laporan karbohidrat
TRANSCRIPT
HALAMAN PENGESAHAN
Laporan Lengkap Praktikum Kimia Organik II dengan judul percobaan
“Reaksi Karbohidrat” disusun oleh:
Nama : Reskiyana
NIM : 091304015
Kelas : A
Kelompok : IV
telah diperiksa dan disahkan oleh Asisten dan Koordinator Asisten, maka dinyatakan
diterima.
Makassar, Januari 2011
Koordinator Asisten Asisten
Ahmad Fudhail Majid Herlindah
Mengetahui
Dosen Penanggung Jawab
Dra. Hj. Muhaidah Rasyid, M.Si.
I. JUDUL PERCOBAAN
Reaksi Karbohidrat
II. TUJUAN PERCOBAAN
Mahasiswa harus memahami struktur glukosa, fruktosa, laktosa dan sukrosa.
Setelah melakukan percobaan ini dengan menggunakan pereaksi yang ada,
mahasiswa diharapkan dapat:
1. Membedakan antara gula pereduksi dengan gula bukan pereduksi
2. Membedakan antara disakarida yang mempunyai kumpulan aldehid (hemiasetal)
atau keton (hemiketal) bebas dan tidak bebas
III. LANDASAN TEORI
Secara sederhana dapat diartikan ahwa karbohidrat ialah suatu senyawa yang
terdiri dari molekul-molekul karbon (C), hidrogen (H) dan oksigen (O), aatau karbon
dan hidrat (H2O) sehingga dinamakan karbohidrat. Dalam tumbuhan, senyawa ini
dibentuk melalui proses fotosintesis antara air (H2O) dengan karbondioksida (CO2)
dengan bantuan sinar matahari (UV) menghasilkan senyawa sakarida dengan rumus
(CH2O)2 (Saifudin, Umar.2010).
Kelompok senyawa ini dapat dibagi menjadi meliputi monosakarida (meliputi
triosa, tetrosa, pentose dan heksosa), oligosakarida (meliputi antara lain disakarida,
trisakarida, tetrasakarida) dan polisakarida (antara lain amilum, glikogen, selulosa).
Dua kelompok pertama umumnya berasa manis dan dapat larut dalam air.
Karbohidrat merupakan komponen penting yang diperlukan tubuh dan harus ada di
dalam makanan dalam jumlah tertentu (menentukan nilai gizi makanan). Karbohidrat
dapat dijumpai dalam bentuk terikat sebagai adenosine trifosfat, dan sebagai asam
nukleat. Kini karbohidrat dapat disintesa (Mulyono. 2006 : 216).
Monosakarida merupakan golongan karbohidrat paling sederhana (disebut juga
gula sederhana), bersifat larut dalam air, tidak dapat dihidrolisis lagi menjadi molekul
yang lebih sederhana. Gula ini dicirikan dari jumlah atom C dan sifat gugus karbonil
yang dikandungnya (aldehid atau keton); meliputi triosa (3 atom C), tetrosa (4 atom
C), pentosa (5 atom C) dan heksosa (6 atom C). masing-masing jenis gula
monosakarida ini biasanya dapat dikelompokkan sebagai aldosa (bila mengandung
gugus aldehid) dan sebagai ketosa (bila mengandung gugus keton) (Mulyono. 2006 :
282).
Hanya ada dua triosa, yaitu gliseraldehida dan dihidroksiaseton. Masing-masing
memiliki dua gugus hidroksil, melekat pada atom karbon yang berbeda, dan satu
gugus karbonil. Gliseraldehida ialah aldosa yang paling sederhana, dan
dihidroksiaseton ialah ketosa paling sederhana. Masing-masing berkaitan dengan
gliserol karena terdapatnya gugus karbonil sebagai pengganti satu gugus hidroksil.
Aldosa atau ketosa lain dapat diturunkan dari gliseraldehida atau dihidroksiaseton
dengan menambahkan sejumlah atom karbon, masing-masing dengan gugus
hidroksil. Pada aldosa, rantai dinomori dari karbon aldehida. Pada kebanyakan
ketosa, gugus karbonil terdapat pada C-2 (hart. 2003 : 487).
Oligosakarida (dari kata Yunani oligos, beberapa) mengandung sekurang-
kurangnya dua dan biasanya tidak lebih dari beberapa unit monosakarida yang
bertautan. Oligosakarida dapat disebut disakarida, trisakarida, bergantung pada
jumlah unit, yang dapat sejenis atau tidak sejenis. Contohnya, maltose ialah
disakarida yang terbuat dari dua unit glukosa, tetapi sukrosa, disakarida lainnya,
terbuat dari dua unit monosakarida yang berbeda, yaitu glukosa dan fruktosa (Hart.
2003 : 487).
Struktur glukosa dan fruktosa digunakan sebagai dasar untuk membedakan antara
gula reduksi dan gula non-reduksi. Penamaan gula reduksi ialah didasarkan pada
adanya gugus aldehid (-CHO pada glukosa dan galaktosa) yang dapat mereduksi
larutan Cu2SO4 membentuk endapan merah bata. Adapun gula non-reduksi ialah gula
yang tidak dapat mereduksi akibat tidak adanya gugus aldehid seperti pada
sukrosa/dektrosa yang memiliki gugus keton (Syaifudin, Umar. 2010).
Suatu polisakarida adalah senyawa dalam mana molekul-molekul mengandung
banyak satuan monosakarida yang dipersatukan dengan ikatan glukosida. Hidrolisis
lengkap akan mengubah suatu polisakarida menjadi monosakarida. Polisakarida
memenuhi tiga maksud dalam sistem kehidupan; sebagai bahan bangunan, bahan
makanan, dan sebagai zat spesifik. Polisakarida sebagai bahan bangunan misalnya
selulosa, yang memberikan kekuatan pada pokok kayu dan dahan bagi tumbuhan, dan
kitin, komponen struktur dari kerangka luar serangga. Polisakarida nutrisi yang lazim
ialah pati (yang terdapat pada padi dan kentang) dan glikogen, karbohidrat yang siap
dipakai dalam tubuh hewan. Heparin, suatu contoh zat spesifik, adalah suatu
polisakarida yang mencegah koagulasi darah (Fessenden dan Fessenden. 1999 : 352).
Suatu pengujian yang umum untuk karbohidrat yang sederhana adalah uji
Molisch. Uji ini didasari oleh reaksi dehidrasi karbohidrat oleh asam sulfat
membentuk cincin furfural yang berwarna ungu. Reaksi positif ditandai dengan
munculnya cincin ungu dipermukaan antara lapisan asam dan lapisan sampel. Pada
reaksi ini terjadi perubahan warna sebagai akibat penggabungan satu turunan furan
yang terbentuk dari reaksi gula dengan asam dan alfa-naftol (Anonim a. 2010).
Monosakarida, baik dalam bentuk hemiasetal atau hemiketal mudah dioksidasi
oleh bahan uji lemah seperti pereaksi Tollens, Fehling atau Benedict. Disakarida
dapat atau tidak dapat dioksidasi tergantung pada strukturnya. Bila ikatan antara
kedua unit gula tidak melibatkan atom karbon hemiasetal dari kedua unit gula akan
mudah dioksidasi. Tetapi bila kedua unit monosakarida berikatan melalui atom
oksigen pada atom-atom karbon hemiasetal atau hemiketal, maka tidak lagi
mempunyai sifat-sifat aldehid atau alfa-hidroksiketon, sehingga tidak mudah
dioksidasi. Oleh karena itu, gula dapat dibedakan atas gula pereduksi dan gula bukan
pereduksi (Tim Dosen Kimia Organik II. 2010 : 10-11).
Gula pereduksi dengan larutan benedict (campuran garam kuprisulfat, natrium
sulfat natrium karbonat) akan terjadi reaksi reduksi oksidasi dan dihasilkan endapan
warna merah dari kupro oksida. Endapan yang terbentuk warnanya tergantung pada
konsentrasi karbohidrat yang diperikasa. Pereaksi benedict lebih banyak digunakan
untuk pemeriksaan glukosa dalam urine dan pada pereaksi fehling (Anonim b. 2010).
Di dan polisakarida, oleh karena sifatnya sebagai asetal, maka dapat dihidrolisis
oleh larutan asam menghasilkan bagian-bagian monosakarida. Disakarida sukrosa,
menghasilkan eqimolar glukosa dan fruktosa pada hidrolisis. Sedangkan pati pada
hidrolisis menghasilkan glukosa. Hidrolisis oligosakarida dan polisakarida dapat juga
dilakukan dengan menggunakan enzim (Tim Dosen Kimia Organik II. 2010 : 11).
Fenilhidrazin menghasilkan monosakarida dan beberapa disakarida membentuk
hidrazon dan osazon. Hidrazon merupakan substansi yang mudah larut (soluble) dan
sulit diisolasi. Sedangkan osazon kebalikannya, ia relatif tidak melarut dan
membentuk kristal yang bentuknya spesifik untuk setiap jenis sakarida. Itulah
sebabnya mengapa osazon menjadi begitu penting dalam membantu mengidentifikasi
konfigurasi struktural dari sakarida. Reaksi pembentukan osazon adalah sebagai
berikut :
Aldosa + fenilhidrazin → fenilhidrazon
Fenilhidrazon + 2 fenilhidrazin → osazon + anilin + NH3 + H2O (Anonim c. 2010).
Pada uji osazon, yang mendasarinya adalah pemanasan karbohidrat yang
memiliki gugus aldehid dan keton bersama fenilhidrazin berlebihan akan membentuk
hidrazon atau osazon. Osazon yang terbentuk mempunyai bentuk kristal dan titik
lebur yang spesifik.
Osazon dari disakarida larut dalam air mendidih dan terbentuk kembali, bila
didinginkan, namun sukrosa tidak membentuk osazon karena gugus aldehid dan keton
yang terikat pada monomernya sudah tidak bebas, sebaliknya osazon monosakarida
tidak larut dalam air mendidih (Anonim d. 2010).
Disakarida yang mempunyai kumpulan aldehid (hemiasetal) atau keton
(hemiketal) bebas, seperti laktosa menjalani reaksi sejenis. Titik lebur kristal dan
lama pembentukan osazon adalah spesifik, berarti dapat digunakan sebagai
identifikasi/derivitisasi macam-macam gula (Tim Dosen Kimia Organik II. 2010 :
11).
IV. ALAT DAN BAHAN
A. Alat:
1. Tabung reaksi besar 5 buah
2. Tabung reaksi kecil 10 buah
3. Rak tabung reaksi 2 buah
4. Gelas kimia 250 ml 1 buah dan 800 ml 1 buah
5. Corong biasa
6. Gelas ukur 10 ml 2 buah
7. Pipet tetes
8. Pembakar spiritus
9. Kaki tiga
10. Kasa asbes
11. Botol semprot
12. Korek api
13. Stopwatch
14. Batang pengaduk
15. Penjepit tabung reaksi
B. Bahan:
1. Larutan glukosa
2. Larutan fruktosa
3. Larutan sukrosa
4. Larutan laktosa
5. Larutan alfa naftol 1,5 M (dalam etanol)
6. Larutan Perak Nitrat (AgNO3) 5 %
7. Larutan NaOH 10 %
8. Larutan NH4OH 2 %
9. Larutan HCl 10 %
10. Larutan Benedict
11. Fenilhidrazin
12. Aquades
13. Kapas
14. Kertas saring
15. Aluminium foil
16. Kertas lakmus
17. Tissue
V. PROSEDUR KERJA
1. Uji Molisch
a. Memasukkan 2 ml larutan gula (glukosa, fruktosa, sukrosa dan laktosa)
kedalam 4 buah tabung reaksi.
b. Menambahkan 2 tetes larutan α-naftol kedalam masing-masing tabung.
c. Menambahkan 2 ml H2SO4 dengan cara menuangkan melalui sisi tabung agar
asam mengapung pada permukaan larutan tanpa terjadi pencampuran.
d. Mengamati perubahan yang terjadi pada keempat tabung.
2. Uji Tollens
a. Membuat pereaksi tollens pada dua buah tabung yang berbeda dengan cara
memasukkan 2 ml larutan AgNO3 5 % dan menambahkan setetes demi setetes
NaOH 5 % secukupnya untuk melarutkan endapan.
b. Menambahkan 5 tetes glukosa dan sukrosa kedalam masing-masing pereaksi
tollens.
c. Mengamati apakah terbentuk cermin perak atau tidak.
3. Uji Benedict
a. Memasukkan 5 ml larutan benedict pada 4 buah tabung reaksi.
b. Menambahkan 10 tetes larutan gula yang akan diuji (glukosa, fruktosa, laktosa
dan sukrosa) pada masing-masing tabung.
c. Merendam / memanaskan ke-4 tabung reaksi dalam air mendidih dan
mengamati perubahan yang terjadi.
4. Uji Osazon
a. Memasukkan 10 ml larutan gula (glukosa, fruktosa, sukrosa dan laktosa)
kedalam 4 buah tabung reaksi.
b. Menambahkan 5 ml fenilhidrazin kedalam masing-masing tabung reaksi,
kemudian menutupnya dengan kapas.
c. Merendam tabung reaksi dalam air mendidih.
d. Mencatat perubahan yang terjadi saat mulai perendaman sampai masing-
masing osazon mengendap.
e. Mendinginkan sampai suhu kamar, menyarinbg kristal dan mengeringkan.
5. Hidrolisis Sukrosa oleh Asam
a. Memasukkan 10 ml larutan sukrosa kedalam tabung reaksi.
b. Menambahkan 10 ml HCl 10%.
c. Memanaskan tabung reaksi dalam air mendidih selama ±50 menit.
d. Mendinginkan larutan dan menetralkan dengan larutan NaOH 10 %, lalu
menguji dengan kertas lakmus.
e. Mengambil 5 tetes larutan yang dinetralkan tadi dan menambahkan 5 ml
benedict.
f. Membandingkan hasil yang diperoleh dengan uji benedict sebelumnya.
6. Identifikasi Gula
a. Memasukkan larutan sampel kedalam 2 buah tabung (sampel a dan b)
b. Menambahkan larutan benedict kedalam masing-masing larutan sampel lalu
dipanaskan.
c. Mengamati perubahan yang terjadi.
VI. HASIL PENGAMATAN
1. Uji Molisch
a. 2 ml glukosa + 2 tetes α-naftol → endapan coklat dan larutan bening + 2 ml
H2SO4 pekat → terbentuk cincin ungu.
b. 2 ml fruktosa + 2 tetes α-naftol → endapan coklat dan larutan bening + 2 ml
H2SO4 pekat → terbentuk cincin ungu.
c. 2 ml laktosa + 2 tetes α-naftol → endapan coklat dan larutan bening + 2 ml
H2SO4 pekat → terbentuk cincin ungu.
d. 2 ml sukrosa + 2 tetes α-naftol → endapan coklat dan larutan bening + 2 ml
H2SO4 pekat → terbentuk cincin ungu.
2. Uji Tollens
a. Pereaksi tollens + 5 tetes glukosa → terbentuk cermin perak.
b. Pereaksi tollens + 5 tetes sukrosa → tidak terbentuk cermin perak.
3. Uji Benedict
a. 5 ml larutan benedict (biru) + 10 tetes glukosa (bening) → endapan merah
bata.
b. 5 ml larutan benedict (biru) + 10 tetes fruktosa (bening) → endapan merah
bata.
c. 5 ml larutan benedict (biru) + 10 tetes sukrosa (bening) → tidak terbentuk
endapan merah bata.
d. 5 ml larutan benedict (biru) + 10 tetes laktosa (bening) → endapan merah bata.
4. Uji Osazon
a. 10 ml glukosa (bening) + 5 ml fenilhidrazin (kuning) → larutan kuning →
larutan kuning.
b. 10 ml fruktosa (bening) + 5 ml fenilhidrazin (kuning) → terbentuk 2 lapisan
(lapisan atas kuning jernih, lapisan bawah kuning tua) → terbentuk 2 lapisan
(lapisan atas bening, lapisan bawah kuning jernih).
c. 10 ml sukrosa (bening) + 5 ml fenilhidrazin (kuning) → terbentuk 2 lapisan
(lapisan atas larutan putih / kristal, lapisan bawah kuning) → terbentuk kristal,
tapi meleleh pada suhu kamar.
d. 10 ml laktosa (bening) + 5 ml fenilhidrazin (kuning) → terbentuk 2 lapisan
(lapisan atas kuning jernih, lapisan bawah kuning tua) → terbentuk 2 lapisan
(lapisan atas bening, lapisan bawah kuning jernih).
5. Hidrolisis Sukrosa oleh Asam
10 ml larutan sukrosa (bening) + 10 ml HCl 10 % → larutan bening 50 menit
↑
larutan kuning jernih (setelah 45 menit) didinginkan❑ NaOH 10 % sampai netral
(larutan kuning jernih).
Uji benedict : 5 ml benedict + 5 tetes larutan kuning jernih → endapan merah bata.
6. Identifikasi Larutan Gula
a. Sampel a + benedict → endapan merah bata.
b. Sampel b + benedict → endapan merah bata.
Sampel b lebih cepat membentuk endapan merah bata dibandingkan sampel a,
jadi disimpulkan bahwa sampel d adalah glukosa, sedangkan sampel b adalah
fruktosa.
VII. PEMBAHASAN
1. Uji Molisch
Uji molisch merupakan suatu uji untuk mengetahui apakah suatu sampel
merupakan suatu karbohidrat. Reagen molisch dibuat dengan melarutkan α-naftol
kedalam alkohol atau kloroform. Uji positif ditunjukkan oleh terbentuknya cincin
ungu. Pada pengujian ini larutan glukosa, fruktosa, sukrosa dan laktosa yang
ditambahkan dengan α-naftol, lalu kemudian larutan H2SO4 pekat dengan hati-hati
melalui dinding tabung reaksi menghasilkan cincin warna ungu pada batas kedua
larutan. Hal ini disebabkan karena karbohidrat oleh H2SO4 pekat akan dihidrolisis
menjadi monosakarida dan selanjutnya monosakarida mengalami dihidrasi menjadi
furfural atau hidroksi metil furfural. Furfural atau hidroksi metil furfural dengan α-
naftol akan berkondensasi membentuk kompleks yang berwarna ungu (cincin ungu).
Pada percobaan ini, keempat larutan uji memberikan hasil yang positif, yang
menunjukkan bahwa glukosa, fruktosa, laktosa dan sukrosa merupakan gula.
Adapun reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut:
a. Glukosa
O CH CH O
+ 2 CH C – C
O H
glukosa α-naftol fulfural
O
CH CH
CH C – CH2 O
HOH2C O
HO3S OH SO3H
b. Fruktosa
CH CH O
+ 2 CH C – C
O H
fruktosa α-naftol fulfural
O
CH CH
CH C – CH2 O
HOH2C O
HO3S OH SO3H
c. Laktosa
O + 2
laktosa α-naftol
O
CH CH O CH CH
C C – C CH C – CH2 O
HOH2C O H HOH2C O
fulfural
HO3S OH SO3H
d. Sukrosa
+ 2
sukrosa α-naftol
O
CH CH O CH CH
C C – C CH C – CH2 O
HOH2C O H HOH2C O
fulfural
HO3S OH SO3H
2. Uji Tollens
Uji tollens bertujuan untuk membedakan antara gula pereduksi dengan gula
nonpereduksi. Pengujian positif gula peresuksi ditunjukkan oleh terbentuknya cermin
perak pada dinding tabung. Pada percobaan ini, sampel gula yang digunakan adalah
glukosa dan sukrosa. Berdasarkan percobaan yang dilakukan, glukosa yang
ditambahkan dengan pereaksi tollens (dibuat debngan mereaksikan antara AgNO3 dan
NaOH) membentuk cermin perak, sedangkan pada larutan sukrosa tidak membentuk
cermin perak. Adapun cermin yang terbentuk pada larutan glukosa menandakan
bahwa glukosa termasuk golongan aldosa, dimana semua aldosa merupakan gula
pereduksi karena merupakan gugus karbonil aldehid. Sedangkan pada struktur
sukrosa berikatan dengan gugus hemiasetalnya, itulah sebabnya sukrosa
menunjukkan uji negatif atau tidak terbentuk cermin perak dan digolongkan sebagai
gula nonpereduksi.
Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut :
a. Pembuatan pereaksi tollens
2AgNO3 + 2NaOH Ag2O + 2NaNO3 + H2O
Ag2O + 4NH4 + H2O 2Ag(NH3)+ + OH-
b. Glukosa
+ 2Ag(NH3)+ + OH-
- + 2Ag+ + 4NH3
cermin perak
c. Sukrosa
+ 2Ag(NH3)+ + OH-
3. Uji Benedict
Uji benedict bertujuan untuk mengetahui / membedakan gula pereduksi dan gula
nonpereduksi berdasarkan tingkat kepekatannya. Pengujian yang positif merupakan
gula pereduksi ditandai dengan terbentuknya endapan merah bata. Pada percobaan
ini, larutan gula (glukosa, fruktosa, sukrosa dan laktosa) direaksikan dengan benedict
kemudian dipanaskan menghasilkan endapan merah bata, yang menunjukkan larutan
tersebut positif terhadap uji ini kecuali sukrosa. Glukosa dapat dioksidasi oleh Cu2+
karena termasuk golongan aldosa yang memiliki gugus aldehid bebas. Pada struktur
laktosa terdiri atas dua monosakarida, namun kedua ikatan antara monosakarida ini
tidak melibatkan atom karbon hamiasetalnya sehingga tetap mudah dioksidasi.
Sedangkan pada fruktosa, meskipun termasuk golongan ketosa, namun tetap dapat
dioksidasi karena adanya tautomeri yaitu ketosa diubah menjadi keto-enol kemudian
akan menjadi gugus aldosa. Karena glukosa, fruktosa dan laktosa dapat dioksidasi ,
maka ketiganya termasuk golongan gula pereduksi.
Sedangkan pada larutan sukrosa yang direaksikan dengan pereaksi benedict
kemudian dipanaskan tidak menghasilkan endapan merah bata. Hal ini membuktikan
bahwa sukrosa tidak dapat bereaksi dengan benedict. Hal ini disebabkan karena
sukrosa tidak memiliki gugus aldehid dan gugus keton yang bebas. Karena sukrosa
menunjukkan uji yang negatif maka sukrosa termasuk golongan gula non pereduksi.
Adapun reaksi yang terjadi pada gula pereduksi yaitu:
a. Glukosa
+ 2Cu2+ + 5OH- - + Cu2O + 3H2O
merah bata
b. Fruktosa
+ 2Cu2+ + 5OH- + Cu2O + 3H2O
merah bata
c. Laktosa
D-galaktosa D-glukosa
4
+ 2Cu2O + 3H2O
asam galaktonat asam glukonat merah bata
4. Uji Osazon
Pengujian ini dilakukan dengan cara menambahkan fenilhidrazin ke dalam
larutan gula. Menurut teori, aldosa ataupun ketosa dengan fenilhidrazin kemudian
dipanaskan akan terbentuk hidrazon atau osazon. Senyawa ini terjadi Karen gugus
aldehid dan keton dari karbohidrat berikatan dengan fenilhidrazin. Fruktosa dan
glukosa akan menunjukkan osazon yang sama karena letak gugus H dan OH pada
atom karbon 3, 4 dan 5 sama. Namun pada percobaan tidak diperoleh Kristal kuning.
Hal ini disebabkan karena fenilhidrazin yang digunakan sudah tidak bagus atau rusak
sehingga tidak menghasilkan kristal yang berwarna kuning atau osazon. Reaksi yang
semestinya terjadi yaitu:
a. Glukosa
C
H – C – OH HO – C – H HO – C – H + H2N–NH– HO – C – H + NH–NH– H – C – OH H – C – OH H – C – OH H – C – OH CH2OH CH2OH
D-glukosa H H C = N–NH C = N–NH– C = O C = N–NH– HO – C – H + H2N–NH– HO – C – H H – C – OH H – C – OH H – C – OH H – C – OH CH2OH CH2OH Glukosazon
b. Fruktosa
C
C = O C = O HO – C – H + H2N–NH– HO – C – H + NH–NH– H – C – OH H – C – OH H – C – OH H – C – OH CH2OH CH2OH
H H C = N–NH C = N–NH– C = O C = N–NH– HO – C – H + H2N–NH– HO – C – H H – C – OH H – C – OH H – C – OH H – C – OH CH2OH CH2OH Fruktosazon
c. Laktosa
+ H2N–NH–
H H C = N–NH– C = N–NH– C = N–NH– C = N–NH– HO – C – H HO – C – H H – C – OH HO – C – H H – C – OH H – C – OH CH2OH Glukosazon CH2OH Galaktosazon
d. Sukrosa
+ H2N–NH–
H H C = N–NH– C = N–NH– C = N–NH– C = N–NH– HO – C – H HO – C – H H – C – OH H – C – OH H – C – OH H – C – OH CH2OH Glukosazon CH2OH Fruktosazon
5. Hidrolisis Sukrosa oleh Asam
Hidrolisis sukrosa ini dilakukan dengan penambahan larutan HCl 10%. Larutan
HCl ini bertindak sebagai asam yang menghidrolisis sukrosa yang merupakan
disakarida menjadi dua molekul-molekul monosakarida yaitu fruktosa dan glukosa.
Setelah terjadi proses hidrolisis sukrosa oleh HCl, larutan ditambahkan dengan NaOH
untuk menetralkan larutan. Dan untuk mendeteksi apakah sukrosa sudah dihidrolisis
atau tidak maka dilakukan pengujian benedict. Dari hasil percobaan diperoleh hasil
uji positif yaitu terbentuk endapan merah bata. Hal ini menunjukkan bahwa sukrosa
telah terhidrolisis oleh HCl menjadi monosakarida penyusunnya yaitu fruktosa dan
glukosa. Reaksinya yaitu:
4CuO
+ + 2Cu2O
6. Identifikasi Gula
Pada identifikasi gula ini digunakan tiga sampel larutan yatiu glukosa, sukrosa
dan laktosa namun belum teridentifikasi. Oleh karena itu dilakukan uji benedict
terhadap tiga larutan sampel tersebut. Dari hasil percobaan diketahui sampel yang
cepat teroksidasi yaitu sampel I, kemudian sampel II, sedangkan sampel III tidak
teroksidasi atau tidak menghasilkan endapan merah bata. Berdasarkan hasil tersebut
dan dibandingkan dengan pengujian benedict sebelumnya dimana kecepatan
teroksidasi larutan gula yang diuji yaitu fruktosa > glukosa > laktosa dan sukrosa
(tidak teroksidasi), maka dapat diidentifikasi bahwa sampel I adalah fruktosa, sampel
II adalah glukosa dan sampel III adalah sukrosa.
VIII. KESIMPULAN DAN SARAN
1. Kesimpulan
Dari pembahasan yang telah diuraikan dapat disimpulkan bahwa:
a. Glukosa, fruktosa dan laktosa merupakan gula pereduksi, sedangkan sukrosa
merupakan gula bukan pereduksi.
b. Glukosa dan fruktosa termasuk golongan aldosa dan ketosa karena memiliki
gugus aldehid dan keton bebas, sedangkan sukrosa tidak memiliki gugus
aldehid ataupun keton bebas.
2. Saran
a. Praktikan harus lebih teliti dalam melakukan pecobaan agar setiap percobaan
yang dilakukan dapat berjalan lancar dan kesalahan dalam percobaan dapat
diminimalisir.
b. Laboran harus lebih memperhatikan kelengkapan dan kualitas bahan-bahan
yang digunakan dalam praktikum agar kesalahan-kesalahan dalam praktikum
dapat dihindari.
DAFTAR PUSTAKA
Fessenden, Ralph J. 1986. Kimia Oraganik Edisi Ketiga. Jakarta: Erlangga.
Page, David S. 1997. Prinsip-Prinsip Biokimia Edisi Kedua. Jakarta: Erlangga.
Poedjiadi, Anna. 1994. Dasar-Dasar Biokimia. Jakarta: Universitas Indonesia.
Rismaka. 2009. Karbohidrat pada Uji Kualitatif. http://www.rismaka.net/karbohidrat-pada-uji-kualiatif.html. Diakses pada 26 November 2010.
Tim Dosen Kimia Organik. 2010. Penuntun Praktikum Kimia Organik II. Makassar: Jurusan Kimia FMIPA UNM.
JAWABAN PERTANYAAN
1. Persamaan reaksi yang menyatakan hasil pengujian tollens terhadap glukosa
adalah:
+ 2Ag(NH3)+ + OH-
- + 2Ag+ + 4NH3
cermin perak
2. Persamaan reaksi yang menyatakan hasil pengujian benedict terhadap laktosa
adalah:
D-galaktosa D-glukosa
4
+ 2Cu2O + 3H2O
asam galaktonat asam glukonat merah bata
3. Rumus molekul sukrosa:
Sukrosa bila direaksikan dengan pereaksi tollens tidak membentuk cermin perak
karena struktur sukrosa berikatan pada gugus hemiasetalnya dan tidak
mengadakan mutarotasi, dan jika direaksikan dengan benedict, sukrosa tidak
menghasilkan endapan merah bata disebabkan karena pada struktur sukrosa tidak
memiliki gugus aldehid dan keton bebas.
4. Glukosa dan fruktosa menghasilkan osazon yang sama karena monosakarida-
monosakarida tersebut mempunyai letak gugus H dan OH yang sama yaitu pada
atom karbon 3, 4 dan 5.
5. Hidrolisis sukrosa dengan asam kemudian direaksikan dengan fenilhidrazin
berlebih akan menghasilkan satu senyawa saja karena adanya pengaruh enzim
invertase yang menyebabakan terjadinya perubahan arah putaran bidang polarisasi
ke kanan dan ke kiri yang disebut dengan inverse yang menghasilkan satu senyawa
saja yaitu gula inverse.
6. Makna dari kalimat “lima gugus asetil dapa dimasukkan ke dalam molekul
glukosa dan fruktosa” yaitu glukosa dan fruktosa dapat membentuk ikatan
rangkap dan empat gugus asetil yang dapat diikat.
7. Makna dari “hanya delapan gugus asetil yang dapat dimasukkan ke dalam molekul
sukrosa hanya memilki dua cincin mengikat empat gugus asetil yang berarti hanya
tiga gugus metil yang dapat masuk ke dalam molekul sukrosa.
8. Gula yang terdapat dalam larutan setelah dilakukan hidrolisis terhadap sukrosa
adalah glukosa dan fruktosa. Kedua-duanya dapat mereduksi pereaksi benedict
karena keduanya merupakan gula pereduksi yang memiliki gugus aldehid atau
keton bebas.