laporan magang
DESCRIPTION
laporanTRANSCRIPT
Laporan Magang Industri PT.Indo Bharat Rayon
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Magang Industri
Di era globalisasi dan perdagangan bebas sekarang ini, banyak
bermunculan industri-industri yang berbasis teknik kimia guna memenuhi
kebutuhan hidup manusia. Industri-industri tersebut misalnya saja industri
Petrokimia, industri Semen, industri Pupuk, industri Serat Sintetik, dan lain
sebagainya. Salah satu industri yang dijadikan sebagai tempat untuk magang
industri ialah industri serat sintetik PT. Indo Bharat Rayon, dimana dalam
industri ini melibatkan proses fisika dan proses kimia dalam pengubahan bahan
baku menjadi produk yang mana kedua proses tersebut merupakan cakupan dari
bidang teknik kimia yang sedang dipelajari.
Magang industri ini merupakan tahap awal pengenalan terhadap industri
yang meliputi proses produksi dan managemen industri, yang sesuai dengan
Kurikulum Jurusan Teknik Kimia Program Diploma IV Politeknik Negeri
Bandung, magang industri merupakan salah satu mata kuliah wajib pada semester
tujuh.
1.2 Waktu Pelaksanaan Magang Industri
Magang Industri dilaksanakan di PT.Indo Bharat Rayon. Pelaksanaan
magang industri ini berlangsung selama tiga bulan dari tanggal 12 September
hingga 09 Desember 2011.
1.3 Maksud dan Tujuan Magang Industri
Maksud dan tujuan pelaksanaan magang industri yaitu menghasilkan
lulusan D4 yang siap kerja, terampil dan mempunyai wawasan tentang sektor
industri proses kimia di Indonesia secara lebih komprehensif. Secara garis besar
tujuan pelaksanaan kegiatan magang industri diuraikan sebagai berikut:
1
Laporan Magang Industri PT.Indo Bharat Rayon
1.3.1 Tujuan Umum
a. Memberikan kesempatan bagi mahasiswa menerapkan pengetahuan
yang diperoleh di bangku kuliah untuk memahami proses produksi
dan segala sarana penunjang yang ada di industri proses.
b. Memberi kesempatan mahasiswa dapat merasakan dan beradaptasi
dengan budaya dan lingkungan industri secara lebih awal sebagai
bekal untuk memasuki lapangan kerja di industri setelah lulus.
c. Mengembangkan wawasan dan pengetahuan secara langsung di
lapangan.
d. Mengetahui gambaran sistem kerja di lapangan dan situasi organisasi
struktural serta interaksinya dalam perusahaan.
e. Memperluas wawasan mahasiswa sebelum memasuki dunia kerja
yang sesungguhnya.
1.3.2 Tujuan Khusus
a. Mahasiswa dapat menggunakan teori-teori dasar teknik kimia yang
telah diperoleh dan mempraktekkan di dunia kerja.
b. Mampu menerapkan pengetahuan teknologi proses dengan konsep
produksi bersih untuk melakukan analisis potensi penerapan produksi
bersih pada beberapa bagian unit proses
c. Melakukan tugas rutin dengan terlibat secara penuh dalam suatu
bagian unit proses
1.4 Ruang Lingkup Magang Industri
Magang dilakukan di industri yang melibatkan proses fisika dan
proses kimia untuk pengubahan bahan baku menjadi produk skala komersial
(massal). Adapun ruang lingkup dari magang yang dilakukan adalah sebagai
berikut :
a. Bahan Baku dan Penolong serta Hasil Produksi
b. Sistem Proses
c. Peralatan Proses
2
Laporan Magang Industri PT.Indo Bharat Rayon
d. Utilitas
e. Manajemen Industri
f. Tata Letak Pabrik
g. Pengelolaan Lingkungan
Pelaksanaan kerja praktik di PT. Indo Bharat Rayon dititikberatkan
pada departemen-departemen yang berhubungan dengan proses produksi,
yaitu :
a. Departemen utama
Departemen utama terdiri dari dua departemen yaitu departemen
viscose yang bertugas untuk membuat larutan viscose dan departemen
spinning yang bertugas melakukan pengolahan larutan viscose menjadi
rayon.
b. Departemen penunjang /pendukung
Departemen penunjang meliputi departemen auxiliary yang berfungsi
untuk mengolah larutan spinbath, ancillary yang berfungsi untuk
menyiapkan larutan asam, boiler house yang berfungsi menyediakan
steam, laboratorium yamg berfungsi menyediakan informasi berupa
angka dari data proses, effluent dan water treatment yang berfungsi
untuk mengolah limbah dan menyediakan air.
1.5 Sejarah dan Latar Belakang Didirikannya PT. Indo-Bharat Rayon
1.5.1 Sejarah Berdirinya PT. Indo-Bharat Rayon
Berdirinya Pabrik Indo Bharat Rayon dilatarbelakangi dengan
datangnya seorang pengusaha India bernama Agrawal ke Indonesia dengan
maksud untuk menanamkan modal dari Birla Group yang bekerja sama
dengan pengusaha Indonesia, Harlan Bekti.
PT. Indo Bharat Rayon didirikan sebagai perusahaan PMA dengan
persetujuan Presiden No. B-22/PRES/6/1980 tanggal 3 Juni 1980 dan dengan
persetujuan BKPM No. 16 /I/PMA/1980 tanggal 24 Juni 1980 dan diaktakan
3
Laporan Magang Industri PT.Indo Bharat Rayon
melalui Notaris Fredik Alexander Tumbuan di Jakarta dengan Akta No. 16
tanggal 5 September 1980.
Presentase saham PT. Indo Bharat Rayon terdiri dari 80% dari modal
pengusaha asing (India) dan sisanya yang 20% disetor oleh perusahaan dalam
negeri. Perusahaan dikelola oleh Dewan Direksi dibawah pengawasan Dewan
Komisaris yang diangkat oleh pemegang saham setiap tahunnya dalam rapat
umum pemegang saham tahunan. Pada awalnya PT. Indo Bharat Rayon ini
dibangun dengan modal sebesar US $ 500 juta diatas tanah seluas 24 ha,
dimana 1/3 bagian dipergunakan untuk perumahan staff dan karyawan.
PT. Indo Bharat Rayon memproduksi viscose rayon staple fibers,
dengan kapasitas awal sebesar 45 ton/hari, dan saat ini telah diperbesar
menjadi 310 ton/hari. Selain menghasilkan rayon sebagai produksi utama, PT.
Indo Bharat Rayon juga menghasilkan sodium sulfat (Na2SO4) sebagai produk
sampingnya dan juga memproduksi larutan asam sulfat (H2SO4) pekat dan
cairan karbon disulfida (CS2) sebagai bahan baku pembantu proses.
Rayon fibre merupakan fiber selulosa alami yang dimanufaktur dari
pulp kayu. Rayon fibre secara meluas digunakan di perusahaan tekstil dan
perusahaan lainnya yang memproduksi produk kesehatan seperti lap kertas
(sanitary napkins) dan lain-lain. Didalam industri tekstil, rayon digunakan
untuk manufaktur bahan kain (fabric) dengan penggunaan 100% rayon, atau
dicampur dengan serat fiber yang lain. Rayon fibre telah diterima diseluruh
dunia dan telah menjadi salah satu bahan baku tekstil yang paling penting
untuk industri tekstil di Indonesia.
PT. Indo Bharat Rayon adalah pabrik pertama yang memproduksi
viscose rayon staple fiber di Indonesia. Sebelumnya, seluruh kebutuhan
viscose rayon staple fiber diimpor. Dengan demikian mulai berproduksinya
PT. Indo Bharat Rayon telah menghemat devisa yang sangat berharga bagi
Indonesia.
PT. Indo Bharat Rayon mengekspor 20% - 30% dari produksinya dan
60% - 65% produksi rayon tersebut diekspor secar langsung yaitu melalui
4
Laporan Magang Industri PT.Indo Bharat Rayon
industri-industri hilirnya dalam bentuk benang, kain dan pakaian jadi.
Sehingga total seluruhnya kurang lebih 80% - 85% dari rayon fiber tersebut
diekspor.
Nama Indo Bharat Rayon memiliki pengertian yaitu Indo berarti
Indonesia, Bharat adalah sebutan lain untuk India, dan Rayon adalah nama
lain untuk serat selulosa.
PT. Indo Bharat Rayon memiliki dua departemen yang berperan
penting dalam proses utama yaitu :
a. Departemen Viscose
Departemen ini bertugas untuk membuat larutan viscose
b. Departemen Spinning
Departemen ini melakukan pengolahan larutan viscose menjadi rayon,
mulai dari proses penggumpalan larutan viscose hingga pengepakan
serat rayon.
Selain itu, terdapat pula beberapa departemen yang berperan dalam
proses pendukung, yaitu :
a. Departemen Auxillary, bertugas untuk mengolah larutan spinbath.
b. Departemen Ancilliary, bertugas untuk membuat larutan asam sulfat
(H2SO4) dan karbon disulfida (CS2).
c. Departemen Pengolahan Air (Water Treatment) yang bertugas untuk
mengolah limbah dan menyediakan air.
d. Power Plant, bertugas untuk menyediakan uap air dan menyediakan
energi.
e. Laboratorium, bertugas memeriksa kadar bahan yang diperlukan
disetiap proses sesuai standar
5
Laporan Magang Industri PT.Indo Bharat Rayon
Gambar 1.1 Bagan Departemen Proses Utama
dan Departemen Proses Pendukung
1.5.2 Latar Belakang Didirikannya PT. Indo-Bharat Rayon
Tinjauan industri serat rayon secara global
Dewasa ini industri serat rayon didunia telah banyak diitinggalkan
seperti di Amerika, Eropa, Korea, Jepang. Hal ini disebabkan oleh beberapa
alasan antara lain :
a. Tekanan masyarakat Internasional yang menyangkut industri ramah
lingkungan
b. Alasan pelestarian hutan sebagai paru-paru dunia
c. Desakan negara penghasil kapas
d. Akibat pengaruh krisis ekonomi global
e. Mahalnya investasi
f. Banyak serat pengganti
Tinjauan Regional
Secara makro, industri rayon diwilayah asia terutama negara
berkembang masih bertahan, malah menjadi primadona andalan pemasok
6
PT. Indo Bharat Rayon
Proses Utama
Departemen Viscous
Departemen Spinning
Proses Pendukung
Departemen Auxilliary
Departemen Ancillary
Departemen Water Treatment
and effluent
Power Plant
Departemen Laboratorium
Laporan Magang Industri PT.Indo Bharat Rayon
devisa, seperti di India; Filipina, Thailand, Bangladesh dan Indonesia. Hampir
lebih 50% kebutuhan serat rayon dunia dipasok dari negara-negara tersebut.
Tinjauan Nasional
Dengan kemajuan industri tekstil yang cukup pesat dewasa ini,
sehingga industri tekstil dan produk tekstil menjadi andalan pada peringkat
pertama dalam penghasil devisa non-migas di Indonesia. Kemajuan tersebut
antara lain berkat adanya kemampuan perusahaan nasional dalam
membangun serat buatan seperti serat polyester dan serat rayon.
1.5.3 Misi dan Tujuan Perusahaan
Industri tekstil mempunyai peranan yang sangat penting untuk
memenuhi kebutuhan manusia akan sandang, dimana bahan baku industri
tekstil berupa serat alami dan serat buatan. Dengan meningkatnya populasi
manusia maka kebutuhan tekstil semakin meningkat, sehingga langsung
jumlah serat yang akan dikonsumsi semakin besar.
Ketersediaan serat alami di Indonesia terbatas karena produksinya
dipengaruhi oleh beberapa faktor, misalnya kesuburan tanah dan iklim.
Dengan terbatasnya serat alami yang dapat diproduksi di Indonesia maka
untuk memenuhi kebutuhan akan sandang diproduksi serat sintetis seperti
nylon, polyester, dan rayon. Serat rayon memiliki sifat yang baik jika
dibanding dengan serat lainnya, yaitu mampu menyerap air dengan baik dan
tidak menyerap panas, dapat diatur panjangnya, tebal seratnya dan kekuatan
tariknya, sehingga serat tersebut bisa digunakan untuk menggantikan kapas.
Dibangunnya PT. Indo Bharat Rayon adalah untuk memenuhi
kebutuhan akan serat rayon. Dari segi sosial PT. Indo Bharat Rayon telah
memberikan lapangan pekerjaan bagi masyarkat luas, khususnya bagi
masyarakat sekitarnya dan juga telah menciptakan suatu lingkungan ekonomi
baru bagi masyarakat. Tujuan dari pendirian perusahaan PMA antara India
dan Indonesia ini yaitu untuk membantu perkembangan perindustrian di
Indonesia. Tujuan itu sejalan dengan tujuan pembangunan industri yang
7
Laporan Magang Industri PT.Indo Bharat Rayon
tercakup dalam undang-undang No. 5 tahun 1984, yang berbunyi
“pembangunan industri bertujuan untuk meningkatkan kemakmuran dan
kesejahteraan rakyat secara adil dan merata, meningkatkan pertumbuhan
ekonomi, memperluas dan meratakan kegiatan kerja, meningkatkan
penerimaan devisa melalui peningkatan ekspor hasil produksi nasional”.
1.5.4 Bidang Kegiatan Perusahaan
Produksi PT. Indo Bharat Rayon adalah staple fiber rayon yang
awalnya hanya 45 ton/hari sekarang menjadi 420 ton/hari. Rayon yang siap
dipasarkan dan dikemas dalam bentuk bale. Selain itu PT. Indo Bharat Rayon
juga menghasilkan sodium sulfat sebagai produk samping. Sodium sulfat
yang dihasilkan akan dipasarkan dalam bentuk kering dan sebelumnya
dikemas dalam kantong pengemas 25 kg, 50 kg dan jumbo bag 1000 kg.
8
Laporan Magang Industri PT.Indo Bharat Rayon
BAB II
BAHAN BAKU DAN HASIL PRODUKSI
2.1 Bahan Baku
Bahan-bahan yang digunakan dalam pembuatan staple fibre rayon di PT.
Indo Bharat Rayon meliputi 3 bagian, yaitu :
1. Bahan baku utama
2. Bahan baku penunjang
3. Bahan additive
2.1.1 Bahan Baku Utama
Bahan baku utama untuk pembuatan staple fibre rayon di PT. Indo Bharat
Rayon adalah pulp. Pemenuhan kebutuhan pulp di PT. Indo Bharat Rayon
merupakan impor dari Kanada dan Swedia. Berdasarkan kelarutannya dalam
NaOH 18% dikenal tiga jenis selulosa yang terkandung dalam pulp, yaitu :
a. Alpha (α) selulosa, memiliki derajat polimerisasi > 1500 dan tidak larut
pada temperatur 200C.
b. Beta (β) selulosa, larut tetapi mengendap bila ditambahkan asam dan
derajat polimerisasi berkisar antara 100-1500.
c. Gamma (γ) selulosa, larut dan mengendap bila ditambahkan alkohol dan
memiliki derajat polimerisasi < 100.
Selulosa adalah struktur polisakharida utama dalam tanaman. Polimer
selulosa terdiri dari rantai glukosa tidak bercabang, seperti diperlihatkan pada
gambar 2.1.
9
HOCH2
O
OH
OHO
O
O
OH
HOCH2
OH
O
O
HOCH2
OH
OH
Laporan Magang Industri PT.Indo Bharat Rayon
Gambar 2.1 Struktur Selulosa (Rumus Hawort)
Spesifikasi teknis dari pulp yang digunakan di PT. Indo Bharat Rayon
disajikan dalam table berikut,
Tabel 2.1 Spesifikasi Teknis Pulp
Particular Unit Requirement
Alpha selulosa % Min 91
Kandungan air % Max 10,0
Yield pada NaOH 21,5% % Min 93
Kelarutan dalam NaOH 18% (S18) % Max 7,0
Kelarutan dalam NaOH 10% (S10) % Max 12,0
Viskositas (1%CUAMM) TAPP1206 Cp 10-25
Resin dan lemak % Max 0,30
Kandungan abu total % Max 0,25
Kandungan asam terlarut PPM Max 200
Ca dan Mg sebagai CaO PPM Max 250
10
Laporan Magang Industri PT.Indo Bharat Rayon
Kandungan Fe PPM Max 10
Brightness dengan alat vibrochromm
FFR-1% Min 92
Berger whiteness dengan alat FFR-2 % Min 80
UV value dengan alat Fibroglow-380 - Max 150
Dirt Count Nos/m2 Max 500
pH - 4-7
Swelling Factor - 3-5
Kappa Number - Max 2
Sumber : Laboratorium PT Indo Bharat Rayon
Jenis pulp yang digunakan pada saat ini berupa :
1. CNC (hardwood)
2. Avcell (campuran hardwood dan softwood)
Komposisi pulp yang digunakan yaitu 60% pulp jenis CNC dan 40% pulp jenis
AVCell.
Tabel 2.2 Spesifikasi Teknis Beberapa Jenis Pulp
Kandungan Jenis Unit
CNC Avcell Domsjo
Viskositas
Resin dan lemak
Kandungan abu
Brightness
19
0,09
0,06
96
20,2
0,24
0,08
94,7
21,0
0,07
0,08
96,4
cp
%
%
%
11
Laporan Magang Industri PT.Indo Bharat Rayon
Berger whiteness
Yellowness
UV-380
Dirt count
87,8
-5,58
85,5
33
85,7
-0,80
61,5
100
90,5
-5,64
157
70
%
%
%
nos/m2
Sumber : Laboratorium PT Indo Bharat Rayon
2.1.2 Bahan Baku Penunjang
Pada proses pembuatan rayon diperlukan bahan baku penunjang, yaitu sebagai
berikut :
2.1.2.1 Soda kaustik (NaOH)
Natrium Hidroksida (NaOH), juga dikenal sebagai soda kaustik atau
sodium hidroksida. Natrium Hidroksida terbentuk dari oksidasi basa Natrium
Oksida yang dilarutkan dalam air. Natrium hidroksida membentuk larutan alkalin
yang kuat ketika dilarutkan ke dalam air. Bahan kimia ini banyak digunakan di
berbagai macam bidang industri, kebanyakan digunakan sebagai basa dalam
proses produksi bubur kayu dan kertas, tekstil, air minum, sabun dan deterjen.
Natrium hidroksida merupakan basa yang paling umum digunakan dalam
laboratorium kimia.(Wikipedia, 2011)
Konsentrasi kaustik (NaOH) yang digunakan pada berbagai proses di PT.
Indo Bharat Rayon berbeda-beda sehingga dibutuhkan pengolahan awal yang
disebut soda station. Konsentrasi kaustik dari tangki supplier sekitar 48%.
Kebutuhan kaustik pada pabrik ini dipasok dari PT. Asahimas Subentra
Chemical. Kaustik yang digunakan pada industri rayon sesuai dengan
konsentrasinya adalah :
- Kaustik 18% (Steeping Lye) digunakan dalam proses kaustik dengan pulp
menghasilkan alkali selulosa di pulper.
- Kaustik 11% (Mixer Lye) digunakan untuk melarutkan selulosa xanthat
sehingga diperoleh larutan viscose.
12
Laporan Magang Industri PT.Indo Bharat Rayon
Spesifikasi teknis dari kaustik yang digunakan di PT. Indo-Bharat Rayon
disajikan dalam tabel berikut:
Table 2.3 Spesifikasi Teknis Kaustik
Particular Unit Requirement
Specific Gravity pada 30oC gr/ml Min 1,495
NaOH % Min 47,5
Na2CO3 % Max 0,30
NaCl % Max 0,03
Na2SO4 % Max 0,010
SiO2 % Max 0,005
Fe ppm Max 10
Sumber : Laboratorium PT Indo Bharat Rayon
Tabel 2.4 Sifat Fisik Natrium Hidroksida (NaOH)
Property
Rumus Kimia NaOH
Fisik tidak berwarna dan tidak berbau
Melting Point 318 °C
Boiling Point 1390 °C
Vapour Pressure 1 mmHg pada 739 °C
Specific gravity 2.12 g/cm3
Water solubility High (note : dissolution in water is highly exothermic)
Sumber : Wikipedia, 2011
Sifat Kimia NaOH
13
Laporan Magang Industri PT.Indo Bharat Rayon
NaOH berwarna putih atau praktis putih, berbentuk pellet, serpihan
atau batang atau bentuk lain.
Sangat basa, keras, rapuh dan menunjukkan pecahan hablur.
Bila dibiarkan di udara akan cepat menyerap karbondioksida dan
lembab.
Mudah larut dalam air dan dalam etanol tetapi tidak larut dalam
eter.
NaOH membentuk basa kuat bila dilarutkan dalam air, NaOH
murni merupakan padatan berwarna putih.
Senyawa ini sangat mudah terionisasi membentuk ion natrium dan
hidroksida
Penanganan
Cuci bersih setelah penanganan
Jangan biarkan air masuk ke dalam wadah karena reaksi eksotermis
Minimalkan akumulasi debu
Jangan sampai terkena mata, kulit, atau pakaian
Jaga agar wadah tertutup rapat
Membuang sesuatu yang terkontaminasi.
Penyimpanan
Simpan di wadah tertutup rapat
Simpan di tempat yang sejuk, kering, dan berventilasi
Jauhkan dari bahan yang bersifat asam
Lindungi dari kelembaban
Wadah harus ditutup rapat untuk mencegah konversi NaOH ke
natrium karbonat oleh CO2 di udara. (Wikipedia, 2011)
2.1.2.2 Carbon Disulfide (CS2)
Karbon disulfide (CS2) sering disebut dengan ditiokarbonik anhidrat, NCl-
C04591, weeviltox, atau sulfokarbonik anhidrat. CS2 digunakan untuk pembuatan
selulosa xanthat dalam xanthator. Pada awalnya CS2 diperoleh melalui reaksi
eksotermal antara karbon dan sulfur cair di Departemen Ancillary. Sumber
karbon berasal dari charcoal (arang) lokal dan sulfur diimpor dari Timur Tengah
14
Laporan Magang Industri PT.Indo Bharat Rayon
dan Rusia yang berasal dari penyulingan minyak bumi. Namun karena berbagai
pertimbangan CS2 di PT. Indo Bharat Rayon dibuat dari methana yang diperoleh
dari PT. Pupuk Kujang. Mulai tahun 2003 keperluan CS2 diperoleh dengan cara
mengolah recovery CS2 dari Departemen Spinning. Prosesnya biasa disebut CS2
refinery, dilakukan oleh Departemen Ancillary.
Table 2.5 Spesifikasi Teknis Carbon Disulfide
Particular Unit Requirement
Specific Gravity pada 25 oC gr/ml 1,250-1,265
Evaporation Residue ppm Max 50
H2S terlarut ppm Max 5
Appearance -Cairan bersih
tak berwarna
Sumber : Laboratorium PT Indo Bharat Rayon
Tabel 2.6 Sifat Fisik Carbon Disulfide (CS2)
Property
Rumus Kimia CS2
Titik lebur -112 0C
Boiling Point 46 0C
Kerapatan2,67
Tekanan uap300 mm Hg pada 20 0C
Berat Jenis 1,26 g/cm3
Titik nyala -30 0C
Daya ledak1-50%
15
Laporan Magang Industri PT.Indo Bharat Rayon
Sumber : Damayuda, 2010
Sifat Kimia Carbon Disulfida
Carbon disulfide Sangat mudah terbakar,
Sangat mudah menguap,
Titik nyala rendah dan batas ledakan yang sangat luas. (Damayuda,
2010)
2.1.2.3 Asam sulfat (H2SO4)
Asam sulfat (H2SO4) merupakan asam mineral (anorganik) yang kuat. Zat
ini larut dalam air pada semua perbandingan. Asam sulfat mempunyai banyak
kegunaan dan merupakan salah satu produk utama industri kimia. (Sciencelab,
2011)
Kebutuhan H2SO4 pada seluruh proses di PT. Indo Bharat Rayon dipenuhi
oleh suatu unit proses yang dinamakan acid plant. Larutan H2SO4 ini digunakan
dalam pembuatan larutan spinbath dan untuk menetralkan NaOH yang
terkandung di larutan viscose. Konsentrasi H2SO4 yang terlalu tinggi
menyebabkan kecepatan reaksi tinggi sehingga filamen dari serat mudah putus
(tenacity rendah).
Tabel 2.7 Sifat Fisik dan Kimia Asam Sulfat (H2SO4)
Property
Rumus Kimia H2SO4
Bentuk Cair
Bau Berkarakter sedikit
pH Kurang dari 1
Kelarutan di dalam air Kelarutan di dalam air
Berat Jenis ± 1.84 pada 20 °C
16
Laporan Magang Industri PT.Indo Bharat Rayon
Titik Didih 290 – 338 °C
Titik Leleh ± 10 °C
Temperatur Dekomposisi 340 °C
(Sumber: Mahkota Indonesia, 2008)
Penanganan
Hindari kontak langsung dengan asam.
Cegah penghisapan uap atau kabut, dengan bekerja dalam
almari asam atau dengan ventilasi yang baik.
Pengenceran asam dilakukan dengan menambahkan asam
sedikit demi sedikit ke dalam air dan bukan sebaliknya.
Penyimpanan
Simpan asam dalam wadah yang kuat di tempat berventilasi
dan dingin.
Jauhkan dari air, zat organik yang mudah terbakar dan
logam.
Transportasi
Klasifikasi berdasarkan UN :
[UNRTDG]
Nama bahan : Asam Sulfat
Kelas UN : 8 ( Corrosive Substances )
No.UN : 1830
Grup pengepakan : II ( Medium Danger )
Transportasi Udara :
Kriteria bahan diatur oleh International Air Transport
Association ( IATA )
Peraturan transportasi mengikuti peraturan dan hukum yang
berlaku di Negara masing-masing. (Mahkota Indonesia,
2008)
2.1.2.4 Zinc Sulfate (ZnSO4)
17
Laporan Magang Industri PT.Indo Bharat Rayon
Zinc Sulfate (ZnSO4) digunakan pula pada campuran larutan spinbath yang
berfungsi sebagai inhibitor reaksi antara SO4 dengan Na dari larutan viscose
sehingga reaksi berjalan lambat. Pada saat reaksi terjadi, filamen bagian luar
lebih cepat bereaksi (menggumpal), sedangkan bagian dalam belum. Hal ini
memungkinkan filamen dapat ditarik dengan kekuatan tinggi. Makin banyak
penggunaan seng, reaksi semakin lambat dan stretching (kekuatan tarik) makin
tinggi.
Tabel 2.8 Sifat Fisik dan Kimia Zink sulfat
Property
Rumus Kimia ZnSO4
Bentuk Cair
Bau Tak berbau
pH 4-6 pada 5 g/l 20°C
Kelarutan di dalam air 965 g/l pada 20°C
Berat Jenis 1.97 g/cm3 pada 20 °C
Titik Lebur 100 °C
Sumber : Merck, 2006
2.1.2.5 Asam asetat (CH3COOH)
Asam asetat merupakan salah satu asam karboksilat paling sederhana,
setelah asam format. Larutan asam asetat dalam air merupakan sebuah asam
lemah, artinya hanya terdisosiasi sebagian menjadi ion H+ dan CH3COO-. Asam
asetat merupakan pereaksi kimia dan sebagai bahan baku industri yang penting.
Asam asetat digunakan dalam produksi polimer seperti polietilena tereftalat,
selulosa asetat, dan polivinil asetat, maupun berbagai macam serat dan kain.
(wikipedia, 2011)
18
Laporan Magang Industri PT.Indo Bharat Rayon
PT.Indo Bharat Rayon menggunakan asam asetat (CH3COOH) untuk
menetralkan NaOH yang terkandung di dalam mat pada proses after treatment di
Department Spinning.
Tabel 2.9 Sifat Fisik dan Kimia Asam Asetat
Property
Rumus Kimia CH3COOH
Bentuk Cair
Bau Berkarakter
pH 2.5 (50 g/l, H2O, 20 °C)
Titik Didih 116 - 118 °C (1013 hPa)
Berat Jenis 1.05 g/cm3 (20 °C)
Titik Leleh 17 °C
Kelarutan di dalam air (20 °C) larut
Kosentrasi jenuh (udara) 38 g/m3 (20 °C) Udara
Massa molar 60.05 g/mol
Tekanan uap 15.4 hPa (20 °C)
Titik nyala 44 °C
Sumber : Merck, 2006
2.1.2.6 MGR dan GA
MGR digunakan sebagai pelembut serat dan GA untuk mengurangi gaya
elektrostatik fiber. Penambahan kedua zat ini di zone soft finish proses after
treatment.
Tabel 2.10 Spesifikasi Teknis MGR
Particulars Unit Requirement
19
Laporan Magang Industri PT.Indo Bharat Rayon
Appearance (30°C) - Brownish Pasta
Water Content % 12.0-16.0
pH (1%) - 5.0-7.0
Acid valve Mg/g 18 - 28
Emmulsion stability
(1%aq)- Passing
Emmulsion stability
(15%aq)- Passing
Sumber : Laboratorium PT Indo Bharat Rayon
Tabel 2.11 Spesifikasi Teknis GA
Particulars Unit Requirement
Appearance - Light brownish liquid
Water Content % Max 5.0
pH (1%) - 5.0-7.0
Acid valve Mg/g Max 5.0
Saponification valve % 65 - 85
Sumber : Laboratorium PT Indo Bharat Rayon
2.1.2.7 Natrium hipochlorit (NaOCl)
Natrium hypochlorite digunakan sebagai pemutih fiber yang ditambahkan
di zone bleach proses after treatment untuk mesin 1, 2, dan 3.
Tabel 2.12 Sifat Fisik dan Kimia Natrium hipokhlorit
20
Laporan Magang Industri PT.Indo Bharat Rayon
Property
Rumus Kimia NaOCl
Bentuk Cair
Massa molar 74.44 g/mol
Titik Didih 101 °C, 374 K, 214 °F
Berat Jenis1.11 g/cm3
Titik Leleh 18 °C, 291 K, 64 °F
Kelarutan di dalam air 29.3 g/100 mL
Sumber : Sciencelab, 2011
Penanganan
Kenakan perlengkapan perlindungan pribadi yang layak
Makan, minum dan merokok harus dilarang di tempat di
mana bahan ini ditangani, disimpan dan diolah.
Para pekerja harus mencuci tangan dan muka sebelum
makan, minum dan merokok.
Jangan dimakan/diminum.
Hindari kontak dengan mata, kulit dan pakaian.
Hindari menghirup uap atau kabut.
Jagalah agar tidak terbebaskan ke lingkungan.
Simpan dalam kontainer aslinya atau dalam tempat lain
yang diakui dan layak, tutup rapat selama tidak digunakan.
Wadah yang sudah kosong masih mengandung residu
produk dan bisa berbahaya.
Jangan menggunakan wadah kembali.
Penyimpanan
Simpan sesuai dengan peraturan setempat.
21
Laporan Magang Industri PT.Indo Bharat Rayon
Simpan di wadah aslinya terlindung dari sinar matahari
langsung di tempat yang kering, sejuk dan berventilasii
Jaga agar wadah tertutup rapat dan tersegel sampai siap
untuk digunakan.
Wadah yang sudah dibuka harus disegel kembali dengan
hati-hati dan disimpan tetap tegak untuk mencegah
kebocoran.
Jangan menyimpan di dalam wadah yang tidak berlabel.
(gen probe, 1999)
2.1.2.8 Hidrogen peroksida (H2O2)
Hidrogen peroksida (H2O2) berfungsi sebagai pemutih fiber, khusus
digunakan di mesin 4 untuk produksi staple fibre rayon jenis non woven.
Tabel 2.13 Sifat Fisik dan Kimia Hidrogen peroksida
Property
Rumus Kimia H2O2
Rasa Sedikit asam
warna Tidak berwarna
Titik Didih 108°C (226.4°F)
Berat Jenis1.1 (air = 1)
Titik Leleh -33°C (-27.4°F)
Sumber : Sciencelab, 2011
2.1.2 Bahan Additive
22
Laporan Magang Industri PT.Indo Bharat Rayon
Bahan baku additive adalah bahan baku yang dibutuhkan untuk keperluan
proses produksi dalam jumlah sedikit. Bahan baku additive yang digunakan
meliputi :
2.1.2.1 Berol 637 dan 370
Berol 637 digunakan untuk mengikat sulfur bebas sebagai kotoran. Zat ini
akan menghasilkan busa jika kontak dengan air. Oleh karena busa akan
mengganggu proses selanjutnya maka ditambahkan zat anti foam yaitu
berol 370.
2.1.2.2 Titanium dioxide (TiO2)
Titanium dioxide (TiO2) digunakan untuk memberikan warna suram pada
jenis fiber semi dull.
Table 2.14 Spesifikasi Teknis Titanium dioxide
Particular Unit Requirement
Dispersibilitas 2 jam dalam air % Min 95,0
Kemurnian TiO2 % Min 99
Sb2O3 % Max 0,027
P2O5 % Max 0,38
Fe ppm Max 17
pH - 7,0-8,5
Sumber : Laboratorium PT Indo Bharat Rayon
Tabel 2.15 Sifat Fisik dan Kimia Titanium Dioxide
23
Laporan Magang Industri PT.Indo Bharat Rayon
Sumber : Wikipedia, 2011
Penanganan
Digunakan hanya pada ruangan yang memiliki ventilasi cukup.
Gunakan Peralatan Pelindung Pribadi yang disarankan
Cuci secara menyeluruh setelah penanganan
Penyimpanan
Simpan dalam wadah orisinil tertutup rapat pada tempat sejuk dan
kering
Simpan dalam kontainer yang tertutup dan jauhkan dari bahan-
bahan yang lain. (Tronox, 2009)
2.1.2.3 Leomin
Leomin digunakan untuk membuat fiber jenis bright.\
2.1.2.4 Mangan sulfat (MnSO4)
Mangan sulfat berfungsi sebagai katalis untuk mempercepat pemutusan
rantai molekul pulp (depolimerisasi) pada homogenizer.
Table 2.16 Spesifikasi Teknis Mangan Sulfat
24
Property
Rumus Kimia TiO2
Bentuk Padatan Putih
Titik Didih 2972 °C
Berat Jenis 4.23 g/cm3
Titik Leleh 1843 °C
Massa molar 79.866 g/mol
Laporan Magang Industri PT.Indo Bharat Rayon
Particular Unit Requirement
MnSO4.H2O % Min 98
Air tak terlarut % Max 0,05
Kandungan Fe % Max 0,005
Chloride (Cl) % Max 0,012
Sumber : Laboratorium PT Indo Bharat Rayon
Tabel 2.17 Sifat Fisik dan Kimia Mangan Sulfat
Sumber : Wikipedia, 2011
2.1.2.5 Vanadium Pentoksida (V2O5)
Vanadium Pentoksida (V2O5) berfungsi sebagai katalis untuk
mengkonversi SO2 menjadi SO3 dalam konverter pada saat pembuatan
H2SO4.
25
Property
Rumus Kimia MnSO4
BentukKristal berwarna merah
muda
Titik Didih850 °C
Berat Jenis 3.25 g/cm3
Titik Leleh 710 °C
Massa molar 151.001 g/mol
Laporan Magang Industri PT.Indo Bharat Rayon
Tabel 2.18 Sifat Fisik dan Kimia Vanadium Pentoksida
Sumber : Sciencelab,2005
2.2 Hasil Produksi
2.2.1 Produk Utama
Produk utama PT. Indo Bharat Rayon adalah staple fibre rayon yang
dikemas dalam bentuk bale-bale dengan berat 250-270 kg/bale. Kapasitas
produksi setiap harinya mencapau 420 ton/hari. Produksi fiber pada saat ini terdiri
atas dua jenis yaitu fiber untuk kebutuhan tekstil dan fiber non woven untuk
kebutuhan industri kosmetika dan medis. Berdasarkan kualitasnya, staple fibre
rayon yang diproduksi PT. Indo Bharat Rayon ada tiga macam, yaitu :
1. BR (bright) artinya fiber dengan warna yang mengkilat
2. HT (high tenacity) artinya fiber dengan kekuatan tarik tinggi.
3. HT SD (high tenacity semi dull) artinya fiber dengan kekuatan tarik tinggi
dan warna fiber redup.
Denier adalah satuan turunan yang dinyatakan dalam satuan berat tiap
9000 meter panjang serat. Contohnya : 1,5D x 38 mm artinya dalam 9000 meter
fiber memiliki berat 1,5 gram sedangkan panjang seratnya adalah 38 mm. Produk
staple fibre rayon diharapkan memenuhi kriteria sebagai berikut :
26
Property
Rumus Kimia V2O5
Bentuk Padatan kuning
Titik Didih 1750 °C
Berat Jenis 3.357 g/cm3
Titik Leleh 690 °C
Massa molar 181.9 g/mol
Laporan Magang Industri PT.Indo Bharat Rayon
1) Bebas dari spinning fault > 95%
2) Bebas dari bad cutting > 95%
3) Elongation/strength 20 – 23%
4) Denier (±0,05) dari yang diinginkan
5) Kandungan abu 0,75 – 0,85%
6) Kandungan sulfur < 65 ppm
7) Berger whiteness < 74 – 82
8) Kandungan air 11,00-13,00%
Produksi staple fibre rayon mencapai 420 ton/hari untuk memenuhi
kebutuhan dalam dan luar negeri, dengan spesifikasi teknis pada tabel 2.19
Tabel 2.19 Spesifikasi Teknis Staple Fibre Rayon
Kandungan UnitPersyaratan untuk
fiber regular
Persyaratan untuk
fiber high tenacity
Denier
Panjang staple
Tenacity (cond)
Tenacity (wet)
Elongation (cond)
Elongation (wet)
Kandungan oli
Equilibrium moisture
Sulfur
Berger whiteness
Semi dull ash
-
mm
G/D
G/D
%
%
%
%
ppm
%
%
%
(1,2-2,5) ±6%
(32 – 76) ±3%
min 2,6
min 1,3
19,0 – 23,0
21,0 – 25,0
0,22 – 0,38
13,00
max 200
74,0 – 82,0
0,70 – 0,90
(1,2-2,5) ±6%
(32 – 76) ±3%
min 2,8
min 1,4
19,0 – 23,0
21,0 – 25,0
0,22 – 0,38
13,00
max 200
74,0 – 82,0
0,70 – 0,90
27
Laporan Magang Industri PT.Indo Bharat Rayon
Dull ash 0,90 – 1,10 0,90 – 1,10
Sumber : Laboratorium PT Indo Bharat Rayon
2.2.2 Produk Samping
Produk samping yang dihasilkan adalah natrium sulfat anhidrous
(Na2SO4). Kristal ini dihasilkan dari proses regenerasi larutan viscose menjadi
selulosa. Natrium sulfat ini juga digunakan pada campuran larutan spinbath yang
berfungsi sebagai koagulator untuk pengerasan dan penggumpalan larutan viscose.
Banyaknya natrium sulfat anhidrous yang dihasilkan pada saat ini adalah 210 ton
perhari dan dikemas dalam bentuk karung dengan kapasitas 50 kg/karung.
Spesifikasi teknis natrium sulfat anhidrous dapat dilihat pada tabel 2.20
Tabel 2.20 Spesifikasi Teknis Natrium Sulfat Anhidrous
Kandungan Unit Persyaratan
Kemurnian
pH dari larutan 10%
Kandungan air
Kelarutan dalam air
Kandungan zinc
Kandungan Fe
Cl sebagai NaCl
SO3 sebagai Na2SO3
Ca dan Mg sebagai CaCO3
Berger whiteness
%
-
%
%
ppm
ppm
ppm
ppm
ppm
%
min 99,5
5,5 – 6,5
max 0,10
max 0,10
max 250
max 10
max 150
max 50
max 100
max 76
Sumber : Laboratorium PT Indo Bharat Rayon
28
Laporan Magang Industri PT.Indo Bharat Rayon
Tabel 2.21 Sifat Fisik dan Kimia Natrium Sulfat
Sumber : sciencelab,2005
2.2.3 Produk Penunjang
Produk penunjang adalah produk yang dihasilkan untuk menunjang
berlangsungnya proses utama. Produk penunjang dalam pembuatan serat rayon
pada PT. Indo Bharat Rayon adalah asam sulfat yang diproduksi oleh departemen
ancillary. Acid plant 1 memiliki kapasitas 150 ton/hari, Acid plant 2 memiliki
kapasitas 120-130 ton/hari, dan Acid Plant 3 memiliki kapasitas 150 ton/hari,
dengan konsentrasi H2SO4 98,5%.
29
Property
Rumus Kimia Na2SO4
Bentuk Kristal putih
Titik Didih 1100°C (2012°F)
Berat Jenis 2.671 (air = 1)
Titik Leleh 888°C (1630.4°F)
Massa molar 142.06 g/mol
Laporan Magang Industri PT.Indo Bharat Rayon
BAB III
SISTEM PROSES
3.1 Proses Utama
Proses utama yang terjadi di PT Indo Bharat Rayon adalah proses
pembuatan staple fibre rayon. Proses pembuatan staple fibre rayon tersebut
diawali dengan pembuatan larutan viscous di departemen viscous kemudian
proses regenerasi larutan viscous menjadi filamen oleh larutan spinbath pada
departemen spinning.
3.1.1 Departemen Viscose
Departemen viscose berfungsi untuk mengolah bahan baku pulp menjadi
larutan viscose. Departemen viscose terdiri dari beberapa unit proses yaitu :
1. Soda Station
2. Slurry Mixer (Pulper)
3. Homogenizer
4. Slurry Press
5. Maturing Drum
6. Silo
7. Simplex Room (Xanthator)
8. Dissolver dan blender
9. Ripening Room
30
SLURRY MIXER
HOMOGENIZER
SLURRY PRESS
MATURING DRUM
SILO
SIMPLEX ROOM (XANTHATOR)
KATALIS MnSO4NaOH 17,85-17,95% PULP
RIPENING ROOM
DISSOLVER DAN BLENDER
CS2
NaOH 2%
Laporan Magang Industri PT.Indo Bharat Rayon
Proses yang berlangsung pada departemen viscous dapat dilihat dalam diagram
blok berikut:
Gambar 3.1 Diagram Alir Departemen Viscous
1) Soda Station
Unit Soda station ini berfungsi untuk mempersiapkan larutan soda
caustic (NaOH) yang dibutuhkan untuk membuat larutan viscous.
Pengolahan soda caustic pada unit ini meliputi proses pengenceran,
penyaringan, dan pengendapan.
Dari Caustic unloading larutan NaOH yang memiliki konsentrasi
antara 48-50 % dipompakan kedalam storage tank yang berjumlah 6 buah,
storage tank ini berfungsi sebagai tempat penampungan larutan NaOH dan
sebagai tangki persediaan NaOH. Dari Storage tank larutan NaOH
31
Laporan Magang Industri PT.Indo Bharat Rayon
dipompakan secara continue ke dalam ABS tank 1 dengan laju 160-180
m3/jam dan ABS tank 2 dengan laju 170-190 m3/jam. Di dalam ABS
system larutan NaOH akan menyerap uap air yang menyebabkan
penurunan konsentrasi NaOH dari 48% menjadi 33-34% pada ABS tank 1
dan 32,5-33% pada ABS tank 2. Dari ABS tank, Caustic dipompakan ke
dalam caustic dissolver dengan laju 360 m3/jam. Didalam caustic dissolver
terjadi pengenceran dengan penambahan soft water hingga konsentrasi
caustic mencapai 17,9%. Jumlah soft water yang ditambahkan sebanyak
50-60 m3/jam.
Dari Caustic dissolver, caustic dipompakan ke dalam tangki settler
yang berjumlah 22 buah. Tangki Settler berfungsi mengendapkan kotoran-
kotoran terutama Fe selama 72 jam. Larutan NaOH dengan konsentrasi
33% dari settler tank dialirkan ke Top tank. Dari Top tank larutan NaOH
dialirkan ke tangki Steep Lye 1 untuk diumpankan ke Pulper.
Tangki Steep Lye terdiri dari dua unit yaitu Steep Lye 1 dan Steep
Lye 2. Tangki Steep Lye 2 berfungsi menampung larutan NaOH hasil
pressing pada Slurry press. Larutan NaOH tersebut kemudian dilewatkan
pada Wagner Filter untuk mengalami pemisahan dari pengotor seperti
fibre. Overflow dari tangki Steep Lye 2 ditampung dalam Press Lye
Overflow Tank (PLOF Tank). Dari PLOF Tank larutan NaOH dialirkan ke
Sharpless dan Kircket untuk mengalami penyaringan sehingga fibre akan
terpisahkan. Pencucian NaOH pada sharpless dilakukan dengan
mengalirkan NaOH dari arah bawah, fibre yang ada pada larutan NaOH
akan menempel pada baling-baling yang ada pada sharpless dan larutan
NaOH yang telah bersih mengalir ke atas menuju Clarified Tank.
Pemisahan fibre pada Kircket terjadi dengan adanya kain pada dinding
Kircket. Fibre-fibre yang ada pada larutan NaOH tertahan pada kain
tersebut.
Tangki clarified hanya berfungsi sebagai tangki penampungan.
Dari Clarified Tank larutan NaOH dialirkan ke Diss Lye Tank. Pada Diss
Lye Tank larutan NaOH mengalami pengenceran dengan menggunakan
32
Laporan Magang Industri PT.Indo Bharat Rayon
soft water hingga konsentrasi 11%. Kemudian diencerkan kembali hingga
konsentrasi 2% menggunakan mix charge water. Larutan NaOH dengan
konsentrasi 2% tersebut kemudian mengalami proses pendinginan dengan
menggunakan chilled water sehingga suhunya turun menjadi 5-10 oC.
Larutan NaOH tersebut digunakan dalam proses pembuatan larutan
viscous pada seksi simplex.
2) Slurry mixer (pulper)
Slurry mixer tank berfungsi untuk menghancurkan pulp menjadi
larutan alkali selulosa. Proses pada slurry mixer berlangsung secara batch
dimana larutan NaOH 17,85-17,95% dari seksi soda station dialirkan ke
dalam slurry mixer tank sebanyak 6,2 m3/batch dan dicampurkan dengan
katalis MnSO4 sebanyak 1800 ml/batch. Katalis MnSO4 ditambahkan
untuk mempercepat proses pemutusan derajat polimerisasi pada saat
pemeraman. Setelah NaOH 18% dan katalis dicampurkan selanjutnya
lembaran-lembaran pulp sebanyak 2,5 bale (500 kg) yang terdiri dari 1,5
bale CNC pulp dan 1 bale Av-cell pulp untuk setiap batchnya dimasukan
dan dihancurkan selama ±10 menit, reaksi berlangsung pada suhu 18-
25°C.
Reaksi yang terjadi di dalam pulper:
(C6H9O4OH)n + n NaOH → (C6H9O4ONa)n + nH2O
Sellulosa caustic alkali selullose air
3) Homogenizer
Homogenizer digunakan untuk mencampurkan slurry yang berasal
dari mixer tank (pulper) agar terbentuk larutan yang homogen karena
bubur alkali selulosa (alksell) yang berasal slurry mixer tank belum
homogen atau masih terdapat gumpalan-gumpalan. Alksel dialirkan ke
homogenizer dengan menggunakan pompa sentrifugal yang dilengkapi
dengan mixer untuk pengadukan alksell. Proses berlangsung selama 5 – 7
menit. Terdapat dua buah homogenizer , homogenizer 1 alksel nya berasal
33
Laporan Magang Industri PT.Indo Bharat Rayon
dari slurry mixer 1 dan 2, sedangkan untuk homogenizer 2 berasal dari
slurry mixer 3,4,5.
Homogenizer terdiri dari dua line, dimana homogenizer I terdiri
atas tiga slurry press yaitu slurry press 1, 2 dan 3 sedangkan homogenizer
II terdiri atas tujuh slurry press yaitu slurry press 4 sampai 10.
4) Slurry press
Slurry press merupakan tempat untuk memisahkan alkali selullosa
dari larutan NaOH. Dari homogenizer, slurry dialirkan ke dalam slurry
press untuk mengalami pressing dengan menggunakan dua buah roll
dengan putaran yang berlawanan arah sehingga alakali selullosa akan
terpisah dari larutan NaOH. Yang harus diperhatikan pada unit slurry
press ini yaitu speed pulp, Vat pressure, roll press, dan Flow. Konsentrasi
slurry yang masuk akan mempengaruhi setting tekanan yang akan
digunakan. Banyaknya alksell yang dihasilkan tergantung atas kecepatan
putar rol. Semakin sedikit slurry yang masuk mengakibatkan vat pressure
akan semakin tinggi sehingga kecepatan putar roll press harus dikurangi
agar pemisahan NaOH berlangsung sempurna. Begitu juga sebaliknya,
slurry yang terlalu tebal menyebabkan vat pressurenya semakin kecil.
Dari slurry press akan dihasilkan mat yang kemudian masuk ke
dalam preshredder untuk dicabik-cabik agar diperoleh butiran-butiran
yang lebih halus untuk mencegah terjadinya chooking didalam shredder
roll sehingga tidak akan menyumbat saluran yang menuju ke maturing
drum. Lickering wir merupakan alat yang digunakan dalam proses
pencabikan. Larutan NaOH 18% yang terpisah setelah pengepressan akan
melewati wagner filter untuk memisahkan kotoran-kotoran yang terbawa
dalam larutan NaOH. Proses yang terjadi pada Wagner filter ini hampir
sama dengan proses pada Rotary Drum Filter. NaOH hasil penyaringan
wagner filter dialirkan ke press lye tank 2 di unit soda station, sedangkan
kotoran-kotorannya langsung dibuang.
34
Laporan Magang Industri PT.Indo Bharat Rayon
Komposisi alksell yang dihasilkan dari slurry press adalah sebagai berikut:
- selulosa = 33,5 – 33,9%
- NaOH (alkali) = 15,5 – 15,9%
Tabel 3.1 Parameter Ideal Di Slurry Press
Slurry press no. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Vat press (ton) 0,47 0,55 0,58 0,6
0
0,55 0,45 0,31 0,55 0,5
5
0,55
Nip roll press
(ton)
15,2 13,4 15,8 14,
2
19,7 12,2 13,3
5
21 15,
1
14,3
Speed drive (%) 53 47 43 51 50 55 50 50 50 52
Flow rate (m3/hr) 17,0 Out
of
rec
24 18 23 23 22 20 23 23
Free loading 10 7 10 10 10 4 10 8 9 10
5) Maturing drum
Maturing drum merupakan alat yang digunakan untuk pematangan
alkali selullosa yang bertujuan untuk mengkondisikan alksell agar dapat
bereaksi dengan CS2 pada proses pembentukan alkali selullosa xanthat
didalam simplex, dan proses depolimerisasi yaitu menurunkan derajat
polimerisasi alkali selullosa dari sekitar 1000 menjadi 300. Proses
pemeraman didalam maturing drum berlangsung selama 4 jam, semakin
lama pemeraman maka viskositas semakin rendah. Lamanya pemeraman
bergantung pada kecepatan putar maturing drum. Kecepatan putaran yang
tinggi menyebabkan waktu pemeraman semakin cepat sehingga reaksi
depolimerisasi tidak sempurna.
35
Laporan Magang Industri PT.Indo Bharat Rayon
Maturing Drum adalah alat berbentuk silinder besar dengan
panjang 18 m dan diameter 2,3 m yang berputar dengan kecepatan ± 0,4
putaran/menit atau 2,5 menit per putaran. Didalam alat ini terdapat buffle
dengan kemiringan 5-8 dengan maksud agar alksell didalam drum
bergerak maju perlahan. Suhu di dalam maturing drum perlu dijaga pada
range 43-45°C pada outlet drum. Semakin tinggi suhu didalam maturing
drum maka viskositasnya semakin rendah (BF rendah) dan Ripening Index
(RI) naik. Oleh karena itu, maturing drum dilengkapi dengan water jacket
yang berfungsi untuk mempertahankan suhu di dalam drum agar tetap
dalam kondisi yang ditentukan. Pemanas yang digunakan dalam jaket
berasal dari steam sedangkan pendinginya berasal dari chilled water.
Kematangan alksell dapat dikontrol dengan memeriksa kekentalan alksell
dengan uji Ball Fall (BF) sekitar 60-70 detik tiap satu jam.
Maturing drum yang digunakan berjumlah lima buah, masing-
masing drum menerima umpan dari slurry press sebagai berikut:
1. Maturing drum A berasal dari slurry press 1 dan 2
2. Maturing drum B berasal dari slurry press 3 dan 6
3. Maturing drum C berasal dari slurry press 4 dan 7
4. Maturing drum D berasal dari slurry press 5 dan 8
5. Maturing drum E berasal dari slurry press 9 dan 10
Dari maturing drum alksell didinginkan dalam cooling device
dengan bantuan blower agar nilai derajat polimerisasi alksell tidak berubah
lagi atau dengan kata lain menghentikan proses depolimerisasi. Alkcell
yang keluar dari cooling device memiliki suhu 27-28o C. Dari cooling
device alksell dialirkan ke unit silo menggunakan udara yang berasal dari
blower dengan tekanan 0,2 bar (sistem pneumatik).
36
Laporan Magang Industri PT.Indo Bharat Rayon
6) Silo
Silo merupakan tempat penampungan alksell dan tempat
penimbangan berat alksell sebelum masuk simplex. Silo yang terdapat
pada dept.viscous 1 masing-masing dapat menampung sekitar 2335-2340
kg (2,34 Ton) alkali selullosa, sedangkan pada dept.visouse 2 setiap silo
dapat menampung hingga 10,5 Ton alksell. Silo dilengkapi alat pengontrol
berat dan motor getar (vibrator motor) untuk memudahkan alksell turun ke
simplex. Masuknya alksell ke silo diatur dengan membuka dan menutup
gate/pintu feeding yang digerakan secara otomatis. Alkcell terlebih dahulu
akan mengisi silo yang kosong hingga mencapai berat yang telah disetting
setelah penuh gate akan menutup dan selanjutnya alkcell akan mengisi silo
kosong berikutnya.
7) Simplex room (xanthator)
Simplex merupakan reactor batch tempat terbentuknya larutan
viscose. PT. Indo Bharat Rayon memiliki 18 buah simplex pada
departemen viscous 1 yang dijalankan secara manual dan 4 buah simplex
di department viscous 2 yang dijalankan secara otomatis menggunakan
sistem DCS (Distributed Control System). Simplex dilengkapi dengan
motor pengaduk dengan dua gear kecepatan. Sebelum digunakan simplex
harus dalam keadaan bersih.
Setelah berat timbangan alksell di silo memenuhi berat yang
diharapkan yaitu 2335 kg pada dept.visc 1 dan 10,5 Ton pada dept.visc 2,
selanjutnya alksell dimasukkan ke dalam simplex dan ditutup rapat-rapat
untuk mencegah udara luar masuk simplex. Selanjutnya simplex divakum
hingga mencapai tekanan 25 mmHg pada suhu ±31-32°C, tujuan dari
pemvakuman ini ialah agar pada saat CS2 dimasukkan ke dalam simplex
tidak menimbulkan percikan api yang, karena t.d CS2 sebesar 43°C. CS2
yang dimasukkan kedalam simplex sebanyak 195 L. Motor pengaduk
diatur pada kecepatan rendah yaitu 3 putaran per menit. Pada saat CS2
bereaksi dengan alksell tekanan dan temperatur akan naik hingga 34-39°C,
37
Laporan Magang Industri PT.Indo Bharat Rayon
lalu suhu akan turun kembali menjadi 34-36 °C, hal ini menandakan
produk telah matang (alksell berubah warna dari putih menjadi orange).
Setelah itu dimasukkan larutan NaOH 2% untuk melarutkan gel-gel
selullosa xanthat sehingga dihasilkan larutan kental yang berwarna seperti
madu yang disebut larutan viscous. Waktu reaksi keseluruhan didalam
simplex terjadi ±45 menit. Persamaan reaksinya sebagai berikut
Reaksi alkali selullosa dan larutan CS2 menjadi alksell xanthat
(C6H9O4ONa)n + nCS2 → (C6H9O4OCS2Na)n
alksell alksell xanthat
Reaksi alksell xanthat dengan NaOH 2% menjadi larutan viscous
(C6H9O4OCS2Na)n + 2n NaOH → nNa2COOS + nNaSH + (C6H9O4OH)n
alksell xanthat selullosa
8) Dissolver room
Dissolver room berfungsi untuk menghaluskan dan
menghomogenkan larutan viscous yang keluar dari simplex/xanthator.
Terdapat 18 dissolver yang berada di dept.visc 1 sedangkan jumlah
dissolver pada dept.visc 2a sebanyak 2 buah dengan kapasitas masing-
masing 60 m3. Dissolver dilengkapi dengan impeller untuk pengadukan
yang berlangsung selama 3200 detik pada temperatur 320C. Setelah larutan
viscous mengalami penghalusan di dissolver, selanjutnya masuk ke
blender untuk dihomogenkan dan dihaluskan kembali karena
kemungkinan masih terdapat gumpalan-gumpalan. Sama halnya dissolver,
blender juga memiliki impeller untuk pengadukan. Terdapat 3 unit blender
dengan kapasitas 60 m3 pada dept.visc 1, dimana blender 1 menerima
larutan viscous dari dissolver 1-5, dan blender 2 dan 3 menerima larutan
viscous dari dissolver 6-18. Waktu tinggal dalam blender bergantung pada
level minimal yaitu 50% dan maksimal 80%. Larutan viscous keluaran
blender akan ditampung didalam receiving tank yang didalamnya terdapat
38
Laporan Magang Industri PT.Indo Bharat Rayon
impeller untuk mengaduk larutan viscous agar tidak menggumpal sebelum
diproses di ripening room.
9) Ripening room
Ripening Room berfungsi untuk menyiapkan larutan viscous yang
bebas udara dan impurities lain karena akan berpengaruh pada
pembentukan fibre. Udara yang masih terkandung dalam larutan viscous
dapat menyebabkan serat terputus pada pembentukan serat di mesin
spinning. Pada unit ini disiapkan larutan viscous yang mempunyai RI
antara 11 – 13 dan BF antara 60 – 70 sekon serta bebas dari udara dan
pengotor lainnya.
Terdapat tiga proses utama yang dilakukan di ripening room yaitu
proses filtrasi, proses deaerasi dan proses pematangan larutan viscose.
Dalam ripening room larutan viscous mengalami tiga tahap penyaringan.
Pertama, larutan viscous dari receiving tank masuk ke dalam filter I
(ukuran lubang saring 30 µm). Filtrat yang bagus masuk intermediate tank
I kemudian filtrasi II (ukuran lubang saring 25μ m). Filtrat masuk ke
intermediate tank II dan dipompakan ke flash deaerator yang divakumkan
dengan memanfaatkan vakum dari ABS system/steam jet ejector. Pada
tahapan ini diinginkan agar gelembung-gelembung udara dapat
dihilangkan. Adanya udara dapat mengganggu proses regenerasi di unit
spinning machine. Selanjutnya larutan viscous dilewatkan melalui strainer
dan dipompakan ke filter III (ukuran lubang saring 20 µm) untuk
selanjutnya ditampung di spinning tank. Viscous reject ditampung dalam
reject tank untuk kemudian dilakukan filtrasi kembali. Reject dari proses
filtrasi viscous reject tersebut kemudian masuk ke filter press.
Viscose yang telah bersih dari kotoran dan udara disimpan dalam
spinning tank di ripening room untuk mematangkan viscose siap
diregenerasi. Derajat kematangan viscous (RI) sangat dipengaruhi oleh BF
dan temperatur, sehingga temperatur ripening room dijaga antara 22 –
230C.
39
Laporan Magang Industri PT.Indo Bharat Rayon
Parameter yang dijaga di departemen viscous PT. Indo Bharat
Rayon adalah sebagai berikut :
1. Kandungan caustic masuk pulper 18,0 – 18,2%
2. Kandungan NaOH di slurry press 15,5 – 15,9%
3. Kandungan selulosa di slurry press 33,5 – 33,9%
4. Viscous mengandung 5,4 – 5,6% NaOH
5. Viscous mengandung 9,1 – 9,3% selulosa
6. Ball fall (BF) viscous 60 – 70 sekon
7. Ripening index (RI) viscous 11 – 13
8. KW (kemampuan viscous menembus spinning) > 450
3.1.2 Departemen Spinning
Departemen spinning berfungsi mengolah larutan viscous menjadi staple
fibre rayon. Proses pembuatan staple fibre rayon ini terdiri dari beberapa tahap,
yaitu: Dope Room, Spinning Machine, Cutter, Recovery Through, After
Treatment, Drying, dan Balling Press.
40
Larutan Viscous Bahan Additive
DOPE ROOM
SPINNING MACHINE
AFTER TREATMENT
RECOVERY THROUGH
DRYING
CUTTER
BALLING PRESS
CS2
Larutan Spinbath
NaOH 18%Hypochlorite& H2O2CH3COOHLarutan Soft Finish
Laporan Magang Industri PT.Indo Bharat Rayon
Gambar 3.2 Diagram Alir Departemen Spinning
1) Dope room
Dope room merupakan unit tempat dilakukannya penambahan zat additive
pada larutan viscous, adapun zat additive yang digunakan, yaitu:
Berrol
Zat additive ini digunakan untuk fibre jenis woven. Fungsi dari
Berrol adalah untuk menambah kekuatan filamen pada proses
stretching (penarikan) dan agar filamen lebih berkilau.
41
Larutan Spinbath
Preparation Tank
Static Mixer
LarutanViscous
Spinning Machine
Laporan Magang Industri PT.Indo Bharat Rayon
Titanium Dioksida (TiO2)
Zat additive ini digunakan untuk fibre jenis non-woven. Titanium
dioksida ini dapat memberikan kesuraman (derajat kekusaman)
pada fibre.
Penambahan bahan additive ini dilakukan dengan menginjeksikannya ke
dalam tangki static mixer yang telah berisi larutan viscous. Dalam static
mixer terjadi pengadukan dengan bubble. Larutan viscous kemudian
dipompakan ke spinning machine dengan menggunakan pump shaft. Pump
shaft ini berfungsi agar larutan viscous yang keluar di setiap lubang
spinneret jumlahnya sama yaitu 0,28-0,30 cc.
2) Spinning Machine
Gambar 3.3 Diagram Alir Spinning Machine
Spinning machine merupakan tempat terjadinya proses regenerasi
larutan viscous menjadi selulosa dalam bentuk filamen dengan
menggunakan larutan spinbath. Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut:
2 (C6H9O4OCS2Na)n + nH2SO4 → 2 (C6H9O4OCS2H)n + nNa2SO4
alksell xanthat
(C6H9O4OCS2H)n → (C6H9O4OH)n + nCS2
42
Laporan Magang Industri PT.Indo Bharat Rayon
PT Indo Bharat Rayon memiliki 6 buah mesin spinning yaitu: M/C
1,2,3,6 untuk produksi staple fibre rayon jenis woven (untuk tekstil) dan
M/C 4 dan 5 untuk produksi staple fibre rayon jenis non-woven.
Dari static mixer larutan viscous dipompakan ke spinning machine
dengan menggunakan pump shaft melalui side A dan Side B. Kemudian
viscous dipompa oleh individual gear pump ke penyaringan candle filter
dan diteruskan melalui goose neck ke unit jet yang dilengkapi fine sieve
sebagai akhir penyaringan viscous sebelum keluar dari lubang spinneret.
Larutan viscous disemprotkan dari arah bawah ke larutan spinbath.
Larutan viscous mengalami regenerasi menjadi selulosa dalam bentuk
filamen yang kemudian filamen tersebut kemudian ditarik oleh guide
roller dan godet kemudian dikumpulkan dan ditarik oleh roller stretch
yang arah putarannya berlawanan arah dengan arah putaran godet. Dari
roller stretch tow diregangkan oleh idle roller dan feed roller. Selama
pemberian tegangan, tow dibersihkan dengan soft water untuk
menghilangkan kandungan asam sulfat.
Pada spinning machine selain terjadi reaksi regenerasi terjadi
penentuan denier (ukuran filamen), tenacity (kekuatan tarik), dan
stretching (kelenturan). Denier ditentukan oleh perbedaan spin dari pump
shaft dan stretching.
Spinneret berbentuk bulat yang terdiri dari 45 mata. Pada setiap
mata terdapat lubang-lubang dengan ukuran ± 50 µ. Jumlah lubang pada
setiap mata spinneret adalah 1500 lubang. Spinneret terbuat dari logam
mulia atau campuran platina-rhodium supaya tahan terhadap sifat korosif
asam sulfat.
Di seksi spinning machine selain terjadi proses utama yaitu
pembentukan filamen juga terjadi reaksi samping yang menghasilkan air
dan natrium sulfat. Kandungan NaOH pada larutan viscous bereaksi
dengan H2SO4 pada larutan spinbath sehingga terjadi pembentukan
43
Laporan Magang Industri PT.Indo Bharat Rayon
Natrium Sulfat yang mengakibatkan meningkatnya kadar Natrium Sulfat
dalam larutan spinbath.
Hasil samping tersebut kemudian ikut ke dalam larutan koagulan
yang menyebabkan larutan koagulan menjadi encer dan perlu di make up.
Larutan spinbath sisa pemakaian dialirkan ke seksi spinbath untuk diolah
kembali hingga komposisinya sesuai dengan limit yang telah ditentukan.
3) Cutter
Setelah mengalami peregangan, tow dipotong menjadi staple
dengan panjang 38 – 51 mm (setting panjang fibre bisa berubah-ubah
sesuai permintaan konsumen). Cutter mempunyai dua pisau yang
terpasang dengan sudut 1200 pada piringan yang berputar. Pada saat
dipotong tow diletakkan dengan posisi tegak lurus terhadap pisau. Posisi
ini diperoleh dengan bantuan semburan air bertekanan 2,5 – 4,5 kg/cm2.
Air tersebut terdiri atas funnel water yang merupakan air sirkulasi dari
sump zone dan ventury water yang merupakan air dari scrubber dengan
suhu keduanya sekitar 900C.
Penggunaan ventury water dilakukan untuk menunjang
penggunaan funnel water agar tangki funnel water tidak kosong karena
sebagian funnel water disirkulasikan ke departemen auxillary untuk
recovery Na2SO4.
44
Separator
CS2 Storage Tank
Scrubber 1st Condenser
2nd Condenser
CS2 Recovery ThroughFibre/Tow
Steam
Uap air dan Uap CS2
3rd Condenser
Laporan Magang Industri PT.Indo Bharat Rayon
4) Recovery Through
Gambar 3.4 Diagram Alir Recovery Through
Recovery through dilakukan untuk mengambil kembali CS2 yang
ada pada staple fibre untuk dikembalikan ke departemen ancillary untuk
selanjutnya mengalami refinery.
Pengambilan CS2 dilakukan dengan menginjeksikan uap air yang
memiliki suhu sekitar 90 oC dari bagian bawah bak recovery through. Uap
air tesebut akan menguapkan CS2 yang terdapat pada fibre.
Campuran uap air dan uap CS2 dijebak oleh air yang keluar dari
scrubber dengan tujuan untuk menghilangkan belerang. Campuran uap
tersebut kemudian dialirkan ke sistem kondensor.
Sistem kondensor terdiri dari tiga buah kondensor yang terpasang
seri. Tujuan dipasang seri adalah untuk menurunkan suhu secara bertahap
sampai mencapai suhu yang diinginkan. Pada kondensor I suhu
dikendalikan dari suhu 940C menjadi 850C, dengan menggunakan soft
water di kondensor II sehingga suhunya turun menjadi 50-60 0C.
Kondensor II posisinya tegak lurus dengan tujuan CS2 yang akan
dipisahkan akan turun ke separator. Pada kondensor II diharapkan gas CS2
sudah terpisahkan. CS2 yang terkondensasi dialirkan ke separator. Larutan
CS2 yang diperoleh ditampung di storage tank. Pada kondensor III suhu
45
Third Wash and Acid Wash
Final Wash
Soft Finish
First Wash andAcid Free Washing
Desulph Wash
Second Wash
Bleach Wash
Fibre
Air Panas
NaOH 18%
Soft Water
Hypochlorite & H2O2
Air
Air Panas & CH3COOH
Lar. Soft Finish (MGR &GA)
Laporan Magang Industri PT.Indo Bharat Rayon
diturunkan kembali mencapai 15-25 0C dengan menggunakan chilled
water. Kandungan CS2 liquid sekitar 45% dan dikirim ke departemen
ancillary. Sementara itu uap yang tidak terkondensasi pada kondensor III
dibuang ke udara melalui chimney.
5) After Treatment
Gambar 3.5 Diagram Alir After Treatment
Serat rayon yang keluar dari recovery through kemudian didorong
keluar oleh funnel water. Mat (fibre yang telah bebas dari CS2) dibawa
oleh conveyor secara perlahan-lahan menuju bak after treatment. Di dalam
bak tersebut akan terjadi proses sebagai berikut :
46
Laporan Magang Industri PT.Indo Bharat Rayon
a. First Wash and Acid Free Washing
Tujuannya untuk menghilangkan cairan spinbath (koagulan berupa
asam-asam) yang terkandung di dalam mat. Pencucian mat dilakukan
dengan menggunakan air panas. Pencucian pertama oleh air dari
ventury dan sisa pencucian itu akan diteruskan ke collector tank
penampungan pencucian pertama yang selanjutnya ke tangki
penampungan luar dan diteruskan ke effluent. Sedangkan funnel water
yang keluar dari recovery through melalui sumpzone diteruskan ke
sumpzone tank.
b. Desulph Wash
Desulph wash merupakan proses pencucian fibre untuk menghilangkan
sulphur dengan menggunakan NaOH 18%. Reaksi kimia yang terjadi
adalah sebagai berikut :
2 NaOH + H2S→ Na2S + 2 H2O
Na2S + H2S → 2 NaSH
Na2S + n S → Na2S(n+1)
6 NaOH + 8 S → 2 Na2S2O3 + Na2S + 3 H2S
c. Second Wash
Proses yang terjadi pada desulf wash adalah pencucian mat dengan soft
water, tujuannya untuk membersihkan sisa desulf bath yang bersifat
alkali sehingga dapat mengurangi alkalinitas air.
d. Bleach Wash
Pada zone bleaching dilakukan proses pemutihan mat dengan
menggunakan larutan pemutih pada suhu operasi sekitar 600C. Larutan
pemutih yang digunakan adalah hypochlorite dan hydrogen peroksida.
Oksigen yang terkandung berfungsi sebagai pemutih dengan cara
mengoksidasi zat-zat pengotor yang terdapat di dalam mat. Larutan
sisa pencucian dialirkan kembali ke bleach bath circulation secara
continue dan dipekatkan dengan penambahan larutan pemutih sehingga
dapat digunakan kembali untuk proses bleaching.
47
Laporan Magang Industri PT.Indo Bharat Rayon
e. Third Wash and Acid Wash
Tahap selanjutnya adalah third wash yaitu pencucian mat dengan air.
Tujuannya untuk membersihkan sisa larutan pemutih yang ada di
dalam mat. Air pencuci yang digunakan berasal dari air bekas
pencucian pada Acid Wash.
f. Final Wash
Pencucian terakhir dilakukan dengan menggunakan air pada suhu 500C
dan asam asetat. Pencucian ini dilakukan untuk membersihkan
pengotor yang masih ada dalam mat. Fungsi larutan asam asetat adalah
untuk menetralkan larutan NaOH yang masih terkandung di dalam
mat.
g. Soft Finish
Mat dicuci dengan menggunakan larutan pencuci Honol (MGR dan
GA) untuk fibre jenis reguler dan Prapeanol/Avilan untuk fibre jenis
non-woven. MGR berfungsi untuk melembutkan serat dan GA
berfungsi untuk menghilangkan gaya elektrostatik serat. Gaya
elektrostatik ini dapat menyebabkan serat saling menempel dan sulit
untuk dilepaskan. Konsentrasi larutan soft finish dipertahankan dengan
cara penambahan soft finish ke dalam soft finish bath circulation tank
sehingga dapat dicapai nilai oil pick up (OPU) sesuai dengan limit
yang telah ditentukan yaitu 0,32-0,36 (tergantung dari jenis fibre dan
quality yang diinginkan customer).
6) Drying
Proses pengeringan ini dimaksudkan untuk menghilangkan kandungan air
yang masih terdapat dalam fibre. Sebelum masuk dryer, mat dialirkan ke
mesin pencabik (comber). Pencambikan ini berfungsi untuk menguraikan
mat sehingga fiber tidak menggumpal. Dengan demikian akan memperluas
permukaan kontak antara udara dan serat dan lebih mudah dikeringkan.
Dryer dilengkapi dengan drum yang berputar searah dan dan sebagai
pemanas digunakan steam coil. Steam masuk melalui coil dengan laju
48
Laporan Magang Industri PT.Indo Bharat Rayon
5,942 Ton/h dan suhu 309,3 oC. Panas yang timbul pada coil dihisap oleh
fan untuk kemudian panas tersebut digunakan untuk mengeringkan fibre.
Unit dryer dibagi dalam 9 zona, yaitu zona A1-A dan Zona B1-B4. Proses
pengeringan ini berlangsung secara bertahap, masing-masing zone
mempunyai suhu pengeringan yang berbeda-beda. Perpindahan serat dari
zona A ke ona B adalah dengan menggunakan conveyor, serat menempel
pada conveyor karena adanya tekanan dari sirkulasi pada fan.
7) Balling Press
Setelah melalui proses drying, staple fibre rayon mengalami pengepresan
dan siap dipasarkan dalam bentuk bale dengan berat 250 – 270 kg/bale.
Fiber dari balling press melalui feed roller diteruskan ke bagian bawah
feeder box yang dilengkapi dengan pengatur berat. Pengisian terus
dilakukan sampai mencapai berat yang telah diset dan dipress sesuai
dengan setting yang telah ditentukan. Jika fiber sudah penuh dalam box
maka secara otomatis akan berputar 1800 ke arah sebaliknya sehingga box
yang kosong siap diisi fiber berikutnya sedangkan box yang sudah penuh
siap dibungkus dan diikat dengan kawat. Proses selanjutnya sebelum
masuk gudang, bale ditimbang beratnya dan ditulis berat aktualnya
termasuk nomor bale dan label bar code, selanjutnya melewati sensor
moisture. Jika kadar air antara 9-13% maka bale siap disimpan dalam
ware house sedangkan yang kadar airnya melebihi dari limit maka
dikembalikan ke dalam dryer.
3.2 Proses Penunjang
Proses penunjang di PT. Indo Bharat Rayon, antara lain:
a) Proses pengolahan larutan spinbath hasil regenerasi larutan viscous di
departemen spinning dan memproduksi produk samping berupa
natrium sulfat anhydrous yang terjadi di Departemen Auxilliary.
b) Proses penyediaan larutan asam sulfat dan proses pemurnian CS2 yang
terjadi di Departemen Ancillary.
49
LARUTAN SPINBATH DARI DEPT.SPINNING
BOTTOM TANK
FILTER FILTER
TOP TANK
ACID ADDITION ZINK ADDITION
EVAPORATOR MSFE
LARUTAN SPINBATH KE DEPT.SPINNING
Laporan Magang Industri PT.Indo Bharat Rayon
3.2.1 Departemen Auxillary
Departemen Auxilliry bertugas untuk menangani acid recovery dan salt
recovery. Maksud dari penanganan acid recovery yaitu menampung return acid
(larutan spinbath) dari spinning departemen dan mengendalikan konsentrasi acid
agar dapat digunakan kembali oleh spinning departemen, sedangkan penanganan
salt recovery yaitu mengambil produk samping yang terbentuk yaitu sodium
sulphate (Na2SO4) yang terbentuk akibat reaksi antara larutan viscous dan larutan
spinbath yang dihasilkan dari proses regenerasi di departemen spinning.
Departemen auxilliary ini memiliki enam seksi, yaitu :
1. Seksi spinbath
2. Seksi evaporator
3. Seksi crystallizer
4. Seksi calcination
5. Seksi dryer
6. Seksi bagging
1) Seksi spinbath
Gambar 3.6 Diagram Alir Seksi Spinbath
50
Laporan Magang Industri PT.Indo Bharat Rayon
Seksi spinbath ini bertugas untuk merecovery larutan return spinbath dari
seksi spinning machine di departemen spinning sehingga didapatkan
larutan spinbath yang sesuai persyaratannya untuk kembali dikirimkan ke
seksi spinning machine. Larutan return spinbath memiliki kandungan air
yang cukup besar sebagai hasil reaksi antara asam (H2SO4) dengan basa
(NaOH) yang juga menghasilkan garam glauber. Komposisi larutan return
spinbath adalah sebagai berikut :
Na2SO4 = 340-350 g/L
H2SO4 = 131,5-132,5 g/L
ZnSO4 = 9-10 gr/L
Kandungan tersebut sewaktu-waktu dapat berubah, bergantung dari
ball fall dan ripening index (RI) dari larutan viscousyang diumpankan dari
viscous departemen ke spinning departement. Kondisi operasi larutan
spinbath yang harus tetap dijaga yaitu suhu 48-49 oC, spgr 1,320-1,350,
dan spinbath flow ke spinning sekitar 600 m3/jam (atau dapat berubah
sesuai permintaan dari spinning).
Larutan spinbath yang mengandung H2SO4 bereaksi dengan larutan
viscous yang mengandung NaOH yang terjadi pada proses pembuatan
filamen fiber di departemen spinning, reaksi sebagai berikut :
2 NaOH + H2SO4 → Na2SO4 + 2 H2O
Larutan return spinbath dari spinning machine terlebih dahulu
dilewatkan ke dalam strainer sehingga cairan viscous yang terbawa dapat
tersaring kemudian dipompakan masuk ke dalam bottom tank. Dari bottom
tank aliran dibagi menjadi dua aliran. Sebagian diumpankan ke dalam
Evaporator dan sebagian lagi disirkulasikan ke dalam top tank. Hal ini
dilakukan agar larutan spinbath didalam top tank tidak terlalu pekat. Di
dalam bottom tank terjadi penambahan larutan H2SO4 70% hasil dari
pengenceran H2SO4 98% di seksi kristalizer. Penambahan ini berfungsi
untuk menjaga agar konsentrasi H2SO4 dalam spinbath berada pada
rentang 131,5 – 132,5 gr/l. selain ditambahkan dengan asam sulfat, larutan
51
Laporan Magang Industri PT.Indo Bharat Rayon
spinbath juga ditambahkan Berrol 637 sebagai koagulan untuk mengikat
impurities yang terdapat didalam larutan spinbath sehingga menggumpal
dan mudah untuk disaring. Penambahan berrol 637 ini menyebabkan
terbentuknya busa sehingga untuk menghilangkan busa larutan spinbath
ditambahkan Berrol 730. Di dalam bottom tank, larutan spinbath juga
ditambahkan ZnSO4 yang berfungsi sebagai retander untuk memperlambat
reaksi netralisasi yang bersifat searah dan berlangsung cepat. Dengan
penambahan ZnSO4 serat/filamen yang terbentuk tidak akan mudah putus
karena tidak terbentuknya rongga-rongga udara.
Untuk menjaga limit kandungan Na2SO4 di dalam larutan spinbath,
maka larutan spinbath dialirkan ke dalam reagen bath tower (RBT) untuk
ditampung dan selanjutnya diproses menjadi kristal Na2SO4 pada unit
crystallizer. Hasil reaksi pembuatan fiber berupa air mengakibatkan
bertambahnya volume larutan spinbath dan menurunkan nilai spgr,
sehingga digunakan evaporator untuk menurunkan kadar airnya.
Sedangkan untuk menjaga temperatur spinbath sesuai dengan limit yang
ditetapkan yaitu dengan cara mempertahankan temperatur outlet dari
evaporator.
Larutan spinbath yang ditampung di bottom tank dipompakan ke
filter kemudian dilanjutkan ke top tank. Media filter yang digunakan
terdiri dari bed yang tersusun atas batu, kerikil, dan pasir yang disangga
oleh plat berlubang-lubang kecil. Proses penyaringan bertujuan untuk
menghilangkan kotoran-kotoran pada larutan spinbath. Spinbath yang
sudah bersih dan ditampung di top tank dialirkan ke spinning machine
untuk digunakan sebagai larutan koagulan. Selanjutnya larutan spinbath
tersebut dialirkan kembali ke bottom tank dan begitu seterusnya sehingga
terjadi sirkulasi.
Dengan menggunakan pompa transfer larutan spinbath
dipompakan melewati filter menuju ke unit evaporator dan aliran keluar
dari evaporator dipompakan ke top tank. Larutan spinbath dari bottom
52
FILTER
LARUTAN SPINBATH DARI BOTTOM TANK
HEAD TANK
VESSEL 13
VESSEL 14
A11 SAMPAI A1
SIGRI HEATER (H1)
VESSEL 1 SAMPAI VESEEL 12
THICKBATH TANK
TOP TANK
Laporan Magang Industri PT.Indo Bharat Rayon
tank juga dipompa melewati filter menuju ke seksi crystallizer dengan
aliran balik dialirkan ke bottom tank.
Untuk menghilangkan gas yang terjebak dalam larutan spinbath
dilakukan proses pemisahan pada digesser yang berada dalam kondisi
vakum. Larutan spinbath dialirkan ke dalam vacuum vessel sehingga gas
yang bertekanan rendah akan menguap. Uap yang kontak diserap oleh air
yang ada pada mixing condenser (MK) dan heater condenser (HK),
kemudian dilairkan ke sealpot.
2) Seksi Evaporator
Gambar 3.7 Diagram Alir Seksi Evaporator
53
Laporan Magang Industri PT.Indo Bharat Rayon
Dalam seksi ini terjadi proses penguapan, penguapan adalah
konversi dari suatu bahan cair ke dalam suatu wujud gas. Cairan yang
masuk ke unit evaporator adalah cairan spinbath yang telah digunakan di
spinning departement. Cairan spinbath yang keluar dari spinning
departement mengandung banyak air, sehingga akan menyebabkan
konsentrasi H2SO4 turun sedangkan konsentrasi larutan Na2SO4 akan
meningkat. Setiap produksi 1 Ton fiber maka air yang dikembalikan dari
spinning ke dept.auxilliary sebanyak 7,6 m3/jam. Oleh karena itu, air
harus dipisahkan dari cairan spinbath dengan cara penguapan. Penguapan
cairan spinbath ini dimaksudkan untuk meningkatkan konsentrasi larutan
spinbath dan mengembalikannya pada komposisi awal agar dapat
digunakan kembali di spinning department.
PT. Indo Bharat Rayon memiliki tiga belas unit evaporator yang
menggunakan sistem Multi Stage Flash Evaporator (MSFE). Setiap mesin
spinning memiliki sumber larutan spinbath dari evaporator masing-
masing, yaitu:
M/C 1 menggunakan evaporator 3
M/C 2 menggunakan evaporator 1 dan 2
M/C 3 menggunakan evaporator 4 dan 6
M/C 4 menggunakan evaporator 8 dan 9
M/C 5 menggunakan evaporator 10 dan 11
M/C 6 menggunakan evaporator 12 dan 13
Sedangkan evaporator 5 dan 7 bersifat fleksibel dapat digunakan jika
terjadi masalah atau kekurangan pada evaporator lain.
Setiap unit evaporator terdiri dari 1 Heater, 14 stage vessel dan 11
preheater. Kapasitas penguapan evaporator dibagi menjadi dua bagian,
yaitu :
1. Evaporator kapasitas besar (evaporator 2, 3, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11,12
dan 13) dapat menguapkan 45 m3/jam.
2. Evaporator kapasitas kecil (evaporator 1 dan 4) dapat menguapkan
20 m3/jam.
54
Laporan Magang Industri PT.Indo Bharat Rayon
Evaporator beroperasi pada tekanan vakum dengan menggunakan
steam ejector dan pompa vakum dengan tekanan yang semakin rendah dari
vessel 1 sampai vessel 14. Mula-mula larutan return spinbath dipompakan
oleh feed pump ke head tank dengan terlebih dahulu dilewatkan ke
strainer yang berfungsi menyaring larutan viscous yang terbawa oleh
larutan spinbath. Kemudian larutan spinbath masuk ke dalam bottom tank,
dari bottom tank larutan spinbath dibagi menjadi dua aliran yaitu
dipompakan menggunakan labour pump menuju top tank melalui filter
berukuran 100 mesh. Jumlah filter yang digunakan setiap mesin berbeda-
beda, yaitu:
M/C 1 : 4 unit filter
M/C 2 : 4 unit filter
M/C 3 : 4 unit filter
M/C 4 : 4 unit filter
M/C 5 : 5 unit filter
M/C 6 : 5 unit filter
Sedangkan untuk aliran satunya dilewatkan ke dalam evaporator
sistem MSFE. Pembagian aliran pada bottom tank ini bertujuan agar
larutan spinbath didalam top tank tidak terlalu pekat.
Larutan spinbath dari bottom tank dipompakan oleh feed pump
menuju head tank denga terlebih dahulu dilewatkan ke dalam strainer dan
filter untuk menyaring kotoran yang terbawa. Dari head tank larutan
return spinbath masuk ke dalam vessel 13 pada suhu 45,9 oC. Aliran dari
satu vessel ke vessel lainnya terjadi karena adanya perbedaan tekanan.
Tekanan di V1 ke V14 semakin tinggi sehingga suhu penguapan air
semakin rendah. Dari V14 return bath dialirkan ke dalam preheater A11,
dimana preheater ini terdiri dari shell dan tube dengan pola aliran 1-4
pass. Proses berlangsung demikian seterusnya sampai preheater A1. Dari
preheater 1 (A1) pemanasan dilanjutkan ke dalam sigri heater (H1) yang
dipanaskan menggunakan low pressure steam sebesar 1,8 bar dengan laju
5 Ton/jam hingga suhunya mencapai 105oC.
55
Laporan Magang Industri PT.Indo Bharat Rayon
Steam kondensat yang keluar dari sigri heater (H1) masuk kedalam
Flash Vessel (FLV) yang berjumlah tiga buah dan uap yang dihasilkan
dimanfaatkan untuk memanaskan preheater 1, 6, dan 11. Sedangkan pH
steam condensate adalah netral (pH=7) dan konduktivitasnya rendah.
Steam condensate selanjutnya masuk ke sealing pot untuk dikirim lagi ke
boiler house untuk diproses menjadi steam kembali.
Dari H1 larutan masuk ke dalam vessel 1 (V1) kemudian ke dalam
vessel 2 (V2) sampai ke dalam vessel 12 (V12) dan akhirnya dikeluarkan ke
dalam thick bath tank dan selanjutnya masuk ke top tank untuk dikirim
kembali sebagai larutan spinbath ke unit spinning machine di departemen
spinning. Suhu pada masing-masing vessel yaitu
Vessel 1 (V1) suhu 93,7oC
Vessel 2 (V2) suhu 93,7oC
Vessel 3 (V3) suhu 90,7oC
Vessel 4 (V4) suhu 86,3oC
Vessel 5 (V5) suhu 80,3oC
Vessel 6 (V6) suhu 75,7oC
Vessel 7 (V7) suhu 70,7oC
Vessel 8 (V8) suhu 65,2oC
Vessel 9 (V9) suhu 62,4oC
Vessel 10 (V10) suhu 60,4oC
Vessel 11 (V11) suhu 59oC
Vessel 12 (V12) suhu 48,2oC
Vessel 13 (V13) suhu 45,9oC
Vessel 14 (V14) suhu 98,5oC
Uap air yang dihasilkan V1 dialirkan ke preheater 1 sama halnya
dengan uap yang dihasilkan pada vessel yang lainnya. Khusus untuk vessel
12,13, dan 14 uap yang dihasilkan serta steam dari steam jet ejector
dialirkan ke dalam Mixer Kondensor (MK) yang berada dalam kondisi
vakum dengan tekanan 80-100 mbar sehingga terjadi kontak dengan air
yang berasal dari cooling tower dengan suhu 320C. MK berfungsi untuk
56
REAGEN BATH TOWER (RBT)
LARUTAN SPINBATH DARI BOTTOM TANK
VK1, VK 2 , VK 3
Laporan Magang Industri PT.Indo Bharat Rayon
mengatur suhu di thick bath tank. Uap yang belum terkondensasikan
dialirkan ke dalam heater condensor (HK) dengan tekanan yang lebih
rendah sehingga suhu turun dari 45,9oC menjadi 36,2oC. HK berfungsi
untuk menjaga kestabilan vakum dalam sistem ±80 mbar. Kemudian uap
dikontakkan dengan air yang berasal dari cooling tower sehingga terjadi
kondensasi. Kondensat dari MK dan HK dialirkan ke dalam MK water
seal pot untuk didinginkan di cooling tower, sedangkan uap yang tidak
mengembun akan dibuang melalui exhaust.
Kemampuan evaporator untuk menguapkan air dalam larutan
return spinbath sangat dipengaruhi oleh efisiensi perpindahan panas di
dalam evaporator. Efisiensi perpindahan panas dapat terganggu oleh
adanya endapan sulpur yang menempel pada dinding shell dan tube di
bagian preheater. Untuk menghilangkan endapan sulpur ini biasanya
dilakukan dengan cara pencucian menggunakan larutan NaOH 4% pada
suhu 80oC. Kemudian dibilas menggunakan softwater dengan suhu 30oC.
Rentang pencucian dilakukan setiap 2 minggu sekali atau jika efisiensi
evaporator turun.
3) Seksi Crystallizer
57
Laporan Magang Industri PT.Indo Bharat Rayon
Gambar 3.8 Diagram Alir Seksi Crytallizer
Crystallizer berfungsi untuk memisahkan satu atau lebih
komponen dari larutannya berdasarkan perbedaan titik bekunya.
Crystallizer ini berfungsi untuk mengambil Na2SO4 di dalam larutan
spinbath yang dihasilkan selama proses regenerasi. Pada crystallizer
tersebut tidak langsung dihasilkan natrium sulfat tetapi yang dihasilkan
berupa glauber salt (Na2SO4.10H2O) sehingga perlu dilakukan
pernghilangan air yang masih tersisa yang dilakukan dalam proses
calcinations. Selama proses regenerasi di seksi spinning machine,
konsentrasi Na2SO4 akan terus menigkat. Reaksi yang terjadi :
2 NaOH + H2SO4 → Na2SO4 + 2 H2O
Pada dasarnya kristal Na2SO4 akan terbentuk pada suhu 12°C. Jadi
fungsi crystallizer adalah menurunkan suhu spinbath dari 48-50°C
menjadi 120C.
Proses diawali dengan larutan spinbath dialirkan ke dalam strainer
dan filter untuk menyaring kotoran yang terbawa oleh larutan spinbath.
Kemudian untuk menurunkan suhu larutan ini dilewatkan heat exchanger.
58
Laporan Magang Industri PT.Indo Bharat Rayon
Selanjutnya larutan spinbath di alirkan ke VK0 (VK = Pre Cooler) yang
divakumkan oleh bath condenser 0 sehingga uap dari VK0 akan masuk ke
dalam BK0 yang dikondensasikan dengan menggunakan air dari cooling
tower. Kondensat dari BK0 ditampung ke dalam hot well untuk
selanjutnya dialirkan kembali ke cooling tower.
Larutan kemudian masuk ke VK1 pada suhu 38,1oC yang
divakumkan oleh BK3 (suhu 36,6oC). Kemudian masuk ke VK2 pada suhu
34,2oC yang divakumkan oleh BK2 (suhu 32,3oC), selanjutnya masuk ke
VK3 pada suhu 29,7oC yang divakumkan oleh BK1 (suhu 28,4oC). Proses
kondensasi yang dilakukan di BK1, 2 dan 3 dilakukan menggunakan
larutan mother liquor larutan spinbath yang berasal dari unit RVF (Rotary
Vaccum Filter). Kondensat dari BK 1, 2 dan 3 ditampung di dalam
Mother Liquor Tank yang selanjutnya dialirkan ke bottom tank. Rangkaian
alat ini merupakan precooler yang berfungsi sebagai pendinginan awal.
Larutan kemudian masuk ke dalam alat crystallizer berupa vessel.
Alat ini terdiri atas 3 Vessel yang divakumkan oleh Mixing Kondensor
(MK) dengan bantuan steam ejector dengan tekanan 14-15 bar. Dimana
vessel 1 dan 2 (K1 dan K2) divakumkan oleh MK2 dan vessel 3 (K3)
divakumkan oleh MK 1. Larutan yang digunakan untuk kondensasi berupa
larutan H2SO4 98% karena larutan tersebut mudah menyerap air.
Kondensasi menyebabkan turunnya konsentrasi larutan H2SO4 98%
menjadi 70%.
Larutan spinbath dari VK3 dialirkan ke vessel pertama (K1),
dimana di dalam K1 ini larutan spinbath mengalami penurunan suhu
karena kondisi vakum. Tiap vessel memiliki vakum yang berbeda
mengakibatkan terjadinya penurunan suhu larutan return spinbath secara
bertahap. Dari K1 suhu diturunkan hingga 15,5oC. Kemudian masuk ke K2
dan diturunkan suhunya hingga 14oC dan akhirnya keluar dari K3 pada
suhu 10-11oC. Vessel dilengkapi dengan lubang kecil yang berfungsi untuk
pembentukan gelembung yang dapat difungsikan sebagai agitator.
59
SETTLER TANK
TRIPLE EFFECT EVAPORATOR
MELTER TANK
SETTLER TANK
TFF (TOP FEED FILTER)
GLAUBER SALT (Na2SO4.10H2O ) DARI MELTER TANK
Laporan Magang Industri PT.Indo Bharat Rayon
Larutan return spinbath yang keluar dari K3 kemudian dipompakan
oleh salt pump ke dalam Magma Tank yang berfungsi sebagai tempat
penampungan sebelum dialirkan ke Rotary Vacum Filter (RVF). Kondisi
vakum terjadi dengan bantuan blower bertekanan 200 mmHg sehingga
kristal Na2SO410H20 dapat terpisahkan dari mother liquor. Kristal
Na2SO410H20 masuk ke dalam melter dan selanjutnya masuk ke unit
calcination sedangkan mother liquor ditampung di dalam seal pot dan
dialirkan ke dalam BK1.
4) Seksi Calcinations
Gambar 3.9 Diagram Alir Seksi Calcinations
Calcimation merupakan proses lanjutan dari proses crystallization,
untuk memisahkan air yang masih terkandung dalam glauber salt sebesar
10% sehingga diperoleh Na2SO4 dengan kadar air 0,05%.
Proses Kalsinasi ini menggunakan sistem Triple Effect Evaporator.
Proses Kalsinasi berlangsung dalam VDK yang tersusun secara seri.
60
Laporan Magang Industri PT.Indo Bharat Rayon
Proses dimulai dari glauber salt didalam melter tank yang dipertahankan
pHnya pada 5,6-6,5 dengan cara penambahan kaustik 26% yang berfungsi
untuk menetralkan sisa H2SO4 yang masih terbawa. Kemudian masuk ke
dalam Triple Effect Evaporator (VDK1, 2,dan 3). Kondisi masing-masing
VDK sebagai berikut:
VDK1 : suhu 95oC
Tekanan 100 mmHg
VDK2 : suhu 75-85oC
Tekanan 500-600 mmHg
VDK3 : suhu 60-65oC
Tekanan 800-900 mmHg
Di dalam VDK glauber salt disirkulasikan ke dalam Heat
Exchanger (HE). HE1 dipanaskan dengan steam 1,8-2 bar dengan laju 1-5
Ton/jam. Sedangkan HE2, dan HE3 dipanaskan dengan uap yang keluar
dari VDK1 dan VDK2.
Outlet dari VDK3 ditampung kembali ke dalam melter yang
selanjutnya dipompakan menuju settler yang berfungsi sebagai
penampung dan pengumpan kristal Na2SO4 ke dalam Top Feed Filter
(TFF). Sedangkan uap yang keluar dialirkan ke dalam Mixing Kondensor
(MK) dan kondensatnya ditampung di dalam seal pot.
TFF adalah vakum filter yang berputar dan terbuat dari stainless
stell. Slurry NFL (Neutral Feed Liqour) yang telah siap akan difiltrasi di
TFF filter dengan menggunakan pompa transfer melter melalui settler.
Sodium akan terfilter dan mother liquor akan dikembalikan ke melter.
Pada proses ini juga terdapat penambahan hypoclorit yang berfungsi
sebagai zat pemutih. Nilai whiteness yang diinginkan untuk kristal Na2SO4
yaitu 88-90%.
5) Seksi Dryer
61
Laporan Magang Industri PT.Indo Bharat Rayon
Kristal natrium sulfat basah dari TFF dimasukkan dalam pipa dryer
bersamaan dengan udara panas yang mengalir ke atas sehingga terjadi
kontak sepanjang pipa. Selama proses pengontakkan tersebut maka akan
terjadi penguapan air. Udara pengering yang digunakan dipanaskan oleh
gas panas hasil pembakaran solar yang dilakukan dalam Chamber. Udara
luar dihembuskan dan dibakar dengan solar yang dispraykan ke dalam
Chamber. Udara panas dengan suhu 450°C ditarik dengan exhaust fan dari
atas dengan laju tertentu sehingga kristal natrium sulfat basah terfluidisasi
di dalam pipa.
Aliran udara yang keluar dari dryer dimasukkan ke cyclone untuk
memisahkan kristal hasil pengeringan. Di dalam cyclone kristal akan turun
ke bawah sedangkan gasnya ikut keluar di delivery exhaust fan. Suhu
udara keluar dari dryer adalah 1750C dengan kandungan air 0,01% di
dalam kristal Na2SO4. Produk akhir Na2SO4 harus memenuhi beberapa
kriteria di bawah ini:
Kemurnian : min.99,5%
pH kristal : 5,6-6,5
moisture : max 0,10%
Berger (kilat) : 78-82%
6) Seksi Bagging
Natrium sulfat anhydrous yang telah mengalami proses drying
kemudian ditampung di silo dan dikemas menggunakan karung dengan
bagging machine yang bekerja secara otomatis. Jumlah mesin bagging ada
dua. Kapasitas produksi setiap mesin adalah 70 ton/hari dan dikemas
dalam karung dengan berat 25, 50 dan 1000 kg.
7) Seksi Steam Condensate
62
Laporan Magang Industri PT.Indo Bharat Rayon
Steam yang telah digunakan kemudian terkondensasi menjadi
steam condensate dengan temperatur kira-kira 60°C, kemudian dikirim
kembali ke Power Plant untuk diolah menjadi steam kembali.
3.2.1 Departemen Ancillary
Ancillary Department merupakan departemen yang bertugas menyediakan
larutan asam sulfat untuk auxillary department dan spinning department. Tugas
pokok dari Ancillary department terbagi menjadi 3 tugas, yaitu: Acid Plant, CS2
Refinery Plant, dan Waste Sulphuric Acid Plant.
1) Acid Plant
Departemen ancillary memiliki dua acid plant bertugas untuk
memproduksi H2SO4 98,5%. Acid plant 1 memiliki kapasitas 150 ton/hari,
Acid plant 2 memiliki kapasitas 120-130 Ton/hari, dan Acid Plant 3
memiliki kapasitas 150 Ton/hari. Proses pembuatan dilakukan dengan
proses kontak antara sulfur cair dengan udara kering menggunakan katalis
vanadium pentoksida (V2O5), yang berfungsi mengkonversi SO2 menjadi
SO3.
Bahan baku dari pembuatan H2SO4 ini adalah sulphur cair dan
udara kering. Udara yang akan dikontakkan terlebih dahulu dilewatkan ke
menara pengering (drying tower) yang digerakkan oleh blower. Drying
tower berisi packing yang terbuat dari keramik. Proses pengeringan udara
dilakukan dengan menggunakan asam sulfat sebagai absorben untuk
menyerap uap air yang terkandung dalam udara. Penggunaan udara kering
ini bertujuan untuk mencegah korosi pada converter dan pipa-pipa serta
mencegah kerusakan katalis, karena air merupakan racun katalis.
Proses pembakaran sulfur oleh udara kering terjadi dalam furnace
pada suhu 900-1000 oC. Reaksi pembakaran tersebut bersifat eksotermis
sehingga kalor yang dihasilkan dapat digunakan pada boiler untuk
menghasilkan steam. SO2 yang terbentuk dari proses pembakaran ini
63
Laporan Magang Industri PT.Indo Bharat Rayon
selanjutnya dialirkan ke converter. Reaksi yang terjadi pada furnace
adalah sebagai berikut:
S + O2 → SO2
Sebelum masuk converter, SO2 dilewatkan pada cartridge filter
terlebih dahulu untuk menyaring pengotor yang terbawa oleh SO2. Dalam
converter terdapat katalis vanadium pentoksida (V2O5). Katalis tersebut
berfungsi mempercepat reaksi oksidasi SO2. Converter terdiri dari 5 Bed.
SO2 yang masuk Bed 1 memiliki suhu 440 oC kemudian bereaksi dengan
oksigen membentuk SO3. Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut:
SO2 + ½ O2 → SO3
SO3 yang keluar dari Bed 1 memiliki suhu 590 oC. suhu keluaran
yang tinggi tersebut kemudian digunakan untuk menghasilkan steam pada
boiler 2. Pemanfaatan panas tersebut mengakibatkan penurunan suhu pada
suhu keluaran boiler 2. Suhu SO3 yang masuk Bed 3 adalah 440 oC dan
suhu keluarannya adalah 590 oC. SO3 keluaran tersebut kemudian dialirkan
ke tube side heat exchanger. Dalam heat exchanger tersebut SO3
mengalami pendinginan oleh soft water yang dialirkan di bagian shell
sehingga suhu SO3 turun menjadi 440 oC. Dari heat exchanger SO3
dialirkan ke Bed 3A (Bed 3 pada plant 1) dan kemudian masuk ke Bed 3B
(Bed 4 pada Plant 1). Keluaran dari Bed 3B masuk ke tube side hot heat
exchanger (SO3 cooler) dan tube side cold heat exchanger. Setelah itu
masuk ke economizer Interpass Tower. Pada alat tersebut SO3 mengalami
penndinginan dengan menggunakan soft water. Lalu masuk ke Interpass
Tower untuk dikontakkan dengan H2SO4 dan membentuk oleum (H2S2O7)
untuk kemudian dialirkan ke circulation tank. Reaksi yang terjadi adalah
sebagai berikut:
SO3 + H2SO4 → H2S2O7
H2S2O7 + H2O → 2 H2SO4
64
Laporan Magang Industri PT.Indo Bharat Rayon
SO3 yang belum terikat dengan H2SO4 dialirkan ke candle mist
eliminator. Dalam candle mist eliminator gas-gas pengotor tertangkap
oleh acid besi yang terdapat di dalamnya. Dari candle mist eliminator SO3
dialirkan kembali ke cold heat exchanger, hot heat exchanger, dan heat
exchanger pada bagian shellnya. Kemudian SO3 masuk kemali ke
converter Bed 4. SO3 yang keluar dari Bed 4 (Bed 5 pada Plant 1)dialirkan
ke Final Absorption Tower Economizer untuk dikontakkan kambali
dengan acid. Gas SO3 yang masih terlepas atau tidak kontak dengan acid
masuk ke scrubbing tower yang didalamnya terdapat air yang
disemprotkan untuk menangkap SO3. SO3 yang masih belum terikat
dibuang melalui chimney.
65
Laporan Magang Industri PT.Indo Bharat Rayon
2) CS2 Refinery Plant
Plant ini berfungsi untuk melakukan pemurnian terhadap CS2 dari
department spinning melalui proses distilasi.
Kualitas CS2 crude adalah kandungan H2S ± 40 ppm dan total solid 130
ppm. Sedangkan kualitas yang diperlukan adalah kandungan H2S ± <5
ppm dan total solid <50 ppm.
Proses refinery berfungsi untuk memurnikan atau memisahkan suatu
cairan dari zat-zat pengotor yang terbawa ketika proses, misalnya sulfur
yang terlarut dan H2S. Dari tank CS2 dialirkan ke storage tank dengan
menggunakan tekanan nitrogen kemudian dipress masuk unit refinery. CS2
crude diumpankan ke dalam still I (distilasi I) dimana di dalam reservoar
dialirkan steam dengan sistem close steam pada tekanan 2,5 bar dan suhu
120 – 1300C. Fraksi uap akan dikondensasikan pada kondensor melalui 2
pass, sebagian kondensat diambil sebagai produk dan sebagian lagi
dikembalikan ke dalam still reflux. Aliran bawah dari still I yang
dilengkapi dengan sistem pemanasan koil pada suhu 46 – 480C kemudian
dialirkan ke still II. Sedangkan fraksi uap akan dikondensasikan di
kondensor dan kondensat diambil sebagai produk dan sebagian lagi
dikembalikan sebagai refluks. Kedua produk ini disimpan di refine storage
tank dan siap dipressing ke departemen viscous.
Suhu di still II yaitu 500C. Aliran bawah dari still II dialirkan ke sulfur
separator yang dilengkapi dengan sistem pemanasan koil. Separator
berfungsi untuk memisahkan sulfur dengan fraksi ringan (uap), fraksi uap
akan terkondensasi di kondensor dan fraksi berat sulfur dikeluarkan dan
dikembalikan untuk dicairkan dan dimurnikan lagi. Sedangkan gas yang
tidak terkondensasi masuk ke tail gas condenser dengan tujuan untuk
memperbaiki kualitas.
Kondensat dari sulfur separator kondensor total diumpankan ke dalam
still II sedangkan H2S dipisahkan reflux condenser. Selanjutnya gas
dilewatkan ke dalam oil scrubber system yang fungsinya untuk
67
Laporan Magang Industri PT.Indo Bharat Rayon
menangkap CS2 yang lolos tidak ikut terkondensasi, sedangkan gas H2S
yang tidak terkondensasi akan ditampung di gas holder. Pada gas holder
terjadi proses pembakaran H2S sehingga yang terbuang ke udara dalam
bentuk SO2 karena H2S merupakan gas yang berbahaya. Menara distilasi
diisi dengan packing yang terbuat dari keramik untuk memperluas kontak
permukaan dan mempercepat perubahan fasa cair menjadi fasa gas.
Product condenser menggunakan air biasa dengan suhu 28 – 300C,
sedangkan reflux, tail gas, dan sulfur separator menggunakan chilled
water dengan suhu 8 – 90C yang diproduksi oleh departemen viscous.
Jumlah storage tank penampungan CS2 yang digunakan adalah 18 buah
dengan kapasitas masing-masing tangki 45 Ton. Storage tank no. 1, 2, 3,
dan 4 berasal dari CS2 recovery dari departemen spinning. Storage tank
no. 5, 6, dan 7 merupakan penampungan CS2 dari refinery dan storage
tank no. 8 – 18 merupakan tangki penampungan CS2 dari PT. Indo Raya
Kimia.
3) Waste Sulphuric Acid Plant
Waste Sulphuric Acid Plant berfungsi untuk merecovery gas dari
spinning untuk diubah jadi H2SO4 (Treatment limbah gas).
Proses diawali dari pencucian lean gas yaitu limbah gas yang
berasal dari departemen spinning. Proses pencucian dilakukan dalam
scrubber (ventury washer) dengan menggunakan air. Air yang dialirkan
pada scrubber akan menangkap pengotor-pengotor debu.
Sepertiga bagian dari lean gas (sisanya langsung masuk ke mixing
chamber) dan udara dari blower masuk ke combuster. Dalam combuster
terjadi pembakaran pada suhu ± 850 oC yang menghasilkan SO2. Dalam
proses pembakarannya dilakukan penambahan sulphur yang berfungsi
untuk mempertahankan suhu SO2 yang masuk mixing chamber. Natural
gas digunakan untuk memantik api.
68
Laporan Magang Industri PT.Indo Bharat Rayon
Dua per tiga lean gas masuk ke mixing chamber untuk kemudian
dicampurkan dengan SO2 dari combuster. Suhu pada mixing chamber yaitu
380 oC.
Dari mixing chamber SO2 masuk ke converter yang terdiri dari 3
bed, yaitu:
Bed 1 → terjadi pembakaran SO2 dengan penambahan katalis VK
WSA yang berfungsi membantu proses pembentukan SO2.
Bed 2 → terjadi pengubahan SO2 menjadi SO3 dengan penambahan
katalis VK 38. Proses ini merupakan reaksi eksoterm sehingga
sebelum masuk Bed 3 SO3 dilewatkan terlebih dahulu pada
Interbed Cooler.
Bed 3 → terdapat katalis VK 38. Setelah dari Bed 3 SO3 dilewatkan
terlebih dahulu pada Process Gas Cooler.
Pengambilan SO3 dilakukan melalui proses kondensasi pada WSA
Condenser. Proses kondensasi dilakukan dengan peniupan udara dari
blower. Dari proses kondensasi ini terbentuk H2SO4 (dari SO3 dan H2O
yang terkondensasi).
Cairan H2SO4 yang terbentuk kemudian ditampung dalam acid
vessel, kemudian mengalami pendinginan oleh cooling water pada acid
cooler. Sehingga akhirnya diperoleh H2SO4 97%.
Dari WSA Condenser SO2 yang belum bereaksi masuk ke SO2
Quench untuk dikontakkan dengan air yang disemprotkan dari arah atas.
Selanjutnya SO2 masuk ke scrubber. Dalam scrubber tersebut SO2
dilewatkan pada NaOH 1-3% dengan demikian SO2 yang dilepas ke
lingkungan telah sesuai dengan ambang batas.
69
Udara
2/3 lean gas
1/3 lean gas
Mixing Chamber
Sulphur
Water
Ventury Washer
Lean Gas
Water
Combuster
SO2 Converter
WSA Condenser
Acid Vessel
Acid Vessel
H2SO4 97%
SO2 Quench SO2 Scrubber
Caustic (1-3%)
Clean gas to stack
Laporan Magang Industri PT.Indo Bharat Rayon
Gambar 3.11 Diagram Alir Waste Sulphuric Acid Plant
70
Laporan Magang Industri PT.Indo Bharat Rayon
3.2.3 Laboratorium
Departemen laboratorium merupakan suatu departemen independen
yang bertugas mengontrol kualitas bahan baku, proses produksi, dan produk
baik staple fibre rayon sebagai produk utama dan natrium sulfat anhidrous
sebagai produk samping. Selain itu departemen laboratorium berperan sebagai
pusat informasi ke setiap departemen sehingga masing-masing departemen
dapat melakukan aksi untuk mencapai kondisi yang diinginkan. Laboratorium
PT. Indo Bharat Rayon terdiri dari laboratorium kimia dan laboratorium
tekstil.
3.2.3.1 Laboratorium Kimia
Laboratorium kimia berfungsi menganalisa kualitas bahan baku dan
proses produksi di setiap departemen yang menunjang kualitas produk.
Analisa yang dilakukan di laboratorium kimia adalah sebagai berikut :
a. Analisa bahan baku meliputi :
Pulp : analisa kadar alpha selulosa, kadar hemiselulosa, kadar air,
kadar resin, kadar CaO, kadar SiO2, kadar abu, kelarutan dalam
NaOH 10%, dan viskositas Cu.
NaOH dan H2SO4 : analisa konsentrasi dan berat jenis.
b. Analisa proses meliputi :
Departemen Viscose
Steep lye : analisa konsentrasi NaOH, hemiselulosa, dan Fe
Alkali selulosa : analisa konsentrasi NaOH, Na2CO3, dan selulosa
Receiving tank : analisa konsentrasi NaOH, selulosa, dan BF
M/C viscose: analisa konsentrasi NaOH, selulosa, dan RI
Flash deaerator : analisa RI dan BF
Dissolver : analisa BF
Charge water : analisa konsentrasi NaOH
Mixer lye tank : analisa konsentrasi NaOH dan fiber
Clarified tank : analisa konsentrasi fiber
Caustic dissolver tank : analisa konsentrasi NaOH
71
Laporan Magang Industri PT.Indo Bharat Rayon
Chiller water : analisa pH alkali
Departemen Spinning
Spinbath : analisa sp gr, konsentrasi NaOH dan ZnSO4
Limit spinbath : analisa konsentrasi minimum H2SO4 dan
konsentrasi maksimum ZnSO4
Return bath : analisa selisih asiditas spinbath dan return bath (diff)
Desulf bath : analisa konsentrasi NaOH dan Na2S
Bleach bath : analisa konsentrasi Av Cl2 dan NaOH
Soft finish bath : analisa pH dan evaporated residu
Sumpzone : analisa konsentrasi H2SO4
Chemical recovery : analisa konsentrasi H2SO4
Sumpzone drain : analisa konsentrasi H2SO4
Return desulf bath : analisa pH
Bleach liquor : analisa sp gr, konsentrasi Av Cl2, dan NaOH
Departemen Auxilliary
Evaporator : analisa sp gr dan konsentrasi H2SO4
Flash condensate : analisa pH dan konsentrasi H2SO4
Mixing condensate : analisa pH dan konsentrasi H2SO4
Steam condensate : analisa pH
Glauber salt : analisa konsentrasi H2SO4
Wet salt : analisa moisture
Dry salt natrium sulfat : analisa pH dan moisture
Departemen Ancillary
Acid plant : analisa konsentrasi H2SO4 dan turbiditas
Boiler CS2 : analisa pH dan konduktivitas
Departemen Effluent
Raw water : analisa TDS
Hard water : analisa pH, kesadahan, dan Cl2 bebas
Soft water : analisa pH dan kesadahan
Effluent water : analisa pH
Auxilliary drain : analisa pH dan konsentrasi H2SO4
Ripening viscose drain : analisa pH dan konsentrasi alkali
72
Laporan Magang Industri PT.Indo Bharat Rayon
Spinning drain : analisa pH dan konsentrasi H2SO4
3.2.3.2 Laboratorium Tekstil
Laboratorium tekstil berfungsi menganalisa kualitas produk baik staple
fibre rayon sebagai produk utama dan natrium sulfat anhidrous sebagai produk
samping. Analisa yang dilakukan meliputi :
Analisa whiteness fiber
Analisa strength fiber dari sebuah serat dan juga sekumpulan serat
dalam keadaan basah dan kering.
Analisa kekuatan mulur atau elastisitas fiber dalam keadaan basah dan
kering
Analisa denier
Analisa penampang lintang fiber yang berhubungan dengan sifat
bright atau semi dull
Analisa kandungan air fiber
Absorbsi sinar UV
3.2.3.3 Laboratorium Batu Bara
Laboratorium batu bara merupakan laboratorium yang berada di power
plant. Laboratorium ini berfungsi menganalisa nilai kalori, fixed carbon, ash
sulphur, dan spesifikasi teknis lainnya dari batu bara.
3.3 Produksi Bersih
3.3.1 Definisi Produksi Bersih
Produksi Bersih merupakan tindakan efisiensi pemakaian bahan baku, air
dan energi, dan pencegahan pencemaran, dengan sasaran peningkatan
produktivitas dan minimisasi timbulan limbah. Istilah Pencegahan Pencemaran
seringkali digunakan untuk maksud yang sama dengan istilah Produksi Bersih.
Demikian pula halnya dengan Eco-efficiency yang menekankan pendekatan bisnis
yang memberikan peningkatan efisiensi secara ekonomi dan lingkungan.
73
Laporan Magang Industri PT.Indo Bharat Rayon
Menurut UNEP, Produksi Bersih adalah strategi pencegahan dampak
lingkungan terpadu yang diterapkan secara terus menerus pada proses, produk,
jasa untuk meningkatkan efisiensi secara keseluruhan dan mengurangi resiko
terhadap manusia maupun lingkungan (UNEP, 1994).
Produksi Bersih, menurut Kementerian Lingkungan Hidup, didefinisikan sebagai :
Strategi pengelolaan lingkungan yang bersifat preventif, terpadu dan
diterapkan secara terus-menerus pada setiap kegiatan mulai dari hulu ke hilir yang
terkait dengan proses produksi, produk dan jasa untuk meningkatkan efisiensi
penggunaan sumberdaya alam, mencegah terjadinya pencemaran lingkungan dan
mengurangi terbentuknya limbah pada sumbernya sehingga dapat meminimisasi
resiko terhadap kesehatan dan keselamatan manusia serta kerusakan lingkungan
(KLH,2003).
Pada proses industri, produksi bersih berarti meningkatkan efisiensi
pemakaian bahan baku, energi, mencegah atau mengganti penggunaan bahan-
bahan berbahaya danberacun, mengurangi jumlah dan tingkat racun semua emisi
dan limbah sebelum meninggalkan proses.
Pada produk, produksi bersih bertujuan untuk mengurangi dampak
lingkungan selama daur hidup produk, mulai dari pengambilan bahan baku
sampai ke pembuangan akhir setelah produk tersebut tidak digunakan.
Produksi bersih pada sektor jasa adalah memadukan pertimbangan
lingkungan ke dalam perancangan dan layanan jasa.
Pola pendekatan produksi bersih dalam melakukan pencegahan dan
pengurangan limbah yaitu dengan strategi 1E4R (Elimination, Reduce, Reuse,
Recycle, Recovery/Reclaim) (UNEP, 1999). Prinsip-prinsip pokok dalam strategi
produksi bersih dalam Kebijakan Nasional Produksi Bersih (KLH, 2003)
dituangkan dalam 5R (Re-think, Re-use, Reduction, Recovery and Recycle).
Elimination (pencegahan) adalah upaya untuk mencegah timbulan limbah
langsung dari sumbernya, mulai dari bahan baku, proses produksi sampai
produk.
Re-think (berpikir ulang), adalah suatu konsep pemikiran yang harus
dimiliki pada saat awal kegiatan akan beroperasi, dengan implikasi :
74
Laporan Magang Industri PT.Indo Bharat Rayon
Perubahan dalam pola produksi dan konsumsi berlaku baik pada
proses maupun produk yang dihasilkan, sehingga harus dipahami
betul analisis daur hidup produk.
Upaya produksi bersih tidak dapat berhasil dilaksanakan tanpa
adanya perubahan dalam pola pikir, sikap dan tingkah laku dari
semua pihak terkait pemerintah, masyarakat maupun kalangan
usaha.
Reduce (pengurangan) adalah upaya untuk menurunkan atau mengurangi
timbulan limbah pada sumbernya.
Reuse (pakai ulang/penggunaan kembali) adalah upaya yang
memungkinkan suatu limbah dapat digunakan kembali tanpa perlakuan
fisika, kimia atau biologi.
Recycle (daur ulang) adalah upaya mendaur ulang limbah untuk
memanfaatkan limbah dengan memrosesnya kembali ke proses semula
melalui perlakuakn fisika, kimia dan biologi.
Recovery/ Reclaim (pungut ulang, ambil ulang) adalah upaya mengambil
bahan-bahan yang masih mempunyai nilai ekonomi tinggi dari suatu
limbah, kemudian dikembalikan ke dalam proses produksi dengan atau
tanpa perlakuan fisika, kimia dan biologi. (Purwanto, 2005)
3.3.2 Analisa Potensi Produksi Bersih
Beberapa potensi peluang bersih yang dapat diaplikasikan di PT. Indo
Bharat Rayon , antara lain:
a. Good Housekeeping
Good housekeeping merupakan strategi paling sederhana yang dapat
dilakukan dalam produksi bersih salah satunya yaitu dengan
melaksanakan produksi secara rapi dan bersih sehingga terhindar
terjadinya limpahan atau ceceran bahan selama proses produksi.
Penerapan konsep good housekeeping diaplikasikan di unit silo
departemen viscous untuk menangani masalah ceceran alksel akibat
adanya kebocoran pada pipa transfer dari cooling device ke silo. Penangan
tersebut dapat dilakukan misalnya dengan mengumpulkan ceceran alksel
75
Laporan Magang Industri PT.Indo Bharat Rayon
untuk kemudian dikembalikan ke proses sehingga minimasi limbah dapat
terlaksana.
b. Pengurangan Black Particle
Black particle merupakan partikel-partikel kecil berwarna hitam yang
sering muncul pada produk. Black particle dapat mengurangi kualitas
produk yang dihasilkan.
Black particle diperkirakan timbul akibat dari pembentukan Na2S yang
merupakan hasil reaksi pada pencucian evaporator oleh larutan NaOH di
seksi evaporator Departemen Auxilliary. Selain itu, Black particle juga
diperkirakan berasal dari pengotor yang terdapat pada filter condenser di
Departemen Spinning.
Beberapa upaya yang dapat dilakukan untuk mengurangi Black Particle
pada produk Staple Fiber Rayon yaitu misalnya dengan memperbaiki
proses penyaringan air di filter condensor pada proses after treatment
Departemen Spinning dan menambahkan alat saringan di aliran keluaran
setiap alat yang ada di Departemen Auxilliary.
c. Potensi Produksi Bersih pada Maturing Drum
Proses pemeraman/depolimerisasi terhadap alkali selulosa pada alat
maturing drum saat ini berlangsung selama 4 jam.
Optimasi proses pemeraman pada alat maturing drum dapat dilakukan
dengan memodifikasi suhu proses dan kecepatan putar maturing drum
sehingga proses pemeraman dapat berlangsung secara optimal dalam
waktu pemeraman yang lebih singkat.
d. Potensi Produksi Bersih pada Alat Triple Effect Evaporator
Berdasarkan kondisi yang ada di seksi crystallizer departemen auxiliary,
saat ini kinerja alat Triple Effect Evaporator hanya mampu menguapkan
sekitar 1-2% kandungan air dalam glauber salt.
Melalui evaluasi kinerja terhadap alat Triple Effect Evaporator diharapkan
effisiensi kerja alat tersebut dapat ditingkatkan. Peningkatan effisiensi
kinerja alat tersebut dapat dilakukan dengan memodifikasi kondisi operasi
seperti suhu, tekanan dan laju alir sehingga penguapan air yang terdapat
di Natrium Sulfat dapat ditingkatkan.
76
PulperC6H9O4OH
NaOH C6H9O4ONa H2O NaOH
Laporan Magang Industri PT.Indo Bharat Rayon
3.4 Neraca Massa Pembuatan Staple Fibre Rayon
3.4.1 Neraca Massa Pembentukan Larutan Viscose di Departemen Viscose
Reaksi Pembentukan Alkali Selulosa di Seksi Pulper
Persamaan Reaksi: C6H9O4OH + NaOH → C6H9O4ONa + H2O
Massa Reaktan
Massa C6H9O4OH = 500 kg x 6 batch/jam
= 3000 kg/jam
Massa NaOH = laju volume NaOH x massa jenis NaOH
= (6,2 m3/jam x 1495 kg/m3)
= 9269 kg/jam
Mol Reaktan
Mol C6H9O4OH = massa C6H9O4OH /Mr C6H9O4OH
= 3000 kg/162 gr/mol
= 18,52 kgmol
Mol NaOH = massa NaOH/Mr NaOH
= 9269 kg/40 gr/mol
= 231,73 kgmol
Reaksi Kesetimbangan
C6H9O4OH + NaOH → C6H9O4ONa + H2O
M : 18,52 kgmol 231,73 kgmol
B : 18,52 kgmol 18,52 kgmol 18,52 kgmol 18,52 kgmol
S : 0 213,21 kgmol 18,52 kgmol 18,52 kgmol
Massa NaOH sisa = mol NaOH sisa x Mr NaOH
= 213,21 kgmol x 40 gr/mol
= 8528,4 kg
Massa C6H9O4ONa = mol C6H9O4ONa x Mr C6H9O4ONa
= 18,52 kgmol x 184 gr/mol
77
XanthatorCS2
C6H9O4ONa
C6H9O4ONa NaOH Na2COOS NaSH C6H9O4OH
NaOH
Laporan Magang Industri PT.Indo Bharat Rayon
= 3407,68 kg
Massa H2O = mol H2O x Mr H2O
= 18,52 kgmol x 18 gr/mol
= 333,36 kg
Neraca Massa
Aliran Input (kg/jam) Output (kg/jam)
C6H9O4OH 3000 0
NaOH 9269 8528,4
C6H9O4ONa 0 3407,68
H2O 0 333,36
Total 12269 12269,44
Neraca Molar
Aliran Input (kgmol) Output (kgmol)
C6H9O4OH 18,52 0
NaOH 231,73 213,21
C6H9O4ONa 0 18,52
H2O 0 18,52
Total 250,25 250,25
Reaksi Pembentukan Larutan Viscose di Simplex Room
78
Laporan Magang Industri PT.Indo Bharat Rayon
Persamaan Reaksi:
C6H9O4ONa + CS2 → C6H9O4OCS2Na
C6H9O4OCS2Na + 2NaOH → Na2COOS + NaSH + C6H9O4OH
Massa Reaktan
Massa C6H9O4ONa = 2340 kg/batch x batch/45menit x 60menit/jam
= 3120 kg/jam
Massa CS2 = laju volume CS2 x massa jenis CS2
=(195 L/batch x batch/45min x 60min/jam) x 1,2575 kg/L
= 326,95 kg/jam
Massa NaOH = laju volume NaOH x massa jenis NaOH
=(28m3/batch x batch/45min x 60min/jam)x1495 kg/m3
= 55808,35 kg/jam
Mol Reaktan
Mol C6H9O4ONa = massa C6H9O4ONa /Mr C6H9O4ONa
= 3120 kg/184 gr/mol
= 16,96 kgmol
Mol CS2 = massa CS2/Mr CS2
= 326,95 kg/76 gr/mol
= 4,302 kgmol
Mol NaOH = massa NaOH/Mr NaOH
= 55808,35 kg/40 gr/mol
= 1395,21 kgmol
Reaksi Kesetimbangan
C6H9O4ONa + CS2 → C6H9O4OCS2Na
79
Laporan Magang Industri PT.Indo Bharat Rayon
M : 16,96 kgmol 4,302 kgmol
B : 4,302 kgmol 4,302 kgmol 4,302 kgmol
S : 12,66 kgmol 0 4,302 kgmol
Massa C6H9O4ONa sisa = mol C6H9O4ONa sisa x Mr C6H9O4ONa
= 12,66 kgmol x 184 gr/mol
= 2329,44 kg
Massa C6H9O4OCS2Na = mol C6H9O4OCS2Na x Mr C6H9O4OCS2Na
= 4,302 kgmol x 260 gr/mol
= 1118,52 kg
C6H9O4OCS2Na + 2NaOH → Na2COOS + NaSH + C6H9O4OH
M : 4,302 1395,21
B : 4,302 (2/1 x 4,302) 4,302 4,302 4,302
S : 0 1386,61 4,302 4,302 4,302
Massa NaOH sisa = mol NaOH sisa x Mr NaOH
= 1386,61 kgmol x 40 gr/mol
= 55464,24 kg
Massa Na2COOS = mol Na2COOS x Mr Na2COOS
= 4,302 kgmol x 122 gr/mol
= 524,844 kg
Massa NaSH = mol NaSH x Mr NaSH
= 4,302 kgmol x 56 gr/mol
= 240,912 kg
Massa C6H9O4OH = mol C6H9O4OH x Mr C6H9O4OH
= 4,302 kgmol x 162 gr/mol
= 696,924 kg
Neraca Massa
80
Spinning MachineC6H9O4OCS2N
a
Spinbath (H2SO4)H2SO4 Na2SO4 C6H9O4OH CS2
NaOH
Laporan Magang Industri PT.Indo Bharat Rayon
Aliran Input (kg/jam) Output (kg/jam)
C6H9O4ONa 3120 2329,44
CS2 326,95 0
NaOH 55808,35 55464,24
Na2COOS 0 524,844
NaSH 0 240,912
C6H9O4OH 0 696,924
Total 59255,3 59256,4
Neraca Molar
Aliran Input (kg/jam) Output (kg/jam)
C6H9O4ONa 16,96 12,66
CS2 4,302 0
NaOH 1395,21 1386,61
Na2COOS 0 4,302
NaSH 0 4,302
C6H9O4OH 0 4,302
Total 1416,472 1412,18
3.4.2 Neraca Massa Regenerasi Larutan Viscose di Departemen Spinning
81
Laporan Magang Industri PT.Indo Bharat Rayon
Persamaan Reaksi:
2(C6H9O4OCS2Na)n + nH2SO4 → 2(C6H9O4OCS2H)n + nNa2SO4
(C6H9O4OCS2H)n → (C6H9O4OH)n + nCS2
Massa Reaktan
Massa Spinbath (H2SO4) = laju volume x massa jenis
= 739,81 m3/jam x 1335 kg/m3
= 987646,4 kg/jam
Massa C6H9O4OCS2Na = laju volume x massa jenis
= 30,53 m3/jam x 11200 kg/m3
= 341936 kg/jam
Mol Reaktan
Mol Spinbath (H2SO4) = massa Spinbath /Mr Spinbath
= 987646,4 kg/98 gr/mol
= 10078,02 kgmol
Mol C6H9O4OCS2Na = massa C6H9O4OCS2Na /Mr C6H9O4OCS2Na
= 341936 kg/260 gr/mol
= 1315,14 kgmol
Reaksi Kesetimbangan
2C6H9O4OCS2Na + H2SO4 → 2C6H9O4OCS2H + Na2SO4
M : 1315,14 10078,02
B : 1315,14 (1/2 x 1315,14) 1315,14 (1/2 x 1315,14)
S : 0 9420,45 1315,14 657,57
Massa H2SO4 sisa = mol H2SO4 sisa x Mr H2SO4
= 9420,45 kgmol x 98 gr/mol
= 923204,1 kg
Massa C6H9O4OCS2H = mol C6H9O4OCS2H x Mr C6H9O4OCS2H
82
Laporan Magang Industri PT.Indo Bharat Rayon
= 1315,14 kgmol x 238 gr/mol
= 313003,32 kg
Massa Na2SO4 = mol Na2SO4 x Mr Na2SO4
= 657,57 kgmol x 142 gr/mol
= 93374,94 kg
C6H9O4OCS2H → C6H9O4OH + CS2
M : 1315,14
B : 1315,14 1315,14 1315,14
S : 0 1315,14 1315,14
Massa C6H9O4OH = mol C6H9O4OH sisa x Mr C6H9O4OH
= 1315,14 kgmol x 162 gr/mol
= 213052,68 kg
Massa CS2 = mol CS2 x Mr CS2
= 1315,14 kgmol x 76 gr/mol
= 99950,64 kg
Neraca Massa
Aliran Input (kg/jam) Output (kg/jam)
C6H9O4OCS2Na 987646,4
(Spinbath) H2SO4 341936 923204,1
Na2SO4 93374,94
C6H9O4OH 213052,68
CS2 99950,64
Total 1329582,4 1329582,4
Neraca Molar
83
Laporan Magang Industri PT.Indo Bharat Rayon
Aliran Input (kg/jam) Output (kg/jam)
C6H9O4OCS2Na 10078,02
(Spinbath) H2SO4 1315,14 9420,45
Na2SO4 657,57
C6H9O4OH 1315,14
CS2 1315,14
Total 11393,16 12708,3
84
Laporan Magang Industri PT.Indo Bharat Rayon
BAB IV
PERALATAN PROSES
Peralatan proses merupakan seperangkat alat yang berfungsi untuk
melangsungkan suatu proses kimia dan fisika dengan kondisi operasi tertentu.
Berdasarkan prosesnya peralatan proses dapat dibagi menjadi beberapa golongan,
yaitu :
1. Peralatan pengangkutan bahan yang akan diproses
2. Tempat berlangsungnya reaksi kimia
3. Persiapan dan penanganan akhir produk
Pengoperasian alat-alat tersebut memiliki sistem pengendali yang bersifat
manual, semi automatis, dan otomatis. Sistem peralatan proses yang ada di PT.
Indo Bharat Rayon untuk tiap departemennya adalah sebagai berikut :
4.1 Departemen Viscose
Proses Alkalizing
Gambar 4.1 Proses Pembuatan Larutan Viscose
85
Laporan Magang Industri PT.Indo Bharat Rayon
1. Pulp feeder
Gambar 4.2 Pulp Feeder Conveyor
Fungsi : membawa dan memasukkan pulp (umpan)
melalui belt conveyor ke dalam slurry mixer
Jumlah : 5 buah untuk dept.viscous 1
3 buah untuk dept.viscous 2
Kapasitas : 500 kg pulp/batch
Bahan : mild steel
2. Slurry mixer (pulper)
Gambar 4.3 Pulper
86
Laporan Magang Industri PT.Indo Bharat Rayon
Fungsi : tempat terjadinya reaksi antara pulp dengan
larutan steeping lye
Jumlah : 5 buah untuk dept.viscous 1
3 buah untuk dept.viscous 2
Kapasitas : 8625 m3/batch untuk dept.viscous 1
10000 m3/batch untuk dept.viscous 2
Waktu reaksi : 3 menit untuk dept.viscous 1
2 menit untuk dept.viscous 2
Bahan : mild steel
3. Homogenizer tank
Fungsi : menampung slurry alksell dan
menghomogenkan larutan slurry alksell dengan cara pengadukan
Jumlah : 2 buah untuk dept.viscous 1
1 buah untuk dept.viscous 2
Kapasitas : 17135 m3 untuk dept.viscous 1
40000 m3 untuk dept.viscous 2
Bahan : mild steel
Gambar 4.4 Homogenizer Tank
87
Laporan Magang Industri PT.Indo Bharat Rayon
4. Slurry press
Gambar 4.5 Slurry Press
Fungsi : memisahkan alksell dari filtratnya (NaOH)
Jumlah : 10 buah untuk dept.viscous 1
18 buah untuk dept.viscous 2
Kapasitas : 35 Ton/hari
Suhu Slurry : 520C
Tekanan operasi : 10,3 Ton/cm2 untuk dept.viscous 1
12,3 Ton/cm2 untuk dept.viscous 2
Bahan : mild steel
Proses Ageing
Gambar 4.6 Proses Ageing
1. Maturing drum
Fungsi : menurunkan derajat polimerisasi
mat alksell
88
Laporan Magang Industri PT.Indo Bharat Rayon
Jumlah : 5 buah untuk dept.viscous 1
4 buah untuk dept.viscous 2
Waktu reaksi : 4 jam
Suhu outlet : 43 – 450C
Tekanan Operasi : 0,8-2 kg/cm2
Gambar 4.7 Maturing Drum
2. Cooling Device
Gambar 4.8 Alkali Cellulose Cooler
3. Silo
Fungsi : tempat penampungan alksell
Jumlah : 18 buah untuk dept.viscous 1
4 buah untuk dept.viscous 2
Kapasitas : 2335-2340 kg/batch untuk dept.viscous 1
10,5 Ton/batch untuk dept.viscous 2
89
Laporan Magang Industri PT.Indo Bharat Rayon
Gambar 4.9 Weighing Hopper/Silo
Proses Xanthation
Gambar 4.10 Proses Xanthation
1. Simplex Room
Gambar 4.11 Churn/Xanthator
90
Laporan Magang Industri PT.Indo Bharat Rayon
Fungsi : tempat bereaksinya alksell dengan CS2 dan
lye menjadi larutan selulosa xanthat
Jumlah : 18 buah untuk dept.viscous 1
4 buah untuk dept.viscous 2
Waktu reaksi : 45 menit untuk dept.viscous 1
7-10 menit dept.viscous 2
Suhu operasi : 31-320C untuk dept.viscous 1
16-18°C untuk dept.viscous 2
Tekanan operasi : 25 mmHg (vakum) untuk dept.viscous 1
0,1 bar (vakum) untuk dept.viscous 2
2. Dissolver Room
Fungsi : menghomogenkan larutan alksell xanthat
yang masih menggumpal dan menghaluskan gel-gel dengan cara
pengadukan konstan
Jumlah : 18 buah untuk dept.viscous 1
2 buah untuk dept.viscous 2
Waktu reaksi : 2 jam untuk dept.viscous 1
3200 sekon untuk dept.viscous 2
Suhu operasi : 320C untuk dept.viscous 1
Kapasitas : 60 m3
91
Laporan Magang Industri PT.Indo Bharat Rayon
Proses Ripening dan Deaeration
Gambar 4.12 Proses Ripening dan Deaeration
1. Blender tank
Fungsi : menghaluskan dan homogenisasi viscose
Jumlah : 3 buah
Suhu operasi : 26 – 270C
Kapasitas : 60 m3
2. Receiving tank
Fungsi : sebagai tempat penampungan sebelum masuk ripening
room
Jumlah : 11 buah untuk dept. viscous 1
Kapasitas : 60 m3
3. Filter
Fungsi : untuk memisahkan gumpalan-gumpalan yang masih
terdapat dalam larutan viscous. Tahap filtrasi yang digunakan
dalam proses di Ripening room sebanyak 3 tahap.
92
Laporan Magang Industri PT.Indo Bharat Rayon
Gambar 4.13 Proses Filtrasi
Gambar 4.14 Alat Filtrasi
4. Filter Press
Fungsi : untuk memisahkan gumpalan-gumpalan didalam residu
larutan viscous.
5. Flash Deaerator
Fungsi : menghilangkan kandungan udara yang masih terdapat
dalam larutan viscous dengan prinsip absorpsi.
Gambar 4.15 Flash Deaerator
93
Laporan Magang Industri PT.Indo Bharat Rayon
4.2 Departemen Spinning
Spesifikasi peralatan proses departemen spinning adalah sebagai berikut :
1. Spinning machine
Fungsi : mereaksikan larutan viscose dengan larutan spinbath
Jumlah : 6 buah
Suhu operasi : 50 – 520C
Tekanan operasi : 10 – 11 kg/cm2
Gambar 4.16 Spinning Machine
PT. Indo Bharat Rayon memiliki 4 buah mesin spinning dengan dua buah sisi
mesin pada setiap unit, dengan spesifikasi sebagai berikut :
Mesin I mempunyai 181 posisi spinneret yaitu 90 spinneret di side A dan
91 spinneret di side B
Mesin II mempunyai 193 posisi spinneret yaitu 96 spinneret di side A dan
97 spinneret di side B
Mesin III mempunyai 162 posisi spinneret dengan masing-masing side
terdapat 81 spinneret
Mesin IV mempunyai 152 posisi spinneret dengan masing-masing side
terdapat 76 spinneret
Mesin V mempunyai 156 posisi spinneret dengan masing-masing side
terdapat 78 spinneret
Mesin VI mempunyai 160 posisi spinneret dengan masing-masing side
terdapat 80 spinneret.
94
Laporan Magang Industri PT.Indo Bharat Rayon
Masing-masing spinneret di setiap mesin terdiri atas sejumlah eye, dimana
setiap eye terdiri atas ribuan lubang dengan jumlah berbeda-beda dengan
perincian sebagai berikut :
Mesin I = a. 28 eye x 1000 lubang = 28000 lubang (fiber 2,0D)
b. 36 eye x 1112 lubang = 40032 lubang (fiber1,2D/1,5D)
Mesin II = 39 eye x 1022 lubang = 39858 lubang
Mesin III = 39 eye x 1264 lubang = 49296 lubang
Mesin IV = 30 eye x 1900 lubang = 57000 lubang
Mesin V = 30 eye x 1900 lubang = 57000 lubang
Mesin VI = 39 eye x 1900 lubang = 39858 lubang
Gambar 4.17 Spinneret
2. Stretching
Fungsi : menarik tow yang terbentuk di spinning machine dan
memberikan regangan pada serat
Terdapat 2 tahap
First stretching : kecepatan putar 78,22 meter / menit
Second stretching : pengurangan kekuatan tarik 2,5 % dari first stretching dan kecepatan putar 76,37 meter / menit
95
Laporan Magang Industri PT.Indo Bharat Rayon
Gambar 4.18 Alat Stretching
3. Cutting machine
Fungsi : memotong tow menjadi staple dengan ukuran
panjang sesuai permintaan konsumen
Jumlah : 6 buah
Gambar 4.19 Tow Cutter
4. Bak recovery through
Fungsi : mengambil kembali CS2 pada staple fibre rayon
Tekanan operasi : 1 – 1,52 kg/cm2
Suhur operasi : 900C
Recovery CS2 liquid : 42-43 %
Pada recovery through dilengkapi kondensor dengan spesifikasi sebagai berikut :
Kondensor I
Suhu operasi : 850C
Kondensor II
Suhu operasi : 50 – 600C
Kondensor III
96
Laporan Magang Industri PT.Indo Bharat Rayon
Suhu operasi : 250C
Gambar 4.20 CS2 Recovery Trough
5. Bak after treatment
Fungsi : mencuci/membersihkan serat staple fibre rayon
dari zat-zat kimia, memutihkan serta memberi
pelumas pada serat
Gambar 4.21 Bak After Treatment
Pada after treatment terdiri atas beberapa tahap proses, yaitu:
a. Washing
Fungsi : menghilangkan koagulan berupa asam-asam yang
ada pada serat
Media pencucian : air panas
b. Desulfurising
Fungsi : menghilangkan sulfur yang masih terbawa selama
proses di spinning sampai ke recovery through
97
Laporan Magang Industri PT.Indo Bharat Rayon
Media desulfurising : kaustik (NaOH dan Na2S) dengan konsentrasi
0,01 – 0,12%.
Suhu operasi : 900C
c. Bleaching
Fungsi : memutihkan mat dengan menggunakan larutan
pemutih
Suhu operasi : 600C
Jenis pemutih : Natrium hipokhlorit 0,27 – 0,24 % untuk mesin
1,2,3, dan 6
H2O2 untuk mesin 4 dan 5
d. Final Wash
Fungsi : mencuci serat agar bebas dari kotoran –kotoran
Media pencuci : soft water
Suhu operasi : 500C
e. Soft Finish
Fungsi : mencuci mat
Media pencuci : honol MGR dan GA
Suhu operasi : 55 – 600C
pH : 5,8 – 6,2
6. Mesin drying
Fungsi : menghilangkan/mengeringkan kandungan air pada
serat sampai kandungan air sekitar 11 – 13%
Jumlah : 6 buah
Tekanan operasi : 13,9 barg
Suhu operasi : max 219,50C
98
Laporan Magang Industri PT.Indo Bharat Rayon
Gambar 4.22 Dryer
4.3 Departemen Auxillary
Spesifikasi peralatan proses departemen auxilliary adalah sebagai berikut :
1. Mesin spinbath
Jumlah : 6 buah
Fungsi : menyiapkan larutan spinbath
Suhu operasi : 48-50 0C
2. Evaporator
Fungsi : memisahkan air dari larutan spinbath
Jumlah : 13 buah
Tekanan operasi : 2,1 bar
Suhu steam : 1400C
Tiap unit evaporator terdiri dari 14 vessel (V) dan 11 preheater
V1 : 93,70C V8 : 65,20C
V2 : 93,70C V9 : 62,40C
V3 : 90,70C V10 : 60,40C
V4 : 86,30C V11 : 59 0C
V5 : 80,30C V12 : 48,20C
99
Laporan Magang Industri PT.Indo Bharat Rayon
V6 : 75,70C V13 : 45,90C
V7 : 70,70C V14 : 98,50C
3. Sigri Heater
Fungsi : sebagai induk heater
Jumlah : 13 buah
Tekanan operasi : tergantung bukaan valve (min 1,8 bar)
Suhu operasi : inlet 910C
outlet 1050C
Kapasitas umpan : 150m3/hr untuk sigri heater besar (45m3)
60 – 70 m3/hr untuk sigri heater kecil (15 m3)
4. Mixing kondensor (MK)
Fungsi : mengatur suhu
Tekanan operasi : vakum (0,8-1 bar)
Jumlah : 1 buah
Suhu operasi : 450C
5. Heater Kondensor (HK)
Fungsi : menampung uap air yang tidak terkondensasikan
dan menjaga kestabilan vakum dalam sistem
Jumlah : 8 buah
Tekanan operasi : 80 mbar
Suhu operasi : - inlet 30 – 320C
- outlet 420C
6. Crystallizer
Fungsi : mengambil natrium sulfat dari larutan spinbath
Jumlah : 5 buah pada gedung utama
4 buah pada gedung baru
Suhu operasi : Gedung utama
K1 : 200C
K2 : 170C
K3 : 11 – 120C
Gedung Baru
100
Laporan Magang Industri PT.Indo Bharat Rayon
K1 : 160C
K2 : 14,20C
K3 : 9,80C
Tekanan : 68,7 mbar abs
7. Rotary Vacuum Filter (RVF)
Fungsi : memisahkan glauber salt (Na2SO4. 10H2O) dari
larutan spinbath
Jumlah : 4 buah (centrifuse 1 buah) pada gedung utama
6 buah pada gedung baru
Tekanan operasi : 200 mmHg
8. Calcinator
Fungsi : memisahkan galuber salt dari cairannya
Jumlah : 3 plant pada gedung utama
2 buah pada gedung baru
Suhu operasi : 500C
Tekanan operasi : vakum
Proses calcination menggunakan VDK. Parameter operasi pada setiap unit VDK, yaitu :
a. VDK1
Suhu operasi : 990C
Tek.operasi : 400 mmHg
b. VDK2
Suhu operasi : 740C
Tekanan operasi : 600 mmHg
c. VDK4
Suhu operasi : 520C
Tekanan operasi : 800 mmHg
9. Melter tank
Fungsi : penampungan glauber salt
Jumlah : 6 buah
Suhu operasi : 500C
10. Settler
101
Laporan Magang Industri PT.Indo Bharat Rayon
Fungsi : tempat pencampuran kristal Na2SO4 dengan caustic untuk
menjaga pH
Temperatur operasi : 500C
11. TFF (Top Feed Filter)
Fungsi : untuk memisahkan kristal Na2SO4 dari mother
liquor yang masih belum terpisah dan tempat ditambahkanya hypoklorit
untuk menjaga nilai whiteness.
Jumlah : 6 buah
Tekanan operasi : 300 mmHg
Kapasitas : 4,4 ton/hari
12. Dryer
Fungsi : menghilangkan / menguapkan kandungan air yang
ada pada kristal natrium sulfat yang telah disaring
di TFF
Suhu Inlet Steam : 294,5°C
Tekanan Steam Inlet : 10,4 bar
Suhu operasi : 1750C
Tekanan operasi inlet : 14 kg / cm2
13. Silo
Fungsi : menampung kristal natrium sulfat
Jumlah : 1 buah pada gedung utama
: 1 buah pada gedung baru
Kapasitas : 70 Ton / jam pada gedung utama
14. Mesin bagging
Fungsi : mengemas natrium sulfat dalam karung
Jumlah : 2 buah
4.4 Departemen Ancillary
102
Laporan Magang Industri PT.Indo Bharat Rayon
Spesifikasi peralatan proses departemen ancillary adalah sebagai berikut :
1. Horizontal Furnace
Fungsi : mengontakkan sulfur cair dengan udara kering
dengan menggunakan katalis V2O5
Temperatur operasi : 900-10000C
2. Converter
Fungsi : mengoptimalisasikan pembentukan SO3
Suhu operasi :
a. Converter bed I : inlet 4400C
outlet 5900C
b. Converter bed II : 5500C (outlet)
c. Converter bed III : - inlet 4400C
- outlet 5900C
d. Converter bed IV : - inlet 4300C
- outlet 4500C
3. Scrubber
Fungsi : menangkap SO2 atau SO3 yang lolos dari
absorbtion tower
Media : larutan kaustik soda (NaOH) 4% dan H2O
4.5 Laboratorium
Tabel 4.1 Daftar Uji Laboratorium Kimia Beserta Fungsinya
No. Nama Alat Fungsi
1. Rotavavor Memisahkan 2 bahan yang berbeda dalam suatu larutan dengan menggunakan teknik perbedaan titik didih dalam keadaan vakum dan suhu yang sama.
2. COD Reaktor Memanaskan/merefluks sampel COD
3. Whirliemixer Mengocok larutan dalam sampai homogen
4. Soxtev Menganalisa OPU dan fiber/pulp
103
Laporan Magang Industri PT.Indo Bharat Rayon
5. KW Lenzing Mengetahui kualitas viscous hasil saringan
6. Hergeth Holling Swort
Mengeringkan sampai beda suhu 100-1500C
7. Viscometer Menganalisa viskositas
8. Digital Refraktometer Memeriksa kandungan minyak di dalam larutan soft finish
9. Aqualitic Mengukur BOD
10. Thermo Conductivity Mengetahui kandungan material dari air dengan mengukur DHL
11. Turbidimeter 202 Mengukur kekeruhan
12. FM OZ Lenzing Menyiapkan langkah pencelupan fiber
13. Spectrophotometer UV Vis 160
Menganalisa suatu zat yang terkandung di dalam suatu larutan
14. Shirley Analyser MK-2
Mengukur sp.gr faults, debu dan viscous yang tidak bereaksi
15. Seperangkat Alat Titrasi
Menganalisa suatu zat dengan cara titrasi menggunakan zat tertentu
16. Distillation Schoot Mendapatkan air murni dengan distilasi software
17. Ahiba Turbomat Mencelup benang (fiber)
18. PH Meter Schoot Model
Mengukur suatu pH larutan
19. Microwave Sharp Oven
Mengeringkan bahan atau zat
20. Jajet Menentukan kadar PAC/koagulan lain yang harus ditambahkan untuk menjernihkan air, menentukan beberapa kecepatan agitator, dan waktu yang diperlukan
21. Gibertini Mengetahui kadar air dengan cara pengeringan dari perbedaan berat awal dengan berat kering maka dapat diketahui kadar airnya.
22. Bomb Calorimeter Memeriksa nilai kalori dari coal, charcoal,
104
Laporan Magang Industri PT.Indo Bharat Rayon
furnace oil dan diesel
23. Aqua Boy - Memeriksa air dan furnace oil- Kadar air dari furnace oil
24. T. Furnace Model FD 1520 M-1
Memanaskan / melebur suatu zat pada temperatur tinggi
Tabel 4.2 Daftar Uji Laboratorium Tekstil Beserta Fungsinya
No. Nama Alat Fungsi
1. Mikroskop Mengetahui bentuk penampang lintang berbagai jenis fiber
2. Sartorius Super Micro Mengetahui berat suatu fiber yang deniernya hendak dihitung
3. Stelometer Mengetahui kekuatan tarik dari sekumpulan fiber (1/8“)
4. Vibrochrom FFR I Mengetahui brightness (keputihan) dan fiber/plup
5. Vibroskop Fiber testing denier
6. Vibrodyn Mengukur strength fiber
7. Sartonus Hegret atau Oven
Mengukur dengan moisture dengan cara pengeringan
8. Uster fibre gold (UV 380)
Mengukur absorpsi UV oleh fiber
9. Vibrochrom FFR2 Untuk mengetahui whiteness (berger formula dan flourescence) dan perbedaan warna fiber
BAB V
UTILITAS
5.1 Air Baku
105
Laporan Magang Industri PT.Indo Bharat Rayon
Air baku merupakan air yang dibutuhkan dalam proses produksi ataupun
air untuk kebutuhan sehari-hari di lingkungan mess. Besarnya air yang digunakan
untuk keperluan proses produksi adalah sekitar 50000 m3/hari, sedangkan
kebutuhan domestik untuk para karyawan yang tinggal di mess adalah sekitar
5000 m3/hari. Angka-angka tersebut tergantung dari kualitas kondensat dan
kualitas pengolahan air. Sumber air yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan
tersebut semuanya berasal dari sungai Citarum.
Department yang bertugas menyediakan air untuk keperluan proses dan
kebutuhan domestik di lingkungan mess baik dalam maupun luar dilakukan oleh
Department Effluent dimana pada departement ini terdapat Unit Water Treatment
dan Unit Waste Water Treatment.
Sumber air baku (raw water) yang akan diolah berasal dari sungai Citarum
dengan spesifikasi sebagai berikut:
1. pH : 7 – 7,5
2. Turbiditas : < 20 NTU
3. Suspensed Solid (SS) : berbanding lurus dengan turbiditas
4. Konduktivitas : tidak terlalu berpengaruh
5. Kesadahan : < 1000 ppm
Air baku yang telah diolah di Water Treatment dapat dibedakan menjadi dua
jenis, yaitu:
a. Hard Water
Hard water merupakan hasil pengolahan raw water yang tidak
mengalami proses softening. Air ini digunakan untuk keperluan rumah
tangga pabrik, mess karyawan, dan proses pada departemen viscose,
spinning dan ancilliary. Beberapa persyaratan yang harus diperhatikan
pada hard water, yaitu :
1. pH : 7 – 7,5
2. Turbiditas : < 3 NTU
3. Gas khlorin (Cl2) : < 1 ppm
106
CLARIFLOCCULATOR
SUCTION POND
SAND FILTER
HARD WATER TANK SOFTENER
AIR BAKU DARI SUNGAI CITARUM DAN SUNGAI BABAKAN CIKANOE
PAC POLYMER
SUCTION TANK
SAND FILTER
SOFT WATER TANK
Laporan Magang Industri PT.Indo Bharat Rayon
4. Kesadahan : < 80 ppm
b. Soft Water
Soft water merupakan hasil pengolahan raw water yang telah
mengalami proses softening. Air jenis ini digunakan untuk keperluan
proses pada departemen viscose, spinning, auxiliary, ancilliary dan boiler
house. Kualitas soft water yang perlu diperhatikan adalah :
1. pH : 7 – 7,5
2. Turbiditas : < 1 NTU
3. Kesadahan : 0,2-0,5 ppm
5.2 Proses Water Treatment
Gambar 5.1 Flowsheet Pengolahan Air di Water Treatment
Air baku dari sungai Citarum dengan kesadahan 100 ppm dan tingkat
kekeruhan 20 NTU dipompakan dengan laju sebesar 2500 m3/jam ke
clariflocculator yang berjumlah 5 buah. Pada tangki clariflocculator terjadi
penegendapan kotoran-kotoran yang terdapat dalam air baku. Selain itu dilakukan
penambahan PAC (Poly Alumunium Chloride) dan polimer yang berfungsi untuk
107
Laporan Magang Industri PT.Indo Bharat Rayon
membentuk flok-flok dari partikel tersuspensi, sehingga partikel tersuspensi itu
dapat terendapkan. Flok-flok yang terbentuk akan mengalir ke bagian tengah
clariflocculator dan mengendap pada bagian clarifier. Pada tangki clariflokulator
ini setiap 30 menit sekali dilakukan blowdown untuk membuang endapan yang
terbentuk. Sedangkan overflow dari clariflokulator dengan tubidity max.5 ppm
dipompakan ke suction pond dan suction tank sebagai tempat penampungan
sebelum air diproses menjadi hard water dan soft water. Sebagian ir dari masing-
masing suction pond dan suction tank dipompakan ke sand filter untuk dilakukan
penyaringan partikel-partikel yang belum terendapkan. Media filter ini berupa
bahan yang terbuat dari polypropilen dan pasir silika. Kemudian dari sand filter
ini, air dialirkan ke hard water tank dan dilakukan penambahan gas chlorine (Cl2)
yang berfungsi sebagai desinfektan.
Sebagian lagi air dari suction pond dan suction tank dialirkan ke sand filter
soft water. Media filter dan fungsi sand filter ini sama dengan sand filter untuk
hard water. Setelah disaring, air dialirkan ke softener . Softener ini merupakan
resin penukar ion yang berfungsi untuk menurunkan tingkat kesadah (kandungan
ion Ca2+ dan Mg2+). Proses softening dilakukan dalam unggun resin penukar
kation dengan menggunakan sodium zeolit (Na2OAl2SO3). Reaksi yang terjadi
sebagai berikut :
Ca2+ CaR
+ Na2R → + 2Na+
Mg2+ MgR
Suatu saat resin penukar kation ini akan mengalami kondisi jenuh. Maka
untuk mengetahui tingkat kejenuhannya, dilakukan pemeriksaan setiap jam pada
resin tersebut. Apabila resin tersebut telah jenuh, maka perlu dilakukan proses
regenerasi. Regeneran yang digunakan yaitu NaCl 10%. Tahap-tahap regenerasi
sebagai berikut:
Backwash selama 45 menit
Charging selama 20 menit dengan penambagan NaCl 10-40 kg
108
Laporan Magang Industri PT.Indo Bharat Rayon
Rinsing selama 45 menit menggunakan air untuk menghilangkan sisa
larutan NaCl
Reaksi yang terjasi pada proses regenerasi yaitu :
CaR CaCl2
+ 2NaCl → + Na2R
MgR MgCl2
Outlet dari softener di cek dengan cara titrasi menggunakan EDTA. Proses
pencucian resin dilakukan tiap 6 bulan sekali dengan cara merendam resin di
dalam larutan HCl 6% selama 48 jam. Hal ini dilakukan untuk menghilangkan
unsur logam (besi) yang terdapat dalam resin, dengan reaksi yang terjadi sebagai
berikut :
Fe3+ + 3HCl → FeCl3 + 3H
Parameter yang harus diperhatikan dalam pengolahan air di water treatment
adalah :
- Kandungan Fe : < 0,2
- Kandungan Cl : < 10
- Kandungan SiO2 : < 25
- Kandungan SO4 : <20
- Suspended Solid : < 60
- COD : < 20
- BOD : < 10
5.3 Chiller
109
Laporan Magang Industri PT.Indo Bharat Rayon
Gambar 5.2 Chiller
Sumber: Google,2011
Gambar 5.3 Proses Pendinginan Air dalam Chiller
Sumber: Google,2011
110
Laporan Magang Industri PT.Indo Bharat Rayon
Chiller merupakan suatu bejana yang terdiri dari evaporator dan
kondensor. Unit ini berfungsi menyediakan air pendingin untuk keperluan proses.
Chilled water ini didistribusikan ke jaket maturing drum, jaket simplex, jaket
dissolver, pendingin heat exchanger, air pencuci untuk pendinginan di ripening
room, CS2 recovery di spinning dan AHU (Air Handling Unit) untuk pendingin
ruangan.
Prinsip kerja chiller yaitu pada saat air dijatuhkan pada dinding luar pipa
pemindah panas, maka air ini akan menguap pada temperatur 50C karena vessel
bertekanan 5 – 6 mmHg dan pengambilan panas penguapan dari air yang mengalir
di pipa pemindah panas (cairan seperti itu disebut refrigeran). Saat uap refrigeran
ini diserap secara perlahan oleh suatu absorban, vessel dijaga tetap dalam kondisi
vakum. Sebaliknya air dengan temperatur 10 – 110C yang mengalir dalam pipa
menjadi dingin dengan temperatur 5 – 60C karena panas yang setara dengan panas
penguapan diambil oleh cairan refrigeran.
PT. Indo Bharat Rayon memiliki 11 buah chiller dimana 7 buah
menggunakan absorban gas freon, 2 buah menggunakan absorban LiBr, dan 2
buah menggunakan absorban ammonia.
Kapasitas dari chiller :
Chiller 1 (tipe McQuay) = 500 m3
Chiller 2 (tipe McQuay) = 650 m3
Chiller 3 (tipe McQuay) = 500 m3
Chiller 4 (tipe McQuay) = 500 m3
Chiller 5 (tipe McQuay) = 500 m3
Chiller 6 (tipe McQuay) = 500 m3
Chiller 7 (tipe Brine) = 222 m3
Chiller 8 (tipe Brine) = 222 m3
Chiller 9 (tipe McQuay) = 500 m3
Chiller (Thermax) 2 = 600 m3
111
Laporan Magang Industri PT.Indo Bharat Rayon
Chiller (Thermax) 3 = 900 m3
5.4 Power Plant
Power Plant merupakan department yang bertugas untuk menyediakan
steam yang dibutuhkan untuk proses produksi dan proses pembuatan listrik.
Terdapat beberapa unit yang berperan penting dalam pembuatan steam di
power plant.
5.4.1 Demin Plant
Demin plant merupakan bagian dari power plant yang bertugas untuk
menyediakan air umpan boiler (Demin Water). Terdapat beberapa proses
dalam pembuatan Demin Water, antara lain :
1) Proses Pembuatan Raw Water
Air baku diolah dengan proses filtrasi menggunakan sand filter.
Pengolahan ini dilakukan oleh Water Treatment Department.
2) Activated Carbon Filter (ACF)
ACF berfungsi untuk megurangi kekeruhan dan bau pada air. PT.
Indo Bharat Rayon memiliki 2 buah tangki ACF dengan kapasitas
masing-masing 115 m3. Tangki ACF berisi karbon yang berbentuk
granula, memiliki ukuran 5 mm dan berfungsi untuk mengikat
kotoran-kotoran yang terdapat pad air baku. ACF ini digunakan
untuk menurunkan turbditas hingga 2 NTU dan menurunkan
suspended solid hingga 0.4 mg/L. Tangki ACF sekali beroperasi
selama 20 jam, setelah itu karbon harus diregenerasi yang meliputi
proses-proses sebagai berikut :
Back Wash selama 20 menit
Back wash dilakukan dari bawah tangki sehingga kotoran-
kotoran dapat terangkat. Laju alirnya sebesar 65 m3/jam.
Media Settle selama 3 menit
112
Laporan Magang Industri PT.Indo Bharat Rayon
Kotoran-kotoran yang terapung diendapkan terlebih dahulu
sebelum dikukan regenerasi.
Rinsing selama 5 menit
Setelah diendapkan dilakukan pembilasan, kotoran-kotoran yang
keluar dialirkan ke effluent untuk mengalami proses water
treatment. Lajunya sebesar 100 m3/jam.
3) Strong Acid Cation (SAC)
Terdapat empat buah tangki SAC, masing-masing tangki memiliki
kapasitas 50 m3. Didalam tangki SAC ini terdapat proses
penyaringan air menggunakan resin kation. Proses regenerasi untuk
SAC ini menggunakan larutan HCl 33% yang ditambah air, sehingga
konsentrasi HCl menjadi 4%. Proses regenerasi tersebut meliputi
tahap-tahap sebagai berikut :
Back wash selama 10 menit dengan laju alirnya sebesar 25
m3/jam
Media settle selama 3 menit, untuk mengendapkan kotoran-
kotoran yang terapung.
Midle Collector (MC) Flush selama10 menit
Preinjection selama 10 menit, merupakan persiapan sebelum
injeksi HCl.
Injection, dilakukan penambahan HCl selama 35 menit dengan
laju alir sebesar 14 m3/jam
Slow Rinse selama 30 menit. Proses slow rinse sama dengan
preinjection dan injection, namun yang masuk hanya demin
water saja tanpa larutan HCl
113
Laporan Magang Industri PT.Indo Bharat Rayon
Fast Rinse selama 20 menit. Air yang digunakan untuk
membilas adalah air yang berasal dari ACF dengan laju alir 50
m3/jam.
4) Degasser Tank
Air yang telah melewati SAC kemudian dialirkan ke degasser tank.
Namun sebelumnya air dilewatkan dahulu ke degasser tower, untuk
kemudian ditiup oleh blower yang terdapat di didegasser tower. Hal
ini dimaksudkan untuk membuang gas CO2. Di dalam degasser
tower terdapat pall ring yang terbuat dari bahan plastik. Pall ring ini
berfungsi untuk memperluas bidang kontak antara udara dan air.
Selain itu juga untuk menyaring kotoran. Pall ring diisi hingga ½
tangki degasser tower. Diameter degasser tower sebesar 1.34 m dan
tinggi 2.2 m, selanjutnya air yang telah bebas CO2 dialirkan ke
degasser tank.
5) Weak Base Anion – Strong Base Anion (WBA-SBA)
Dari degasser tank, air dialirkan ke WBA dan SBA untuk
mengalami proses penyaringan menggunakan resin anion.
Regenerasi resin ini menggunakan larutan NaOH 28% yang
ditambah air sehingga konsentrasinya menjadi 4%. Proses
regenerasinya sebagai berikut :
Back wash WBA selama 5 menit dengan laju alir sebesar 10
m3/jam
Media Settle selama 5 menit
Midle Collector (MC) Flush selama 5 menit, proses ini sama
seperti SAC, hanya saja pada saat preinjection, air diperoleh dari
demin tank dan down flow dari degasser tank. Outlet dari SBA
dialirkan kw WBA dan kemudian dibuang.
Preinjection selama 10 menit
114
Laporan Magang Industri PT.Indo Bharat Rayon
Injection selama 35 menit
Dilakukan injeksi larutan NaOH masuk ke SBA, kemudian di
WBA dilakukan drain.
Slow Rinse selama 20 dengan laju alir 50 m3/jam.
6) Mixed Bed (MB)
Jenis resin yang digunakan sama seperti resin pada SAC dan SBA
(resin kation dan anion dalam satu bed). Pada proses regenerasi
digunakan HCl dan NaOH dengan perbandingan setiap kali
regenerasi sebesar 220 kg NaOH dan 205.33 kg HCl. Tahap-tahap
regenerasi sebagai berikut :
Back wash selama 10 menit
Media Settle selama 5 menit
Midle Collector (MC) Flush selama 5 menit
Preinjection selama 10 menit
Injection selama 25 menit dengan NaOH dan HCl diinjeksikan
bersama-sama
Slow Rinse selama 40 menit
Drain selama 1 menit
Air mixing selama 10 menit
Force Settle selama 5 menit
Filling selama 10 menit
Fast Rinse selama 15 menit
7) Demin Tank
115
Laporan Magang Industri PT.Indo Bharat Rayon
Demin tank merupakan tanki untuk menampung air umpan boiler
yang nantinya air ini akan dikirimkan ke power plant atau boiler
department. Untuk boiler di power plant, pengolahan air umpan
boiler dilakukan secara sempurna agar kandungan silika dalam air
sedikit, karena apabila kandungan silika tinggi maka silika tersebut
akan menempel di tube boiler.
Proses pengolahan air umpan boiler cukup dilakuakn sampai proses
SBA dengan menggunaka CPU, yaitu air yang masuk ke dalam CPU
merupakan air yang berasal dari SBA. Jenis resin yang digunakan di
dalam CPU adalah resin penukar anion dan kation. Sedangkan untuk
meregenerasi resin digunakan HCl dan NaOH. Namun sebelum
melewati CPU air tersebut dilewatkan ke HE untuk pengkondisian
suhu, kemudian air masuk ke AF CPU yang didalamnya berisi
karbon. Dari AF CPU air masuk ke tangki penampung, lalu outlet
dari AF CPU bergabung dengan outlet SBA dan akhirnya masuk ke
CPU.
5.4.2 Boiler Department
Boiler department berfungsi sebagai supplier steam yang sangat
dibutuhkan agar proses produksi tetap berlangsung. Bahan bakar boiler berasal
dari batu bara dan dapat juga berasal dari minyak bakar (residu). Terdapat dua
jenis boiler yang digunakan di PT. Indo Bharat Rayon, yaitu:
Water Tube Boiler
Pada boiler jenis ini, air mengalir didalam tube sedangkan flue gas
dialirkan melalui shell. Air yang telah mengalami pemanasan mengalir
melalui tube-tube.
Fire Tube Boiler
116
Laporan Magang Industri PT.Indo Bharat Rayon
Pada boiler jenis ini, air mengalir di dalam shell sedangkan gas panas
mengalir di dalam tube. Jenis steam yang dihasilkan pada fire tube boiler
ini adalah steam jenuh (saturated steam) bertekanan rendah.
5.4.2.1. Jenis dan Kapasitas Steam
Kebutuhan steam yang sangat berperan dalam proses sekaligus untuk
pembangkit tenaga listrik didapat dari boiler department dan power plant.
Steam yang dihasilkan yaitu :
Low Pressure Steam (LP steam), merupakan steam bertekanan
rendah. Tekanannya sekitar 2.6 bar dengan temperatur steam
250°C.
High Pressure Steam (HP steam), merupakan steam bertekanan
tinggi. Tekanannya sekitar 15.6 bar dengan temperatur steam
135°C.
Steam yang dihasilkan boiler didistribusikan ke department-department
lain untuk digunakan dalam proses produksi.
5.4.2.2. Listrik
Power plant memanfaatkan steam untuk menggerakan turbin yang
nantinya akan menghasilkan energi listrik akibat perputaran turbin tersebut
( perubahan energi mekanik menjadi energi listrik ). Besarnya konsumsi
energi listrik di PT. Indo Bharat Rayon sebesar 6.5 MWatt dari PLN dan
6.5 Mwatt dari PT. Indo Bharat Rayon sendiri. Energi listrik yang
dihasilkan dari power plant sebesar 21.6 Mwatt, sisanya dikirimkan ke
PLN untuk menambah pasokan energi listrik.
5.4.2.3 Bahan Bakar
Bahan bakar yang digunakan untuk jenis fire tube boiler adalah residu
(furnace oil) dan batu bara. Boiler dengan bahan bakar menngunakan batu
bara lebih efisien dibandingkan menggunakan residu, dilihat dari besar
panas yang dihasilkan yaitu dapat menghasilkan panas steam mencapai
117
Laporan Magang Industri PT.Indo Bharat Rayon
920 °C, sedangkan boiler menggunakan bahan bakar residu hanya
menghasilkan steam dengan panas sekitar 300°C.
BAB VI
118
PRESIDENT DIRECTOR
Laporan Magang Industri PT.Indo Bharat Rayon
MANAJEMEN INDUSTRI
6.1. Manajemen Perusahaan
Sistem manajemen yang diterapkan pada PT. Indo Bharat Rayon adalah
Birla Management Centre. langkah-langkah spesifik yang ditentukan untuk
mencapai tujuan Birla Management Centre adalah sebagai berikut :
a. Partisipasi manajemen berdasarkan consensus dan konsultasi melalui :
Badan pengurus manajemen
Badan pengurus pemasaran
Pengendalian mutu
b. Program pengetahuan secara menyeluruh
c. Program perkembangan keahlian
d. System penyempurnaan
e. Pengutusan dan pemantauan
f. Pengembangan Sumber Daya Manusia
6.2. Struktur Organisasi Perusahaan
Struktur organisasi adalah kerangka antar hubungan dari orang-orang atau
unit-unit yang memiliki tugas dan wewenang serta tanggung jawab tertentu.
Struktur organisasi dibuat menurut kebutuhan perusahaan supaya tujuan
perusahan dapat tercapai.
Sistem organisasi pada PT. Indo Bharat Rayon sistem line and staff.
Sistem ini dapat dilihat dari segi pelaksanaan kerja dalam struktur organisasi ,
yaitu perintah dan tanggung jawab merupakan garis lurus dari atas kebawah.
119
Laporan Magang Industri PT.Indo Bharat Rayon
Gambar 6.1 Struktur Organisasi PT. Indo Bharat Rayon
6.3 Ketenagakerjaan
120
Laporan Magang Industri PT.Indo Bharat Rayon
6.3.1 Peraturan-peraturan Tenaga Kerja
Waktu Kerja
Setiap pekerja bertugas menurut jadwal tetap berdasarkan waktu
yang telah ditetapkan menurut aturan perusahaan, yaitu :
General Shift :
Senin-Jum’at : 08.30 – 16.45 WIB
Sabtu : 08.30 – 12.15 WIB
Istirahat makan siang : 12.00 – 13.00 WIB
Shift :
Shift Pagi (I) : 07.00 – 15.00 WIB
Shift Siang (II) : 15.00 – 23.00 WIB
Shift Malam (III) : 23.00 – 07.00 WIB
Istirahat makan siang diberikan secara bergiliran, setengah jam
setelah masing-masing bekerja selama empat jam terus menerus,
dimana penetapan gilirannya diatur oleh supervisor masing-masing
bagian sehingga dengan demikian proses tetap berlangsung.
Setiap pekerja mempunyai waktu libur satu hari dalam seminggu,
sedangkan kerja lembur dilakukan dengan sukarela sesuai dengan
perundang-undangan yang berlaku.
Tenaga kerja melakuakn kerja lembur apabila setiap pekerjaan
yang dikerjakan lebih dari 7 jam/hari dan 40 jam/minggu bila
dikerjakan siang hari, dan lebih dari 6 jam/hari atau 35 jam/minggu
bila dikerjakan pada malam hari serta pekerjaan yang dikerjakan pada
hari istirahat mingguan sesuai yang ditetapkan oleh pemerintah.
6.3.2 Kesejahteraan dan Jaminan Kesejahteraan Sosial Tenaga Kerja
121
Laporan Magang Industri PT.Indo Bharat Rayon
PT. Indo Bharat Rayon memperhatikan kesejahteraan para tenaga
kerja dengan memberikan jaminan social sesuai dengan ketentuan
yang telah ditetapkan. Jaminan sosial yang diberikan oleh perusahaan
adalah :
a. Makan dalam jam kerja
Perusahaan memberikan makan, minum dan makanan tambahan
pada saat shift malam sesuai dengan menu yang diatur oleh
perusahaan dan serikat pekerja. Perusahaan juga memberikan
minuman ekstra berupa 4 pak susu dalam seminggu.
b. Transportasi
Perusahaan menyediakan fasilitas bus jemputan bagi karyawan.
c. Perumahan
d. Fasilitas Kesehatan
Perusahaan menyediakan poliklinik di perusahaan untuk para
pekerja dan keluarganya. Perusahaan juga menunjuk Rumah
Sakit Umum Bayu Asih untuk jaminan pemeliharaan kesehataan,
pengolahan dan tindakan media lainnya, yaitu satu orang
istri/suami dan dua orang anak yang sah menjadi tanggungannya.
e. Pakaian Kerja dan Sepatu
Pakaian kerja dan sepatu diberikan oleh perusahaan sekali dalam
setahun.
f. Rekreasi
g. Koperasi Karyawan
Koperasi karyawan yang menyediakan barang-barang kebutuhan
rumah tangga karyawan.
h. Tabungan hari tua
Pekerja membayar 2% gajinya dan perusahaan sebesar 3,7% dari
gaji pekerja. Seluruh pekerja tersebut bila telah berusia 55 tahun
atau meninggal dunia sebelum usia tersebut, maka tabungan
122
Laporan Magang Industri PT.Indo Bharat Rayon
diberikan oleh Perum ASTEK + bunganya sesuai PP No.
14/1993.
i. Tempat peribadatan dan peringatan hari raya agama.
6.3.3 Komposisi Tenaga Kerja PT.Indo Bharat Rayon
Tenaga kerja pada PT. Indo Bharat Rayon sampai periode bulan
September 2003 berjumlah 1020 orang. Tenaga kerja tersebut
diklasifikasikan sebagai berikut :
Tabel 6.1 Jumlah karyawan berdasarkan usia.
No.
Usia (tahun) Jumlah
1
2
3
4
5
6
7
8
20-24
25-29
30-34
35-39
40-44
45-49
50-54
55-59
93
166
211
288
161
114
40
7
Jumlah Total 1020
Tabel 6.2 Jumlah karyawan berdasarkan jenis kelamin.
No.
Jenis Kelamin Jumlah
1
2
Laki-laki
Perempuan
945
75
Jumlah Total 1020
123
Laporan Magang Industri PT.Indo Bharat Rayon
Tabel 6.3 Jumlah karyawan berdasarkan pendidikan
No. Pendidikan Jumlah
1
2
3
4
5
6
7
8
SD
SLTP
SLTA
D1
D2D3
S1
S2
94
86
640
40
-
54
96
10
Jumlah Total 1020
6.3.4 Tata Tertib Perusahaan
Tata tertib yang berlaku di PT. Indo Bharat Rayon harus ditaati
oleh seluruh karyawan. Tata tertib ini meliputi :
a. Mencatat setiap kehadiran dengan menggunakan kartu ketok yang
disediakan oleh perusahaan.
b. Pekerja harus sudah berada ditempat kerja lima menit sebelum kerja
dimulai.
c. Pekerja shif dapat meninggalkan tempat kerja setelah pekerja shif
berikutnya dating.
d. Pekerja wajib mentaati perintah atasannya dalam hal penempatan
lokasi kerja di departemen yang bersangkutan.
e. Pekerja tidak diperkenankan makan atau minum di tempat-tempat yang
diperkirakan berbahaya bagi pekerja ataupun bagi perusahaan.
f. Pekerja tidak dapat pulang sebelum waktunya kecuali telah mendapat
surat izin dari atasannya.
124
Laporan Magang Industri PT.Indo Bharat Rayon
g. Pekerja harus mengenakan pakaina seragam selama waktu kerja.
h. Pekerja tidak boleh memakai barang milik perusahaan tanpa
persetujuan tertulis dari atasan.
6.3.5 Keselamatan Kerja
PT. Indo Bharat Rayon menganggap bahwa keselamatan para
pekerja merupakan satu hal yang penting yang harus diutamakan.
Untuk itu, maka dipasang slogan-slogan peringatan keselamatan kerja
pada tempat-tempat yang dianggap strategis. Hal ini dimaksudkan
untuk mendidik dn mengingatkan karyawan dan semua pihak yang
terlibat dalam PT. Indo Bharat Rayon untuk menjadikan keselamatan
kerja sebagai hal yang utama.
Peralatan standart yang digunkan untuk kepentingan
keselamatan kerja antara lain :
a. Helm pengaman
b. Sepatu keselamatan
c. Pelindung mata
d. Pelindung telinga
e. Masker pelindung pernapasan
125
Laporan Magang Industri PT.Indo Bharat Rayon
BAB VII
TATA LETAK PABRIK
Gambar 7.1 Denah PT.Indo Bharat Rayon Purwakarta
Sumber :Google, 2011
Tata letak pabrik meliputi seluruh posisi bangunan pabrik. Biasanya tata
letak pabrik ini didasarkan pada jenis produksi juga dengan sarana pendukung
dari pabrik tersebut seperti air, listrik, transportasi dan lain-lain. Tata letak pabrik
ini juga merupakan salah satu pendukung keberhasilan suatu perusahaan karena
berkaitan dengan kenyamanan kerja.
Tata letak PT. Indo Bharat Rayon adalah sebagai berikut :
1. Lahan tertutup bangunan
a. Bangunan pabrik dan kantor luasnya 106.570 m2
b. Bangunan gudang bahan baku luasnya 11.862 m2
126
Laporan Magang Industri PT.Indo Bharat Rayon
c. Pelataran tempat menyimpan bahan baku/produksi luasnya 10.000 m2
d. Perumahan/mess karyawan luasnya 85.587 m2
e. Jalan/saluran luasnya 28.000 m2
f. Waste and Water Treatment (WWT) luasnya 26.786,85 m2
g. TPA lumpur WWT luasnya 20.000 m2
h. Bangunan bengkel luasnya 1.067 m2
i. Tempat parkir luasnya 5.000 m2
j. Bangunan lain luasnya 7.120 m2
2. Lahan tertutup
a. Lapangan olah raga luasnya 2.000 m2
b. Taman dan open land luasnya 152.294 m2
Lokasi pabrik PT.Indo Bharat Rayon :
Jalan Raya Curug Km.10 Ds. Cilangkap Kec/Kab. Purwakarta Jawa Barat.
Kode Pos 41101 PO. BOX No. 9 Telepon (0264) 202041.
Faximile (0264) 201349
E-mail : [email protected]
Dari keterangan di atas maka luas total lahan saat ini yang dialokasikan
untuk aktivitas kegiatan industri adalah 456.286,85 m2 (Sumber PT. IBR 1995).
Alasan pemilihan tempat didirikannya PT.Indo Bharat Rayon didaerah
Cilangkap kab.Purwakarta adalah :
a. Dekat dengan sumber air, yaitu sungai Citarum, dimana kebutuhan air
untuk pabrik 20.000 m3/hari dapat terpenuhi.
b. Tersedia tenaga listrik cukup besar dari PLTA jatiluhur yang mempunyai
kapasitas 70.000 KVA. Sebagai cadangan digunakan diesel generator
dengan kapasitas 1.500 KVA yang digunakan sebagai penggerak mesin-
mesin instrument dan sebagai pengurangan jumlah pemakaian seluruhnya
kurang lebih 76.000 KWH.
c. Kebutuhan tenaga kerja mudah terpenuhi
127
Laporan Magang Industri PT.Indo Bharat Rayon
BAB VIII
PENGELOLAAN LIMBAH
8.1 Waste Water Treatment
Pengolahan limbah cair pada PT. Indo Bharat Rayon meliputi pengolahan
secara fisik, kimia dan biologi. Limbah cair ini perlu dilakukan pengolahan untuk
mencegah terjadinya pencemaran sungai, karena bila tidak diolah dengan benar
akan mengganggu kesehatan penduduk. Selain itu, untuk mencegah terganggunya
ekosistem dalam sungai karena berkurangnya kandungan oksigen terlarut (OD)
yang disebabkan oleh adanya proses degradasi aerob senyawa organik.
Waste Water Treatment berada dibawah pengawasan Departemen Effluent
dimana unit ini berfungsi sebagai tempat untuk mengolah limbah cair yang
dihasilkan selama proses produksi. Adapun limbah cair yang dihasilkan di PT.
Indo Bharat Rayon adalah sebagai berikut :
a. Limbah cair yang bersifat asam
Limbah ini diperoleh dari unit after treatment di departemen spinning.
Selain itu, didapat juga dari unit evaporator pada Auxilliary Department
dengan kandungan asam yang rendah.
b. Limbah cair bersifat alkali
Limbah ini berasal dari departemen viscose sebesar 250 m3/jam terutama
pada unit soda station dan filter press.
c. Limbah cair bersifat netral
Limbah ini merupakan air bekas pendingin, air dari steam condensate,
sand filter dan softener. Limbah ini langsung dibuang ke lingkungan
karena sudah memenuhi baku mutu lingkungan.
d. Kandungan zat organik
128
Laporan Magang Industri PT.Indo Bharat Rayon
Kandungan zat organik berupa suspended solid yang diperoleh dari
Departemen Viscose dan berupa serat dari Departemen Spinning.
Limbah cair terdiri dari acidic water drain dari Departemen Spinning dan
Departeman Auxiliary. Selain itu, berupa alkalin water drain dari Departemen
Viscose.
Limbah yang berasal dari Spinning Department (pH 3-5) dialirkan ke Grit
Chamber unruk diendapkan secara gravitasi. Setelah itu limbah dari grit chamber
dialirkan ke equalisation. Penambahan larutan kapur ini terjadi di equalisation
tank, sehingga pH menjadi 6,5-7,5. Di dalam equalisation tank limbah diaduk
bersama dengan laritan kapur agar mendapatkan pH yang diinginkan. Larutan
kapur yang digunakan berasal dari 1100 kg kapur yang dilarutkan dalam air
sebanyak 5 m3 dan kemudian ditampung di lime tank.
Over flow dari equalisation tank masuk ke primary clarifier yang disana
ditambahkan urea dan TSP, hal ini bertujuan agar bakteri yang ada di dalam
limbah tetap hidup (nutrien bagi bakteri), sedangkan underflownya masuk
kedalam sludge thickener.
Setelah ditambah urea dan TSP, overflow limbah dialirkan ke aeration
tank untuk menurunkan nilai COD dan BOD. Didalam aeration tank terdapat
bakteri aerob yang berasal dari kotoran sapi yang berfungsi untuk menguraikan
fibre dan zat-zat organik maupun anorganik yang mempengaruhi nilai COD,
sehingga didapat nilai COD yang diinginkan. Dalam proses ini dibutuhkan
pengadukan agar limbah tidak mengendap namun terbentuk emulsi. Setelah itu
limbah dialirkan ke secondary clarifier dengan tujuan mengendapkan padatan
yang masih terbawa. Lalu over flow dari secondary clarifier ditambahkan clorine
untuk membunuh bakteri, sebelum dialirkan ke sungai citarum.
Pengolahn limbah dari sump zone dilakukan terpisah karena mengandung
limbah B3 yaitu logam Zn, pertama-tama limbah dari sump zone dimasukkan ke
dalam flash mixer untuk ditambahkan kapur agar pH menjadi 7,5-8,5 dan setelah
itu masuk ke zinc clarifier untuk menghilangkan kandungan logam Zn. Setelah
logam Zn hilang dari limbah, limbah tersebut diolah sama seperti limbah yang
129
Laporan Magang Industri PT.Indo Bharat Rayon
berasal dari Spinning dan Auxilliary department. Adapun reaksi penambahan
kapur pada limbah yang berasal dari sump zone adalah sebagai berikut :
H2SO4 + Ca(OH)2 CaSO4 + 2H2O
ZnSO4 + Ca(OH)2 CaSO4 + Zn(OH)2
Limbah padat yang telah terkumpul di sludge thickener overflownya
dialirkan ke secondary clarifier sedangkan underflownya dialirkan ke belt press
sehingga air di dalam limbah padat semakin berkurang. Setelah itu sludge
dimasukkan ke dalam sludge solidification, di dalam alat ini sludge ditambahkan
dengan kapur dan Fly ash dengan tujuan untuk mengurangi bau, mempercepat
proses pengeringan dan juga agar sludge cepat memadat.
8.2 Pengelolaan Limbah Gas
Pengolahan limbah gas dilakukan di setiap departemen yang menghasilkan
limbah tersebut, seperti :
Gas CS2 yang dihasilkan pada proses regenerasi dengan cara recovery
melalui proses kondensasi.
Gas H2S, sulfur, CS2 dari cairan spinbath di bottom tank, top tank dan
mesin spinning ditarik oleh exhaust fan dan dialirkan ke chimney
(cerobong asap)
Gas H2S yang dihasilkan pada proses pembuatan CS2 diolah melalui
proses claus menjadi sulfur.
Reaksi oksidasi yang terjadi :
H2S + O2 H2O + SO2
Reaksi reduksi yang terjadi :
H2S + SO 3 S + 2 H2O
Reaksi keseluruhan :
2 H2S + O2 2 S + 2 H2O
Sulfur yang terbentuk merupakan sulfur cair yang kemudian didinginkan
dengan media pendingin air membentuk sulfur padat.
130
Laporan Magang Industri PT.Indo Bharat Rayon
Lean gas dari spinning department dimanfaatkan sebagai bahan baku
pembuatan asam sulfat di Waste Sulphuric Acid Plant (Ancillary
Department).
8.3 Pengelolaan Limbah Padat
Limbah padat yang dihasilkan oleh PT. Indo-Bharat Rayon dapat berupa
drum bekas, kawat, bekas kemasan bahan baku pulp, produk spinning fault, tow,
limbah padat dari Belt Press (effluent department), dan lain-lain. Limbah-limbah
padat tersebut kecuali limbah padat dari Belt Press diolah oleh pihak ke-3 seperti
masyarakat sekitar menjadi barang lain contohnya produk spinning fault dan tow
yang bisa diolah menjadi isian jok dan lain-lain.
Pengelolaan terhadap limbah padat dari Belt Press dilakukan melalui
solidifikasi dan stabilisasi. Berikut ini adalah prosedur dari solidifikasi dan
stabilisasi lumpur :
1. Proses Solidifikasi dan Stabilisasi dilakukan dilokasi pabrik .
2. Masukkan limbah padat yang berasal dari Belt Press melalui Screw
Conveyor ke dalam Twin Shaft Paddle Mixer.
3. Tambahkan kapur sebanyak 1-10% berat.
4. Tambahkan semen sebanyak 1-5% berat.
5. Setelah homogen keluarkan campuran limbah tersebut dari Paddle Mixer.
Simpan campuran limbah padat tersebut selama 2 sampai 3 hari.
Lakukan uji kuat tekan terhadap campuran limbah padat tersebut
menggunakan penetrometer dengan batasan minimum uji kuat tekan
sebesar 1 Kg/cm2.
Prosedur penimbunan limbah padat adalah sebagai berikut:
1. Penimbunan limbah padat dilakukan mulai dari sel I yang berada disebelah
barat lokasi, selanjutnya diteruskan berturut-turut menuju arah timur ke sel
II
2. Melakukan perataan dan kompaksi limbah padat yang berada didalam sel
dengan bantuan dozer dan kompaktor dari waktu ke waktu.
131
Laporan Magang Industri PT.Indo Bharat Rayon
3. Perataan dilakukan apabila limbah sudah meliputi area ± 500m2.
4. Kompaksi dilakukan setiap ketinggian 0.5m dengan sistem seperti
dibawah.
gambar 8.1 Proses penimbunan limbah padat
5. kemiringan lereng timbunan limbah padat maksimal ±18o
6. Apabila ketinggian timbunan limbah padat pada sel aktif I telah mencapai
ketinggian maksimum dan dengan kemiringan lereng ±18o, maka sel ke II
segera diaktifkan (seperti gambar berikut ini).
SEL I SEL II
Gambar 8.2 Sel tempat penimbunan limbah padat
SEL I SELL II
Gambar 8.3 Tata letak penimbunan limbah padat
132
Laporan Magang Industri PT.Indo Bharat Rayon
7. Proses penimbunan pada sel II sama dengan sel I.
8. Untuk menghindari masuknya air ketimbunan limbah, timbunan limbah
padat dalam landfill ditutup dengan penutup terpal atau sejenis sampai
dapat dilaksanakan pemasangan final cover (lapisan penutup).
9. Final cover akan dilakukan apabila timbunan limbah padat mencapai 5m
dari permukaan tanah sesuai peraturan dari pemerintah.
8.4 Peraturan Pemerintah tentang Penimbunan Limbah Padat
Berikut ini adalah berbagai persyaratan yang berkaitan dengan
penimbunan limbah padat dan limbah B3 berdasarkan Peraturan Pemerintah
Republik Indonesia No. 18 Tahun 1999 tentang pengelolaan limbah bahan
berbahaya dan beracun,
a) Pasal 36
Lokasi penimbunan limbah B3 wajib memenuhi persyaratan sebagai
berikut:
Bebas dari banjir;
Permeabilitas tanah maksimum 10 pangkat negatif 7 centimeter per
detik;
Merupakan lokasi yang ditetapkan sebagai lokasi penimbunan
limbah B3 berdasarkan rencana tata ruang;
Merupakan daerah yang secara geologis dinyatakan aman, stabil
tidak rawan bencana dan di luar kawasan lindung;
Tidak merupakan daerah resapan air tanah, khususnya yang
digunakan untuk air minum.
b) Pasal 37
Penimbunan limbah B3 wajib menggunakan sistem pelapis yang
dilengkapi dengan saluran untuk pengaturan aliran air permukaan,
pengumpulan air lindi dan pengolahannya, sumur pantau dan lapisan
133