinya terutama payudara dengan mandi setiap

hari

● Muka, pantat, dan tali pusat dibersihkan dengan air bersih , hangat, dan sabun

setiap hari.

● Jaga bayi dari orang-orang yang menderita infeksi dan pastikan setiap orang yang

memegang bayi selalu cuci tangan terlebih dahulu

7. Ajarkan tanda-tanda bahaya bayi pada orang tua

● Pernafasan sulit/ > 60x/menit

● Suhu > 38 °C atau < 36,5 °C

● Warna kulit biru/pucat

● Hisapan lemah, mengantuk berlebihan, rewel, banyak muntah, tinja lembek, sering warna

hijau tua, ada lendir darah

● Tali pusat merah, bengkak, keluar cairan, bau busuk

● Tidak berkemih dalam 3 hari, 24 jam

● Mengigil, tangis yg tidak biasa, rewel, lemas, terlalu mengantuk, lunglai, kejang

8. Berikan immunisasi BCG, Polio dan Hepatis B

Daftar pustaka

1. Bennett dan Brown, 1999, Myles Texbook for midwives, thirteennth edition. Churchill

Livingstone, Edinburgh

2. JHPIEGO.2003. Panduan pengajar asuhan kebidanan fisiologi bagi dosen diploma III

kebidanan , Buku 5 asuhan bayibaru lahir,Pusdiknakes.Jakarta

3. Johnson dan Taylor. 2005. Buku ajar praktik kebidanan.cetaka I. EGC.Jakarta

4. Saifudin Abdul Bahri. 2002. Buku panduan praktis pelayanan kesehatan maternal

neonatal.YBP_SP.Jakarta

PEMERIKSAAN FISIK LAINNYA

Memeriksa Kepala dan Muka sangat penting karena menjadi perhatian utama :

Page 20: Laporan Modul II

● Tanda trauma kaput sesudaneum, moulding,

● laserasi, sefal hematom

● Adakah tanda parese syaraf ke 7

● Telinga adakah low set ear

● Mulut adakah gigi, gusi, ukuran dan besar lidah

● palatum apakah normal

Mata

● Sembab kelopak mata sering didapat, mata sulit dibuka

● Adakah tanda perdarahan konjungtiva, ukuran bola mata

● Adakah sekret mata, kemungkinan saluran nasolakrimalis

● belum terbuka sempurna

• Bila sekret berlebihan ingat infeksi gonokokus

Sistem Pernafasan

Pemeriksaan terbaik adalah melakukan observasi

Frekwensi nafas (normal 30-50 kali/menit), iramanya, tipe nafas utama pada bayi baru lahir

abdominal

Obsrvasi warna kulit sekitar mulut dan mukosa

Tanda tanda adanya gangguan nafas:

Frekwensi nafas cepat ≥ 60 per menit

Tampak sianosis

Perhatikan bentuk dada

Bernafas mempergunakan otot otot dada (retraksi interkostal, dada)

Pemeriksaan Kardiovaskuler

Pemeriksaan kardiovaskuler juga harus diperhatikan bentuk dada, apek (lokasi di ICS ke 4 & ke

5)

Palpasi pulsasi arteri brakhialis dan femoralis

Memeriksa suara jantung S1,S2, kadang terdengar S3

Frekwensi jantung biasanya 100 – 140/ menit (normal)

Adakah murmur, biasanya dilakukan pemeriksaan di

Page 21: Laporan Modul II

sepanjang batas sternal kiri. Dianjurkan pemeriksaan diulang setelah penderita berumur 3 – 6

minggu

ABDOMEN

Observasi bentuk abdomen apakah distended. Pernafasan abdominal adalah normal Perhatikan

umbilikus, apakah ada tanda inflamasi, bau Yakinkan ibu bahwa umbilikus akan lepas (hari ke

4 – 5)

Meraba Hepar

Mempergunaka jari jari tangan diletakkan antara SIAS (spina iliaka anterior superior kanan) dan

umbilikus, selanjutnya meraba keatas sampai batas kosta

Meraba Lien

Meraba dengan jari jari dari SIAS kearah umbikus

Meraba Ginjal

• Tidak mudah, memerlukan latihan

• Letakkan satu tangan dibawah pinggang dan diangkat keatas, sedang tangan lain melakukan

palpasi disisi yang sama

Meraba Buli Buli

• Mempergunakan jari ke 2 dan ke 3

• Palpasi dimulai dari umbilikus kearah bawah

• Buli buli teraba penuh 15 menit setelah bayi diberi minum

GENITALIA

Wanita

• Labia warna kemerahan. Pada preterm labia mayor tidak menutup labia minor

• Perdarahan vagina dapat terjadi (newborn period)

• Memar dapat terjadi pada persalinan letak bokong

Laki laki

• Apakah bentuk dan ukuran penis normal

• Adakah hipospadia dan epispadi

• Apakah testis teraba, bila tidak teraba biasanya di inguinal

• Adakah hidrocele, pemeriksaan dengan transiluminasi

Page 22: Laporan Modul II

Memeriksa Sendi Panggul

• Bayi posisi terlentang. Posisi panggul dan lutut 90 derajat

• Pegang kedua lutut dan gerakkan keatas dan kebawah bergantian

Ventral Suspensi

Bayi dipegang dengan kedua tangan dan ditengkurapkan

Respon bayi : punggung ekstensi, lengan, kaki fleksi dan kepala akan terangkat

Bayi posisi terlentang biasanya panggul fleksi dan sedikit Abduksi. Bila abduksi total berarti

terdapat hipotoni otot

Pemeriksaan harus diulang 24 jam kemudian

REFLEK PRIMITIF

TANDA KARDINAL

Merangsang pipi dan kulit sekitar mulut, maka akan respon mulut bayi terbuka dan kepala

menoleh kearah lateral

Grasp dan traction response (reflek menggegam)

Tangan bayi diberi jari tangan atau pensil, maka jari akan menggegam dan bahu akan terangkat

lebih kurang 2- 3 cm

MORO REFLEK

Bayi diletakkan terlentang dengan satu tangan menahan badan bayi, tangan lain menyangga

kepala. Bila kepala bayi diturunkan beberapa cm, lengan atas abduksi,ekstensi dan fleksi

bergantian bila bergerak.

2. BAYI BERAT LAHIR RENDAH

Pengertian BBLR

Page 23: Laporan Modul II

Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat lahir kurang dari 2500 gram

tanpa memandang masa gestasi. Berat lahir adalah berat bayi yang ditimbang dalam 1 (satu) jam

setelah lahir.

Prevalensi bayi berat lahir rendah (BBLR) diperkirakan 15% dari seluruh kelahiran di

dunia dengan batasan 3,3%-38% dan lebih sering terjadi di negara-negara berkembang atau

sosio-ekonomi rendah. Secara statistik menunjukkan 90% kejadian BBLR didapatkan di negara

berkembang dan angka kematiannya 35 kali lebih tinggi dibanding pada bayi dengan berat lahir

lebih dari 2500 gram. BBLR termasuk faktor utama dalam peningkatan mortalitas, morbiditas

dan disabilitas neonatus, bayi dan anak serta memberikan dampak jangka panjang terhadap

kehidupannya di masa depan.

Penyebab BBLR

Ada 2 tipe BBLR:

1. Prematur yaitu bayi yang lahir lebih awal dari waktunya (kehamilan < 37 minggu).

2. Bayi kecil masa kehamilan (KMK) yaitu bayi yang lahir cukup bulan tetapi memiliki berat

badan kurang.

BBLR tipe prematur disebabkan oleh:

Berat badan ibu yang rendah, ibu hamil yang masih remaja, kehamilan kembar

Pernah melahirkan bayi prematur sebelumnya

Cervical incompetence (mulut rahim yang lemah hingga tak mampu menahan berat bayi

dalam rahim)

Perdarahan sebelum atau saat persalinan (antepartum hemorrhage)

Ibu hamil yang sedang sakit

Kebanyakan tidak diketahui penyebabnya

BBLR tipe KMK disebabkan oleh:

Ibu hamil yang kekurangan nutrisi

Page 24: Laporan Modul II

Ibu memiliki hipertensi, preeklamsi, atau anemia

Kehamilan kembar, kehamilan lewat waktu

Malaria kronik, penyakit kronik

Ibu hamil merokok

Perawatan BBLR

Prinsip penting dalam perawatan BBLR setelah lahir adalah mempertahankan suhu bayi

agar tetap normal, pemberian minum, dan pencegahan infeksi. Bayi dengan BBLR juga

sangat rentan terjadinya hiportemia, karena tipisnya cadangan lemak di bawah kulit dan

masih belum matangnya pusat pengatur panas di otak. Untuk itu, BBLR harus selalu

dijaga kehangatan tubuhnya.

Cara paling efektif mempertahankan suhu tubuh normal adalah sering memeluk dan

menggendong bayi. Ada suatu cara yang disebut metode kangguru atau perawatan

bayi lekat, yaitu bayi selalu didekap ibu atau orang lain dengan kontak langsung kulit

bayi dengan kulit ibu atau pengasuhnya dengan cara selalu menggendongnya. Cara lain,

bayi jangan segera dimandikan sebelum berusia enam jam sesudah lahir , bayi selalu

diselimuti dan ditutup kepalanya, serta menggunakan lampu penghangat atau alat

pemancar panas.

Minum sangat diperlukan BBLR, selain untuk pertumbuhan juga harus ada cadangan

kalori untuk mengejar ketinggalan beratnya. Minuman utama dan pertama adalah air

susu ibu (ASI) yang sudah tidak diragukan lagi keuntungan atau kelebihannya.

Disarankan bayi menyusu ASI ibunya sendiri, terutama untuk bayi prematur. ASI ibu

memang paling cocok untuknya, karena di dalamnya terkandung kalori dan protein

tinggi serat elektrolit minimal. Namun, refleks menghisap dan menelan BBLR biasanya 

masih sangat lemah, untuk itu diperlukan  pemberian ASI peras yang disendokkan ke

mulutnya atau bila sangat terpaksa dengan pipa lambung. Susu formula khusus BBLR

bisa diberikan bila ASI tidak dapat diberikan karena berbagai sebab. Kekurangan minum

pada BBLR akan mengakibatkan ikterus (bayi kuning)

BBLR sangat rentan terhadap terjadinya infeksi sesudah lahir. Karena itu, tangan harus

dicuci bersih sebelum dan sesudah memegang bayi, segera membersihkan bayi bila

kencing atau buang air besar, tidak mengizinkan menjenguk bayi bila sedang menderita

Page 25: Laporan Modul II

sakit, terutama infeksi saluran pernapasan akut (ISPA), dan pemberian imunisasi sesuai

dengan jadwal.

Untuk tumbuh, BBLR harus mendapat asupan nutrien berupa minuman mengandung

karbohidrat, protein, lemak, serta vitamin yang lebih dari bayi bukan BBLR. Penting

dipertahikan agar zat tersebut betul-betul dapat digunakan hanya untuk tumbuh, tidak

dipakai untuk melawan infeksi. Biasanya BBLR dapat mengejar ketinggalannya paling

lambat dalam enam bulan pertama.

3. MANAJEMEN LAKTASI

Cara menyusui bayi yang benar

1. Sebelum menyusui bayi, terlebih dahulu IBU mencuci kedua tangan dengan sabun sampai

bersih.

2. Sebelum menyusui bayi, kedua punting susu dibersihkan dengan kapas yang telah direndam

terlebih dahulu dengan air hangat .

3. Waktu menyusui bayi, sebaiknya IBU harus duduk .

4. Bayi disusui secara bergantian dari susu sebelah kiri, lalu kesebelah kanan sampai bayi merasa

kenyang.

5. Setelah selesai menyusui, mulut bayi dan kedua pipi bayi dibersihkan dengan kapas yang telah

direndam dengan air hangat.

6. Sebelum ditidurkan, bayi harus disendawankan dulu supaya udara yang terhisap bisa keluar.

7. Bila kedua payudara masih ada sisa ASI, supaya dikeluarkan dengan alat pompa susu.

Praktek menyusui

Proses laktasi terdiri dari 2 tahap. Pertama adalah dimulainya pembentukan air susu pada masa

kehamilan, dan kedua adalah periode menyusui sesudah bayi lahir, yaitu saat air susu dibentuk

dan dikeluarkan. Masa ini kita sebut sebagai masa menyusui yang lamanya sangat tergantung

pada motivasi dan "kemampuan" seorang ibu untuk menerapkan manajemen laktasi. Setiap bayi,

sejak dilahirkan seyogyanya mendapat ASI saja (termasuk kolostrum) dalam 4-6 bulan pertama

kehidupannya. Diawali dengan kontak dini segera setelah dilahirkan, isapan bayi pada putting

susu ibu untuk pertama kalinya ini akan merangsang keluarnya hormon-hormon yang menunjang

keberhasilannya menyusui .

Page 26: Laporan Modul II

a. reflek prolaktin

Sewaktu bayi menyusu, ujung saraf sensoris yang terdapat pada putting susu terangsang.

Rangsangan ini akan dikirim ke otak (hipotalamus) yang akan memacu keluarnya hormon

prolaktin yang kemudian akan merangsang sel-sel kelenjar payudara untuk memproduksi ASI.

b.Refleks aliran / refleks oksitosin ("let down reflex")

Rangsangan yang ditimbulkan oleh isapan bayi waktu menyusu diantar pula ke bagian lain dari

otak yang akan melepaskan hormon oksitosin. Oksitosin akan memacu sel-sel otot yang

mengelilingi jaringan kelenjar dan salurannya untuk berkontraksi, sehingga memeras air susu

keluar hingga mencapai sinus laktiferus di balik areola, untuk kemudian menuju puting susu.

Posisi dan perlekatan menyusui

Terdapat berbagai macam posisi menyusui. Cara menyususi yang tergolong biasa dilakukan

adalah dengan duduk, berdiri atau berbaring.

Ada posisi khusus yang berkaitan dengan situasi tertentu seperti ibu pasca operasi sesar. Bayi

diletakkan disamping kepala ibu dengan posisi kaki diatas. Menyusui bayi kembar dilakukan

dengan cara seperti memegang bola bila disusui bersamaan, dipayudara kiri dan kanan. Pada ASI

yang memancar (penuh), bayi ditengkurapkan diatas dada ibu, tangan ibu sedikit menahan kepala

bayi, dengan posisi ini bayi tidak tersedak.

Cara pengamatan teknik menyusui yang benar

Menyusui dengan teknik yang tidak benar dapat mengakibatkan puting susu menjadi lecet, ASI

tidak keluar optimal sehingga mempengaruhi produksi ASI selanjutnya atau bayi enggan

menyusu. Apabila bayi telah menyusui dengan benar maka akan memperlihatkan tanda-tanda

sebagai berikut .

1. Bayi tampak tenang.

2. Badan bayi menempel pada perut ibu.

3. Mulut bayi terbuka lebar.

4. Dagu bayi menmpel pada payudara ibu.

5. Sebagian areola masuk kedalam mulut bayi, areola bawah lebih banyak yang masuk .

6. Bayi nampak menghisap kuat dengan irama perlahan.

7. Puting susu tidak terasa nyeri .

8. Telinga dan lengan bayi terletak pada satu garis lurus.

9. Kepala bayi agak menengadah.

Page 27: Laporan Modul II

4. HIPOTERMIA DAN HIPOGLIKEMI PADA BAYI BARU LAHIR

Hipotermia :

Hipotermia adalah suatu keadaan dimana suhu tubuh berada dibawah 35°Celsius.

PENYEBAB

Luas permukaan tubuh pada bayi baru lahir (terutama jika berat badannya rendah), relatif lebih besar dibandingkan dengan berat badannya sehingga panas tubuhnya cepat hilang. Pada cuaca dingin, suhu tubuhnya cenderung menurun. Panas tubuh juga bisa hilang melalui penguapan, yang bisa terjadi jika seorang bayi yang baru lahir dibanjiri oleh cairan ketuban.

GEJALA

Gejalanya bisa berupa:- bayi tampak mengantuk- kulitnya pucat dan dingin- lemah, lesu- menggigil.Hipotermia bisa menyebabkan hipoglikemia (kadar gula darah yang rendah), asidosis metabolik (keasaman darah yang tinggi) dan kematian. Tubuh dengan cepat menggunakan energi agar tetap hangat, sehingga pada saat kedinginan bayi memerlukan lebih banyak oksigen. Karena itu, hipotermia bisa menyebabkan berkurangnya aliran oksigen ke jaringan.

DIAGNOSA

Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala, hasil pemeriksaan fisik dan hasil pengukuran suhu tubuh.

PENGOBATAN

Bayi dibungkus dengan selimut dan kepalanya ditutup dengan topi. Jika bayi harus dibiarkan telanjang untuk keperluan observasi maupun pengobatan, maka bayi ditempatkan dibawah cahaya penghangat.

PENCEGAHAN

Untuk mencegah hipotermia, semua bayi yang baru lahir harus tetap berada dalam keadaan hangat. Di kamar bersalin, bayi segera dibersihkan untuk menghindari hilangnya panas tubuh akibat penguapan lalu dibungkus dengan selimut dan diberi penutup kepala.

Hipoglikemia Pada Bayi Baru Lahir

Hipoglikemi keadaan hasil pengukuran kadar glukose darah kurang dari 45 mg/dL (2.6 mmol/L). PATOFISIOLOGI�        Hipoglikemi sering terjadi pada BBLR, karena cadangan glukosa rendah.��        Pada ibu DM terjadi transfer glukosa yang berlebihan pada janin sehingga respon insulin

juga meningkat pada janin. Saat lahir di mana jalur plasenta terputus maka transfer glukosa berhenti sedangkan respon insulin masih tinggi (transient hiperinsulinism) sehingga terjadi hipoglikemi.

Page 28: Laporan Modul II

�        Hipoglikemi adalah masalah serius pada bayi baru lahir, karena dapat menimbulkan kejang yang berakibat terjadinya hipoksi otak. Bila tidak dikelola dengan baik akan menimbulkan kerusakan pada susunan saraf pusat bahkan sampai kematian. �

�        Kejadian hipoglikemi lebih sering didapat pada bayi dari ibu dengan diabetes melitus.�        Glukosa merupakan sumber kalori yang penting untuk ketahanan hidup selama proses

persalinan dan hari-hari pertama pasca lahir. �        Setiap stress yang terjadi mengurangi cadangan glukosa yang ada karena meningkatkan

penggunaan cadangan glukosa, misalnya pada asfiksia, hipotermi, hipertermi, gangguan �pernapasan.

 DIAGNOSISAnamnesis�        Riwayat bayi menderita asfiksia, hipotermi, hipertermi, gangguan pernapasan�        Riwayat bayi prematur�        Riwayat bayi Besar untuk Masa Kehamilan (BMK) �        Riwayat bayi Kecil untuk Masa Kehamilan (KMK) �        Riwayat bayi dengan ibu Diabetes Mellitus �        Riwayat bayi dengan Penyakit Jantung Bawaan �        Bayi yang beresiko terkena hipoglikemia

-         Bayi dari ibu diabetes (IDM)

-         Bayi yang besar untuk masa kehamilan (LGA)

-         Bayi yang kecil untuk masa kehamilan (SGA)

-         Bayi prematur dan lewat bulan

-         Bayi sakit atau stress (RDS, hipotermia)

-         Bayi puasa

-         Bayi dengan polisitemia

-         Bayi dengan eritroblastosis

-         Obat-obat yang dikonsumsi ibu, misalnya sterorid, beta-simpatomimetik dan beta blocker

 GEJALA KLINIS/Pemeriksaan fisikGejala Hipoglikemi : tremor, jittery, keringat dingin, letargi, kejang, distress nafas

        Jitteriness

        Sianosis

        Kejang atau tremor

        Letargi dan menyusui yang buruk

        Apnea

        Tangisan yang lemah atau bernada tinggi

        Hipotermia

        RDS

Page 29: Laporan Modul II

 

DIAGNOSIS BANDING

insufisiensi adrenal, kelainan jantung, gagal ginjal, penyakit SSP, sepsis, asfiksia, abnormalitas metabolik (hipokalsemia, hiponatremia, hipernatremia, hipomagnesemia, defisiensi piridoksin).

 

Penyulit

Hipoksia otakKerusakan sistem saraf pusat

 

Pada bayi yang beresiko (BBLR, BMK, bayi dengan ibu DM) perlu dimonitor dalam 3 hari pertama :o     Periksa kadar glukosa saat bayi datang/umur 3 jam o     Ulangi tiap 6 jam selama 24 jam atau sampai pemeriksaan glukosa normal dalam 2 kali

pemeriksaano     Kadar glukosa ≤45 mg/dl atau gejala positif tangani hipoglikemiao     Pemeriksaan kadar glukosa baik, pulangkan setelah 3 hari penanganan hipoglikemia

selesai

5. HIPERBILIRUBINEMIA PADA BAYI BARU LAHIR

Ikterus adalah perubahan warna kulit / sclera mata (normal beerwarna putih) menjadi kuning karena peningkatan kadar bilirubin dalam darah. Ikterus pada bayi yang baru lahir dapat merupakan suatu hal yang fisiologis (normal), terdapat pada 25% – 50% pada bayi yang lahir cukup bulan. Tapi juga bisa merupakan hal yang patologis (tidak normal) misalnya akibat berlawanannya Rhesus darah bayi dan ibunya, sepsis (infeksi berat), penyumbatan saluran empedu, dan lain-lain.

Bilirubin adalah zat yang terbentuk sebagai akibat dari proses pemecahan Hemoglobin (zat merah darah) pada system RES dalam tubuh. Selanjutnya mengalami proses konjugasi di liver, dan akhirnya diekskresi (dikeluarkan) oleh liver ke empedu, kemudian ke usus.

Ikterus fisiologis timbul pada hari ke-2 dan ke-3, dan tidak disebabkan oleh kelainan apapun, kadar bilirubin darah tidak lebih dari kadar yang membahayakan, dan tidak mempunyai potensi menimbulkan kecacatan pada bayi. Sedangkan pada ikterus yang patologis, kadar bilirubin darahnya melebihi batas, dan disebut sebagai hiperbilirubinemia.

dianggap hiperbilirubinemia bila:

1. Ikterus terjadi pada 24 jam pertama

2. Peningkatan konsentrasi bilirubin darah lebih dari 5 mg% atau lebih setiap 24 jam

Page 30: Laporan Modul II

3. Konsentrasi bilirubin darah 10 mg% pada neonatus (bayi baru lahir) kurang bulan, dan 12,5 mg% pada neonatus cukup bulan

4. Ikterus yang disertai proses hemolisis (pemecahan darah yang berlebihan) pada inkompatibilitas darah (darah ibu berlawanan rhesus dengan bayinya), kekurangan enzim G-6-PD, dan sepsis)

5. Ikterus yang disertai dengan keadaan-keadaan sebagai berikut:

Berat lahir kurang dari 2 kg

Masa kehamilan kurang dari 36 minggu

Asfiksia, hipoksia (kekurangan oksigen), sindrom gangguan pernafasan

Infeksi

Trauma lahir pada kepala

Hipoglikemi (kadar gula terlalu rendah), hipercarbia (kelebihan carbondioksida)

Yang sangat berbahaya pada ikterus ini adalah keadaan yang disebut “Kernikterus”. Kernikterus adalah suatu kerusakan otak akibat perlengketan bilirubin indirek pada otak. Gejalanya antara lain: mata yang berputar, kesadaran menurun, tak mau minum atau menghisap, ketegangan otot, leher kaku, dan akhirnya kejang, Pada umur yang lebih lanjut, bila bayi ini bertahan hidup dapat terjadi spasme (kekakuan) otot, kejang, tuli, gangguan bicara dan keterbelakangan mental.

MELIHAT IKTERUS PADA BAYI

Pengamatan ikterus kadang-kadang agak sulit apalagi dengan cahaya buatan. Paling baik pengamatan dilakukan dengan cahaya matahari dengan cara menekan sedikit kulit yang akan diamati untuk menghilangkan warna karena pengaruh sirkulasi. Jika warna kulit tetap kuning, berarti kemungkinan bayi kita telah mengalami ikterus, dan kadar bilirubinnya tinggi. Ikterus pada bayi baru lahir baru terlihat kalau kadar bilirubin mencapai 5 mg%. Pengamatan di RSCM menunjukkan ikterus baru terlihat jelas saat kadar bilirubin mencapai 6 %.

PENYEBAB IKTERUS?

Penyebab ikterus pada bayi baru lahir dapat berdiri sendiri ataupun dapat disebabkan oleh beberapa faktor antara lain:

1. Produksi yang berlebihan, misalnya pada pemecahan darah (hemolisis) yang berlebihan pada incompatibilitas (ketidaksesuaian) darah bayi dengan ibunya.

2. Gangguan dalam proses uptake dan konjugasi akibat dari gangguan fungsi liver.3. Gangguan transportasi karena kurangnya albumin yang mengikat bilirubin.4. Gangguan ekskresi yang terjadi akibat sumbatan dalam liver (karena infeksi atau

kerusakan sel liver).

PENATALAKSANAAN IKTERUS

9. Bawa segera ke tenaga kesehatan untuk memastikan kondisi ikterus pada bayi kita masih dalam batas normal (fisiologis) ataukah sudah patologis.

10. Dokter akan memberikan pengobatan sesuai dengan analisa penyebab yang mungkin. Bila diduga kadar bilirubin bayi sangat tinggi atau tampak tanda-tanda bahaya, dokter akan merujuk ke RS agar bayi mendapatkan pemeriksaan dan perawatan yang memadai.

Page 31: Laporan Modul II

11. Di rumah sakit, bila diperlukan akan dilakukan pengobatan dengan pemberian albumin, fototerapi (terapi sinar), atau tranfusi tukar pada kasus yang lebih berat.

6. PROBLEM PERNAPASAN PADA BAYI BARU LAHIR5. Asfiksia Neonatorum

Asfiksia Neonatorum adalah suatu keadaan BBL yang gagal bernafas secara spontan dan teratur segera setelah lahir. Keadaan ini biasanya disertai dengan gejala hipoksia, hiperkapnia, dan berakhir denngan asidosis. Menurut Towell (1966), penyebab kegagalan pernafasan pada BBL adalah sebagai berikut.

Faktor ibuHipoksia ibu. Hal ini akan menimbulkan hipoksia janin dengan segala akibatnya. Hipoksia ibu ini dapat terjadi karena hipoventilasi akibat pemberian obat analgetika atau anestesia dalam.Gangguan aliran darah uterus. Mengurangnya aliran darah pada uterus akan menyebabkan berkurangnya pengaliran oksigen ke plasenta dan demikian pula ke janin. Hal ini sering ditemukan pada keadaan, yaitu:● Gangguan kontraksi uterus, misalnya hipertoni, hipotoni atau tetani uterus akibat

penyakit atau obat.● Hipotensi mendadak pada ibu karena pendarahan.● Hipertensi pada penyakit eklampsia, dan lain-lain.

Faktor plasentaPertukaran gas antara ibu dan janin dipengaruhi oleh luas dan kondisi plasenta.

Asfiksia janin akan terjadi bila terdapat gangguan mendadak pada plasenta, misalnya solusio plasenta, pendarahan plasenta, dan lain-lain.Faktor fetus

Kompresi umbilikus akan mengakibatkan tergangguanya aliran darah dalam pembuluh darah umbilikus dan menghambat pertukaran gas antara ibu dan janin. Gangguan aliran darah ini dapat ditemukan pada keadaan tali pusat menumbung, tali pusat terlilit leher, kompresi tali pusat antara janin dan jalan lahir, dan lain-lain.Faktor neonatusDepresi pusat pernafasan pada bayi baru lahir dapat terjadi karena beberapa hal, yaitu:● Pemakaian obat analgetika atau anestesia yang berlebihan pada ibu secara langsung

dapat menimbulkan depresi pusat pernafasan janin.● Trauma yang terjadi pada persalinan, misalnya pendarahan intrakranial.● Kelainan kongenital pada bayi, misalnya hernia diafragmatika, atresia atau stenosis

saluran pernafasan, hipoplasia paru, dan lain-lain.Berdasarkan skor apgar, asfiksia neonatorum terbagi atas:● Asfiksia sedang : skor apgar 4-6.● Asfiksia berat : skor apgar 0-3.

Manifestasi klinis asfiksia neonatorum adalah sebagai berikut.● Distress pernafasan (apneu / megap-megap).● Detak jantung < 100 X / menit.● Refleks atau respon bayi lemah.● Tonus otot menurun.● Warna kulit biru atau pucat.

Penatalaksanaan (resusitasi) pada asfiksia neonatorum adalah sebagai berikut.

Page 32: Laporan Modul II

Penatalaksanaan (resusitasi) pada asfiksia neonatorum terbagi atas 2, yaitu:● Tindakan Umum, terdiri dari:

● Pengawasan suhuBayi baru lahir secara relatif banyak kehilangan panas yang diikuti oleh

penurunan suhu tubuh. Penurunan suhu tubuh ini akan mempertinggi metabolisme sel jaringan, sehingga kebutuhan oksigen akan meningkat. Cara pencegahannya yaitu dengan memperhatikan lingkungan yang baik untuk bayi yang akan lahir, dan mencegah kehilangan panas yang besar pada bayi tersebut.

● Pembersihan jalan nafasSaluran jalan nafas bagian atas segera dibersihkan dari lendir dan cairan

amnion. Tindakan ini harus dilakukan dengan cermat dan tidak perlu tergesa-gesa atau kasar. Bila terdapat lendir kental yang sulit dikeluarkan dengan pengisapan biasa dapat digunakan laringoskop neonatal, sehingga pengisapan dapat dilakukan dengan melihat semak simalnya, terutama pada bayi dengan kemungkinan infeksi.

● Rangsangan untuk menimbulkan pernafasanBayi yang tidak memperlihatkan usaha bernafas 20 detik setelah lahir,

dianggap sedikit banyak telah menderita depresi pusat pernafasan. Cara –cara yang dapat dilakukan untuk merangsang pernafasan bayi yaitu:● Pengisapan lendir dan cairan amnion yang dilakukan melalui nasofaring.● Pengaliran oksigen yang cepat kedalam mukosa hidung dapat merangsang

refleks pernafasan yang sensitif didalam mukosa hidung dan faring.● Rangsangan nyeri pada bayi dapat ditimbulkan dengan memukul kedua telapak

kaki bayi, menekan tendon Achilles, atau memberikan suntikan vitamin K terhadap bayi tertentu.

● Tindakan Khusus, terdiri dari:● Asfiksia berat (skor apgar 0-3)

Resusitasi aktif harus segera dilakukan. Langkah utamanya ialah dengan memperbaiki ventilasi paru dengan memberikan oksigen dengan tekanan yang intermitten. Cara terbaiknya ialah dengan melakukan intubasi endotrakeal. Untuk mencegah timbulnya infeksi terhadap bayi yang mendapat tindakan ini dapat diberikan antibiotika profilaksis. Keadaan asfiksia berat ini hampir selalu disertai asidosis yang membutuhkan koreksi segera, yaitu dengan memebrikan bikarbonas natrikus dengan dosis 2-4 mEq/ kgbb, dan glukosa 15-20 % dengan dosis 2-4 mL/kgbb. Pemberian kedua obat ini dilakukan secara intravena dengan perlahan-lahan melalui vena umbilikalis. Pada asfiksia berat yang disertai henti jantung penanganannya yaitu dengan pemasangan pipa endotrakeal dan masase jantung eksternal.

● Asfiksia sedang (skor apgar 4-6)Dalam hal ini dapat dicoba melakukan stimulasi agar timbul refleks

pernafasan. Bila dalam waktu 30-60 detik tidak timbul pernafasan spontan, ventilasi aktif harus segera dimulai. Ventilasi aktif yang sederhana dapat dilakukan secara “frog breathing”. Tindakan ini dikakukan dengan memperhatikan gerakan dinding toraks dan abdomen. Bila tindakan ini tidak berhasil, mka dapat dilakukan ventilasi paru dengan tekanan positif secara tidak langsung. Ventilasi ini dapat dikerjakan dengan 2 cara, yaitu ventilasi mulut ke mulut atau ventilasi kantong ke masker. Bila

Page 33: Laporan Modul II

tindakan ini juga tidak berhasil yang ditandai dengan penurunan frekuensi jantung atau perburukan tonus otot, maka intubasi endotrakeal harus segera dikerjakan dan bayi diperlakukan sebagai penderita asfiksia berat.

6. Serangan ApneuKeadaan ini sering ditemukan pada bayi prematur. Dikatakan abnormal jika lebih

dari 20 detik dan disertai dengan adanya sianosis dan bradikardia. Bayi dengan berat badan kecil dari 1250 gram tiga kali lebih sering mendapat serangan ini daripada bayi dengan berat badan lebih dari 1500 gram.Etiologi dari serangan apneu yaitu:● Imaturitas pusat pernafasan.● Obstruksi jalan nafas oleh lendir atau susu.● Serangan apneu yang menyertai beberapa kelainan paru yang berat, misalnya

penyakit membran hialin, pneumonia, dan pendarahan paru.● Gangguan SSP, misalnya pendarahan intrakranial (kernicterus).● Gangguan metabolik, misalnya hipoglikemia, perubahan keseimbangan asam-basa,

cairan, dan elektrolit tubuh.Tindakan dan sikap yang harus dilakukan adalah sebagai berikut.● Melakukan rangsangan mekanis pada bayi dengan mengubah letak bayi atau

memukul telapak kaki bayi.● Membersihkan saluran nafas.● Memberikan oksigen intranasal dengan sedikit tekanan atau melakukan frog

breathing.● Menyelidiki dasar etiologi serangan apneu, dan sikap selanjutnya disesuaikan dengan

etiologinya.

7. Pernafasan PeriodikBentuk pernafasan ini paling sering ditemukan pada bayi dengan berat badan

kurang dari 2000 gram atau masa gestasi kurang dari 36 minggu. Pernafasan periodik ini jarang timbul dalam 24 jam pertama kelahiran, dan dapat berlangsung sampai kira-kira 6 minggu. Bentuk pernafasan ini mirip dengan pernafasan Cheyne-Stokes, yaitu tampak ventilasi yang diikuti oleh periode apneu yang tidak berlangsung lebih dari 10 detik. Etiologi pernafasan ini adalah karena maturitas susunan saraf pusat yang belum sempurna.Tindakan yang harus dilakukan untuk menangani penyakit ini yaitu:● Pemberian oksigen dengan konsentrasi tertentu dapat mengurangi periode apneu,

memperbaiki ventilasi paru dan merangsang timbulnya pernafasan yang teratur.● Dapat diberikan aminofilin 2-4 mg/kgbb setiap 6 jam secara intravena untuk

merangsang pusat pernafasan yang belum matur tersebut.

8. Penyakit Membran Hialin (Sindrom Gangguan Pernafasan Idiopatik)Penyakit ini terjadi karena faktor pertumbuhan atau karena pematangan paru

belum sempurna. Penyakit ini biasanya mengenai bayi prematur, terutama bila ibu menderita gangguan perfusi darah uterus selama kehamilan,misalnya ibu menderita diabetes melitus, toksemia gravidarum, hipotensi, seksio sesar, dan pndarahan antepartum.Patogenesisnya, yaitu:

Page 34: Laporan Modul II

Defisiensi pembentukan zat surfaktan pada paru bayi yang belum matang. Surfaktan adalah zat yang berperan dalam pengembangan paru, yaitu merendahkan tegangan permukaan alveolus sehingga tidak terjadi kolaps pada akhir ekspirasi. Surfaktan terdiri dari protein, karbohidrat, lemak, terutama lesitin. Surfaktan mulai dibentuk pada kehamilan 22-24 minggu dan mulai berjumlah cukup untuk berfungsi normal setelah minggu ke-35. Kurangnya lesitin pada cairan amnion juga dapat menyebabkan penyakit membran hialin.Manifestasi klinisnya, yaitu:● Bayi dispnea dan hipernea dengan frekuensi lebih besar dari 60 X / menit.● Terjadinya sianiosis karena saturasi oksigen kurang.● Rintihan saat ekspirasi (grunting), dan mendengkur jelas.● Retraksi epigastrium, suprasternal, interkostal saat inspirasi.● Pada auskultasi akan melemahnya udara nafas yang masuk paru.● Kadang terjadi bising jantung.● Terjadinya bradikardia pada penyakit membran hialin berat.● Terjadinya hipotensi, hipotermia, tonus otot menurun, edema dorsal tangan dan kaki,

serta pelebaran dan kehitaman pada cuping hdung.Penatalaksanaannya, yaitu:● Mempertahankan suhu bayi (normal 36,5-37o C) dengan meletakkan dalam

inkubator.● Mempertahankan kelembapan udara 70-80 %.● Memberikan oksigen untuk mempertahankan tekanan oksigen 80-100 mmHg.● Memberi cairan intravena untuk memenuhi kebutuhan kalori 40 kkal/kgBB/hari

yaitu: glukosa / dextrose 10 % dengan jumlah 100 ml/kgBB/hari.● Memberi natrium bikarbonat campur dengan glukosa kalau asidosis.● Hindari faktor resiko.● Memberi dekametason / betametason pada perempuan 48-72 jam jam sebelum

persalinan 32 minggu kurang.● Pemberian 1 dosis surfaktan kedalam trakea bayi prematur sesudah lahir / 24 jam.● Perawatan BBLR● Lakukan pemeriksaan elektrolit.

7. INFEKSI DAN KEJANG PADA BAYI BARU LAHIR

LO

Infeksi dan Kejang pada Bayi Baru Lahir(BBL)

Kejang adalah perubahan paroksimal dari fungsi neurologik seperti prilaku, sensorik, motorik,

dan fungsi otonom sistem syaraf pada bayi sampai berumur 28 hari.

Etiologi

Masalah yang terdapat dalam kejang:

Page 35: Laporan Modul II

Berhubungan dengan penyakit yang berat

Memerlukan intervensi khusus

Dapat mengakibatkan kelainan pada otak

Kejang yang terus – menerus dapat mengakibatkan hipoksia serebral progresif, edema

serebral, dll

Penyebab : - kelainan SSP primer karena proses intrakranial

-kelainan SSP sekunder karena masalah sistemik – metabolik

Penggolongan etiologi Kejang :

a) Ensefalopati iskemik hipoksik ( 60 – 65% yaitu terjadi pada 24 jam I dan pada 12 jam I )

Pada BCB ( Bayi Cukup Bulan) dan BKB (Bayi Kurang Bulan) terutama dengan asfiksia

Bentuk : kejang subtel / multifokal serta fokal klonik

- Iskemik – hipoksik : persentase 20% dengan infark serebral, terdiri dari stadium ringan,

sedang, dan berat.

b) Perdarahan intrakranial yaitu perdarahan matriks germinal dan intraventrikel ( GMH-IVH )

biasanya pada bayi preterm (45 %)

Berhubungan juga dengan penyebab lain :

- Perdarahan subarachnoid (prevalensi tersering)

Penyebab : robekan vena superfisial akibat partus lama

darah di fisura interhemisfer dan resessus supra dan infratentorial

Tanda – tanda :

Ubun – ubun besar dan tegang

Muntah

Tangisan melengking

Kejang

- Perdarahan subdural

Penyebab : - robekan tentorium di dekat falks serebri

- Molase kepala berlebihan di verteks

- Partus lama

Darah menumpuk di fossa posterior dan menekan batang otak

Page 36: Laporan Modul II

Tanda – tanda :

Nafas tidak teratur

Kesadaran menurun

Tangis melengking

Ubun – ubun besar dan menonjol

Kejang

c) Hipokalsemia atau hipomagnesia

Terjadi pada hari ke I dan II

Biasanya pada BBLR( Bayi Berat Lahir Rendah)

Asfiksia bayi dari ibu DM

Hipokalsemia yaitu kadar Ca menurun < 7,5 mg/dL (< 1,87 mmol/L)

Sedangkan kadar fosfat > 3 mg/dL(> 0,95 mmol/ L)

Hiponatremiadan hipernatremia

Contoh : SIADH (Syndrome of Inappropriate Anti – Duretic Hormone)

Penyebab :

- Kehilangan garam berlebihan, asupan cairan menurun dengan kadar Na

- Infus intravena meningkat

- Pengeluaran Na yang berlebihan

Hiponatremia disebabkan dehidrasi berat dan asupan Na meningkat

d) Infeksi

menjadi 5 – 10% penyebab kejang pada BBL

1. Infeksi Akut yang diakibatkan bakteri atau virus pada SSP

Contoh :Kuman gram negatif yang menginfeksi intrakranial dan sistemik

Contoh bakteri : Streptococcus, E. coli, Listeria sp, staphylococcus, Pseudomonas sp

2. Infeksi Kronik yaitu infeksi pada intrauterine yang lama

Contoh :

Patofisiologi

Page 37: Laporan Modul II

Kejang terjadi akibat loncatan muatan listrik berlebihan atau depolarisasi otak berlebihan yang

menimbulkan gerakan berulang.

Akibat depolarisasi berlebihan :

adanya gangguan produksi energi yang terdapat pada gangguan pompa Na-K

kecepatan depolarisasi berlebihan bisa terjadi akibat peningkatan eksitasi yang sebanding

dengan inhibisi neurotransmitter ataupun penurunan inhibisi yang sebanding dengan

eksitasi neurotransmitter

Dampak fisiologis dari kejang :

penurunan kadar glukosa otak dengan kadar glukosa darah normal atau meningkat dan

peningkatan asam laktat dalam darah

peningkatan kebutuhan oksigen dan aliran darah otak

penurunan pH arteri karena adanya akumulasi laktat

peningkatan tekanan darah sistemik dan aliran darah ke otak

Kemungkinan Penyebab Kelainan

Kegagalan mekanisme Pompa Na-K akibat

penurunan ATP

Hipoksemia-iskemik, hipoglikemia

Eksitasi neurotransmitter berlebihan Hipoksemia-iskemik, hipoglikemia

Penurunan inhibisi neurotransmitter Ketergantungan piridoksin

Kelainan membran sel berupa peningkatan

permeabilitas Na

Hipokalsemia dan hipomagnesia

8. BEBERAPA KELAINAN KONGENITAL YANG SERING DITEMUKAN PADA BAYI

BARU LAHIR

1. Hidrosefalus kongenital

Page 38: Laporan Modul II

Hidrosefalus kongenital adalah kelainan patologis otak yang mengakibatkan bertambahnya cairan serebrospinal dengan tekanan intrakranial yang meninggi, sehingga terdapat pelebaran ventrikel. Pelebaran ventrikuler ini akibat ketidakseimbangan antara produksi dan absorbsi cairan serebrospinal.

Etiologi.

Hidrosefalus terjadi bila terdapat penyumbatan aliran CSS pada salah satu tempat antara tempat pembentukan CSS dalam sistem ventrikel dan tempat absorpsi dalam ruang subaraknoid. Akibat penyumbatan terjadi dilatasi ruangan CSS di atasnya.Penyebab penyumbatan aliran CSS yang sering terdapat pada bayi antara lain :

1. Kelainan bawaano Stenosis akuaduktus sylvii

o Spina bifida dan kranium bifida

o Sindrom Dandy – Walker

o Kista Araknoid

o Anomali pembuluh darah

2. Infeksi

3. Neoplasme

4. Perdarahan

Klasifikasi

Klasifikasi hidrosefalus bergantung pada faktor yang berkaitan dengannya, berdasarkan :

1. Gambaran klinis, dikenal hidrosefalus manifes (overt hydrocephalus) dan hidrosefalus tersembunyi (occult hydrocephalus).

2. Waktu pembentukan, dikenal hidrosefalus kongenital dan hidrosefalus akuisita.

3. Proses terbentuknya, dikenal hidrosefalus akut dan hidrosefalus kronik.

4. Sirkulasi CSS, dikenal hidrosefalus komunikans dan hidrosefalus non komunikans.

5. Hidrosefalus interna menunjukkan adanya dilatasi ventrikel, hidrosefalus eksternal menunjukkan adanya pelebaran rongga subarakhnoid di atas permukaan korteks.

Manifestasi Klinis

Page 39: Laporan Modul II

Gejala yang tampak berupa gejala akibat tekanan intrakranial yang meninggi. Pada bayi biasanya disertai pembesaran tengkorak sendiri, yaitu bila tekanan yang meninggi ini terjadi sebelum sutura tengkorak menutup. Gejala tekanan intrakranial yang meninggi dapat berupa muntah, nyeri kepala dan pada anak yang agak besar mungkin terdapat edema papil saraf. Kepala terlihat lebih besar dibandingkan dengan tubuh.

2. Omphalokel Omphalokel pada dasarnya sama dengan gastroschisis.Omphalocele adalah defek (kecacatan) pada dinding anterior abdomen pada dasar dari umbilical cord dengan herniasi dari isi abdomen. Organ-organ yang berherniasi dibungkus oleh peritoneum parietal. Setelah 10 minggu gestasi, amnion dan Wharton Jelly juga membungkus massa hernia (Lelin-Okezone, 2007).

EtiologiMenurut Rosa M. Scharin (2004), etiologi pasti dari omphalocele belum diketahui. Beberapa teori telah dipostulatkan, seperti :

1. Kegagalan kembalinya usus ke dalam abdomen dalam 10-12 minggu yaitu kegagalan lipatan mesodermal bagian lateral untuk berpindah ke bagian tengah dan menetapnya the body stalk selama gestasi 12 minggu.

2. Faktor resiko tinggi yang berhubungan dengan omphalokel adalah resiko tinggi kehamilan seperti :a. Infeksi dan penyakit pada ibub. Penggunaan obat-obatan berbahaya, merokok,c. Kelainan genetikd. Defesiensi asam folate. Hipoksiaf. Salisil dapat menyebabkan defek pada dinding abdomen.g. Asupan gizi yang tak seimbangh.Unsur polutan logam berat dan radioaktif yang masuk ke dalam tubuh ibu hamil.

Page 40: Laporan Modul II

ASUHAN KEPERAWATANGASTROSKISIS / OMPHALOKEL

1. Data Fokus PengkajianFokus Pengkajian menurut Dongoes, M.F (1999):1. Mengkaji Kondisi Abdomena. Kaji area sekitar dinding abdomen yang terbukab. Kaji letak defek, umumnya berada di sebelah kanan umbilicusc. Perhatikan adanya tanda-tanda infeksi/iritasid. Nyeri abdomen, mungkin terlokalisasi atau menyebar, akut/ironis sering disebabkan

oleh inflamasi, obstruksie. Distensi abdomen, kontur menonjol dari abdomen yang mungkin disebabkan oleh

pelambatan penyosongan lambung, akumulasi gas/feses, inflamasi/obstruksi.

2. Mengukur temperatur tubuha. Demam, manifestasi umum dari penyakit pada anak-anak dengan gangguan GI,

biasanya berhubungan dengan dehidrasi, infeksi atau inflamasi.b. Lakukan pengukuran suhu secara kontinu tiap 2 jamc. Perhatikan apabila terjadi peningkatan suhu secara mendadak.

3. Kaji Sirkulasi : kaji adanya sianosis perifer4. Kaji distress pernafasan

a. Lakukan pengkajian fisik pada dada dan paru, terhadapb. Frekuensi : Cepat (takipneu), normal atau lambatc. Kedalaman : normal, dangkal (Hipopnea), terlalu dalam (hipernea)d. Kemudahan : sulit (dispneu), othopneae. Irama : variasi dalam frekuensi dan kedalaman pernafasanf. Observasi adanya tanda-tanda infeksi, batuk, seputum dan nyeri dadag. Kaji adanya suara nafas tambahan (mengi/wheezing)h. Perhatikan bila pasien tampak pucat/sianosis.

Page 41: Laporan Modul II

3. Spina BifidaSpina Bifida adalah suatu kelainan yang terjadi pada perkembangan tulang belakang.Hal ini terjadi 24-26 hari usia kehamilanPada umumnya,serabut-serabut saraf(spinal cord) yang berada didalam ruas-ruas tulang belakang tertutup sempurna oleh tulang belakang tersebut. Sedangkan pada spina bifida hal tersebut tidak terjadi.Sehingga serabut-serabut saraf tersebut tumbuh secara tidak normal atau menjadi rusak. Sebagai konsekuensinya,perintah-perintah dari otak untuk melakukan gerakan-gerakan seperti untuk tangan atau kaki menjadi terganggu.Sering terjadi pula anak-anak dengan spina bifida mengalami gangguan pada perabaannya.

penyebab :Penelitian yang telah dilakukan ,menyatakan bahwa kekurangan Folic Acid dan vitamin B12 merupakan salah satu penyebab terjadinya Spina Bifida. Folic acid dipercaya berperan dalam pembentukan tulang belakang yang sempurna. Ada pendapat lain juga yang menyatakan bahwa faktor genetik juga berperan disini.Yang utama untuk diingat adalah setiap orang tua yang memiliki putra/putri dengan spina bifida bukan pihak yang harus dipersalahkan.

Untuk pencegahannya dapat dilakukan seperti:- menambahkan folic acid dan vitamin B12 dalam asupan makanan bagi ibu-ibu hamil.

Folic acid bisa diperoleh melalui sayuran berwarna hijau. Mengkonsumsi folic acid sangat penting dilakukan sebelum dan selama kehamilan.

- tidak mengkonsumsi alkohol selama kehamilan.- mengkonsumsi makan yang sehat sebelum dan selama kehamilan

Page 42: Laporan Modul II

9. RESUSITASI PADA BBLMerupakan prosedur yang diaplikasikan pada BBL yang tidak dapat bernapas secara spontan dan teratur pada saat lahir atau beberapa saat setelah lahir.Indikasi : misalnya pada problempernapasan – asfiksia perinatal dengan karakteristik sbb :

- Asidemia metabolic atau campuran (metabolic dan respiratorik) dengan pH<7 pada sampel darah yang diambil dari arteri umbilical.

- Nilai apgar 0-3 pada menit ke-5- Kejang, hipotonia,koma,atau ensefalopati hipoksik iskemik- Disfungsi sistem multiorgan segera pada periode BBL

Selain itu, indikasi lainnya :

- Bayi salah satu atau lebih dari 4 penilaian awal dijawab “tidak”- Bayi lahir kurang bulan.- Bayi yang lahir dengan air ketuban bercampur mekonium dan tidak bugar

(ditandaidengan depresi pernapasan, frekuensi jantung kurang dari 100 kali/menit, dan tonus otot buruk)

Tujuan resusitasi BBL : untuk memperbaiki fungsi pernapasan dan jantung bayi yang tidak bernapas

DIAGRAM ALUR RESUSITASI BBL

LAHIR

Page 43: Laporan Modul II

30 DETIK YA

TIDAK

BERNAPAS FJ>100 KEMERAHAN30 DETIK APNEA SIANOSIS ATAU FJ<100 SIANOSIS MENETAP VENTILASI EFEKTIF FJ>100 KEMERAHAN FJ<60 FJ>60

30 DETIK

FJ<60

SUMBER : AMERICAN HEARTH ASSOCIATION AND AMERICAN ACADEMIC OF PEDIATRICS

CUKUP BULAN? AIR KETUBAN JERNIH BERNAPAS ATAU

MENANGIS ? TONUS OTOT BAIK?

PERAWATAN RUTIN :

BERIKAN KEHANGATAN BERSIHKAN JALAN NAPAS KERINGKAN NILAI WARNA KULIT

BERIKAN KEHANGATAN POSISIKAN, BERSIHKAN

JALAN NAPAS (BILA PERLU) KERINGKAN, RANGSANG,

REPOSISI

EVALUASI PERNAPASAN, FJ, DAN WARNA KULIT

PERAWATAN OBSERVASI

BERI TAMBAHAN O2

BERIKAN VTP PERAWATAN PASCA RESUSITASI

BERIKAN EPINEFRIN

BERIKAN VTP LAKUKAN KOMPRESI

DADA

Page 44: Laporan Modul II

Teknik atau cara melakukan resusitasi BBL1. Persiapan dan antisipasi sebelum tindakan Persiapan petugas yang terampil melakukan resusitasi.2.Pencegahan infeksi dengan melakukan standar pencegahan infeksiPetugas mencuci tangan, memakai sarung tangan dan alat proteksi lainnya misalnya kacamata, celemek, dan baju khusus selama prosedur penanganan.3. Persiapan peralatan dan obat-obatan4. Persiapan keluarga5.Persetujuan tindakan medic6.Persiapan dan antisipasi untuk menjaga bayi tetap hangat

10.TUMBUH KEMBANG NEONATUS

Tumbuh – Kembang

Pertumbuhan (growth) berkaitan perubahan dalam besar, jumlah, ukuran atau dimensi tingkat sel

yang bersifat kuantitatif. Perkembangan (development) berkaitan bertambahnya kemampuan

dalam struktur dan fungsi tubuh menyangkut diferensiasi sehingga memenuhi fungsinya,

termasuk perkembangan emosi, intelektual, dan tingkah laku.

Sehingga dapat disimpulkan pertumbuhan mempunyai dampak terhadap aspek fisik, sedangkan

perkembangan berkaitan pematangan fungsi organ. Untuk tercapainya tumbuh kembang

tergantung potensi biologiknya yang merupakan hasil interaksi berbagai faktor, yakni faktor

genetic, lingkungan bio-fisiko-psiko-sosial dan perilaku.

Tujuan ilmu tumbuh kembang mempelajari segala upaya untuk menjaga dan mengoptimalkan

tumbuh kembang anak baik fisik, mental, dan social, juga untuk menegakkan diagnosis kelainan

dan penanganannya.

Faktor – faktor yang memperngaruhi tumbuh kembang “

9. Faktor genetik

Merupakan modal dasar karena melalui instruksi genetic dapat ditentukan kualitas dan

kuantitas pertumbuhan ditandai intensitas dan kecepatan pembelahan, derajat sensitivitas

jaringan terhadap rangsangan, umur pubertas, dan berhentinya pertumbuhan tulang.

Termasuk faktor bawaan normal dan patologik, jenis kelamin, suku bangsa atau bangsa.

10. Faktor Lingkungan

Page 45: Laporan Modul II

Merupakan faktor yang sangat menentukan tercapai atau tidaknya potensi bawaan

dinamakan lingkungan bio-fisiko-psiko-sosial yang secara besar dibagi dua :

12. Faktor prenatal (lingkungan saat anak masih dalam kandungan)

● Gizi ibu pada waktu hamil

Gizi ibu yang buruk sebelum maupun saat sedang hamil lebih sering

menghasilkan bayi BBLR atau lahir mati, lalu menyebabkan hambatan

pertumbuhan otak janin, anemia, bayi mudah terkena infeksi, abortus, dan

sebagainya.

Anak juga akan kurang gizi dan selanjutnya menghasilkan manusia yang berat

dan tinggi badannya kurang pula, keadaan ini merupakan lingkaran setan yang

akan berulang.

● Mekanis

Trauma dan oligohidramnion menyebabkan kelainan bawaan, posisi janin dapat

menyebabkan talipes, dislokasi panggul, tortikolis, palsi fasialis, kranio tabes, dan

lain-lain.

● Toksin/zat kimia

Masa organogenesis adalah masa yang peka akan zat-zat teratogen, misalnya obat

seperti thalidomide, phenitoin, methadion, obat anti kanker, dan lain-lain. Ibu

hamil yang perokok berat atau peminum alkohol kronis sering melahirkan bayi

BBLH, lahir mati, cacat, atau retardasi mental. Keracunan logam misalnya

merkuri dapat menyebabkan mikrosefali dan palsi serebralis.

● Endokrin

Somatotropin disekresi kelenjar hipofisis sekitar minggu ke-9 yang terus

meningkat hingga minggu ke-20, kemudian menetap sampai lahir yang fungsinya

belum jelas.

Hormon plasenta (human placental lactogen = hormon chorionic

somatromammotropic) disekresi plasenta yang fungsinya mungkin dalam nutrisi

plasenta.

Hormon tiroid seperti TRH, TSH, T3, T4 sudah diproduksi sejak minggu ke-12

yang makin meningkat hingga minggu ke-24, lalu konstan. Jika terdapat defisiensi

Page 46: Laporan Modul II

dapat terjadi gangguan pertumbuhan susnan saraf pusat yang dapat

mengakibatkan retardasi mental.

Insulin mulai diproduksi minggu ke-11, meningkat hingga bulan ke-6, dan

kemudian konstan yang berfungsi untuk pertumbuhan janin melalui pengaturan

keseimbangan glukosa darah, sintesis protein janin, dan pembesaran sel sesudah

minggu ke-30.

IGFs (insulin-like growth factors) belum jelas fungsinya pada janin.

Sering terjadi cacat bawaan pada ibu diabetes yang tidak mendapat pengobatan

pada trimester I kehamilan, umur ibu kurang 18 atau lebih dari 35 tahun,

defisiensi iodium, phenylketonuria, dll.

● Radiasi

Radiasi sebelum umur kehamilan 18 minggu menyebabkan kematian janin,

kerusakan otak, mikrosefali, atau cacat bawaan lainnya.

● Infeksi

Menyebabkan cacat bawaan, seperti TORCH, varisela, coxsackie, echovirus,

malaria, lues, HIV, polio, campak, listeriosis, leptospira, mikoplasma, virus

influenza dan hepatitis.

● Stress ibu

Dapat menyebabkan cacat bawaan, kelainan kejiwaan, dan lain-lain.

● Imunitas

Rhesus ayau ABO inkompabilitas menyebabkan abortus, hidrops fetalis, kern

ikterus, bahkan lahir mati.

● Anoksia embrio

Dapat menyebabkan bayi BBLR.

13. Faktor postnatal (lingkungan setelah lahir)

Masa perinatal adalah masa 28 minggu dalam kandungan sampai 7 hari setelah

dilahirkan adalah masa rawan, khususnya tumbuh kembang otak. Trauma kepala

akibat persalinan bisa meninggalkan cacat permanen, cerebral palsy beresiko tinggi

pada bayi BBLR disertai asfiksi, hiperbilirubinemia disertai kern ikterus, respiratory

distress, asidosis, meningitis/ensefalitis.

Page 47: Laporan Modul II

Peran ibu dalam pengaruh biologisnya terhadap pertumbuhan janin dan pengaruh

psikobiologisnya terhadap pertumbuhan post natal dan perkembangan kepribadian.

Interaksi dini ibu-anak juga penting yang dimulai dari IMD yang memberikan

keuntungan timbal balik, yakni untuk bayi memberikan zat anti yang melindungi bayi

terhadap infeksi, bayi merasakan sentuhan, kata-kata, tatapan kasih saying,

kehangatan, dan bagi ibu menimbulkan rasa percaya diri, sekresi oksitosin

mempercepat berhentinya perdarahan, dan prolaktin untuk mencegah ovulasi.

Digolongkan :

● Lingkungan biologis

○ Ras/ suku bangsa

○ Jenis kelamin

○ Umur

○ Gizi

○ Perawatan kesehatan, meliputi pemeriksaan kesehatan dan penimbangan

setiap bulan

○ Kepekaan terhadap penyakit dengan imunisasi dan nutrisi

○ Penyakit kronis

○ Fungsi metabolism

○ Hormon

■ Growth Hormon (somatotropin)

Pengatur utama pertumbuhan somatic yakni penambahan tinggi

badan yang merangsang terbentuknya somatomedin yang berefek

pada tulang rawan, dimana aktivitasnya meningkat pada malam

hari, sesudah makan, latihan fisik, perubahan kadar gula, dsb.

■ Hormon tiroid

Berfungsi pada metabolism protein, karbohidrat, dan lemak.

Maturasi tulang, pertumbuhan dan fungsi otak, defisiensi tiroid

menyebabkan retardasi fisik dan mental, sebaliknya

hipertiroidisme mengakibatkan gangguan kardiovaskular,

metabolisme, otak, mata, seksual, dll

Page 48: Laporan Modul II

■ Glukokortikoid

Memberikan efek anti-anabolik yang jika berlebihan

mengakibatkan pertmbuhan terhambat/terhenti.

■ Hormon seks

Berperan dalam fertilitas dan reproduksi. Pada awal masa pubertas,

hormon seks memacu pertumbuhan badan tetapi sesudah itu

menghambat pertumbuhan.

■ Insulin-like growth factors

Merupakan somatomedin yang kerjanya sebagai mediator GH dan

kerjanya mirip insulin yang perannya growth promoting factor

berperan dalam pertumbuhan, sebagai mediator GH, aktivitas

mirip insulin, efek mitogenik terhadap kondrosit, osteoblas, dan

jaringan lainnya yang diproduksi oleh berbagai jaringan tubuh

terutama hepar.

● Faktor fisik

● Cuaca, musim, keadaan geografis

● Sanitasi

● Keadaan rumah

● Radiasi

● Faktor psikososial

● Stimulasi

● Motivasi belajar

● Hadiah atau hukuman yang wajar

● Kelompok sebaya

● Stress

● Sekolah

Page 49: Laporan Modul II

● Cinta dan kasih saying

● Kualitas interaksi anak-orang tua

● Faktor keluarga dan adat istiadat

● Pekerjaan/pendapatan orang tua

● Pendidikan ayah/ibu

● Jumlah saudara

● Jenis kelamin dalam keluarga : wanita mempunya status yang lebih

rendah dibanding laki-laki dalam pandangan masyarakat tradisional

● Stabilitas rumah tangga

● Kepribadian ayah/ibu

● Adat-istiadat, norma, dan tabu-tabu

● Agama

● Urbanisasi : meningkatkan kemiskinan

● Kehidupan politik

Kebutuhan dasar anak

● ASUH (kebutuhan fisik-biomedis)

Meliputi :

● Pangan/gizi

● Perawatan kesehatan dasar; imunisasi, ASI, penimbangan teratur

● Pemukiman yang layak

● Hiegine, sanitasi lingkungan

● Sandang

● Kesegaran jasmani, rekreasi

● ASIH (kebutuhan emosi/kasih sayang)

Hubungan yang erat antara ibu dan anak menjamin tumbuh kembang baik fisik, mental,

maupun psikososial, yang penting dilakukan sedini mungkin meliputi IMD, kontak fisik

(kulit dan mata), psikis. Dampak negative dari kurangnya ASIH ialah sindrom deprivasi

maternal.

Page 50: Laporan Modul II

● ASAH (kebutuhan akan stimulasi mental)

Stimulasi mental adalah proses belajar sehingga mengembangkan perkembangan mental

psikososial (kecerdasan, keterampilan, kemandirian, kreativitas, agama, kepribadian,

moral-etika, produktivitas).

Ciri-ciri tumbuh kembang anak

● Tumbuh kembang merupakan proses kontinu sejak konsepsi sampai dewasa yang

dipengaruhi faktor bawaan dan lingkungan.

● Ada periode tertenti adanya masa percepatan (masa janin, bayi 0-1 tahun, masa pubertas)

atau masa perlambatan, serta laju tumbuh kembang organ-organ (mengkuti pola umum,

limfoid, neural, dan reproduksi).

● Pola perkembangan sama pada semua anak, namun dengan kecepatan yang berbeda.

● Perkembangan erat hubbungan nya dengan maturasi susunan saraf.

● Aktivitas tubuh diganti respons yang khas.

● Arah perkembangan sefalokaudal.

● Refleks primirif masa bayi akan menghhilang setelah gerakan volunteer tercapai.

Setiap anak memiliki pertumbuhan dan kemampuan perkembangan yang berbeda namun

menuruti patokan umum, sehingga diperlukan kriteria apakah masih dalam batas normal atau

tidak. Ada dua :

● Normal dalam arti medis : pertumbuhan dan perkembangan baik fisik maupun intelek dan

kepribadian berlangsung harmonis.

● Normal dalam arti statistic : kurva anak terdapat dalam batas normal dalam statistic yang

telah ditentukan.

Sehingga mungkin anak tersebut abnormal dalam arti statistic namun masih normal dalam

arti medis, misalnya karena anak dari keluarga yang bertubuh kecil.

Anamnesis tumbuh kembang anak

● Anamnesis faktor prenatal dan perinatal

Menyangkut faktor risiko untuk gangguan perkembangan fisik dan mental anak, juga

penyakit keturunan, dan apakah ada perkawinan antar keluarga.

● Kelahiran premature

Harus dibedakan anatara bayi premature (SMK=Sesuai masa kehamilan) dan bayi

dismatur (KMK=kecil masa kehamilan) karena retardasi pertumbuhan intrauterine.

Page 51: Laporan Modul II

● Faktor lingkungan yang mempengaruhi perkembangan anak

● Penyakit-penyakit yang dapat mempengaruhi tumbuh kembang dan nutrisi

● Kecepatan pertumbuhan anak

● Pola perkembangan anak dalam keluarga (dilihat perkembangan anggota keluarga

lainnya).

Tahap-tahap tumbuh kembang anak

● Masa neonatal : usia 0-28 haru

● Masa neonatal dini : 0-7 hari

● Masa neonatal lanjut : 8-28 hari

Pertumbuhan fisik hasil bperubahan bentuk dan fungsi organ

● Berat badan

Berat badan lahir normal ialah >2500 gram. Berat badan menjadi 2 kali berat badan

waktu lahir pada bayi umur 5 bulan, 3 kali berat badan lahir pada umur 1 tahun, 4 kali

berat badan lahir pada umur 2 tahun.

Kenaikan pada tahun pertama kehidupan jika mendapat gizi yang baik, berkisar :

700-1000 gr/bln pada triwulan I

500-600 gr/bln pada triwulan II

350-450 gr/bln pada triwulan III

250-350 gr/bln pada triwulan IV

● Tinggi badan

Pada waktu lahir tinggi badan ~50 cm. Dai kurva yang dibuat Count Philibert de

Montbeillard, laju pertumbuhan berkurang sejak lahir sampai selesainya proses

pertumbuhan. Sejak umur 4-5 tahun laju pertumbuhan deselerasi, kemudian meningkat

perlahan hingga umur 5-6 tahun, lalu konstan, dan kenaikan kecil pada 6-8 tahun, lalu

terjadi percepatan pada masa puberitas umur 13-15 tahun yang disebut pacu tumbuh

adolesen.

Jika dilihat proporsi antara kepala, badan, serta anggota gerak maka :

Page 52: Laporan Modul II

● Pada waktu janin umur 2 bulan, kepala tampak besar dan memanjang dnegan

ukuran panjang kepala hampir sama dengan panjang badan ditambah tungkai

bawah.

● Pada waktu lahir, kepala relative besar, muka bulat, ukuran antero-posterior dada

masih besar, perut membuncit dan anggota gerak relative lenih pendek dengan

titik tengah umbilicus.

● Kepala

Lingkar kepala waktu lahir ~34 cm, besarnya lebih besar dari lingkar dada yang akan

mengalami pertambahan dengan cepat selama 6 bulan pertama kehidupan yakni menjadi

44 cm sekitar 50% dari pertambahan lingkar kepala lahir sampai dewasa.

Pertumbuhan otak mengikuti pertumbuhan tulang kepala, dan sebaliknya. Pertumbuhan

tercepat terjadi pada trimester ketiga kehamilan sampai 5-6 bulan pertama setelah lahir,

terjadi pembelahan dnegan cepat pada masa-masa ini lalu kemudian melambat dan hanya

terjadi pembesaran sel-sel otak saja. Saat lahir berat otak bayi ¼ berat otak dewasa, tapi

jumlah selnya sudah mencapai 2/3 jumlah sel otak orang dewasa.

● Gigi

Saat lahir gigi tidak langsung tumbuh, gigi pertama tumbuh pada umur 5-9 bulan.

● Jaringan lemak

Bersama otot menentukan ukuran dan bentuk tubuh seseorang dengan peningkatan

jumlah sel lemak pada trimester sampai pertengahan masa bayi, setelah itu tidak banyak

bertambah sampai awal menjelang masa pubertas.

● Organ tubuh

Pertumbuhan organ tubuh mengikuti 4 pola pertumbuhan organ :

● Pola umum : tulang panjang, otot skelet, sistem pencernaan, sistem pernafasan,

peredaran darah, dan volume darah

● Pola neural : otak bersama tulang tengkorak

● Pola limfoid : mencapai maksimum sebelum adolesensi lalu menurun

Page 53: Laporan Modul II

● Pola genital : pada masa pubertas dengan pacu tumbuh adolesen yang pesat

Pertumbuhan organ sesuai bentuk tubuh, sehingga pada orang pendek akan mempunyai

organ yang lebih kecil dari orang yang tinggi, dan berhenti sampai mencapai besar sesuai

dengan organ tubuh yang dilayani seolah sudah diatur memenuhi harmony of growth.

DAFTAR PUSTAKA

Page 54: Laporan Modul II

http://www.fk.uwks.ac.id/elib/Arsip/Departemen/Ilmu_Kesehatan_Anak/

http://www.bayisehat.com/baby-health-a-care-mainmenu-30/102-tindakan-medis-bayi-baru-

lahir.html

Kuliah Kebidanan. 2008. “Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR)”. http://kuliahbidan.wordpress.com.

Diakses pada 20 Juni 2010. 14:56:31 WIB.

dr. Maharani Blog. 2009. “Perawatan Bayi Berat Lahir Rendah”. http://dr-anak.com. Diakses

pada 22 Juni 2010. 18:35:09 WIB.

Bidan Sherly. 2009. “Sekilas Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR)”.

http://bidansherly.wordpress.com. Diakses pada 22 Juni 2010. 18:46:21 WIB.

Markum, A.H.1991.Ilmu Kesehatan Anak.Jakarta: FKUI .