laporan akhir praktikum fistan

Upload: ghifari-razi

Post on 16-Oct-2015

58 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

laporan akhir praktikum

TRANSCRIPT

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM

PRAKTIKUM I

PENGAMBILAN CONTOH TANAH (BIASA)Tujuan :Tujuan dilakukannya praktikum ini adalah pengambilan contoh tanah biasa atau tanah terganggu untuk analisa kimia dan kestabilan agregat tanah (agregat stability).

Teori DasarTanah tidaklah merupakan tumpukan bahan yang padat dan bahan organik sebagai suatu sistem yang mati atau statis, tetapi lebih merupakan suatu sistem yang hidup dan dinamis dimana tanah memiliki produktivitas tanah yang diartikan sebagai kemampuan tanah untuk menghasilkan produksi tanaman yang optimum dengan tidak mengurangi kesuburan tanah yang sangat dipengaruhi oleh ketebalan solum tanah tersebut. Bahan organic tersusun dari bahan-bahan sisa tumbuhan dan hewan, jasad-jasad hidup mikro maupun makro organisme dan humus. Pori-pori tanah yang berupa ruangan berisi udara dan air tanah sangat penting perananya bagi tanaman.

Tanah dengan nilai produktivitas tanah yang tinggi, tidak hanya terdiri dari komponen-komponen padat, cair, dan udara (gas) saja, akan tetapi harus mengandung jasad hidup tanah yang cukup banyak. Dengan adanya jasad hidup tanah ini maka tingkat kesuburan tanah akan dipengaruhinya, karena jasad hidup memegang peranan penting dalam proses-proses pelapukan bahan oerganik dalam tanah sehingga nsur hara menjadi lebih tersedia bagi tanaman.

Tanah adalah suatu benda alami yang terdapat dipermukaan kulit bumi, yang tersusun dari bahan-bahan mineral sebagai hasil pelapukan batuan dan bahan organik sebagai hasil pelapukan sisa tumbuhan dan hewan, yang merupakan medium pertumbuha tanaman dengan sifat-sifat tertentu , baik itu sifat fisik, kimiawi juga sifat biologis. Dilihat dari sudut pertanian, tanah adalah alat atau faktor produksi yang dapat menghasilkan berbagai produk pertanian. Peranan tanah sebagi alat produks pertanian adalah sebagai berikut :

Tanah sebagai tempat berdirinya tanaman.

Tanah sebagai gudang tempat unsur-unsur hara yang diperlukan tanaman.

Tanah sebagai tempat persediaan air bagi tanaman.

Tanah dengan tata udara yang baik merupakan lingkungan yang baik bagi pertumbuhan tanaman.

Pengambilan contoh tanah biasa atau tanah terganggu (disturbed soil) dilakukan di atas permukaan tanah atau horizon/lapisan lainnya, tempat pengambilan berdekatan atau sama dengan pengambilan contoh tanah utuh dan pelaksanaannya mudah sekali. Contoh tanah ini untuk kepentingan analisa kimia dan kestabilan agregat (agregat stability) dan untuk keperluan membuat contoh tanah utuh secara simulasi atau cara tiruan (buatan) dimana bobot isinya disesuaikan dengan keadaan lalmi tanah utuh dilapangan.

Tanah yang berada di atas permukaan bumi ini merupakan suatu benda alam yang bersifat kompleks atau memiliki sistem yang heterogen karena tersusun dari tiga fase, yaitu fase padat yang terdiri dari bahan-bahan organik dan organik, fase gas yang terdiri dari udara tanah, fase yang terakhir yaitu fase cairan yang merupakan air tanah yang mengandung bahan-bahan terlarut di dalamnya. Bahan organik terdiri dari sisa-sisa tanaman dan hewan dan jasad-jasad hidup lainnya yang bersifat makro atau mikro, yang hidup dalam tanah. Tanah merupakan media yang baik bagi perakaran tanaman sebagai gudang unsur hara, dan sanggup menyediakan air serta udara bagi keperluan tanaman. Jumlah dan macamnya bahan penyususun tanah tadi bisa bervariasi dari satu tempat ke tempat lain di permukaan bumi sehingga dibedakan satu jenis tanah dengan jenis tanah lainyaAlat-alat1 Cangkul atau skop dan pisau

2 Kantong plastik

3 Label, spidol dan karet gelang

Cara Kerja1 Pertama-tama permukaan tanah dibersihkan dulu dan rerumputan dan sampah-sampah lainnya.

2 Kemudian tanah dicangkul sampai kedalaman 20 cm dari permukaan.

3 Tanah dimasukkan ke dalam plastik kantong sebanyak 1,0 kg (diusahakan agar agregat-agregat tanah jangan rusak atau hancur)

4 Contoh tanah diberi label dibagian luar dan dalam dari kantong plastik tersebut.

Hasil PengamatanHasil dari praktikum ke lapangan yaitu diadakannya pencangkulan pada tanah di lapang dengan kedalaman sekitar 20 cm, dimana pencangkulan ini di usahakan agar agregat-agregat tanah yang memiliki kemantapan bisa terambil dan hasilnya sekitar 1,0 kg baik dari tanah biasa maupun dari tanah terganggu. Agregat yang diambil diusahakan yang berukuran besar atau bongkahan yang besar. Agregat tanah yang diperoleh dari agregat tanah top soil dan agregat tanah sub soil.

Pembahasan Agregat tanah yang terambil berupa bongkahan-bongkahan tanah yang berukuran besar terhitung sekitar 1.0 kg. yang sebelumnya dilakukan pembersihan terhadap permukaan tanah dari rumput-rumputan atau bahan lainnya sebelum dilakuakan pencangkualan untuk memperoleh agregat tanah Hal ini dilakukan agar tanah yang diperoleh benar-benar tanah (biasa) tanpa tercampur dengan yang lainnya. Selain itu juga untuk memperoleh keakuratan dalam percobaan selanjutnya. Pengambilan tanah (biasa) dilapangan ini membutuhkan ketelitian dan kehati-hatian agar tanah atau agregat-agregat tanah tidak rusak atau hancur. Hal ini karena yang diambil adalah agregat-agregat tanah bukan partikel-partikel tanahnya. Yang untuk percobaan selanjutnya digunakan untuk menentukan kestabilan agregat tanah. Agregat tanah antara tanah top soil dan sub soil berbeda mulai dari warnanya, kandungannya, serta sifat fisiknya. Agegat tanah pada tanah top soil umumnya mempunyai warna yang lebih gelap dan lebih berat apabila ditimbang. Sedangkan pada tanah sub soil warnanya lebih terang dan umumnya lebih ringan daripada tanah top soil.

Kesimpulan :

Tanah yang diambil merupakan tanah yang terganggu, karena kestabilan agregat-agregat tanah tersebut sudah berkurang. Kestabilan agregat terganggu antara lain akibat pencangkulan atau pengambilannya yang menyebabkan tanah sebagian pecah menjadi serpihan-serpihan kecil. Sehingga proses pengambilan harus dilakukan sehati-hati mungkin agar diperoleh agregat-agregat tanah yang utuh.PRAKTIKUM II

PENGAMBILAN CONTOH TANAH UTUH (UNDISTURBED SOIL SAMPLE)

DI LAPANGAN

Tujuan :Tujuan dilakukannya praktikum ini adalah pengambilan contoh tanah utuh dilapangan untuk analisa sifat fisik tanah, seperti penentuan bobot isi tanah (bulk density), total porositas tanah, permeabilitas, penentuan pF, penentuan distribusi pori, kandungan/kadar air yang tersedia bagi tanaman.

Teori DasarPengertian mengenai apa yang dimaksud dengan tanah dapat berbeda-beda, tergantung dari segi mana tanah itu dilihat. Batasan atau definisi tanah yang dilihat dari segi ahli bangunan sudah tentu akan berbeda dengan definisi yang dilihat dari segi ahli pertanian, dan sebagainya. Berhubung kenyataannya bahwa bagian terbesar dari tanah di atas kulit bumi ini digunakan bagi usaha pertanian secara luas, maka sebaiknya pengertian tanah ini dibatasi dari segi pertanian. Mempelajari tanah, baik sebagai suatu alat produksi maupun sebagai suatu benda alamiah yang bermanfaat bagi manusia, dapat ditujukan ke arah pemanfaatan dalam bidang pertanian ( agronomi, holtikultura, perkebunan, dan kehutanan ) dan bidang civil engineering ( bangunan jalan raya, gedung, irigasi, dll ).

Tanah di lapangan diambil untuk dilakukan uji analisa kimia dan kestabilan agregat tanah. Pengambilan contoh tanah utuh (undisturbed soil sample) adalah penting sekali, oleh karena banyak dipakai/diperlukan untuk berbagai analisa sifat fisik tanah, seperti penentuan bobot isi tanah (bulk density), total porositas tanah, permeabilitas, penentuan pF, penentuan distribusi pori, kandungan/kadar air yang tersedia bagi tanaman dll.

Tanah utuh atau tanah tidak terganggu di lapangan adalah tanah yang benar-benar utuh tidak terganggu oleh faktor luar seperti tumbukan air hujan, sehingga dalam pengambilannya benar-benar diperlukan kehati-hatian agar tanah yang diperoleh benar-benar utuh atau tidak terganggu.

Alat-alat 1 Ring sample (Core sampler) terbuat dari baja atau besi

2 Tangkai penekan ring sample, terbuat drai besi

3 Cangkul atau skop

4 Pisau yang tipis dan tajam atau benang nilon halus

5 Palu drai kayu atau papan

Cara Kerja1 Pertama-tama permukaan tanah dibersihkan dulu dari rerumputan dan sampah-sampah.

2 Ring sample diletakkan pada tanah dengan bagian yang runcingnya di bawah, kemudian buat lingkaran dengan pusat yang sama dengan ring sample dengan garis tengah 2 kali lebih besar. Terlebih dahlu ring dan tutupnya ditimbang beratnya dan dicatat.

3 Lingkaran diluar ring sample ini kemudian digali sehingga terbentuk lubang lingkaran sedalam 30 cm, hal ini dimaksudkan agar ring sample dapat dengan mudah ditekan dan masuk ke dalam tanah.

4 Dengan menggunakan tangkai penekan ring sample yang terbuat dari besi, maka ring sample ini ditekan dengan hati-hati secara vertikal, kalau ternyata sudah keras sedangkan ring masih harus dimasukkan terus maka bisa dipukul-pukul dengan palu kayu perlahan-;ahan.

5 Setelah tanah yang berada di dalam ring sample kira-kira sudah muncul di atas bibir ring bagian atas maka penekanan dihentikan, kemudian bawahnya dipotong dengan pisau atau dengan skop atau dengan benang nilon halus.

6 Ring yang sudah berisi tanah tersebut kemudian diratakan dengan pisau tajam dan tipis sehingga kedua permukaan betul-betul rata dengan kedua bibir ring sample tadi dan setelah itu kedua bagian muka tanah tersebut ditutup dengan tutup ring yang terbuat dari plastik.

7 Ring sample yang sudah berisi tanah utuh ini kemudian dimasukkan ke dalam kotak agar aman dal;am pengangkutan dan sedapat mungkin segera dianalisa.

8 Pengambilan contoh tanah pada kedalaman 0 25 cm(2x) dan 25-50 cm (2x).

Data Pengamatan

Tabel 1. Pengambilan tanah utuh

RINGJARI-JARITINGGIVOLUMEBERAT RING + KAPBERAT RING + KAP +TANAH

13.75 cm3.95 cm174.58 cm3177.8 gr470.0 gr

23.75 cm3.9 cm172.37 cm3186.1 gr471.5 gr

33.75 cm4.1 cm181.21 cm3155.4 gr462.9 gr

43.75 cm3.9 cm172.37 cm3182.1 gr475.0 gr

Dimana volume ring V = r2.t

Diketahui : Berat ring + tutupnya

Ring 1:W =177.8 g

D = 7.5 cm

T = 3.95 cm

V = (r2t

= 22 x (3.75)2 x 3.95 7

= 1222.03125 = 174.5759 cm3 7

Ring 2 : W = 186.1 g

D = 7.5 cm

T = 3.9 cm

V = 22 x (3.75)2 x 3.9

7

= 172.3661 cm3 Ring 3 : W = 155.4 g (Top Soil)

D = 7.5 cm

T = 4.1 cm

V = 22 x (3.75)2 x 4.1

7

= 1268.4375 = 181.2054 cm3

7

Ring 4 : W = 182.1 g (Sub Soil)

D = 7.5 cm

T = 3.9 cm

V = 22 x (3.75)2 x 3.9

7

= 1206.5625 = 172.3661 cm3

7

Pembahasan Sebelum pengambilan contoh tanah dilakukan, ring dan tutupnya harus ditimbang terlebih dahulu, sehingga kita dapat mengetahui berat tanah yang kita ambil sebagai sampel. Ring yang telah diratakan bagian atasnya kemudian ditutup dengan penutup ring sehingga tanah yang terdapat di dalam ring merupakan contoh tanah yang benar-benar utuh tidak terganggu sifat-sifat fisiknya. Pada ring tersebut tanah yang diambil merupakan tanah bagian atas (top soil) yang ditempatkan di dua ring dan untuk ring yang lain diisi dengan tanah pada bagian tengah tanah (sub soil) yang ada pada kedalaman sekitar 30 cm dari permukaan tanah, sehingga tanah benar-benar tanah utuh. Setelah ditutup kemudian masing-masing ring diberi label. Ini bertujuan agar ring tersebut tidak tertukar antara tanah top soil dengan tanah sub soil. Ring sampel yang sudah berisi tahah tersebut sebaiknya juga diletakkan di dalam sebuah kotak agar aman dalam pengangkutan dan sedapat mungkin untuk segera dianalisis. Kesimpulan :

Pengambilan tanah dengan menggunakan ring merupakan tanah utuh atau tanah tidak terganggu (Undisturbed soil) dimana dalam pengambilannya diperlukan ketelitian dan kehati-hatian sehingga tanah yang diambil merupakan tanah yang benar-benar utuh. Dengan contoh tanah ini kita bisa mengetahui bobot isi, porositas, permeabilitas, pH, distribusi pori, kandungan air tanah yang tersedia bagi tanaman pada lahan yang kita amati atau kita analisis.

PRAKTIKUM III

PENENTUAN KANDUNGAN AIR TANAH

Tujuan :

Tujuan dilakukannya praktikum ini adalah untuk menentukan kelembaban (kadar air ) tanah dengan cara gravimetric water content dan volumetric water content.

Teori DasarAir di dalam tanah menurut jumlahnya dan keadaannya dibagi ke dalam tiga keadaan air tanah, yaitu :

Air adhesi

Air higroskopis

Air kapiler

Air tanah seperti fase cairan mengisi sebagian atau seluruh rongga pori-pori yang terdapat di antara butir-butir tanah atau dalam agregat tanah, yaitu merupakan larutan dari berbagai senyawa-senyawa dan garam yang biasa larut dalam air. Air tanah penting bagi pertumbuhan tanaman, karena sebagian terbesar dari tanaman adalah air yaitu sekitar 90 %. Dalam air tanah terlarut unsure hara yang masuk (terhisap) bersama-sama air melalui akar ke tanaman. Kadar air tanah dapat diketahui berapa jumlah air tersedia bagi tanaman.

Air dalam tanah berasal seluruhnya dari udara atau atmosfer. Terutama di daerah trofis air hujan merupakan sumber yang terbanyak yang jatuh di permukaan bumi. Penentuan kadar air tanah dapat dilakukan dengan berbagai cara:

(1) Cara gravimetric water content yaitu perbandingan berat air tanah terhadap berat tanah kering udara (lembab), atau perbandingan berat air tanah terhadap berat tanah kering mutlak (U)

(U) =

Nilai U ini pada umumnya disebut persentase kandungan air berdasarkan berat tanah kering. Nilai U pada tanah mineral pada keadaan jenuh air biasanya berkisar antara 0,25- 0,60 atau 25 %- 60%, bergantung pada bobot isinya. Pada tanah- tanah organik seperti tanah gambut, kadar airnya bisa mencapai lebih dari 100 %. Yang disebut tanah kering di atas dapat diartikan sebagai tanah yang telah dipanaskan dengan jalan disimpan ke dalam oven pada suhu 1050 C pada tekanan atmosfer sampai mencapai berat tetap. Tanah yang kandungan liatnya tinggi sekali pada keadaan tersebut masih mengandung air.

(2) Cara volumetric water content, yaitu perbandingan volume air tanah terhadap volume tanah. Dirumuskan sebagai berikut:

Kandungan air tanah (% isi) =

Kelembaban (kadar air) tanah dinyatakan dengan persen (%) dan bisa mencapai lebih dari 100 %. Untuk masing-masing cara penentuan kadar iar tanah dapat diuraikan sebagai berikut :

Perbandingan berat air terhadap berat tanah basah(X)

Ba

X = ( ) X 100 %

Ba + Bp

Nilai x ini merupakan perbandingan antara berat air terhadap berat tanah keseluruhan yaitu Bp + Ba + Bu, disini berat udara dianggap hampir sama dengan 0 oleh sebab itu dapat diabaikan.

Alat-alat1 Alat pengukur kelembaban tanah Brabender atau lainnya (oven)

2 Timbangan analitik dan pemanas oven

3 Alat eksikator

4 Tangkai capitan

5 Botol timbang 20 mlCara KerjaUntuk menentukan kadar air tanah dipergunakan alat yang disebut Brabender, kelembaban tanah dapat langsung diketahui setelah 24 jam sebelumnya tanah seberat 10 g dimasukkan kedalamnya. Akan tetapi, apabila alat brabender tidak ada, maka dipergunakan oven dengan prosedur sebagai berikut :

1 Timbangan berat cawan (g), masukkan tanah seberat 10 g kedalamnya, kemudian masukkan ke dalam oven dengan pemanasan 105 C (sebaiknya dua kali/duplo) namun dalam praktikum kali ini hanya dilakukan satu kali.

2 Setelah > 24 jam tanah dalam cawan dikeluarkan dari oven kemudian disimpan di eksikator, setelah beberapa saat dan cawan dingin kemudian ditimbang, angka dicatat.

3 Keesokan harinya ditimbang lagi dengan cara yang sama, angka dicatat, penimbangan ini dilakukan beberapa kali sekurang-kurangnya 3 kali penimbangan terakhir diperoleh berat contoh tanah tetap atau konstan. Berat tanah terakhir ini disebut berat tanah kering mutlak dan dianggap airnya sudah menguap semua.

Hasil Pengamatan

Dari praktikum penentuan kadar air tanah sebelum dioven diperoleh bahwa : Berat cawan : - Top soil = 4.5901 g

- Sub soil = 4.2571 g Berat tanah : - Top soil = 10 g

- Sub soil = 10 g Berat ring + tutup + tanah : Ring 1 = 470.0

Ring 2 = 471.5

Ring 3 = 462.9

Ring 4 = 450.0

Data pengamatan :

Table 2. berat kering tanah

PERLAKUANTOP SOILSUB SOIL

Sebelum dioven10.0000 gr10.0000 gr

Setelah dioven8.2489 gr7.2987 gr

Dari table diatas dapat diuraikan sebagai berikut :

A. Hasil penimbangan tanah + cawan (sebelum dioven) :

Berat cawan 1 = 4.5901 gram

Berat cawan 2 = 4.2571 gram

Berat cawan 1 + tanah (top soil 1 ) = 14.5901 gram

Berat cawan 2 + tanh (sub soil 1) = 14.2571 gram

B. Berat cawan + tanah (setelah dioven) =

Berat cawan 1 + tanah (top soil 1 ) = 12.8390 gram

Berat cawan 2 + tanh (sub soil 1) = 11.5558 gram

C. Berat tanah setelah pengovenan :

(Berat cawan 1 + tanah (top soil 1 )) cawan

= 12.8390 gram - 4.5901gram

= 8.2489 gram

(Berat cawan 2 + tanah (sub soil 1)) cawan

= 11.5558 gram 4.2571 gram

= 7.2987 gram

D. Berat kandungan air tanah1. Top soil

= (berat tanah + cawan sebelum dioven berat tanah + cawan setelah dioven)

= 14.5901 12.8390

= 1.7511 gr

2. Sub soil

= (berat tanah + cawan sebelum dioven berat tanah + cawan setelah dioven)

= 14.2571 11.5558

= 2.7013 gr

Pembahasan

Dari hasil praktikum yang telah dilakukan diketahui bahwa kandungan air tanah untuk tanah top soil lebih kecil dari tanah sub soil. Hal ini disebabkan karena pada lapisan tanah top soil lebih banyak mengandung bahan organik. Sedangkan pada lapisan tanah sub soil pori-pori tanah baik makro maupun mikro dalam keadaan terisi oleh air sehingga tanah jenuh air. Jika terjadi penambahan air lebih lanjut, akan terjadi penurunan air gravitasi yang bergerak terus ke bawah. Pada keadaan ini air ditahan oleh tanah dengan kekuatan pF = 0 atau 0 atm. Kesimpulan :

1. Kandungan air sub soil lebih besar dibandingkan top soil

2. Pori-pori makro lebih banyak terdapat di top soil

3. Pori-pori makro yang telah ditinggalkan air akan di isi oleh udara

PRAKTIKUM IV

PENENTUAN BOBOT ISI TANAH (BULK DENSITY)

Tujuan :

Praktikum ini bertujuan untuk menentukan bobot isi tanah (Bulk density).

Teori Dasar

Bobot isi (B.I) tanah yang biasa juga disebut sebagai apparent density, adalah perbandingan antara berat suatu masa tanah dengan keadaan kering mutlak dengan volumenya. Tanah tersebut harus dalam keadaan tidak terganggu (utuh). Satuan bobot isi tanah dinyatakan dalam g/cm3. Tanah-tanah mineral nilainya berkisar antara 0,7 1,5 g/cm3.

Metode penentuan bulk density yang paling sering dilakukan adalah dengan ring sample atau dengan metode clod. Pada metode clod, gumpalan tanah dicelupkan ke dalam cairan plastic kemudian ditimbang biasa (di udara) dan di dalam air untuk mengetahui berat dan volume dari clod tersebut.

Gunanya menentukan bulk density adalah untuk :

1. Deteksi adanya lapisan padas dan tingkat perkembanganya. Makin berkembang makin tinggi bulk densitynya

2. Menentukan adanya kandungan abu volkan dan batu apung yang cukup tinggi

3. Menunjukkan tingkat pelapukan batuan

4. Evaluasi terhadap kemungkinan akar menembus tanah

5. Evaluasi perubahan volume tanah karena proses pembentukan tanah, akibat penambahan pencucian dari horisan-horisan tertentu Contoh tanah yang dikirim ke laboratorium harus dalam keadaan alami dan struktur tanah tidak terganggu. Contoh tanah yang diambil dengan Core Sampler akan memudahkan perhitungan volume dan bobot isi tanah tersebut. Bila contoh tanah hanya merupakan bongkahan (clod) yang bentuknya tidak beraturan, maka penentuan volumenya dilakukan dengan cara menimbang berat bongkah tanah tersebut di dalam air, yang sebelumnya dilapisi tanah dulu dengan lilin/paraffin untuk menghindarkan penyerapan.

Bobot isi kering (dry bulk density) : b,

Bp

Bp

Yaitu : b = =

g/cm3

It Ip + Iu + Ia

Untuk tanah-tanah yang isi ruang porinya sama dengan setengah isi total tanah, maka b sama dengan setengah p, yaitu sekitar 1,3 1,35 g/cm3. Tanah berpasir b-nya dapat mencapai nilai 1,6, sedangkan tanah lampung dan liat nilainya dapat mencapai 1,1 g/cm3. Struktur tanah mempunyai pengaruh penting terhadap bobot isi ini.

Bobot isi basah (wet bulk density) ; t

Bt Bp + Ba

Yaitu : t = = g/cm3

It Ip + Iu + Ia

Besaran ini menyatakan bobot total tanah, yaitu padat dan air per satuan isi. Yang paling sering dipakai adalah bobot isi kering yang umumnya disebut bobot isi saja. Nilai bobot isi dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya pengolahan tanah, bahan organic, pemadatan oleh alat-alat pertanian, tekstur, struktur, dan kandungan air tanah. Nilai ini banyak dipergunakan dalam perhitungan-perhitungan seperti dalam penentuan kebutuhan air irigasi, pemupukan, pengolahan tanah, dan lain-lain.

Jenis tanah Bobot isi (gr/cm3)

Podsolik merah kuning (ultisol)1.10 1.35

Regosol (entisol)1.07 1.48

Aluvial (entisol/inseptisol)1.02 1.42

Grumusol (vertisol)0.98 1.37

Mediteran (alfisol/inseptisol)0.97 1.48

Latosol (inseptisol)0.93 1.11

Gley humus rendah (gleisol)0.90 0.22

Andosil (inseptisol)0.68 - 0.86

Organosol (histosol)0.14 - 0.21

Alat-alat

1 Timbangan listrik dengan ketelitian dua desimal.2 Core sampler atau ring sampler.3 Cangkul/skop.

4 Pisau tipis tajam dan Moistur tin.

5 Oven pengering sampai 105oC.

6 Dessicator.

Cara Kerja1 Contoh tanah utuh yang diambil dilapangan dengan cara praktikum no.2 di atas kemudian ditimbang keseluruhan (tanah+ring+tutup) dengan timbangan duduk, kemudian dikurangi oleh berat ring dan tutup maka akan diperoleh berat tanah kering udara.2 Dengan mengetahui kandungan air tanah (% berat) maka dapat dihitung berat tanah kering mutlak.

Contoh:

Berat tanah kering udara = 250 gram; kandungan air tanah = 33 %, maka berat tanah kering mutlak adalah sebagai berikut:

=

Garis tengah ring sampler 7,4 cm, tinggi ring = 3,8 cm.

Jadi isi ring =

Jadi B.I =

Data Pengamatan dan perhitungan

Tabel 5. Berat tanah dan Ukuran Ring

Tanah Diameter (cm)Tinggi (cm)Berat ring + kap (gr)Berat ring + kap + tanah (gr)Volume Ring (cm3)

Top soil7.54.1155.4462.9181.2

Sub soil7.53.9182.1450.0172.4

Perhitungan TOP SOIL

Diketahui : Berat cawan

= 4.5901 gram

Berat tanah setelah di oven + cawan = 12.8390 gram

Berat tanah sebelum di oven = 14.5901 gram

Ditanyakan : Berat Bobot Isi ? Isi/Volume Ring

V = (r2t

= 22 x (3.75)2 x 4.1

7

= 1268.4375 = 181.2054 cm3

7

Berat kering udara (BKU) = Berat ring total berat ring

= 462.9 155.4

= 307.5 gram

Berat air = Berat tanah Berat tanah setelah di oven

= 14.5901 12.8390

= 1.7511 g Kadar air Top soil

= 1.7511 x 100% = 21.23 %

8.2489

Berat tanah kering mutlak (BKM)) := 100% x 307.5 = 253.65 g

100% + 21.23%

Jadi Bobot Isi tanah tersebut = Berat tanah kering mutlak

Volume

= 253,65 = 1.40 g/cm3

181.21

SUB SOILDiketahui: Berat cawan

= 4.2571 gram

Berat tanah setelah di oven= 11.5558 gram

Berat tanah sebelum di oven= 14.2571 gram

Ditanyakan : Bobot isi tanah ?

Jawab: Isi/Volume ring

V = (r2t

V = 22 x (3.75)2 x 3.9

7

= 1206.5625 = 172.3661 cm3

7

Berat air = 14.2571 11.5558 = 2.7013 g

Kadar air Sub soil :

= 2.7013 x 100 % = 37.01 % 7.2987

Berat tanah kering mutlak (BKM) :

= 100% x 267.9 = 195. 53 g

100% + 37.01%

Jadi Bobot Isi Tanah tersebut =195.53 = 1.13 g/cm3

172.37Tabel 6. Data kelas (bobot isi)

Kelompok Top soil (gr/cm3)Sub soil (gr/cm3)

11.381.18

2

3

41.401.13

5

6

7

8

9

Rata rata

Pembahasan :

Perbandingan antara bobot isi lapisan tanah top soil dan lapisan tanah sub soil menunjukan bahwa lapisan top soil memiliki bobot isi lebih besar dibandingkan dengan lapisan sub soil. Nilai bobot isi biasanya dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya pengolahan tanah, bahan organik, tekstur, struktur, dan kandungasn air tanah. Bobot isi yang dimaksud disini adalah nilai bobot isi kering (Dry bulk density). Bobot isi tanah dapt dihitung bila diketahui berat kering mutlak dan volume ring yang digunakan. Dimana untuk mengetahui berat kering mutlak harus diketahui nilai kandungan air tanah (spesifik gravity) terlebih dahulu. Perhitungan kandungan air tanah ini telah dilakukan pada percobaan sebelumnya. Pada pengamatan, tanah yang diambil harus dalam keadaan utuh/tidak terganggu agar hasil pengamatan yang diperoleh tidak menyimpang dari nilai bobot isi yang berkisar antara 0.7 1.5 gr/cm3 ( sebagai nilai perbandingan).

Kesimpulan :

Nilai bobot isi yang diperoleh, 1.40 gr/cm3 untuk top soil dan 1.13 gr/cm3 untuk sub soil. Dari hasil perbandingan dengan kelompok lain dapat disimpulkan bahwa nilai bobot isi berada pada nilai 0.72 1.19 gr/cm3 (top soil) dan 0.95 1.46 gr/cm3 (sub soil).

PRAKTIKUM V

PENENTUAN TOTAL POROSITAS DAN PENYEBARAN PORI TANAH

Tujuan :

Menentukan total porositas dan distribusi dari pori tanah

Teori Dasar

Dalam pemantauan total porositas tanah ini sebaiknya ditentukan dahulu nilai kepadatan partikel tanah (particle density). Kepadatan partikel tanah ini adalah masa tanah kering persatuan volume tanah bebas udara, satuannya adalah g/cm3. Kepadatan partilel tanah-tanah mineral banyak diteliti dan hasilnya hampir sama yaitu berkisar antara 2.6 2.7 g/cm3. Kepadatan partikel tanah yang tidak atau sedikit kandungan bahan organiknya mendekati atau sama dengan 2.7 g/cm3, tanah dengan kandungan bahan organiknya sedang 2.65 g/cm3, dan untuk tanah dengan kandungan bahan organiknya tinggi nilai ini akan lebih rendah lagi yaitu 2.6 g/cm3.

Total porositas tanah (soil porosity) daalm keadaan alami dinyatakan sebagi persentase volume total pori (rongga) yang diisi oleh udara dan air diantara partikel tanh berdasarkan nilai bobot isi dan kepadatan partikel (particle density).

Pori-pori tanah adalah bagian tanah yang tidak terisi bahan padat tanah (terisi oleh udara dan air). Pori-pori tanah dapat dibedakan menjadi pori-pori kasar dan pori-pori halus. Pori-pori kasar berisi udara atau air gravitasi, sedang pori-pori halus berisi air kapiler atau udara. Tanah-tanah pasir mempunyai pori-pori kasar lebih banyak daripada tanah liat. Tanah dengan banyak pori-pori kasar kulit menahan air sehingga tanaman mudsah kekeringan. Tanah-tanah liat mempunyai pori total, lebih tinggi dari pada pasir.

Porositas tanah dipengaruhi oleh :

Kandungan bahan organic

Struktur tanah

Tekstur tanahPorositas tanah tinggi kalau bahan organic tinggi. Tanah-tanah dengan struktur granuler atau remah, mempunyai porisitas yang lebih tinggi dari pada tanah-tanah dengan struktur massive. Tanah dengan tekstur pasir banyak mempunyai pori-pori makro sehingga sulit menahan air.Dalam mengamati pori-pori tanah ada beberapa hal yang harus dicatat yaitu : ukuran, jumlah, kesinambungan, bentuk, orientasi, dan letak.

Ukuran dibedakan menjadi beberapa kelas yaitu :

Sangat halus 0.1-0.5 mm

Halus 0.5-2.0 mm

Sedang 2.0-5.0 mm

Kasar > 5.0 mm

Pori-pori kasar yang ukuranya lebih dari 10 mm harus disebut kisaran ukuranya. Rongga-rongga yang terbentuk karena tanah yang retak bila tanah kering harus disebutkan pula ukuranya. Jumlah pori taanh dibedakan sesuai dengan ukuran dan jumlah pori-pori per dm2. Klasifikasinya dalah sebagai berikut :

Tabel 7. Ukuran pori tanahSedikitSedangBanyak

Sangat halus

(0.1-0.5 mm)200

Halus

(0.5-2.0)50

Sedang

(2.0-5.0)5

Kasar

(5.0-10.0)2.5

Kesinambungan pori-pori tanah sangat penting karena menentukan apakah air atau udara dapat bergerak dengan baik di dalam tanah atau tidak. Dibdakan menjadi beberapa kelas yaitu :

Tidak menyambung

Masing-masing pori tanah tidak dihubungkan satu sama lain oleh rongga yang berukuran lebih dari 0.1 mm

Agak menyambung

Masing-masing pori tanah dihubungkan oleh rongga yang berukuran lebih dari 0.1 mm, tetapi ukuran rongga penghubung tersebut paling besar dua tingkat lebih kecil dari ukuran pori-porinya sendiri. Karena itu istilah ini hanya berlaku untuk pori-pori sedang dan kasar.

Menyambung

Masing-masing pori tanah

Bentuk pori-pori tanah dibedakan sebagai berikut :

Vesikular

Tidak teratur

TubularAlat-alat1 Ring Sampler atau

2 Cangkul/skop.

3 Oven pengering, 105oC4 Dessicator

5 pF meter

6 Timbangan analitik

7 Pisau tipis tajam

Cara Kerja1 Tentukan bobot isi tanah (bulk density) dengan cara seperti pada praktikum No. VI di atas.2 Untuk nilai kepadatan patikel (particle density) dipakai angka 2.65 (nilai real density).

3 Untuk perhitungan dipakai rumus di bawah ini :

Total porositas tanah (f) = Penentuan Penyebaran Pori Tanah :

Pembagian ukuran pori tanah yang terpenting adalah < 0.2 mikron = pori tidak berguna.

Pori air berguna bagi tanaman :

0.2 s/d 8.5 mikron= pori air tersedia bagi tanaman

8.5 s/d 29.6 mikron= pori drainase terlambat

( 29.6 mikron

= pori drainase cepat.

Total porositas berarti sama dengan jumlah air yang dapat mengisi pori-pori tanah apabila tanah dalam keadaan jenuh air. Jumlah pori dari 0 s/d 8.6 mikron menunjukkan jumlah air dalam keadaan kapasitas lapang.

Jumlah pori dari 0.2 s/d 8.6 mikron menunjukkan jumlah air tersedia bagi tanaman.

Contoh perhitungan :

Umpama total porositas tanah 55% isi, berarti jumlah kandungan air dalam keadaan jenuh air = 55% isi.

Umpama kandungan air pada kapasitas lapang (pF 2.54) = 45% isi (berarti 45% pori antara 0 s/d 8.6 mikron), pada titik layu permanen 25% vol (berarti 25% pori antara 0.2 mikron). Jadi jumlah air tersedia 45% - 25% =20% isi (berarti 20 % pori antara 0.2 s/d 8.6 mikron), sedang kandungan air drainase seluruhnya = 55% -45% = 10% isi (berarti 10 % pori di atas 8.6 mikron).

Secara rinci, kandungan air dihubungkan dengan perbandingan pori (BI = 0.8 g/m3).

NoJenis pori tanahUkuran pori(mikron)Kadar air (% isi)Perbandingan penyebaran pori (% Isi)

1

2

3

4

5

6

7

8Kandungan air maksimal (jenuh) atau ruang pori total

Pori drainase cepat (pori aerasi)Kandungan air (pF 2.0)

Pori drainase lambat (pF 2.0)

Kapasitas lapang (pF 2.54)

Pori air tersedia

Titik layu permanen (pF 4.2)

Pori air tidak tersediaSeluruh pori> 29.7

0 29.7

8.7 29.7

0 -8.7

0.2 8.7

0 0.2

< 0.269.850.0

42.0

24.069.850.0=19.8 tinggi)

50.0 42.0 = 8.0

42.024.0=18.0 tinggi)

24.0 0 = 24.0

Hasil PengamatanMenghitung porositas tanah

TOP SOILf =

= (1,0 - BI/BJP( x 100 %

= (1,0 1,35/2.65( x 100 %

= (1,0 0,51( x 100 %

= (0,49( x 100 %

= 49 %

SUB SOILf =

= (1,0 - BI/BJP( x 100 %

= (1,0 1,26/2.65( x 100 %

= (1,0 0,47( x 100 %

= (0,53( x 100 %

= 53 %

Tabel 8. Data kelas (total porositas tanah)

KelompokTop soil (%)Sub soil (%)

161,556,3

254,349,1

351,753,2

459,355,9

560,064,5

649,053,0

758,142,6

867,958,4

Rata-rata57,7354,13

Pembahasan

Perbandingan nilai porositas tanah antara lapisan top soil dan sub soil dari hasil percobaan yang dilakukan menunjukan bahwa nilai porositas tanah lapisan sub soil lebih besar dibandingkan top soil. Tanah bertekstur halus akan mempunyai persentase ruang pori total lebih tinggi daripada tanah bertekstur kasar walaupun ukuran pori tanah bertekstur halus pada umumnya berukuran pori mikro. Total porositas tanah adalah jumlah total pori yang dapat diisi oleh air atau udara yang dinyatakan dalam persen. Untuk menentukan total porositas tanah harus diketahui dulu nilai partikel density yang merupakan nilai rata-rata dari kepadatan partikel tanah mineral (2,6-2.7 g/cm3) secara umum yaitu 2.65 gr/cm3 dengan kandungan bahan organic sedang (tidak terlalu rendah dan tidak terlalu tinggi). Total pori yang kami peroleh pada sub soil lebih besar (53 %) bila dibanding denagn top soil (49 %). Hal tersebut tidak sesuai dengan keadaan sebenarnya dilapangan.

Kesimpulan :

1. Ukuran dan total porositas tanah yang tinggi ditentukan pada bagian mana tanah tersebut diamati (top soil dan sub soil)

2. Total pori pada tanah sub soil lebih besar bila dibandingkan pada tanah top soil.

PRAKTIKUM VI

PENENTUAN KESETABILAN AGREGAT TANAH1 Metode Pengayakan Kering dan BasahTujuan :

Menentukan kesetabilan agregat tanah dengan metode pengayakan kering dan basa juga metode Loveday.

Teori Dasar

Agregat tanah terdiri dari pengelompokkan erat sejumlah butir-butir primer tanah. Mekanisme pembentukkan agregat-agregat ini merupakan fase penting dalam masalah struktur tanah, karena tipe struktur tanah ditentukan oleh jumlah dan sifst agregat.

Pembentukan agregat tergantung pada terdapatnya butir-butir primer yang dapat beragregasi, penggumpalan dan penjonjotan butir-butir tanah, serta sementasi dari bahan-bahan yang menggumpal menjadi agregat yang stabil. Sedangkan faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangna agregat adalah tekstur, bahan organik, kation-kation pada kompleks jerapan, kelembaban, faktor biotik dan pengolahan tanah.

Analis agregat dapat dilakukan terhadap distribusi dan kemantapan agregat, yang dapat dipakai dalam penilaian struktur tanah. Pada umumnya penyelidikan dilakukan di laboratorium. Agar dapat dipakai dalam penilaian di lapangan, maka prinsip analisis agregat didasarkan pada kemungkinan kerusakan agregat di lapangan, antara lain oleh pukulan butir hujan, daya aliran permukaan (erosi) atau akibat penggunaan alat-alat mekanik berat.

Analisis agregat dapat dilakukan terhadap distribusi dan kemantapan agregat, yang dapat dipakai dalam penilaian struktur tanah. Pada umumnya penyelidikan dilakukan di laboratorium. Agar dapat dipakai dalam penilaian di lapangan, maka prinsip analisis agregat didasarkan pada kemungkinan agregat di lapangan, antara lain oleh pukulan butir hujan, daya aliran permukaan atau akibat penggunaan alat-alat mekanik berat.

Pada uraian selanjutnya dibatasi pada kemantapan agregat dan cara penetapannya. Kemantapan agregat tanah adalah ketahanan agregat tanah terhadap daya penghancuran agregat tersebut. Penetapan kemantapan agregat secara kuantitatif di laboratorium dilakukan dengan metode pengayakan kering dan basah.

Cara Kerja a. Pengayakan kering.

1. Contoh tanah dengan agregat utuh (contoh bongkah) dikering-udarakan (jangan ditumbuk).2. Tanah kira-kira 500 g tanah kering udara di atas ayakan 8 mm. di bawah ayakan ini berturut-turut terdapat ayakan-ayakan 4.76 mm, 2.83 mm, 2 mm, dan 0 mm.

3. Tumbuk tanah (ad 2) dengan anak lumpang (alu kecil) sampai semua tanah turun melalui ayakan 8 mm.

4. Gerak-gerakan ayakan ini dengan tangan 5 kali.

5. Masing-masing fraksi agregat di timbang, kemudian nyatakan dalam %. Persentase agregasi = 100% dikurangi dengan % agregasi lebih kecil dari 2 mm.

6. Ulangi pekerjaan ini sebanyak 4 kali.

b. Pengayakan Basah :

1. Agregat-agregat yang diperoleh dari pengayakan kering (pekerjaan 5), kecuali agregat lebihkecil dari 2 mm, ditimbang dan masing-masing dimasukkan ke daalm cawan nikel (diameter 7.5 cm, tinggi 2.5 cm). banyaknya disesuaikan dengan perbandingan ketiga agregat tersebut dan totalnya harus 100 gram.Misalnya :Pengayakan 500 gram tanah diperoleh :

Agregat antara 8 dan 4.76 mm

= 200 g Agregat antara 4.76 dan 2,83 mm= 100 g Agregat antara 2.83 dan 2 mm

= 75 g

Maka perbandingannya adalah 8 : 4 : 3

Jadi :

Agregat antara 8 dan 4.76 mm

= 53 g

Agregat antara 4.76 dan 2.83 mm= 27 g Agregat antara 2.83 dan 2 mm

= 20 g

Total

= 100 g

Pekerjaan ini dilakukan sebanyak 4 ulangan.

2.Teteskan air pada tanah dalam cawan nikel sampai kapasitas lapang dari buret setinggi 30 cm dari cawan sampai ujung penetes buret.

3.Simpan dalam inkubator pada temperatur 20 oC denagn kelembaban relatif 98 100% selama 1 malam.4. Pindahkan tiap agregat dari cawan ke ayakan sebagai berikut :

Agregat antara 8 dan 7.46 mm di atas ayakan 4.76 mm.

Agregat antar 4.76 dan 2.83 mm di atas ayakan 2.83 mm.

Agregat antara 2.83 dan 2 mm di atas ayakan 2 mm.

Di samping ayakan-ayakan tersebut digunakan berturut-turut ayakan 1 mm, 0.5 mm, dan 0.279 mm.

5.Pasang susunan ayakan-ayakan ini pada alat pengayak basah (Gambar 2) di mana bejana yang disediakan telah diisi air lebih dahulu samapai setinggi 25 cm dari dasar bejana. Air yang digunakan harus mengandung ion Ca++ sekurang-kurangnya 2 x 10-3 M, untuk mencegah dispersi yang terlalu cepat daripada partikel koloid, jika tidak maka stabilitas yang diamati di lapangan akan kurang sesuai, sebab air tanah juga menagndung elektrolit sekitar konsentrasi tersebut.6.Pengayakan dilakukan selama 5 menit (35 ayunan tiap menit dengan amplitudo 3.75 cm).

7.Setelah selesai pengayakan agregat-agregat dari tiap ayakan ke cawan nikel (diameter 9 cm, tinggi 5 cm) yang beratnya telah diketahui. Pemindahan ini dibantu dengan corong terbuat dari seng yang mulut atasnya lebih besar dari mulut ayakan (Gambar 3). Untuk memudahkan agregat-agregat lepas dari adsar ayakan, harus dibantu denagn semprotan air ledeng yang dilakuakn pada selang berdiameter kecil supaya alirannya deras.8.Buang kelebihan air dari cawan, lalu keringkan di atas pemanas terbuka pada suhu 130oC.

9.Setelah kering lalu diangkat dan dibiarkan sampai kering udara, kemudian timbang.

Gambar 2. Alat pengayak basah.

Gambar 3. Cara pemindahan agregat setelah pengayakan basah.

Perhitungan :

a). Rata-rata diameter dari pengayakan kering :

Agregat antara 8 dan 4.76 mm :8 + 4.76 = 6.4 mm

2

Agregat antara 4.76 dan 2.83 mm :4.76 + 2.83 = 3.8 mm

2

Agregat antara 2.83 dan 2 mm :2.83 + 2 = 2.4 mm

2

Rata-rata berat diameter (lihat angka-angka berat pada contoh yang dikemukakan pada pekerjaan b1)

(53 x 6.4) + (27 x 3.8) + (20 x 2.4) = 498.9 = 5.0

100

100

b). Rata-rata diameter dari agregat pengayakan basah :

Agregat antara 8 dan 4.76 mm :8 + 4.76 = 6.4 mm

2

Agregat antara 4.76 dan 2.83 mm :4.76 + 2.83 = 3.8 mm

2

Agregat antara 2.83 dan 2 mm :2.83 + 2 = 2.4 mm

2

Agregat antara 2 dan 1 mm :

2 + 1

= 1.5 mm

2

Agregat antara 1 dan 0.5 mm :1 + 0.5

= 0.75 mm

2

Agregat antara 0.5 dan 0.297 mm :0.5 + 0.297= 0.40 mm

2

Agregat antara 0.297 dan 0 mm :0.297 + 0= 0.297 mm

2

Rata-rata berat diameter :

Misalnya berat agregat yang diperoleh pada butir b-9 sebagai berikut :

Ayakan 4.76 mm menghasilkan 5 g

Ayakan 2.83 mm menghasilkan 20 g

Ayakan 2 mm menghasilkan

17 g

Ayakan 1mm menghasilkan

19 g

Ayakan 0.5 mm menghasilkan 15 g

Ayakan 0.297 mm menghasilkan 19 g

jumlah

95 g

Agregat 0.15 adalah agregat yang tidak tertampung pada ayakan tetapi jatuh ke dasar bejana. Berat agregat ini = 100 95 gram = 5 gram. Jadi, rata-rata berat diameter :

(5 x 6.4) + (20 x 3.8) + (17 x 2.4) + (19 x 1.5) + (15 x 0.75) + (19 x 0.40) + (5 x 0.15)

100

= 196.9 = 1.97, bulatkan jadi 2.0

200

selisih antara rata-rata berat diameter agregat tanah pada pengayakan kering dan pengayakan basah merupakan indeks instabilitas, yang berarti makin besar selisihnya makin tidak stabil tanah tersebut. untuk mendapatkan indeks stabilitas dipergunakan rumus :

1

x 100

Indeks instabilitas

Pada contoh di atas indeks instabilitas = 5.0 2.0 = 3.0.

Indeks instabilitas = 1 x 100 = 33

3.0

Tabel 2. Klasifikasi indeks stabilitas agregat adaalh sebagai berikut :

KelasIndeks stabilitas

Sangat stabil sekali> 200

Sangat stabil80 200

Stabil 66 80

Agak stabil50 66

Kurang stabil 40 50

Tidak stabil< 40

2. Metode Loveday

Tujuan :Praktikum ini dilakukan unruk menentukan kestabilan agregat tanah dengan menggunakan metode Loveday.

Teori Dasar

Kestabilan agregat tanah (agregat density) penting diketahui daalam dunia pertanian, terutama paad tanah-tanah yang sering diolah. Tanah yang tidak stabil mudah terurai akibat pengaruh air hujan sehingga sering menutupi pori-pori tanah di permukaan. Hal ini dapat menimbulkan bahaya erosi.

Suatu percobaan tentang dispersi yang sederhana dikemukakan oleh Emerson dan Loveday, yaitu dengan cara memasukkan agregat kering ke dalam air dan lebih baik lagi ke dalam larutan calsium chlorida 0.01 M. Tanah/agregat tanah yang dicelupkan tadi akan terurai sesuai denagn kestabilannya bahkan akan mungkin tetap untuk waktu yang lama. Dasar dari teknik Emerson ini adalah menentukan tingkat dispersi tanah yang dinyatakan dalam Indeks dispersi.

Alat-alat1.Beaker 100 ml2.Air destilasi

3.Alat penghisap air untuk pengukur pF

4.Calcium chlorida CaCl2, 2H2O5.Spatula

6.Tabel Indeks dispersi, latex, gypsum.

Cara Kerja1. Agregat dari contoh tanah yang digunakan, dikering-udarakan selama 3 -5 hari. Diameter agregat kira-kira 15 cm

2. Agregat yang sudah kering udara tersebut, masukkan dalam beaker 100 ml yang telah diisi air destilasi 50 ml.

3. untuk setiap contoh tanah dibuat 3 buah agregat tanah serupa, selama percobaan beaker jangan sampai terganggu.

Perhitungan/ pengamatan :

Penagmatan dilakukan pada saat setelah 2 dan 20 jam pencelupan agregat, dinyatakan dengan indeks dispersi. Untuk agregat yang tidak terdispersi setelah 20 jam atau incex dispersinya 0, maka pendugaan tingkat dispersi dilanjutkan denagn cara berikut :

Agregat dihancurkan atau dilunakkan (dengan penambahan beberapa tetes air) selama 30 detik. Hal ini dikerjakan dengan mengaduk memakai spatula. Contoh tanah itu kemudian disimpan pada alat penghisap (mempergunakan penghisap dengan tinggi air 100 cm (pF 2) selama 4 -5 hari. Contoh tanah sekarang sudah terisap, dibentuk bola kecil dan di masukkan ke dalam beaker seperti semula berisi larutan calcium chlorida 0.01 M.

Untuk tanah yang tidak terdispersi pada saat pengujian pertama tadi, maka nilai indeks dispersi pengamtan setelah 2 jam dan 20 jam kedua yaitu setelah disuspensikan/ diaduk, dijumlahkan, dan nilai index yang dipakai antara 0 8.

Untuk tanah yang terdispersi pada pengujian pertama, nilai index setelah 2 jam dan 20 jam pengamatan pertama kemudian ditambah niali 8. lakukan percobaan dengan contoh tanah yang diberi perlakuan pemantap tanah (soil Conditioner) seperti latex, Lignosulfonat, PAM, Bitumen, dll.

Bila dispersi sanagt kecil, biasanya suakr terlihat, maka perlu percobaan pembanding yaitu dengan memasukkan agregat tanah baru ke dalam beaker glass yang berisi air tersebut, hal ini akan menolong. Pengamatan sebaiknya dilakuakn 3 orang pengamat, agar hasilnya obyektif.

Tabel 3. Index Tingkat Dispersi Agregat Tanah.

Index/klas/skorTingkat dispersi

0Tanah tidak terdispersi

1Sedikit terdispersi, sedikit keruh air di sekitar agreagt

2Terdispersi sedang dan jelas terlihat

3Terdispersi kuat + 2 bagian agregat terlarut

4Terdispersi sempurna, yang tersisa hanya butir pasir dalam suspensi liat.

Tabel 4. Penilaian Kemantapan/Kestabilan Agregat TanahNilai IndeksPenilaian Kemantapan/Stabilitas Agregat

0 3Sangat tinggi (sangat mantap)

4 6Tinggi (mantap)

7 9Sedang (agak mantap)

10 13Rendah (tidak mantap)

14 16Sangat rendah (sangat tidak mantap)

HASIL PENGAMATAN

Tabel keremahan / Terdispersi TanahWaktu (jam)Top soilSub soil

221

2012

TOP SOIL Setelah 1 jam (pertama) 2 agregat tanah Top soil tidak terdispersi keduanya, Nilai index = 0 Setelah 20 jam (kedua), 1 dari 2 agregat tanah Top soil terdispersi sempurna, maka

nilai indexnya 8 + 2 = 10 (kemantapan agregat rendah).

Index dispersi = 8 + 2 = 10 (stabilitas agregat rendah).

SUB SOIL Setelah 1 jam (pertama), 1 dari 2 agregat tanah sub soil terdispersi sempurna, angka index = 1

Setelah 20 jam (kedua), kedua agregat tanah sub soil terdispersi sempurna, angka index = 2 maka : Angka index dispersi = 8 + 3 + 1 =10, (kemantapan agregat rendah).

Index dispersi = 8 + 3 + 1 = 12 (stabilitas agregat rendah).

Pembahasan :

Untuk mengetahui kestabilan agregat tanah pada suatu lahan perlu dilakukan pengamatan di laboraturium dengan mengambil contoh tanah terganggu yang telah dikering udarakan selama 3 sampai 5 hari. Metode yang di gunakan adalah metode loveday. Masing masing kelompok mengambil dua agregat top soil dan satu agregat sub soil dengan diameter kurang lebih 1.5 cm untuk diamati. Agregat tanah tersebut dimasukan kedalam bekker glass 100 ml berisi air destilasi 50 ml dan pengamatan dilakukan setelah dua jam dan dua puluh jam. Dalam proses awal harus di perhatikan cara pemasukan agregat (perlahan) agar tidak mempengaruhi hasil pengamatan. Sebelum pengamatan dilakukan (saat pemasukan agregat) agregat tanah harus memperlihatkan terjadinya disperse, yaitu dispersi sempurna untuk sub soil dan salah satu dari top soil. Setelah dua jam, dilakukan pengamatan dan diketahui tingkat disperse dari agregat tanah tidak mengalami perubahan begitu juga pada pengamatan setelah dua puluh jam. Untuk agregat tanah yang tidak mengalami disperse (indeks disperse 0) perlu dilakukan perlakuan tertentu dengan menggunakan kalsium klorida 0.01 molar dan dengan metode tertentu pula (menggunakan alat penghisap dengan tinggi air 100 cm (pF 2) selama 4 sampai 5 hari). Untuk agregat tanah dengan indeks disperse 4 dalam penghitungan untuk menentukan kestabilan agregatnya perlu ditambahkan nilai indeks 8 karena merupakan batas atas nilai indeks untuk agregat yang kemantapannya kurang. Terdispersinya agregat tanah saat dimasukan ke dalam bekker glass sudah cukup membuktikan bahwa tanah yang diamati mempunyai kesetabilan agregat yang rendah. Yang diperkuat dengan hasil perbandingan kelompok yang menunjukan kesetabilan agregat dari rendah sampai sangat rendah.

Kesimpulan :

1. Berdasarkan perbandingan indeks disperse tiap kelompok dapat di simpulkan bahwa tingkat kesetabilan agregat tanah yang kami teliti berkisar dari rendah sampai dengan sangat rendah

2. Dapat dikatakan bahwa tanah yang diteliti ialah jenis yang peka terhadap erosi sehingga perlu di berikan perlakuan untuk meningkatkan kesetabilan tanah baik dengan bahan pemantap tanah maupun dengan pengolahan yang intensif.

PRAKTIKUM VII

PENENTUAN BANYAKNYA AIR DALAM TANAH YANG TERSEDIA BAGI TANAMANTujuan :

Untuk mengetahui banyaknya air dalam tanah yang tersedia bagi tanaman

Untuk mengetahui penentuan kandungan air pada keadaan titik layu permanent

Untuk mengetahui perbedaan nilai-nilai berdasarkan tekstur tanah

Teori DasarAir tanah merupakan salah satu bagian penyusun tanah. Air tanah hampir seluruhnya berasal dari udara atau atmosfera. Terutama di daerah topis air hujan merupakan sumber yang terbanyak yang jatuh di permukaan bumi. Sebagian dari air itu dapat merembes ke dalam tanah yang disebut air infiltrasi. Sedangkan sisanya mengalir di permukaan tanah sebagai aliran air permukaan (run off). Air infiltrasi tadi, bila dalam jumlah banyak dan terus merembes ke dalam tanah secara vertikal dan meninggalkan daerah perakaranya disebut air perkolasi, yang akhirnya sampai di lapisan yang kedap air, kemudian berkumpul disitu menjadi air tanah (ground water). Mengetahui banyaknya air di dalam tanah yang tersedia bagi tanaman adalah penting sekali terutama dalam hal penentuan pemberian air (pengairan) pada tanaman agar supaya tidak berlebihan atau kekurangan.

Banyaknya air yang tersedia bagi tanaman dicari dengan jalan penentuan kandungan air pada keadaan kapasitas lapang (pF 2,53)dikurangi dengan % kandungan air pada keadaan itik layu permanen (pF 4,2). Dalam hal ini nilai- nilainya sangat ditentukan terutama oleh tekstur tanah. Tekstur yang lebih halus maka nilai ini akan lebih tinggi, sebaliknya tanah dengan tekstur lebih kasar nilai- nilainya akan lebih rendah lagi.

Air di dalam tanah menurut jumlah dan keadaanya di bagi menjadi empat keadaan air tanah, yaitu:

1. Air adesi

Merupakan lapisan yang mengelilingi butir tanah, tetapi bukan berupa cairan karena jumlahnya paling sedikit, jadi paling tidak tersedia bagi tanaman. Nilai pF-nya hampir 7

2. Air higroskopis

Juga bukan berupa cairan, jadi sebagian besar sudah berupa uap air

3. Air kapiler

Dibagi dalam dua keadaan, yaitu keadaan titik layu permanen dan keadaan kapasitas lapang

Mengetahui banyaknya air dalam tanah yang tersedia bagi tanaman adalah penting sekali terutama dalam hal penentuan pemberian air (pengairan) pada tanaman agar supaya tidak berlebihan atau kekurangan. Banyaknya air yang teersedia bagi tanaman dicari dengan jalan penentuan kandungan air pada keadaan kapasitas lapang (pF 2.54) dikurangi dengan % kandungan air pada keadaan titik layu permanen (pF 4.2). dalam hal ini nilai-nilainya sangat ditentukan terutama oleh tekstur tanah. Tekstur yang lebih halus maka nilai ini akan lebih tinggi, sebaliknya tanah dengan tekstur lebih kasar nilai-nilainya akan lebih rendah lagi.Alat-alat1 Core sampler/ring sample lengkap dengan pegangan penekannya.

2 Cangkul atau skop dan pisau tajam tipis.

3 Bak perendam terbuat dari logam (moisture tin).

4 Pot tempat tanaman percobaan.

5 Pressure membrane appratus atau tabung gelas dengan skat dari keramik untuk penentuan pF.

6 Oven pengeringan (105oC) lengkap dengan gelas timbangan.

7 Alat pendingin eksikator.

8 Timbangan analitik.

Cara Kerja1. Contoh tanah utuh (Undistrube soil) yang diambil pada praktikum No.II di atas kemudian direndam setengah bagiannya dengan air pada bak perendam selama 24 jam. Hal ini dengan maksud agar seluruh pori tanah baik mikro maupun makro seluruhnya diisi dengan air sehingga dikatakan jenuh.

2. Setelah 24 jam direndam maka contoh taanh ini kemudian dipindahkan ke dalam tabung glass dengan skat dari keramik untuk diisap dengan kekuatan 1/3 atm, atau dengan daya isap 346 cm kolom air. Dalam hal ini tidak dapat dilaksanakan, maka cukup dengan mengangkat contoh utuh tanah ini dari rendaman air kemudian membiarkan air merembes turun karena adanya gaya gravitasi sampai air tidak menetes lagi, hal ini biasanya dicapai setelah 46 jam atau lebih.

3. Setelah tercapai keadaan kapasitas lapang, maka contoh tanah ini ditimbang 10-20 gram kemudian ditentukan kandungan airnya dalam oven pengeruing.

4. Untuk penentuan kandungan air pada keadaan titik layu permanen, yaitu dengan jalan contoh tanah yang mudah jenuh tadi di masukkan ke dalam alat penetapan pF (pressure membrane apparatus), yang bertekanan tinggi sampai 15 atm atau pF 4.2. Kalau cara ini tidak dapat dilakukan maka dengan percobaan tanaman pada pot sampai tanaman itu mulai layu secara permanen, kemudian tanahnya ditentukan kandungan airnya, selain dari itu secara kasar juga ditentukan dengan jalan menggunakan kurva pF asal teksturnya dapat diketahui dengan pasti, maka % kanungan air pada keadaan titik layu permanen secara kasar dapat ditentukan.

5. Banyaknya air dalam tanah yang tersedia bagi tanaman ditentukan dengan jalan % kandungan air pada kepastian lapang dikurangi dengan % kandungan air pada keadaan titik layu permanen.

Data pengamatan dan perhitungan :

Tabel 11. Nilai pF hasil pengamatan

pF0pF1pF2pF2.54

2982.9 %2969.4 %2937.4 %2295.9 %

pF0 > pF1 > pF2 >pF2.54Perhitungan penyebaran pori tanah (pF) :

Berat ring + Tanah (BT) :- pF0

= 453.2 gr

- pF1

= 451.2 gr

- pF2

= 446.5 gr

- pF2.54

= 352.2 gr

Berat kering mutlak (BKM) = 14.7 gr

KA pada pF = BT pF BKM x 100 %

BKM

KA pada pF0 = 453.2 14.7 gr x 100 %

14.7 gr

= 2982.9 %

KA pada pF1 = 451.2 14.7 gr x 100 %

14.7 gr

= 2969.4 %

KA pada pF2 = 446.5 -14.7 gr x 100 %

14.7 gr

= 2937.4 %

KA pada pF2.54 = 352.2 -14.7 gr x 100 %

14.7 gr

= 2937.4 %

penyebaran pori :

pF0 tanah jenuh air (2982.9 %)

pori drainase cepat (> 29,6) = pF0 pF2= 2982.9 % - 2937.4 %

= 45.5 %

pori drainase lambat (8,6- < 29.6) = pF2 - pF 2.54

= 2937.4 % - 2295.9 % = 641.5 %

Pembahasan :

Kapasitas kandungan air maksimum adalah jumlah air maksimal yang dapat ditampung oleh tanah setelah hujan besar turun. Semua pori-pori tanah baik makro maupun mikro, dalam keadaan terisi oleh air sehingga tanah jenuh air. Kalau terjadi penambahan air lebih lanjut, akan terjadi penurunan air gravitasi yang bergerak terus kebawah. Pada keadaan ini air ditahan oleh tanah dengan kekuatan pF=0 atau 0 atm.

Pada perhitungan hasil pengamatan, berat tanah (BT) kurang efisien, hal ini disebabkan karena tidak diambilnya data berat ring sehingga BT pada perhitungan hanya berat + tanah tidak dikurangi berat ring.

Dari hasil perhitngan yang ada maka penyebaran pori dapat dibagi dalam pori drainase cepat, lambat, tersedia dan tidak tersedia. Dalam penyebaran pori pada pori drainase lambat, tersedia dan tidak tersedia nilainya dapat diketahui dari hasil data yang diperoleh.Kesimpulan :

Pada setiap pF dipengaruhi oleh tekstur tanah dimana makin tinggi kandungan liatnya maka makin tinggi pula kandungan airnya. Sebaliknya, makin tinggi kandungan pasirnya makin rendah kandungan airnya. Mengetahui banyaknya air dalam tanah yang tersedia bagi tanaman adalah penting sekali terutama dalam hal penentuan pembelian air (pengairan) pada tanaman agar supaya tidak berlebihan atau kekeurangan

Nilai-nilai pF yang penting bagi pertumbuhan tanaman berkisar antara 2 4

PRAKTIKUM VIII

DAYA PEGANG TANAH TERHADAP AIR DAN KECEPATAN PERGERAKAN

Tujuan :

Untuk mengetahui kecepatan gerakan air dalam tanah

Untuk menentukan besarnya daya pegang tanah terhadap air

Teori Dasar

Tanah mempunyai kapasitas yang berbeda-beda untuk menyerap dan mempertahankan kelembabanya tergantung kepada tekstur, struktur dan kandungan bahan organic.

Untuk pertumbuhan yang baik atau optimum bagi tanaman diperlukan suatu keadaan tata air dan udara yang baik dan seimbang sehingga akar tanaman dengan mudah dapat menghisap unsure hara. Tata air dan udara yang baik ini adalah bila pori yang terisi air minimum 10 % dan pori terisi udara minimum 10 % atau lebih. Air tanah merupakan salah satu bagian penyusun tanah. Air tanah hampir seluruhnya berasal dari udara atau atmosphere. Sebagian dari air hujan yang merembes ke dalam tanah di sebut air infiltrasi. Sedangkan sisanya mengalir di permukaan sebagai aliran air permukaan (run off). Air infiltrasi ini, bila dalam jumlah banyak dan terus merembes ke bawah secara vertical dan meninggalkan daerah perakaran, disebut air perkolasi, yang akhirnya sampai di pelapisan yang kedap air, kemudian berkumpul disitu menjadi air tanah (ground water). Pergerakan air yang merupakan peredaran yang berjalan terus menerus sepanjang waktu.

Pembahasan tata air dan udara tanah erat hubunganya dengan pembahasan penyebaran pori pori didalam tanah. Terdapat bermacam macam ukuran pori pori tanah yang fungsinya bagi tumbuhan tanaman dapat berbeda-beda. Bermacam macam ukuran pori tanah itu dapat di bagi ke dalam pori berguna dan tidak berguna bagi tanaman. Untuk mengeluarkan air yang sangat sedikit dalam pori ini (kurang dari 0.2 mikron) diperlukan gaya sebesar 15 atmosphere (pF 4,2) yang merupakan kekuatan maksimum akar tanaman secara umum. Sedangkan pori pori berukuran lebih dari 0.2 mikron adalah pori yang berguna, terdiri dari pori yang diisi oleh air yang tersedia dan oleh udara tanah dalam keadaan jenuh seluruhnya diisi air termasuk air drainase untuk pembuangan. Air yang tersedia menempati pori berukuran antara 0.2 sampai 8.6 mikron sedangkan gaya yang diperlukan untuk mengeluarkan air ini cukup dengan 1/3 atm (pF 2.54). pori pori berukuran antara 8.6 sampai 30 mikron disebut pori drainase lambat karena gerakan airnya lambat.

Tanah mempunyai kapasitas yang berbeda beda untuk menyerap dan mempertahankan kelembabannya tergantung kepada struktur, tekstur dan kandungan bahan organik.

Alat- alat:

1. 4 buah tube gelas 20 cm dengan diameter 5 cm

2. 4 buah gabus berlubang untuk sumbat tube gelas

3. Jepitan

4. Silinder 50 cm

5. Karton standar

6. 4 buah standar

7. 4 buah beaker 400 ml

Cara kerja:

Sumbatan setiap gabus berpipa gelas kecil, pada mulut tabung/tube glass, sebelum disi tanah terlebih dahulu tube diberi kation wool basah bagian bawahnya setebal 1 cm. setelah diisi contoh tanah sampai 5 cm di bawah bibir atas, tube diletakkan vertical pada pada jepitan standar. Melalui tabung kecil pada sumbat gabus masukkan 100 ml air ke dalam tube, maka terjadilah gerakan air secara vertikal, di bawah tube tersebut, disimpan beaker gelas untuk menampung air jatuh, kemudian lakukan sebagai berikut:

2. Setelah air tidak menetes lagi ke dalam tube, hitung selisih air dimasukkan (100 ml) dan air yang tertampung dalam beaker. Nyatakan dalam %, volume air yang diikat tanah dan volume tanah yang mengikatnya.

3. Sebelum itu diamati dahulu lamanya pergerakan air secara vertical (infiltrasi) sejak dari permukaan tanah sampai dasar, catat kecepatan gerakan air dalam mm/jam

4. Hitung bobot isi tanah dalam tabung itu

5. Bandingkan hasil pengamatan ini antara beberapa jenis tanah biasa dengan tanah pasir, untuk ini maka percobaan dilakukan dengan memakai beberpa jenis tanah biasa dan tanah pasir

Data pengamatan :

Diketahui : tabung dengan

d

= 26.04 mm

t

= 16.8 cm = 168 mm

berat = 89.5 g

Volume air awal = 100 mlVolume tabung = (r2t

= 3.14 x (13.02)2 x 168

= 89506.77 mm3 = 89.51 cm3Bulk Density (BD)= 1 g/cm3Berat tanah

= BD x volume

= 1 g/cm3 x 89.51 cm3

= 89.51 gram

Kecepatan pergerakan air = 16,8 x 100 = 168 = 77.96 mm/menit

129.3/60 2.155

Volume air yang dipegang= 100 mlVolume air yang tertahan= 100 75 = 25 cm3Persen volume daya pegang air:

v. air yang dipegang 100 ml v. yang ditampung

= v. tanah 79,78

100 ml 60 ml =

79,78

= 40/79,78

= 0,5014

= 50,14 %

Perhitungan BKU:

Dik = volume: 79,78, BI : 0,85

Dit = BKU.?

Jawab = BI = BKM/volume

0,85 = BKM/0,85

BKM= 67,813

BKU = 67,813/0,95

BKU = 71,38

Total + daya pegang tanah = 97 menit

Pembahasan :

Pergerakan air yang terjadi dalam tanah pada waktu pengamatan adalah lambat. Ini menandakan bahwa pori-pori berukuran 30 dan termasuk tidak jenuh atau disebut juga pori aerasi yang disebabkan karena berisi udara tanah pada tanah ini terjadi pemadatan.

Untuk menentukan besarnya daya pegang tanah terhadap air (% volume), mak harus diketahui terlebih dahulu volume air yang diikat dibagi dengan volume tanah dikali 100 %. Volume air yang diikat didapat dari volume air dikurang volume air yang keluar. Air yang keluar dari dalam tabung merupakan air yang tidak tertahan dalam tanah karena semua pori-pori dalam tanah sudah jenuh air.

Kesimpulan :

Dari hasil pengamatan, didapat bahwa pergerakan air dalam tanah secara vertical (infiltrasi) adalah lambat. Pergerakan air termasuk pori drainase cepat atau tidak jenuh air disebut pori aerasi yang berisi udara tanah. Semua pori-pori tanah baik makro maupun mikro dalam keadaan terisi oleh air sehingga jenuh air. Hal ini menunjukan besarnya daya pegang tanah terhadap air. Kapasitas menahan air berhubungan dengan luas permukaan adsorpsi dan volume ruang pori sehingga ditentukan oleh tekstur maupun struktur tanahPRAKTIKUM IXPENENTUAN WARNA TANAH DI LAPANGANPendahuluan

Warna tanah merupakan kesan pertama dalam hal menilai keadaan tanah serta pada umumnya. Warna adalah sifat fisik tanah yang penting mudah ditentukan di lapang. Kadang-kadang warna tanah dijadikan petunjuk mengenal sifat-sifat khususnya dari tanah yang kita teliti, misalnya.

warna gelap menunjukan kandungan bahan organik tanah cukup tinggi sampai sangat tinggi, yang berarti juga tingkat kesuburan lebih baik.

Warna merah menunjukan bahwa tanah tersebut sudah mengalami pelapukan yang lebih lanjut, dsb.

Warna tanah ditentukan dengan cara membandingkan dengan warna yang terdapat pada buku Munsell Soil Color Chart, warna dinyatakan dalam tiga satuan/kriteria, yaitu : kilapan (hue), nilai (value) dan korma (chorme), merupakan nama yang tercantum dalam lajur buku tersebut, kilap berhubungan erat dengan panjang gelombang cahaya, nilai berhubungan erat dengan kebersihan suatu warna dari pengaruh warna lain dan kroma yang kadang-kadang disebut juga dengan kejernihan yaitu kemurnian relatif dari spektrum warna.Alat-alat :

1. Buku Munsell Soil Color Chart

2. Pisau besar

3. Botol semprotan berisi air, dll.

Prosedur/ Cara kerja

1. Dari segumpal tanah asli, diambil agregat yang mewakili (pakai pisau) sebesar 2-3 cm diameter.

2. Kemudian warna tanah tersebut dibandingkan dengan warna-warna yang terdapat dalam lembaran buku Munsell Soil Color Chart tadi.

3. Catat satuan/kode yang terdapat dalam lembaran buku ini yaitu kilapaan (hue) contoh 5 YR, nilai (value) contoh 5 dan kroma (chrome) contoh/6.

4. Sebagai contoh kode warna yang lengkap pada no.3 adalah 5 YR 5/6 yang berarti yellowish red (merah kekuning-kuningan).

5. Biasanya warna ini dicatat pada dua keadaan yaitu pada keadaan lembab (wet) dan kering (dry), oleh sebab itu yang kering, agar ditentukan juga warna lembabnya dengan cara membasahi contoh tanah sedikit.Catatan :1. Pengamatan warna tanah ini harus dilakukan di palang terbuka jangan langsung kena sinar matahari atau dilakukan di tempat yang teduh.

2. Umumnya pengamatan warna ini dilakukan setelah jam 09.00 sampai sebelum jam 16.00.3. Para peneliti seharusnya tidak buta warna.Hasil pengamatanPenentuan Warna Tanah Di Lapangan

Jenis tanahKeadaan tanah

KeringLembab

Top soil5 YR 3/65 YR 3/6

Subsoil5 YR 3/65 YR 4/8

Table hasil penetapan agregat:KlmpStabilitas agregatWarna tanah

TopsoilSubsoilTopsoilSubsoil

IndeksKelasIndeksKelasKeringLembabKeringLembab

112TM12TM5 YR 3/37,5 YR 5 YR 3/65 YR 3/4

211TM13TM2,5 YR 2,5 YR 2,5/45 YR 4/610 YR 4/8

310TM11TM2,5 YR 3/35 YR 2,5 YR 3/45 YR 2/4

413TM14STM5 YR 3/35 YR 5 YR 3/45 YR 4/4

510TM12TM7,5 YR 5 YR 3/32,5 YR 3/42,5 YR 2,5/4

610RENDAH12RENDAH5 YR 5 YR 3/65 YR 3/65 YR 4/8

711TM13TM2,5 YR 2,5/42,5 YR 3/610,5 YR 3/42,5 YR 2/4

810TM14STM5 YR 3/45 YR 3/35 YR 2/55 YR 3/4

Pembahasan

Warna tanah dapat mempengaruhi kondisi atau sifat tanah lainnya melalui pengaruhnya terhadap radiasi energi. Warna-warna hitam atau gelap akan menyerap lebih lebih banyak panas daripada warna-warna terang atau muda. Oleh sebab itu, tanah berwarna gelap cenderung lebih panas dibandingkan tanah berwarna muda apabila langsung kena cahaya matahari atau kalau udara menjadi panas. Begitu pula energi yang diserap itu akan berbeda pada tiap warna tanah. Sejumlah energi panas yang terdapat di dalam tanah ini mengakibatkan tingkat evaporasi yang lebih tinggi.

Dari data kestabilan agregat, umumnya tanah yang kami gunakan tidak mantap. Hal ini dapat diukur dari indeks tanah yang kami ukur. Tidak mantapnya tanah ini mungkin disebabkan karena tanah yang kami gunakan telah mengalami pengolahan dimana adanya pengolahan ini menyebabkan struktur tanah juga mengalami perubahan. Dari praktikum sebelumnya juga dapat kami ketahui bahwa tanah ini mengandung banyak atau didominasi oleh tipe mineral liat 1:1 atau podzolik merah kuning. Artinya bahwa tanah ini umumnya memiliki tingakat stabilitas agregat yang lebih tinggi. KesimpulanDari hasil penelitian ini terlihat jelas bahwa tanah-tanah yang didominasi oleh mineral liat kaolinit (tipe 1:1) seperti tanah podzolik merah kuning ternyata menunjukkan kemantapan agregat yang rendah sekali dibandingkan dengan tanah yang terdiri dari mineral liat montmorilonit atau ilit (tipe 2:1). Dengan demikian tanah-tanah podzolik merah kuning dapat dikatakan paling peka terhadap erosi akibat tumbukan hujan. PRAKTIKUM XI. Penentuan Tekstur di Laboratorium

Pendahuluan

Metode ini memberikan angka yang sangat baik untuk tanah-tanah dengan kandungan bahan organik yang rendah. Untuk tanah-tanah dengan kandungan bahan organik tinggi, maka perlu dilakukan oksidasi dengan menambahkan H2O2 30 % sebelum pekerjaan penetapan tekstur dilakukan.

Penentuan tekstur cara ini didasarkan pada hukum stokes yang menyatakan bahwa kecepatan jatuh atau pengendapan dari butiran berbentuk bola merupakan fungsi dari besar atau diameter butir. Pada tahun 1851 Stokes mengemukakan formula yang menghubungkan kedua variabel ini sebagai berikut :

V = 2/9 (dp - d)gr2

n

dimana V = kecepatan jatuh partikel dalam cm/detik, g = percepatan karena gravitasi, dp = kerapatan partikel, d = kerapatan cairan, r = radius partikel dalam cm, dan n = viskositas mutlak cairan.Alat-alat :

1. Gelas piala 400 ml.2. Alat pengaduk batang gelas atau milk shake.3. Hidrometer ASTM 152 H.4. Tabung sedimentasi 1000 ml dan alat penyumbat.5. Termometer.6. Bak air pengatur suhu.Bahan-bahan :1. I N(NaPO3 )6(Calgon) atau pirofosfat (0,1 N Na4P2O7.10 H2O).

2. Amil alkohol (khusus dilarutkan kalau suspensi berbuih).Cara Kerja :

1. Timbang 50 g tanah kering udara (untuk tanah bertekstur kasar gunakan 100 g), masukkan ke dalam gelas piala 400 ml.2. Tambahkan air destilat sebanyak 200 ml.

3. Tambahkan 5 ml 1 N larutan Calgon atau 30 ml 0,1 N Natrium pirofosfat.

4. Kocok dan aduk sampai merata, tutup dan kemudian simpan selama 15-20 jam.

5. Tuangkan ke dalam mangkuk dispersi dengan bantuan botol semprot.

6. Isi mangkok dengan air destilasi sampai 7,5 cm dari permukaan.

7. Aduk dengan shaker selama 5 menit.

8. Tuangkan seluruh isi mangkok ke dalam tabung sedimentasi, lalu bersihkan mangkok dengan botol semprot.

9. Isi tabung sampai tepat 1000 ml dengan air bebas ion.

10. Rendam silinder dalam bak air selama beberapa waktu (10 menit) dan catat suhunya.

11. Angkat tabung dari dalam bak air dan catat waktu.

12. Segera tuangkan lebih kurang 3 tetes larutan amil-alkohol ke permukaan suspensi untuk menghilangkan gangguan buih yang timbul.

13. Setelah 15 detik masukan hidrometer ke dalam suspensi secara hati-hati sekali.

14. Baca setelah 40 detik (atau 25 detik setelah hidrometer diamsukkan) dan catat.

15. Keluarkan hidrometer dan bilas dengan air hingga bersih.

16. Koreksi angka pembacaan dengan cara: untuk tiap derajat (0F) di atas 68 0F (200C) angka pembacaan dikurangi 0,2.

17. Setelah menjelang 2 jam, hidrometer dimasukkan lagi dan pembacaan dilakukan tepat pada waktu 2 jam.

18. Ambil hidrometer dan bilas bersih.

19. Tentukan persentase (%) pasir, debu dan liat.

Hasil pengamatanData pengamatan

BKM = 5,382

BERAT DEBU LIAT = 31,508

BERAT LIAT = 33,304

PASIR = 7,771

Pembahasan

Secara kuantitatif, tekstur tanah menggambarkan susunan relatif berat fraksi-fraksi tanah, yaitu pasir, debu, liat. Dari hasil praktikum ini, kami mendapatkan II. Penetuan Tekstur di Lapang

Pendahuluan

Tekstur tanah secara langsung dapat diduga di lapang, walaupun cara ini tidak teliti seperti analisis di laboratorium, akan tetapi cukup dapat membantu untuk mengetahui kelas tekstur tanah paling tidak dapat mendekati yang sebenarnya. Apalagi bila dilakukan oleh yang telah berpengalaman dalam survei tanah, biasanya dapat menentukan dengan tepat dan dapat memberikan hasil yang sama dengan hasil laboratorium.

Dalam hal ini selain pengalaman sangat diperlukan juga perasaan yang tajam.

Alat-alat

1. Bor tanah (apabila dilakukan pengujian tanah >20 cm).

2. Botol semprot plastik berisi air.

3. Serbet/lap tangan.

Prosedur/cara kerja

1. Letakkan sedikit tanah di atas tangan atau diantara jari-jari, basahi sedikit demi sedikit sampai dicapai keadaan plastik maksimum. Keadaan ini akan menunjukan saat yang tepat dalam pendugaan tekstur tanah. Rasakan adanya kekasaran, kelicinan kelengketan dan kekenyalan serta derajat kemengkilatan tanah dengan ibu jari telunjuk. Perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut :KekasaranKekasaran dapat menunjukan tingkat untuk menentukan jumlah pasir yang terdapat dalam tanah.

Kelicinan

Kelicinan dapat menunjukan keadaan tingkat dalam menentukan jumlah-jumlah debu, kadang-kadang karena debu yang banyak dan bergesekan maka akan terasa seperti sabun.

KelengketanKelengketan dan plastisitas adalah penduga kandungan liat dalam tanah. Bila tanah lebih kenyal maka akan lebih mudah tanah tersebut dibentuk bola. Permukaan tanah yang mengandung liat akan tampak mengkilat.

Pengamatan-pengamatanSetelah merasakan tingkat kekasaran, kelicinan, kelengketan dan kemengkilapan serta perlakuan-perlakuan terhadap tanah maka bandingkan hasil perasaan tadi dengan tabel 5, kemudian tentukan teksturnya.

PRAKTIKUM XI

1. Pengukuran Laju Infiltrasi di Laboratorium

Pendahuluan

Pengukuran laju infiltrasi yang dilakukan di lapangan dapat pula di laboratorium. Pengukua di laboratorium dilakukan pada tanah yang disimpan di dalam tabung denga bobot isi (B.I) tanah yang dikehendaki. Laju infiltrasi dapat diukur pada berbagai jenis tanah atau media tanam dengan kepadatan atau obot isi yang dibuat sesuai dengan di lapangan dalam keadaan alami atau setelah diolah atau setelah mengalami proses pemadatan.

(1). Cara Tabung Transparan

Alat-alat :1. Infiltrasi lengkap dengan tabung-tabung infiltrasi yang trasnparan;

2. Stop watch;

3. Backer glass;

4. Buku catatan;

Prosedur/ Cara Kerja :

1. tanah yang akan diukur laju infiltrasinya diayak degan ayakan berdiameter 2 mm.

2. Ukerlah isi tabung infiltrasi, dengan mengukur garis tengah dan panjang tabung yang akan di isi tanah.

3. Tanah yang sudah di ayak tadi di masukan kedalam tabung infiltrasi yang transparan.

4. Kering udarakan untuk dimasukan kedalam tabung yang kering udaranya untuk di masukan kedalam tabung yang sudah diketahui isinya(cm3), sesuai dengan bobot isi (g/cm3) yang dikehendaki.

Sebagai contoh : Setelah diameter dan tingi diukur maka diketahui umpama isi tabung infiltrasi = 1500 cm3 bobot isi yang dikehendaki = 0,9 g/cm3; maka berat tanah kering mutlak yang harus dimasukkan adalah =

Sebelumnya tanah kering udara itu ditentukan kandungan airnya, umpamanya 15 % berat, jadi berat tanah kering udara harus dimasukkan kedalam tabaung untuk mencapai bobot isi 0,9 g/cm3 adalah=

5. Tanah yang sudah ditentukan berat kering udaranya tersebut, kemudian dimasukkan kedalam tabung yang dasarnya diberi kertas saring dengan cara sedikit demi sedikit sambil diketuk-ketuk atau dimanfaatkan agar tepat masuk semua dan kepadatannya merata keseluruh bagian.6. Setelah selesai,tabung di isi tanah terus ditampatkan infiltrometer (gambar 9) sebelum dimulai dengan meneteskan air yang berasal dari tabung reservoir air di atas, terlebih dulu tanah dalam tabung ditutup lembaran plastik agar infiltrasi tidak terjadi sebelum air di permukaan tanah mencapai tepat bibir atas tabung.

7. Apabila air mulai melimpah dari atas bibir tabung, maka infiltrasi dimulai dengan cara mengangkat lembaran plastik penutup tanah dan memijit sropwatch. Usahakan agar air diatas tanah tetap.

8. Selanjutnya pengukuran laju infiltrasi air dan perhitungannya sama dengan dilapangan. Gerakan air vertikal dapat dilihat dengan jelas dan dapat diukur pada skala.

9. Apabila gerakan air sudah sampai ke dasar tabung dan sudah mulai menetes (ditampung) maka pemberian (tetesan) air dalam tabung reservoir dihentikan.

10. Catat pula waktu sejak tetesan pertama keluar sampai tetesan terakhir, hitung kecepatan ergerakan airnya.

11. Gerakan infiltrasi air sejak air mencapai dasar tabung disebut juga sebagai gerakan air pada tanah tidak jenuh.

(2) Cara Tabung Besar (Paralon)

Alat-alat : 1. Tabung paralon tebal 4 mm dan berdiameter dalam 20 cm, tinggi 22 cm, dan bagian bawah pakai tutup.

2. Karet ban penghubung dua tabung paralon.Prosedur/ Cara Kerja :1. Caranya sama pada pelaksanaan pada cara (1) butir 1 s/d 5 di atas, hanya ukuran berbeda dan biasasnya dipake untuk berbagai bobot isi (kepadatan tanah).2. Tabung paralon yang sudah di isi tanah dengan bobot isi tertentu disambung dengan paralon lain yang kpsong dengan bantuan karet ban supaya bersatu.3. sebelum air dituangkan kedalam tabung 20 cm di pasang meteran kecil.

4. Pelaksanaannya sama seperti cara di lapangan.

2.Pengukuran Laju Infiltrasi di Lapangan

Pendahuluan

Infiltrasi adalah proses masuknya air karena vertikal kedalaman tanah melalui permukaan tanah. Kecepatan infiltrasi dinyatakan/dimaksudkan dengan sejumlah air yang masuk ke dalam tanah melalui permukaan tanah per satuan waktu (jam) per satuan luas permukaan. Data kecepatan infiltrasi dapat dipergunakan untuk menentukan jumlah air aliran-aliran permukaan, dan air yang hilang lainnya bagi perhitungan-perhitungan sehubungan dengan keprluan air infiltrasi bagi pertanian.

Alat-alat :1. Double ring infiltrometer :

Ring luar berdiameter 45 cm, tinggi 50 cm (ring besar)

Ring dalam berdiameter 30 cm, tinggi 50 cm (ring kecil)

2. Balok kayu 100 cm panjang

3. Palu besi besar atau pali kayu.

4. Penggaris logam/ penggaris plastik 50 cm.

5. Stop watch.

6. Plastik sheet.

7. Double rogarithmic paper.

8. Milimeter paper.

9. Karung goni.

10. Buku catatan.

11. Jerigen plastik 20 liter.

Prosedur/ Cara Kerja ;

Pilih tempat-tempat yang mewakili bagi suatu jenis atau areal tertentu, pasang ring kecil (ring dalam) tanah berdiameter 30 cm. Letakkan balok kayu melintang dipermukaan ring dengan bantuan palu, ring secara vertikal dan hati-hati di masukkan ke dalam tanah sedalam = 10 cm. Setelah terpasang tegak dan tidak longgar, kenudian bertitik pusat sama, jarak antara tepi ring besar (ring liar) dengan ring dalam adalah= 7.5 cm. Cara pemasangan dilakukan seperti sebelumnya. Letakkan plastik sheet di antara bibir ring besar dan kecil dan di dalam ring kecil, yang diisikan hingga = 5 cm dibawah bibir ring besar. Air yang diisikan dari jerigen harus jatuh pada plstik sheet secara parlahan-lahan sehingga struktur permukaan tanah tidak rusak. Lakukan dengancara yang sama untuk pengisian ring dalam (kecil). Pada saat akan dimulainya pengamatan, permukaan air bagian dalam harus pada skala nol dari penggaris tadi dan stopwatch, maka dapat dimulai penurunan dipergunakan. Air dalam ring besar diuap supaya permukaannya lebih sama dengan permukaan air di ring dalam (ring kecil).

Pengamatan dan perhitungan-perhitungan :

Untuk 2 jam yang pertama sejak percobaan, interval pengamatan harus sependek mungkin (umpama setiap satu menit atau kalau perlu tiap 15 ; 30) tergantung keadaan tempat atau waktunya.

Pengukuran ini berakhir apabila telah dicapai selisih tiap penurunan air selama kira-kira 2 jam itu tetap konstan, tapi biasanya dicapai setalah 6 jam pengamatan. Lamanya pengamatan ini biasanya sangat dipengaruhi / ditentukan oleh tinggi rendahnya anah dan tekstur tanah.

Waktu pengamatan (ump.jam)Interval (menit)Total waktuPenurunan permukaan air (mm)Selisih tiap penurunan (mm)

9.00150

9.151515aa-0

9.301530bb-a

9.451545cc-b

10.001560dd-c

dst

Apabila pengamatan ini dilakukan di tempat yang sangat terik matahari, maka pelru dihindari adanya penguapan (evapotrasnpirasi) yang mengacauka data pengamatan. Untuk mengatasi hal ini maka ring dalam (kecil) sebaiknya ditutup dengan karung goni yang dibasahi, biarkan sisi-sisi karung terendam air di antara ring dalam dan luar, tetapi sekali-kali kena pada air di ring dalam.Penyalinan Data Pengamatan Dalam Grafik :a. Grafik biasa, berdasarkan hubungan antara selisih tiap penurunan yang dinyatakan dalam mm/jam dengan lama percobaan. Titik-titik selisih tiap penurunan total waktu percobaan diplotkan.

b. Penyajian data dengan grafik logaritma ganda.

Kertas yang dipergunakan adalah kertas grafik log-log atau log ganda-ganda yang menyajikan hubungan antara kecepatan infiltrasi dengan waktu pada setiap saat pengamatan. Formula yang dipergunakan adalah yang telah diperkenalkan oleh kostiakov, sebagai berikut :

- Infiltrasi kumulatif (1 kum) = k.tn- Averege infiltration (inf. Rata-rata) - Instantaneous Infiltrasi (kecepatan infiltrasi pada saat-saat permulaan terjadi =1 lns) =k.n.tn+1k = kosntanta nilai k didapat dari/ samadengan laju infiltrasi setelah 1 menit pertama pecobaan;

n = tg(a)

a = sudut yang dibentuk oleh garis lurus dari fungsi (dalam grafik log-log) dengan sumbu x.PRAKTIKUM XIIPenentuan Beberapa Bobot Isi (B.I) Pada Pot Dan Pengaruhnya Terhadap TanamanPendahuluan :

Meningkatnya bobot isi (bulk density) suatu tanah dapat disebabkan oleh pengaruh pemadatan sedangkan penurunannya karena pengaruh pengolahan tanah(penggemburan). Terjadinya pemadatan dapat karena pengaruh injakan manusia, penggunaan alat-alat berat atau akibat pelumpuran, hal ini terjadi terutama apabila tanah menjadi kering.

Media perakaran tanaman merupakan faktor yang penting artinya untuk perkembangan akar tanaman dan akan menentukan hasil suatu tanaman. Keadaan fisik tanah yang baik dapat memperbaiki lingkungan penyerapah hara, sehingga relatif menguntungkan pertumbuhan tanaman.

Apabila terjadi pemadatan pada tanah disamping sulit di tembus akar maka akan memiliki volume pori aerasi yang lebih sedikit, jumlah pori-pori aerasi relatif rendah dan dapat menghambat petumbuhan akar, sehingga pertumbuhan dan hasil tanama mungkin kurang memuaskan.

Alat-alat :1. Tabung-tabung pot paralon (ukuran besar dan sedang)

2. Ayakan tanah, tongkat dan alat penentuan BI tanah dalam pot paralon.3. Benih tanaman : jagung, kedelai, dll.Prosedur/ Cara Kerja :1. Siapkan tanah yang sudah di ayak dengan ayakan 2 mm;

2. Ukur garis tengah dan tinggi pot paralon sehingga dapat dihitung isinya.3. Setelah isi (volume) por paralon diketahui kemudian ditimbang berat tanah kering mutlak atau berat tanah kering udara yang harus dimasukkan untuk mencapai bobot isi (B.I) tertentu secara merata.4. Setelah setiap pot-pot paralon seluruhnya dipindahkan ke rumah kaca/plastik dengan hasil-hasil (alat dorong), kemudian disiram air sampai kafasitas lapang. Untuk mengetahui berapa banyak air untuk menyiram terlebih dahulu harus ditentukan jumlah air pada kapasitas lapang(lihat praktek pf) kemudian dikurangi dengan kandungan air yang telah ada dalam tanah .5. Pot pada no4 yang tanahnya sudah disiram, sekuruhnya ditimbang, tiap pot dicatat beratnya. Setelah2-3 hari salah satu ulangan contoh pot di ulang lagi, tentu saja akan berkurang beratnya dari semula karena penguapan (evapotranpirasi), kemudian disiram air sampai timbangan menunjukkan timbangan semula (pada keadaan kapasitas lapang), catat jumalah air yang dipakai untuk menyiram tersebut. Jumlah air yang sudah diketahui itu dipakai pula untuk menyiram pot-pot lainnya yang perlakuaannya sama.6. Setelah semua pot paralon disiram air dan segera ditanami biji jagung atau biji tanaman lainya, pertama ditanam 2 atau3 biji, setelah berumur hampir dua minggu tanaman muda dimatikan kecuali tanaman yang pertumbuhannya paling baik. Sebaiknya ada tanaman cadangan untuk penyulaman.7. Setiap sebulan atau setiap dua minggu sekali dilakukan pengukuran ketinggian tanaman. Se3telah tanaman sudah waktu untuk di panen maka dilakuka pemanenan, kemudian pot paralon dibuka atau kalau memungkinkan tanah dalam pot didorong keluar untuk mempelajari/ mengamati pertumbuhan perakaran tanaman sebagai pengaruh dari perbedaan kepadatan tanah atau perbedaan bobot isi tanah.8. Semua data yang diperoleh dicatat untuk di telaah dan dibuat laporan kelompok maupum laporan keseluruhan.. PRAKTIKUM XIV

PENETAPAN NILAI COLE TANAH

Dik : BKM = 203,3

BKM + parafin = 260,7

BKU = 116,1

BKU + parafin = 150,2

V.parafin = Massa parafin x konstanta

V.tanah = V.total V.parafin

BKM (M.parafin) = 260,7 203,3

M. BKU parafin = 34,1

V.parafin BKM = 57,4 x 0,8 = 45,92

V. parafin BKU = 34,1 x 0,18 = 27,28

V. BKM = 180 45,92 = 134,08

V. BKU = 125 27,28 = 97,72

203,3

Bd 150 0 = 134,08

M.cawan = 5,1

M.total sblm dikeringkan = 21,2

M. sblm dikeringkan = 21,2 5,1 = 16,1

M. stlh dikeringkan = 16,2 5,1 = 11,1

KA = 5/11,1 x 100 % = 45,05 %

100

BI =

100 + 45,05

= 80,04/97,72

= 0,82

1,52

Cole = 3( - 1

0,82

= 0,2

PENGUKURAN PERMEABILITAS TANAH

Untuk 1 jam I:

Dik : Q = 650

t = 1 jam

l = 3,9

h = 6,5 cm

A = (r2Dit : K top soil dan subsoil...............?

Jawab :

a. top soil

Q x l x 1

K = t x h x A

650 x 3,9 x 1

K = 1 x 6,5 x 45,34

= 650 x 0,6 x 0,02 cm/jam

= 7,8 cm/jam

b. subsoil

Q x l x 1

K = t x h x A

650 x 3,8 x 1

K = 1 x 6,5 x 48,99

= 2470/318,44 cm/jam

= 7,76 cm/jam

Laju permeabilitas

KlmpTopsoilSubsoil

NilaiKelasNilaiKelas

10,635Agak lambat4,175Sedang

213,822Cepat0,066Sangat lambat

30,005Sangat lambat110,46Sangat cepat

411,23Agak cepat0,15Lambat

558,43Sangat cepat27,805Sangat cepat

68,19Agak cepat0,0044Sangat lambat

70,001Sangat lambat5,28Sedang

833,23Sangat cepat24,24Cepat

No.lapisan1234560-12

12-40

Simbol lapisanAP IAP IIAP IIIAP IVAP VAP VI

Dalam lapisan141426564138

Batas lapisanagcdagcdagcdagcdagcdagcd40-90

Batas topografiswitswitswitswitswitswit

Warna (Munsell) jepang amerikaMatrix7,55 YR 3/47,55 YR 3/47,55 YR 4/47,55 YR 4/67,55 YR 3/45 YR 5/696-137

137-175

karatan

Teksturgrgrgrgrgrgr>175

scllscllscllscllscllscll

sisisisisisi

PAGE 23

_1170222978.unknown

_1170223755.unknown

_1210782022.unknown

_1168697099.unknown

_1168697175.unknown

_1168697364.unknown

_1168696597.unknown