laporan akhir cha diabetes melitus

Upload: aswiyanda

Post on 16-Oct-2015

131 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

laporan akhir dm

TRANSCRIPT

  • 5/26/2018 Laporan Akhir CHA Diabetes melitus

    1/57

    LAPORAN AKHIR

    COMMUNITY HEALTH ANALYSIS

    FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGENDALIAN

    KADAR GULA DARAH PENDERITA DIABETES MELLITUS DI

    WILAYAH KERJA PUSKESMAS 1 KEMRANJEN TAHUN 2013

    Disusun oleh:

    Erli Nur Ramdhan G1A212095

    Fauziah Rizki Ismaulidiya G1A212101

    Pembimbing Fakultas : dr. Joko Mulyanto, M.Sc

    Pembimbing Lapangan : dr. Sinta Wulan Sari

    KEPANITERAAN ILMU KEDOKTERAN KOMUNITAS DAN

    ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

    JURUSAN KEDOKTERAN

    FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU-ILMU KESEHATAN

    UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

    PURWOKERTO

    AGUSTUS 2013

  • 5/26/2018 Laporan Akhir CHA Diabetes melitus

    2/57

    LEMBAR PENGESAHAN

    FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGENDALIAN

    KADAR GULA DARAH PENDERITA DIABETES MELLITUS DI

    WILAYAH KERJA PUSKESMAS 1 KEMRANJEN TAHUN 2013

    LAPORAN

    COMMUNITY HEALTH ANALYSIS

    Disusun untuk memenuhi sebagian syarat dari

    Kepaniteraan Klinik Ilmu Kedokteran Komunitas/

    Ilmu Kesehatan MasyarakatJurusan Kedokteran

    Fakultas Kedokteran dan Ilmu-ilmu Kesehatan

    Universitas Jenderal Soedirman

    Disusun Oleh :

    Erli Nur Ramdhan G1A212095

    Fauziah Rizki Ismaulidiya G1A212101

    Telah dipresentasikan dan disetujui

    Tanggal, Agustus 2013

    Preseptor Lapangan Preseptor Fakultas

    dr. Sinta Wulan Sari dr. Joko Mulyanto, M.Sc

    NIP. 19750826.200801.2.006 NIP.19790502 200312 1 001

  • 5/26/2018 Laporan Akhir CHA Diabetes melitus

    3/57

    I. PENDAHULUAN

    A.Latar Belakang PenelitianDiabetes mellitus (DM) merupakan suatu penyakit degeneratif yang

    prevalensinya terus meningkat di masyarakat dan masih menjadi masalah

    global. Prevalensi DM di dunia pada tahun 2011 adalah 366 juta jiwa.

    International Diabetes Federation (IDF) memperkirakan pada tahun 2030

    terjadi peningkatan prevalensi DM menjadi 552 juta jiwa. Prevalensi DM di

    Asia Tenggara pada tahun 2011 adalah 70,4 juta jiwa dan diperkirakan

    meningkat menjadi 120,9 juta jiwa pada tahun 2030. Prevalensi DM di

    Indonesia pada tahun 2011 adalah 7,8 juta jiwa dan diestimasikan meningkat

    menjadi 11,8 juta jiwa pada tahun 2030 (IDF, 2011).

    Diabetes melitus yang tidak dikelola dengan baik dapat menimbulkan

    komplikasi metabolik akut maupun komplikasi vaskuler jangka panjang, baik

    mikroangiopati (nefropati, neuropati dan retinopati) maupun makroangiopati

    (penyakit kardiovaskuler, penyakit vaskularisasi perifer dan stroke)

    (Widiowati, 2008). Sekitar 80% pasien DM meninggal dunia karena penyakit

    pembuluh darah (Schalkwijk dan Stehouwer, 2005). Perkiraan untuk dua

    dekade mendatang akan terjadi peningkatan sebanyak tiga kali untuk kematian

    karena DM dan penyakit stroke (Kenge et al., 2010).

    Tingginya angka kejadian DM dan komplikasi yang menyertainya pada

    masyarakat dapat disebabkan oleh perilaku hidup masyarakat yang kurang

    sehat. Permasalahan ini dapat ditanggulangi atau diminimalisir dengan

    optimalisasi upaya promosi kesehatan yang dilakukan oleh puskesmas. Untuk

    dapat mewujudkan visi dan misi promosi kesehatan, maka perlu dilakukanpemecahan masalah terhadap tingginya angka kejadian penyakit yang

    disebabkan karena perilaku hidup sehat yang kurang baik. Dengan adanya

    pemecahan masalah di puskesmas Kebasen melalui promosi kesehatan ini

    diharapkan berhasilnya pembangunan kesehatan di sektor paling dasar yaitu

    puskesmas.

  • 5/26/2018 Laporan Akhir CHA Diabetes melitus

    4/57

    B.Tujuan Penulisan1. Tujuan Umum

    a)Melakukan analisis kesehatan komunitas (Community Health Analysis) diwilayah kerja Puskesmas 1 Kemranjen.

    2. Tujuan Khususa)Mengenali permasalahan kesehatan masyarakat yang terjadi di tempat

    penelitian.

    b)Menentukan prioritas masalah kesehatan masyarakat yang terjadi di desayang menjadi tempat penelitian.

    c)Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pengendalian kadar guladarah penderita diabetes mellitus.

    d)Mencari alternatif pemecahan masalah kesehatan di tempat penelitian.e)Melakukan intervensi terhadap penyebab masalah kesehatan untuk

    mengatasi masalah kesehatan di tempat penelitian.

    C.Manfaat Penulisan1. Manfaat Praktis

    a)Memberikan informasi pada warga masyarakat di wilayah PuskesmasKemranjen khususnya tentang masalah kesehatan yang telah dianalisis

    beserta solusinya.

    b)Sebagai bahan untuk tindakan preventif terhadap kejadian diabetesmellitus.

    c)Sebagai pengetahuan untuk meningkatkan pemahaman kepadamasyarakat tentang diabetes mellitus.

    2. Manfaat Teoritisa)Memberikan pengalaman bagi peneliti pada bidang penelitian ilmu

    kesehatan masyarakat.

    b)Menambah khasanah ilmu pengetahuan mengenai diabetes mellitus.

  • 5/26/2018 Laporan Akhir CHA Diabetes melitus

    5/57

    II. ANALISIS SITUASI

    A.Deskripsi, Situasi, Kondisi dan Wilayah Kerja Puskesmas1. Keadaan Geografis

    Puskesmas 1 Kemranjen Kecamatan Kemranjen Kabupaten Banyumas

    Propinsi Jawa Tengah memiliki 8 (delapan) desa binaan, dengan luas

    wilayah total 3.571.293 Ha. Batas wilayah kerja Puskesmas 1 Kemranjen

    meliputi :

    a)Utara : Kec. Somagede Kab. Banyumas.b)Selatan : Kec. Nusawunggu Kab. Cilacapc)Barat : Kec. Kemranjen Kab. Banyumas (Wilayah kerja

    Puskesmas 2 Kemranjen)

    d)Timur : Kec. Sumpiuh Kab. BanyumasDesa terluas di wilayah kerja Puskesmas 1 Kemranjen adalah Desa

    Karangsalam. Desa terkecil adalah Desa Karangjati. Desa yang memiliki

    kepadatan penduduk terbanyak adalah Desa Kecila sebesar 1358,75 per

    km2. Topografi kecamatan Kemranjen dalam wilayah kerja Puskesmas 1

    Kemranjen sekitar 40 % merupakan daerah dataran tinggi atau pegunungan.

    2. Keadaan Demografia. Pertumbuhan penduduk

    Berdasarkan data Kecamatan dalam Angka Tahun 2012

    didapatkan hasil registrasi penduduk dalam wilayah kerja Puskesmas 1

    Kemranjen terdiri dari 34.232 yang terdiri dari 17475 jiwa laki-laki (51

    persen) dan 16.757 jiwa Perempuan (49 persen) tergabung dalam 8.913

    Rumah Tangga atau Kepala Keluarga. Jumlah penduduk terbesar adalah

    Desa Sibalung sebanyak 5.842 jiwa dan desa yang terendah adalah desa

    Karangjati sebanyak 1.871 jiwa.

    b. Jumlah penduduk menurut jenis kelaminJumlah penduduk menurut golongan jenis kelamin di Wilayah kerja

    Puskesmas 1 Kemranjen Kabupaten Banyumas tahun 2012 adalah laki-

    laki 17.475 jiwa dan perempuan 16757 jiwa. Jumlah total penduduk

    adalah 34.232 jiwa.

  • 5/26/2018 Laporan Akhir CHA Diabetes melitus

    6/57

    -

    500

    1.000

    1.500

    2.000

    2.500

    3.000

    SIBA

    LUNG

    SIBR

    AMA

    KEDU

    NGPR

    ING

    KECILA

    KARAN

    GJATI

    PETARA

    NGA

    N

    KARA

    NGGINTUN

    G

    KARA

    NGSALAM

    0

    100

    200

    300

    400

    500

    600

    700

    TIDAK/ BELUM PERNAH SEKOLAH

    TIDAK/ BELUM TAMAT SD

    SD/MI

    SLTP/ MTs

    SLTA/ MA

    AK/ DIPLO MA

    UNIVERSITAS

    c. Kepadatan Penduduk.Penduduk di wilayah kerja Puskemas 1 Kemranjen untuk tahun

    2012 belum menyebar dan merata. Pada umumnya penduduk banyak

    menumpuk di daerah perkotaan dan di dataran rendah. Rata-rata

    kepadatan penduduk di Kecamatan Kemranjen sebesar 957 jiwa km2.

    Desa terpadat adalah desa Kecila dengan tingkat kepadatan sebesar

    1358,75 km2, sedangkan kepadatan terendah pada desa Karangsalam

    sebesar 608,73 km2 persegi dikarenakan desa terluas serta daerahnya

    pegunungan.

    d. Tingkat Pendidikan.Dari data Kemranjen dalam Angka tahun 2012 menunjukan

    jumlah penduduk laki-laki dan perempuan usia 10 tahun keatas menurut

    pendidikan yang tidak / belum pernah sekolah sebesar 3.617 (10,62 %),

    tidak belum tamat SD sebesar 9712 ( 28,49 %) tamat SD/MI sebesar

    13.315 (39,06 %) tamat SLTP/MTs/ sederajat sebesar 4433 ( 13 % ),

    tamat SMU/ MA/SMK sebesar 2562( 7,51 %) ,tamat Akademi/ Diploma

    sebesar 258 ( 7,57% ) dan tamat Universitas sebesar 187 (5,49 % )

    Gambar 1. Penduduk Usia 10 tahun ke atas Menurut Pendidikan tertinggi

    Yang di Tamatkan Tahun 2012

  • 5/26/2018 Laporan Akhir CHA Diabetes melitus

    7/57

    Dilihat dari gambar 1 diatas menunjukan bahwa tingkat pendidikan

    di Kecamatan Kemranjen tergolong masih rendah dimana 30.42 % ( 9593

    jiwa ) dari jenjang pendidikan formal yang ditempuh. Rendahnya tingkat

    pendidikan disebabkan karena sosial ekonomi masyarakat yang rendah.

    e. Mata Pencaharian PendudukDari data Kecamatan Kemranjen dalam Angka tahun 2012 mata

    pencaharian penduduk di wilayah kerja Puskesmas 1 Kemranjen terdiri

    dari :

    1) Petani : 31,54 %2) Buruh Tani : 23,96 %3) Nelayan : 0,04 %4) Pengusaha : 1,66 %5) Buruh Industri : 3,39 %6) Buruh Bangunan : 4,67 %7) Pedagang : 6,63 %8) PNS / TNI / POLRI : 2,76 %9) Jasa Angkutan : 1,16 %10) Pensiunan : 1,26 %11) Lainlain : 22,84 %

    Mata pencaharian penduduk masih didominasi oleh petani dan

    buruh tani sebesar 57,5 % setengah dari mata pencaharian yang ada.

    B.Pencapaian Program Kesehatan1. Derajat Kesehatan Masyarakat

    Untuk memberikan gambaran derajat kesehatan masyarakatKemranjen pada tahun 2012 disajikan situasi mortalitas dan morbiditas.

    a. Mortalitas1)Angka Kematian Bayi

    Jumlah lahir mati di Tahun 2012 diketemukan sebanyak 5 dari

    557 kelahiran hidup. Sedangkan di Tahun 2011 diketemukan 3 bayi

    lahir mati, sedangkan jumlah bayi mati sebesar 8 orang. Angka

  • 5/26/2018 Laporan Akhir CHA Diabetes melitus

    8/57

    kematian Bayi (AKB) di wilayah Puskemas 1 Kemranjen adalah

    sebesar 9 per 1.000 kelahiran hidup.

    AKB tahun 2011 sebesar 14,2 per 1.000 kelahiran hidup.

    Dengan demikian AKB tahun 2012 lebih rendah sebesar 3,2 per

    1000 kelahiran hidup dibanding tahun 2011. Terjadi penurunan Angka

    Kematian Bayi dibandingkan tahun 2011, hal ini karena kondisi pada

    bayi memiliki berat badan lebih rendah dari 2 kg dan bayi memiliki

    cacat bawaan. Jika dibandingkan dengan Indikator Indonesia Sehat

    terhitung masih rendah (IIS 2015 = 40 per 1.000 kelahiran bayi.)

    2)Angka Kematian IbuAngka kematian Ibu (AKI) di wilayah kerja Puskesmas 1

    Kemranjen tahun 2012 tidak ada. Sedangkan di Tahun 2011 Angka

    kematian Ibu tidak ada di wilayah kami. Menurut Indikator Indonesia

    Sehat (IIS 2015) AKI sebesar 150/100.000 Puskesmas 1 Kemranjen

    sudah mencapai target yang diharapkan.

    3)Angka Kematian BalitaJumlah balita tahun 2012 sebanyak 2029 balita, balita mati

    tahun 2012 sebanyak 2 anak. Angka Kematian per 1000 sebesar 3,6 .

    Tahun 2011 sebanyak 1 anak balita di Wilayah Puskesmas 1

    Kemranjen hal ini disebabkan adanya kelainan kelahiran bawaan.

    4)Angka KecelakaanPada Tahun 2012 di wilayah kerja Puskesmas 1 Kemranjen telah

    terjadi kecelakaan sebanyak 39 kecelakaan atau kejadiaan. Dari

    peristiwa tersebut korban mati sebanyak 10 orang, luka berat 30 orang

    dan luka ringan sebanyak 35 orang. Dengan demikian angka terjadikecelakaan per 100.000 penduduk sebesar 219.09

    b. Morbiditas1)Malaria

    Tahun 2011 kasus penyakit malaria klinis sebanyak 337 kasus

    atau sebesar 0,2 per 1000 penduduk. Tahun 2012 kasus malaria klinis

    sebanyak 5 kasus atau 0,1 per 1000 penduduk . Namun Daerah

  • 5/26/2018 Laporan Akhir CHA Diabetes melitus

    9/57

    endemis malaria di wilayah kerja Puskesmas 1 Kemranjen tersebar di

    3 desa (Petarangan, Karanggintung dan Karangsalam).

    2)TB ParuJumlah kasus penderita BTA Positif tahun 2012 sebanyak 13

    kasus atau CDR 39,39 % lebih rendah dari target penemuan tahun

    2012 Dibandingkan tahun 2011, jumlah kasus penderita BTA Paru

    positif sebanyak 24 kasus atau CDR 66 % .

    Dengan demikian penemuan kasus dipengaruhi oleh

    meningkatnya sosialisasi dan penyebaran informasi tentang penyakit

    TB Paru kepada masyarakat disamping adanya partisipasi aktif dari

    tokoh masyarakat dalam hal penemuan TB Paru serta aktifnya petugas

    Miskoskopik di Puskesmas 1 Kemranjen.

    3)HIVKasus HIV di wilayah kerja Puskesmas 1 Kermanjen belum

    didapatkan adanya laporan kasusnya.

    4)Acute Flaccid Paralysis (AFP)Kasus AFP di wilayah kerja Puskesmas 1 Kermanjen belum

    didapatkan adanya laporan kasusnya.

    5)Demam Berdarah Dengue (DBD)Kasus DBD di wilayah kerja Puskesmas 1 Kermanjen belum

    didapatkan adanya laporan kasusnya.

    2. Capaian Program Puskesmasa. Gizi

    Belum dapat digambarkan secara rinci mengingat belum adanya

    penemuan dan penelitian tentang kasus gizi. Kemungkinan masih

    banyak kasus gizi kurang dan gizi buruk. Berdasarkan data yang ada

    penimbangan balita (F/III/Gizi) selama tahun 2012 adalah sebagai

    berikut :

    1)Jumlah seluruh balita (S) = 2598 anak2)Jumlah balita yang terdaftar dan punya KMS (K) = 2598 anak3)Jumlah Balita yang ditimbang (D) = 1526 anak4)Jumlah balita yang naik berat badannya (N) = 1024 anak5)KEP Total (Gizi kurang + Gizi buruk) = 48 anak

  • 5/26/2018 Laporan Akhir CHA Diabetes melitus

    10/57

    Berdasarkan data diatas, maka jangkauan program penimbangan

    (K/S) mencapai 100 % . Tingkat partisipasi masyarakat (D/S) = 58,73

    %. Efek penyuluhan (N/D) = 67,10 %.

    b. Pelayanan Kesehatan DasarUpaya pelayanan kesehatan dasar merupakan langkah awal yang

    sangat penting dalam memberikan pelayanan kesehatan pada masyarakat.

    Dengan pemberian pelayanan kesehatan dasar secara lebih cepat , tepat

    dan lebih baik, diharapkan sebagaian besar masalah kesehatan sudah

    dapat diatasi. Berbagai pelayan kesehatan dasar yang dilaksanakan oleh

    fasilitas pelayanan kesehatan adalah sebagai berikut :

    1)Pelayanan Kesehatan Ibu dan AnakPelayanan Kesehatan berawal dari kesehatan Ibu dan Anak,

    karena pertumbuhan tumbuh kembang anak ada pada seorang ibu

    yang memiliki peranan penting dalam pembangunan dimasa

    mendatang. Semenjak perawatan terhadap janin dalam kandungan

    hingga kelahiran dan masa pertumbuhan bayi dan anak.

    a)Pelayanan K4Jumlah Ibu Hamil di Wilayah Kerja Puskesmas 1 Kemranjen

    pada tahun 2012 sebanyak 607 ibu hamil, adapun ibu hamil yang

    mendapat pelayanan K-4 adalah sebesar 594 atau 99,2 % ibu hamil.

    Dibandingkan tahun 2011 ibu hamil sebanyak 607 dan yang

    mendapatkan pelayanan K-4 sejumlah 564 atau 92,8 %. Disini

    terjadi kenaikan sebesar 6.4 persen.

    Upayaupaya telah dilakukan oleh Puskemas 1 Kemranjen

    yang dibantu bidan-bidan didesa, namun hal itu menunjukan bahwakesadaran masyarakat tentang pentingnya pemeriksaan kesehatan

    pada waktu hamil belum maksimal dalam memberikan motivasi

    kepada ibu hamil. Standart Pelayanan Minimal untuk cakupan

    kunjungan K 4 sebesar 95 %. Dengan demikian Puskesmas 1

    Kemranjen belum memenuhi standart pelayanan yang diharapkan.

    b)Pertolongan oleh Tenaga Kesehatan (Nakes)

  • 5/26/2018 Laporan Akhir CHA Diabetes melitus

    11/57

    Jumlah sasaran ibu yang hamil tahun 2012 sebanyak 555

    orang. Jumlah yang ditolong Nakes 577 atau sebesar 104 persen.

    Dibandingkan tahun 2011, jumlah persalinan yang ditolong Nakes

    567 atau sebesar 100,7 %.

    Standart Pelayanan Minimal untuk pertolongan persalinan

    oleh nakes tahun 2012 sebesar 90 %. Dengan demikian cakupan

    persalinan Nakes di wilayah Puskesmas 1 Kemranjen tahun 2012

    telah memenuhi standart pelayanan minimal.

    c)Bumil Resti dirujukJumlah ibu hamil resiko tinggi (resti) di Kecamatan

    Kemranjen sebanyak 120 ibu hamil atau sebesar 5,07 %.

    Sedangkan jumlah ibu hamil resti yang ditangani sebanyak 218

    ibu hamil resti atau sebesar 182 persen.

    Dibandingkan jumlah bumil resti tahun 2012 sebanyak 195

    orang dan jumlah ibu hamil yang dirujuk sebanyak 127 ibu hamil

    resti atau sebesar 100 persen yang dirujuk ke Rumah Sakit, baik

    oleh Nakes maupun oleh Puskesmas.

    d)Bayi dan Bayi BBLRJumlah bayi lahir tahun 2012 sebanyak 557 bayi dan yang

    memiliki Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) sebanyak 39 bayi

    atau sebesar 7 persen dari bayi yang lahir. Bayi BBLR yang

    ditangani sebanyak 28 atau 100 % ditangani.

    Jumlah bayi tahun 2011 sebanyak 564 bayi. Jumlah Bayi

    BBLR sebanyak 28 atau sebesar 5 % dari bayi yang lahir. Bayi

    BBLR yang ditangani sebanyak 28 atau 100 % ditangani.Penanganan kasus BBLR berdasarkan standart Dinas Kesehatan

    Kabupaten sudah memenuhi target yang diharapkan.

    e)Pelayanan Keluarga BerencanaJumlah Pasangan Usia Subur (PUS) tahun 2012 berdasarkan

    sumber Badan Kependudukan Catatan Sipil dan Keluarga

    Berencana Kecamatan Kemranjen sebesar 6055 Jumlah PUS tahun

  • 5/26/2018 Laporan Akhir CHA Diabetes melitus

    12/57

    2011 sebesar 6034, terjadi kenaikan sebanyak 21 Pasangan Usia

    Subur baru.

    Jumlah PUS tertinggi di Desa Kecila sebesar 1019 PUS atau

    sebesar 16,82 % dari jumlah PUS yang ada. Peserta KB Aktif

    tahun 2012 sebesar 4938 atau 81,6 % dari Jumlah Pasangan Usia

    Subur yang ada dalam wilayah Kerja Puskesmas 1 Kemranjen.

    f) Pelayanan ImunisasiJumlah desa dalam wilayah kerja Puskesmas 1 Kemranjen

    sebanyak 8 desa. Desa Universal Child Immunization (UCI)

    sebanyak 8 atau memenuhi Standart Pelayanan Minimal (SPM)

    sebesar 100 %. Dengan Demikian Puskesmas 1 Kemranjen pada

    tahun 2012 telah memenuhi target SPM tersebut.

    c.Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular1)Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Polio

    Kasus Polio di Puskesmas 1 Kemranjen tidak diketemukan.

    2)Pencegahan dan Pemberantasan TB ParuData yang diolah tahun 2012 kasus TB Paru (Klinis dan Positif)

    sebanyak 62 kasus, sedangkan yang sembuh 11 orang atau 68,75 persen

    Standart Pelayanan Minimal untuk kesembuhan penderita TBC BTA

    positif (>85). Dengan demikian kesembuhan penderita di Kabupaten

    Banyumas dibanding dengan SPM belum tercapai. Hal ini disebabkan

    kurangnya. kepatuhan minum obat dari penderita TB Paru masih kurang

    dan lemahnya pengawasan minum obat (PMO) dari keluarga. Kondisi

    tersebut dapat diawasi melalui kegiatan penyuluhan dan peningkatan

    pengawasan minum obat.3)Pencegahan dan pemberantasan Penyakit ISPA

    Kasus Pheumonia balita di Puskesmas 1 Kemranjen sebanyak 33

    kasus, yang ditangani sebanyak 33 (100%). Standart Pelayanan Minimal

    untuk balita dengan pneuminia yang ditangani 100 %, dibanding dengan

    SPM sudah tercapai, tetapi dalam hal penemuan kasus lebih tinggi dari

    target (10 % X jumlah balita (2.060). Kondisi tersebut dapat diatasi

  • 5/26/2018 Laporan Akhir CHA Diabetes melitus

    13/57

    melalui pertemuan pemantapan program dan pelatihan MTBS

    (Managemen Terpadu Balita Sakit) untuk dokter, perawat dan bidan.

    4)Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit HIVAIDSKasus HIVAIDS di Puskesmas 1 Kemranjen tidak diketemukan.

    Namun Puskesmas 1 Kemranjen selalu mengupayakan pencegahan

    dengan pendekatan kepada masyarakat dengan bimbingan atau

    penyuluhan secara berkelanjutan untuk mencegah terjadinya penularan di

    wilayah Puskesmas 1 Kemranjen.

    5)Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit DBD.Kasus penyakit DBD tahun 2012 tidak diketemukan karena adan

    upaya Puskesmas untuk pemberantasan demam berdarah terdiri dari 3 hal

    yaitu :

    (a). Peningkatan surveilance penyakit dan vektor,

    (b). Diagnosis dini dan pengobatan dini,

    (c). Peningkatan upaya pemberantasan vektor penuranan DBD.

    Dalam rangka pemberantasan penyakit DBD Puskesmas 1

    Kemranjen berserta lintas sektor telah melaksanakan langkah-langkah

    kokrit antara lain Foging Focus, abatisasi selektif, penggerakan PSN dan

    Penyuluhan kesehatan yang dilaksanakan disetiap desa.

    6)Pengendalian Penyakit MalariaMalaria sebagai salah satu penyakit menular yang masih menjadi

    masalah kesehatan yang berdampak pada penurunan kualitas sumber

    daya manusia yang dapat menimbulkan berbagai masalah sosial-

    ekonomi. Penegakan diagnosis penderita secara tepat, lebih cepat dan

    lebih baik dalam pengobatan sesuai fakta yang ada merupakan halpenting dalam pemberantasan penyakit Malaria.

    7)Penyelenggaraan Penyelidikan Epidemiologi dan Penanggulangan KLBKasus KLB tahun 2012 tidak ada dan tidak diketemukan,

    Penanganan dan penyuluhan selalu dilakukan dalam hidup berperilaku

    hidup bersih dan sehat menuju Indonesia 2015.

  • 5/26/2018 Laporan Akhir CHA Diabetes melitus

    14/57

    8)Pelayanan Pengendalian VektorPengendalian vektor yang dilakukan secara rutin adalah dengan

    gerakan PSN , Abatisasi, fogging dan penyuluhan. Pada tahun 2012 dari

    sejumlah 8.916 rumah/bangunan yang ada, diperiksa sebanyak 1.600

    rumah (17,95 %), yang terbukti bebas jentik sebanyak 1.311 rumah

    (81,94 %)

    d. Pembinaan Kesehatan Lingkungan dan Sanitasi Dasar1)Pelayanan Kesehatan Lingkungan.

    Pada tahun 2012 dari 8.916 rumah yang diperiksa sebanyak 1.600

    rumah, yang memenui syarat kesehatan sebanyak 1.034 atau 64.6 persen

    dari jumlah rumah yang diperiksa. Dibanding tahun 2011 yang diperiksa

    sebanyak 2.240 dan yang memenuhi syarat rumah 1.222 (54,60 %).

    Cakupan rumah sehat ini tidak dapat menggambarkan kondisi

    rumah sehat seluruh wilayah binaan kami, mengingat hasil cakupan

    hanya berdasarkan pada jumlah rumah yang diperiksa (tidak seluruh

    rumah diperiksa).

    2)Pelayanan Higiene Sanitasi Tempat Tempat UmumPada tahun 2012 jumlah tempat-tempat umum (TTU) yang

    diperiksa kesehatannya sebanyak 73 tempat dari 121 tempat yang ada.

    TTU yang memenuhi syarat kesehatan sebanyak 51 buah (69,86 %) dari

    jumlah yang diperiksa. Ini dikatagorikan Perilaku untuk Hidup Bersih

    dan Sehat tidak ada peningkatan yang berarti.

  • 5/26/2018 Laporan Akhir CHA Diabetes melitus

    15/57

    III. IDENTIFIKASI PERMASALAHAN DAN PRIORITAS MASALAH

    A. Daftar Permasalahan KesehatanKesenjangan antara realitas dengan keinginan atau target merupakan

    pengertian dari masalah. Masalah dapat diidentifikasi dengan melihat target

    yang diinginkan dengan kenyataan yang terjadi, untuk melihat adanya masalah

    dapat melihat beberapa kriteria sebagai berikut:

    1. Adanya kesenjangan yang nyata2. Menunjukan trend yang meningkat3. Berdampak pada banyak orang4. Ada konsekuensi serius5. Dapat diselesaikan yaitu ada intervensi yang terbukti efektif

    Kegiatan Kepanitraan Ilmu Kesehatan (IKM) di wilayah kerja

    Puskesmas I Kemranjen mengidentifikasi permasalahan yang dilihat dari

    angka kesakitan penyakit yang diambil dari besar penyakit di wilayah kerja

    Puskesmas I Kemranjen.

    Tabel 3.1 Daftar Masalah di Puskesmas I Kemranjen Januari-Desember

    2012

    No Nama Masalah Jumlah

    1 ISPA 3182

    2 Dispepsia 1332

    3 Dermatitis 810

    4 Artritis 712

    5 Chepalgia 698

    6 Hipertensi 6917 Febris Typhoid 680

    8 Diare 440

    9 Abses 327

    10 DM 261

    Sumber:Data Sekunder Puskesmas I Kemranjen 2012

  • 5/26/2018 Laporan Akhir CHA Diabetes melitus

    16/57

    B. Penentuan Prioritas MasalahPenentuan prioritas masalah yang dilakukan di Puskesmas I Kemranjen

    dengan menggunakan metode Hanlon, dimana prioritas masalah didasarkan

    pada empat kriteria yaitu:

    Komponen A : besarnya masalah

    1. Besarnya masalah didasarkan pada ukuran besarnya populasi yangmengalami masalah tersebut.

    2. Bisa diartikan sebagai angka kejadian penyakit.3. Angka kejadian terbesar diberikan skor lebih besar.

    Komponen B : keseriusan masalah

    1. Urgensi : apakah masalah tersebut menuntut penyelesaiansegera dan menjadi perhatian publik.

    2. Keparahan (severity) : memberikan mortalitas atau fatalitas yang tinggi.3. Ekonomi (cost) : besarnya dampak ekonomi kepada masyarakat.Masing-masing aspek di berikan nilai skor. Aspek paling penting diberikan

    aspek yang paling tinggi kemudian di rata- rata.

    Komponen C : ketersediaan solusi

    1. Ketersediaan solusi yang efektif menyelesaikan masalah.2. Semakin tersedia solusi efektif diberikan skor yang semakin tinggi.

    Komponen D : kriteria PEARL

    Berupa jawaban ya dan tidak, ya diberikan skor 1, tidak diberikan skor 0

    1. P : Propiety : kesesuaian program dengan masalah2. E : Economic : apakah secara ekonomi bermanfaat3. A : Acceptability : apakah bisa diterima masyarakat4.

    R : Resources : adakah sumber daya untuk menyelesaikan masalah

    5. L: Legality : tidak bertentangan dengan aturan hukum yang adaPenentuan prioritas masalah di Puskesmas I Kemranjen sebagai berikut :

    Kriteria A (besarnya masalah).

    Untuk menentukan besarnya masalah kesehatan diukur dari banyaknya

    penderita:

    1. 25 % atau lebih : 102. 10% - 24,9%: 8

  • 5/26/2018 Laporan Akhir CHA Diabetes melitus

    17/57

    3. 1% - 9,9 % : 64. 0,1% - 0,9% :45. 0,010,09 % : 26. Kurang dari 0,01 : 0

    Tabel 3.2 Nilai Kriteria A metode Hanlon

    Kriteria B (kegawatan masalah)

    Kegawatan(paling cepat mengakibatkan kematian)

    1. Tidak gawat : 22. Kurang gawat : 43. Cukup gawat : 64. Gawat : 85. Sangat gawat : 10

    Urgensi (harus segera ditangani, apabila tidak ditangani dapat menyebabkan

    kematian)

    1. Tidak urgen : 2

    Masalah

    kesehatan

    Besarnya masalah dari data sekunder Puskesmas I Kemranjen

    (%)

    0,01%0,01%-

    0,09%0,1% -

    0,9%

    1 % -

    9,99 %10% -

    24,9%

    25 %

    atau

    lebih

    NILAI

    ISPA X 10

    Dispepsia X 8

    Dermatitis X 6

    Artritis X 6

    Chepalgia X 6

    Hipertensi X 6

    FebrisTypoid

    X 6

    Diare X 6

    Abses X 6

    DM X 6

  • 5/26/2018 Laporan Akhir CHA Diabetes melitus

    18/57

    2. Kurang urgen : 43. Cukup urgen : 64. Urgen : 85. Sangat urgen : 10Biaya(dampak ekonomi)

    1. Sangat murah : 22. Murah : 43. Cukup mahal : 64. Mahal : 85. Sangat mahal : 10

    Tabel 3.3 Nilai Kriteria B metode Hanlon

    Masalah Kegawatan Urgensi Biaya Nilai

    ISPA 6 4 4 14

    Dispepsia 6 4 4 14

    Dermatitis 4 4 4 12

    Artritis 4 4 4 12

    Chepalgia 6 4 4 14

    Hipertensi 8 6 4 18

    Febris Typoid 6 6 4 16

    Diare 8 8 4 20

    Abses 6 6 6 18

    DM 8 6 8 22

    Kriteria C (ketersediaan solusi)

    Ketersediaan solusi dilihat dari apakah sumber daya yang ada mampu

    digunakan untuk menyelesaikan masalah. Kriteria pemberian skor sebagai

    berikut :

    1. Sangat efektif : 102. Relatif efektif : 83. Efektif : 64. Moderate efektif : 45. Relative inefektif : 26. Inefektif : 0

  • 5/26/2018 Laporan Akhir CHA Diabetes melitus

    19/57

    Penentuan nilai C dilakukan dengan pemberian skor dari empat orang

    kemudian diambil rata- ratanya

    Tabel 3.4 Nilai Kriteria C metode Hanlon

    Masalah

    Kesehatan

    C

    ISPA 7

    Dispepsia 6,5

    Dermatitis 6

    Artritis 5,5

    Chepalgia 6

    Hipertensi 7,5

    Febris Typoid 5,5

    Diare 8

    Abses 5,5

    DM 7,5

    Kriteria D (PEARL faktor)

    Propriety : Kesesuaian (1/0)

    Economic : Ekonomi murah (1/0)

    Acceptability : Dapat diterima (1/0)

    Resources availability : Tersedianya sumber daya (1/0)

    Legality : Legalitas terjamin (1/0)

    Tabel 3.5 Nilai Kriteria D metode Hanlon

    Masalah P E A R L Hasil

    Perkalian

    ISPA 1 1 1 1 1 1

    Dispepsia 1 1 1 1 1 1

    Dermatitis 1 1 1 1 1 1

    Artritis 1 1 1 1 1 1

    Chepalgia 1 1 1 1 1 1

    Hipertensi 1 1 1 1 1 1

    Febris Typoid 1 1 1 1 1 1

    Diare 1 1 1 1 1 1

  • 5/26/2018 Laporan Akhir CHA Diabetes melitus

    20/57

    Abses 1 1 1 1 1 1

    DM 1 1 1 1 1 1

    Penetapan prioritas masalah dilakukan setelah komponen A, B, C, D

    diketahui dengan perhitungan sebagai berikut :

    Nilai prioritas dasar (NPD) = (A+B)x C

    Nilai prioritas total (NPT) = (A+B) x C x D

    Masalah A B C D NPD NPT Urutan

    prioritasP E A R L

    ISPA 10 14 7 1 1 1 1 1 168 168 4

    Dispepsia 8 14 6,5 1 1 1 1 1 143 143 6

    Dermatitis 6 12 6 1 1 1 1 1 108 108 9

    Artritis 6 12 5,5 1 1 1 1 1 99 99 10

    Chepalgia 6 14 6 1 1 1 1 1 150 150 5

    Hipertensi 6 18 7,5 1 1 1 1 1 180 180 3

    Febris

    Typoid

    6 16 5,5 1 1 1 1 1 121 121 8

    Diare 6 20 8 1 1 1 1 1 208 208 2

    Abses 6 18 5,5 1 1 1 1 1 132 132 7

    DM 6 22 7,5 1 1 1 1 1 210 210 1

    Dari perhitungan diatas didapatkan prioritas masalah sebagai berikut :

    1. DM2. Diare3. Hipertensi4. ISPA5. Chepalgia6. Dispepsia7. Abses8. Febris Typoid9. Dermatitis10.Artritis

  • 5/26/2018 Laporan Akhir CHA Diabetes melitus

    21/57

    IV. KERANGKA KONSEPTUAL MASALAH

    IV. KERANGKA KONSEPTUAL MASALAH

    A.TINJAUAN PUSTAKA1. Definisi

    Diabetes Melitus merupakan kelainan metabolik yang disebabkan oleh

    berbagai etiologi, yang ditandai dengan hiperglikemia kronik disertai

    gangguan metabolisme dari karbohidrat, protein dan lemak yang merupakan

    defek dari sekresi insulin, aksi insulin maupun keduanya (WHO, 2006).

    Diabetes melitus disebabkan karena ketidakmampuan tubuh menghasilkan

    insulin, resisten terhadap insulin maupun keduanya (Desphande et al.,

    2008). Hiperglikemia kronik pada diabetes berhubungan dengan kerusakan,

    disfungsi maupun kegagalan berbagai macam organ terutama mata, ginjal,

    saraf, jantung dan pembuluh darah (American Diabetes Association (ADA),

    2010).

    2. Faktor ResikoBeberapa faktor risiko dapat meningkatkan kejadian DM, seperti

    riwayat keluarga, ras dan infeksi pada masa kanak-kanak yang merupakan

    faktor risiko untuk DM tipe 1. Sedangkan untuk faktor risiko pada DM tipe

    2 dikelompokkan menjadi faktor risiko yang dapat dimodifikasi dan faktor

    risiko yang tidak dapat dimodifikasi. Faktor risiko yang dapat dimodifikasi

    meliputi gaya hidup yang dapat meningkatkan indeks masa tubuh,

    kurangnya aktivitas fisik, kurang nutrisi, hipertensi, merokok dan minum

    alkohol. Sedangkan faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi meliputiusia, ras atau etnik, riwayat keluarga, riwayat diabetes gestasional, dan

    riwayat berat lahir rendah (Desphande et al., 2008).

    Faktor risiko lain yang terkait dengan risiko diabetes seperti penderita

    sindrom ovarium poli-kistik, atau keadaan klinis lain yang terkait dengan

    ressitensi insulin, sindrom metabolik, riwayat toleransi glukosa

    terganggu/glukosa darah puasa terganggu dan riwayat penyakit

    kardiovascular.

  • 5/26/2018 Laporan Akhir CHA Diabetes melitus

    22/57

    a) Riwayat KeluargaFaktor keturunan atau genetik punya kontribusi yang tidak bisa diremeh untuk

    seseorang terserang penyakit diabetes. Menghilangkan faktor genetik

    sangatlah sulit. Yang bisa dilakukan untuk seseorang bisa terhindar dari

    penyakit diabetes melitus karena sebab genetik adalah dengan

    memperbaiki pola hidup dan pola makan. Dengan memperbaiki pola

    makan dan pola hidup insya Allah Anda akan terhindar dari penyakit yang

    mengerikan ini.

    b) Obesitas Atau KegemukanKegemukan bisa menyebabkan tubuh seseorang mengalami resistensi

    terhadap hormon insulin. Sel-sel tubuh bersaing ketat dengan jaringan

    lemak untuk menyerap insulin. Akibatnya organ pankreas akan dipacu

    untuk memproduksi insulin sebanyak-banyaknya sehingga menjadikan

    organ ini menjadi kelelahan dan akhirnya rusak. Segera hindari makan

    makanan yang tinggi kalori.

    c) Usia Yang Semakin BertambahUsia dia atas 40 tahun banyak organ-organ vital melemah dan tubuh mulai

    mengalami kepekaan terhadap insulin. Bahkan pada wanita yang sudah

    mengalami monopause punya kecenderungan untuk lebih tidak peka

    terhadap hormon insulin.

    d) Kurangnya Aktivitas FisikKurangnya aktivitas fisik menjadi faktor cukup besar untuk seseorang

    mengalami kegemukan dan melemahkan kerja organ-organ vital seperti

    jantung, liver, ginjal dan juga pankreas. Lakukan olahraga secara teratur

    minimal 30 menit sebanyak 3 kali dalam seminggu.e) Merokok

    Asam rokok ternyata menimbulkan efek negatis terhadap kesehatan dan

    sifatnya sangat komplek. Termasuk terhadap resiko seseorang mudah

    terserang penyakit diabetes melitus. Jadilah orang yang berakal dan cerdas

    dengan tidak menimbun racun dalam tubuh kita walaupun rokok dianggab

    bisa memberikan kenikmatan. Kasihanilah tubuh Anda. Efek jangka

    panjang rokok sungguh sangat mengerikan. Maka sangat sesuai sekali

  • 5/26/2018 Laporan Akhir CHA Diabetes melitus

    23/57

    kalau agama sangat membenci rokok karena memang lebih banyak

    kerusakannya ketimbang manfaatnya.

    f) Mengkonsumsi Makanan Berkolesterol TinggiManakan berkolesterol tinggi juga diyakini memberi kontribusi yang cukup

    tinggi untuk seseorang mudah terserang penyakit diabetes melitus. Batasi

    konsumsi kolestorol Anda tidak lebih dari 300mg per hari.

    g) Stres Dalam Jangka Waktu LamaKondisi setres berat bisa mengganggu keseimbangan berbagai hormon dalam

    tubuh termasuk produksi hormon insulin. Disamping itu setres bisa

    memacu sel-sel tubuh bersifat liar yang berpotensi untuk seseorang

    terkenapenyakit kankerjuga memicu untuk sel-sel tubuh menjadi tidak

    peka atau resiten terhadap hormon insulin. Belajarlah untuk berpola hidup

    santai walau dalam keadaan serius. Banyak-banyaklah untuk selalu

    bertawakkal kepada Allah dalam setiap menghadapi masalah hidup.

    Bergantunglah hanya kepada Allah dalam setiap lika-liku kehidupan agar

    pikiran tenang dan beban terasa ringan.

    h) Hipertensi Atau Darah TinggiJagalah tekanan darah Anda tetap di bawah 140/90 mmHg. Jangan terlalu

    banyak konsumsi makanan yang asin-asin. Garam yang berlebih memicu

    untuk seseorang teridap penyakit darah tinggi yang pada akhirnya

    berperan dalam meningkatkan resiko untuk Anda terserang penyakit

    diabetes melitus.

    i) KehamilanPada saat hamil, plasenta memproduksi hormon yang mengganggu

    keseimbangan hormon insulin dan pada kasus tertentu memicu untuk seltubuh menjadi resisten terhadap hormon insuline. Kondisi ini biasanya

    kembali normal selah masa kehamilan atau pasca melahirkan. Namun

    demikian menjadi sangat beriso terhadap bayi yang dilahirkan untuk

    kedepan punya potensi diabetes melitus.

    j) RasAda beberapa ras manusia di dunia ini yang punya potensi tinggi untuk

    terserang diabetes melitus. Peningkatan penderita diabetes di wilawah

    http://www.gejalapenyakitkanker.com/http://www.penyakittekanandarahtinggi.com/http://www.penyakittekanandarahtinggi.com/http://www.gejalapenyakitkanker.com/
  • 5/26/2018 Laporan Akhir CHA Diabetes melitus

    24/57

    Asia jauh lebih tinggi dibanding di benua lainnya. Bahkan diperkirakan

    lebih 60% penderita berasal dari Asia.

    k) Terlalu Sering Konsumsi Obat-Obatan KimiaKonsumsi obatan kimia dalam jangka waktu yang lama diyakini akan

    memberika efek negatif yang tidak ringan. Obat kimia ibarat pisau

    bermata dua. Di satu sisi mengobati di sisi yang lain mengganggu

    kesehatan. Bahkan tidak sedikit kasus penyakit berat seperti jantung dan

    liver serta diabetes diakibatkan oleh terlalu seringnya mengkomsumsi obat

    kimia. Salah satu obat kimia yang sangat berpotentsi sebagai penyebab

    diabetes adalah THIAZIDE DIURETIK dan BETA BLOKER. Kedua

    jenis obat tersebut sangat meningkatkan resiko terkena diabetes melitus

    karena bisa merusak pankreas.

    3. KlasifikasiAmerican Diabetes Association mengklasifikasikan diabetes mellitus

    kedalam empat tipe, yaitu (Purnamasari, 2009) :

    a)Diabetes mellitus tipe 1Diabetes melitus tipe 1 merupakan kondisi defisiensi insulin

    absolut yang diakibatkan oleh adanya destruksi sel beta pankreas

    sehingga terjadi peningkatan kadar glukosa darah. Kerusakan maupun

    defisiensi sel disebabkan olehproses imunologi dan idiopatik.

    Selain proses autoimun terdapat proses nonimun yang

    menyebabkan defisiensi insulin. Mekanisme nonimun tersebut adalah

    karena kecepatan mengalami ketosis, kebanyakan hal ini diwariskan pada

    orang Afrika, Amerika, atau Asia. Pada mereka ini jelas ditemukan

    insulinopeni tanpa petanda imun, dan mudah sekali mengalamiketoasidosis (Fauci, 2008).

    b)Diabetes mellitus tipe 2Diabetes melitus tipe 2 (DM tipe 2) dikarakteristikkan dengan

    berkurangnya sekresi insulin, resisten insulin, over produksi dari glukosa

    hepar, dan abnormalitas metabolisme lemak. Patogenesis DM tipe 2

    kompleks dan merupakan interaksi antara faktor genetik dengan faktor

    lingkungan. Faktor lingkungan yang dimaksud adalah gaya hidup. DM

  • 5/26/2018 Laporan Akhir CHA Diabetes melitus

    25/57

    tipe 2 sebagian besar penyebabnya adalah komponen. Mayoritas kejadian

    intoleransi glukosa dalam diabetes disebabkan oleh resistensi insulin.

    c)Diabetes mellitus tipe lainDiabetes mellitus tipe lain merupakan keadaan hiperglikemia yang

    disebabkan oleh berbagai macam sebab, diantaranya :

    1)Defek genetik fungsi sel , defek Genetik dalam kerja insulin,2)Penyakit eksokrin pankreas misalnya: pankreatitis, pankreatektomi,

    neoplasma, fibrosis kistik, hemokromatosis, fibrocalculous

    pancreatopathy, mutasi pada carboxyl ester lipase

    3)Endokrinopati misalnya akromegali, Cushing's syndrome,glucagonoma, pheochromocytoma, hyperthyroidism,

    somatostatinoma, aldosteronoma

    4)Karena obat atau zat kimia misalnya Vacor, pentamidine, nicotinicacid, glucocorticoids, thyroid hormone, diazoxide, -adrenergic

    agonists, thiazides, phenytoin, -interferon, protease inhibitors,

    clozapine

    5)Infeksi misalnya infeksi congenital rubella, cytomegalovirus,coxsackie

    6)Sindrom genetik lain Down's syndrome, Klinefelter's syndrome,Turner's syndrome, Wolfram's syndrome, Friedreich's ataxia,

    Huntington's chorea, Laurence-Moon-Biedl syndrome, myotonic

    dystrophy, porphyria, Prader-Willi syndrome.

    d)Diabetes kehamilanDiabetes kehamilan merupakan suatu kondisi hiperglikemia yang terjadi

    selama masa kehamilan.4. Penegakan Diagnosis

    Diagnosa diabetes mellitus dapat ditegakkan dengan melihat gejala

    klinis diabetes mellitus dan pemeriksaan kadar glukosa darah. Gejala klinis

    yang khas pada penderita diabetes antara lain poliuria, polidipsia, polifagia,

    dan penurunan berat badan tanpa sebab yang jelas. Gejala klinis yang tidak

    khas diantaranya lemas, kesemutan, luka yang sulit sembuh, gatal, mata

    kabur, dan disfungsi ereksi. Adanya gejala khas DM ditambah hasil

  • 5/26/2018 Laporan Akhir CHA Diabetes melitus

    26/57

    pemeriksaan glukosa abnormal satu kali saja sudah cukup untuk

    menegakkan diagnosis. Sedangkan jika ditemukan gejala tidak khas

    diperlukan dua kali pemeriksaan glukosa darah dengan hasil abnormal

    (Purnamasari, 2009).

    Gambar 4.1. Langkah Diagnosis Diabetes mellitus Menurut PERKENI

    (Sumber : Purnamasari, 2009)5. Patogenesis

    Insulin bekerja untuk menghasilkan cadangan energi dalam tubuh.

    Insulin meningkatkan ambilan asam amino dan glukosa terutama di otot dan

    sel lemak (Silbernagl dan Lang, 2007). Pada kondisi DM terjadi gangguan

    insulin baik dari sekresi, aksi maupun keduanya (Desphande et al., 2008).

    Defisiensi insulin pada penderita DM memiliki manifestasi utama berupa

    hiperglikemia. Hiperglikemia terjadi akibat berkurangnya jumlah glukosa

    yang masuk ke dalam sel, berkurangnya penggunaan glukosa berbagai

    jaringan tubuh, dan peningkatan produksi glukosa (Ganong, 2008).

    Kelainan metabolik pada defisiensi insulin absolut atau relatif yang

    tidak diterapi secara adekuat, dalam waktu beberapa tahun atau dekade akan

    menyebabkan perubahan yang luas dan bersifat ireversibel didalam tubuh

    (Silbernagl dan Lang, 2007). Mekanisme terjadinya komplikasi pada DM

    dapat diterangkan melalui peningkatan aktivitas aldosa reduktase, glikosilasi

  • 5/26/2018 Laporan Akhir CHA Diabetes melitus

    27/57

    non enzimatik, pembentukan senyawa dikarbonil, dan stres oksidatif

    (Widowati, 2008; Wulandari, 2003; Silbernagl dan Lang, 2007).

    Peningkatan aktivitas aldosa reduktase. Glukosa direduksi menjadi

    sorbitol didalam sel yang mengandung enzim aldosa reduktase. Hal ini

    mengakibatkan peningkatan kadar sorbitol didalam sel. Akumulasi sorbitol

    akan meningkatkan osmolaritas didalam sel, sehingga terjadi perubahan

    fisiologi sel. Sel dengan kadar sorbitol yang tinggi menunjukan aktivitas

    penurunan aktivitas protein kinase C dan Na+, K+ ATPase membran.

    Penumpukan sorbitol di lensa mata mengakibatkan penarikan air yang

    merusak kejernihan lensa atau perkabutan lensa (katarak) sedangkan

    penumpukan sorbitol di sel schwann dan neuron akan mengurangi konduksi

    saraf (polineuropati) (Wulandari, 2003; Silbernagl dan Lang, 2007).

    Glikosilasi non enzimatik. Glukosa adalah suatu aldehid yang bersifat

    reaktif, yang dapat bereaksi secara spontan, walaupun lambat dengan

    protein. Melalui proses yang disebut dengan glikosilasi non enzimatik,

    protein mengalami modifikasi. Gugus aldehid glukosa bereaksi dengan

    gugus amino yang terdapat pada suatu protein, membentuk produk

    glikosilasi yang bersifat reversibel. Produk ini mengalami serangkaian

    reaksi dengan gugus NH2 dari protein dan mengadakan ikatan silang

    membentuk advanced glycoliation end-product (AGE). Akumulasi AGE

    pada kolagen dapat menurunkan elastisitas jaringan ikat sehingga

    menimbulkan perubahan pada pembuluh darah dan membran basalis

    (Wulandari, 2003).

    Pembentukan senyawa dikarbonil. Monosakarida seperti glukosa

    dapat mengalami oksidasi yang dikatalis oleh Fe dan Cu, membentukradikal OH, O2, H2O2serya senyawa dikarbonil toksik yang dapat merusak

    protein, reaksi ini disebut dengan Maillard Browning.Senyawa dikarbonil

    yang terbentuk dapat bereaksi dengan gugus NH2 protein membentuk

    AGE (Wulandari, 2003; Widowati, 2008).

    Stres oksidatif. Stres oksidatif timbul jika ada pembentukan ROS

    melebihi kemampuan mekanisme seluler dalam mengatasi yang melibatkan

    sejumlah enzim dan vitamin yang bersifat antioksidan. Stres oksidatif pada

  • 5/26/2018 Laporan Akhir CHA Diabetes melitus

    28/57

    diabetes melitus bisa diakibatkan oleh gangguan keseimbangan redoks

    karena perubahan metabolisme karbohidrat dan lipid yang akan

    meningkatkan pembentukan ROS dari reaksi glikasi dan oksidasi lipid

    sehingga menurunkan sistem pertahanan antioksidan (Wulandari, 2003;

    Widowati, 2008).

    6. Terapi

    Obat Hipoglikemik Oral (OHO)

    Berdasarkan cara kerjanya, OHO dapat dibagi menjadi 4 golongan:

    1. Golongan pemicu sekresi insulin (insulin secretagogue), contohsulfonilurea dan glinid.

    Sulfonilurea

    Sulfonilurea merupakan obat hipoglikemik oral dengan efek

    utama meningkatkan sekresi insulin oleh sel beta pankreas sehingga

    jika pankreas dari si penderita sudah tidak mampu mensintesis insulin,

    penggunaan obat ini menjadi tidak efektif.Sulfonilurea terbagi menjadi

    dua kelompok yaitu sulfonilurea generasi pertama (klorpropamid) dan

    generasi kedua (glibenklamid, glipizid, glimepirid).Efek samping dari

    obat golongan ini adalah hipoglikemia sehingga penggunaannya

    memerlukan perhatian terutama pada orang tua, penderita dengan

    ganguan faal ginjal dan hati, kurang nutrisi serta penyakit

    kardiovaskular.Contoh obat golongan ini adalah klorpropamid,

    glibenklamid, glipizid, gliklazid, glikuidon dan glimepirid (PERKENI,

    2006; Lehne, 2007).

    Glinid

    Glinid merupakan obat hipoglikemik oral yang memilikimekanisme kerja yang sama dengan sulfonilurea, yaitu dengan

    menstimulasi pankreas untuk mensekresi insulin. Obat ini diabsorbsi

    dengan cepat setelah pemberian secara oral dan diekskresi secara

    cepat melalui hati sehingga penggunaannya pada penderita dengan

    gangguan fungsi hati diperlukan perhatian khusus, karena akan

    memperlambat metabolisme dari obat ini sehingga dapat

  • 5/26/2018 Laporan Akhir CHA Diabetes melitus

    29/57

    mengakibatkan hipoglikemia. Contoh-contoh obat golongan glinid

    antara lain repaglinid dan nateglinid (PERKENI, 2006; Lehne, 2007).

    2. Golongan penambah sensitivitas terhadap insulinTiazolidindion

    Tiazolidindion, yang juga dikenal dengan glitazon, bekerja

    dengan cara berikatan padaperoxisome proliferator activated receptor

    gamma (PPAR), suatu reseptor inti di sel otot dan sel lemak.

    Golongan ini mempunyai efek menurunkan resistensi insulin dengan

    meningkatkan jumlah protein pengangkut glukosa (glukosa

    transporter), sehingga meningkatkan ambilan glukosa di perifer

    (PERKENI, 2006).

    Efek samping yang paling menonjol dari penggunaan

    tiazolidindion adalah dapat meretensi cairan, sehingga terjadi edema

    dan penambahan berat badan (2-3 kg).Karena efeknya ini,

    pemakaian obat golongan ini dikontraindikasikan pada pasien dengan

    gagal jantung kelas I-IV.Selain itu, tiazolidindion juga bersifat

    hepatotoksik sehingga obat ini dikontraindikasikan juga untuk

    penderita dengan gangguan faal hati dan dalam penggunaannya pasien

    diminta untuk melakukan pemantauan hati secara berkala.Contoh obat

    golongan ini adalah rosiglitazon dan pioglitazon (PERKENI, 2006;

    Lehne, 2007).

    3. Golongan penghambat glukoneogenesisMetformin

    Efek utama metformin adalah dengan mengurangi produksi

    glukosa di hati (glukoneogenesis), di samping itu obat ini jugamemperbaiki ambilan glukosa perifer.Metformin diekskresi oleh

    ginjal dalam bentuk yang tidak berubah, sehingga pada penderita

    diabetes melitus yang mengalami kerusakan ginjal, metformin dapat

    terakumulasi sampai dengan batas toksik.Metformin mencegah

    terjadinya oksidasi asam laktat dan hal ini dapat menyebabkan

    asidosis laktat (Lehne, 2007).

    4. Golongan penghambat glukosidase alfa

  • 5/26/2018 Laporan Akhir CHA Diabetes melitus

    30/57

    Acarbose

    Acarbose bekerja dengan mengurangi absorpsi glukosa di usus

    halus, sehingga mempunyai efek menurunkan kadar glukosa darah

    sesudah makan. Obat golongan ini diindikasikan pada penderita

    diabetes melitus tipe 2 yang hiperglikemianya tidak dapat terkontrol

    dengan diet dan latihan jasmani.Efek samping yang paling sering

    ditimbulkan oleh obat golongan ini adalah kembung dan

    flatulen.Acarbose tidak menimbulkan efek samping hipoglikemia

    (PERKENI, 2006).

    Insulin

    Insulin adalah hormon yang disekresi oleh sel beta pankreas sebagai

    respon dari rangsangan glukosa dan perangsang-perangsang lain seperi

    asam-asam amino, asam-asam lemak bebas, hormon-hormon lambung,

    stimulasi parasimpatetik, stimulasi beta-adrenergik (Williams, 2001).

    Indikasi terapi insulin antara lain: Penurunan berat badan yang cepat

    (dekompensasi metabolik), hiperglikemia berat yang disertai ketosis,

    ketoasidosis diabetik. Berdasarkan lama kerjanya, insulin terbagi menjadi

    empat jenis, yaitu:

    1. Insulin kerja cepat (rapid acting insulin)

    Contoh insulin golongan ini adalah insulin lispro (Humalog), insulin aspart

    (NovoRapid).

    2. Insulin kerja pendek (short acting insulin)

    Contoh insulin golongan ini adalah human regular insulin (Actrapid).

    3. Insulin kerja menengah (intermediate acting insulin)

    Contoh insulin golongan ini adalahNeutral Protamine Hagedorn (NPH) insulin(Insulatard, Humulin N), insulin lente.

    4. Insulin kerja panjang (long acting insulin)

    Contoh insulin golongan ini adalah insulin glargine (Lantus), insulin detemir

    (Levemir).

    5. Insulin campuran tetap (premixed insulin)

  • 5/26/2018 Laporan Akhir CHA Diabetes melitus

    31/57

    Contoh dari golongan ini adalah campuran dari 70% NPH dan 30% human

    regular insulin (Mixtard, Humulin 30/70), campuran dari 75% insulin lispro

    protamine dan 25% insulin lispro (Humalog Mix 25).

    Terapi kombinasi OHO dan Insulin

    Pemberian obat hipoglikemik oral maupun insulin selalu dimulai

    dengan dosis rendah, untuk kemudian dinaikkan secara bertahap sesuai

    dengan respons kadar glukosa darah. Untuk kombinasi obat hipoglikemik

    oral dan insulin yang banyak dipergunakan adalah kombinasi obat

    hipoglikemik oral dan insulin basal (insulin kerja sedang/panjang) yang

    diberikan pada malam hari menjelang tidur.Dengan pendekatan terapi

    tersebut pada umumnya dapat diperoleh kendali glukosa darah yang baik

    dengan dosis insulin yang cukup kecil. Dosis awal insulin kerja

    menengah/panjang adalah 10 unit yang diberikan sekitar pukul 22.00,

    kemudian dilakukan evaluasi dosis tersebut dengan menilai kadar glukosa

    darah puasa keesokan harinya.

    Bila dengan terapi kombinasi obat hipoglikemik oral dan insulin,

    kadar glukosa darah masih tidak terkendali, maka obat hipoglikemik oral

    dihentikan dan diberikan insulin saja (PERKENI, 2006).

  • 5/26/2018 Laporan Akhir CHA Diabetes melitus

    32/57

    B.KERANGKA KONSEP

    C.KERANGKA KONSEP

    D.HIPOTESISTerdapat pengaruh antara pengetahuan dan perilaku terhadap kadar gula darah

    pasien diabetes mellitus di wilayah kerja Puskesmas 1 Kemranjen.

    HOST

    UsiaRasJenis KelaminGenetik (Riwayat

    Keluarga)

    Riwayat diabetesmellitus gestasional

    AGENT

    Virus (infeksikongenitalcytomegalovirus,

    dll)

    PERILAKU

    Pengetahuanmengenai DM

    Gaya hidup (asupantinggi gula, kurang

    aktivitas fisik,

    merokok, dll)

    Defisiensi insulin

    relatif atau absolut

    Hiperglikemia

    Diabetes Mellitus

    Pengetahuan dan Perilaku Kadar gula darah

    pasien DM

  • 5/26/2018 Laporan Akhir CHA Diabetes melitus

    33/57

    V. METODOLOGI PENELITIAN

    A.Desain PenelitianDesain penelitian yang digunakan adalah penelitian analitik

    observasional dengan pendekatan cross sectional.

    B.Ruang Lingkup Kerjaa. Tempat: Kecamatan Kemranjen Kabupaten Banyumas

    b. Waktu : Rabu-Kamis, 14-15 Agutus 2013.

    C.Populasi dan Sampel Penelitian1. Populasi dan Sampel

    a)Populasi targetSemua penderita diabetes mellitus.

    b)Populasi terjangkauSemua penderita diabetes mellitus di wilayah kerja Puskesmas 1

    Kecamatan Kemranjen Kabupaten Banyumas tahun 2012 yaitu sebanyak

    261 pasien.

    2. Kriteria SampelSampel penelitian diperoleh dengan menggunakan metode simple

    raomn sampling. Sampel yang diteliti merupakan populasi terjangkau yang

    memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi sebagai berikut :

    a)Kriteria inklusi1)Warga Kecamatan Kemranjen Kabupaten Banyumas.2)

    Bersedia menjadi sampel penelitian.

    b)Kriteria eksklusi1)Mengundurkan diri dalam perjalanan penelitian.

    3. Besar sampelberdasarkan perhitungan dengan menggunakan rumus

    n=Z2PQ

    d2

    untuk menentukan besar sampel minimal, diperoleh bahwa subyek

    penelitian berjumlah 31 penderita.

  • 5/26/2018 Laporan Akhir CHA Diabetes melitus

    34/57

    D.Faktor yang Diteliti (Variabel Penelitian)1. Identitas2. Kadar Gula Darah3. Pengetahuan mengenai diabetes mellitus

    E.Definisi OperasionalVariabel Definisi Operasional Skala

    Identitas Identitas adalah ciri, tanda, atau jati diri yang

    melekat pada seseorang atau kelompok sehingga

    membedakannya dengan yang lain. Identitas

    berisi: nama, jenis kelamin, usia, alamat, status

    perkawinan, nama kepala keluarga, pekerjaan,

    pendidikan terakhir dan pendapatan.

    Nominal

    Pengetahuan

    mengenai

    Diabetes

    Mellitus

    (DM)

    Pengetahuan adalah sesuatu yang dikemukakan

    seseorang yang merupakan hasil dari tahu. Hal ini

    dapat terjadi setelah individu melakukan

    penginderaan terhadap suatu obyek tertentu.

    DM adalah suatu keadaan dimana ditemukan

    gejala klinis khas DM (poliuria, polifagia,

    polidipsia) ditambah dengan 1 kali pemeriksaan

    glukosa (GDS/GD2PP/GDP) yang abnormal atau

    suatu keadaan dimana ditemukannya gejala klinis

    tidak khas DM (kesemutan, luka sulit sembuh,

    lemas, pandangan mata kabur) ditambah dengan 2

    kali pemeriksaan glukosa GDS/GD2PP/GDP)

    abnormal.

    Pengetahuan mengenai DM adalah sesuatu yang

    merupakan hasil dari tahu mengenai DM, yaitu

    pengertian, penyebab, komplikasi, faktor resiko,

    dan cara pengendalian kadar glukosa darah.

    Nominal

    F.Instrumen Pengambilan DataAlat pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

    kuesioner sebagai jenis data primer, yaitu data yang diperoleh langsung dari

    sumbernya. Kuesioner digunakan untuk mengetahui pengetahuan penderita

    DM mengenai penyakitnya.

  • 5/26/2018 Laporan Akhir CHA Diabetes melitus

    35/57

    G.Rencana Analisis DataData dari hasil penelitian akan dianalisis secara univariat dan bivariat

    menggunakan alat bantu program komputer.

  • 5/26/2018 Laporan Akhir CHA Diabetes melitus

    36/57

    VI. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

    A.Hasil Penelitian1. Gambaran Umum Responden

    Penelitian dilakukan pada bulan Agustus 2013 di beberapa desa di

    wilayah kerja Puskesmas 1 Kemranjen yaitu desa Karang Jati, desa Kecila,

    desa Kedung Pring, dan desa Sibalung. Di setiap desa terdapat 5-7 orang

    yang menderita diabetes mellitus (DM) dan rutin mengikuti aktivitas

    Prolanis di Puskesmas 1 Kemranjen. Di desa Karang Jati terdapat 6 orang,

    di desa Kecila 4 orang, di desa Kedung Pring 5 orang, dan di desa Sibalung

    5 orang.

    Dari hasil penelitian dapat diperoleh karakteristik responden seperti

    yang terlihat pada tabel 6.1 dibawah ini.

    Karakteristik Responden Jumlah (orang) Presentase(%)

    Jenis Kelamin

    1. Laki-laki 9 45

    2. Perempuan 11 55

    Usia

    1. 65 tahun 10 50

    2. > 65 tahun 10 50

    Pekerjaan Responden

    1. Buruh 1 5

    2. Pensiunan 7 35

    3. Lainnya 12 60

    Tingkat Pendidikan

    1. Tidak Sekolah 2 10

    2. SD 5 25

    3. SMP 5 25

    4. SMA 6 30

    5. Perguruan Tinggi 2 10

    Pengetahuan

    1. Baik 7 35

  • 5/26/2018 Laporan Akhir CHA Diabetes melitus

    37/57

    2. Kurang 13 65

    Perilaku

    1. Baik 8 40

    2. Kurang 12 60

    2. Analisis BivariatTabel 6.2 Hasil Analisis Bivariat Menggunakan Uji Chi-Square Pengetahuan

    dengan Kadar Gula Darah

    Berdasarkan analisis menggunakan uji chi-squarediperolehp-value=

    0,015 atau probabilitas di bawah 0,05 (p

  • 5/26/2018 Laporan Akhir CHA Diabetes melitus

    38/57

    Uji Chi-square antara pengetahuan dengan kadar gula darah

    menunjukkan hasil yang signifikan dengan nilai p 0,015. Hal ini sesuai

    dengan penelitian yang dilakukan oleh Yessi Ariani (2006) yang

    menyebutkan bahwa semakin rendah pengetahuan, maka kadar gula darah

    semakin tinggi.

    Penelitian ini juga meneliti pengaruh antara perilaku dengan kadar gula

    darah. Hasil uji Chi-square menunjukkan hasil yang signifikan dengan nilaip

    = 0,005 ataup< 0,05. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian terdahulu

    yang menyebutkan bahwa terdapat hubungan antara perilaku pengendalian

    dengan kadar gula darah, yaitu kebiasaan minum obat, aktivitas fisik, olahraga

    dan kebiasaan makan (Joko, 2012).

  • 5/26/2018 Laporan Akhir CHA Diabetes melitus

    39/57

    VII. ALTERNATIF PEMECAHAN MASALAH

    A. Penyusunan Alternatif Pemecahan MasalahAlternatif pemecahan masalah yang dapat dilakukan untuk mengatasi

    permasalahan mengenai pengetahuan dan perilaku yang mempengaruhi kadar

    gula darah pada penderita DM di Kecamatan Kemranjen adalah:

    1. Memberikan penyuluhan dan penjelasan mengenai penyakit diabetesmelitus kepada penderita DM

    2. Pemberian iklan berupa leaflet tentang DM.3. Memberdayakan kegiatan sosial untuk menambah pengetauan masyarakat

    tentang penyakit DM

    4. Melakukan konseling mengenai bahayanya penggunaan dan konsumsigula berlebih, makanan berlemak dan cara pemakaian gula yang benar

    serta pentingnya olahraga secara teratur

    B. Penentuan Alternatif TerpilihPemilihan prioritas alternatif pemecahan masalah harus dilakukan

    karena adanya keterbatasan baik dalam sarana, tenaga, dana, serta waktu.

    Salah satu metode yang dapat digunakan dalam pemilihan prioritas pemecahan

    masalah adalah metode Rinke. Metode ini menggunakan dua kriteria yaitu

    efektifitas dan efisiensi jalan keluar.

    Efektifitas jalan keluar meliputi besarnya masalah yang dapat diatasi,

    kelanggengan selesainya masalah, dan kecepatan penyelesaian masalah.

    Efisiensi jalan keluar dikaitkan dengan biaya yang diperlukan dalam

    menyelesaikan masalah. Skoring efisiensi jalan keluar adalah dari sangat

    murah (1), hingga sangat mahal (5).

  • 5/26/2018 Laporan Akhir CHA Diabetes melitus

    40/57

    Tabel 7.1. Kriteria dan Skoring Efektivitas Jalan Keluar

    S

    M

    (Besarnya

    masalah yangdapat diatasi)

    I

    (kelanggengan

    selesainyamasalah)

    V

    (Kecepatan

    penyelesaian masalah)

    C

    (efisiensi

    jalankeluar

    dikaitkan

    dengan

    biaya)

    1 Sangat kecil Sangat tidak

    langgeng

    Sangat lambat Sangat murah

    2 Kecil Tidak

    langgeng

    Lambat Murah

    3 Cukup besar Cukup

    langgeng

    Cukup cepat Cukup mahal

    4 Besar Langgeng Cepat Biaya mahal5 Sangat besar Sangat

    langgeng

    Sangat cepat Sangat mahal

    Prioritas pemecahan masalah dengan menggunakan metode Reinke

    adalah sebagai berikut:

    Tabel 7.2. Prioritas Pemecahan Masalah Metode Reinke

    NoDaftar Alternatif

    Jalan Keluar

    Efektivitas Efisiensi MxIxV

    C

    Urutan

    Prioritas

    MasalahM I V C1 Memberikan

    penyuluhan dan

    penjelasan

    mengenai

    penyakit diabetes

    melitus kepada

    penderita DM

    5 5 5 2 62,5 1

    2 Pemberian iklan

    berupa leaflettentang DM.

    5 5 4 3 33,33 2

    3 Memberdayakan

    kegiatan sosial

    untuk menambah

    pengetauan

    masyarakat

    tentang penyakit

    DM

    4 3 2 3 8 4

  • 5/26/2018 Laporan Akhir CHA Diabetes melitus

    41/57

    4 Melakukan

    konseling

    mengenai

    bahayanya

    penggunaan dankonsumsi gula

    berlebih,

    makanan

    berlemak dan cara

    pemakaian gula

    yang benar serta

    pentingnya

    olahraga secara

    teratur

    4 4 3 3 16 3

    Berdasarkan hasil perhitungan prioritas pemecahan masalah

    menggunakan metode Reinke, didapat prioritas pemecahan masalah, yaitu

    memberikan penyuluhan dan penjelasan mengenai penyakit diabetes

    melitus kepada penderita DM juga pemberian iklan berupa leaflet tentang

    DM.

  • 5/26/2018 Laporan Akhir CHA Diabetes melitus

    42/57

    VIII. RENCANA KEGIATAN (Plan of Action)

    A. Latar BelakangBerdasarkan hasil Community Health Analysis di wilayah kerja

    Puskesmas 1 Kemranjen, dapat diketahui bahwa pengetahuan dan perilaku

    berpengaruh terhadap kadar gula darah penderita diabetes melitus.

    Ilahraga merupakan salah satu cara untuk menurunkan berat badan

    pada pasien DM. Rendahnya keaktifan masyarakat terhadap olah raga dapat

    berkaitan dengan tingkat pengetahuan, dan motivasi untuk melakukan olah

    raga secara rutin. Selain olahraga rutin, pola diet yang salah seperti konsumsi

    gula dan makanan berlemak yang berlebihan juga menjadi penyebab

    terjadinya diabetes melitus. Hal ini dapat dikarenakan masyarakat terbiasa

    mengonsumsi makanan manis yang kaya rasa dan lebih menyukai makanan

    yang digoreng tanpa memikirkan dampak dari pola makan seperti itu.

    Pengetahuan yang kurang baik akan mengakibatkan sikap dan

    perilaku seseorang menjadi kurang tepat dalam menanggapi suatu hal.

    Waktu, sarana, dan motivasi yang kurang dapat menjadikan seseorang

    enggan untuk melakukan olah raga secara rutin. Kesadaran masyarakat yang

    rendah untuk mengubah pola makan pun menjadikan masyarakat enggan

    untuk membatasi konsumsi gula dan makanan berlemak yang telah menjadi

    kebiasaan mereka.

    Oleh karena itu diperlukan peningkatan pengetahuan dan motivasi

    agar masyarakat lebih menyadari pentingnya membatasi konsumsi gula dan

    menjaga berat badan yang ideal untuk diterapkan dalam kehidupan sehari-

    hari. Upaya yang dapat dilaksanakan sesuai dengan penentuan prioritaspemecahan masalah adalah melakukan konseling mengenai pembatasan

    konsumsi gula dan makanan berlemak serta pentingnya olahraga secara

    teratur.

    B. Tujuan1. Meningkatkan kesadaran masyarakat mengenai bahaya penggunaan gula

    secara berlebihan.

  • 5/26/2018 Laporan Akhir CHA Diabetes melitus

    43/57

    2. Meningkatkan motivasi masyarakat untuk mempertahankan berat badanideal dengan membatasi konsumsi makanan berlemak dan olahraga secara

    rutin.

    C. Bentuk KegiatanKegiatan yang akan dilaksanakan disajikan dalam bentuk pengukuran

    kadar gula darah dan penyuluhan secara interaktif tentang manfaat

    pembatasan konsumsi gula dan makanan berlemak serta olah raga teratur

    terhadap pencegahan dan pengendalian diabetes melitus. Materi yang

    digunakan dalam bentuk leaflet yang dibagikan pada pasien balai pengobatan

    Puskesmas Kemranjen 1.

    D. SasaranSasaran kegiatan ini adalah pasien anggota Prolanis di wilayah kerja

    Puskesmas 1 Kemranjen yang berjumlah 65 orang.

    E. Pelaksanaan1. Personil

    - Penanggung jawab: dr. Sinta Wulan Sari (Kepala Puskesmas 1Kemranjen)

    - Pelaksana : Erli Nur Ramdhan dan Fauziah Rizki Ismaulidya2. Waktu danTempat

    - Hari : Selasa- Tanggal : 20 Agustus 2013-

    Tempat : Rumah Dinas Puskesmas 1 Kemranjen- Waktu :08.00 WIB - selesai

    F.EvaluasiEvaluasi yang dilakukan berupa pengukuran gula darah serta tanya

    jawab apakah pasien telah melakukan saran yang diberikan pada saat

    penyuluhan. Hasil tanya jawab kemudian dapat dicocokkan dengan jawaban

    keluarga yang mengantar pasien.

  • 5/26/2018 Laporan Akhir CHA Diabetes melitus

    44/57

    IX. PELAKSANAAN DAN EVALUASI KEGIATAN

    A. Evaluasi Hasil Pelaksanaan1. Pelaksanaan Kegiatan

    Intervensi kesehatan yang dilakukan adalah penyuluhan dan

    pemberian leaflet mengenai tanda dan gejala, faktor-faktor yang

    berpengaruh, dan cara mencegah diabetes melitus. Penyuluhan yang

    dilakukan diharapkan dapat mengatasi masalah-masalah yang berkaitan

    dengan tingginya jumlah pasien yang kadar gula darahnya tidak

    terkontrol. Pelaksanaan kegiatan penyuluhan dilaksanakan melalui 3

    tahap yaitu :

    a. Tahap Persiapan1) Materi. Materi yang disiapkan adalah materi tentang pengertian,

    penyebab, tanda dan gejala, faktor-faktor yang berpengaruh, cara

    pencegahan, dan komplikasi dari DM.

    2) Sarana : Sarana yang dipersiapkan berupa alat tulis, dan leaflet.b. Tahap pelaksanaan

    1)Judul Kegiatan : Penyuluhan dan pemberian leaflet tentangdiabetes melitus

    2)Hari/Tanggal : Selasa, 20 Agustus 2013, Pukul: 08.30WIB

    3)Tempat : Rumah Dinas Puskesmas 1 Kemranjen4)Penanggungjawab : dr. Sinta Wulan Sari (kepala Puskesmas 1

    Kemranjen)

    5)Pembimbing : Ibu Tati (selaku pemegang program

    Prolanis Diabetes Melitus)

    6)Pelaksana : Dokter Muda UNSOED (Erli Nur Ramdhandan Fauziah Rizki Ismaulidya)

    7)Peserta : Anggota Prolanis Diabetes Melitus wilayahkerja Puskesmas 1 Kemranjen.

    8)Penyampaian materi : Penyampaian materi dilakukan dengan lisandan tulisan untuk menjelaskan tentang

  • 5/26/2018 Laporan Akhir CHA Diabetes melitus

    45/57

    pengertian, penyebab, tanda dan gejala,

    faktor-faktor yang berpengaruh dan cara

    pencegahan penyakit diabetes melitus

    c. Tahap EvaluasiTahap evaluasi adalah melakukan evaluasi mengenai 3 hal, yaitu

    evaluasi sumber daya, evaluasi proses, evaluasi hasil. Berikut ini akan

    dijelaskan mengenai hasil evaluasi masing-masing aspek.

    1. Evaluasi sumber dayaEvaluasi sumber daya meliputi evaluasi terhadap 5 M yaitu

    man, money, metode, material, machine.

    a. Man.Secara keseluruhan sumber daya dalam pelaksanaan

    diskusi sudah termasuk baik karena narasumber memiliki

    pengetahuan yang cukup memadai mengenai materi yang

    disampaikan.

    b. MoneySumber dana juga cukup untuk menunjang terlaksananya

    diskusi termasuk untuk menyiapkan sarana dan prasarana.

    c. MetodeMetode penyuluhan yang digunakan adalah melalui

    pemberian materi secara lisan dan tulisan dengan pembagian

    leaflet serta dilakukan diskusi. Evaluasi pada metode ini

    termasuk cukup baik dan sasaran penyuluhan tertarik untuk

    mengikuti dan mendengarkan penjelasan narasumber.

    d.Material

    Materi yang diberikan pada penyuluhan telah

    dipersiapkan dengan baik, materi penyuluhan diperoleh dari

    buku ilmu penyakit dalam serta artikel-artikel yang berkaitan

    dengan diabetes mellitus.

    2. Evaluasi prosesEvaluasi terhadap proses disini adalah terhadap proses

    pelaksanaan penyuluhan. Penyuluhan yang dijadwalkan pada Hari

  • 5/26/2018 Laporan Akhir CHA Diabetes melitus

    46/57

    Selasa 20 Agustus 2013 pukul 08.30 WIB sesuai dengan waktu

    yang sudah dijadwalkan. Proses penyuluhan berlangsung kurang

    lebih 30 menit, meliputi penjelasan mengenai penyakit DM,

    evaluasi dilakukan dengan melakukan sesi tanya jawab sehingga

    beberapa pasien yang pengetahuannya rendah dapat memahami

    lebih baik tentang diabetes melitus.

    B. Kesimpulan Dan Sarana. Kesimpulan

    Terdapat pengaruh antara pengetahuan dan perilaku terhadap

    kadar gula darah pada pasien DM di wilayah kerja Puskesmas 1

    Kemranjen

    b. SaranPeran serta keluarga menjadi modal utama keberhasilan

    pengendalian kadar gula darah pasien DM di Kemranjen, karena

    mayoritas adalah pasien lansia yang sangat memerlukan orang lain untuk

    menjalani hidupnya

  • 5/26/2018 Laporan Akhir CHA Diabetes melitus

    47/57

    DAFTAR PUSTAKA

    American Diabetic Association. 2010. Diagnosis and Classification of Diabetes

    Mellitus.Diabetes Care. 33:562-569.

    Deshpande, A. D.; Harris-Hayes, M.; dan Schootman, M. 2008. Epidemiology of

    Diabetes and Diabetes-Related Complication.Physical Terapy Journal.

    88(11): 1254-1264.

    Ganong, W. F. 2008.Buku Ajar Fisiologi Kedokteran.EGC, Jakarta.

    International Diabetes Federation. 2011. The Global Burden. Available at :

    http://www.idf.org/diabetesatlas/5e/the-global-burden.Diakses pada tanggal

    : 31 Juli 2013.

    Joko Mulyono, Sulchan, Tri Hartiti. 2012. Hubungan Faktor Demografi, Sosial

    dan Perilaku dengan Kadar Gula Darah Penderita Diabetes Melitus.

    Universitas Muhammadiyah Semarang

    Kenge, A. P.; Amoah, A. G.; dan Mbanya, J. C. 2010. Cardiovascular

    Complications of Diabetes Mellitus in Sub-Saharan Africa. The American

    Heart Association. 112: 3592-3601

    PERKENI. 2006.Konsensus Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Melitus Tipe

    2 di Indonesia. Konsensus PERKENI, Jakarta.

    Purnamasari, D. 2009. Diagnosis dan Klasifikasi Diabetes Melitus dalam Buku

    ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid III. Jakarta : Interna Publishing.

    Schalkwijk, C. G. dan Stehouwer, C. D. 2005. Vascular complications in diabetes

    mellitus: the role of endothelial dysfunction. The Biochemical Society.

    109: 143-159.

    Silbernagl, S. dan Lang, F. 2007. Teks dan Atlas Berwarna Patofisiologi.EGC,

    Jakarta.

    World Health Organization. 2006. Guidelines for The Prevention, Management

    and Care of Diabetes Melitus. Diperoleh dari:

    http://libdoc.who.int/emro/2006/9789290214045 eng.pdf. Diakses tanggal

    31 Juli 2013.

    Widowati, W. 2008. Potensi Antioksidan sebagai Antidiabetes.JKM. 7: 1-10.

    Wulandari, N. 2003. Perubahan Pupil Cycle Time pada Penderita Diabetes

    Melitus. Diperoleh dari:

    http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/6389/1/pnymata-

    novi%20wulandari.pdf.Diakses 31 Juli 2013.

    http://www.idf.org/diabetesatlas/5e/the-global-burdenhttp://libdoc.who.int/emro/2006/9789290214045%20eng.pdfhttp://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/6389/1/pnymata-novi%20wulandari.pdfhttp://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/6389/1/pnymata-novi%20wulandari.pdfhttp://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/6389/1/pnymata-novi%20wulandari.pdfhttp://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/6389/1/pnymata-novi%20wulandari.pdfhttp://libdoc.who.int/emro/2006/9789290214045%20eng.pdfhttp://www.idf.org/diabetesatlas/5e/the-global-burden
  • 5/26/2018 Laporan Akhir CHA Diabetes melitus

    48/57

    Yessi Ariani. 2006. Pengetahuan Diabetes Melitus dengan Kadar Gula Darah pada

    Pasien DM Tipe 2. Skripsi. FK Universitas Sumatera Utara

  • 5/26/2018 Laporan Akhir CHA Diabetes melitus

    49/57

    Lampiran 1

    KUESIONER PENELITIAN

    DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL

    UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMANPROGRAM PENDIDIKAN DOKTER

    PURWOKERTO

    LEMBAR PERSETUJUAN

    Assalamu alaikum Wr.Wb

    Kami dokter muda dari Kedokteran Universitas Jenderal Soedirman, saat

    ini sedang melakukan penelitian dengan judul FAKTOR-FAKTOR YANGMEMPENGARUHI PENGENDALIAN KADAR GULA DARAH

    PENDERITA DIABETES MELLITUS DI WILAYAH KERJA

    PUSKESMAS 1 KEMRANJEN TAHUN 2013. Penelitian ini

    diselenggarakan dalam rangka penyusunan Community Health Analysisdi stase

    IKM/IKK Fakultas Kedokteran dan Ilmu-Ilmu Kesehatan Universitas Jenderal

    Soedirman Purwokerto.

    Sehubungan dengan hal tersebut di atas, maka dengan segala kerendahan

    hati, saya bermaksud mengharapkan kesediaan saudara untuk meluangkan

    waktu untuk menjadi responden dalam penelitian ini dengan mengisi lembar

    kuesioner.

    Jawaban yang paling benar adalah jawaban yang sesuai dengan yang

    saudara ketahui. Oleh karena itu, diharapkan saudara memberi jawaban yang

    jujur, terbuka dan apa adanya sesuai dengan yang saudara ketahui. Penelitian

    ini tidak menimbulkan akibat yang merugikan, kerahasiaan informasi akan

    sepenuhnya dijaga dan digunakan untuk kepentingan penelitian.

    Atas kesediaan dan kerjasama saudara sebagai responden dalam

    penelitian ini, saya sampaikan terimakasih. Semoga penelitian ini bisa

    memberikan manfaat bagi kita semua. Amin.

    Wassalamu alaikum Wr.Wb

    Hormat kami,

    Peneliti

  • 5/26/2018 Laporan Akhir CHA Diabetes melitus

    50/57

    LEMBAR PERNYATAAN

    Setelah mendengar penjelasan tentang maksud dan tujuan serta manfaat

    penelitian ini, maka saya yang bertanda tangan di bawah ini :

    Nama :

    Alamat :

    Bersedia untuk menjadi responden yang diselenggarakan dalam rangka

    penelitian dengan judul FAKTOR-FAKTOR YANG

    MEMPENGARUHI PENGENDALIAN KADAR GULA DARAH

    PENDERITA DIABETES MELLITUS DI WILAYAH KERJA

    PUSKESMAS 1 KEMRANJEN TAHUN 2013 yang dilakukan oleh

    dokter muda Kedokteran UNSOED.

    Kemranjen, Agustus 2013

    ()

  • 5/26/2018 Laporan Akhir CHA Diabetes melitus

    51/57

    A.Kuesioner Data Demografi

    1.Pendidikan terakhir

    ( ) Tidak sekolah

    ( ) SD

    ( ) SMP

    ( ) SMA

    ( ) Perguruan tinggi

    2.Pekerjaan

    ( ) PNS

    ( ) Wiraswasta

    ( ) Buruh

    ( ) lainnya, sebutkan

    B. Kuesioner Tingkat Pengetahuan Tentang Penyakit Diabetes Mellitus

    1. PenyakitDiabetes Mellitus adalah Penyakit kelebihan kadar gula dalamdarah.

    [ ] Benar Sekali [ ] Kurang Benar [ ] Tidak tau

    [ ] Benar [ ] Salah

    2. PenyakitDiabetes Mellitusdisebut juga dengan penyakit kencing manis.[ ] Benar Sekali [ ] Kurang Benar [ ] Tidak tau

    [ ] Benar [ ] Salah

    3. PenyakitDiabetes Mellitussalah satunya juga bisa disebabkan karenakurang atau tidak adanya hormon insulin.

    [ ] Benar Sekali [ ] Kurang Benar [ ] Tidak tau

    [ ] Benar [ ] Salah

    4. Umur, keturunan dari keluarga, dan berat badan/kegemukan merupakanfaktorfaktor resiko penyebab timbulnya penyakitDiabetes Mellitus.

    [ ] Benar Sekali [ ] Kurang Benar [ ] Tidak tau

    [ ] Benar [ ] Salah

  • 5/26/2018 Laporan Akhir CHA Diabetes melitus

    52/57

    5. Seseorang yang menderita penyakitDiabetes Mellitusdapat menurunkanpenyakit tersebut kepada anaknya atau keturunanya.

    [ ] Benar Sekali [ ] Kurang Benar [ ] Tidak tau

    [ ] Benar [ ] Salah

    6. Salah satu gejala penyakitDiabetes Mellitusadalah sering buang air kecil.[ ] Benar Sekali [ ] Kurang Benar [ ] Tidak tau

    [ ] Benar [ ] Salah

    7. Penglihatan kabur, mulut kering, dan berat badan menurun merupakangejala-gejala penyakitDiabetes Mellitus.

    [ ] Benar Sekali [ ] Kurang Benar [ ] Tidak tau

    [ ] Benar [ ] Salah

    8. Kerusakan organ ginjal dan Infeksi pada kaki hingga membusuk (luka tidakcepat sembuh) merupakan akibat penyakitDiabetes Mellitus.

    [ ] Benar Sekali [ ] Kurang Benar [ ] Tidak tau

    [ ] Benar [ ] Salah

    9. Merokok dan alkohol merupakan hal hal yang harus dihindari olehpenderitaDiabetes Mellitus.

    [ ] Benar Sekali [ ] Kurang Benar [ ] Tidak tau

    [ ] Benar [ ] Salah

    10. Cara pencegahan penyakitDiabetes Mellitusadalah dengan menjaga polamakan dan rajin berolahraga.

    [ ] Benar Sekali [ ] Kurang Benar [ ] Tidak tau

    [ ] Benar [ ] Salah

    11. Untuk pencegahan penyakitDiabetes Mellitusjuga diperlukanpemeriksaan kadar gula darah berkala atau teratur.[ ] Benar Sekali [ ] Kurang Benar [ ] Tidak tau

    [ ] Benar [ ] Salah

    12. Direbus, dibakar, dan dikukus merupakan cara memasakak makanan yangdapat lebih menyebabkan penyakitDiabetes Melitus.

    [ ] Benar Sekali [ ] Kurang Benar [ ] Tidak tau

    [ ] Benar [ ] Salah

  • 5/26/2018 Laporan Akhir CHA Diabetes melitus

    53/57

    13. Penyakit DM adalah penyakit yang tidak dapat disembuhkan namun dapatdikendalikan.

    [ ] Benar Sekali [ ] Kurang Benar [ ] Tidak tau

    [ ] Benar [ ] Salah

    14. Pengendalian gula darah sangat dipengaruhi oleh keteraturan minum obatdan pengaturan pola makan yang baik.

    [ ] Benar Sekali [ ] Kurang Benar [ ] Tidak tau

    [ ] Benar [ ] Salah

  • 5/26/2018 Laporan Akhir CHA Diabetes melitus

    54/57

    C. Kuesioner Perilaku Pengendalian Penyakit Diabetes Mell itus

    NO Pernyataan SS S TY TS STS

    1

    Jika ada acara penyuluhan

    tentangpenyakitDiabetes Mellitussaya akan

    datang.

    2

    Saya akan sering mencari

    informasi tentangpenyakit

    DiabetesMellitusagar lebih mengetahui

    gejala,penyebab, akibat, dan cara

    pencegahan penyakitDiabetes Mellitus

    3Saya akan periksa kadar gula darah saya

    dengan teratur.

    4Saya berolahraga teratur untuk dapat

    mempertahankan atau menurunkan berat badan

    5

    Saya kan mengkonsumsi kopi atau teh manis

    dari pada minum air putih terutama pada saat

    bekerja.

    6

    Saya akan mengganti cara memasak yang

    digoreng menjadi cara memasak makanan

    dikukus atau direbus agar tidak

    terkenaDiabetes Mellitus.

    7 Saya akan sering makan-makanan yang manis.

    8

    Saya akan mengurangi makanan makanan

    cepat saji agar tidak terkena penyakitDiabetes

    Mellitus.

    9

    Untuk mempertahankan kesehatan, saya tidak

    perlu berolahraga karena saya minum

    suplemen vitamin/mineral secara teratur

    10Saya tidak perlu berolahraga bila

    sudah mengurangi makan yang manis-manis.

    11Untuk mempertahankan kesehatan, saya

    berolahraga secara teratur seperti bersepeda,

    jogging, badminton atau lainnya.

  • 5/26/2018 Laporan Akhir CHA Diabetes melitus

    55/57

    Lampiran 2

    Hasil Uji Analisa Data

    1. Hasil uji Chi-Square hubungan kadar gula darah dan perilaku pasien diabetesmellitus

    2. Hasil uji Chi-Square hubungan kadar gula darah dan pengetahuan pasiendiabetes mellitus

  • 5/26/2018 Laporan Akhir CHA Diabetes melitus

    56/57

  • 5/26/2018 Laporan Akhir CHA Diabetes melitus

    57/57

    Lampiran 3

    Dokumentasi

    Kegiatan Penyuluhan Penyakit Diabetes Melitus