research report, field report - stikesyatsi.ac.idstikesyatsi.ac.id/downlot.php?file=jurnal 2014...

112
Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol. 8 Desember 2014. ISSN 2086-9266 Jurnal Kesehatan merupakan jurnal ilmiah yang memuat artikel yang relevan dengan isu-isu kesehatan masyarakat, kebidanan, keperawatan, kesehatan klinis dan sosial baik berupa artikel hasil penelitian, artikel review, literature, atau artikel laporan lapangan (research report, field report). Terbit empat bulan sekali pada bulan April, Agustus, dan Desember. Redaksi : Penanggung Jawab : Ida Faridah, S.Kp., M.Kes Pimpinan Redaksi Dr. Kemas Djamaludin Wakil Pimpinan Redaksi : Ns. Zahrah Maulidia Septimar, S.Kep Dewan Redaksi : Ns. Rina Puspitasari, S.Kep., M.Kep Ns. Febi Ratnasari, S.Kep Ns. Katrina Agustina, S.Kep Ns. Ayu Pratiwi, S.Kep Ns. Ria Setia Sari, S. Kep Sekretaris Redaksi : Ningsih, SE Silvi Yulianita, A.Md. Keb Septy Ariyani, A. Md. Keb Alamat Redaksi : Sekretariat LPPM Stikes Yatsi Tangerang Jl. Raya Prabu Siliwangi (Pasar Kemis) KM 3 Tangerang 15133 Tep : 021-5921132 Fax : 021-5930663

Upload: hoangdung

Post on 29-Aug-2018

222 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol. 8 Desember 2014. ISSN 2086-9266

Jurnal Kesehatan merupakan jurnal ilmiah yang memuat artikel yang relevan dengan

isu-isu kesehatan masyarakat, kebidanan, keperawatan, kesehatan klinis dan sosial

baik berupa artikel hasil penelitian, artikel review, literature, atau artikel laporan

lapangan (research report, field report). Terbit empat bulan sekali pada bulan April,

Agustus, dan Desember.

Redaksi :

Penanggung Jawab :

Ida Faridah, S.Kp., M.Kes

Pimpinan Redaksi

Dr. Kemas Djamaludin

Wakil Pimpinan Redaksi :

Ns. Zahrah Maulidia Septimar, S.Kep

Dewan Redaksi :

Ns. Rina Puspitasari, S.Kep., M.Kep

Ns. Febi Ratnasari, S.Kep

Ns. Katrina Agustina, S.Kep

Ns. Ayu Pratiwi, S.Kep

Ns. Ria Setia Sari, S. Kep

Sekretaris Redaksi :

Ningsih, SE

Silvi Yulianita, A.Md. Keb

Septy Ariyani, A. Md. Keb

Alamat Redaksi :

Sekretariat LPPM Stikes Yatsi Tangerang

Jl. Raya Prabu Siliwangi (Pasar Kemis) KM 3

Tangerang 15133

Tep : 021-5921132 Fax : 021-5930663

Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol. 8 Desember 2014. ISSN 2086-9266

DAFTAR ISI

Pengaruh Komunikasi Interpersonal Terhadap Dukungan Ibu Pus Untuk

Menjadi Akseptor Kb Di Puskesmas Kemiri..............................................

1

Pengaruh Pendidikan Kesehatan Pra Operasi Terhadap Pelaksanaan

Mobilisasi Dini Paska Operasi Pada Pasien Paska Pembedahan Abdomen

Diruang Bogenvil Rsud Kabupaten Tangerang...........................................

8

Hubungan Antara Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Lansia

Terhadap Kunjungan Lansia Di Desa Cilongok Tahun

2014.............................................................................................................

13

Hubungan Motivasi Pegawai Dengan Kualitas Pelayanan Di Rsud Kota

Tangerang.....................................................................................................

24

Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku masyarakat tentang

penggunaan air di wilayah kel. Pasir jaya....................................................

34

Hubungan tingkat pengetahuan ibu primipara dengan sikap dalam

melakukan perawatan payudara di kampung Gembor.................................

43

Faktor-faktor yang berhubungan dengan kecemasan pada ibu hamil

primigravida diwilayah kerja puskesmas pasarkemis Tangerang................

49

Hubungan beban kerja perawat terhadap pendokumantasian asuhan

keperawaratan di instalasi rawat inap di RSU Kota Tangerang...................

58

Hubungan pendidikan kesehatan mobilisasi terhadap pelaksanaan

mobilisasi pasien post operasi di RSUD Tarakan Jakarta............................

64

Faktor-faktor yang berhubungan dengan kepatuhan karyawan dalam

menggunakan alat pelindung diri di unit produksi PT. INOAC Pasarkemis

Tangerang.....................................................................................................

71

Hubungan tingkat kecemasan dengan kejadian premesntruasi sindrom

pada remaja di Kp. Gembor..........................................................................

79

Hubungan sanitasi rumah penderita demam berdarah dengue dengan

kejadian demam berdarah dengue di wilayah kerja puskesmas

pasarkemis....................................................................................................

85

Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol. 8 Desember 2014. ISSN 2086-9266

Hubungan antara kondisi lingkungan dengan perkembangan sosial

spiritual remaja di lingkungan Kp. Cilongok...............................................

92

Faktor-faktor yang mempengaruhi respon kecemasan anak terhadap

hospitalisasi di ruang anak RSU Kota Tangerang........................................ 100

Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol. 8 Desember 2014. ISSN 2086-9266

PEDOMAN PENULISAN NASKAH

1. Jurnal ini memuat artikel yang relevan dengan isu-isu keperawatan, dan

kebidanan, baik berupa artikel hasil penelitian, artikel review literatur, atau

artikel laporan lapangan

2. Naskah hasil penelitian atau naskah konsep yang ditujukan kepada jurnal

kesehatan belum pernah dipublikasikan ditempat lain

3. Naskah yang dikirim harus disertai surat persetujuan publikasi dan ditanda

tangani oleh penulis

4. Komponen Naskah :

Judul ditulis maksimal 150 karakter termasuk huruf dan spasi

Identitas peneliti ditulis di catatan kaki di halaman pertama

Abstrak dalam bahasa Indonesia dan bahasa inggris maksimal 200 kata,

dalam satu alinea mencangkup masalah, tujuan, metode, hasil, disertai

dengan 3 – 5 kata kunci

Pendahuluan tanpa subjudul, berisi latar belakang, sedikit tinjauan pustaka

dan tujuan penelitian

Metode dijelaskan secara rinci, disain, populasi, sample, sumber data,

teknik/instrumen pengumpul data, prosedur analisa data

Pembahasan mengurai secara tepat dan argumentatif hasil penelitian, temuan

dengan teori yang relevan bahasa dialog yang logis, sistematik dan mengalir

Tabel diketik 1 spasi sesuai urutan penyebutan dalam teks.

Kesimpulan dan saran menjawab masalah penelitian tidak melampaui

kapasitas temuan, pernyataan tegas. Saran logis, tepat guna dan tidak

mengada-ada

5. Rujukan sesuai aturan vancouver, urut sesuai dengan pemunculan dalam teks,

dibatasi 25 rujukan dan 80% merupakan periode publikasi 10 tahun terakhir.

Cantumkan nama belakang penulis dan inisial nama depan. Maksimal 6 orang,

selebihnya diikuti “dkk (et all)”. Huruf pertama judul ditulis dengan huruf besar,

selebihnya dengan huruf kecil, kecuali penamaan orang, tempat, dan waktu.

Judul tidak boleh digaris bawah dan ditebalkan hurufnya

6. Naskah maksimal 20 halaman kuarto spasi ganda, ditulis dengan program

komputer microsoft word, dalam CD dan 3 (tiga) eksemplar copy dokumen

tertulis

7. Naskah harus disertai surat pengantar yang ditanda tangani penulis dan akan

dikembalikan jika ada permintaan tertulis.

Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol. 8 Desember 2014. ISSN 2086-9266

8. Naskah dikirim kepada : Redaksi STIKes YATSI jurnal kesehatan – Sekretariat

LPPM STIKes YATSI Jl. Raya Prabu Siliwang (Jl. Raya Pasar Kemis) Km 3

Tangerang, Banten Telp. (021) 592 1132 / 5930 6633 Fax. (021) 5930 6633

Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol. 8 Desember 2014. ISSN 2086-9266 1

Ns.Febi Ratnasari,S.Kep**, Alnoldus B*, Riswan Maulana*, Ahmad Rermizi*

,Eke Pratiwi*

*Mahasiswa S1 Keperawatan Stikes Yatsi

**Staf DosenS1Keperawatan Stikes Yatsi

ABSTRAK

Komunikasi Interpersonal dalam pelayanan kesehatan dikenal dengan sebutan KIP.

Dalam pelayanan KB KIP kegiatan KIP sangat penting berkenaan dengan kesadaran

untuk ber-KB dan pemilihan jenis Kontrasepsi yang digunakan. Dukungan Ibu PUS

untuk menggunakan KB sangat bergantung dari keterampilan petugas dalam

melakukan KIP.Jika petugas berhasil meyakinkan tentang manfa’at ber-KB maka

Dukungan masyarakat terhadap penggunaann KB meningkat. Penelitian ini bertujuan

untuk mengetahui pengaruh komunikasi Interpersonal terhadap Dukungan Ibu PUS

untuk menjadi Akseptor KB di PKM Kemiri Tahun 2014 Populasi yang akan diteliti

adalah Ibu PUS di wilayah PKM Kemiri Kabupaten Serang dengan jumlah sampel

sebanyak 95 responden.Cara pengambilan sampel menggunakan teknik Purposive

sampling. Alat pengumpulan data berupa kuesioner, pengumpulan data dilakukan

dengan cara Pre-test dan Post test dengan terlebih dahulu dilakukan komunikasi

Interpersonal.Analisis data yang digunakan adalah analisis univariat dan bivariat

dengan menggunakan T test. Hasil penelitian menunjukan sebagian besar responden

berusia ˃ 30 tahun (62,1%), berpendidikan rendah (72,6%) dan paritas primipara

(72,6%). Terdapat peningkatan dukungan antara sebelum dan sesudah dilakukan KIP

yaitu se besar 18,9%.Hasil Uji statistic menunjukan terdapat pengaruh yang

signifikan KIP terhadap dukungan Ibu PUS untuk menjadi akseptor KB (nilai

p=0,000). Saran yang diusulkan Penulis adalah Program kegiatan Komunikasi

Interpersonal perlu ditingkatkan untuk meningkatkan cakupan akseptor

KB.Komunikasi Interpersonal seharusnya sudah menjadi protap atau SOP yang

terstandar khususnya dalam pelayanan KB.

Kata Kunci : Komunikasi Interpersonal, pengetahuan, dukungan, Akseptor KB

Pengaruh Komunikasi Interpersonal Terhadap Dukungan Ibu

PUS untuk Menjadi Akseptor KB di Puskesmas Kecamatan

PKM Kemiri Tahun 2014

Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol. 8 Desember 2014. ISSN 2086-9266 2

ABSTRACT

Interpersonal Communication and Counseling in Health Services know as KIP/K. in

the family planning activities of KIP/K is very important with regard to awareness for

KB and the selection of the type of contraception used. The participation rate for

using family planning acceptors large dependent on the skills of officers in doing

KP/K. If the officers managed to convince about the benefits of family planning the

participation of people who use family planning increases. This study aimed to

determine the effect of Interpersonal Communication and Counseling to the support

of mothers couples of childbearing age to become family planning acceptors in

kemiri Health Center in 2015. Population to be studied is the mothers of couples of

childbearing age in the district PKM Kemiri the total sample of 95 respondents.

Sampling method using purposive sampling technique. Data collection tools such as

questionnaires, data collection is done by pre-test and post-test by first do

Interpersonal Communication and Counseling. Analysis of the data used are

univariate and bivariate analysis using T Test dependent. The results showed the

majority of respondents age > 30 years (62,1%), less educated (72,6%) and parity

primiparous (72,6%)/ there is a growing support for the before and after KIP/K is

equal to 18,9%. Statistical test results showed that there were significant effect KIP/K

is equal to support EFA mother to become family planning acceptors (p value=

0,000). The suggestion that the author is a program of Activities Proposed

Interpersonal Communication and Counseling needs to be improved to increase the

coverage of family planning acceptors. Interpersonal Communication and

Counseling should be a standar operation procedure or SOP. Standardized

especially in family planning services.

Keywords : Interpersonal Communication and Counseling, Knowledge, Support,

Family Planning Acceptors.

PENDAHULUAN

Indonesia yang dulu dikenal berhasil dalam menjalankan program keluarga

berencana (Orde Baru), kini menghadapi ancaman besar di bidang kependudukan.

Laju pertumbuhan yang masih tinggi di kisaran 1,49% atau 44,5 juta jiwa per tahun

tanpa diimbangi peningkatan kualitas penduduk akan berdampak pada proses

kemajuan bangsa di masa depan.

Deputi Bidang Pengendalian Penduduk Badan Kependudukan dan Keluarga

Berencana Nasional (BKKBN), menyatakan bahwa Jumlah penduduk Indonesia saat

ini 250 juta jiwa, menempati urutan ke-4 dunia. Akan tetapi kualitas penduduk kita

berada di urutan 124 dari 187 negara, Selain masalah laju pertumbuhan dan kualitas,

Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol. 8 Desember 2014. ISSN 2086-9266 3

persoalan serius lainnya adalah penyebaran yang belum merata, serta data dan

informasi kependudukan yang minim. Saat ini 59% penduduk masih terkonsentrasi di

Pulau Jawa, sebuah kondisi yang kurang menguntungkan untuk pembangunan.

Kemudian dalam hal ketersediaan data, antara daerah yang satu dengan yang lain

belum sama.Hal itu merupakan imbas dari desentralisasi urusan kependudukan dan

keluarga berencana yang diterapkan sejak tahun 2000.

TUJUAN

Untuk mengetahui Komunikasi interpersonaltenaga kesehatan di PKM kemiri

Tingkat Dukungan Ibu PUS untuk menjadi Akseptor KB sebelum dan sesudah

dilakukan Pendekatan Komunikasi Interpersonal di PKM kemiri Tahun 2014.

Hubungan Komunikasi Interpersonal terhadap Dukungan Ibu PUS untuk menjadi

Akseptor KB di PKM Kemiri Tahun 2014

METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan desain preeksperimental yang termasuk kedalam jenis

quasi eksperimen dengan “ pre dan post test group design” yaitu penelitian

yang dilakukan terhadap satu kelompok sebanyak dua kali yaitu sebelum

eksperimen dan setelah eksperimen.

HASIL PENELITIAN

Tabel 2.1 Distribusi Karakteristik Ibu PUS di Puskesmas PKM Kemiri Tahun 2014

Karakteristik Frekuensi %

Umur

- ≤ 30 tahun

- > 30 tahun

Pendidikan

- Rendah (SLTP Ke bawah)

- Tinggi (SLTA ke atas)

Paritas

- Primipara

- Multipara

36

59

69

26

69

26

37,9

62,1

72,6

27,4

72,6

27,4

Berdasarkan tabel 2.1 diketahui sebagian besar responden berusia >30 tahun (62,1%),

berpendidikan rendah (72,6%) dan paritas primipara (72,6%). Gambaran Nilai Rata-

Rata Dukungan Ibu PUS untuk menjadi akseptor KB sebelum dan sesudah

dilakukan KIP. Tahun 2015

Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol. 8 Desember 2014. ISSN 2086-9266 4

Tabel 2.2 Distribusi Nilai Rata - Rata Dukungan Ibu PUS Untuk Menjadi

Akseptor KB sebelum dan Sesudah Dilakukan KIP di Puskesmas PKM Kemiri

Tahun 2014.

Dukungan Pre test Post test

Mean 34,94 62,76

Median 34 62

Standar deviasi 6,124 6,061

Nilai minimum 20 46

Nilai maximum 50 78

Berdasarkan Tabel 2.2 di atas dapat dilihat bahwa rata-rata Dukungan responden pada

pengukuran pertama (pre test) adalah 34,94 dengan standar deviasi 6,124. Pada

pengukuran kedua (post test) setelah dilakukan KIP didapat rata-rata Dukungan

adalah 62,76 dengan standar deviasi 6,061.

Tabel 2.3 Distribusi dukungan ibu PUS untuk menjadi akseptor KB sebelum

dilakukan KIP di PKM Kemiri Tahun 2014

Tidak 38 40,0 20 21,1

Ya 57 60,0 75 78,9

Total 95 100,0 95 100,0

Berdasarkan tabel 2.3 diatas diketahui sebelum dilakukan KIP sebagian besar(60,0%)

responden mendukung menjadi akseptor KB, setelah dilakukan KIP sebagian besar

(78,9%) responden mendukung menjadi akseptor KB.

Dukungan Sebelum Sesudah

F % F %

Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol. 8 Desember 2014. ISSN 2086-9266 5

Tabel 2.4 Pengaruh Komunikasi Interpersonal Terhadap Dukungan Ibu PUS

untuk Menjadi Akseptor KB di Puskesmas PKM Kemiri Tahun 2014

Variabel Mean SD SE Nilai selisih

rata-rata

P

Value N

Dukungan

- Pre test

- Post test

34,94

62,76

6,124

6,061

0,628

0,622

27,8

0,000

95

Pada table 2.4 diatas menunjukan, rata-rata Dukungan responden pada pengukuran

pertama (pre test) adalah 34,94 dengan standar deviasi 6,124. Pada pengukuran kedua

(post test) setelah dilakukan KIP didapat rata-rata Dukungani adalah 62,76 dengan

standar deviasi 6,061. Terlihat nilai mean perbedaan antara pengukuran pertama dan

kedua adalah 27,8. Hasil uji statistik didapatkan nilai p=0,000 maka dapat

disimpulkan ada pengaruh antara komunikasi interpersonal terhadap Dukungan ibu

PUS untuk menjadi akseptor KB di PMK Kemiri tahun 2014 sebelum dan sesudah

dilakukannya KIP.

DISKUSI

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden berusia >30

tahun (62,1%), hal ini menggambarkan bahwa sebagian besar responden berusia

dewasa. Sehingga peneliti berkesimpulan bahwa semakin dewasa umur seseorang,

maka akan semakin konstruktif dalam menggunakan akal terhadap masalah yang

dihadapi.

Umur dipandang sebagai suatu keadaan yang menjadi dasar kematangan dan

perkembangan seseorang, sehingga proses perubahan perilaku sejalan dengan

bertambahnya umur. Berdasarkan tingkat pendidikan, sebagian besar responden

memiliki tingkat pendidikan yang rendah (72,6%), Menurut Notoatmodjo (2005)

tingkat pendidikan yang rendah berdampak pada tingkat pemahaman dan cara

pandang terhadap kesehatan, termasuk Dukungan dalam ber-KB. Ibu dengan

pendidikan rendah sebelum dilakukan penyuluhan tentunya berbeda pemahamannya

mengenai KB dibandingkan dengan ibu yang berpendidikan tinggi. Untuk mengatasi

kesenjangan tersebut diperlukan konsep pembelajaran kesehatan , salah satunya

melalui metoda KIP (komunikasi interpersonal). Konsep pendidikan kesehatan adalah

suatu proses belajar pada individu, kelompok dan masyarakat dari tidak tahu menjadi

tahu dan dari tidak mampu menjadi mampu mengatasi masalah kesehatan menjadi

mampu mengatasi masalah tersebut (Notoatmodjo, 2005). Sebagian besar paritas

responden adalah primipara (72,6%). Artinya sebagian besar responden adalah para

Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol. 8 Desember 2014. ISSN 2086-9266 6

Ibu yang memiliki anak satu atau baru menikah. Menurut Winkjosastro (2005),

paritas menggambarkan banyaknya jumlah anak dapat pula menggambarkan

pengalaman ibu, ibu yang sudah memiliki anak tentunya memiliki perencanaan dalam

mengatur jaraknya kelahiran anak, biasanya yang menjadi patokannya adalah usia

anak pertama, sehingga pada akhirnya mengikuti program KB.

Gambaran Dukungan Ibu PUS untuk menjadi akseptor KB sebelum dan

sesudah dilakukan KIP Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebelum dilakukan KIP

baru (60,0%) responden mendukung menjadi akseptor KB. Hal ini menggambarkan

bahwa responden belum menunjukkan sikap positif terhadap KB.Rendahnya

Dukungan tersebut dapat disebabkan karena kurangnya informasi yang diperoleh

sehingga berdampak pada kurangnya pemahaman yang baik tentang KB.

Strategi agar Ibu PUS berminat untuk mendukung menjadi akseptor KB adalah

melalui media pendidikan kesehatan, hal ini sangat diperlukan dalam merubah

perilaku masyarakat terutama bagi mereka yang ber-pendidikan rendah serta akses

informasi yang terbatas. Oleh karenanya program promosi kesehatan sangat

diperlukan dalam rangka meningkatkan kesadaran dan pemahaman masyarakat akan

nilai-nilai kesehatan, salah satunya berupa metoda KIP, melalui metode tersebut

diharapkan masyarakat khususnya calon askseptor ikut mendukung aktif untuk

mengikuti program KB. Setelah dilakukan KIP sebagian besar (78,9%) responden

mendukung menjadi akseptor KB. Artinya mengalami peningkatan Dukungan

sebesar 18,9% jika dibandingkan dengan sebelum dilakukan KIP. Walaupun tidak

mencapai 100% namun hal ini menandakan perubahan yang positif dan lebih

baik.Metode KIP walaupun hanya disampaikan dalam waktu maksimal 15 menit,

telah mampu merubah sikap responden.Peningkatan dukungan setelah dilakukan KIP

diharapkan memiliki dampak positif terhadap peningkatan partisipasi untuk menjadi

akseptor KB.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitan dan pembahasan pada bab sebelumnya, dapat

disimpulkan bahwa Tidak ada Komunikasi Interpersonal tenaga Kesehatan diPKM

kemirti sebelum diadakan penelitian. Terjadi peningkatan dukungan antara sebelum

dan sesudah dilakukan KIP yaitu sebesar 18,9%. Ada pengaruh antara komunikasi

interpersonal terhadap Dukungan ibu PUS untuk menjadi akseptor KB, sebelum dan

sesudah dilakukan KIP.

Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol. 8 Desember 2014. ISSN 2086-9266 7

DAFTAR PUSTAKA

1. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. (2006), Kamus Besar Bahasa

Indonesia. Jakarta : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan

2. Hidayat A.A. (2011). Metoda Penelitian Keperawatan dan Tekhnik Analisisis

Data. Jakarta : Salemba Medika.

3. Nurhasanah N. 2010, Ilmu Komunikasi Dalam Kontek Keperawatan. Jakarta :

CV.Trans Info Media.

4. Komala, Lukiati. (2009). Ilmu Komunikasi: Perspektif, Proses,dan Konteks

Bandung : Widya Padjadjaran.

5. Nursalam. (2007). Aplikasi Komunikasi Dalam Pelayanan Kesehatan BKKBN.

(2008), hal. 3.

6. Keluarga Berencana menurut UU No. 10 Tahun 1992.

7. Arum & Sujiyatni. (2009), hal. 28, 29. Visi untuk mewujudkan keluarga

berkualitas

Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol. 8 Desember 2014. ISSN 2086-9266 8

*Ns.Zahrah Maulidia Septimar,S.kep,*Ratna Mustika,*Rina Solihat,*Siti

Maesaroh,*Villi Permana

*Mahasiswa S1 KeperawatanStikesYatsi*

**Staf DosenS1Keperawatan StikesYatsi*

ABSTRAK

Mobilisasi merupakan kemampuan seseorang untuk bergerak bebas mudah ,teratur,

dalam rangka memenuhi kebutuhan hidup sehat dan penting untuk kemandirian

(Kozier, 2004). Demikian pula dengan pasien paska operasi diharapkan dapat

melakukan mobilisasi sesegera mungkin. Dari hasil pengamatan yang dilakukan di

Ruang Rawat Inap Bedah Bogenvil RSUD Kab Tangerang pada bulan Januari 2014

jumlah pasien yang dirawat sebanyak 98 pasien dengan bermacam-macam kasus

pembedahan. Dari jumlah tersebut didapatkan Kasus pembedahan abdomen sebanyak

28 pasien.Dari 28 pasien tersebut didapatkan 75% (21 pasien) yang tidak segera

melaksanakan mobilisasi setelah dilakukan pembedahan.Penelitian ini bertujuan

menjelaskan pengaruh pendidikan kesehatan pra operasi terhadap pelaksanaan

mobilisasi dini paska pembedahan abdomen. Penelitian ini merupakan penelitian true

eksperimen menggunakan desain post test dengan kelompok kontrol. Intervensi yang

digunakan dalam studi ini adalah pendidikan kesehatan yang diberikan pada pasien

yang akan dilakukan tindakan pembedahan abdomen. Pelaksanaan terhadap

mobilisasi diamati pada hari kedua paska operasi.Besarnya sampel adalah 60 pasien

yang terdiri atas masing-masing 30 pasien kelompok latihan mobilisasi dan 30

kelompok penkes. Hasil penelitian didapatkan hamper sebagian besar respon den

pada kelompok penkes terdapat 51,7% melakukan mobilisasi dini dengan baik, dan

pada kelompok latihan mobilisasi 36,7% pasien melakukan mobilisasi dini dengan

baik. Analisist-paired menunjukkan adanya perbedaan signifikan secara statistic pada

aspek kemandirian pasien dalam melakukan mobilisasi dini antara pasien kelompok

intervensi dengan kelompok control dengan p value 0,559.

Kata kunci: Pendidikankesehatan,mobilisasidini, pembedahan abdomen

Pengaruh Pendidikan Kesehatan Pra Operasi Terhadap

Pelaksanaan Mobilisasi Dini Paska Pembedahan Abdomen di

Ruang Bogenvil RSUD Kab Tangerang Tahun 2014

Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol. 8 Desember 2014. ISSN 2086-9266 9

ABSTRACT

Mobilization is a person's ability to move freely, easily, regularly, in order to meet

the needs of healthy living and essential to self-sufficiency (Kozier, 2004). Similarly,

postoperative patients are expected to mobilize as soon as possible. From the

observations have made in Bogenvil room at RSUD Cilegon in Januari 2015 as the

number of patients treated 98 patients with a variety of surgical cases. Of this amount

earned as many as 28 cases of abdominal surgery patients. Of the 28 patients

obtained 75% (21 patients) who did not immediately carry out mobilization after

surgery. This study aims to explain the influence of preoperative health education on

the implementation of early mobilization post-abdominal surgery. This study is using

the true experimental post test design with a control group. The intervention used in

this study is that health education be given to patients following surgery abdomen.

Implementation of the mobilization was observed on the second day post-surgery. The

sample size was 60 patients consisting of 30 patients each penkes group and 30

mobiliztion exercises group. The results obtained most of the respondents in the

penkes group 51.7% are doing well early mobilization, and in the mobiliztion

exercises group 36.7% of patients did well early mobilization. Paired t-analysis

showed a statistically significant difference in aspects of patient autonomy early

mobilization in the intervention group patients with a control group with p value

0.559. Suggestions in this research so that the hospital can facilitate and make health

education permanent procedure in preoperative patients.

Keywords : Health Education, Early Mobilization, Abdominal Surgery

PENDAHULUAN

Oprasi abdomen merupakan kedaruratan bedah yang sering dilakukan

diberbagai negara di seluruh dunia.Penyakit ini dapat di temukan di semua usia

namun paling sering pada usia antara 20 sampai 30 tahun. Kejadian oprasi abdomen

1,4 kali lebih tinggi pada pria dibandingkan pada wanita. Tujuan penduduk dinegara

barat menderita penyakit abdomen dan terdapat lebih dari 200.000 penderita penyakit

abdomen dilakukan di amerika serikat setiap tahunnya. WHO (world Health

organization) menyebutkan insiden abdomen di asia dan afrika pada tahun 2005

adalah 4,8% dan 2,6% penduduk dari total populasi.Di Indonesia insiden penyakit

bedah abdomen appendicitis cukup tinggi, terlihat dengan adanya jumlah pasien dari

tahun ketahun. Berdasarkan data yang diperoleh dari Depkes (2008), Kasus apendik

pada tahun 2005 sebnyak 65.755 orang dan pada tahun 2008 jumlah pasien penyakit

abdomen appendicitis sebanyak 75,6001 orang.RSUD kab tangerang panggung rawi

antara tahun 2013 sampai dengan 2014 total kasus penyakit abdomen sebanyak 782

Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol. 8 Desember 2014. ISSN 2086-9266 10

kasus.Perawat mampu memberikan pelanyanan asuhan keperawatan kepada individu,

keluarga dan masyarakat yang menggunakan konsep prilaku manusia, perkembangan

kepribadian.

TUJUAN

Mengetahui adanya pengaruh pendidikan kesehatan pra operasi tentang

mobilisasi dini paska operasi terhadap pelaksanaan mobilisasi dini pada pasien paska

pembedahan abdomen di ruang Bogenvil RSUD KabTangerang

METODE PENELITIAN

Penelitian ini bersifat analitik kuantitatif dengan desain true eksperimen.

Rancangan yang digunakan adalah post test with control group design

(trueexperiment with control) yang dilakukan peneliti kepada pasien yang mengalami

pembedahan abdomen, untuk mengetahui pengaruh suatu perlakuan terhadap efek

perlakuan, perbedaan sesudah adanya suatu intervensi

HASIL PENELITIAN

Tabel 1.1 Distribusi Frekuensi Mobilisasi Dini

Berdasarkan pada tabel di atas dapat di analisa bahwa hamper sebagian besar

responden pada kelompok intervensi terdapat 24(40.0%) pasien melakukan

mobilisasi dini dengan baik,

Tabel 1.2DistribusiFrekuensiRespondenBerdasarkanPendidikankesehatan

Penkes Frekuensi Prosentase %

Baik

Kurang

Cukup

31

7

22

51.7

11.7

36.7

Total 60 100

MobilisasiDini Jumlah

N %

Baik 24 40.0

Kurang 18 30.0

Cukup 18 30.0

Total 60 100

Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol. 8 Desember 2014. ISSN 2086-9266 11

Dari Respon den sebnyak 60 orang, didapatkan bahwa penkes baik sebanyak 31

orang (51,7%), Penkes kurang sebanyak 7 orang (11,7%) Sedangkan penkes cukup

sebanyak 22(36.7%).

Tabel 1.3 HasilPerhitunganUjiNormalitas

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic Df Sig. Statistic df Sig.

Penkes .211 60 .000 .886 60 .000

Mobilisasi .155 60 .001 .931 60 .002

Berdasarkantabel 1.3 dapat dilihat hasil uji normalitas dengan nilai Sig dari Shapiro

–Wilkv ariabel penkes menghasilkan signifikansi (ρ) sebesar 0,00. Nilai (ρ) > 0,05

berarti bahwa skor penkes berdistribusi normal. Uji normalitas dengan nilai Sig dari

Shapiro-Wilkvaria bella tihan mobilisasi menghasilkan signifikan si (ρ) sebesar 0,02..

Table1.4 Pengaruh Pendidikan Kesehatan terhadap Mobilisasi Dini pada Pasien

Bedah Abdomen di RSUD KabTangerang tahun 2014

Mobillisasi Penkes

Mobillisasi

Pearson

Correlation 1 .559

Sig. (2-tailed) .000

N 60 60

Penkes

Pearson

Correlation .559 1

Sig. (2-tailed) .000

N 60 60

Berdasarkan tabel 1.4 dapat dilihat hasil perhitungan korelasi atau hubungan kedua

variable penelitian dengan teknik Pearson’s Product Moment. Perhitungan

menghasilkan koefisien korelasi (r) sebesar 0,559 dengan signifikansi (ρ) sebesar

0,000.Nilai (ρ) < 0,05atau r hitung> r tabel (0,559 > 0,425) maka ada hubungan yang

signifikan antara penkes dengan latihan mobilisasi pada pasien post operasi

appendicitis di RSUD KabTangerang

DISKUSI

Berdasarkan hasil penelitian terkait hasil observasi tentang pelaksanaan

mobilisasi pasien, didapatkan adanya pengaruh pemberian pendidikan kesehatan

praoperasi terhadap pelaksanaan mobilisasi dini pasien paska pembedahan abdomen

Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol. 8 Desember 2014. ISSN 2086-9266 12

dalam melakukan mobilisasi dini paska operasi pada kelompok intervensi.Perbedaan

tersebut sangat bermakna yaitu p=0,559 pada alpha 5% (p<α), terhadap kemungkinan

terjadinya perubahan terhadap sikap dan perilaku mobilisasi dini mandiri pasien

dalam melakukan latihan-latihan mobilisasi dini paska operasi.Dalam penelitian ini

pada kedua kelompok terdapat perbedaan yang signifikan yang mungkin disebabkan

oleh perbedaan dari banyak factor misalnya tingkat pengetahuan, pendidikan, umur,

dan jenis kelamin.Faktor-faktor tersebut mungkin bias mepengaruhi tingkat

mobilisasi dini pada pasien.Namun ketiga factor tersebut tidak ikut diteliti dalam

penelitian ini.

KESIMPULAN

Secara statistika dan perbedaan signifikan pada aspek kemandirian pasien

dalam melakukan mobilisasi dini antara pasien kelompok Penkes dengan kelompok

latihan mobilisasidengan p value 0,559

DAFTAR PUSTAKA

1. Ahmad, Ramali, (2004). Rencana Asuhan Keperawatan, Jakarta:

PenerbitBukuKedokteranEGC

2. Arikunto, S, (2008). ProsedurPenelitian: Suatu PendekatanPraktik.

EdisiRevisi.Jakarta: RinekaCipta

3. Johansson, et al. (2004).Preoperative education for orthopaedic patient, Journal

4. Long, Barbara C. , (2006) Buku Ajar KeperawatanMedikalBedah. Bandung

5. Michael,O’Donnell,(2006).Definition of Health Promotion: Part III:Expanding

the Definition

6. Notoadmodjo,S.(2007). PromosiKesehatan&IlmuPerilaku, EdisiRevisi, Jakarta,

RinekaCipta

7. Notoatmodjo, S.(2010). MetodologiPenelitianKesehatan. EdisiRevisi.

Jakarta:RhinekaCipta

Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol. 8 Desember 2014. ISSN 2086-9266 13

Ns.Rina Puspitasari,S.Kep;M.Kep**, Erid Tarmija*, Habiri*, Hizye Natalia*,

Elfira T*.

*Mhs. SI Keperawatan Stikes Yatsi

**Staf Dosen SI Keperawatan Stikees Yatsi

ABSTRAK

Perilaku manusia merupakan refleksi dari berbagai gejala kejiwaan seperti ;

keinginan, minat, kehendak, pengetahuan ,emosi, berfikir,sikap, motivasi, peran dan

sebagainya. Namun demikian sulit di bedakan refleksi dari gejala yang manakkah

seseorang itu berperilaku tertentu, sehingga terdapat faktor-faktor lain, yaitu

pengalaman, keyakinan, sarana-sarana fisik,sosio-budaya masyarakat dan sebagainya.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya hubungan antara faktor-faktor yang

mempengaruhi perilaku lansia terhadap kunjungan lansia di Puskesmas Pasir Nangka

tahun 2015 dengan menggunakan metode deskriptif yang bertujuan untuk mengetahui

adanya hubungan antara faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku lansia terhadap

kunjungan lansia di Puskesmas Desa Cilongok tahun 2015. Sampel dalam penelitian

ini sebanyak 62 lansia.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa untuk hubungan antara faktor-faktor yang

mempengaruhi perilaku lansia terhadap kunjungan lansia di Puskesmas didapat nilai

p-value = 0,072>0,05 yang artinya tidak terdapat hubungan antara faktor faktor yang

mempengaruhi prilaku lansia terhadap kunjungan lansia di Puskesmas, untuk aspek

hubungan antara praktek posbindu bernilai p=0,265 >0,05 yang artinya terdapat

hubungan antara faktor faktor yang mempengaruhi prilaku lansia terhadap kunjungan

lansia di Puskesmas.Untuk aspek hubungan jarak dengan jumlah kunjungan ke

posbindu lansia p= 0,000< 0,05 yang artinya terdapat hubungan antara faktor faktor

yang mempengaruhi prilaku lansia terhadap kunjungan lansia di Puskesmas.Untuk

aspek hubungan pelayanan dengan jumlah kunjungan ke posbindu di dapat nilai p=

0,000 < 0,05yang artinya terdapat hubungan antara faktor faktor yang mempengaruhi

prilaku lansia terhadap kunjungan lansia di Puskesmas Desa Cilongok,

kesimpulannya adalah dari 6 faktor yang mempengaruhi Perilaku Lansia terhadap

kunjungan Lansia di Posbindu Puskesmas Desa Cilongok diantaranya H0 diterima

yaitu: hubungan antara umur lansia, Hubungan antara pendidikan Lansia, Hubungan

antara Sikap Lansia dan Hubungan antara Praktek dengan jumlah kunjungan, dan Ha

Hubungan Antara Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku

Lansia Terhadap Kunjungan Lansia Di Desa Cilongok

Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol. 8 Desember 2014. ISSN 2086-9266 14

yang d terima yaitu : Hubungan antara jarak dengan jumlah kunjungan dan Hubungan

antara pelayanan kesehatan dengan jumlah kunjungan.

Kata Kunci : Perilaku Lansia, Kunjungan Posbindu Lansia.

ABSTRACT

Human behavior is a reflection of a variety of psychiatric symptoms such as; desire,

interest, desire, knowledge, emotions, thinking, attitude, motivation, role, and so on.

However difficult to differentiate the reflection of a person's symptoms behave, so

that there are other factors, namely experience, confidence, the means of physical,

socio-cultural and so on,

This study aims to determine the correlation between the factors that influence the

behavior of the elderly to visit the elderly service health in Puskesmas Desa Cilongok

2015 by using descriptive method.

The results showed that for the correlation between the factors that influence the

behavior of the elderly to visit the elderly service health in Puskesmas obtained p-

value = 0.072> 0.05, which means there is no correlation between the factors that

influence the behavior of the elderly to visit the elderly in health centers, for aspects

the correlation between practice ederly sevice health p-value = 0.265> 0.05, which

means there is a correlation between the factors that influence the behavior of the

elderly to visit the elderly service health in Puskesmas. For aspect distance, have a

correlation with a number of visits to the elderly service health p = 0.000 <0.05,

which means there is a correlation Among the factors which influence the behavior of

the elderly to visit the elderly service health in Puskesmas. For aspect of the service,

have a correlation with the number of visits to erderly service health have p = 0.000

<0,05 which means that there is a correlation between the factors that influence the

behavior of the elderly to visit the elderly in Puskesmas Desa Cilongok, the

conclusion is of 6 factors that affect Behavior elderly to visit elderly in Erderly

Service Health in Desa Cilongok Public Health Service have H0 accepted with the

correlation p value between age and the elderly, the correlation between education

Elderly, correlation between Attitudes Elderly and the correlation between the

practice of the number of visits, and had received that : The correlation between the

distance to the correlation between the number of visits and the number of health

care visits.

Keywords: Elderly Behaviour, visit Elderly Service Health

Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol. 8 Desember 2014. ISSN 2086-9266 15

PENDAHULUAN

Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi terutama di bidang kedokteran,

telah mampu mengobati berbagai penyakit dan juga berhasil mengurangi angka

kematian maupun memperlambat kematian, memperbaiki gizi dan sanitasi sehingga

kualitas dan umur harapan hidup meningkat. Akibatnya jumlah penduduk lanjut usia

bertambah banyak dan cenderung berlangsung lebih cepat dan pesat (Nugroho,2008).

Di wilayah kecamatan Desa Cilongok terdapat 7 Posbindu Lansia,dengan

jumlah kunjungan selama dua tahun berikut adalah sebagai berikut :

Banyak faktor yang menyebabkan masyarakat berkunjung kePosbindu.Faktor

tersebut bisa berasal dari dalam diri orang itu sendiri (faktor predisposisi) dan dari

luar diri orang itu sendiri (faktor pemungkin dan penguat). Salah satu faktor

predisposisi adalah pengetahuan (Harbandiyah, 2006). Faktor pengetahuan

masyarakat yang baik mempunyai pengaruh yang besar terhadap peningkatan status

kesehatan seseorang, sedangkan pengetahuan masyarakat yang buruk dapat

menyebabkan kegagalan dalam peningkatan status kesehatannya (Tinuk, 2003).

Motivasi seseorang akan timbul apabila mereka diberi kesempatan untuk mencoba

dan mendapat umpan balik dari hasil yang diberikan. Oleh karena itu, penghargaan

psikis sangat diperlukan agar seseorang merasa dihargai dan diperhatikan. Peran

kader posbindu lansia memegang peranan penting dalam memotivasi para lansia

untuk mencapai tujuan dalam kegiatan posbindu lansia (Nursalam, 2002).

Dilihat dari data kunjungan posbindu lansia di wilayah kerja puskesmas Desa

Cilongok tahun 2013 dan 2014 terjadi penurunan jumlah kunjungan sebanyak 10,84

%, melihat adanya penurunan kajian lebih lanjut tentang hubungan antara faktor-

faktor yang mempengaruhi perilaku Lansia terhadap kunjungan Lansia ke Posbindu

lansia di Puskesmas Desa Cilongok, Kabupaten Tangerang.

Jumlah Kunjungan Posbindu Lansia Di Wilayah Kerja Puskesmas Desa

Cilongok Tahun 2013 berjumlah 8273 orang, Tahun 2014 berjumlah 7376 orang dan

jumlah total 15649 orang.

TUJUAN

Mengetahui hubungan antara faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku

Lansia dengan jumlah kunjungan Lansia ke posbindu Lansia di Desa Cilongok ,

Kabupaten Tangerang.

METODE

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan pendekatan Cross

Sectional (potong lintang), untuk mengetahui hubungan antara faktor-faktor yang

Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol. 8 Desember 2014. ISSN 2086-9266 16

mempengaruhi perilaku dengan jumlah kunjungan lansia di posbindu lansia di

puskesmas Desa Cilongok tahun 2014.

HASIL PENELITIAN

Analisi Univariat

Tabel 3.1 Distribusi Responden Berdasarkan Umur Lansia

Umur Responden Jumlah Presentasi (%)

50-60 th

61-70 th

Jumlah

16

43

59

27

63

100

Berdasarkan tabel 5.1terlihat bahwa responden yang berumur 50-60th sebanyak 16

orang (27%), dan yang berumur 61-70th

sebanyak 43 responden (63%).

Tabel 3.2 Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan Lansia

Pendidikan Lansia Jumlah Presentasi (%)

Rendah (tidak sekolah,

sd,smp)

Tinggi (Sma, Perguruan

Tinggi)

27

32

45,7

54,3

Jumlah 59 100

Dari tabel 3.2 terlihat bahwa sebagian besar responden terdapat pada lansia yang

berpendidikan tinggi, yaitu sebanyak 32 responden (54,3%) dan sisanya terdapat pada

responden yang berpendidikan rendah, yaitu sebanyak 27 responden (45,7%).

Tabel 3.3 Distribusi Responden Berdasarkan Sikap Lansia

Sikap Lansia Jumlah Presentasi (%)

Setuju 59 100

Tidak Setuju 0 0

Jumlah 58 100

Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol. 8 Desember 2014. ISSN 2086-9266 17

Lebih lanjut tabel 3.3 terlihat bahwa responden seluruh responden yang setuju akan

adanya pelaksanaan Posbindu Lansia yaitu sebanyak 59 responden (100%).

Tabel 3.4 Distribusi Responden Berdasarkan Praktek Posbindu Lansia

Praktek Posbindu

Lansia Jumlah Presentasi (%)

Rutin

Tidak Rutin

47

12

79,7

20,3

Jumlah 59 100

Berdasarkan tabel 3.4 terlihat bahwa sebagian besar responden mengatakan bahwa

praktek Posbindu Lansia rutin dilaksanakan, yaitu sebanyak 47 responden (79,7%),

sisanya mengatakan bahwa praktek Posbindu Lansia tidak rutin dilaksanakan,yaitu

sebanyak 12 responden (20,3%).

Tabel 3.5 Distribusi Responden Berdasarkan Jarak

Jarak Jumlah Presentasi (%)

Jauh

Dekat

31

28

52,5

47,5

Jumlah 59 100

Dari tabel 3.5terlihat bahwa sebagian besar responden bertempat tinggal jauh dari

Posbindu Lansia terdekat yaitu sebanyak 31 responden (52,5%), sedangkan

responden yang bertempat tinggal dekat dengan Posbindu Lansia sebanyak 28

responden (47,5%).

Tabel 3.6 Distribusi Responden Berdasarkan Pelayanan

Pelayanan Jumlah Presentasi (%)

Baik 40 67,8

Kurang Baik 19 32,2

Jumlah 59 100

Dari tabel 3.6 terlihat bahwa sebanyak 40responden (67,8%), menyatakan bahwa

pelayanan diPosbindu yang mereka kunjungi adalah baik, sedangkan sebanyak 19

Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol. 8 Desember 2014. ISSN 2086-9266 18

responden (32,2%) menyatakan bahwa pelayanan diPosbindu yang mereka kunjungi

adalah kurang baik.

Tabel 3.7 Distribusi Responden Berdasarkan Kunjungan

Kunjungan Jumlah Presentasi (%)

Rutin

Tidak Rutin

Jumlah

26

33

59

44,4

55,6

100

Dari tabel 3.7 terlihat bahwa sebanyak 26responden (44,4%), menyatakan bahwa

mereka rutin melakukan kunjungan ke Posbindu, sedangkan sebanyak 33 responden

(55,6%) menyatakan bahwa mereka tidak rutin melakukan kunjungan ke Posbindu.

Analisis Bivariat

Tabel 3.8 Hubungan Umur Lansia Dengan Jumlah Kunjungan Ke Posbindu

Lansia Dalam Satu Tahun

Umur

Jumlah Kunjungan

Total

(%)

P

value > 6

kali/tahun

( %)

< 6

kali/tahun

(%)

50-60 th 12

(20,3%)

4

(6,8 %)

16

(27,1

%)

0,072 61-70 th

26

(44,1%)

17

(28,8 %)

43

(72,9

%)

38

(64,4 %)

21

(35,6 %)

59

(100%)

Dari tabel 3.8 dapat dilihat hasil hubungan antara umurlansia dengan kunjungan

Posbindu diperoleh bahwa ada sebanyak 12 orang (20,3%) lansia berusia 50-60 th

yang berkunjung secara rutin ke Posbindu, sedangkan pada lansiaberusia61-70 th

sebanyak 26 orang lansia (44,1%) rutin berkunjung ke Posbindu. Dari hasil uji

statistik diperoleh nilai P =0,072 (p > 0,05) yang berarti H0 diterima, sehingga dapat

disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan yang bermakna antara umur Lansia

dengankunjungan Posbindu Lansia di Puskesmas Desa Cilongok pada tahun 2015.

Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol. 8 Desember 2014. ISSN 2086-9266 19

Tabel 3.9 Hubungan Pendidikan Lansia Dengan Jumlah Kunjungan Ke

Posbindu

Pendidikan

Jumlah Kunjungan Total

(%)

P

value

> 6

kali/tahun

( %)

< 6

kali/tahun

(%)

Rendah 15

(25,4%)

12

(20,4%)

27

(45.8%)

0,103

Tinggi 11

(18,6%)

21

(35,6%)

32

(54.2%)

Jumlah 26

(44,1 %)

33

(55,9%)

59

(100 %)

Dari tabel 3.9 dapat dilihat hasil hubungan antara pendidikan Lansia dengan jumlah

kunjungan Posbindu diperoleh data bahwa ada sebanyak 15 orang (25,4%) Lansia

yang berpendidikan rendah yang berkunjung secara rutin ke Posbindu, sedangkan

pada Lansia yang berpendidikan tinggi terdapat 11 orang (18,6%) yang berkunjung

secara rutin ke Posbindu. Dari hasil uji statistik diperoleh nilai P =0,103 (p >0,05)

yang berarti H0 diterima, sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan

yang bermakna antara pendidikan Lansia dengan kunjungan Posbindu Lansia di

Puskesmas Desa Cilongok pada tahun 2015.

Tabel 3.10 Hubungan Sikap Lansi Dengan Jumlah Kunjungan

Sikap Lansia

Jumlah Kunjungan Total

(%)

P

value > 6

kali/tahun

( %)

< 6

kali/tahun

(%)

Suka 26

(44,1%)

33

(55,9 %)

59

(100%)

a

Tidak Suka 0

(0%)

0

(0%)

0

(0%)

26

(44,1 %)

33

(55,9 %)

59

(100%)

Dari tabel 3.10 dapat dilihathubungan antara sikap lansiadengan jumlah kunjungan,

sebanyak 26 orang (44,1%) Lansia yang suka dengan adanya Posbindu melakukan

Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol. 8 Desember 2014. ISSN 2086-9266 20

kunjungan secara rutin ke Posbindu, sedangkan sebanyak 33 orang Lansia (55,9%)

yang suka dengan adanya Posbindu tidak melakukan kunjungan secara rutin ke

Posbindu. Dari hasil uji statistik diperoleh nilai a (hal ini dikarenakan seluruh

responden menyatakan suka dengan adanya Posbindu lansia, sehingga hubungan

antarasikap Lansia dengan kunjungan Posbindu Lansia di Puskesmas Desa Cilongok

pada tahun 2015,tidak dapat dihitung dikarenakan variable sikap dianggap sebagai

variable yang konstan.

Tabel 3.11 Hubungan Praktek Posbindu Dengan Jumlah Kunjungan

Praktek

Posbindu

Jumlah Kunjungan Total

(%)

P

value

> 6

kali/tahun

( %)

< 6

kali/tahun

(%)

Rutin 19

(32,2%)

28

(47,5%)

27

(79,7 %)

0,265 Tidak Rutin 7

(11,9%)

5

(8,5 %)

12

(20,3 %)

Jumlah 26

(44,1%)

33

(55,9 %)

59

(100 %)

Dari tabel 3.11 dapat dilihat hasil hubungan antara praktek Posbindu dengan jumlah

kunjungan diperoleh bahwa ada sebanyak 19 orang (32,2%) Lansiayang menyatakan

Posbindu dilaksanakan secara rutinberkunjung secara rutin ke Posbindu, sedangkan

pada Lansiayang menyatakan Posbindu dilaksanakan secara tidak rutinsebanyak 7

orang (11,9%) tetap berkunjung secara rutin ke Posbindu. Dari hasil uji statistik

diperoleh nilai P =0,265 (p > 0,05) yang berarti H0 diterima, sehingga dapat

disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan yang bermakna antara praktek rutin

Posbindu dengan kunjungan Posbindu Lansia di Puskesmas Desa Cilongok pada

tahun 2015.

Tabel 3.12 Hubungan Jarak Rumah Dengan Jumlah Kunjungan

Jarak

Jumlah Kunjungan Total

(%)

P

value > 6

kali/tahun

( %)

< 6

kali/tahun

(%)

Jauh 23

(39%)

8

(13,6 %)

31

(52,5%)

0,000

Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol. 8 Desember 2014. ISSN 2086-9266 21

Dekat 3

(5,1%)

25

(42,4%)

28

(47,5%)

26

(44,1 %)

33

(55,9 %)

59

(100%)

Dari tabel 3.12 dapat dilihathubungan antara jarak dengan jumlah kunjungan,

sebanyak 23 orang (39%) Lansia yang jarak antara rumahnya dengan pelayanan

kesehatan jauh, berkunjung secara rutin ke Posbindu, sedangkan padaLansia yang

jarak antara rumahnya dengan pelayanan kesehatan dekat, terdapat 3 orang (5,1%)

yang berkunjung secara rutin ke Posbindu. Dari hasil uji statistik diperoleh nilai P

=0,000 (p < 0,05) yang berarti H0 ditolak, sehingga dapat disimpulkan bahwa

terdapat hubungan yang bermakna antara jarak dengan kunjungan Posbindu Lansia di

Puskesmas Desa Cilongok pada tahun 2015.

Tabel 5.13 Hubungan Pelayanan Kesehatan DenganJumlah Kunjungan

Pelayanan

Jumlah Kunjungan Total

(%)

P

val

ue

> 6

kali/tahun

( %)

< 6

kali/tahun

(%)

Baik 25

(42,4%)

15

(25,4 %)

40

(67,8)

0,0

00

Kurang Baik 1

(1,7%)

18

(30,5%)

19

(32,2)

26

(44,1%)

33

(55,9%)

59

(100)

Dari tabel 3.13 dapat dilihat hasil hubungan antarapelayanan kesehatan denganjumlah

kunjungandiperoleh bahwa ada sebanyak 25 orang (42,4%) Lansia yang menyatakan

pelayanan di Posbindu baik, berkunjung secara rutin ke Posbinduk, sedangkan pada

Lansia yang menyatakan pelayanan di Posbindu kurang baik sebanyak 1 orang

(1,7%), tetap melakukan kunjungan secara rutin ke Posbindu. Dari hasil uji statistik

diperoleh nilai P =0,000 (p < 0,05) yang berarti H0 ditolak, sehingga dapat

disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara pelayanan dengan

kunjungan Posbindu Lansia di Puskesmas Desa Cilongok pada tahun 2015.

DISKUSI

Sebagian besar responden bertempat tinggal jauh dari Posbindu Lansia terdekat

yaitu sebanyak 31 responden (52,5%), sedangkan responden yang bertempat tinggal

Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol. 8 Desember 2014. ISSN 2086-9266 22

dekat dengan Posbindu Lansia sebanyak 28 responden (47,5%). Jarak merupakan

salah satu factor pendorong seseorang dalam melakukan upaya kesehatan. Pelayanan

kesehatan yang lokasinya terlalu jauh dari daerah tempat tinggal tentu tidak mudah

dicapai, sehingga membutuhkan transportasi untuk menjangkau tempat pelayanan

kesehatan, apabila keadaan ini sampai terjadi, tentu tidak akan memuaskan pasien,

maka disebut suatu kesehatan bermutu apabila pelayanan tersebut dapat dicapai oleh

pemakai jasa pelayanan kesehatan itu (Razak, 2000).

Dilihat hasil hubungan antara pendidikan Lansia dengan jumlah kunjungan

Posbindu diperoleh data bahwa ada sebanyak 15 orang (25,4%) Lansia yang

berpendidikan rendah yang berkunjung secara rutin ke Posbindu, sedangkan pada

Lansia yang berpendidikan tinggi terdapat 11 orang (18,6%) yang berkunjung secara

rutin ke Posbindu. Dari hasil uji statistik diperoleh nilai P = 0,103 ( p > 0,05) yang

berarti H0 diterima, sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan yang

bermakna antara pendidikan Lansia dengan kunjungan Posbindu Lansia di Puskesmas

Desa Cilongok pada tahun 2015.

Dari hasil hubungan antara praktek Posbindu dengan jumlah kunjungan

diperoleh bahwa ada sebanyak 19 orang (32,2 %) Lansia yang menyatakan Posbindu

dilaksanakan secara rutin berkunjung secara rutin ke Posbindu, sedangkan pada

Lansia yang menyatakan Posbindu dilaksanakan secara tidak rutin sebanyak 7 orang

(11,9%) tetap berkunjung secara rutin ke Posbindu. Dari hasil uji statistik diperoleh

nilai P =0,265 (p > 0,05) yang berarti H0 diterima, sehingga dapat disimpulkan

bahwa tidak terdapat hubungan yang bermakna antara praktek rutin Posbindu dengan

kunjungan Posbindu Lansia di Puskesmas Pasir Nangka pada tahun 2015. Hal ini

menunjukan bahwa walaupun Posbindu tidak dilaksanakan secara rutin, kebutuhan

masyarakat akan Posbindu tetap ada.

KESIMPULAN

Dari hasil uji statistik diperoleh nilai P =0,072 (p > 0,05) yang berarti H0

diterima, sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan yang bermakna

antara umur Lansia dengan kunjungan Posbindu Lansia di Puskesmas Desa Cilongok

pada tahun 2015.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan yang bermakna

antara pendidikan Lansia dengan kunjungan Posbindu Lansia di Puskesmas Desa

Cilongok pada tahun 2015.

Sehingga hubungan antara sikap Lansia dengan kunjungan Posbindu Lansia di

Puskesmas Desa Cilongok pada tahun 2015,tidak dapat dihitung dikarenakan variable

sikap dianggap sebagai variable yang konstan.

Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol. 8 Desember 2014. ISSN 2086-9266 23

Sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan yang bermakna

antara praktek rutin Posbindu dengan kunjungan Posbindu Lansia di Puskesmas Desa

Cilongok pada tahun 2015.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara

jarak dengan kunjungan Posbindu Lansia di Puskesmas Desa Cilongok pada tahun

2015.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara

pelayanan dengan kunjungan Posbindu Lansia di Puskesmas Desa Cilongok pada

tahun 2015.

DAFTAR PUSTAKA

1. Arikunto, S. 2010 .Prosedur Penelitian. PT . Rineka Cipta. .

2. Azwar. 2008. Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya. Pustaka Pelajar.

3. Notoatmodjo S. 2012. Ilmu Kesehatan Masyarakat: Prinsip-Prinsip Dasar. PT

Rineka Cipta.

4. Notoatmodjo, Soekijo. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta.

5. Poppy Kumala, dkk. 2011. Kamus Saku Kedokteran Dorland, EGC. Jakarta.

6. Profil Dinas Kesehatan Kabupaten Tangerang 2013. 2014 Dinas Kesehatan

Kabupaten Tangerang.

7. Profil Puskesmas Pasir Nangka 2013. 2014 Puskesmas Desa Cilongok.

Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol. 8 Desember 2014. ISSN 2086-9266 24

Ida Faridah,S.Kp.,M.Kes**, Ebi Shafani*, Dwi Hayati*, Berti Setiawan*, Afrina

Safitri*,

*Mhs. SI Keperawatan Stikes Yatsi,

**Staf Dosen SI Keperawatan Stikes Yatsi

ABSTRAK

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah dalam bentuk pertanyaan penelitian

sebagai berikut: (1) Bagaimana motivasi pegawai di RSUD Kota Tangerang? (2)

Bagaimana kualitas pelayanan di RSUD Kota Tangerang? (3) Apakah terdapat

hubungan positif dan signifikan antara motivasi pegawai dengan kualitas pelayanan

di RSUD Kota Tangerang?.

Selanjutnya tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut : (1) untuk mengetahui

karakteristik responden di RSUD Kota Tangerang,(2) Untuk mengetahui motivasi

pegawai di RSUD Kota Tangerang,(3) untuk mengetahui kualitas pelayanan di

RSUD Kota Tangerang,(4) untuk mengetahui hubungan motivasi pegawai dan

kualitas pelayanan di RSUD Kota Tangerang.

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif study

korelasi yaitu penelitian yang bertujuan untuk menggambarkan hubungan korelasi

antar variabel, yaitu variabel bebas motivasi pegawai dan variabel terikatnya kualitas

pelayanan. Rancangan penelitian ini menggunakan pendekatan cross sectional yaitu

suatu penelitian untuk mempelajari dinamika korelasi antara faktor-faktor resiko

dengan efek dengan cara pendekatan observasi atau pengumpulan data sekaligus pada

satu waktu (point time approach).

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di RSUD Kota Tangerang pada tahun

2015, menunjukan dari hasil analisis bivariat hubungan antara jenis kelamin dengn

kualitas pelayanan diperoleh nilai Pvalue sebesar 0,613. Hal ini menunjukkan bahwa

nilai Pvalue > 0,05 maka dapat disimpulkan tidak terdapat hubungan yang signifikan

antara jenis kelamin dengan kualitas pelayanan yang diberikan kepada pasien di

RSUD Kota Tangerang. Berdasarkan hasil analisis bivariat hubungan antara status

pegawai dengan kualitas pelayanan nilai Pvalue sebesar 0,257. Hal ini menunjukkan

bahwa nilai Pvalue > 0,05 maka dapat disimpulkan tidak terdapat hubungan yang

signifikan antara status pegawai dengan kualitas pelayanan terhadap pasien di RSUD

Kota Tangerang. Berdasarkan hasil analisis bivariat hubungan antara pendidikan

Hubungan Motivasi Pegawai Dengan Kualitas Pelayanan Di RSUD

Kota Tangerang

Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol. 8 Desember 2014. ISSN 2086-9266 25

dengan kualitas pelayanan diperoleh nilai Pvalue sebesar 0, 000. Hal ini menunjukkan

bahwa nilai P value < 0,05 maka dapat disimpulkan terdapat hubungan yang

signifikan antara pendidikan dengan kualitas pelayanan terhadap pasien di RSUD

Kota Tangerang. Berdasarkan hasil analisis bivariat hubungan antara masa kerja

dengan kualitas pelayanan diperoleh nilai Pvalue sebesar 0,020. Hal ini menunjukkan

bahwa nilai Pvalue < 0,05 maka dapat disimpulkan ada hubungan yang signifikan

antara masa kerja dengan kualitas pelayanan terhadap pasien di RSUD Kota

Tangerang. Berdasarkan hasil analisis bivariat hubungan antara motivasi pegawai

dengan kualitas pelayanan diperoleh nilai Pvalue sebesar 0,673. Hal ini menunjukkan

bahwa nilai Pvalue > 0,05 maka dapat disimpulkan tidak ada hubungan yang

signifikan antara motivasi pegawai dengan kualitas pelayanan terhadap pasien di

RSUD Kota Tangerang.

Hasil penelitian ini menjawab hipotesis yaitu, tidak ada hubungan antara motivasi

pegawai dengan kualitas pelayanan yang diberikan, karena dilihat dari pendidikan

yang mayoritas diploma dan masa kerja dengan rata-rata kurang dari 5 tahun hal ini

menyebabkan belum terlihatnya motivasi pada diri responden untuk memberikan

pelayanan yang terbaik,selain itu sampel pada penelitian ini jumlahnya sedikit

sehingga memungkinkan diperoleh hubungan yang tidak signifikan padahal pada

penelitian lain menggunakan sampel yang lebih besar (>100 responden)

Kata kunci:Motivasi pegawai,kualitas pelayanan

ABSTRACT

Formulation of the problem in this research is in the form of the following research

questions: (1) How is the motivation of employees in the RSUD Kota Tangerang

district? (2) How is the quality of services at the RSUD Kota Tangerang district? (3)

Is there a positive relationship and significant between motivation with the quality of

services at the RSUD Kota Tangerang District ?.

Furthermore, the purpose of this study are as follows: (1) to determine the

characteristics of the respondents in the RSUD Kota Tangerang District, (2) To know

the motivation of employees in the RSUD Kota Tangerang District, (3) to determine

the quality of care in RSUD Kota Tangerang District, (4) to determine the

relationship of employee motivation and quality of care in RSUD Kota Tangerang

Regency.

This type of research used in this research is descriptive correlation study is research

that aims to illustrate the correlation between variables, namely the independent

variable and the dependent variable motivation quality of service. The design of this

study using cross sectional approach is a study for studying the dynamics of the

Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol. 8 Desember 2014. ISSN 2086-9266 26

correlation between risk factors with effects by means of observation or data

collection approach once at a time (point time approach).

Based on the results of research conducted in the RSUD Kota Tangerang district in

2015, shows the results of the bivariate analysis of the relationship between the sexes

with less quality of services obtained pvalue value of 0.613. This indicates that the

value pvalue> 0.05 we can conclude there is no significant relationship between the

sexes with the quality of services provided to patients at the RSUD Kota Tangerang

Regency. Based on the results of the bivariate analysis of the relationship between the

status of employees with service quality pvalue value of 0.257. This indicates that the

value pvalue> 0.05 we can conclude there is no significant relationship between

employee status with quality of service to patients at the RSUD Kota Tangerang

Regency. Based on the results of the bivariate analysis of the relationship between

education and the quality of services obtained pvalue value of 0, 000. This indicates

that the value of P value <0.05 it can be concluded there is a significant relationship

between education and quality of service to patients at the RSUD Kota Tangerang

Regency. Based on the results of the bivariate analysis of the relationship between the

period of employment with the quality of service obtained pvalue value of 0,020. This

indicates that the value pvalue <0.05, it can be concluded that there is a significant

relationship between the period of employment with the quality of service to patients

at the RSUD Kota Tangerang Regency. Based on the results of the bivariate analysis

of the relationship between motivation with the quality of service obtained pvalue

value of 0.673. This indicates that the value pvalue> 0.05 we can conclude there is no

significant relationship between motivation with the quality of service to patients at

the RSUD Kota Tangerang Regency.

Results of this research is to answer the hypothesis that, there is no relationship

between motivation with the quality of services provided, as seen from the education

that the majority of diploma and a job with an average of less than 5 years this led to

yet invisibility of motivation on self-respondents to provide services best, besides the

number of samples in this study makes it possible to be obtained no significant

relationship whereas in other studies using larger samples (> 100 respondents)

Keywords: employee motivation, quality of service

PENDAHULUAN

Salah satu paradigma kesehatan yaitu: kesehatan untuk semua “Health for

All” adalah pelayanan jasa publik yang harus dapat diakses oleh setiap masyarakat

dari segala macam lapisan yang ada. Konsekuensi dari kesehatan untuk semua adalah

prinsip yang mendasari pelaksanaan otonomi daerah yaitu, keadilan, demokrasi dan

Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol. 8 Desember 2014. ISSN 2086-9266 27

partisipasi, efisiensi, serta efektifitas. Desentralisasi kesehatan juga menjadikan sektor

kesehatan sebagai urusanpemerintah daerah yang harus dipertanggungjawabkan

kepada masyarakatnya (Public Accountability). Sehingga Pembangunan Kesehatan

yang dilakukan dan Pelayanan Kesehatan yang diberikan oleh pemerintah daerah

dapat dijadikan salah satu ukuran untuk menilai kinerja pemerintah daerah terhadap

masyarakat.

Pelayanan kesehatan yang langsung menyentuh pada lapisan masyarakat yang

paling bawah dan sangat diperlukan oleh masyarakat adalah sangat penting, hal ini

dikarenakan pelayanan kesehatan yang dilakukan oleh puskesmas akan memberikan

perlindungan kesehatan kepada warga masyarakat khususnya bagi warga kurang

mampu. RSUD diharapkan mampu memberikan jaminan bagi warga masyarakat

sekitarnya untuk mendapatkan pelayanan kesehatan yang sangat dibutuhkan.

Pemerintah memiliki kewajiban menyediakan pelayanan kesehatan minimum yang

dibutuhkan rakyatnya. Bagi penyelenggara pelayanan kesehatan prinsip yang harus

dipegang dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat adalah

bagaimana masyarakat puas dan nyaman dalam menerima pelayanan kesehatan yang

diberikan dan keberadaan RSUD sebagai media untuk memberikan pelayanan

kesehatan haruslah dijalankan dengan baik sehingga kualitas pelayanan yang

diberikan sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh masyarakat.

Manfaat lain yang didapat oleh masyarakat terhadap pelayanan kesehatan

adalah kepastian dari pemerintah bahwa mereka akan mendapatkan pelayanan

kesehatan yang baik yang mereka butuhkan dengan biaya yang relatif murah dan

jarak untuk mendapatkan pelayanan tersebut relatif dekat. RSUD diharapkan mampu

memberikan pelayanan kesehatan dasar serta menjadi pelopor penggerak

pembangunan di wilayah kerjanya. RSUD dituntut untuk memberikan pelayanan

yang bermutu baik dari segi manajemen, sumber daya, sarana dan prasarana sehingga

pelayanan yang diberikan sesuai dengan standar operasional prosedur (SOP) dan

memberikan kepuasan kepada pengguna jasa RSUD.

Untuk mencapai kualitas pelayanan yang memuaskan, unsur penting yang

perlu diperhatikan salah satunya yaitu motivasi pegawai, motivasi penting karena

dengan motivasi ini diharapkan setiap individu Pegawai mau bekerja keras dan

antusias untuk mencapai produktivitas kerja yang tinggi.

TUJUAN

Untuk mengetahui hubungan motivasi pegawai dengan kualitas pelayanan di

RSUD Kota Tangerang.

Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol. 8 Desember 2014. ISSN 2086-9266 28

METODE

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian

deskriptif study korelasi yaitu penelitian yang bertujuan untuk menggambarkan

hubungan korelasi antar variabel, yaitu variabel bebas motivasi pegawai dan variabel

terikatnya kualitas pelayanan (Nursalam, 2003)

HASIL PENELITIAN

Tabel 4.1 Distibusi Frekuensi Karakteristik Responden (n=65)

Karakteristik

Responden Jumlah(n) Persentase(%)

Jenis Kelamin

Perempuan

Laki-laki 52

13

80,0

20,0

Total 65 100,0

Status Pegawai

PNS 26 40,0

PTT

HONOR

11

28 16,9

43,1

Total 65 100,0

Pendidikan

SD

SMP

SMA

PT

1

1

9

54

1,5

1,5

13,8

83,1

Total 65

100,0

Masa kerja

< 5 Tahun

> 5 Tahun

> 10 Tahun

24

20

21

36,9

30,8

32,3

Total 65 100,0

Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol. 8 Desember 2014. ISSN 2086-9266 29

Berdasarkan tabel 4.1 diketahui bahwa untuk karakteristik responden berdasarkan

jenis kelamin diketahui sebanyak 52 responden (80%) berjenis kelamin perempuan

dan sebanyak 13 responden (20%) berjenis kelamin laki-laki. Untuk karakteristik

responden berdasarkan status kepegawaiannya sebanyak 26 orang (40%) responden

status pegawainya PNS, 11 orang (16,9%) responden status pegawainya PTT dan 28

orang (43,1%) status pegawainya Honorer. Untuk karakteristik responden

berdasarkan tingkat pendidikannya sebanyak 1 orang (1,5%) responden

berpendidikan SD, 1 orang (1,5%) responden berpendidikan SMP, 9 orang (13,8%)

responden berpendidikan SMA dan 54 orang (83,1%) responden berpendidikan

perguruan tinggi.Dan untuk karakteristik responden berdasarkan masa kerja sebanyak

24 orang (36,9%) responden memiliki masa kerja di bawah 5 tahun, 20 orang (30,8%)

responden memiliki masa kerja di atas 5 tahun, dan 21 orang (32,3%) responden

memiliki masa kerja lebih dari 10 tahun di RSUD Kota Tangerang.

Tabel 4.2 Gambaran tentang motivasi pegawai yang menjadi responden di RSUD

Kota Tangerang dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Motivasi Jumlah

(n)

Persentase

(%)

Tinggi

Cukup tinggi

Rendah

Sangat rendah

6

52

7

0

9,2

80,0

10,8

0,0

Total 65 100,00

Berdasarkan tabel 4.2 di atas diketahui, bahwa sebanyak 6 orang (9,2%) responden

memiliki motivasi tinggi dalam bekerja di RSD Kota Tangerang, 52 orang (80,0%)

responden memiliki motivasi cukup tinggi dalam bekerja dan 7 orang (10,8%)

responden memiliki motivasi rendah dalam bekerja di RSUD Kota Tangerang.

Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol. 8 Desember 2014. ISSN 2086-9266 30

Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kualitas Pelayanan

(n=65)

Kualitas Pelayanan Jumlah Persentase %

Baik

Cukup Baik

Kurang Baik

Buruk

1

55

7

2

1,5

84,6

10,8

3,1

Total 65 100,00

Berdasarkan tabel 4.3 di atas diketahui, bahwa sebanyak 1 orang (1,5%) responden

memiliki kualitas pelayanan yang baik di RSUD Kota Tangerang, 55 orang (84,6%)

responden memiliki kualitas pelayanan yang cukup baik, 7 orang (10,8%)responden

memiliki kualitas pelayanan yang kurang baik dan 2 orang (3,1%) responden

memiliki kualitas pelayanan yang buruk di RSUD Kota Tangerang.

Analisis Bivariat

Tabel 4.4 Analisis Bivariat Hubungan Karakteristik Responden dengan Kualitas

Pelayanan

Karakteristik

Responden

Kualitas Pelayanan

Total P-

Value Baik

Cukup

Baik

Kurag

Baik Buruk

N % N % N % N % N %

Jenis

Kelamin

0,613 Perempuan 1 1,92 45

86,5

4 5 9,62 1 1,92 52 100

Laki-laki 0 0,0 10 84,6 2 7,7 1 7,7 13 100

Status

Pegawai

0,257

PNS 0 0,0 24

92,3

1 2 7,69 0 0,0 26 100

PTT 0 0,0 11 100 0 0,0 0 0,0 11 100

Honorer 1 3,57 20

71,4

3 5

17,8

6 2 7,14 28 100

Pendidikan 0,000

SD 0 0,0 0 0,0 0 0,0 1 100 1 100

Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol. 8 Desember 2014. ISSN 2086-9266 31

Karakteristik

Responden

Kualitas Pelayanan Total P-

Value SMP 0 0,0 0 0,0 1 100 0 0,0 1

10

0

SMA 0 0,0 7 77,7

8 1

11,1

1 1

11,1

1 9

10

0

PT/DIPLOM

A 1 1,85 48

88,8

9 5 9,26 0 0,0 54

10

0

Masa Kerja

0,020

< 5 tahun 0 0,0 22 91,6

7 2 8,33 0 0,0 24

10

0

> 5 tahun 1 5 12 60 5 25 2 10 20 10

0

> 10 tahun 0 0,0 21 100 0 0,0 0 0,0 21 10

0

Berdasarkan table 4.4 di atas, hasil analisis bivariat hubungan karakteristik responden

dengan kualitas pelayanan diperoleh bahwa untuk jenis kelamin diantara 52

responden yang jenis kelaminnya perempuan, terdapat 1 responden (1,92%) yang

kualitas pelayanannya baik, 45 responden (86,54%) kualitas pelayanannya cukup baik

5 responden (9,62%) kualitas pelayanannya kurang baik dan ada 1 responden (1,92%)

kualitas pelayanannya buruk. Sedangkan diantara 13 responden yang jenis

kelaminnya laki-laki, terdapat 10 responden (84,6%) kualitas pelayanannya cukup

baik, 1 responden (7,7%) kualitas pelayanannya kurang baik dan 1 responden (7,7%)

kualitas pelayanannya buruk.

Tabel 4.5 Analisis Bivariat Hubungan Motivasi Pegawai dengan Kualitas

Pelayanan

Motivasi

Kualitas Pelayanan

Total P-

Value Baik

Cukup

Baik

Kurang

Baik Buruk

N % N % N % N % N %

Tinggi 0 0,0 5 83,3 1 16,7 0 0,0 6 100

0,673

Cukup

Tinggi 1 1,92 45

86,5

4 5 9,62 1

1,92 52 100

Rendah 0 0,0 5

71,4

2 1 14,29 1 14,29 7 100

Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol. 8 Desember 2014. ISSN 2086-9266 32

Berdasarkan table 4.5 di atas, hasil analisis bivariat hubungan antara motivasi dengan

kualitas pelayanan terhadap pasien diperoleh bahwa diantara 6 responden yang

motivasinya tinggi, terdapat 5 responden (83,3%) memiliki kualitas pelayanan yang

cukup baik dan 1 responden (16,7%) yang memiliki kualitas pelayanan kurang baik.

Diantara 52 responden yang motivasinya cukup tinggi, terdapat 1 responden (1,92%)

memiliki kualitas pelayanan yang baik,45 responden (86,54%) memiliki kualitas

pelayanan yang cukup baik, 5 responden (9,62%) memiliki kualitas pelayanan yang

kurang baik dan 1 responden (1,92%) memiliki kualitas pelayanan yang buruk.

Sedangkan diantara 7 responden yang motivasinya rendah, terdapat 5 responden

(71,42%) memiliki kualitas pelayanan yang cukup baik,1 responden (14,29%) yang

memiliki kualitas pelayanan yang kurang baik,dan 1 responden (14,29%) yang

memiliki kualitas pelayanan buruk.

DISKUSI

Berdasarkan hasil analisis bivariat hubungan antara motivasi pegawai dengan

kualitas pelayanan diperoleh nilai Pvalue sebesar 0,673. Hal ini menunjukkan bahwa

nilai Pvalue > 0,05 maka dapat disimpulkan tidak ada hubungan yang signifikan

antara motivasi pegawai dengan kualitas pelayanan terhadap pasien di RSUD Kota

Tangerang.

Motivasi mempunyai peranan penting untuk dapat menggerakkan, mengerahkan

dan mengarahkan segala daya dan potensi karyawan kearah pemanfaatan yang paling

optimal sesuai dengan batas-batas. Apabila ditinjau dari teori Maslow (dalam

Nursalam, 2002), tentang motivasi dikaitkan dengan kebutuhan yang tersusun secara

hierarkis kebutuhan dapat dilihat sebagai berikut: untuk kebutuhan fisiologis sangat

erat hubungannnya dengan penghasilannya/gaji, kebutuhan rasa aman dengan

merasa terlindungi, dari ancaman baik itu tekanan dan akibat-akibatnya. Kebutuhan

rasa memiliki dan dimiliki terkait dengan lingkungan iklim kerja yang nyaman,

hubungan interpersonal yang harmonis, suasana kerja dan tanggung jawab.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil analisis diketahui bahwa tidak ada hubungan antara

motivasi dengan kualitas pelayanan terhadap pasien di RSUD Kota Tangerang.

DAFTAR PUSTAKA

1. Azwar, Azrul. 2006. Pengantar Administrasi Kesehatan. Jakarta: Bina rupa

Aksara.

2. Handoko, T. Hani, 2005. Manajemen Personalia dan Sumber Daya

Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol. 8 Desember 2014. ISSN 2086-9266 33

Manusia.Yogyakarta: BPFE.

3. A.A. 2008. Metode Penelitian Keperawatan dan Tehnik Analisa Data. Jakarta :

Salemba Medika.

4. Notoatmodjo, S. 2010. Metode Penelitian Kesehatan, Jakarta: Rineka Cipta.

5. Robbins, Stephen. P, 2006.Perilaku Organisasi. Jakarta: PT. Prehallindo.

6. Simamora, Bilson, 2004. Memenangkan Pasar dengan Pemasaran Efektif

Profitabel, Jakarta: Gramedia PustakaUmum.

7. Wijono, Djoko, 2007. Manajemen Mutu Pelayanan Kesehatan. Surabaya:

Airlangga University Press.

Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol. 8 Desember 2014. ISSN 2086-9266 34

Ns.katrin Agustina ,S.Kep **, Kosim*, Ricky Anggara*, Decy Mayangsari*,

Wulandari*,

*Mhs. SI Keperawatan Stikes Yatsi,

**Staf Dosen SI Keperawatan Stikes Yatsi

ABSTRAK

Air adalah kebutuhan dasar yang dipergunakan sehari-hari untuk minum, memasak,

mandi, berkumur, membersihkan lantai, mencuci alat-alat dapur, mencuci pakaian,

dan sebagainya. Air sungai selain mudah didapat juga bisa digunakan untuk berbagai

keperluan. Perilaku ini terjadipada masyarakat di Kel.pasir jaya tangerang yang masih

menggunakan air sungai untuk kebutuhan sehari-hari seperti kegiatan MCK (mandi,

cuci, kakus).Tujuan penelitian ini untuk mengetahui Faktor-Faktor Yang

Mempengaruhi Perilaku Masyarakat Tentang Penggunaan Air Di Kel.pasir jaya

Kabupaten Tangerang.Rancangan penelitian ini adalah deskriptif korelasi

menggunakan pendekatan crosss sectional Populasi dalam penelitian ini adalah

masyarakat yang tinggal di Kel.pasir jaya masyarakat yang tinggal di Kel.pasir jaya

sebanyak 162 responden. Teknik pengambilan sampel dengan random sampling.

Instrument yang digunakan berupa lembar kuesioner. Teknik analisis data

menggunakan analisis univariat, bivariat dan multivariat. Hasil penelitian

pengetahuan menunjukan nilai p value 0.000 < dari 0.05, dan pendidikan

menunjukkan nilai p value 0.021 < dari 0.05.Hipotesis Ho ditolak artinya ada

pengaruh pengetahuan dan pendidikan dengan penggunaan air,variabel usia

menunjukkan p value 0.319 > dari 0.05, dengan hipotesis Ho diterima artinya tidak

ada pengaruh tingkat usia dengan penggunaan air, jenis kelamin menunjukkan nilai p

value 0.848 > dari 0.05, dengan hipotesis Ho diterima artinya tidak ada pengaruh

jenis kelamin dengan penggunaan air dan pekerjaan menunjukkan nilai p value

0.417> dari 0.05, dengan hipotesis Ho diterima artinya tidak ada pengaruh pekerjaan

dengan penggunaan air. Saran dari hasil penelitian ini disarankan masyarakat dapat

menambah pengetahuan dan mendapat informasi tentang penggunaan air yang bersih

Kata kunci : penggunaan air, faktor yang mempengaruhi perilaku masyarakat tentang

penggunaan air, masyarakat

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU

MASYARAKAT TENTANG PENGGUNAAN AIR DI KEL.PASIR JAYA

KABUPATEN TANGERANG TAHUN 2014

Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol. 8 Desember 2014. ISSN 2086-9266 35

ABSTRACT

Water is used daily needs for drinking, cook, shower, gargle, clean the floor,

washing appliance kitchen appliance, washing clothes, etc. In addition to readily

available river water can also be used for various purposes. .This behavior occurs in

the community in the village Kel.pasir jayaDistricts Kel.pasir jaya who still use river

water for daily needs such as bathing, washing and toilet activities.The purpose of

this study to determine the factors that affect people’s behavior on water use in

village Kel.pasir jaya District Kel.pasir jaya..This study design is descriptive

correlation cross sectional approach. Population in this study were people who lived

in the Kel.pasir jayadistricts Sukasari village district Rajeg Tangerang sebanyak 162

respondents. The sampling technique random sampling. Instrument used in the form

questionnaire. Data analysis techniques using univariate, bivariate, and univariat,

bivariate multivariate.Demonstrate knowledge of search result p value 0.000 < 0.05,

and education showed the value of p value 0.021 < 0.05. Hipothesis is rejected means

that there is an influence of knowledge and education with the use of water, the age

variabel indicates p value 0.319>0.05. Ho accepted hypothesis means that there is no

influence of age with the use of water, se shows p value 0.848 > 0.05,with ho

accepted hypothesis means that there is no influence of gender in the use of water.

And the work shows p value 0.417> 0.05, with ho accepted hypothesis means that

there is no effect of work with the use of water.Advice from the results of this study

sunggested that people can add to their knowledge and gain information about the

use of clean water.

Keywords :Water use, factors that affect people’s behavior on water use, people’s.

PENDAHULUAN

Perilaku manusia adalah sekumpulan perilaku yang dimiliki oleh manusia dan

dipengaruhi oleh adat, sikap, emosi, nilai, etika, kekuasaan, persuasi, dan / genetika.

Perilaku menurut Green (2010) dipengaruhi oleh 3 faktor yang pertama faktor

karakteristik yang terdiri dari umur, pendidikan, status pekerjaan, pengetahuan, yang

kedua faktor Pemungkin, dan yang ketiga faktor PendukungMenurut Soekanto

(dalam Maryati dan Suryawati, 2010:174. Dalam Hidayati, 2012) mengatakan bahwa

masyarakat adalah kelompok manusia yang secara nisbi mampu menghidupi

kelompoknya sendiri, bersifat independen, mendiami suatu wilayah tertentu, dan

memiliki kebudayaan serta sebagian besar kegiatannya berlangsung didalam

kelompok itu sendiri.Masyarakat adalah subjek yang paling dominan untuk

memanfaatkan, merusak maupun memberdayakan alamnya. Akan tetapi, semua yang

dilakukan oleh masyarakat dalam pemanfaatan alam selalu menimbulkan

Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol. 8 Desember 2014. ISSN 2086-9266 36

konsekuensi logis terhadap kehidupan sosialnya, seperti pencemaran lingkungan,

timbulnya penyakit dan masalah-masalah lainnya. Perilaku ini terjadi di Kampung

Kel.pasir jayatersebut terdapat sungai disepinggiran jalan serta dekat dengan rumah

warga yang tinggal di kampung tersebut sehingga memudahkan penduduk yang

bermukiman dipinggiran sungai menggunakan air sungai ini untuk keperluan rumah

tangga atau MCK.

Menurut hasil penelitian Hidayati tahun 2012 mengenai perilaku masyarakat dalam

menggunakan air sungai untuk kebutuhan rumah tangga di Desa Samelagi Besar

Kecamatan Selakau Kabupaten Sambas perilaku masyarakat yang menggunakan air

sungai berdasarkan kelompok umur yaitu 25-29 (24%), 30-34 (32%), 35-39 (20%),

40-44 (8%), 45-49 (12%), dan 50 keatas (4%). Berdasarkan tingkat pendidikan

SD/sederajat (40%), SLTP/sederajat (32%), SMU/sederajat(20%),

Akademik/sederajat (8%). Berdasarkan jenis pekerjaan pegawai negeri (8%), petani

(40%), pedagang (20%), buruh bangunan (32%). Sedangkan berdasarkan lamanya

informan bertempat tinggal di lokasi penelitian yaitu 1-5 tahun (20%), 5-10 tahun

(32%), sejak lahir sampai saat ini (48%).

TUJUAN

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku

masyarakat tentang penggunaan air

METODE PENELITIAN

Desain penelitian dalah kerangka kerja yang digunakan untuk melaksanakan

penelitian. Desain penelitian jenis deskriptif adalah jenis penelitian yang bertujuan

memberikan gambaran yang akurat tentang suatu masalah atau fenomena yang diteliti

(Suryanto, 2013 dalam Nurjazila 2014). Korelasi merupakan salah satu dari desain

penelitian yang bertujuan untuk menggambarkan hubungan antara dua variable atau

lebih variable penelitian. (Hidayat, 2010 dalam Nurjazila 2014).

Desain penelitian ini adalah desain korelasi deskriptif yang bertujuan untuk

mengetahui fenomena dan mengidentifikasi korelasi dari beberapa variabel

independen (pengetahuan, pendidikan, uisa, jenis kelamin, sikap, pekerjaan). Selain

itu, penelitian itu menggunakan pendekatan potong lintang (Cross Sectional ) yaitu

desain penelitian yang melakukan pengambilan data dalam satu waktu (Notoatmodjo,

2010 dalam Nurjazila 2014).

Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol. 8 Desember 2014. ISSN 2086-9266 37

HASIL PENELITIAN

Tabel 5.1Distribusi Frekuensi Masyarakat Berdasarkan Usia, Jenis Kelamin,

Pendidikan,dan Pekerjaan, di Kel.pasir jaya Kabupaten Tangerang

No Karakteristik Frekuensi Persentase

(%)

1.

2.

3.

4.

Usia

Usia <11 Tahun

Usia 12-16 Tahun

Usia 17-25 Tahun

Usia 26-35 Tahun

Usia 36-45 Tahun

Usia 45-55 Tahun

Usia 56- 65 Tahun

Usia > 65 Tahun

Total

Jenis Kelamin

Laki-Laki

Perempuan

Total

Pendidikan

Rendah

Tinggi

Total

Pekerjaan

Tidak bekerja

Bekerja

Total

9

20

32

44

29

13

12

3

162

57

105

162

147

15

162

107

55

162

5.6

12.3

19.8

27.2

17.9

8.0

7.4

1.9

100

35.2

64.8

100

90.7

9.3

100.0

66.0

34.0

100

Berdasarkan tabel 5.1 diketahui bahwa mayoritas usia, jenis kelamin, pendidikan,

pekerjaan, dan pengetahuan responden adalah sebagai berikut mayoritas usia

responden yaitu <11 tahun sebanyak 9 orang (5.6 %), 12-16 Tahun (Remaja Awal)

sebanyak 20 orang (12.3%), 17-25 tahun sebanyak 32 orang (19.8%), 26-35 tahun

sebanyak 44 orang (27.2%), 35-45 Tahun sebanyak 29 orang (17.9%), 45-55

sebanyak 13 orang (8.0%), 56-65 tahun sebanyak 12 orang (7.4%), dan > 65 tahun

Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol. 8 Desember 2014. ISSN 2086-9266 38

sebanyak 9 orang (1.9%). Mayoritas jenis kelamin responden yaitu perempuan

sebanyak 105 orang (64.8%), laki-laki sebanyak 57 orang (35.2%).

Tabel 5.2Distribusi Frekuensi Masyarakat Berdasarkan Pengetahuan di

Kel.pasir jaya

Kabupaten Tangerang

Pengetahuan Frekuensi Presentasi

(%)

Rendah

Tinggi

Total

94

68

162

58.0

42.0

100

Berdasarkan tabel 5.2 diketahui bahwa mayoritas pengetahuan responden adalah

sebagai berikut mayoritas pengetahuan rendah sebanyak 94 orang (58.0%), dan

pengetahuan tinggi sebanyak 68 orang (42.0%).

Tabel 5.3Distribusi Frekuensi Masyarakat Berdasarkan Penggunaan air di

Kel.pasir jaya Kabupaten Tangerang

Penggunaan air Frekuensi Presentasi (%)

Tidak Baik

Baik

Total

94

68

162

58.0

42.0

100

Berdasarkan tabel 5.3 Diketahui bahwa mayoritas perilaku responden adalah sebagai

berikut mayoritas penggunaan air tidak baik sebanyak 94 orang (58.0%), dan

penggunaan air baik sebanyak 68 orang (4.20%).

Tabel 5.4Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Masyarakat Tentang

Penggunaan Air

No Faktor-faktor

yang

mempengaruhi

Perilaku

Penggunaan air

Total

P-

value

Tidak baik Baik

N % N % N %

1.

Usia

<11

12-16

17-25

26-35

36-45

6

9

15

24

20

3.7

5.6

9.3

14.8

12.3

3

11

17

20

9

1.9

6.8

10.5

12.3

5.6

9

20

32

44

29

5.6

12.3

19.8

27.2

17.9

0.319

Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol. 8 Desember 2014. ISSN 2086-9266 39

2.

3.

4.

5.

46-55

56-65

>65

Total

Jenis kelamin

Laki-laki

Perempuan

Total

Pendidikan

Rendah

Tinggi

Total

Pekerjaan

Rendah

Tinggi

Total

Pengetahuan

Rendah

Tinggi

Total

9

8

3

94

32

62

94

90

4

94

65

29

94

72

22

94

5.6

4.9

1.9

58.0

19.8

38.3

58.0

55.6

2.5

58.0

40.1

17.9

58.0

44.4

13.6

58.0

4

4

0

68

25

43

68

57

11

68

42

26

68

22

46

68

2.5

2.5

0.0

42.0

15.4

26.5

42.0

35.2

6.8

42.0

25.9

16.0

42.0

13.6

28.4

42.0

13

12

3

162

57

105

162

147

15

162

107

55

162

94

68

162

8.0

7.4

1.9

100.0

35.2

64.8

100.0

90.7

9.3

100.0

66.0

34.0

100.0

58.0

42.0

100.0

0.848

0.021

0.417

0.000

Berdasarkan tabel 5.4 karakteristik usia diketahui bahwa mayoritas responden usia

<11 tahun yang memiliki penggunaan air tidak baik sebanyak 6 orang (3.7%),

sedangkan yang memiliki penggunaan air yang baik sebanyak 3 orang (1.9%). Usia

12-16 tahun yang memiliki penggunaan air tidak baik sebanyak 9 orang (5.6%),

sedangkan yang memiliki penggunaan air yang baik sebanyak 11 orang (6.8%). Usia

17-25 tahun yang memiliki penggunaan air tidak baik sebanyak 15 orang (9.3%),

sedangkan yang memiliki penggunaan air yang baik sebanyak 17 orang (10.0%). Usia

26-35 tahun yang memiliki penggunaan air tidak baik sebanyak 24 orang (14.8%),

sedangkan yang memiliki penggunaan air yang baik sebanyak 20 orang (12.3%). Usia

Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol. 8 Desember 2014. ISSN 2086-9266 40

36-45 tahun yang memiliki penggunaan air tidak baik sebanyak 20 orang (12.3%),

sedangkan yang memiliki penggunaan air yang baik sebanyak 9 orang (5.6%). Usia

46-55 tahun yang memiliki penggunaan air tidak baik sebanyak 9 orang (5.6%),

Tabel 5.5Hasil analisis koefisien korelasi pengaruh dengan penggunaan air

Correlations

pengetahuan penggunaanair pendidikan pekerjaan Jeniskelamin Usia

Pengetahuan

Pearson

Correlation

1 .442**

.246**

.130 -.028 -.166*

Sig. (2-

tailed)

.000 .002 .100 .722 .034

N 162 162 162 162 162 162

penggunaanair

Pearson

Correlation

.442**

1 .203**

.077 -.028 -.159*

Sig. (2-

tailed)

.000 .010 .330 .722 .044

N 162 162 162 162 162 162

Pendidikan

Pearson

Correlation

.246**

.203**

1 -.004 -.032 -.122

Sig. (2-

tailed)

.002 .010 .958 .684 .120

N 162 162 162 162 162 162

Pekerjaan

Pearson

Correlation

.130 .077 -.004 1 -.482**

.189*

Sig. (2-

tailed)

.100 .330 .958 .000 .016

N 162 162 162 162 162 162

Jeniskelamin

Pearson

Correlation

-.028 -.028 -.032 -.482**

1 -

.211**

Sig. (2-

tailed)

.722 .722 .684 .000 .007

N 162 162 162 162 162 162

Usia Pearson

Correlation

-.166* -.159

* -.122 .189

* -.211

** 1

Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol. 8 Desember 2014. ISSN 2086-9266 41

Sig. (2-

tailed)

.034 .044 .120 .016 .007

N 162 162 162 162 162 162

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).

Berdasarkan tabel 5.5 diketahui bahwa pengaruh atau korelasi antara pengetahuan

dengan penggunaan air adalah 0.442 atau cukup. Pengaruh atau korelasi antara

pendidikan dengan penggunaan air 0.203 atau rendah, pengaruh atau korelasi

pekerjaan dengn penggunaan air 0.077 atau korelasi sangat rendah. Pengaruh atau

korelasi jenis kelamin dengan penggunaan air adalah -0.028 atau sangat-sangat

rendah. Pengaruh atau korelasi usia adalah -0.159 atau sangat-sangat rendah.

Tabel 5.6Pedoman untuk memberikan interpretasi koefisien korelasi

Interval koefisien Tingkat hubungan

± 0,00-0,199 Korelasi sangat rendah

± 0,20-0,399 Korelasi rendah

± 0,40-0,599 Korelasi cukup

± 0,60-0,799 Korelasi kuat

± 0,80-1.00 Korelasi sangat kuat

Tabel 5.7Crosstabulation Seleksi Bivariat

No Variabel P value

1 Pengetahuan 0.000

2 Usia 0.319

3 Jenis kelamin 0.848

4 Pendidikan 0.021

5 Pekerjaan 0.417

Berdasarkan tabel 5.7 hanya varaibel pengetahuan dan pendidikan yang mempunyai

nilai p value < 0.25. Sedangkan variabel karakteristik usia, jenis kelamin, dan

pekerjaan mempunyai nilai p value > 0.25 oleh sebab itu peneliti tidak melakukan

seleksi multivariat dikarenakan hanya ada dua variabel saja yang mempunyai

pengaruh terhadap penggunaan air di Kampung Sarakan RT 04 RW 05 Desa Sukasari

Kecamatan Rajeg Kabupaten Tangerang Tahun 2015.

DISKUSI

Bab ini akan menguraikan mengenai fakta, teori dan opini serta kesenjangan

diantaranya yang akan dikemukakan secara komprehensif terhadap penelitian baik

Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol. 8 Desember 2014. ISSN 2086-9266 42

yang bersifat analisa univariat, bivariat maupun multivariat terhadap variabel

independen tingkat pengetahuan, tingkat pendidikan, usia, jenis kelamin, pekerjaan)

dan variabel dependen (penggunaan air) di Kel.pasir jayaKabupaten Tangerang

Tahun 2014

KESIMPULAN

Distribusi frekuensi dari lima faktor yang diteliti terhadap responden menghasilkan

gambaran responden mayoritas memiliki penggunaan air tidak baik, tingkat

pengetahuan rendah, tingkat pendidikan rendah, usia mayoritas 26-35 tahun, jenis

kelamin perempuan dan pekerjaan mayoritas tidak bekerja.Berdasarkan hasil uji

bivariat terhadap lima faktor yaitu tingkat pengetahuan dengan uji-square

menghasilkan p value 0.000 menunjukkan adanya pengaruh yang signifikan terhadap

penggunaan air

DAFTAR PUSTAKA

1. Hastono.(2007).Analisis Data Kesehatan Depok: Fakultas Ilmu Kesehatan

2. Masyarakat Universitas Indonesia

3. Hidayat, A. Aziz Alimul. (2007). Metode Penelitian Kebidanan dan Teknik

AnalisisData. Jakarta: Salemba Medika

4. Nurjazila. (2014). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Individu Dalam

Pencegahan Penularan TB Paru Di RW 02 Desa Talok Kecamatan Kresek

Kabupaten TangerangTahun 2014. Skripsi

5. Sugiono. (2013). Statistika Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta

6. Syafrudin.( 2008). Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta: Tiara Putra Jakarta

7. Suryani, Sri. (2014). Hubungan Faktor- Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku

Ibu Dalam Pemberian Imunisasi Campak Pada Bayinya Di Wilayah Kerja

Puskesmas Salembaran Jaya Kabupaten Tangerang Pada Tahun 201. Skripsi

Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol. 8 Desember 2014. ISSN 2086-9266 43

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU PRIMIPARA DENGAN

SIKAP DALAM MELAKUKAN PERAWATAN PAYUDARA DI KAMPUNG

GEMBOR

Ns.Ayu Pratiwi,S.Kep **, Dede F*, Fauzy S*, Dini Sartika*, Willy Fitriya*,

*Mhs. SI Keperawatan Stikes Yatsi,

**Staf Dosen SI Keperawatan Stikes Yatsi

ABSTRAK

Angka Kematian Ibu (AKI) salah satu indikator untuk melihat derajat kesehatan

perempuan. Kematian dan kesakitan ibu hamil, bersalin dan nifas masih merupakan

masalah besar di negara berkembang termasuk Indonesia. Berdasarkan survei terakhir

tahun 2007 AKI di Indonesia sebesar 228 per 100.000 kelahiran hidup (Depkes RI,

2011). Target MDGs pada tahun 2015 AKI dapat diturunkan menjadi 102 per

100.000 kelahiran hidup (Depkes RI, 2008). Persalinan dan menyusui merupakan

suatu kodrat bagi wanita. Berbagai komplikasi yang sering dialami selama masa

menyusui antara lain puting susu nyeri, puting susu lecet, payudara bengkak dan

mastitis atau abses payudara sehingga ibu harus tetap melakukan perawatan payudara

secara benar, baik untuk mempersiapkan masa menyusui dan selama masa menyusui.

Tujuan dilakukan penulisan Riset Keperawatan ini adalah untuk mengetahui sejauh

mana hubungan tingkat pengetahuan ibu primipara dengan sikap dalam melakukan

perawatan payudara.

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji chi-square, dimana

ini akan menunjukkan ada atau tidak hubungan tingkat pengetahuan ibu primipara

dengan sikap dalam melakukan perawatan payudara. Pengumpulan data dilakukan

dengan cara primer menggunakan kuesioner.

Hasil penelitian didapatkan tidak ada hubungan antara tingkat pengetahuan ibu

primipara dengan sikap dalam melakukan perawatan payudara yaitu p-Value 0.101 >

α (0.05).

Dinas pemerintahan yang terkait seperti dinas kesehatan wilayah dapat memberikan

penyuluhan menyeluruhan pada masyarakat mengenai perawatan payudara untuk

menambah pengetahuan dari masyarakat.

ABSTRACT

Maternal Mortality Rate (MMR) is one indicator to look at the health status of

women. Mortality and morbidity of pregnant women, maternity and childbirth is still

a major problem in developing countries, including Indonesia. Based on the last

Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol. 8 Desember 2014. ISSN 2086-9266 44

survey in 2007 MMR in Indonesia amounted to 228 per 100,000 live births (MOH,

2011). The MDG target by 2015 AKI can be reduced to 102 per 100,000 live births

(MOH, 2008). Childbirth and breastfeeding is a natural for women. Various

complications often experienced during breastfeeding, among others, nipple pain,

sore nipples, engorgement and mastitis or breast abscesses that the mother should

keep doing breast care properly, both to prepare for lactation and during lactation.

The purpose of writing this Nursing research is to determine the extent of correlation

between knowledge with attitude primiparous mothers in the treatment of breast.

The method used in this study is the chi-square test, which will indicate the presence

or no correlation between knowledge with attitude primiparous mothers in the

treatment of breast. Data collection is done by using the primary questionnaire.

The research found no relationship between the level of knowledge primiparous

mothers with attitude in the treatment of breast, namely p-Value 0101> α (0.05).

Relevant government agencies such as the health service region can provide

counseling menyeluruhan community about breast care to add to the knowledge of

the public.

PENDULUAN

Perawatan payudara yang dilakukan dengan benar dan teratur akan

memudahkan sikecil mengkonsumsi ASI. Pemeliharaan ini juga merangsang

produksi ASI dan mengurangi resiko luka saat menyusui (Suherni, 2009).

Sebagai seorang tenaga kesehatan harus benar-benar memperhatikan betapa

pentingnya perawatan payudara untuk memperlancar produksi ASI. Perawatan

payudara bisa dilakukan secara teratur 2 kali sehari. Berdasarkan studi pendahulu

menurut Eni Wulandari Tahun 2012 di BPS Aryanti, pada bulan Januari – Maret

2012 didapatkan data ibu nifas sebanyak 32 ibu nifas. Peneliti berhasil mewawancarai

kepada 12 responden didapat hasil 2 orang dengan pengetahuan dan sikap dalam

melakukan perawatan payudara baik, 4 orang dengan pengetahuandan sikap dalam

melakukan payudara cukup, dan 6 orang dengan pengetahuandan sikap dalam

melakukan payudara kurang.

Berdasarkan data dan fakta diatas, peneliti melakukan observasi di Kp. Gembor

RT 003/ RW 06 Kelurahan Pasir Jaya Tangerang dan mendapatkan hasil bahwa

pengetahuan yang didapat ibu nifas masih belum begitu banyak tahu tentang

perawatan payudara dikarenakan masih adanya payudara ibu nifas yang putingnya

lecet, payudara yang bengkak dan adanya abses payudara.

Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol. 8 Desember 2014. ISSN 2086-9266 45

Untuk itu peneliti akan melakukan penelitian “Hubungan Tingkat Pengetahuan

Ibu Primipara Dengan Sikap Dalam Melakukan Perawatan Payudara di Kp. Gembor

RT 003/ RW 06 Kelurahan Pasir Jaya Tangerang”.

TUJUAN

Penelitian ini ditujukan untuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuan ibu

primipara dengan sikap dalam melakukan perawatan payudara di Kp. Gembor RT

003/ RW 06 Kelurahan Pasir Jaya Tangerang

METODE

Desain peneliti yang akan digunakan adalah desain deskriptif crossection

dengan potong lintang (crosstabulation) dan uji chisquare. Dimana chisquare adalah

untuk mengetahui ada atau tidaknya dan seberapa erat hubungan tingkat pengetahuan

ibu primipara dengan sikap dalam melakukan perawatan payudara di Kp. Gembor RT

003/ RW 06 Kelurahan Pasir Jaya Tangerang pada bulan Agustus.

HASIL PENELITIAN

Tabel 6.1 Distribusi frekuensi usia responden di Kp. Gembor RT 003/ RW 06

Kelurahan Pasir Jaya Tangerang Tahun 2014

Usia Frekuensi Persen

20 th – 30 th

31 th – 40 th

41 th – 50 th

30

21

9

50.0

35.0

15.0

Total 60 100.0

Distribusi frekuensi umur dari 60 responden didapatkan bahwa ibu yang mempunyai

usia 20 th – 30 th ada 30 orang (50.0%), ibu yang mempunyai usia 31 th – 40 th ada

21 orang (35,0%) dan ibu yang mempunyai usia 41 th – 50 th ada 9 orang (15.0%).

Tabel 6.2 Distribusi frekuensi pekerjaan responden di Kp. Gembor RT 003/ RW

06 Kelurahan Pasir Jaya Tangerang Tahun 2014

Pekerjaan Frekuensi Persen

IRT

Swasta

PNS

33

23

4

55.0

38.3

6.7

Total 60 100.0

Data frekuensi pekerjaan dari 60 responden didapatkan bahwa ibu yang mempunyai

pekerjaan IRT ada 33 orang (55.0%), ibu yang mempunyai pekerjaan swasta ada 23

orang (38,3%) dan ibu yang mempunyai pekerjaan PNS ada 4 orang (6,7%).

Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol. 8 Desember 2014. ISSN 2086-9266 46

Tabel 6.3 Distribusi frekuensi pendidikan terakhir responden di Kp. Gembor

RT 003/ RW 06 Kelurahan Pasir Jaya Tangerang Tahun 2014

Pendidikan Frekuensi Persen

Tidak tamat

SD

SMP

SMA

Sarjana

4

9

19

23

5

6.7

15.0

31.7

38.3

8.3

Total 60 100.0

Data frekuensi pendidikan dari 60 responden didapatkan bahwa ibu yang mempunyai

pendidikan tidak tamat ada 4 orang (6.7%), ibu yang mempunyai pendidikan SD ada

9 orang (15.0%), ibu yang mempunyai pendidikan SMP ada 19 orang (31.7%), ibu

yang mempunyai pendidikan SMA ada 23 orang (38.3%), ibu yang mempunyai

pendidikan Sarjana ada 5 orang (8.3%)

Tabel 6.4 Distribusi frekuensi tingkat pengetahuan responden tentang

perawatan payudara di Kp. Gembor RT 003/ RW 06 Kelurahan Pasir Jaya

Tangerang Tahun 2014

Tingkat pengetahuan Frekuensi Persen

Baik

Sedang

Kurang

15

37

8

25.0

61.7

13.3

Total 60 100.0

Data frekuensi tingkat pengetahuan ibu dari 60 responden didapatkan bahwa ibu yang

mempunyai tingkat pengetahuan baik tentang perawatan payudara ada 15 orang

(25.0%), ibu yang mempunyai tingkat pengetahuan sedang tentang perawatan

payudara ada 37 orang (61.7%) dan ibu yang mempunyai tingkat pengetahuan

kuranng tentang perawatan payudara ada 8 orang (13.3%)

Tabel 6.5 Distribusi frekuensi sikap responden dalam melakukan perawatan

payudara di Kp. Gembor RT 003/ RW 06 Kelurahan Pasir Jaya Tangerang

Tahun 2014

Sikap Frekuensi Persen

Tidak melakukan

Melakukan

31

29

51.7

48.3

Total 60 100.0

Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol. 8 Desember 2014. ISSN 2086-9266 47

Data frekuensi tingkat pengetahuan ibu dari 60 responden didapatkan bahwa ibu tidak

melakukan tindakan perawatan payudara ada 31 orang (51.7%) dan ibu yang

melakukan tindakan perawatan payudara ada 29 orang (48.3%)

Tabel 6.6 Crosstabulation berdasarkan tingkat pengetahuan ibu primipara

dengan sikap dalam melakukan perawatan payudara di Kp. Gembor RT 003/

RW 06 Kelurahan Pasir Jaya Tangerang Tahun 2014

Variabel

tingkat

pengetahuan

Sikap yang dilakukan dalam

melakukan perawatan payudara Total P Value

Tidak melakukan Melakukan

Baik 5 33.33% 10 66.7% 15 100%

0.101 Tidak baik 26 57.8% 19 42.2% 45 100%

Total 31 51.7% 29 48.3% 60 100%

Didapatkan responden yang tidak melakukan perawatan payudara sejumlah 31

responden (51,7%), dengan perician 5 responden (33,33%) berpengetahuan baik, dan

26 responden (57,8%) berpengetahuan tidak baik. Sedangkan yang melakukan

perawatan payudara sejumlah 29 responden (48,3%), dengan perincian yaitu 10

responden (66,7%) berpengetahuan baik, dan 19 responden (42,2%) berpengetahuan

tidak baik.

DISKUSI

Dalam penelitian ini ternyata masih banyak faktor yang mempengaruhi

responden untuk melakukan tindakan perawatan payudara, dimana faktor-faktor

tersebut adalah peranan keluarga, peranan tokoh masyarakat, peranan tetangga,

tingkat pengetahuan, dan social ekonomi. Faktor tersebut tidak menjadi bahan dalam

penelitian pada ini, maka hubungan pengetahuan dan tindakan perawatan payudara

adalah tidak ada bahwa ternyata tindakan dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor

tersebut yang tidak termasuk dalam penelitian pada saat ini.

KESIMPULAN

Dari hasil data chi square yaitu p Value 0.101 > α (0.05) artinya Ho gagal

diterima sehingga tidak ada hubungan tingkat pengetahuan ibu primipara dengan

sikap dalam melakukan perawatan payudara.

DAFTAR PUSTAKA

1. Anggraini, Y. 2010. Asuhan kebidanan masa nifas. Yogyakarta : pustaka rihana

2. Bobak, ledermilk Jensen. 2004. Keperawatan matermitas. Jakarta : Buku

Kedokteran, EGC

Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol. 8 Desember 2014. ISSN 2086-9266 48

3. Manuaba, I.B.G. 2008. Ilmu kebidanan, penyakit kandungan & keluarga

berencana untuk pendidikan bidan. Jakartra : buku kedokteran, EGC

4. Notoadmodjo, S. 2003. Ilmu kesehatan masyarakat. Jakarta : rineka cipta

5. Varney, H. 2007. Asuhan kebidanan. Jakarta : EGC

Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol. 8 Desember 2014. ISSN 2086-9266 49

Ns.Febi Ratnasari,S.Kep**, Nurbaiti*, Risky Hamja*, Tutik Komariah*

,Ulfa Arif*

*Mahasiswa S1 Keperawatan Stikes Yatsi

**Staf DosenS1Keperawatan Stikes Yatsi

ABSTRAK

Ibu hamil ada yang mengalami kecemasan saat menjalani kehamilannya. Masalah

yang dialami ibu hamil diantaranya ketidaknyamanan seperti perubahan bentuk

tubuh, sering marah, gelisah, dan cemas. Tujuan penelitian untuk mengetahui faktor-

faktor yang berhubungan dengan kecemasan pada ibu hamil primigravida di Wilayah

Kerja Puskesmas Pasar Kemis Tangerang, meliputi usia, pengetahuan, dukungan

keluarga, dan dukungan tenaga kesehatan. Jenis penelitian analitik, dengan desain

cross sectional. Populasi penelitian adalah seluruh ibu hamil primigravida yang ada

di wilayah kerja Puskesmas Pasar Kemis bulan Desember 2014. Hasil penghitungan

sampel sebanyak 55 orang. Analisis data yaitu univariat (distribusi frekuensi) dan

bivariat (Uji Kai Kuadrat). Hasil analisis univariat,hampir sebagian besar ibu primipara

mengalami kecemasan rendah (56,4%), umurnya tidak berisiko (58,2%), pengetahuan

kurang (56,4%), dukungan keluarga baik (61,8%), dan dukungan tenaga kesehatan

baik (63,6%). Hasil analisis bivariat, variabel yang berhubungan dengan kecemasan

pada ibu hamil primigravida adalah pengetahuan (p = 0,029 dan OR = 4,154),

dukungan keluarga (p = 0,003 dan OR = 6,944), dan dukungan tenaga kesehatan (p =

0,007 dan OR = 5,833). Sedangkan yang tidak berhubungan adalah umur (p =

0,767). Saran penelitian adalah Puskesmas memberikan penyuluhan kepada ibu

hamil, memasang pesan kesehatan berkaitan dengan kehamilan dan upaya mengatasi

kecemasan, keluarga memberikan dukungan berupa anjuran, motivasi, dan informasi

yang baik sehingga dapat menurunkan kecemasan ibu hamil.

Kata kunci :Faktor-Faktor, Kecemasan, Ibu Hamil, Primigravida

ABSTRACT

Pregnant women experience anxiety while undergoing pregnancy. The problems

experienced by pregnant women is discomfort during pregnancy undergo such a

change in body shape, angry, and anxiety. The purpose of this study was to determine

the factors associated with anxiety in pregnant women primigravida in Puskesmas

Pasar Kemis, include age, knowledge, family support, and the support of health

professionals. This type of research is analytic, the cross-sectional design. Samples is

55 pregnant women primigravida. Results of univariate analysis showed most of

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KECEMASAN

PADA IBU HAMIL PRIMIGRAVIDA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS

PASAR KEMIS TANGERANG TAHUN 2014

Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol. 8 Desember 2014. ISSN 2086-9266 50

primiparous mothers experience low anxiety (56.4%), age is not at risk (58.2%), lack

of knowledge (56.4%), good family support (61.8%), and support of good health

(63.6%). Results of bivariate analysis, the variables associated with anxiety in

pregnant women primigravid is knowledge (p = 0.029 and, OR = 4.154), family

support (p = 0.003 and OR = 6.944), and the support of health professionals (p =

0.007 and OR = 5,833). While unrelated are age (p = 0.767). Suggestions in this

study is the health center can provide health education of counseling to pregnant

women, post health messages related to pregnancy and efforts to overcome anxiety,

and family to provide support in the form of encouragement, motivation, and good

information on mother pregnant and therefore reduces the anxiety experienced by

pregnant women.

Keywords: Factors, Anxiety, Pregnancy, primigravidae)

PENDAHULUAN

Kehamilan awal untuk keluarga pemula, merupakan periode transisi dari masa kanak-

kanak menjadi orang tua dengan karakteristik yang menetap dan mempunyai

tanggung jawab. Wanita akan menjadi ibu dan suaminya akan menjadi ayah.

Hubungan mereka berubah, begitu juga dengan keluarga besar atau masyarakat yang

membutuhkan penyesuaian kembali dalam dinamika keluarga (Susanti, 2008).

Penelitian Singh (1991) terhadap 1.000 (seribu) wanita India, menemukan bahwa 691

subjek wanita hamil (kelompok eksperimen) merasa lebih cemas dibandingkan

dengan kelompok kontrol. Kecemasan dimulai pada bulan kedua yaitu ketika mereka

mengetahui kehamilannya, dan kemudian meningkat lagi pada usia kehamilan

memasuki usia kehamilan lima bulan. Pada bulan ke enam dan ketujuh, kecemasan

sedikit berkurang. Dan selanjutnya pada bulan ke delapan dan kesembilan kecemasan

meningkat lagi hingga menjelang waktu melahirkan (Taufik, 2010).

Kecemasan yang umumnya dialami oleh ibu hamil biasanya ibu menjadi takut,

khawatir dan berfantasi karena akan memulai dengan hal baru dalam pengalaman

hidupnya dengan adanya bayi dalam kandungannya (terutama pada primigravida).

Selain itu ibu akan merasa rendah diri, hal ini disebabkan karena mulai timbulnya

hiperpigmentasi pada wajah (kloasma gravidarum), leher,payudara membesar, perut

membesar disertai linea alba dan berat badan akan semakin meningkat. Hal tersebut

akan membuat ibu merasa khawatir jika setelah melahirkan berat badannya tidak

kembali seperti sebelum hamil. Pada kehamilan yang tidak diinginkan ibu akan

merasa takut kehamilannya diketahui oleh orang lain sehingga berusaha menutupi

kehamilannya atau menggugurkannya. Ibu yang pernah mengalami keguguran atau

melahirkan bayi mati/cacat khawatir bila itu akan terjadi lagi sehingga ingin

melindungi bayinya. Kehamilan yang tidak diterima suami dan keluarga membuat ibu

semakin khawatir dan takut menjalani kehamilannya (Bahiyatun, 2011).

Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol. 8 Desember 2014. ISSN 2086-9266 51

TUJUAN

Mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengankecemasan pada ibu hamil

primigravida di Wilayah Kerja Puskesmas Pasar Kemis Tangerang Tahun 2014.

METODE

Penelitian ini merupakan jenis penelitian survey analitik yaitu penelitian yang

mencoba menggali bagaimana fenomena kesehatan itu terjadi. Desain penelitian yang

digunakan adalah cross sectional yaitu suatu penelitian untuk mempelajari dinamika

korelasi antara faktor-faktor resiko dengan efek, dengan cara pendekatan atau

pengumpulan data sekaligus pada suatu saat (Notoatmodjo, 2010).

HASIL PENELITIAN

Tabel 7.1 Distribusi frekuensi kecemasan pada ibu hamil primigravida di

wilayah kerja Puskesmas Pasara Kemis Kabupaten Tangerang Tahun 2014

Kecemasan Jumlah (n) Persentase (%)

Tinggi 24 43,6

Rendah 31 56,4

Total 55 100,0

Tabel 7.1, menunjukkan bahwa hampir sebagian besar ibu primiparamengalami

kecemasan rendah yaitu sebanyak 31 orang (56,4%), sedangkan ibu yang mengalami

kecemasan tinggi sebanyak 24 orang (43,6%).

Tabel 7.2 Distribusi frekuensi umuribu hamil primigravida di wilayah kerja

Puskesmas Pasar Kemis Kabupaten Tangerang Tahun 2014

Umur Jumlah (n) Persentase (%)

Berisiko 23 41,8

Tidak berisiko 32 58,2

Total 55 100,0

Tabel 7.2, menunjukkan bahwa hampir sebagian besar ibu primiparaumurnya tidak

berisiko yaitu sebanyak 32 orang (58,2%), sedangkan ibu yang termasuk umur

berisiko sebanyak 23 orang (41,8%).

Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol. 8 Desember 2014. ISSN 2086-9266 52

Tabel 7.3 Distribusi frekuensi pengetahuanibu hamil primigravida di wilayah

kerja Puskesmas Pasar Kemis Kabupaten Tangerang Tahun 2014

Pengetahuan Jumlah (n) Persentase (%)

Kurang 31 56,4

Baik 24 43,6

Total 55 100,0

Tabel 7.3, menunjukkan bahwa hampir sebagian besar ibu primiparamemiliki

pengetahuan kurang yaitu sebanyak 31 orang (56,4%), sedangkan ibu yang memiliki

pengetahuan baik sebanyak 24 orang (43,6%).

Tabel 7.4 Distribusi frekuensi dukungan keluargaibu hamil primigravida di

wilayah kerja Puskesmas Pasar Kemis Kabupaten Tangerang Tahun 2014

Dukungan Keluarga Jumlah (n) Persentase (%)

Kurang 21 38,2

Baik 34 61,8

Total 55 100,0

Tabel 7.4, menunjukkan bahwasebagian besar ibu primiparamemiliki dukungan

keluarga baik yaitu sebanyak 34 orang (61,8%), sedangkan ibu yang memiliki

dukungan keluarga kurang sebanyak 21 orang (38,2%).

Tabel 7.5 Distribusi frekuensi dukungan petugas kesehatan padaibu hamil

primigravidadi wilayah kerja Puskesmas Pasar Kemis Kabupaten Tangerang

Tahun 2014

Dukungan Petugas Kesehatan Jumlah (n) Persentase (%)

Kurang 20 36,4

Baik 35 63,6

Total 55 100,0

Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol. 8 Desember 2014. ISSN 2086-9266 53

Tabel 7.5, menunjukkan bahwasebagian besar ibu primiparamenyatakan dukungan

petugas kesehatan baik yaitu sebanyak 35orang (63,6%), sedangkan ibu yang

menyatakan dukungan keluarga kurang sebanyak 20 orang (36,4%).

Tabel 7.5 Hubungan umur dengan kecemasan ibu hamil primipara di wilayah

kerja Puskesmas Pasar Kemis Kabupaten Tangerang Tahun 2014

Umur

Kecemasan Pada Ibu

Hamil

Total

Nilai

p

Odd

Rati

o

(OR

)

Tinggi Rendah

n % n % n %

Berisiko 9 39,1 14 60,9 23 100,

0

0,76

7

0,72

9

Tidak berisiko 15 46,9 17 53,1 32 100,

0

Total 24 43,6 31 56,4 55 100,

0

Tabel 7.5 menunjukkan bahwa hasil analisis hubungan umur dengan kecemasan ibu

hamil, diketahui dari 23 orang ibu yang umurnya berisiko, ada 9 orang (39,1%) yang

memiliki kecemasan tinggi, sedangkan dari 32 orang ibu yang umurnya tidak

berisiko, ada 15 orang (46,9%) yang memiliki kecemasan tinggi.

Hasil uji statistik diperoleh p value = 0,767 artinya p > α (0,05), sehingga dengan α

5% dapat disimpulkan tidak ada hubungan yang bermakna antara umur dengan

kecemasan pada ibu hamil.

Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol. 8 Desember 2014. ISSN 2086-9266 54

Tabel 7.6 Hubungan pengetahuan dengan kecemasan ibu hamil primipara di

wilayah kerja Puskesmas Pasar Kemis Kabupaten Tangerang Tahun 2014

Pengetahuan

Kecemasan Pada Ibu

Hamil

Total

Nila

i p

Odd

Ratio

(OR)

Tinggi Rendah

n % n % n %

Kurang 18 58,1 13 41,9 31 100,0 0,02

9

4,154

Baik 6 25,0 18 75,0 24 100,0

Total 24 43,6 31 56,4 55 100,0

Tabel 7.6 menunjukkan bahwa hasil analisis hubungan pengetahuan dengan

kecemasan ibu hamil, diketahui dari 31 orang ibu yang pengetahuannya kurang, ada

18 orang (58,1%) yang memiliki kecemasan tinggi, sedangkan dari 24 orang ibu yang

pengetahuannya baik, ada 6 orang (25,0%) yang memiliki kecemasan tinggi.

Hasil uji statistik diperoleh p value = 0,029 artinya p < α (0,05), sehingga dengan α

5% dapat disimpulkan ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan dengan

kecemasan pada ibu hamil.Hasil analisis juga diperoleh nilai OR = 4,154, yang

artinya ibu yang mempunyai pengetahuan kurang, akan berisikomengalami

kecemasan tinggi sebesar 4,154 kali, dibandingkan dengan ibu yang mempunyai

pengetahuan baik.

Tabel 7.7 Hubungan dukungan keluarga dengan kecemasan ibu hamil

primipara di wilayah Kerja Puskesmas Jambe Kabupaten Tangerang Tahun

2014

Dukungan

Keluarga

Kecemasan Pada Ibu

Hamil

Total

Nilai

p

Odd

Ratio

(OR)

Tinggi Rendah

n % n % n %

Kurang 15 71,4 6 28,6 21 100,0 0,00

3

6,944

Baik 9 26,5 25 73,5 34 100,0

Total 24 43,6 31 56,4 55 100,0

Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol. 8 Desember 2014. ISSN 2086-9266 55

Tabel 7.6 menunjukkan bahwa hasil analisis hubungan dukungan keluarga dengan

kecemasan ibu hamil, diketahui dari 21 orang ibu yang memiliki dukungan keluarga

kurang, ada 15orang (71,4%) yang memiliki kecemasan tinggi, sedangkan dari 34

orang ibu yang memiliki dukungan keluarga baik, ada 9 orang (26,9%) yang memiliki

kecemasan tinggi.

Hasil uji statistik diperoleh p value = 0,003 artinya p < α (0,05), sehingga dengan α

5% dapat disimpulkan ada hubungan yang bermakna antara dukungan keluarga

dengan kecemasan pada ibu hamil.Hasil analisis juga diperoleh nilai OR = 6,944,

yang artinya ibu yang memiliki dukungan keluarga kurang, akan berisikomengalami

kecemasan tinggi sebesar 6,944 kali, dibandingkan dengan ibu yang mempunyai

dukungan keluarga baik.

Tabel 7.8 Hubungan dukungan petugas kesehatan dengan kecemasan ibu hamil

primipara di wilayah kerja Puskesmas Pasar Kemis Kabupaten Tangerang

Tahun 2014

Dukungan

Petugas

Kesehatan

Kecemasan Pada Ibu

Hamil

Total

Nila

i p

Odd

Ratio

(OR) Tinggi Rendah

n % n % n %

Kurang 14 70,0 6 30,0 20 100,0 0,00

7

5,833

Baik 10 28,6 25 71,4 35 100,0

Total 24 43,6 31 56,4 55 100,0

Tabel 7.7 menunjukkan bahwa hasil analisis hubungan dukungan petugas kesehatan

dengan kecemasan ibu hamil, diketahui dari 20 orang ibu yang menyatakan dukungan

petugas kesehatan kurang, ada 14 orang (70,0%) yang memiliki kecemasan tinggi,

sedangkan dari 35 orang ibu yang menyatakan dukungan petugas kesehatan baik,

ada 10 orang (28,6%) yang memiliki kecemasan tinggi.

Hasil uji statistik diperoleh p value = 0,007 artinya p < α (0,05), sehingga dengan α

5% dapat disimpulkan ada hubungan yang bermakna antara dukungan petugas

kesehatan dengan kecemasan pada ibu hamil.Hasil analisis juga diperoleh nilai OR =

5,833, yang artinya ibu yang menyatakan dukungan petugas kesehatan kurang, akan

berisikomengalami kecemasan tinggi sebesar 5,833 kali, dibandingkan dengan ibu

yang menyatakan dukungan petugas kesehatan baik.

Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol. 8 Desember 2014. ISSN 2086-9266 56

DISKUSI

Ibu hamil yang mengalami gangguan psikologis seperti kecemasan baik ibu

hamil yang beresiko (usia kehamilan muda / usia kehamilan tua) ataupun ibu hamil

yang tidak beresiko sebenarnya dapat ditangani sedini mungkin, maka dari itu perlu

adanya dukungan dari orang lain, terutama dukungan psikologis dari orang-orang

terdekat di sekitarnya seperti suami, atau ayah ibu kandung. Selain itu perlu adanya

pengetahuan serta dukungan yang didapat dari para profesional seperti tenaga

keperawatan, kebidanan dan dokter. Karena saat ini mereka adalah tempat yang

paling tepat untuk berkonsultasi dan akan memberikan solusi yang terbaik untuk ibu

dan janin yang ada di dalam kandungan (Taufik, 2010).

Kondisi ini menggambarkan bahwa hampir sebagian besar ibu hamil

merasakan cemas dalam menghadapi kehamilannya. Hal tersebut dapat dipengaruhi

oleh berbagai faktor, seperti halnya pengetahuan ibu tentang kehamilan dan

kecemasan, dukungan yang diperoleh ibu hamil baik dari keluarga maupun dari

petugas kesehatan.

KESIMPULAN

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar ibu primipara menyatakan

dukungan petugas kesehatan baik (63,6%).Hasil analisis hubungan dukungan petugas

kesehatan dengan kecemasan ibu hamil, diperoleh p value = 0,007 dan OR = 5,833,

sehingga ada hubungan yang bermakna antara dukungan petugas kesehatan dengan

kecemasan pada ibu hamil.

DAFTAR PUSTAKA

1. Aprianawati, RB.2012. Hubungan Antara Dukungan KeluargaDengan

Kecemasan Ibu Hamil Menghadapi Kelahiran AnakPertama Pada Masa

Triwulan Ketiga.

2. Arsinah, dkk. (2010). Asuhan Kebidanan Masa Kehamilan. Yogyakarta: Graha

Ilmu.

3. Astria, Y. (2009). Hubungan Karekteristik Ibu Hamil Trimester III Dengan

Kecemasan Menghadapi Persalinan Di Poli Klinik Kebidanan dan Kandungan

RSUP FatmawatiTahun 2009. Jakarta: Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah. 12 April 2013. http://id.pdfsb.com/jurnal.

4. Jhaquin, A. (2010). Psikologi Untuk Kebidanan. Yogyakarta: Nuha Medika.

5. National Institut of Mental Health (2008). Faktor-faktor Yang Mempengaruhi

Kejadian Depresi Pospartum Pada Ibu Hamil Pascapersalinan Primipara. 9

April 2013. http://repository.usu.ac.id.

Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol. 8 Desember 2014. ISSN 2086-9266 57

6. Saminem, (2009). Seri Asuhan Kebidanan, Kehamilan Normal. Jakarta: EGC.

7. Taufik, (2010). Psikologi Untuk Kebidanan, Dari Teori Ke Praktek. Surakarta:

Eastview

Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol. 8 Desember 2014. ISSN 2086-9266 58

Ida Faridah,S.Kp.,M.Kes **, *, Riswan Maulana*, Ahmad Rermizi*

,Eke Pratiwi*

*Mahasiswa S1 Keperawatan Stikes Yatsi

**Staf DosenS1Keperawatan Stikes Yatsi

ABSTRAK

Kegiatan keperawatan merupkan salah satu kegiatan pelayanan yan dirumah sakit,

tugas perawat dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien antara lain

mengkaji kebutuhan pasien merencanakan tindakan keperawaataan melaksanakan

rencanaa tindakan mengevaluasi hasil asukan keperawataan yang telah diberikan serta

mendokumentasikan asuhan keperawatan.

Beban kerja perawat merupakan seluruh kegiatan atau aktivitas yang dilakukan oleh

seorang perawat selama bertugas disuatu unit pelayanan keperawataan. Tujuan

penelitian ini adalah untuk mengetahui beban kerja perawat dan kelengkapan

pendokumentasian asuhan keperawatan di instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Umum

Kota Tangerang tahun 2014.

Desain penelitian yang digunakan adalah “crossectional” sampel adalah perawat di

instalasi rawat inap Rumah Sakit Umum Kota Tangerang yang telah memenuhu

criteria ,jumlah sampel 155 responden untuk beban kerja dan 55 berkas medis untuk

kelengkapan pendokumentasian, pemilihan sampel dilakukan dengan metode sampel

jenuh atau sensus. Data dikumpulkan menggunakan pemilihan sampel 155 respoden

untuk beban kerja dan 55 berkas medis untuk kelengkapan pendokumentasian,

kuesioner dan hasilnya dianalisis dengan uji ChiSquare. Analisa univariat perawat

dengan beban kerja kategori ringan (27,3%),kategori sedang (45,5%) dam kategori

berat (27,3%). Dari hasil uji bivariat bahwa ketidakhubungan yang bermakna antara

beban kerja perawat dengan pendokumentasian asuhan keperawatan Pvalue=0.083

Katakunci :bebankerjadanpendokumentasian

ABSTRACT

Nursing activitiesis one of the activitie so fexisting servicesin hospitals,duties of

nurses in providing nursing care to patients, among other,assess the patient’s

HUBUNGAN BEBAN KERJA PERAWAT TERHADAP

PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEPERAWATAN DI INSTALASI

RAWAT DI RSU KOTA TANGERANG TAHUN 2014

Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol. 8 Desember 2014. ISSN 2086-9266 59

needs,nursing actionplan,implementing the Plano faction,evaluating the result of

nursing care that has beeng ivenand documented nursing care.

The work load of nurses is all activitie so ractivities performed by a nurse during as

tint ina nursing care unit.The purpose of this research was to determine the work

load of nurses and nursing care documentation completeness in Instalasi Rawat

Inap Rumah Sakit Umum Kota Tangerang Tahun 2014

The research design use discrosssectional. Samples are nurses in Instalasi Rawat

Inap Rumah Sakit Umum Kota Tangerang who have met the criteria. Number of

samples 55 respondents to the work load 55 medical files for completeness of

documentation. The sample selection was conducted using a sample

.Datawerecollectedusinga question air eand the result swere analyzed by

chisquaretest. Univariate analysis of the work load of nurses with light category

(27,3%),medium category(45,5%)and weight category(27,3%).Bivariat test result

that there is no significan trelationship between work load with documentation of

nursing care Pvalue= 0,083.

Keywords :workloadanddocumentation.

PENDAHULUAN Globalisasi mengakibatkan Tingginya kompetisi disektor kesehatan khususnya pada

pendokumentasian dibidang kesehatan.Tingginya tuntutan masyarakat baik Nasional

maupun Internasional terhadap tuntutan pelayanan kesehatan yang diberikan dirumah

sakit.Pelayanan yang baik,tepat,cepat, aman serta transparan dalam penulisan hasil

intervensi merupakan indikator mutu pelayanan kesehatan di rumah sakit. Persaingan

antar rumah sakit baik swasta, pemerintah maupun rumah sakit asing akan semakin

leluasa berkembang. Untuk bersaing secara sehat dalam perebutan pasar bebas

terhadap pelayanan di rumah sakit baik rumah sakit swasta, pemerintah dan

asing,rumah sakit harus memberikan pelayanan kepada pasien langsung secara cepat,

tepat, akurat, bermutu dengan biaya terjangkau (Muninjaya,2005).

Pendokumentasian merupakan sarana komunikasi antara petugas kesehatan dalam

rangka pemulihan kesehatan pasien, tanpa dokumentasi yang benar dan

jelas,kegiatan pelayanan keperawatan yang telah dilaksanakan oleh seseorang

perawat profesional tidak dapat dipertanggung jawabkan dalam upaya peningkatan

mutu pelayanan keperawatan dan perbaikan status kesehatan pasien di rumah sakit.

(Nursalam,2008). Manfaat dokumentasi keperawatan adalah (1)sebagai kualitas

pelayanan, (2) sebagai komunikasi perawat dengan profesi kesehatan lainnya,

(3)Mempunyai nilai pendidikan, (4) bernilai hukum, (5) sebagai penelitian, (6)

akreditasi (Nursalam,2008).

Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol. 8 Desember 2014. ISSN 2086-9266 60

TUJUAN

Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan beban kerja perawat

terhadap kelengkapan pendokumentasian di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit

Umum Kota Tangerang.

METODE

Metode yang digunakan adalah kuantitatif analitik,karena menganalisa dinamika

korelasi antara variable independen (bebankerja) dan variable dependent

(Pendokumentasian asuhan keperawatan).Model pendekatan yang digunakan pada

peneliti ini adalah pendekatan secara cross sectional yaitu rancangan penelitian

dengan melakukan pengukuran atau pengamatan pada saat bersamaan (sekali

waktu).(Hidayat,2008).

HASIL PENELITIAN

Tabel 8.2 Distribus iFrekuensi beban kerja di Instalasi Rawat Inap Rumah

Sakit Umum Kota Tangerang Tahun 2014

Variabel Frekuensi

Beban kerja n %

Ringan 15 27,3

Sedang 25 45,5

Berat 15 27,3

Jumlah 55 100

Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol. 8 Desember 2014. ISSN 2086-9266 61

Tabel 8.3 Distribusi Frekuensi Pendokumentasian Asuhan Keperawatan di

Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Umum Kota Tangerang Tahun 2014

Variabel Frekuensi

Pendokumentasian

Asuhan Keperawatan

N %

Tidak dilakukan 35 63,6

Dilakukan 20 36,4

Jumlah 55 100

Analisis data:Pada tabel diatas menunjukan bahwa sebagian besar perawat

berdasarkan pendokumentasian asuhan keperawatan dengan kategori tidak dilakukan

sebanyak 35 orang(63,6%)

Tabel 8.4 Hubungan beban kerja dengan pendokumentasian Asuhan

Keperawatan di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Umum Kota Tangerang

Tahun 201

Variabel Pendokumentasian

Asuhan Keperawatan

P

Value

Beban

Kerja

Tidak

Dilakukan

Dilakukan Total

n % n % N %

0.083

Ringan 12 80 3 20 15 100

Sedang 12 48 13 52 25 100

Berat 11 73,3 4 26,7 15 100

Jumlah 35 63,7 20 36,3 55 100

Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol. 8 Desember 2014. ISSN 2086-9266 62

Dari tabel diatas menunjukan bahwa perawat dengan beban kerja ringan yang

pendokumentasian tidak dilakukan sebanyak 12orang (80%), sedangkan yang

pendokumentasian dilakukan sebanyak 3 orang (20%), Perawat dengan beban

kerja sedang yang pendokumentasian tidak dilakukan sebanyak12orang (48%),

sedangkan yang pendokumentasian dilakukan sebanyak 13 orang (52%)dan perawat

dengan beban kerja berat yang pendokumentasian tidak dilakukan sebanyak 11orang

(63,7%),sedangkan yang pendokumentasian dilakukan sebanyak 20 orang (36,3%).

Tabel diatas merupakan hasil uji Chi Square .Nilai yang dipakai adalah nilai Pearson-

Chi Square dengan tingkat kepercayaan 95%. Nilai signifikannya adalah p=0,083

yang berart ip>0,05 maka dapat disimpulkan bahwa Haditolak, yang artinya “tidak

ada hubungan antara hubungan beban kerja perawat terhadap pendokumentasian

asuhan keperawatan.

DISKUSI

Dalam penelitian ini, peneliti menilai beban kerja di Instalasi Rawa tInap Rumah

Sakit Umum Kota Tangerang Tahun 2014 kepada 55 perawatdengan menggunakan

kuisioner.Didapatkan hasil bahwa dari 55 perawat, beban kerja dengan kategori

ringan (27,3%), kategori sedang (45,5%) dan kategori berat

(27,3%),Halinimenunjukanbahwa bebankerja perawat diInstalasirawat inap Rumah

Sakit Umum Kota Tangerang dikategori sedang.

Penemuan dilapangan terlihat masih ada pekerjaan yang bukan pekerjaan perawat

dilakukan oleh perawat, seperti mengambil obat ke apotik, mengambil dan

mengantar sampel darah ke laboratorium,konsul rontgen, mengantar pasien rawat

inap ke poliklinik untuk konsul dengan dokter spesilais.Untuk mengatasi masalah

pekerjaan yang seharusnya bukan pekerjaan perawat seharusnya rumah sakit

mempekerjakan tenaga untuk pekerjaan tersebut.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian mengenai hubungan beban kerja perawat dengan

kelengakapan pendokumentasian asuhan keperawatan di instalasi rawat inap Rumah

Sakit Umum Kota Tangerang tahun 2014 adalah Tidak ada hubungan beban kerja

perawat terhadap kelengkapan pendokumentasian asuhan keperawatan, masih

adafaktor-faktor lain yang mempengaruhi kelengkapan pendokumentasian asuhan

keperawatan seperti umur,masa kerja,pendidikan,pengetahuan dan sikap.

Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol. 8 Desember 2014. ISSN 2086-9266 63

DAFTAR PUSTAKA

1. Keperawatan Rumah Sakit AN-NISA. 2011. Buku Petunjuk Teknis Cara

pengisianInstrumen A, B,dan C

2. Nursalam.2008.ProsesdanDokumentasiKeperawatan:KonsepdanPraktik. Edisi

2.Jakarta: SalembaMedika

3. Potter,P.A&Perry,A.G.2006.BukuAjarFundamentalKeperawatan:Konsep,

proses, dan praktik, volume2. Edisi 4.Jakarta: EGC

4. Praptiningsih, Sri.2006. Hukum Perawat. Jakarta:RajaGrafindo Persada.

Priyatno, Duwi. 2013. Mandiri Belajar Analisis data dengan SPSSuntukpemul

5. Setiadi. 2012.Konsep&Penulisan DokumentasiAsuhan Keperawatan :Teori

dan praktik. Grahailmu.

6. Suharsimi, Arikunto 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.

Jakarta: PTRinekaCipta.

Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol. 8 Desember 2014. ISSN 2086-9266 64

Ns. Rangga Saputra,S.Kep**, Putri Jati I*, Chandra E*, Dhea Knes*

,Desi R*

*Mahasiswa S1 Keperawatan Stikes Yatsi

**Staf DosenS1Keperawatan Stikes Yatsi

ABSTRAK

Pendidikan kesehatan preoperasi didefinisikan sebagai tindakan suportif dan

pendidikan yang dilakukan perawat untuk membantu pasien bedah dalam

meningkatkan kesehatannya sendiri sebelum dan sesudah pembedahan. Tujuan

penelitian mengidentifikasi hubungan pendidikan kesehatan tentang mobilisasi

terhadap pelaksanaan mobilisasi pasien post operasi di RSUD Tarakan Jakarta Tahun

2014.

Metode penelitian adalah deskriptif korelasional dengan pendekatan cross sectional.

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pasien post operasidi RSUD Tarakan

Jakarta Tahun 2014.Besarnya sampel menggunakan derajat kepercayaan 95% dan

derajat kesalahan 5%. Analisa data menggunakan teknik Chi-Square.

Hasil penelitian ini yaitu dari 44 responden (51,8%) diantaranya berumur ≥50 tahun,

33 responden (38,8%) berpendidikan SMP, 37 responden (43,5%) berkerja sebagai

Ibu Rumah Tangga/Tidak Bekerja, 36 responden (42,4%) mendapatkan pendidikan

kesehatan tentang mobilisasi cukup, 52 responden (61,2%) pelaksanaan mobilisasi

pasien post operasikurang 22 dan dari 36 (66,1%) responden dengan pendidikan

kesehatan cukup pelaksanaan mobilisasi pasien post operasi baik. Hasil uji statistik

diperoleh nilai p=0.001 > 0.05α= maka dapat disimpulkan bahwa H1

diterima artinya

terdapat hubungan yang bermakna antara pendidikan kesehatan tentang mobilisasi

denganpelaksanaan mobilisasi pasien post operasi di RSUD Tarakan Jakarta Tahun

2014.

Penelitian ini diharapkan menjadi acuan perawat dalam memberikan asuhan

keperawatan sehingga meningkatkan pelayanan kesehatan di tempat dia bekerja.

Kata Kunci :Pendidikan Kesehatan, Mobilisasi, Pasien Post Operasi

HUBUNGAN PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG MOBILISASI

TERHADAP PELAKSANAAN MOBILISASI PASIEN POST OPERASI DI

RSUD TARAKAN JAKARTA TAHUN 2014

Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol. 8 Desember 2014. ISSN 2086-9266 65

ABSTRACT

Preoperative health education was defined as educational and supportive measures

undertaken surgical nurses to assist patients in improving their own health before

and after surgery. The aim of research to identify the relationship of health education

on the mobilization of the implementation postoperative mobilization of patients in

RSUD Tarakan Jakarta Tahun 2014.

The research method was descriptive correlation with cross sectional approach. The

population in this study were all patients postoperatively in RSUD Tarakan Jakarta

Year 2014. The size of the sample using a 95% confidence level and degree of error

of 5%. Data were analyzed using Chi-square techniques.

Results of this study are of 44 respondents (51.8%) were aged ≥50 years, 33

respondents (38.8%) junior high school education, 37 respondents (43.5%) work as a

Housewife / Not Working, 36 respondents ( 42.4%) received health education about

mobilizing enough, and 32respondents(61.2%) patients with post operative

mobilization implementationless, 22 of 36 (66.1%) of respondents with sufficient

health education implementation postoperative mobilization of patients either.

Statistical test resulted obtained by value p = 0.001> 0.05α = it can be concluded

that H1 is accepted it means there is a significant relationship between health

education on the mobilization of the implementation postoperative mobilization of

patients in RSUD Tarakan Jakarta Year 2014.

This research was expected to be a reference nurses in providing nursing care to

improve the health service where she worked.

Keywords : Healtheducation, mobilization, PatientsPostOperation

PENDAHULUAN

Menurut WHO (Dalam Buku Ajar Fundamental Keperawatan, 2008) Sehat itu

sendiri dapat diartikan bahwa suatu keadaan yang sempurna baik secara fisik, mental

dan sosial serta tidak hanya bebas dari penyakit atau kelemahan sehat juga

merupakan sebuah keadaan yang tidak hanya terbebas dari penyakit akan tetapi juga

meliputi seluruh aspek kehidupan manusia yang meliputi aspek fisik, emosi, sosial d

an spiritual.Sedangkan Sakit merupakan proses dimana fungsi individu dalam satu

atau lebih dimensi yang ada mengalami perubahan atau penurunan bila dibandingkan

dengan kondisi individu sebelumnya.

Kondisi sakit ini mengakibatkan seseorang harus melakukan tindakan pengobatan

baik itu dilakukan dengan rawat jalan di Rumah sakit maupun sampai dilakukan

tindakan pembedahan atau bahkan sampai dengan proses kehilangan anggota tubuh

serta kematian.

Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol. 8 Desember 2014. ISSN 2086-9266 66

TUJUAN

Untuk mengidentifikasi Hubungan Pendidikan Kesehatan Tentang Mobilisasi

Terhadap Pelaksanaan Mobilisasi Pasien Post Operasi Di RSUD Tarakan Jakarta

Tahun 2014.

METODE

Desain penelitian ini untuk mengetahui hubungan antara Pendidikan Kesehatan

Tentang Mobilisasi Terhadap Pelaksanaan Mobilisasi Pasien Post Operasi Di RSUD

Tarakan Tahun 2014. Jenis penelitian yang digunakan adalah jenis penelitian

kuantitatif dengan rancangan penelitian deskriptif korelasional menggunakan

pendekatan cross sectional yaitu suatu penelitian untuk mengetahui dinamika korelasi

antara faktor-faktor risiko dengan efek, dengan cara pendekatan, observasi atau

pengumpulan data sekaligus pada suatu saat (point time approach). Artinya, tiap

subjek penelitian hanya diobservasi sekali saja dan pengukuran dilakukan terhadap

status karakter atau variabel subjek pemeriksaan (Notoatmodjo, 2010).

HASIL PENELITIAN

Tabel 9.1 Distribusi Frekuensi Responden Menurut Umur Di RSUD Tarakan

Jakarta Tahun 2014.

Umur Frekuensi Persentase

<50 tahun 41 48,2

≥50 tahun 44 51,8

Total 85 100,0

Tabel diatas memperlihatkan frekuensi responden berdasarkan umur. Hal ini

menunjukan bahwa dari 85 responden, 44 responden (51,8%) diantaranya berumur ≥

50 tahundan 41 responden (48,2%) berumur < 50 tahun.

Tabel 9.2 Distribusi FrekuensiResponden Menurut Tingkat Pendidikan Di

RSUD Tarakan Jakarta Tahun 2014

Pendidikan Frekuensi Persentase

SD 22 25,9

SMP

SMA

33

29

38,8

34,1

Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol. 8 Desember 2014. ISSN 2086-9266 67

PT 1 1,2

Total 85 100,0

Tabel diatas memperlihatkan frekuensi responden berdasarkan tingkat pendidikan.

Hal ini menunjukan bahwa dari 85 responden, 33 responden (38,8%) diantaranya

berpendidikan SMP dan 29 responden (34,1%) berpendidikan SMA, 22 responden

(25,9%) diantaranya berpendidikan SD serta 1 responden (1,2 %) diantaranya

berpendidikan PT.

Tabel 9.3 Distribusi Frekuensi Responden Menurut Tingkat Pekerjaan Di

RSUD Tarakan Jakarta Tahun 2014

Pekerjaan Frekuensi Persentase

Ibu Rumah Tangga/Tidak Bekerja 37 43,5

Buruh

Karyawan

PNS

33

3

12

38,8

3,5

14,2

Total 85 100,0

Tabel diatas memperlihatkan frekuensi responden berdasarkan pekerjaan. Hal ini

menunjukan bahwa dari 85 responden, 37 responden (43,5%) diantaranya berkerja

sebagaiIbu Rumah Tangga/Tidak Bekerja, 33 responden (38,8%) berkerja sebagai

buruh, 12 responden (14,2%) diantaranya bekerja sebagaiPNS dan 3responden (3,5%)

diantaranya berkerja sebagai karyawan.

Tabel 9.4 Distribusi Frekuensi Pendidikan Kesehatan Tentang Mobilisasi

Di RSUD Tarakan Jakarta Tahun 2014

Pendidikan Kesehatan Frekuensi Persentase

Kurang

Cukup

Baik

23

36

26

27,1

42,4

30,5

Jumlah 85 100,0

Tabel diatas memperlihatkan frekuensi Pendidikan kesehatan tentang pelaksanaan

mobilisasi. Hal ini menunjukan bahwa dari 85 responden, 36 responden (42,4%)

mendapatkanpendidikan kesehatan tentang mobilisasi cukup, dan 26responden

(30,5%) mendapatkan pendidikan kesehatan tentang mobilisasi baik, sedangkan

Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol. 8 Desember 2014. ISSN 2086-9266 68

sisanya 23 responden (27,1%) mendapatkan pendidikan kesehatan tentang mobilisasi

kurang.

Tabel 9.5 Distribusi Frekuensi Pelaksanaan Mobilisasi Pasien Post Operasi Di

RSUD Tarakan Jakarta Tahun 2014

Pelaksanaan Mobilisasi Frekuensi Persentase

Kurang

Baik

52

33

61,2

38,8

Jumlah 85 100,0

Tabel diatas memperlihatkan frekuensi pelaksanaan mobilisasi pasien post operasi.

Hal ini menunjukan bahwa dari 85 responden, 52 responden (61,2%) pelaksanaan

mobilisasi pasien post operasikurang dan 33 responden (38,8%) pelaksanaan

mobilisasi pasien post operasi baik.

Tabel 9.6 Hubungan Antara Pendidikan Kesehatan Tentang Mobilisasi

DenganPelaksanaan Mobilisasi Pasien Post Operasi Di RSUD Tarakan Jakarta

Tahun 2014

Pendidikan

Kesehatan

Pelaksanaan Mobilisasi

Jumlah

P

Value Kurang Baik

n % n % n %

Kurang

Cukup

Baik

18

14

20

78,3

5376

76,9

5

22

6

21,7

61,1

23,1

23

36

26

100

100

100

0.001

Jumlah 52 61,2 33 38,8 85 100

Pada tabel 5.6 menunjukan hubungan pendidikan kesehatan tentang mobilisasidengan

pelaksanaan mobilisasi pasien post operasidi Di RSUD Tarakan Jakarta Tahun

2014.Hasil analisis diperoleh bahwa 22 dari 36 (66,1%) responden denganpendidikan

kesehatan cukup pelaksanaan mobilisasi pasien post operasi baik. Sedangkan dari 5

(21,7 %) responden yang pendidikan kesehatankurangpelaksanaan mobilisasi pasien

post operasi baik. Hasil uji statistik diperoleh nilai p=0.001<0.05α= maka dapat

disimpulkan bahwa H1

diterima artinya terdapat hubungan yang bermakna antara

pendidikan kesehatan tentang mobilisasi dengan pelaksanaan mobilisasi pasien post

operasidi Di RSUD Tarakan Jakarta Tahun 2014.

Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol. 8 Desember 2014. ISSN 2086-9266 69

DISKUSI

Mobilisasi merupakan kemampuan seseorang untuk bergerak bebas, mudah, teratur,

mempunyai tujuan memenuhi kebutuhan hidup sehat, dan penting untuk kemandirian

(Barbara Kozier, 1995). Sebaliknya keadaan imobilisasi adalah suatu pembatasan

gerak atau keterbatasan fisik dari anggota badan dan tubuh itu sendiri dalam berputar,

duduk dan berjalan, hal ini salah satunya disebabkan oleh berada pada posisi tetap

dengan gravitasi berkurang seperti saat duduk atau berbaring (Susan J. Garrison,

2004).

Pembedahan atau operasi adalah semua tindak pengobatan yang menggunakan cara

invasif dengan membuka atau menampilkan bagian tubuh yang akan di tangani.

Pembukaan bagian tubuh ini umumnya dilakukan dengan membuat sayatan.

Tindakan pembedahan merupakan salah satu bentuk terapi medis dan merupakan

pengalaman menegangkan bagi sebagian pasien yang dapat mendatangkan stres

karena terdapat ancaman terhadap tubuh, integritas, dan nyawa seseorang.

(Long,1998)Tindakan pembedahan mengakibatkan timbulnya luka pada bagian tubuh

pasien. Adanya luka menyebabkan rasa nyeri. Nyeri dapat memperpanjang masa

penyembuhan, karena mengganggu kembalian aktifitas pasien dan yang menjadi

salah satu alasan pasien untuk tidak mau bergerak atau melakukan mobilisasi segera.

Menurut Brunner dan Suddarth (2008), pasien pasca operasi diharapkan dapat

melakukan mobilisasi sesegera mungkin. Manfaat dari mobilisasi dini tersebut

peningkatan sirkulasi darah yang dapat menyebabkan pengurangan rasa nyeri,

mencegah tromboflebitis, memberi nutrisi untuk penyembuhan pada daerah luka, dan

meningkatkan kelancaran fungsi ginjal (Long, 1998). Kemauan pasien dalam

melaksanakan mobilisasi dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain seperti usia,

status perkembangan, pengalaman yang lalu atau riwayat pembedahan sebelumnya,

gaya hidup, proses penyakit / injury, tingkat pendidikan dan pemberian informasi

oleh petugas kesehatan (Kozier, 20055).

KESIMPULAN

Penelitian ini dilakukan terhadap pasien post operasi yang ada di RSUD

Tarakan Jakarta Tahun 2014. Dengan jumlah sampel minimal yang dibutuhkan

sebanyak 85 orang.Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dan didukung

oleh teori-teori yang telah penulis pelajari serta pembahasan yang telah disajikan

dalam bab-bab sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulan Terdapat hubungan antara

pendidikan kesehatan tentang mobilisasi dengan pelaksanaan mobilisasi pasien post

operasi Di RSUD Tarakan Jakarta Tahun 2014.

Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol. 8 Desember 2014. ISSN 2086-9266 70

DAFTAR PUSTAKA

1. Brunner&Suddarth,(2008)KeperawatanMedikalBedah,edisi8,vol.2.Jakarta;EGC.

2. Hastona, Sutanto P. 2007. Analisis Data Kesehatan Hal 69, 122 dan 174. Depok.

Fakultas Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia.

3. Mubarak, dkk. 2007. Promosi Kesehatan Sebuah Pengantar Proses Belajar

Mengajar Dalam Pendidikan Hal 75. Yogyakarta. Garaha Ilmu.

4. NingsihRatna Ayu.2011, Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perawat Dalam

Pelaksanaan Penyuluhan Mobilisasi Dini PadaPasien Pre Operasi Di Irna B

Bedah RSUP Dr. M.DJAMIL PADANG.Padang.

5. Ratna Ayu Ningsih.2011. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perawat Dalam

Pelaksanaan Penyuluhan Mobilisasi Dini PadaPasien Pre Operasi Di Irna B

Bedah RSUP Dr. M.DJAMIL Padang.Padang

6. Rustam Muchtar. 2012.Tahap-Tahap Mobilisasi Pada Pasien Dengan Pasca

Pembedahan.Jakarta: EGC

7. Syahlinda.2008.Efektifitas Pedoman Mobilisasi Terhadap Penyembuhan Luka

Pada Pasien Paska Laparatomi Menyimpulkan Bahwa Pedoman Mobilisasi

Efektif Dalam Membantu Penyembuhan Luka Paska Laparatomi. Jakarta

Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol. 8 Desember 2014. ISSN 2086-9266 71

Ns.Rina Puspita S,M.Kep**, Siti Umroh*, Yunike Esman*, Diana Irawan*

,Leni Anjasmita*

*Mahasiswa S1 Keperawatan Stikes Yatsi

**Staf DosenS1Keperawatan Stikes Yatsi

ABSTRAK

Faktor penyebab terjadinya kecelakaan kerja yang paling menonjol adalah

diakibatkan oleh kondisi kerja dan perbuatan yang tidak aman. Kondisi yang tidak

aman ini antara lain disebakan oleh alat-alat, lingkungan kerja, dan bisa juga oleh

faktor manusianya. Perlindungan tenaga kerja melalui usaha-usaha teknis

pengamanan tempat, peralatan dan lingkungan kerja diutamakan, namun kadang-

kadang keadaan bahaya masih belum dapat dikendalikan sepenuhnya. Sehingga perlu

digunakan alat-alat pelindung diri yang sesuai dan memadai untuk melindungi tenaga

kerja dari potensi bahaya yang dapat menimbulkan kecelakaan dan gangguan

kesehatan.Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui tentang faktor-faktor yang

berhubungan dengan kepatuhan karyawan dalam menggunakan alat pelindung diri di

unit produksi PT.INOAC Pasar Kemis Tangerang Jenis penelitian ini bersifat

deskriptif analitik dimana peneliti memberikan gambaran dan memperoleh hubungan

tentang kepatuhan karyawan dalam penggunaan alat pelindung diri di unit produksi

PT.INOAC Pasar Kemis Tangerang.

Sampel penelitian adalah karyawan /tenaga kerja secara random. Pengumpulan data

dengan menggunakan kuesioner yang bertujuan untuk mengetahui kepatuhan tenaga

kerja dalam menggunakan alat pelindung diri dan faktor-faktor yang mempengaruhi

penggunaan alat pelindung diri. Data yang terkumpul diolah dengan menggunakan

program pengolahan data statistik univariat dan bivariat.

Hasil penelitian yang didapat dari penelitian bulan Januari - Februari 2014 tentang

factor-faktor yang berhubungan dengan kepatuhan karyawan dalam penggunaan alat

pelindung diri di unit produksi PT.INOAC Pasar Kemis Tangerang. Berdasarkan

hasil penelitian didapatkan kesimpulan bahwa hanya umur dan jenis kelamin yang

menunjukkan tidak adanya kemaknaan atau berhubungan.Saran peneliti untuk

PT.INOAC Pasar Kemis Tangerang agar adanya pengukuran kebisingan secara

kontinyu dan dilakukan tindakan pencegahan baik secara teknis, administrative

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEPATUHAN

KARYAWAN DALAM PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG DIRI DI

UNIT PRODUKSI P.T. INOAC PASAR KEMIS TANGERANG

TAHUN 2014

Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol. 8 Desember 2014. ISSN 2086-9266 72

maupun alat pelindung diri, penggunaan APD lebih diperhatikan, pemeriksaan

kesehatan minimal setahun sekali sesuai dengan dampak paparan terhadap pekerja,

lakukan pelatihan mengenai K3 secara periodik dan berkesinambungan serta

menyediakan APD sesuai kebutuhan.

ABSTRACT

Factors that cause accidents most prominent is caused by working conditions and

unsafe acts. Unsafe conditions, among others, caused by the tools, work environment,

and can also by the human factor. Labor protection through technical security efforts

premises, equipment and working environment takes precedence, but sometimes the

danger is still not fully under control. So it is necessary to use personal protective

equipment appropriate and adequate to protect workers from potential hazards that

can cause accidents and health problems.

The purpose of this research is to know about the factors associated with adherence

of employees in the use of personal protective equipment in the production unit

PT.INOAC Pasar Kemis Tangerang This research is descriptive and analytical in

which researchers provide an overview and obtain the relationship of employee

compliance in the use of personal protective equipment in the production unit of PT.

PINOAC Pasar Kemis wheels Tangerang - Banten.

Samples are employee / labor random. The collection of data by using a

questionnaire which aims to determine the compliance of labor in the use of personal

protective equipment and the factors that affect the use of personal protective

equipment. The collected data is processed by using statistical data processing

program univariate and bivariate.

Research results obtained from studies January - February 2014 concerning factors

related to the compliance of employees in the use of personal protective equipment in

the production unit PT INOAC wheels Tangerang - Banten.

Based on the results it was concluded that only age and gender showed no

significance or related.Suggestions researchers to P.T. INOAC wheels so that the

noise measurements carried out continuously and preventive measures, both

technical, administrative and personal protective equipment, PPE use more attention,

minimal medical examination once a year in accordance with the impact of worker

exposure, perform periodic training on K3 and sustainable and provides APD as

needed.

Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol. 8 Desember 2014. ISSN 2086-9266 73

PENDAHULUAN

Perkembangan dunia industri khususnya di negara-negara maju sangatlah pesat.

Sedangkan di negara-negara yang sedang berkembang perlahan tapi pasti

perkembangan dunia industri secara terus menerus mengalami peningkatan,

kemajuannya seiring dengan perkembangan jaman. Di Indonesia perkembangan

dunia industri terus berjalan seiring dengan waktu. Kemajuan dibidang industri dan

teknologi membawa perkembangan dalam pendidikan, tata hubungan sosial, serta

pergaulan masyarakat, yang mana hal tersebut akan sangatlah berpengaruh terhadap

pola tingkah laku manusia. Kemajuan teknologi telah merubah sifat dan bentuk

pekerjaan. Banyak mesin-mesin berteknologi canggih, bahan-bahan maupun proses

baru yang kita temui sebagai hasil kemajuan teknologi. Tetapi kemajuan teknologi

juga membawa akibat yang merugikan bila tidak ditangani dengan baik. Beberapa hal

yang mungkin timbul sebagai akibat kemajuan teknologi adalah kecelakaan kerja,

penyakit akibat kerja, pencemaran lingkungan dan lain-lain.

Menurut laporan P.T. JAMSOSTEK Kantor Wilayah Banten, tahun 2014 "Dari

16.756 kasus kecelakaan kerja se-Banten itu, 60 persennya terjadi di Tangerang. Jika

dipaparkan, ada seorang meninggal setiap harinya akibat kasus kecelakaan kerja di

provinsi paling barat pulau Jawa ini," ungkap Didi Iswadi, Kepala Kanwil Banten PT

Jamsostek. Keterangan resmi pemerintah mengatakan bahwa dalam satu hari terdapat

lebih dari sembilan orang meninggal akibat kecelakaan kerja. Angka kematian

tersebut diperkirakan jauh lebih besar. Karena PT Jamsostek sebagai badan

pemerintah hanya mendasarkan perhitungan kecelakaan kerja pada buruh-buruh yang

menjadi anggotanya. Padahal, masih banyak perusahaan yang tidak mendaftarkan

buruhnya

Manfaat pemakaian Alat Pelindung Diri (APD) bisa mencegah, meminimalisir

terhadap resiko terjadinya kecelakaan kerja. Namun mafaat pemakaian APD bagi

pekerja tidak akan berhasil manakala terbentur masalah kesadaran pekerja itu sendiri

dalam pemakaiannya. Walaupun perusahaan telah menyediakan APD secara lengkap,

jika pekerjanya itu sendiri tidak mau menggunakan APD maka manfaat APD tidak

akan terasa bagi upaya penurunan angka kecelakaan kerja. Padahal perusahaan telah

menyediakan APD bagi karyawan yang bekerja, tapi kenyataannya tidak semua

karyawan mau menggunakan APD tersebut, terdapat potensi bahaya kebisingan yang

melebihi nilai ambang batas yang ditimbulkan dari peralatan/mesin di unit produksi

P.T. INOAC Pasar Kemis dan terdapatnya faktor-faktor yang ada di perusahaan

tersebut yang dapat menimbulkan kecelakaan pada saat bekerja.Kenyataan di

lapangan masih rendahnya tingkat kepatuhan tenaga kerja dalam penggunaan alat

pelindung diri.

Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol. 8 Desember 2014. ISSN 2086-9266 74

Bertitik tolak dari hal tersebut, maka penulis bermaksud untuk mengadakan penelitian

mengenai “Faktor-faktor yang berhubungan dengan Kepatuhan karyawan dalam

penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) di unit Produksi P.T. INOAC Pasar Kemis

Tangerang Banten tahun 2014”.

TUJUAN

Diketahuinya faktor-faktor yang berhubungan dengan kepatuhan penggunaan Alat

Pelindung Diri di unit Produksi P.T. INOAC Pasar Kemis Tangerang Banten.

METODE PENELITIAN

Jenis penelitian yang digunakan adalah : Cross-sectional / potong lintang untuk

memperoleh hubungan tentang upaya pengendalian dampak yang ditimbulkan akibat

dari proses produksi dan faktor-faktor yang berhubungan dengan kepatuhan karyawan

dalam penggunaan alat pelindung diri di unit Produksi PT. INOAC Pasar Kemis

Tangerang Banten.

HASIL PENELITIAN

Tabel 10.1 Distribusi Responden Menurut Pengetahuan Di PT. INOAC Pasar

Kemis tahun 2014

Pengetahuan Jumlah Persentase

Baik 76 17,3

Kurang baik 364 82,7

Total 440 100,0

Berdasarkan pengkatagorian pengetahuan, terlihat hanya sebagian kecil saja dari

responden berpengetahuan baik. Distribusi responden yang mempunyai pengetahuan

baik sebanyak 17,3% sedangkan responden yang pengetahuannya kurang baik ada

82,7%.

Tabel 10.2 Distribusi Responden Menurut Sikap Di PT. INOAC Pasar Kemis

tahun 2014

Analisis terhadap sikap responden didapatkan bahwa sebagian kecil saja yang

bersikap baik. Dari seluruh responden yang mempunyai sikap baik sebanyak 20,5%

sedangkan responden yang sikapnya kurang baik ada 79,5%.

Sikap Jumlah Persentase

Baik 90 20,5

Kurang baik 350 79,5

Total 440 100,0

Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol. 8 Desember 2014. ISSN 2086-9266 75

Tabel 10.3 Distribusi Responden Menurut Peraturan Di PT. Roda Prima Lancar

Tangerang Banten Tahun 2015

Peraturan Jumlah Persentase

Tahu 70 15,9

Tidak tahu 370 84,1

Total 440 100,0

Hasil penelitian tentang pengetahuan ternyata hanya sedikit saja dari responden yang

tahu tentang peraturan. Responden yang menyatakan tahu ada peraturan sebanyak

15,9% sedangkan responden yang menyatakan tidak tahu peraturan ada 84,1%.

Tabel 10.4 Distribusi Responden Menurut Pengawasan Di INOAC Pasar Kemis

tahun 2014

Pengawasan Jumlah Persentase

Ada 179 40,7

Tidak ada 261 59,3

Total 440 100,0

Berdasarkan pengawasan ternyata hanya kurang dari separuh dari responden yang

menyatakan ada pengawasan. Responden yang menyatakan ada pengawasan

sebanyak 40,7% sedangkan responden yang menyatakan tidak ada pengawasan ada

59,3%.

Tabel 10.5 Distribusi Responden Menurut Pelatihan Di PT. INOAC Pasar

Kemis tahun 2014

Pelatihan Jumlah Persentase

Pernah 121 27,5

Tidak pernah 319 72,5

Total 440 100,0

Berdasarkan pelatihan ternyata sebagian besar dari responden tidak pernah pelatihan.

Distribusi responden yang menyatakan pernah mendapat pelatihan sebanyak 27,5%

sedangkan responden yang menyatakan tidak pernah ada pelatihan ada 72,5%.

Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol. 8 Desember 2014. ISSN 2086-9266 76

Tabel 10.6 Distribusi Responden Menurut Fasilitas Di PT. Roda Prima Lancar

Tangerang Banten Tahun 2015

Fasilitas Jumlah Persentase

Tersedia cukup 37 8,4

Tersedia kurang 403 91,6

Total 440 100,0

Sebagian besar responden berpendapat fasilitas kurang mencukupi. Distribusi

responden yang menyatakan fasilitas tersedia cukup sebanyak 8,4% sedangkan

responden yang menyatakan fasilitas tersedia kurang ada 91,6%.

Tabel 10.7 Distribusi Responden Menurut Umur Di PT. INOAC Pasar Kemis

tahun 2014

Berdasarkan kelompok umur, terlihat bahwa mayoritas responden berumur >30

tahun. Terbukti dari Tabel 5.8 dapat dilihat responden yang berumur >30 tahun

sebanyak 79,5% sedangkan yang berumur 26-30 tahun ada sebanyak 9,8% serta

responden yang berumur 20-25 tahun sebanyak 10,7%.

Tabel 10.8 Distribusi Responden Menurut Jenis Kelamin Di PT. INOAC Pasar

Kemis tahun 2014

Jenis kelamin Jumlah Persentase

Laki-laki 404 91,8

Perempuan 36 8,2

Total 440 100,0

Hasil analisis terhadap jenis kelamin, ternyata didapatkan sebagian besarnya adalah

berjenis kelamin laki-laki. Distribusi responden yang berjenis kelamin laki-laki

sebanyak 91,8% sedangkan responden yang berjenis kelamin perempuan ada 8,2%.

Umur Jumlah Persentase

20-25 tahun 47 10,7

26-30 tahun 43 9,8

>30 tahun 350 79,5

Total 440 100,0

Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol. 8 Desember 2014. ISSN 2086-9266 77

Tabel 10.9 Distribusi Responden Menurut Pendidikan Di PT. INOAC Pasar

Kemis tahun 2014

Pendidikan Jumlah Persentase

Tinggi 9 2.0

Menengah 431 98,0

Total 440 100,0

Berdasarkan latar belakang pendidikan formal yang telah ditamatkan, terlihat bahwa

hampir seluruhnya berpendidikan menengah. Responden yang berpendidikan tinggi

sebanyak 2,0% sedangkan responden yang berpendidikan menengah ada 98,0%.

Tabel 10.10 Distribusi Responden Menurut Masa Kerja Di PT. INOAC Pasar

Kemis tahun 2014

Masa Kerja Jumlah Persentase

0-5 tahun 81 18,4

6-15 tahun 198 45,0

>15 tahun 161 36,6

Total 440 100,0

Distribusi responden berdasarkan masa kerja terlihat hampir separuhnya mempunyai

masa kerja 6-15 tahun. Responden yang mempunyai masa kerja 0-5 tahun sebanyak

18,4%, responden yang mempunyai masa kerja 6-15 tahun sebanyak 45,0%

sedangkan responden yang mempunyai masa kerja >15 tahun ada 36,6%.

Tabel 10.11 Distribusi Responden Menurut Penggunaan APD Di PT. INOAC

Pasar Kemis tahun 2014

Penggunaan Jumlah Persentase

Patuh 124 28,2

Tidak Patuh 316 71,8

Total 440 100,0

Hasil penelitian yang dilakukan di PT. INOAC Pasar Kemis tahun 2014

terhadap 440 responden diperoleh suatu gambaran hanya sebagian kecil responden

yang patuh menggunakan APD. Distribusi responden yang selalu menggunakan APD

sebanyak 28,2% sedangkan responden yang tidak patuh menggunakan APD ada

71,8%.

DISKUSI

Penelitian ini menggunakan rancangan cross sectional, sehingga antara variabel

independen dengan variabel dependen di ukur secara bersamaan dan hanya

Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol. 8 Desember 2014. ISSN 2086-9266 78

menggambarkan pola hubungan 2 variabel, tanpa menjelaskan hubungan sebab

akibat.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian diketahui sebagian besar pengetahuan pekerja mengenai

alat pelindung diri kurang baik yaitu sebesar 364 orang (82,7%). Hasil analisis

diperoleh nilai P-value = 0,272 dapat disimpulkan tidak ada hubungan yang

bermakna antara pengetahuan dengan kepatuhan penggunaan APD.

Berdasarkan hasil analisis diketahui sebagian besar sikap pekerja dalam penggunaan

Alat Pelindung Diri adalah kurang baik yaitu sebanyak 350 orang (79,5%). Hasil

analisis diperoleh nilai P-value = 0,765 berarti tidak ada hubungan yang bermakna

antara sikap dengan kepatuhan penggunaan APD.

DAFTAR PUSTAKA

1. As’ad, M. 2010. Seri Ilmu Sumber Daya Manusia : Psikologi Industri,

Yogyakart: Liberty.

2. Departemen Tenaga Kerja, Published by 2011. Macam-macam Alat Pelindung

Diri, Kumpulan Majalah Hiperkes dan KK, Jakarta : Published by 2011

3. Green, Lawrence, W. 2010. Health Education Planning, A. Diagnostic

Approach, Mayfield Publishing Company.

4. Hadi, Suseno. 2012. Program Kesehatan Kerja yang Berbasis Perilaku, Majalah

Hiperkes dan KK, Jakarta.

5. Notoatmodjo, Soekidjo, 2009. Pengantar Pendidikan Kesehatan dan Ilmu

Perilaku Kesehatan, Yogyakarta : Andi Offset.

6. Siswanto, A. 2011. Alat Pelindung Diri, Majalah Hiperkes dan KK, Jakarta.

7. Sumadi, 2013. Alat Pelindung Diri, Makalah Pelatihan Hiperkes dan

Keselamatan Kerja Bagi Teknisi Perusahaan.

8. Suma’mur, 2007. Kesehatan Kerja dan Pencegahan Kecelakaan, Jakarta : PT.

Gunung Agung, Jakarta.

Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol. 8 Desember 2014. ISSN 2086-9266 79

Ns.Katrin Agustina ,S.Kep **, Alnoldus B*, Riswan Maulana*, Ahmad Rermizi*

,Eke Pratiwi*

*Mahasiswa S1 Keperawatan Stikes Yatsi

**Staf DosenS1Keperawatan Stikes Yatsi

ABSTRAK

Kecemasan merupakan suatu respon tubuh yang bersifat tidak spesifik terhadap

sesuatu yang terjadi pada diri seseorang. Masalah kecemasan pada remaja ini terjadi

karena masa peralihan dari masa kanak-kanak hingga menuju masa dewasa.

Kecemasan merupakan salah satu faktor resiko penyebab terjadinya premenstruasi

syndrome. Kecemasan yang berlebihan akan memperparah gejala-gejala fisik maupun

psikologi pada kejadian premenstruasi syndrome. Tujuan penelitian ini untuk

mengetahui hubungan tingkat kecemasan dengan kejadian premenstruasi syndrome.

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif korelasi dan

pendekatan cross sectional. Populasi pada penelitian ini sebanyak 73 responden yang

sesuai dengan kriteria inklusi dan eklusi. Teknik pengambilan sampel total sampling.

Instrumen yang digunakan berupa lembar kuisioner dengan teknik analisa data

menggunakan analisis univariat dan bivariat. Hasil penelitian menunjukan hubungan

korelasi -0,297 yang berarti menunjukan hubungan positif yang sangat kuat. Nilai ρ

value 0,040< dari α 0,05 dengan hipotesis H0 ditolak artinya ada hubungan tingkat

kecemasan dengan kejadian premenstruasi syndrome.Kesimpulan dan saran terdapat

hubungan yang signifikan antara tingkat kecemasan dengan kejadian premenstruasi

syndrome. Jadi sebaiknya seseorang dapat menangani kecemasan yang berlebihan

agar tidak memperparah gejala premenstruasi syndrome. Dari hasil penelitian ini

disarankan untuk tenaga kesehatan agar dapat memberikan penyuluhan kepada

mahasiswi maupun remaja agar tidak memperparah gejala premenstruasi syndrome

Kata Kunci : kecemasan, premenstruasi syndrome, mahasiswa

ABSTRACT

Anxiety is a response of the body that are not specific to anything that happens in a

person. Student anxiety on this issue occurs because of the transition from childhood

up to adulthood. Anxiety is one of the risk factors causes premenstrual syndrome.

HUBUNGAN TINGKAT KECEMASAN DENGAN KEJADIAN

PREMENSTRUASI SYNDROME PADA REMAJA DI KAMPUNG

GEMBOR TAHUN 2014

Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol. 8 Desember 2014. ISSN 2086-9266 80

Excessive anxiety will worsen the symptoms of physical or psychological in the

incidence of premenstrual syndrome.

The purpose of this study to determine the correlation between the incidence of

anxiety with premenstrual syndrome. The method used in this research is descriptive

correlation and cross sectional approach. The population in this study were 73

respondents in accordance with the inclusion and exclusion criteria. The sampling

technique total sampling. The instrument used in the form of sheets questionnaire

with data analysis techniques using univariate and bivariate analyzes. The results to

indicate significant correlation -0,297, that to indicate positive relationship very

strong. ρ value 0,040 < α 0.05 with H0 rejected it means there is a correlation with

the incidence rate of premenstrual syndrome anxiety. Conclusions and suggestions a

significant relationship between the level of anxiety with the incidence premenstrual

syndrome. So should somebody can handling anxiety excessive in order not to

aggravate the symptoms of premenstrual syndrome. From the results of this study

suggested for health workers to provide counseling to the student and youth in order

not to aggravate the symptoms of premenstrual syndrome

Keywords : Anxiety, premenstrual syndrome, female students

PENDAHULUAN

Haid atau Menstruasi adalah proses alami yang harus dilalui wanita setiap bulannya,

mulai dari usia remaja hingga menopause. Proses haid ini ditandai dengan keluarnya

darah yang terjadi secara periodik. Siklus ini terjadi setiap 28 hari sekali, bila tidak

terjadi pembuahan (fertilisasi), maka dinding rahim akan mengeluarkan darah yang

sering kita sebut dengan menstruasi ( kurang lebih 7 hari dalam sebulan)( Dwi Sunar

Prasetyono, 2007). Panjang siklus haid adalah jarak antara tanggal mulainya haid

yang lalu dan mulai haid berikutnya. Pada masing- masing wanita mempunyai variasi

dalam siklus haidnya, yang masih dalam batas normal (Prawiroharjo, 2006). Panjang

siklus haid yang normal atau dianggap siklus mentsruasi yang khas ialah 28 hari,

tetapi variasinya cukup luas, bukan saja antara beberapa wanita tetapi juga pada

wanita yang sama. Siklus menstruasi tersebut bervariasi, hampir 90% wanita

memiliki siklus 25 – 35 hari dan hanya 10-15% yang memiliki panjang siklus 28 hari.

Hal ini dipengaruhi oleh hormon reproduksi (Nantoro, 2009).

TUJUAN

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan tingkat kecemasan dengan

kejadian premenstruasi syndrome.

Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol. 8 Desember 2014. ISSN 2086-9266 81

METODE

penelitian yang digunakan dalam penelitian ini dengan menggunakan Deskriptif

korelasi yang bertujuan untuk mengetahui hubungan antara tingkat kecemasan

dengan kejadian premenstruasi syndrome pada remaja kampng gembor dengan

menggunakan pendekatan cross sectional. Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap

hubungan korelasi antar variabel ( Notoadmodjo, 2010 dalam penelitian Ina

Rusniawati, 2013).

HASIL PENELITIAN

Tabel 11.1 Distribusi Frekuensi Usia Menarche Remaja kampong gembor

Tangerang Tahun 2014

Usia Menarche Frekuensi (n) Persentase (%)

Cepat ≤12 tahun 11

Ideal (antara 13-14 tahun) 51

15,1

69,9

Terlambat ≥ 14 tahun 11 15,1

Total 73 100

Berdasarkan tabel 11.1 diketahui bahwa frekuensi usia menarche dari 73 responden

didapatkan bahwa usia menarche yang paling banyak adalah usia menarche ideal

yaitu sebanyak 51 responden (69,9%), kemudian usia menarche terlambat sebanyak

11 responden (15,1%), dan yang paling sedikit yaitu usia menarche yang cepat

sebanyak 10 responden (13,7%).

Tabel 11.2 Distribusi Frekuensi Karakteristik remaja kampong gembor Tahun

2014

Berdasarkan tabel 11.2 diketahui bahwa frekuensi umur dari 73 responden

didapatkan bahwa umur yang paling banyak yaitu masa remaja akhir sebanyak 63

responden (86,3%), dan masa remaja pertengahan sebanyak 10 responden (13,7%).

Umur Frekuensi (n) Persentase (%)

Masa Remaja Pertengahan (15-18 th) 10 13,7

Masa Remaja Akhir (19- 22 th) 63 86,3

Total 73 100

Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol. 8 Desember 2014. ISSN 2086-9266 82

Tabel 11.3 Distribusi Frekuensi Tingkat Kecemasan remaja kampong gembor

Tahun 2014

Tingkat Kecemasan Frekuesni (n) Persentase %

Tidak Cemas 48 65,8

Cemas 25 34,2

Total 73 100

Berdasarkan tabel 11.3 diketahui bahwa frekuensi tingkat kecemasan dari 73

responden didapatkan bahwa tingkat kecemasan : tidak cemas sebanyak 48 responden

(65,8%), sedangkan yang mengalami cemas sebanyak 25 responden (34,2%).

Tabel 11.4 Distribusi Frekuensi Kejadian Premenstruasi Syndrome remaja

kampung gembor Tahun 2014

Kejadian Premenstruasi Frekuensi (n) Persentase %

Syndrome

Tidak ada gejala PMS 2 2.70

Gejala PMS sedang 44 60,3

Gejala PMS berat 27 37,0

Total 73 100

Berdasarkan tabel 11.4 diketahui bahwa frekuensi kejadian premenstruasi syndrome

dari 73 responden didapatkan bahwa yang mengalami gejala PMS sedang paling

banyak yaitu dengan jumlah 44 responden (60,2%), kemudian gejala PMS berat

sebanyak 27 responden (37,0%), dan yang paling sedikit yaitu tidak ada gejala PMS

sebanyak 2 responden (2,80%).

Tabel 11.5 Tingkat Kecemasan dengan Kejadian Premenstruasi Syndrome

Remaja Kampung Gembor Crosstabulation

Variabel

Tingkat

Kecemasan

Kejadian Premenstruasi Syndrome Total

ρValue =

0,040 Tidak ada Sedang Berat

Gejala

Cemas 0 0% 11 15,1% 14 19,2% 25 34,2%

Tidak Cemas 2 2,7% 33 45,2% 13 17,8% 48 65,8%

Total 2 2,7% 44 60,3% 27 37,0% 73 100%

Berdasarkan tabel 11.5 diketahui bahwa responden yang memiliki tingkat kecemasan

yang mengalami cemas tentang kejadian premenstruasi syndrome sebanyak 14

responden (19,2%), hasil perhitungan dengan menggunakan rumus Chi Square

Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol. 8 Desember 2014. ISSN 2086-9266 83

menunjukan nilai ρ value=0,040 berarti nilai ρ lebih kecil dari alpha (0,05), dapat

disimpulkan bahwa Ho ditolak yang artinya terdapat hubungan antara tingkat

kecemasan dengan kejadian premenstruasi syndrome pada Remaja Kampung

Gembor.

Tabel 11.6 Hasil Analisis Koofisien Korelasi

DISKUSI

responden yang sesuai dengan kriteria inklusi dan ekslusi pada penelitian ini ada 73

responden. Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh hasil pengolahan data dengan

tehnik analisa data yang dibagi dua yaitu analisa univariat dan analisa bivariat yaitu

sebagai berikut :Dari hasil uji statistik Chi-square didapatkan hasil p value (0,040) <

α (0,05) bahwa H0 ditolak sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang

signifikan antara tingkat kecemasan dengan kejadian premenstruasi syndrome pada

kampung gembor. Hasil perhitungan dengan menggunakan uji korelasi menunjukan

kekuatan hubungan -0,297 artinya ada hubungan antara tingkat kecemasan dengan

kejadian premenstruasi syndrome pada kampong gembor Tangerang dengan korelasi

sangat kuat.Dari hasil uji statistik Chi-square didapatkan hasil p value (0,040) < α

(0,05) bahwa H0 ditolak sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang

signifikan antara tingkat kecemasan dengan kejadian premenstruasi syndrome

padakampung gembor. Hasil perhitungan dengan menggunakan uji korelasi

menunjukan kekuatan hubungan -0,297 artinya ada hubungan antara tingkat

TINGKAT KEJADIAN

KECEMASAN PMS

TINGKAT

KECEMASAN

KEJADIAN

PMS

Pearson Correlation 1 - ,297*

Sig. (2-tailed) ,011

73 N 73

Pearson Correlation - ,297* 1

Sig. (2-tailed)

,011

N 73 73

Berdasarkan tabel 11.6 diketahui bahwa hubungan atau korelasi antara tingkat

kecemasan dengan kejadian premenstruasi syndrome pada remajaPutri sebesar -

0,297 atau korelasi sangat kuat.

Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol. 8 Desember 2014. ISSN 2086-9266 84

kecemasan dengan kejadian premenstruasi syndrome pada kampong gembor dengan

korelasi sangat kuat.

KESIMPULAN

Setelah dilakukan penelitian tentang hubungan tingkat kecemasan dengan kejadian

premenstruasi syndrome di kampung gembor dapat disimpulkan bahwa dari 73

responden untuk usia menarche pada kampung gembor yang tertinggi yaitu usia

menarche ideal sebanyak 52 responden (71,2%). Untuk karakteristik umur pada

remaja putri dari 73 responden yang tertinggi yaitu masa remaja akhir sebanyak 63

responden (86,3%) dan yang terendah sebanyak 10 responden (13,7%) yang umurnya

termasuk kedalam masa remaja pertengahan. Dan untuk tingkat kecemasan pada

remaja putri dari 73 responden didapatkan bahwa yang paling banyak dialami adalah

tingkat kecemasan : tidak cemas yaitu sebanyak 48 responden (65,8%), dan tingkat

kecemasan yang paling sedikit dialami adalah keadaan cemas yaitu sebanyak 25

responden (34,2%).

DAFTAR PUSTAKA

1. Arum, (2012). Hubungan Tingkat Pengetahuan Terhadap Sikap Remaja Dalam

Menghadapi Premenstrual Syndrome Di SMP Negeri Kedawungn Sragen Tahun

2012.Diakses tanggal 10 Mei 2015 jam 19.30

2. Badriyah, (2012). Hubungan pengetahuan Remaja Putri Tentag Premenstruasi

syndrome (PMS) pada Siswi Kelas XI di Sekolah Menengah Atas Negeri 3 Sragen

Tahun 2012.

3. Hastono, Sutanto Priyono. (2007). Analisa Data Kesehatan . Depok : Fakultas

Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia.

4. Mitayani. (2011). Asuhan Keperawatan Maternitas. Jakarta : Salemba Medika

5. Notoadmojo, Soekidjo. (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta :

Rineks Cipta

6. Yusuf, Syamsu. (2014). Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung :

Remaja Rosdakarya.

7. Rusniawati, (2013). Hubungan Tingkat Stres dengan Kejadian Premenstrual

Syndrome Pada Siswi Remaja Kelas XI Di SMK YARSI MEDIKA Kec.

Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol. 8 Desember 2014. ISSN 2086-9266 85

Ns. Zahrah Maulidia S,S.Kep**, Meilita R*, Ledi A*, Nunik A*

,Nuraeniah*

*Mahasiswa S1 Keperawatan Stikes Yatsi

**Staf DosenS1Keperawatan Stikes Yatsi

ABSTRAK

Kasus DBD yang terjadi selama 2014 di sebagian besar provinsi di wilayah Indonesia

sedikit lebih rendah dibandingkan 2013 dengan jumlah penderita sebanyak 112.511

orang, dan jumlah kasus meninggal sebanyak 871. Di Provinsi Banten pada Tahun

2011 jumlah kasus Deman Berdarah mencapai 1.979 kasus sedangkan pada tahun

2010 mencapai 5.468 kasus. Sementara itu di Kota Serang pada tahun 2012 terdapat

394 kasus dan 2013 terjadi 324 kasus, sedangkan di wilayah kerja Puskesmas

Singandaru dimana penulis melakukan penelitian, pada tahun 2012 terjadi 27 kasus,

tahun 2013 terdapat 24 kasus dan pada tahun 2014 terdapat 16 kasus. Menurunnya

kasus DBD menunjukan tingginya kepedulian kebersihan lingkungan. Prsentase

keluarga yang menghuni rumah sehat merupakan salah satu indikator Indonesia Sehat

2010 dan target Millenium Development Goals (MDGs) tahun 2015. Target rumah

sehat yang hendak dicapai telah ditentukan sebesar 80%. Namun hanya sekitar

24,9% di tahun 2010, jumlah ini dibawah target yang telah ditetapkan, Sementara di

Provinsi Banten hanya 27,9%. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan

sanitasi rumah penderita demam berdarah dengue dengan kejadian demam berdarah

dengue di wilayah kerja Puskesmas Pasar kemis Tahun 2014.

Metode penelitian ini menggunakan studi kuantitatif dengan desain korelasi, yang

bertujuan untuk memperoleh hubungan sanitasi rumah penderita demam berdarah

dengue dengan kejadian demam berdarah dengue di wilayah kerja Puskesmas Pasar

kemis. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh penderita demam berdarah

dengue (DBD) di wilayah kerja Puskesmas Pasar kemis Tahun 2015, sebanyak 16

penderita, dan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode sampel

jenuh.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden (56.3%) memiliki

kondisi sanitasi rumah yang tidak memenuhi syarat, sedangkan sisanya yaitu 43.8%

HUBUNGAN SANITASI RUMAH PENDERITA DEMAM BERDARAH DENGUE

DENGAN KEJADIAN DEMAM BERDARAH DENGUE DI WILAYAH KERJA

PUSKESMAS PASAR KEMIS TAHUN 2014.

Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol. 8 Desember 2014. ISSN 2086-9266 86

memiliki kondisi sanitasi rumah yang memenuhi syarat. Jumlah keseluruhan

responden yaitu 16 orang (100%) mengalami Kejadian Demam Berdarah Dengue.

Tidak terdapat hubungan yang bermakna antara Sanitasi Rumah Penderita DBD

dengan Kejadian DBD di wilayah kerja Puskesmas Singandaru Kota Serang, dengan

nilai P Value 0.119 > α 0.05.

ABSTRACT

DHF cases occurred during 2014 in most of the provinces in Indonesia is slightly

lower than 2013, with the number of patients: 112 511 people, and the number death:

871 cases. In Banten province in the year 2011 the number of cases of dengue fever

reached 1,979 cases, while in 2010 5468 cases. Meanwhile in Serang City in 2012

there were 394 cases and 324 cases in 2013, while in PuskesmasSingandaru where

the authors conducted a study, in 2012 occurred 27 cases, in 2013 there were 24

cases and in 2014 there were 16 cases. Thistrend showed high awareness of

environmental hygiene. The percentage of families who inhabit a healthy home is one

indicator of Healthy Indonesia 2010 and the Millennium Development Goals (MDGs)

by 2015. Targets to be achieved healthy homes have been set at 80%. But in 2010, the

percentage of healthy homes nationally only about 24.9%, the number is below the

target set, while in Banten province reached 27.9%). This study aimed to determine

the relationship of residential sanitation dengue fever patients with dengue

hemorrhagic fever incidence in Puskesmas Pasar kemis 2014.

This research method using a quantitative study with correlation design, which aims

to obtain a residential sanitation relationship with dengue hemorrhagic fever

incidence in PuskesmasSingandaruKota Serang. The population in this study were all

patients with dengue hemorrhagic fever (DHF) in Puskesmas pasar kemis in 2014, a

total of 16 patients, and the sample used in this study is saturated sample method.

The results showed that the majority of respondents (56.3%) had not qualified home

sanitary conditions, while the remaining 43.8% have eligible home sanitary

conditions. The total number of respondents is 16 (100%) experienced dengue

hemorrhagic fever incidence. There was no significant relationship between the

Sanitary house of DHF patients with dengue incidence in Puskesmas Singandaru

Serang, described by P Value 0.119> α 0:05.

PENDAHULUAN

Demam Berdarah Dengue banyak ditemukan di daerah tropis dan sub-tropis. Data

dari seluruh dunia menunjukkan Asia menempatiurutan pertama dalam jumlah

penderita DBD setiap tahunnya. Sementara itu, terhitung sejak tahun 1968 hingga

Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol. 8 Desember 2014. ISSN 2086-9266 87

tahun 2009, WorldHealth Organization (WHO) mencatat negara Indonesia sebagai

negara dengan kasus DBD tertinggi di Asia Tenggara(Kemenkes RI, 2010).

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemkes RI) mencatat bahwa selama

tahun 2014 sampai pertengahan bulan Desember ini, jumlah kasus penderita penyakit

Demam Berdarah Dengue (DBD) di 34 provinsi sebesar 71.668 orang. Ironisnya,

sebanyak 641 orang diantaranya tidak dapat diselamatkan. Kepala Pusat Promosi

Kesehatan Kemkes Indonesia, Lily S Sulistyowati mengatakan, kasus DBD yang

terjadi selama 2014 sedikit lebih rendah dibandingkan 2013 dengan jumlah penderita

sebanyak 112.511 orang, dan jumlah kasus meninggal sebanyak 871. “Meskipun

secara umum terjadi penurunan kasus tahun ini dibandingkan tahun sebelumnya,

namun pada beberapa provinsi mengalami peningkatan jumlah kasus DBD,

diantaranya Sumatra Utara, Riau, Kepri, Jakarta, Kalimantan Barat, Sulawesi Utara,

Bali dan Kalimantan Utara,” Tercatat, kata dia, ada lebih kurang tujuh kabupaten/kota

yang melaporkan terjadinya kejadian luar biasa (KLB) DBD pada tahun 2014 ini

yaitu Kabupaten Morowali (Sulteng), Kabupaten Sintang (Kalbar), Kabupaten

Belitung Timur (Babel), Kabupaten Bangka Barat (Babel), Kabupaten Ketapang

(Kalbar), Kabupaten Karimun (Riau), dan Kota Dumai (Riau).Namun Kemkes

berharap, hingga akhir tahun 2014, baik jumlah penderita maupun jumlah kematian

DBD dapat ditekan di bawah jumlah kasus dan kematian DBD yang dilaporkan pada

tahun 2013. (Republika Online, 29/12/2014).

Upaya pengendalian faktor risiko yang mempengaruhi timbulnya ancaman kesehatan

telah diatur dalam Kepmenkes RI No. 829/Menkes/SK/VII/1999 tentang persyaratan

kesehatan perumahan. Dalam penilaian rumah sehat menurut Kepmenkes terdapat

parameter rumah yang dinilai, meliputi 3 (tiga) kelompok komponen penilaian, yaitu:

kelompok komponen rumah, kelompok sarana sanitasi, kelompok perilaku penghuni.

Persentase keluarga yang menghuni rumah sehat merupakan salah satu indikator

Indonesia Sehat 2010 dan target Millenium Development Goals (MDGs) tahun 2015.

Target rumah sehat yang hendak dicapai telah ditentukan sebesar 80% (Depkes RI,

2003). Berdasarkan profil kesehatan Indonesia tahun 2010, presentase rumah sehat

secara nasional hanya sekitar 24,9%, jumlah ini dibawah target yang telah ditetapkan,

diProvinsiBanten untuk tahun 2011 jumlah rumah seluruhnya mencapai 2.253.718

rumah, dengan rumah yang diperiksa sebanyak1.048.120 rumah (46.5%) dengan

jumlah rumahsehat sebanyak 587.316 rumah (56.0%).Sementara Rumah sehat pada

tahun 2010 jumlah rumahseluruhnya di Provinsi Banten mencapai 1.862.666

rumah,dengan rumah yang di periksa sebanyak 833.644 rumah (44,8%)dengan

jumlah rumah sehat sebanyak 519.545 rumah (27,9%). (Profil Kesehatan Provinsi

Banten Tahun 2011).

Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol. 8 Desember 2014. ISSN 2086-9266 88

Hal ini mendasari peneliti tertarik untuk meneliti “Hubungan Sanitasi Rumah

Penderita Demam Berdarah Dengue (DBD) terhadap Kejadian Demam Berdarah

Dengue (DBD) di Wilayah Kerja Puskesmas Pasar Kemis Tahun 2014”.

TUJUAN

Untuk mengetahui hubungan sanitasi rumah penderita demam berdarah dengue

dengan kejadian demam berdarah denguedi wilayah kerja Puskesmas Singandaru

Kota Serang Tahun 2014.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan pendekatan studi kuantitatif dengan desain korelasi, yang

bertujuan untuk memperoleh hubungan sanitasi rumah penderita demam berdarah

dengue dengan kejadian demam berdarah dengue di wilayah kerja Puskesmas Pasar

Kemis. Metode penelitian ini menggunakan metode kuantitatif karena data penelitian

berupa angka-angka dan analisis mengunakan statistik (Sugiyono, 2012).

HASIL PENELITIAN

Tabel 12.1Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden

No Karakteristik Responden Frekuensi Prosentase (%)

1 Jenis Kelamin

Laki-laki 8 50.0

Perempuan 8 50.0

Total 16 100%

2

Umur

< 18 tahun 9 56%

19-39 tahun 4 25%

>40 tahun 3 19%

Total 16 100

Tingkat Pendidikan

Tidak (belum) sekolah 2 12.5%

SD/sederajat 3 19%

SMP/sederajat 5 31%

SMA/sederajat 4 25%

Perguruan Tinggi 2 12.5%

Total 16 100%

Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol. 8 Desember 2014. ISSN 2086-9266 89

Berdasarkan Tabel 12.1 tersebut di atas menunjukkan hasil bahwa dari 16 responden,

berjenis kelamin perempuan berjumlah 8 (50%), responden laki-laki berjumlah 8

(50%). Umur responden dengan rentang tertinggi yaitu 3-18 tahun dengan jumlah 9

responden (56%), responden dengan usia 19-39 tahun berjumlah 4 orang (25%),

responden yang paling sedikit adalah dari rentang umur lebih dari 40 tahun dengan

jumlah 3 responden (19%). Tingkat pendidikan responden menunjukkan sebagian

besar mempunyai tingkat pendidikan setingkat SMP/sederajat yaitu berjumlah 5

orang (31%), responden dengan tingkat pendidikan SMA/sederajat berjumlah 4 orang

(25%), hanya sebagian kecil responden yang memiliki tingkat pendidikan perguruan

tinggi yaitu berjumlah 2 orang (12.5%) dan responden belum (tidak) sekolah

berjumlah 2 orang (12.5%) responden.

Tabel 12.2. Distribusi Frekuensi Sanitasi Rumah Penderita DBDdan Kejadian

DBDdi Wilayah Kerja Puskesmas Pasar Kemis Tahun 2014.

Variabel Jumlah Persentase

Sanitasi Rumah

Penderita DBD

Memenuhi Syarat 7 43.8%

Tidak Memenuhi

Syarat 9 56.3%

Kejadian DBD Terjadi 16 100%

Tidak Terjadi 0 0%

Berdasarkan tabel 12.2 dari total 16 responden, terdapat sebagian besar responden

dengan sanitasi rumah tidak memenuhi syarat yaitu 9 orang (56.3%). Terdapat

responden dengan sanitasi rumah memenuhi syarat yaitu 7 orang (43.8%). Sedangkan

pada Variabel Kejadian DBD, seluruh responden yaitu 16 orang (100%) mengalami

Kejadian DBD (Terjadi).

Tabel 12.3. Hubungan Sanitasi Rumah Penderita DBD dengan Kejadian DBD

di Wilayah Kerja Puskesmas Pasar Kemis Tahun 2014

Berdasarkan Tabel 12.3, menunjukkan bahwa variabel Independen yaitu Sanitasi

Rumah Penderita DBD terdapat 7 orang responden atau 43.8% dengan kondisi

Variabel Kejadian Demam Berdarah Dengue Total

P-

Value Sanitasi Rumah

Penderita DBD

Terjadi Tidak Terjadi

N % N % N %

0.119 Memenuhi Syarat 7 43.8% 0 0% 9 43.8%

Tidak Memenuhi Syarat 9 56.3% 0 0% 7 56.3%

Total 16 100% 0 0% 16 100%

Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol. 8 Desember 2014. ISSN 2086-9266 90

sanitasi rumah memenuhi syarat mengalami kejadian DBD, sedangkan 9 orang

responden atau 56.3% dengan sanitasi rumah tidak memenuhi syarat mengalami

kejadian DBD.Adapun berdasarkan hasil uji statistik, menunjukkan hasil p-value =

0.119 > 0.05, menunjukkan bahwa Ho diterima. Sedangkan hasil penghitungan

korelasi berdasarkan Pearson Correlation, didapatkan hasil 0.349. Hal ini

menunjukkan hubungan antara variabel sanitasi rumah dan kejadian DBD termasuk

pada kriteria rendah yang berada pada interval 0.200 – 0.400, sebagaimana dimaksud

dalam tabel pedoman koefisien korelasi menurut Sugiyono (2007), sebagai berikut:

Tabel 12.4 Interpretasi Koefisien Korelasi

DISKUSI

Adapun pada variabel kejadian DBD, peneliti menemukan keseluruhan responden

adalah penderita DBD yang berada di wilayah kerja Puskesmas Pasar Kemis,

sehingga jumlah terjadi DBD adalah 100% atau sebanyak 16 orang. Hal tersebut

sejalan dengan pendapat Notoatmodjo (2010) yang menyatakan bahwa perilaku

kesehatan (Health Behaviour) adalah respon seseorang terhadap stimulus atau objek

yang berkaitan dengan sehat-sakit, penyakit dan faktor-faktor yang mempengaruhi

sehat-sakit (kesehatan) seperti lingkungan, makanan, minuman dan pelayanan

kesehatan.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dijelaskan dan diuraikan

pada bab-bab sebelumnya, maka kesimpulan yang dapat ditarik dalam penelitian

ini.Karakteristik responden dalam penelitian ini yaitu: prosentase jenis kelamin antara

laki-laki dan perempuan masing-masing sama yaitu sebesar 50%, umur

responden dengan rentang tertinggi yaitu 3-18 tahun berjumlah 56%, dan pendidikan

terakhir responden yaitu SMP berjumlah 31%.Sebagian besar responden yaitu 56.3%

memiliki kondisi sanitasi rumah yang tidak memenuhi syarat, sedangkan sisanya

yaitu 43.8% memiliki kondisi sanitasi rumah yang memenuhi syarat. Jumlah

keseluruhan responden yaitu 16 orang (100%) mengalami Kejadian Demam Berdarah

Interval Koefisien Tingkat Hubungan

0,000 –0,200 Sangat Rendah

0,200 – 0,400 Rendah

0,400 –0,600 Sedang

0,600 –0,800 Tinggi

0,800 –1,000 Sangat Tinggi

Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol. 8 Desember 2014. ISSN 2086-9266 91

Dengue.Hasil uji statistik menyatakan bahwa tidak terdapat hubungan yang bermakna

antara Sanitasi Rumah Penderita DBD dengan Kejadian DBD di wilayah kerja

Puskesmas Singandaru Kota Serang, dengan nilai P Value 0.119 > α 0.05.

DAFTAR PUSTAKA

1. Arikunto, Suharsismi, Prof. Dr. 2010. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan

Praktik. Edisi Revisi 2010. Jakarta: Rineka Cipta.

2. Azwar Azrul. 2007. Pengantar Administrasi Kesehatan. Jakarta: Bina Rupa

aksara.

3. Badan Pusat Statistik Republik Indonesia. 2014. “ Sosial dan Kependudukan”.

BPS. Tersedia di http:// www. bps.go.id. Diakses pada tanggal 3 Februari 2015

4. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. 2013. Riset Kesehatan Dasar

Tahun 2013. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.

5. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2014 Tentang Kesehatan

6. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 2014 Tentang

Perlindungan Anak

7. WHO. 2012. Dengue Haemorrhagic Fever; Diagnosis, Treatment, Prevention

and Control (Demam Berdarah Dengue. Edisi 2. Alih Bahasa: Monica Ester,

SKp. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC

8. Sugiyono, Prof. Dr. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D.

Edisi 2012. Bandung: Alfabeta.

9. Timmreck Thomas, PhD. 2005. Epidemiologi Suatu Pengantar. Edisi 2. Jakarta:

Penerbit Buku Kedokteran EGC. Alih Bahasa: Munaya Fauziah, SKM, dkk.

10. Ummi Zulaikhah, 2014, Hubungan Pengetahuan Masyarakat terhadap Praktik

Pencegahan Demam Berdarah Dengue pada Masyarakat di RW 022 Kelurahan

Pamulang Barat, Program Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Kedokteran dan

Ilmu Kesehatan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta.

Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol. 8 Desember 2014. ISSN 2086-9266 92

Ns. Ayu Pratiwi,S.Kep **, Alnoldus B*, Riswan Maulana*, Ahmad Rermizi*

,Eke Pratiwi*

*Mahasiswa S1 Keperawatan Stikes Yatsi

**Staf DosenS1Keperawatan Stikes Yatsi

ABSTRAK

Lingkungan merupakan faktor yang memegang peranan penting dalam menentukan

tercapai dan tidaknya potensi yang sudah dimiliki. Yang termasuk faktor lingkungan

ini dapat meliputi lingkungan prenatal yaitu lingkungan yang masih dalam kandungan

dan lingkungan post natal yaitu lingkungan setelah bayi lahir. Penelitian ini bertujuan

untuk mengetahui hubungan kondisi lingkungan dengan perkembangan sosial

spiritual remaja di Lingkungan kampong cilongok Tahun 2014.

Rancangan penelitian ini adalahKuantitatif. Populasi dalam penelitian ini adalah

remaja, teknik pengambilan sampel adalah dengan random sampling dengan jumlah

sampel sebanyak 150 responden. Instrumen yang digunakan berupa lembar kuesioner

yang memuat beberapa pertanyaan. Teknik analisis data menggunakan analisis

univariat dan bivariat. Hasil penelitian ini menunjukan nilai hitungp= 0,013 dimana

nilai hitung< dari α = 0,05, dengan hipotesis Ho ditolak artinya ada hubungan kondisi

lingkungan dengan perkembangan sosial spiritual remaja di lingkungan kampong

cilongok Tahun 2014.

Penelitian ini direkomendasikan terutama pada remaja. Hendaknya remaja dapat

menunjukan peran diri yang baik jika orang tua memberikan dukungan terhadap tugas

perkembangannya.

Kata kunci : Kondisi Lingkungan, Perkembangan Sosial Spiritual, Remaja.

ABSTRACT

The enviroment is a factor that plays an important role in determining whether or not

the potential is reached and already owned. Which include environmental factors

may include prenatal environment is an environment which is still in womb and post

natal environment is an environment after birth. The study aims at knowing the

relationship of environmental conditions with spiritual adolescent social development

in cilongokThe design of this study is quantitative. The population in this study were

HUBUNGAN ANTARA KONDISI LINGKUNGAN DENGAN

PERKEMBANGANGAN SOSIAL SPIRITUAL REMAJA

DILINGKUNGAN KAMPUNG CILONGOK KABUPATEN TANGERANG

TAHUN 2014

Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol. 8 Desember 2014. ISSN 2086-9266 93

adolescent, sampling technique is by random sampling with a total sample of 150

respondents. Instruments used in the form questionnaire containing some questions.

Data analysis techniques using univariate and bivariate analyzes. This result shows

the calculated value penelitian

p= 0,013 where the calculated value <from α = 0,05, Ho hypothesis is rejected this

means that there is a relationship of environmental conditions with spiritual

adolescent social development in cilongok.

This study recommended especially in adolescents. Adolescents should be able to

show the role of a good self if parents provide support for development tasks.

Keywords : Environmental conditions, social development of the spiritual,

Adolescent.

PENDAHULUAN

Remaja adalah suatu usia ketika individu menjadi terintergrasi ke dalam masyarakat

dewasa, ketika anak tidak merasa bahwa dirinya berada dibawah tingkat orang yang

lebih tua melainkan merasa sama, atau paling tidak sejajar (Piaget, 1991 dalam Ali

dan Asrori , 2010 dalam Angeli ta A. Durado, Tinneke A. Tololiu dan Damajanti H.

C. Pangemanan, 2013).

Fase remaja adalah fase perkembangan yang tengah berada pada masa amat potensial,

baik dilihat dari aspek kognitif, emosi, maupun fisik (Ali dan Asrori, 2011 dalam

Angeli ta A. Durado, Tinneke A. Tololiu dan Damajanti H. C. Pangemanan, 2013).

Tugas perkembangan pada massa ini adalah pencapaian identitas pribadi dan

menghindari peran ganda (Atkinson dan Hilgard dalam Saam dan Wahyuni, 2012

dalam Angeli ta A. Durado, Tinneke A. Tololiu dan Damajanti H. C. Pangemanan,

2013).

Berdasarkan hasil survei kesehatan reproduksi remaja Indonesia (SKRRI) tahun 2007

dalam Florence J. Peilouw dan M. Nursalim, 2013 pada remaja perempuan dan laki-

laki berusia 15-19 tahun yang tidak menikah, terdapat beberapa masalah yang

dihadapi remaja di Indonesia dipengaruhi faktor dari dalam maupun dari luar. Faktor

yang berasal dari dalam diri individu antara lain, masalah psikologis dan sosial yang

dihadapi, belum matang emosi, kurangnya kontrol diri, kemampuan pengambilan

keputusan yang rendah, serta tidak terbiasa mempertahankan usaha untuk mencapai

tujuan. Sedangkan faktor yang berasal dari luar individu antara lain, persoalan

keluarga, pengaruh negatif dari komunitas.

Menurut penelitian Setia Budi, 2012 dalam Angeli ta A. Durado, Tinneke A. Tololiu

dan Damajanti H. C. Pangemanan, 2013 remaja dapat menunjukan peran diri yang

baik jika orang tua memberikan dukungan terhadap tugas perkembangannya. Hasil

Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol. 8 Desember 2014. ISSN 2086-9266 94

penelitian mendapatkan bahwa rata-rata dukungan keluarga dalam katagori baik (55,0

%), rata–rata peran diri remaja dalam katagori sedang (64,2 %). Terciptanya

lingkungan yang harmonis tidak pernah terlepas dari adanya norma yang diciptakan

masyarakat untuk mengatur anggota masyarakat.

Hartanti, 2002 dalam Septi Kusumadewi, Tuti Hardjajani dan Aditya Nanda

Priyatama, 2011 menyatakan bahwa dukungan sosial merupakan perasaan positif,

dukungan sosial dapat berasal dari berbagai sumber, salah satunya adalah peer group

atau kelompok teman sebaya. Kelompok teman sebaya memiliki peran yang sangat

penting bagi perkembangan remaja baik secara emosional maupun secara sosial.

Berdasarkan uraian diatas penting untuk diteliti tentang kondisi lingkungan dengan

perkembangan sosial spiritual pada remaja. Oleh karena itu judul yang akan di bahas

oleh peneliti adalah “ Hubungan antara kondisi lingkungan dengan perkembangan

sosial spiritual pada remaja di lingkungan kampung cilongok.

TUJUAN

Penelitian ini ditujukan untuk mengetahui Hubungan antara kondisi lingkungan

dengan perkembangan sosial spiritual remaja di Lingkungan kampung cilongok.

METODE PENELITIAN

Desain penelitian yang digunakan oleh peneliti adalah desain penelitian Kuantitatif

yang bertujuan untuk mengetahui hubungan kondisi lingkungan dengan

perkembangan sosial spiritual remaja di lingkungan kampong cilongok Kabupaten

Tangerang. Peneliti menggunakan pendekatan cross sectional dimana studi ini

merupakan rancangan yang mempelajari dan melihat pengaruh masalah dan faktor

daya ukur variabel dependen dan variabel independen pada waktu yang bersamaan,

selain itu juga dapat mendeskripsikan hubungan antara kondisi lingkungan dengan

perkembangan sosial spiritual remaja di Lingkungan kampung cilongok Kabupaten

Tangerang.Penelitian ini bertujuan untuk mengungkapkan hubungan korelatif antar

variabel (Notoatmodjo, 2010).

Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol. 8 Desember 2014. ISSN 2086-9266 95

HASIL PENELITIAN

Tabel 13.1Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Usia, Jenis Kelamin,

Suku dan Agama di Lingkungan Kampung Cilongok Kabupaten Tangerang

No Karakteristik Frekuensi Persentase

(%)

1. Usia

Usia 12-16 Tahun

Usia 17-25 Tahun

Total

85

65

150

56,7

43,3

100

2.

4.

5.

Jenis Kelamin

Laki-Laki

Perempuan

Total

Suku

Sunda

Betawi

Jawa

Lain-lain

Total

Agama

Islam

Budha

Katolik

Kristen

Hindu

Total

47

103

150

78

2

63

7

150

147

0

3

0

0

150

31,3

68,7

100

52,0

1.3

42,0

4,7

100

98,0

0

2,0

0

0

100

Berdasarkan tabel 13.1 Diketahui bahwa mayoritas usia, jenis kelamin, suku dan

agama responden adalah sebagai berikut mayoritas usia responden yaitu 12-16 Tahun

(Remaja Awal) sebanyak 85 orang (56,67%) sedangkan usia 17-25 Tahun (Remaja

Ahkir) sebanyak 65 orang (43,3%), mayoritas jenis kelamin responden yaitu

perempuan sebanyak 103 orang (68.67%) sedangkan laki-laki sebanyak 47 orang

(31.3%), mayoritas suku responden yaitu sunda sebanyak 78 orang (52%) sedangkan

betawi sebanyak 2 orang (1.3%), jawa sebanyak 63 orang (43,0%), lain-lain

sebanyak 7 orang (4,7%) dan mayoritas agama responden yaitu islam sebanyak 147

orang (98%) sedangkan katolik sebanyak 3 orang (2,0%).

Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol. 8 Desember 2014. ISSN 2086-9266 96

Tabel 13.2 Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan Kondisi di Lingkungan

Kampung Cilongok Kabupaten Tangerang

Kondisi

Lingkungan

Frekuensi Persentasi (%)

Tidak baik

Baik

Total

86

64

150

57,3

42,7

100

Berdasarkan tabel 13.2 Diketahui bahwa mayoritas responden berdasarkan kondisi

lingkungan yaitu kondisi lingkungan tidak baik sebanyak 86 orang (57,3 %)

sedangkan kondisi lingkungan baik sebanyak 64 orang (42,7 %).

Tabel 13.3 Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan Perkembangan Sosisl

Spiritual di Lingkungan Kampung C ilongok Kabupaten Tangerang

Perkembangan

Sosial Spiritual

Frekuensi Persentasi (%)

Tidak baik

Baik

Total

82

68

150

54,7

45,3

100

Berdasarkan tabel 13.3 Diketahui bahwa mayoritas responden berdasarkan

perkembangan sosial spiritual yaitu perkembangan sosial spiritual tidak baik

sebanyak 82 orang (54,7 %) sedangkan perkembangan sosial spiritual baik sebanyak

68 orang (45,3%).

Tabel 13.4 Kondisi Lingkungan dengan Perkembangan Sosial Spiritual remaja

Crosstabulation

Berdarkan tabel 13.4 diketahui responden yang memiliki kondisi lingkungan tidak

baik dan perkembangan sosial spiritual remaja tidak baik sebanyak 55 orang (64,0%)

sedangkan kondisi lingkungan tidak baik dan perkembangan sosial spiritual remaja

baik sebanyak 31 orang (36,0%) dan kondisi lingkungan baik dan perkembangan

sosial spiritual remaja tidak baik sebanyak 27 orang (42,2%) sedangkan pada kondisi

lingkungan baik dan perkembangan sosial spiritual remaja baik sebanyak 37 orang

Variabel

Kondisi

Lingkungan

Perkembangan Sosial

Spiritual Remaja

Tidak Baik

Baik Total P value

= 0,013

Tidak Baik 55 64,0% 31 36,0% 86 100%

Baik 27 42,2% 37 57,8% 64 100%

Total 82 54,7% 68 54,3% 150 100%

Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol. 8 Desember 2014. ISSN 2086-9266 97

(57,8%) dengan menggunakan rumus chi square menunjukkan nilai p = 0,013 berarti

nilai p lebih kecil dari α (0,05).

Tabel 13.5Nilai Odds Rasio Kondisi Lingkungan dengan Perkembangan Sosial

Spiritual Remaja di Lingkungan Kampung Cilongok Kabupaten Tangerang.

Sumber : Hasil SPSS 21

Berdarkan tabel 5.5 diketahui OR : 2,431 artinya bahwa kondisi lingkungan

peluang OR adalah 2,431 kali lebih banyak mempengaruhi perkembangan sosial

Risk Estimate

Value 95% Confidence Interval

Lower Upper

Odds Ratio for Kondisi

Lingkungan (tidak baik /

baik)

2,431 1,253 4,719

For cohort Perkembangan

Sosial Spiritual = tidak baik

1,516 1,092 2,104

For cohort Perkembangan

Sosial Spiritual = baik

,624 ,439 ,885

N of Valid Cases 150

Correlations

Kondisi

Lingkungan

Perkembanga

n Sosial

Spiritual

Kondisi Lingkungan

Pearson

Correlation

1 ,216**

Sig. (2-tailed) ,008

N 150 150

Perkembangan Sosial

Spiritual

Pearson

Correlation

,216**

1

Sig. (2-tailed) ,008

N 150 150

Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol. 8 Desember 2014. ISSN 2086-9266 98

spiritual remaja di Lingkungan Kampung Cilongok Kabupaten Tangerang Tahun

2014.

Tabel 13.6 Hasil analisis koefisien korelasi

Sumber: Hasil SPSS 21

Berdasarkan tabel 5.6 diketahui bahwa hubungan atau korelasi antara hubungan

kondisi lingkungan dengan perkembangan sosial spiritual remaja sebesar 0,216 atau

rendah.

Pedoman untuk memberikan interpretasi koefisien korelasi

Sumber : buku statistika untuk penelitian (Sugiyono, 2012)

DISKUSI

Diketahui hasil penelitian distribusi frekuensi usia dari 150 responden, di

dapatkan usia 12-16 tahun sebanyak 85 (56,7%) lebih banyak dari pada usia 17-25

tahun sebanyak 65 (43,3%). Menurut Notoatmojo, 2007 Karena semakin tua semakin

bijak, semakin banyak informasi yang dijumpai dan semakin banyak hal yang

dikerjakan sehingga menambah pengetahuannya.

Berdasarkan hasil penelitian distribusi frekuensi suku dari 150 responden, di

dapatkan suku sunda sebanyak 78 (52,0%) lebih banyak dari suku jawa sebanyak 63

(42,0%), suku lain-lain sebanyak 7 (4,7%) dan suku betawi sebanyak 2 (1,3%).

Menurut Syamsu Yusuf, 2014 dasar kebudayaan dapat menentukan pola-pola

hubungan sosial remaja. Pola-pola ini sangat beragam dari masyarakat satu ke

masyarakat lainnya.

Berdasarkan hasil penelitian untuk kondisi lingkungan dari 150 responden

yaitu kondisi lingkungan tidak baik sebanyak 86 orang (57,3 %) sedangkan kondisi

lingkungan baik sebanyak 64 orang (42,7 %). Menurut Wong, D. L, 1995 dalam A.

Aziz Alimul Hidayat, 2008 lingkungan merupakan faktor yang memegang peranan

penting dalam menentukan tercapai dan tidaknya potensi yang sudah dimiliki.

Berdasarkan hasil penelitian perkembangan sosial spiritual dari 150 responden

yaitu perkembangan sosial spiritual tidak baik sebanyak 82 orang (54,7 %) sedangkan

perkembangan sosial spiritual tidak baik sebanyak 68 orang (45,3%). Menurut F. J

Monks, dkk., 2001 dalam Prof. DR. HJ. Samsunuwiyati Mart’at, S. Psi, 2005

Interval koefisien Tingkat hubungan

± 0,00-0,199 Korelasi sangat rendah

± 0,20-0,399 Korelasi rendah

± 0,40-0,599 Korelasi cukup

± 0,60-0,799 Korelasi kuat

± 0,80-1.00 Korelasi sangat kuat

Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol. 8 Desember 2014. ISSN 2086-9266 99

pengertian perkembangan menunjuk pada “suatu proses kearah yang lebih sempurna

dan tidak dapat diulang kembali. Perkembangan menunjuk pada perubahan yang

bersifat tetap dan tidak dapat diputar kembali.” Perkembangan juga dapat diartikan

sebagai “proses yang kekal dan tetap yang menuju ke arah suatu organisasi pada

tingkat integritas yang lebih tinggi, berdasarkan pertumbuhan, pematangan dan

belajar.”

KESIMPULAN

Hasil analisa bivariat dengan menggunakan uji chi-square diperoleh hasil

secara statistic bahwa nilai signifikannya adalah 0,013 (0,013<0.05) artinya terdapat

hubungan kondisi lingkungan dengan perkembangan sosial spiritual remaja karena

nilai p < 0,05 yaitu (p=0,013). Evaluasi dalam penelitian ini ada hubungan kondisi

lingkungan dengan perkembangan sosial spiritual remaja. OR : 2,431 artinya bahwa

kondisi lingkungan peluang OR adalah 2,431 kali lebih banyak mempengaruhi

perkembangan sosial spiritual di Lingkungan Kampung Cilongok Kabupaten

Tangerang Tahun 2015. Korelasi antara hubungan kondisi lingkungan dengan

perkembangan sosial spiritual remaja sebesar 0,216 atau rendah.

DAFTAR PUSTAKA

1. Amie Ristanti. 2008. Hubungan antara dukungan sosial teman sebaya dengan

idetintas diri pada remaja di SMA Pusaka 1 Jakarta.

2. Departemen Kesehatan. 2009. Profil Kesehatan Indonesia. Jakarta: Depkes

Republik Indonesia. Diakses pada tanggal 30-11-2014

3. Galih Wicaksono dan Najlatun Naqiyah. 2013. Penerapan teknik bermain peran

dalam bimbingn kelompok untuk meningkatkan kemampuan komunikasi

interpersonal siswa kelas X multimedia SMK IKIP Surabnaya.ejournal volume 1

( ejournal.unesa.ac.id ). Diakses pada tanggal 30-11-2014

4. Hastono.2007. Analisis Data Kesehatan. Fakultas Ilmu Kesehatan Masyarakat:

Universitas Indonesia

5. Hidayat A. Aziz Alimul. 2008. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak 1. EGC :

Jakarta.

6. Yusuf Syamsu. 2014. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung :

Rosda

Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol. 8 Desember 2014. ISSN 2086-9266 100

Ns.Ria S,S.kep **, Alnoldus B*, Riswan Maulana*, Ahmad Rermizi*

,Eke Pratiwi*

*Mahasiswa S1 Keperawatan Stikes Yatsi

**Staf DosenS1Keperawatan Stikes Yatsi

ABSTRAK

Dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, anak adalah penerus cita-cita bagi

kemajuan suatu bangsa. Salah satu tujuan pembangunan era milenium yang dikenal

dengan millenium development goals (MDG’s) pada bidang kesehatan yang akan

dicapai pemerintah, yaitu mengurangi angka kematian bayi. MDGs menargetkan

pengurangan angka kematian anak 2015 adalah 32 per 1.000 kelahiran hidup. tujuan

dari MDG’s tersebut membuat kesehatan menjadi sangat penting bagi anak. di

Indonesia jumlah kematian anak di bawah usia lima tahun telah berkurang dari

385.000 pada tahun 1990 menjadi 152.000 pada tahun 2012 (UNICEF, 2013).

Mengurangi angka kematian memerlukan akses kesehatan yang baik, kualitas

perawatan kelahiran dan manajemen penyakit masa kanak-kanak yang baik. Tujuan

dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi

respon anak terhadap hospitalisasi di ruang anak RSIA Budiasih Kota Serang.

Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian deskriptif analitis

dengan pendekatan cross sectional dengan populasi 176 orang pasien anak,

menggunakan Proportionate Random Sampling, sehingga didapatkan 62 orang

responden. Data dikumpulkan dengan menggunakan data primer(melalui

wawancara) dan data sekunder.

Hasil penelitian menunjukkan usia pasien anak berada di usia todler (1-3 tahun)

yaitu sebanyak 38 anak (61.3%), dan usia pra sekolah (4-5 tahun) sebanyak

28 anak (38.7%), sebagian besar pasien anak tidak pernah dirawat yaitu 82,3%,

dan pasien anak yang mendapatkan dukungan keluarga sebesar 54.8%. adapun

respon kecemasan pada pasien anak sebagian besar mengalami kecemasan sedang

yaitu 45.2%. Terdapat hubungan yang bermakna antara variabel faktor usia pasien

anak dengan respon kecemasan yang ditunjukan dengan hasil uji statistik yaitu p-

value = 0.00 < α 0.05. Adapun faktor pengalaman dirawat dan dukungan keluarga

menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang signifikan (p-value 0.077 > α 0.05

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RESPON KECEMASAN

ANAK TERHADAP HOSPITALISASI DI RUANG ANAK RUMAH SAKIT

IBU DAN ANAK RSU KOTA TANGERANG TAHUN 2014

Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol. 8 Desember 2014. ISSN 2086-9266 101

dan p-value 0.728 > α 0.05) terhadap respon kecemasan pada hospitalisasi di

ruang anak RSU Kota Tangerang.

ABSTRACT

In the life of a nation, children are the successor to the ideal progress of a nation.

One of the millennium development goals, known as the Millennium Development

Goals (MDGs), in the health sector is to reduce infant mortality. MDG targets the

reduction of child mortality in 2015 was 32 per 1,000 live births. The purpose of the

MDG's made to be very important for the health of children. In Indonesia, the

number of deaths of children under the age of five has been reduced from

385,000 in 1990 to 152,000 in 2012 (UNICEF, 2013).

Reducing mortality requires better access to health care, quality of care delivery and

good management of childhood illnesses. The purpose of this study is to determine

the factors that influence a child's response to the child's hospitalization in RSIA

Budiasih Serang. The method used is descriptive research method using cross

sectional approach with the patient population of 176 children, using

Proportionate Random Sampling, so there are 62 people respondents. Data were

collected by using primary data (through interviews) and secondary data.

The results showed children patient age are in the age of toddlers (1-3 years) 38

children (61.3%), and pre-school age (4-5 year) is 28 children (38.7%). Most

patients are never treated is 82.3%, and pediatric patients who received family

support is at 54.8%. As for the response of anxiety in pediatric patients are

subjected to moderate anxiety, namely 45.2%. There is a significant relationship

between the variables age factor of pediatric patients with anxiety response

shown by the results of a statistical test is p-value = 0.00 <α 0:05. The factors taken

care and family support experience showed no significant difference (p- value

0.077> α of 0.05 and p-value 0.728> α 0.05) on the response of anxiety in the

child's hospitalization at RSU Kota Tangerang.

PENDAHULUAN

Anak merupakan karunia terbesar bagi keluarga, agama, bangsa, dan negara. Dalam

kehidupan berbangsa dan bernegara, anak adalah penerus cita-cita bagi kemajuan

suatu bangsa. Dari sudut pandang anak sebagai aset, anak merupakan salah satu

modal sumber daya manusia, jika dipenuhi semua kebutuhan pangan, sandang, papan,

pendidikan,dan kebutuhan sosial ekonomi lainnya. Pemenuhan kebutuhan ini akan

membentuk anak tumbuh menjadi manusia berkualitas.

Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol. 8 Desember 2014. ISSN 2086-9266 102

Kebutuhan-kebutuhan dasar yang harus disiapkan oleh pemerintah untuk anak terlihat

masih cukup besar misalnya dibidang kesehatan. Masih sangat dibutuhkan peran serta

orang tua untuk akses kepada pelayanan kesehatan agar mengurangi angka kesakitan

dan angka kematian pada bayi, balita, dan anak.

Secara global, jumlah kematian balita setiap tahunnya turun dari estimasi 12,6 juta

pada tahun 1990 menjadi sekitar 6,6 juta pada tahun 2012. Selama 22 tahun terakhir,

terselamatkan sekitar sembilan puluh juta jiwa. di Indonesia jumlah kematian anak di

bawah usia lima tahun telah berkurang dari 385.000 pada tahun 1990 menjadi

152.000 pada tahun 2012 (UNICEF, 2013).

Di Indonesia, angka kematian balita menurun 63 persen antara tahun 1990 dan 2012,

terutama berkat perluasan layanan imunisasi dan penggunaan terapi rehidrasi oral

untuk mengobati diare. Pembentukan lebih dari 250.000 pos kesehatan masyarakat

(Posyandu) di tingkat desa dalam 25 tahun terakhir yang menyediakan perawatan

kesehatan khusus bagi ibu dan anak-anak serta pelaksanaan program-program

kesehatan dasar termasuk keluarga berencana, gizi, dan imunisasi juga memberikan

kontribusi terhadap penurunan jumlah kematian bayi dan anak.

Hal tersebut sejalan dengan salah satu tujuan pembangunan era milenium yang

dikenal dengan MilleniumDevelopment Goals(MDG’s) pada bidang kesehatan yang

akan dicapai pemerintah, yaitumengurangi angka kematian bayi. MDGs menargetkan

pengurangan angka kematian anak 2015 adalah 32 per 1.000 kelahiran hidup.

Selanjutnya, meningkatkan kesehatan ibu, sejak 1990 terjadi penurunan yaitu dari

390 menjadi sekitar 307 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2000. Target MDGs

2015 adalah sekitar 110 per 100.000 kelahiran hidup (Kementrian Kesehatan RI,

2011).

Tujuan dari MDG’s tersebut menjadikan kesehatan sangat penting bagi anak sehingga

diperlukan keperawatan yang maksimal dalam tumbuh kembang anak maupun anak

dalam keadaan sakit. Dalam prinsip keperawatan anak salah satu pedoman dalam

memahami filosofi keperawatan anak adalah pelayanan

keperawatan anakberorientasi pada upaya pencegahan penyakit dan peningkatan

derajat kesehatan, bukan hanya mengobati anak yang sakit.Upaya pencegahan

penyakit dan peningkatan derajat kesehatan bertujuan untuk menurunkan angka

kesakitan dan kematian pada anak, mengingat anak adalah generasi penerus bangsa

(Azis, 2005).

Wong (2009), menjelaskan bahwa hospitalisasi adalah keadaan krisis pada anak saat

anak sakit dan dirawat di rumah sakit, sehingga harus beradaptasi dengan lingkungan

rumah sakit. Berdasarkan pengamatan peneliti terhadap respon anak di Ruang Anak

RSU Kota Tangerang, lingkungan rumah sakit yang asing, peralatan medis yang

Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol. 8 Desember 2014. ISSN 2086-9266 103

menakutkan dan prosedur medis yang menyakitkan sering menjadi gambaran

hospitalisasi. Peristiwa ini dapat menjadi hal traumatis bagi anak yang tampak jelas

pada reaksi anak. Hospitalisasi adalah suatu proses oleh karena suatu alasan yang

berencana atau darurat mengharuskan anak untuktinggal di rumah sakit

menjalaniterapi dan perawatan sampai pemulangannya kembali ke rumah.

Berdasarkan uraian di atas, maka penelitimerasa tertarik untuk mengetahui lebih jauh

tentang respon anak yang dirawat di rumah sakit dalam sebuah penelitian yang

berjudul “Faktor-faktor yang Mempengaruhi Respon Kecemasan Anak Terhadap

Hospitalisasi di Ruang Anak RSU Kota Tangerang”.

TUJUAN

Mengetahui faktor-faktor apakah yang mempengaruhi respon kecemasan anak

terhadap hospitalisasi di ruang anak RSU Kota Tangerang.

METODE PENELITIAN

jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif analitik dengan

pendekatan cross sectional. Rancangan cross sectional merupakan rancangan

penelitian dengan melakukan pengukuran atau pengamatan pada saat bersamaan atau

sekali waktu (Hidayat: 2007). Artinya tiap subjek penelitian hanya diobservasi sekali

saja dan pengukuran dilakukan terhadap status karakter atau variabel subjek pada saat

pemeriksaan.

Adapun penggunaan metode ini adalah untuk melihat tentang faktor-faktor yang

mempengaruhi respon anak terhadap hospitalisasi di ruang anak RSU Kota

Tangerang.

HASIL PENELITIAN

Tabel 14.1 Distribusi Frekuensi Menurut Usia Pasien Anak di Ruang Anak RSU

Kota Tangerang

Karakteristik Hasil Penelitian

N (%)

Usia Pasien Anak

1. 1-3 tahun 38 61.3%

2. 4-5 tahun 24 38.7%

Total 62 100%

Sebagian besar usia pasien anak berada di usia todler (1-3 tahun) yaitu sebanyak 38

anak (61.3%), dan usia pra sekolah (4-5 tahun) sebanyak 28 anak (38.7%)

Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol. 8 Desember 2014. ISSN 2086-9266 104

Tabel 14.2 Distribusi Frekuensi Pengalaman Anak Dirawat Di Ruang Anak

RSU Kota Tangerang

Variabel N %

Pengalaman Anak

Dirawat

Pernah 11 17.7%

Tidak Pernah 51 82.3%

Total 62 100%

Tabel 14.2. di atas menunjukkan bahwa dari total 62 pasien anak, pada variabel

Pengalaman Anak Dirawat, terdapat sebagian besar responden dengan tidak pernah

dirawat yaitu 51 pasien anak (82.3%). Sementara itu pasien anak yang pernah dirawat

yaitu 11 orang atau 17.7%.

Tabel 14.3 Distribusi Frekuensi Dukungan Keluarga Di Ruang Anak RSU Kota

Tangerang

Variabel N %

Dukungan Keluarga

Ada 34 54.8%

Tidak Ada 28 45.2%

Total 62 100%

Berdasarkan Tabel 14.3. di atas menunjukkan bahwa dukungan keluarga terhadap

hospitalisasi anak sebagian besar adalah ada dukungan yaitu 54.8% atau sebanyak 34

orang responden. Sementara itu sisanya 45.2% atau sebanyak 28 orang pasien anak

tidak mendapat dukungan keluarga.

Tabel 14.4 Distribusi Frekuensi Respon Kecemasan terhadap Hospitalisasi Anak

Di Ruang Anak RSU Kota Tangerang

Tabel 14.4. menunjukkan bahwa dari total 62 pasien anak, pada variabel Respon

Kecemasan, terdapat sebagian besar responden dengan Respon Kecemasan Ringan

yaitu 23 (37.1%), Respon Kecemasan Sedang sebesar 28 (45.2%) dan respon

kecemasan berat yaitu 11 (17.7%).

Variabel N %

Respon

Kecemasan

Ringan 23 37.1%

Sedang 28 45.2%

Berat 11 17.7%

Total 62 100%

Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol. 8 Desember 2014. ISSN 2086-9266 105

Tabel 14.5 Faktor Usia Pasien Anak terhadap Respon Kecemasan pada

Hospitalisasi di Ruang Anak RSU Kota Tangerang

Variabel Respon Kecemasan Total P Value

Usia Pasien Anak Ringan Sedang Berat

N % N % N % N %

0.00 1-3 tahun 4 6.5% 23 37.1% 11 17.7% 38 61.3%

>3 – 5 tahun 19 30.6% 5 8.1% 0 0% 24 38.7%

Total 23 37.1% 28 45.2% 11 17.7% 62 100%

Tabel 14.5 menunjukkan hubungan silang antara variabel usia pasien anak dengan

respon kecemasan terhadap hospitalisasi, sebagian besar pasien anak yang berusia 1 –

3 tahun memiliki respon kecemasan terbanyak yaitu 38 orang atau 61.3% yang terdiri

dari respon kecemasan ringan 4 orang (10.5%). Sementara itu pasien anak dengan

rentang usia antara 3 – 5 tahun memiliki respon kecemasan sebesar 38.7% atau

sebanyak 24 orang pasien anak, yang sebagian besar memilliki kecemasan ringan

yaitu 19 orang (79.2%), dan hanya 5 orang (20.8%) dengan kecemasan sedang.

Berdasarkan uji statistik, didapatkan nilai kemaknaan PValue 0.00, lebih kecil dari α

0.05 (P value< 0.05) pada variabel faktor usia pasien anak terhadap respon

kecemasan, menunjukkan bahwa Ho ditolak, berarti terdapat hubungan yang

bermakna antara faktor usia pasien anak dengan respon anak terhadap hospitalisasi di

ruang anak RSU Kota Tangerang.

DISKUSI

Hubungan silang antara variabel pengalaman anak dirawat dengan respon kecemasan

terhadap hospitalisasi, sebagian besar pasien anak yaitu 51 orang atau 82.3% tidak

pernah dirawat, yang terdiri dari 24 orang pasien anak dengan respon kecemasan

sedang, 16 orang (31.4%) pasien anak dengan respon kecemasan ringan, dan 11 orang

(21.6%) dengan respon kecemasan berat. Sedangkan pada pasien anak yang pernah

dirawat hanya 11 orang atau 17.7% pasien anak yang pernah dirawat, dengan respon

kecemasan ringan sebanyak 7 orang pasien anak (63.6%), dan respon kecemasan

sedang 4 orang (36.4%) pasien anak.

Faktor Dukungan Keluarga dengan Respon Kecemasan, Hubungan silang antara

variabel dukungan keluarga terhadap respon kecemasan menunjukkan perbedaan

prosentase yang tidak terlalu besar antara terdapat dukungan keluarga dan tidak ada

dukungan keluarga, yaitu ada dukungan keluarga sebesar 54.8% atau sebanyak 34

orang pasien anak, yang terdiri dari 14 orang (41.2%) pasien anak dengan respon

kecemasan sedang, 13 pasien anak (38.2%) dengan respon kecemasan ringan, dan 7

Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol. 8 Desember 2014. ISSN 2086-9266 106

pasien anak (20.6%) dengan respon kecemasan berat. Sedangkan 28 (45.2%) orang

pasien anak mengindikasikan tidak terdapat dukungan keluarga dengan respon

kecemasan sedang 14 (50%) orang, ringan 10 (35.7%) orang dan berat 4 (14.3%)

orang pasien anak. Semakin baik dukungan keluarga terhadap pasien anak, maka

akan semakin rendah respon kecemasan pada pasien anak. Keluarga khususnya ayah

dan ibu adalah sebagai pelindung bagi anak. Hal ini sesuai dengan pendapat Mubarok

dkk (2006) bahwa dukungan keluarga khususnya orangtua adalah sebagai pengasuh,

pendidik, pendorong, pengawas dan konselor.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada sebelumnya, maka dapat

disimpulkanPasien anak sebagian besar berada di usia todler (1-3 tahun) yaitu

61.3%.Hasil penelitian menunjukan bahwa sebagian besar pasien anak tidak pernah

dirawat yaitu 82.3%, dan pasien anak yang mendapatkan dukungan keluarga sebesar

54.8%. Adapun respon kecemasan pada pasien anak sebagian besar mengalami

kecemasan sedang yaitu 45.2%.Terdapat hubungan yang bermakna antara variabel

faktor usia pasien anak dengan respon kecemasan yang ditunjukan dengan hasil uji

statistik yaitu p-value = 0.00 < α 0.05. Adapun faktor pengalaman dirawat dan

dukungan keluarga menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang signifikan (p-value =

0.077 dan 0.728 > α 0.05) terhadap respon kecemasan pada hospitalisasi di ruang

anak RSU Kota Tangerang.

DAFTAR PUSTAKA

1. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (2013) Riset Kesehatan Dasar

Tahun 2013. Jakarta: Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.

2. Audrey, dkk. (2009). Buku Ajar Praktik Keperawatan Klinis. Edisi 5. hlm. 438.

Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

3. UNICEF (2014). Progress Report.

http://www.unicef.org/publications/files/CRC_at_25_Anniversary_Publication_2

5Sept_2014.pdf. Diakses pada 20 Februari 2014.

4. Wong, Donna L. (2009). Buku Ajar Keperawatan Pediatrik. Vol 1. Jakarta:

EGC.

5. Nursalam. (2008). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu

Keperawatan; Pedoman Skripsi, Tesis, dan Instrumen Penelitian Keperawatan.

Jakarta: Penerbit Salemba Medika.

6. Potter & Perry. (2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses &

Praktek. Edisi 4. Vol 1. Jakarta: EGC.

Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol. 8 Desember 2014. ISSN 2086-9266 107

7. Sri Ramdaniati. (2011). Analisis Determinan Kejadian Takut pada Anak

Prasekolah dan Sekolah yang mengalami Hospitalisasi di Ruang Anak RSU

BLUD Dr. Slamet Garut. Tesis. Fakultas Ilmu Keperawatan Program Magister

Keperawatan Universitas Indonesia. Depok.

8. Sugiyono, (2012). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D. Edisi

2012. Bandung: Alfabeta.