syari’at, fiqh, dan ushul fiqh

30
Syari’at, Fiqh, dan Ushul Fiqh Kelompok 1 : Elok Faikoh (1113102000077) Ramaza Rizka (1113102000076) Fandi Ahmad (1113102000039)

Upload: jingga-matahari

Post on 27-May-2015

5.035 views

Category:

Education


14 download

TRANSCRIPT

Syari’at, Fiqh, dan Ushul Fiqh

Kelompok 1 :Elok Faikoh

(1113102000077)Ramaza Rizka

(1113102000076)Fandi Ahmad

(1113102000039)

Pengertian Syari’at• Secara Harfiah

Berdasarkan kosa kata bahasa arab, syari’at bermakna “sumber air” atau “sumber kehidupan” • Kitab Mukhtar al-shihah

Syari’at adalah sumber air dan merupakan tujuan bagi mereka yang ingin minum.• Abu Hanifah

Syari’at adalah kewajiban-kewajiban yang harus dilakukan• Imam SyafiiSyari’ah adalah sebuah lembaga• Pengertian umum

Syari’at adalah keseluruhan jalan hidup setiap muslim, termasuk pengetahuan tentang ketuhanan.

Ruang Lingkup Syari’at

Syari’at merupakan hukum Allah yang diturunkan di muka bumi ini untuk menegakan kemaslahatan seluruh umat manusia, sehingga pembahasannya mencakup segala kewajiban yang harus dilaksanakan oleh umat manusia layaknya sebagai hamba Allah.

Contoh syari’at dalam kehidupan sehari-hari :

1. Fardu (wajib)Mendirikan shalat, membayar zakat, berpartisipasi dalam jihad,

mematuhi hukum islam, seorang muslimah memakai hijab dll. 2. Haram (terlarang)

Melakukan riba, berjudi, menyerukan nasionalisme dan demokrasi dll. 3. Mandub, mustahab, sunnah atau nafilah (dianjurkan)

menjenguk orang sakit, bersedekah kepada orang miskin, puasa senin kamis dll.4. Makruh (tidak disukai)

Shalat diantara waktu subuh dan terbit matahari, makan bawang sebelum pergi ke mesjid, membuang sampah dijalan.

5. Mubah (boleh)memakan domba atau ayam, menikah sampai empat istri, dll.

Sejarah Tumbuh dan Perkembangan Syari’at

Di masa awal Islam istilah syari’at yang digunakan oleh masyarakat muslim adalah “Syara’i” yang merupakan jamak dari kata “Syari’at”. Sebagai bukti pada suatu riwayat menunjukan bahwa orang-orang yang baru masuk Islam dari berbagai pelosok datang pada Rasulullah, dan meminta kepada beliau agar beliau bersedia mengirimkan seseorang untuk mengajarkan mereka tentang syara’i Islam. Kata syari’at jarang sekali dipakai pada masa itu.

Pengertian Fiqh• Pengertian Fiqh ( � menurut (الفقه

bahasa (etimologi) : adalah : ( العلم pengetahuan dan /بالشيء والفهم لهpemahaman terhadap sesuatu). Contoh و$ل#ي] : وا ق& �ه ق& supaya mereka/ي&ف$mengerti perkataanku, (QS. Thaha:28)]

• Pengertian Fiqh menurut istilah (terminologi) adalah memahami dan dan mengetahui wahyu (baik Al-Qur’an atau Al-Sunnah) yang disebut hukum syara’ dengan menggunakan penalaran akal dan metode tertentu sehingga diketahui ketentuan hukum bagi mukallaf dengan dalil-dalil terperinci.

• Penjelasan Definisi Fiqh : –Mengetahui adalah Ilmu dan dugaan. Karena mengetahui hukum-hukum fiqih terkadang bersifat yakin dan terkadang bersifat dugaan, sebagaimana banyak dalam masalah-masalah fiqih.

–Hukum-hukum syara’ (Islam) : adalah hukum-hukum yang diambil dari syari’at, seperti wajib dan haram, maka tidak termasuk hukum-hukum akal, dan adat.

–Yang diambil dari dalil-dalinya yang terperinci : adalah dalil-dalil fiqh yang berhubungan dengan masalah-masalah fiqh yang terperinci, maka tidak termasuk di dalamnya ilmu Ushul Fiqih karena pembahasan di dalamnya hanyalah mengenai dalil umum.

Ruang Lingkup Fiqh

Objek pembahasan fiqh : perbuatan mukallaf dari sisi ditetapkannya hukum syara’. Jadi seorang Ahli Fiqh umpamanya membahas shalat, zakat, shaum, haji, jual beli, hutang piutang, sewa menyewa dan lain sebagainya untuk mengetahui hukum syara’ bagi setiap perbuatan ini.

Contoh dari penerapan fiqh oleh para imam dalam kehidupan sehari-hari yang senantiasa berubah :

1. Menggunakan falsafah tasyri’ istihsan (mencari yang terbaik). Abu hanifah memberikan fatwa tentang bolehnya wanita menikahkan dirinya sendiri tanpa wali suaminya dalam konteks kesetaraan.

2. Menggunakan pendekatan kaidah ushul al-ahkam (pokok-pokok hukum islam). Imam malik memberikan fatwa bahwa seorang ibu tidak wajib menyusui anaknya sendiri dalam rangka memelihara dirinya agar tetap sehat dan menyenangkan suaminya.

Sejarah Tumbuh dan Perkembangan Fiqh

Hukum-hukum fiqh tumbuh bersamaan dengan pertumbuhan agama islam, karena sebenarnya agama islam merupakan himpunan dari akidah, akhlak, dan hukum amaliyah. 1. Masa Rasulullah

Komplikasi hukum-hukum fiqh pada periode pertama terbentuk dari hukum-hukum Allah dan Rasul-Nya, dan sumbernya adalah Al-Qur’an dan As-Sunnah sebagai suatu fatwa terhadap suatu kasus, atau suatu putusan terhadap persengketaan, atau merupakan suatu jawaban dari suatu pertanyaan.

2. Masa sahabatkomplikasi hukum-hukum terbentuk dari hukum-hukum

Allah dan Rasul-Nya, serta fatwa sahabat dan putusan mereka. Sedangkan sumbernya adalah Al-Qur’an, As-Sunnah dan ijtihad para sahabat. Hal ini disebabkan banyaknya hal-hal baru yang tidak pernah muncul pada masa Rasulullah saw.Hukum-hukum ini belum menjelma dalam bentuk ilmiyyah, akan tetapi hanya sekedar suatu penyelesaian insidential terhadap peristiwa-peristiwa yang faktual.

2

3. Masa Tabi’in,tabi’it tabi’in, dan para imam mujtahid Pada periode ketiga dimulailah kodifikasi hukum-hukum yang bersumber dari Al-Qur’an, As-Sunnah, dan ijtihad para sahabat, para imam mujtahid. Hal ini disebabkan oleh banyaknya kejadian baru, berbagai kesulitan, banyak pengkajian, aneka ragam teori, dan gerakan pembangunan fisik dan intelektualitas yang membawa para mujtahid untuk memperluas dalam ijtihad sehingga semakin luas pula lapangan pembentukan hukum fiqh maka hukum-hukum tersebut menjelma dalam susunan ilmiyah, karena ia telah dilengkapi dengan dalil-dalil, ilat, dan prinsip-prinsip yang bercabang dari padanya. Tokoh-tokohnya disebut fuqaha dan ilmu tersebut dinamakan ilmu fiqh

Pengertian Ushul Fiqh• Pengertian Ushul Fiqh (أصول الفقه ):

(أصول) : terdiri dari 2 kata ( أصول الفقه)dan (الفقه ).

• ) bentuk jama’ dari : ( أصول) Mأصل) yang menurut bahasa berarti : sesuatu yang di atasnya berdiri yang lain (dasar). Sedangkan menurut istilah, ( Mأصل) berarti : – ( �dalil : (الدليل– ( �اجح yang kuat : (الر<– (�kaidah : (القاعدة– ( � istishhab (salah satu dalil : (االستصحاب

syar’I yang dipersilahkan/akan dijelaskan nanti)

• .sudah dijelaskan di atas ( الفقه)

• Jadi Ushul Fiqh adalah (menurut Baidhawi) :

ي<ة# ك&ي$ف# اال و& م& ه# إج$ ق$ ة� د&الئ#ل# ال$ف# ع$ر#ف& م&ي$د# ت&ف# ال# ال$م�س$ ا و&ح& ن$ه& اد&ة# م# ت#ف& اال#س$

Memahami dalil-dalil fiqh secara global, bagaimana menggunakannya dalam mengambil sebuah hukum fiqh, serta kondisi orang yang mengambil faidah hukum tersebut.

Penjelasan :

• Yang dimaksud dengan ( #ه ق$ د&الئ#ل# ال$ف#اال م& dalil-dalil fiqh secara global) adalah / إج$kaidah-kaidah yang bersifat umum dan menyeluruh yang mencakup hukum-hukum parsial (bagian).

Contoh Kaidah Ushul FiqhContoh :– SوبVجVلوS ل SرYم[ األ فSي VلYص

[ dasar dalam perintah : األmenunjukkan wajib. Jadi firman Allah :[ وا�أ&ق#يم و&

ك&اة& الز< آت�وا و& ة& ال& ,Dan dirikanlah shalat /الص<tunaikanlah zakat (QS. Al-Baqarah:43] menunjukkan wajibnya shalat dan zakat.

– Yم ]حYرSي Sلت ل SيYه[ الن فSي VلYص[ dasar dalam larangan : األ

menunjukkan haram. Jadi firman Allah : [ وا�ب ر& ت&ق$ و&ال&ن&ا -Dan janganlah kamu mendekati zina. (QS. Al /الز\Isra’:32)] menunjukkan haramnya zina.

Jadi tidak termasuk dari “dalil-dalil (kaidah-kaidah fiqh secara global” dalil-dalil yang terperinci. Dalil-dalil terperinci tersebut tidaklah disebutkan dalam ilmu Ushul Fiqih kecuali sebagai contoh (dalam penerapan) suatu kaidah.

Yang dimaksud dengan : ( Yه]ا مSن Sف]اد]ةS ت YسS اال Sةg YفSي ]ي / و]كbagaimana menggunakannya dalam mengambil sebuah hukum fiqh) yaitu mengetahui bagaimana cara mengambil hukum dari dalil-dalilnya dengan mempelajari hukum-hukum lafadz dan penunjukkannya seperti umum, khusus, muthlaq, muqoyyad, nasikh, mansukh, dan lain-lain. Maka dengan menguasainya (yakni cara mengambil hukum dari dalil-dalil umum) seseorang bisa mengambil hukum dari dalil-dalil fiqih.

Yang dimaksud dengan ( SدY ]فSي ت YسVمY ال Sو]ح]ال/ serta kondisi orang yang mengambil faidah hukum tersebut) adalah mengetahui kondisi/keadaan orang yang mengambil faidah hukum , yaitu mujtahid. Dinamakan orang yang mengambil faidah hukum (SدY ]فSي ت YسVمY karena ia dengan dirinya sendiri dapat ,(الmengambil faidah hukum dari dalil-dalilnya karena ia telah mencapai derajat ijtihad. Maka mengenal mujtahid, syarat-syarat ijtihad, hukumnya dan yang semisalnya dibahas dalam ilmu Ushul Fiqih.

Ruang Lingkup Ushul Fiqh

Objek pembahasan Ushul Fiqh adalah dalil syara’ yang bersifat menyeluruh dari sisi melalui dalil tsb ditetapkan hukum syara’ yang bersifat menyeluruh pula. Jadi Ahli Ushul Fiqh umpamanya membahas qiyas dan kehujjahannya, lafazh yang umum dan yang membatasinya, lafazh yang berbentuk perintah dan yang ditunjukinya, dst.

SEJARAH PERKEMBANGAN USHUL FIQH

• Masa Rasulullah SAW• Masa Sahabat• Masa Tabi’in• Masa Pembukuan (Tadwin)• Masa Modern

Masa Rasulullah :

Di masa awal hijriyah (Nabi saw) belum ada kebutuhan untuk ushul fiqh, karena Rasulullah SAW sendiri berfatwa dan mengadili dengan al-Qur’an yang diwahyukan dan dengan Sunnah yang diilhamkan kepadanya, dan juga dengan ijtihad fithri (ijtihad yang bersifat fihrah atau pembawaan) beliau, sehingga tidak membutuhkan kaidah istimbath (penggalian hukum) dan ijtihad.

Masa Sahabat

Para Sahabat setelahnya berfatwa dengan nash-nash al-Quran & as-Sunnah yang mereka pahami melalui kemampuan bahasa Arab mereka tanpa membutuhkan kaidah-kaidah bahasa. Dalam hal-hal yang tidak ada nashnya, mereka beristinbath dari nash-nash yang ada , melalui pemahaman mereka yang kuat terhadap nash-nash itu. Hal itu lantaran mereka telah menemani Rasulullah saw, mengetahui sebab-sebab turun ayat dan hadits, serta memahami maqoshid syariah (tujuan pembentukan syari’at) dan prinsip-prinsip penetapannya.

Contoh Ijtihad Sahabat :• Umar ra tidak membagikan ghanimah berupa

tanah pertanian di Sawad Iraq• Umar ra tidak lagi memberikan zakat pada muallaf• Umar ra tidak menjalankan praktek hukum potong

tangan pada pencuri di masa paceklik dan kelaparan

• Ali ra memutuskan vonis 80 kali dera pada mereka yang terbukti minum khamr

Masa Tabi’in

Pada masa ini futuhat islamiyah semakin meluas. Dengan demikian, umat Islam Arab banyak berinteraksi dengan bangsa-bangsa lain yang berbeda bahasa dan latar belakang peradabannya, hal ini menyebabkan melemahnya kemampuan berbahasa Arab di kalangan sebagian umat, terutama di Irak . Di sisi lain kebutuhan akan ijtihad begitu mendesak, karena banyaknya masalah-masalah baru yang belum pernah terjadi dan memerlukan kejelasan hukum fiqhnya.

• Dalam situasi ini, muncullah dua madrasah besar yang mencerminkan metode mereka dalam berijtihad:– Madrasah ahlir-ra’yi. Pusatnya : di Irak (Bashrah dan

Kufah). Pengusungnya : murid-murid dari Abdullah bin Mas’ud. Banyak menggunakan ijtihad qiyasi (analog).

– Madarasah ahlil-hadits. Pusatnya : di Hijaz ( Mekkah dan Madinah). Pengusungnya : murid-murid dari Ibnu Umar dan Ibnu Amr bin Ash. Mengoptimalkan penggunaan atsar / riwayat.

• Madrasah ahlir-ra’yi lebih banyak menggunakan qiyas (analogi) dalam berijtihad, hal ini disebabkan oleh:– Sedikitnya jumlah hadits yang sampai ke ulama Irak.– Ketatnya seleksi hadits yang mereka lakukan, hal ini karena banyaknya

hadits-hadits palsu yang beredar di kalangan mereka sehingga mereka tidak mudah menerima riwayat seseorang kecuali melalui proses seleksi yang ketat.

– Di sisi lain masalah baru yang mereka hadapi dan memerlukan ijtihad begitu banyak, maka mau tidak mau mereka mengandalkan qiyas (analogi) dalam menetapkan hukum. Masalah-masalah baru ini muncul akibat peradaban dan kehidupan masyarakat Irak yang sangat kompleks.

– Mereka mencontoh guru mereka Abdullah bin Mas’ud ra yang banyak menggunakan qiyas dalam berijtihad menghadapi berbagai masalah.

• Sedangkan madrasah ahli hadits lebih berhati-hati dalam berfatwa dengan qiyas, karena situasi yang mereka hadapi berbeda, situasi itu adalah:– Banyaknya hadits yang berada di tangan mereka dan

sedikitnya kasus-kasus baru yang memerlukan ijtihad.– Contoh yang mereka dapati dari guru mereka, seperti

Abdullah bin Umar ra, dan Abdullah bin ‘Amr bin ‘Ash, yang sangat berhati-hati menggunakan logika dalam berfatwa.

Masa Pembukuan

• 3 Faktor penulisan Ushul Fiqh :1) Adanya perdebatan sengit antara madrasah Irak dan

madrasah Hijaz. 2) Mulai melemahnya kemampuan bahasa Arab di

sebagian umat Islam akibat interaksi dengan bangsa lain terutama Persia.

3) Munculnya banyak persoalan yang belum pernah terjadi sebelumnya dan memerlukan kejelasan hukum, sehingga kebutuhan akan ijtihad kian mendesak.

Awal Penulisan Ushul Fiqh :• Menurut Ibnu Nadim : Ulama yang pertamakali

menyusun ilmu ushul fiqh adalah Imam Abu Yusuf, murid Imam Abu Hanifah ( Kitabnya tidak sampai kepada kita).

• Menurut Abdul Wahhab Khallaf dan Jumhur ulama : Yang pertamakali membukukan kaidah ushul fiqh adalah Imam Syafi’i dalam kitabnya Ar-Risalah.

• Sampai sekarang, Imam Syafi’I dipandang sebagai bapak Ilmu Ushul Fiqh.

Perbedaan Syari’at, Fiqh, dan Ushul Fiqh

• Perbedaan Syari’ah, Fiqh dengan Ushul Fiqh :istilah syari’at berkisar tentang dasar- dasar dan

kewajiban-kewajiban dalam islam seperti: masalah keimanan, shalat, puasa, zakat, dan haji. Pembahasan ilmu fiqh berkisar tentang pemahaman tentang agama secara luas yang meliputi prinsip-prinsip islam dan perbuatan mukallaf dari sisi konsekuensi hukumnya secara syar’i ( jual beli, sholat, dst). Sedangkan pembahasan ushul fiqh berkisar tentang : dalil syar’i global dan apa yang diambil darinya hukum-hukum global yang mengacu pada ruh Al-Qur’an dan Hadist ( qiyas, ‘am, mutlaq,istihsan, sya’adu zari’ah, syarhu man qablana dst)