file · web viewtujuan dari pembuatan makalah ini adalah agar dapat lebih memahami...

38
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Demam berdarah dengue adalah penyakit yang terutama terdapat pada anak remaja atau orang dewasa, dengan tanda-tanda klinis demam, nyeri otot atau nyeri sendi yang disertai leukopenia, nyeri pada penggerakan bola mata, trombositopenia ringan dan bintik- bintik pendarahan (petekie) spontan (Hendrawanto, 2004). Pada tahun 1953, Quaintos dkk melaporkan kasus DBD di Filifina, kemudian disusul negara lain seperti Thailand dan Vietnam. Kasus DB pertama kali dilaporkan di Indonesia pada tahun 1986 (di Jakarta dan Surabaya). Pada tahun-tahun selanjutnya DB cenderung meningkat (Mekadiana, 2007). Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan masalah kesehatan masyarakat di Indonesia terutama di kota besar. Di Indonesia pada tahun 2008, insiden DBD adalah 60,02 per 100 000 penduduk dengan case fatality rate (CFR) 0,86%. DKI Jakarta merupakan salah satu kota besar di Indonesia dengan jumlah penderita DBD terbanyak (DKK DKI Jakarta). Menurut Data Dinas Kesehatan kota padang, pada awal tahun 2010 jumlah kasus DBD sebanyak 1045 kasus dengan 2 kematian , ini turun dibanding tahun 2009 1

Upload: votram

Post on 30-Jan-2018

229 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: file · Web viewTujuan dari pembuatan makalah ini adalah agar dapat lebih memahami tentang Demam Berdarah Dengue dan memahami Asuhan Keperawatan

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Demam berdarah dengue adalah penyakit yang terutama terdapat pada

anak remaja atau orang dewasa, dengan tanda-tanda klinis demam, nyeri otot

atau nyeri  sendi  yang disertai  leukopenia,  nyeri pada penggerakan  bola 

mata, trombositopenia ringan dan bintik-bintik pendarahan (petekie)  spontan

(Hendrawanto, 2004).

Pada tahun 1953, Quaintos dkk melaporkan kasus DBD di Filifina,

kemudian disusul negara lain seperti Thailand dan Vietnam. Kasus DB pertama

kali dilaporkan di Indonesia pada tahun 1986 (di Jakarta dan Surabaya). Pada

tahun-tahun selanjutnya DB cenderung meningkat (Mekadiana, 2007).

Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan masalah kesehatan

masyarakat di Indonesia terutama di kota besar. Di Indonesia pada tahun 2008,

insiden DBD adalah 60,02 per 100 000 penduduk dengan case fatality rate

(CFR) 0,86%. DKI Jakarta merupakan salah satu kota besar di Indonesia

dengan jumlah penderita DBD terbanyak (DKK DKI Jakarta).

Menurut Data Dinas Kesehatan kota padang, pada awal tahun 2010

jumlah kasus DBD sebanyak 1045 kasus dengan 2 kematian , ini turun

dibanding tahun 2009 (1586 kasus) dan tahun 2008 (1219 kasus dengan 6

kematian). Kasus terbanyak terjadi pada bulan Januari (240) kasus dan

Februari (181 kasus), sedangkan kasus yang paling sedikit terjadi pada bulan

Desember sebanyak 20 kasus. Kasus terbanyak terjadi pada wilayah

Puskesmas Belimbing sebanyak 149 , diikuti Puskesmas Lubuk Buaya

sebanyak 125 kasus, dan Puskesmas Andalas 87 kasus. Kasus yang paling

sedikit terjadi pada Puskesmas Bungus sebanyak 7 kasus.

Untuk mengantisipasi terjadinya penyebaran kasus, maka dilakukan

fogging focus yang bertujuan untuk memutus mata rantai penularan.

Disamping itu tetap di sarankan pada masyarakat untuk tetap melakukan PSN

di rumah maupun kelurahan masing – masing . Dari jumlah kasus diatas bisa

dihitung CFR nya yaitu 0,19 % dari jumlah kasus, dengan insidens rate nya

122 / 100.000 penduduk (DKK Padang, 2011).

1

Page 2: file · Web viewTujuan dari pembuatan makalah ini adalah agar dapat lebih memahami tentang Demam Berdarah Dengue dan memahami Asuhan Keperawatan

Di Indonesia pengaruh musim terhadap demam berdarah dengue tidak

begitu jelas, tetapi dalam garis besar dapat dikemukakan bahwa jumlah

penderita antara bulan Maret – Mei. Secara keseluruhan tidak terdapat pada

bedaan atara jenis kelamin penderita, tetapi kematian ditemukan lebih banyak

pada perempuan dari pada laki-laki. Penderita DHF yang tidak mendapat

pengobatan dan perawatan akan menimbulkan dampak seperti perdarahan pada

semua organ, ensepalopati dan penurunan kesadaran. Maka dari itu sangat

diperlukan peran perawat, untuk memberikan asuhan keperawatan yang

komprehensif untuk mencegah komplikasi yang terjadi. Melihat fenomena

diatas maka kelompok merasa tertarik untuk membahas tentang “Asuhan

Keperawatan dengan DHF” (Sesideswita, 2011).

B. Tujuan

1. Tujuan Umum

Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah agar dapat lebih memahami

tentang Demam Berdarah Dengue dan memahami Asuhan Keperawatan pada

Pasien Dewasa dengan DBD.

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui dan Memahami Defenisi Demam Berdarah Dengue (DBD).

b. Mengetahui dan Memahami Etiologi Demam Berdarah Dengue (DBD).

c. Mengetahui dan Memahami Patofisiologi Demam Berdarah Dengue

(DBD).

d. Mengetahui dan Memahami Klasifikasi Demam Berdarah Dengue

(DBD).

e. Mengetahui dan Memahami Tanda dan Gejala Demam Berdarah

Dengue (DBD).

f. Mengetahui dan Memahami Pemeriksaan Penunjang dan Diagnosis

Demam Berdarah Dengue (DBD).

g. Mengetahui dan Memahami Penatalaksanaan Demam Berdarah Dengue

(DBD).

h. Mengetahui dan Memahami Komplikasi Demam Berdarah Dengue

(DBD).

2

Page 3: file · Web viewTujuan dari pembuatan makalah ini adalah agar dapat lebih memahami tentang Demam Berdarah Dengue dan memahami Asuhan Keperawatan

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Epidemiologi

Di Indonesia, demam berdarah dengue (DBD) pertama kali dicurigai

di Surabaya pada tahun 1968, tetapi konfirmasi virologis baru diperoleh pada

tahun 1970. Di Jakarta, kasus pertama dilaporkan pada tahun 1969. Kemudian

DBD berturut-turut dilaporkan di Bandung dan Jogjakarta (1972). Epedemi

pertama di luar Jawa dilaporkan pada tahun 1972 di Sumatera Barat dan

Lampung, disusul oleh Riau, Sulawesi Utara dan Bali (1973). Pada tahun

1974, epidemi dilaporkan di Kalimantan Selatan dan Nusa Tenggaa Barat.

Pada tahun 1994 DBD telah menyebar ke seluruh (27) propinsi di Indonesia.

Pada saat ini DBD sudah endemis di banyak kota besar, bahkan sejak tahun

1975 penyakit ini telah terjangkit di daerah pedesaan (Irawan, 2005).

Berdasarkan jumlah kasus DBD, Indonesia menempati urutan kedua

setelah Thailand. Sejak tahun 1968 angka kesakitan rata-rata DBD di

Indonesia terus meningkat dari 0,05 (1968) menjadi 8,14 (1973), 8,65 (1983)

dan mencapai angka tertinggi pada tahun 1988 yaitu 27,09 per 100.000

penduduk dengan jumlah penderita sebanyak 47.573 orang, 1.527 orang

penderita dilaporkan meninggal.

Walaupun angka kesakitan rata-rata DBD di Indonesia cenderung

meningkat, suatu hal yang menggembirakan ialah angka kematian (Case

Fatality Rate = CFR) secara drastis menurun dari 41,3 % pada tahun 1968

menjadi 3 % pada tahun 1984. Sejak tahun 1991 CFR terlihat stabil di bawah

3%.

Jumlah kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) relatif turun setiap

tahunnya. Angka kematian penduduk atau case fatality rate (CFR) dan

penularan atau inciden rate (IR) juga merosot. Data Kementerian Kesehatan

(Kemenkes), kasus DBD secara nasional 2011 cenderung menurun jika

dibandingkan tahun sebelumnya. Pada 2009 jumlah kasus 158.912 dengan

korban meninggal 1.420 orang. Sedangkan IR 68,22/100.000 penduduk dan

CFR 0,89 persen. Pada 2010, jumlah kasus hanya 156.086 dengan korban

3

Page 4: file · Web viewTujuan dari pembuatan makalah ini adalah agar dapat lebih memahami tentang Demam Berdarah Dengue dan memahami Asuhan Keperawatan

meninggal 1.358 orang. IR sebesar 65,70/100.000 penduduk dan CFR 0,87

persen. Sementara hingga Oktober 2011, jumlah kasus 49.486 dengan korban

meninggal 403 orang. IR 20,83/100.000 penduduk dan CFR 0,81 persen

(www.padang-today.com).

Morbiditas dan mortalitas DBD yang dilaporkan dari berbagai negara

bervariasi dan disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain status umur

penduduk, kepadatan vektor, tingkat penyebaran virus dengue, dan kondisi

meteologis.

Di Indonesia pengaruh musim terhadap DBD tidak begitu jelas, tetapi

dalam garis besar dapat dikemukakan bahwa jumlah penderita meningkat

antara bulan September sampai Februari yang mencapai puncaknya pada

bulan januari. Di daerah urban berpenduduk padat puncak penderita ialah

bulan juni/juli bertepatan dengan awal musim kemarau.

B. Anatomi Fisiologi

Darah merupakan salah satu komponen penting yang ada di dalam

tubuh manusia. Sebab darah berfungsi, mengalirkan zat – zat atau nutrisi yang

di butuhkan tubuh, kemudian mengalirkan karbondioksida hasil metabolisme

untuk di buang. ada empat fungsi utama darah, yaitu memberikan suplai

oksigen keseluruh jaringan tubuh, membawa nutrisi, membersihkan sisa-sisa

metabolisme dan membawa zat antibody.

Komposisi darah. Darah kita mengandung beberapa jenis sel yang yang

tersangkut di dalam cairan kuning yang disebut plasma darah. Plasma darah

tersusun atas 90% air yang mengandung sari makanan, protein, hormone, dan

endapan kotoran selain sel-sel darah.

Ada 3 jenis sel darah yaitu sel darah merah (eritrosit), sel darah putih

(leukosit) dan keeping darah (trombosit).Sel darah merah dan sel darah putih

di sebut juga korpuskel

1. Sel darah merah

Sel darah merah berbentuk piringan pipih yang menyerupai donat.

45% darah tersusun atas sel darah merah yang di hasilkan di sumsum

tulang. Dalam setiap 1 cm kubik darah terdapat 5,5 juta sel. Jumlah sel

4

Page 5: file · Web viewTujuan dari pembuatan makalah ini adalah agar dapat lebih memahami tentang Demam Berdarah Dengue dan memahami Asuhan Keperawatan

darah merah yang diproduksi setiap hari mencapai 200.000 biliun, rata-rata

umurnya hanya 120 hari. Semakin tua semakin rapuh, kehilangan bentuk

dan ukurannya menyusun menjadi sepertiga ukuran mula-mula.

Sel darah merah mengandung hemoglobin yang kaya akan zat besi.

Warnanya yang merah cerah disebabkan oleh oksigen yang di serap dari

paru-paru. Pada saat darah mengalir ke seluruh tubuh, hemoglobin

melepaskan oksigen ke sel dan mengikat karbondioksida.

Sel darah merah yang tua akhirnya akan pecah menjadi partikel-partikel

kecil di dalam hati dan limpa. Sebagian besar sel yang tua dihancurkan

oleh limpa dan yang lolos dihancurkan oleh hati. Hati mentimpan

kandungan zat besi dari hemoglobin yang kemudian di angkut oleh darah

ke sumsum tulang untuk membentuk sel darah merah yang baru.

Persediaan sel darah merah di dalam tubuh diperbarui setiap empat bulan

sekali.

2. Sel darah putih

Sel darah putih jauh lebih besar dari pada sel darah merah jumlahnya

dalam setiap 13 darah adalah 4000-10.000 sel. Tidak seperti sel darah

merah, sel darah putih memiliki inti (nucleus). Sebagian sel darah putih

bisa bergerak di dalam aliran darah, membuatnya dapat melaksanakan

tugas sebagai system ketahanan tubuh.

Sel darah putih adalah bagian dari sistem ketahanan tubuh yang

penting. Sel darah putih yang terbanyak adalah neutrofil (+60%).

Tugasnya adalah memerangi bakteri pembawa penyakit yang memasuki

tubuh. Mula mula bakteri dikepung, lalu butir-butir didalam sel segera

melepaskan zat kimia untuk menghancurkan dan mencegah bakteri

berkembang biak.

Sel darah putih mengandung +5% eosinofil. Fungsinya adalah

memerangi bakteri, mengatur pelepasan zat kimia saat pertempuran, dan

membuang sisa-sisa sel yang rusak. Basofil yang menyusun 1% sel darah

putih, melepaskan zat untuk mencegah terjadinya penggumpalan darah di

dalam pembuluhnya. 20 s\d 30% kadungan sel darah putih adalah

trombosit. Tugasnya adalah menghasilkan antibody, suatu protein yang

5

Page 6: file · Web viewTujuan dari pembuatan makalah ini adalah agar dapat lebih memahami tentang Demam Berdarah Dengue dan memahami Asuhan Keperawatan

membantu tubuh memerangi penyakit. Monosit bertugas mengepung

bakteri. Kira-kira ada 5 sampai 10% di dalam sel darah putih.

Tubuh mengatur banyak sel darah putih yang dihasilkan sesuai dengan

kebutuhan. Jika kita kehilangan darah, tubuh akan segera membentuk sel-

sel darah untuk menggantinya. Jika kita mengalami infeksi, maka tubuh

akan membentuk lebih banyak sel darah putih untuk memeranginya.

Pembekuan darah. Proses yang mencegah kehilangan darah dari badan

melalui luka disebut hemostasis dan proses ini terdiri dari tiga stadium yang

bekerja bersama-sama, yaitu : Spasme vaskuler : penyempitan lumen pembuluh

darah yang putus untuk mengurangi aliran darah yang hilang.

1. Pembentukan sumbat trombosit : untuk menghentikan kebocoran darah.

2. Pembekuan fibrin disekitar sumbat trombosit dan reaksi fibrin: untuk

merekat pembuluh yang putus dan menarik sisi pinggirnya supaya merapat

(Watson, 2001)

Menurut Syaifuddin (2005) fungsi darah terdiri atas :

1. Sebagai alat pengangkut, yaitu :

a. Mengambil O2/zat pembakar dari paru-paru untuk diedarkan keseluruh

jaringan tubuh.

b. Mengangkut CO2 dari jaringan untuk dikeluarkan melalui paru-paru.

c. Mengambil zat-zat makanan dari usus halus untuk diedarkan dan

dibagikan ke seluruh jaringan/alat tubuh.

d. Mengangkat/mengeluarka zat-zat yang tidak berguna bagi tubuh untuk

dikeluarkan melalui kulit dan ginjal.

2. Sebagai pertahanan tubuh terhadap serangan bibit penyakit dan racun yang

akan membinasakan tubuh dengan perantaraan leukosit, antibodi/zat-zat

anti racun.

3. Menyebarkan panas ke seluruh tubuh.

6

Page 7: file · Web viewTujuan dari pembuatan makalah ini adalah agar dapat lebih memahami tentang Demam Berdarah Dengue dan memahami Asuhan Keperawatan

C. Landasan Teoritis Penyakit

1. Defenisi

Penyakit DBD adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus

dengue dan ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti, yang ditandai dengan

demam mendadak 2 sampai 7 hari tanpa penyebab yang jelas, lemah/lesu,

gelisah, nyeri ulu hati disertai tanda perdarahan dikulit berupa bintik

perdarahan, lebam/ruam. Kadang-kadang mimisan, berak darah, muntah

darah, kesadaran menurun atau shock (Depkes RI, 1992).

DHF (Dengue Haemoragic fever) adalah penyakit yang disebabkan

oleh virus dengue sejenis virus yang tergolong arbovirus dan masuk ke dalam

tubuh penderita melalui gigitan nyamuk Aedes Aegypti (betina) (Christantie

Effendy, 1995).

Demam berdarah dengue adalah penyakit yang terutama terdapat pada

anak remaja atau orang dewasa, dengan tanda-tanda klinis demam, nyeri otot

atau nyeri  sendi  yang disertai  leukopenia,  nyeri pada penggerakan  bola 

mata, trombositopenia ringan dan bintik-bintik pendarahan (petekie)  spontan

(Hendrawanto, 2004).

2. Etiologi

Penyebab DHF adalah Arbovirus ( Arthropodborn Virus ) melalui

gigitan nyamuk Aedes ( Aedes Albopictus dan Aedes Aegepty ). Virus

dengue tergolong dalam family / suku / grup flaviviridae dan dikenal ada

empat serotipe (Sutaryo, 2005).

Dengue I dan II ditemukan di Irian ketika berlangsungnya perang

dunia ke-II, sedangkan dengue III dan IV dimukan pada saat wabah di

Filipina tahun 1953-1954. Virus dengue berbentuk batang, bersifat

termolabil, sensitif terhadap inaktivasi oleh dietileter dan natrimdioksikolat,

stabil pada suhu 70°C. Keempat serotipe telah ditemukan pada pasien-pasien

di Indonesia. Dengue III merupakan serotipe yang banyak beredar

(Hendrawanto, 2004).

7

Page 8: file · Web viewTujuan dari pembuatan makalah ini adalah agar dapat lebih memahami tentang Demam Berdarah Dengue dan memahami Asuhan Keperawatan

3. Patofisiologi

Virus dengue masuk kedalam tubuh melalui gigitan nyamuk aedes

aegypti dan kemudian bereaksi dengan antibodi dan terbentuklah kompleks

virus-antibody, dalam asirkulasi akan mengaktivasi sistem komplemen

(Suriadi & Yuliani, 2001).

Penyakit DBD ini ditularkan orang yang dalam darahnya terdapat

virus dengue. Orang ini bisa menunjukkan gejala sakit, tetapi bisa juga tidak

sakit, yaitu jika mempunyai kekebalan yang cukup terhadap virus dengue.

Jika orang digigit nyamuk Aedes Aegypti maka virus dengue masuk bersama

darah yang dihisapnya. Di dalam tubuh nyamuk itu, virus dengue akan

berkembang biak dengan cara membelah diri dan menyebar di seluruh bagian

tubuh nyamuk. Sebagian besar virus itu berada dalam kelenjar liur nyamuk.

Sebagian besar virus itu berada dalam kelenjar liur nyamuk. Dalam tempo 1

minggu jumlahnya dapat mencapai puluhan atau bahkan ratusan ribu

sehingga siap untuk dituarkan/dipindahkan kepada orang lain. Selanjutnya

pada waktu nyamuk itu menggigit orang lain, maka setelah alat tusuk nyamuk

(probosis) menemukan kapiler darah, sebelum darah itu dihisap, terlebih

dahulu dikeluarkan air liur dari kelenjar liurnya agar darah yang dihisap tidak

membeku. Bersama dengan liur nyamuk inilah, virus dengue dipindahkan

kepada orang lain (Irawan, 2005).

Virus dengue masuk kedalam tubuh melalui gigitan nyamuk dan

infeksi pertama kali menyebabkan demam dengue. Reaksi tubuh merupakan

reaksi yang biasa terlihat pada infeksi oleh virus. Reaksi yang amat berbeda

akan tampak, bila seseorang mendapat infeksi berulang dengan tipe virus

dengue yang berlainan. Dan DHF dapat terjadi bila seseorang setelah

terinfeksi pertama kali, mendapat infeksi berulang virus dengue lainnya. Re-

infeksi ini akan menyebabkan suatu reaksi anamnestik antibodi, sehingga

menimbulkan konsentrasi kompleks antigen-antibodi (kompleks virus-

antibodi) yang tinggi (Noer, dkk, 1999).

Virus yang masuk ke dalam tubuh melalui gigitan nyamuk aedes

aegypty, pertama-tama yang terjadi adalah viremia yang mengakibatkan

penderita mengalami demam, sakit kepala, mual, nyeri otot, pegal-pegal

8

Page 9: file · Web viewTujuan dari pembuatan makalah ini adalah agar dapat lebih memahami tentang Demam Berdarah Dengue dan memahami Asuhan Keperawatan

diseluruh tubuh, ruam atau bintik-bintik merah pada kulit (petekie),

hyperemia tenggorokan dan hal lain yang mungkin terjadi seperti pembesaran

kelenjar getah bening, pembesaran hati (Hepatomegali) dan pembesaran

limpa (Splenomegali). Ruam pada DHF disebabkan karena kongesti

pembuluh darah dibawah kulit.

Kemudian virus akan bereaksi dengan antibody dan terbentuklah

kompleks virus-antibody. Dalam sirkulasi akan mengaktivasi system

komplemen. Akibat aktivasi C3 dan C5 akan dilepas C3a dan C5a, dua

peptida yang berdaya untuk melepaskan histamine dan merupakan mediator

kuat sebagai faktor meningkatnya permeabilitas dinding kapiler pembuluh

darah yang mengakibatkan terjadinya perembesan plasma ke ruang ekstra

seluler.

Fenomena patofisiologi utama yang menentukan berat penyakit dan

membedakan DF dan DHF ialah meningginya permeabilitas dinding kapiler

karena pelepasan zat anafilaktosin, histamin dan serotonin serta aktivasi

system kalikreain yang berakibat ekstravasasi cairan intravaskuler. Hal ini

berakibat berkurangnya volume plama, terjadinya hipotensi,

hemokonsentrasi, hipoproteinemia, efusi dan renjatan.

Perembesan plasma ke ruang ekstra seluler mengakibatkan

berkurangnya volume plasma, terjadi hipotensi, hemokonsentrasi, dan

hipoproteinemia serta efusi dan renjatan (syok). Hemokonsentrasi

(peningkatan hematokrit > 20 %) menunjukkan atau menggambarkan adanya

kebocoran (perembesan) plasma sehingga nilai hematokrit menjadi penting

untuk patokan pemberian cairan intravena. Terjadinya trobositopenia,

menurunnya fungsi trombosit dan menurunnya faktor koagulasi (protombin

dan fibrinogen) merupakan faktor penyebab terjadinya perdarahan hebat ,

terutama perdarahan saluran gastrointestinal pada DHF.

Adanya kebocoran plasma ke daerah ekstra vaskuler dibuktikan

dengan ditemukannya cairan yang tertimbun dalam rongga serosa yaitu

rongga peritoneum, pleura, dan pericard yang pada otopsi ternyata melebihi

cairan yang diberikan melalui infus. Setelah pemberian cairan intravena,

peningkatan jumlah trombosit menunjukkan kebocoran plasma telah teratasi,

9

Page 10: file · Web viewTujuan dari pembuatan makalah ini adalah agar dapat lebih memahami tentang Demam Berdarah Dengue dan memahami Asuhan Keperawatan

sehingga pemberian cairan intravena harus dikurangi kecepatan dan

jumlahnya untuk mencegah terjadinya edema paru dan gagal jantung,

sebaliknya jika tidak mendapatkan cairan yang cukup, penderita akan

mengalami kekurangan cairan yang dapat mengakibatkan kondisi yang buruk

bahkan bisa mengalami renjatan. Jika renjatan atau hipovolemik berlangsung

lama akan timbul anoksia jaringan, metabolik asidosis dan kematian apabila

tidak segera diatasi dengan baik. Gangguan hemostasis pada DHF

menyangkut 3 faktor yaitu : perubahan vaskuler, trombositopenia dan

gangguan koagulasi.

Renjatan hipovolemik yang terjadi sebagai akibat kehilangan plasma,

bila tidak segera teratasi akan terjadi anoxia jaringan, asidosis metabolic dan

kematian. Sebab lain kematian pada DHF adalah perdarahan hebat.

Perdarahan umumnya dihubungkan dengan trombositopenia, gangguan fungsi

trombosit dan kelainan fungsi trombosit.

Fungsi agregasi trombosit menurun mungkin disebabkan proses

imunologis terbukti dengan terdapatnya kompleks imun dalam peredaran

darah. Kelainan system koagulasi disebabkan diantaranya oleh kerusakan hati

yang fungsinya memang tebukti terganggu oleh aktifasi system koagulasi.

Masalah terjadi tidaknya DIC pada DHF/ DSS, terutama pada pasien dengan

perdarahan hebat.

4. Klasifikasi DBD

WHO, 1986 mengklasifikasikan DHF menurut derajat penyakitnya menjadi 4

golongan, yaitu :

a. Derajat I

Demam disertai gejala klinis lain, tanpa perdarahan spontan. Panas 2-7

hari, Uji tourniquet positif, trombositipenia, dan hemokonsentrasi.

b. Derajat II

Sama dengan derajat I, ditambah dengan gejala-gejala perdarahan spontan

seperti petekie, ekimosis, hematemesis, melena, perdarahan gusi.

c. Derajat III

10

Page 11: file · Web viewTujuan dari pembuatan makalah ini adalah agar dapat lebih memahami tentang Demam Berdarah Dengue dan memahami Asuhan Keperawatan

Ditandai oleh gejala kegagalan peredaran darah seperti nadi lemah dan

cepat (>120x/mnt ) tekanan nadi sempit ( £ 120 mmHg ), tekanan darah

menurun, (120/80 ; 120/100 ; 120/110 ; 90/70 ; 80/70 ; 80/0 ; 0/0 )

d. Derajat IV

Nadi tidak teraba, tekanan darah tidak teratur (denyut jantung ³ 140x/mnt)

anggota gerak teraba dingin, berkeringat dan kulit tampak biru.

5. Tanda dan Gejala Penyakit DBD

Diagnosa penyakit DBD dapat dilihat berdasarkan kriteria diagnosa

klinis dan laboratoris. Berikut ini tanda dan gejala penyakit DBD yang dapat

dilihat dari penderita kasus DBD dengan diagnosa klinis dan laboratoris :

a. Diagnosa Klinis

1). Demam tinggi mendadak 2 sampai 7 hari (38 – 40 º C).

2). Manifestasi perdarahan dengan bentuk: uji Tourniquet positif , Petekie

(bintik merah pada kulit), Purpura(pendarahan kecil di dalam kulit),

Ekimosis, Perdarahan konjungtiva (pendarahan pada mata), Epistaksis

(pendarahan hidung), Perdarahan gusi, Hematemesis (muntah darah),

Melena (BAB darah) dan Hematuri (adanya darah dalam urin).

3). Perdarahan pada hidung dan gusi.

4). Rasa sakit pada otot dan persendian, timbul bintik-bintik merah pada

kulit akibat pecahnya pembuluh darah.

5). Pembesaran hati (hepatomegali).

6). Renjatan (syok), tekanan nadi menurun menjadi 20 mmHg atau kurang,

tekanan sistolik sampai 80 mmHg atau lebih rendah.

7). Gejala klinik lainnya yang sering menyertai yaitu anoreksia (hilangnya

selera makan), lemah, mual, muntah, sakit perut, diare dan sakit kepala.

b. Diagnosa Laboratoris

1).Trombositopeni pada hari ke-3 sampai ke-7 ditemukan penurunan

trombosit hingga 100.000 /mmHg.

2). Hemokonsentrasi, meningkatnya hematrokit sebanyak 20% atau lebih.

(Depkes RI, 2005).

11

Page 12: file · Web viewTujuan dari pembuatan makalah ini adalah agar dapat lebih memahami tentang Demam Berdarah Dengue dan memahami Asuhan Keperawatan

6. Pemeriksaan Penunjang dan Diagnosis

Menurut Hindra Irawan Satari (2005) ada beberapa pemeriksaan pada

pasien DBD, diantaranya :

a. Tes Tourniquet yang positif

b. Pemeriksaan Hematologi, beberapa diantaranya :

1). Hematokrit

Nilai hematokrit biasanya mulai meningkat pada hari ketiga dari

perjalanan penyakit dan makin meningkat sesuai dengan proses

perjalanan penyakit DBD.

2). Hemoglobin

Kadar hemoglobin pada hari-hari pertama biasanya normal atau

sedikit menurun. Tetapi kemudian kadarnya akan naik mengikuti

peningkatan hemokonsentrasi dan merupakan kelainan hematologi

paling awal yang dapat ditemukan pada DBD.

3). Jumlah leukosit dan hitung jenis

Pada penderita DBD dapat terjadi leukopenia ringan sampai

leukositosis sedang. Leukopenia dapat dijumpai antara hari pertama dan

ketiga dengan hitung jenis yang masih dalam batas normal. Jumlah

granulosit menurun pada hari ketiga sampai kedelapan.

4). Trombosit

Trombositopenia merupakan salah satu kriteria sederhana yang

diajukan oleh WHO sebagai diagnosis klinis peyakit DBD. Jumlah

trombosit biasanya masih normal selama 3 hari pertama.

Trombositopenia mulai tampak beberapa hari setelah panas, dan

mencapai titik terendah pada fase syok.

c. Diagnosis Laboratorium Infeksi Virus Dengue, uji laboratorium meliputi:

1). Isolasi Virus Dengue

Isolasi virus merupakan cara yang paling baik dala arti sangat

menentukan, tetapi diperlukan peralatan dan teknik yang canggih,

sehingga tidak dipakai secara rutin.

12

Page 13: file · Web viewTujuan dari pembuatan makalah ini adalah agar dapat lebih memahami tentang Demam Berdarah Dengue dan memahami Asuhan Keperawatan

2). Pemeriksaan Serologi

Uji serologi dengan mendeteksi kenaikan antibodi jauh lebih

sederhana dan lebih cepat, tetapi kros reaksi antibodi antara virus

dengue dan virus dari kelompok flavirus dapat memberikan hasil positif

palsu.

Ditemukannya anti bodi IgG ataupun AgM yang meningkatkan

tinggi titernya mencapai empat kali lipat terhadap satu atau lebih

antigen dengue dalam spesimen serta berpandangan. Dibuktikan adanya

virus dengue dari jaringan otopsi dengan cara immunokimiawi atau

dengan cara immuno-flouresens, ataupun di dalam spesimen serum

dengan uji ELISA.

d. Pemeriksaan Radiologi dan USG

Pada pemeriksaan radiologi dan USG kasus DBD, terdapat beberapa

kelainan yang dapat dideteksi, yaitu : dilatasi pembuluh paru, efusi pleura,

kardiomegali, efusi perikard, hepatomegali, cairan dalam rongga

peritoneum.

7. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan penderita dengan DHF adalah sebagai berikut :

a. Tirah baring atau istirahat baring.

b. Diet makan lunak.

c. Minum banyak (2 – 2,5 liter/24 jam) dapat berupa : susu, teh manis, sirup

dan beri penderita sedikit oralit, pemberian cairan merupakan hal yang

paling penting bagi penderita DHF.

d. Pemberian cairan intravena (biasanya ringer laktat, NaCl Faali) merupakan

cairan yang paling sering digunakan.

e. Monitor tanda-tanda vital tiap 3 jam (suhu, nadi, tensi, pernafasan) jika

kondisi pasien memburuk, observasi ketat tiap jam.

f. Periksa Hb, Ht dan trombosit setiap hari.

g. Pemberian obat antipiretik sebaiknya dari golongan asetaminopen.

h. Monitor tanda-tanda perdarahan lebih lanjut.

i. Pemberian antibiotik bila terdapat kekuatiran infeksi sekunder.

13

Page 14: file · Web viewTujuan dari pembuatan makalah ini adalah agar dapat lebih memahami tentang Demam Berdarah Dengue dan memahami Asuhan Keperawatan

j. Monitor tanda-tanda dan renjatan meliputi keadaan umum, perubahan

tanda-tanda vital, hasil pemeriksaan laboratorium yang memburuk.

k. Bila timbul kejang dapat diberikan Diazepam. Pada kasus dengan renjatan

pasien dirawat di perawatan intensif dan segera dipasang infus sebagai

pengganti cairan yang hilang dan bila tidak tampak perbaikan diberikan

plasma atau plasma ekspander atau dekstran sebanyak 20 – 30 ml/kg BB.

l. Pemberian cairan intravena baik plasma maupun elektrolit dipertahankan 12

– 48 jam setelah renjatan teratasi. Apabila renjatan telah teratasi nadi

sudah teraba jelas, amplitudo nadi cukup besar, tekanan sistolik 20 mmHg,

kecepatan plasma biasanya dikurangi menjadi 10 ml/kg BB/jam. Transfusi

darah diberikan pada pasien dengan perdarahan gastrointestinal yang

hebat. Indikasi pemberian transfusi pada penderita DHF yaitu jika ada

perdarahan yang jelas secara klinis dan abdomen yang makin tegang

dengan penurunan Hb yang mencolok.

Pada DBD tanpa renjatan hanya diberi banyak minum yaitu 1½-2 liter

dalam 24 jam. Cara pemberian sedikit demi sedikit dengan melibatkan orang

tua. Infus diberikan pada pasien DBD tanpa renjatan apabila :

a. Pasien terus menerus muntah, tidak dapat diberikan minum sehingga

mengancam terjadinya dehidrasi.

b. Hematokrit yang cenderung mengikat.

8. Komplikasi

Menurut Hindra Irawan Satari (2005) komplikasi DBD tersebut

diantaranya :

a. Syok

Syok ditandai dengan denyut nadi cepat dan lemah tekanan darah

menurun (menjadi 20 mmHg atau kurang). Syok merupakan tanda

kegawatan yang harus mendapat perhatian serius, oleh kareha bila tidak

diatasi sebaik-baiknya dan secepatnya dapat menyebabkan kematian.

b. Ensefalopati Dengue

Pada umumnya ensefalopati terjadi sebagai komplikasi syok yang

berkepanjangan dengan perdarahan, tetapi dapat juga terjadi pada DBD

14

Page 15: file · Web viewTujuan dari pembuatan makalah ini adalah agar dapat lebih memahami tentang Demam Berdarah Dengue dan memahami Asuhan Keperawatan

yang tidak disertai syok. Melihat ensefalopati DBD bersifat sementara,

maka kemungkinan dapat juga disebabkan oleh trombosis pembuluh

darah otak sementara sebagai akibat koagulasi intravaskuler yang

menyeluruh.

c. Kelainan Ginjal

Untuk mencegah gagal ginjal maka setelah syok diobati dengan

menggantikan volume intravaskuler, penting diperhatikan apakah syok

telah teratasi dengan baik.

d. Udem Paru

Udem paru aadalah komplikasi yang mungkin terjadi sebagai

akibat pemberian cairan yang berlebihan.

15

Page 16: file · Web viewTujuan dari pembuatan makalah ini adalah agar dapat lebih memahami tentang Demam Berdarah Dengue dan memahami Asuhan Keperawatan

9. WOC DBD

Infeksi virus dengue

Viremia

16

Suhu tubuh

Nafsu makan

Anoreksia

Reaksi ImunologiMk : Hipertermi

Pelepasan Histamin

Mk : Ketidakseimbangan Nutrisi kurang dari

kebutuhan

Peningkatan Permeabilitas

vaskuler

Mual, sakit kepala, nyeri epigastrium

Kebocoran Plasma

Hipovolemia

Mk : Ggn rasa nyaman nyeri

Hemokonsentrasi

Mk : Ggn Vol cairan

Hipoksia Jaringan, metabolisme

anaerob

Syok

Asidosis Metabolik

Kematian

Mk : Ggn pertukaran Gas

Page 17: file · Web viewTujuan dari pembuatan makalah ini adalah agar dapat lebih memahami tentang Demam Berdarah Dengue dan memahami Asuhan Keperawatan

D.Landasan Teoritis Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian

a. Identitas

DHF merupakan penyakit daerah tropis yang sering menyebabkan

kematian anak, remaja dan dewasa ( Effendy, 1995 )

b. Keluhan Utama

Pasien mengeluh panas, sakit kepala, lemah, nyeri ulu hati, mual dan

nafsu makan menurun.

c. Riwayat penyakit sekarang

Riwayat kesehatan menunjukkan adanya sakit kepala, nyeri otot, pegal

seluruh tubuh, sakit pada waktu menelan, lemah, panas, mual, dan nafsu

makan menurun.

d. Riwayat penyakit terdahulu

Tidak ada penyakit yang diderita secara specific.

e. Riwayat penyakit keluarga

Riwayat adanya penyakit DHF pada anggota keluarga yang lain

sangat menentukan, karena penyakit DHF adalah penyakit yang bisa

ditularkan melalui gigitan nyamuk aides aigepty.

f. Riwayat Kesehatan Lingkungan

Biasanya lingkungan kurang bersih, banyak genangan air bersih

seperti kaleng bekas, ban bekas, tempat air minum burung yang jarang

diganti airnya, bak mandi jarang dibersihkan.

g. Riwayat Tumbuh Kembang

h. Pengkajian Per Sistem

1). Sistem Pernapasan

Sesak, perdarahan melalui hidung, pernapasan dangkal, epistaksis,

pergerakan dada simetris, perkusi sonor, pada auskultasi terdengar

ronchi, krakles.

2). Sistem Persyarafan

Pada grade III pasien gelisah dan terjadi penurunan kesadaran serta

pada grade IV dapat trjadi DSS

17

Page 18: file · Web viewTujuan dari pembuatan makalah ini adalah agar dapat lebih memahami tentang Demam Berdarah Dengue dan memahami Asuhan Keperawatan

3). Sistem Cardiovaskuler

Pada grde I dapat terjadi hemokonsentrasi, uji tourniquet positif,

trombositipeni, pada grade III dapat terjadi kegagalan sirkulasi, nadi

cepat, lemah, hipotensi, cyanosis sekitar mulut, hidung dan jari-jari, pada

grade IV nadi tidak teraba dan tekanan darah tak dapat diukur.

4). Sistem Pencernaan

Selaput mukosa kering, kesulitan menelan, nyeri tekan pada

epigastrik, pembesarn limpa, pembesaran hati, abdomen teregang,

penurunan nafsu makan, mual, muntah, nyeri saat menelan, dapat

hematemesis, melena.

5). Sistem perkemihan

Produksi urine menurun, kadang kurang dari 30 cc/jam, akan

mengungkapkan nyeri sat kencing, kencing berwarna merah.

6). Sistem Integumen.

Terjadi peningkatan suhu tubuh, kulit kering, pada grade I terdapat

positif pada uji tourniquet, terjadi pethike, pada grade III dapat terjadi

perdarahan spontan pada kulit.

i. Pengkajian Pola Fungsional Gordon

1) Pola persepsi dan penanganan kesehatan

Biasanya pada pasien DBD mengalami perubahan penatalaksanaan

kesehatan yang dapat menimbulkan masalah dalam kesehatannya

2) Pola nutrisi dan metabolisme

Biasanya pada pasien DBD adanya mual, penurunan nafsu makan

selama sakit, nyeri saat menelan sehingga dapat mempengaruhi status

nutrisi berubah

3) Pola aktifitas dan latihan

Biasanya pada pasien DBD akan terganggu aktifitasnya akibat

adanya kelemahan fisik serta pasien akan mengalami keterbatasan gerak

akibat penyakitnya

18

Page 19: file · Web viewTujuan dari pembuatan makalah ini adalah agar dapat lebih memahami tentang Demam Berdarah Dengue dan memahami Asuhan Keperawatan

4) Pola tidur dan aktifitas

Biasanya pada pasien DBD kebiasaan tidur akan terganggu

dikarenakan suhu badan yang meningkat, sehingga pasien merasa gelisah

pada waktu tidur

5) Pola eliminasi

Kebiasaan dalam buang BAK akan terjadi refensi bila dehidrasi

karena panas yang meninggi, konsumsi cairan yang tidak sesuai dengan

kebutuhan

6) Pola reproduksi dan sexual

Pada pola reproduksi dan sexual pada pasien yang telah atau

sudah menikah akan terjadi perubahan

7) Pola persepsi dan pengetahuan/kognitif

Perubahan kondisi kesehatan dan gaya hidup akan mempengaruhi

pengetahuan dan kemampuan dalam merawat diri

8) Pola persepsi dan konsep diri

Terjadi perubahan apabila pasien tidak efektif dalam mengatasi

masalah penyakitnya

9) Pola penanggulangan stress

Biasanya pada pasien DBD stres timbul apabila seorang pasien

tidak efektif dalam mengatasi masalah penyakitnya

10) Pola Peran dan Hubungan

Adanya kondisi kesehatan mempengaruhi terhadap hubungan

interpersonal dan peran serta mengalami tambahan dalam menjalankan

perannya selama sakit

11) Pola tata nilai dan kepercayaan

Timbulnya distres dalam spiritual pada pasien, maka pasien akan

menjadi cemas dan takut akan kematian, serta kebiasaan ibadahnya akan

terganggu.

19

Page 20: file · Web viewTujuan dari pembuatan makalah ini adalah agar dapat lebih memahami tentang Demam Berdarah Dengue dan memahami Asuhan Keperawatan

2.Perumusan Diagnosa

Data Subjektif/Objektif Etiologi Masalah

Keperawatan

DO:

Suhu tubuh >37,5

Klien Gelisah

Klien Berkeringat

DS:

Klien mengeluh

badannya terasa

panas

Klien mengeluh

merasa tidak

nyaman

proses infeksi virus dengue

Viremia

Termoregulasi

demam

Hipertermi

DO:

Suhu klien>37,5

Mukosa bibir pucat,

kering dan pecah-

pecah

Turgor kulit tidak

elastis

DS:

Klien mengeluh mual

dan muntah

Klien mengeluh

kehausan

klien mengeluh

badannya terasa

lemas

Peningkatan suhu tubuh

Ektravasasi cairan

Intake kurang

Volume plasma berkurang

Penurunan volume cairan

tubuh

Kekurangan

volume cairan

tubuh

20

Page 21: file · Web viewTujuan dari pembuatan makalah ini adalah agar dapat lebih memahami tentang Demam Berdarah Dengue dan memahami Asuhan Keperawatan

DO:

BB Klien menurun

Klien mual

Klien Anoreksia

DS:

Klien mengatakan

tidak nafsu makan

Nafsu makan menurun

Intake nutrisi tidak adekuat

Nutrisi kurang dari

kebutuhan

Perubahan nutrisi

kurang dari

kebutuhan tubuh

Diagnosa Keperawatan:

a. Hipertermi b/d proses infeksi virus dengue

b. Kekurangan volume cairan tubuh b/d kehilangan cairan ; peningkatan

permeabilitas kapiler

c. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d intake yang tidak

adekuat

3. Penentuan Kriteria Hasil (NOC)

a. Hipertermi b.d proses infeksi virus dengue

NOC:

1). Thermoregulasi

indikator:

a). Temperatur kulit (dalam batas normal)

b). Temperatur tubuh (dalam batas normal)

c). Tidak ada sakit kepala

d). Tidak ada perubahan warna kulit

e). Nadi dalam batas normal

f). Pernafasan dalam batas normal.

2). Hydrasi

indikator:

a) Tidak Muncul rasa haus yang abnormal.

b) Tidak ada demam.

c) Berkeringat dalam batas normal.

21

Page 22: file · Web viewTujuan dari pembuatan makalah ini adalah agar dapat lebih memahami tentang Demam Berdarah Dengue dan memahami Asuhan Keperawatan

d) Urine yang keluar (batasan normal).

e) TD (batasan normal).

f) Hematokrit (batasan normal).

b. Kekurangan volume cairan tubuh b.d kehilangan cairan ; peningkatan

permeabilitas kapiler

NOC:

1). Fluid balance

indikator:

a) Tekanan darah dalam batas normal.

b) Nadi dalam batas normal.

c) Keseimbangan antara intake dan Output.

d) Turgor kulit bagus.

e) Mukosa kulit bagus/normal.

f) Hematokrit normal.

g) Elektrolit serum normal.

2). Nutritional status : food and fluid intake Fluid management

indikator:

a) intake oral adekuat.

b) intake cairan adekuat.

c. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d intake yang tidak

adekuat

NOC:

1. Nutritional status : nutrition intake

Indikator :

a) kalori intake adekuat.

b) protein intake adekuat.

c) karbohidrat intake adekuat.

d) vitamin intake adekuat.

e) mineral intake adekuat.

22

Page 23: file · Web viewTujuan dari pembuatan makalah ini adalah agar dapat lebih memahami tentang Demam Berdarah Dengue dan memahami Asuhan Keperawatan

4. Perumusan Intervensi Keperawatan (NIC)

a. Hipertermi b.d proses infeksi virus dengue

NIC:

1). Pemantauan/Pemeriksaan TTV :

a) Pantau TD, nadi, temperatur suhu dan pernafasan.

b) Pergerakan dan fluktuasi dalam TD.

c) Pantau TD waktu pasien berbaring, duduk dan berdiri.

d) Auskultasi TD di kedua lengan dan bandingkan.

e) Berinisiasi dan mengatur/menjaga kesinambungan temperatur.

f) Pantau kualitas dan munculnya nadi.

g) Pantau ritme dan frekuensi jantung.

h) Pantau suara jantung.

i) Pantau suara frekuensi pernapasan dalam ritmenya.

j) Pantau ketidaknormalan pola pernafasan.

k) Pantau warna kulit, temperatur.

l) Pantau ada tidaknya sianosis pada central maupun perifer.

m) Identifikasi kemungkinan adanya penyebab perubahan pada tanda-

tanda vital.

n) Periksa secara periodik keakuratan instrumen, yang digunakan untuk

melengkapi data pasien.

2). Perawatan Demam :

a) Pantau temperatur suhu tubuh secara teratur/berkala.

b) Pantau kehidupan cairan yang tidak kelihatan.

c) Pantau perubahan warna kulit dan temperatur suhu tubuh.

d) Pantau TD, nadi, respirasi.

23

Page 24: file · Web viewTujuan dari pembuatan makalah ini adalah agar dapat lebih memahami tentang Demam Berdarah Dengue dan memahami Asuhan Keperawatan

e) Pantau penurunan tingkat kesadaran.

f) Pantau nilai WBC, HTC.

g) Pantau masukan dan pengeluaran cairan.

h) Rencanakan pengobatan untuk mengobati penyebab demam.

i) Berikan selimut untuk menyelimuti klien.

j) Tingkatkan pemasukan cairan melalui IV.

b. Kekurangan volume cairan tubuh b.d kehilangan cairan ; peningkatan

permeabilitas kapiler

NIC:

1). Fluid management :

a) Pertahankan intake dan ouput yang akurat.

b) Monitor status hidrasi (kelembaban membarn mukosa, nadi adekuat,

tekanan darah ortostatik) jika diperlukan.

c) Monitor hasil lab yang sesuai dengan retensi cairan (BUN , Ht ,

osmolalitas urin).

d) Monitor vital sign.

e) Monitor masukkan makanan / cairan dan hitung intake kalori harian

f) Kolaborasikan pemberian cairan IV.

g) Monitor status nutrisi.

h) Berikan cairan IV pada suhu ruangan.

i) Dorong masukkan oral.

j) Kolaborasi dokter jika tanda cairan berlebihan muncul memburuk.

c. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d intake yang tidak adekuat

1). Manajemen Nutrisi :

a) Catat jika klien memiliki alergi makanan.

b) Tentukan jumlah kalori dan tipe nutrien yang dibutuhkan.

c) Dorong asupan kalori sesuai tipe tubuh dan gaya hidup.

24

Page 25: file · Web viewTujuan dari pembuatan makalah ini adalah agar dapat lebih memahami tentang Demam Berdarah Dengue dan memahami Asuhan Keperawatan

d) Dorong asupan zat besi.

e) Berikan gula tambahan k/p.

f) Berikan makanan tinggi kalori, protein dan minuman yang mudah

dikonsumsi.

g) Ajarkan keluarga cara membuat catatan makanan.

h) Monitor asupan nutrisi dan kalori.

i) Timbang berat badan secara teratur.

j) Berikan informasi tentang kebutuhan nutrisi dan bagaimana

memenuhinya.

k) Ajarkan teknik penyiapan dan penyimpanan makanan.

l) Tentukan kemampuan klien untuk memenuhi kebutuhan nutrisinya.

2). Monitor nutrisi :

a) BB klien dalam interval spesifik.

b) Monitor adanya penurunan BB.

c) Monitor tipe dan jumlah nutrisi untuk aktivitas biasa.

d) Monitor respon emosi klien saat berada dalam situasi yang

mengharuskan makan.

25