laporan magang pembibitan tebu

116
STUDI TEKNIK PEMBIBITAN TANAMAN TEBU ( Saccharum officinarum L.) DI PTPN X PG. NGADIREDJO LAPORAN MAGANG KERJA Oleh: HAFIZ ALI N. 125040200111223 MINAT BUDIDAYA PERTANIAN PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI

Upload: harun

Post on 15-Feb-2016

739 views

Category:

Documents


193 download

DESCRIPTION

beberapa metode pembibitan tebu

TRANSCRIPT

Page 1: laporan magang pembibitan tebu

STUDI TEKNIK PEMBIBITAN TANAMAN TEBU(Saccharum officinarum L.) DI PTPN X PG. NGADIREDJO

LAPORAN MAGANG KERJA

Oleh:HAFIZ ALI N.

125040200111223

MINAT BUDIDAYA PERTANIANPROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI

UNIVERSITAS BRAWIJAYA FAKULTAS PERTANIAN

JURUSAN BUDIDAYA PERTANIANMALANG

2015

Page 2: laporan magang pembibitan tebu

LAPORAN MAGANG KERJA

STUDI TEKNIK PEMBIBITAN TANAMAN TEBU(Saccharum officinarum L.)

Oleh:HAFIZ ALI N.

125040200111223

MINAT BUDIDAYA PERTANIANPROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI

UNIVERSITAS BRAWIJAYA FAKULTAS PERTANIAN

JURUSAN BUDIDAYA PERTANIANMALANG

2015

ii

Page 3: laporan magang pembibitan tebu

LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN MAGANG KERJA

STUDI TEKNIK PEMBIBITAN TANAMAN TEBU(Saccharum officinarum L.) DI PT. PERKEBUNAN NUSANTARA X

(PERSERO) PABRIK GULA NGADIREDJO-KEDIRI

Disetujui Oleh:

Pembimbing Lapang Pembimbing Utama

Suprihatin, SP Dr.Ir.TitiekIslami, MSNIP. 195109211981032001

Ketua Jurusan Budidaya PertanianFakultas Pertanian

Dr.Ir. Nurul Aini. MSNIP.196010121986012001

iii

Page 4: laporan magang pembibitan tebu

RINGKASAN

Hafiz Ali N 125040200111223. Studi Teknik Pembibitan Tanaman Tebu (Saccharum officinarum L.) Di bawah bimbingan Dr. Ir. Titiek Islami, MS dan Suprihatin SP. sebagai pembimbing lapang.

Tanaman tebu ialah salah satu anggota familia rumput-rumputan (Gramineae) yang memiliki nilai ekonomis cukup tinggi yang digunakan sebagai bahan baku gula. Bibit tebu ialah salah satu komponen paling penting dalam usaha memperoleh tanaman tebu dengan hasil panen yang baik. Bibit yang bermutu merupakan bibit yang berasal dari jenis-jenis murni dan diperoleh dari bahan tanam yang bebas dari hama dan penyakit.

Dalam memenuhi kebutuhan bibit tebu dalam jumlah besar maka dilakukan pembibitan berjenjang secara bertahap diawali dari Kebun Bibit/benih Pokok Utama (KBPU), Kebun Bibit/benih Pokok (KBP), Kebun Bibit/benih Nenek (KBN), Kebun Bibit/benih Induk (KBI), dan Kebun Bibit/benih Datar (KBD). Bentuk bibit tebu berupa bagal, lonjoran, rayungan, dan bibit tebu hasil kultur jaringan.

Kegiatan magang kerja dilaksanakan di Pusat Penelitian Perkebunan Gula Indonesia, Pasuruan dengan metode praktek kerja langung dan observasi di lapang untuk pengumpulan data primer.

Pusat Penelitian Perkebunan Gula Indonesia merupakan suatu lembaga riset pergulaan Indonesia. Tujuan utama dari penelitian perkebunan adalah menghasilkan teknologi dan kebijakan yang bertujuan meningkatkan daya saing industri perkebunan. Varietas unggul komersial yang ditanam di Kebun Bibit Pusat Penelitian Gula Indonesia adalah PS 881, PS 882, PS 864, PS 862, PS 851, Kidang Kencana, Bululawang, PSJT 941.

Pengelolaan kebun pembibitan mencakup pembukaan lahan dan pengolahan tanah, tanam , pemeliharaan, pemupukan, pemberian air, penurunan tanah, perlindungan tanaman, dan seleksi varietas untuk mendapatkan bibit yang murni varietasnya. Selanjutnya dilakukan taksasi untuk mengetahui berapa jumlah bibit tebu yang bisa dihasilkan dari suatu luasan kebun. Kemudian dilakukan sertifikasi sehingga diperoleh bibit tebu yang berkualitas dan bebas hama penyakit sehingga bibit tebu bisa untuk didistribusikan ke instansi-instansi perkebunan terkait.

iv

Page 5: laporan magang pembibitan tebu

SUMMARY

Hafiz Ali N 125040200111223. Studi Teknik Pembibitan Tanaman Tebu (Saccharum officinarum L.) Di bawah bimbingan Dr. Ir. Titiek Islami, MS dan Suprihatin SP. sebagai pembimbing lapang.

The sugar cane plant is a familia herbaceous (Gramineae) which has a fairly high economic value that is used as raw sugar. Seedling sugarcane is one of the most important components in the business of acquiring plant sugar cane with a good harvest. Quality seeds is a seed derived from pure types of planting materials and retrieved free of pests and diseases.

To complete the needs of large quantities of sugarcane seedling then conducted gradually starting with nurseries of Garden Seeds Main (KBPU), Garden Seeds Principal (KBP), Garden Seeds Grandma (KBN), Garden Seeds Parent (KBI), and Garden Seeds Flat (KBD).

Internship activities carried out in Institute Sugar Research Indonesian, Pasuruan with practice methods and observations in to collect for primary data collection. The main goal of research is producing plantations and technology policies that aim at improving the competitiveness of the plantation industry. Superior commercial varieties grown in nurseries of Institute Sugar Research Indonesian is PS 881, PS 882, PS 864, PS 862, PS 851, Kidang Kencana, Bululawang, PSJT 941.

The management of nursery gardens include the opening of the land and tillage, planting, fertilizing, maintenance, provision of water, soil degradation, crop protection, and selection of varieties to get pure seeds for next variety. After that, we have taksation to get some estimation to find out what amount of sugarcane seedling can be produced from a garden extents. Then we have to seed cane certification, this have a purpose to get a quality and free of pests diseases so that the seeds can be distributed into sugar cane for plantation agencies.

v

Page 6: laporan magang pembibitan tebu

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufiq

dan hidayah-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan laporan magang kerja

yang berjudul “Studi Teknik Pembibitan Tanaman Tebu (Saccharum officinarum

L) di PT. Perkebunan Nusantara X Pabrik Gula Ngadiredjo-Kediri”. Laporan ini

disusun sebagai syarat untuk melaksanakan ujian magang kerja yang telah

ditentukan oleh Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya. Dalam menyelesaikan

laporan ini, penyusun mengucapkan terima kasih kepada:

1. Allah SWT atas semua nikmat dan karunia yang telah diberikan kepada

penyusun sehingga dapat meyelesaikan proposal magang kerja dengan tepat

waktu.

2. Ibu Dr. Ir. Titiek Islami, MS. selaku dosen pembimbing utama dan

pembimbing magang yang telah membimbing penyusun untuk penyelesaian

laporan magang kerja ini.

3. Kedua orang tua yang selalu memberi semangat dan doa untuk kesuksesan

penyusun.

4. Teman-teman dan semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan

laporan magang kerja ini.

Penyusun menyadari bahwa laporan magang kerja ini masih terdapat

kekurangan dan masih membutuhkan kritik maupun saran yang dapat membangun

sehingga proposal ini dapat bermanfaat untuk semua pihak.

Kediri,16 Oktober 2015

Penyusun

vi

Page 7: laporan magang pembibitan tebu

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................................vi

DAFTAR ISI....................................................................................................................vii

DAFTAR GAMBAR.........................................................................................................1

1. PENDAHULUAN.........................................................................................................4

1.1 Latar Belakang.........................................................................................................4

1.2 Tujuan Magang Kerja...............................................................................................5

2. TINJAUAN PUSTAKA................................................................................................6

2.1 Klasifikasi dan Botani Tanaman Tebu......................................................................6

2.2 Morfologi Tanaman Tebu........................................................................................6

2.2.1 Batang...............................................................................................................6

2.3 Syarat Tumbuh........................................................................................................9

2.4 Fase Pertumbuhan................................................................................................11

2.5 Teknik Budidaya Tanaman Tebu............................................................................12

3. BAHAN DAN METODE...........................................................................................18

3.1 Waktu dan Tempat...............................................................................................18

Kegiatan Kuliah Kerja Prefesi (KKP) dilakukan di PTP NUSANTARA X PG. Ngadiredjo, Kabupaten Kediri. Waktu pelaksanaan KKP dimulai 1 Juli 2015 sampai 26 september 2015 18

3.2 Metode Pelaksanaan............................................................................................18

Kegiatan Kuliah Kerja Prefesi (KKP)dengan mengikuti dan menjalankan setiap rangkaian kegiatan yang dilakukan di kebun milik PTP NUSANTARA X PG. Ngadiredjo, Kediri. Metode yang digunakan untuk memperoleh data ialah:.................................18

Lampiran 1.......................................................................................................................61

vii

Page 8: laporan magang pembibitan tebu

viii

Page 9: laporan magang pembibitan tebu

DAFTAR GAMBAR

1

Page 10: laporan magang pembibitan tebu

DAFTAR TABEL

2

Page 11: laporan magang pembibitan tebu

DAFTAR LAMPIRAN

3

Page 12: laporan magang pembibitan tebu

1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tebu (Saccharum officinarum L.) merupakan bahan baku industri gula yang

merupakan komoditas unggulan dan dibudidayakan di Indonesia. Di Indonesia,

komoditas tebu memiliki sejarah panjang dan berubah-ubah. Sentral penanaman

tebu di Indonesia mulanya terpusat di Pulau Jawa, yang dirintis waktu

kolonialisasi Belanda. Pada waktu itu, penanaman tebu diberlakukan secara paksa

dan perdagangan gulanya dimonopoli oleh Belanda. Dalam beberapa tahun

terakhir, pengembangan tanaman tebu makin meluas ke berbagai daerah, termasuk

dikeluarkannya kebijakan pemerintah untuk pengembangan industri gula di

Kawasan Timur Indonesia (KTI) (Ahira, 2009).

Bibit merupakan salah satu sarana produksi yang tidak boleh diabaikan

peranannya, karena bibit adalah modal utama dalam pengolahan tanaman tebu

untuk mendapatkan hasil tebu dan gula yang lebih tinggi. Untuk mencapai target

produksi, salah satu faktor keberhasilan pabrik gula adalah menyelenggarakan

kebun tebu giling dengan menggunakan bibit yang bermutu. Bibit yang bermutu

adalah bibit yang mempunyai daya kecambah yang tinggi, bebas hama penyakit,

kemurnian tinggi dan daya hasil penangkaran tinggi (Kuntohartono, 1981).

Kebutuhan bibit di lahan kering lebih banyak dibandingkan dengan lahan

sawah. Hal ini terjadi karena rendahnya hasil penangkaran yang diantaranya

disebabkan oleh lahan yang kurang subur, keterbatasan air irigasi, lokasi

pembibitan jauh dari lokasi tanam dan rusaknya bibit dalam perjalanan. Untuk itu

perlu diadakan pengelolaan kebun bibit yang baik. Penyediaan bibit bagi

pertanaman tebu harus dilakukan sesuai dengan tata cara penyediaan bibit yang

benar. Selain itu diperlukan varietas-varietas yang unggul di daerah tegalan yang

tahan kekeringan.

Tujuan akhir dari penyelenggaraan kebun pembibitan adalah menyediakan

bibit sebagai bahan tanam bagi pertanaman tebu giling yang sebaik-baiknya,

dalam arti kuantitas(cukup memenuhi kebutuhan) dan kualitas (murni varietasnya,

sehat, dayadan kecepatan berkecambah yang cukup besar). Untuk menjamin

keberhasilan kualitas dan kuantitas bibit tersebut, maka pengelolaan bibit sejak

dari Kebun Bibit Nenek (KBN), Kebun Bibit Induk (KBI) sampai Kebun Bibit

4

Page 13: laporan magang pembibitan tebu

Dataran (KBD) perlu diletakkan dalam satu tangan, yakni pabrik gula

(Sedyamidjaja dan Azharni, 1992). Penanganan satu tangan memudahkan

perencanaan komposisi varietas yang akan di tanam di Kebun Tebu Giling (KTG)

dan jumlah bibit yang dibutuhkan setiap tahapan kebun bibit.

Dalam menghasilkan bibit yang unggul tentunya memerlukan suatu proses

yang harus dilakukan dengan baik agar mampu berkontribusi tinggi pada

peningkatan hasil produksi tebu giling atau gula. Dengan demilian praktek

pembibtitan yang tidak diperoleh dalam perkuliahan menjadi salah satu alasan

bahwa magang kerja sangat diperlukan guna menunjang proses pembelajaran

karena dalam magang kerja permasalahan pembibitan, budidaya dan peningkaan

produksi tebu dilapang dapat secara nyata dihadapi. Dengan magang di PTP

NUSANTARA X, dapat diketahui cara-cara perusahaan dalam menghadapi dan

menyelesaikan berbagi permasalahan dalam pembibitan sehingga PTP

NUSANTARA X dapat menghasilkan produk tebu yang berkualitas tinggi.

1.2 Tujuan Magang Kerja

1. Mengaplikasikan ilmu pengetahuan yang sudah didapat selama perkuliahan

dalam kegiatan magang kerja.

2. Meningkatkan wawasan bagi mahasiswa tentang studi teknik pembibitan tebu

(Saccharum officinarum L.) di PTP NUSANTARA X PG. Ngadiredjo, Kediri.

3. Mendapatkan pengalaman kerja bagi mahasiswa di bidang pertanian.

4. Meningkatkan keterampilan kerja, kedisiplinan, serta kemandirian bagi

mahasiswa sebagai bekal untuk kerja di masa depan.

5. Mengidentifikasi masalah atau kendala yang dihadapi di dalam perusahaan

yang bergerak di bidang pertanian.

5

Page 14: laporan magang pembibitan tebu

2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Klasifikasi dan Botani Tanaman Tebu

Tebu (Saccharum officinarum L.) adalah tanaman untuk bahan baku gula.

Tanaman ini termasuk jenis rumput-rumputan. Umur tanaman sejak ditanam

sampai bias dipanen mencapai kurang lebih 1 tahun. Tanaman tebu tumbuh

didaerah tropika dan sub tropika sampai batas garis isoterm 200C yaitu antara 390

LU – 350 LS (Sutardjo, 1999).

Menurut Sutardjo (1999) klasifikasi tanaman tebu adalah:

Kingdom : Plantae (Tumbuhan)

Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)

Kelas : Monocotyledonae

Ordo : Polaes

Famili : Poaceae

Genus : Saccharum

Spesies : Saccharum officinarum L.

Gambar 1. Morfologi Tanaman Tebu

2.2 Morfologi Tanaman Tebu

2.2.1 Batang

Batang tebu berdiri lurus, terdiri dari ruas-ruas dan dibatasi dengan buku-

buku yang pada tiap buku terdapat mata tunas. Tanaman yang tumbuh baik,

tingginya dapat mencapai 3-5 m atau lebih. Kulit batang keras berwarna hijau,

6

Page 15: laporan magang pembibitan tebu

kuning, ungu, merah tua atau kombinasinya. Pada batang terdapat lapisan lilin

yang berwarna putih keabu-abuan. Batang tebu beruas-ruas dengan panjang ruas

10-30 cm. ruas batang bawah lebih pendek. Ruas batang berbentk tong, silindris,

kelos, konis terbalik dan cembung cekung. Ruas batang dibatasi oleh buku-buku

yang merupakan tempat kedudukan daun. Setiap ketiak daun terdapat mata tunas

berbentuk bulat atau bulat panjang. Mata tunas ini akan tumbuh menjadi bibit

(Indriani, 1992).

Gambar 2. Batang Tebu

2.2.2 Akar

Tebu mempunyai akar serabut yang panjangnya dapat mencapai satu meter.

Sewaktu tanaman masih muda atau berupa bibit, ada 2 macam akar, yaitu akar

setek dan akar tunas. Akar setek/bibit berasal dari setek batangnya, tidak berumur

panjang, dan hanya berfungsi sewaktu tanaman masih muda. Akar tunas berasal

dari tunas, berumur panjang, dan tetap ada selama tanaman masih tumbuh

(Indriani, 1992).

Gambar 3. Akar Tebu

7

Page 16: laporan magang pembibitan tebu

2.2.3 Daun

Daun tebu merupakan daun tidak lengkap, karena hanya terdiri dari pelepah

dan helaian daun, tanpa tangkai daun. Daun berpangkal pada buku batang dengan

kedudukan yang berseling. Pelepah memeluk batang, makin ke atas makin

sempit. Pada pelepah terdapat bulu-bulu dan telinga daun. Pertulangan daun

sejajar (Indriani, 1992).

Gambar 4. Daun Tebu

2.2.4 Bunga

Bunga tebu merupakan bunga majemuk yang tersusun atas malai dengan

pertumbuhan terbatas. Panjang bunga majemuk 70-90 cm. Setiap bunga

mempunyai tiga daun kelopak, satu daun mahkota, tiga benang sari, dan dua

kepala putik (Sutardjo, 1999).

Gambar 5. Bunga Tebu

8

Page 17: laporan magang pembibitan tebu

2.2.5 Buah

Buah tebu seperti padi, memiliki satu biji dengan besar lembaga 1/3 panjang

biji. Biji tebu dapat ditanam di kebun percobaan untuk mendapatkan jenis baru

hasil persilangan yang lebih unggul (Indriani, 1992).

2.3 Syarat Tumbuh2.3.1 Iklim

Tanaman tebu dapat tumbuh di daerah beriklim panas dan sedang (daerah

tropik dan subtropik) dengan daerah penyebaran yang sangat luas yaitu antara 35o

LS dan 39o LU. Unsur – unsur iklim yang penting bagi pertumbuhan tanaman tebu

adalah curah hujan, sinar matahari, angin, suhu, dan kelembaban udara (Indriani,

1992).

2.3.2  Curah Hujan

Tanaman tebu banyak membutuhkan air selama masa pertumbuhan

vegetatifnya, namun menghendaki keadaan kering menjelang berakhirnya masa

petumbuhan vegetatif agar proses pemasakan (pembentukan gula) dapat

berlangsung dengan baik. Berdasarkan kebutuhan air pada setiap fase

pertumbuhannya, maka secara ideal curah hujan yang diperlukan adalah 200 mm

per bulan selama 5 – 6 bulan berturutan, 2 bulan transisi dengan curah hujan 125

mm per bulan, dan 4 – 5 bulan berturutan dengan curah hujan kurang dari 75 mm

tiap bulannya. Daerah dataran rendah dengan curah hujan tahunan 1.500 – 3.000

mm dengan penyebaran hujan yang sesuai dengan pertumbuhan dan kemasakan

tebu merupakan daerah yang sesuai untuk pengembangan tanaman tebu (Indriani,

1992).

2.3.3  Sinar Matahari

Radiasi sinar matahari sangat diperlukan oleh tanaman tebu untuk

pertumbuhan dan terutama untuk proses fotosintesis yang menghasilkan gula.

Jumlah curah hujan dan penyebarannya di suatu daerah akan menentukan

besarnya intensitas radiasi sinar matahari. Cuaca berawan pada siang maupun

malam hari bisa menghambat pembentukan gula. Pada siang hari, cuaca berawan

menghambat proses fotosintesis, sedangkan pada malam hari menyebabkan

naiknya suhu yang bisa mengurangi akumulasi gula karena meningkatnya proses

pernafasan (Indriani, 1992).

9

Page 18: laporan magang pembibitan tebu

2.3.4 Angin

Angin dengan kecepatan kurang dari 10 km/jam adalah baik bagi

pertumbuhan tebu karena dapat menurunkan suhu dan kadar CO2 di sekitar tajuk

tebu sehingga fotosintesis tetap berlangsung dengan baik. Kecepatan angin yang

lebih dari 10 km/jam disertai hujan lebat, bisa menyebabkan robohnya tanaman

tebu yang sudah tinggi. Akibatnya sukrosa yang telah terbantuk akan digunakan

untuk pertumbuhan tanaman. Hal inilah yang menyebabkan turunnya rendemen.

Angin yang kering disertai suhu yang tinggi dapat meningkatkan penguapan air

sehingga merugikan tanaman tebu (Indriani, 1992).

2.3.5 Suhu

Suhu sangat menentukan kecepatan pertumbuhan tanaman tebu, sebab suhu

terutama mempengaruhi pertumbuhan menebal dan memanjang tanaman ini. Suhu

siang hari yang hangat atau panas dan suhu malam hari yang rendah diperlukan

untuk proses penimbunan sukrosa pada batang tebu. Suhu optimal untuk

pertumbuhan tebu berkisar antara 24 – 30oC, beda suhu musiman tidak lebih dari

6o, dan beda suhu siang dan malam hari tidak lebih dari 100 (Indriani, 1992).

2.3.6 Kelembaban Udara

Kelembaban udarayang cocok untuk pertumbuhan tanaman tebu adalah

kelembaban udara sedang (moderat) dengan derajat lengas 85%, akan tetapi

tanaman ini dapat dibudidayakan pada daerah dengan kelembaban relative 35%

berhasil apabila tersedia air irigasi yang mencukupi (Setyamidjaja, 1992).

2.3.7 Kesesuaian Lahan

Tanah merupakan faktor fisik yang terpenting bagi pertumbuhan tebu.

Tanaman tebu dapat tumbuh dalam berbagai jenis tanah, namun tanah yang baik

untuk pertumbuhan tebu adalah tanah yang dapat menjamin kecukupan air yang

optimal. Tanah yang baik untuk tebu adalah tanah dengan solum dalam (>60 cm),

lempung, baik yang berpasir dan lempung liat. Derajat keasaman (pH) tanah yang

paling sesuai untuk pertumbuhan tebu berkisar antara 5,5 – 7,0. Tanah dengan pH

di bawah 5,5 kurang baik bagi tanaman tebu karena dengan keadaan lingkungan

tersebut sistem perakaran tidak dapat menyerap air maupun unsur hara dengan

baik, sedangkan tanah dengan pH tinggi (di atas 7,0) sering mengalami

kekurangan unsur P karena mengendap sebagai kapur fosfat, dan tanaman tebu

10

Page 19: laporan magang pembibitan tebu

akan mengalami “chlorosis” daunnya karena unsur Fe yang diperlukan untuk

pembentukan daun tidak cukup tersedia. Tanaman tebu sangat tidak menghendaki

tanah dengan kandungan Cl tinggi (Indriani, 1992).

2.4 Fase Pertumbuhan2.4.1 Fase Perkecambahan 

Fase perkecambahan adalah perubahan mata tunas tebu yang dorman

menjadi aktif menjadi tunas tebu muda atau kecambah. Fase ini dimulai dengan

pembentukan taji pendek dan akar stek pada umur 1 minggu dan diakhiri pada

fase kecambah pada umur 5 minggu. Kebutuhan ekstrinsik yang diperlukan yaitu

O2, air, dan sinar matahari, sedangkan kebutuhan intrinsik seperti hormon sudah

tersedia di dalam stek. Perkecambahan yang baik berarti modal pokok dalam

budidaya tebu dan tunas kecambah akan dianggap memadai bila ada 3-4

kecambah per meter juringan. 

2.4.2 Fase Pertunasan 

Fase pertunasan dimulai dari umur 5 minggu sampai umur 3,5 bulan.

Proses keluarnya tunas-tunas/anakan dari pangkal tebu muda mulai berlangsung

pada umur 1,5 bulan sampai umur 3-4 bulan tergantung dari varietasnya. Proses

pertunasan membutuhkan air, sinar matahari, oksigen, hara N dan P. Pertunasan

yang baik terjadi jika setiap rumpun terdiri dari 1 batang induk tebu dengan 4-6

tunas anakan. 

2.4.3 Fase Perpanjangan Batang 

Fase perpanjangan batang atau pertumbuhan besar berlangsung selama 6

bulan. Dimulai pada umur 3,5 bulan sampai 9 bulan. Pada fase ini biomassa tebu

bertambah secara eksponensial dengan daun bertambah banyak, batang membesar

diameternya, dan terutama batang bertambah panjang dengan menumbuhkan ruas-

ruasnya. 

2.4.4 Fase Pengisian Gula 

Merupakan fase yang terjadi setelah pertumbuhan vegetatif menurun dan

sebelum batang tebu mati. Fase ini dikenal dengan fase kemasakan karena proses

pengisian gula hasil fotosintesis yang terjadi lebih besar daripada perombakan

gula untuk pertumbuhan vegetatif tebu. Pada fase ini air di tanah harus sudah

menipis sampai habis, kadar N di tanah sudah habis dan atau beda suhu udara

malam-siang besar sekali. Kondisi lingkungan ini biasanya terjadi di akhir musim

11

Page 20: laporan magang pembibitan tebu

hujan yakni Mei sampai Juli. Sedangkan sumber sinar matahari harus penuh

menyinari tajuk tebu. Jika kondisi yang diharapkan tidak terjadi maka dapat

diberikan zat pemacu kemasakan. Pada fase ini gula didalam batang tebu mulai

terbentuk hingga titik optimal, kurang lebih terjadi pada bulan Agustus,dan

setelah itu remdemennya berangsur-angsur menurun. Tahap pemasakan inilah

yang disebut dengan tahap penimbunan rendemen gula.

2.4.5 Fase Kematian 

Fase ini dapat datang lebih awal atau bahkan tidak terjadi sama sekali,

bergantung pada ketersediaan air di tanah. Pada fase ini tebu mulai kekurangan

nira dan air dalam tubuhnya sehingga berat dan rendemennya menurun. Upaya

untuk mencegah berlanjutnya fase ini adalah dengan pengairan yang ditujukan

untuk mempertahankan batang-batang tua yang mengalami dehidrasi.

2.5 Teknik Budidaya Tanaman Tebu

2.5.1 Pembibitan

Bibit merupakan salah satu faktor penting dalam penyelenggaraan tebu

giling. Bibit yang bermutu baik dan sehat akan menghasilkan tanaman yang baik

dan sehat juga. Penurunan produksi tebu antara lain disebabkan pembibitan yang

kurang baik. Bibit tanaman tebu terbagi menjadi berbagai macam antara lain:

1. Bibit pucuk

Bibit diambil dari bagian pucuk tebu yang akan digiling berumur 12 bulan.

Jumlah mata (bakal tunas baru) yang diambil 2-3 sepanjang 20 cm. Daun kering

yang membungkus batang tidak dibuang agar melindungi mata tebu. Biaya bibit

lebih murah karena tidak memerlukan pembibitan, bibit mudah diangkut karena

tidak mudah rusak, pertumbuhan bibit pucuk tidak memerlukan banyak air.

Penggunaan bibit pucuk hanya dapat dilakukan jika kebun telah berporduksi.

2. Bibit batang muda / bibit mentah / bibit krecekan.

Berasal dari tanaman berumur 5-7 bulan. Seluruh batang tebu dapat diambil

dan dijadikan 3 stek. Setiap stek terdiri atas 2-3 mata tunas. Untuk mendapatkan

bibit, tanaman dipotong, daun pembungkus batang tidak dibuang.1 hektar

tanaman kebun bibit bagal dapat menghasilkan bibit untuk keperluan 10 hektar.

12

Page 21: laporan magang pembibitan tebu

3. Bibit rayungan

Bibit diambil dari tanaman tebu khusus untuk pembibitan berupa stek yang

tumbuh tunasnya tetapi akar belum keluar. Bibit ini dibuat dengan cara:

a. Melepas daun-daun agar pertumbuhan mata tunas tidak terhambat.

b. Batang tanaman tebu dipangkas 1 bulan sebelum bibit rayungan dipakai.

c. Tanaman tebu dipupuk sebanyak 50 kg/ha Bibit ini memerlukan banyak air

dan pertumbuhannya lebih cepat daripada bibit bagal. 1 hektar tanaman

kebun bibit rayungan dapat menghasilkan bibit untuk 10 hektar areal tebu.

Kelemahan bibit rayungan adalah tunas sering rusak pada waktu

pengangkutan dan tidak dapat disimpan lama seperti halnya bibit bagal.

4. Bibit siwilan

Bibit ini diambil dari tunas-tunas baru dari tanaman yang pucuknya sudah

mati. Perawatan bibit siwilan sama dengan bibit rayungan.

Pengolahan media tanam terdapat dua jenis cara mempersiapkan lahan

perkebunan tebu yaitu cara reynoso dan bajak. Persiapan disebut juga dengan cara

cemplongan dan dilakukan di tanah sawah. Pada cara ini tanah tidak seluruhnya

diolah, yang digali hanya lubang tanamnya (Sutardjo, 1999).

2.5.2 Penanaman

Penentuan Pola Tanam Umumnya tebu ditanam pada pola monokultur pada

bulan Juni-Agustus (di tanah berpengairan) atau pada akhir musim hujan (di tanah

tegalan/sawah tadah hujan). Terdapat dua cara bertanam tebu yaitu dalam aluran

dan pada lubang tanam.

1. Pada aluran cara pertama bibit diletakkan sepanjang aluran, ditutup tanah

setebal 2-3 cm dan disiram.

2. Pada lubang tanam, bibit diletakan melintang sepanjang solokan penanaman

dengan jarak 30-40 cm.

Pada kedua cara di atas bibit tebu diletakkan dengan cara direbahkan. Bibit

yang diperlukan dalam 1 ha adalah 20.000 bibit. Cara penanaman sebelum tanam,

tanah disiram agar bibit bisa melekat ke tanah.

a. Bibit stek (potongan tebu) ditanam berimpitan secara memanjang agar

jumlah anakan yang dihasilkan banyak. Dibutuhkan 70.000 bibit stek/ha.

13

Page 22: laporan magang pembibitan tebu

b. Untuk bibit bagal/generasi, tanah digaris dengan kedalaman 5-10 cm, bibit

dimasukkan ke dalamnya dengan mata menghadap ke samping lalu bibit

ditimbun dengan tanah. Untuk bibit rayungan bermata satu, bibit dipendam

dan tunasnya dihadapkan ke samping dengan kemiringan 45 derajat,

sedangkan untuk rayungan bermata dua bibit dipendam dan tunasnya

dihadapkan ke samping dengan kedalaman 1 cm. Satu hari setelah tanam

lakukan penyiraman jika tidak turun hujan. Penyiraman ini tidak boleh

terlambat tetapi juga tidak boleh terlalu banyak. Kebutuhan bibit tebu per ha

antara 60-80 kwintal atau sekitar 10 mata tumbuh per meter kairan.

Sebelum ditanam bibit perlu diberi perlakuan sebagai berikut:

1. Seleksi bibit untuk memisahkan bibit dari jenis-jenis yang tidak dikehendaki

2. Sortasi bibit untuk memilih bibit yang sehat dan benarbenar akan tumbuh

serta memisahkan bibit bagal yang berasal dari bagian atas, tengah dan

bawah.

3. Pemotongan bibit harus menggunakan pisau yang tajam dan setiap 3-4 kali

pemotongan pisau dicelupkan kedalam lisol dengan kepekatan 20%

4. Memberi perlakuan air panas (hot water treatment) pada bibit dengan

merendam bibit dalam air panas (500C) selama 7 jam kemudian merendam

dalam air dingin selama 15 menit. Hal ini dimaksudkan untuk menjaga bibit

bebas dari hama dan penyakit

Bibit yang telah siap tanam ditanam merata pada kairan. Penanaman bibit

dilakukan dengan menyusun bibit secara over lapping atau double row atau end to

end dengan posisi mata disamping. Hal ini dimaksudkan agar bila salah satu tunas

mati maka tunas disebelahnya dapat menggantikan. Bibit yang telah ditanam

kemudian ditutup dengan tanah setebal bibit itu sendiri. Akan tetapi bila pada saat

tanam curah hujan terlalu tinggi, maka bibit ditanam sebaiknya ditanam dengan

cara baya ngambang atau bibit sedikit terlihat.

Pada tanaman ratoon, penggarapan tebu keprasan berbeda dengan tebu

pertama. Pengeprasan tebu dimaksudkan untuk menumbuhkan kembali bekas tebu

yang telah ditebang. Kebun yang akan dikepras harus dibersihkan dahulu dari

kotoran-kotoran bekas tebangan yang lalu. Setelah kebun selesai dibersihkan

barulah pengeprasan dapat dimulai. Pelaksanaan pengeprasan haruslah dilakukan

14

Page 23: laporan magang pembibitan tebu

secara berkelompok dan perpetak. Pengeprasan jangan dilakukan secara

terpencar-pencar karena akan mengakibatkan pertumbuhan tebu tidak merata

sehingga penuaannya menjadi tidak merata dan menyulitkan pemilihan dan

penebangan tanaman yang akan dipanen. Seminggu setelah dikepras, tanaman

diairi dan dilakukan penggarapan (jugaran) sebagai bumbun pertama dan

pembersihan rumput-rumputan. Tujuan penggarapan ini adalah memperbaharui

akar tua dan akar putus diganti akar muda, sehingga mempercepat pertumbuhan

tunas dan anakan. Selain itu tanah menjadi longgar sehingga pupuk akan dengan

mudah masuk kedalam tanah (Sutardjo, 1999).

2.5.3 Penyulaman

Menurut (Sutardjo, 1999) Penyulaman dilakukan dengan bebagai ketentuan antara

lain:

a. Sulaman pertama untuk tanaman yang berasal dari bibit rayungan bermata

satu dilakukan 5-7 hari setelah tanam. Bibit rayungan sulaman disiapkan di

dekat tanaman yang diragukan pertumbuhannya. Setelah itu tanaman

disiram. Penyulaman kedua dilakukan 3-4 minggu setelah penyulaman

pertama.

b. Sulaman untuk tanaman yang berasal dari bibit rayungan bermata dua

dilakukan tiga minggu setelah tanam (tanaman berdaun 3-4 helai). Sulaman

diambil dari persediaan bibit dengan cara membongkar tanaman beserta

akar dan tanah padat di sekitarnya. Bibit yang mati dicabut, lubang diisi

tanah gembur kering yang diambil dari guludan, tanah disirami dan bibit

ditanam dan akhirnya ditimbun tanah. Tanah disiram lagi dan dipadatkan.

c. Sulaman untuk tanaman yang berasal dari bibit pucuk. Penyulaman pertama

dilakukan pada minggu ke 3. Penyulaman kedua dilakukan bersamaan

dengan pemupukan dan penyiraman ke dua yaitu 1,5 bulan setelah

tanam.Kedua penyulaman ini dilakukan dengan cara yang sama dengan

point (b) di atas.

d. Penyulaman ekstra dilakukan jika perlu beberapa hari sebelum

pembumbunan ke 6. Adanya penyulaman ekstra menunjukkan cara

penanaman yang kurang baik.

15

Page 24: laporan magang pembibitan tebu

e. Penyulaman bongkaran. Hanya boleh dilakukan jika ada bencana alam atau

serangan penyakit yang menyebabkan 50% tanaman mati. Tanaman sehat

yang sudah besar dibongkar dengan hati-hati dan dipakai menyulan tanaman

mati. Kurangi daun-daun tanaman sulaman agar penguapan tidak terlalu

banyak dan beri pupuk 100-200 Kg/ha.

2.5.4 Penyiangan

Penyiangan gulma dilakukan bersamaan dengan saat pembubunan tanah dan

dilakukan beberapa kali tergantung dari pertumbuhan gulma. Pemberantasan

gulma dengan herbisida di kebun dilaksanakan pada bulan Agustus sampai

November dengan campuran 2-4 Kg Gesapas 80 dan 3-4 Kg Hedanol power

(Sutardjo, 1999).

2.5.5 Pembubunan

Menurut (Sutardjo, 1999) sebelum pembubunan tanah harus disirami sampai

jenuh agar struktur tanah tidak rusak. Dengan cara:

a. Pembumbunan pertama dilakukan pada waktu umur 3-4 minggu. Tebal

bumbunan tidak boleh lebih dari 5-8 cm secara merata. Ruas bibit harus

tertimbun tanah agar tidak cepat mengering.

b. Pembumbunan ke dua dilakukan pada waktu umur 2 bulan.

c. Pembumbunan ke tiga dilakukan pada waktu umur 3 bulan.

d. Perempalan Daun-daun kering harus dilepaskan sehingga ruas-ruas tebu

bersih dari daun tebu kering dan menghindari kebakaran.

Bersamaan dengan pelepasan daun kering, anakan tebu yang tidak tumbuh

baik dibuang. Perempalan pertama dilakukan pada saat 4 bulan setelah tanam dan

yang kedua ketika tebu berumur 6-7 bulan.

2.5.6 Pemupukan

Pemupukan dilakukan dua kali yaitu saat tanam atau sampai 7 hari setelah

tanam dengan dosis 7 gram urea, 8 gram TSP dan 35 gram KCl per tanaman (120

kg urea, 160 kg TSP dan 300 kg KCl/ha).dan (2) pada 30 hari setelah pemupukan

ke satu dengan 10 gram urea per tanaman atau 200 kg urea per hektar. Pupuk

diletakkan di lubang pupuk (dibuat dengan tugal) sejauh 7-10 cm dari bibit dan

ditimbun tanah. Setelah pemupukan semua petak segera disiram supaya pupuk

tidak keluar dari daerah perakaran tebu. Pemupukan dan penyiraman harus selesai

16

Page 25: laporan magang pembibitan tebu

dalam satu hari. Agar rendeman tebu tinggi, digunakan zat pengatur tumbuh

seperti Cytozyme (1 liter/ha) yang diberikan dua kali pada 45 dan 75 Hari

(Sutardjo, 1999).

2.5.7 Pengairan dan Penyiraman

Menurut (Sutardjo, 1999) pengairan dilakukan dengan berbagai cara:

a. Air dari bendungan dialirkan melalui saluran penanaman.

b. Penyiraman lubang tanam ketika tebu masih muda. Waktu tanaman berumur

3 bulan, dilakukan pengairan lagi melalui saluran-saluran kebun.

c. Air siraman diambil dari saluran pengairan dan disiramkan ke tanaman. d)

Membendung got-got sehingga air mengalir ke lubang tanam.

Pengairan dilakukan pada saat:

a. Waktu tanam

b. Tanaman berada pada fase pertumbuhan vegetative

c. Pematangan.

2.5.8 Pengendalian OPT (Organisme Pengganggu Tanaman)

Cara pemberantasan hama dan penyakit yang biasa dilakukan ialah dengan

pengendalian biologis, kimiawi dengan penyemprotan pestisida misalnya Toedan,

Zhepin atau Furadan 3G (Sutardjo, 1999).

17

Page 26: laporan magang pembibitan tebu

3. BAHAN DAN METODE

3.1 Waktu dan Tempat

Kegiatan Kuliah Kerja Prefesi (KKP) dilakukan di PTP NUSANTARA X

PG. Ngadiredjo, Kabupaten Kediri. Waktu pelaksanaan KKP dimulai 1 Juli 2015

sampai 26 september 2015

3.2 Metode Pelaksanaan

Kegiatan Kuliah Kerja Prefesi (KKP)dengan mengikuti dan menjalankan

setiap rangkaian kegiatan yang dilakukan di kebun milik PTP NUSANTARA X

PG. Ngadiredjo, Kediri. Metode yang digunakan untuk memperoleh data ialah:

3.2.1 Praktek Kerja Aktif

Kegiatan ini dilakukan untuk mengetahui serangkaian proses teknik

pembibitan tebu di lapangan dengan cara mengikuti dan melaksanakan semua

kegiatan yang berhubungan dengan teknik pembibitan tebu secara langsung.

3.2.2 Diskusi dan Wawancara Dengan Pembimbing Lapang serta Petani

Melalui diskusi dan wawancara ini dapat diperoleh informasi lengkap

mengenai sistem pembibitan dan informasi lainnya tentang pengetahuan yang

ingin diperoleh dari magang kerja.

3.2.3 Pengumpulan Data

Pengumpulan data selama magang yang akan diolah menjadi laporan

diperoleh dari:

1. Pengumpulan Data Primer

Data primer didapatkan setelah mengamati dan mengikuti praktek kerja

secara langsung sesuai dengan aktivitas yang sedang berlangsung di PTP

NUSANTARA X PG. Ngadiredjo, Kediri. Selain itu, juga melakukan diskusi dan

wawancara dengan pembimbing lapang dan petani secara aktif mengenai proses

teknik pembibitan tebu.

2. Pengumpulan Data Sekunder

Data sekunder didapatkan dengan membaca pustaka berupa buku, jurnal,

laporan hasil penelitian, serta literatur-literatur lainnya yang berkaitan dengan

teknik pembibitan tebu.

18

Page 27: laporan magang pembibitan tebu

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

4.1.1 Sejarah Perusahaan

Pertama kali pabrik gula Ngadiredjo Kediri didirikan pada tahun 1912 oleh

perusahaan swasta belanda yaitu NV HVA (Handle Verniging Amsterdams). PG

Ngadiredjo teletak di desa Jambean, Kecamatan Kras, Kabupaten Kediri. Seiring

dengan berjalannya waktu PG. Ngadiredjo terus mengalami perkembangan.

Tahun 1942 penjajah Jepang masuk Indonesia, operasional pabrik diambil alih

oleh Jepang sampai tahun 1945, kemudian dikembalikan kepemilik semula yaitu

NV HVA pada agresi militer Belanda II (1945-1957). Pada tahun 1957 PG.

Ngadiredjo diambil alih oleh pemerintah Indonesia (Nasionalisasi Perusahaan-

Perusahaan Asing). Kemudian pada tahun 1963, PP NO.1 dan 2 mengadakan

reorganisasi membentuk BPU.PPN-GULA. Tetapi pada tahun 1968 BPU.PPN-

GULA dibubarkan dan dibentuk direksi PN.Perkebunan (PNP). Berdasarkan PP

NO 14. Pada tahun 1973 PP No.23, menggabungkan PNP XXI dengan PNP XXII

menjadi PT. Perkebunan XXI-XXII dimana PG. Ngadiredjo bernaung

didalamnya. Akhirnya pada tahun 1996, restrukturisasi BUMN melalui Kepala

Menteri Kehakiman No.52.8338 HT.01.01 tanggal 11-03-1996 PT perkebunan

XXI-XXII, pabrik karung kecengakan, perkebunan tembakau Klaten menjadi PT.

PERKEBUNAN NUSANTARA X yang memilikiunit usaha 11 unit pabrik gula,

2 unit perkebunan tembakau cerutu (Eksport) beserta pabrik cerutunya, 3 unit

rumah sakit (untuk karyawan dan umum) dan unit pabrik karung.

Pabrik Gula Ngadiredjo sebagai BUMN dalam melaksanakan kegiatannya,

mengemban misi “TRI DARMA PERKEBUNAN” yaitu menghasilkan devisa

Pabrik Gula Ngadiredjo juga sebagai “Agent Development” atau sebagai

penggerak pembangunan yang membantu tercapainya peningkatan kesejahteraan

masyarakat. Hal ini direalisir dalam bentuk Pembinaan Usaha Kecil dan Koperasi

(PUKK). Diantara PUKK yang mendapatkan binaan dari PG Ngadiredjo ialah

industri gula kelapa, pengusaha tanaman hias, para petani melalui kredit, industri

rumah tangga sirup jahe serta border.

4.1.2 Kondisi Geografis Pabrik Gula Ngadiredjo

1.Keadaan tanah

19

Page 28: laporan magang pembibitan tebu

Keadaan tanah Desa Jambean dan sekitarnya adalah tanah yang subur dan

cocok untuk ditanami padi, umbi-umbian dan tebu. Dengan semakin pesatnya

perkembangan kota Kediri sehingga mengakibatkan bekurangnya lahan tanah

akibat didirikannya pabrik-pabrik dan perumahan. Untuk menambah tebu sendiri

di daerah sekitar pabrik kekurangan bahan baku yang diambilkan dari wilayah se-

Karisidenan Kediri

2.Pengadaan Air

Sekitar PG. Ngadiredjo terdapat sungai yang mempunyai debit air yang

mencukupi kebutuhan pabrik sehingga pengadaan air tidak menjadi masalah bagi

PG. Ngadiredjo. Sungai-sungai yang mengaliri PG. Ngadiredjo yaitu Sungai

Brantas.

Pengairan :

- Teknis : 5%

- Pompa : 45%

- Tadah Hujan : 50%

- Lainya : -

3. Iklim

4. Data Curah Hujan dan Hari Hujan

4.1.3 Kebeadaan Pabrik Gula Ngadiredjo

Pabrik Gula Ngadiredjo sebagai asset Negara yang bernilai milyaran

rupiah. Perusahaan yang begerak disektor riil yang banyak menyerap tenaga kerja

mulai hulu sampai hilir (mulia mengolah tanah, menanam sampai menjadi

produksi gula). Rinciannya sebagai berikut dari berbagai kegiatan:

- Karyawan PG. Ngadiredjo 1500 orang dengan 1 istri 2 anak = 6000

jiwa

- Sopir truk tebu 500 orang dengan 1 istri 2 anak = 2000 jiwa

- Penebang (1 truk dilayani 3 orang) dengan 1 istri 2 anak = 6000 jiwa

- Petani tebu 20000 orang dengan 1 istri 2 anak = 80000 jiwa

- Leveransir barang-barang ke pabrik

- Penjual makanan disekitar pabrik gula dan dilahan sawah

- Pemborong peralatan pabrik

20

Page 29: laporan magang pembibitan tebu

- Sopir dan kernet pengambil gula

- Sopir dan kernet pengambil tetes

- Sopir dan kernet pembuang abu blotong

- Pembinaan Bina Lingkungan antara lain : Sepak bola, donor darah,TK

dll

4.1.4 Areal dan Produksi

Penyediaan areal tanaman tebu sejak berdirinya pabrik hingga tahun 1975

dipenuhi lahan HGU (Hak Guna Usaha) dan lahan sewa kepada petani. Terbitnya

INPRES No. 9 Th. 1975 menetapkan bahwa penyediaan areal tanaman tebu

dengan system sewa dihapus dan diganti dengan sistem Tebu Rakyat Intensifikasi

(TRI) dengan sistem Bimas hingga tahun 1996. Pada tahun 1997, INPRES No. 9

Th. 1975 dicabut dan diganti Sistem Tebu Rakyat (TR) yang berazaskan

“kemitraan” antar petani dan PG agar dapat lebih memperdayakan patani atau

petani lebih berperan sebagai subyek/penentu. Luas lahan TR PG. Ngadiredjo

14000 ha yang berada di Kabupaten Kediri dan Kabupaten Blitar.

4.1.5 Gambaran Umum Areal Pabrik Gula Ngadiredjo

1. Gambaran Umum PG. Ngadiredjo

PG. Ngadiredjo secara administrative berada di Desa Jambean, Kelurahan

Jambean, Kecamatan Kras, Kabupaten Kediri, Propinsi Jawa Timur 64102.

Letaknya 170 km dari Ibukota Propinsi dan 20 km dari Ibukota Kabupaten.

Lokasi pabrik ini berada didaerah yang strategis karena dekat dengan produksi

bahan baku, transportasi, sumber air maupun tenaga kerja.

- Batas-batas PG. Ngadiredjo yaitu:

Sebelah Utara : Emplasemen Lori

Sebelah Selatan : Desa Jambean, Kecamatan Kras

Sebalah Timur : Jalan Kediri Tulungagung

Sebelah Barat : Desa Jambean, Kecamatan Kras

2. Lay Out PG. Ngadiredjo

Lay Out pabrik disusun sedemikian rupa sehingga proses produksi

dapat berjalan lancer. Dasar-dasar pemilihan lay out PG. Ngadiredjo adalah:

- Memudahkan operasional proses-proses produksi, baik pada

proses produksi utama maupun proses penunjang

21

Page 30: laporan magang pembibitan tebu

- Memudahkan transportasi menuju maupun didalam lingkungan

pabrik

- Memudahkan proses pengonrolan, perawatan dan perbaikan

peralatan-peralatan produksi, baik diluar masa giling (LMG)

maupun didalam masa giling (DMG), dengan memperhatikan

asas-asas egronomi dan K-3

- Menyediakan ruang untuk peluang peningkatan kapasitas

pabrik.

4.1.6 Pembibitan

Produksi tanaman tebu sangat dipengaruhi oleh bibit. Bibit yang

digunakan harus memenuhi standar mutu bibit, adapun kriterianya : (a) bibit

sehat (tidak terserang hama dan penyakit), (b) tanaman bibit yang digunakan

cukup umur sesuai dengan varietas, (c) kemurnian bibit (tidak tercampur varietas

lain), (d) batang normal dan segar, mata tunas tidak coklat.

Bibit tebu yang digunakan di PG. Ngadiredjo ialah bibit bagal dan bibit

budchips. Untuk bibit yang akan ditanam harus sesuai dengan kondisi tipologi

wilayah kemasakan (masak awal : 10-12 bulan, masak tengah : 12-13 bulan dan

masak akhir : 14 bulan). Tebang masak awal pada bulan Mei-Juli, tebang masak

tengah pada bulan Juli-Agustus, tebang masak akhir pada bulan Agustus-Oktober.

Dalam memilih bibit harus memperhatikan asal-usul dan jenis bibit yang akan

ditanam

PG. Ngadiredjo memperoleh bibit dari Puslit (Pusat Penelitian) jengkol

yang merupakan tempat penelitian tanaman tebu di kawasan PTPN X dan

dikembangkan menjadi Kebun Bibit Nenek (KBN), Kebun Bibit Induk (KBI).

Dalam tiap wilayah harus mempunyai satu kebun bibit induk (KBI) dan kebun

bibit datar (KBD) yang nantinya digunakan untuk penanaman dalam tebu giling.

4.1.7 Diskripsi Varietas

PG Ngadiredjo mengembangkan sekitar 21 varietas kebun bibitnya.

Varietas yang paling banyak dikembangkan atau paling banyak ditanam ialah

varietas bululawang atau BL, PS 862, dan SS57. Varietas-varietas tersebut banyak

ditanam karena selain dapat tumbuh baik pada wilayah PG Ngadiredjo juga

memiliki produksi dan randemen yang tinggi. Pada wilayah TR, varietas BL

22

Page 31: laporan magang pembibitan tebu

ditanam pada lahan seluas 10 Ha. PS 862 107,5 Ha, dan SS7 30,3 Ha. Dari luasan

total bibit TR seluas 198,5 Ha.

A. Varietas PS 862

Sifat-sifat botanis

Batang:

- Ruas-ruas tersusun lurus agak berbiku, berbentuk konis sampai kumparan

dengan penampang melintang bulat.

- Warna ruas hijau kekuningan

- Lapisan lilin sedang mempengaruhi warna ruas

- Noda gabus, retak gabus dan retakan tumbuh tidak ada

- Alur mata sempit, dangkal, tidak mencapai tengah ruas

- Buku ruas berbentuk konis terbalik, mata akar terdiri dari 2 - 3 baris, baris

paling atas tidak melewati puncak mata

- Teras berlobang agak besar

Daun:

- Helai daun berwarna hijau, ukuran lebar daun sedang, ujung melengkung

kurang dari setengah panjang helai daun

- Pada pelepah terdapat telinga dengan pertumbuhan kuat dan kedudukan

tegak

- Rambut pelepah lebat, condong, panjang 2-3 mm, membentuk jalur sempit

tidak mencapai ujung pelepah daun

Mata:

- Terletak pada bekas pangkal pelepah daun

- Berbentuk bulat dengan bagian terlebar pada tengah mata

- Pusat tumbuh terletak di atas tengah mata

- Tepi sayap mata rata, pangkal sayap di atas tengah tepi mata

- Rambut tepi basal dan rambut jambul tidak ada

Sifat-sifat agronomis

Pertumbuhan

- Perkecambahan sedang

- Berbunga sedang

- Diameter batang besar

23

Page 32: laporan magang pembibitan tebu

- Kerapatan batang sedang

Potensi produksi di ekolokasi unggulan

Lahan Sawah

- Hasil tebu 993 ± 370 ku/ha

- Rendemen 9,45 ± 1,51%

- Hasil hablur 91,0 ± 29,1 ku/ha

Lahan tegalan

- Hasil tebu 883± 175ku/ha

- Rendemen 10,87 ± 1,21 %

- Hasil hablur 97,4 ± 2,04 ku/ha

Pola Keprasan

- Hasil tebu 928 ± 75 ku/ha

- Rendemen 10,80 ± 0,50 %

- Hasil hablur 103,0 ± 10,2ku/ha

Ketahanan terhadap hama penyakit

- Hama : toleran terhadap serangan alami penggerek pucuk dan penggerek

batang

- Penyakit : tahan terhadap mosaik dan blendok, peka terhadap pokahboeng

B . Varietas Bululawang

Sifat-sifat morfologis

Batang

- Bentuk batang : silindris dengan penampang bulat

- Warna batang : coklat kemerahan

- Lapisan lilin : sedang – kuat

- Retakan batang : tidak ada

- Cincin tumbuh : melingkar datar di atas pucuk mata

- Teras dan lubang : massif

Daun

- Warna daun : hijau kekuningan

- Ukuran daun : panjang melebar

- Lengkung daun : kurang dari ½ daun cenderung tegak

24

Page 33: laporan magang pembibitan tebu

- Telinga daun : pertumbuhan lemah sampai sedang,

kedudukan serong

- Bulu punggung : ada, lebat, condong membentuk jalur lebar

Mata

- Letak mata : pada bekas pangkal pelepah daun

- Bentuk mata : segitiga dengan bagian terlebar di bawah

tengah-tengah mata

- Sayap mata : tepi sayap mata rata

- Rambut basal : ada

- Rambut jambul : ada

Sifat-sifat agronomis

Pertumbuhan

- Perkecambahan : lambat

- Diameter batang : sedang sampai besar

- Pembungaan : berbunga sedikit sampai banyak

- Kemasakan : tengah sampai lambat

- Kadar sabut : 13-14 %

- Koefisien daya tahan : tengah – panjang

Potensi hasil

- Hasil tebu (ton/ha) : 94,3

- Rendemen (%) : 7,51

- Hablur gula (ton/ha) : 6,90

Ketahanan Hama dan Penyakit

- Penggerek batang : peka

- Penggerek pucuk : peka

- Blendok : peka

- Pokahbung : moderat

- Luka api : tahan

- Mosaik : tahan

C . Varietas SS 57

Sifat Morfologi

Batang

25

Page 34: laporan magang pembibitan tebu

- Bentuk ruas : Silindris, susunan antar ruas lurus sampai berbiku, dengan

penampang melintang bulat

- Warna batang : hijau kekuningan, menjadi coklat keunguan bila terpapar

sinar matahari

- Lapisan lilin : ada di sepanjang ruas, tipis tidak mempengaruhi warna ruas

- Retakan tumbuh : tidak ada

- Cincin tumbuh : melingkar datar di atas puncak mata, dengan warna kuning

kehijauan

- Teras dan lubang : massif

- Bentuk buku ruas : konis, dengan 2-3 baris mata akar, baris paling atas tidak

melewati puncak mata

- Alur mata : tidak ada

Daun

- Warna daun : hijau muda

- Ukuran lebar daun : lebar (lebih dari 6 cm)

- Lengkung daun : melengkung kurang dari ½ panjang daun

- Telinga daun : ada, lemah-sedang, dengan kedudukan serong

- Bulu bidang punggung : tidak ada

- Sifat lepas pelepah : mudah

Mata

- Letak mata : pada bekas pangkal pelepah

- Bentuk mata : bulat telur, dengan bagian terlebar di tengah

- Sayap mata : berukuran sama lebar, dengan tepi sayap bergerigi

- Rambut tepi basal : tidak ada

- Rambut jambul : tidak ada

- Pusat tumbuh : di atas tengah mata

Sifat-sifat agronomis

Pertumbuhan

- Perkecambahan : cepat, seragam

- Awal pertunasan : cepat

- Kerapatan batang : sedang (8-10 batang/meter)

- Diameter batang : sedang – besar

26

Page 35: laporan magang pembibitan tebu

- Pembungaan : sporadic

- Kemasakan : tengah – lambat

- Daya kepras : baik

Potensi produksi

Lahan sawah :

- Hasil tebu (ku/ha) : 1.125 ± 325

- Rendemen (%) : 10,99 ± 1,65

- Hasil hablur (ku/ha) : 110,6 ± 22,1

Lahan tegalan :

- Hasil tebu (ku/ha) : 992 ± 238

- Rendemen (%) : 9,51 ± 0,88

- Hasil hablur (ku/ha) : 95,4 ± 25,5

Ketahanan hama dan penyakit

- Penggerek batang : tahan

- Penyakit blendok : tahan

- Pokkahbung : tahan

- Luka api : tahan

Kesesuaian lokasi:

- Cocok untuk lahan tegalan dan sawah jenis tanah mediteran dengan iklim

C3, Kambisol C3, Aluvial C2 dan Grumusol C2.

Kadar sabut : + 13,05

D . Varietas PS 851

Sifat-sifat botanis

Batang:

- Ruas-ruas tersusun agak berbiku, berbentuk konis dengan penampang

melintang agak pipih sampai bulat.

- Warna ruas hijau kekuningan

- Lapisan lilin tebal mempengaruhi warna ruas

- Noda gabus, retak gabus dan retakan tumbuh tidak ada

- Alur mata tidak ada

- Buku ruas berbentuk silindris, mata akar terdiri dari 2 sampai 3 baris, baris

paling atas tidak melewati puncak mata

27

Page 36: laporan magang pembibitan tebu

- Teras massif

Daun

- Helai daun berwarna hijau kekuningan, ukuran lebar daun sempit, ujung

melengkung kurang dari setengah panjang helai daun

- Pada pelepah terdapat telinga dengan pertumbuhan sedang dan kedudukan

tegak

- Rambut pelepah lebat, condong, panjang 2-3 mm

- Membentuk jalur lebar tidak mencapai ujung pelepah daun

Mata

- Terletak pada bekas pangkal pelepah daun

- Berbentuk bulat dengan bagian terlebar pada tengah mata

- Pusat tumbuh terletak di atas tengah mata

- Tepi sayap mata rata, pangkal sayap di atas tengah tepi mata

- Rambut tepi basal dan rambut jambul tidak ada

Sifat-sifat agronomis

Pertumbuhan

- Perkecambahan sedang

- Tidak berbunga- berbunga sporadis

- Diameter batang sedang

- Kerapatan batang sedang

Potensi produksi di ekolokasi unggulan

Lahan Sawah

- Hasil tebu 1050 ± 465 ku/ha

- Rendemen 9,03 ± 2,73 %

- Hasil hablur 86,4 ± 27,2 ku/ha

Lahan tegalan

- Hasil tebu 739 ± 280 ku/ha

- Rendemen 10,74 ± 1,35 %

- Hasil hablur 76,8 ± 22,3 ku/ha

Pola Keprasan

- Hasil tebu 760 ± 430 ku/ha

28

Page 37: laporan magang pembibitan tebu

- Rendemen 11,10 ± 2,20 %

- Hasil hablur 78,1 ± 29,3 ku/ha

Ketahanan terhadap hama penyakit

- Hama : toleran terhadap serangan alami penggerek pucuk dan penggerek

4.1.8 Alur pembibitan

PG Ngadiredjo melakukan banyak sekali kegiatan sebelum pembibitan.

Tujuannya untuk menjamin varietas uyang ditanam ialah varietas yang unggul dan

dapat tumbuh dengan baik di wilayah kebun tersebut. Berikut adalah diagram

akhir pra pembibitan PG Ngadiredjo.

29

Seluruh PG

(PTPN X)

PG. Ngadirejo

Menteri pertanian

8 varietas yang di minati

Rating varietass

Percobaan

Orvar & Warteeb

KTG

KBI

KBD

KBN

KBP

Varietas non bina P3GI

Varietas binaKBPU

Page 38: laporan magang pembibitan tebu

Gambar 6. Diagram alir kegiatan pembibitan

Pusat Penelitian Perkebunan Gula Indonesia (P3GI) adalah sebuah

lembaga yang berfungsi menciptakan varietas-varietas unggul yang baru yang

dihasilkan dari suatu persilangan. Sebelum dilepas menjadi varietas bina melalui

tim pelepas departemen pertanian, varietas-varietas tersebut masih perlu dilakukan

uji adaptasi. Untuk mengetahui tingkat produktivitas, toleransi hama dan penyakit.

Kemampuan beradaptasi pada kondisi lingkungan, cuaca dan pola budidaya di

suatu wilayah. Biasanya uji adaptasi dilakukan oleh masing-masing PG meliputi

orientasi varietas atau ORVAR dan warung tebu atau WARTEB. Tujuan

pelaksanaan ORVAT dan WARTEB ini adalah untuk mencari varietas unggul

yang baru dari beberapa varietas P3GI Pasuruan., yang ditanam di sawah atau

tegal. Untuk mengantisipasi kemerosotan hasil produksi tebu yang mengalami

degenerasi. Percobaan tersebut dilakukan dengan cara berjenjang, dari kebun

percobaan ORVAR, tebu ditanam sampai umur 12 bulan kemudian ditanam di

skala yang lebih luas lagi yaitu pada kebun percobaan WARTEB untuk

mengetahui kestabilan pertumbuhan dan produktivitas suatu varietas. Dalam

percobaan ORVAR dan WARTEB, biasanya ditanam lebih dari 8 varietas, dengan

dilakukan 3x ulangan pada masing-masing varietas tersebut. Pengamatan yang

dilakukan pada perkebunan ORVAR dan WARTEB sama, yaitu meliputi varietas

tebu yang ditanam rata-rata prosentase perkecambahan, jumlah batang tebu, tinggi

batang, diameter batang, jumlah rumpun, dan anakan, hama, penyakit dan brix

batang. Waktu pengamatan dilakukan saat tumbuhan berumur 1, 3, 6, 9 setelah

tanam dimana pada pengamatan usia satu bulan mengikuti rata-rata dan

prosentase perkecambahan, umur tiga bulan jumlah rumpun dan anakan serta

hama penyakit, sedangkan pada umur enam dan Sembilan jumlah batang, tinggi

batang, diameter batang, dan brix batang.

Seiring dengan pelaksanaan WARTEB, beberapa perwakilan dari PG yang

bernaung dalam PTPN 10, mengadakan rating varietas untuk menetapkan sekitar

8 varietas komersial yang diminati dan yang menunjukkan produktivitas tinggi.

Penilaian oleh masing-masing PG biasanya berbeda-beda karena kondisi

lingkungan pada masing-masing pabrik tersebut berbeda. Dari varietas-varietas

30

Page 39: laporan magang pembibitan tebu

yang telah dipilih kemudian diprogramkan untuk dilakukan uji perah dengan

gilingan pabrik, agar dapat lebih meyakinkan bahwa bukan hanya keragaman

tanaman saja yang baik tetapi juga didukung randomen yang tinggi. Setelah

ditetapkan 8 varietas yang diminati kemudian varietas-varietas tersebut diserahkan

kembali kepada P3GI untuk dilepas menjadi varietas bina melalui tim pelepas

departemen pertanian. Kemudian 8 varietas bina tersebut dikembalikan di kebun

bibit pokok utama atau KBPU P3GI selama 7 bulan.

4.1.9 Tehnik pembibitan

a. Jenis bibit

i. Bibit bagal

Bibit bagal ialah bibit yang berasal dari bagian atas, tengah , atau

bawah batang. Satu bibit bagal biasanya terdapat 2-4 mata tunas. Cara

pemotongan bibit bagal dilakukan cara menyerong dengan posisi mata

tunas disamping

Gambar 7. Bibit bagal

Urutan penanaman kebun tebu giling (KTG) bibit bagal dengan

cara manual adalah sebagai berikut:

- Klentek bibit bagal

Klentek bibit merupakan membersihkan atau menghilangkan

daun-daun pelepah dibatang tebu. Dalam penglentekan harus

dilakukan secara hati-hati agar tidak merusak mata tunas dan mata

unas tetap utuh.

- Pemotongan bibit bagal

31

Page 40: laporan magang pembibitan tebu

Untuk bibit bagal pemotongan bibit dilakukan dengan

menggunakan sabit yang tajam. Agar pemotongan tidak terjadi

berulang kali. Apabila pemotongan lebih dari satu kali akan

berpengaruh besar terjadinya kerusakn pada mata tunas bibit.

Pemotongan bibi dilakukan sebanyak dua buah mata tunas untuk

setiap bibit bagal. Pemotongan bibit sekitar 3-5 cm hal ini dikarenakan

agar mata tunas tetap memiliki cadangan makanan pada saat proses

perkecambahan. Sebelum penanaman hasil dari potongan bibit

dicelupkan pada larutan desinfektan agar membunuh bakteri atau

mikroorganisme.

- Sortasi bibit bagal

Sortasi bibit dilakukan untuk mengetahui bibit yang layak

ditanam dan tidak layak ditanam sehingga produksi tebu dapat

optimal. Hal yang perlu diperhhatikan ialah keseragaman varietas,

karena akan sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman tebu

agar seragam dan masa tanamnya pada kebun tersebut sama. Bibit

dipisah antara tua dengan muda, apabila terdapat varietas lain perlu

dipisahkan, apabila ada mata tunas bibit yang rusak perlu dibuang,

untuk bibit bagal perlu dikelompokkan antara pucuk, tengah dan

bagian bawah. Dengan cara memisahkannya pada “kandang rase”.

Bibit yang berasal dari pucuk batang ditanam ditepi jauh jalan. Bibit

yang berasal dari batang bawah ditanam pada tepi dekat kebun. Hal ini

dilakukan untuk lebih memudahkan dalam perawatan, pengawasan

dan saat melakukan penyulaman. Karena pertumbuhan bibit yang

berasal dari pucuk lebih cepat daripada bibit yang berasal dari bawah.

- Penanaman bibit bagal manual

Sebelum dilakukan penanaman, lahan diaplikasikan pupuk

biokompos terlebih dahulu. Penambahan pupuk organic tersebut untuk

mendukung pertumbuhan tanaman tebu dan perbaikan tanah. Untuk

mempermudah dalam kegiatan penanaman kondisi tanah tersebut

harus basah dengan maksud tanah dalam keadaan cukup air. Setelah

itu bibit bagal diecer diatas juringan untuk mempermudah dalam

32

Page 41: laporan magang pembibitan tebu

penanamannya dan agar pembagian bibit merata dan jumlah bibit tiap

juringan juga rata. Jumlah bibit bagal setiap lubang ditanam sekitar

24-26 batang perjuring (panjang 16m) dengan dua mata tunas,

kerapatan mata tumbuh, bibit ditanam lurus

Model penanaman bibit bagal ada 2 cara yaiu “gandeng sepur”

dan “sambung pecut” atau overlapping. Gandeng sepur ialah cara

posisi mata tunas disamping. Hal ini bertujuan agar bibit tersebut

dapat berkecambah dengan baik, jika mata tunas menghadap kebawah

maka tidak dapat berkecambah karena mata tunasnya membusuk.

Setelah bibit diletakkan kemudian ditutup dengan tanah tipis

menggunakan “gancu”. Bibit ditanam disetiap sisi juring, yaitu

ditanam dibagian pinggir kana dan kiri juringan. Sedangkan model

penanaman untuk sambung pecut ialah sistem tanam dimana posisi

bibit bagal tisur pada juringan dan dalam peletakannya ini terlihat zig-

zag. Mata tunas menghadap kesamping. Kemuduan ditanam pada

kedua sisi bagian pinggir pada juringan.

ii. Bibit budchip

Bud chips adalah teknologi percepatan pembibitan tebu

dengan satu mata tunas yang diperoleh dengan menggunakan alat

mesin bor.  

Gambar 8. Bibit budchip

33

Page 42: laporan magang pembibitan tebu

- Pembuatan Bibit Budchip

Bud chips adalah teknologi percepatan pembibitan tebu dengan

satu mata tunas yang diperoleh dengan menggunakan alat mesin bor.

Pusat Penelitian Gula PTPN X telah mengadopsi teknologi pembibitan

tebu ini dari columbia dengan menggunakan bud chips diharapkan

akan tumbuh banyak anakan dengan pertumbuhan yang seragam. 

Berikut kami paparkan teknologi percepatan pembibitan tebu

menggunakan bud chips:

1.      Persiapan Media Tanam

Media tanam yang digunakan untuk membuat persemaian

untuk tanah ringan adalah tanah yang diolah dan dicampur Biokompos

dengan  Perbandingan 1:1 (1 Tanah : 1 Biokompos), sedangkan untuk

tanah berat ditambahkan pasir dan kompos dengan perbandingan 1:1:1

(1 Tanah : 1 Pasir : 1 Biokompos) kemudian  diayak. sebelum media

tanam digunakan media tanam harus disterilisasi terlebih dahulu, ada

2 cara sterilisasi media tanam :

-        Menggunakan Formalin

Caranya setiap 1 liter formalin dicampur dengan 5 liter

air dan digunakan untuk media tanam seberat 200 kg. Namun

cara ini dianggap kurang menguntungkan dikarenakan bud

chips yang ditanam dengan media ini sebagian mati.

-        Disteam

Caranya media dimasukkan ke dalam karung dan di

ikat kemudian dimasukkan ke dalam drum dan di steam

dengan suhu 100⁰C selama 1 jam. Setelah itu tanah di

dinginkan sampai dingin baru digunakan untuk penyemaian.

Sterilisasi dengan metode ini dianggap efektif.

2.  Pembuatan Bedengan untuk Persemaian / Dederan

Bedeng harus segera disiapkan sebelum bud chips dibor.

Kebun persemaian harus dipilih di lokasi strategis berdasarkan kriteria

sebagai berikut : dipinggir jalan yang dapat dijangkau kendaraan,

terjamin sumber pengairan dengan drainase yang baik, dan topografi

34

Page 43: laporan magang pembibitan tebu

datar. Dengan ukuran lebar ± 120 cm, panjang sesuai kondisi, tebal

media tanam ± 7 cm, letak bedengan lebih tinggi dari tanah ± 10 cm

dengan tujuan supaya drainase lancar dan bedengan diberi alas plastik

supaya tidak terjadi kontak langsung dengan tanah.

3.   Pengeboran bibit tebu menjadi bud chips

Alat yang digunakan untuk mengebor bibit adalah mesin bor

duduk yang merupakan rancangan dari Puslit PTPN X. Alat ini

memang belum standart tapi sudah bisa digunakan untuk mengebor

bibit tebu dengan mata tunas satu atau biasa disebut dengan Bud

chips. Tebu yang digunakan sebagai benih bud chips berasal dari hasil

kultur jaringan, yang berumur 6 – 8 bulan. Bibit yang diambil berupa

satu mata tunas dengan posisi mata terletak ditengah – tengah dari

panjang stek dan cincin ruas tidak semuanya ikut. Sehingga ruang

untuk keluar akar semakin sedikit, tetapi ketika tanaman dipindah di

lapangan akar akan tumbuh dengan subur dan serentak.

Gambar 9. Alat pemotong bibit budchips

4.      Treatment Bud chips

Setelah bud chips dibor maka dilakukan perawatan / treatment

dengan hot water treatment (HWT) menggunakan suhu 50°C

seharusnya selama 30-60 menit, namun banyak yang tidak tumbuh

35

Page 44: laporan magang pembibitan tebu

sehingga lama perendaman dipersingkat hanya 15-20 menit, khusus

bibit bagian pucuk direndam dengan suhu 40°C selama 15 menit.

Setelah dingin, mata yang telah dilakukan HWT direndam dalam

larutan selama 10 menit dengan komposisi larutan Insektisida Cruiser

350 ps dosis 12,5 ml/40 Liter air, Fungisida DELSEND MX-80WP

Dosis 10gr/40 Liter Air, dan Zat perangsang tumbuh ATONIK  dosis

10gr/40 liter air.

Gambar 10. Alat perendaman bibi budchips

5.      Penanaman bibit bud chips di lahan semai

Setelah bud chips selesai perlakuan hot water treatment dan

direndam dalam larutan maka bud chips ditiriskan, kemudian

dilakukan sortasi dari kerusakan mata dan didiamkan dalam karung

plastik selama 2 hari. Kemudian disemai di bedengan dengan jarak

tanam 2 x 2 cm, dengan posisi mata tunas di atas. Tanah yang

digunakan untuk menutupi bud chips jangan terlalu tebal kira – kira 1

cm, bud chips disemai di bedengan selama 10 hari. Namun pada lahan

pembibitan di PG Ngadiredjo tidak dilakukan persemaian karena

langsung ditanam pada polibek.

6.      Pemindahan bibit chips ke dalam tray

Setelah bibit berumur ± 10 hari di dalam bedengan ditandai

mulai keluar tunas 5-10 cm atau daun tunas mulai membuka 1-2 helai,

bud chips kemudian dipindahkan ke tray diisi dengan media tanah

yang telah disterilisasi, kemudian di sungkup tetapi tidak terlalu rapat.

36

Page 45: laporan magang pembibitan tebu

Di bawah tray diberi mulsa supaya kelembapan terjaga dan

mengurangi serangan hama penyakit. Di media tray diberi pupuk NPK

(15:15:15), dengan dosis pupuk I : 1,5 gram dilarutkan kedalam air

250 ml (0,250 liter) untuk 1 meter persegi setelah 3-5 hari tanam

di  tray dan pupuk II diberikan 30 hari setelah pupuk I dengan dosis

yang sama dan pengairan diberikan dengan cara gembor. Namun pada

lahan pembibitan di PG Ngadiredjo tidak dilakukan pemindahan

karena langsung ditanam pada polibek.

Gambar 11. Tempat perkembangan bibit budchips

7.      Pemindahan bud chips ke lapangan

Setelah bud chips berumur 2-2,5 bulan di tray kemudian

dipindahkan ke lapangan/kebun. Dengan jarak tanam 60-70  cm, dan

untuk 1 ha lahan dibutuhkan sekitar 12.000-16.200 bibit/rumpun,

tergantung pada kebutuhan yang digunakan.

b. Standar kebun bibit

Kebun bibit sangat diperlukan untuk mendukung penyelenggaraan

pembibitan dalam upaya memperoleh bibit yang memiliki kualitas dan

kuantitas tinggi. Standart kebun bibit yang dimiliki oleh PG. Ngadiredjo

antara lain:

a. Pertumbuhan tanaman optimal dan varietasnya murni

b. Bebas dari penyakit sistemik, yaitu

37

Page 46: laporan magang pembibitan tebu

- Mozaik, yang disebabkan oleh virus yang ditularkan oleh kutu

jagung

- Blendok, yang disebabkan oleh bakteri Xanthomonas albilineans.

- Luka api, yang disebabkan oleh cendawan Ustilago scitaminea

Beberapa penyakit penting yang lain, seperti:

- Pokahboeng, yang disebabkan oleh cendawan Gibberella

moniliformis.

Gejala yang ditimbulkan oleh penyakit ini adalah

1. Daun mengalami klorosis yang kadang diikuti dengan

mengisutnya daun.

2. Pertumbuhan terhambat

3. Daun muda mengering dan akhirnya mati

- Karat daun, yang disebabkan oleh cendawan Puccinia kulbhi.

Gejala yang ditimbulkan ialah adanya garis-garis pendek

membujur, berwarna jingga.

- RSD (Ratoon Stunting Desease), yang disebabkan oleh bakteri

Clavibacter xyli. gejalanya adalah tanaman menjadi kerdil pada

tebu keprasan.

c. Persiapan buka kebun

Di PG. Ngadiredjo, sistem rotasi tanaman hanya dilakukan oleh beberapa

petani saja. Kebanyakan dari petani menanam tebu secara terus menerus pada

lahannya. Sebelum buka kebun, lahan harus bersih dari damen, daduk dan

brondolan sebelum ditanami tebu, dengan cara melakukan babad damen/bakar

daduk pada 2-3 hari sebelum lahan dibajak. Setelah itu, kegiatan yang dilakukan

adalah menentukan arah juringan dan amplangan tegak lurus dengan arah juringan

38

Page 47: laporan magang pembibitan tebu

Gambar 12. Persiapan buka kebun

d. Pengolahan lahan

Di PG.Ngadiredjo, sistem pengolahan lahan dengan satu bulan sebelum

tanam, setiap kebun dibajak selama 2 kalidengan kedalaman 20cm dan 30 cm

serta kair sebanyak satu kali dengan kedalaman 35 cm. Bajak I dilakukan searah

garis kontur lahan. Satu min ggu setelah bajak I dilakukan bajak II yang tegak

lurus dengan arah bajak I. Hal itu dilakukan untuk menggemburkan tanah secar

merata. Dua minggu setelah bajak II , dilakukan pembuatan kairan (lubang tanam)

dengan menggunakan traktor. Arah kairan tegak lurus dengan dengan arah

kemiringan lahan untuk menghindari terjadinya erosi. Dari kegiatan ini akan

menghasilkan juringan dengan jarak ke pusat 100 cm

Gambar 13. Pengolahan lahan

e. Penanaman

Penanaman di PG. Ngadiredjo dilakukan dengan cara manual dan

mekanisasi. Penanaman manual yaitu pada penanaman bibit budchips pada kebun

bibit dasar (KBD). Penanaman Budchips dilakukan dengan pola tanamdouble

row, jarak tanam 60 cm dengan PKP 180 cm. pola tanam double row bertujuan

agar dalam suatu lahan banyak bibit yang dapat tertanam daripada pola tanam

single row. Penanaman budchips ditanam dengan cara memiringkan dengan

tujuan memacu jumlah anakan agar tumbuh banyak. Pada saat penanaman juga

dilakukan pemangkasan daun dengan tujuan untuk mengurangi transpirasi dan

mengurangi kapasitas akar menyerap air. Penanaman dengan cara mekanisasi

dilakukan pada bibit bagal menggunakan implement cane planter. Penanaman

dengan cane planter lebih cepat dan mudah daripada penanaman manual karena

hanya membutuhkan 3 tenaga kerja. Disamping itu, pembuatan kair dan

39

Page 48: laporan magang pembibitan tebu

pemupukan dilakukan secara bersamaan dengan cane planter. Hasil penanaman

cane planter tergantung penuh pada operator yang bertugas memasukan bibit

kepisau pemotong. Apabila operator tersebut telat dalam memasukan bibit maka

terjadi kekosongan bibit pada juring pertanaman pada lahan. Penanaman dengan

cara mekanisasilebih efektif daripada manual.

Gambar 14. Penanaman tebu manual

Gambar 15. Penanaman tebu mekanisasi

f. Pemeliharaan

a. Pemupukam

Pemupukan dilakukan bertujuan untuk member nutrisi pada tanah

yang kemudian diserap tanaman sehingga dapat meningkatkan pertumbuhan

40

Page 49: laporan magang pembibitan tebu

tanaman. Sebelum memberikan pupuk ke lahan pertanaman tebu dilakukan

analisis tanah terlebih dahulu agar dapat mengetahui kekurangan unsur hara

tanah sehingga bisa terpenuhi unsur hara yang ada di dalam tanah tersebut

sesuai dengan kebutuhan tanaman tebu.

- Pemupukan manual

PG. Ngadiredjo memanfaatkan limbah blotong sebagai pupuk kompos.

Pemberian pupuk kompos dilakukan sebelum melakukan penanaman

sebagai pupuk dasr 20 ton/ha, pemberian pupuk ini pada lahan dilakukan

dengan cara langsung ditaburkan pada juringan. Kemudian setelah 1 minggu

tanam pupuk 1. Kemudian satu bulan berikutnya dilanjutkan pemupukan II

dengan dosis yang sama dengan pupuk I. Aplikasi pupuk dilakukan pada

waktu pagi hari agar pupuk tidak menguap terkena sinar matahari.

- Pemupukan Fertilizer Applicator

Pemupukan secara mekanisasi dilakukan dengan traktor menggunakan

implement ini dilengkapi dengan 2 buah wadah sebagai tempat pupuk yang

akan diaplikasikan. Masing-masing wadah tersebut dapat memuat 100 kg

pupuk. Implement ini dilengkapi dengan tutup untuk keluarnya pupuk yang

digunakan untuk mengatur jumlah dosis pupukyang diaplikasikan pada

lahan.

Gambar 16. Pemupukan

b. Penyulaman

Kegiatan penyulaman dilakukan tiga minggu setelah tanam.

Penyulaman harus segera dilakukan agar pertumbuhan tanaman seragam.

Kegiatan sulam dilakukan dengan cara mengeluarkan bibit yang mati dari

41

Page 50: laporan magang pembibitan tebu

lubang tanam (juringan), kemudian bibit baru ditanama pada lubang tanam

dan ditutup dengan tanah.

Gambar 17. Penyulaman

c. Pengairan

Irigasi bertujuan untuk mencukupi kebutuhan air pada tanaman tebu.

Air sangat dibutuhkan tanaman tebu dalam masa perkecambahan pada fase

vegetative yaitu 2-5 bulan setelah tanam. Semakin tanaman tebu memasuki

fase pemasakan, tanaman tebu membutuhkan sedikit air dan memasuki

berakhirnya fase pertumbuhan, tanaman tebu membutuhkan lingkungan

yang kering agar proses pemasakna berjalan dengan baik. Pemberian air

dilakukan tergantung dengan kondisi lahan. Pengairan biasanya dilakukan

pada saat setalah tanam. Alat yang digunakan untuk pengairan adalah

pompa diesel.

Kegiatan pengairan dilakukan dengan dua cara, (1) menggunakan

sistem leb, jadi permukaan tanah dialiri air pada juringan secara langsung

melalui pompa diesel yang kemudian dibiarkan kering dengan maksud

memberi kelembaban pada daerah perakaran, irigasi leb ini bisa digunakan

apabila dekat dengan sumber air. (2) pengairan dengan menggunakan sistem

kempu, pengairan dengan sistem ini dilakukan apabila kondisi kebun sulit

untuk mendapatkan air contohnya pada lahan kering.

42

Page 51: laporan magang pembibitan tebu

Gambar 18. Pengairan

d. Pembubunan

Pembubunan adalah penimbunan tanah, pembubunan sering juga

disebut turun tanah, pembubunan bertujuan untuk meratakan tanah disekitar

tanaman yang masih dalam bentuk agregat besar-besar, dan unruk menutupi

bibit yang masih terlihat agar bibit tidak kering dan mati.

Di PG. Ngadiredjo pembubunan secara manual menggunakan sapi

dengan alat sontop “mardiyo” dilakukan pembubunan sebanyak empat kali,

yaitu

- Bumbun (I)/kecrik dilakukan pada saat umur 1 bulan, tanah yang

sudah kering dan lembut diturunkan setebal 5 cm

- Bumbun (II)/walik gulud dilakukan umur 1,5-2 bulan, tanah yang

kering dan lembut diturunkan setebal 10 cm sambil guludan

dikeruk

- Bumbun (III)/ipuk dilakukan pada umur 2,5-3 bulan, tanah guludan

dibumbun ke batang/menutupi batang setebal 15-20 cm

- Gulud akhir dilakukan pada saat tanaman berumur 4-5 bulan,

pangkal batang diklentek sampai bersih, tanah yang diguludkan

harus rapat, diinjak dan tahapan yang terakhir penggulungan daun

klentekan.

Sedangkan secara mekanis dilakukan dengan implement terratyne

yang digunakan untuk turun tanah sebelum dilakukannya pembubunan

dengan mekanisasi menggunakan implement disc bedder. Hasil

43

Page 52: laporan magang pembibitan tebu

implementasi terratyne maka tanah akan rata pada tepi samping kiri dan

kanan tanaman tebu. Dengan demikian akan lebih memudahkan sebagai

jalan untuk traktor yang dipasang implement disc bedder.

Implement disc bedder adalah implement yang digunakan untuk

pembubunan. Pembubunan dengan memakai implement ini hanya dilakukan

sekali tidak seperti pembubunan manual yang dilakukan sebanyak 4 kali.

Pembubunan dengan alat ini lebih cepat daripada pembubunan manual.

Hanya membutuhkan 1 orang sebagai operator yaitu sopir traktor. Hasil

pembubunan ini yaitu batang ertutup tanah sehingga dapat melindungi

batang tebu dari hama, kekeringan pada musim kemarau dan gulma.

e. Penglentekan

Penglentekan dilakukan sesudah gulud atau saat muncul pertama

daun kering. Penglentekan dilakukan untuk mempermudah keluarnya akar,

mengurangi robohnya tebu, menciptakan peredaran udara yang baik

sehingga kebun tidak lembab, memperbanyak sinar matahari yang masuk

dan mencegah serangan hama dan penyakit. Untuk tanaman kebun bibit

tidak dilakukan klentek pada lahan melainkan pada kandang rase saat sortasi

bibit bagal. Tidak dilakukan penglentekan karena agar mata tunas tidak

rusak pada saat dikebun.

f. Pengendalian gulma

Gulma yang terdapat pada areal pertanaman tebu yaitu putri malu

(Mimosa pudica), rumout teki (Cyperus rotundus), lulangan (Cyperus

cylinga), semanggi gunung (Marcelea crenata), grinting (Cynodon

dactylon), dan bayam duri (Amaratus spinocus).

Pengendalian gulma di PG. Ngadiredjo menggunakan dua cara yaitu

pengendalian dengan cara herbisidamanual dan pengendalian secara

mekanis dengan implement boom sprayer

- Herbisida manual

Herbisida yang digunakan PG. Ngadiredjo yaitu Diurex bahan aktif

Diuron dan Sidamin bahan aktif 2,4 DMA. Dosis pemberian Diurex 3

kg/ha dan dosis Sidamin 1,5 kg/ha. Alat yang digunakan pada

herbisida manual adalah handspray, dengan cara aplikasi

44

Page 53: laporan magang pembibitan tebu

menyemprotkan herbisida secara merata diseluruh lahan.

Penyemprotan herbisida dilakukan pada pagi hari karena pada saat

pagi haristomata daun masih membuka dan langsung masuk pori-pori

daun pada gulma sehingga gulma cepat mati.

- Boom Sprayer

Boom sprayer adalah implement yang digunakan untuk pengendalian

gulma secara mekanis. Pengendalian gulma dengan boom sprayer

dilakukan secara kimiawi pada saat tanaman tebu belum tumbuh (pre

emergence) dan sesudah tebu tumbuh (post emergence). Herbisida

yang digunakan adalah Diurexdan Sidamin pada penggunaan pre

emergence dan pada saat post emergencemenggunakan jenis dan dosis

yang sama. Aplikasi herbisida dilakukan dengan menyemprotkan

larutan herbisida tersebut pada gulma dengan implement boom sprayer

yang dipasang pada traktor yang dikendalikan oleh seorang operator.

Kapasitas tabung implement tempat herbisida ialah 600 liter untuk

aplikasi 1,5 ha. Komposisi herbisida yaitu Sidamin 2 liter dan Diurex 4

liter. Penyemprotan dilakukan saat pagi hari dengan tujuan agar

aplikasi herbisida lebih efektif terhindar dari hembusan angin yang

menyebabkan herbisida berhamburan mengikuti arah angin.

g. Pengendalian Hama dan Penyakit

Hama yang banyak menyerang tanaman tebu yaitu penggerek pucuk

(Tryporiza novella F.), penggerek batang (Chilo sacchariphogus), uret

(Lepidiota stigma), dan ulat. Tanda serangan hama penggerek pucuk adalah

pada ibu tulang daun terdapat lorong gerekan, deretan lubang gerekan

melintang pada helai daun, lubang teratur. Cara pengendaliannya adalah

dengan melepaskan musuh alami yaitu Trichogramma japonicum dan

Trichogramma australicum. Pengendalian musuh alami dengan

menggunakan pias. Pias dipasang pada saat tanaman tebu berumur 1,5

bulan, dilakukan 10 kali dengan jarak 10 hari sekali. Cara pemasangan antar

pias 25 meter dengan jumlah 5 pias untuk 1 hektar lahan tanaman tebu

Tanda serangan hama penggerek batang ialah bercak-bercak putih

bekas gerekan pada daun, lorong-lorong gerekan pada bagian dalam pelepah

45

Page 54: laporan magang pembibitan tebu

dan ruas-ruas, terkadang titik tumbuh mati, daun muda layu, dan satu batang

bibiasa terdapat lebih dari satu penggerek. Cara pengendaliannya sama

seperti pada hama penggerek pucuk. Hama uret juga dikendalikan dengan

cara pemasangan pias pada tanaman tebu.

PG. Ngadiredjo mengembangkan Trichogramma sp. sebagai

pengendali penggerek batang dan pucuk. Trichogramma sp. dikembangkan

pada inang penggantinya yang berupa telur ngengat beras (Corcyra

cephalonica). Cara pengembiakan Trichogramma sp.:

a. Pembiakan ngengat Coryra cephalonica sebagai inang alternative

Trichogramma sp.

b. Mempersiapkan kotak pemeliharaan larva Coryra cephalonica

yang terbuat kari kayu yang berukuran 70 x 30 x 12 cm

c. Kotak diisi dengan makanan jagung

d. Penaburan telur Coryra cephalonica, kemudian kupu-kupu

dikumoulkan, bertelur dan telur dikumpulkan. Telur yang

digunakan berumur lebih 2 hari.

e. Panen kupu-kupu dilakukan setelah 35 hari dari penaburan telur,

ngengat akan muncul. Ngengat yang menetas akan hinggap pada

kotak, dengan menggunakan tabung berupa pipa yang ditutup

dengan penutup. Kotak pemeliharaan dipindahkan dan dibuka

dalam ruangan yang khusus untuk panen kupu-kupu.

Cara pembuatan pias :

Suatu hari setelah perkawinan, telur telah banyak dijumpai.

Dengan memakai kuas halus, telur disikat perlahan dan

dipisahkan di baki. Telur dibersihkan dengan layak untuk

memisahkan telur dengan sisik, bulu maupun kaki ngengat.

Pengumpulan dan pembersihan telur dilakukan di luar ruangan,

petugas harus memakai masker hidung. Telur dapat dipanen tiap

hari.

Adapun pembuatan pias sebagai berikut :

- Pias terbuat dari kertas karton manila berukuran 9 cm x 2 cm,

kemudian kertas diberi lem sebagai perekat telur.

46

Page 55: laporan magang pembibitan tebu

- Ambil telur yang sudah layak dan ditabur-taburkan diatas

kertas pias

- Tiap pias diberi tulisan tanggal dan bulan

- Suhu ruangan pembiakan harus 30 C

- Pias kemudian dikeringkan dan diangin-anginkan agar

lemnya kering

- Pias telur dimasukkan pada tabung reaksi dan juga

dimasukkan starter (pias yang mengandung bibit

trichogramma sp.)

- Setelah empat hari telur pias Coryra cephalonica telah

diparasit oleh trichogramma sp.

- Setelah tujuh hari pias siap diaplikasikan kelahan

Cara pengaplikasian pias di lahan :

Pias Trichogramma sp. dilepas pada tebu yang

berumur 1,5 - 3 bulan, dengan selang 2 minggu. Dalam satuan

hektar ada 5 titik dengan 5 – 10 pias/ha, penempatan pias juga

perlu diperhatikan arah angin. Peletakkan pias dilakukan pada

pagi hari sekitar pukul 07.00. pias diletakkan menghadap atas

apabila cuaca terang, sedangkan menghadap kebawah apabila

cuaca mendung/hujan, dengan jarak pias satu dengan yang

lain 30m.

g. Panen

a. Taksasi produksi

Taksasi produksi ialah menduga/memperkirakan potensi produksi

tebu (bobot tebu) yang akan diperoleh pada saat kebu tersebut ditebang

beberapa bulan kemudian. Taksasi produksi dibedakan menjadi 3 macam

taksasi yaitu :

- Taksasi desember

Taksasi desember adalah taksasi yang dilakukan pada bulan

desember, kegiatan yang dilakukan dengan pengamatan kerapatan

per juring, pertumbuhan tanaman tebu yang normal dan tidak

normal.

47

Page 56: laporan magang pembibitan tebu

- Taksasi maret

Taksasi dilakukan pada bulan maret. Taksasi ini bertujuan

untuk mengetahui produksi yang akan didapat dari kebun yang

beberapa bulan kemudian ditebang.

- Taksasi ulang

Taksasi ulang dilakukan pada bulan Agustus dan September

(saat pertengahan giling)

b. Penebangan

Panen adalah kegiatan budidaya tanaman tebu yang terakhir,

biasanya disebut dengan tebang dan angkut. Panen dapat berpengaruh

terhadap produkivitas. Ada 2 cara dalam penebangan yaitu, (1) cara cut

to crash, memotong batang tebu sampai mendekati guludan/permukaan

tanah guludan, (2) dengan tebang dongkel, memotong batang tebu

sampai dua ruas di permukaan tanah dengan jalan alat tebang/sabit

dimasukkan kedalam dua ruas.

c. Pengangkatan tebu

Tebu yang telah ditebang diikat menggunakan tali berasal dari

kulit tebu dengan maksud agar memudahkan penyusunan tebu ke bak

truk. Tali yang biasanya dipakai yaitu momol yang berasal dari pucukan

tebu dan dari batang tebu. Dalam penyusunsn tebu harus diatur dengan

baik dan rapi agar truk dapat mengangkut tebu sesuai dengan kapasitas

pengangkutannya dengan jum;ah 1 rit (truk).

d. Panen Mekanisasi (Harvester)

Harvester adalah mesin panen mekanisasi untuk tanaman tebu.

Harvester yang digunakan besasal dari Thailand. Mesin harvester

dilengkapi dengan mesin pemotong dan blower untuk memisahkan

batang tebu dengan daun. Pada bagian belakang dilengkapi dengan rak

yang berfungsi sebagai tempat hasil potongan tebu yang dipanen. Untuk

menjalankan mesin ini dibutuhkan 2 orang operator, 1 operator sebagai

pengemudi mesin dan 1 operator sebagai pengatur untuk merapikan rak

tebu. Apabila rak tebu sudah penuh maka dipindahkan ke truk dengan

bantuan traktor pemindah rak hidrolik.

48

Page 57: laporan magang pembibitan tebu

4.2 Pembahasan

Tanaman tebu ialah tanaman yang dimanfaatkan batangnya untuk

menghasilkan gula. Di daerah sekitar PG. Ngadiredjo banyak yang

membudidayakan tanaman tebu, karena daerahnya telah memenuhi syarat tumbuh

tebu yaitu pada ketinggian 200-300 meter dpl, kemiringan tanah kurang dari 8%,

tekstur tanah pasir berlempung dan jenis tanah regusol abu vulkanik. Keadaan

iklim berdasarkan data stasiun klimatologi PG. Ngadiredjo yaitu distribusi curah

hujan rata-rata setiap hari yaitu suhu minimal 21 dan maksimal 27 berdasarkan

ditjenbun (2011), syarat tumbuh tebu ialah pada ketinggian 0-1400 meter dpl

dengan curah hujan berkisar antara 1000-1300 mm pertahun dan 200mm perbulan

selama 5-6 bulan

Bahan baku tebu PG. Ngadiredjo berasal dari tebu sendiri (TS) dan tebu

rakyat (TR). Tebu sendiri adalah tebu yang dihasilkan dari kebun yang dikelola

dan dihasilkan oleh PG. Ngadiredjo. Sedangkan tebu rakyat dihasilkan dan

dikelola oleh petani tebu rakyat di wilayah PG Ngadiredjo dan hasil produksinya

disetorkan ke pabrik untuk digiling. Dalam melakukan transaksi, petani dengan

pihak PG. Ngadiredjo sudah melakukan perjanjian/kontrak yang telah

sebelumnya. Luas lahan kebun tebu rakyat lebih besar dibandingkan dengan tebu

sendiri karena sebagian besar bahan baku gula berasal dari kebun tebu rakyat.

Produksi tanaman tebu sangat dipengaruhi oleh bibit. Bibit yang

digunakan harus memenuhi standar mutu bibit, adapun kriterianya : (a) bibit

sehat (tidak terserang hama dan penyakit), (b) tanaman bibit yang digunakan

cukup umur sesuai dengan varietas, (c) kemurnian bibit (tidak tercampur varietas

lain), (d) batang normal dan segar, mata tunas tidak coklat. Bibit tebu yang

digunakan di PG. Ngadiredjo ialah bibit bagal dan bibit budchips. Untuk bibit

yang akan ditanam harus sesuai dengan kondisi tipologi wilayah kemasakan

(masak awal : 10-12 bulan, masak tengah : 12-13 bulan dan masak akhir : 14

bulan). Tebang masak awal pada bulan Mei-Juli, tebang masak tengah pada bulan

Juli-Agustus, tebang masak akhir pada bulan Agustus-Oktober. Dalam memilih

bibit harus memperhatikan asal-usul dan jenis bibit yang akan ditanam. PG.

Ngadiredjo memperoleh bibit dari Puslit (Pusat Penelitian) jengkol yang

merupakan tempat penelitian tanaman tebu di kawasan PTPN X dan

49

Page 58: laporan magang pembibitan tebu

dikembangkan menjadi Kebun Bibit Nenek (KBN), Kebun Bibit Induk (KBI).

Dalam tiap wilayah harus mempunyai satu kebun bibit induk (KBI) dan kebun

bibit datar (KBD) yang nantinya digunakan untuk penanaman dalam tebu giling.

Seperti yang dikatakan Disbun (2004), bahwa kualitas kebun bibit menyangkut

kemurnian varietas, kesehatan tanaman dan situasi lingkungan tersebut sedangkan

kualitas kebun bibit menyangkut jumlah/pemenuhan bibit yang diperoleh.

Untuk mengetahui tingkat produktivitas, toleransi hama dan penyakit.

Kemampuan beradaptasi pada kondisi lingkungan, cuaca dan pola budidaya di

suatu wilayah. Biasanya uji adaptasi dilakukan oleh masing-masing PG meliputi

orientasi varietas atau ORVAR dan warung tebu atau WARTEB. Tujuan

pelaksanaan ORVAT dan WARTEB ini adalah untuk mencari varietas unggul

yang baru dari beberapa varietas P3GI Pasuruan., yang ditanam di sawah atau

tegal. Untuk mengantisipasi kemerosotan hasil produksi tebu yang mengalami

degenerasi. Percobaan tersebut dilakukan dengan cara berjenjang, dari kebun

percobaan ORVAR, tebu ditanam sampai umur 12 bulan kemudian ditanam di

skala yang lebih luas lagi yaitu pada kebun percobaan WARTEB untuk

mengetahui kestabilan pertumbuhan dan produktivitas suatu varietas. Dalam

percobaan ORVAR dan WARTEB, biasanya ditanam lebih dari 8 varietas, dengan

dilakukan 3x ulangan pada masing-masing varietas tersebut. Pengamatan yang

dilakukan pada perkebunan ORVAR dan WARTEB sama, yaitu meliputi varietas

tebu yang ditanam rata-rata prosentase perkecambahan, jumlah batang tebu, tinggi

batang, diameter batang, jumlah rumpun, dan anakan, hama, penyakit dan brix

batang. Waktu pengamatan dilakukan saat tumbuhan berumur 1, 3, 6, 9 setelah

tanam dimana pada pengamatan usia satu bulan mengikuti rata-rata dan

prosentase perkecambahan, umur tiga bulan jumlah rumpun dan anakan serta

hama penyakit, sedangkan pada umur enam dan Sembilan jumlah batang, tinggi

batang, diameter batang, dan brix batang. Menurut Budiono (1991) juga

menyatakan bibit unggul adalah modal besar keberhasilan produksi yang

diharapkan.

Pembibitan di PG.Ngadiredjo menggunakan 2 jenis bibit, yaitu bagal dan

budchips. Pembuatan bibit bagal dengan cara antara lain klentek bibit merupakan

membersihkan atau menghilangkan daun-daun pelepah dibatang tebu. Dalam

50

Page 59: laporan magang pembibitan tebu

penglentekan harus dilakukan secara hati-hati agar tidak merusak mata tunas dan

mata unas tetap utuh. Untuk bibit bagal pemotongan bibit dilakukan dengan

menggunakan sabit yang tajam. Agar pemotongan tidak terjadi berulang kali.

Apabila pemotongan lebih dari satu kali akan berpengaruh besar terjadinya

kerusakn pada mata tunas bibit. Pemotongan bibi dilakukan sebanyak dua buah

mata tunas untuk setiap bibit bagal. Pemotongan bibit sekitar 3-5 cm hal ini

dikarenakan agar mata tunas tetap memiliki cadangan makanan pada saat proses

perkecambahan. Sebelum penanaman hasil dari potongan bibit dicelupkan pada

larutan desinfektan agar membunuh bakteri atau mikroorganisme. Sortasi bibit

dilakukan untuk mengetahui bibit yang layak ditanam dan tidak layak ditanam

sehingga produksi tebu dapat optimal.

Hal yang perlu diperhhatikan ialah keseragaman varietas, karena akan

sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman tebu agar seragam dan masa

tanamnya pada kebun tersebut sama. Bibit dipisah antara tua dengan muda,

apabila terdapat varietas lain perlu dipisahkan, apabila ada mata tunas bibit yang

rusak perlu dibuang, untuk bibit bagal perlu dikelompokkan antara pucuk, tengah

dan bagian bawah. Dengan cara memisahkannya pada “kandang rase”. Bibit yang

berasal dari pucuk batang ditanam ditepi jauh jalan. Bibit yang berasal dari batang

bawah ditanam pada tepi dekat kebun. Hal ini dilakukan untuk lebih memudahkan

dalam perawatan, pengawasan dan saat melakukan penyulaman. Karena

pertumbuhan bibit yang berasal dari pucuk lebih cepat daripada bibit yang berasal

dari bawah. Sebelum dilakukan penanaman, lahan diaplikasikan pupuk

biokompos terlebih dahulu. Penambahan pupuk organic tersebut untuk

mendukung pertumbuhan tanaman tebu dan perbaikan tanah. Untuk

mempermudah dalam kegiatan penanaman kondisi tanah tersebut harus basah

dengan maksud tanah dalam keadaan cukup air. Setelah itu bibit bagal diecer

diatas juringan untuk mempermudah dalam penanamannya dan agar pembagian

bibit merata dan jumlah bibit tiap juringan juga rata. Jumlah bibit bagal setiap

lubang ditanam sekitar 24-26 batang perjuring (panjang 16m) dengan dua mata

tunas, kerapatan mata tumbuh, bibit ditanam lurus. Model penanaman bibit bagal

ada 2 cara yaiu “gandeng sepur” dan “sambung pecut” atau overlapping. Gandeng

sepur ialah cara posisi mata tunas disamping. Hal ini bertujuan agar bibit tersebut

51

Page 60: laporan magang pembibitan tebu

dapat berkecambah dengan baik, jika mata tunas menghadap kebawah maka tidak

dapat berkecambah karena mata tunasnya membusuk. Setelah bibit diletakkan

kemudian ditutup dengan tanah tipis menggunakan “gancu”. Bibit ditanam

disetiap sisi juring, yaitu ditanam dibagian pinggir kana dan kiri juringan.

Sedangkan model penanaman untuk sambung pecut ialah sistem tanam dimana

posisi bibit bagal tisur pada juringan dan dalam peletakannya ini terlihat zig-zag.

Mata tunas menghadap kesamping. Kemuduan ditanam pada kedua sisi bagian

pinggir pada juringan.

Bud chips adalah teknologi percepatan pembibitan tebu dengan satu mata

tunas yang diperoleh dengan menggunakan alat mesin bor. Pusat Penelitian Gula

PTPN X telah mengadopsi teknologi pembibitan tebu ini dari columbia dengan

menggunakan bud chips diharapkan akan tumbuh banyak anakan dengan

pertumbuhan yang seragam. Bedeng harus segera disiapkan sebelum bud chips

dibor. Kebun persemaian harus dipilih di lokasi strategis berdasarkan kriteria

sebagai berikut : dipinggir jalan yang dapat dijangkau kendaraan, terjamin sumber

pengairan dengan drainase yang baik, dan topografi datar. Dengan ukuran lebar ±

120 cm, panjang sesuai kondisi, tebal media tanam ± 7 cm, letak bedengan lebih

tinggi dari tanah ± 10 cm dengan tujuan supaya drainase lancar dan bedengan

diberi alas plastik supaya tidak terjadi kontak langsung dengan tanah. Alat yang

digunakan untuk mengebor bibit adalah mesin bor duduk yang merupakan

rancangan dari Puslit PTPN X. Alat ini memang belum standart tapi sudah bisa

digunakan untuk mengebor bibit tebu dengan mata tunas satu atau biasa disebut

dengan Bud chips. Tebu yang digunakan sebagai benih bud chips berasal dari

hasil kultur jaringan, yang berumur 6 – 8 bulan. Bibit yang diambil berupa satu

mata tunas dengan posisi mata terletak ditengah – tengah dari panjang stek dan

cincin ruas tidak semuanya ikut. Sehingga ruang untuk keluar akar semakin

sedikit, tetapi ketika tanaman dipindah di lapangan akar akan tumbuh dengan

subur dan serentak. Setelah bud chips dibor maka dilakukan perawatan / treatment

dengan hot water treatment (HWT) menggunakan suhu 50°C seharusnya selama

30-60 menit, namun banyak yang tidak tumbuh sehingga lama perendaman

dipersingkat hanya 15-20 menit, khusus bibit bagian pucuk direndam dengan

suhu 40°C selama 15 menit. Setelah dingin, mata yang telah dilakukan HWT

52

Page 61: laporan magang pembibitan tebu

direndam dalam larutan selama 10 menit dengan komposisi larutan Insektisida

Cruiser 350 ps dosis 12,5 ml/40 Liter air, Fungisida DELSEND MX-80WP Dosis

10gr/40 Liter Air, dan Zat perangsang tumbuh ATONIK  dosis 10gr/40 liter air.

Setelah bud chips selesai perlakuan hot water treatment dan direndam dalam

larutan maka bud chips ditiriskan, kemudian dilakukan sortasi dari kerusakan

mata dan didiamkan dalam karung plastik selama 2 hari. Kemudian disemai di

bedengan dengan jarak tanam 2 x 2 cm, dengan posisi mata tunas di atas. Tanah

yang digunakan untuk menutupi bud chips jangan terlalu tebal kira – kira 1 cm,

bud chips disemai di bedengan selama 10 hari. Setelah bibit berumur ± 10 hari di

dalam bedengan ditandai mulai keluar tunas 5-10 cm atau daun tunas mulai

membuka 1-2 helai, bud chips kemudian dipindahkan ke tray diisi dengan media

tanah yang telah disterilisasi, kemudian di sungkup tetapi tidak terlalu rapat. Di

bawah tray diberi mulsa supaya kelembapan terjaga dan mengurangi serangan

hama penyakit. Di media tray diberi pupuk NPK (15:15:15), dengan dosis pupuk I

: 1,5 gram dilarutkan kedalam air 250 ml (0,250 liter) untuk 1 meter persegi

setelah 3-5 hari tanam di  tray dan pupuk II diberikan 30 hari setelah pupuk I

dengan dosis yang sama dan pengairan diberikan dengan cara gembor. Setelah

bud chips berumur 2-2,5 bulan di tray kemudian dipindahkan ke lapangan/kebun.

Dengan jarak tanam 60-70  cm, dan untuk 1 ha lahan dibutuhkan sekitar 12.000-

16.200 bibit/rumpun, tergantung pada kebutuhan yang digunakan

Di PG. Ngadiredjo, sistem rotasi tanaman hanya dilakukan oleh beberapa

petani saja. Kebanyakan dari petani menanam tebu secara terus menerus pada

lahannya. Sebelum buka kebun, lahan harus bersih dari damen, daduk dan

brondolan sebelum ditanami tebu, dengan cara melakukan babad damen/bakar

daduk pada 2-3 hari sebelum lahan dibajak. Setelah itu, kegiatan yang dilakukan

adalah menentukan arah juringan dan amplangan tegak lurus dengan arah juringan

Di PG.Ngadiredjo, sistem pengolahan lahan dengan satu bulan sebelum

tanam, setiap kebun dibajak selama 2 kalidengan kedalaman 20cm dan 30 cm

serta kair sebanyak satu kali dengan kedalaman 35 cm. Bajak I dilakukan searah

garis kontur lahan. Satu min ggu setelah bajak I dilakukan bajak II yang tegak

lurus dengan arah bajak I. Hal itu dilakukan untuk menggemburkan tanah secar

merata. Dua minggu setelah bajak II , dilakukan pembuatan kairan (lubang tanam)

53

Page 62: laporan magang pembibitan tebu

dengan menggunakan traktor. Arah kairan tegak lurus dengan dengan arah

kemiringan lahan untuk menghindari terjadinya erosi. Dari kegiatan ini akan

menghasilkan juringan dengan jarak ke pusat 100 cm

Penanaman di PG. Ngadiredjo dilakukan dengan cara manual dan

mekanisasi. Penanaman manual yaitu pada penanaman bibit budchips pada kebun

bibit dasar (KBD). Penanaman Budchips dilakukan dengan pola tanamdouble

row, jarak tanam 60 cm dengan PKP 180 cm. pola tanam double row bertujuan

agar dalam suatu lahan banyak bibit yang dapat tertanam daripada pola tanam

single row. Penanaman budchips ditanam dengan cara memiringkan dengan

tujuan memacu jumlah anakan agar tumbuh banyak. Pada saat penanaman juga

dilakukan pemangkasan daun dengan tujuan untuk mengurangi transpirasi dan

mengurangi kapasitas akar menyerap air. Penanaman dengan cara mekanisasi

dilakukan pada bibit bagal menggunakan implement cane planter. Penanaman

dengan cane planter lebih cepat dan mudah daripada penanaman manual karena

hanya membutuhkan 3 tenaga kerja. Disamping itu, pembuatan kair dan

pemupukan dilakukan secara bersamaan dengan cane planter. Hasil penanaman

cane planter tergantung penuh pada operator yang bertugas memasukan bibit

kepisau pemotong. Apabila operator tersebut telat dalam memasukan bibit maka

terjadi kekosongan bibit pada juring pertanaman pada lahan. Penanaman dengan

cara mekanisasilebih efektif daripada manual.

Pemupukan dilakukan bertujuan untuk member nutrisi pada tanah yang

kemudian diserap tanaman sehingga dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman.

Sebelum memberikan pupuk ke lahan pertanaman tebu dilakukan analisis tanah

terlebih dahulu agar dapat mengetahui kekurangan unsur hara tanah sehingga bisa

terpenuhi unsur hara yang ada di dalam tanah tersebut sesuai dengan kebutuhan

tanaman tebu. PG. Ngadiredjo memanfaatkan limbah blotong sebagai pupuk

kompos. Pemberian pupuk kompos dilakukan sebelum melakukan penanaman

sebagai pupuk dasr 20 ton/ha, pemberian pupuk ini pada lahan dilakukan dengan

cara langsung ditaburkan pada juringan. Kemudian setelah 1 minggu tanam pupuk

1. Kemudian satu bulan berikutnya dilanjutkan pemupukan II dengan dosis yang

sama dengan pupuk I. Aplikasi pupuk dilakukan pada waktu pagi hari agar pupuk

tidak menguap terkena sinar matahari. Pemupukan secara mekanisasi dilakukan

54

Page 63: laporan magang pembibitan tebu

dengan traktor menggunakan implement ini dilengkapi dengan 2 buah wadah

sebagai tempat pupuk yang akan diaplikasikan. Masing-masing wadah tersebut

dapat memuat 100 kg pupuk. Implement ini dilengkapi dengan tutup untuk

keluarnya pupuk yang digunakan untuk mengatur jumlah dosis pupukyang

diaplikasikan pada lahan. Menurut Sutardjo (2012), bahwa pemupukan harus

mengarah pada pemupukan yang lengkap berimbang dan penambahan bahan

organik. Pupuk organik yang dapat digunakan antara lain blotong, kompos abu

ketel, pupuk hijau dan pupuk kandang.

Kegiatan penyulaman dilakukan tiga minggu setelah tanam. Penyulaman

harus segera dilakukan agar pertumbuhan tanaman seragam. Kegiatan sulam

dilakukan dengan cara mengeluarkan bibit yang mati dari lubang tanam

(juringan), kemudian bibit baru ditanama pada lubang tanam dan ditutup dengan

tanah.

Irigasi bertujuan untuk mencukupi kebutuhan air pada tanaman tebu. Air

sangat dibutuhkan tanaman tebu dalam masa perkecambahan pada fase vegetative

yaitu 2-5 bulan setelah tanam. Semakin tanaman tebu memasuki fase pemasakan,

tanaman tebu membutuhkan sedikit air dan memasuki berakhirnya fase

pertumbuhan, tanaman tebu membutuhkan lingkungan yang kering agar proses

pemasakna berjalan dengan baik. Pemberian air dilakukan tergantung dengan

kondisi lahan. Pengairan biasanya dilakukan pada saat setalah tanam. Alat yang

digunakan untuk pengairan adalah pompa diesel.

Kegiatan pengairan dilakukan dengan dua cara, (1) menggunakan sistem

leb, jadi permukaan tanah dialiri air pada juringan secara langsung melalui pompa

diesel yang kemudian dibiarkan kering dengan maksud memberi kelembaban pada

daerah perakaran, irigasi leb ini bisa digunakan apabila dekat dengan sumber air.

(2) pengairan dengan menggunakan sistem kempu, pengairan dengan sistem ini

dilakukan apabila kondisi kebun sulit untuk mendapatkan air contohnya pada

lahan kering. Menurut Sutardjo (2012), bahwa penyiraman pada waktu tanam

tidak boleh berlebihan sebab dapat merusak struktur tanah. Sebaliknya tidak boleh

sampai tidak disiram karena bibi tidak bisa melekan ditanah.

Pembubunan adalah penimbunan tanah, pembubunan sering juga disebut

turun tanah, pembubunan bertujuan untuk meratakan tanah disekitar tanaman

55

Page 64: laporan magang pembibitan tebu

yang masih dalam bentuk agregat besar-besar, dan unruk menutupi bibit yang

masih terlihat agar bibit tidak kering dan mati. Di PG. Ngadiredjo pembubunan

secara manual menggunakan sapi dengan alat sontop “mardiyo” dilakukan

pembubunan sebanyak empat kali, yaitu Bumbun (I)/kecrik dilakukan pada saat

umur 1 bulan, tanah yang sudah kering dan lembut diturunkan setebal 5 cm.

Bumbun (II)/walik gulud dilakukan umur 1,5-2 bulan, tanah yang kering dan

lembut diturunkan setebal 10 cm sambil guludan dikeruk. Bumbun (III)/ipuk

dilakukan pada umur 2,5-3 bulan, tanah guludan dibumbun ke batang/menutupi

batang setebal 15-20 cm. Gulud akhir dilakukan pada saat tanaman berumur 4-5

bulan, pangkal batang diklentek sampai bersih, tanah yang diguludkan harus

rapat, diinjak dan tahapan yang terakhir penggulungan daun klentekan. Sedangkan

secara mekanis dilakukan dengan implement terratyne yang digunakan untuk

turun tanah sebelum dilakukannya pembubunan dengan mekanisasi menggunakan

implement disc bedder (Pawirosemadi, 2011). Hasil implementasi terratyne maka

tanah akan rata pada tepi samping kiri dan kanan tanaman tebu. Dengan demikian

akan lebih memudahkan sebagai jalan untuk traktor yang dipasang implement disc

bedder. Implement disc bedder adalah implement yang digunakan untuk

pembubunan. Pembubunan dengan memakai implement ini hanya dilakukan

sekali tidak seperti pembubunan manual yang dilakukan sebanyak 4 kali.

Pembubunan dengan alat ini lebih cepat daripada pembubunan manual. Hanya

membutuhkan 1 orang sebagai operator yaitu sopir traktor. Hasil pembubunan ini

yaitu batang ertutup tanah sehingga dapat melindungi batang tebu dari hama,

kekeringan pada musim kemarau dan gulma.

Penglentekan dilakukan sesudah gulud atau saat muncul pertama daun

kering. Penglentekan dilakukan untuk mempermudah keluarnya akar, mengurangi

robohnya tebu, menciptakan peredaran udara yang baik sehingga kebun tidak

lembab, memperbanyak sinar matahari yang masuk dan mencegah serangan hama

dan penyakit. Untuk tanaman kebun bibit tidak dilakukan klentek pada lahan

melainkan pada kandang rase saat sortasi bibit bagal. Tidak dilakukan

penglentekan karena agar mata tunas tidak rusak pada saat dikebun. Gulma yang

terdapat pada areal pertanaman tebu yaitu putri malu (Mimosa pudica), rumout

teki (Cyperus rotundus), lulangan (Cyperus cylinga), semanggi gunung (Marcelea

56

Page 65: laporan magang pembibitan tebu

crenata), grinting (Cynodon dactylon), dan bayam duri (Amaratus spinocus).

Pengendalian gulma di PG. Ngadiredjo menggunakan dua cara yaitu pengendalian

dengan cara herbisidamanual dan pengendalian secara mekanis dengan implement

boom sprayer. Herbisida yang digunakan PG. Ngadiredjo yaitu Diurex bahan aktif

Diuron dan Sidamin bahan aktif 2,4 DMA. Dosis pemberian Diurex 3 kg/ha dan

dosis Sidamin 1,5 kg/ha. Alat yang digunakan pada herbisida manual adalah

handspray, dengan cara aplikasi menyemprotkan herbisida secara merata

diseluruh lahan. Penyemprotan herbisida dilakukan pada pagi hari karena pada

saat pagi haristomata daun masih membuka dan langsung masuk pori-pori daun

pada gulma sehingga gulma cepat mati. Boom sprayer adalah implement yang

digunakan untuk pengendalian gulma secara mekanis. Pengendalian gulma

dengan boom sprayer dilakukan secara kimiawi pada saat tanaman tebu belum

tumbuh (pre emergence) dan sesudah tebu tumbuh (post emergence). Herbisida

yang digunakan adalah Diurexdan Sidamin pada penggunaan pre emergence dan

pada saat post emergencemenggunakan jenis dan dosis yang sama. Aplikasi

herbisida dilakukan dengan menyemprotkan larutan herbisida tersebut pada gulma

dengan implement boom sprayer yang dipasang pada traktor yang dikendalikan

oleh seorang operator. Kapasitas tabung implement tempat herbisida ialah 600

liter untuk aplikasi 1,5 ha. Komposisi herbisida yaitu Sidamin 2 liter dan Diurex 4

liter. Penyemprotan dilakukan saat pagi hari dengan tujuan agar aplikasi herbisida

lebih efektif terhindar dari hembusan angin yang menyebabkan herbisida

berhamburan mengikuti arah angin. Menurut Sutardjo (2012), bahwa syarat

mengendalikan rumput dengan herbisida dilakukan pada tanah dengan kondisi

lembab (setengah basah), jika perlu diadakan penyiraman terlebih dahulu agar

campuran herbisida dapat bekerja dengan baik.

Hama yang banyak menyerang tanaman tebu yaitu penggerek pucuk

(Tryporiza novella F.), penggerek batang (Chilo sacchariphogus), uret (Lepidiota

stigma), dan ulat. Tanda serangan hama penggerek pucuk adalah pada ibu tulang

daun terdapat lorong gerekan, deretan lubang gerekan melintang pada helai daun,

lubang teratur. Cara pengendaliannya adalah dengan melepaskan musuh alami

yaitu Trichogramma japonicum dan Trichogramma australicum. Pengendalian

musuh alami dengan menggunakan pias. Pias dipasang pada saat tanaman tebu

57

Page 66: laporan magang pembibitan tebu

berumur 1,5 bulan, dilakukan 10 kali dengan jarak 10 hari sekali. Cara

pemasangan antar pias 25 meter dengan jumlah 5 pias untuk 1 hektar lahan

tanaman tebu. Tanda serangan hama penggerek batang ialah bercak-bercak putih

bekas gerekan pada daun, lorong-lorong gerekan pada bagian dalam pelepah dan

ruas-ruas, terkadang titik tumbuh mati, daun muda layu, dan satu batang bibiasa

terdapat lebih dari satu penggerek. Cara pengendaliannya sama seperti pada hama

penggerek pucuk. Hama uret juga dikendalikan dengan cara pemasangan pias

pada tanaman tebu. PG. Ngadiredjo mengembangkan Trichogramma sp. sebagai

pengendali penggerek batang dan pucuk. Trichogramma sp. dikembangkan pada

inang penggantinya yang berupa telur ngengat beras (Corcyra cephalonica). Pias

Trichogramma sp. dilepas pada tebu yang berumur 1,5 - 3 bulan, dengan selang 2

minggu. Dalam satuan hektar ada 5 titik dengan 5 – 10 pias/ha, penempatan pias

juga perlu diperhatikan arah angin. Peletakkan pias dilakukan pada pagi hari

sekitar pukul 07.00. pias diletakkan menghadap atas apabila cuaca terang,

sedangkan menghadap kebawah apabila cuaca mendung/hujan, dengan jarak pias

satu dengan yang lain 30m.

Panen adalah kegiatan budidaya tanaman tebu yang terakhir, biasanya

disebut dengan tebang dan angkut. Panen dapat berpengaruh terhadap

produkivitas. Ada 2 cara dalam penebangan yaitu, (1) cara cut to crash, memotong

batang tebu sampai mendekati guludan/permukaan tanah guludan, (2) dengan

tebang dongkel, memotong batang tebu sampai dua ruas di permukaan tanah

dengan jalan alat tebang/sabit dimasukkan kedalam dua ruas. Tebu yang telah

ditebang diikat menggunakan tali berasal dari kulit tebu dengan maksud agar

memudahkan penyusunan tebu ke bak truk. Tali yang biasanya dipakai yaitu

momol yang berasal dari pucukan tebu dan dari batang tebu. Dalam penyusunsn

tebu harus diatur dengan baik dan rapi agar truk dapat mengangkut tebu sesuai

dengan kapasitas pengangkutannya dengan jum;ah 1 rit (truk). Harvester adalah

mesin panen mekanisasi untuk tanaman tebu. Harvester yang digunakan besasal

dari Thailand. Mesin harvester dilengkapi dengan mesin pemotong dan blower

untuk memisahkan batang tebu dengan daun. Pada bagian belakang dilengkapi

dengan rak yang berfungsi sebagai tempat hasil potongan tebu yang dipanen.

Untuk menjalankan mesin ini dibutuhkan 2 orang operator, 1 operator sebagai

58

Page 67: laporan magang pembibitan tebu

pengemudi mesin dan 1 operator sebagai pengatur untuk merapikan rak tebu.

Apabila rak tebu sudah penuh maka dipindahkan ke truk dengan bantuan traktor

pemindah rak hidrolik.

5. PENUTUP

5.1 Kesimpulan

PG. Ngadiredjo mengusahakan bibit unggul untuk meningkatkan kualitas

dan kuantitas produksi tanaman tebu

Varietas yang banyak dikembangkan atau ditanam pada kebun bibit PG.

Ngadiredjo adalah BL, PS862 dan SS 57, karena selain dapat tumbuh

dengan baik juga memiliki produksi dan rendemen yang tinggi

Sebelum mengembangkan varietas-varietas pada kebun bibit, PG.

Ngadiredjo mengadakan percobaan, yaitu ORVAR dan WARTEB untuk

menentukan varietas yang dapat tumbuh dengan baik pada wilayah PG>

Ngadiredjo dan mempunyai produksi dan rendemen yang tinggi

Teknik budidaya tebu bibit yang intensif sanga diperlukan untuk

menghasilkan bibit yang memiliki kualitas dan kuantitas yang tinggi

5.2 saran

Dalam upaya untuk menghasilkan bibit yang memiliki kualitas dan

kuantitas tinggi, sebaiknya teknik budidaya kebun bibit lebih diintensifkan

sesuai dengan Standart Operasional Perusahaan (SOP) PG. Ngadiredjo,

sehingga seluruh wilayah KTG mendapatkan bibit yang unggul untuk

menjamin perumbuhan tanaman tebu selanjutnya yang optimal.

59

Page 68: laporan magang pembibitan tebu

DAFTAR PUSTAKA

Ahira, A. 2009. Berkenalan dengan Tanaman Tebu (Online).

http://www.anneahira.com/tanaman-tebu.htm. Diakses tanggal 26 April

2015

Indriani, 1992. Pembudidayaan tebu di lahan sawah dan tegalan. Penebar

Swadaya. Jakarta.p. 41-55

Kuntohartono, T. 1998. Pembibitan Kebun Tegalan di Jawa. Majalah Perusahaan

Gula. 17(2,3,4) : 6-13

Pawirosemadi, M. 2011. Dasar-dasar Teknologi Budidaya Tanaman Tebu

Bercocok Tanam dan Pasca Panen. Jakarta p26-12

Setyamidjaja dan Azharni, 1992. Tebu Bercocok Tanam dan Pascapanen. CV

Yasaguna. Jakarta. p. 26-42

Sutardjo, E. 1999. Budidaya Tanaman Tebu. Bumi Aksara, Jakarta.

Sutardjo, E. 2012. Budidaya Tanaman Tebu. Bumi Aksara, Jakarta.

60

Page 69: laporan magang pembibitan tebu

Lampiran 1

Biodata Diri

Nama Lengkap : Hafiz Ali N

Tempat, Tanggal lahir : Kediri, 15 Januari 1994

Agama : Islam

Jenis Kelamin : Laki-Laki

Kewarganegaraan : Indonesia

Status : Mahasiswa

Semester : 6 (Enam)

Jurusan/Minat Lab. : Budidaya Pertanian/Fisiologi Tumbuhan

Program Studi : Agroekoteknologi

Fakultas/Universitas : Pertanian/Universitas Brawijaya

NIM : 125040200111223

Alamat Kos : Jl. Candi VI-C, No 303, Gasek, Karangbesuki,

Sukun, Malang, Jawa Timur

Alamat Rumah : Desa Ngreco RT: 2 RW: 2 Kecamatan Kandat

Kabupaten Kediri

No. HP : 085790743482

Email : [email protected]

61

Page 70: laporan magang pembibitan tebu

DENAH LOKASI

62

Page 71: laporan magang pembibitan tebu

TANGGAL WAKTU URAIAN KEGIATAN1 Rabu

1 Juli 201506.30 – 16.00 Pengenalan pembimbing lapang dan lingkungan sekitar PG.

Ngadiredjo2 Kamis

2 Juli 201506.30 – 16.00 Praktek perhitungan brix secara manual di tebang angkut

3 Jumat3 Juli 2015

06.00 – 11.00 Pengamatan analisa laboratorium perhitungan brix secara otomatis di ruang core sampler

4 Sabtu4 Juli 2015

06.00-11.30 Melihat proses pengangkutan tebu ke meja penggilingan.

Total jam 29,5

Minggu kedua

TANGGAL WAKTU URAIAN KEGIATAN1 Senin

6 Juli 201506.30 – 16.00 Diskusi materi tentang pembibitan dan varietas tebu dengan

pebimbing lapang.2 Selasa

7 Juli 201506.30 – 16.00 Pembekalan materi FIFO (First In First Off) dan jalur lori pada

tebang angkut3 Rabu

8 Juli 201506.30 – 16.00 Diskusi persiapan perpindahan tempat magang, di pindah ke

kantor wilayah kandat4 Kamis

9 Juli 201506.30-16.00 Perkenalan dengan pengurus kantor wilayah kandat dan

mengenal lingkungan kantor.5 Jumat

10 Juli 201506.00 – 11.00 Diskusi tentang ketentuan-ketentuan dari progam mekanisasi

PG Ngadirejo dengan pengurus kantor wilayah.6 Sabtu

11 Juli 201506.00 – 11.30 Diskusi tentang pengolahan lahan pada progam mekanisasi.

Total jam 48,5

Minggu ketiga

TANGGAL WAKTU URAIAN KEGIATAN1 Senin

13 Juli 201506.30 – 16.00 Proses penglentekan bibit tebu

2 Selasa14 Juli 2015

06.30 – 16.00 Proses pengolahan tanah

3 Rabu15 Juli 2015

06.30 – 16.00 Proses penanaman bibit tebu dengan mekanisasi

4 Kamis16 Juli 2015

06.30-16.00 Libur Hari Raya

5 Jumat17 Juli 2015

06.00 – 11.00 Libur Hari Raya

6 Sabtu18 Juli 2015

06.00 – 11.30 Libur Hari Raya

Total jam 28

63

Page 72: laporan magang pembibitan tebu

Minggu keempat

TANGGAL WAKTU URAIAN KEGIATAN1 Senin

20 Juli 201506.30 – 16.00 Libur Hari Raya

2 Selasa21 Juli 2015

06.30 – 16.00 Libur Hari Raya

3 Rabu22 Juli 2015

06.30 – 16.00 Halal bi halah seluruh pegawai PG ngadiredjo

4 Kamis23 Juli 2015

06.30-16.00 Diskusi tentang Quality Control yang ada di PG ngadiredjo

5 Jumat24 Juli 2015

06.00 – 11.00 Perkenalan di kantor Quality Control di PG ngadiredjo

6 Sabtu25 Juli 2015

06.00 – 11.30 Mengetahui proses dari tebu menjadi gula

Total jam 29,5

Minggu kelima

TANGGAL WAKTU URAIAN KEGIATAN1 Senin

27 Juli 201506.30 – 16.00 Di divisi Quality Control bagian lab analisis basah

2 Selasa28 Juli 2015

06.30 – 16.00 Di divisi Quality Control bagian lab analisis basah

3 Rabu29 Juli 2015

06.30 – 16.00 Di divisi Quality Control bagian lab analisis basah

4 Kamis30 Juli 2015

06.30-16.00 Di divisi Quality Control bagian lab analisis khusus

5 Jumat31 Juli 2015

06.00 – 11.00 Di divisi Quality Control bagian lab analisis khusus

6 Sabtu1 Agustus 2015

06.00 – 11.30 Di divisi Quality Control bagian lab analisis khusus

Total jam 48,5

Minggu keenam

TANGGAL WAKTU URAIAN KEGIATAN1 Senin

3 Agustus 2015

06.30 – 16.00 Pengenalan Quality Control on farm

2 Selasa4 Agustus 2015

06.30 – 16.00 Pengenalan Trichogramma sp

3 Rabu 06.30 – 16.00 Penjelasan analisa pendahuluan (penetapan tebu contoh,

64

Page 73: laporan magang pembibitan tebu

5 Agustus 2015

pengambilan tebu contoh, pengukuran tebu, penimbangan, penggilingan tebu, analisa brix, pol dan perhitungan rendemen sementara)

4 Kamis6 Agustus 2015

06.30-16.00 - Pemanenan kupu- Pemanenan telur kupu dan perhitungan telur hasil

perkembangbiakan.- Pemberian madu pada kupu- Pengaplikasian kelahan

5 Jumat7 Agustus 2015

06.00 – 11.00 Lahan Wonodadi, Blitar (Timbang tempat)

6 Sabtu8 Agustus 2015

06.00 – 11.30 Lahan Pojok, Wates (Timbang Tempat)

Total jam 48,5

Minggu ketujuh

TANGGAL WAKTU URAIAN KEGIATAN1 Senin

10 Agustus 2015

06.30 – 16.00 Pengarahan dan penjelasan sekilas tentang GPS

2 Selasa11 Agustus 2015

06.30 – 16.00 Kelahan petani di Desa Pule menggambar petak lahan dan menentukan titik koodinat untuk pengajuan kontrak dan kredit ke koperasi.

3 Rabu12 Agustus 2015

06.30 – 16.00 Mengawal penanaman pada lahan percobaan Orvar (orientasi varietas) dan Warteb (warung tebu).

4 Kamis13 Agustus 2015

06.30-16.00 Panen kupu-kupu dirungan perkembangbiakan 1sampai dengan ruang perkembangbiakan 4.

5 Jumat14 Agustus 2015

06.00 – 11.00 Diskusi mengenai trichogramma

6 Sabtu15 Agustus 2015

06.00 – 11.30 Panen telur kupu-kupu trichogramma serta menghitung jumlah telurnya.inokulasi.

Total jam 48,5

Minggu kedelapan

TANGGAL WAKTU URAIAN KEGIATAN1 Senin

17 Agustus 2015

06.30 – 16.00 Upacara 17 Agustus

2 Selasa18 Agustus

06.30 – 16.00 Mengahadap Pak Amin selaku Devisi Tanaman untuk membicarakan program kegiatan materi magang minggu ini.

65

Page 74: laporan magang pembibitan tebu

20153 Rabu

19 Agustus 2015

06.30 – 16.00 TU HasilPenjelasan mengenai alur S.O.P Pencairan kredit mulai dari pengiriman surat dari PG ke Kantor Direksi, surat KPTR ke Bank penyalur kredit, surat penawaran pemberian kredit dari Bank penyalur, pemindahbukuan kredit, pencairan dana kredit, pemotongan /pelunasan kredit sampai pada alur pembukuan KKP.

4 Kamis20 Agustus 2015

06.30-16.00 TU Hasil (bagian perencanaan dan pengawasan)Penjelasan dan pengenalan mengenai perencanaan dan pengawasan keuangan di pabrik oleh Bapak Wisnu selaku Asmen Keuangan di Devisi TU Hasil.

5 Jumat21 Agustus 2015

06.00 – 11.00 TU Hasilpenjelasan mengenai prosedur penyimpanan dan pengeluaran gula di PG oleh Bapak Koiron selaku Asmen di Devisi TU Hasil.

6 Sabtu22 Agustus 2015

06.00 – 11.30 Kantor Devisi Tanaman.penjelasan mengenai taksasi maret dan macam-macam tebu rakyat oleh Bu Mun Selaku Kepala Administrasi di Devisi Tanaman.

Total jam 48,5

Minggu kesembilan

TANGGAL WAKTU URAIAN KEGIATAN1 Senin

23 Agustus 2015

06.30 – 16.00 Di KPTR Nugroho- Pengenalan karyawan Koperasi Nugroho- Informasi mengenai kegiatan di Koperasi Nugroho- Informasi mengenai perkreditan (KKP dan PKBL)- Informasi mengenai pencairan perkreditan- Informasi mengenai pencairan DOA (dari hasil 90% hasil

gula) dan DOB (10% dari hasil 10% yang dihasilkan tebu petani)

2 Selasa24 Agustus 2015

06.30 – 16.00 Di KPTR NugrohoPemisahan kwitansi pencairan DOA (pencairan dari hasil pelelangan gula 90%) periode 5 dan 6

3 Rabu25 Agustus 2015

06.30 – 16.00 Di KPTR Nugroho- Pencairan DOA (pencairan dari hasil pelelangan gula 90%)

periode 74 Kamis

26 Agustus 2015

06.30-16.00 Di KPTR Nugroho- Pencairan sharing (sisa pembayaran gula 90%, karena

pencairan DOA merupakan dana talangan, sehingga hasil gula belum dibayar sepenuhnya karena merupakan dana talangan dari investor gula)

5 Jumat27 Agustus

06.00 – 11.00 Di KPTR NugrohoPencairan sharing (sisa pembayaran gula 90%, karena

66

Page 75: laporan magang pembibitan tebu

2015 pencairan DOA merupakan dana talangan, sehingga hasil gula belum dibayar sepenuhnya karena merupakan dana talangan dari investor gula)

6 Sabtu28 Agustus 2015

06.00 – 11.30 Di KPTR Nugroho- Pencairan sharing (sisa pembayaran gula 90%, karena

pencairan DOA merupakan dana talangan, sehingga hasil gula belum dibayar sepenuhnya karena merupakan dana talangan dari investor gula)

Total jam 48,5

Minggu kesepuluh

TANGGAL WAKTU URAIAN KEGIATAN1 Senin

31 Agustus 2015

06.30 – 16.00 Di KPTR Nugroho- Pencairan sharing (sisa pembayaran gula 90%, karena

pencairan DO.A yang merupakan dana talangan, sehingga hasil gula belum dibayar sepenuhnya karena dana yang dibayarkan merupakan dana talangan dari investor gula).

2 Selasa1 September 2015

06.30 – 16.00 Di KPTR Nugroho- Pencairan sharing (sisa pembayaran gula 90%, karena

pencairan DO.A yang merupakan dana talangan, sehingga hasil gula belum dibayar sepenuhnya karena dana yang dibayarkan merupakan dana talangan dari investor gula).

3 Rabu2 September 2015

06.30 – 16.00 Di KPTR Nugroho- Pencairan sharing (sisa pembayaran gula 90%, karena

pencairan DO.A yang merupakan dana talangan, sehingga hasil gula belum dibayar sepenuhnya karena dana yang dibayarkan merupakan dana talangan dari investor gula).

4 Kamis3 September 2015

06.30-16.00 Di KPTR Nugroho- Pencairan sharing (sisa pembayaran gula 90%, karena

pencairan DO.A yang merupakan dana talangan, sehingga hasil gula belum dibayar sepenuhnya karena dana yang dibayarkan merupakan dana talangan dari investor gula).

5 Jumat4 September 2015

06.00 – 11.00 Di KPTR Nugroho- Pencairan sharing (sisa pembayaran gula 90%, karena

pencairan DO.A yang merupakan dana talangan, sehingga hasil gula belum dibayar sepenuhnya karena dana yang dibayarkan merupakan dana talangan dari investor gula).

6 Sabtu5 September 2015

06.00 – 11.30 Di KPTR Nugroho- Pencairan sharing (sisa pembayaran gula 90%, karena

pencairan DO.A yang merupakan dana talangan, sehingga hasil gula belum dibayar sepenuhnya karena dana yang

67

Page 76: laporan magang pembibitan tebu

dibayarkan merupakan dana talangan dari investor gula).

Total jam 48,5

Minggu kesebelas

TANGGAL WAKTU URAIAN KEGIATAN1 Senin

7 September 2015

06.30 – 16.00 Di KPTR Nugroho.- Persiapan berkas-berkas untuk pencairan seperti kuitansi

pembayaran, kuitansi potongan (jika petani yang bersangkutan memiliki pinjaman seperti pinjaman untuk tebang angkut), kuitansi untuk pencairan DO.B (yang nantinya akan ditukar dengan gula), kuitansi hasil pengiriman tebu.

2 Selasa8 September 2015

06.30 – 16.00 Di KPTR Nugroho.- Pencairan DO.A (hasil gula 90%) periode 8, yang merupakan

dana talangan dari investor gula, sehingga sisa pembayaran akan dibarkan nanti setelah gula dilelang.

3 Rabu9 September 2015

06.30 – 16.00 Di KPTR Nugroho.- Pencairan DO.A (hasil gula 90%) periode 8, yang merupakan

dana talangan dari investor gula, sehingga sisa pembayaran akan dibarkan nanti setelah gula dilelang.

4 Kamis10 September 2015

06.30-16.00 Di KPTR Nugroho.- Pencairan DO.A (hasil gula 90%) periode 8, yang merupakan

dana talangan dari investor gula, sehingga sisa pembayaran akan dibarkan nanti setelah gula dilelang.

5 Jumat11 September 2015

06.00 – 11.00 Di KPTR Nugroho.- Pencairan DO.A (hasil gula 90%) periode 8, yang merupakan

dana talangan dari investor gula, sehingga sisa pembayaran akan dibarkan nanti setelah gula dilelang.

6 Sabtu12 September 2015

06.00 – 11.30 Di KPTR Nugroho.- Pencairan DO.A (hasil gula 90%) periode 8, yang merupakan

dana talangan dari investor gula, sehingga sisa pembayaran akan dibarkan nanti setelah gula dilelang.

Total jam 48,5

Minggu keduabelas

TANGGAL WAKTU URAIAN KEGIATAN1 Senin

14 06.30 – 16.00 Pembuatan bibit bud chip di unit produksi bibit tebu PG

Ngadiredjo

68

Page 77: laporan magang pembibitan tebu

September 2015

2 Selasa15 September 2015

06.30 – 16.00 Pembuatan bibit bud chip di unit produksi bibit tebu PG Ngadiredjo

3 Rabu16 September 2015

06.30 – 16.00 Pembuatan bibit bud chip di unit produksi bibit tebu PG Ngadiredjo

4 Kamis17 September 2015

06.30-16.00 Pembuatan bibit bud chip di unit produksi bibit tebu PG Ngadiredjo

5 Jumat18 September 2015

06.30 – 16.00 Pembuatan bibit bud chip di unit produksi bibit tebu PG Ngadiredjo

6 Sabtu19 September 2015

06.00 – 16.00 Pembuatan bibit bud chip di unit produksi bibit tebu PG Ngadiredjo

Total jam 57

Minggu ketiga belas

TANGGAL WAKTU URAIAN KEGIATAN1 Senin

21 September 2015

06.30 – 16.00 Libur

2 Selasa22 September 2015

06.30 – 16.00 Pembuatan bibit bud chip di unit produksi bibit tebu PG Ngadiredjo

3 Rabu 23 September 2015

06.30 – 16.00 Pembuatan bibit bud chip di unit produksi bibit tebu PG Ngadiredjo

4 Kamis 24 September 2015

06.30-16.00 Libur Idul Adha

5 Jumat25 September 2015

06.30 – 16.00 Pembuatan bibit bud chip di unit produksi bibit tebu PG Ngadiredjo

6 Sabtu26 September

06.30– 16.00 Pembuatan bibit bud chip di unit produksi bibit tebu PG Ngadiredjo

69

Page 78: laporan magang pembibitan tebu

2015Total jam 38

Total jam keseluruhan 589,5 jam..

70