referat diabetes melitus
DESCRIPTION
lapsusTRANSCRIPT
BAB 1PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Diabetes Mellitus telah dikenal manusia sejak zaman dahulu. Sejak awal
abad ke-19, komplikasi diabetes mellitus telah dikenal dan berkembang sampai
sekarang. Menurut laporan penelitian Klimt dkk, banyak mengungkapkan,
diabetes mellitus ditentukan oleh faktor genetik dan dipengaruhi oleh faktor
lingkungan. Menurut penelitian dan laporan Fajans dkk yang lebih lanjut
mengungkapkan diabetes mellitus merupakan kelompok sindrom heterogen,
karena faktor genetik dan lingkungan ditambah dengan faktor-faktor lain yang
memperberat.
Pasien diabetes mellitus tipe II dengan resiko tinggi banyak dijumpai
dirawat inap di sub bagian Endokrinologi Penyakit Dalam, Rumah Sakit Haji
Adam Malik, Medan. Sunder dkk mengatakan 80% dari penderita DM tipe II
meninggal karena penyakit macrovascular cardiovascular.
Menurut data World Health Organization (WHO) , Indonesia menempati
urutan keenam di dunia sebagai negara dengan jumlah penderita diabetes mellitus
terbanyak setelah India, China, Rusia, Jepang dan Brazil. Tercatat pada tahun
1995, jumlah penderita diabetes di Indonesia mencapai 5 juta dengan peningkatan
sebanyak 230.000 pasien diabetes per tahunnya sehingga pada tahun 2005
diperkirakan mencapai 12 juta penderita.
Sampai dengan tahun 2010, diperkirakan hampir 221 juta orang penduduk
dunia menderita diabetes mellitus. Asia dan Afrika merupakan wilayah yang
diduga akan mengalami peningkatan tertinggi.
Diabetes Mellitus secara umum di klasifikasikan dalam dua bentuk, Tipe I
insulin dependent diabetes mellitus (IDDM) dan Tipe II atau non-insulin
dependent diabetes mellitus (NIDDM), sedangkan American Diabetes
Association menitik beratkan klasifikasi diabetes mellitus pada etiologi dari
diabetes mellitus. Klasifikasi yang baru ini membagi diabetes mellitus atas empat
kelompok yaitu Diabetes Mellitus tipe 1, Diabetes Mellitus tipe 2 dan Diabetes
Mellitus tipe lain atau khusus serta diabetes gestasional. Diabetes Mellitus Tipe II
dijumpai sebanyak 90-95% pada penderita diabetes mellitus.
1
Epidemiologi menunjukkan adanya kecenderungan peningkatan angka
insidens dan prevalensi diabetes mellitus tipe II diberbagai penjuru dunia. WHO
memprediksi adanya peningkatan jumlah penyandang diabetes yang cukup besar
untuk tahun-tahun mendatang. Untuk Indonesia, WHO memprediksi kenaikan
jumlah pasien dari 8,4 juta pada tahun 2000 menjadi sekitar 21,3 juta pada tahun
2030. Menurut Harris, diabetes mellitus tipe II merupakan penyakit yang lebih
dominan pada usia pertengahan dan orang yang lebih tua. Dalam laporan
Wiegand, diabetes mellitus tipe II telah bisa ditemukan pada anak-anak dan
remaja.
Manifestasi terhadap gigi dan mulut pada penderita diabetes mellitus
mempunyai bentuk yang bermacam-macam tergantung pada kebersihan mulut,
lamanya menderita diabetes dan beratnya diabetes tersebut. Manifestasi dalam
rongga mulut penderita, misalnya gingivitis dan periodontitis, disfungsi kelenjar
saliva dan xerostomia, infeksi kandidiasis, sindroma mulut terbakar serta
terjadinya infeksi oral akut.
Suatu studi mengatakan 40-80% pasien diabetes mellitus mengalami
xerostomia dan beberapa laporan penelitian ilmiah mengatakan terdapat sindroma
mulut terbakar dan terjadinya karies pada penderita diabetes mellitus.
Berdasarkan survei yang dilakukan dapat dinyatakan bahwa pada penderita
diabetes mellitus, paling banyak ditemui adanya gingivitis dan periodontitis.
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Syukri di RSHAM mengenai
diabetes mellitus tipe II, penyakit periodontal lebih banyak dijumpai yaitu sebesar
85%, gingivitis sebesar 42,35% dan untuk kandiasis pada penderita diabetes
mellitus tipe II yang tidak terkontrol lebih banyak dijumpai yaitu sebesar 50%.
Menurut Indian Dental Jurnal, didapati penderita diabetes mellitus tipe II dengan
periodontitis ternyata berhubungan dengan peningkatan konsentrasi
imunoglobulin dalam jaringan gingiva. Dalam penelitian Carmen dkk
disimpulkan, gangguan biokimia saliva penderita diabetes mellitus tipe II
ternyata berhubungan dengan perubahan struktural pada kelenjar parotis.
Penyakit periodontal merupakan penyakit multi faktorial dengan penyebab
utama bakteri gram negatif anaerob serta adanya gangguan kelainan sistemik dan
kelainan imunologi. Periodontitis merupakan salah satu manifestasi dari diabetes
2
mellitus dengan gejala adanya poket periodontal, gigi goyang dan resorpsi tulang.
Dilaporkan pula bahwa pada penderita diabetes mellitus tipe 2 teregulasi jelek
mempunyai keparahan penyakit periodontal lebih tinggi dibandingkan diabetes
mellitus regulasi baik .
Sebagaimana kita ketahui, diabetes mellitus adalah suatu penyakit yang
harus diwaspadai oleh masyarakat umum, dokter gigi, dan dental hygienist.
Tercatat pada tahun 2005 diperkirakan pasien diabetes mellitus mencapai 12 juta
penderita, prevalensinya semakin tinggi bila umur dan populasinya telah
mengalami proses penuaan. Maka tenaga kesehatan memainkan peranan penting
terhadap manajemen pasien diabetes mellitus.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, penting untuk diketahui:
Bagaimanakah manifestasi di rongga mulut penyakit diabetes mellitus tipe II
dengan resiko tinggi?
C. Tujuan
Tujuan dari penulisan ini adalah:
Menjelaskan manifestasi di rongga mulut penyakit diabetes mellitus tipe II
dengan resiko tinggi.
D. Manfaat
Manfaat yang diperoleh dari penulisan referat ini:
a) Informasi yang diperoleh akan menambah pengetahuan tenaga kesehatan,
terutama kedokteran gigi.
b) Maka dokter gigi maupun dokter penyakit dalam yang merawatnya dapat
merencanakan perawatan penyakit mulut tersebut bersama.
c) Agar tenaga kesehatan dapat melakukan edukasi pada masyarakat bahwa
penyakit diabetes mellitus dapat terjadi pada siapa saja serta kesehatan
dan kebersihan mulut sangat berperanan untuk mencegah terjadinya
komplikasi diabetes mellitus.
3
BAB IITINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi Diabetes Mellitus
Diabetes Mellitus adalah penyakit gangguan metabolisme tubuh di mana
hormon insulin tidak bekerja sebagaimana mestinya. Insulin adalah hormon yang
diproduksi oleh kelenjar pankreas dan berfungsi untuk mengontrol kadar gula
dalam darah dengan mengubah karbohidrat, lemak dan protein menjadi energi.
Jumlah penderita Diabetes Mellitus atau yang biasa dikenal oleh
masyarakat awam sebagai penyakit kencing manis semakin meningkat tiap
tahunnya. Dari data yang dilansir WHO, Indonesia menempati urutan keempat
dalam urutan negara-negara yang memiliki jumlah penderita diabetes terbanyak di
dunia.
Diabetes mellitus merupakan penyakit metabolik sebagai akibat kurangnya
insulin di dalam tubuh sehingga glukosa darah diatas normal hampir sepanjang
waktu, dengan tanda – tanda hiperglikemia dan glukosuria, disertai gejala klinis
akut 3P (poliuria, polidipsi, polifagia ) atau kadang – kadang tanpa gejala.
Hormon insulin yang dihasilkan oleh kelenjar pankreas (terletak pada lekukan
usus dua belas jari ) penting untuk menjaga keseimbanagan kadar gula / glukosa
darah antara 60 – 100 mg/dl pada waktu puasa dan kadar gula darah dua jam
sesudah makan sekitar 100 – 140 mg /dl. Apabila terdapat gangguan kerja insulin
baik kualitas maupun kuantitias, maka keseimbangan tersebut menjadi terganggu
dan glukosa darah akan cenderung naik menjadi 4 kali lipat.
B. Mekanisme terjadinya diabetes mellitus
Penyebab terjadinya diabetes mellitus adalah ketidakmampuan sel β pulau
langerhans pada pankreas untuk memproduksi hormon insulin ( dalam jumlah
cukup ) yang mengakibatkan kuantitas dan kualitas insulin yang diproduksi tidak
sesuai dengan kebutuhan metabolisme glukosa.Bila terjadi cacat pada sel β
pankreas , maka insulin tidak dihasilkan secara normal, akibatnya sebagian besar
glukosa didalam darah tidak dapat masuk kedalam sel jaringan tubuh untuk proses
metabolisme, sehingga glukosa yang tertimbun didalam darah makin lama makin
bertambah banyak. Hal ini mengakibatkan kadar glukosa di dalam darah akan
4
berlebihan ( disebut hiperglikemia ) dan sel jaringan tubuh kekurangan glukosa,
karena glukosa darah berlebihan maka sebagian glukosa akan dikeluarkan
bersama urin.
Atas dasar uraian diatas , maka yang disebut diabetes mellitus adalah
penyakit kronis yang biasanya herediter ( dapat menurun ) yang ditandai dengan
adanya glukosa didalam urin.
C. Klasifikasi diabetes mellitus
Klasifikasi diabetes mellitus berdasarkan PERKENI ( Perkumpulan
Endokrinologi Indonesia ), sesuai dengan anjuran klasifikasi diabetes mellitus
yang dibuat oleh American Diabetes Assosiation (ADA) 1997, yang ditetapkan
berdasarkan penyebabnya :
1. Diabetes mellitus tipe 1
Adanya kerusakan sel β pankreas ( sel penghasil insulin ) pada pankreas ,
umumnya menjurus pada kekurangan insulin absolut / mutlak,
penyebabnya adalah : autoinmun dan idiopatik.Diabetes mellitus tipe 1
disebut insulin dependent diabetes ( IDDM-diabetes yang bergantung
pada insulin ).Sampai saat ini diabetes tipe 1 tidak dapat dicegah .Diet
dan olahraga tidak dapat menyembuhkan ataupun mencegah diabetes tipe
1.Kebanyakan penderita diabetes tipe 1 ,memiliki kesehatan dan berat
badan yang baik saat penyakit ini mulai diderita.Selain itu sensitivitas
maupun respon tubuh terhadap insulin umumnya normal pada penderita
diabetes tipe ini terutama pada tahap awal.
Penyebap terbanyak dari kehilangan sel beta pada diabetes tipe 1
adalah kesalahan reaksi autoimunitas yang menghancurkan sel beta
pancreas.Reaksi autiomunitas ini dapat dipacu oleh adanya infeksi pada
tubuh.Saat ini diabetes tipe 1 hanya dapat diobati dengan menggunakan
insulin ,dengan pengawasan yang teliti terhadap tingkat glukosa
darah.Pengobatan dasar diabetes tipe 1,bahkan untuk tahap paling awal
sekalipun adalah penggantian insulin.Tanpa insulin,ketosis dan diabetic
ketoasidosis bias menyebapkan koma bahkan bisa mengakibatkan
5
kematian,penekanan juga diberikan pada penyesuaian gaya hidup ( diet
dan olahraga ).
2. Diabetes mellitus tipe 2
penyebabnya bervariasi yang terutama adalah resistensi insulin ( jumlah
insulin banyak, tetapi tidak dapat berfungsi ) dapat juga disertai
kekurangan insulin relatif , gangguan produksi ( sekresi )
insulin.Diabetes mellitus tipe 2 disebut non insulin dependent diabetes
mellitus (NIDDM- Diabetes yang tidak bergantung pada insulin ) terjadi
karena kombinasi dari kecacatan dalam produksi insulin dan resistensi
terhadap insulin.
Pada tahap awal abnormalitas yang paling utama adalah
berkurangnya sensitifitas terhadap insulin yang ditandai dengan
meningkatnya kadar insulin dalam darah.Pada tahap ini hiperglikemia
dapat diatasi dengan Obat Anti Diabetes yang dapat meningkatkan
sensitifitas terhadap terhadap insulin atau mengurangi produksi glukosa
dari hepar,namun semakin parah penyakit,sekresi insulin semakin
berkurang dan terapi dengan insulin terkadang dibutuhkan
3. Diabetes mellitus gestasional
Kondisi diabetes sementara yang dialami selama masa kehamilan.
Diabetes mellitus gestasional di defenisikan sebagai intoleransi glukosa
yang terjadi pada saat hamil.Dengan resiko tinggi pada umur lebih dari
30 tahun, obesitas, riwayat diabetes mellitus dalam keluarga, pernah
diabetes mellitus gestasional sebelumnya, pernah melahirkan anak besar
> 4000 gram,glukosuria.
Komplikasi yang sering ditemukan pada ibu antara lain adalah
preeklampsi,infeksi saluran kemih dan trauma persalinan akibat bayi
besar.Sedang komplikasi pada bayi anatara lain adalah hambatan
pertumbuhan janin,cacat bawaan dan gawat nafas neonatal
4. Diabetes tipe lain disebabkan bermacam – macam mis defek / cacat
genetik fungsi sel β , defek genetik kerja insulin, pankreatitis, dan obat /
zat kimia, infeksi.
6
D. Manifestasi oral diabetik
Segala manifestasi didalam rongga mulut yang meliputi saliva, lidah ,
mukosa , gingiva , periodontium dan gigi sebagai akibat dari diabetes meliitus
disebut Oral diabetik / Diabetik Oral manifestation.
Ciri utama manifestasi penyakit Diabetes Mellitus (DM) di rongga mulut
adalah adanya peradangan gusi yang berlebihan. Penderita DM yang tidak
terkontrol pada umumnya mudah mengalami luka atau perdarahan pada saat
menyikat gigi atau sedang menggunakan benang gigi. Hal ini disebabkan karena
pada penderita DM ditemukan pembengkakan lapisan epitel dari pembuluh darah
gusi yang dapat menghalangi difusi oksigen.
Selain itu, juga terjadi perubahan flora normal dari plak gigi yaitu berupa
peningkatan jumlah bakteri-bakteri patogen yang menyebabkan terjadinya
penyakit gusi (gingivitis / periodontitis). Penurunan fungsi dari salah satu sel
darah putih (Poly Morpho Nuclear cell / PMN) yang terjadi pada penderita DM
juga diperkirakan dapat memperparah penyakit gusi yang ada.
Selain penyakit gusi, DM juga menyebabkan bau mulut (acetone breath),
penurunan produksi liur (xerostomia) sehingga mulut menjadi kering, pembesaran
kelenjar liur (sialosis), dan adanya pertumbuhan jamur di rongga mulut
(Candidiasis).
Perubahan – perubahan patologis yang dapat dijumpai dalam mulut
penderita diabetes mellitus adalah pada penderita diabetes mellitus yang tidak
terawat dengan baik seringkali timbul hiposalivasi atau sekresi ludah berkurang.
Ludah menjadi lebih kental dan mulut terasa kering yang disebut xerostomia
diabetik. Selain karena perubahan pada kelenjar parotis , xerostomia diabetik ini
juga disebabkan karena poliuria yang berat. Efek xerostomia diabetik antara lain
adalah meningkatnya prevalensi karies dan memudahkan timbulnya infeksi
didalan rongga mulut.
Lidah penderita diabetes mellitus terasa tebal , kadang – kadang terasa
kering seperti terbakar atau timbul ganngguan pengecapan pada lidah, sehingga
mengganggu nafsu makan penderita diabetes mellitus. Lidah tampak membesar ,
hiperemi, otot lidah lebih lunak. Mukosa rongga mulut tampak merah tua. Mukosa
7
mulut terasa terbakar atau parestesia akibat nueropati diabetik, mudah timbul
kandidiasis dan liken planus karena resistensi terhadap infeksi menurun.
Oral Manifestasi dari DM:
1. Pada Uncontrolled DM
a. cheilosis (luka di sudut bibir)
b. Bibir kering dan pecah-pecah
c. Rasa panas dan terbakar pada oral mucosa (burning sensation)
d. Penurunan aliran saliva, saliva kental sehingga mulut terasa kering
e. Perubahan flora bakteri di rongga mulut
Candida albicans ( jika gula tinggi, maka pertumbuhan jamur
tinggi)
Hemolytic streptococcus
Staphylococcus
f. Perubahan pola erupsi
g. Gigi sensitif terhadap perkusi
h. Pada koronanya emailnya ada bercak-bercak putih karena ada
hipoplasi enamel
i. Insidens kariesnya tinggi
j. Pada penderita yang parah mulutnya akan tercium bau aseton
2. Pada controlled DM
Respon jaringan normal, hampir semua normal
E. Kelainan yang terjadi pada jaringan periodontal
Penyakit periodontal memang tidak populer, jarang diperbincangkan,tapi
perlu diketahui karena merupakan salah satu penyakit dalam rongga mulut yang
sering terjadi. Penyakit ini mengena jaringan gusi dan penyanggah gigi lainnya.
Yang termasuk penyanggah gigi adalah gusi, serat perekat gigi dan tulang di
sekitar gigi.
Penyakit periodontal merupakan penyebab utama tanggalnya gigi pada
orang dewasa yang disebabkan infeksi bakteri dan menimbulkan kerusakan gusi,
serat perekat dan tulang di sekitar gigi. Penyebab utamanya adalah plak.
8
Umumnya tidak menimbulkan rasa sakit. Kunjungan berkala ke dokter gigi sangat
berarti untuk mendapatkan diagnosa dini dan perawatan penyakit periodontal.
Kira-kira 15% orang dewasa usia 21 – 50 tahun dan 30% usia di atas 50 tahun
mengalami penyakit ini.
Penyakit periodontal merupakan salah satu penyakit yang sangat meluas
dalam kehidupan manusia, sehingga kebanyakan masyarakat menerima keadaan
ini sebagai sesuatu yang tidak terhindari. Namun studi etiologi, pencegahan dan
perawatan penyakit periodontal menunjukkan bahwa penyakit ini dapat dicegah.
Penyakit yang paling sering mengenai jaringan periodontal adalah gingivitis dan
periodontitis.
Gingivitis adalah peradangan pada gusi yang disebabkan bakteri dengan
tanda-tanda klinis perubahan warna lebih merah dari normal, gusi bengkak dan
berdarah pada tekanan ringan. Penderita biasanya tidak merasa sakit pada gusi.
Gingivitis bersifat reversible yaitu jaringan gusi dapat kembali normal apabila
dilakukan pembersihan plak dengan sikat gigi secara teratur.
Periodontitis menunjukkan peradangan sudah sampai ke jaringan
pendukung gigi yang lebih dalam. Penyakit ini bersifat progresif dan irreversible
dan biasanya dijumpai antara usia 30-40 tahun. Apabila tidak dirawat dapat
menyebabkan kehilangan gigi. Apabila sampai terjadi kehilangan gigi ini
menunjukkan kegagalan dalam mempertahankan keberadaan gigi di rongga mulut
9
sampai seumur hidup yang merupakan tujuan dari pemeliharaan kesehatan gigi
dan mulut.
Berbagai gangguan kualitas hidup yang berhubungan dengan kese-hatan
gigi dapat terjadi pada penderita antara lain keterbatasan fungsi seperti nafas bau,
sulit mengunyah; rasa sakit dan disabilitas fisik seperti tidak bisa menyikat gigi
dengan baik.
Etiologi penyakit periodontal terbagi 2 :
1. Etiologi Lokal
Terbagi menjadi :
a. Iritasi
Menyebabkan jaringan mengalami peradangan karena adanya iritan
Inisiasi : penyebab utama. Co: plak bakteri
Predisposisi : Faktor pendukung yang mempermudah terjadinya
pengumpulan plak. Contoh: kalkulus, overhanging margin, ortho,
caries, impaksi makanan.
b. Fungsional
Menyebabkan jaringan mengalami degenerasi/degeneratif jaringan.
Yaitu kondisi-kondisi yang menyebabkan trauma oklusi (trauma from
occlusion) Kerusakan di bagian jaringan perio di bagian attachment
apparatus (ligamentum perio, tulang alveolar) oleh karena gaya-gaya
yang melampaui adaptasi jaringan.
2. Etiologi sistemik
Terbagi :
a. Modifying Primer
Tanpa adanya iritasi lokal dapat menyebabkan pembesaran gingiva
(gingiva enlargement). Misalnya pada orang yang diterapi obat-obat
hipertensi atau dilantin dapat terjadi pembesaran gingiva walaupun
sebenarnya oral hygienenya baik (tanpa iritasi)
Dapat juga disebabkan karena keturunan.
b. Modifying sekunder
Harus terdapat iritasi lokal baru bisa terjadi pembesaran gingival.
10
Berikut ini adalah penjelasan mengenai jaringan periodontal yang
sehat dan tahap-tahap perkembangan penyakit periodontal :
1. Gusi yang sehat
Tanda-tanda gusi yang sehat adalah berwarna merah muda,
lembut dan kenyal, bertekstur seperti kulit jeruk, bentuknya
mengikuti kontur gigi dan tepinya berbentuk seperti kulit kerang
serta tidak ada perdarahan pada saat penyikatan gigi
2. Gingivitis (peradangan pada gusi)
Gingivitis umumnya ditandai dengan penumpukan plak di
sepanjang tepi gusi, gusi yang terasa sakit, mudah berdarah, lunak
dan bengkak. Selain itu seringkali terjadi perdarahan pada waktu
menyikat gigi atau menggunakan benang gigi
Gingivitis dapat dicegah dan disembuhkan melalui penyikatan
gigi dan pembersihan sela gigi yang baik. Sebaliknya, bila
hygiene mulut jelek, gingivitis akan berkembang menjadi
periodontitis.
3. Periodontitis awal
Pada tahap ini mulai terjadi kerusakan tulang penyanggah gigi.
Kerusakan ini disebabkan oleh desakan karang gigi yang terus
tumbuh ke arah ujung akar gigi, akibatnya perlekatan jaringan
penyanggah gigi dengan gigi menjadi rusak. Kerusakan yang
terjadi menyebabkan menurunnya ketinggian tulang penyanggah
gigi. Kerusakan ini tidak dapat dipulihkan, tapi penjalarannya
dapat dihentikan membersihkan karang gigi dan mengangkat
jaringan yang mati.
Kadang-kadang, meskipun tulang penyanggah gigi sudah
menurun ketinggiannya, tinggi gusi tidak berubah. Akibatnya
terbentuk kantong yang mengelilingi gigi, disebut sebagai
periodontal pocket. Kantong ini akan menjadi tempat
menumpuknya sisa makanan dan menjadi tempat yang nyaman
bagi kuman-kuman untuk hidup.
11
Tanda – tanda periodontitis awal seperti tanda-tanda gingivitis
(nomor 1), ditambahkeadaan gusi yang kemerahan dan bengkak
serta terdorong menjauhi gigi. Sedangkan periodontal pocket
yang sedang meradang akan terasa gatal dan terasa nyaman bila
melakukan gerakan menghisap.
4. Periodontitis lanjut
Tanda-tanda Periodontitis tingkat lanjut adalah terjadi perubahan
cara menggigit, perubahan kecekatan gigi palsu karena
berkurangnya dukungan tulang penyanggah gigi. Akibat
pengurangan tinggi tulang penyanggah gigi, akar gigi terbuka,
sehingga sensitif terhadap panas atau dingin atau rasa sakit ketika
menyikat. Peradangan pada jaringan periodontal seringkali
ditandai dengan keluarnya nanah di antara gigi dan gusi bila gusi
ditekan, bau mulut dan rasa gatal pada gusi. Berkurangnya
dukungan jaringan penyanggah akan menyebabkan gigi akan
goyang bahkan tanggal.
Beberapa keadaan medis yang bisa mempermudah terjadinya periodontitis:
Diabetes melitus
Sindroma Down
Penyakit Crohn
Kekurangan sel darah
putih
AIDS.
Penelitian mengenai hubungan diabetes mellitus dengan adanya
kelainan pada jaringan periodontal sudah sering dilakukan, tetapi belum
didapatkan kesatuan pendapat mengenai hubungan tersebut. Penderita
diabetes mellitus tidak terkontrol dijumpai adanya peradangan gingival
mulai dari gingivitis marginalis sampai periodontitis supuratif akut, gigi
goyang , rasa sakit pada perkusi gigi, resorpsi tulang alveolar yang cepat
dan abses gingival multiple.
Sedang pada penderita diabetes terkontrol didapatkan bahwa gejala
– gejala tersebut menurun keparahannya dan bahkan ada kalanya hilang
sama sekali. Penderita diabetes terkontrol menunjukkan resorpsi tulang
alveolar yang lebih lambat dibandingkan penderita diabetes yang tidak
12
terkontrol. Resorbsi tersebut ada hubungannya dengan lamanya seseorang
menderita diabetes. Penderita diabetes dijumpai peningkatan keparahan
penyakit periodontal. Penyakit tersebut juga dipengaruhi oleh adanya
peningkatan iritasi lkal pada gingival, pada penderita diabetes dijumpai
adanya peningkatan prevalensi dan keparahan penyakit periodonta.
Peradangan gingival yang sangat parah , poket periodontal yang dalam dan
abses periodontal sering terjadi pada penderita diabetes mellitus.
Selain itu juga gingiva tampak merah tua, turun , dan agak nyeri
bila ditekan bahkan kadang terdapat nanah pada marginal gingival dan
interdental papil karena adanya infeksi rekuren. Supurasi gingiva ini dapat
ditemukan secara palpasi yang dilaksanakan dengan halus dan pelan.
Akibat gingiva turun, maka gigi penderita diabetes mellitus tampak
menonjol keluar dari soket.
Menurunnya resistensi gingiva pada oral diabetik ini antara lain
disebabkan oleh karena perubahan komposisi kolagen pada jaringan ikat
gingiva. Pada jaringan periodontal, periodontium merupakan tempat
manifestasi oral dibetik yang paling penting dan prevalensinya nomor dua
sesudah karies. Sejak sebelum tahun 1920 dilaporkan bahwa hampir
semua penderita Diabetes mellitus yang tidak terkontrol disertai radang
periodontioum yang berat dengan gingivitis dan resorbsi prosesus
alveolaris yang disertai dengan adanya pus. Prevalensi penyakit
periodontal pada diabetes mellitus selain lebih tinggi, juga lebih berat dan
berjalan lebih cepat dibandingkan dengan penderita non diabetes. Penyakit
periodontal biasanya disebabkan oleh infeksi bakteri yang progresif dan
kronik.
Terutama pada penderita diabetes mellitus dengan kebersihan
mulut yang jelek, bakteri gram negatif dan aerobik akan membentuk plak,
apabila plak ini tidak segera dihilangkan akan terus menyebar ke jaringan
periodontal dan prosesus alveolaris. Apabila keadaan ini tidak dirawat
terjadilah periodontitis diabetik yang manifestasinya klininiknya dapat
berupa mobilitas, migrasi dan lepasnya gigi disertai dengan keroposnya
tulang alveolaris.
13
Sehubungan dengan adanya periodontopati diabetika terjadi peningkatan
prevalensi destruksi, mobilitas gigi dan lepasnya gigi ataupun kalkulus.
Kalkulus subgingiva merupakan salah satu faktor yang dapat merusak
jaringan periodontium . Mobilitasgigi pada diabetes mellitus tidak selalu
merupakan indikasi untuk ekstraksi gigi.
F. Mekanisme terjadinya penyakit periodontal pada penderita DM
Setelah etiologi penyakit periodontal pada penderita dengan
penyakit diabetes mellitus dievaluasi, ternyata penyakit diabetes mellitus
berpengaruh aktif terhadap kerusakan jaringan. Oleh karena itu perlu
diketahui sifat penyakit diabetes tersebut terhadap struktur periodontal dan
tindakan apa yang harus dilakukan untuk mencegah berbagai perubahan
yang merugikan. Pada penderita diabetes mellitus dengan kelainan
periodontal selalu diikuti dengan factor iritasi lokal. Disebutkan bahwa
diabetes mellitus merupakan factor predisposisi yang dapat mempercepat
kerusakan jaringan periodontal yang dimulai oleh agen microbial,
perubahan vaskuler pada penderita diabetes dapat mengenai pembuluh
darah besar dan kecil.
Perubahan pada pembuluh darah kecil dapat dijumpai pada arteriol,
kapiler dan venula pada bermacam – macam organ serta jaringan. Akibat
adanya angiopati pada penderita diabetes mellitus , pada jaringan
periodontal akan mengalami kekurangan suplai darah dan terjadi
kekurangan oksigen, akibatnya akan terjadi kerusakan jaringan
periodontal. Selanjutnya akibat kekurangan oksigen pertumbuhan bakteri
anaerob akan meningkat. Dengan adanya infeksi bakteri anaerob pada
diabetes mellitus akan menyebabkan pertahanan dan perfusi jaringan
menurun dan mengakibatkan hipoksia jaringan sehingga bakteri anaerob
yang terdapat pada plak subgingiva menjadi berkembang dan lebih
pathogen serta menimbulkan infeksi pada jaringan periodontal. Pada
neuropati diabetes mellitus yang mengenai syaraf otonom yang
menginervasi kelenjar saliva, akan mengakibatkan produksi saliva
berkurang dan terjadi xerostom
14
Menurunnya kepadatan tulang seringkali mempunyai kaitan
dengan diabetes mellitus. Sehubungan dengan kejadian ini, perlu diketahui
bahwa insulin dan regulasi diabetes mellitus mempunyai pengaruh pada
metabolisme tulang, antara lain insulin meningkatkan uptake asam amino
dan sintesis kolagen oleh sel tulang, yang penting untuk formasi tulang
oleh osteoblast. Regulasi jelek diabetes mellitus menyebabkan
hipokalsemia yang akan menimbulkan peningkatan hormon paratiroid
(resorbsi tulang akan meningkat) regulasi jelek diabetes mellitus juga
mengganggu metabolisme vitamin D3 dengan kemungkinan menurunnya
absorbsi kalsium di usus. Selain itu juga akan merangsang makrofag untuk
sintesis beberapa sitokin yang akan meningkatkanresorbsi tulang. Semua
pengaruh diabetes mellitus pada tulang inilah yang menyebabkan adanya
hubungan antara diabetes mellitus dengan penurunan kepadatan tulang.
Diabetes mellitus merupakan salah satu penyakit yang sangat
berpengaruh terhadap kesehatan jaringan periodontal. Ada beberapa hal
yang terjadi pada pasien diabetes sehingga penyakit ini cenderung untuk
memperparah kesehatan dari jaringan periodontal :
Bacterial Pathogens
Kandungan glukosa yang terdapat di dalam cairan gusi dan darah
pada pasien diabetes dapat mengubah lingkungan dari mikroflora, meliputi
perubahan kualitatif bakteri yang berpengaruh terhadap keparahan dari
penyakit periodontal.
Polymorphonuclear Leukocyte Function
Penderita diabetes rentan terhadap terjadinya infeksi. Hal ini
dihipotesiskan sebagai akibat dari polymorphonuclear leukocyte
deficiencies yang menyebabkan gangguan chemotaxis, adherence, dan
defek phagocytosis.
Pada pasien dengan diabetes yang tidak terkontrol terjadi pula gangguan
pada fungsi PMN (polymorphonuclear leukocytes) dan
monocytes/macrophage yang berperan sebagai pertahanan terhadap bakteri
patogen.
15
Altered Collagen Metabolism
Pada pasien diabetes yang tidak terkontrol yang mengalami
hiperglikemi kronis terjadi pula perubahan metabolisme kolagen, dimana
terjadi peningkatan aktivitas collagenase dan penurunan collagen
synthesis.
Kolagen yang terdapat di dalam jaringan cenderung lebih mudah
mengalami kerusakan akibat infeksi periodontal. Hal ini mempengaruhi
integritas jaringan tersebut.
G. Pengaruh glukosa terhadap jaringan periodontal
Pada diabetes mellitus dapat timbul sejumlah komplikasi yang
disebabkan kadar glukosa darah tinggi ( hiperglikemia ). Beberapa protein
tubuh pada diabetes mellitus dengan hiperglikemia akan mengalami
glikosilasi, dengan akibat meningkatnya jumlah IgG terglikasi. Pada
keadaan hiperglikemia dan mengalami glikosilasi akan menurunkan
afinitas antibody IgG terhadap antigen, sehingga penderita diabetes
mellitus mudah terserang infeksi . Dilaporkan bahwa ada korelasi antara
kadar glukosa darah dengan prevalensi keparahan keradangan gingival ,
periodontal , resorbsi tulang alveolar dan kedlaman poket.
16
Resistensi jaringan gigngiva dan jaringan peridontal penderita
diabetes mellitus menurun , disebabkan karena adanya perubahan
komposisi kolagen, regulasi diabetes mellitus dan hygiene mulut.
Penelitian dentin akibat diet tinggi sukrosse melaporkan bahwa
sucrose dapat mengurangi pembentukan dentin termasuk perputaran
metabolisme kalsium. Oleh karena itu sucrose dapat menyebabkan
perubahan pada metabolisme kalsium juga dapat berpengaruh pada
pembentukan mineral lain di jaringan , dentin , karena komposisi tulang
dan dentin serta proses pembentukan sangat mirip. Lebih lanjut dilaporkan
dengan berkurangnya beberapa mineral seperti keselurhan isi mineral
dalam dentin sebagai akibat tingginya kadar sucrose pada gigi molar tikus
percobaan.
Diet yang kaya sucrose dapat menyebabkan hiperinsulinemia,
insulin resistance dan peningkatan glukosa plasma. Beberapa pengurangan
pembentukan dentin juga ditemikan pada kelompok pembanding diet
sucrose. Dan didapatkan perbedaan ukuran dari ketebalan pembentukan
dentin selama penelitian. Respon dari dalam ini dapat berubah oleh karena
sucrose selama terjadinya proses kariogenik. Pembentukan dentin selama
periode penelitian adalah dentin primer . oleh karena itu pengaturan dari
dentinogenesis oleh tes diet menunjukkan adanya hasil. Pembentukan
dentin primer menjadi lebih lambat oleh karena efek racun dari
metabolisme bakteri selama proses karies lesi pada dentin , trauma atau
menghalangi fungsi normal dari odontoblast.
H. Infeksi dan kesulitan regenerasi pada penderita diabetes
Penyakit diabetes mellitus sangat erat hubungannya dengan
turunnya kekebalan tubuh terhadap suatu infeksi. Pada penderita diabetes
mellitus kadar glukosa dalam darah tinggi, sehingga merupakan media
yang cocok bagi perkembangan kuman pada daerah luka tersebut7.Dalam
susunan darah , kapasitas fagositosis berkurang yang menyebabkan tidak
efisiennya pembunuhan kuman sehingga penderita mudah terserang
infeksi yang serius. Pada dasarnya penderita diabetes mellitus lebih mudah
17
mengalami infeksi , sehingga tindakan sekecil apapun yang melukai organ
atau jaringan dapat menimbulkan resiko infeksi. Hal ini diakibatkan oleh
ganngguan terhadap mekanisme pertahanan imun.
Beberapa faktor yang memudahkan terjadinya infeksi :
1. Faktor metabolik :
o Glikogen dihati menurun
o Dehidrasi sering terjadi pada penderita diabetes mellitus sebagai
akibat dari hiperglikemia dan poliurea.
2. Faktor imunologik :
Sifat fagositosis dari leukosit menurun.
Pembentukan antibodi menurun
Turunnya daya tahan tubuh.
3. Faktor angiopati diabetika
Mikroangiopati –diabetika , yaitu : angiopati yang terjadi pada
kapiler dan arteriol. Disfungsi endotel dan agregasi trombosit yang
meningkat merupakan penyebabnya
Makroangiopati –diabetika, yaitu : penebalan basement membrane,
pengendapan fibrin pada dinding pembuluh darah dan
hilangnyaelastisitas dinding arteri, karena terjadinya proses
sclerosis pada arteriolnya, sehingga terjadi penyempitan pembuluh
darah arteriol.Elastisitas pembuluh darah hilang dan penebalan
berupa priliferasi , hialinisasi menyebabkan pembulu darah menjadi
kaku dan mudah pecah, timbullah kebocoran. Kebocoran ini
mengakibatkan keluarnya protein dan butir – butir darah yang
berakibat menurunnya pertahanan jaringan setempat karena
keluarnya butir – butir darah seperti lekosit dan berkurangnya
pasokan nutrisi dan oksigen ke jaringan sehingga menghambat
penyembuhan luka.
4. Faktor neuropati-diabetika
Menyebabkan turunnya reflek saraf otonom , sensorik dan motorik,
sehingga timbul rasa parestesi, panas mukosa mulut kering dan gerak –
gerak otot jadi lamban. Kesulitan regenerasi dan mudahnya infeksi pada
18
penderita dibetes mellitus disebabkan terjadinya kelainan pada membrane
basalis, antara lain: berkurangnya multiplikasi fibroblast, menurunnya
kapasitas sintesa kolagen, meningkatnya kadar glikoprotein di membran
basalis ,turunnya kadar GAG ( glycoaminoglycans) di membrane basalis
yang penting untuk mengatur metabolisme lipoprotein dan karena
kadarnya menurun maka akanmudah timbul pengendapan lipoprotein di
jaringan. Berkurangnya multiplikasi fibroblast mengakibatkan
terhambatnya jaringan granulasi dan menurunnya kemampuan daya
regenerasi jaringan.
G. Komplikasi
Komplikasi diabetes mellitus dalam rongga mulut sangat kompleks
melibatkan banyak struktur dari gigi sampai kelenjar ludah yang disebut
oral diabetic meliputi saliva, lidah , mukosa , gingival , periodontium dan
gigi sebagai akibat dari diabetes mellitus. Perubahan – perubahan patoligis
yang dapat dijumpai dalam mulut penderita diabetes mellitus adalah
sebagai berikut : hiposaliva sehingga ludah mudah kental , mulut kering
(xerostomia) , prevalensi karies meningkat dan mudah timbul infeksi
didalam rongga mulut
Lidah terasa tebal / hiperemi, hingga timbul ganngguan
pengecapan pada lidah. Mukosa mulut terasa terbakar dan mudah timbul
kandidiasis dan liken planus.. Gingiva turun terasa nyeri bila ditekan
bahkan kadang terdapat nanah. Akibat gingival turun , maka gigi penderita
diabetes mellitus tampak menonjol keluar dari soket. Menurunnya
resistensi gingival pada oral diabetic ini antara lain disebabkan oleh karena
perubahan kolagen pada jaringan ikat gingiva.
Pada jaringan periodontal terjadi radang periodontal disertai
dengan keroposnya tulang alveolaris. Penyakit periodontal biasanya
disebabkan oleh infeksi bakteri yang progresif dan kronik. Terutama pada
penderita diabetes mellitus dengan kebersihan mulut yang jelek , bakteri
gram negative dan anaerobic akan membentuk plak, apabila ini tidak
segera dihilangkan akan terus menyebar ke jaringan periodontal dan terus
19
menuju ke akar gigi yang mengakibatkan meningkatnya mobilitas,
lepasnya gigi.
BAB IIIPENUTUP
A. KESIMPULAN
Diabetes mellitus yang dikenal dengan istilah kencing manis
merupakan penyakit yang disebabkan kurangnya insulin didalam tubuh
sehingga terjadi ganngguan primer berupa ganngguan metabolisme
glukosa yang ditandai dengan meningkatnya kadar glukosa dalam darah
melebihi nilai normal.
Penderita Diabetes Mellitus rentan terhadap masalah-masalah
dalam rongga mulut seperti:
Mulut kering (xerostomia).
Diabetes yang tidak terkontrol menyebabkan penurunan aliran saliva (air
liur), sehingga mulut terasa kering. Saliva memiliki efek self-cleansing, di
mana alirannya dapat berfungsi sebagai pembilas sisa-sisa makanan dan
20
kotoran dari dalam mulut. Jadi bila aliran saliva menurun maka akan
menyebabkan timbulnya rasa tak nyaman, lebih rentan untuk terjadinya
ulserasi (luka), infeksi, dan lubang gigi.
Radang gusi (gingivitis) dan radang jaringan periodontal (periodontitis).
Selain ,merusak sel darah putih, komplikasi lain dari diabetes adalah
menebalnya pembuluh darah sehingga memperlambat aliran nutrisi dan
produk sisa dari tubuh. Lambatnya aliran darah ini menurunkan
kemampuan tubuh untuk memerangi infeksi, sedangkan periodontitis
adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi bakteri. Jadi infeksi bakteri
pada penderita diabetes lebih berat.
Ada banyak faktor yang menjadi pencetus atau yang memperberat
periodontitis, di antaranya akumulasi plak, kalkulus (karang gigi), dan
faktor sistemik atau kondisi tubuh secara umum. Rusaknya jaringan
periodontal membuat gusi tidak lagi melekat ke gigi, tulang menjadi rusak,
dan lama kelamaan gigi menjadi goyang. Angka kasus penyakit
periodontal di masyarakat cukup tinggi meski banyak yang tidak
menyadarinya, dan penyakit ini merupakan penyebab utama hilangnya
gigi pada orang dewasa.
Luka sukar sembuh.
Diabetes yang tidak terkontrol membuat penyembuhan luka pada
penderita diabetes lebih lama dan lebih sulit daripada orang normal, karena
adanya gangguan aliran darah ke tempat terjadinya luka.
Oral thrush.
Penderita diabetes yang sering mengkonsumsi antibiotik untuk memerangi
infeksi sangat rentan mengalami infeksi jamur pada mulut dan lidah.
Apalagi penderita diabetes yang merokok, resiko terjadinya infeksi jamur
jauh lebih besar.
Hal-hal yang harus diperhatikan mengenai kesehatan gigi dan mulut
pada penderita diabetes adalah :
21
Jaga kadar gula darah sedekat mungkin dengan kadar gula darah normal,
terutama dengan cara menerapkan gaya hidup sehat.
Jaga kebersihan gigi dan mulut sebaik mungkin, agar memperkecil resiko
terjadinya karies, gingivitis, ataupun periodontitis. Masalah yang terjadi di
rongga mulut penderita diabetes dapat mengarah ke penyakit lain.
Jangan lupa informasikan mengenai kondisi diabetes bila berkunjung ke
dokter gigi, terutama bila hendak mencabut gigi. Seperti yang telah
dijelaskan di atas, luka pada penderita diabetes sukar sembuh. Ini termasuk
juga luka setelah pencabutan gigi. Selain itu juga ada resiko terjadinya
infeksi sekunder dan pendarahan yang cukup banyak setelah tindakan oleh
dokter gigi. Oleh karena itu dokter gigi akan memberikan tindakan
premedikasi bila dipandang perlu, sebelum melakukan tindakan perawatan
pada penderita diabetes.
Kecuali sangat mendesak, sebaiknya hindari perawatan gigi bila kadar
gula darah sedang tinggi. Normalkan dahulu kadar gula darah, baru
kunjungi dokter gigi kembali.
Pemakaian alat-alat seperti gigi tiruan atau kawat orthodontik perlu
mendapat perhatian khusus. Pemakai gigi tiruan harus melepas gigi tiruan
sebelum tidur dan dibersihkan dengan seksama agar meminimalkan
kemungkinan terjadinya infeksi jamur karena kebersihan yang tidak
terjaga
DAFTAR PUSTAKA
1. Brian L.Mealey and Thomas W.Oates : Diabetes Mellitus and Periodontal
Disease : J Periodontal .August. 2006 : 8 .19 – 1
2. Carranza FA , et al . 2006 : Clinical Periodontology , 10th. Philadelphia,
W.B. Saunders Co.Ltd: pp 309 -41, 391, 461-65,654-65.
3. Cohen DW.1990. Diabetes Mellitus and Periodontal Disease. J Periodontal
41: hlm 709.
4. Donoseputro M.2003. Kumpulan makalah Basic Mol Biology course on
Mitochondrial. Hlm.1-7
22
5. Ganong WF.1995. Fisiologi Kedokteran. Edisi ke-17 .Penerjemah:
Widjajakusuma D. Jakarta,EGC Penerbit Buku Kedokteran :hlm 183-6,328-
37,349-50,485.
6. Guyton A.1996. Fisiologi Kedokteran .Eke -9. Penerjemah : Setiawan I.
Jakarta,EGC .Penerbit Buku Kedokteran ; hlm. 841 – 5,1221-34.
7. Jones JH, Mason DK. 1980. Oral Manifestation of Sistemic Disease. Ed. 8.
London W.B. Saunders Co. Ltd; pp 331 -13.
8. Marwati E.1992. Infeksi Jaringan Lunak mulut pada Penderita Diabetes
Mellitus . Majalah Ilmu Kedokteran Gigi FKG USAKTI .No 11 hlm.76-81.
9. Tjokroprawiro A 1998. Diabetes Mellitus dan Macam – macam Diit Diabetes
Mellitus B, B1,B2,B3 .Edisi ke -10 Surabaya, Airlangga University Press:
hlm.1-9,15-6.
10. Tjokroprawiro A 1996. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam . Edisi ke-3 Jakarta,
Gaya Baru: hlm.606-7.
11. Tjokroprawiro A 2000 Diabetes mellitus klasifikasi, Diagnosis, terapi. Edisi
ke-3 Jakarta,PT.Gramedia Pustaka Utama : hlm 8,65-66.
23