laporan konsolvensi 2003.doc

12
KONSOLVENSI 1. Tujuan Mampu memahami dan menggambarkan pengaruh larutan campur terhadap kelarutan suatu zat 2. Prinsip Berdasarkan penambahan kelarutan dengan penambahan kelarutan dengan penambahan pelarut campur ( Like dislove like ) 3. Teori Secara kuantitatif, kelarutan suatu zat dinyatakan sebagai konsentrasi zat terlarut didalam larutan jenuhnya pada suhu dan tekanan tertentu. Kelarutan dinyatakan dalam satuan mililiter pelarut yang dapat melarutkan satu gram zat. Misalnya 1 gram asam salisilat akan larut dalam 500 mL air. Kelarutan juga dinyatakan dalam satuan molalitas, molaritas dan persen (Tungandi, 2009). Pelepasan zat aktif dari bentuk sediaannya sangat dipengaruhi oleh sifat-sifat kimia dan fisika zat tersebut serta formulasinya. Pada prinsinya obat baru dapat di absorpsi setelah zat aktifnya terlarut dalam cairan usus, sehingga salah satu usaha untuk mempertinggi efek Farmakologi dari sediaaan adalah

Upload: yuliyani-sartika-dewi

Post on 16-Jul-2016

122 views

Category:

Documents


16 download

TRANSCRIPT

Page 1: LAPORAN KONSOLVENSI 2003.doc

KONSOLVENSI

1. Tujuan

Mampu memahami dan menggambarkan pengaruh larutan campur terhadap

kelarutan suatu zat

2. Prinsip

Berdasarkan penambahan kelarutan dengan penambahan kelarutan dengan

penambahan pelarut campur ( Like dislove like )

3. Teori

Secara kuantitatif, kelarutan suatu zat dinyatakan sebagai konsentrasi zat

terlarut didalam larutan jenuhnya pada suhu dan tekanan tertentu. Kelarutan

dinyatakan dalam satuan mililiter pelarut yang dapat melarutkan satu gram zat.

Misalnya 1 gram asam salisilat akan larut dalam 500 mL air. Kelarutan juga

dinyatakan dalam satuan molalitas, molaritas dan persen (Tungandi, 2009).

Pelepasan zat aktif dari bentuk sediaannya sangat dipengaruhi oleh sifat-sifat

kimia dan fisika zat tersebut serta formulasinya. Pada prinsinya obat baru dapat di

absorpsi setelah zat aktifnya terlarut dalam cairan usus, sehingga salah satu usaha

untuk mempertinggi efek Farmakologi dari sediaaan adalah dengan menaikkan

kelarutan zat aktifnya (Tungandi, 2009).

Kelarutan atau solubilitas adalah kemampuan suatu zat kimia tertentu, zat

terlarut (solute), untuk larut dalam suatu pelarut (solvent). Kelarutan dinyatakan

dalam jumlah maksimum zat terlarut yang larut dalam suatu pelarut pada

kesetimbangan. Larutan hasil disebut larutan jenuh. Zat-zat tertentu dapat larut

dengan perbandingan apapun terhadap suatu pelarut. Contohnya adalah etanol di

dalam air. Sifat ini lebih dalam bahasa Inggris lebih tepatnya disebut miscible.

Pelarut umumnya merupakan suatu cairan yang dapat berupa zat murni ataupun

campuran. Zat yang terlarut, dapat berupa gas, cairan lain, atau padat. Kelarutan

bervariasi dari selalu larut seperti etanol dalam air, hingga sulit terlarut, seperti

perak klorida dalam air. Istilah "tak larut" (insoluble) sering diterapkan pada

Page 2: LAPORAN KONSOLVENSI 2003.doc

senyawa yang sulit larut, walaupun sebenarnya hanya ada sangat sedikit kasus

yang benar-benar tidak ada bahan yang terlarut. Dalam beberapa kondisi, titik

kesetimbangan kelarutan dapat dilampaui untuk menghasilkan suatu larutan yang

disebut lewat jenuh (supersaturated) yang metastabil (Woedepss) (Tungandi,

2009).

Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kelarutan suatu zat antara lain adalah :

a. pH

b. temperatur

c. jenis pelarut

d. bentuk dan ukuran partilel zat

e. konstanta dielektrik pelarut

Kelarutan juga tergantung pada struktur zat, seperti perbandingan gugus polar

dan non polar dari suatu molekul. Makin panjang rantai gugus non polar suatu zat

makin zat tersebut larut dalam air. Selain itu, penambahan surfaktan dapat juga

ditambahkan zat-zat pembentuk kompleks untuk menaikkan kelarutan suatu zat,

misalnya penambahan uretan dalam pembuatan injeksi khinin (Tungandi, 2009).

Larutan adalah campuran yang bersifat homogen antara molekul, atom ataupun

ion dari dua zat atau lebih. Disebut campuran karena susunannya atau

komposisinya dapat berubah. Disebut homogen karena susunanya begitu seragam

sehingga tidak dapat diamati adanya bagian-bagian yang berlainan, bahkan

dengan mikroskop optis sekalipun (Tungandi, 2009).

Fase larutan dapat berwujud gas, padat ataupun cair. Larutan gas misalnya

udara. Larutan padat misalnya perunggu, amalgam dan paduan logam yang lain.

Larutan cair misalnya air laut, larutan gula dalam air, dan lain-lain. Komponen

larutan terdiri dari pelarut (solvent) dan zat terlarut (solute). Pada bagian ini

dibahas larutan cair. Pelarut cair umumnya adalah air. Pelarut cair yang lain

misalnya bensena, kloroform, eter, dan alkohol. Jika pelarutnya bukan air, maka

nama pelarutnya disebutkan. Misalnya larutan garam dalam alkohol disebut

larutan garam dalam alkohol (alkohol disebutkan), tetapi larutan garam dalam air

disebut larutan garam (air tidak disebutkan) (Tungandi, 2009).

Page 3: LAPORAN KONSOLVENSI 2003.doc

Larutan adalah sebagai bagian dari sediaan-sediaan cair yang mengandung satu

atau lebih zat kimia yang dapat larut, biasanya dilarutkan dalam air, yang karena

bahan-bahannya, cara peracikan atau penggunaannya, tidak dimasukkan kedaam

olongan produk lainnya (Ansel, 2004).

Larutan jenuh adalah suatu larutan yang zat terlarutnya berada dalam

kesetimbangan dengan fase padat (zat terlarut) (Sinko, 2005).

Larutan tidak jenuh atau hampir jenuh adalah suatu larutan yang mengandung

zat trlarut dalam konsentrasi yang dibutuhkan untuk penjenuhan sempurna pada

temperature tertentu (Martin, 1990).

Larutan lewat jenuh adalah suatu laruta yang mengandung zat terlarut dalam

konsentrasi lebih banyak daripada seharusnya pada temperature tertentu dan

terdapat juga zat terlarut yang tidak larut (SInco, 2005).

Menurut metode kelarutan, sejumlah besar obat ditempatkan dalam wadah

yang tertutup baik, bersama-sama dengan larutan zat pengomplek dalam berbagai

konsentrasi dan botol dikocok dalam bak pada temperature konstan sampai

tercapai kesetimbangan. Cairan supernatant dalam porsi yang cukup diambil dan

dianalisis (Alfred, 1990).

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi kelarutan adalah pengadukan, suhu,

luas permukaan, fikositas, ukuran partikel, pH larutan, dan polimerfisme (Ditjen

POM, 1979).

Selain faktor di atas penambah surfaktan juga akan mempengaruhi kelarutan.

Surfaktan adalah suatu zat yang digunakan untuk menakkan kelarutan suatu zat.

Molekul surfaktan terdiri atas dua bagian yaitu polar dan non polar (Ditjen POM,

1979).

Jika kelarutan suatu zat tidak diketahui dengan pasti, kelarutannya dapat

ditunjukkan dengan istilah berikut (Ditjen POM, 1979) :

Istikah Kelarutan Jumlah bagian pelarut yang diperlukan

Page 4: LAPORAN KONSOLVENSI 2003.doc

untk melarutkan 1 bagian zat

Sangat mudah larut Kurang dari 1

Mudah larut 1 sampai 10

Larut 10 sampai 30

Agak sukar larut 30 sampai 100

Sukar larut 100 sampai 1000

Sangat sukar larut 1000 sampai 10.000

Praktis tidak larut Lebih dari 10.000

Daya larut suatu zat dalam lain dipengaruhi oleh jenis zat terlarut, jenis zat

pelarut, temperatur dan tekanan, zat-zat dengna struktur kimia yang mirip

umumnya padat juga bercampur baik, sedang yang tidak biasanya sukar

bercampur (Sukarjo, 1997).

Daya kelarutan suatu zat berkhasiat memegang peranan penting dalam

formulasi suatu sediaan zat. Lebih dari 50% senyawa kimia baru yang ditemukan

saat ini bersifat hidrofobik. Kegunaan secara klinik dari obat-obat hidrofobik

menjadi tikad efesien dengan rendahnya daya kelarutan, dimana akan

mengakibatkan kecilnya penetrasi obat tersebut didalam tubuh. Kelarutan seuatu

karena kelarutan suatu obat dengan tingkat disolusi obat tersebut sangat berkaitan

(Jufri,dkk, 2004).

Page 5: LAPORAN KONSOLVENSI 2003.doc

Dalam cara pengendapan, analit yang akan ditetapkan diendapkan dari

larutannya dalam bentuk senyawa yang tidak larut atau sukat larut, sehingga tidak

ada yang hilang selama penyaringan, pencucian dan penimbangan. Faktor-faktor

yang menetukan berhasilnya cara pengendapan adalah endapan harus sedemikan

tidak larut, sehingga tidak ada kehilangan yang berarti pada penyaringan. Dalam

kenyataannya, keadaan ini dizikan asalkan banyaknya banyaknya yang masi

tinggal (tika terendapkan) tidak melampaui batas minimum yang dapat

ditunjukkan oleh neraca analitik 0,1 mg ( Gandjar,dkk, 2007).

Secara teori jika pH dinaikkan, maka kelarutannya pun ikut meningkat, karena

selain terbentuk larutan jenuh obat dalam bentuk molekul yang tidak terionkan

(kelarutan intrinsic) juga terlarut obat yang berbentuk ion (Martin,dkk, 1990).

Secara khusus, penentuan kelarutan semu (apperent solubility) asam benzoat

dapat dilakukan dengan metode gravimetri. Gravimetri meruakan cara

pemeriksaan jumlah zat yang paling tua dan paling sederhana dibandingkan

dengan cara pemeriksaan kimia lainnya. Kesederhanaan itu jlas kelihatan karena

dalam gravimetri jumlah zat ditentukan dengan menimbang langsung massa zat

yang dipisahkan dari zat-zat lain (Rivai, 1979).

Proses yang bersifat endotermis dalam satu arah adalah eksoterm dalam arah

yang lain. Karena proses pembentukan larutan dalam proses pengkristalan

berlangsung dengan laju yang sama dengan kesetimbangan maka perubahan-

perubahan energi netto adalah nol. Tetapi jika suhu dinaikkan maka proses akan

menyrap kalor. Dalam hal ini pembentukan larutan lebihdisukai. Segera setelah

suhu dinaikkan tidak berapa pada kesetimbangan karenaada lagi zat yang melarut.

Suatu zat yang menyerap kalor ketika melarut cenderung lebih mudah larut pada

suhu tinggi (Klienfelter, 1996).

Pengaruh temperatur dalam kesetimbangan kimia ditentukan dengan Ho.

Pada reaksi endoterm konstanta kesetimabangan akan naik seiring dengan naiknya

temperatur. Pada reaksi eksoterm kontasta kesetimabangan akan turun dengan

naikknya temperatur (Silbey dkk, 1996).

Page 6: LAPORAN KONSOLVENSI 2003.doc

Untuk kesetimbangan ini, peningkatan suhu malah akan mengusir gas dan

larutan sebab pergeseran ini kekiri adlah endoterm. Karena itu gas hampir sealu

menjadi kurang larut dalam cairan jika suhunya dinaikkan (Atkins, 1994).

Tipe Larutan

Larutan dapat digolongkan sesuai dengan keadaan terjadinya zat terlarut dan

pelarut, dan karena tiga wujud zat (gas, cair, padat kristal), ada sembilan

kemungkinan sifat campuran homogen antara zat terlarut dan pelarut Larutan

jenuh adalah suatu larutan dimana zat terlarut berada dalam kesetimbangan

dengan fase padat (zat terlarut). Larutan tidak jenuh atau hampir jenuh adalah

suatu larutan yang mengandung zat terlarut dalam konsentrasi di bawah

konsentrasi yang dibutuhkan untuk penjenuhan sempurna pada temperatur

tertentu. Larutan lewat jenuh adalah suatu larutan yang mengandung zat terlarut

dalam konsentrasi lebih banyak daripada yang seharusnya ada pada temperatur

tertentu, terdapat juga zat terlarut yang tidak larut (Martin. A, 1990).

4. Alat dan Bahan

4.1. Alat :

a. Gelas Ukur

b. Gelas Kimia

c. Moisture Balance

4.2. Bahan :

a. Air

b. Etanol

c. Propilen Glikol

5. Prosedur

Masing masing tabung dibuat larutan campuran etanol, air propilen glikol

sampai 30 ml dengan masing- masing tabung berbeda kadar. Berat jenis dihitung

dengan piknometer pada masing masing larutan campuran. Dibuat grafiknya.

Ditimbang asam salisilat 1 gram kedalam masing masing tabung. Disaring dengan

ertas saring yang berbeda untuk setiap larutan campur. Dicek kembali berat jenis

Page 7: LAPORAN KONSOLVENSI 2003.doc

dari filtrate yang telah disaring. Dibuat grafik. Dicek kadar air dari asam salisilat

awal. Ditimbang kertas saring yang telah digunakan. Disesuaikan kadar air asam

salisilat awal sampai konstan.

6. Data Pengamatan

6.1. Table hasil pengamatan

Larutan

30mlΡ pelarut campuran Ρ filtrat

m. kertas

saringm. residu

1 0,998 1,005 0,23 0,687

2 0,990 1,017 0,32 0,774

3 0,987 1,002 0,37 0,777

4 0,977 1,001 0,39

5 0,971 0,978 0,37 0,636

6 0,965 0,979 0,35

7 0,946 0,952 0,34 0,804

8 0,935 0,948 0,35 0,992

9 0,918 0,938 0,36 0,924

10 0,978 0,983 0,32 0,843

11 0,827 0,827 0,29 0,252

12 1,033 1,036 0,28 0,278

7. Pembahasan

8. Kesimpulan

Page 8: LAPORAN KONSOLVENSI 2003.doc

Daftar Pustaka

Atkins' Physical Chemistry, 7th Ed. by Julio De Paula, P.W. Atkins

Ditjen POM., 1979, “Farmakope Indonesia”, edisi III, Jakarta

Gandjar, Ibnu Gholib, Abdul Rahman, 2007, ”Kimia Farmasi Analisis”, Pustaka

Pelajar. Yogyakarta

Jufri, Mahdi, dkk, 2004. Formulasi Gameksan dalam Bentuk Mikroemulsi,

Majalah ilmu kefarmasian.

Kleinfelter, Keenam.1996. ”kimia untuk universitas”. Jakarta: Erlangga

Martin, A., 1990, “Farmasi Fisika”, Buku I, UI Press, Jakarta

Mirawati.2013. Penentun Praktikum Farmasi Fisika . Makassar, Jurusan Farmasi.

Universitas Muslim Indonesia.

Moechtar., 1990, “Farmasi Fisika”, UGM Press, Yogyakarta

Sinko, P. 1990. Farmasi Fisika . Buku II, UI Press, Jakarta

Tungadi, Robert. 2009.“Penuntun Praktikum Farmasi Fisika“. Jurusan Farmasi

Universitas Negeri Gorontalo. Gorontalo