kumpulan tugas bab ii fiqh muamalah

Upload: nanda-putri-ghassani

Post on 16-Oct-2015

132 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Sharia

TRANSCRIPT

KUMPULAN TUGAS BAB II FIQH MUAMALAHHUKUM HUKUM ISLAM

Fakultas Ekonomi dan BisnisUniversitas Padjadjaran2014

IjmaOleh : Caca AnnisaPengertian : Ijma menurut para ahli ushul fiqh adalah kesepakatan para mujtahid di kalangan ummat islam pada suatu masa setelah Rasulullah saw. Wafat atas hokum syara mengenai suatu kajadian, Apabila terjadi suatu kejadian yang dihadapkan kepada semua mujtahid dari ummat islam pada waktu kejadian itu terjadi.dan mereka sepakat atas hukum mengenainya, maka kesepakatan mereka itu disebut ijma. Kesepakatan mereka atas satu hukum mengenainya dianggap sebagai dalil, bahwasanya hokum tersebut merupakan hokum syara mengenai kejadian itu.Dalam defenisi itu hanyalah disebutkan sesudah wafat Rasulullah saw., karena pada masa hidup Rasulullah, beliau merupakan rujukan pembentukan hukum islam satu-satunya, sehingga tidak terbayangkan adanya perbedaan dalam hokum syari, dan tidak pula terbanyangkan adanya kesepakatan, karena kesepakatan tidak akan terwujud kecuali dari beberapa orang.Contoh ijma :Batu mulia tidak wajib di zakati Haram hukumnya memakai wig dan menyambung rambutPenerapan adzan ke 3 pada sholat jumatLarangan bagi orang yang menyewa satu barang kemudian menyewakan barang tersebut kepda orang lain dengan kadar yang lebih tinggiSaudara saudara seibu sebapak terhalang untuk menerima warisan oleh bapak

Pendapatan : Ijma adalah keputusan para ulamaSyarat sesorang dapat berijma :Harus hafal Alqur'an dan hadist serta mampu menginterpretasikannya.Ijma terbagi menjadi 2 yaitu :semua ulama berpendapat pada peristiwa tersebut dan yang hanya sebagian saja.

IjmaOleh : Tio RiyonoIjma adalah kesepakatan para ulama fiqih yang hidup dalam satu periode, dengan tanpa ada pengingkaran atas keabsahan hukum yang berkaitan dengan kejadian yang baru datang, seperti di haramkanya sholat dalam keadaan berhadats. Ijma dilakukan setelah wafatnya Rasulullah,karena semasa hidup rasul apabila terdapat masalah langsung di tanyakan kepada rasulullah.Yang dimaksud dengan para ulama di sini adalah para ulama fiqih yang sudah mencapai tingkatan mujtahid, yaitu para ulama yang mempunyai otoritas penuh untuk menggali hukum langsung dari sumbernya. Seperti Imam Malik, Sufyan at- tsauri, Abu Hanifah, Imam As SyafiI dan lain sebagaianya.Ijma ini ada dua macam:1. Ijmak SharihYaitu kesepakatan mujtahid terhadap hukum mengenai suatu peristiwa.masing-masing bebas mengeluarkan pendapat.jelas terlihat dalam fatwa, dan dalam memutus suatu perkara.2. Ijmak SukutiSebagian mujtahid itu terang-terangan menyatakan pendapatnya itu dengan fatwa, atau memutuskan suatu perkara. Dan sebagian lagi hanya berdiam diri.Jadi Ijma ini adalah sumber hukum Islam yang termasuk pada Zanni (Dugaan). Dugaan maksudnya adalah dugaan yang kuat sehingga bisa dijadikan sumber hukum.

IJMAOleh : Nunur Nurwendah R Pengertan IjmaIjma secara etimonologi adalah sepakat. Adapun Ijma secara istilahkesepakatan mujtahid setelah wafatnya Rasulullah Saw.

Contoh Ijma : Penetapan awal ramadhan dan syawal berdasarkan ruyatul hilal

Komentar : Dengan adanya Ijma, kita menjadi tidak bingung lagi mengenai sesuatu yg tidak ada hukumnya dalam Al-Quran maupun as-Sunah. Ijma sering digunakan di Indonesia. Contohnya saja, saat penentuan awal ramadhan dan syawal. Para ulama akan menentukan awal ramadhan dan sawal dengan berdasarkan ruyatul hilal lalu membuat sebuah keputusan yang disepakati oleh para ulama. Keputusan ini akan diterima oleh masyarakat.Keputusan yang disepakati oleh ulama, biasanya akan diterima oleh masyarakat.

IJMAOleh : Lalan Wulandari

A. PengertianSecara etimologi, ijma berarti kesepakatan atau konsensus. Pengertian ini dijumpai dalam Al-Quran surat An-nisa (115) : Dan barangsiapa yang menentang Rasul sesudah jelas kebenaran baginya, dan mengikuti jalan yang bukan jalan orang-orang mu'min, Kami biarkan ia leluasa terhadap kesesatan yang telah dikuasainya itu dan Kami masukkan ia ke dalam Jahannam, dan Jahannam itu seburuk-buruk tempat kembali.(QS.An-Nisa:115)" Pengertian etimologi kedua dari ijma adalah (ketetapan hati untuk melakukan sesuatu). Pengertian kedua ini ditemukan dalam surat Yunus, 10: 71:... maka bulatkanlah keputusanmu dan kumpulkanlah) sekutu-sekutumu.. Sedangkan Ijma menurut istilah Ulama Ushul (ushuliyin) ialah, kesepakatan semua mujtahidin diantara umat islam pada suatu masa kewafatan Rasulullah SAW atas hukum syari mengenai suatu kejadian/kasus.Contoh-contoh Ijma1. Haramnya pernikahan antara wanita muslimah dengan laki laki non muslim2. Ijma bahwa shalat fardhu itu hukumnya fardhu ain3. Sepakat bahwa adil itu hanya dapat dinilai secara lahiriyah, tidak secara batiniyah4. Batu mulia tidak wajib di zakati5. Haram hukumnya memakai wig dan menyambung rambut6. Penerapan adzan ke 3 pada sholat jumat7. Larangan bagi orang yang menyewa satu barang kemudian menyewakan barang tersebut kepda orang lain dengan kadar yang lebih tinggi8. Perbandingan antara kerbau dan sapi adalah sama dalam perhitungan zakatnya.9. Keharaman atas gashab yang disepakati oleh para mujtahidPendapatMenurut saya ijma yang sudah dilakukan oleh para ulama sudah sesuai dengan yang seharusnya, sudah sesuai dengan hukum dan syariat islam. Contohnya saja pada keputusan ijma yang mengharamkan pernikahan antara wanita muslimah dengan laki-laki nonmuslim. Sudah seharusnya seorang muslim menikah dengan muslim juga, karena sudah jelas dalam hukum islam bahwa dalam mencari pasangan hidup itu yang dilihat pertama adalah agamanya dan keimanannya, jadi hukum ijma ini sudah benar dan layak diputuskan sebagai syariat islam.

IJMAOleh: Ahmad Hidayatul MA. Pengertian IjmaIjma menurut para ahli ushul fiqh adalah kesepakatan para mujtahid di kalangan ummat islam pada suatu masa setelah Rasulullah saw. Wafat atas hokum syara mengenai suatu kajadian,Apabila terjadi suatu kejadian yang dihadapkan kepada semua mujtahid dari ummat islam pada waktu kejadian itu terjadi.dan mereka sepakat atas hukum mengenainya, maka kesepakatan mereka itu disebut ijma. Kesepakatan mereka atas satu hukum mengenainya dianggap sebagai dalil, bahwasanya hokum tersebut merupakan hokum syara mengenai kejadian itu.Dalam defenisi itu hanyalah disebutkan sesudah wafat Rasulullah saw., karena pada masa hidup Rasulullah, beliau merupakan rujukan pembentukan hukum islam satu-satunya, sehingga tidak terbayangkan adanya perbedaan dalam hokum syari, dan tidak pula terbanyangkan adanya kesepakatan, karena kesepakatan tidak akan terwujud kecuali dari beberapa orang.Contoh-contoh Ijma1. Haramnya pernikahan antara wanita muslimah dengan lki laki non muslim2. Ijma bahwa shalat fardhu itu hukumnya fardhu ain3. Boleh mengusap bag atas sepatu ( saat wudhu ) ketika dalam perjalananPendapatMenurut saya semua contoh dari Ijma tidak ada yang memberatkan selama itu adalah jalan yang di ridhai ALLAHmaka kita akan mendapatkan rahmat darinya

IJMAOleh : Aldi Turindra Rachman Pengertian IzmaIjma menurut istilah adalah kesepakatan para mujtahid/ulama di kalangan umat islam peristiwa/kasus pada suatu masa setelah Rasulullah SAW wafat atas hukum syara mengenai suatu kejadian Contoh Ijma:Di Indonesia sendiri yaitu tentang fatwa HARAM yang dikeluarkan MUI jika seseorang tidak mencoblos Pendapat:Pro Kontra pasti bakal terjadi saat keputusan itu telah di tetapkan, termasuk fatwa HARAM yg di keluarkan MUI jika seseorang tidak mencoblos, dalam hal ini saya sependapat dengan fatwa MUI yang dikeluarkan. Karena apa? Yang kita inginkan hidup lebih baik, sejahtera, birokrasi jalan dengan baik, mudah, transportasi nyaman dll. . Dan ada calon calon pemimpin yang ingin membawa impian impian itu/ cita cita tersebut. Lalu untuk apa tidak mnggunakan hak pilih kita? Tapi ingat pilih calon yang benar benar kompeten dalam menjalankan amanahnya kita lihat latar belakang calon tersebut terutama harus islam. Karena itu lah yang terbaik. Jika calon tersebut yang kita pilih akhirnya menjadi misalkan DPD di daerah, kita pantau teus kinerjanya dan kritik jika salah, ingatkan, dan jika belum juga berdoalah kepada Allah Swt serahkan kepadanya. Biar calon tersebut yang mempertanggung jawabkan amanah yang diembanya di akhirat kelak.

IstishanOleh : M Sena Nugraha P

Pengetian : Istihsan adalah salah satu cara atau sumber dalam mengambil hukum Islam. Berbeda dengan Al-Quran, Hadits, Ijma` dan Qiyas yang kedudukannya sudah disepakati oleh para ulama sebagai sumber hukum Islam, istihsan adalah salah satu metodologi yang digunakan hanya oleh sebagian ulama saja, tidak semuanya. Singkatnya, istihsan adalah tindakan meninggalkan satu hukum kepada hukum lainnya disebabkan karena ada suatu dalil syara` yang mengharuskan untuk meninggalkannya.Contoh : Menurut madzhab Abu Hanifah, bila seorang mewaqafkan sebidang tanah pertanian, maka dengan menggunakan istihsan, yang termasuk diwaqafkan adalahhak pengairan, hak membuat saluran air di atas tanah itu dan sebagainya. Sebab kalau menurut qiyas (jali), hak-hak tersebut tidak mungkin diperoleh, karena tidak boleh mengqiyaskan waqaf itu dengan jual beli.Pada jual beli yang penting ialah pemindahan hak milik dari penjual kepada pembeli. Bila waqaf diqiyaskan kepada jual beli, berarti yang penting ialah hak milik itu.Sedang menurut istihsan hak tersebut diperoleh dengan mengqiyaskan waqaf itu kepada sewa-menyewa. Pada sewa-menyewa yang penting ialah pemindahan hak memperoleh manfaat dari pemilik barang kepada penyewa barang.

Komentar : Saya rasa konsep istishan ini sudah tidak bisa di terapkan pada masa sekarang, karena yang namanya istishan adalah menentukan suatu hak/hukum dengan dalil sedangkan sekarang ini sudah tidak mungkin lagi ada dalil baru yang tercipta. Setelah selesainya Al-Quran dan berakhir pulanya hadis-hadis Nabi Muhammad SAW sedangkan Nabi Muhammad adalah nabi terakhir yang Allah turunkan ke muka bumi, maka tidak akan ada dalil baru yang akan menentukan suatu hukum baru.

ISTISHABOleh Alpin APENGERTIANIstishabmenurut bahasa mencari sesuatu dengan dasar yang berdekatan. Adapun menurut istilah para ahli ushul adalah: menetapkan hukum sesuatu berdasarkan keadaan hukum,yang sebelumnya,sehingga ada hukum baru yang mengubahnya.Menurut Imam As-Syaukany maksud istishab adalah segala apa yang telah ada pada masa lampau, tetap berlaku pada masa yang akan datang dengan mengambil pedoman ketetapan yang berdekatan.

Dari kedua defenisi di atas mengandung pengertian ,bahwa:1. Sesuatu hukum yang ada sekarang adalah lantaran ada hukum dimasa yang lalu.2. Hukum yang masih ada pada masa lalu tetap masih ada.3. Hukum yang ada sekarang ada pula pada masa lalu..CONTOH ISTISHABTelah terjadi perkawinan antara laki-laki A dan perempuan B, kemudian mereka berpisah dan berada di tempat yang berjauhan selama 15 tahun. Karena telah lama berpisah itu maka B ingin kawin dengan laki-laki C. Dalam hal ini B belum dapat kawin dengan C karena ia telah terikat tali perkawinan dengan A dan belum ada perubahan hukum perkawinan mereka walaupun mereka telah lama berpisah. Berpegang ada hukum yang telah ditetapkan, yaitu tetap sahnya perkawinan antara A dan B, adalah hukum yang ditetapkan dengan istishab.PENDAPAT TENTANG CONTOHDari keterangan dan contoh diatas dapat diambil kesimpulan bahwa sebenarnya istishab itu bukanlan cara menetapkan hukum, tetapi ia pada hakikatnya adalah menguatkan atau menyatakan tetap berlaku suatu hukum yang pernah ditetapkan karena tidak ada yang mengubah atau yang mengecualikan. Pernyataan ini sangat diperlukan untuk menjaga jangan sampai terjadi penetapan hukum yang berlawanan antara yang satu dengan yang lain. Karena itulah ulama Hanafiyah menyatakan bahwa sebenarnya istishab itu tidak lain hanyalah untuk mempertahankan hukum yang telah ada, bukan untuk menetapkan hukum yang baru. Istishab bukanlah merupakan dasar atau dalil untuk menetapkan hukum yang belum tetap, tetapi ia hanyalah menyatakan bahwa telah pernah ditetapkan suatu hukum dan belum ada yang mengubahnya. Jika demikian halnya istishab dapat dijadikan dasar hujjah.URFOleh : Ervira Sufia R

Dalil Zanni ialah dalil-dalil yang tidak disepakati oleh sebilangan ulama. Contohnya seperti Istihsan, Masalih Mursalah, Uruf, Istishab dan sebagainya.

UrufUruf adalah sesuatu yang tidak asing lagi bagi suatu masyarakat karena telah menjadi kebiasaan dan menyatu dengan kehidupan mereka baik berupa perbuatan atau perkataan.

Contoh Uruf: jual beli tanpa lafaz ijab dan qabul adalah tergolong Uruf sahih karena tidak tercantum dalam Al Quran dan As Sunnah.

Komentar: Meskipun cara yang benar melakukan bertransaksi jual beli adalah menggunakan ijab dan qabul, namun pada prakteknya banyak masyarakat yang tidak menerapkannya pada transaksi jual barang biasa, karena dalam hal jual beli barang biasa tidak begitu sakral, hal ini telah menjadi kebiasaan bagi masyarakat dan dapat dibenarkan karena tidak tercantum pada Al Quran dan As Sunnah. Yang terpenting dalam jual beli barang adalah atas dasar suka sama suka dan ridha sama ridha antara penjual dan pembeli. Menemukan titik equilibrium atau kesepakatan harga barang yang disepakati oleh keduanya tanpa merasa salah satu pihak merasa terdzolimi.

URFMuhammad Radian Suriaatmaja PengertianUrf menurut bahasa berarti baik,sedangkan menurut bahasa berarti sudah dilakukan berulang-ulang,sudah saling diketahui,dan dijalankan masyarakat.Sedangakan menurut para ahli fiqih urf berarti adat istiadat atau sesuatu yang telah diketahui oleh manusia sehingga mereka jadikan adat istiadat.

Jenis-jenis urf1. Urf Amali (Perbuatan)2. Urf Qauli (Ucapan)

Menurut nilaiMenurut dari segi nilai urf dibagi menjadi dua macam yaitu:1. Urf ShahihUrf yang sesuai dengan Al-Quran dan Al-Hadits ( As-Sunnah).Urf ini tidak akan mendatangkan mudharat dan tidak akan menghapus maslahat bagi.Dengan kata lain bias diajadikan sumber landasan hukum.Para ulama berpendapat bahwa urf shahih harus dilestarikan karena tidak bertentangan dengan syara dan tidak membawa mudharat.Urf shahih dibagi menjadi dua macam yaitu:

Urf Shahih AmYaitu urf shahih yang telah disepakati sejak masa lampau hingga sekarang dan telah disepakati oleh umat manusia sehigga bersifat universal dan masuk kategori ijma.Contohnya adalah sesuatu yang diberikan oleh laki-laki kepada wanita pinangannya berupa perhiasan dan pakain adalah hadiah yang tidak termasuk sebagian dari maskawinnya. Urf Shahih al KhasUrf ini hanya diakui di suatu Negara atau di suatu tempat saja.Maka jika dijadikan landasan hukum tidaklah valid dan hanya berlaku di tempat dan pada masa keputusan itu ditetapkan saja.

2. Urf FasidUrf yang bertentangan dengan Syara.Contohnya kebiasaan pedangan meminjam uang dengan system riba.Para ualama berpendapat bahwa urf ini harus dihilangkan dari tengah-tengah masyarakat karena tidak membawa maslahat.

Syarat-syarat urf1. Urf harus berlaku umum. Artinya, urf harus berlaku di kalangan masyarakat secara umum dan bukan merupakan sebuah kebiasaan pribadi atau perorangan.2. Urf sudah berlaku ketika persoalan yang akan ditetapkan hukumnya itu muncul. Artinya urf yang akan dijadikan sandaran hukum itu sudah ada sebelum adanya kasus yang akan ditetapkan status hukumnya3. Urf tidak bertentangan dengan apa yang telah ditetapkan dalam transaksi. Artinya apabila ada perjanjian khusus yang ditetapkan di dalam transaksi dan hal tersebut bertentangan dengan urf, maka perjanjian yang dimenangkan dan memalingkan urf.

4. Tidak berbenturan dengan tashrih. Jika sebuah urf berbenturan dengan tashrih (ketegasan seseorang dalam sebuah masalah), maka urf itu tidak berlaku.contoh:

Kalau seseorang bekerja di sebuah kantor dengan gaji bulanan Rp. 500.000,- tapi pemilik kantor tersebut mengatakan bahwa gaji ini kalau masuk setiap hari termasuk hari Ahad dan hari libur, maka wajib bagi pekerja tersebut untuk masuk Setiap hari maskipun urf masyarakat memberlakukan hari Ahad libur.

5. Urf tidak berlaku atas sesuatu yang telah disepakati

Hal ini sangatlah penting karena bila ada urf yang bertentangan dengan apa yang telah disepakati oleh para ulama (dalam hal ini Ijma) maka urf menjadi tidak berlaku, terlebih bila urf nya bertentangan dengan dalil syari.

KomentarMenurut saya urf merupakan salah satu hukum Islam atau lebih tepatnya zanni yang harus menjadi salah satu perhatian utama para ulama di Indonesia.Dengan berbagai macam adat istiadat para ulama khusunya MUI perlu menetapkan yang mana yang termasuk urf shahih dan yang man urf fasid.Dengan latar belakang agama pra-Islam Indonesia adalah Hindu masih banyak budaya atau adat istiadat yang dianut muslim Indonesia yang masih mengandung unsur Hindu,Budha,maupun animisme dan dinamisme sehingga bertentangan dengan syara.Para ulama khusunya MUI pun harus bersikap tegas dalam menentukan urf di Indonesia ini walaupun akan dan pasti berbenturan dengan paham pluralrisme,liberalisme,bahkan pancasila.Ketidaktegasan para ulama Indonesia dalam menentukan yang mana urf shahih dan urf fasih mengakibatkan tumbuh suburnya perbuatan-perbuatan musyrik (yang diklaim sebagai kekayaan budaya bangsa) di dalam masyarakat Indonesia.Sehingga berbagai macam mudharat pun terjadi di Indonesia seperti bencana alam,kemiskinan,kebodohan dan lain-lain.Ketidak tegasan para ulama mungkin juga disebabkan karena adanya salah satu kelompok ormas Islam tertua dan berpengaruh di Indonesia yang terjangkit virus pluralisme.Ormas ini sangat lah berpengaruh di MUI maupun dalam membentuk opini masyarakat karena pengikutnya yang banyak di pulau Jawa dan juga memiliki partai politik.Penentuan urf oleh ulama Indonesia haruslah segera dilakukan ,dan jika sudah ditentukan maka yang masuk kategori urf fasih harus segera diberantas.Budaya lah yang seharusnya bersifat fleksibel terhadap agama bukan agama yang fleksibel terhadap budaya. Selama masih ada dan pelakunya masih banyak akan membawa mudharat bagi bangsa Inonesia,bangsa dengan presentase muslim terbesar di dunia.

URFOleh : Jamal PurnamaPengertian UrfSecara etimologi Kata Urf berarti sesuatu yang dipandang baik dan diterima oleh akal sehat. Sedangkan secara terminologi seperti yang dikemukkan oleh Abdul-Karim Zaidan,istilahn urfberarti:Sesuatu yang tidak asing lagi bagi satu masyarakat karena telah menjadi kebiasaan dan menyatu dengan kehidupan baik berupa perbuatan maupun perkataan

Istilah Urf dalam pengertian tersebut sama dengan pengertian istilah al-adah(adad istiadat).Para ulama ushul fiqih membedakan antara adat dengan urf dalam membahas kedudukannya sebagai salah satu daliluntuk menetapkan hukum syara. Adat didefenisikan dengan:sesuatu yang dikerjakan secara berulang-ulang tampa adanya hubungan rasional

Defenisi ini menujukkan bahwa apabila suatu perbuatan dilakukan secara berulan-ulang menurut hukun akal, tidak dinamakan adat. Defenisi ini juga menujukkan bahwa adat itu mencakup persoalan yang amat luas, yang menyangkut permasalahan pribadi, seperti kebiasaan seseorang dalam tidur, makan dan mengkonsumsi jenis makanan tertentu atau permasalahan yang menyangkut banyak orang yaitu sesuatu yang berkaitan dengan hasil pemikiran yang baik dan yang buruk.Adapun urf menurut ulama ushul fiqih adalah:Kebiasaan mayoritas kaum baik dalam perkataan atau perbuatan

Berdasarkan defenisi ini, Mushthafa Ahmad al-Zarqa (guru besar Fiqih IslamUnifersitas Amman ,Jordania) mengatakan bahwa urf merupakan bagian dari adat, karena adat lebih umum dari urf. Suatu urf menurutnya harus berlaku kepada kebanyakan orang didaerah tertentu bukan pada pribadi atau kelompok tertentu dan urf bukanlah kebiasaan alami sebagai mana yang berlaku dalam kebanyakan adat tapi muncul dari sesuatu pemikiran dan pengalaman.

2. Dasar Hukum UrfMenurut hasil penelitian al-Tayyib Khudari al-Sayyid, guru besar Ushul Fiqih di Universitas Al-Azhar Mesir dalam karyanyafi al-ijtihad ma la nassa fih,bahwa mazhab yang dikenal banyak menggunakan Urf sebagai landasan hokum adalah kalangan Hanafiyah dan kalangan malikiyyah, dan selanjutnya oleh kalangan Hanabilah dan kalangan Syafiiyah. Menurutnya, pada prinspnya mazhab-mazhab besar fiqih tersebut sepakat menerima adat istiadat sebagai landasan pembentukan hokum, meskipun dalam jumlah dan rinciannya terdapat perbedaan pendapat diantara mazhab-mazhab tersebut, sehingga Urf dimasukkan kedalam kelompok dalil-dalil yang diperselisihkan dikalangan ulama.Urf mereka terima sebagai landasan hukum dengan beberapa alasan , antara lain :Surat al-araf ayat 199:Jadilah engakau pemaaf dan suruhlah orang mengerjakan yang maruf (al-urfi), serta berpalinglah dari orang-orang yang bodoh. (QS. Al-Araf 199)

Kata al-Urf dalam ayat tersebut, dimana umat manusia disuruh mengerjakannya, oleh Ulama Ushul fiqih dipahami sebagai sesuatu yang baik dan telah menjadi kebiasaan masyarakat. Berdasarkan itu maka ayat tersebut dipahami sebagai perintah untuk mengerjakan sesuatu yang telah dianggap baik sehingga telah menjadi tradisi dalam suatu masyarakat.

Pada dasarnya, syariat Islam dari masa awal banyak menampung dan mengakui adat atau tradisi itu tidak bertentangan dengan Al-Quran dan Sunnah Rasulullah. Kedatangan Islam bukan menghapuskan sama sekali tradisi yang telah menyatu dengan masyrakat. Tetapi secara selektif ada yang diakui dan dilestarikan serta ada pula yang dihapuskan. Misal adat kebiasaan yang diakui, kerja sama dagang dengan cara berbagi untung(al-mudarabah). Praktik seperti ini telah berkembang di bangsa Arab sebelum Islam. Berdasarkan kenyataan ini, para Ulama menyimpulkan bahwa adat istiadat yang baik secara sah dapat dijadikan landasan hokum, bilamana memenuhi beberapa persyaratan.

Adat yang benar, wajib di perhatikan dalam pembentukan hokum syaradan putusan perkara. Seorang mujtahid harus memperhatikan hal ini dalam pembentukan hukumnya dan bagi hakim juga harus memperhatikan hal itu dalam setiap keputusanya. Karena apa yang sudah diketahui dan dibiasakan oleh m,anusia adalah menjadi kebutukan mereka,disepakati dan ada kemaslahatanya. Selama ia tidak bertentangan dengan syara maka harus dijaga. Syari telah menjaga adat yang benar diantara adat orang arab dalam pembentukan hukumnya. Seperti menetapkan kewajiban denda atasorang perempuan berakal, mensyaratkan dan memperhitungkan ahli waris yang tidak mendapat bagian pasti dalam perwalian dan pembagian harta warisan.

Oleh karna itu ulama berkata: Adat adalah syariat yang dikuatkan sebagai hukum, sedangkan adat juga dianggap sebagai syara. Imam Malik membentuk banyak hukum berdasarkan perbuatan penduduk madinah. Abu Hanifah dan para muritnya berbeda dalam menentukan hukumnya, tergantung pada adat mereka. Imam syafiI ketika berada di Mesir, mengubah sebagian hukum yang di tetapkan ketika beliau berada di Baghdad karena perbadan adat. Oleh kerena itu iya memiliki dua pendapat, pendapat baru dan pendapat lama.

Contoh penggunaan Al-urf (Yang rusak/bertentangan)kebiasaan yang bertentangan dengan dalil-dalil syara dan kaidah-kaidah dasar yang ada dalam syara. Misalnya, kebiasaan yang berlaku dikalangan pedagang dalam menghalalkan riba, seperti peminjaman uang antara sesama pedagang. Uang yang dipinjam sebesar sepuluh juta rupiah dalam tempo satu bulan, harus dibayar sebanyak sebelas juta rupiah apabila jatuh tempo, dengan perhitungan bunganya 10%. Dilihat dari segi keuntungan yang di raih peminjam, penambahan utang sebesar 10% tidaklah memberatakan, karena keuntungan yang diraih dari sepuluh juta rupaiah tersebut mungkin melebihi bunganya yang 10%. Akan tetapi praktik seperti ini bukanlah kebiasaan yang bersifat tolong menolong dalam pandangan syara, karena pertukaran barang sejenis, menurut syara tidak boleh saling melebihkandan praktik seperti ini adalah praktik peminjaman yang berlaku di zaman jahiliyah, yang dikenal dengan sebutan Riba al-nasiah (riba yang muncul dari hutang piutang). Oleh sebab itu, kebiasaan seperti ini, menurut Ulama Ushul fiqh termasuk dalam kategori al-urf al-fasid.

QiyasOleh : Firda MutiaraPengertian QiyasQiyas artinya menggabungkan atau menyamakan artinya menetapkan suatu hukum suatu perkara yang baru yang belum ada pada masa sebelumnya namun memiliki kesamaan dalam sebab, manfaat, bahaya dan berbagai aspek dengan perkara terdahulu sehingga dihukumi sama.Dilihat dari segi bahasa qiyas yang berasal dari bahasa Arab berarti ukuran, mengetahui ukuran sesuatu, membandingkan, atau menyamakan sesuatu dengan yang lain. Pengertian qiyas secara terminologi terdapat beberapa definisi yang dikemukakan para pakar ushul fikih, sekalipun redaksinya berbeda, tetapi mengandung pengertian yang sama. Di antaranya dikemukakan Shadr asy-Syari'ah (w. 747 H/1346 M, tokoh ushul fikih Hanafi).Rukun Qiyas ada empat :1. Al-ashl (pokok)Al-ashl ialah sesuatu yang telah ditetapkan ketentuan hukumnya berdasarkan nash, baik berupa Quran maupun Sunnah.2. Al-far'u (cabang)Al-far'u ialah masalah yang hendak diqiyaskan yang tidak ada ketentuan nash yang menetapkan hukumnya.3. Hukum AshlHukum Ashl adalah hukum yang terdapat dalam masalah yang ketentuan hukumnya itu ditetapkan oleh nash tertentu, baik dari Quran maupun Sunnah.4. 'Illah'Illah adalah suatu sifat yang nyata dan berlaku setiap kali suatu peristiwa terjadi, dan sejalan dengan tujuan penetapan hukum dari suatu peristiwa hukum.Contoh Qiyas :Para pakar Mu'tazilah berpendapat bahwa qiyas wajib diamalkan hanya dalam dua hal :1. Illah-nya (disebutkan dalam nash) baik secara nyata maupun melalui isyarat. Misalnya, dalam suatu hadits Rasulullah :Dahulu saya melarang kamu menyimpan daging kurban untuk kepentingan (para tamu dari perkampungan Badui yang datang ke Madinah yang membutuhkan daging kurban), sekarang simpanlah daging itu. (H.R. Muslim, al-Nasai, at-Tirmidzi, Abu Daud dan Ibn Majah).Dalam hadits ini, Rasulullah SAW secara tegas menunjukkan bahwa illah dari perintah menyimpan daging kurban itu adalah untuk kepentingan masyarakat Badui yang miskin yang datang dari perkampungan mereka untuk meminta daging kurban. Ketika masyarakat Badui itu tidak membutuhkan lagi, maka Rasulullah SAW mempersilakan untuk menyimpan daging itu lagi. Artinya ketika illah hukum sudah hilang, maka hukum pun hilang.2. Hukum far'u harus lebih utama daripada hukum nash. Misalnya, mengqiyaskan hukum memukul ibu-bapak dan hukum mengatakan "ah" kepada keduanya, karena keduanya sama-sama bersifat menyakiti bagi kedua orang tua. Dalam hubungan ini, menurut mereka, pemukulan lebih berat hukumnya dibanding dengan mengatakan "ah".Tanggapan :Menurut saya, hukum Qiyas ini sudah benar dalam penerapan ajaran Islam. Karena dari contoh kasus diatas terdapat hadist Rasulullah SAW yang mewajibkan untuk mengamalkan Qiyas dalam dua hal tersebut. Maka dari itu, kita harus bisa mengamalkan apa yang telah diperintahkan oleh Rasulullah SAW karena Rasulullah SAW sebagai suri tauladan kita.

QIYASNanda Putri Ghassani FildzahPengertian QiyasSecara EtimologiQiyas menurut arti bahasa arab ialah penyamaan ,membandingkan atau pengukuran,menyamakan sesuatu dengan yang lain.Secara TerminologiMenurut ulama ushul Qiyas berarti menerangkan hukum sesuatu yang tidak ad nashnya dalam Al-Quran dan Hadist dengan cara membandingkannya dengan sesuatu yang ditetapkan hukumnya berdasarkan nash.Imam Jalaluddin Al-mahalli mendefinisikanQiyas ialah mengembalikan masalah furu (cabang) pada masalahpokok, karena suatu illat yang mempersatukan keduanya (cabang danpokok) di dalam hukum.

Contoh QiyasMinum narkotik adalah suatu perbuatan yang perlu ditetapkan hukumnya, sedang tidak ada satu nashpun yang dapat dijadikan sebagai dasar hukumnya. Untuk menetapkan hukumnya dapat ditempuh cara qiyas dengan mencari perbuatan yang lain yang telah ditetapkan hukumnya berdasarkan nash, yaitu perbuatan minum khamr, yang diharamkan berdasarkan firman Allah SWTArtinya: Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya (meminum) khamar, berjudi, (berkorban untuk) berhala, mengundi nasib dengan panah, adalah termasuk perbuatan syaitan. Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu mendapat keberuntungan. (Q.S al-Maidah: 90)PendapatContoh di atas adalah benar, seandainya narkotik atau narkoba tidak ditetapkan hukumnya melalu qiyas, bisa jadi narkoba atau narkotik tidak diharamkan saat ini, , oleh karena itu diperlukan penetapan hukum yang jelas tentang perkara ini melalu qiyas dengan cara mencari perbuatan lain yang telah ditetapkan hukumnya berdasarkan nash, yaitu perbuatan minum khamr, yang diharamkan oleh Allah SWT di dalam Q.S al-Maidah ayat 90.Antara minum narkotik dan minum khamr ada persamaan illat, yaitu sama-sama berakibat memabukkan para peminumnya, sehingga dapat merusak akal. Berdasarkan persamaan illat itu, ditetapkanlah hukum minum narkotik yaitu haram, sebagaimana haramnya minum khamr. Segala minuman yang memabukkanialah Farun/Cabang, artinya yang diQiyaskan. Khamr dan Arak ialah yang menjadi ukuran atau tempat menyerupakan /mengiyaskan hukum, artinya Ashal/Pokok. Mabuk merusak akal ialah Ilat penghubung / penyebab. Hukum, Segala minuman yang memabukan hukumnya haram.

QIYASOleh : Ade CicaPenegrtian : Qiyas adalah salah satu dasar hukum dalam islam, qiyas menurut bahasa ialah mengukur sesuatu dengan lainya dan mempersamakannya. Seperti arak dalam contoh diatas , arak merupakan istilah yang di gunakan jaman dahulu. Dan ada saat ini arak mempunyai beragam jenis, ada wine, alkohl, dan lain sebagainya. Namun pada dasarnya hal tersebut sama memabukan oleh karena itu hal tersebut di samakan (qiyas)Contoh :Allah Swt telah mengharamkan arak, karena merusak akal, membinasakan badan, menghabiskan harta. maka segala minuman yang memabukan dihukum haram juga.Dalam contoh ini :a. Segala minuman yang memabukan ialah far'un/cabang, artinya yang diqiyaskan.b. Arak ialah yang menjadi ukuran atau tempat menyerupakan/mengqiyaskan hukum, artinya ashal/pokok.c. Mabuk, merusak akal, ialah 'Illat penghubung/sebab.d. Hukum, segala minuman yang memabukan hukumnya haram.

QIYASOleh : Rivani Annisa PutriPengertian QiyasQiyas secara bahasa adalah

Qiyas secara istilah adalah Qiyas juga bisa berarti menyamakan sesuatu yang tidak ada nash hukumnya dengan sesuatu yang ada nash hukumnya karena ada persamaanillat hukum. Karena dengan qiyas ini berarti paramujtahidtelah mengembalikan ketentuan hukum kepada sumbernya al-quran dan hadits. Sebab dalam hukum Islam kadang tersurat jelas dalam al-quran dan hadits, tapi kadang juga bersifatimplicit-analogik(tersirat) yang terkandung dalamnash. Beliau Imam Syafii mengatakan Setiap peristiwa pasti ada kepastian hukum dan umat Islam wajib melaksanakannya. Namun jika tidak ada ketentuan hukum yang pasti, maka haruslah dicari dengan cara ijtihad. Danijtihaditu adalah qiyas.Proses pengqiyasan dilakukan dengan cara menganalogikan sesuatu yang serupa karena prinsip persamaanillatakan melahirkan hukum yang sama. Asas qiyas adalah menghubungkan dua masalah secara analogis berdasarkan persamaan sebab dan sifatnya. Apabila pendekatan tersebut menemukan titik persamaan maka konsekuensi hukumnya harus sama pula dengan hukum yang ditetapkan.

Contoh qiyas : Minum narkotik adalah suatu perbuatan yang perlu diterapkan hukumnya, sedang tidak satu nashpun yang dapat dijadikan sebgai dasar hukumnya. Untuk menetapkan hukumnya dapat ditempuh dengan cara qiyas yitu mencari perbuatan yang lain yang telah dietapan hukumnya berdasar nash, yaitu perbuatan minum khamr, yang diharamkan berdasar firman Allah SWT QS. Al Maidah ayat : 90. Antara minum narkotik dan minum khamr ada persamaan, yaitu sama-sama berakibat memabukkan para peminumnya, sehingga dapat merusak akal. Berdasarkan persamaan itu ditetapkanlah hukum meminum narkotik itu yaitu haram, sebagaimana haramnya meminum khamr.

Komentar : Dari contoh di atas dapat dilihat bahwa melakukan qiyas ada satu peristiwa atau kejadian yang perlu ditetapkan hukumnya sedang tidak ada satupun nash yang dapat dijadikan dasar hukumnya untuk menetapkan hukum dari peristiwa atau kejadian itu, dicarilah peristiwa atau kejadian yang telah ditetapkan hukumnya berdasarkan nash.

QiyasSelva Vannisa Septarini

Pengertian Qiyas adalah menggabungkan atau menyamakan artinya menetapkan suatu hukum suatu perkara yang baru yang belum ada pada masa sebelumnya namun memiliki kesamaan dalam sebab, manfaat, bahaya dan berbagai aspek dengan perkara terdahulu sehingga dihukumi sama. Dalam Islam, Ijma dan Qiyas sifatnya darurat, bila memang terdapat hal hal yang ternyata belum ditetapkan pada masa-masa sebelumnya Menyimpulkan hukum dari yang asal menuju kepada cabangnya, berdasarkan titik persamaan di antara keduanya. Membuktikan hukum definitif untuk yang definitif lainnya, melalui suatu persamaan di antaranya. Tindakan menganalogikan hukum yang sudah ada penjelasan di dalam [Al-Qur'an] atau [Hadis] dengan kasus baru yang memiliki persamaan sebab (iladh). Qiyas = reasoning by analogy. Menetapkan sesuatu hukum terhadap sesuatu hal yang tidak diterangkan oleh al-Quran dan as-Sunah, dengan dianalogikan kepada hukum sesuatu yang sudah diterangkan hukumnya oleh al-Quran/as-Sunnah, karena ada sebab yang sama.Contoh Menurut Al-Quran surat Al-Jumuah 9: seseorang dilarang jual beli pada saat mendengar adzan Jumat. Bagaimana hukumnya perbuatan-perbuatan lain (selain jual beli) yang dilakukan pada saat mendengar adzan Jumat? Dalam Al-Quran maupun al-Hadits tidak dijelaskan. Maka hendaknya kita berijtihad dengan jalan analogi. Yaitu : kalau jual beli karena dapat mengganggu shalat Jumat dilarang, maka demikian pula halnya perbuatan-perbuatan lain, yang dapat mengganggu shalat Jumat, juga dilarang.Pendapat mengenai kasus di atas :Melihat kasus mengenai jual beli ketika mendengar adzan untuk berhenti melakukan kegiatan jual beli tersebut saya setuju apabila hal itu dianalogikan dengan kegiatan yang lain yang berarti kegiatan lain yang dapat mengganggu kegiatan shalat Jumat tidak boleh dilakukan. Mengapa? Lihat saja ayat tersebut mengataakan jual-beli yang berarti kegiatan yang biasanya kita temui di pasar yang sangat ramai. Kegiatan yang ramai saja sudah dilarang karena dapat mengganggu kegiatan shalat Jumat apalagi kegiatan kecil yang dapat mengganggu shalat Jumat pasti dilarang walaupun tidak ada di dalam Al-Quran maupun al-Hadist.

QiyasSalina AzkiaPengertianqiyas.Pengertian Qiyas menurut etimologis (bahasaarab) berarti menyamakan, membandingkan atau mengukur. Misalnya: menyamakan si A dengan si B, karena kedua orang itu mempunyai tinggi yang sama, bentuk tubuh yang sama, wajah yang sama dan sebagainya. Demikian pula membandingkan sesuatu dengan yang lain dengan mencari persamaan-persamaannya.Pengertian Qiyas menurut para ulama ushul fiqh ialah menetapkan hukum suatu kejadian atau peristiwa yang tidak ada dasar nashnya dengan cara membandingkannya kepada suatu kejadian atau peristiwa yang lain yang telah ditetapkan hukumnya berdasarkan nash karena ada persamaan illat antara kedua kejadian atau peristiwa itu.Rukun-rukunqiyas1. Ashal, yang berarti pokok, yaitu suatu peristiwa yang telah ditetapkan hukumnya berdasar nash. Ashal disebut juga maqis alaih (yang menjadi ukuran) atau musyabbahbih (tempat menyerupakan), atau mahmul alaih (tempat membandingkan);2. Fara yang berarti cabang, yaitu suatu peristiwa yang belum ditetapkan hukumnya karena tidak ada nash yang dapat dijadikan sebagai dasar. Fara disebut juga maqis (yang diukur) atau musyabbah (yang diserupakan) atau mahmul (yang dibandingkan);3. Hukum ashal, yaitu hukum dari ashal yang telah ditetapkan berdasar nash dan hukum itu pula yang akan ditetapkan pada fara seandainya ada persamaan illatnya.4. IIIat, yaitu suatu sifat yang ada pada ashal dan sifat itu yang dicari pada fara. Seandainya sifat ada pula pada fara, maka persamaan sifat itu menjadi dasar untuk menetapkan hukum fara sama dengan hukum ashal.Sebagai contoh adalah menjual harta anak yatim adalah suatu peristiwa yang perlu ditetapkan hukumnya karena tidak ada nash yang dapat dijadikan sebagai dasarnya. Peristiwa ini disebut fara.Untuk menetapkan hukumnya dicari suatu peristiwa yang lain yang telah ditetapkan hukumnya berdasar nash yang illatnya sama dengan peristiwa pertama. Peristiwa kedua ini memakan harta anak yatim yang disebut as hal. Peristiwa kedua ini telah ditetapkan hukumnya berdasar nash yaitu haram (hukumashal) berdasarkanfirman Allah SWT: QS. Annisa: 10.Artinya: Sesungguhnya orang-orang yang memakan harta anak yatim secara dhalim sebenarnya mereka itu menelan api sepenuh perutnya dan mereka akan masuk ke dalam api yang menyala-nyala (neraka). (an-Nis: 10)Persamaan illatantarakeduaperistiwaini, ialahsama-sama berakibat berkurang atau habisnya harta anak yatim. Karena itu ditetapkanlah hukum menjual harta anak yatim sama dengan memakan harta anak yatim yaitu sama-sama haram.Dari keterangan di atasdapatdisimpulkansebagaiberikut:Ashal, ialah memakan harta anak yatim. Fara, ialah menjual harta anak yatim. Hukum ashal ialah haram. Illat, ialah mengurangi atau menghabiskan harta anak yatim.Komentar:Adanya Qiyas sangatlah berperan dalam penentuan hokum di zaman sekarang karena semakin beragamnya persoalan yang muncul di berbagai kalangan masyarakat.

MASLAHAH MURSALAHOleh : Dewi LestariSecara etimologi,Maslahahsama dengan manfaat, baik dari segi lafal maupun makna.Maslahahjuga berarti manfaat atau suatu pekerjaan yang mengandung manfaat. Sedangkan secara terminologi, terdapat beberapa definisiMaslahahyang di kemukakan oleh ulama ushul Fiqh, tetapi seluruh definisi tersebut mengandung esesnsi yang sama. Imam Ghozali mengemukakan bahwa pada prinsipnyaMaslahahadalah mengambil manfaat dan menolak kemdharatan dalam rangka memelihara tujuan-tujuan syara.

KLASIFIKASI MASLAHAHMaslahah boleh diklasifikasikan kepada beberapa bagian yaitu dari aspek kekutan pada zat, kesyumulan dan juga perakuan syarak.ASPEK KEKUATAN PADA ZATPembagian maslahah dari aspek ini terbagi kepada tiga yaitu:1. Al-DaruriyyahMaslahah al-Daruriyyah ialah setiap perkara yang yang dimaksudkan oleh Allah untuk dipelihara yaitu agama, jiwa, akal, pikiran, keturunan dan harta. Menurut pandangan syara kelima perkara ini perlu dalam kehidupan. Sekiranya salah satu daripadanya tiada, kehidupan tidak dapat diteruskan. Oleh itu mengerjakan ibadah diwajibkan untuk menjaga agama. Selain itu, undang-undang yang disyariatkan seperti qisas, hudud dan tazir adalah untuk menjaga lima elemen tersebut agar kehidupan dapat diteruskan. Kesimpulannya, maslahah daruriyyah adalah bertujuan bagi memelihara lima perkara diatas.

2. Al-HajiyyahMaslahah al-Hajiyyah ialah perbuatan-perbuatan atau tindakan-tindakan yang dengan terwujudnya akan memudahkan. Namun, ketiadaannya tidaklah begitu menyusahkan. Sebagai contoh, dibolehkan solat jama bagi mereka yang bermusafir, hal ini merupakan keringanan dalam menunaikan solat. Sekiranya tidak dilakukan tidaklah memudaratkan musafir tersebut, kerana solat jama adalah bertujuan untuk memudahkan musafir menunaikan solat. Maka, hal ini merupakan perbuatan yang diperlukan untuk memperoleh kelonggaran hidup dan menghilangkan kesempitan. Contoh lain seperti akad sewa-menyewa. Dengan adanya sewa menyewa, ia boleh memenuhi keperluan orang lain. Sekiranya sewa-menyewa dilarang, kehidupan manusia akan menjadi rumit kerana harus memiliki barang-barang yang diperlukannya walaupun untuk menggunakannya bagi sementara waktu sahaja.

3. Al-TahsiniyyahMaslahah Tahsiniyyah ialah maslahah yang apabila tidak dikerjakan, kehidupan tidak mengalami kesulitan tetapi adanya maslahah tersebut ia akan menjadi lebih baik. Oleh yang demikian, ia termasuk dalam usaha-usaha penyempurnaan perkara yang sepatutnya dan menghindari perkara yang tidak sepatutnya seperti kesopanan dalam berbicara, makan dan minum, pembelanjaan harta yang sederhana, dan tidak terlalu pemurah atau terlalu kikir.

PENDAPAT ULAMA YANG MENERIMAHujah golongan yang menerima masalih al-mursalah adalah seperti berikut:

1. Mazhab Maliki menjelaskan bahawa penggunaan masalih al-mursalah adalah untuk kebaikan umat. Ini dapat dilihat melalui takrif secara ringkas masalih al-mursalah yaitu mendatangkan manfaat dan menolak kemudaratan. Hal ini karena, jika tidak diambil masalih al-mursalah sebagai hujah, akan berlaku pelbagai kesulitan dan kesempitan dalam setiap hal bagi mukallaf. (Saefullah Mashum et. al. 1994:431).Sebagai contoh berkenaan hukum qisos kepada sekumpulan yang sepakat membunuh seseorang individu. Tiada nas khusus yang menyuruh atau melarang qisas kepada pembunuh yang sepakat untuk melakukan pembunuhan tetapi ia munasabah bagi menjaga nyawa yaitu ia mendatangkan manfaat dan menolak kemudaratan. Ini dapat diperkuatkan lagi dengan firman Allah.

: Maksudnya : Allah menghendaki kamu beroleh kemudahan dan Dia tidak menghendaki kamu menanggung kesukaran

Berdasarkan ayat al-Quran tersebut dijelaskan bahwa penggunaan masalih al-mursalah adalah untuk memudahkan segala kerumitan yang berlaku. Hal ini karena, segala yang diperintahkan oleh agama Islam bukanlah untuk menyusahkan.2. Matlamat sesuatu hukum yang disyariatkan adalah untuk mendatangkan manfaat dan menolak segala kemudaratan kepada mukallaf. Oleh yang demikian, perbedaan dari sudut masa dan suasana akan menyebabkan berlakunya pelbagai permasalahan. Jika penggunaan masalih al-mursalah tidak digunakan sebagai hujah maka sesuatu permasalahan itu tidak ada jalan penyelesaiannya serta terhentinya pensyariatan suatu hukum. Oleh yang demikian, penggunaan masalih al-mursalah sebagai hujah adalah untuk mengekalkan syariah Islam terus relevan di muka bumi .

3. Ulama Salaf dan para Sahabat pernah mengeluarkan hukum dengan menggunakan masalih al-mursalah. Ini dapat dilihat semasa pemilihan Saidina Umar al-Khatab sebagai pengganti Saidina Abu Bakar. Saidina Abu Bakar telah memilih Saidina Umar sebagai khalifah penggantinya. Dalam hal ini, Nabi Muhammad tidak pernah memilih sesiapa untuk menggantikan tempat Baginda atau mengkhususkan seseorang untuk menggantikan. Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan masalih al-mursalah telah digunakan sejak zaman para Sahabat. Ini tidak dapat dipertikaikan lagi.PENDAPAT ULAMA YANG MENOLAKHujah golongan yang menolak masalih al-mursalah adalah sebagai berikut:

1. Sekiranya masalih al-mursalah digunakan sebagai sumber hukum, akan terjadi pelbagai hukum di muka bumi ini dalam satu permasalahan. Hal ini karena, perbedaan negara dan perbedaan orang yang mengeluarkan suatu hukum tersebut. Sebagai contoh, di sebuah negara menyatakan haram karena terdapat kemudharatan manakala sebuah negara lagi menghukumkan halal karena terdapat manfaat. Hal ini menjadikan penganut agama Islam yang kurang mahir mengenai hukum akan menganggap hukum Islam ini pelbagai serta mengikut sesuatu hukum yang disukai dan memberi manfaat saja yang digunakan tanpa mengira hujah-hujah penggunaan suatu hukum itu. 2. Beramal dengan masalih al-mursalah membawa kepada pelbagai hukum-hukum dengan sebab berlainan zaman dan suasana, kerana maslahah-maslahah sentiasa berubah mengikut zaman dan suasana. Hal ini menafikan penyataan bahwa agama Islam itu sempurna dan bersesuaian dengan setiap zaman dan tempat.

3. Syariat sentiasa mementingkan dan menilai kemaslahatan manusia. Hal ini, berdasarkan dalil-dalil yang dibenarkan saja. Oleh yang demikian, tidak ada suatu kemaslahatan yang tidak ada petunjuk syara. Oleh itu, kemaslahatan tidak berpandukan petunjuk syara bukanlah suatu kemaslahatan tetapi ia berdasarkan sangkaan dan dugaan. Oleh karena itu, hukum berdasarkan masalih al-mursalah tidak boleh dibuat hujah.

Secara keseluruhannya, masalih al-mursalah ini boleh diterima sebagai hujah atas dasar ia membawa kebaikan dan menolak kemudaratan masyarakat. Selain itu, penggunaan masalih al-mursalah ini akan menjadikan setiap permasalahan yang timbul dapat diselesaikan walaupun tiada dalam nas.