tugas mata kuliah muamalah upload

31
[PERNIKAHAN DALAM ISLAM] STIIE AHMAD DAHLAN JAKARTA - 2012

Upload: nugroho

Post on 25-Jul-2015

40 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

Pernikahan dalam islam

TRANSCRIPT

Page 1: Tugas Mata Kuliah Muamalah Upload

[]

STIIE AHMAD DAHLAN JAKARTA - 2012

Page 2: Tugas Mata Kuliah Muamalah Upload

A. Definisi Nikah

Arti Nikah Menurut bahasa: berkumpul atau menindas. Adapun menurut istilah Ahli

Ushul, Nikah menurut arti aslinya ialah aqad, yang dengannya menjadi halal

hubungan kelamin antara lelaki dan perempuan, sedangkan menurut arti majasi

ialah setubuh. Demikian menurut Ahli Ushul golongan Syafi’iyah. Adapun menurut

Ulama Fiqih, Nikah ialah aqad yang di atur oleh Islam untuk memberikan kepada

lelaki hak memiliki penggunaan terhadap faraj (kemaluan) dan seluruh tubuhnya

untuk penikmatan sebagai tujuan utama.

B. Hukum Nikah

Hukum nikah menurut asalnya (taklifiyah) adalah mubah. Yakni tidak mendapat

pahala bagi orang yang mengerjakan dan tidak mendapat ancaman siksa bagi

orang yang meninggalkan.

Nikah menurut majasi (wadl’iyah) ada empat kemungkinan:

1. Kemungkinan bisa menjadi Sunnah bila Nikah menjadikan sebab ketengan dalam

beribadah. Mendapat pahala bagi orang yang mengerjakan dan tidak mendapat

ancaman siksa bagi orang yang meninggalkan.

2. Kemungkinan bisa menjadi wajib bila Nikah menghindarkan dari perbuatan zina

dan dapat meningkatkan amal ibadah wajib. Mendapat pahala bagi orang yang

mengerjakan dan mendapat ancaman siksa bagi orang yang meninggalkan.

3. Kemungkinan bisa menjadi haram bila nikah yakin akan menimbulkan kerusakan.

Mendapat ancaman siksa bagi orang yang mengerjakan dan dan mendapat pahala

bagi orang yang meninggalkan.

4. Kemungkinan bisa menjadi makruh karena berlainan kufu. Mendapat pahala bagi

orang yang meninggalkan dan tidak mendapat ancaman bagi orang yang

mengerjakan.

C. Pelaksanaan Nikah

2

Page 3: Tugas Mata Kuliah Muamalah Upload

Menurut hukum Islam, praktik Nikah ada tiga perkara:

1. Nikah yang sah ialah: pelaksanaan akad nikah secara benar menurut tata cara

yang diatur dalam kitab fiqih pernikahan, dan mengetahui ilmunya. Nikah seperti ini

mendapat pahala dari Allah SWT.

2. Nikah yang sah tetapi haram ialah: Pelaksanaan akad nikah secara benar sesuai

tata cara yang diatur dalam kitab fiqih pernikahan tetapi tidak mengetahui ilmunya.

Praktik nikah seperti ini jelas berdosa.

3. Nikah yang tidak sah dan haram ialah: Pelaksanaan akad nikah yang tidak sesuai

tata cara yang diatur dalam kitab fiqih pernikahan, karena tidak mengetahui

ilmunya dan praktiknya juga salah. Selain tidak benar praktik nikah seperti ini

mengakibatkan berdosa.

Terjemahan kitab : Tabyin al Ishlah li Muridi an-Nikah karangan Syaikh min ahli as-

Syariah wa at-Thariqah wa al Haqiqah, al ‘Allamah Ahmad Rifa’i bin Muhammad

Marhum bin Abu Syuja’

D. Tujuan dan Hikmah Nikah

Nikah dapat diklasifikasikan atas beberapa tujuan :

Tujuan Fisiologis

Tujuan Fisiologis yaitu bahwa sebuah keluarga harus dapat menjadi :

1. Tempat semua anggota keluarga mendapatkan sarana berteduh yang baik &

nyaman.

2. Tempat semua anggota keluarga mendapatkan kosumsi makan-minum-pakaian

yang memadai.

3. Tempat suami-isteri dapat memenuhi kebutuhan biologisnya.

Tujuan Psikologis

Tujuan Psikologis yaitu bahwa sebuah keluarga harus dapat menjadi :

1. Tempat semua anggota keluarga diterima keberadaannya secara wajar & apa

adanya

3

Page 4: Tugas Mata Kuliah Muamalah Upload

2. Tempat semua anggota keluarga mendapat pengakuan secara wajar dan

nyaman.

3. Tempat semua anggota keluarga mendapat dukungan psikologis bagi

perkembangan jiwanya.

4. Basis pembentukan identitas, citra dan konsep diri para anggota keluarga.

Tujuan Sosiologis

Tujuan Sosiologis yaitu bahwa sebuah keluarga harus dapat menjadi :

1. Lingkungan pertama dan terbaik bagi segenap anggota keluarga.

2. Unit sosial terkecil yang menjembatani interaksi positif antara individu anggota

keluarga dengan masyarakat sebagai unit sosial yang lebih besar.

Tujuan Da’wah

Tujuan Da’wah Yaitu bahwa sebuah keluarga harus dapat menjadi :

1. Menjadi obyek wajib da’wah pertama bagi sang da’i.

2. Menjadi prototipe keluarga muslim ideal (bagian dari pesona islam) bagi

masyarakat muslim dan nonmuslim.

3. Setiap anggota keluarga menjadi partisipan aktif-kontributif dalam da’wah.

4. Memberi antibodi/imunitas bagi anggota keluarga dari kebatilan dan

kemaksiatan.

E. Tujuan Nikah dalam Al-Quran

Islam tidak mensyari’atkan sesuatu melainkan dibaliknya terdapat kandungan

keutamaan dan hikmah yang besar.Demikian pula dalam nikah, terdapat beberapa

hikmah dan maslahat bagi pelaksananya :

1. Sarana pemenuh kebutuhan biologis (QS. Ar Ruum : 21)

4

Page 5: Tugas Mata Kuliah Muamalah Upload

2. Sarana menggapai kedamaian & ketenteraman jiwa (QS. Ar Ruum : 21)

3. Sarana menggapai kesinambungan peradaban manusia (QS. An Nisaa’ : 1, An

Nahl : 72)

Rasulullah berkata : “Nikahlah, supaya kamu berkembang menjadi banyak.

Sesungguhnya saya akan membanggakan banyaknya jumlah ummatku.” (HR.

Baihaqi)

4. Sarana untuk menyelamatkan manusia dari dekadensi moral. Rasulullah pernah

berkata kepada sekelompok pemuda : “Wahai pemuda, barang siapa diantara

kalian mampu kawin, maka kawinlah. Sebab ia lebih dapat menundukkan

pandangan dan menjaga kemaluan. Namun jika belum mampu, maka berpuasalah,

karena sesungguhnya puasa itu sebagai wija’ (pengekang syahwat) baginya.” (HR

Bukhari dan Muslim dalam Kitab Shaum)

F. MACAM PERNIKAHAN DALAM HUKUM ISLAM

1. Nikah syighar

Adalah seorang laki-laki menikahkan anak perempuan, saudara perempuan atau budak perempuannya kepada seorang laki-laki dengan syarat laki-laki tersebut menikahkan anak perempuan, saudara perempuan atau budak perempuannya kepadanya, baik ketika adanya maskawin maupun tanpa maskawin dalam kedua pernikahan tersebut

Para ulama telah sepakat mengharamkan nikah syighar, hanya saja mereka bereda pendapat mengenai keabsahan nikah syighar. Jumhur ulama berpendapat nikah syighar tidak sah, berdasarkan dalil:

1. Hadits dari Jabir radiallahuanhu, dia berkata: “Rasulullah shallallahu alayhi wasalam melarang nikah syighar“(HR Muslim)

2. Hadist yang diriwayatkan dari Abu Hurairah radiallahuanhu, dia berkata “Rasulullah shallallahu alayhi wasalam melarang nikah syighar” Abu Hurairah radiallahuanhu berkata “Nikah syighar bekata kepada laki-laki lain, ‘Nikahkanlah aku dengan anak perempuanmu dan sebagai gantinya aku akan menikahkan kamu dengan anak perempuanku’ ” Atau dia mengatakan “Nikahkanlah aku dengan saudara perempuanmu dan sebagai gantinya aku akan menikahkan kamu dengan saudara perempuanku“(HR Muslim, An Nasa’i, dan Ibnu Majah)

3. Hadits dari Al Araj, dia berkata : Al Abbas bin Abdullah bin Abbas pernah menikahkan Abdurrahman dengan anak perempuannya, dan sebaliknya Abdurrahman juga menikahkan Al Abbas dengan anak perempuannya. Dalam kedua pernikahan itu keduanya membayar maskawin. Setelah mendengar pernikahan ini, Mu’awiyah menulis surat kepada Marwandan menyuruhnya untuk menceraikan pernikahan itu. Dalam surat itu Mu’awiyah berkata, “ini mereupakan

5

Page 6: Tugas Mata Kuliah Muamalah Upload

nikah syighar yang dilarang oleh Rasulullah shallallahu alayhi wasalam” (HR Abu Dawud)

4. Sabda Nabi Shallallahu alayhi wasalam:

“Barang siapa mensyaratkan sesuatu yang tidak terdapat dalam kitab Allah (al-Qur’an), maka ia tidak sah, sekalipun ia mensyaratkan 100 syarat. Syarat dari Allah itu lebih haq dan lebih kuat“(HR Bukhari dan Muslim)

5. yang menyebabkan pernikahan ini tidak sah adanya persyaratan yang mengharuskan tukar menukar (anak atau saudara perempuan). Di dalam syighar terdapat suatu kekejian yang sangat besar, yaitu adanya pemaksaan terhadap perempuan untuk menikah dengan orang yang tidak dicintainya. Permasalahan ini menyimpulkan anjuran kepada para wali agar memperhatikan perasaan anak-anak perempuannya, karena perbuatan ini dapat menzalimi mereka. Disamping itu pernikahan ini juga menghalangi mereka dari kemungkinan mendapatkan mahar yang seyogyanya. Kasus seperti ini sering terjadi dikalangan orang-orang yang mempraktekkan model pernikahan seperti ini. Pernikahan syighar juga sering menimbulkan perselisihan dan persengketaan. Apa yang disebutkan diatas merupakan balasan dari Allh didunia bagi orang-orang yang tidak melaksanakan aturan-Nya.

2. Nikah Muhallil

Nikah muhallil adalah seorang laki-laki (perantara) yang menikahi seorang perempuan yang sudah dicerai oleh suaminya sebanyak tiga kali, (setelah menikahi) kemudian menceraikannya dengan tujuan agar suami yang pertama dapat menikahinya kembali.

Nikah ini (muhallil) termasuk dosa besar, yang dilarang oleh Allah. Orang yang menjadi perantara dan diperantarai dalam nikah muhallil dilaknat oleh Allah. Dalil yang melarang nikah muhallil:

1. Dari Ibnu Mas’ud radiallahuanhu dia berkata: “Rasulullah melaknat al-Muhallil (laki-laki yang menikahi perempuan dan menceraikannya) dan muhallalah(orang yang menyryu muhallil)“(HR Tirmidzi, an Nasa’i dan Ahmad).

Jumhur ulama seperti Mali, Syafi’i -dalam salah satu pendapatnya-, Ahmad, Al laits, at-Tsauri, Ibnu Mubarak dan ulama lainnya berpendapat nikah ini tidak sah. Umar bin Khaththab, Abdullah bin Umar dan Ustman bin Affan juga berpendpat demikian. (Lihat Al Bidayah Al Mujtahid2/120, Al Mughni 6/149)

a. Diriwayatkan dari Umar bin Khaththab dia berkata “Tidaklah dilaporkan kepadaku mengeni seorang muhallil dan muhallalah melainkan aku akan merajam keduanya“(HR Abdurrazaq dan Sa’id bin Mansur).

b. Ibnu Umar pernah ditanya tentang seseorang yang menikahi wanita yang sudah dicerai sebanyak tiga kali oleh suaminya dengan tujuan agar suami pertama dapat menikahinya kembali. ibnu Umar menjawab : “perbuatan itu adalah zina“(HR Abdurrazaq).

6

Page 7: Tugas Mata Kuliah Muamalah Upload

3. Nikah Mut’ah

Adalah seorang lelaki yang menikahi seorang perempuan untuk waktu tertentu -sehari, dua hari atau lebih- dengan memberikan imbalan kepada pihak perempuan berupa harta atau lainnya.

Nikah mut’ah pernah diperbolehkan oleh Rasulullah shallallahu alayhi wasalam kemudia dihapus oleh Allah melalaui sabda Nabi shallallahu alayhi wasalam dan beliau telah mengharamkan nikah mut’ah samapi hari kaiamat.

Terdapat perbedaan mengenai hadits-hadits yang menjelaskan tentang informasi waktu dihapuskannya nikah mut’ah.

Diantara hadits-hadits shahih yang menjelaskannya adalah:

1. Nikah mut’ah dihapus pada saat perang Khaibar

Diriwayatkand ari Ali bahwa dia pernah berkata kepada Ibnu Abbas, “Sesungguhnya Nabi shallallahu alayhi wasalam telah mengharamkan nikah mut’ah dan mengharamkan memakan daging keledai piaraan pada waktu perang khaibar ” (HR Bukhari dan Muslim).

Setelah itu Nabi shallallahu alayhi wasalam memberi keringanan lagi dengan membolehkan nikah mut’ah. hanya saja informasi tentang keringanan ini tidak sampai kepada Ali bin abi Thalib, sehingga dia melandaskan pendapatnya berdasarkan apa yang pernah dia dengar dari Rasulullah shallallahu alayhi wasalam tentang diharamkannya nikah mut’ah pada peristiwa khaibar.

2. Nikah Mut’ah dihapus pada tahun penaklukan kota Mekah.

Diriwayatkan dari Ar-Rabi’ bin Subrahbahwa ayahnya, Subrah pernah berperang bersama Rasulullah shallallahu alayhi wasalam pada saat penaklukan kota Mekah. Dia berkata: “Kami tinggal diMekah selama lima belas hari, lalu Rasulullah shallallahu alayhi wasalam membolehkan kami menikah secara mut’ah. Kemudian aku menikah secara mut’ah dengan seorang gadis dan aku tidak keluar (berpisah dengannya) sampai Rasulullah shallallahu alayhi wasalam melarangnya“(HR Muslim).

dalam Riwayat lain disebutkan “….wanita-wanita yang kami nikahi secara mut’ah itu bersama kami slema tiga hari, kemudia Rasulullah memerintahkan kami agar mencerai mereka” (HR Muslim dan Baihaqi).

Dalam riwayat lain disebutkan dengan redaksi “Rasulullah memerintahkan kami menikah secara mut’ah pada tahun penaklukan kota Mekah ketiak kami memasuki kota Mekah dan kami tidak keluar dari kota Mekah sampai Nabi shallallahu alayhi wasalam melarangnya” (HR Muslim).

3. Nikah Muta’h dihapus pada tahun Authas

7

Page 8: Tugas Mata Kuliah Muamalah Upload

Diriwayatkan dari Salamah bin Al-Akwa’, dia berkata “Rasulullah memberi kelonggaran untuk nikah mut’ah selaam tiga hari pada tahun Authas (tahun penaklukan kota Mekah) kemudia beliau melarangnya” (HR Muslim, Albaihaqi dan Ibnu Hibban).

Pernikahan tahun ini (Authas) adalah pengharaman secara permanen sampai hari kiamat.

CATATAN.

Diriwayatkan dari Jabir bin Abdullah radiallahuanhu, dia berkata “kami pernah menikah secara mut’ah dengan segenggam kurma dan gandum pada masa Rasulullah dan Abu Bakar, hingga akhirnya Umar bin Khaththab melarangnya ketika terjadi kasus Amru bin Harits” (HR Muslim dan Abu Dawud).

Hadits ini ditafsirkan, bahwa orang yang melakukan nikah mut’ah pada zaman Abu Bakar mungkin karena berita mengenai pengharamannya tidak sampai kepada mereka. (lihat syarah Ma’ani Al Atsar 3/27 dan Syarah Muslim 3/555).

Lalu bagaimana dengan orang yang sudah terlanjur nikah mut’ah ? apa yang harus dilakukan ?

Sebagaimana telah dikemukakan sebelumnya, bahwa nikah mut’ah adalah tidak sah. Dengan demikian dia harus bercerai. Sebab Nabi shallallahu alayhi wasalam menyuruh orang yang melakukan nikah mut’ah untuk menceraikan isterinya, sebagaimana dengan hadits yang diriwayatkan oleh Subrah.

4. Nikah Da’im

Dasar Nikah Daim , An-Nisa (4) : 4

H H مNرLيئا Lيئا TلTوهT هRن H فRك Rف]سا ]هT ن ي]ء` م_ن Rن شRم] عT Rك ]نR ل Lن طLب RةH فRإ Lح]ل LهLنN ن اء صRدTقRات RسN ] الن Tوا وRآت

Berikanlah maskawin (mahar) kepada wanita (yang kamu nikahi) sebagai PEMBERIAN DENGAN PENUH KERELAAN . Kemudian jika mereka menyerahkan kepada kamu sebagian dari maskawin itu dengan senang hati, maka makanlah (ambillah) pemberian itu (sebagai makanan) yang sedap lagi baik akibatnya.

Dasar Nikah Mut’ah, An-Nisa (4) : 24

Tم Lك م]وRالR أ Lyyب [ وا TyyغR ]ت Rب Rن ت Tم] أ Lك اء ذRل RرRا وNم مT Rك TحLلN ل Tم] وRأ ]ك Rي �هL عRل RابR الل Lت Tم] ك Tك ]مRان Rي Rت] أ N مRا مRلRك Lال اء إ Rس_ RاتT مLنR الن ]مTح]صRن وRال

Lه Lyم بT ]ت ي Ryاض RرR ا ت RyيمLم] فT ]ك Rي احR عRل RyyنTج R هTنN فRرLيضRةH وRال RورTجT TوهTنN أ ]هTنN فRآت LهL مLن Tم ب Rع]ت Rم]ت ت افLحLينR فRمRا اس] RسTم Rر[ LينR غRي م�ح]صLنH H حRكLيما Lيما RانR عRل �هR ك LنN الل ]فRرLيضRةL إ Rع]دL ال مLن ب

dan (diharamkan juga kamu mengawini) wanita yang bersuami, kecuali budak-budak yang kamu miliki (Allah telah menetapkan hukum itu) sebagai ketetapan-Nya atas kamu.Dan dihalalkan bagi kamu selain yang demikian (yaitu)

8

Page 9: Tugas Mata Kuliah Muamalah Upload

mencari isteri-isteri dengan hartamu untuk dikawini bukan untuk berzina. Maka isteri-isteri yang TELAH kamu ni’mati (campuri) di antara mereka, BERIKANLAH KEPADA MEREKA MAHAR MAHARNYA (dengan sempurna), SEBAGAI SUATU KEWAJIBAN; dan tiadalah mengapa bagi kamu terhadap sesuatu yang kamu telah saling merelakannya, sesudah menentukan mahar itu . Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.

Dengan memperhatikan kedua ayat diatas , kita mendapati terdapat dua perbedaan iaitu :1.. Waktu memberikan mahar. ( diberikan di depan [daim] dan diberikan dibelakang [mut’ah])2.. Status Mahar. (sebagai suka rela dan sebagai kewajiban)

Hanya dengan memperhatikan dua ayat tersebut dapat diketahui jenis perkawinan yang berbeda yaitu :

1. Yang pertama (Nikah Daim) , Mahar diberikan didepan dan diberikan sebagai shadaqah, sukarela.2. Yang kedua (Nikah Mut’ah), Mahar diberikan dibelakang dan sebagai suatu kewajiban.Merujuk kepada artikel saya tentang mut’ah, telah dinyatakan bahawa orang pertama yang mengharamkan mut’ah ialah Khalifah Umar.[al-Suyuti, Tarikh al-Khulafa', hlm. 137] Pernyataan al-Suyuti sebagai berikut :

a) Nikah mut’ah adalah halal menurut Islam.

b) Khalifah Umarlah yang mengharamkan nikah mut’ah yang telah dihalalkan pada waktu Rasulullah (Saw.), khalifah Abu Bakar dan pada waktu permulaan zaman khalifah Umar.

c) Umar mempunyai kuasa veto yang boleh memansuhkan atau membatalkan hukum nikah mut’ah sekalipun ianya halal di sisi Allah dan Rasul-Nya. Al-Suyuti seorang Mujaddid Ahlil Sunnah abad ke-6 Hijrah mempercayai bahwa nikah mut’ah adalah halal, karena pengharamannya adalah dilakukan oleh Umar dan bukan oleh Allah dan RasulNya.Kenyataan al-Suyuti adalah berdasarkan kepada al-Qur’an dan kata-kata Umar sendiri.

Dan sebenarnya para ulama Ahlul Sunnah sendiri telah mencatat bahwa Umarlah yang telah mengharamkan nikah mut’ah sebagai berikut:

a) Al-Baihaqi di dalam al-Sunan, V, hlm. 206, meriwayatkan kata-kata Umar,”Dua

9

Page 10: Tugas Mata Kuliah Muamalah Upload

mut’ah yang dilakukan pada waktu Rasulullah (Saw.) tetapi aku melarang kedua-duanya dan aku akan mengenakan hukuman ke atasnya, yaitu mut’ah perempuan dan mut’ah haji”.

b) Al-Raghib di dalam al-Mahadarat, II, hlm. 94 meriwayatkan bahwa Yahya bin Aktam berkata kepada seorang syaikh di Basrah:”Siapakah orang yang anda ikuti tentang harusnya nikah mut’ah.”Dia menjawab:”Umar al-Khatab.”Dia bertanya lagi,”Bagaimana sedangkan Umarlah orang yang melarangnya.”Dia menjawab:”Mengikut riwayat yang sahih bahwa dia menaiki mimbar masjid dan berkata: Sesungguhnya Allah dan Rasul-Nya telah menghalalkan untuk kalian dua mut’ah tetapi aku mengharamkan kedua-duanya (mut’ah perempuan dan mut’ah haji). Maka kami menerima kesaksiannya tetapi kami tidak menerima pengharamannya.”

c) Dari Jabir bin Abdullah, dia berkata:”Kami telah melakukan nikah mut’ah dengan segenggam kurma dan gandum selama beberapa hari pada waktu Rasulullah dan Abu Bakar sehingga Umar melarang dan mengharamkannya dalam kes Umru bin Harith.[Muslim, Sahih, I, hlm. 395; Ibn Hajar, Fatih al-Bari, IX, hlm.41; al-Muttaqi al-Hindi, Kanz al-Ummal, VIII, hlm.294]

d) Dari Urwah bin al-Zubair,”Sesungguhnya Khaulah bt. Hakim berjumpa Umar al-Khattab dan berkata:”Sesungguhnya Rabiah bin Umaiyyah telah melakukan nikah mut’ah dengan seorang perempuan, kemudian perempuan itu mengandung, maka Umar keluar dengan marah dan berkata:”Sekiranya aku telah memberitahukan kalian mengenainya dari permulaan niscaya aku merajamnya.”Isnad hadis ini adalah tsiqah, dikeluarkan oleh Malik di dalam al-Muwatta’, II, hlm. 30;al-Syafi’i, al-Umm, VII, hlm. 219;al-Baihaqi, al-Sunan al-Kubra, VII, hlm. 206]e) Kata-kata Imam Ali AS,”Sekiranya Umar tidak melarang nikah mut’ah niscaya tidak seorang pun berzina melainkan orang yang celaka.”[al-Tabari, Tafsir, V, hlm. 9; Fakhruddin al-Razi, Mafatih al-Ghaib, III, hlm.200; al-Suyuti, al-Durr al-Manthur, II, hlm.140]Kata-kata Ali a.s ini menolak dakwaan orang yang mengatakan bahwa Ali telah melarang nikah mut’ah karena beliau tidak memansuhkan ayat di dalam Surah al-Nisa’ (4):24.f) Dari Ibn Juraij, dari ‘Ata’ dia berkata:”Aku mendengar Ibn Abbas berkata: “Semoga Allah merahmati Umar, mut’ah adalah rahmat Tuhan kepada umat Muhammad dan jika ia tidak dilarang (oleh Umar) niscaya seseorang itu tidak perlu berzina melainkan orang yang celaka.”[al-Jassas, al-Ahkam al-Qur'an, II, hlm. 179; al-Zamakhshari, al-Fa'iq, I, hlm. 331;al-Qurtubi, Tafsir, V, hlm. 130]

Pertanyaan bagi “mereka” yang masih meragui halalnya Nikah Mut’ah :

10

Page 11: Tugas Mata Kuliah Muamalah Upload

1. Menurut kalian an-Nisa : 24 itu ayat Nikah apa

2. Ketika rasulullah menghalalkannya , ayat apa yang mendasarinya ?

3. Dan ketika Beliau SAWW mengharamkannya , ayat apa yang menjadi dasarnya ?

Fikir-fikirkan.

5. Nikah Sirri

Pernikahan yang tidak diketahui oleh siapapun dan tidak ada wali dari wanita. Pada hakiktnya ini adalah zina karena tidak memenuhi syarat sahnya nikah.

Al-qur’an dan hadits telah menunjukkan bahwa salah satu syarat sahnya nikah adalah adalah adanya wali. Pernikahan ini tidak sah dan harus dibatalkan.

G. Petunjuk islam dalam memilih pasangan

1. Mengenal calon pasangan hidup

Sebelum seorang lelaki memutuskan untuk menikahi seorang wanita, tentunya ia harus mengenal terlebih dahulu siapa wanita yang hendak dinikahinya, begitu pula sebaliknya si wanita tahu siapa lelaki yang berhasrat menikahinya. Tentunya proses kenal-mengenal ini tidak seperti yang dijalani orang-orang yang tidak paham agama, sehingga mereka menghalalkan pacaran atau pertunangan dalam rangka penjajakan calon pasangan hidup, kata mereka. Pacaran dan pertunangan haram hukumnya tanpa kita sangsikan.

Adapun mengenali calon pasangan hidup di sini maksudnya adalah mengetahui siapa namanya, asalnya, keturunannya, keluarganya, akhlaknya, agamanya dan informasi lain yang memang dibutuhkan. Ini bisa ditempuh dengan mencari informasi dari pihak ketiga, baik dari kerabat si lelaki atau si wanita ataupun dari orang lain yang mengenali si lelaki/si wanita.

Yang perlu menjadi perhatian, hendaknya hal-hal yang bisa menjatuhkan kepada fitnah (godaan setan) dihindari kedua belah pihak seperti bermudah-mudahan melakukan hubungan telepon, sms, surat-menyurat, dengan alasan ingin ta’aruf (kenal-mengenal) dengan calon suami/istri. Jangankan baru ta’aruf, yang sudah resmi meminang pun harus menjaga dirinya dari fitnah. Karenanya, ketika Syaikh Shalih bin Fauzan bin Abdillah Al-Fauzan hafizhahullah ditanya tentang pembicaraan melalui telepon antara seorang pria dengan seorang wanita yang telah dipinangnya, beliau menjawab, “Tidak apa-apa seorang laki-laki berbicara lewat telepon dengan wanita yang telah dipinangnya, bila memang pinangannya telah diterima dan pembicaraan yang dilakukan dalam rangka mencari pemahaman

11

Page 12: Tugas Mata Kuliah Muamalah Upload

sebatas kebutuhan yang ada, tanpa adanya fitnah. Namun bila hal itu dilakukan lewat perantara wali si wanita maka lebih baik lagi dan lebih jauh dari keraguan/fitnah. Adapun pembicaraan yang biasa dilakukan laki-laki dengan wanita, antara pemuda dan pemudi, padahal belum berlangsung pelamaran di antara mereka, namun tujuannya untuk saling mengenal, sebagaimana yang mereka istilahkan, maka ini mungkar, haram, bisa mengarah kepada fitnah serta menjerumuskan kepada perbuatan keji. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

ا وف/ ع4ر2 م6 و4ال/ ق6 ل4ن6 و6ق2 ض= م6ر6 ل4ب?ه? ق6 ف?ي الEذ?ي ع6 ي6ط4م6 ف6 و4ل? ب?ال4ق6 ع4ن6 ض6 ت6خ4 ال6 ف6

“Maka janganlah kalian tunduk (lembut mendayu-dayu) dalam berbicara sehingga berkeinginan jeleklah orang yang di hatinya ada penyakit dan ucapkanlah ucapan yang ma’ruf.” (Al-Ahzab: 32)

Seorang wanita tidak sepantasnya berbicara dengan laki-laki ajnabi kecuali bila ada kebutuhan dengan mengucapkan perkataan yang ma’ruf, tidak ada fitnah di dalamnya dan tidak ada keraguan (yang membuatnya dituduh macam-macam).” (Al-Muntaqa min Fatawa Fadhilatusy Syaikh Shalih bin Fauzan 3/163-164)

Beberapa hal yang perlu diperhatikan

Ada beberapa hal yang disenangi bagi laki-laki untuk memerhatikannya:

- Wanita itu shalihah, karena Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

: ي6د6اك6 ت6ر?ب6ت4 الدWي4ن? ب?ذ6ات? ر4 اظ4ف6 ف6 ا، ل?د?ي4ن?ه6 و6 ا ل?ه6 م6 ل?ج6 و6 ا ب?ه6 س6 ل?ح6 و6 ا ال?ه6 ل?م6 aب6ع6ة ر46 أل? اء2 النWس6 ت2ن4ك6ح2

“Wanita itu (menurut kebiasaan yang ada, pent.) dinikahi karena empat perkara, bisa jadi karena hartanya, karena keturunannya, karena kecantikannya, dan karena agamanya. Maka pilihlah olehmu wanita yang memiliki agama. Bila tidak, engkau celaka.” (HR. Al-Bukhari no. 5090 dan Muslim no. 3620 dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu)

-Wanita itu subur rahimnya. Tentunya bisa diketahui dengan melihat ibu atau saudara perempuannya yang telah menikah.

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda:

ب?ك2م4 ك6اث?ر= م2 إ?نWي ف6 ل2و4د6، ال4و6 د6 ال4و6د2و4 ا و4 وEج2 ت6ز6

“Nikahilah oleh kalian wanita yang penyayang lagi subur, karena aku berbangga-bangga di hadapan umat yang lain pada kiamat dengan banyaknya jumlah kalian.” (HR. An-Nasa`i no. 3227, Abu Dawud no. 1789, dishahihkan Al-Imam Al-Albani rahimahullahu dalam Irwa`ul Ghalil no. 1784)

-Wanita tersebut masih gadis1, yang dengannya akan dicapai kedekatan yang sempurna.

12

Page 13: Tugas Mata Kuliah Muamalah Upload

Jabir bin Abdillah radhiyallahu ‘anhuma ketika memberitakan kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bahwa ia telah menikah dengan seorang janda, beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

؟ ب2ك6 ت2ال6ع? و6 ا ب2ه6 ت2ال6ع? ار?ي6ة/ ج6 Eال ه6 ف6

“Mengapa engkau tidak menikah dengan gadis hingga engkau bisa mengajaknya bermain dan dia bisa mengajakmu bermain?!”

Namun ketika Jabir mengemukakan alasannya, bahwa ia memiliki banyak saudara perempuan yang masih belia, sehingga ia enggan mendatangkan di tengah mereka perempuan yang sama mudanya dengan mereka sehingga tak bisa mengurusi mereka, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam memujinya, “Benar apa yang engkau lakukan.” (HR. Al-Bukhari no. 5080, 4052 dan Muslim no. 3622, 3624)

Dalam sebuah hadits, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

ي4ر? ب?ال4ي6س? ض6ى ر4أ6 و6 ا ام/ ح6 ر4

أ6 6ن4ت6ق2 أ و6 ا و6اه/ أ6ف4 أ6ع4ذ6ب2 Eن ?نEه2 إ ف6 6ب4ك6ار?، ب?األ4 ع6ل6ي4ك2م4

“Hendaklah kalian menikah dengan para gadis karena mereka lebih segar mulutnya, lebih banyak anaknya, dan lebih ridha dengan yang sedikit.” (HR. Ibnu Majah no. 1861, dihasankan Al-Imam Al-Albani rahimahullahu dalam Ash-Shahihah no. 623)

2. Nazhar (Melihat calon pasangan hidup)

Seorang wanita pernah datang kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk menghibahkan dirinya. Si wanita berkata:

. عEد6 ص6 ف6 وسلم عليه الله صلى الله? و4ل2 س2 ر6 ا ?ل6ي4ه6 إ ن6ظ6ر6 ف6 ي س? ن6ف4 ل6ك6 أ6ه6ب2 ئ4ت2 ج? الله?، و4ل6 س2 ر6 يا6ه2 س6

أ4 ر/ وسلم عليه الله صلى الله? و4ل2 س2 ر6ط6أ4ط6أ6 Eث2م ب6ه2، Eو و6ص6 ا ي4ه6 ف? النEظ6ر6

“Wahai Rasulullah! Aku datang untuk menghibahkan diriku kepadamu.” Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam pun melihat ke arah wanita tersebut. Beliau mengangkat dan menurunkan pandangannya kepada si wanita. Kemudian beliau menundukkan kepalanya. (HR. Al-Bukhari no. 5087 dan Muslim no. 3472)

Hadits ini menunjukkan bila seorang lelaki ingin menikahi seorang wanita maka dituntunkan baginya untuk terlebih dahulu melihat calonnya tersebut dan mengamatinya. (Al-Minhaj Syarhu Shahih Muslim, 9/215-216)

Oleh karena itu, ketika seorang sahabat ingin menikahi wanita Anshar, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menasihatinya:

غ6ر6 Wالص ي6ع4ن?ي ي4ئ/ا، ش6 ار? 6ن4ص6 األ4 أ6ع4ي2ن? ف?ي Eإ?ن ف6 ا، ?ل6ي4ه6 إ ان4ظ2ر4

“Lihatlah wanita tersebut, karena pada mata orang-orang Anshar ada sesuatu.” Yang beliau maksudkan adalah mata mereka kecil. (HR. Muslim no. 3470 dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu)

13

Page 14: Tugas Mata Kuliah Muamalah Upload

Demikian pula ketika Al-Mughirah bin Syu’bah radhiyallahu ‘anhu meminang seorang wanita, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bertanya kepadanya, “Apakah engkau telah melihat wanita yang kau pinang tersebut?” “Belum,” jawab Al-Mughirah. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

TمRا Rك ]ن Rي ب RمRؤ]دT ي Rن] أ ى Rح]رR أ TهN Lن فRإ ]هRا، Rي Lل إ ]ظTر] ان

“Lihatlah wanita tersebut, karena dengan seperti itu akan lebih pantas untuk melanggengkan hubungan di antara kalian berdua (kelak).” (HR. An-Nasa`i no. 3235, At-Tirmidzi no.1087. Dishahihkan Al-Imam Al-Albani rahimahullahu dalam Ash-Shahihah no. 96)

Al-Imam Al-Baghawi rahimahullahu berkata, “Dalam sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam kepada Al-Mughirah radhiyallahu ‘anhu: “Apakah engkau telah melihat wanita yang kau pinang tersebut?” ada dalil bahwa sunnah hukumnya ia melihat si wanita sebelum khitbah (pelamaran), sehingga tidak memberatkan si wanita bila ternyata ia membatalkan khitbahnya karena setelah nazhar ternyata ia tidak menyenangi si wanita.” (Syarhus Sunnah 9/18)

Bila nazhar dilakukan setelah khitbah, bisa jadi dengan khitbah tersebut si wanita merasa si lelaki pasti akan menikahinya. Padahal mungkin ketika si lelaki melihatnya ternyata tidak menarik hatinya lalu membatalkan lamarannya, hingga akhirnya si wanita kecewa dan sakit hati. (Al-Minhaj Syarhu Shahih Muslim, 9/214)

Sahabat Muhammad bin Maslamah radhiyallahu ‘anhu berkata, “Aku meminang seorang wanita, maka aku bersembunyi untuk mengintainya hingga aku dapat melihatnya di sebuah pohon kurmanya.” Maka ada yang bertanya kepada Muhammad, “Apakah engkau melakukan hal seperti ini padahal engkau adalah sahabat Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam?” Kata Muhammad, “Aku pernah mendengar Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

ا ?ل6ي4ه6 إ ي6ن4ظ2ر6 أ6ن4 س6ب6أ4 ال6 ف6 ،aأ6ة ر6 ام4 ط4ب6ة6 خ? aام4ر?ئ ل4ب? ق6 في? الله2 ى 6ل4ق6 أ ?ذ6ا إ

“Apabila Allah melemparkan di hati seorang lelaki (niat) untuk meminang seorang wanita maka tidak apa-apa baginya melihat wanita tersebut.” (HR. Ibnu Majah no. 1864, dishahihkan Al-Imam Al-Albani rahimahullahu dalam Shahih Ibni Majah dan Ash-Shahihah no. 98)

Al-Imam Al-Albani rahimahullahu berkata, “Boleh melihat wanita yang ingin dinikahi walaupun si wanita tidak mengetahuinya ataupun tidak menyadarinya.” Dalil dari hal ini sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam:

إ?ن4 و6 ط4ب6ت?ه?، ل?خ? ا ?ل6ي4ه6 إ ي6ن4ظ2ر2 ا ?نEم6 إ ك6ان6 ?ذ6ا إ ا ?ل6ي4ه6 إ ي6ن4ظ2ر6 أ6ن4 ع6ل6ي4ه? ن6اح6 ج2 ال6 ف6 أ6ة/، ر6 ام4 د2ك2م2 أ6ح6 خ6ط6ب6 ?ذ6ا إت6ع4ل6م2 ال6 ك6ان6ت4

‘Apabila seorang dari kalian ingin meminang seorang wanita, maka tidak ada dosa baginya melihat si wanita apabila memang tujuan melihatnya untuk meminangnya, walaupun si wanita tidak mengetahui (bahwa dirinya sedang dilihat).” (HR. Ath-Thahawi, Ahmad 5/424 dan Ath-Thabarani dalam Al-Mu’jamul Ausath 1/52/1/898, dengan sanad yang shahih, lihat Ash-Shahihah 1/200)

14

Page 15: Tugas Mata Kuliah Muamalah Upload

Pembolehan melihat wanita yang hendak dilamar walaupun tanpa sepengetahuan dan tanpa seizinnya ini merupakan pendapat yang dipegangi jumhur ulama.

Adapun Al-Imam Malik rahimahullahu dalam satu riwayat darinya menyatakan, “Aku tidak menyukai bila si wanita dilihat dalam keadaan ia tidak tahu karena khawatir pandangan kepada si wanita terarah kepada aurat.” Dan dinukilkan dari sekelompok ahlul ilmi bahwasanya tidak boleh melihat wanita yang dipinang sebelum dilangsungkannya akad karena si wanita masih belum jadi istrinya. (Al-Hawil Kabir 9/35, Syarhul Ma’anil Atsar 2/372, Al-Minhaj Syarhu Shahih Muslim 9/214, Fathul Bari 9/158)

Haramnya berduaan dan bersepi-sepi tanpa mahram ketika nazhar (melihat calon)

Sebagai catatan yang harus menjadi perhatian bahwa ketika nazhar tidak boleh lelaki tersebut berduaan saja dan bersepi-sepi tanpa mahram (berkhalwat) dengan si wanita. Karena Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

aم ر6 ح4 م6 ذ?ي م6ع6 Eإ?ال a6ة أ ر6 ب?ام4 ل= ج2 ر6 Eل2و6ن ي6خ4 ال6

“Sekali-kali tidak boleh seorang laki-laki bersepi-sepi dengan seorang wanita kecuali wanita itu bersama mahramnya.” (HR. Al-Bukhari no. 1862 dan Muslim no. 3259)

Karenanya si wanita harus ditemani oleh salah seorang mahramnya, baik saudara laki-laki atau ayahnya. (Fiqhun Nisa` fil Khithbah waz Zawaj, hal. 28)

Bila sekiranya tidak memungkinkan baginya melihat wanita yang ingin dipinang, boleh ia mengutus seorang wanita yang tepercaya guna melihat/mengamati wanita yang ingin dipinang untuk kemudian disampaikan kepadanya. (An-Nazhar fi Ahkamin Nazhar bi Hassatil Bashar, Ibnul Qaththan Al-Fasi hal. 394, Al-Minhaj Syarhu Shahih Muslim, 9/214, Al-Mulakhkhash Al-Fiqhi, 2/280)

Batasan yang boleh dilihat dari seorang wanita

Ketika nazhar, boleh melihat si wanita pada bagian tubuh yang biasa tampak di depan mahramnya. Bagian ini biasa tampak dari si wanita ketika ia sedang bekerja di rumahnya, seperti wajah, dua telapak tangan, leher, kepala, dua betis, dua telapak kaki dan semisalnya. Karena adanya hadits Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam:

ع6ل4 ل4ي6ف4 ف6 ا ه6 ن?ك6اح? إ?لى6 ي6د4ع2وه2 ا م6 ?ل6ي إ ي6ن4ظ2ر6 أ6ن4 ت6ط6اع6 اس4 إ?ن? ف6 أ6ة6، ر4 ال4م6 د2ك2م2 أ6ح6 خ6ط6ب6 ?ذ6ا إ

“Bila seorang dari kalian meminang seorang wanita, lalu ia mampu melihat dari si wanita apa yang mendorongnya untuk menikahinya, maka hendaklah ia melakukannya.” (HR. Abu Dawud no. 2082 dihasankan Al-Imam Al-Albani rahimahullahu dalam Ash-Shahihah no. 99)

Di samping itu, dilihat dari adat kebiasaan masyarakat, melihat bagian-bagian itu bukanlah sesuatu yang dianggap memberatkan atau aib. Juga dilihat dari pengamalan yang ada pada para sahabat. Sahabat Jabir bin Abdillah radhiyallahu

15

Page 16: Tugas Mata Kuliah Muamalah Upload

‘anhuma ketika melamar seorang perempuan, ia pun bersembunyi untuk melihatnya hingga ia dapat melihat apa yang mendorongnya untuk menikahi si gadis, karena mengamalkan hadits tersebut. Demikian juga Muhammad bin Maslamah radhiyallahu ‘anhu sebagaimana telah disinggung di atas. Sehingga cukuplah hadits-hadits ini dan pemahaman sahabat sebagai hujjah untuk membolehkan seorang lelaki untuk melihat lebih dari sekadar wajah dan dua telapak tangan2.

Al-Imam Ibnu Qudamah rahimahullahu berkata, “Sisi kebolehan melihat bagian tubuh si wanita yang biasa tampak adalah ketika Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengizinkan melihat wanita yang hendak dipinang dengan tanpa sepengetahuannya. Dengan demikian diketahui bahwa beliau mengizinkan melihat bagian tubuh si wanita yang memang biasa terlihat karena tidak mungkin yang dibolehkan hanya melihat wajah saja padahal ketika itu tampak pula bagian tubuhnya yang lain, tidak hanya wajahnya. Karena bagian tubuh tersebut memang biasa terlihat. Dengan demikian dibolehkan melihatnya sebagaimana dibolehkan melihat wajah. Dan juga karena si wanita boleh dilihat dengan perintah penetap syariat berarti dibolehkan melihat bagian tubuhnya sebagaimana yang dibolehkan kepada mahram-mahram si wanita.” (Al-Mughni, fashl Ibahatun Nazhar Ila Wajhil Makhthubah)

Memang dalam masalah batasan yang boleh dilihat ketika nazhar ini didapatkan adanya perselisihan pendapat di kalangan ulama3.

3. Khithbah (peminangan)

Seorang lelaki yang telah berketetapan hati untuk menikahi seorang wanita, hendaknya meminang wanita tersebut kepada walinya.

Apabila seorang lelaki mengetahui wanita yang hendak dipinangnya telah terlebih dahulu dipinang oleh lelaki lain dan pinangan itu diterima, maka haram baginya meminang wanita tersebut. Karena Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda:

ك6 ي6ت4ر2 و46 أ ي6ن4ك?ح6 تEى ح6 ي4ه? أ6خ? ط4ب6ة? خ? ع6ل6ى ل2 ج2 Eالر ي6خ4ط2ب2 ال6

“Tidak boleh seseorang meminang wanita yang telah dipinang oleh saudaranya hingga saudaranya itu menikahi si wanita atau meninggalkannya (membatalkan pinangannya).” (HR. Al-Bukhari no. 5144)

Dalam riwayat Muslim (no. 3449) disebutkan:

ي4ه? أ6خ? ط4ب6ة? خ? ع6ل6ى ي6خ4ط2ب6 و6ال6 ي4ه? أ6خ? ب6ي4ع? ع6لى ي6ب4ت6اع6 أ6ن4 ؤ4م?ن? ل?ل4م2 ل� ي6ح? ال6 ف6 ، ؤ4م?ن? ال4م2 و أ6خ2 ؤ4م?ن2 ال4م2ي6ذ6ر6 تEى ح6

“Seorang mukmin adalah saudara bagi mukmin yang lain. Maka tidaklah halal baginya menawar barang yang telah dibeli oleh saudaranya dan tidak halal pula baginya meminang wanita yang telah dipinang oleh saudaranya hingga saudaranya meninggalkan pinangannya (membatalkan).”

16

Page 17: Tugas Mata Kuliah Muamalah Upload

Perkara ini merugikan peminang yang pertama, di mana bisa jadi pihak wanita meminta pembatalan pinangannya disebabkan si wanita lebih menyukai peminang kedua. Akibatnya, terjadi permusuhan di antara sesama muslim dan pelanggaran hak. Bila peminang pertama ternyata ditolak atau peminang pertama mengizinkan peminang kedua untuk melamar si wanita, atau peminang pertama membatalkan pinangannya maka boleh bagi peminang kedua untuk maju. (Al-Mulakhkhash Al-Fiqhi, 2/282)

Setelah pinangan diterima tentunya ada kelanjutan pembicaraan, kapan akad nikad akan dilangsungkan. Namun tidak berarti setelah peminangan tersebut, si lelaki bebas berduaan dan berhubungan dengan si wanita. Karena selama belum akad keduanya tetap ajnabi, sehingga janganlah seorang muslim bermudah-mudahan dalam hal ini. (Fiqhun Nisa fil Khithbah waz Zawaj, hal. 28)

Jangankan duduk bicara berduaan, bahkan ditemani mahram si wanita pun masih dapat mendatangkan fitnah. Karenanya, ketika Asy-Syaikh Ibnu Utsaimin rahimahullahu dimintai fatwa tentang seorang lelaki yang telah meminang seorang wanita, kemudian di hari-hari setelah peminangan, ia biasa bertandang ke rumah si wanita, duduk sebentar bersamanya dengan didampingi mahram si wanita dalam keadaan si wanita memakai hijab yang syar’i. Berbincanglah si lelaki dengan si wanita. Namun pembicaraan mereka tidak keluar dari pembahasan agama ataupun bacaan Al-Qur`an. Lalu apa jawaban Syaikh rahimahullahu? Beliau ternyata berfatwa, “Hal seperti itu tidak sepantasnya dilakukan. Karena, perasaan pria bahwa wanita yang duduk bersamanya telah dipinangnya secara umum akan membangkitkan syahwat. Sementara bangkitnya syahwat kepada selain istri dan budak perempuan yang dimiliki adalah haram. Sesuatu yang mengantarkan kepada keharaman, hukumnya haram pula.” (Fatawa Asy-Syaikh Muhammad Shalih Al-Utsaimin, 2/748)

Yang perlu diperhatikan oleh wali

Ketika wali si wanita didatangi oleh lelaki yang hendak meminang si wanita atau ia hendak menikahkan wanita yang di bawah perwaliannya, seharusnya ia memerhatikan perkara berikut ini:

-Memilihkan suami yang shalih dan bertakwa. Bila yang datang kepadanya lelaki yang demikian dan si wanita yang di bawah perwaliannya juga menyetujui maka hendaknya ia menikahkannya karena Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda:

اد= و6ف6س6 ض? ر4ا4أل6 ف?ي ت4ن6ة= ف? ت6ك2ن4 ع6ل2وا ت6ف4 Eإ?ال ه2، و4 وWج2 ز6 ف6 ه2 ل2ق6 و6خ2 د?ي4ن6ه2 و4ن6 ض6 ت6ر4 م6ن4 ?ل6ي4ك2م4 إ خ6ط6ب6 ?ذ6ا إ

ع6ر?ي4ض=

“Apabila datang kepada kalian (para wali) seseorang yang kalian ridhai agama dan akhlaknya (untuk meminang wanita kalian) maka hendaknya kalian menikahkan orang tersebut dengan wanita kalian. Bila kalian tidak melakukannya niscaya akan terjadi fitnah di bumi dan kerusakan yang besar.” (HR. At-Tirmidzi no. 1084, dihasankan Al-Imam Al-Albani rahimahullahu dalam Al-Irwa` no. 1868, Ash-Shahihah no. 1022)

17

Page 18: Tugas Mata Kuliah Muamalah Upload

-Meminta pendapat putrinya/wanita yang di bawah perwaliannya dan tidak boleh memaksanya.

Persetujuan seorang gadis adalah dengan diamnya karena biasanya ia malu. Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu berkata menyampaikan hadits Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam:

: . ا؟ ?ذ4ن2ه6 إ ك6ي4ف6 الله?، و4ل6 س2 ر6 ي6ا ال2وا ق6 ت6أ4ذ6ن6 ت2س4 تEى ح6 ال4ب?ك4ر2 ت2ن4ك6ح2 و6ال6 ر6 م6ت6أ4 ت2س4 تEى ح6 6يWم2 األ4 ت2ن4ك6ح2 ال6

ك2ت6: ت6س4 أ6ن4 ال6 ق6

“Tidak boleh seorang janda dinikahkan hingga ia diajak musyawarah/dimintai pendapat dan tidak boleh seorang gadis dinikahkan sampai dimintai izinnya.” Mereka bertanya, “Wahai Rasulullah! Bagaimana izinnya seorang gadis?” “Izinnya dengan ia diam,” jawab beliau. (HR. Al-Bukhari no. 5136 dan Muslim no. 3458)

HAK DAN KEWAJIBAN KELUARGA DALAM ISLAM

A. SUAMI

1. HAK SUAMI

Di antara sekian banyak hak suami, beberapa di antaranya dapat kita rinci berikut ini:

Pertama: Ditaati dalam selain perkara maksiat.

Suami memiliki hak terhadap istrinya untuk ditaati dalam seluruh perkara asalkan bukan perkara maksiat kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

Lو]ف Tع]رRم[ NمRا الطNاعRةT فLي ال Lن إ

“Hanyalah ketaatan itu dalam perkara yang ma’ruf.”

(HR. Al-Bukhari no. 7145 dan Muslim no. 4742)

Dan beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam pun memperingatkan:

Lالله LةR Tو]ق فLي مRع]صLي ل LمRخ] R طRاعRةR ل ال

“Tidak ada ketaatan kepada makhluk dalam bermaksiat kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.” (HR. Ahmad 1/131, dishahihkan sanadnya oleh Asy-Syaikh Ahmad Syakir rahimahullahu dalam syarah dan catatan kakinya terhadap Musnad Al-Imam Ahmad dan dishahihkan pula dalam Ash-Shahihah no. 181)

Sehingga bila suami memerintahkan istrinya untuk berbuat maksiat kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala seperti disuruh keluar rumah dengan tabarruj, wajib bagi si

18

Page 19: Tugas Mata Kuliah Muamalah Upload

istri untuk menolaknya. Bila ia menaati suaminya berarti ia berbuat dosa sebagaimana suaminya berdosa karena telah memerintahkannya bermaksiat.

Kedua: Istri tidak boleh keluar rumah kecuali dengan izin suami.

Seorang istri tidak boleh keluar dari rumahnya kecuali dengan izin suaminya. Baik si istri keluar untuk mengunjungi kedua orangtuanya ataupun untuk kebutuhan yang lain, sampaipun untuk keperluan shalat di masjid.

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullahu mengatakan, “Tidak halal bagi seorang istri keluar dari rumah suaminya kecuali dengan izin suaminya.” Beliau juga berkata, “Bila si istri keluar rumah suami tanpa izinnya berarti ia telah berbuat nusyuz, bermaksiat kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dan Rasul-Nya, serta pantas mendapatkan hukuman.”

(Majmu’ Al-Fatawa, 32/281)

Ketiga: Istri tidak boleh puasa sunnah kecuali dengan izin suaminya.

Bila seorang istri hendak mengerjakan puasa Ramadhan, ia tidak perlu meminta izin kepada suaminya karena puasa Ramadhan hukumnya wajib, haram ditinggalkan tanpa udzur syar’i. Bila sampai suaminya melarang, ia tidak boleh menaatinya. Karena tidak boleh menaati makhluk dalam bermaksiat kepada Al-Khaliq.

Namun bila si istri hendak puasa sunnah/tathawwu’, ia harus meminta izin kepada suaminya.

Keempat: Istri tidak boleh mengizinkan seseorang masuk ke rumah suami kecuali dengan izinnya.

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah melarang hal ini dalam sabdanya:

LهL Lذ]ن Lإ N ب Lال LهL إ ]ت Rي ]ذRن] فLي ب Rأ R ت وRال

“Tidak boleh seorang istri mengizinkan seseorang masuk ke rumah suaminya terkecuali dengan izin suaminya.”

(HR. Al-Bukhari no. 5195 dan Muslim no. 2367)

Karena Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

LهL Lذ]ن Lإ N ب Lال اهLد¦ إ Rا شRهTو]ج RزRو Rو]مTصR Rن] ت RةL أ أ ]مRر] Lل RحLل� ل R ي ال

“Tidak boleh seorang istri puasa (sunnah) sementara suaminya ada di tempat kecuali dengan izin suaminya.”

(HR. Al-Bukhari no. 5195 dan Muslim no. 1026)

19

Page 20: Tugas Mata Kuliah Muamalah Upload

Kelima: Mendapatkan pelayanan (khidmat) dari istrinya.

Semestinya seorang istri membantu suaminya dalam kehidupannya. Hal ini telah dicontohkan oleh istri-istri shalihah dari kalangan shahabiyah seperti yang dilakukan Asma` bintu Abi Bakar Ash-Shiddiq radhiyallahu ‘anhuma yang berkhidmat kepada suaminya, Az-Zubair ibnul ‘Awwam radhiyallahu ‘anhu. Ia mengurusi hewan tunggangan suaminya, memberi makan dan minum kudanya, menjahit dan ``menambal embernya, serta mengadon tepung untuk membuat kue. Ia yang memikul biji-bijian dari tanah milik suaminya sementara jarak tempat tinggalnya dengan tanah tersebut sekitar 2/3 farsakh[7].”

(HR. Al-Bukhari no. 5224 dan Muslim no. 2182)

Keenam: Disyukuri kebaikan yang diberikannya.

Seorang istri harus pandai-pandai berterima kasih kepada suaminya atas semua yang telah diberikan suaminya kepadanya. Bila tidak, si istri akan berhadapan dengan ancaman neraka Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Seselesainya dari Shalat Kusuf (Shalat Gerhana), Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda menceritakan surga dan neraka yang diperlihatkan kepada beliau ketika shalat:

. NنLهLر [yyفT Lك : ب Rال Ryy؟ قLهyyالل Rو]ل Tyyس Rا ر Ryyي RمL Tوا: ل اءR. قRال Rس_ LهRا الن ه]لR RرR أ ]ث ك

R ]تT أ Rي أ RرRط� وRا ق HرRظ[ L مRن Rو]م ]ي Rال رR كR Rم] أ NارR فRل ]تT الن Rي أ RرRو

Rك [yyنLت] مR أ Rر NمT ، ث Rه]رNدyyال NنTاهRد [yyحL LلىR إ ]تR إ ن Ryyح]سRRR و] أ Ryyل ، Rان Rح]سL ]إل نR ا ]فTر] Rك ]رR وRي ي LشRع[ نR ال ]فTر] Rك : ي RالR؟ قLاللهL نR ب ]فTر] Rك : ي Rل[ قLي

ا قRط� Hر[ ي Rخ Rك[ ]تT مLن Rي أ Rا رRم : Hا قRالRت] ]ئ ي Rش

“Dan aku melihat neraka. Aku belum pernah sama sekali melihat pemandangan seperti hari ini. Dan aku lihat ternyata mayoritas penghuninya adalah para wanita.” Mereka bertanya, “Kenapa para wanita menjadi mayoritas penghuni neraka, ya Rasulullah?” Beliau menjawab, “Disebabkan kekufuran mereka[8].” Ada yang bertanya kepada beliau: “Apakah para wanita itu kufur kepada Allah?” Beliau menjawab: “(Tidak, melainkan) mereka kufur kepada suami dan mengkufuri kebaikan (suami). Seandainya engkau berbuat baik kepada salah seorang dari mereka pada suatu masa, kemudian suatu saat ia melihat darimu ada sesuatu (yang tidak berkenan di hatinya) niscaya ia akan berkata: ‘Aku sama sekali belum pernah melihat kebaikan darimu’.”

(HR. Al-Bukhari no. 5197 dan Muslim no. 2106)

2. KEWAJIBAN SUAMI

Apa saja kewajiban suami, berkaitan dengan berbuat baik pada istri dan kewajiban nafkah.

Pertama: Bergaul dengan istri dengan cara yang ma’ruf (baik)

Yang dimaksud di sini adalah bergaul dengan baik, tidak menyakiti, tidak menangguhkan hak istri padahal mampu, serta menampakkan wajah manis dan ceria di hadapan istri.

20

Page 21: Tugas Mata Kuliah Muamalah Upload

Allah Ta’ala berfirman,

Lوف Tع]رRم[ Lال ب NنTوه Tر LاشRعRو

“Dan bergaullah dengan mereka dengan baik.” (QS. An Nisa’: 19).

Kedua: Memberi nafkah, pakaian dan tempat tinggal dengan baik

Yang dimaksud nafkah adalah harta yang dikeluarkan oleh suami untuk istri dan anak-anaknya berupa makanana, pakaian, tempat tinggal dan hal lainnya. Nafkah seperti ini adalah kewajiban suami berdasarkan dalil Al Qur’an, hadits, ijma’ dan logika.

Dalil Al Qur’an, Allah Ta’ala berfirman,

RاهRا Rت آ مRا NالL إ ا Hف]سR ن TهN الل Tل_فR Tك ي Rال TهN الل TاهR Rت آ مLمNا ]فLق] Tن ]ي فRل TهTق رLز] Lه[ Rي عRل RرLدTق وRمRن] LهL عRت Rس مLن] عRة` Rس ذTو ]فLق] Tن Lي ل

“Hendaklah orang yang mampu memberi nafkah menurut kemampuannya. Dan orang yang disempitkan rezekinya hendaklah memberi nafkah dari harta yang diberikan Allah kepadanya. Allah tidak memikulkan beban kepada seseorang melainkan sekedar apa yang Allah berikan kepadanya” (QS. Ath Tholaq: 7).

B. Isteri 1. Kewajiban isteri

Adab Isteri Kepada Suami

- Hendaknya istri menyadari clan menerima dengan ikhlas bahwa kaum laki-Iaki adalah pemimpin kaum wanita. (An-Nisa’: 34)

- Hendaknya istri menyadari bahwa hak (kedudukan) suami setingkat lebih tinggi daripada istri. (Al-Baqarah: 228)

- Istri wajib mentaati suaminya selama bukan kemaksiatan. (An-Nisa’: 39)

- Diantara kewajiban istri terhadap suaminya, ialah:

a. Menyerahkan dirinya,

b. Mentaati suami,

c. Tidak keluar rumah, kecuali dengan ijinnya,

21

Page 22: Tugas Mata Kuliah Muamalah Upload

d. Tinggal di tempat kediaman yang disediakan suami

e. Menggauli suami dengan baik. (Al-Ghazali)

- Istri hendaknya selalu memenuhi hajat biologis suaminya, walaupun sedang dalam kesibukan.

(Nasa’ i, Muttafaqun Alaih)

- Apabila seorang suami mengajak istrinya ke tempat tidur untuk menggaulinya, lalu sang istri menolaknya, maka penduduk langit akan melaknatnya sehingga suami meridhainya. (Muslim)

- Istri hendaknya mendahulukan hak suami atas orang tuanya. Allah swt. mengampuni dosa-dosa seorang Istri yang mendahulukan hak suaminya daripada hak orang tuanya. (Tirmidzi)

- Yang sangat penting bagi istri adalah ridha suami. Istri yang meninggal dunia dalam keridhaan suaminya akan masuk surga. (Ibnu Majah, TIrmidzi)

- Kepentingan istri mentaati suaminya, telah disabdakan oleh Nabi  saw.: “Seandainya dibolehkan sujud sesama manusia, maka aku akan perintahkan istri bersujud kepada suaminya. .. (Timidzi)

- Istri wajib menjaga harta suaminya dengan sebaik-baiknya. (Thabrani)

- Istri hendaknya senantiasa membuat dirinya selalu menarik di hadapan suami(Thabrani)

- Istri wajib menjaga kehormatan suaminya baik di hadapannya atau di belakangnya (saat suami tidak di rumah). (An-Nisa’: 34)

Berikut ini, beberapa kutipan ayat dan hadits yang memuat keterangan tentang kewajiban suami kepada istrinya, ancaman bagi pihak yang tidak memperhatikannya, saat mereka berdua mengarungi biduk rumah tangga.

Pertama.

22

Page 23: Tugas Mata Kuliah Muamalah Upload

Di antara dalil tentang kewajiban menyelesaikan hak-hak orang lain secara umum, dan hak-hak istri secara khusus.

Firman Allah Subhanahu wa Ta'ala :

"Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya…." [an-Nisâ`/4:58].

Kebanyakan ayat-ayat yang berbicara tentang hak-hak istri berbentuk kalimat perintah. Ini menunjukkan betapa kuatnya penekanan untuk masalah ini.

Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman :

"Berikanlah maskawin (mahar) kepada wanita (yang kamu nikahi) sebagai pemberian dengan penuh kerelaan…." [an-Nisâ`/4:4]

"…Dan bergaullah dengan mereka secara patut…." [an-Nisâ`/4:19].

"Tempatkanlah mereka (para isteri) di mana kamu bertempat tinggal menurut kemampuanmu …. " [ath- Thalâq/65:6]

"Hendaklah orang yang mampu memberi nafkah menurut kemampuannya…" [ath-Thalâq/65:7].

Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Bertakwalah kalian kepada Allah tentang kaum wanita. Sesungguhnya, kalian mengambil mereka dengan amanat dari Allah. Dan kalian menghalalkan kemaluan mereka dengan kalimatullah."[HR Muslim].

Dari Abu Hurairah, Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Berpesanlah untuk wanita dengan baik". [HR al- Bukhâri dan Muslim]

Kedua. Di antara dalil larangan menelantarkan hak-hak istri dan melakukan tindakan aniaya kepadanya.

Beberapa ayat menerangkan mengenai larangan menzhalimi istri dan mengabaikan hak-haknya.

Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman :

"…dan janganlah kamu menyusahkan mereka karena hendak mengambil kembali sebagian dari apa yang telah kamu berikan kepadanya…"[an-Nisâ`/4:19]

"Dan jika kamu ingin mengganti isterimu dengan isteri yang lain, sedang kamu telah memberikan kepada seseorang di antara mereka harta yang banyak, maka

23

Page 24: Tugas Mata Kuliah Muamalah Upload

janganlah kamu mengambil kembali dari padanya barang sedikitpun. Apakah kamu akan mengambilnya kembali dengan jalan tuduhan yang dusta dan dengan (menanggung) dosa yang nyata." [an-Nisâ`/4:20].

"…maka janganlah kamu (para wali) menghalangi mereka kawin lagi dengan bakal suaminya, apabila telah terdapat kerelaaan di antara mereka dengan cara yang ma'ruf…"[al Baqarah/2: 232]

Ketiga.Nash-nash yang menerangkan hukuman dan siksa bagi orang yang melanggar ketentuan-ketentuan Allah dalam masalah ini dengan cara menindas wanita, tidak memenuhi atau mengurangi hak-hak wanita.

"…Tidak halal bagi kamu mengambil kembali sesuatu dari yang telah kamu berikan kepada mereka, kecuali kalau keduanya khawatir tidak akan dapat menjalankan hukum-hukum Allah. Jika kamu khawatir bahwa keduanya (suami-isteri) tidak dapat menjalankan hukum-hukum Allah, maka tidak ada dosa atas keduanya tentang bayaran yang diberikan oleh isteri untuk menebus dirinya. Itulah hukum-hukum Allah, maka janganlah kamu melanggarnya. Barang siapa yang melanggar hukum-hukum Allah, mereka itulah orang-orang yang zhalim." [al-Baqarah/2:229].

"Apabila kamu mentalak isteri-isterimu, lalu mereka mendekati akhir idahnya, maka rujukilah mereka dengan cara yang ma'ruf, atau ceraikanlah mereka dengan cara yang ma'ruf (pula). Janganlah kamu rujuki mereka untuk memberi kemudharatan, karena dengan demikian kamu menganiaya mereka. Barang siapa berbuat demikian, maka sungguh ia telah berbuat zhalim terhadap dirinya sendiri. Janganlah kamu jadikan hukum-hukum Allah permainan…." [al-Baqarah/2:231]

Nash-nash di atas memuat takhwîf (ancaman menakutkan) dan pesan bagi orang yang beriman kepada Allah dan hari Akhir.

Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman.

"…Itulah yang dinasihatkan kepada orang-orang yang beriman di antara kamu kepada Allah dan hari kemudian. Itu lebih baik bagimu dan lebih suci. Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui" [al-Baqarah/2:232].

Sementara itu, ancaman juga muncul dari lisan Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam yang mulia atas suami yang berbuat tidak adil dan meremehkan hak seorang istri. Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

"Barang siapa mempunyai dua istri, dan lebih condong kepada salah satu istrinya, ia akan datang pada hari Kiamat dengan menyeret salah satu dagunya atau datang dengan berjalan miring." [HR Ahmad, at-Tirmidzi, an-Nasa'i. Lihat Shahih at-Targhib (2/199)]

Demikian sedikit paparan beberapa dalil yang menegaskan tentang pemeliharaan hak-hak istri dalam rumah tangga. Keretakan rumah tangga hanya muncul ketika ada salah satu pihak (atau kedua belah pihak, suami istri) tidak menjalankan kewajiban-kewajiban yang seharusnya ia emban dan lebih condong hanya untuk menuntut hak-haknya semata.

24

Page 25: Tugas Mata Kuliah Muamalah Upload

C.ANAK

1. HAK ANAK (Kewajiban orang tua terhadap anak)

1. Mendapat nama yang baik dan mengaqiqahkannya. Untuk perempuan satu ekor kambing dan untuk laki-laki dua ekor kambing.

Dalil hadits: “Setiap bayi tergadaikan oleh aqiqahnya, disembelihkan kambing untuknya pada hari ke tujuh dan dicukur rambutnya.” (HR. Muslim)

2. Bersikap lemah lembut dan sayang pada anak, tidak berbeda apakah itu anak perempuan ataupun anak laki-laki.

Dalil hadits: Aqra bin Habis melihat melihat Rasulullah SAW mencium cucunya Hasan, lalu Aqra berkata: “Sesungguhnya aku punya sepuluh anak, tetapi aku belum pernah mencium seorang pun diantara mereka” Nabi SAW bersabda: “Sesungguhnya orang yang tidak menyayangi tidak akan disayangi.” (HR. Bukhari)

3. Mendapat pendidikan dan pengajaran yang baik.

4. Mendapat makanan dan pakaian yang layak.

5. Dipisahkan ruang tidur anak laki-laki dengan anak perempuan bila sudah beranjak besar (Aqil Baligh).

Bagi sesama anak yang lebih tua menyayangi yang lebih muda dan yang lebih muda menghormati yang lebih tua. Saling menolong diantara mereka. Menjaga aib saudaranya dan juga menasihatinya bila melakukan kekhilafan.

2.KEWAJIBAN ANAK

Hak Orang Tua (Kewajiban Anak terhadap Orang Tua)

1. Hak Orang Tua yang Masih Hidup

a. Mendapat perlakuan yang baik

Dalil hadits: “Berbuat baiklah kepada kedua orang tua lebih utama ketimbang shalat, shadaqah, puasa, haji, umrah dan jihad di jalan Allah.” (HR. Abu Ya’la dan Thabrani)b. Mendapat perawatan yang baik dari anak-anaknya hingga maut menjemputnya, terlebih lagi bila ia telah lanjut usia. “Anak tidak dapat membalas kedua orang

25

Page 26: Tugas Mata Kuliah Muamalah Upload

tuanya hingga ia mendapati sebagai budak lalu membelinya dan memerdekakannya.” (HR. Muslim)

2. Hak Orang Tua yang telah wafat

Ada seorang laki-laki menghadap Rasulullah SAW dan bertanya, “Wahai Rasulullah masih adakah kewajiban untuk berbuat baik kepada orang tuanya yang telah wafat?” Rasulullah SAW bersabda: “Ya, mendo’akannya, memintakan ampun untuknya, menunaikan janjinya, menghormati temannya, menyambungkan kerabat yang tidak dapat disambung oleh orang tua.” (HR. Abu Daud, Ibnu Hibban dan Al Hakim)

Referensi

http://qurandansunnah.wordpress.com/2009/05/29/pernikahan-menurut-islam-dari-mengenal-calon-sampai-proses-akad-nikah/

www.asysyariah.com

http://materitarbiyah.wordpress.com/2008/02/01/hak-dan-kewajiban-dalam-keluarga/

http://almanhaj.or.id/content/2621/slash/0/hak-hak-istri-terpelihara-dalam-naungan-rumah-tangga-islam/

[Diadaptasi dari Dhamanâtu Huqûqi al-Mar`ati az-Zaujiyyah, karya Dr. Muhammad Ya`qub Muhammad ad-Dahlawi, Penerbit Jâmi'ah Islâmiyyah Madînah, Cetakan I, Tahun 1424 H]

26