variasi belajar jadi

28
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan kebutuhan primer pada saat ini, apalagi sebagian besar masyarakat sudah menyadari pentingnya pendidikan dalam menata masa depan yang lebih baik. Oleh karena itu setiap negara senantiasa berusaha memajukan bidang pendi-dikan, disamping bidang yang lain dalam rangka mempersiapkan sumber daya manusia yang kompetitif dan berkualitas serta berusaha mengejar kemajuan negara lain. Satu dari sekian banyak masalah di era global yang dihadapi Indonesia saat ini adalah masalah di bidang pendidikan. Masalah yang belum teratasi pada saat ini terutama masalah yang berhubungan dengan kualitas hasil pendidikan. 1 Adanya kebijakan sertifikasi guru adalah salah satu upaya nyata Pemerintah untuk meningkatkan profesionalisme guru agar guru sebagai aktor utama dalam pendidikan umumnya dan pembelajaran khususnya dapat meningkatkan kompetensinya. Seorang guru penting untuk menciptakan paradigma baru untuk menghasilkan praktik terbaik 1 Suyanto. Tantangan profesional guru di era global. UNY. Yogyakarta, 2007, hal. 67-68 1

Upload: august-ruris-narendra

Post on 20-Mar-2017

30 views

Category:

Education


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Variasi belajar jadi

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan kebutuhan primer pada saat ini, apalagi

sebagian besar masyarakat sudah menyadari pentingnya pendidikan dalam

menata masa depan yang lebih baik. Oleh karena itu setiap negara senantiasa

berusaha memajukan bidang pendi-dikan, disamping bidang yang lain dalam

rangka mempersiapkan sumber daya manusia yang kompetitif dan berkualitas

serta berusaha mengejar kemajuan negara lain.

Satu dari sekian banyak masalah di era global yang dihadapi Indonesia

saat ini adalah masalah di bidang pendidikan. Masalah yang belum teratasi

pada saat ini terutama masalah yang berhubungan dengan kualitas hasil

pendidikan.1 Adanya kebijakan sertifikasi guru adalah salah satu upaya nyata

Pemerintah untuk meningkatkan profesionalisme guru agar guru sebagai aktor

utama dalam pendidikan umumnya dan pembelajaran khususnya dapat

meningkatkan kompetensinya.

Seorang guru penting untuk menciptakan paradigma baru untuk

menghasilkan praktik terbaik dalam proses pembelajaran2. Oleh karena itu,

ketika terjadi perubahan kurikulum dan terjadi pergeseran tuntutan hasil

pendidikan yang berkaitan dengan tuntutan pasar kerja, maka gurulah yang

harus berperan mewujudkan harapan itu. Guru harus selalu mengembangkan

diri, baik yang berkaitan dengan kompe-tensi bidang studi maupun pedagogik,

termasuk penggunaan internet dalam mencari informasi terkini.

Apabila ketiga komponen tersebut dikombinasikan dalam

penggunaannya atau secara integrasi, maka akan meningkatkan perhatian

siswa, membangkitkan keinginan dan kemampuan belajar. Keterampilan

dalam mengadakan variasi ini lebih luas penggunaannya daripada

keterampilan lainnya, karena merupakan keterampilan campuran atau

diinegrasikan dengan keterampilan yang lain. Misalnya, variasi dalam

1 Suyanto. Tantangan profesional guru di era global. UNY. Yogyakarta, 2007, hal. 67-682 Sardiman, A. M. Interaksi dan motivasi belajar-mengajar. Rajawali Press. Jakarta. 2005. hal. 7

1

Page 2: Variasi belajar jadi

memberikan penguatan, variasi dalam memberi pertanyaan, dan variasi dalam

tingkat kognitif.

Dalam proses belajar mengajar ada variasi bila guru dapat

menunjukkan adanya perubahan dalam gaya mengajar, media yang digunakan

berganti-ganti, dan ada perubahan dalam pola interaksi antara guru-siswa,

siswa-guru dan siswa-siswa. Variasi lebih bersifat proses daripada produk.

B. Identifikasi Masalah

Dari beberapa uraian di atas, timbul beberapa permasalahan sebagai

berikut:

1. Apakah pengertian dari variasi mengajar?

2. Apakah tujuan dari diadakannya variasi dalam mengajar?

3. Apa saja prinsip-prinsip penggunaan variasi pengajaran?

4. Apa saja komponen-komponen variasi mengajar?

5. Bagaimana proses pelaksanaan belajar mengajar yang efektif di sekolah

dasar?

C. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas,

maka masalah yang akan dibahas dalam makalah ini adalah pengembangan

variasi mengajar guru di sekolah dasar.

D. Tujuan Penulisan

Tujuan yang ingin dicapai pada penyusunan makalah ini adalah

sebagai berikut :

1. Mencoba meningkatkan profesionalisme guru sekolah dasar dalam

melaksanakan tugasnya.

2. Memberikan gambaran kepada mahasiswa khususnya calon pendidik

(guru) dalam menerapkan variasi mengajar, guna menghindari kejenuhan

siswa dalam belajar.

BAB II

2

Page 3: Variasi belajar jadi

PEMBAHASAN

A. Tujuan Variasi Belajar Mengajar

Penggunaan variasi terutama ditujukan terhadap perhatian siswa,

motivasi dan belajar siswa. Tujuan mengadakan variasi dimaksud adalah :

1. Meningkatkan dan Memelihara Perhatian Siswa Terhadap Relevansi

Proses Belajar Mengajar

Dalam proses belajar mengajar perhatian dari siswa terhadap materi

pelajaran yang diberikan sangat dituntut. Sedikitpun tidak diharapkan

adanya siswa yang tidak atau kurang memperhatikan penjelasan guru,

karena hal itu akan menyebabkan siswa tidak mengerti akan bahan yang

diberikan guru.

Dalam jumlah siswa yang besar biasanya ditemukan kesukaran untuk

mempertahankan agar perhatian siswa tetap pada materi pelajaran yang

diberikan. Berbagai faktor memang mempengaruhi. Misalnya faktor

penjelasan guru yang kurang mengenai sasaran, situasi diluar kelas yang

dirasakan siswa lebih menarik daripada materi pelajaran yang diberikan

guru, siswa yang kurang menyenangi materi yang diberikan guru3.

Fokus permasalahan pentingnya perhatian ini dalam proses belajar

mengajar, karena dengan perhatian yang diberikan siswa terhadap materi

pelajaran yang guru jelaskan, akan mendukung tercapainya tujuan

pembelajaran yang akan dicapai.

Tercapainya tujuan pembelajaran tersebut bila setiap siswa mencapai

penguasaan terhadap materi yang diberikan dalam suatu pertemuan kelas.

Indikator penguasaan siswa terhadap materi pelajaran adalah terjadinya

perubahan di dalam diri siswa. Jadi, perhatian adalah masalah yang tidak

bisa dikesampingkan dalam konteks pencapaian tujuan pembelajaran.

Karena itu, guru memperhatikan variasi mengajarnya, apakah sudah dapat

meningkatkan dan memelihara perhatian siswa terhadap materi yang

dijelaskan atau belum.3 Tjipto Utomo dan Kees Ruijter. Peningkatan dan pengembangan pendidikan. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. 2004, hal. 145

3

Page 4: Variasi belajar jadi

2. Memberikan Kesempatan Kemungkinan Berfungsinyanya Motivasi

Motivasi memegang peranan penting dalam belajar. Seorang siswa

tidak akan dapat belajar dengan baik dan tekun jika tidak ada motivasi di

dalam dirinya. Bahkan tanpa motivasi, seorang siswa tidak akan

melakukan kegiatan belajar. Maka dari itu, guru selalu memperhatikan

masalah motivasi ini dan berusaha agar tetap tergejolak di dalam diri

setiap siswa selama pelajaran berlangsung.

Dalam proses belajr mengajr di kelas, tidak setiap siswa mempunyai

motivasi yang sama terhadap sesuatu bahan. Untuk bahan tertentu boleh

jadi seorang siswa menyenanginya, tetapi bahan yang lain boleh jadi siswa

tersebut tidak menyenanginya. Ini merupakan masalh bagi guru dalam

setiap kali mengadakan pertemuan. Guru selalu dihadapkan pada masalah

motivasi. Guru selalu ingin memberikan motivasi terhadap siswanya yang

kurang memperhatikan materi pelajaran yang diberikan.

Bagi siswa yang sering memperhatikan materi pelajran yang diberikan,

bukanlah masalah bagi guiru. Karena di dalam diri siswa tersebut sudah

ada motivasi, yaitu motivasi intrinsik. Siswa yang demikian biasanya

dengan kesadarannya sendiri memperhatikan penjelasan guru. Rasa ingin

tahunya lebih banyak terhadap materi pelajaran yang diberikan. Berbagai

gangguan yang ada disekitarnya kurang dapat mempengaruhinya agar

memecahkan perhatiannya4.

Lain halnya bagi siswa yang tidak ada motivasi di dalam dirinya, maka

motivasi ekstrinsik yang merupakan dorongan dari luar dirinya mutlak

diperlukan. Disini peranan guru lebih dituntut untuk memerankan fungsi

motivasi, yaitu motivasi sebagai alat yang mendorong manusia untuk

berbuat, motivasi sebagai alat yang menentukan arah perbuatan, dan

motivasi sebagai alat untuk menyeleksi perbuatan.

3. Membentuk Sikap Positif terhadap Guru dan Sekolah

4 Depdiknas. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. Depdiknas. Jakarta. 2005, hal. 7

4

Page 5: Variasi belajar jadi

Adalah suatu kenyataan yang tidak bisa dipungkiri bahwa di kelas ada

siswa tertentu yang kurang senang terhadap seorang guru. Sikap negative

ini tidak hanya terjadi pada siswa, tetapi juga pada siswi. Konsekuensinya

bidang studi yang dipegang oleh guru tersebut juga menjadi tidak

disenangi. Acuh tak acuh sering ditunjukkan lewat sikap dan perbuatan

ketika guru tersebut sedang memberikan materi pelajaran di kelas.

Metode mengajar yang dipergunakan itu-itu saja. Misalnya hanya

menggunakan metode ceramah untuk setiap kali melaksanakan tugas

mengajar di kelas. Tidak pernah terlihat menggunakan metode yang lain.

Misalnya metode diskusi, resitasi, Tanya jawab, problem solving atau

cerita.

Guru yang bijaksana adalah guru yang pandai menempatkan diri dan

pandai mengambil hati siswa. Dengan sikap ini siswa merasa diperhatikan

oleh guru. Siswa selalu ingin dekat dengan guru. Ketiadaan guru barang

sehari di sekolah tidak jarang dipertanyakan. Siswa merasa rindu untuk

selalu dekat di sisi guru. Guru seperti itu biasanya karena gaya

mengajarnya dan pendekatannya yang sesuai dengan psikologis siswa.

Variasi mengajarnya mempunyai relevansi dengan gaya belajar siswa. Di

sela-sela penjelasan selalu diselingi humor dengan pendekatan yang

edukatif, jauh dari sikap permusuhan.

B. Variasi Gaya Belajar Mengajar

1. Pengertian Variasi Gaya Belajar Mengajar

Ada beberapa pendapat berkenaan dengan Variasi gaya belajar

mengajar meliputi:

a. Menurut Uzer, variasi adalah suatu kegiatan guru dalam kontek proses

interaksi belajar mengajar yang ditujukan untuk mengatasi kebosanan

murid, sehingga dalam situasi belajar mengajar. Murid senantiasa

menunjukkan ketekunan, antusiasme serta penuh partisipasi5

5 Usman, Mohd. Uzer, Menjadi Guru Profesional (Edisi kedua), PT. Remaja Rosdakarya, Bandung. 2008, hal. 88

5

Page 6: Variasi belajar jadi

b. Menurut Abu Ahmadi, gaya mengajar adalah tingkah laku, sikap dan

perbuatan guru dalam melaksanakan proses pengajaran6.

c. Menurut Abdul Qadir Munsyi, gaya mengajar adalah gaya yang

dilakukan guru pada saat mengajar di muka kelas7.

d. Menurut Syahminan Zaini, gaya mengajar adalah gaya atau tindak-

tanduk guru sebagai pernyataan kepribadiannya dalam menyampaikan

bahan pelajarannya kepada siswa8.

Dari definisi di atas, bisa ditarik kesimpulan bahwa variasi gaya

mengajar adalah pengubahan tingkah laku, sikap dan perbuatan guru

dalam kontek belajar mengajar yang bertujuan untuk mengatasi kebosanan

siswa, sehingga siswa memiliki minat belajar yang tinggi terhadap

pelajarannya. Dan ini bisa dibuktikan melalui ketekunan, antusiasme,

keaktifan mereka dalam belajar dan mengikuti pelajarannya di kelas.

Anak tidak bisa dipaksakan untuk terus menerus memusatkan

perhatiannya dalam mengikuti pelajarannya, apalagi jika guru saat

mengajar tanpa menggunakan variasi alias monoton yang membuat siswa

kurang perhatian, mengantuk, dan bosan. Untuk mengatasi kebosanan

siswa tersebut perlu adanya variasi, dalam keterampilan mengadakan

variasi dalam proses belajar mengajar ada tiga aspek, yaitu : 1) Variasi

gaya mengajar, 2) Variasi dalam menggunakan media, 3) Variasi dalam

interaksi antara guru dengan siswa9.

2. Tujuan Variasi Gaya Belajar Mengajar :

a. Meningkatkan dan memelihara perhatian siswa terhadap relevensi

terhadap proses belajar mengajar

Dalam proses belajar mengajar, perhatian siswa terhadap

materi pelajaran yang diberikan guru merupakan masalah yang sangat

penting, karena dengan perhatian tersebut akan mendukung

6 Abu. Ahmadi H. Psikologi Sosial. PT. Rineka Cipta, Jakarta. 1991, hal. 997 Abdul Qadir Munsyi. Definisi Gaya Mengajar. Rosda Karya, Bandung, 1995, hal. 748 Zaini. Drs. Syahminan, Mengenal Manusia Lewat Al Qur’an. PT. Bina Ilmu. Surabaya. 1984, hal. 239 Nurhasnawati, Strategi Pembelajaran Mikro, Fakultas Tarbiyah. Pekanbaru, 2004, hal. 46

6

Page 7: Variasi belajar jadi

tercapainya tujuan pembelajaran yang akan dicapai. Tujuan tersebut

akan tercapai bila setiap siswa mencapai penguasaan terhadap materi

yang diberikan dalam suatu pertemuan di kelas.

Dalam jumlah siswa yang banyak, biasanya sulit atau sukar

untuk mempertahankan agar perhatian siswa tetap pada materi yang

diberikan. Memang ada banyak faktor yang mempengaruhinya,

misalnya ; faktor penjelasan guru yang kurang mengenai sasaran,

faktor gaya guru dalam mengajar yang tanpa ada variasinya, dan lain

sebagainya. Jadi, masalah perhatian siswa terhadap pelajaran tidak bisa

dikesampingkan dalam konteks pencapaian tujuan pembelajaran.

Oleh karena itu, guru hendaknya memperhatikan variasi gaya

mengajarnya, apakah sudah dapat meningkatkan dan memelihara

perhatian siswa terhadap materi yang dijelaskan atau belum.

b. Memberi kesempatan

Memberi kesempatan kemungkinan berfungsinya motivasi

dalam belajar, motivasi memegang peranan yang sangat penting,

karena tanpa motivasi seorang siswa tidak akan melakukan kegiatan

belajar. Motivasi ada 2, yaitu : motivasi intrinsik (dari dirinya sendiri)

dan motivasi ekstrinsik (dari luar dirinya sendiri)10.

Dalam proses belajar mengajar di kelas, tidak setiap siswa di

dalam dirinya ada motivasi intrinsik yakni kesadarannya sendiri untuk

memperhatikan penjelasan guru, rasa ingin tahu lebih banyak terhadap

materi yang diberikan guru. Dalam pertemuan dikelas ada juga siswa

yang tidak ada motivasi dalam dirinya (Intrinsik), masalah inilah yang

sering dihadapi guru. Guru selalu dihadapkan masalah motivasi yakni

motivasi ekstrinsik, yang merupakan dorongan dari luar dirinya mutlak

diperlukan. Jadi siswa yang tidak ada motivasi didalam dirinya

(instrinsik) memerlukan motivasi ekstrinsik untuk me;lakukan kegiatan

belajar. Disinilah peranan guru lebih dituntut untuk memerankan

motivasi, yaitu motivasi sebagai alat mendorong siswa untuk berbuat,

10 Hamalik, O, Psikologi Belajar dan Mengajar, Sinar Baru, 1992, hal. 132

7

Page 8: Variasi belajar jadi

sebagai alat untuk menentukan arah dan sebagai alat untuk menyeleksi

kegiatan.

c. Membentuk sikap positif terhadap guru dan sekolah

Tidak bisa dipungkiri bahwa kenyataan yang ada di kelas yakni

adanya siswa atau siswi yang kurang senang terhadap dirinya. Sikap

negatif ini bisa jadi disebabkan gaya guru mengajar yang kurang

bervariasi, gaya mengajar guru tidak sejalan dengan gaya belajar

siswa. Konsekwensinya bidang studi yang dipegang guru tersebut

menjadi tidak disenangi. Mungkin bisa ditunjukkan dari sikap acuh tak

acuh siswa ketika guru tersebut sedang menjelaskan materi pelajaran di

kelas. Ketika mengajar, guru selalu duduk dengan santai dikelas tanpa

memperdulikan tingkah laku siswa atau ank didiknya. Ini adalah jalan

pengajaran yang sangat membosankan. Dalam hal ini guru gagal

menciptakan suasana belajar yang membangkitkan kreatifitas dan

kegairahan belajar siswa. Guru yang bijaksana adalah guru yang

pandai menempatkan diri dan mengambil hati siswanya. Dengan sikap

ini siswa merasa diperhatikan oleh guru. Variasi gaya mengajarnya

mempunyai relevansi dengan gaya belajar siswa.

3. Manfaat Variasi Gaya Mengajar

Mengajar menuntut guru untuk bekerja demi keberhasilan anak

didiknya, sehingga kemajuan murid menjadi titik perhatian guru.

Rasulullah SAW. menerapkan pengajaran yang sangat memperhatikan

perkembangan siswa (sahabat)nya, agar mereka tidak merasa jemu dalam

belajar, tersirat dalam hadits :

Artinya : Diriwayatkan dari Ibnu Mas’ud berkata : Nabi SAW. berselang-seling dalam memberikan pelajaran agar terhindar dari kebosanan. (H.R. Bukhari)11.

11 Zainal Abidin S, Ibnu Mas'ud. Fiqh Madzhab Syafi'i Edisi Lengkap Mu'amalah, Munakahat, Jinayah. PT. Pustaka Setia, Bandung. 2004, hal. 222

8

Page 9: Variasi belajar jadi

C. Prinsip Penggunaan Variasi

Dalam proses belajar mengajar, kegiatan siswa menjadi pusat perhatian

guru. Untuk itu agar kegiatan pengajaran dapat merangsang siswa untuk aktif

dan kreatif belajar tentu saja diperlukan lingkungan belajar yang kondusif.

Salah satu upaya kearah itu adalah dengan cara memperhatikan beberapa

prinsip penggunaan variasi dalam mengajar. Prinsip-prinsip tersebut adalah :

1. Variasi hendaknya digunakan dengan suatu maksud tertentu yang relevan

dengan tujuan yang hendak dicapai. Dalam menggunakan keterampilan

variasi sebaiknya semua jenis variasi digunakan. Disamping itu juga harus

ada variasi penggunaan komponen untuk tiap jenis variasi, terutama

penggunaan variasi gaya mengajar, dalam bervariasi harus disesuaikan

dengan materi pelajaran yang akan disampaikan agar menarik siswa untuk

memperhatikan atau mendengarkan penjelasan guru.

2. Variasi harus digunakan secara lancar dan berkesinambungan, sehingga

tidak akan merusak perhatian siswa dan tidak menganggu proses belajar

mengajar.

3. Direncanakan secara baik dan eksplisit dicantumkan dalam rencana

pelajaran.

4. Jadi penggunaan variasi ini harus benar-benar berstruktur dan

direncanakan. Karena variasi ini memerlukan keluwesan, spontan sesuai

dengan umpan balik yang diterima dari siswa. Umpan balik ini ada dua

yaitu Umpan balik tingkah laku yang menyangkut perhatian dan

keterlibatan siswa dan Umpan balik informasi tentang pengetahuan dan

pelajaran12.

D. Komponen-Komponen Variasi Gaya Belajar Mengajar

Dalam mengajar hendaknya menggunakan berbagai macam variasi gaya.

Dengan variasi gaya tersebut, akan menjadikan siswa merasa tertarik terhadap

12 Syaiful Bahri Djamara dan Aswan Zain; Strategi Belajar Mengajar, Penerbit Rhineka Cipta, Cetakan ke tiga , Agustus 2006, Jakarta, hal. 89

9

Page 10: Variasi belajar jadi

penampilan mengajar guru. Variasi gaya mengajar guru ini meliputi

komponen-komponen sebagai berikut :

1. Variasi Suara

Variasi suara dalah perubahan suara dari keras menjadi lemah, dan

tinggi menjadi rendah, dari cepat menjadi lambat. Suara guru pada saat

menjelaskan materi pelajaran hendaknya bervariasi, baik dalam intonasi,

volume, nada dan kecepatan. Jika suara guru senantiasa keras terus atau

terlalu keras, justru akan sulit diterima, karena siswa menganggap gurunya

seorang yang kejam, bila sudah begitu siswa diliputi oleh rasa cemas,

ketakutan selama belajar. Masalah seperti ini yang harus dihindari bahkan

ditiadakan. Tapi kalau suara guru terlalu lemah (biasanya guru wanita)

akan terdengar tidak jelas oleh siswa dan tidak bisa menjangkau seluruh

siswa di kelas, apalagi yang duduknya dideretan belakang. Bila sudah

begitu siswa akan meremehkan gurunya, perhatian siswa terhadap materi

yang diberikan itupun kurang. Untuk itu guru menggunakan variasi suara

yang disesuaikan ndengan situasi dan kondisi. Jadi suara guru senantiasa

berganti-ganti, kadang meninggi, kadang cepat, kadang lambat, kadang

rendah (pelan). Variasi suara bisa mempengaruhi informasi yang sangat

biasa sekalipun, gunakanlah bisikan atau tekanan suara untuk hal-hal

penting, gunakan kalimat pendek yang cepat untuk menimbulkan

semangat.

2. Pemusatan Perhatian

Perhatian menurut Djamarah adalah keaktifan jiwa yang dipertinggi,

jiwa itupun semata-mata tertuju kepada suatu obyek (benda/hal) atau

sekumpulan obyek. Untuk dapat menjamin hasil belajar yang baik, maka

siswa harus mempunyai perhatian terhadap bahan yang diajarinya, jika

materi yang disampaikan oleh guru iru tidak menjadi perhatian siswa,

maka bisa menimbulkan kebosanan, sehingga tidak lagi suka belajar.

Untuk memfokuskan perhatian siswa pada suatu aspek yang penting atau

10

Page 11: Variasi belajar jadi

aspek kunci, guru dapat menggunakan atau memberikan peringatan

dengan bentuk kata-kata. Misalnya : “Perhatikan baik-baik”, “Jangan lupa

ini dicatat dengan sungguh-sungguh” dan sebagainya13.

Memang menarik perhatian siswa itu sangatlah tidak mudah apalagi

dalam jumlah siswa yang banyak, agar perhatian itu tetap ada perlu adanya

prinsip-prinsip yakni :

a. Perhatian seseorang tertuju atau diarahkan pada hal-hal yang baru,

jenis rangsangan baru yang dapat menarik perhatian termasuk warna

dan bentuk. Dalam pelajaran, seorang guru dapat menarik perhatian

tentang kata-kata penting pada suatu bacaan dengan memberi warna

merah atau digaris bawahi.

b. Perhatian seseorang tertuju atau terarah pada hal-hal yang dianggap

rumit. Bagi guru yang harus diingat adalah suatu pelajaran tidak boleh

tampak terlalu rumit dan guru tidak boleh mempersulit pelajaran yang

sederhana dikarenakan semata-mata untuk menarik perhatian siswa.

c. Orang mengarahkan perhatiannya pada hal-hal yang dikehendakinya,

yaitu hal-hal yang sesuai dengan minat dan bakatnya. Untuk

menimbulkan minat tersebut ada dua cara yakni dari diri sendiri dan

dari luar dirinya. Dari luar bisa saja lingkungan, orang tua dan guru.

Disini gurulah yang berhak menimbulkan atau membangkitkan minat

belajar siswa baik dirumah maupun dikelas14.

Dari ketiga prinsip ini guru harus mengetahui banyak tentang

siswanya agar bisa mengarahkan perhatian siswa terhadap materi

pelajaran, sehingga siswa memiliki minat belajar yang tinggi guru dalam

memusatkan perhatian siswa bisa dengan memberikan kata-kata seperti :

“coba perhatikan ini baik-baik”, karena materinya agak sulit dan

sebagainya.

3. Kesenyapan atau kebisuan guru (Teaching Silence)

13 Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak didik dalam Interaksi Eduktif, PT.Rineka Cipta, Jakarta, 2000, hal. 7714 Kunandar, Guru Profesional (Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, dan Sukses dalam Sertifikasi guru), Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta. 2007, hal 113

11

Page 12: Variasi belajar jadi

Kesenyapan adalah suatu keadaan diam secara tiba-tiba demi pihak

guru ditengah-tengah menerangkan sesuatu. Adanya kesenyapan tersebut

merupakan alat yang baik untuk menarik perhatian siswa. Dengan keadaan

senyap atau diamnya guru secara tiba-tiba bisa menimbulkan perhatian

siswa, sebab siswa begitu tahu apa yang terjadi dan demikian pula setelah

guru memberikan pertanyaan kepada siswa alangkah bagusnya apabila

diberi waktu untuk berfikir dengan memberi kesenyapan supaya siswa bisa

mengingat kembali informasi-informasi yang mungkin ia hafal, sehingga

bisa menjawab pertanyaan guru dengan baik dan tepat.

Pemberian waktu bagi siswa digunakan untuk mengorganisasi jawabannya

agar menjadi lengkap. Tapi jika seorang guru tidak memberikan

kesenyapan atau waktu kepada siswa untuk berfikir dalam menjawab

pertanyaannya siswa akan menjawab dengan asal alias asal bicara,

sehingga jawabannya kurang tepat dengan pertanyaan. Untuk itu

seyogyanya guru memberikan kesenyapan terhadap siswa untuk

memikirkan jawaban dari pertanyaan yang diajukannya supaya

jawabannya sempurna dan tepat.

4. Kontak pandang

Ketika proses belajar mengajar berlangsung, jangan sampai guru

menunduk terus atau melihat langit-langit dan tidak berani mengadakan

kontak mata dengan para siswanya dan jangan sampai pula guru hanya

mengadakan kontak pandang dengan satu siswa secara terus menerus

tanpa memperhatikan siswa yang lain. sebaliknya bila guru berbicara atau

menerangkan hendaknya mengarahkan pandangannya keseluruh kelas atau

siswa, sebab menatap atau memandang mata setiap anak disik atau siswa

bisa membentuk hubungan yang positif dan menghindari hilangnya

kepribadian. Bertemunya pandang diantara mereka yang berinteraksi,

sesungguhnya merupakan suatu etika atau sopan santun pergaulan karena

menunjukkan saling perhatian diantara mereka.

12

Page 13: Variasi belajar jadi

Hal-hal yang harus dihindari guru selama presentasinya didepan

kelas :

a. Melihat keluar ruang

b. Melihat kearah langit-langit

c. Melihat kearah lantai

d. Melihat hanya pada siswa tertentu atas kelompok siswa saja

e. Melihat dan menghadap kepapan tulis saat menjelaskan kecuali sambil

menunjukkan sesuatu.

Hal-hal di atas bertujuan supaya bisa mengendalikan situasi kelas

dengan baik. Jadi dalam kontak pandang hendaknya guru berusaha seintim

mungkin agar siswa merasa diperhatikan dan dihargai, kontak mata yang

sering dilakukan, akan membangun dan membina jalinan tingkat tinggi,

yaitu mengetahui psikologi anak atau siswa dan mengetahui seberapa

banyak pemahaman siswa terhadap materi yang telah disampaikan. Untuk

itu, pandanglah siswa-siswa anda secara merata tapi jangan berlebihan,

gunanya pandangan mata, seorang guru adalah untuk menarik perhatian

dan minat belajar siswa.

5. Perpindahan Posisi Guru

Perpindahan posisi guru dalam ruang kelas dapat membantu dalam

menarik perhatian anak didik, dapat pula meningkatkan kepribadian guru

dan hendaklah selalu diingat oleh guru, bahwa perpindahan posisi itu

jangan dilakukan secara berlebihan. Bila dilakukan berlebihan guru akan

kelihatan terburu-buru, lakukan saja secara wajar agar siswa bias

memperhatikan. Perpindahan posisi dapat dilakukan dari muka ke bagian

belakang, dari sisi kiri ke sisi kanan, atau diantara anak didik dari belakang

kesamping anak didik. Dapat juga dilakukan dengan posisi berdiri

kemudian berubah menjadi posisi duduk dan diam di tempat lalu berjalan-

jalan mengelilingi siswa dan sebagainya. Yang penting dalam perubahan

posisi itu harus ada tujuannya, dan tidak sekedar mondar-mandir dan

13

Page 14: Variasi belajar jadi

seorang guru janganlah melakukan kegiatan mengajar dengan satu posisi,

misalnya saja saat menerangkan guru hanya berdiri didepan kelas saja atau

duduk dikursi saja, tanpa ada pergantian atau variasi ini bisa menimbulkan

kebosanan siswa.

Guru melakukan pergantian posisi, sebaiknya jangan kaku atau

kikuk, lakukan saja secara bebas dan wajar bisa menarik perhatian siswa,

jika guru kaku dalam bergerak ini bisa menjemukan siswa. Dan bila

variasi dilakukan secara berlebihan itu juga bisa mengganggu perhatian

siswa atau konsentrasi siswa terhadap pelajaran.Maka dari itu gunakanlah

variasi posisi ini secara wajar dan sesuaikan dengan tujuan, tidak sekedar

mondar-mandir.

6. Model-Model Belajar

Dalam melaksanakan variasi gaya mengajar, guru hendaknya

memperhatikan dan memahami gaya atau model-model belajar siswanya,

supaya siswa termotivasi, bersemangat dan berminat dalam belajar.

Adapun model-model belajar ada tiga macam, yaitu15 :

a. Visual

Bagi pelajar visual, belajar yang efektif adalah dengan

menggunakan "gambaran keseluruhan" (melakukan tinjauan umum),

yakni dengan membaca bahan pelajaran secara sekilas. Cirri-ciri

pelajar visual :

1) Teratur, memperhatikan segala sesuatu

2) Mengingat dengan gambar, grafik dan warna untuk meningkatkan

memorinya

Dari ciri-ciri diatas, guru dituntut untuk lebih kreatif dalam

menyajikan bahan pelajaran, guru harus bisa menggunakan gambar,

warna, untuk menumbuhkan minat belajar siswa dan meningkatkan

memori siswa terhadap bahan tersebut. Gaya mengajar guru yang

15 Udin, Wina Putra, M.A, dkk, Strategi Belajar Mengajar, Jakarta: Universitas Terbuka, 2004, hal. 89

14

Page 15: Variasi belajar jadi

mudah mempengaruhi siswa ini adalah kontak pandang, perpindahan

posisi dan eksperimen wajah.

b. Auditorial

Bagi pelajar auditorial, belajar yang efektif adalah dengan

mendengar. Untuk itu guru disaat menerangkan dituntut untuk

menggunakan variasi, pemusatan, perhatian dan kesenyapan

memudahkan dan meningkatkan perhatian siswa dalam belajar. Ciri-

ciri siswa auditorial adalah :

1) Perhatiannya mudah terpecah

2) Berbicara dengan pola berirama

3) Belajar dengan cara mendengar

4) Berdialog secara internal dan eksternal

c. Kinestetik

Bagi pelajar kinestetik, belejar yang efektif adalah dengan

melibatkan diri langsung dengan aktifitasnya, jadi merekacenderung

pada eksperimen (gerak). Ciri-ciri siswa kinestetik adalah :

1) Belajar dengan melakukan, menunjuk tulisan saat membaca

2) Mengingat sambil melihat langsung

Di sini guru dianjurkan melibatkan siswa saat proses belajar

mengajar berlangsung, menggunakan metode eksperimen, bahasa

tubuh guru hendaknya bervariasi, supaya menarik perhatian siswa dan

mempermudah pemahaman siswa terhadap materi tersebut

15

Page 16: Variasi belajar jadi

16

Page 17: Variasi belajar jadi

BAB III

KESIMPULAN

Variasi mengajar sangat diperlukan dalam proses belajar mengajar .

Komponen-komponen variasi mengajar seperti variasi gaya mengajar, variasi

media, dan bahan ajaran dan variasi interaksi, mutlak dikuasi oleh guru untuk

menggairahkan belajar anak didik dalam waktu relatif lama dalam suatu

pertemuan kelas.

Keterampilan mengadakan variasi dalam proses belajar mengajar akan

meliputi tiga aspek, yaitu variasi dalam gaya mengajar, variasi dalam

menggunakan media dan bahan pengajaran, dan variasi dalam interaksi antara

guru dan siswa. Apabila ketiga komponen tersebut dikombinasikan dalam

penggunaannya atau secara integrasi, maka akan meningkatkan perhatian siswa,

membangkitkan keinginan dan kemampuan belajar. Keterampilan dalam

mengadakan variasi ini lebih luas penggunaannya daripada keterampilan lainnya,

karena merupakan keterampilan campuran atau diinegrasikan dengan

keterampilan yang lain. Misalnya, cariasi dalam memberikan penguatan, variasi

dalam memberi pertanyaan, dan variasi dalam tingkat kognitif.

Tecapainya tujuan pembelajaran tersebut bila setiap siswa mencapai

penguasaan terhadap materi yang diberikan dalam suatu pertemuan kelas.

Indikator penguasaan siswa terhadap materi pelajaran adalah terjadinya perubahan

di dalam diri siswa. Jadi, perhatian adalah masalah yang tidak bias

dikesampingkan dalam konteks pencapaian tujuan pembelajaran.

Guru yang bijaksana adalah guru yang pandai menempatkan diri dan pandai

mengambil hati siswa. Dengan sikap ini siswa merasa diperhatikan oleh guru.

Siswa selalu ingin dekat dengan guru. Ketiadaan guru barang sehari di sekolah

tidak jarang dipertanyakan. Siswa merasa rindu untuk selalu dekat di sisi guru.

Guru seperti itu biasanya karena gaya mengajarnya dan pendekatannya yang

sesuai dengan psikologis siswa. Variasi mengajarnya mempunyai relevansi

dengan gaya belajar siswa. Di sela-sela penjelasan selalu diselingi humor dengan

pendekatan yang edukatif, jauh dari sikap permusuhan.

17

Page 18: Variasi belajar jadi

DAFTAR PUSTAKA

Abdul Qadir Munsyi. (1995). Definisi Gaya Mengajar. Bandung. Rosda Karya

Abu. Ahmadi H. 1991. Psikologi Sosial. Rineka Cipta

Depdiknas. (2005). Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. Jakarta: Depdiknas

Drs Syaiful Bahri Djamara dan Drs Aswan Zain; Strategi Belajar Mengajar, :Penerbit Rhineka Cipta, Cetakan ke tiga , Agustus 2006, Jakarta

Hamalik, O, Psikologi Belajar dan Mengajar, Sinar Baru, 1992

Kunandar, 2007, Guru Profesional (Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, dan Sukses dalam Sertifikasi guru), Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Nurhasnawati, 2004. Strategi Pembelajaran Mikro, Pekanbaru: Fakultas Tarbiyah.

Sardiman, A. M. (2004). Interaksi dan motivasi belajar-mengajar. Jakarta: Rajawali.

Suyanto. (2007). Tantangan profesional guru di era global. UNY. Yogyakarta.

Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak didik dalam Interaksi Eduktif, Jakarta: PT.Rineka Cipta, 2000

Udin, Wina Putra, M.A, dkk, Strategi Belajar Mengajar, Jakarta: Universitas Terbuka, 2004

Usman, Mohd. Uzer, 2008. Menjadi Guru Profesional (Edisi kedua), Bandung: PT. Remaja Rosdakarya

Zainal Abidin S, Ibnu Mas'ud. 2000 Fiqh Madzhab Syafi'i Edisi Lengkap Mu'amalah, Munakahat, Jinayah. Bandung: PT. Pustaka Setia

Zaini. Drs. Syahminan, 1984. Mengenal Manusia Lewat Al Qur’an. Surabaya : PT. Bina Ilmu.

18