laporan hasil penyelidikan epidemiologi kejadian luar biasa demam berdarah dengue

29
LAPORAN HASIL PENYELIDIKAN EPIDEMIOLOGI KEJADIAN LUAR BIASA DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI KELURAHAN PENFUI PERIODE PEBRUARI 2012 I. Pendahuluan A. Latar Belakang Penyakit DBD termasuk salah satu emerging diseases yang sampai saat ini menjadi masalah kesehatan masyarakat yang utama dan sulit untuk menentukan intervensi yang tepat karena berbagai faktor, baik dari lingkungan, sosial budaya dan perilaku hidup manusia Penyakit DBD berpotensi menimbulkan KLB terutama pada musim penghujan, dan khusus untuk Kelurahan Penfui sudah terjadi Kejadian Luar Biasa DBD dan saat ini sedang dilaksanakan upaya penanggulangannya. Jumlah kasus dan penyebarannya cenderung meningkat meskipun angka kematian ( CFR) dapat ditekan. Peningkatan kasus DBD antara lain juga disebabkan oleh pertambahan penduduk, perkembangan wilayah dari sebuah desa menjadi kota, perpindahan penduduk dan penataan kota dan struktur bangunan yang kurang memperhatikan unsur kesehatan, sehingga Vektor penular nyamuk Aedes aegypti mampu bertelur dalam jumlah yang banyak, sehingga Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) dan pemberdayaan masyarakat menjadi strategi utama. Pada tanggal 02 Januari 2012 Kantor Kesehatan Pelabuhan menerima surat pemberitahuan dari Kantor Lurah Penfui bahwa telah terjadi KLB DBD di wilayah pelayanannya sebanyak 14 orang. Dan dalam surat tersebut KKP Kelas III Kupang meresponi surat tersebut dengan melaksanakan penyelidikan epidemiologi dengan melakukan langkah-langkah penyelidikan meliputi verifikasi informasi, pelacakan kasus, survey vektor nyamuk dan faktor risiko. B. Tujuan 1. Tujuan Umum Dapat menggambarkan kasus DBD menurut waktu tempat dan orang di wilayah Kelurahan Penfui, sehingga dapat menentukan intervensi yang tepat dalam rangka upaya penanggulangannya.

Upload: etty-maviet

Post on 06-Aug-2015

1.148 views

Category:

Documents


14 download

TRANSCRIPT

Page 1: Laporan Hasil Penyelidikan Epidemiologi Kejadian Luar Biasa Demam Berdarah Dengue

LAPORAN HASIL PENYELIDIKAN EPIDEMIOLOGI KEJADIAN LUAR BIASA DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI KELURAHAN PENFUI PERIODE PEBRUARI 2012

I.                    Pendahuluan

A.     Latar Belakang

Penyakit DBD termasuk salah satu emerging diseases yang sampai saat ini menjadi masalah kesehatan

masyarakat yang utama dan sulit untuk menentukan intervensi yang tepat karena berbagai faktor, baik

dari lingkungan, sosial budaya dan perilaku hidup manusia

Penyakit DBD berpotensi menimbulkan KLB terutama pada musim penghujan, dan khusus untuk

Kelurahan Penfui sudah terjadi Kejadian Luar Biasa DBD dan saat ini sedang dilaksanakan upaya

penanggulangannya. Jumlah kasus dan penyebarannya cenderung meningkat meskipun angka kematian

( CFR) dapat ditekan.

Peningkatan kasus DBD antara lain juga disebabkan oleh pertambahan penduduk, perkembangan wilayah

dari sebuah desa menjadi kota, perpindahan penduduk dan penataan kota dan struktur bangunan yang

kurang  memperhatikan unsur kesehatan, sehingga Vektor penular nyamuk Aedes aegypti mampu bertelur

dalam jumlah yang banyak, sehingga Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) dan pemberdayaan

masyarakat menjadi strategi utama.

Pada tanggal 02 Januari 2012 Kantor Kesehatan Pelabuhan menerima surat pemberitahuan dari Kantor

Lurah Penfui bahwa telah terjadi KLB DBD di wilayah pelayanannya sebanyak 14 orang. Dan dalam

surat tersebut KKP Kelas III Kupang meresponi surat tersebut dengan melaksanakan penyelidikan

epidemiologi dengan melakukan langkah-langkah penyelidikan meliputi verifikasi informasi, pelacakan

kasus, survey vektor nyamuk dan faktor risiko.

B.     Tujuan

1.      Tujuan Umum

Dapat menggambarkan kasus DBD menurut waktu tempat dan orang di wilayah Kelurahan Penfui,

sehingga dapat menentukan intervensi yang tepat dalam rangka upaya penanggulangannya.

2.      Tujuan Khusus

a.       Pelacakan kasus untuk menentukan besaran masalah

b.      Survey nyamuk untuk menentukan kepadatan populasi nyamuk

c.       Survey faktor risiko.

d.      Tatalaksana penderita

C.     Metodologi penyelidikan

Metode pelaksanaan penyelidikan epidemiologi KLB DBD survey pasif dan aktif

Page 2: Laporan Hasil Penyelidikan Epidemiologi Kejadian Luar Biasa Demam Berdarah Dengue

II.                 Hasil kegitan

A.     Distribusi Kasus KLB DBD menurut waktu

B.     Distribusi Kasus KLB DBD menurut tempat

C.     Distribusi Kasus KLB DBD menurut orang

D.     Distribusi Kasus KLB DBD menurut faktor risiko

III.               Penutup

A.     Simpulan

B.     Saran / Rekomendasi

1.      Pemberantasan Sarang Nyamuk dengan prinsip 3M ( menutup, mengubur & menguras)

2.      Abatisasi

3.      Melaksanakan foging/pengasapan

4.      Penyuluhan PHBS.

IV.              Lampiran-lampiran

Page 3: Laporan Hasil Penyelidikan Epidemiologi Kejadian Luar Biasa Demam Berdarah Dengue

Laporan Investigasi Kejadian Luar Biasa (KLB) DBD Di Kelurahan Kulango Kecamatan Lipunoto Kabupaten Buol Tahun 2007

Berdasarkan informasi dari masyarakat di Kelurahan Kulango bahwa telah terjadi kematian atas

nama Taufik (16 tahun). Informasi yang didapatkan bahwa penderita pernah dirawat di RSUD

Buol dari tanggal 13-20 Agustus 2007 dengan diagnosa dokter adalah suspek DBD. Menindak

lanjuti informasi tersebut, maka petugas surveilans segera melakukan investigasi ke Rumah Sakit

untuk memastikan informasi tersebut.

Tujuan Investigasi

Tujuan dilaksanakannya invesitasi ini ialah untuk memastikan kebenaran terjadi KLB DBD serta

memantau kegiatan Sistem Kewaspadaan Dini yang dilaksanakan selama ini , sedangkan tujuan

khusus dari invesitasi ini untuk memutuskan segera mata rantai penularan nyamuk Aedes

Aegypti.

Hasil Penyelidikan

Hasil investigasi di Rumah sakit dengan dokter Rumah sakit diperoleh keterangan bahwa benar

penderita pernah dirawat di Rumah Sakit dengan diagnosa dokter adalah Suspek Demam

Berdarah dengan gejala-gejala diantaranya tes tourniquet, perdarahan di kulit, hematemesis dan

melena. Sedangkan hasil investigasi yang di rumah penderita didapatkan informasi bahwa

penderita tidak pernah keluar daerah. Artinya dicurigai nyamuk aedes aegypti ada di daerah

tersebut. Dari informasi ini, maka tim investigasi Kabupaten dan Puskesmas segera mengambil

tindakan untuk melakukan fogging kerumah-rumah penduduk dalam rangka pemutusan mata

rantai penularan nyamuk aedes aegypti.

 

Gambaran Geografi Kelurahan Kulango

Kelurahan Kulango termasuk dalam wilayah kerja Puskesmas Lipunoto yang terletak di

Kecamatan Lipunoto yang terdiri dari 3 lingkungan yaitu, Lingkungan Tirtaria, Lingkungan

Butukan, dan Lingkungan Kasanangan.

Page 4: Laporan Hasil Penyelidikan Epidemiologi Kejadian Luar Biasa Demam Berdarah Dengue

Dalam upaya penanggulangan dan pencegahan KLB DBD terulang kembali, maka telah dilakukan

beberapa tindakan, diantaranyamelakukan fogging ke rumah-rumah penduduk dengan radius

kurang lebih 200 meter dari titik focus (rumah penderita). Penyemprotan dilakukan selama 2 hari

mulai tanggal 25 26 Agustus 2007 dengan jumlah rumah yang disemprot sebanyak 96

rumah, melakukan abatisasi, melakukan penyuluhan baik dengan mobil penyuluhan dan juga

Radio Pemerintah Daerah.

Kesimpulan yang diambil yaitu dipastikan memang benar telah terjadi KLB DBD di Kelurahan

Kulango Kecamatan Lipunoto dengan jumlah penderita 1 (satu) orang dan meninggal dunia (CFR

100 %), dalam rangka pemutusan mata rantai penularan nyamuk aedes aegypti telah dilakukan

fogging ke rumah-rumah penduduk, Meningkatkatkan SKD-KLB di Puskesmas dan Rumah Sakit

agar kasus cepat terlapor dan dapat segera dilakukan penanggulangannya, Meningkatkan

penyuluhan dan peran serta masyarakat dalam upaya pencegahan penyakit DBD.

Sie Surveilance dan Epid - Bulettin Epidemiologi Sulteng

Page 5: Laporan Hasil Penyelidikan Epidemiologi Kejadian Luar Biasa Demam Berdarah Dengue

LAPORAN PENYELIDIKAN EPIDEMIOLOGI KLB DEMAM BERDARAH DENGUE DI DESA LAMPASIO, DESA TINADING, DESA SIBAE, DAN DESA OYOM KAB. TOLI-TOLI TAHUN 2011*

LATAR BELAKANG

Demam Berdarah Dengue adalah demam tinggi mendadak 2-7 hari tanpa penyebab yang jelas, terdapat tanda-tanda perdarahan (bintik-bintik merah/ptekie, mimisan perdarahan pada gusi, muntah/berak darah), ada perbesaran hati dan dapat timbul syok (pasien gelisah, nadi cepat dan lemah, kaki tangan dingin, kulit lembab, kesadaran menurun. Pada pemeriksaan laboratorium terdapat hemokonsentrasi (peningkatan hematokrit 20%) dan trobositopeni (trombosit < 100.000/mm3).

Demam Berdarah Dengue (DBD) masih merupakan masalah kesehatan masyarakat dan salah satu penyakit menular yang potensial menimbulkan kejadian luar biasa/wabah. Sejak pertama ditemukan penyakit DBD di Indonesia pada tahun 1968, jumlah kasus cenderung meningkat dan daerah penyebarannya bertambah luas, sehingga kejadian luar biasa (KLB)/wabah masih sering terjadi di berbagai daerah di Indonesia.

DBD disebabkan oleh virus dengue yg ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes Aegypti yang hidup di dalam dan di sekitar rumah, sehingga penularannya terjadi di semua tempat yang terdapat nyamuk penular tersebut.

Berdasarkan Laporan W1 KLB/Wabah oleh Puskesmas Lampasio tanggal 14 Maret 2011 bahwa telah ditemukan kematian karena menderita DBD sebanyak 1 orang dari 33 kasus, maka untuk itu dilakukan Penyelidikan Epidemiologi oleh tim penyelidikan KLB DBD Dinas Kesehatan Kab. Toli-Toli bersama dengan Dinas Kesehatan Propinsi serta tim dari petugas Puskesmas Lampasio dengan melakukan analisa terhadap berbagai factor yang berhubungan dengan terjadinya KLB DBD di desa tersebut.

 TUJUAN PENYELIDIKAN

Tujuan Umum : Melakukan tindakan penanggulangan dan pengendalian KLB DBD di Desa Lampasio, Desa Tinading, Desa Sibae, dan Desa Oyom.

Tujuan Khusus

1. Memastikan kebenaran kasus KLB DBD yang dilaporkan dan luasnya penyebaran

Page 6: Laporan Hasil Penyelidikan Epidemiologi Kejadian Luar Biasa Demam Berdarah Dengue

2. Mengetahui kemungkinan kecenderungan terjadinya penyebarluasan penyakit DBD di lokasi

3. Mengetahui gambaran situasi penyakit dan saran alternative pencegahan4. Melakukan penanggulangan DBD di lokasi

HASIL PENYELIDIKAN

Analisis Situasi

Desa Lampasio, Desa Tinading, Desa Sibea, dan Desa Oyom merupakan bagian dari Kecamatan Lampasio dan wilayah kerja Puskesmas Lampasio yang juga merupakan bagian dari pengawasan Dinas Kesehatan Kabupaten Toli-Toli dengan jumlah penduduk adalah sebagai berikut :

……………………………………………………………………………………………………………………………………………..

Sumber : Data sekunder

Puskesmas Lampasio dengan wilayah kerja 9 desa dengan batas wilayah sebagai berikut :

1. Sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Baolan.2. Sebelah timur berbatasan Kabupaten Buol.3. Sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan Basidondo.4. Sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Ogodeide.

Lokasi kejadian KLB berada di 4 desa di Kecamatan Lampasio wilayah kerja Puskesmas Lampasio Kabupaten Toli-Toli. Kasus DBD mulai terjadi pada tanggal 28 Februari 2011 dan dilakukan penyelidikan kasus pada tanggal 15 Maret 2011. Pelaksanaan penyelidikan dilakukan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Toli-Toli bersama dengan Dinas Kesehatan Propinsi Sulawesi Tengah yang dilakukan secara lintas program dan lintas sektor, yaitu :

Lintas Program di lingkungan Dinas Kesehatan Kabupaten Toli-Toli :

Desa

Jumlah

Total (Jiwa)Laki-Laki Perempuan

Sibea 786 711 1,497

Oyom 1,138 1,012 2,150

Lampasio 986 898 1,884

Tinading 1,131 1,064 2,195

Jumlah 4,131 3,685 7,816

Page 7: Laporan Hasil Penyelidikan Epidemiologi Kejadian Luar Biasa Demam Berdarah Dengue

1)    Kasie Sepim Kesma Dinkes Kab Toli-Toli.

2)    Pengelola Surveilans Dinkes Kab. Toli-Toli.

3)    Pengelola DBD Dinkes Kab. Toli-Toli.

4)    Tim Investigasi Puskesmas Lampasio

Lintas Sektor Terkait :   Pemerintah setempat (Kepala desa Bomba Kec. Una-Una).

Pemastian diagnosis

Pemastian diagnosis dilakukan dengan melihat gejala klinis yang muncul pada penderita dan melakukan pengambilan sampel darah pada beberapa orang penderita yang sedang dirawat. Pemeriksaan sediaan darah dengan menggunakan Rapid Test Diagnostic (RDT) yang dilakukan oleh analis kesehatan Puskesmas Lampasio.

Dari hasil pengumpulan data yang dilakukan terhadap 44 kasus DBD, dengan gejala klinis digambarkan pada tabel berikut ini :

Tabel 1.  Distribusi Gejala Klinis Penderita pada KLB DBD di Desa Lampasio, Desa Tinading, Desa Sibae, Desa Oyom Kec. Lampasio, Kab. Toli-Toli pada tanggal 28 Februari s/d 15 Maret 2011

No. Gejala Klinis Jumlah %

1 Demam 44 100

2 Sakit Ulu Hati 7 15,9

3 Torniket 0 0

4 Perdarahan 31 70,5

5 Muntah 7 15,9

6 Shock 0 0

7 Batuk 20 45,5

Sumber : Data primer Hasil Investigasi Lapangan.

Dari tabel diatas terdapat gejala dengan frekuensi tertinggi pada penderita adalah Demam (100 %) , Perdarahan 70,5%, Batuk 45,5 %, Sakit ulu hati 15,9%, Muntah 15,9 %. Hal ini merupakan gejala

Page 8: Laporan Hasil Penyelidikan Epidemiologi Kejadian Luar Biasa Demam Berdarah Dengue

penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) yang disebabkan oleh virus dengue dimana vektor perantara adalah nyamuk aedes aegypti.

Pemastian KLB

Pada unit pelayanan kesehatan dengan sistem informasi yang berjalan baik dan jumlah kasus DBD dapat dideteksi sesuai dengan wilayah administratif seperti desa atau kelurahan, maka peningkatan kasus pada setiap wilayah dapat dijadikan peringatan dini sebelum terjadi KLB. Untuk memastikan bahwa peningkatan kasus adalah KLB atau bukan KLB, dapat dilakukan analisis pola minimum-maksimum kasus DBD  bulanan maupun mingguan dengan pembanding kasus DBD pada tahun-tahun sebelumnya. Selain dengan menetapkan pola maksimum-minimum, pada daerah desa atau kelurahan sebaiknya ditetapkan telah berjangkit KLB DBD apabila memenuhi satu kriteria sebagai berikut :

1. Terdapat satu kasus DBD atau lebih yang selama 3 bulan terakhir di daerah kabupaten/kota bersangkutan tidak ditemukan penderita DBD tetapi HI jentik Aedes Aegypti desa atau kelurahan tersebut lebih dari 5%.

2. Terdapat peningkatan bermakna jumlah kasus DBD dibandingkan keadaan sebelumnya.3. Terdapat peningkatan bermakna dibandingkan dengan keadaan tahun sebelumnya pada

periode yang sama.

Dari hasil investigasi diketahui telah terjadi Kejadian Luar Biasa Penyakit DBD seperti terlihat pada grafik berikut :

Grafik 1. Kasus DBD  menurut Tanggal  Mulai Demam di Desa Lampasio, Tinading, Sibea, dan Oyom Bulan Mei Tahun 2011

Sumber : Data primer Hasil Investigasi Lapangan

Kriteria KLB ini ditetapkan sesuai pedoman Depkes (1991), suatu Kejadian Luar Biasa apabila memenuhi salah satu kriteria diantaranya adalah adanya peningkatan kasus secara bermakna dari periode sebelumnya pada periode mingguan terlihat tanggal  3 – 9 Maret 2011 terjadi kenaikan penderita lebih dari 2 kali periode minggu sebelumnya.

Analisis Epidemiologi

Distribusi menurut orang

Distribusi penderita DBD dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 2. Distribusi Kasus DBD menurut kelompok umur  di Wilayah Puskesmas Lampasio Kec. Lampasio, Kab. Toli-Toli Bulan Maret Tahun 2011.

Page 9: Laporan Hasil Penyelidikan Epidemiologi Kejadian Luar Biasa Demam Berdarah Dengue

No Kelompok Umur (Thn)

Jumlah KasusCFR (%)

Sakit Mati

1 ≤ 12 22 0 0

2 13 – 24 2 1 50

3 25 – 36 6 0 0

4 37 – 48 13 0 0

5 > 49 1 0 0

Jumlah 44 0 0

Sumber : Data primer Hasil Investigasi Lapangan

Dari tabel diatas terlihat bahwa kelompok umur yang terbanyak sakit berada pada kelompok umur ≤ 12 tahun sebanyak 22 orang, terendah pada kelompok umur > 49 tahun sebanyak 1 orang, dan CFR 50% pada kelompok umur 13 – 24 tahun.

Tabel 3  Distribusi Kasus DBD menurut jenis kelamin di Wilayah Puskesmas Lampasio,  Kec. Lampasio, Kab. Toli-Toli Bulan Maret Tahun 2011

No Jenis Kelamin PopulasiRentanJumlah kasus

Attack Rate (%)

CFR (%)

Sakit Mati

1 Laki – laki 4131 21 0 0,51 0

2 Perempuan 3685 23 1 0,62 4,38

Jumlah 7816 44 1 0,90 2,27

Sumber : Data primer Hasil Investigasi Lapangan

Dari tabel diatas terlihat bahwa kasus terbanyak pada jenis kelamin perempuan (23 kasus) dengan AR = 0,62% dan CFR = 4,38%.

Distribusi menurut tempat

Page 10: Laporan Hasil Penyelidikan Epidemiologi Kejadian Luar Biasa Demam Berdarah Dengue

Distribusi kasus DBD di Wilayah Puskesmas Lampasio berdasarkan tempat dapat kita lihat pada tabel di bawah ini :

Tabel 4.Distribusi Kasus DBD menurut tempat tinggal penderita pada KLB di Wilayah Puskesmas Lampasio, Kec. Lampasio, Kab. Toli-Toli Bulan Maret Tahun 2011

No Nama DesaJumlah kasus

CFR (%)Sakit Mati

1 Desa Lampasio 20 0 0

2 Desa Tinading 18 0 0

3 Desa Sibea 2 0 0

4 Desa Oyom 4 1 25

Jumlah 44 1 2,27

Sumber : Data primer Hasil Investigasi Lapangan

Hasil pengamatan terhadap asal penderita diperoleh gambaran bahwa sebagian besar dari penderita berasal dari Desa Lampasio yaitu 20 kasus dan penderita DBD yang meninggal berasal dari Desa Oyom dimana CFR = 25% seperti dalam tabel di atas.

Distribusi menurut waktu

Untuk menggambarkan kasus pada periode KLB (lamanya KLB berlangsung) biasanya digambarkan dalam kurva epidemik yang menggambarkan frekuensi kasus berdasarkan saat mulai sakit (onset of illness), Interval dalam pembuatan kurva epidemik yang dipakai adalah 1 harian.

Distribusi kasus DBD di Wilayah Puskesmas Lampasio berdasarkan waktu mulai sakit dapat dlihat pada tabel di bawah ini :

Berdasarkan hasil investigasi, awal mulai sakit tanggal 28 Pebruari 2011 dengan jumlah penderita 2 orang dan mengalami puncak kasus pada tanggal 9 Maret 2011 dengan peningkatan kasus sebanyak 8 orang, sehingga jumlah kasus secara keseluruhan adalah 44 kasus.

Page 11: Laporan Hasil Penyelidikan Epidemiologi Kejadian Luar Biasa Demam Berdarah Dengue

Identifikasi sumber dan penyebab

Hasil survey jentik ditemukan beberapa karakteristik di Desa Lampasio, Desa Tinading, Desa Sibea, dan Desa Oyom yaitu terdapat tempat –tempat perindukan nyamuk seperti tempurung kelapa, ban – ban, kaleng-kaleng bekas di sekitar rumah penderita merupakan media yang cepat berkembang biaknya nyamuk-nyamuk aedes aygepty  dan setelah dilakukan pemeriksaan terhadap jentik –jentik nyamuk ternyata paling banyak jenis jentik nyamuk Aedes, yang didukung dengan kondisi curah hujan  tidak menentu sehingga  penyebaran penyakit ini menjadi cepat menular kepada penduduk yang berada didesa tersebut.

Identifikasi Cara penularan

Mekanisme penularan terjadi melalui gigitan nyamuk yang memang telah ada di wilayah tersebut dimana sebelumnya penderita yang pertama kali terpapar kasus DBD mempunyai riwayat bepergiaan ke daerah endemis DBD dimana penderita tersebut bersekolah di Kota Toli-Toli yang kemungkinan Virusnya didapat di kota.

MASALAH YANG DIHADAPI

Adapun permasalahan yang ditemukan di desa tersebut adalah:

1. Ditemukannya wadah sebagai tempat perindukan nyamuk seperti tempurung kelapa, ban – ban, kaleng-kaleng bekas di sekitar rumah penderita.

2. Sistem kewaspadaan Dini (SKD) KLB di puskesmas tidak berjalan optimal3. Masih kurangnya penyuluhan terhadap masyarakat sehingga peran serta masyarakat masih

rendah khususnya dalam hal pengelolaan lingkungan dimana di sekitar tempat tinggal penderita DBD ditemukan tempat perindukan vector aedes.

4. Pengetahuan masyarakat masih kurang mengenai penyakit DBD sehingga terlambat mengunjungi tempat pelayanan kesehatan yang akhirnya menyebabkan kematian.

UPAYA PENANGGULANGAN

Adapun upaya yang dilakukan dalam penanganan dan penanggulangan KLB DBD di wilayah Puskesmas Lampasio adalah :

1. Melakukan fogging wilayah dua siklus dimana satu minggu setelah siklus pertama dilakukan fogging siklus kedua.

2. Melakukan abatisasi di sekitar wilayah kejadian KLB DBD.3. Penyuluhan dilakukan dengan koordinasi lintas sektor dan lintas program.4. Pembinaan terhadap petugas surveilans puskesmas dalam hal SKD KLB.5. Melakukan surveilans ketat hingga KLB dinyatakan berhenti.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Telah terjadi KLB DBD di Desa Lampasio, Desa Tinading, Desa Sibea, dan Desa Oyom dengan jumlah penderita 44 orang, AR = 0,90% dan CFR = 2,27%.

2. Kelompok umur ≤ 12 tahun merupakan kelompok umur yang paling banyak menderita DBD dengan jumlah kasus 22 orang.

Page 12: Laporan Hasil Penyelidikan Epidemiologi Kejadian Luar Biasa Demam Berdarah Dengue

3. Pemastian diagnosis adalah hasil pemeriksaan Laboratorium dan pemeriksaan jentik nyamuk.

4. Pola epidemik adalah propagated epidemic karena adanya lebih dari satu sumber penularan yaitu ditemukannya tempurung kelapa, ban-ban dan kaleng-kaleng bekas di sekitar rumah penderita.

Saran

1. Tingkatkan SKD terhadap penyakit-penyakit yang berpotensi terjadinya Kejadian Luar Biasa sehingga peningkatan kasus bisa cepat terdeteksi sedini mungkin.

2. Pembasmian sarang nyamuk/wadah tempat berkembang biaknya nyamuk aedes di setiap tempat.

3. Penyuluhan Kesehatan Masyarakat sangat dibutuhkan dalam upaya memberikan pengetahuan dan pemahaman kepada masyarakat dalam mencegah terjadinya penyakit dan juga kematian.***

* Oleh : Tim Investigasi

Page 13: Laporan Hasil Penyelidikan Epidemiologi Kejadian Luar Biasa Demam Berdarah Dengue

Laporan Investigasi DBD Maros, Maret 2010LAPORAN HASIL PENYELIDIKAN 

KEJADIAN LUAR BIASA DEMAM BERDARAH DENGUE

DI KELURAHAN ALLEPOLEA, KECAMATAN LAU, KABUPATEN MAROS

11 MARET 2010

  

Latar Belakang

Demam Berdarah Dengue (DBD) masih merupakan masalah kesehatan masyarakat dan salah satu

penyakit menular yang potensial menimbulkan kejadian luar biasa/wabah. Sejak pertama ditemukan

penyakit DBD di Indonesia pada tahun 1968, jumlah kasus cenderung meningkat dan daerah

penyebarannya bertambah luas, sehingga kejadian luar biasa (KLB)/wabah masih sering terjadi di

berbagai daerah di Indonesia.

DBD disebabkan oleh virus dengue yg ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes Aegypti yang hidup

di dalam dan di sekitar rumah, sehingga penularannya terjadi di semua tempat yang terdapat

nyamuk penular tersebut.

Berdasarkan Laporan W1 KLB/Wabah oleh Puskesmas Barandasi tanggal 11 Maret 2010 bahwa

telah ditemukan kematian karena menderita DBD sebanyak 1 orang dan di Kelurahan Allepolea,

maka telah dilakukan Penyelidikan Epidemiologi dan penanggulangan seperlunya oleh tim

penyelidikan KLB DBD Dinas Kesehatan Kab. Maros bersama tim dari petugas puskesmas

Barandasi.

Tujuan

1. Mengetahui kebenaran kasus KLB DBD yg dilaporkan dan luasnya penyebaran

2. Mengetahui kemungkinan kecenderungan terjadinya penyebarluasan penyakit DBD di lokasi

Page 14: Laporan Hasil Penyelidikan Epidemiologi Kejadian Luar Biasa Demam Berdarah Dengue

3. Melakukan gambaran situasi penyakit dan saran alternatif pencegahan

4. Melakukan penanggulangan DBD di lokasi

Kondisi Geografi dan Demografi

Kel. Allepolea merupakan salah satu kelurahan di Kec. Lau, Kab. Maros sekitar 2 km dari pusat kab.

Maros. Wilayahnya terdiri atas dataran dengan persawahan dan pemukiman penduduk. 

Jumlah penduduk Kecamatan Lau kurang lebih 23.000 jiwa dengan luas wilayah 53,76 km2

Sarana Kesehatan

Terdapat 1 puskesmas yaitu puskesmas Barandasi, 1 pustu, dan 20 posyandu

Hasil Kegiatan

Berdasarkan informasi dari petugas surveilans puskesmas Barandasi, ditemukan hal-hal sbb

Terdapat 1 (satu) kematian akibat DBD di lingkungan Pamelakang Jene, kelurahan

Allepolea, Kec. Lau

Nama penderita adalah SHR, umur 2 tahun, jenis kelamin perempuan, Berat badan 8 kg,

Anak ke-5 dari 5 bersaudara, anak dari pasangan UMR (37 thn, Security) dan LTG (36 thn,

IRT)

- Timeline kasus

Page 15: Laporan Hasil Penyelidikan Epidemiologi Kejadian Luar Biasa Demam Berdarah Dengue

Analisis Situasi

Penyakit DBD disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti

yang hidup di dalam dan di sekitar rumah/bangunan. Nyamuk ini mendapatkan virus dengue

sewaktu menggigit darah orang yang :

Sakit DBD

Tidak sakit DBD tetapi dalam darahnya terdapat virus dengue

Bila nyamuk tersebut menggigit/menghisap darah orang lain, virus itu akan dipindahkan

bersama air liur nyamuk

Dari kegiatan pelacakan epidemiologi di kelurahan Allepolea, kondisi pemukiman yang tidak layak

huni menjadi penyebab mudahnya penyebaran nyamuk Aedes aegypti. Lingkungan perumahan

tergenang air dan sangat kotor.

Berdasarkan hasil pelacakan tidak ditemukan adanya penderita tambahan di sekitar lokasi rumah

penderita, namun 1 orang penderita meninggal dunia sehingga CFR 100% .

Populasi berisiko adalah penduduk sekitar rumah penderita yang padat penghuni dan lingkungan

yang kotor dan tergenang.

Angka bebas jentik tidak diketahui karena tidak ada petugas jumantik di lokasi kejadian. Namun

walaupun kemudian ternyata tingkat kepadatan nyamuk Aedes aegypti renah, apabila nyamuk dan

jentik tidak dibasmi maka setiap hari akan muncul nyamuk yang baru menetas dari tempat

perkembangbiakannya dan menularkan virus dengue ke orang sehat di sekitarnya.

Penanggulangan yang Telah Dilaksanakan

Fogging fokus

Penyuluhan dari rumah ke rumah

Pembagian bubuk abate dan kaporit

Page 16: Laporan Hasil Penyelidikan Epidemiologi Kejadian Luar Biasa Demam Berdarah Dengue

Kesimpulan

1. Telah terjadi KLB DBD di Kel. Allepolea Kec. Lau Kab. Maros pada tanggal 11 Maret 2010

2. Ditemukan 1 orang penderita DBD dengan kematian 1 orang, CFR 100%

3. Penderita adalah perempuan, usia 2 tahun

4. Faktor risiko adalah penduduk yang tinggal di sekitar rumah penderita beradius 100 m dan

pemukiman yang tergenang dan kotor

Saran

Frekuensi penyuluhan kepada masyarakat tentang penyakit DBD perlu ditingkatkan antara

lain mengenai 3M plus

Untuk menghindari atau mengurangi gigitan nyamuk DBD maka disarankan tidur dalam

kelambu, mengolesi badan dengan obat anti gigitan nyamuk, menggunakan obat nyamuk

bakar atau menyemprot dengan obat nyamuk,

Membersihkan lingkungan sekitar agar pemukiman tidak kotor dan tergenang

Perlu adanya kerjasama lintas sektor, lintas program, dan masyarakat dalam program

pemberantasan penyakit DBD

Sistem Surveilans DBD di Puskesmas Sudiang perlu ditingkatkan dan pelaksanaan system

kewaspadaan dini (SKD) terutama dalam analisa data pra KLB

Page 17: Laporan Hasil Penyelidikan Epidemiologi Kejadian Luar Biasa Demam Berdarah Dengue

LAPORAN PENYELIDIKAN EPIDEMIOLOGI KLB DEMAM BERDARAH DENGUE DI DESA LAMPASIO, DESA TINADING, DESA SIBAE, DAN DESA OYOM KAB. TOLI-TOLI TAHUN 2011*

LATAR BELAKANG

Demam Berdarah Dengue adalah demam tinggi mendadak 2-7 hari tanpa penyebab yang jelas, terdapat tanda-tanda perdarahan (bintik-bintik merah/ptekie, mimisan perdarahan pada gusi, muntah/berak darah), ada perbesaran hati dan dapat timbul syok (pasien gelisah, nadi cepat dan lemah, kaki tangan dingin, kulit lembab, kesadaran menurun. Pada pemeriksaan laboratorium terdapat hemokonsentrasi (peningkatan hematokrit 20%) dan trobositopeni (trombosit < 100.000/mm3).

Demam Berdarah Dengue (DBD) masih merupakan masalah kesehatan masyarakat dan salah satu penyakit menular yang potensial menimbulkan kejadian luar biasa/wabah. Sejak pertama ditemukan penyakit DBD di Indonesia pada tahun 1968, jumlah kasus cenderung meningkat dan daerah penyebarannya bertambah luas, sehingga kejadian luar biasa (KLB)/wabah masih sering terjadi di berbagai daerah di Indonesia.

DBD disebabkan oleh virus dengue yg ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes Aegypti yang hidup di dalam dan di sekitar rumah, sehingga penularannya terjadi di semua tempat yang terdapat nyamuk penular tersebut.

Berdasarkan Laporan W1 KLB/Wabah oleh Puskesmas Lampasio tanggal 14 Maret 2011 bahwa telah ditemukan kematian karena menderita DBD sebanyak 1 orang dari 33 kasus, maka untuk itu dilakukan Penyelidikan Epidemiologi oleh tim penyelidikan KLB DBD Dinas Kesehatan Kab. Toli-Toli bersama dengan Dinas Kesehatan Propinsi serta tim dari petugas Puskesmas Lampasio dengan melakukan analisa terhadap berbagai factor yang berhubungan dengan terjadinya KLB DBD di desa tersebut.

 TUJUAN PENYELIDIKAN

Page 18: Laporan Hasil Penyelidikan Epidemiologi Kejadian Luar Biasa Demam Berdarah Dengue

Tujuan Umum : Melakukan tindakan penanggulangan dan pengendalian KLB DBD di Desa Lampasio, Desa Tinading, Desa Sibae, dan Desa Oyom.

Tujuan Khusus

1. Memastikan kebenaran kasus KLB DBD yang dilaporkan dan luasnya penyebaran2. Mengetahui kemungkinan kecenderungan terjadinhya penyebarluasan penyakit DBD di

lokasi3. Mengetahui gambaran situasi penyakit dan saran alternative pencegahan4. Melakukan penanggulangan DBD di lokasi

HASIL PENYELIDIKAN

Analisis Situasi

Desa Lampasio, Desa Tinading, Desa Sibea, dan Desa Oyom merupakan bagian dari Kecamatan Lampasio dan wilayah kerja Puskesmas Lampasio yang juga merupakan bagian dari pengawasan Dinas Kesehatan Kabupaten Toli-Toli dengan jumlah penduduk adalah sebagai berikut :

……………………………………………………………………………………………………………………………………………..

Sumber : Data sekunder

Puskesmas Lampasio dengan wilayah kerja 9 desa dengan batas wilayah sebagai berikut :

1. Sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Baolan.2. Sebelah timur berbatasan Kabupaten Buol.3. Sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan Basidondo.4. Sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Ogodeide.

Desa

Jumlah

Total (Jiwa)Laki-Laki Perempuan

Sibea 786 711 1,497

Oyom 1,138 1,012 2,150

Lampasio 986 898 1,884

Tinading 1,131 1,064 2,195

Jumlah 4,131 3,685 7,816

Page 19: Laporan Hasil Penyelidikan Epidemiologi Kejadian Luar Biasa Demam Berdarah Dengue

Lokasi kejadian KLB berada di 4 desa di Kecamatan Lampasio wilayah kerja Puskesmas Lampasio Kabupaten Toli-Toli. Kasus DBD mulai terjadi pada tanggal 28 Februari 2011 dan dilakukan penyelidikan kasus pada tanggal 15 Maret 2011. Pelaksanaan penyelidikan dilakukan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Toli-Toli bersama dengan Dinas Kesehatan Propinsi Sulawesi Tengah yang dilakukan secara lintas program dan lintas sektor, yaitu :

Lintas Program di lingkungan Dinas Kesehatan Kabupaten Toli-Toli :

1)    Kasie Sepim Kesma Dinkes Kab Toli-Toli.

2)    Pengelola Surveilans Dinkes Kab. Toli-Toli.

3)    Pengelola DBD Dinkes Kab. Toli-Toli.

4)    Tim Investigasi Puskesmas Lampasio

Lintas Sektor Terkait :   Pemerintah setempat (Kepala desa Bomba Kec. Una-Una).

Pemastian diagnosis

Pemastian diagnosis dilakukan dengan melihat gejala klinis yang muncul pada penderita dan melakukan pengambilan sampel darah pada beberapa orang penderita yang sedang dirawat. Pemeriksaan sediaan darah dengan menggunakan Rapid Test Diagnostic (RDT) yang dilakukan oleh analis kesehatan Puskesmas Lampasio.

Dari hasil pengumpulan data yang dilakukan terhadap 44 kasus DBD, dengan gejala klinis digambarkan pada tabel berikut ini :

Tabel 1.  Distribusi Gejala Klinis Penderita pada KLB DBD di Desa Lampasio, Desa Tinading, Desa Sibae, Desa Oyom Kec. Lampasio, Kab. Toli-Toli pada tanggal 28 Februari s/d 15 Maret 2011

No. Gejala Klinis Jumlah %

1 Demam 44 100

2 Sakit Ulu Hati 7 15,9

3 Torniket 0 0

4 Perdarahan 31 70,5

5 Muntah 7 15,9

6 Shock 0 0

Page 20: Laporan Hasil Penyelidikan Epidemiologi Kejadian Luar Biasa Demam Berdarah Dengue

7 Batuk 20 45,5

Sumber : Data primer Hasil Investigasi Lapangan.

Dari tabel diatas terdapat gejala dengan frekuensi tertinggi pada penderita adalah Demam (100 %) , Perdarahan 70,5%, Batuk 45,5 %, Sakit ulu hati 15,9%, Muntah 15,9 %. Hal ini merupakan gejala penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) yang disebabkan oleh virus dengue dimana vektor perantara adalah nyamuk aedes aegypti.

Pemastian KLB

Pada unit pelayanan kesehatan dengan sistem informasi yang berjalan baik dan jumlah kasus DBD dapat dideteksi sesuai dengan wilayah administratif seperti desa atau kelurahan, maka peningkatan kasus pada setiap wilayah dapat dijadikan peringatan dini sebelum terjadi KLB. Untuk memastikan bahwa peningkatan kasus adalah KLB atau bukan KLB, dapat dilakukan analisis pola minimum-maksimum kasus DBD  bulanan maupun mingguan dengan pembanding kasus DBD pada tahun-tahun sebelumnya. Selain dengan menetapkan pola maksimum-minimum, pada daerah desa atau kelurahan sebaiknya ditetapkan telah berjangkit KLB DBD apabila memenuhi satu kriteria sebagai berikut :

1. Terdapat satu kasus DBD atau lebih yang selama 3 bulan terakhir di daerah kabupaten/kota bersangkutan tidak ditemukan penderita DBD tetapi HI jentik Aedes Aegypti desa atau kelurahan tersebut lebih dari 5%.

2. Terdapat peningkatan bermakna jumlah kasus DBD dibandingkan keadaan sebelumnya.3. Terdapat peningkatan bermakna dibandingkan dengan keadaan tahun sebelumnya pada

periode yang sama.

Dari hasil investigasi diketahui telah terjadi Kejadian Luar Biasa Penyakit DBD seperti terlihat pada grafik berikut :

Grafik 1. Kasus DBD  menurut Tanggal  Mulai Demam di Desa Lampasio, Tinading, Sibea, dan Oyom Bulan Mei Tahun 2011

Sumber : Data primer Hasil Investigasi Lapangan

Kriteria KLB ini ditetapkan sesuai pedoman Depkes (1991), suatu Kejadian Luar Biasa apabila memenuhi salah satu kriteria diantaranya adalah adanya peningkatan kasus secara bermakna dari periode sebelumnya pada periode mingguan terlihat tanggal  3 – 9 Maret 2011 terjadi kenaikan penderita lebih dari 2 kali periode minggu sebelumnya.

Page 21: Laporan Hasil Penyelidikan Epidemiologi Kejadian Luar Biasa Demam Berdarah Dengue

Analisis Epidemiologi

Distribusi menurut orang

Distribusi penderita DBD dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 2. Distribusi Kasus DBD menurut kelompok umur  di Wilayah Puskesmas Lampasio Kec. Lampasio, Kab. Toli-Toli Bulan Maret Tahun 2011.

No Kelompok Umur (Thn)

Jumlah KasusCFR (%)

Sakit Mati

1 ≤ 12 22 0 0

2 13 – 24 2 1 50

3 25 – 36 6 0 0

4 37 – 48 13 0 0

5 > 49 1 0 0

Jumlah 44 0 0

Sumber : Data primer Hasil Investigasi Lapangan

Dari tabel diatas terlihat bahwa kelompok umur yang terbanyak sakit berada pada kelompok umur ≤ 12 tahun sebanyak 22 orang, terendah pada kelompok umur > 49 tahun sebanyak 1 orang, dan CFR 50% pada kelompok umur 13 – 24 tahun.

Tabel 3  Distribusi Kasus DBD menurut jenis kelamin di Wilayah Puskesmas Lampasio,  Kec. Lampasio, Kab. Toli-Toli Bulan Maret Tahun 2011

No Jenis Kelamin PopulasiRentanJumlah kasus

Attack Rate (%)

CFR (%)

Sakit Mati

1 Laki – laki 4131 21 0 0,51 0

2 Perempuan 3685 23 1 0,62 4,38

Page 22: Laporan Hasil Penyelidikan Epidemiologi Kejadian Luar Biasa Demam Berdarah Dengue

Jumlah 7816 44 1 0,90 2,27

Sumber : Data primer Hasil Investigasi Lapangan

Dari tabel diatas terlihat bahwa kasus terbanyak pada jenis kelamin perempuan (23 kasus) dengan AR = 0,62% dan CFR = 4,38%.

Distribusi menurut tempat

Distribusi kasus DBD di Wilayah Puskesmas Lampasio berdasarkan tempat dapat kita lihat pada tabel di bawah ini :

Tabel 4.Distribusi Kasus DBD menurut tempat tinggal penderita pada KLB di Wilayah Puskesmas Lampasio, Kec. Lampasio, Kab. Toli-Toli Bulan Maret Tahun 2011

No Nama DesaJumlah kasus

CFR (%)Sakit Mati

1 Desa Lampasio 20 0 0

2 Desa Tinading 18 0 0

3 Desa Sibea 2 0 0

4 Desa Oyom 4 1 25

Jumlah 44 1 2,27

Sumber : Data primer Hasil Investigasi Lapangan

Hasil pengamatan terhadap asal penderita diperoleh gambaran bahwa sebagian besar dari penderita berasal dari Desa Lampasio yaitu 20 kasus dan penderita DBD yang meninggal berasal dari Desa Oyom dimana CFR = 25% seperti dalam tabel di atas.

Distribusi menurut waktu

Untuk menggambarkan kasus pada periode KLB (lamanya KLB berlangsung) biasanya digambarkan dalam kurva epidemik yang menggambarkan frekuensi kasus berdasarkan saat mulai sakit (onset of illness), Interval dalam pembuatan kurva epidemik yang dipakai adalah 1 harian.

Distribusi kasus DBD di Wilayah Puskesmas Lampasio berdasarkan waktu mulai sakit dapat dlihat pada tabel di bawah ini :

Page 23: Laporan Hasil Penyelidikan Epidemiologi Kejadian Luar Biasa Demam Berdarah Dengue

Berdasarkan hasil investigasi, awal mulai sakit tanggal 28 Pebruari 2011 dengan jumlah penderita 2 orang dan mengalami puncak kasus pada tanggal 9 Maret 2011 dengan peningkatan kasus sebanyak 8 orang, sehingga jumlah kasus secara keseluruhan adalah 44 kasus.

Identifikasi sumber dan penyebab

Hasil survey jentik ditemukan beberapa karakteristik di Desa Lampasio, Desa Tinading, Desa Sibea, dan Desa Oyom yaitu terdapat tempat –tempat perindukan nyamuk seperti tempurung kelapa, ban – ban, kaleng-kaleng bekas di sekitar rumah penderita merupakan media yang cepat berkembang biaknya nyamuk-nyamuk aedes aygepty  dan setelah dilakukan pemeriksaan terhadap jentik –jentik nyamuk ternyata paling banyak jenis jentik nyamuk Aedes, yang didukung dengan kondisi curah hujan  tidak menentu sehingga  penyebaran penyakit ini menjadi cepat menular kepada penduduk yang berada didesa tersebut.

Identifikasi Cara penularan

Mekanisme penularan terjadi melalui gigitan nyamuk yang memang telah ada di wilayah tersebut dimana sebelumnya penderita yang pertama kali terpapar kasus DBD mempunyai riwayat bepergiaan ke daerah endemis DBD dimana penderita tersebut bersekolah di Kota Toli-Toli yang kemungkinan Virusnya didapat di kota.

MASALAH YANG DIHADAPI

Adapun permasalahan yang ditemukan di desa tersebut adalah:

1. Ditemukannya wadah sebagai tempat perindukan nyamuk seperti tempurung kelapa, ban – ban, kaleng-kaleng bekas di sekitar rumah penderita.

2. Sistem kewaspadaan Dini (SKD) KLB di puskesmas tidak berjalan optimal3. Masih kurangnya penyuluhan terhadap masyarakat sehingga peran serta masyarakat masih

rendah khususnya dalam hal pengelolaan lingkungan dimana di sekitar tempat tinggal penderita DBD ditemukan tempat perindukan vector aedes.

4. Pengetahuan masyarakat masih kurang mengenai penyakit DBD sehingga terlambat mengunjungi tempat pelayanan kesehatan yang akhirnya menyebabkan kematian.

UPAYA PENANGGULANGAN

Adapun upaya yang dilakukan dalam penanganan dan penanggulangan KLB DBD di wilayah Puskesmas Lampasio adalah :

1. Melakukan fogging wilayah dua siklus dimana satu minggu setelah siklus pertama dilakukan fogging siklus kedua.

2. Melakukan abatisasi di sekitar wilayah kejadian KLB DBD.3. Penyuluhan dilakukan dengan koordinasi lintas sektor dan lintas program.4. Pembinaan terhadap petugas surveilans puskesmas dalam hal SKD KLB.

Page 24: Laporan Hasil Penyelidikan Epidemiologi Kejadian Luar Biasa Demam Berdarah Dengue

5. Melakukan surveilans ketat hingga KLB dinyatakan berhenti.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Telah terjadi KLB DBD di Desa Lampasio, Desa Tinading, Desa Sibea, dan Desa Oyom dengan jumlah penderita 44 orang, AR = 0,90% dan CFR = 2,27%.

2. Kelompok umur ≤ 12 tahun merupakan kelompok umur yang paling banyak menderita DBD dengan jumlah kasus 22 orang.

3. Pemastian diagnosis adalah hasil pemeriksaan Laboratorium dan pemeriksaan jentik nyamuk.

4. Pola epidemik adalah propagated epidemic karena adanya lebih dari satu sumber penularan yaitu ditemukannya tempurung kelapa, ban-ban dan kaleng-kaleng bekas di sekitar rumah penderita.

Saran

1. Tingkatkan SKD terhadap penyakit-penyakit yang berpotensi terjadinya Kejadian Luar Biasa sehingga peningkatan kasus bisa cepat terdeteksi sedini mungkin.

2. Pembasmian sarang nyamuk/wadah tempat berkembang biaknya nyamuk aedes di setiap tempat.

3. Penyuluhan Kesehatan Masyarakat sangat dibutuhkan dalam upaya memberikan pengetahuan dan pemahaman kepada masyarakat dalam mencegah terjadinya penyakit dan juga kematian.***

* Oleh : Tim Investigasi

Page 25: Laporan Hasil Penyelidikan Epidemiologi Kejadian Luar Biasa Demam Berdarah Dengue