epidemiologi deskriptif penyakit demam berdarah dengue di kelurahan keraton martapura

72
“Epidemiologi Deskriptif dan Analtik Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) di Kelurahan Keraton Martapura” Mata Kuliah Epidemiologi Dosen :Nova Annisa,Ssi.MS DisusunOleh : Sofian Noor H1E114030 Gezan Giryan Noor H1E114036 Gusti Selvia Ayu A. H1E114042 Erika Meliana H1E114202 UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT FAKULTAS TEKNIK 1

Upload: sofianalfarisi

Post on 16-Apr-2017

4.857 views

Category:

Education


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: Epidemiologi Deskriptif Penyakit Demam Berdarah Dengue di Kelurahan Keraton Martapura

“Epidemiologi Deskriptif dan Analtik Penyakit Demam Berdarah Dengue

(DBD) di Kelurahan Keraton Martapura”

Mata Kuliah Epidemiologi

Dosen :Nova Annisa,Ssi.MS

DisusunOleh :

Sofian Noor H1E114030

Gezan Giryan Noor H1E114036

Gusti Selvia Ayu A. H1E114042

Erika Meliana H1E114202

UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

FAKULTAS TEKNIK

PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN

2015-2016

1

Page 2: Epidemiologi Deskriptif Penyakit Demam Berdarah Dengue di Kelurahan Keraton Martapura

KATA PENGANTAR

Dengan kerendahan hati , penulis mengucapkan puji dan syukur atas kehadiran Allah SWT, yang melimpahkan rahmat dan karunianya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan observasi ini. Syalawat beriring salam, penulis ucapkan kepadaNabi Muhammad SAW, selaku inspirasi dari seluruh umat islam di dunia.

Dalam penulisan makalah ini penulis tidak terlepas dari berbagai hambatan dan halangan,baik dalam struktur penulisan, penyampaian isi, penyusunan kalimat dan pemakaian tanda baca, tapi berkat bantuan berbagai pihak sehingga makalah observasi epidemiologi ini dapat tersusun dengan baik, oleh karena itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:

1.Ibu Nova Annisa,Ssi.MS selaku dosen mata kuliah Epidemiologi.

2.Ibu selaku kepala puskesmas pasayangan martapura.

3.Masyarakat penduduk desa pasayangan kecamatan martapura kota.

4.Rekan-rekan kelompok yang ikut berpartisipasi.

Banjarbaru, 28 Desember 2015

Penulis

2

Page 3: Epidemiologi Deskriptif Penyakit Demam Berdarah Dengue di Kelurahan Keraton Martapura

DAFTAR ISI

Kata Pengantar............................................................................................... i

Daftar Isi......................................................................................................... ii

Daftar Tabel.................................................................................................... iv

Daftar Gambar................................................................................................ v

BAB I. PENDAHULUAN1.1 Latar Belakang......................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah.................................................................... 2

1.3 Tujuan...................................................................................... 2

1.4 Manfaat.................................................................................... 2

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA2.1 Epidemiologi Deskriptif.......................................................... 3

2.2 Study Epidemiologi Analitik................................................... 7

2.3 Tujuan Study Epidemiologi Analitik...................................... 7

2.4 Jenis Study Epidemiologi Analitik.......................................... 8

2.5 Variabel/Karakteristik Waktu dan Tempat(Lingkungan) pada

Epidemiologi Deskriptif Analitik............................................ 14

2.6 PENYAKIT DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD)........ 22

3

Page 4: Epidemiologi Deskriptif Penyakit Demam Berdarah Dengue di Kelurahan Keraton Martapura

BAB III. PEMBAHASAN1 Hasil......................................................................................... 31

2 Pembahasan............................................................................. 32

3.2.1 Karakterisitik Individu dengan Faktor............................ 32

3.2.2 Karakteristik Tempat...................................................... 33

3.2.3 Karakterisitk Waktu........................................................ 35

3.2.4 Kombinasi Karakterisitik Individu,Tempat,danWaktu... 35

BAB IV. PENUTUP 1.1 Kesimpulan.............................................................................. 36

1.2 Saran........................................................................................ 36

DAFTAR RUJUKAN.................................................................................... 37

LAMPIRAN................................................................................................... 40

4

Page 5: Epidemiologi Deskriptif Penyakit Demam Berdarah Dengue di Kelurahan Keraton Martapura

DAFTAR TABEL

Tabel1. Data penderitapenyakit DBD di PuskesmasPasayanganrentanwaktu 2008-

2013............................................................................................. 27

Tabel2. Karakteristiktempat RT.14 KelurahanKeratonMartapura................ 30

5

Page 6: Epidemiologi Deskriptif Penyakit Demam Berdarah Dengue di Kelurahan Keraton Martapura

DAFTAR GAMBAR

Gambar1. Proses pengambilan data di puskesmas....................................... 27

Gambar2. Foto bersama beberapa penduduk kelurahan keratonsetelah wawancara

mengenai pengetahuan DBD.......................................................................... 28

Gambar3. Keadaan salah satu tempat disekitar kelurahan keraton.............. 29

Gambar4. Proses pengambilan sample jentik di salah satu rumah warga.... 30

6

Page 7: Epidemiologi Deskriptif Penyakit Demam Berdarah Dengue di Kelurahan Keraton Martapura

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Epidemiologi berasal dari bahasa yunani kuno, yaitu epi yang berarti diantara,

demos yang berarti masyarakat, dan logos yang berarti kajian. Jadi epidemiologi

dapat kita artikan sebagai kajian tentang apa yang terjadi di dalam kehidupan

masyarakat (Ferasyi, 2012).

Epidemiologi merupakan ilmu pengetahuan terapan yang mempelajari tentang

timbulnya penyakit atau masalah kesehatan yang menimpa masyarakat. dimana ilmu

pengetahuan epidemiologi digunakan community health nursing CHN sebagai alat

meneliti dan mengobservasi pada pekerjaan dan sebagai dasar untuk intervensi dan

evaluasi literatur riset epidemiologi. Pengetahuan ini memberi kerangka acuan untuk

perencanaan dan evaluasi program intervensi masyarakat, mendeteksi segera dan

pengobatan penyakit, serta meminimalkan kecacatan.

Epidemiologi mempunyai tiga fungsi utama, yaitu menerangkan tentang

besarnya masalah dan gangguan kesehatan (termasuk penyakit) serta penyebarannya

dalam suatu penduduk tertentu, menyiapkan data/informasi yang esensial untuk

keperluan perencanaan, pelaksanaan program, serta evaluasi berbagai kegiatan

pelayanan (kesehatan) pada masyarakat, baik yang bersifat pencegahan dan

penanggulangan penyakit maupun bentuk lainnya serta menentukan skala prioritas

terhadap kegiatan tersebut dan mengidentifikasi berbagai factor yang menjadi

penyebab masalah atau factor yang berhubungan dengan terjadinya masalah tersebut

(Noor, 2012).

Untuk melaksanakan fungsi tersebut, para ahli epidemiologi lebih memusatkan

perhatiannya pada berbagai sifat karakteristik individu dalam suatu populasi tertentu

7

Page 8: Epidemiologi Deskriptif Penyakit Demam Berdarah Dengue di Kelurahan Keraton Martapura

seperti sifat karakteristik biologis, sosio-ekonomo, demografis, kebiasaan individu

serta sifat karakteristik genetis penerapannya (Noor, 1996).

Penyakit Demam Berdarah Dengue merupakan salah satu penyakitmenular

yang berbahaya dapatmenimbulkan kematian dalam waktu singkat dansering

menimbulkan wabah. Penyakitinipertama kaliditemukan diFilipina pada tahun 1953

dan selanjutnyamenyebar ke berbagainegara. Di Indonesia penyakit ini pertama kali

dilaporkanpadatahun 1968 di Surabaya dengan jumlah penderita 58 orang dengan

kematian 24 orang (41,3%).Selanjutnya sejak saat itu penyakit Demam Berdarah

Dengue cenderung menyebarke seluruh tanah air Indonesia dan mencapai puncaknya

pada tahun 1988 denganinsidens rate mencapai 13,45 % per 100.000 penduduk.

Keadaan ini erat kaitannya dengan meningkatnya mobilitaspendudukdan sejalan

dengan semakin lancarnya hubungantranspotasi(Siregar,2004).

8

Page 9: Epidemiologi Deskriptif Penyakit Demam Berdarah Dengue di Kelurahan Keraton Martapura

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan masalah sebagai

berikut :

1. Apakah itu Epidemiologi deskriptif ?

2. Apakah itu Epidemiologi analitik ?

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun Tujuan dari Penelitian ini Adalah :

1. Mengetahui pengertian epidemiologi deskriptif

2. Mengetahui pengertian epidemiologi analitik

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat dari Penelitian ini adalah :

1. Dapat mengetahui pengertian epidemiologi deskriptif

2. Dapat mengetahui pengertian epidemiologi analitik

9

Page 10: Epidemiologi Deskriptif Penyakit Demam Berdarah Dengue di Kelurahan Keraton Martapura

2.1 EPIDEMIOLOGI DESKRIPTIF

a.    Epidemiologi deskriptif, yaitu Cross Sectional Study/studi potong lintang/studi

prevalensi atau survei. Epidemiologi deskirptiif adalah studi pendekatan epidemiologi

yang bertujuan untuk menggambarkan masalah kesehatan yang terdapat di dalam

masyarakat dengan menentukan frekuensi, distribusi dan determinan penyakit

berdsarkan atribut & variabel menurut segitiga epidemiologi (orang, Tempat, dan

Waktu)

Studi Deskriptif disebut juga studi prevalensi atau studi pendahuluan dari studi

analitik ayng dapat dilakukan suatu saat atau suatu periode tertentu. Jika studi ini

ditujukan kepada sekelompok masyarakat tertentu yang mempunyai masalah

kesehatan maka disebutlah studi kasus tetapi jika ditujukan untuk pengamatan secara

berkelanjutan maka disebutlah dengan surveilans serta bila ditujukan untuk

menganalisa faktor penyebab atau risiko maupun akibatnya maka disebut dengan

studi potong lintang atau cross sectional (bustan,2012).

Tujuan epidemiologi deskriptif adalah :

1. Untuk menggambarkan distribusi keadaan masalah kesehatan sehingga dapat

diduga kelompok mana di masyarakat yang paling banyak terserang.

2. Untuk memperkirakan besarnya masalah kesehatan pada berbagai kelompok.

3. Untuk mengidentifikasi dugaan adanya faktor yang mungkin berhubungan terhadap

masalah kesehatan (menjadi dasar suatu formulasi hipotesis).

Kategori berdasarkan unit pengamatan atau analisis epidemiologi deskriptif

dibagi 2 yaitu:

Populasi : Studi Korelasi Populasi, Rangkaian Berkala (time series).

Individu : Laporan Kasus (case report), Rangkaian Kasus (case series), Studi

Potong Lintang (Cross-sectional).

Adapun Ciri-ciri studi deskriptif sebagai berikut:

1. Bertujuan untuk menggambarkan

2. Tidak terdapt kelompok pembanding

10

Page 11: Epidemiologi Deskriptif Penyakit Demam Berdarah Dengue di Kelurahan Keraton Martapura

3. Hubunga seba akiba hanya merupakan suatu perkiraan ataau semacam asumsi

4. Hasil penelitiannya berupa hipotesis

5. Merupakan studi pendahluan untuk studi yang mendalam

Hasil penelitian deskriptif dapat di gunakan untuk:

1. Untuk menyusun perencanaan pelayanan kesehatan

2. Untuk menentukan dan menilai program pemberantasan penyakit yang telah

dilaksanakan

3. sebagai bahan untuk mengadakan penelitain lebih lanjut

4. Untuk Membandingkan frekuensi distribusi morbiditas atau mortalitas antara wilayah

atau satu wil dalam waktu yang berbeda.

Konsep yang terpenting juga dalam studi epidemiologi deskriptif adalah

bagaimana menjawab pertanyaan 5W+1H. Hal tersebut mengacu pada variabel-

variabel segitiga epidemiologi terdiri dari orang (person), tempat (place) dan waktu

(time).(Syaffrudin,2012).

Pembagian Studi Epidemiologi Deskriptif antara lain adalah :

a.    Laporan kasus

Laporan kasus merupakan rancangan studi yang menggambarkan kejadian

satu kasus baru yang menarik, misalnya laporan kasus pada tahun 2014 tentang 1

perempuan berusia 40 tahun di Paris yang terkena Ebola.

Tujuan Laporan Kasus (Case Report)

1.    Diperoleh informasi tentang distribusi frekwensi penyakit/masalah kesehatan yang

diteliti

2.    Diperoleh informasi tentang kelompok yang berisiko tinggi terhadap penyakit

3.    Dapat dipakai untuk membangun/memformulasikan hipotesis baru

Kelebihan studi ini adalah:

o Sebagai langkah awal untuk mempelajari suatu penyakit

o Sebagai jembatan antara penelitian klinis dan penelitian epidemilogi

o Dapat digunakan untuk sebagai dasar penelitian lebih lanjut :

o Dengan melihat kelompok yang berisiko tinggi

11

Page 12: Epidemiologi Deskriptif Penyakit Demam Berdarah Dengue di Kelurahan Keraton Martapura

Kelemahan studi ini adalah

o   Tidak ada grup kontrol

o   Tidak dapat dilakukan uji hipotesis

o   Gambaran distribusi, frekwensi penyakit yang diperoleh tidak dapat mewakili

populasi

o   Hanya berdasarkan kasus-kasus yang dilaporkan saja

b.    Laporan Seri Kasus

Laporan Seri Kasus adalah laporan tentang pengalaman menarik dari

sekelompok orang (group) dengan diagnosis yang sama yang berisi detail laporan

atau profil pasien (kasus).

Laporan ini bisa juga berupa kumpulan laporan kasus yang terjadi dalam

waktu singkat. Tahap lanjut dari case report yg menggambarkan bbrp pasien dengan

satu penyakit tertentu berdasarkan pada, misal: umur, jenis kelamin, status

perkawinan, gambaran klinis, dll. Misal: identifikasi kasus AIDS pada laki2

homosexual. Contoh lain: laporan 5 kasus flu burung pada tahun 2013 di Indonesia

dari sebelumnya tidak ada.

c.    Studi ekologi / korelasi

Studi Korelasi merupakan studi epidemiologi yang bertujuan untuk 

mendeskripsikan hubungan korelatif antara penyakit dengan karakteristik suatu

populasi pada waktu yang sama atau pada populasi yang sama pada waktu yang

berbeda.

Karakteristik dari populasi yang akan di teliti biasanya tergantung pada minat

seorang peneliti, misalnya, mengenai jenis kelamin, umur, kebiasaan mengkonsumsi

makanan tertentu, obat-obatan, rokok, aktifitas, tempat tinggal dan lain-lain.

Contohnya adalah :

a)    Hubungan antara tingkat penjualan obat anti asma dengan jumlah kematian yang

diakibatkan oleh penyakit ashma.

12

Page 13: Epidemiologi Deskriptif Penyakit Demam Berdarah Dengue di Kelurahan Keraton Martapura

b)    Hubungan antara jumlah konsumsi rokok pada satu wilayah dengan jumlah kematian

yang diakibatkan oleh penyakit paru.

1.    Koefisien Korelasi

Korelasi diukur dengan koefisien korelasi

o   Simbol yang dipakai biasanya “r”

o   Mengukur hubungan linear antara faktor risiko dan kejadian penyakit:

- Apakah untuk setiap unit perubahan pada level keterpaparan akan terjadi peningkatan

atau penurunan frekuensi penyakit secara proporsional

o   “r” bervariasi dari +1 dan -1

2.    Jenis-jenis Studi Korelasi

a)    Studi eksplorasi

Studi eksplorasi adalah jenis studi termudah dimana dalam studi ini dilakukan

observasi terhadap perbedaan geografis dalam hubungannya dengan disease rate

diantara berbagai region atau group. Tujuan studi ini untuk mendapatkan gambaran

yang mengarah pada etiologi lingkungan atau hipotesis etiologik khusus.

b)    Multiple Group Comparison

Studi ini mengamati hubungan antara rata-rata derajat keterpaparan

(exposure) dan disease rate diantara berbagai group (kelompok populasi).

c)    Time trend study or time series

Studi yang mengamati hubungan antara perubahan rata-rata keterpaparan

(exposure) dengan perubahan disease rate pada populasi tunggal (single population.

d)    Mixed Study

Studi yang mengamati perubahan rata-rata derajat keterpaparan (exposure)

dengan perubahan disease rate pada berbagai populasi.

3.    Tujuan Studi Korelasi

1)    Untuk mengembangkan etiologik hipotesis testing untuk menjelaskan kejadian suatu

penyakit

2)    Mengevaluasi efektifitas intervensi pada populasi seperti mengevaluasi pengetahuan

pada kegiatan health promotion.

13

Page 14: Epidemiologi Deskriptif Penyakit Demam Berdarah Dengue di Kelurahan Keraton Martapura

2.2 STUDI EPIDEMIOLOGI ANALITIK

            Epidemiologi analitik merupakan studi epidemiologi yang ditujukan untuk

mencari faktor-faktor penyebab timbulnya penyakit atau mencari penyebab terjadinya

variasi yaitu tinggi atau rendahnya frekuensi penyakit pada kelompok individu. (Eko,

2010)

                Epidemiologi analitik adalah epidemiologi yang menekankan pada

pencarian jawaban terhadap penyebab terjadinya frekuensi, penyebaran serta

munculnya suatu masalah kesehatan.Studi analitik digunakan untuk menguji

hubungan sebab akibat dan berpegangan pada pengembangan data baru. Kunci dari

studi analitik ini adalah untuk menjamin bahwa studi di desain tepat sehingga

temuannya dapat dipercaya (reliabel) dan valid(Barbara,2012).

            Penelitian eksperimen merupakan metode yang paling kuat untuk

mengungkapkan hubungan sebab akibat. Epidemiologi analitik menguji hipotesis dan

menaksir (mengestimasi) besarnya hubungan / pengaruh paparan terhadap penyakit.

Studi analitik merupakan studi epidemiologi yang menitikberatkan pada pencarian

hubungan sebab (faktor-faktor resiko) – akibat (kejadian penyakit).  Studi epidemiologi

analitik adalah studi epidemiologi yang menekankan pada pencarian jawaban tentang penyebab

terjadinya masalah kesehatan (determinal), besarnya masalah/ kejadian (frekuensi), dan penyebaran

serta munculnya masalah kesehatan (distribusi) dengan tujuan menentukan hubungan sebab akibat

anatara faktor resiko dan penyakit(Morrow,2010).

2.3    TUJUAN STUDI EPIDEMIOLOGI ANALITIK

Epidemologi Analitik adalah riset epidemiologi yang bertujuan untuk:

1.      Menjelaskan faktor-faktor resiko dan kausa penyakit.

2. Memprediksikan kejadian penyakit

3. Memberikan saran strategi intervensi yang efektif untuk pengendalian

penyakit.

14

Page 15: Epidemiologi Deskriptif Penyakit Demam Berdarah Dengue di Kelurahan Keraton Martapura

2.4      JENIS STUDI EPIDEMIOLOGI ANALITIK

Berdasarkan peran epidemiologi analitik dibagi 2 :

1.      Studi Observasional : Studi Kasus Control (case control), studi potong lintang

(cross sectional) dan studi Kohort.

2. Studi Eksperimental : Eksperimen dengan kontrol random (Randomized

Controlled Trial /RCT) dan Eksperimen Semu (kuasi).

2.4.1. STUDI OBSERVASIONAL

A. Studi potong lintang (Cross sectional)

                Rancangan cross sectional adalah suatu rancangan epidemiologi yang

mempelajari hubungan penyakit dan faktor penyebab yang mempengaruhi penyakit

tersebut dengan mengamati status faktor yang mempengaruhi penyakit tersebut secara

serentak pada individu atau kelompok pada satu waktu.

            Penelitian cross sectional adalah suatu penelitian dimana variabel-variabel

yang termasuk faktor resiko dan variabel-variabel yang termasuk efek diobservasi

sekaligus pada waktu yang sama.

Langkah – langkah penelitian cross sectional :

1.      Mengidentifikasi variabel-variabel penelitian dan mengidentifikasi faktor resiko dan faktor efek

2.      Menetapkan subjek penelitian.

3.      Melakukan observasi atau pengukuran variabel-variabel yang merupakan faktor resiko dan efek

sekaligus berdasarkan status keadaan variabel pada saat itu (pengumpulan data)

4.      Melakukan analisi korelasi dengan cara membandingkan proporsi antar kelompok-kelompok

hasil observasi (pengukuran)

Contoh : Ingin mengetahui hubungan antara anemia besi pada ibu hamil dengan Berat Badab Bayi

Lahir (BBL) denagn menggunakan rancanagn atau pendekatan cross sectional.

Ciri khas rancangan cross sectional :

a.       Peneliti melakukan observasi / pengukuran variabel pada suatu saat tertentu.

b.      Status seorang individu atas ada atau tidaknya kedua faktor baik pemajanan

(exposure) maupun penyakit yang dinilai pada waktu yang sama.

15

Page 16: Epidemiologi Deskriptif Penyakit Demam Berdarah Dengue di Kelurahan Keraton Martapura

c.       Hanya menggambarkan hubungan aosiasi bukan sebab akibat.

d.      Apabila penerapannya pada studi deskriptif, peneliti tidak melakukan tindak lanjut

terhadap pengukuran yang dilakukan.

Kelebihan rancangan cross sectional :

a.       Mudah dilaksanakan.

b.      Sederhana.

c.       Ekonomis dalam hal waktu.

d.      Hasilnya dapat diperoleh dengan cepat.

e.       Dalam waktu bersamaan dapat dikumpulkan variabel yang banyak, baik variabel

resiko maupun efek

Kekurangan rancangan cross sectional :

a.       Diperlukan subjek penelitian yang besar.

b.      Tidak dapat menggambarkan perkembangan penyakit secara akurat.

c.       Tidak valid untuk meramalkan suatu kecenderungan.

d.      Kesimpulan korelasi faktor resiko dengan efek paling lemah bila dibandingan

dengan dua rancangan epidemiologi yang lain

B. Kasus kontrol (case control)

            Rancangan Kasus Kontrol adalah rancangan studi epidemiologi yang

mempelajari hubungan antara penyebab suatu penyakit dan penyakit yang diteliti

dengan membandingkan kelompok kasus dan kelompok kontrol berdasarkan status

penyebab penyakitnya.

            Penelitian case control adalah suatu penelitian (survey) analitik yang

menyangkut bagaimana faktor resiko dipelajari dengan menggunakan pendekatan

retrospektif.

Tahap-tahap penelitian case control :

    

a.       Identifikasi variabel-variabel penelitian (faktor resiko dan efek.

b.      Menetapkan objek penelitian (populasi dan sampel).

c.       Identifikasi kasus.

16

Page 17: Epidemiologi Deskriptif Penyakit Demam Berdarah Dengue di Kelurahan Keraton Martapura

d.      Pemilihan subjek sebagai kontrol.

e.       Melakukan pengukuran retrospetif (melihat ke belakang) untuk melihat faktor

resiko.

f.       Melakukan analisis dengan menbandingkan proporsi antara variabel-variabel objek

penelitian dengan variabel-variabel kontrol

Contoh : Peneliti ingin membuktikan hubungan antara malnutrisi (kekurangan gizi)

pada balita dengan prilaku pemberian makanan oleh ibu.

Ciri rancangan kasus kontrol :

a.       Subjek dipilih atas dasar apakah mereka menderita (kasus) atau tidak (kontrol)

suatu kasus yang ingin diamati kemudian proporsi pemajanan dari kedua kelompok

tersebut dibandingkan.

b.      Diketahui variabel terikat (akibat), kemudian ingi diketahui variabel bebas

(penyebab).

c.       Observasi dan pengukuran tidak dilakukan pada saat yang sama.

d.      Peneliti melakukan pengukuran variabel bergantung pada efek (subjek (kasus) yang

terkena penyakit) sedangkan variabel bebasnya dicari secara retrospektif.

e.       Untuk kontrol, dipilih subjek yang berasal dari populasi dan karakteristik yang

sama dengan kasus.

f.       Bedanya kelompok kontrol tidak menderita penyakit yang akan diteliti

Kelebihan rancangan penelitian case control :

a.       Merupakan satu-satunya cara untuk meneliti kasus jarang atau yang masa latennya

panjang

b.      Hasil dapat diperoleh dengan cepat

c.       Biaya yang dibutuhkan relatif sedikit

d.      Subjek penelitian sedikit

e.       Dapat melihat hubungan bebrapa penyebab terhadap suatu akibat

f.       Adanya pembatasan atau pengendalian faktor resiko sehingga hasil penelitian lebih

tajam dibanding dengan hasil rancangan cross sectional

Kekurangan rancangan penelitian case control :

17

Page 18: Epidemiologi Deskriptif Penyakit Demam Berdarah Dengue di Kelurahan Keraton Martapura

a.       Sulit menentukan kontrol yang tepat

b.      Validasi mengenai informasi kadang sukar diperoleh

c.          Sukar untuk menyakinkan dua kelompok tersebut sebanding

d.         Tidak dapat dipakai lebih dari satu variabel dependen

e.       Tidak dapat diketahui efek variabel luar karena secara teknis tidak dapat

dikendalikan

C. Kohort

       Rancangan Kohort adalah rancangan studi epidemiologi yang mempelajari hubungan

antara penyebab dari suatu penyakit dan penyakit yang diteliti dengan membandingkan kelompok

terpajan dan kelompok yang tidak terpajan berdasar status penyakitnya. Penelitian kohort adalah

suatu penelitian yang digunakan untuk mempelajari dinamika korelasi antara faktor resiko dengan

faktor efek melalui pendekatan longitudinal kedepan atau prospektif.

Langkah – langkah pelaksanaan penelitian kohort :

a.       Identifikasi faktor-faktor resiko dan efek

b.      Menetapkan subjek penelitian (menetapkan populasi dan sampel)

c.           Pemilihan subjek dengan faktor risiko positif dari subjek dengan efek negatif

d.             Memilih subjek yang akan menjadi anggota kelompok kontrol

e.       Mengobservasi perkembangan subjek sampai batas waktu yang ditentukan, selanjutnya

mengidentifikasi timbul tidaknya efek pada kedua kelompok

f.       Menganalisis dengan membandingkan proporsi subjek yang mendapat efek positif dengan

subjek yang mendapat efek negatif baik pada kelompok risiko positif maupun kelompok kontrol

Contoh : Penelitian ingin membuktikan adanya hubungan antara cancer (Ca) paru (efek) dengan

merokok (risiko) dengan menggunakan pendekatan atau rancangan prospektif(Sutrisna,2012).

Ciri khas dari rancangan kohort :

a.       Berasal dari kata romawi kuno yang berarti kelompok tentara yang berbaris maju ke depan

b.      Subjek dibagi berdasar ada atau tidaknya pemajanan faktor tertentu dan kemudian diikuti

dalam periode waktu tertentu untuk menentukan munculnya penyakit pada tiap kelompok

c.       Digunakan untuk mempelajari dinamika korelasi antara faktor resiko dan efek

d.      Sekelompok subjek yang belum mengalami penyakit atau efek diikuti secara prospektif

18

Page 19: Epidemiologi Deskriptif Penyakit Demam Berdarah Dengue di Kelurahan Keraton Martapura

e.       Diketahui variabel bebas (penyebab) kemudian ingin diketahui variabel terikat

(akibat)

f.          Dapat dilakukan secara prospektif dan retrospektif 

Kelebihan Rancangan kohort :

1.  Merupakan desain terbaik dalam menentukan insiden perjalanan penyakit

atau efek yang diteliti.

2.   Desain terbaik dalam menerangkan dinamika hubungan antara faktor resiko

dengan efek secara temporal.

3. Dapat meneliti beberapa efek sekaligus

4. Baik untuk evaluasi pemajan yang jarang.

5.   Dapat meneliti multipel efek dari satu pemajan.

6. Dapat menetapkan hubungan temporal.

7.  Mendapat incidence rate

8. Biasnya lebih kecil

Kekurangan rancangan kohort :

a.       Memerlukan waktu yang lama.

b.      Sarana dan biaya yang mahal.

c.       Rumit.

d.        Kurang efisien untuk kasus yang jarang.

e.        Terancam Drop Out dan akan mengganggu analisis.

f.       Menimbulkan masalah etika.

g.      Hanya dapat mengamati satu faktor penyebab

2.4.2     STUDI EKSPERIMENTAL

Rancangan studi eksperimen adalah jenis penelitian yang dikembangkan untuk

mempelajari fenomena dalam kerangka korelasi sebab-akibat. Menurut Bhisma Murti

rancangan studi ini digunakan ketika peneliti atau oranglain dengan sengaja

memperlakukan berbagai tingkat variabel independen kepada subjek penelitian

19

Page 20: Epidemiologi Deskriptif Penyakit Demam Berdarah Dengue di Kelurahan Keraton Martapura

dengan tujuan mengetahui pengaruh variabel independen tersebut terhadap variabel

dependen(Syafruddin,2012).

Berdasarkan penelitian tersebut studi eksperimen (studi perlakuan atau

intervensi dari situasi penelitian ) terbagi dalam dua macam yaitu rancangan

eksperimen murni dan quasi eksperimen.

A.    Rancangan eksperimen murni

            Eksperimen murni adalah suatu bentuk rancangan yang memperlakukan dan

memanipulasi sujek penelitian dengan kontrol secara ketat.

Penelitian eksperimen mempunyai ciri :

1.      Ada perlakuan, yaitu memperlakukan variabel yang diteliti (memanipulasi suatu

variabel).

2.      Ada randominasi, yaitu penunjukan subjek penelitian secara acak untuk

mendapatkan salah satu dari berbagai tingkat faktor penelitian.

3.    Semua variabel terkontrol, eksperimen murni mampu mengontrol hampir semua

pengaruh faktor penelitian terhadap variabel hasil yang diteliti

B.     Quasi Eksperimen (eksperimen semu)

            Quasi Eksperimen (eksperimen semu) adalah eksperimen yang dalam

mengontrol situasi penelitian tidak terlalu ketat atau menggunakan rancangan tertentu

dan atau penunjukkan subjek penelitian secara tidak acak untuk mendapatkan salah

satu dari berbagai tingkat faktor penelitian.

Ciri dari quasi eksperimen :

1. Tidak ada randominasi, yaitu penunjukkan sujek penelitian secara tidak acak

untuk mendapatkan salah satu dari berbagai tingkat faktor penelitian. Hal ini

disebabkan karena ketika pengalokasian faktor penelitian kepada subjek

penelitian tidak mungkin, tidak etis, atau tidak praktis menggunakan

randominasi.

2. Tidak semua variabel terkontrol karena terkait dengan pengalokasian

faktor penelitian kepada subjek penelitian tidak mungkin, tidak etis, atau tidak

20

Page 21: Epidemiologi Deskriptif Penyakit Demam Berdarah Dengue di Kelurahan Keraton Martapura

praktis menggunakan randominasi sehinggasulit mengontrol variabel secara

ketat(Sumarso,2012).

2.5 Variabel/Karakteristik Waktu dan Tempat(Lingkungan) pada Epidemiologi

Deskriptif Analitik

2.5.1 Variabel Waktu

Dasar setiap ilmu epidemiologi adalah pengkajian dan analisis terhadap waktu

dan pengaruhnya pada kejadian penyakit, ketidakmampuan, dan kondisi. Aspek

waktu dalam investigasi epidemiologi berkisaran mulai dari jam, minggu, bulan,

tahun, sampai dekade. Masa inkubasi yang singkat dari suatu penyakit misalnya

hanya beberapa jam, bagi ahli epidemiologi akan sama pentingnya dengan studi

longitudinal yang berjangka waktu dua sampai tiga dekade. Istilah lain yang

terkadang digunakan untuk mendriskipsikan faktor waktu dalam epidemiologi adalah

temporal, yang berarti waktu atau mengacu pada isu atau elemen yang berkaitan

dengan waktu(Soedarto,2010).

Mempelajari morbiditas berdasarkan waktu juga penting untuk mengetahui

hubungan antara waktu dan insidensi penyakit atau fenomena lain, misalnya

penyebaran penyakit saluran pernafasan terjadi pada waktu malam hari karena

terjadinya perubahan kelembapan udara atau kecelakaan lalu lintas yang sebagian

besar terjadi pada waktu malam hari. Ada empat faktor waktu yang digunakan dalam

pengkajian peristiwa epidemiologi. Waktu konteks kejadian luar biasa penyakit

dianggap bersifat jangka panjang atau jangka pendek. Untuk membantu dalam studi

dan memahami variasi yang berkaitan dengan penyakit, ada empat konfigurasi atau

elemen waktu yang digunakan. Keempat konfigurasi tersebut anatara lain trend

sekular, trend jangka pendek, trend siklus, dan trend musiman(Notoatmodjo,2010).

Fluktuasi insidensi penyakit yang diketahui terdiri dari:

1.      Kecenderungan sekuler ( secular trend)

ialah terjadinya perubahan penyakit atau kejadian luar biasa dalam waktu yang

lama. Lamanya waktu dapat bertahun-tahun sampai beberapa dasawarsa.

Kecenderungan sekuler dapat terjadi pada penyakit menular maupun penyakit infeksi

21

Page 22: Epidemiologi Deskriptif Penyakit Demam Berdarah Dengue di Kelurahan Keraton Martapura

non menular. Misalnya, terjadi pergeseran pola penyakit menular ke penyakit yang

tidak menular yang terjadi di Negara maju pada beberapa dasawarsa terakhir.

Pengetahuan tentang perubahan tersebut dapat digunakan dalam penilaian

keberhasilan upaya pemberantasan dan pencegahan penyakit. Kecenderungan sekuler

juga dapat digunakan untuk mengetahui perubahan yang terjadi pada mortalitas.

Dalam pembelajari kecenderungan sekuler tentang mortalitas, harus dikatkan dengan

sejauh mana perubahan pada insidensi dan sejauh mana perubahan tersebut

menggambarkan kelangsungan hidup penderita.

Angka kematian akan sejalan dengan angka insidensi (incidence rate) pada

penyakit yang fatal dan bila kematian terjadi tidak lama setelah diagnosis, misalnya

karsinoma paru-paru, karena memenuhi kriteria diatas.

2.      Variasi siklik

ialah terulangnya kejadian penyakit setelah beberapa tahun, tergantung dari jenis

penyakitnya, misalnya epidemi campak biasanya berulang setelah dua-tiga tahun

kemudian. Variasi siklik biasanya terjadi pada penyakit menular karena penyakit non-

infeksi tidak mempunyai variasi siklik.

Salah penyakit yang siklusnya singkat adalah chickenpox (varisela). Karena

chickenpox dikaji sepanjang waktu variasi siklus utama tampak jelas secara tahunan.

Siklus chickenpox juga bersifat musiman. Chickenpox merupakan salah satu

penyakit yang harus dilaporkan kejadiannya dan penelusurannya lebih mudah dan

lebih akurat daripada penyakit lain.

3.      Variasi musim

ialah terulangnya perubahan frekuensi insidensi dan prevalensi penyakit yang

terjadi dalam satu tahun. Dalam mempelajari morbiditas dan mortalitas, variasi

musim merupakan salah satu hal yang sangat penting karena siklus penyakit tidak

sesuai dengan perubahan musim dan berulang tiap tahun.

Variasi musim sangat penting dalam menganalisis dan epidemiologis tentang

kejadian luar biasa untuk menentukan peningkatan insidensi suatu penyakit yang

mengakibatkan variasi musim atau memang terjadinya epidemi. Bila adanya variasi

22

Page 23: Epidemiologi Deskriptif Penyakit Demam Berdarah Dengue di Kelurahan Keraton Martapura

musim tidak diperhatikan, kita dapat menarik kesimpulan yang salah tentang

timbulnya kejadian luar biasa.

Di samping itu, pengetahuan tentang variasi musim juga dibutuhkan pada

penelitian epidemiologis karena penelitian yang dilakukan pada musim yang berbeda

akan menghasilkan frekuensi distribusi penyakit yang berbeda pula. Penyakit-

penyakit yang mempunyai variasi musim antara lain: diare, influensa, dan tifus

audominalis(Noor,2012).

Beberapa ahli epidemiologi memasukkan variasi musim ke dalam variasi siklik

karena terjadinya berulang, tetapi di sini dipisahkan karena pada variasi musim,

terulangnya perubahan insidensi penyakit dalam waktu yang pendek sesuai dengan

perubahan musim, sedangkan pada variasi siklik fluktuasi perubahan insidensi

penyakit terjadi lebih lama yaitu suatu penyakit dapat terulang satu atau dua tahun

sekali.

4.      Variasi random

Variasi random dapat diartikan sebagai terjadinya epidemi yang tidak dapat

diramalkan sebelumnya, misalnya epidemi yang terjadi karena adanya bencana alam

seperti banjir dan gempa bumi.

2.5.2            PENKLASTERAN WAKTU

Pengelompokan kejadian berdasarkan waktu, adalah jika suatu kelompok kasus

atau penyakit yang terjadi disatukan dan urutanya dekat serta pola penyebarannya

saling berkaitan. Pengelompokan penyakit tidak hanya didasarkan pada pola atau

penyebaran yang berkaitan dengan waktu, tetapi juga pada tempat atau wilayah

geografis yang terbatas. Dengan demikian, baik variabel waktu, maupun tempat,

hubungan, dan permasalahan harus dianalisis dan diurutkan. Istilah dalam

epidemiologi yang dipakai secara bergantian dengan pengklasteran waktu adalah

klaster tempat/waktu dan klaster penyakit(Bhisma,2010).

Analisis klaster merupakan metode perancangan dan analisis epidemiologi yang

menggunakan metode statistik yang tepat untuk mengelompokkan variable atau

23

Page 24: Epidemiologi Deskriptif Penyakit Demam Berdarah Dengue di Kelurahan Keraton Martapura

observasi epidemiologi kedalam sub-sub kelompok populasi studi yang saling

berkaitan erat.

2.5. 3          Variabel Tempat

Hal yang sangat berguna bagi ahli epidemiologi adalah penempatan penyakit,

kondisi, kesakitan, dan pengklasterannya pada peta serta penggunaan perangkat

terkait lainnya untuk menempatkan berbagai kasus penyakit. Peta dan perangkat

pengkajian pengklasteran sangat berguna, terutama selama berlangsungnya kejadian

luar biasa, khususnya jika penyakit tersebut memberikan konsekuensi besar bagi

penduduk, mempengaruhi populasi yang besar dan secara geografis menyebar luas.

Saat mempertimbangkan tempat, lokasi sumber penyakit secara geografis sekaligus

reserfoir dari organisme juga harus dipertimbangkan dalam

analisis(Kristiawan,2012).

Sudah lama diketahui adanya variasi dalam frekuensi penyakit antara satu

tempat dengan tempat lain. Pengetahuan tentang distribusi penyakit menurut tempat

sangat berguna untuk mengetahui :

1.      Besar dan jenis masalah kesehatan pada suatu daerah

2.      Hal yang perlu dilakukan untuk mengatasi masalah kesehatan di suatu daerah

(perencanaan program)

3.      Keterangan tentang faktor penyebab timbulnya masalah kesehatan dengan

membandingkan hal khusus yang ada atau tidak pada suatu daerah seperti : keadaan

geografis, keadaan penduduk dan keadaan pelayanan kesehatan.

Penyebaran masalah kesehatan (penyakit ) menurut tempat :

1.      Penyebaran satu wilayah (setempat/lokal)

Pembuatan peta menunjukkan penyebaran kasus penyakit berbentuk spot map

(peta) merupakan salah satu prosedur epidemiologis seperti yang dilakukan John

Snow di London dalam menganalisis wabah kolera. Penggunaan spot map terutama

untuk memberikan gambaran penyebaran kejadian penyakit dalam wilayah tertentu

terutama wabah. Selain itu digunakan untuk menggambarkan penyebaran fasilitas

kesehatan, sarana kesehatan yang tersedia, tingkat imunitas penduduk, gambaran

sasaran dan hasil kegiatan program kesehatan serta gambaran penyakit menurut

24

Page 25: Epidemiologi Deskriptif Penyakit Demam Berdarah Dengue di Kelurahan Keraton Martapura

daerah kerja. Sejauh ini, gambaran kejadian dan penyebaran penyakit dilakukan

melalui sistem komputerisasi yang dikenal dengan Geografic Information System

(GIS)(Soedarto,2010).

2.      Beberapa wilayah

3.      Satu negara (nasional)

Perbandingannya didasarkan pada pembagian wilayah administratif dimana

laporan kejadian kematian dan penyakit berasal dari populasi wilayah tersebut, maka

semakin kecil wilayah tersebut semakin baik hasil analisis yang dapat

menggambarkan peta wilayah yang tinggi dan rendah dengan ketentuan jumlah

penduduk tiap wilayah cukup besar untuk memberikan rate yang dipercaya.

Kadang variasi rate penyakit tertentu antar wilayah bukan dipengaruhi oleh faktor

uang melainkan perbedaan sifat atau pekerjaan populasi daerah tersebut. Untuk

penyakit infeksi biasanya dilakukan penelitian terhadap bukti adanya kejadian

infeksi, survei serologi, survei VCR, survei pembesaran limfa, dsb.

4.      Beberapa negara (regional)

5.      Banyak negara (internasional)

Perbandingan kejadian penyakit status kesehatan penduduk secara internasional

didasarkan pada nilai rate atau semacamnya. Untuk itu, data yang berkaitan dengan

penyebab kematian dan keadaan penyakit di sebagian besar negara telah dikumpulkan

dan diterbitkan secara berkala oleh WHO. Dalam hal sistem pelaporan dianjurkan

menggunakan buku klasifikasi penyakit internasional yang diterbitkan oleh badan

tersebut.

Untuk berbagai macam penyakit menular disebabkan oleh parasit atau bakteri sering

dijumpai mewabah dibeberapa daerah tapi tidak ditemukan di daerah lain. Keadaan

ini dapat segera diketahui melalui data klinis dan data statistik. Contoh yang telah

dialami oleh berbagai negara dewasa ini adalah menyebarnya wabah HIV/AIDS

keseluruh dunia.

Untuk penyakit non-infeksi penyebabnya tidak sejelas penyakit infeksi dan tingkat

resikonya dipengaruhi oleh berbagai faktor, perbedaan insiden secara international

25

Page 26: Epidemiologi Deskriptif Penyakit Demam Berdarah Dengue di Kelurahan Keraton Martapura

bila dilihat dari sudut epidemiologis karena perbedaan itu merupakan ciri khusus

gambaran epidemiologi suatu penyakit.

Berdasarkan perbedaan rate penyakit tertentu antar negara maka berbagai penyakit

dapat digolongkan tinggi pada negara tertentu sedangkan kelompok negara lain

mempunyai rate yang sedang atau rendah.

Keterangan tempat dapat bersifat:

1.      Keadaan geografi seperti pegunungan, pantai, dataran rendah, dsb.

2.      Batas administratif / politik seperti batas negara, provinsi, kabupaten, dst.

Peranan karakteristik faktor tempat dalam studi epidemiologi erat

hubungannya dengan lokasi fisik seperti sifat geologi dan keadaan tanah, keadaan

iklim setempat yang erat hubungannya dengan tropis, subtropis, dan daerah beriklim

dingin. Selain itu faktor tempat dapat pula dipengaruhi oleh sifat flora dan fauna

setempat, kepadatan penduduk, dan kepadatan rumah tangga, jenis faktor penyebab

serta jenis vektor penyakit setempat.

Faktor tempat erat hubungannya dengan kebiasaan hidup dan adat kebiasaan

penduduk setempat, keadaan perkembangan maupun sistem ekonomi penduduk,

keadaan sistem pelayanan kesehatan dan fasilitasnya serta berbagai hal yang

berhubungan dengan faktor lingkungan baik (fisik, biologi, sosial).

Kriteria karakteristik faktor tempat:

1.      Frekuensi penderita yang tinggi tampak pada semua kelompok penduduk yang

mendiami daerah tersebut.

2.      Frekuensi yang tinggi tidak ditemukan pada suhu yang sama yang tinggal di daerah

lain.

3.      Orang sehat yang pindah ke tempat itu menjadi sakit dengan frekuensi yang sama

dengan penduduk asli.

4.      Penduduk yang meninggalkan daerah tsb tidak menunjukkan frekuensi penyakit

yang tinggi.

5.      Selain manusia, hewan yang tinggal di daerah tersebut menunjukkan gejala yang

sama.

26

Page 27: Epidemiologi Deskriptif Penyakit Demam Berdarah Dengue di Kelurahan Keraton Martapura

Faktor tempat dan pengaruh lingkungan meliputi:

1.      Lingkungan biologis.

Ciri iklim dan ekologi menentukan jenis flora dan fauna sehingga mempengaruhi

pola penyakit melalui suhu, kelembapan, dan kondisi lain sesuai hidup dan

pertahanan parasit.

Lingkungan biologis diartikan sebagi beradanya sumber penyebab, reservoir binatang

sebagai pejamu atau vektor penyakit. Juga tersedianya bahan makanan hewani dan

nabati dalam mempertahankan status gizi dan derajat kesehatan. Lingkungan biologis

ikut mempengaruhi kebiasaan makan dan pola makanan setempat dan mempengaruhi

status gizi penduduk.

2.      Lingkungan kimiawi dan lingkungan fisik

Ada 2 jenis bahan kimia utama yang selalu terdapat dalam suatu tempat yaitu air

dan udara. Air dengan berbagai kandungan kimia merupakan faktor yang dapat

mempengaruhi kejadian penyakit setempat seperti kandungan mineral. Jika

kekurangan maka akan menimbulkan gangguan kesehatan tertentu misalnya

kekurangan zat yodium dapat menimbulkan penyakit gondok dsb.

Lingkungan fisik yang berpengaruh terutama perbedaan suhu udara dan tingkat

ketinggian tempat yang mempengaruhi tekanan oksigen setempat.

3.      Lingkungan Sosial

Kemajuan kehidupan sosial yang tercermin dalam lingkungan sosial merupakan

faktor penentu utama terhadap lingkungan biologis, kimiawi, fisik sehingga

menimbulkan pemaparan terhadap penduduk. Adanya reservoir serta vektor yang

menyebarkan penyakit dan pencemaran pada udara dan air. Sifat kehidupan sosial

dan masyarakat pada suatu daerah dapat mempengaruhi aspek kehidupan yang

berhubungan dengan status kesehatan dan pola penyakit.

Batas politik, terutama batas antar Negara, menciptakan suatu wilayah yang

menentukan terjadi atau tidaknya kondisi, penyakit, dan gangguan tertentu. Suatu

Negara belum berkembang mungkin bertetangga dengan Negara maju dan hanya

dalam jarak beberapa mil, kumpulan penyakit yang berbeda dapat terjadi.

27

Page 28: Epidemiologi Deskriptif Penyakit Demam Berdarah Dengue di Kelurahan Keraton Martapura

Berikut lima karakteristik yang terasa janggal pada tempat yang tengah dikaji

oleh ahli epidemiologi dan merupakan kriteria geografis yang harus dipertimbangkan

jika mencari hubungan antara tempat dan penyakit :

1.      Angka frekuensi penyakit yang tinggi dapat dilihat pada semua kelompok etnik

yang mendiami suatu wilayah.

2.      Angka frekuensi penyakit yang tinggi tidak tampak pada orang-orang dalam

kelompok serupa yang mendiami wilayah lain.

3.      Orang sehat yang masuk ke wilayah tersebut menjadi sakit dengan frekuensi yang

serupa dengan penduduk asli.

4.      Penduduk yang pindah tidak menunjukkan angka penyakit yang sama tingginya

dengan penduduk yang tetap tinggal di wilayah tersebut.

5.      Spesies selain manusia yang mendiami wilayah yang sama memperlihatkan tingkat

investasi yang serupa dengan manusia ( dalam hal penyakit zoonotic ).

o   Tempat dan Lingkungan ekologi

Karakter topografi, iklim, dan ekologi memiliki pengaruh yang sangat besar pada

aspek tempat dalam keberadaan dan penyebaran penyakit. Suhu, curah hujan, angin,

air, kelembaban, dingin, panas, lama (jam) matahari bersinar dan kondisi lain

mempengaruhi kemampuan patogen, khususnya bakteri, jamur, dan parasit, untuk

bertahan di lingkungan. Aspek ekologis dari lingkungan mempengaruhi kemampuan

patogen untuk bertumbuh kembang dan disebarkan. Ada berbagai aspek ekosistem

yang mencakup vektor, media, reservoir dan penjamu pada beberapa jenis penyakit

menular. Sampah daun, binatang, dan serangga yang menularkan penyakit, semuanya

merupakan bagian dari lingkungan ekologi suatu tempat dan penyakit.

o   Lingkungan fisik dan tempat

Air dan udara adalah dua komponen penting dalam lingkungan fisik yang esensial

untuk kelangsungan hidup manusia dan makhluk hidup lain di muka bumi. Mutu air

minum dan udara beragam dari suatu tempat ke tempat lain dan dapat mempengaruhi

kesehatan manusia. Susunan zat kimia yang banyak sumber air mineralnya.

o   Lingkungan sosial dan kebudayaan serta tempat

28

Page 29: Epidemiologi Deskriptif Penyakit Demam Berdarah Dengue di Kelurahan Keraton Martapura

Cara masyarakat atau kelompok populasi menggunakan makanan, air, zat kimia,

dan cara mereka mempraktikkan sanitasi, higiene, kesehatan perorangan memiliki

pengaruh yang sangat besar pada status kesehatan populasi. Kekuatan lain yang dapat

mempengaruhi suatu kesehatan, seperti kepercayaan yang berkaitan dengan

kesehatan, tradisi, interaksi sosial, dan kebudayaan, juga dapat mempengaruhi

perkembangan dan penyebaran penyakit.

Interaksi sosial dan alat budaya telah lama dikaji baik dalam masyarakat

tradiscional maupun modern yang mungkin berkaitan dengan kejadian penyakit,

ketidakmampuan, dan kematian. Gereja traditional dan piknik sekolah yang seadanya

telah lama diketahui berhubungan dengan epidemi keracunan makanan akibat

stafilokokus, salmonela, atau demam tifoid. Aktivitas seksual dengan banyak

pasangan sering berdampak dalam penyebaran penyakit menular seksual (PMS),

termasuk AIDS.

Masyarakat dari ras, etnik, dan kebudayaan yang sama, khususnya kelompok

minoritas, cenderung berhasrat untuk tinggal saling berdekatan satu sama lain.

Penumpukan ras dan kelompok etnik juga berpengaruh terhadap tipe dan jumlah

penyakit yang ditemukan di satu tempat. Sayangnya, penumpukan ras disuatu

wilayah justru menimbulkan kemiskinan bagi mereka akibat status ekonomi rendah,

tingkat pendidikan rendah, dan kurangnya keterampilan kerja. Dengan demikian,

beberapa penyakit yang teridentifikasi berdasarkan tempat dipengaruhi oleh kondisi

masyarakat diatas. Fenomena itu, walaupun lazim dilihat di pusat-pusat kota dan di

kampung pendatang (migran), tidak terjadi hanya di Amerika serikat. Kamp-kamp

pengungsi akibat migrasi dan perang, bario (kota berpenduduk keturunan spanyol),

dan wilayah penuh tenda tempat berkumpulnya masyarakat miskin dan tunawisma

merupakan tempat bersarangnya penyakit dan seringkali menjadi lokasi epidemi

parah(Ferasyi,2012).

2.6 PENYAKIT DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD)

2.6.1 Pengertian demam berdarah

29

Page 30: Epidemiologi Deskriptif Penyakit Demam Berdarah Dengue di Kelurahan Keraton Martapura

DHF atau dikenal dengan istilah demam berdarah adalah penyakit yang

disebabkan oleh Arbovirus ( arthro podborn virus ) dan ditularkan melalui gigitan

nyamuk Aedes ( Aedes Albopictus dan Aedes Aegepty ). Demam Berdarah Dengue

sering disebut pula Dengue Haemoragic Fever ( DHF ). DHF / DBD adalah suatu

penyakit yang disebabkan oleh virus dengue yang tergolong arbovirus dan masuk ke

dalam tubuh penderita melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti yang betina. (Suriadi :

2011).

Demam dengue adalah penyakit yang terdapat pada anak-anak dan dewasa

dengan gejala utama demam, nyeri otot dan sendi, yang biasanya memburuk setelah

dua hari pertama terinfeksi virus (Mansjur : 2010).

Menurut beberapa ahli pengertian DHF sebagai berikut:

DHF adalah demam khusus yang dibawa oleh aedes aegepty dan beberapa

nyamuk lain yang menyebabkan terjadinya demam. Biasanya dengan cepat menyebar

secara efidemik.).Dengue haemorhagic fever (DHF) adalah suatu penyakit akut yang

disebabkan oleh virus yang ditularkan oleh nyamuk aedes aegepty (Seoparman,2011).

2. 6.2     Penyebab penyakit demam berdarah

Penyebab utama adalah Arbovirus ( Arthropodborn Virus ) melalui gigitan

nyamuk Aedes ( Aedes Albopictus dan Aedes Aegepty ). Yang vektor utamanya

adalah Aedes aegypti dan Aedes albopictus. Adanya vektor tesebut berhubungan

dengan :

a.       Kebiasaan masyarakat menampung air bersih untuk keperlauan sehari-hari.

b.      Sanitasi lingkungan yang kurang baik.

c.       Penyedaiaan air bersih yang langka.(Suriadi,2011).

Daerah yang terjangkit DHF adalah wilayah padat penduduk karena antar rumah

jaraknya berdekatan yang memungkinkan penularan karena jarak terbang Aedes

Aegypti 40-100 m. Aedes Aegypti betina mempunyai kebiasaan menggigit berulang

(multiple biters) yaitu menggigit beberapa orang secara bergantian dalam waktu

30

Page 31: Epidemiologi Deskriptif Penyakit Demam Berdarah Dengue di Kelurahan Keraton Martapura

singkat, (Noer, 2011).

2. 6.3     Cara penularan penyakit demam berdarah

Penyakit DBD hanya dapat ditularkan oleh nyamuk Aedes Aegypty betina.

a.       Nyamuk ini mendapat virus dengue sewaktu menggigit/menghisap darah orang :

         Yang sakit DBD atau

         Yang tidak sakit DBD tetapi dalam darahnya terdapat virus Dengue (karena orang

ini memiliki kekebalan terhadap virus dengue)

         Orang yang mengandung virus dengue tetapi tidak sakit, dapat pergi kemana-

mana dan menularkan virus itu kepada orang lain di tempat yang ada nyamuk Aedes

Aegypti.

b.      Virus dengue yang terhisap akan berkembangbiak dan menyebar ke seluruh tubuh

nyamuk termasuk kelenjar liurnya.

c.       Bila nyamuk tersebut menggigit/menghisap darah orang lain, virus itu akan

dipindahkan bersama air liur nyamuk.

d.      Bila orang yang ditulari itu tidak memiliki kekebalan (umumnya anak-anak), ia

akan segera menderita DBD.

e.       Nyamuk Aedes Aegypti yang sudah mengandung virus dengue, seumur hidupnya

dapat menularkan kepada orang lain.

f.       Dalam darah manusia, virus dengue akan mati dengan sendirinya dalam waktu

lebih kurang 1 minggu.

g.      Tanda-tanda Penyakit Demam Berdarah Dengue

2.6.4      Tahap penyakit demam berdarah

Tahap penyakit demam berdarah meliputi demam biasa, demam berdarah klasik,

demam berdarah dengue atau hemoragik dan sindrom syok dengue, yakni sebagai

berikut :

1)      Demam berdarah (klasik)

Gejala demam berdarah yang terjadi berbeda-beda tergantung pada usia pasien. Pada

bayi dan anak-anak ditandai dengan ruam yang muncul. Pada usia remaja dan

31

Page 32: Epidemiologi Deskriptif Penyakit Demam Berdarah Dengue di Kelurahan Keraton Martapura

dewasa, penyakit demam berdarah ditandai dengan sakit kepala parah, demam tinggi

dan nyeri dibelakang mata, nyeri pada tulang dan sendi, muntah dan mual dan ruam

pada kulit.

2)      Demam berdarah dengue

Demam berdarah dengue atau sering disingkat menjadi DBD biasanya ditinjukkan

dengan gejala seperti penderita demam berdarah klasik dan empat gejala utama

lainnya yakni demam tinggi, pendarahan hebat dan diikuti pembesaran hati serta

sistem sirkulasi udara yang memiliki kegagalan. Diagnosis lainnya pada DBD adalah

kerusakan pembuluh darah, kerusakan pembuluh limfa,pendarahan di bawah kulit

seperti memarkebiruan, trombositopenia dan jumlah sel darah merah merah yang

meningkat.

3)      Sindrom syok dengue

Sindrom syok dengue adalah tingkat yang paling tinggi dari infeksi virus dengue. Hal

ini ditandai dengan pasien akan mengalami seluruh gejla penyakit demam berdarah

klasik dan demam berdarah dengue dan kebocoran cairan yang terjadi dipembuluh

darah, perdarahan dan syok yang menyebabkan tekanan darah rendah dan

berlangsung demam selama 2-7 hari. Awal terjadinya akan ditandai dengan tubuh

dingin, sakit perut dan sulit tidur.

2.6.5      Tanda dan gejala penyakit demam berdarahn

Masa tunas / inkubasi selama 3 - 15 hari sejak seseorang terserang virus dengue,

Selanjutnya penderita akan menampakkan berbagai tanda dan gejala demam berdarah

sebagai berikut :

1)      Demam tinggi yang mendadak 2-7 hari (38 - 40 derajat Celsius).

2)      Pada pemeriksaan uji torniquet, tampak adanya jentik (puspura) perdarahan.

3)      Adanya bentuk perdarahan dikelopak mata bagian dalam (konjungtiva), Mimisan

(Epitaksis), Buang air besar dengan kotoran (Peaces) berupa lendir bercampur darah

(Melena), dan lain-lainnya.

4)      Terjadi pembesaran hati (Hepatomegali).

5)      Tekanan darah menurun sehingga menyebabkan syok.

32

Page 33: Epidemiologi Deskriptif Penyakit Demam Berdarah Dengue di Kelurahan Keraton Martapura

6)      Pada pemeriksaan laboratorium (darah) hari ke 3 - 7 terjadi penurunan trombosit

dibawah 100.000 /mm3 (Trombositopeni), terjadi peningkatan nilai Hematokrit diatas

20% dari nilai normal (Hemokonsentrasi).

7)      Timbulnya beberapa gejala klinik yang menyertai seperti mual, muntah, penurunan

nafsu makan (anoreksia), sakit perut, diare, menggigil, kejang dan sakit kepala.

8)      Mengalami perdarahan pada hidung (mimisan) dan gusi.

9)      Demam yang dirasakan penderita menyebabkan keluhan pegal/sakit pada

persendian.

10)  Munculnya bintik-bintik merah pada kulit akibat pecahnya pembuluh darah.

2.6.6      Cara pengobatan penyakit demam berdarah

Pada banyak kasus yang terjadi, DBD sering berujung pada kematian. Banyaknya

kasus kematian yang terjadi sering kali diakibatkan karena ketidak tahuan dan

lampannya penanganan terhadap penderita sehingga begitu penderita di bawa ke

Rumah Sakit kondisinya sudah parah.

Sebenarnya tidak ada pengobatan yang spesifik ataupun vaksin untuk demam

berdarah. Bila anda pikir sesorang terkena demam berdarah, berikan mereka cairan

sebanyak mungkin, bawa mereka ke puskesmas terdekat, dan hindarkan mereka dari

nyamuk untuk menghindari yang lain terjangkiti juga. Penyakit ini dapat berlangsung

hingga 10 hari, dan pemulihannya dapat memakan maktu 1 minggu hingga 4 minggu.

Pengobatan terhadap penyakit ini terutama ditujukan untuk mengatasi perdarahan,

mencegah/mengatasi keadaan syok / presyok, yaitu dengan mengusahakan agar

penderita banyak minum, bila perlu dilakukan pemberian cairan melalui infus.

Demam diusahakan diturunkan dengan kompres dingin, atau pemberian

antipiretika Jika anda mengalami panas tinggi yang berkepanjangan (lebih dari 1 hari)

dan tidak sembuh dengan meminum obat, cobalah mendatangi rumah sakit terdekat

dan cek darah anda. Apabila anda menemukan trombosit anda sudah di batas bawah

33

Page 34: Epidemiologi Deskriptif Penyakit Demam Berdarah Dengue di Kelurahan Keraton Martapura

normal (batas normal: 150.000-500.000), berhati-hatilah.

Ada cara yang bisa ditempuh tanpa harus diopname di rumah sakit, tapi butuh

kemauan yang kuat untuk melakukannya. Cara itu adalah sbb:

1)      Minumlah air putih minimal 20 gelas berukuran sedang setiap hari (lebih banyak

lebih baik)

2)      Cobalah menurunkan panas dengan minum obat penurun panas

3)      Beberapa teman dan dokter menyarankan untuk minum minuman ion tambahan

(tapi banyak juga yang tidak menganjurkannya)

4)      Minuman lain yang disarankan: Jus jambu merah untuk meningkatkan trombosit

(ada juga yang menyarankan: daun angkak, daun jambu, dsb)

5)      Makanlah makanan yang bergizi dan usahakan makan dalam kuantitas yang banyak

(meskipun biasanya minat makan akan menurun drastis).

Sebenarnya, semua usaha di atas bertujuan untuk menambah daya tahan tubuh

terhadap serangan demam berdarah, karena pada dasarnya demam berdarah tidak

perlu obat tertentu (dan memang tidak ada obat untuk itu). Ketahanan tubuh dapat

dilihat dari jumlah leukosit dalam darah. Ketika leukosit mulai meningkat (membaik),

maka biasanya trombosit yang kemudian akan bertambah.

2.6.7     Cara pencegahan penyakit demam berdarah

Saat ini, metode utama yang digunakan untuk mengontrol dan mencegah

terjadinya demam berdarah dengue adalah dengan melakukan pemberantasan

terhadap nyamuk Aedes aegypti sebagai penyebar virus dengue.

Nyamuk Aedes aegypti ini dapat berada di dalam rumah ataupun luar rumah. Di

dalam rumah biasanya nyamuk tersebut suka bersembunyi di tempat yang gelap

seperti di lemari, gantungan baju, di bawah tempat tidur dll. Sedangkan apabila di

luar rumah nyamuk Aedes aegypti tersebut menyukai tempat yang teduh & lembab.

Nyamuk betinanya biasanya akan menaruh telur-telurnya pada wadah air di sekitar

rumah, sekolah, perkantoran dll, dimana telur tersebut dapat menetas dalam waktu 10

34

Page 35: Epidemiologi Deskriptif Penyakit Demam Berdarah Dengue di Kelurahan Keraton Martapura

hari.

Oleh sebab itu, lakukan 3 M

   Menguras : Menguras tempat penampungan air secara rutin, seperti bak mandi dan

kolam. Sebab bisa mengurangi perkembangbiakan dari nyamuk itu sendiri. Atau

memasukan beberapa ikan kecil kedalam bak mandi atau kolam. Sebab ikan akan

memakan jentik nyamuk.

    Menutup : Menutup tempat-tempat penampungan air. Jika setelah melakukan

aktivitas yang berhubungan dengan tempat air sebaiknya anda menutupnya agar

nyamuk tidak bisa meletakan telurnya kedalam tempat penampungan air. Sebab

nyamuk demam berdarah sangat menyukai air yang bening.

    Mengubur. Kuburlah barang – barang yang tidak terpakai yang dapat memungkinkan

terjadinya genangan air.(Mansjur,2010).

2.6.8 Model terjadinya penyakit demam berdarah

1.      Agent

Nyamuk Aedes aegypti merupakan pembawa virus dari penyakit Demam Berdarah.

Cara penyebarannya melalui nyamuk yang menggigit seseorang yang sudah terinfeksi

virus demam berdarah. Virus ini akan terbawa dalam kelenjar ludah si nyamuk.

Kemudian nyamuk ini menggigit orang sehat. Bersamaan dengan terhisapnya darah

dari orang yang sehat, virus demam berdarah juga berpindah ke orang tersebut dan

menyebabkan orang sehat tadi terinfeksi virus demam berdarah(Noer,2011).

2.      Host/pejamu

Manusia tergigit oleh nyamuk Aedes yang telah memiliki virus DBD di dalam

tubuhnya, virus DBD menginfasi kedalam tubuh. Ketika sistem imun melemah, virus

ini aktif berkembang biak dan memulai infasi dan menginfeksi trombosit.

3.      Lingkungan

Bak penampungan air yang tidak pernah dikuras dan tanpa penutup merupakan lokasi

perkembang biakan nyamuk Aedes Aegypty. Semakin banyak genangan air, maka

semakin meningkat populasi nyamuk Aedes Aegypty.

35

Page 36: Epidemiologi Deskriptif Penyakit Demam Berdarah Dengue di Kelurahan Keraton Martapura

Kebiasaan dari nyamuk ini adalah dia senang berada di genangan air bersih dan di

daerah yang banyak pohon seperti di taman atau kebun. Genangan air pada pot bunga

mungkin menjadi salah satu tempat favorit nyamuk yang dapat terlupakan oleh Anda.

Jangan menggantung baju karena dapat sebagai tempat berkembangnya

nyamuk(Notoadmijo,2012).

  2.6.9     Perjalanan alamiah penyakit demam berdarah

1.      Fase prepatogenesis

Fase Susepteble : agent (nyamuk aedes aegypti) sudah terinfeksi virus dangue dari

host yang satu yang menderita penyakit DBD tetapi agent belum menularkan virus

dangue pada host yang lain, sehingga host tersebut belum terinfesi virus dangue

2.      Fase fatogenesis

·         Fase presimtomatis : host sudah terinfeksi virus dangue tetapi gejalanya belum

tampak namun apabila dilakukan pemeriksaan diagnostik maka akan didapat

peningkatan leukosit dan penurunan trombosit

·         Fase klinis : infeksi virus semakin meluas, muncul tanda-dan gejala DBD

Masa inkubasi selama 3 – 15 hari sejak seseorang terserang virus dengue. Selanjutnya

penderita akan menampakkan berbagai tanda dan gejala demam berdarah sebagai

berikut :

1.      Demam tinggi yang mendadak 2-7 hari (38 – 40 derajat Celsius)

2.      Pada pemeriksaan uji torniquet, tampak adanya jentik (puspura) perdarahan

3.      Adanya bentuk perdarahan dikelopak mata bagian dalam (konjungtiva),

mimisan (epitaksis), buang air besar dengan kotoran berupa lendir bercampur darah

(melena), dan lain-lainnya.

4.      Terjadi pembesaran hati (hepatomegali).

5.      Tekanan darah menurun sehingga menyebabkan syok.

6.      Pada pemeriksaan laboratorium hari ke 3 – 7 terjadi penurunan trombosit dibawah

100.000 /mm3 terjadi peningkatan nilai Hematokrit diatas 20% dari nilai normal.

7.      Timbulnya beberapa gejala klinik yang menyertai seperti mual, muntah,

36

Page 37: Epidemiologi Deskriptif Penyakit Demam Berdarah Dengue di Kelurahan Keraton Martapura

·         Fase ketidakmampuan : apabila pengobatan berhasil, maka penderita akan

sembuh sempurna tetapi apabila penyakit tidak ditangani dengan segera atau

pengobatan yang dilakukan tidak berhasil maka akan mengakibatkan kematian.

Tahap-tahap pencegahan

Primer Skunder Tersier

Promosi kesehatan :

§  Penyuluhan kesehatan

tentang penyakit DBD dan

cara memelihara

lingkungan yang baik

seperti melakukan

tindakan 3M (menguras,

mengubur, menutup)

§  Upaya untuk pencegahan

DBD ditunjukkan pada

pemberantasan nyamuk

beserta tempat

perkembangbiakannya

§  Program pemeriksaan

berkala seperti

pemeriksaan lingkungan

tempat tinggal oleh

petugas kesehatan

lingkungan.

§  Melakukan pemberantasan

nyamuk dan sarang-

sarangnya dengan

penyemprotan (foogin)

§  Pemberian obat demam

bedarah.

§  Memberikan jus jambu.

§  Upayakan pemberian cairan

yang adekuat

§  Menganjurkan makan

makanan yang bergizi dan

usahakan makan dalam

kuantitas yang banyak

terutama makanan yang

banyak mengandung

protein

§  Mengusahakan pasien yang

dalam masa pemulihan

agar terhindar dari gigitan

nyamuk lagi.

§  Melakukan donor darah

37

Page 38: Epidemiologi Deskriptif Penyakit Demam Berdarah Dengue di Kelurahan Keraton Martapura

BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Hasil

A. Tabel 3.1 Data penderita penyakit DBD di Puskesmas Pasayangan

rentan waktu 2008-2013NO KELURAHAN/DESA 2008

P/M

2009

P/M

2010

P/M

2011

P/M

2012

P/M

2013

P/M

STRATIFIKASI

1 PASAYANGAN 0 3 2 1 2 2 ENDEMIS

2 PASAYANGAN UTARA 1 0 0 0 1 0 SPORADIS

3 PASAYANGAN BARAT 0 2 2 0 1 1 SPORADIS

4 PASAYANGAN SELATAN 0 2 2 0 1 0 SPORADIS

5 KELURAHAN KERATON 4/1 2 16 1 10 7 ENDEMIS

6 MURUNG KERATON 0 2 3 0 0 0 -

7 TUNGKARAN 0 6/1 2 0 1 0 SPORADIS

8 MURUNG KENANGA 1 0 1 0 0 0 -

JUMLAH 6 17 28 2 16 10 79

(Gambar 3.1 proses pengambilan data di puskesmas pasayangan)

Dari data yang diperolah diketahui bahwa selama tahun 2008-2013 Kelurahan

Keraton mempunyai penderita DBD terbanyak tepatnya di RT 14. Hal ini sesuai

38

Page 39: Epidemiologi Deskriptif Penyakit Demam Berdarah Dengue di Kelurahan Keraton Martapura

dengan data lapangan yang diperoleh dari observasi dan pengambilan sampel yang

meliputi :

1.Karakteristik individu dengan faktor

2.Karakteristik Tempat

3.Karakteristik waktu

4.Kombinasi Karakteristik individu,tempat dan waktu

3.2 PEMBAHASAN

3.2.1Karakteristik Individu dengan Faktor

Karakteristik individu dengan faktor warga di RT.14 Kelurahan Keraton

Martapura dari 7 keluarga yang diwawancara 6 keluarga (85,71%) tidak mengetahui

gejala gejala demam berdarah dan hanya 1 keluarga yang mengetahui gejala gejala

demam berdarah,hal ini disebabkan kurang nya pengetahuan warga dan kurang nya

sosialisasi dari instansi terkait terhadap penanganan dan pencegahan terhadap

penyakit demam berdarah.

(Gambar 3.2 foto bersama beberapa penduduk kelurahan keraton setelah wawancara

mengenai pengetahuan DBD)

Perilaku warga juga mempengaruhi banyak nya penyakit demam berdarah di

Kelurahan Keraton RT.14 Martapura. Perilaku tersebut meliputi tata cara

39

Page 40: Epidemiologi Deskriptif Penyakit Demam Berdarah Dengue di Kelurahan Keraton Martapura

pembuangan sampah yang salah sehingga menjadi sarang nyamuk demam

berdarah,tidak pernah menguras bak mandi dan jarang nya warga memakai lotion anti

nyamuk.

3.2.2 Karakteristik Tempat

Karakteristik tempat untuk warga di RT. 14 Kelurahan Keraton Martapura

sangat kurang baik, dikarenakan perumahan di RT tersebut sangat berdempetan.

Kuranganya penyedian bak sampah di lingkungan tersebut membuat warga sekitar

membuang sampah sembarangan.Ditambah dengan lokasi sekolahan yang sangat

berdempetan dengan rumah-rumah warga serta pedagang kaki lima yang menambah

sempitnya lokasi yang menambah kumuh.

(Gambar 3.3 Keadaan salah satu tempat disekitar kelurahan keraton)

Dari 7 rumah yang di observasi di dapatkan 5 rumah (71,4%) sanitasi dan bak

penampungan air waraga Rt.14 kurang baik sehingga menyebabkan berkembang biak

nya jentik jentik aedes aygypti dan hanya 2 rumah yang mempunyai sanitasi yang

baik. Kemudian dari sampel jentik jentik yang diambil dari 7 bak penampungan air

40

Page 41: Epidemiologi Deskriptif Penyakit Demam Berdarah Dengue di Kelurahan Keraton Martapura

milik warga kebanyakan jentik jentik tersebut merupakan jenis jentik jentik aedes

aygypti hal ini juga menjadi salah satu faktor atau penyebab banyak nya penyakit

demam berdarah di RT.14 Kelurahan Keraton Martapura.

(Gambar 3.4 proses pengambilan sample jentik di salah satu rumah warga)

Proses pengambilan sample jentik dilakukan di salah satu rumah warga

dimana,salah satu dari anggota keluarga pada keluarga tersebut pernah terkena

penyakit demam berdarah,proses dilakukan dengan cara mengambil sampel jentik

menggunakan gayung,kemudian dimasukkan ke dalam botol yang telah disiapkan

setelah itu dibawa untuk dilihat apakah itu jentik jentik aedes aegypty.

Tabel 3.2 karakteristik tempat RT.14 Kelurahan Keraton MartapuraRumah

Ke-

Terdapat Jentik

Aedes aegypti

Keadaan Bak Mandi Keadaan Rumah Sanitasi

1 Ada Kotor Baik Baik

2 - Bersih Baik Baik

3 Ada Kotor Tidak baik Kurang baik

4 - Bersih Baik Baik

5 Ada Kotor Baik Baik

6 Ada Kotor Tidak baik Tidak baik

7 Ada Kotor Baik Kurang baik

41

Page 42: Epidemiologi Deskriptif Penyakit Demam Berdarah Dengue di Kelurahan Keraton Martapura

Dari data tabel diatas dapat disimpulkan bahwa hanya ada dua rumah yang tidak

terdapat jentik penyebab penyakit demam berdarah begitu pula dengan sanitasi nya

dari tabel dapat dilihat sanitasi di RT.14 sangat kurang baik jadin dapat disimpulkan

bahwa penyebab ada nya jentik penyebab DBD adalah sanitasi yang buruk.

3.2.3 Karakteristik Waktu

Dari data yang didapatkan pada puskesmas Pasayangan pada bulan januari dan

februari terdapat banyak penderita penyakit demam berdarah. Hal ini disebabkan

karena pada bulan Oktober sampai Maret merupakan musim penghujan. Pada saat

bulan itu perkembang biakkan nyamuk aedes aegypti sangat pesat. Hal ini juga

menjadi salah satu faktor penyebab terjadinya penyakit demam berdarah.

Dari penderita penyakit demam berdarah kebanyakan adalah balita. Hal ini

disebabkan karena balita memiliki daya tahan tubuh yang lebih lemah daripada orang

dewasa. Oleh karena itu seorang balita harus mendapat perhatian lebih apabila

terdapat tanda-tanda atau gejala panas yang tidak kunjung berhenti kurang lebih 3

hari.

3.2.4. Kombinasi Karakteristik individu, tempat , dan waktu

Karakteristik individu , tempat , dan waktu memiliki hubungan yang sangat

signifikan dalam mempengaruhi jumlah penderita ataupun perkembangbiakkan

nyamuk aedes aegypti. Karena semua karakteristik tersebut dapat melengkapi satu

sama lain. Sebagai contoh, seorang invidu yang tidak mengetahui gejala-gejala

penyakit demam berdarah dan tidak mempunyai pendidikan tentang pengelolaan

sampah serta pengelolaan genangan air yang benar serta ditambah dengan letak

perumahan yang kumuh. Ketika memasuki musim penghujan maka terdapat 55%

kemungkinan ada salah satu anggota keluarga yang bisa mengidap penyakit demam

berdarah.

42

Page 43: Epidemiologi Deskriptif Penyakit Demam Berdarah Dengue di Kelurahan Keraton Martapura

Oleh karena itu kita tidak bisa hanya terfokus pada satu karakteristik saja dalam

menanggulangi atau mencegah berkembangnya penyakit demam berdarah. Karena

karakteristik tersebut dapat mempengaruhi karatekteristik yang lain. Sebagai suatu

solusi diperlukan adanya berbagai macam sosialisasi untuk mengimbau kepada warga

tentang pentingnya karakteristik penyebab penyakit demam berdarah

BAB IV

PENUTUP

4.1 KESIMPULAN

Adapun kesimpulan yang dapat diambil dari studi kasus ini adalah :

1.Epidemiologi deskriptif adalah suatu penelitian yang tujuan utamanya

melakukan eksplorasi diskriptif terhadap fenomena kesehatam masyarakat yang

berupa risiko ataupun efek

2.Epidemiologi analitik adalah penelitian ini mencoba untuk menggali

bagaimana dan mengapa fenomena kesehatan dapat terjadi yaitu dengan melakukan

analisis hubungan antar fenomena, baik antara faktor risiko dengan efek, antar faktor

risiko, maupun antar efek.

4.2 SARAN

1. Instansi terkait lebih memperhatikan kesehatan masyarakat terutama pada

saat musiim hujan

43

Page 44: Epidemiologi Deskriptif Penyakit Demam Berdarah Dengue di Kelurahan Keraton Martapura

2. Musim hujan merupakan fase terbanyak penyakit demam berdarah, dengan

cara memberikan sosialisasi mengenai ciri-ciri terkena penyakit demam berdarah dan

penanganan dini penyakit demam berdarah, tanda-tanda penyakit demam berdarah

dan yang berhubungan dengan demam berdarah.

44

Page 45: Epidemiologi Deskriptif Penyakit Demam Berdarah Dengue di Kelurahan Keraton Martapura

DAFTAR RUJUKAN

Azwar, Asrul.dr.m.ph. 2011. Pengantar Epidemiologi. Jakarta: PT. Binarupa Aksara

B.K. Mandall., et all. 2010 Lecture Notes: Penyakit Infeksi. Jakarta: Penerbit Erlangga; 2010

Beaglehole, R., R. Bonita, T. Kjellstrom. 2010 .Basic Epidemiology. Geneva :World

Health Organization

Betty,Faizah.2010.Analisis Faktor Resiko KejadianPenyakit DBD di Desa

MojosongoKabupatenBoyolali.http://www.kopertis6.or.id/journal/index.php/eks/

article/view/12/10(diakses 25-01-2016)

Brady, Jaries. 2012 .Jurnal Konsep Desain Penelitian. Surabaya: Guru Besar Ilmu

Biostatistika dan Kependudukan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas

Airlangga

Budioro.B. 2010 Pengantar Epidemiologi Edisi II. .Semarang : Badan Penerbit Undip

Budiarto, Eko. 2011. Pengantar Epidemiologi.Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran

Egc

Bustan. 2012. Pengantar Epidemiologi.Jakarta : Rineka Citra

Chandra, Budiman. 2012. Pengantar Prinsip dan Metode Epidemiologi. Jakarta :

EGC.

Ditjen P2PL,Departemen Kesehatan RI 1999, Petunjuk Teknis Pengamatan Penyakit

DBD,Jakarta: Depkes.RI

45

Page 46: Epidemiologi Deskriptif Penyakit Demam Berdarah Dengue di Kelurahan Keraton Martapura

Departemen Kesehatan. RI.2011. Survey Entomologi Demam Berdarah Dengue. Jakarta: Depkes. RI

Fakultas Kesehatan Masyarakat USU.2005.Info Kesehatan Masyarakat.

http://usupress.usu.ac.id/files/Info%20Kesehatan%20Masyarakat%20Vol_%20ix

%20No_%201%20Juni%202005.pdf . (diakses 25-01-2016)

Ferasyi, T. R. 2012. Epidemiologi dan Ekonomi Veteriner. Banda Aceh : Syiah Kuala

University Press

. Kasjono, Heru Subaris & Heldhi B. Kristiawan. 2012. Prinsip Surveilans Epidemiologi, Oregon: Appleton & Lange.

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia Direktorat Jendral Pengendalian Penyakit dan PenyehatanLingkungan.2011.ModulPengendalianDBD.http://pppl.depkes.go.id/_asset/_download/manajemen%20DBD_all.pdf(diakses 25-01-2016)

Murti, Bhisma. 2010 .Prinsip dan Metode Riset Epidemiologi. Yogyakarta:

Gadjah Mada University Press

Noor, N.N. 2012. Dasar Epidemiologi. Jakarta : PT Rineka Cipta

Notoatmodjo S. 2010 Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta

Pramono,Dibyo.2012.RancanganPenelitiandibidangKesehatan.http://www.kmpk.ugm.ac.id/images/Semester_1/Epidemiologi/Rancangan_Penelitian_Epidemiologi.pdf (diakses 25-01-2016)

Siregar.A.Fazidah,2004, Epidemiologi dan Pemberantasan DBD di Indonesia, http://library.usu.ac.id/download/fkm/fkm-fazidah3.pdf (diakses 25-01-2016)

Soedarto. 2010. Entomologi kedokteran, Jakarta: Buku Kedokteran ECG

Sumarmo S. 2012 Buku Ajar Infeksi dan Pediatri Tropis. Edisi kedua. Jakarta: Ikatan Dokter Anak Indonesia;

46

Page 47: Epidemiologi Deskriptif Penyakit Demam Berdarah Dengue di Kelurahan Keraton Martapura

Sutrisna, Bambang.dr.M.H.Sc.2012. Pengantar Metoda Epidemiologi. Jakarta:

PT. Dian Rakyat

Syafrudin dkk. 2012. Konsep Dasar Epidemiologi, Jakarta: PT. Rineka Cipta

Valaris, Barbara. 2012. Disease Control and Surveillance, Yogyakarta: Gadjah Mada University Press,

Vaughan, J. P & R.H Morrow. 2010. Sistem Pelaporan dan Surveilans, Jakarta: Trans Info Media

Widoyono. 2012 Penyakit Tropis: Epidemiologi, Penularan, Pencegahan, dan Pemberantasannya. Jakarta: Penerbit Erlangga; 2012

World Health Organitation. 2011. Pencegahan dan Pengendalian Dengue dan Demam Berdarah Dengue. Alih Bahasa Palupi Widyastuti. Jakarta: Buku Kedokteran ECG

LAMPIRAN 1. CONTOH SOAL STUDI KASUS

CONTOH SOAL

1. Epidemiologi adalah suatu gambaran kejadian, distribusi, dan tipe penyakit

manusia, merupakan pengertian epidemiologi menurut ?

a. Hirach

b. Frost

c. Greenwood

d. Lilienfeld

2. Ruang lingkup epidemiologi antara lain, Kecuali ?

a. Epidemiologi Penyakit Tidak Menular

b. Epidemiologi Klinik

c. Epidemiologi Menular

d. Epidemiologi Terapan

47

Page 48: Epidemiologi Deskriptif Penyakit Demam Berdarah Dengue di Kelurahan Keraton Martapura

3. Prinsip- prinsip epidemiologi antara lain, kecuali ?

a. Mempelajari sekelompok manusia atau masyarakat yang mengalami masalah

kesehatan.

b. Menunjuk kepada banyaknya masalah kesehatan yang ditemukan pada

populasi yang dinyatakan dengan frekuensi atau rasio.

c. Menunjuk kepada banyaknya masalah kesehatan yang diperinci menurut

keadaan tertentu (waktu, tempat, orang yang mengalami masalah).

d. Merupakan kegiatan sembarang yang dilakukan untuk mendeskripsi

suatau penyakit

4. Karakteristik epidemilogi yang membahas tentang bagaimana tampak suatu

lingkungan disebut dengan ?

a. Karakteristik waktu

b. Karakteristik individu

c. Karakteristik tempat

d. Karakteristik warna

5. Apa kepanjangan dari penyakit DBD ?

a. Demam Berdarah Disentri

b. Demam Berdarah Dengue

c. Demam Berdarah Disolve

d. Demam Berdarah Detentition

48