laporan akhir variasi kontinu
TRANSCRIPT
LAPORAN AKHIR
PRAKTIKUM KIMIA DASAR 1
PERCOBAAN KE - III
VARIASI KONTINU
Dosen Pembimbing:
Drs. Iriani Bakti, M.Si
Drs. Parham Saadi, M.Si
Asisten :
Noor Azmila Rahmi
Wily Astri
Disusun Oleh :
Kelompok IV
Choirul Amin (AIC310003)
Fitriana Rahmatunnisa (A1C310016)
Khairiatul Muna (A1C310013)
Muhammad Russadi (A1C310032)
Nur Indah Sari (A1C310045)
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN IPA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARMASIN
2010
PERCOBAAN III
Judul : Variasi Kontinu
Tujuan : Untuk mempelajari Stoikiometri sistem
CuSO4-NaOH dan stoikiometri asam basa
Hari / Tanggal : Sabtu / 04 Desember 2010
Tempat : Laboratorium Kimia FKIP Unlam
Banjarmasin
I. DASAR TEORI
Ilmu kimia merupakan salah satu cabang Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)
sains. Kimia adalah ilmu yang mempelajari mengenai komposisi dan sifat zat atau
materi dari skala atom hingga molekul serta perubahan atau transformasi serta
interaksi mereka untuk membentuk materi yang ditemukan sehari-hari. Kimia
juga mempelajari pemahaman sifat dan interaksi atom individu dengan tujuan
untuk menerapkan pengetahuan tersebut pada tingkat makroskopik.
Ilmu kimia merupakan pusat dari segala ilmu yang berlandaskan pada
percobaan. Jika dari sejumlah percobaan diperoleh hasil yang sama, maka
keteraturan ini dapat diungkapkan dalam pernyataan yang singkat dan disebut
hukum. Namun, tidak semua hal dapat diamati dengan percobaan, seperti atom,
molekul dan ion yang merupakan dasar kimia bersifat abstrak. Oleh karena itu,
diperlukan hukum dasar kimia yang dapat menjelaskan dasar kimia tersebut.
Suatu zat kimia dapat dikenal dari sifat intensitasnya, misalnya suatu
cairan dapat dipastikan adalah air, bila diperiksa akan mempunyai kerapatan 1,0
Kg-1, titik didih 100oC dan titik beku 0oC. Jika zat lebih rumit, seperti zat organik
dari bahan alam, maka diperlukan pengujian yang lebih banyak untuk mengetahui
rumus senyawa maupun struktur molekulnya, selain itu kuantitas molar, pereaksi
berlainan perubahan harga sifat dari sistem juga dapat digunakan untuk
meramalkan stoikiometri sistem.
Stoikiometri merupakan bidang dalam ilmu kimia yang menyangkut
hubungan kuantitatif antara zat-zat yang terlibat dalam reaksi kimia, baik sebagai
pereaksi maupun sebagai hasil reaksi. Stoikiometri juga menyangkut
perbandingan atom antar unsur-unsur dalam suatu rumus kimia, misalnya
perbandingan atom H dan atom O dalam molekul H2O. Kata stokiometri berasal
dari bahasa Yunani yaitu stoicheon yang artinya unsur dan metron yang berarti
mengukur. Seorang ahli kimia Prancis, Jeremias Benjamin Ritchter (1762-1807)
adalah orang yang pertama kali meletakkan prinsip-prinsip dasar stoikiometri.
Menurutnya stoikiometri adalah ilmu tentang pengukuran perbandingan
kuantitatif atau pengukuran perbandingan antar unsur kimia yang satu dengan
yang lain.
Dalam stoikiometri terkandung beberapa hukum dasar yaitu sebagai
berikut :
1. Hukum Kekekalan Massa
Menyatakan bahwa materi tidak dapat diciptakan atau dimusnahkan yang
terjadi hanyalah perpindahan. Sehingga massa zat sebelum dan sesudah reaksi
adalah sama.
2. Hukum Perbandingan Tetap
Menyatakan bahwa perbandingan unsur-unsur didalam persenyawaan selalu
tetap. Massa zat yang bereaksi selalu tetap.
3. Hukum Perbandingan Berganda
Menyatakan bahwa jika dua unsur dapat membentuk lebih dari dua senyawa,
maka massa salah satu unsur dari senyawa tersebut tetap. Senyawa unsur dari
senyawa atom unsur lebih lainnya merupakan perbandingan bilangan bulat
sederhana.
4. Hukum Perbandingan Volume
Menyatakan bahwa, pada suatu suhu dan tekanan tertentu, volume gas dalam
suatu reaksi berbanding sebagai bilangan bulat dan sederhana atau volume
berbanding lurus dengan koefisien reaksinya.
5. Hukum atau Hipotesis Avogadro
Menyatakan bahwa, pada suhu dan tekanan yang sama, semua gas yang
volumenya sama mengandung jumlah molekul yang sama.
Reaksi kimianya biasanya bergantung antara dua campuran murni. Satu
bentuk yang paling lazim dari campuran adalah larutan. Di alam sebagian besar
reaksi berlangsung di dalam larutan air. Contohnya cairan tubuh baik hewan
maupun tumbuhan merupakan larutan dari berbagai zat. Dalam tanah, reaksi pada
umumnya berlangsung dalam lapisan tipis larutan yang diabsopsi dari padatan.
Reaksi kimia dibagi menjadi dua kelompok besar, yaitu reaksi asam basa
dan reaksi redoks. Pada reaksi asam basa tidak ada perubahan biloks, sedangkan
pada reaksi redoks terjadi perubahan bilangan oksidasi. Kedua reaksi kimia ini
dapat dikelompokkan ke dalam 4 tipe reaksi:
a. Reaksi Sintesis
b. Reaksi Dekomposisi
c. Reaksi Penggantian Tunggal
d. Reaksi Penggantian Ganda
Stoikiometri reaksi dalam larutan dapat ditentukan menggunakan Hukum
Kekekalan Massa. Akan tetapi tidak lagi mengkonversi massa dan jumlah bahan
kimia (zat yang bereaksi), melainkan antara volume larutan dan jumlah zat dengan
konsentrasi sebagai faktor konversi. Artinya, banyaknya zat terlarut dalam suatu
larutan dapat diketahui jika volume dan konsentrasi larutan juga diketahui. Atau
dapat dituliskan:
n=M × V
dimana, n = jumlah mol
M = molaritas larutan
V = volume (liter)
Pada dasarnya, stoikiometri reaksi dalam larutan sama dengan stoikiometri
pada umumnya, yaitu perbandingan mol zat-zat yang terlibat dalam reaksi sama
dengan koefisien reaksinya. Hitungan stoikiometri dengan salah satu zat dalam
reaksi diketahui atau dapat ditentukan jumlah molnya. Koefisien reaksi yang
setara menunjukkan jumlah mol yang merupakan titik stoikiometri.
Berdasarkan sifat fisika pembuktian suatu rumus senyawa berhubungan
dengan kuantitas pereaksinya, yakni suhu. Suhu didefinisikan sebagai kuantitas
tingkat panas atau dingin benda atau zat yang dapat menetapkan arah aliran kalor
secara spontan. Suhu lazimnya diukur dengan beberapa skala termometer.
Dalam metode variasi kontinu dilakukan sederetan pengamatan yang
kuantitatif bervariasi. Salah satu sifat kimia dipilih untuk diperiksa, seperti massa,
volume, suhu, atau daya serap. Sifat kimia umumnya merujuk pada sifat suatu
materi pada kondisi sekitar, yaitu pada suhu kamar, tekanan atmosfer dan
atmosfer beroksigen. Sifat ini terutama timbul pada reaksi kimia dan hanya dapat
diamati dengan mengubah identitas kimiawi suatu zat. Sifat kimia dapat
digunakan untuk menyusun klasifikasi kimia. Sifat ini biasanya digunakan untuk
menyatakan elektronegativitas, potensial ionisasi, jenis ikatan kimia yang
dibentuk (logam, ion dan kovalen).
Karena kuantitas molar pereaksi berlainan, perubahan harga sifat dari
sistem kimia tersebut dapat digunakan untuk meramalkan stoikiometri sistem.
Stoikiometri menyangkut cara atau perhitungan kimia untuk menimbang dan
menghitung spesi-spesi kimia. Bila digambarkan grafik secara fisika yang diamati
(diukur) terhadap kuantitas pereaksinya, maka akan diperoleh suatu titik
maksimum atau minimum yang sesuai dengan titik stokiometri sistem, yang
menyatakan perbandingan pereaksi-pereaksi dalam senyawa.
II. ALAT DAN BAHAN
Alat-alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah :
1. Gelas kimia : 2 buah
2. Gelas ukur : 2 buah
3. Batang pengaduk : 1 buah
4. Pipet tetes : 2 buah
5. Termometer : 1 buah
6. Baskom : 1 buah
Bahan-bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah :
1. Larutan NaOH 1 M
2. Larutan CuSO4 0,1 M.
3. Larutan HCl 1 M
4. Air
III. PROSEDUR PERCOBAAN
A. Stoikiometri Sistem CuSO4-NaOH
1. Memasukkan masing-masing 10 ml NaOH 1 M dan 2 ml CuSO4 0,1 M ke
dalam 2 gelas kimia, menyamakan temperaturnya dengan mencelupkan
gelas kimia yang berisi larutan ke dalam air bersama-sama. Mencatat
temperaturnya sebagai temperatur awal.
2. Sambil mengaduk, mencampurkan kedua larutan dan mencatat suhu
tertinggi yang dicapai sebagai temperatur akhir.
3. Mengulangi prosedur yang sama dengan perbandingan volume sesuai tabel
pengamatan, mencatat temperatur dari percobaan tersebut.
4. Membuat grafik yang menghubungkan volume sistem sebagai absis
terhadap ΔT sebagai ordinat.
5. Membuat kesimpulan mengenai stoikiometri sistem CuSO4-NaOH.
B. Stoikiometri Sistem Asam Kuat-Basa Kuat (NaOH-HCL)
1. Memasukkan masing-masing 8 ml NaOH 1 M dan 4 ml HCl 1 M ke dalam 2
gelas kimia, menyamakan temperaturnya dengan mencelupkan gelas kimia
yang berisi larutan ke dalam air bersama-sama. Mencatat temperaturnya
sebagai temperatur awal.
2. Sambil mengaduk, mencampurkan kedua larutan dan mencatat suhu
tertinggi yang dicapai sebagai temperatur akhir.
3. Mengulangi prosedur yang sama dengan perbandingan volume sesuai tabel
pengamatan, mencatat temperatur dari percobaan tersebut.
4. Membuat grafik yang menghubungkan volume sistem sebagai absis
terhadap ΔT sebagai ordinat.
5. Membuat kesimpulan dari kegiatan di atas. Jika sistem diganti dengan
NaOH dan H2SO4 dengan konsentrasi yang sama. Memprediksikan volume
kedua larutan yang menghasilkan titik stoikiometrinya.
IV. HASIL PENGAMATAN
A. Stoikiometri sistem NaOH-CuSO4
Dari percobaan dan pengamatan mengenai stoikiometri sistem CuSO4-
NaOH diperoleh hasil sebagai berikut :
No. NaOH (ml) CuSO4 (ml) Tmula-mula Takhir ∆T
1 10 2 29ºC 28ºC -1ºC
2 9 3 30ºC 29ºC 1ºC
3 8 4 29ºC 29ºC 0ºC
4 7 5 28ºC 29ºC 1ºC
5 6 6 29ºC 29,5ºC 0,5ºC
6 5 7 29ºC 30ºC 1ºC
7 4 8 29ºC 30,5ºC 1,5ºC
8 3 9 29ºC 30ºC 1ºC
9 2 10 29ºC 29ºC 0ºC
B. Stoikiometri sistem NaOH-HCl
Dari percobaan dan pengamatan mengenai stoikiometri sistem basa kuat-
asam kuat (NaOH-HCl) diperoleh hasil sebagai berikut :
No
.NaOH (ml) HCl (ml) Tmula-mula Takhir ∆T
1 8 4 29ºC 30ºC 1ºC
2 7 5 29,5ºC 30ºC 0,5ºC
3 6 6 29ºC 30,5ºC 1,25ºC
4 5 7 29ºC 30ºC 1ºC
5 4 8 29,5ºC 30ºC 0,5ºC
V. ANALISIS DATA
1. Stoikiometri Sistem CuSO4 -NaOH
Dari hasil pengamatan, bila NaOH direaksikan dengan CuSO4, maka akan
menghasilkan Na2SO4 dan Cu(OH)2 dengan persamaan reaksi sebagai berikut:
2NaOH (aq) + CuSO4 (aq) Na2SO4 (aq) + Cu(OH)2 (aq)
Koefisien dari reaksi setara tersebut menunjukkan jumlah mol yang merupakan
titik stoikiometri pada reaksi tersebut. Karena volume reaktan dari 9 perlakuan
berbeda, maka perubahan volume tersebut dapat digunakan untuk meramal
stoikiometri sistem untuk mendapatkan perbandingan jumlah mol dengan
menggunakan rumus.
Mol = Molaritas x Volume
Diketahui molaritas NaOH adalah 1M dan molaritas CuSO4 adalah 0.1M. Dari
persamaan reaksi didapat perbandingan koefisien NaOH : CuSO4 = 2 : 1, ini
adalah kondisi reaksi stoikiometri, dimana semua reaktan habis bereaksi dan tidak
ada pereaksi pembatas. Jadi, kondisi di saat perbandingan molnya 2 : 1 itulah
yang disebut titik stoikiometri.
Titik stoikiometri bisa dilihat dari grafik, bisa berupa maksimum atau titik
minimum. Dari grafik hasil percobaan, titik maksimum dicapai saat perbandingan
volume NaOH : CuSO4 = 4 : 8, dari perhitungan dengan rumus n = M x V didapat
perbandingan molnya 5 : 1. Ini bukan titik stoikiometri karena tidak sesuai dengan
perbandingan koefisien reaksi setara yaitu 2 : 1.
Dari grafik, didapat dua titik minimum yaitu saat perlakuan 1 dan 2.
Dimana ∆T dari kedua perlakuan ini berharga negatif, yaitu -1 oC. Nilai Tm lebih
tinggi daripada Ta. Kalau misal titik minimum diasumsikan sebagai titik
stoikiometri pada percobaan ini, maka berarti ada dua titik stoikiometri. Padahal
kalau dilihat dari hasil perhitungan, perbandingan mol pada perlakuan 1 adalah 50
: 1 dan pada perlakuan 2 adalah 30 : 1. Ini tidak sesuai dengan perbandingan
koefisien reaksi setara. Maka 2 titik minimum ini bukan titik stoikiometri.
Dalam grafik yang seperti ini, tampak ada penyimpangan. Ini terjadi
karena sewaktu praktikum pada perlakuan 1 dan 2, praktikan melakukan
kesalahan pada cara penggunaan termometer, seharusnya termometer dipegang
pada tali diatasnya, sedangkan praktikan memegangnya pada batang
termometernya. Ini terjadi pada saat proses penyamaan suhu larutan NaOH dan
CuSO4, akibatnya pada data hasil pengamatan pada perlakuan 1 dan 2, Tm lebih
tinggi daripada Ta. Saat mengukur suhu akhir, praktikan tidak melakukan
kesalahan dalam cara penggunaan termometer, sehingga yang berpengaruh dalam
harga ∆T yang negatif adalah Tm-nya. Kalau praktikan menggunakan termometer
dengan benar maka harga Tm akan lebih rendah atau mungkun sama dengan Ta,
sehingga harga ∆T-nya berharga positif atau nol.
Karena titik maksimum bukan titik stoikiometri dan 2 titik minimum juga
bukan titik stoikiometri, maka berdasarkan perbandingan mol, diketahui bahwa
titik stoikiometri terjadi saat perbandingan volume NaOH : CuSO4 = 2 : 10 yakni
pada perlakuan ke-9, ∆T-nya = 0oC. Kalau diasumsikan ini sebagai titik minimum,
maka berarti ada 2 titik minimum, karena yang harga ∆T = 0oC tidak hanya pada
perlakuan ke-9, tapi juga pada perlakuan ke-3 saat perbandingan volume NaOH :
CuSO4 = 8 : 4. Titik pada perlakuan ke-3 tidak dikatakan sebagai titik stoikiometri
karena perbandingan molnya 20 : 1, ini tidak sesuai dengan perbandingan pada
koefisien reaksi setara. Titik pada perlakuan ke-9 dikatakan sebagai titik
stoikiometri karena perbandingan molnya 2 : 1 dan ini sesuai dengan
perbandingan koefisien pada reaksi setara.
Untuk membuktikan bahwa perlakuan ke-9 adalah kondisi dimana terdapat
titik stoikiometri, dapat diuji dengan menggunakan salah satu hukum stoikiometri,
Hukum Kekekalan Massa, yaitu massa sebelum reaksi = massa sesudah reaksi.
Dengan menggunakan hukum ini, dapat terlihat jelas bahwa titik maksimum (saat
perbandingan volume NaOH : CuSO4 = 4 : 8) dan 2 titik minimum (saat
perbandingan volume NaOH : CuSO4 = 50 :1 dan 30 : 1) pada grafik, bukanlah
titik stoikiometri. Dengan menggunakan perhitungan n = M x V dan massa = n x
Mr, diketahui bahwa pada titik maksimum (perlakuan ke-7), massa sebelum reaksi
= massa sesudah reaksi. Massa sebelum reaksi = massa NaOH + massa CuSO4 =
0,2876 g, sedangkan massa sesudah reaksi = massa Na2SO4 + massa Cu(OH)2 +
massa NaOH berlebih = 0,2876 g. Ini terjadi karena reaksi ini bukan reaksi
stoikiometri karena terdapat pembatas yaitu CuSO4 sehingga ada NaOH yang
berlebih sebanyak 0,288 g.
Walaupun massa sebelum reaksi = massa sesudah reaksi, tetapi reaksi ini
bukan merupakan reaksi stoikiometri, karena tidak semua reaktan habis bereaksi.
Dan juga tidak dapat dikatakan sebagai titik stoikiometri karena perbandingan mol
pada reaksi yang tidak sesuai dengan perbandingan pada koefisien reaksi.
Perlakuan ke-9 sebagai titik stoikiometri menunjukkan hasil perhitungan
massa yang sesuai dengan Hukum Kekekalan Massa. Massa sebelum reaksi =
0,2395 g dan massa sesudah reaksi = 0,2395 g. Ini sesuai karena semua reaktan
habis bereaksi, tidak ada pereaksi pembatas sehingga tidak ada reaktan yang
tersisa pada akhir reaksi.
2. Stoikiometri Sistem Asam Kuat-Basa Kuat (HCl-NaOH)
Dari hasil pengamatan, bila HCl bereaksi dengan NaOH, maka akan
menghasilkan NaCl dan H2O dengan persamaan reaksi sebagai berikut:
NaOH (aq) + HCl (aq) NaCl (aq) + H2O (l)
Koefisien dari reaksi setara tersebut menunjukkan jumlah mol yang merupakan
titik stoikiometri pada reaksi tersebut, karena volume reaktan pada 5 perlakuan
berbeda, maka perubahan volume tersebut dapat digunakan untuk meramalkan
stoikiometri sistem untuk mendapatkan perbandingan jumlah mol dengan
menggunakan rumus mol = Molaritas x Volume. Diketahui titik stoikiometri
terjadi saat perbandingan volume HCl : NaOH = 6 : 6, dan perbandingan molnya
1 : 1, ini sesuai dengan perbandingan koefisien reaksi, yaitu 1 : 1.
Dari grafik hasik pengamatan, titik ini merupakan titik maksimum yang
terjadi pada ∆T = 1,25oC. Titik stoikiometri tidak terdapat pada titik minimum,
karena pada grafik, titik minimum terjadi saat perlakuan 2 dan 5, dimana kedua
perlakuan itu perbandingan volume NaOH : HCl berturut-turut 7 : 5 dan 4 : 8
yang perbandingan molnya berturut-turut 7 : 5 dan 1 : 2. Ini tidak sesuai dengan
koefisian reaksi setara yaitu 1 : 1.
Dengan menggunakan Hukum Kekekalan Massa, diketahui bahwa pada
reaksi yang terjadi saat perlakuan ke-3, massa sebelum reaksi = massa sesudah
reaksi yaitu 0,459 g. Pada reaksi ini semua reaktan habis bereaksi, tidak ada
pereaksi pembatas, ini disebut reaksi stoikiometri.
3. Stoikiometri Sistem Asam Kuat-Basa Kuat (H2SO4-NaOH)
Berdasarkan data yang diperoleh, reaksi antara NaOH dan H2SO4 adalah
sebagai berikut:
2NaOH (aq) + H2SO4 (aq) Na2SO4 (aq) + 2H2O (l)
Dari perhitungan secara teoretis, dengan melihat perbandingan koefisien yang
merupakan juga perbandingan mol reaksi, maka perbandingannya adalah 2 : 1.
Jika diimplikasikan pada larutan masing-masing berkonsentrasi 1M,
menyesuaikan volume pada percobaan sebelumnya dengan mengadopsi skala
perbandingan volume reaksi, didapat pada volume 8 : 4 pada perlakuan ke-1 dari
kegiatan 2. Keterangan lebih lanjut dapat dilihat pada lampiran.
VI. KESIMPULAN
Berdasarkan penelitian yang telah peneliti lakukan, dapat diambil
kesimpulan sebagai berikut:
1. Metode variasi kontinu pada percobaan stoikiometri sistem
NaOH-CuSO4 dan stoikiometri sistem NaOH-HCl merupakan
pengamatan kuantitatif antara molaritas dengan volume
yang bervariasi dan suhu untuk mengetahui titik stoikiometri
sistem.
2. Pada stoikiometri sistem CuSO4-NaOH, titik stoikiometri terdapat pada
perbandingan volume NaOH : CuSO4 = 2 : 10 dengan perbandingan mol = 2 :
1 yang sesuai dengan koefisien reaksi :
2NaOH (aq) + CuSO4 (aq) Na2SO4 (aq) + Cu(OH)2 (aq)
3. Pada stoikiometri sistem HCl-NaOH, titik stoikiometri terdapat pada
perbandingan volume NaOH : HCl = 6 : 6 dengan perbandingan mol 1 : 1
yang sesuai dengan koefisien reaksi:
NaOH (aq) + HCl (aq) NaCl (aq) + H2O (l)
4. Pada stoikiometri sistem H2SO4-NaOH, titik stoikiometri terdapat pada
perbandingan volume NaOH : H2SO4 = 8 : 4 dengan perbandingan mol 2 : 1
yang sesuai dengan koefisien reaksi :
2NaOH (aq) + H2SO4 (aq) Na2SO4 (aq) + 2H2O (l)
5. Pada titik stoikiometri yang sesuai dengan koefisian reaksi, maka reaksi ini
disebut reaksi stoikiometri, dimana semua reaktan habis bereaksi tanpa
adanya reaktan berlebih dan pereaksi pembatas. Sehingga massa sebelum
reaksi = massa sesudah reaksi. Namun, pada titik bukan stoikiometri, ternyata
juga berlaku hukum kekekalan massa. Jadi yang menentukan titik
stoikiometri adalah perbandingan mol dengan perbandingan koefisien reaksi.
6. Kalau kedua reaktan konsentrasinya sama maka titik stoikiometri adalah titik
saat perbandingan volume = perbandingan koefisien.
7. Kalau kedua reaktan mempunyai konsentrasi berbeda, maka titik stoikiometri
adalah titik saat perbandingan mol = perbandingan koefisien.
8. Hubungan antara volume sistem dengan perubahan suhu adalah semakin
besar selisih antara volume dari kedua larutan tersebut yang akan
dicampurkan berdasarkan perbandingan koefisien mol reaksi dalam
konentrasi larutan, maka semakin kecil pula suhu campuran yang dihasilkan.
Semakin kecil selisih antara volume dari kedua larutan yang akan
dicampurkan berdasarkan perbandingan koefisien mol reaksi dalam
konsentrasi larutan, maka semakin besar suhu campuran yang dihasilkan
menimbang kalor yang berlaku. Bahkan, jika tidak ada selisih diantara
keduanya, maka suhu umumnya mencapai titik maksimum dan terjadi reaksi
stoikiometri. Umumnya berlaku pada reaksi koefisien 1 : 1, untuk
perbandingan koefisien yang lebih kompleks, maka reaksi mendekati pada
koefisien reaksi yang terlihat.
9. Titik stoikiometri merupakan titik dengan indikasi suatu sistem mengalami
perubahan suhu maksimumnya. Pada saat itu, terjadi reaksi stoikiometri yaitu
reaksi yang seluruh reaktannya habis bereaksi pada prosesnya membentuk
produk baru dengan tidak meninggalkan sisa pereaksi (tidak ada pereaksi
pembatas). Reaksi stoikiometri berarti menyamakan jumlah molekul atom
unsur dengan mol yang menyamakan jumlah mol. Reaksi dengan perubahan
materi yang mengaitkan perubahan energi (kalor) terbesar.
10. Suatu reaksi dikatakan sebagai reaksi sistem stoikiometri jika pereaksi
pembatas dalam sistem tersebut habis bereaksi (tidak bersisa), sedangkan jika
pereaksi pembatas tidak habis bereaksi (bersisa) maka disebut dengan reaksi
sistem non-stoikiometri.
VII. DAFTAR PUSTAKA
Achmad, H dan Tupamahu. 1991. Stoikiometri Energitika Kimia. Bandung: PT
Citra Aditya Bakti.
Achmad, H. 1993. Penuntun Dasar-Dasar Praktikum Kimia. Bandung: ITB.
Brady, J. E. 1994. Kimia Universitas Jilid 1 dan 5. Jakarta: Erlangga.
Chang, R. 2003. Kimia Dasar I Konsep-Konsep Inti Jilid I. Jakarta: Erlangga.
Dosen-Dosen Kimia di Perguruan Tinggi Indonesia Wilayah Barat. 1994.
Penuntun Praktikum Kimia Dasar. Bandung: ITB.
Keenan, dkk. 1987. Kimia untuk Universitas Jilid I Edisi ke Enam. Jakarta:
Erlangga.
Rahardjo, S.B. 2008. Kimia Berbasis Eksperimen. Solo: Platinum.
Rivai, H. 1994. Asas Pemeriksaan Kimia. Jakarta: UI-Press.
Syahmani. 2010. Panduan Praktikum Kimia Dasar. Banjarmasin: Program Studi
Pendidikan Kimia FKIP UNLAM.
Syukri, S. 1999. Kimia Dasar I. Bandung: ITB.
LAMPIRAN
1. Gambar Percobaan
1.1 Stoikiometri sistem CuSO4-NaOH
Mengukur Volume NaOH dan CuSO4 yang akan direaksikan.
Memasukkan NaOH dan CuSO4 ke dalam masing-masing gelas kimia.
Menyamakan temperatur awal NaOH dan CuSO4.
Mencampurkan NaOH dan CuSO4 sambil diaduk
Mengukur suhu tertinggi pada campuran (sebagai temperatur akhir).
Hasil pencampuran NaOH dan CuSO4, berwarna biru muda dengan sedikit endapan.
1.2 Stoikiometri sistem asam kuat-basa kuat ¿-NaOH ¿
Mengukur Volume NaOH dan HCl yang akan direaksikan.
Memasukkan NaOH dan HCl ke dalam masing-masing gelas kimia.
Menyamakan temperatur awal NaOH dan HCl.
Mencampurkan NaOH dan HCl sambil diaduk
Mengukur suhu tertinggi pada campuran (sebagai temperatur akhir).
Hasil pencampuran NaOH dan HCl, berwarna bening.
2. Grafik Stoikiometri
2.1 Grafik stoikiometri sistem CuSO4-NaOH
10 9 8 7 6 5 4 3 2
-2
-1
0
1
2
Stoikiometri Sistem NaOH-CuSO4
Volume NaOH
Per
ub
ahan
Su
hu
2 3 4 5 6 7 8 9 10
Volume CuSO4
2.2 Grafik stoikiometri sistem asam kuat-basa kuat ¿-NaOH ¿
8 7 6 5 40
0.4
0.8
1.2
Stoikiometri Sistem NaOH-HCl
Volume NaOH
Per
ub
ahan
Su
hu
4 5 6 7 8
Volume HCl
3. Perhitungan Stoikiometri
3.1 Stoikiometri sistem CuSO4-NaOH
Perbandingan mol dengan menggunakan rumus n=M × V
M NaOH=1 M dan M CuSO4=0,1 M
NO. M NaOH
(ℓ)
CuSO4
(ℓ)
Mol
NaOH
Mol
CuSO4
Perbandingan
Mol
1 1 0,1 0,01 0,002 0,01 0,0002 50 : 1
2 1 0,1 0,009 0,003 0,009 0,0003 30 : 1
3 1 0,1 0,008 0,004 0,008 0,0004 20 : 1
4 1 0,1 0,007 0,005 0,007 0,0005 14 : 1
5 1 0,1 0,006 0,006 0,006 0,0006 10 : 1
6 1 0,1 0,005 0,007 0,005 0,0007 1 : 14
7 1 0,1 0,004 0,008 0,004 0,0008 5 : 1
8 1 0,1 0,003 0,009 0,003 0,0009 10 : 3
9 1 0,1 0,002 0,01 0,002 0,001 2 : 1
Persamaan reaksi : 2
NaOH (aq)❑+CuSO4❑(aq)→ Na2 SO4(aq)❑+Cu(OH )2(aq)❑
Koefisien dari reaksi setara di atas menunjukkan jumlah mol yang
merupakan titik stoikiometri. Dari koefisien tersebut, dapat diketahui bahwa titik
stoikiometri terjadi jika perbandingan volume atau mol NaOH : CuSO4 = 2 : 1.
Perhitungan massa (Titik Stoikiometri) :
Mr NaOH = 40g/mol ;
Mr CuSO4= 159,5g/mol ;
Mr Na2 SO4= 142g/mol ;
Mr Cu(OH )2= 97,5g/mol
2NaOH (aq)❑+CuSO4 (aq)❑→ Na2 SO4(aq)❑+C u(OH )2(aq)❑
M : 0,002 mol 0,001 mol - -
R : 0,002 mol 0,001 mol 0,001 mol 0,001 mol
S : - - 0,001 mol 0,001 mol
CuSO4 bertindak sebagai pereaksi pembatas, karena mempunyai nilai mol yang
kecil dibandingkan NaOH .
Massa NaOH = n × Mr , dengan rumus dasar n= mMr
= 0,002 mol × 40g/mol
= 0,08g
Massa CuSO4 = n × Mr
= 0,001 mol × 159,5g/mol
= 0,1595g
Massa Na2 SO4 = n × Mr
= 0,001mol × 142g/mol
= 0,142g
Massa Cu(OH )2 = n × Mr
= 0,001 mol × 97,5g/mol
= 0,0975g
Massa pereaksi = massa hasil pereaksi
(0,08+¿0,1595)g = (0,142+¿0,0975)g
0,2395g = 0,2395g
Perhitungan Massa (Titik Maksimum dan Minimum)
a. Titik Maksimum
2NaOH (aq) + CuSO4 (aq) Na2SO4 (aq) + Cu(OH)2 (aq)
Mula-mula : 0,004 mol 0,0008 mol - -
Reaksi : 0,0016 mol 0,0008 mol 0,0008 mol 0,0008 mol
Setimbang : 0,0024 mol - 0,0008 mol 0,0008 mol
Massa NaOH = n × Mr
= 0,004 mol × 40 g. mol−1
= 0,16 g
Massa CuSO4 = n × Mr
= 0,0008 mol × 159,5 g. mol−1
= 0,1276 g
Massa Na2 SO4 = n × Mr
= 0,0008 mol × 142 g. mol−1
= 0,1136 g
Massa Cu(OH )2= n × Mr
= 0,0008 mol × 97,5 g. mol−1
= 0,078 g
NaOH berlebih = n × Mr
= 0,0024 mol × 40 g. mol−1
= 0,096 g
Massa sebelum reaksi = Massa sesudah reaksi
0,16 g +¿ 0,1276 g = 0,1136 g +¿ 0,078 g +¿ 0,096 g
0,2876 g = 0,2876 g
b. Titik Minimum Perlakuan 1
2NaOH (aq) + CuSO4 (aq) Na2SO4 + Cu(OH)2 (aq)
Mula-mula : 0,01 mol 0,0002 mol - -
Reaksi : 0,0004 mol 0,0002 mol 0,0002 mol 0,0002 mol
Setimbang : 0,0096 mol - 0,0002 mol 0,0002 mol
Massa NaOH = n × Mr
= 0,01 mol × 40 g. mol−1
= 0,4 g
Massa CuSO4 = n × Mr
= 0,0002 mol × 159,5 g. mol−1
= 0,0319 g
Massa Na2 SO4 = n × Mr
= 0,0002 mol × 142 g. mol−1
= 0,0284 g
Massa Cu(OH )2= n × Mr
= 0,0002 mol × 97,5 g. mol−1
= 0,0195 g
NaOH berlebih = n × Mr
= 0,0096 mol × 40 g. mol−1
= 0,384 g
Massa sebelum reaksi = Massa sesudah reaksi
0,4 g +¿ 0,0319 g = 0,028 g +¿ 0,0195 g +¿ 0,384
g
0,4319 g = 0,4319 g
c. Titik Minimum Perlakuan 2
2NaOH (aq) + CuSO4 (aq) Na2SO4 (aq) + Cu(OH)2 (aq)
Mula-mula : 0,009 mol 0,0003 mol - -
Reaksi : 0,0006 mol 0,0003 mol 0,0003 mol 0,0003 mol
Setimbang : 0,0084 mol - 0,0003 mol 0,0003 mol
Massa NaOH = n × Mr
= 0,009 mol × 40 g. mol−1
= 0,36 g
Massa CuSO4 = n × Mr
= 0,0003 mol × 159,5 g. mol−1
= 0,04785 g
Massa Na2 SO4 = n × Mr
= 0,0003 mol × 142 g. mol−1
= 0,0426 g
Massa Cu(OH )2= n × Mr
= 0,0003 mol × 97,5 g. mol−1
= 0,02925 g
NaOH berlebih = n × Mr
= 0,0084 mol × 40 g. mol−1
= 0,336 g
Massa sebelum reaksi = Massa sesudah reaksi
0,36 g +¿ 0,04785 g = 0,0426 g +¿ 0,02925 g +¿ 0,336 g
0,4078 g = 0,4078 g
3.2 Stoikiometri sistem asam kuat-basa kuat ¿-NaOH ¿
Perbandingan mol dengan menggunakan rumus n=M × V
M NaOH=M HCl=1 M
NO
.
M NaOH
(ℓ)
HCl
(ℓ)
Mol
NaOH
Mol
HCl
Perbandingan
mol
1 1 0,008 0,004 0,008 0,004 2 : 1
2 1 0,007 0,005 0,007 0,005 7 : 5
3 1 0,006 0,006 0,006 0,006 1 : 1
4 1 0,005 0,007 0,005 0,007 5 : 7
5 1 0,004 0,008 0,004 0,008 1 : 2
Persamaan reaksi :
NaOH (aq)❑+ HCl(aq)❑→ NaCl(aq)❑+ H 2O(aq)❑
M : 0,006 mol 0,006 mol - -
R : 0,006 mol 0,006 mol 0,006 mol 0,006 mol
S : - - 0,006 mol 0,006 mol
Massa NaOH = n × Mr , dengan rumus dasar mol ( n )= mMr
= 0,006 mol × 40g/mol
= 0,24g
Massa HCl = n × Mr
= 0,006 mol × 36,5g/mol
= 0,219g
Massa NaCl = n × Mr
= 0,006 mol × 58,5g/mol
= 0,351g
Massa H 2 O = n × Mr
= 0,006 mol × 18g/mol
= 0,108g
Massa pereaksi = massa hasil pereaksi
(0,24+¿0,219)g = (0,351+¿0,108)g
0,459g = 0,459g
3.3 Stoikiometri sistem asam kuat-basa kuat ¿-NaOH )
Perbandingan mol dengan menggunakan rumus n=M × V
M NaOH=M H 2 SO4=1 M , data volume NaOH pada sistem ini = data volume
NaOH pada sistem asam basa (HCl-NaOH ¿, data volume H 2 SO4 pada sistem ini
= data volume HCl pada sistem asam basa (HCl-NaOH ¿.
NO
.
M NaOH
(ℓ)
H2SO4
(ℓ)
Mol
NaOH
H2SO4
Mol
Perbandinga
n mol
1 1 0,008 0,004 0,008 0,004 2 : 1
2 1 0,007 0,005 0,007 0,005 7 : 5
3 1 0,006 0,006 0,006 0,006 1 : 1
4 1 0,005 0,007 0,005 0,007 5 : 7
5 1 0,004 0,008 0,004 0,008 1 : 2
Persamaan reaksi :
2 NaOH (aq)❑+H 2 SO 4(aq)❑→Na2 SO4 (aq)❑+2H 2O(aq )❑
Koefisien dari reaksi setara di atas menunjukkan jumlah mol yang
merupakan titik stoikiometri. Dari koefisien tersebut dapat diketahui bahwa titik
stoikiometri terjadi jika perbandingan volume atau mol : H 2 SO4 = 2 : 1.
Perhitungan massa (Titik Stoikiometri) :
Mr NaOH = 40g/mol ; Mr H 2 SO4 = 98g/mol ; Mr Na2 SO4= 142g/mol ; dan
Mr H 2 O = 18g/mol
2 NaOH (aq)❑+H 2 SO 4(aq)❑→Na2 SO4 (aq)❑+2H 2O(aq )❑
M : 0,008 mol 0,004 mol - -
R : 0,008 mol 0,004 mol 0,004 mol 0,008 mol -
S : - - 0,004 mol 0,008 mol
Massa NaOH = n × Mr , dengan rumus dasar n= mMr
= 0,008 mol × 40g/mol
= 0,32g
Massa H 2 SO4 = n × Mr
= 0,004 mol × 98g/mol
= 0,392g
Massa Na2 SO4 = n × Mr
= 0,004 mol × 142g/mol
= 0,568g
Massa 2 H 2O = n × Mr
= 0,008 mol × 18g/mol
= 0,144g
Massa pereaksi = massa hasil reaksi
(0,32+¿0,392)g = (0,568+¿0,144)g
0,712g = 0,712g
4. Pembuktian Reaksi Sebagai Sistem Stoikiometri
4.1 Stoikiometri sistem CuSO4-NaOH
Berdasarkan data yang ada pada lampiran 3.1, maka untuk reaksi antara
CuSO4 dan NaOH , dapat dilihat sebagai berikut :
2NaOH (aq)❑+CuSO4 (aq)❑→Na2 SO4(aq)❑+Cu(OH )2(aq)❑
M : 0,002 mol 0,001 mol - -
R : 0,002 mol 0,001 mol 0,001 mol 0,001 mol
S : - - 0,001 mol 0,001 mol
Keterangan :
M : Mula-mula
R : Reaksi
S : Setimbang
CuSO4 sebagai reaksi pembatas.
4.2 Stoikiometri sistem asam kuat-basa kuat ¿-NaOH ¿
Berdasarkan data yang ada pada lampiran 3.2, maka untuk reaksi antara
HCl dan NaOH , dapat dilihat sebagai berikut :
NaOH (aq)❑+ HCl(aq)❑→ NaCl(aq)❑+ H 2O(aq)❑
M : 0,006 mol 0,006 mol - -
R : 0,006 mol 0,006 mol 0,006 mol 0,006 mol
S : - - 0,006 mol 0,006 mol
Keterangan :
M : Mula-mula
R : Reaksi
S : Setimbang
NaOH dan HCl dapat bertindak sebagai reaksi pembatas.
4.3 Stoikiometri sistem asam kuat-basa kuat ¿¿-NaOH ¿
Berdasarkan data yang ada pada lampiran 3.3, maka untuk reaksi antara
H 2 SO4 dan NaOH , dapat dilihat sebagai berikut :
2 NaOH (aq)❑+H 2 SO 4(aq)❑→Na2 SO4 (aq)❑+2 H 2O(aq )❑
M : 0,008 mol 0,004 mol - -
R : 0,008 mol 0,004 mol 0,004 mol 0,008 mol -
S : - - 0,004 mol 0,008 mol
Keterangan :
M : Mula-mula
R : Reaksi
S : Setimbang
H 2 SO4 sebagai reaksi pembatas.
5. Flow Chart
A. Stoikiometri Sistem CuSO4-NaOH
Gelas Kimia I Gelas Kimia 2
Nb:
- Mengulangi dengan prosedur yang sama dengan perbandingan volume sesuai
tabel pengamatan.
- Mencatat temperatur yang didapatkan dari percobaan tersebut.
10 mL NaOH 1 2 mL CuSO4
Menyamakan temperatur dengan mencelupkan gelas kimia yang berisi larutan kedalam air secara bersama-sama.
Mencatat temperaturnya sebagai temperatur awal.
larutanlarutan
Mencampurkan kedua larutan sambil mengaduk
larutan
larutan
Menyamakan temperatur dengan mencelupkan gelas kimia yang berisi larutan kedalam air secara bersama-sama.
Mencatat temperaturnya sebagai temperatur awal.
Mencampurkan kedua larutan sambil mengaduk
Mencatat suhu tertinggi yang dicapai sebagai temperatur akhir.
- Membuat grafik yang menghubungkan volume sistem sebagai absis terhadap
∆T sebagai ordinat.
- Membuat kesimpulan mengenai stoikiometri sistem tersebut.
B. Stoikiometri Sistem Basa Kuat-Asam Kuat (NaOH-HCl)
Gelas Kimia I Gelas Kimia 2
Nb:
- Mengulangi prosedur yang sama dengan komposisi volume larutan seperti
tabel pengamatan.
- Membuat gafik yang menghubungkan volume sistem sebagai absis terhadap
∆T sebagai ordinat.
8 mL NaOH 1 M 4 mL HCl 1M
Menyamakan temperatur dengan mencelupkan gelas kimia yang berisi larutan kedalam air secara bersama-sama.
Mencatat temperaturnya sebagai temperatur awal.
larutanlarutan
Mencampurkan kedua larutan sambil mengaduk
larutan
larutan
Menyamakan temperatur dengan mencelupkan gelas kimia yang berisi larutan kedalam air secara bersama-sama.
Mencatat temperaturnya sebagai temperatur awal.
Mencampurkan kedua larutan sambil mengaduk
Mencatat suhu tertinggi yang dicapai sebagai temperatur akhir.
- Memberikan kesimpulan dari kegiatan diatas.
6. Hasil Diskusi
6.1 Nama Penanya : Khalied Fadullah
Pertanyaan :
a. Apa yang dimaksud dengan titik stoikiometri?
b. Apa ada hubungan perubahan suhu dengan titik stoikiometri?
Nama Penjawab : Khairiatul Muna dan Muhammad Rusadi
Jawaban :
a. Titik Stoikiometri adalah titik di mana terjadi reaksi stoikiometri di suatu
reaksi kimia. Dan reaksi stoikiometri adalah reaksi di mana semua
pereaktan habis bereaksi (tidak ada pereaksi pembatas tersisa). Titik
stoikiometri tersebut dapat berada pada titik maksimum ataupun pada titik
minimum. Titik maksimum stoikiometri berarti pada suhu maksimum
terjadi reaksi stoikiometri, sedangkan titik minimum stoikiometri berarti
pada suhu minimum terjadi reaksi stoikiometri.
b. Ada, yaitu suhu mempengaruhi perubahan stoikiometri yang lain, seperti
massa, mol dan perhitungan lainnya. Hubungan mol dengan volume gas,
tekanan gas, suhu yaitu berbanding lurus. Semakin besar mol dan suhunya,
maka semakin besar pula tekanan gas, dan volume gas yang akan
dihasilkan. Hal tersebut dirumuskan yaitu sebagai berikut : PV = nRT.
Dengan catatan semua faktor yang dibutuhkan harus ada dalam
perhitungan.
6.2 Nama Penanya : Muhammad Maulani
Pertanyaan :
a. Apakah reaksi eksoterm dan endoterm dapat diramalkan?
b. Mungkinkah hasil perhitungan teori memiliki kesesuaian dengan hasil
percobaan dalam hal perkiraan suhu berdasarkan teori pemutusan dan
pembentukan ikatan. Jelaskan!
Nama Penjawab : Choirul Amin
Jawaban :
a. Suhu itu memakai konsep delta entalpi standar, lalu disesuaikan dengan
mol reaksi, energinya dikonversi menggunakan formula termodinamika.
Apabila didapatkan suhu akhir lebih tinggi dari suhu mula-mula, maka
reaksi tersebut adalah reaksi eksoterm, dan sebaliknya. Atau apabila
didapatkan perubahan entalpi adalah bernilai negatif, maka reaksi tersebut
termasuk reaksi eksoterm, dan sebaliknya.
b. Bisa, karena setiap reaksi kimia, diikuti dengan perpindahan kalor,
sedangkan reaksi netralisasi itu termasuk reaksi eksoterm, dan
hubungannya dengan ikatan kimia adalah disesuaikan dengan nilai Energi
ionisasi, keelektronegatifan, dan titik didih yang ada pada tabel periodik
unsur.
6.3 Nama Penanya : Siti Meisyarah
Pertanyaan :
a. Apakah dalam percobaan ini NaOH dijadikan sebagai standar?
b. Bagaimanakah apabila bukan NaOH yang bukan dijadikan sebagai
standar?
Nama Penjawab : Nur Indah Sari
Jawaban :
a. Ya, karena konsentrasi yang tetap adalah NaOH.
b. Apabila bukan NaOH yang dijadikan standar, maka hasil percobaan akan
disesuaikan dengan sistem stoikiometri apa yang dipelajari menggunakan
metode variasi kontinu tersebut. Karena seharusnya dalam metode variasi
kontinu tidak diperlukan standar melainkan sistem stoikiometri apa yang
dipelajari dan hubungannya dengan perubahan yang diamati. Dan dalam
hal ini kami memandang larutan standar adalah larutan yang memiliki
kuantitas molar tetap.
BIODATA
Nama : CHOIRUL AMIN
NIM : A1C310003
TTL : Jepara, 30 Oktober 1991
Alamat : Jl. P. D. Pongoro, gg. Toba, Berau,
Kal-Tim.
No. Telp. : -
No. HP : 087814220173
Nama : FITRIANA RAHMATUNNISA
NIM : A1C310016
TTL : Amuntai, 6 April 1992
Alamat : 1. Jl. Tanjung Selatan 3 RT. 09 RW. 03
NO. 27, Kel. Mabu’un, Kec. Murung
Pudak, Kab. Tabalong, Kal-Sel.
71571.
2. Jl. Cendana 3.
No. Telp. : (0526) 2021184
Nama : FITRIANA RAHMATUNNISA
NIM : A1C310016
TTL : Amuntai, 6 April 1992
Alamat : 1. Jl. Tanjung Selatan 3 RT. 09 RW. 03
NO. 27, Kel. Mabu’un, Kec. Murung
Pudak, Kab. Tabalong, Kal-Sel.
71571.
2. Jl. Cendana 3.
No. Telp. : (0526) 2021184
Nama: : KHAIRIATUL MUNA
NIM : A1C310013
TTL : Amuntai, 7 Desember 1991
Alamat : 1.Jl. Candi Agung RT. 03 NO.33 Kel.
Paliwara, Kec. Amuntai Tengah,
Kab. HSU, Kal-Sel. 71418.
2.Komp. Kayu Tangi II Jalur II RT. 16
NO. 83 Kel. Pangeran, Kec.
Banjarmasin Tengah, Kal-Sel.
70124.
No. Telp. : (0527) 62130
No. HP : 085285351023
Nama : MUHAMMAD RUSSADI
NIM : A1C310032
TTL : Banjarmasin, 20 Mei 1992
Alamat : Jl. Sembilan Oktober RT. 08 RW. 003
NO. 12 Kel. Pekauman, Kec.
Banjarmasin Selatan, Kab. Kota
Madya Banjarmasin, Kal-Sel. 70243.
No. Telp. : -
No. HP : 08991190885
Nama : NUR INDAH SARI
NIM : A1C310045
TTL : Marabahan, 13 April 1992
Alamat : 1. Jl. Jend. Sudirman RT. 14 RW. 01
Kel. Ulu Benteng, Kec. Marabahan,
Kab. Barito Kuala. Kal-Sel. 70513.
2. Jl. Brigjend. H. Hasan Basri, gg.
Rahim III.
No. Telp. : (0511) 4799169
No. HP : 085752634008