kemampuan perawatan diri pada anak dengan down...

124
KEMAMPUAN PERAWATAN DIRI PADA ANAK DENGAN DOWN SYNDROME DI YAYASAN PERSATUAN ORANG TUA ANAK DENGAN DOWN SYNDROME JAKARTA Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Keperawatan (S.Kep) Oleh: HANNA WIATUL ILMI NIM: 11141040000011 PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1439 H/ 2018 M

Upload: vuongtram

Post on 06-Mar-2019

225 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: KEMAMPUAN PERAWATAN DIRI PADA ANAK DENGAN DOWN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42329/1/HANNA... · DOWN SYNDROME DI YAYASAN PERSATUAN ORANG TUA ... sehingga

KEMAMPUAN PERAWATAN DIRI PADA ANAK DENGAN

DOWN SYNDROME DI YAYASAN PERSATUAN ORANG TUA

ANAK DENGAN DOWN SYNDROME JAKARTA

Skripsi

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Keperawatan (S.Kep)

Oleh:

HANNA WIATUL ILMI

NIM: 11141040000011

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1439 H/ 2018 M

Page 2: KEMAMPUAN PERAWATAN DIRI PADA ANAK DENGAN DOWN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42329/1/HANNA... · DOWN SYNDROME DI YAYASAN PERSATUAN ORANG TUA ... sehingga
Page 3: KEMAMPUAN PERAWATAN DIRI PADA ANAK DENGAN DOWN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42329/1/HANNA... · DOWN SYNDROME DI YAYASAN PERSATUAN ORANG TUA ... sehingga

iii

FACULTY OF HEALTH SCIENCE

SCHOOL OF NURSING

SYARIF HIDAYATULLAH STATE ISLAMIC UNIVERSITY OF

JAKARTA

Undergraduate Thesis, July 2018

Hanna Wiatul Ilmi, NIM: 11141040000011

Self Care Agency on Children With Down Syndrome in the Association of

Parents With Down Syndrome Children

Xix + 84 Pages + 26 Tables + 4 Charts + 8 Appendixes

ABSTRACT

Self care agency is the ability or strength of the individual to identify, establish,

make decisions, and carry out self care. Children with down syndrome have low

intelligence, affecting cognitive, language, motor and social abilities, causing

dependence on parents or caregivers in daily life to meet self care needs, but

children can still achieve independence. High dependence is due to various

factors, one of which is the ability of the child, but has not been revealed and the

ability of the self care agency on children with down syndrome in the association

of parents with down syndrome children (POTADS) Jakarta. This study aims to

determine the self care agency on children with down syndrome in the association

of parents with down syndrome children (POTADS) Jakarta. This research is a

quantitative research with descriptive design. Sampling technique with total

sampling counted 45 respondents. Data collection techniques with questionnaires

in the form of Likert scale consisting of 63 statements. The result of this study

showed that children have self-assisted care ability as much as 24 people (53,3%).

The ability of self care is assisted partially at the age of 6-9 years as many as 20

people (66,7%), self help capability is also supported in children with elementary

education as many as 21 people (58,3%), and in children with no history of

disease has the ability of self care assisted in part as much as 18 people (52,9%).

Key Word: Self Care Agency, Down Syndrome

Reference: 50 (2006-2017)

Page 4: KEMAMPUAN PERAWATAN DIRI PADA ANAK DENGAN DOWN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42329/1/HANNA... · DOWN SYNDROME DI YAYASAN PERSATUAN ORANG TUA ... sehingga

iv

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

Skripsi, Juli 2018

Hanna Wiatul Ilmi, NIM: 11141040000011

Kemampuan Perawatan Diri pada Anak dengan Down Syndrome di Yayasan

Persatuan Orang Tua Anak Dengan Down Syndrome

Xix + 84 halaman + 26 tabel + 4 gambar + 8 lampiran

ABSTRAK

Kemampuan perawatan diri (Self care agency) adalah kemampuan atau kekuatan

dari individu untuk mengidentifikasi, menetapkan, mengambil keputusan, dan

melaksanakan perawatan diri. Anak dengan down syndrome memiliki tingkat

kecerdasan rendah, sehingga mempengaruhi kemampuan kognitif, bahasa,

motorik dan sosial, menyebabkan ketergantungan kepada orang tua atau pengasuh

dalam kehidupan sehari-hari dalam pemenuhan kebutuhan perawatan diri, namun

anak tetap bisa mencapai tingkat kemandirian. Ketergantungan yang tinggi

disebabkan berbagai macam faktor salah satunya kemampuan anak, namun belum

terungkap dan tergalinya kemampuan anak berkaitan dengan perawatan diri pada

anak dengan down syndrome di Yayasan Persatuan Orang Tua Anak dengan

Down Syndrome (POTADS) Jakarta. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui

kemampuan perawatan diri pada anak dengan down syndrome di Yayasan

Persatuan Orang Tua Anak dengan Down Syndrome (POTADS) Jakarta.Penelitian

ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain deskriptif.Teknik pengambilan

sampel dengan total sampling sebanyak 45 responden.Teknik pengumpulan data

dengan kuesioner dalam bentuk skala Likert yang terdiri dari 63 pernyataan. Hasil

penelitian didapatkan anak memiliki kemampuan perawatan diri dibantu sebagian

sebanyak 24 orang (53,3%). Kemampuan perawatan diri dibantu sebagian pada

usia 6-9 tahun sebanyak 20 orang (66,7%), Kemampuan perawatan diri dibantu

sebagian juga terdapat pada anak yang memiliki pendidikan SD sebanyak 21

orang (58,3%), dan pada anak dengan tidak memiliki riwayat penyakit memiliki

kemampuan perawatan diri dibantu sebagian sebanyak 18 orang (52,9%).

Kata kunci: Kemampuan perawatan Diri, Sindrom Down

Referensi: 50 (2006-2017)

Page 5: KEMAMPUAN PERAWATAN DIRI PADA ANAK DENGAN DOWN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42329/1/HANNA... · DOWN SYNDROME DI YAYASAN PERSATUAN ORANG TUA ... sehingga
Page 6: KEMAMPUAN PERAWATAN DIRI PADA ANAK DENGAN DOWN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42329/1/HANNA... · DOWN SYNDROME DI YAYASAN PERSATUAN ORANG TUA ... sehingga
Page 7: KEMAMPUAN PERAWATAN DIRI PADA ANAK DENGAN DOWN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42329/1/HANNA... · DOWN SYNDROME DI YAYASAN PERSATUAN ORANG TUA ... sehingga
Page 8: KEMAMPUAN PERAWATAN DIRI PADA ANAK DENGAN DOWN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42329/1/HANNA... · DOWN SYNDROME DI YAYASAN PERSATUAN ORANG TUA ... sehingga

viii

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Hanna Wiatul Ilmi

Tempat, Tanggal Lahir : Mojokerto, 17 Maret 1995

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Status : Belum Menikah

Kewarganegaraan : Indonesia

Alamat : Rt.01, Rw.02, Dsn. Randegan, Ds. Warugunung,

Kec. Pacet, Kab. Mojokerto, Jawa Timur

HP : 085648540911

Email : [email protected]

Riwayat Pendidikan

1. 2001-2002 : TK Dharma Wanita Warugunung

2. 2002-2008 : Sekolah Dasar Negeri 1 Warugunung

3. 2008-2011 : Sekolah Menengah Pertama Negeri 2 Gondang

4. 2011-2014 : Madrasah Aliyah Unggulan Hikmatul Amanah

Bendunganjati Pacet

5. 2014-Sekarang : S1 Keperawatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Pengalaman Organisasi

2014 Staff Dewan Mahasiswa (DEMA) FKIK UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta

2015 Staff Community Of Santri’s Scolars Ministry of Religion Affairs

(CSSMoRA) UIN Jakarta

Page 9: KEMAMPUAN PERAWATAN DIRI PADA ANAK DENGAN DOWN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42329/1/HANNA... · DOWN SYNDROME DI YAYASAN PERSATUAN ORANG TUA ... sehingga

ix

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Alhamdulillahirabbil’alamiin, segala puji syukur peneliti panjatkan atas

kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan karunia, rahmat, taufik, hidayah,

serta inayah-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan penyusunan proposal

penelitian yang berjudul Kemampuan Perawatan Diri pada Anak dengan Down

Syndrome di Yayasan Persatuan Orang Tua Anak dengan Down Syndrome

Jakarta.

Dalam penyusunan proposal ini, tidak sedikit kesulitan, hambatan, dan

tantangan yang peneliti jumpai, namun syukur Alhamdulillah berkat doa,

kesungguhan, kerja keras, kesabaran, dan pertolongan-Mu Yaa Allah, serta

bimbingan, bantuan, dan dukungan dari berbagai pihak sehingga proposal ini

dapat diselesaikan dengan baik.

Oleh karena itu saya ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. Dede Rosyada, MA selaku Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Prof. Dr.H. Arif Sumatri, S.KM,. M.Kes, selaku dekan Fakultas Ilmu

Kesehatan, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Maulina Handayani, S.Kp., M.Sc, selaku Ketua Program Studi dan Ibu

Ernawati, S.Kp, M.Kep., Sp.KMB, selaku Sekretaris Program Studi Ilmu

Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

4. Ns. Mardiyanti, M. Kep., MDS dan Ibu Irma Nurbaeti, M.Kep., Sp.Mat.,

Ph.D, selaku Dosen Pembimbing, terima kasih sebesar-besarnya untuk beliau

yang telah meluangkan waktu serta memberi arahan dan bimbingan dengan

sabar kepada saya selama proses pembuatan skripsi ini.

5. Ita Yuanita, S. Kp., M. Kep, selaku Dosen Pembimbing Akademik, terima

kasih sebesar-besarnya untuk beliau yang telah membimbing, menjadi tempat

curhat, dan memberi motivasi selama hampir 4 tahun duduk di bangku kuliah.

Page 10: KEMAMPUAN PERAWATAN DIRI PADA ANAK DENGAN DOWN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42329/1/HANNA... · DOWN SYNDROME DI YAYASAN PERSATUAN ORANG TUA ... sehingga

x

6. Segenap Bapak dan Ibu Dosen atau Staf pengajar, pada lingkungan Program

Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri

Syarif Hidayatullah Jakarta yang dengan ikhlas dan tulus memberikan ilmu

pengetahuan dan pengalaman yang sangat berharga kepada peneliti selama

menjalankan perkuliahan.

7. Kementerian Agama Republik Indonesia yang telah memberikan beasiswa

penuh selama proses perkuliahan, sehingga peneliti dapat menempuh

pendidikan hingga akhir.

8. Pihak Yayasan yang telah memberikan kesempatan dan perizinan dalam

melakukan penelitian.

9. Orang tua saya, Bapak Sagimin dan Ibu Ainun Jariyah yang telah mendidik,

mencurahkan semua kasih sayang tiada tara, mendo’akan keberhasilan, serta

memberikan bantuan baik moril maupun materil tak terhingga kepada saya.

Tak lupa, kakakku Mahfudli Sahli dan Hanna Wiatul Laili dan seluruh

keluarga yang selalu memberikan semangat tanpa henti dan putus asa.

10. Saudara-saudaraku CSSMoRA UIN Syarif Hidayatullah Jakarta wabil khusus

angkatan CSSMoRA angkatan 2014 yang telah memberikan kecerian, ilmu

dan pengalaman tak terhingga.

11. Sahabat-sahabat seperjuangan tercinta PSIK angkatan 2014 UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta 2017/2018 yang senantiasa berbagi suka duka, canda

tawa, ilmu dan pengalaman berharga selama pembelajaran kuliah maupun

dalam proses kegiatan lainnya.

12. Agil Maizar yang telah megingatkan, mendoakan dan menjadi penyemangat

untuk berjuang menggapai semua impian.

13. Serta seluruh pihak yang telah mendukung kelancaran skripsi ini hingga

selesai.

Atas bantuan serta segala dukungan yang telah diberikan, semoga Allah

SWT.senantiasa membalas dengan pahala yang berlimpah.Sangat besar harapan

saya proposal penelitian ini dapat bermanfaat bagi penulis maupun para

Page 11: KEMAMPUAN PERAWATAN DIRI PADA ANAK DENGAN DOWN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42329/1/HANNA... · DOWN SYNDROME DI YAYASAN PERSATUAN ORANG TUA ... sehingga

xi

pembaca.Semoga kita semua senantiasa diberikan petunjuk, limpahan rahmat,

hidayah, serta inayah yang tak terhingga oleh Allah SWT.

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Ciputat, Juli 2018

Hanna Wiatul Ilmi

Page 12: KEMAMPUAN PERAWATAN DIRI PADA ANAK DENGAN DOWN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42329/1/HANNA... · DOWN SYNDROME DI YAYASAN PERSATUAN ORANG TUA ... sehingga

xii

DAFTAR ISI

LEMBAR PERNYATAAN .................................................................................. ii

ABSTRACT .......................................................................................................... iii

ABSTRAK ............................................................................................................ iv

LEMBAR PERSETUJUAN ................................................................................. v

LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................. vi

LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................ vii

DAFTAR RIWAYAT HIDUP .......................................................................... viii

KATA PENGANTAR .......................................................................................... ix

DAFTAR ISI ........................................................................................................ xii

DAFTAR SINGKATAN ..................................................................................... xv

DAFTAR TABEL ............................................................................................. xvii

DAFTAR BAGAN ............................................................................................ xviii

DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xix

BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1

A. Latar Belakang ......................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah .................................................................................... 8

C. Tujuan penelitian ...................................................................................... 9

D. Manfaat Penelitian ................................................................................... 9

E. Ruang Lingkup Penelitian ...................................................................... 10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................... 11

A. Perawatan Diri ....................................................................................... 11

1. Definisi Perawatan Diri ......................................................................... 11

2. Komponen Teori SCDNT ...................................................................... 12

B. Kemampuan Perawatan Diri ................................................................. 17

1. Definisi Kemampuan Perawatan Diri .................................................... 17

2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kemampuan Perawatan Diri ......... 18

C. Down Syndrome ..................................................................................... 22

1. Definisi Down Syndrome ........................................................................ 22

Page 13: KEMAMPUAN PERAWATAN DIRI PADA ANAK DENGAN DOWN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42329/1/HANNA... · DOWN SYNDROME DI YAYASAN PERSATUAN ORANG TUA ... sehingga

xiii

2. Etiologi Retardasi Mental ....................................................................... 23

3. Gejala Klinis Down Syndrome ............................................................... 25

4. Klasifikasi Retardasi Mental .................................................................. 26

5. Patofisiologi Retardasi Mental ............................................................... 29

6. Pertumbuhan dan Perkembangan Retardasi Mental ............................... 30

7. Bentuk-bentuk Retardasi Mental ............................................................ 32

D. Kemampuan Perawatan Diri pada Anak dengan Down Syndrome ........ 33

1. Ruang Lingkup Perawatan Diri pada Anak dengan Down Syndrome .... 34

2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kemampuan Perawatan Diri Anak

dengan Down Syndrome ......................................................................... 35

E. Penelitian Terkait ................................................................................... 37

F. Kerangka Teori....................................................................................... 39

BAB III KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL ............ 40

A. Kerangka Konsep ................................................................................... 40

B. Definisi Operasional............................................................................... 41

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN ......................................................... 44

A. Desain Penelitian .................................................................................... 44

B. Lokasi dan Waktu Penelitian ................................................................. 44

C. Populasi dan Sampel .............................................................................. 44

D. Instrumen Penelitian............................................................................... 46

E. Uji Validitas dan Reliabilitas ................................................................. 47

F. Prosedur Pengumpulan Data .................................................................. 50

G. Pengolahan dan Analisis Data ................................................................ 51

H. Etika Penelitian ...................................................................................... 52

BAB V HASIL PENELITIAN ........................................................................... 54

A. Gambaran UmumTempat Penelitian ...................................................... 54

B. Hasil Analisa Univariat .......................................................................... 56

1. Gambaran Karakteristik Anak ................................................................ 56

2. Gambaran Kemampuan Perawatan Diri................................................. 59

BAB VI PEMBAHASAN .................................................................................... 66

A. Analisa Univariat ................................................................................... 66

Page 14: KEMAMPUAN PERAWATAN DIRI PADA ANAK DENGAN DOWN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42329/1/HANNA... · DOWN SYNDROME DI YAYASAN PERSATUAN ORANG TUA ... sehingga

xiv

1. Karakteristik Anak ................................................................................. 66

2. Kemampuan Perawatan Diri Anak ......................................................... 71

B. Keterbatasan Penelitian .......................................................................... 77

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................... 78

A. Kesimpulan ............................................................................................ 78

B. Saran ....................................................................................................... 79

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 80

LAMPIRAN

Page 15: KEMAMPUAN PERAWATAN DIRI PADA ANAK DENGAN DOWN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42329/1/HANNA... · DOWN SYNDROME DI YAYASAN PERSATUAN ORANG TUA ... sehingga

xv

DAFTAR SINGKATAN

ABK : Anak Berkebutuhan Khusus

ADL : Activity of Daily Living

BAB : Buang Air Besar

BAK : Buang Air Kecil

DEPKES : Departemen Kesehatan

DS : Down Syndrome

IQ : Intelligence Quotient

KEMENKES : Kementrian Kesehatan

PEDI : Pediatric Evaluation of Disability Inventory

POTADS : Persatuan Orang Tua Anak dengan Down Syndrome

RCDS : Rumah Ceria Down Syndrome

RISKESDAS : Riset Kesehatan Dasar

RM : Retardasi Mental

SCDNT : Self Care Deficit Nursing Theory

SD : Sekolah Dasar

SLB : Sekolah Luar Biasa

SLBN : Sekolah Luar Biasa Negeri

SMA : Sekolah Menengah Atas

SMP : Sekolah Menengah Pertama

SPQ : Child and Adolescent Self Care Performance Questionnaire

WHO : World Health Organization

WISC : Wechsler Intelligence for Children

YPLB : Yayasan Pendidikan Luar Biasa

Page 16: KEMAMPUAN PERAWATAN DIRI PADA ANAK DENGAN DOWN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42329/1/HANNA... · DOWN SYNDROME DI YAYASAN PERSATUAN ORANG TUA ... sehingga

xvi

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1 Tingkat-tingkat Retardasi Mental………………..……...……….27

Tabel 3.1 Definisi Operasional……………….……………………..….......41

Tabel 4.1 Uraian Kuesioner Penelitian…………..…………………..……..47

Tabel 4.2 Koefisien Reliabilitas Alpha Cronbach……..………………..….48

Tabel 4.3 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Kuesioner……..………..…..49

Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Anak Berdasarkan Usia Anak di Yayasan

POTADS Jakarta Tahun 2018………………………..……….....56

Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Anak Berdasarkan Jenis Kelamin Anak di

Yayasan POTADS Jakarta Tahun 2018………………………….56

Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Anak Berdasarkan Pendidikan Anak di

Yayasan POTADS Jakarta Tahun 2018…...................................57

Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Anak Berdasarkan Riwayat Penyakit Anak di

Yayasan POTADS Jakarta Tahun 2018……………………...…..57

Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi Anak Berdasarkan Kelemahan/ Kelainan Fisik

Anak di Yayasan POTADS Jakarta Tahun 2018..………...……..58

Tabel 5.6 Distribusi Frekuensi Anak Berdasarkan Merawat/ Mengasuh Anak

di Yayasan POTADS Jakarta Tahun 2018……......................…..58

Tabel 5.7 Distribusi Frekuensi Anak Berdasarkan Kemampuan Perawatan

Diri Anak di Yayasan POTADS Jakarta Tahun 2018…….......…59

Tabel 5.8 Distribusi Frekuensi Anak Berdasarkan Sub-variabel Kemampuan

Perawatan Diri Anak di Yayasan POTADS Jakarta Tahun

2018…………………………………………...………………….60

Tabel 5.16 Distribusi Frekuensi Anak Mengenai Kemampuan Perawatan Diri

Berdasarkan Usia Anak di Yayasan POTADS Jakarta Tahun

2018…….............................................................................….…61

Tabel 5.17 Distribusi Frekuensi Anak Mengenai Kemampuan Perawatan Diri

Berdasarkan Jenis Kelamin Anak di Yayasan POTADS Jakarta

Page 17: KEMAMPUAN PERAWATAN DIRI PADA ANAK DENGAN DOWN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42329/1/HANNA... · DOWN SYNDROME DI YAYASAN PERSATUAN ORANG TUA ... sehingga

xvii

Tahun 2018………………………………………………………62

Tabel 5.18 Distribusi Frekuensi Anak Mengenai Kemampuan Perawatan Diri

Berdasarkan Pendidikan Anak di Yayasan POTADS Jakarta Tahun

2018………………………………………………………………62

Tabel 5.19 Distribusi Frekuensi Anak Mengenai Kemampuan Perawatan Diri

Berdasarkan Riwayat Penyakit Anak di Yayasan POTADS Jakarta

Tahun 2018……………………………………………….……...63

Tabel 5.20 Distribusi Frekuensi Anak Mengenai Kemampuan Perawatan Diri

Berdasarkan Kelemahan/ Kelainan Fisik Anak di Yayasan

POTADS Jakarta Tahun 2018…………………………...……....64

Tabel 5.21 Distribusi Frekuensi Anak Mengenai Kemampuan Perawatan Diri

Berdasarkan Merawat/ Mengasuh Anak di Yayasan POTADS

Jakarta Tahun 2018………………………………………………65

Page 18: KEMAMPUAN PERAWATAN DIRI PADA ANAK DENGAN DOWN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42329/1/HANNA... · DOWN SYNDROME DI YAYASAN PERSATUAN ORANG TUA ... sehingga

xviii

DAFTAR BAGAN

Halaman

Bagan 2.1 Sistem Perawatan Dasar………………………..…………………16

Bagan 2.2 Konsep self care…………………..………………………………20

Bagan 2.3 Kerangka Teori…………………………………………………...39

Bagan 3.1 Kerangka Konsep…………………………………………...…….40

Page 19: KEMAMPUAN PERAWATAN DIRI PADA ANAK DENGAN DOWN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42329/1/HANNA... · DOWN SYNDROME DI YAYASAN PERSATUAN ORANG TUA ... sehingga

xix

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat Perizinan

Lampiran 2 Penjelasan Penelitian

Lampiran 3 Inform Consent

Lampiran 4 Kuesioner Data Demografi

Lampiran 5 Kuesioner Kemampuan Perawatan Diri

Lampiran 6 Distribusi Frekuensi Anak Berdasarkan Sub-Item Pernyataan

Kuesioner

Lampiran 7 Hasil Uji Validitas & Reliabilitas Kuesioner

Lampiran 8 Hasil Uji Univariat

Page 20: KEMAMPUAN PERAWATAN DIRI PADA ANAK DENGAN DOWN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42329/1/HANNA... · DOWN SYNDROME DI YAYASAN PERSATUAN ORANG TUA ... sehingga

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Down syndrome merupakan salah satu bentuk retardasi mental, salah

satu penyebab down syndrome adalah adanya kelainan genetik yang dapat

terjadi pada pria dan wanita, kelainan ini tidak selalu diturunkan kepada

keturunan berikutnya (Sudiono, 2009). Kelainan genetik yang merupakan

hasil dari kelainan kromosom yang sering ditemukan adalah kelebihan

kromosom 21 atau trisomy 21, adanya abnormalitas kromosom menyebabkan

retardasi mental atau keterbelakangan mental yang terjadi pada penderita

down syndrome (Yusuf & Hanik, 2015).

Berdasarkan estimasi WHO (2011), kejadian anak lahir dengan down

syndrome terdapat 1 kejadian down syndrome per 1.000 kelahiran hingga 1

kejadian per 1.100 kelahiran di seluruh dunia. Setiap tahunnya, sekitar 3.000

hingga 5.000 anak lahir dengan kondisi ini, WHO memperkirakan sekitar 8

juta anak lahir dengan menderita down syndrome. Selain itu di Indonesia,

insiden 1 dalam 600 sampai 1 dalam 700 kelahiran, lebih dari separuh bayi

yang terkena mengalami abortus spontan selama kehamilan dini, dan

ditemukan 1 dalam 600 kelahiran hidup (Sudiono, 2009).

Sedangkan menurut data yang diperoleh berdasarkan Riset Kesehatan

Dasar (Riskesdas) didapatkan bahwa tahun 2013, jumlah penderita down

syndrome mengalami peningkatan sejumlah 0,01% dibandingkan pada tahun

2010. Pada tahun 2010, penderita down syndrome ini menempati posisi ketiga

dengan penderita terbanyak setelah tuna daksa dan tuna wicara yaitu sebesar

0,12% dan pada tahun 2013 menduduki posisi keempat sebagai penderita

terbanyak yaitu sebesar 0,13%. Pada tahun 2013 terdapat 58 kasus dari 1.000

kelahiran, dengan frekuensi untuk down syndrome 1 dari 700 kelahiran

(Kemenkes RI, 2014).

Page 21: KEMAMPUAN PERAWATAN DIRI PADA ANAK DENGAN DOWN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42329/1/HANNA... · DOWN SYNDROME DI YAYASAN PERSATUAN ORANG TUA ... sehingga

2

Anak down syndrome memiliki tiga karakteristik yang berbeda dengan

anak normal pada umumnya, yaitu memiliki taraf Intelligence Quotient (IQ)

rendah, keterbelakangan fisik, dan keterbelakangan mental (Pieter, Bethsaida

& Marti 2011). Berdasarkan penampilan fisik penderita down syndrome secara

umum sangat mudah dikenali dengan wajah yang khas dengan mata sipit yang

menyudut ke atas, jarak antara kedua mata atau fundus mata berjauhan dengan

tampak sela hidung yang rata, kepala agak kecil, lalu mulut kecil dengan lidah

yang menjulur keluar, dan gambaran telapak tangan yang tidak normal

terdapat satu garis besar melintang (Semiun, 2006).

Keterbelakangan fisik, mental, dan rendahnya Intelligence Quotient

(IQ) mempengaruhi perkembangan pada penderita down syndrome dalam

melakukan fungsi adaptif (Betz & Linda, 2009; Videbeck, 2008).Perilaku

adaptif sendiri merupakan kemampuan seseorang untuk mandiri,

menyesuaikan diri dan mempunyai tanggung jawab sosial yang sesuai dengan

kelompok umur dan budayanya (Soetjiningsih, 2013).Salah satu keterbatasan

fungsi adaptif yang dialami penderita down syndrome yaitu pada keterampilan

merawat diri, sehingga membuat anak kesulitan melakukan keterampilan

perawatan diri (Bezt & Linda, 2009).

Kemampuan perawatan diri merupakan keterampilan mengurus dan

menolong diri sendiri dalam kehidupan sehari-hari sehingga tidak tergantung

pada orang lain (Ramawati, 2012). Menurut Orem kemampuan perawatan diri

(Self care agency) adalah kemampuan atau kekuatan dari individu untuk

mengidentifikasi, menetapkan, mengambil keputusan dan melaksanakan

perawatan diri (Self care), model perawatan diri berfokus pada kemampuan

klien untuk menampilkan perawatan diri dalam mempertahankan kehidupan

dan kesehatan agar tetap menjadi baik (Haryanto, 2007).

Ketercapaian aspek kemandirian dipengaruhi oleh kemampuan seorang

individu, karena kemandirian merupakan salah satu kebutuhan manusia yang

sangat penting, karena hal ini akan menjadi dasar bagi anak untuk hidup

Page 22: KEMAMPUAN PERAWATAN DIRI PADA ANAK DENGAN DOWN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42329/1/HANNA... · DOWN SYNDROME DI YAYASAN PERSATUAN ORANG TUA ... sehingga

3

sampai dewasa. Saat anak tumbuh maka sedikit demi sedikit anak akan

melepaskan diri dari orang tua dan belajar untuk menghadapi hal yang baru

(Muhammad 2008 dalam Sari & Wesiana, 2017). Kemandirian meliputi

perilaku berinisiatif, mampu mengatasi hambatan atau masalah, mempunyai

rasa percaya diri dan dapat melakukan sesuatu sendiri tanpa bantuan orang

lain (Ditasari, 2011).

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Suparmi (2017), pembentukan

kemandirian anak dengan down syndrome diawali dengan terbentuknya

keterampilan bantu diri, yang kedua merupakan keterampilan tanggung jawab,

dan diakhiri dengan keterampilan sosialisasi, inisiatif, dan domestik.

Keterampilan kedua penting untuk dikembangkan setelah pengembangan

Keterampilan bantu diri, karena sangat berpengaruh terhadap keterampilan

yang lain.

Anak down syndrome banyak yang masih tergantung kepada orang

tuanya atau pengasuhnya dalam melakukan perawatan diri, ketergantungan

yang tinggi dalam hal melakukan aktivitas sehari-hari terutama dalam hal

perawatan diri seperti mandi, berpakaian, toileting, berpindah, dan makan

(Situmeang, 2016). Perawatan diri sangat diperlukan pada penyandang

retardasi mental dalam melakukan aktivitas secara mandiri (Ramawati,

2010).Anak down syndrome memang membutuhkan perhatian lebih karena

keterbatasannya, namun hal ini tidak berarti menjadikan anak terus bergantung

dan tidak mampu mandiri, mereka tetap bisa mencapai tingkat kemandirian

(Hasanah, 2015).

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Ramawati (2012),

menyimpulkan terdapat 3 faktor yang berpengaruh pada kemampuan

perawatan diri anak dengan keterbelakangan mental, yaitu 1) pendidikan

orang tua, yaitu semakin tinggi latar belakang pendidikan orang tua maka

semakin baik keterampilan perawatan diri pada anak 2) usia anak, yaitu usia

dapat membantu memprediksi waktu yang tepat untuk mengajarkan dan

Page 23: KEMAMPUAN PERAWATAN DIRI PADA ANAK DENGAN DOWN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42329/1/HANNA... · DOWN SYNDROME DI YAYASAN PERSATUAN ORANG TUA ... sehingga

4

melatih keterampilan perawatan 3) kelemahan motorik, yaitu faktor yang

sangat signifikan berkoontribusi terhadap kemampuan perawatan diri, anak

yang memiliki kekuatan motorik yang lebih baik akan lebih mudah menguasai

keterampilan perawatan diri. Sedangkan menurut penelitian Situmeang (2016),

status akademik dengan kemandirian anak penderita retardasi mental saling

berhubungan, status akademik atau pendidikan anak yang baik semakin baik

kemampuan kemandirian anak. Selain itu menurut penelitian Suparmi (2017),

kemandirian anak down syndrome dipengaruhi oleh nilai anak berkebutuhan

khusus, taraf sosial ekonomi keluarga, usia kronologis, usia mental dan taraf

intelegensi anak dan dimediasi oleh pengasuhan orang tua dan dukungan guru

untuk mandiri.

Keterbatasan yang dialami seorang anak menjadikan beban yang besar

bagi orang tua dan juga menimbulkan bermacam-macam gangguan seperti

stress pada orang tua, stress yang dialami orang tua berkaitan dengan beratnya

tanggung jawab perawatan anak (Retnaningsih & Indri, 2016).

Ketergantungan seorang anak sering kali menimbulkan stress bagi orang tua

terutama ibu, stress yang dialami ibu berkaitan dengan beratnya tanggung

jawab perawatan anak (Lestari & Lely, 2015).

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Hasanah (2015), pola

pengasuhan orang tua berperan besar dalam pembentukan kemandirian anak

down syndrome, pola pengasuhan akan membentuk karakter anak dan

mempengaruhi kemandirian anak down syndrome, dikarenakan pembiasaan-

pembiasaan yang diterapkan saat di rumah. Selain itu menurut penelitian

Apriliyanti (2016), pola pengasuhan orang berperan besar dalam kemandirian

anak dengan pola pengasuhan yang baik anak akan mampu melakukan

kebersihan diri secara mandiri, anak akan mampu mandiri bila orang-orang

disekitarnya dapat membimbing anak tersebut untuk memiliki kebiasaan

mandiri.

Page 24: KEMAMPUAN PERAWATAN DIRI PADA ANAK DENGAN DOWN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42329/1/HANNA... · DOWN SYNDROME DI YAYASAN PERSATUAN ORANG TUA ... sehingga

5

Penelitian yang dilakukan Situmeang (2016) pada anak dengan

retardasi mental di Sekolah Luar Biasa (SLB) Yayasan Pembinaan Anak

Cacat Manado. Hasil penelitian tersebut menyatakan bahwa dari 40 sampel,

diperoleh sebagian besar kemandirian anak retardasi mental dalam kategori

tergantung yaitu sebanyak 25 orang (62,5%). Sedangkan kemandirian anak

retardasi mental dalam kategori mandiri yaitu sebanyak 15 orang (37,5%).

Selain itu penelitian yang dilakukan Dewi (2017) pada anak retardasi mental

ringan di Sekolah Dasar Luar Biasa (SDLB) Yayasan Pendidikan Luar Biasa

(YPLB) Banjarmasin.Hasil penelitian tersebut menyatakan bahwa dari 35

sampel, diperoleh sebagian besar tingkat kemandirian anak dalam kategori

ringan yaitu sebanyak 21 orang (60%). Sedangkan tingkat kemandirian anak

dalam kategori sedang yaitu sebanyak 4 orang (11,4%) dan dalam kategori

mandiri sebanyak 10 orang (28,6%). Dan menurut penelitian Apriliyanti

(2016), didapatkan tingkat kemandirian personal hygiene pada anak

tunagrahita yaitu dibantu total sebanyak 42 orang (80,8%), dibantu sebagian

sebanyak 7 orang (13,5%), dan mandiri sebanyak 3 orang (5,8%).

Kebutuhan perawatan diri menurut Orem meliputi kebutuhan fisiologis

dan psikososial. Kebutuhan fisiologis yaitu meliputi pemeliharaan udara, air/

cairan, makanan, proses eliminasi normal dan keseimbangan antara aktivitas

dan istirahat, sedangkan fungsi psikososial yaitu meliputi keseimbangan

antara solitude (bersendirian) dan interaksi sosial, pencegahan bahaya bagi

kehidupan, fungsi dan kesejahteraan manusia, serta upaya meningkatkan

fungsi dan perkembangan individu dalam kelompok sosial sesuai dengan

potensi dan keterbatasannya (Asmadi, 2008). Kebutuhan dasar fisiologis dan

keamanan biasanya merupakan prioritas pertama, terutama pada klien dengan

ketergantungan fisik (Potter & Perry, 2010).Perawatan diri merupakan

kemampuan dasar manusia dalam memenuhi kebutuhannya guna

mempertahankan kehidupan, kesehatan dan kesejahteraan sesuai dengan

kondisi kesehatannya (Arfandi, dkk, 2013).

Page 25: KEMAMPUAN PERAWATAN DIRI PADA ANAK DENGAN DOWN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42329/1/HANNA... · DOWN SYNDROME DI YAYASAN PERSATUAN ORANG TUA ... sehingga

6

Hasil wawancara dengan ketua POTADS Jakarta, didapatkan bahwa,

Yayasan bernama Persatuan Orang Tua Anak dengan Down Syndrome

(POTADS) yang berlokasi di Jalan Pejaten Barat No. 16E, Ragunan, Pasar

Minggu, hadir untuk membantu para orang tua dalam membantu

mengembalikan kepercayaan diri para orang tua agar dapat mendidik anak-

anak tersebut menjadi mandiri dan bisa menjadi berprestasi layaknya anak

normal pada umumnya. Yayasan ini dibentuk dengan tujuan untuk melatih

kemampuan anak agar dapat mencapai kemandirian, selain itu juga untuk

memberdayakan orang tua anak dengan down syndrome agar selalu

bersemangat untuk membantu tumbuh kembang anak, sehingga mereka

mampu menjadi pribadi yang mandiri, bahkan dapat berprestasi sehingga

dapat diterima oleh masyarakat luas, karena anak dengan down syndrome

memiliki hak yang sama dengan anak-anak lainnya.

Yayasan memberikan terapi yang dapat mendukung pertumbuhan dan

perkembangan anak. Terapis berperan untuk memberikan informasi mengenai

cara apa yang harus dilakukan oleh orang tua dalam meningkatkan tumbuh

kembang motorik kasar, motorik halus, kemampuan bicara dan bahasa,

berhitung, sosialisasi pada anak. Terapi yang diberikan oleh yayasan untuk

melatih kemampuan anak yaitu seperti kegiatan musik, tari tradisional dan

modern, memasak, melukis, dan olah raga renang, dsb.Yayasan dalam

memberikan terapi yaitu minimal satu kali dalam seminggu. Jenis terapi yang

diberikan disesuaikan dengan kebutuhan dan perkembangan anak dengan

down syndrome. Jadwal terapi disesuaikan dengan jumlah terapi yang

diikuti.Tenaga kesehatan yang terlibat dalam pemberian terapi yaitu dokter,

psikolog, dan terapis.Dalam hal ini dokter berperan untuk memberikan

pengarahan kepada orang tua mengenai informasi kesehatan mengenai Down

Syndrome, kondisi anak dan perkembangan anak selama mengikuti terapi.

Sedangkan psikolog klinis berperan dalam membantu memberikan saran

kepada orang tua yang memiliki anak dengan down syndrome, membantu

menenangkan kondisi psikologis para orang tua.

Page 26: KEMAMPUAN PERAWATAN DIRI PADA ANAK DENGAN DOWN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42329/1/HANNA... · DOWN SYNDROME DI YAYASAN PERSATUAN ORANG TUA ... sehingga

7

Berdasarkan hasil studi pendahuluan pada tanggal 19 Januari 2018 di

Rumah Ceria Down Syndrome Yayasan Persatuan Orang Tua Anak dengan

Down Syndrome (POTADS) Jakarta terdapat 45 anak penyandang down

syndrome yang tergabung dalam keanggotaan dan masih aktif melakukan

terapi. Dari hasil observasi selama anak mengikuti kegiatan di Yayasan

didapatkan beberapa anak dibantu penuh oleh ibunya, seperti makan, minum

dan toileting, selain itu juga ada anak yang sudah dapat makan dan minum

sendiri tanpa dibantu. Hasil wawancara dengan 3 pengurus Yayasan tentang

kemampuan perawatan diri anak sejak anak mulai pertama kali mengikuti

kegiatan-kegiatan di Yayasan didapatkan bahwa, dua pengurus Yayasan

menyatakan ada yang masih dibantu oleh kedua orang tua atau pengasuhnya

dalam memenuhi kebutuhan perawatan dirinya dan ada juga yang sudah

mandiri hanya membutuhkan sedikit bantuan dari kedua orang tuanya atau

pengasuhnya. Sedangkan satu pengurus Yayasan menyatakan banyak anak

yang masih tergantung oleh kedua orang tua atau pengasuhnya dan sedikit

anak yang sudah mandiri dalam memenuhi kebutuhan perawatan dirinya,

kegiatan perawatan diri yang biasa dibantu oleh kedua orang tua atau

pengasuhnya seperti makan, minum, mandi, dan toileting.

Penulis tertarik untuk mengambil Yayasan POTADS sebagai objek

penelitian, penulis melihat bahwa Yayasan POTADS ini memberikan terapi

yang dapat mendukung pertumbuhan dan perkembangan anak dan juga

kemampuan anak, Yayasan ini berbeda dari yayasan-yayasan pada umumnya

yang biasanya lebih fokus pada pemberdayaan diri anak tanpa melibatkan

peran serta langsung dari kedua orang tuanya. Selain itu juga anak dengan

down syndrome jika dibandingkan dengan anak normal seusianya tergolong

masih dibantu oleh orang tuanya dalam memenuhi kebutuhan dasarnya atau

perawatan dirinya, namun hal ini tidak berarti menjadikan anak terus

bergantung dan tidak mampu mandiri, mereka tetap bisa mencapai tingkat

kemandirian, selain itu belum tergalinya kemampuan perawatan diri pada anak

dengan down syndrome di Yayasan POTADS, dengan adanya hal ini membuat

Page 27: KEMAMPUAN PERAWATAN DIRI PADA ANAK DENGAN DOWN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42329/1/HANNA... · DOWN SYNDROME DI YAYASAN PERSATUAN ORANG TUA ... sehingga

8

peneliti tertarik untuk melakukan penelitian “Kemampuan Perawatan Diri

pada Anak dengan Down Syndrome di Yayasan Persatuan Orang Tua Anak

dengan Down Syndrome (POTADS)” Jakarta.

B. Rumusan Masalah

Tingkat Intelligence Quotient (IQ) rendah yang dialami anak down

syndrome membuat anak mempunyai keterbatasan dalam fungsi adaftif,

perilaku adaptif sendiri merupakan kemampuan seseorang untuk mandiri

sesuai dengan kelompok umur dan budayanya.Anak dengan down syndrome

jika dibandingkan dengan anak normal seusianya tergolong masih dibantu

penuh oleh orang tuanya dalam hal pemenuhan kebutuhan dasarnya. Kondisi

retardasi mental membuat anak mempunyai tingkat kemandirian tergantung

yang tinggi dalam melakukan aktivitas sehari-hari seperti mandi, berpakaian,

toileting, berpindah, dan makan. Anak down syndrome memang

membutuhkan perhatian lebih karena keterbatasannya, namun hal ini tidak

berarti menjadikan anak terus bergantung dan tidak mampu mandiri, mereka

tetap bisa mencapai tingkat kemandirian.

Kemandirian merupakan salah satu kebutuhan manusia yang sangat

penting, karena ini akan menjadi dasar bagi anak untuk hidup sampai dewasa.

Saat anak tumbuh maka sedikit demi sedikit anak akan melepaskan diri dari

orang tua dan belajar untuk menghadapi hal yang baru, ketercapaian aspek

kemandirian itu sendiri dipengaruhi oleh kemampuan seorang anak, dengan

adanya hal tersebut membuat peneliti tertarik untuk melihat bagaimana

kemampuan perawatan diri pada anak dengan down syndrome di Rumah Ceria

Down Syndrome Yayasan Persatuan Orang Tua Anak dengan Down Syndrome

(POTADS).

Page 28: KEMAMPUAN PERAWATAN DIRI PADA ANAK DENGAN DOWN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42329/1/HANNA... · DOWN SYNDROME DI YAYASAN PERSATUAN ORANG TUA ... sehingga

9

C. Tujuan penelitian

1. Tujuan Umum

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kemampuan perawatan

diri pada anak dengan down syndrome di Rumah Ceria Down Syndrome

Yayasan Persatuan Orang Tua Anak dengan Down Syndrome (POTADS)

Jakarta.

2. Tujuan Khusus

a. Mengidentifikasi karakteristik anak meliputi usia, jenis kelamin,

pendidikan, riwayat penyakit, kelemahan fisik, dan yang merawat atau

mengasuh pada anak dengan down syndrome di Yayasan Persatuan

Orang Tua Anak dengan Down Syndrome

b. Mengidentifikasi kemampuan perawatan diri meliputi kebersihan diri,

makan dan minum, berpakaian, mobilisasi/ pergerakan, sosialisasi/

perkembangan, perkerjaan rumah tangga dan perlindungan diri pada

anak dengan down syndrome di Yayasan Persatuan Orang Tua Anak

dengan Down Syndrome

c. Mengidentifikasi kemampuan perawatan diri anak berdasarkan usia,

jenis kelamin, pendidikan, riwayat penyakit, kelemahan fisik, dan yang

merawat atau mengasuh pada anak dengan down syndrome di Yayasan

Persatuan Orang Tua Anak dengan Down Syndrome

D. Manfaat Penelitian

Peneliti berharap dari penelitiannya dapat memberikan manfaat:

1. Bagi Pendidikan Keperawatan

Penelitian ini diharapkan menjadi masukan dan bahan evaluasi bagi

perawat untuk dapat meningkatkan perawatan diri pada anak dengan down

syndrome di Yayasan Persatuan Orang Tua Anak dengan Down Syndrome

Page 29: KEMAMPUAN PERAWATAN DIRI PADA ANAK DENGAN DOWN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42329/1/HANNA... · DOWN SYNDROME DI YAYASAN PERSATUAN ORANG TUA ... sehingga

10

2. Bagi Instansi

Penelitian ini diharapkan menjadi tambahan informasi bagi yayasan

mengenai kemampuan perawatan diri pada anak dengan down syndrome di

Yayasan Persatuan Orang Tua Anak dengan Down Syndrome

3. Bagi Peneliti Selanjutnya

Penelitian ini dapat dijadikan informasi untuk mengembangkan penelitian

selanjutnya yang berkaitan dengan perawatan diri pada anak dengan down

syndrome

E. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini bersifat kuantitatif deskriptif yang dilakukan pada bulan

Februari-Mei 2018, sasaran penelitian ini adalah ditujukan kepada orang tua/

pengasuh dari anak dengan down syndrome di Rumah Ceria Down Syndrome

(RCDS) di Yayasan Persatuan Orang Tua Anak dengan Down Syndrome

(POTADS) Jakarta. Masalah yang diambil pada penelitian ini adalah

Kemampuan Perawatan Diri pada Anak dengan Down Syndrome.Penelitian ini

termasuk dalam ruang ilmu keperawatan anak.

Page 30: KEMAMPUAN PERAWATAN DIRI PADA ANAK DENGAN DOWN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42329/1/HANNA... · DOWN SYNDROME DI YAYASAN PERSATUAN ORANG TUA ... sehingga

11

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini akan menjelaskan mengenai tinjauan pustaka atau teori yang

berkaitan dengan teori perawatan diri, kemampuan perawatan diri, down

syndrome, ruang lingkup perawatan diri pada anak dengan down syndrome,

penelitian terkait serta kerangka teori.

A. Perawatan Diri (Self Care)

1. Definisi Perawatan Diri (Self Care)

Perawatan diri (Self Care) menurut Orem (2001) adalah kegiatan

untuk memenuhi kebutuhan dalam mempertahankan kehidupan, kesehatan

dan kesejahteraan individu baik dalam keadaan sehat maupun sakit yang

dilakukan oleh individu itu sendiri (Nursalam, 2014). Teori keperawatan

self care dikemukakan Dorothea E. Orem pada tahun 1971 dikenal dengan

teori Self Care Deficit Nursing Theory (SCDNT).

Teori SCDNT sebagai grand teori mempunyai 3 komponen teori yang

saling terhubung yaitu:

1. Teori perawatan diri (Self care theory) : menggambarkan dan

menjelaskan tujuan dan cara individu melakukan perawatan dirinya.

2. Teori defisit perawatan diri (Deficit self care theory) : menggambarkan

dan menjelaskan keadaan individu yang membutuhkan bantuan dalam

melakukan perawatan diri, salah satunya adalah dari tenaga

keperawatan.

3. Teori sistem keperawatan (Nursing system theory) : menggambarkan

dan menjelaskan hubungan interpersonal yang harus dilakukan dan

dipertahankan oleh seorang perawat agar dapat melakukan sesuatu

secara produktif.

(Nursalam, 2014)

Page 31: KEMAMPUAN PERAWATAN DIRI PADA ANAK DENGAN DOWN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42329/1/HANNA... · DOWN SYNDROME DI YAYASAN PERSATUAN ORANG TUA ... sehingga

12

2. Komponen Teori SCDNT

Adapun penjelasan mengenai komponen teori SCDNT(Self Care Deficit

Nursing Theory), antara lain:

1. Teori Perawatan Diri (Self Care Theory)

Berdasarkan Orem teori perawatan diri terdiri dari :

a. Perawatan diri (Self care) adalah suatu bentuk kontribusi

berkelanjutan orang dewasa bagi eksistensinya, kesehatannya, dan

kesejahteraannya, guna untuk mempertahankan hidup, kesehatan,

dan kesejahteraannya (Asmadi, 2008).

b. Agen perawatan diri (Self care agency) adalah kemampuan atau

kekuatan yang dimiliki oleh seorang individu untuk

mengidentifikasi, menetapkan, mengambil keputusan dan

melaksanakan self care. Self care agency (Basic conditioning

factor) dipengaruhi oleh usia, gender, tahap perkembangan, tingkat

kesehatan, pola hidup, sistem pelayanan kesehatan, sistem keluarga

dan lingkungan eksternal.

c. Kebutuhan perawatan diri terapeutik (Therapeutic self care

demands) adalah kebutuhan seseorang untuk terlibat dalam

perawatan dirinya dan mendapatkan perawatan. Perawatan diri

mempunyai beberapa prinsip: 1. perawatan diri dilakukan secara

holistik; 2. Perawatan diri dilakukan sesuai dengan tahapan

perkembangan manusia; 3. Perawatan diri dilakukan karena adanya

masalah kesehatan atau penyakit dengan tujuan mencegah penyakit

dan meningkatkan kesehatan.

(Nursalam, 2014).

Menurut Orem ada tiga macam kebutuhan perawatan diri (Self care

demand) (Harnilawati, 2013), yaitu:

a. Kebutuhan perawatan diriuniversal (Universal self care requisite)

merupakan perawatan diri (Self care) untuk pemenuhan kebutuhan

Page 32: KEMAMPUAN PERAWATAN DIRI PADA ANAK DENGAN DOWN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42329/1/HANNA... · DOWN SYNDROME DI YAYASAN PERSATUAN ORANG TUA ... sehingga

13

fisiologis dan psikososial, meliputi pemeliharaan udara, air/cairan,

makanan, proses eliminasi normal, keseimbangan antara aktivitas

dan istirahat, keseimbangan antara solitude dan interaksi sosial,

pencegahan bahaya bagi kehidupan, fungsi dan kesejahteraan

manusia, serta upaya meningkatkan fungsi dan perkembangan

individu dalam kelompok sosial sesuai dengan potensi,

keterbatasan, dan keinginan untuk normal (Nursalam, 2014).

1) Pemenuhan kebutuhan udara, pemenuhan kebutuhan udara

menurut Orem yaitu bernapas tanpa menggunakan peralatan

oksigen.

2) Pemenuhan kebutuhan air, pemenuhan kebutuhan air tanpa

bantuan, seperti dapat mengambil minum atau peralatan mimun

tanpa bantuan.

3) Pemenuhan kebutuhan minum, pemenuhan kebutuhan makanan

tanpa bantuan, seperti dapat mengambil makanan atau

peralatan makanan tanpa bantuan.

4) Pemenuhan kebutuhan eliminasi dan kebersihan permukaan

tubuh atau bagian bagian tubuh, seperti kemampuan individu

dalam eliminasi membutuhkan bantuan atau melakukan secara

mandiri seperti buang air kecil (BAK) dan buang air besar

(BAB). Tersedianya peralatan untuk kebersihan diri dan dapat

melakukan tanpa bantuan

5) Pemenuhan kebutuhan akifitas dan istrahat, seperti

menggunakan kemampuan diri sendiri dan nilai serta norma

saat istirahat maupun beraktivitas.

6) Pemenuhan kebutuhan menyendiri dan interaksi sosial, seperti

menjalin hubungan atau berinteraksi dengan teman sebaya atau

saudara serta mampu beradaptasi dengan lingkungan.

7) Pemenuhan pencegahan dari bahaya pada kehidupan manusia,

fungsi manusia, dan kesejahteraan manusia, seperti mengerti

jenis bahaya yang membahayakan diri sendiri, mengambil

Page 33: KEMAMPUAN PERAWATAN DIRI PADA ANAK DENGAN DOWN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42329/1/HANNA... · DOWN SYNDROME DI YAYASAN PERSATUAN ORANG TUA ... sehingga

14

tindakan untuk mencegah bahaya dan melindungi diri sendiri

dari situasi yang berbahaya.

8) Pemenuhan kebutuhan fungsi dan perkembangan manusia

dalam kelompok masyarakat berdasarkan kemampuan manusia,

keterbatasan keterampilan dan keinginan manusia pada

umumnya.

(Ballantyne, 2017).

b. Kebutuhan perawatan diri perkembangan (Developmental self care

requisite) merupakan perawatan diri (Self care) untuk pemenuhan

kebutuhan perkembangan, pada proses perkembangan dapat

dipengaruhi oleh kondisi dan kejadian tertentu sehinggga dapat

berupa tahapan-tahapan yang berbeda pada setiap individu, seperti

perubahan kondisi tubuh dan status sosial. Tahapan perkembangan

yang terjadi pada manusia seperti:

1) Pencegahan terhadap gangguan yang mengancam, seperti

kegagalan individu untuk sehat, masalah adaptasi sosial,

perubahan lingkungan tempat tinggal dan kehilangan orang

terdekat.

2) Keterlibatan dalam pengembangan diri, seperti mengikuti

kegiatan-kegiatan yang dapat mendukung perkembangan.

3) Penyediaan fasilitas atau kondisi-kondisi yang mendukung

perkembangan.

c. Kebutuhan perawatan diri pada kondisi adanya penyimpangan

(Health deviation self care requisite) merupakan perawatan diri

(Self care) yang dibutuhkan saat individu mengalami

penyimpangan dari keadaan sehat menjadi sakit. Kebutuhan

perawatan diri pada kondisi ini, seperti:

1) Pencarian bantuan kesehatan

2) Kesadaran akan resiko munculnya masalah akibat pengobatan

atau perawatan yang dijalani

Page 34: KEMAMPUAN PERAWATAN DIRI PADA ANAK DENGAN DOWN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42329/1/HANNA... · DOWN SYNDROME DI YAYASAN PERSATUAN ORANG TUA ... sehingga

15

3) Melakukan diagnostik, terapi, dan rehabilitatif, memahami efek

buruk dari perawatan

4) Adanya modifikasi gambaran atau konsep diri

5) Penyesuaian gaya hidup yang dapat mendukung perubahan

status kesehatan

2. Teori Defisit Perawatan Diri (Deficit Self Care Theory)

Teori self-care deficit merupakan inti dari General Theory of

Nursing yang menggambarkan dan menjelaskan mengapa manusia

dapat dibantu melalui ilmu keperawatan serta kapan keperawatan

diperlukan. Defisit perawatan diri ini terjadi ketika seseorang tidak

dapat memelihara diri mereka sendiri (Asmadi, 2008).

Bantuan yang diberikan perawat dapat dilakukan melalui

beberapa metode. Ada lima metode bantuan menurut Orem, yaitu

bertindak atau berbuat sesuatu untuk orang lain, sebagai pembimbing

orang lain, sebagai pendidik, memberikan support fisik, memberikan

support psikologis dan meningkatkan pengembangan lingkungan

untuk pengembangan pribadi serta mengajarkan atau mendidik orang

lain. Olah karena itu, untuk dapat memberi bantuan perawatan,

diperlukan nursing agency (Asmadi, 2008).

3. Teori Sistem Keperawatan (Theory of Nursing System)

Teori nursing system membahas bagaimana kebutuhan

perawatan diri klien dapat dipenuhi oleh perawat, klien, atau

keduanya.Sistem keperawatan ini ditentukan atau disusun berdasarkan

kebutuhan perawatan diri dan kemampuan klien untuk melakukan

perawatan diri.Perawatan yang dilakukan dengan memperhatikan

tingkat ketergantungan atau kebutuhan serta kemampuan klien

(Asmadi, 2008). Ada 3 klasifikasi sistem keperawatan dalam

perawatan diri, yaitu:

Page 35: KEMAMPUAN PERAWATAN DIRI PADA ANAK DENGAN DOWN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42329/1/HANNA... · DOWN SYNDROME DI YAYASAN PERSATUAN ORANG TUA ... sehingga

16

1. Wholly compensatory merupakan bantuan yang diberikan secara

keseluruhan bagi klien karena tingkat ketergantungan klien yang

tinggi.

2. Partially compensatory merupakan bantuan sebagian yang

dibutuhkan klien, perawat dan klien saling bekerjasama dalam

melakukan tindakan keperawatan.

3. Support educative merupakan dukungan bantuan yang diberikan

perawat saat klien sudah mampu melakukannya.(Harnilawati,

2013)

Ada 3 klasifikasi sistem keperawatan dalam perawatan diri, yaitu

(Asmadi, 2008):

a. Sistem bantuan penuh (Wholly compensatory nursing system)

Bagan 2.1 Sistem Perawatan Dasar

Tindakan perawat

b. Sistem bantuan sebagian (Partly compensatory nursing sistem)

Menjalankan tindakan keperawatan untuk klien

Mengompensasi keterbatasan klien untuk

melakukan perawatan diri

Membantu klien sesuai kebutuhan

Tindakan perawat

Melakukan beberapa tindakan terapeutik

Mengompensasi ketidakmampuan klien untuk

melakukan perawatan diri

Mendukung dan melindung klien

Menjalankan tindakan keperawatan

Mengatur kemampuan perawatan diri

Menerima perawatan dan bantuan dari perawat

Tindakan klien

Page 36: KEMAMPUAN PERAWATAN DIRI PADA ANAK DENGAN DOWN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42329/1/HANNA... · DOWN SYNDROME DI YAYASAN PERSATUAN ORANG TUA ... sehingga

17

c. Sistem dukungan pendidikan (Supportif-education nursing

system)

B. Kemampuan Perawatan Diri (Self Care Agency)

1. Definisi Kemampuan Perawatan Diri (Self Care Agency)

Kemampuan perawatan diri (Self care agency) adalah kemampuan

atau kekuatan yang diliki oleh seseorang individu untuk mengidentifikasi,

menetapkan mengambil keputusan dan melaksanakan perawatan diri (Self

care). Orem mengidentifikasi faktor dasar yang mempengaruhi self care

agency (Basic conditioning factor) yaitu usia, gender, tahap

perkembangan, tingkat kesehatan, pola hidup, sistem pelayanan kesehatan,

sistem keluarga, dan lingkungan eksternal (Nursalam, 2014).

Contoh kemampuan perawatan diri (Self care agency) antara lain

pengetahuan tentang jenis makanan, pengetahuan tentang menjaga jalan

napas tetap bebas, dan penggunaan sistem bantuan untuk bersihan jalan

napas (Baker & Denyes, 2008). Kesadaran akan kebutuhan mendapatkan

pengetahuan dan kemampuan untuk mencari pengetahuan akan

memengaruhi tindakan yang diambil oleh seorang individu (Taylor &

Renpenning, 2011).

Sruktur kemampuan perawatan diri (Self care agency) terdiri atas

tiga karakteristik manusia yang saling berhubungan, yaitu:

1. Kemampuan dasar(Foundational capabilities and dispositions)

Kemampuan dasar merupakan pondasi dari kemampuan perawatan diri

(Self care agency), meliputi sensasi, persepsi, dan memori, sedangkan

disposisi meliputi pemahaman seseorang mengenai dirinya sendiri,

kesadaran diri dan citra diri atau motivasi seseorang dalam mencapai

Mengerjakan perawatan diri

Mengatur latihan dan

pengembangan perawatan diri

Tindakan Perawat

Tindakan Perawat

Tindakan klien

Page 37: KEMAMPUAN PERAWATAN DIRI PADA ANAK DENGAN DOWN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42329/1/HANNA... · DOWN SYNDROME DI YAYASAN PERSATUAN ORANG TUA ... sehingga

18

tujuan untuk perawatan diri sesuai dengan karakteristik dan maknanya

bagi kehidupan, kesehatan dan kesejahteraan.

2. Komponen kekuatan(Power components)

Kemampuan seseorang untuk mengambil keputusan dalam

melaksanakan perawatan diri (Self care). Menurut Orem tindakan

seseorang dipengaruhi oleh penilaian mereka akan suatu hal yang tepat

untuk suatu situasi dan keadaan.

3. Kemampuan melaksanakan perawatan diri (Capabilities to perform

self care operation)

Kemampuan seseorang untuk terus melakukan perawatan diri baik

untuk diri mereka sendiri maupun orang lain sangat bervariasi, dimana

hal ini dapat dipengaruhi oleh pertumbuhan dan perkembangan status

kesehatan, tingkat pendidikan, pengalaman dan budaya.

(Nursalam, 2014)

2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kemampuan Perawatan Diri (Self

Care Agency)

Faktor-faktor yang mempengaruhi kemampuan perawatan diri (Self

careagency):

a. Usia

Usia merupakan salah satu faktor penting pada perawatan diri (Self

care). Bertambahnya usia sering dihubungkan dengan berbagai

keterbatasan maupun kerusakan fungsi sensoris. Pemenuhan

kebutuhan perawatan diri (Self care)akan bertambah efektif seiring

dengan bertambahnya usia dan kemampuan.

b. Jenis Kelamin

Jenis kelamin mempunyai kontribusi dalam kemampuan perawatan

diri.Pada laki-laki lebih banyak melakukan penyimpangan kesehatan

seperti kurangnya manejemen berat badan dan kebiasaan merokok

dibandingkan pada perempuan.

Page 38: KEMAMPUAN PERAWATAN DIRI PADA ANAK DENGAN DOWN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42329/1/HANNA... · DOWN SYNDROME DI YAYASAN PERSATUAN ORANG TUA ... sehingga

19

c. Tahap Perkembangan

Status perkembangan menurut Orem meliputi tingkat fisik seseorang,

fungsional, perkembangan kognitif dan tingkat psikososial .Tahap

perkembangan mempengaruhi kebutuhan dan kemampuan perawatan

diri (Self care) individu. Kognitif dan perilaku seseorang akan berubah

sepanjang hindupnya sehingga perawat harus mempertimbangkan

tingkat pertumbuhan dan perkembangan klien dalam memberikan

pelayanan kesehatan (Potter & Perry, 2010).

d. Tingkat kesehatan

Status kesehatan berdasarkan Orem antara lain status kesehatan saat

ini, status kesehatan dahulu (Riwayat kesahatan dahulu) serta persepsi

tentang kesehatan masing masing individu. Status kesehatan meliputi

diagnosis medis, gambaran kondisi pasien, komplikasi, perawatan

yang dilakukan dan gambaran individu yang mempengaruhi kebutuhan

perawatan diri (Self care requisite). Tinjauan dari perawatan diri (Self

care) menurut Orem, status kesehatan pasien yang mempengaruhi

kebutuhan perawatan diri (Self care requisite) dapat dikelompokkan

menjadi 3 kategori yaitu : sistem bantuan penuh (wholly compensatory

system), sistem bantuan sebagian (partially compensatory system) dan

sistem dukungan pendidikan (supportif-education system).

e. Pola hidup

Pola hidup yang dimaksud adalah aktivitas normal seseorang yang

biasa dilakukan dalam kehidupan sehari-hari.

f. Sistem pelayanan kesehatan

Sumber daya dari pelayanan kesehatan yang dapat diakses dan tersedia

untuk individu dalam melakukan diagnostik dan pengobatan.

g. Sistem keluarga

Peran atau hubungan anggota keluarga dan orang lain yang signifikan

serta peraturan seseorang di dalam keluarga. Selain itu, sistem keluarga

juga meliputi tipe keluarga, budaya yang mempengaruhi keluarga,

Page 39: KEMAMPUAN PERAWATAN DIRI PADA ANAK DENGAN DOWN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42329/1/HANNA... · DOWN SYNDROME DI YAYASAN PERSATUAN ORANG TUA ... sehingga

20

sumber-sumber yang dimiliki individu atau keluarga serta perawatan

diri dalam keluarga.

h. Lingkungan

Tempat seseorang biasanya melakukan perawatan diri di lingkungan

rumah.

i. Sosiokultural

Sistem yang saling terkait dengan lingkungan sosial seseorang,

keyakinan spiritual, hubungan sosial dan fungsi unit keluarga.

j. Ketersediaan sumber

Ketersediaan sumber ini termasuk ekonomi, personal, kemampuan dan

waktu. Ketersediaan sumber-sumber yang mendukung perawatan diri

atau proses penyembuhan pasien.

(Nursalam, 2014)

Konsep perawatan diri (Self care) digambarkan dalam skema dibawah ini:

Bagan 2.2 Konsep self care (Alligood & Tomey, 2006)

Co

nd

itin

ing

fac

tors

C

on

dit

inin

g f

acto

rs

R

R

<

<

R

R

R

R

R

R

R

R

Self care

Self care

Self care

deficit

Self care

deficit

Self care

agency

Self care

agency

Self care

demand

Self care

demand

Nursing

agency

Nursing

agency

Page 40: KEMAMPUAN PERAWATAN DIRI PADA ANAK DENGAN DOWN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42329/1/HANNA... · DOWN SYNDROME DI YAYASAN PERSATUAN ORANG TUA ... sehingga

21

Bagan tersebut dijelaskan sebagai berikut:

Perawatan diri dapat mengalami gangguan atau hambatan bila

seseorang dalam kondisi sakit atau adanya penyimpangan pada kesehatan.

Defisit perawatan diri terjadi bila agen perawatan diri atau orang yang

memberikan perawatan diri baik pada diri sendiri atau orang lain tidak dapat

memenuhi kebutuhan perawatan diri individu dan membutuhkan peran

perawat dalam memenuhi kebutuhan perawatan dirinya.

1. Agen keperawatan

Agen keperawatan adalah karakteristik seseorang yang mampu memenuhi

status perawat dalam kelompok-kelompok sosial.Tersedianya tenaga

keperawatan bagi individu laki-laki, wanita, dan anak atau kumpulan

manusia seperti keluarga atau komunitas.Agen keperawatan ini juga

diharapkan dapat melatih dan mengembangan kemandirian pada klien.

2. Agen perawatan diri

Agen perawatan diri adalah kekuatan individu yang berhubungan dengan

kemampuan untuk melakukan perawatan diri.Keterbatasan dalam

melakukan perawatan diri dapat terjadi karena adanya gangguan atau

masalah dalam sistem tubuh yang dapat bersifat sementara atau menetap

pada seseorang serta mempengaruhi kemampuan individu dalam

melakukan perawatan diri (McLaughlin Renpenning & Taylor, 2002).

3. Kebutuhan perawatan diri terapeutik

Kebutuhan akan perawatan diri adalah keseluruhan upaya-upaya

perawatan diri yang ditampilkan untuk menemukan syarat-syarat

perawatan mandiri dengan cara menggunakan metode-metode yang tepat

dan berhubungan dengan seperangkat teknologi terkini.

Kemampuan perawatan diri (Self care agency) perlu ditingkatkan oleh

individu karena pelaksanaan perawatan diri (self care) membutuhkan

Page 41: KEMAMPUAN PERAWATAN DIRI PADA ANAK DENGAN DOWN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42329/1/HANNA... · DOWN SYNDROME DI YAYASAN PERSATUAN ORANG TUA ... sehingga

22

pembelajaran, pengetahuan, motivasi, dan skill. Kemampuan perawatan diri

(Self care agency) ,mengacu pada kemampuan kompleks dalam melaksanakan

perawatan diri (Self care) yang artinya dalam melaksanakan perawatan diri

(Self care) seseorang membutuhkan kemampuan untuk dapat melakukan

perawatan diri (self care agency) (Nursalam, 2014).

C. Down Syndrome

1. Definisi Down Syndrome

Down syndrome (DS) adalah salah satu bentuk retardasi mental

akibat adanya abnormalisasi kromosom 21 yang memberikan penampilan

fisik yang khas, seperti wajah mongoloid. Penderita down syndrome

mempunyai karakter yang khas, ciri-ciri khas down syndrome yaitu mata

sipit dan mengarah ke atas, hidung rata, mulut kecil dengan langit-langit

datar sehingga lidah menjulur keluar, ada malformasi jantung bawaan,

mengarah demensia Alzheimer. Gangguan otak pada down syndrome

menyebabkan hendaya ingatan dan gangguan kognitif lainnya.Penderita

down syndrome mempunyai tiga karakteristik yang khas, yaitu memiliki

taraf IQ (Intelligence quotient) rendah, keterbelakangan fisik maupun

mental dan memiliki daya tahan yang lemah.Tetapi dalam kondisi seperti

ini anak masih dapat untuk membina diri mereka untuk lebih bisa mandiri,

seperti menulis, membaca, menggambar, atau melukis.Selain itu penderita

down syndrome memiliki keistimewaan lainnya, yaitu pintar meniru

(Pieter, Bethsaida & Marti, 2011).

Sedangkan retardasi mental atau disabilitas kognitif merupakan

fungsi intelektual dibawah angka 7 yang disertai dengan kurangnya

perilaku adaptif, serta kemampuan beradaptasi dengan kehidupan sosial

sesuai dengan tingkat perkembangan dan budaya.Retardasi mental disebut

juga suatu perkembangan jiwa yang terhenti atau tidak lengkap yang

terutama ditandai dengan terjadinya kendala keterampilan selama masa

perkembangan, sehingga berpengaruh pada tingkat kecerdasan secara

menyeluruh, seperti kemampuan kognitif, bahasa, motorik, dan sosial

Page 42: KEMAMPUAN PERAWATAN DIRI PADA ANAK DENGAN DOWN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42329/1/HANNA... · DOWN SYNDROME DI YAYASAN PERSATUAN ORANG TUA ... sehingga

23

(Yusuf, Rizky & Hanik, 2015). Keterbatasan fungsi kognitif dan adaptif

muncul pada masa kanak-kanak (sebelum usia 18 tahun) yang ditandai IQ

(Intelligence quotient) dibawa normal, dalam rentang 65-75 (Betz &

Linda, 2009).

Fungsi kognitif merupakan proses mental dalam memperoleh

pengetahuan atau kemampuan kecerdasan, yang meliputi cara berpikir,

daya ingat, pengertian, perencanaan, dan pelaksanaan. Adanya gangguan

kognitif dapat dilihat pada daya ingat dan kecerdasan seorang individu

(Santoso & Andar, 2009).Sedangkan fungsi adaptif merupakan

kemampuan seseorang untuk mandir, menyesuaikan diri dan mempunyai

tanggung jawab sosial yang sesuai dengan kelompok umur dan budayanya

(Soetjiningsih, 2013).Keterbatasan fungsi adaptif yang dialami

penyandang retardasi mental meliputi keterampilan komunikasi, perawatan

diri, tinggal di rumah, keterampilan interpersonal atau sosial, penggunaan

sumber masyarakat, penunjukkan diri, keterampilan akademik, pekerjaan,

kesehatan dan keamanan (Videbeck, 2008).

2. Etiologi Retardasi Mental

Penyebab retardasi mental digolongkan menjadi penyebab prenatal,

perinatal, dan pascanatal menurut Betz & Linda (2009), antara lain adalah:

a. Pranatal

Dikarena kelainan kromosom (trimosom 21 [down syndrome], sindrom

fragile-X), gangguan sindrom (distrofi otot Duchenne,

neurofibromatosis [tipe 1]), dan gangguan metabolisme bawaan

(fenilketonuria). Retardasi mental disebabkan adanya gangguan

metabolisme, baik metabolisme lemak, karbohidrat, dan protein yang

dapat mengganggu proses penyerapan zat-zat gizi di dalam tubuh.

Gangguan gizi yang berat dan yang berlangsung lama sebelum usia 4

tahun sangat mempengaruhi perkembangan otak dan dapat

mengakibatkan retardasi mental. Keadaan ini dapat diperbaiki dengan

Page 43: KEMAMPUAN PERAWATAN DIRI PADA ANAK DENGAN DOWN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42329/1/HANNA... · DOWN SYNDROME DI YAYASAN PERSATUAN ORANG TUA ... sehingga

24

memperbaiki gizi sebelum usia 6 tahun, setelah melewati usia tersebut

walaupun anak diberikan makanan bergizi, intelegensi yang rendah

sulit untuk ditingkatkan (Muhith, 2015).

b. Perinatal

Dikarenakan masalah intrauterus seperti abrupsio plasenta, diabetes

maternal, dan kelahiran premature serta masalah neonatal termasuk

meningitis dan perdarahan intracranial.Infeksi atau intoksikasi

menyebabkan kerusakan jaringan otak yang diakibat adanya infeksi

intracranial, penggunaan obat-obatan, atau zat toksik lainnya (Muhith,

2015).

c. Pascanatal

Dikarenakan kondisi-kondisi yang terjadi karean cedera kepala,

infeksi, dan gangguan degenerative dan demielinisasi, sindrom

Fragile-X, sindrom down, dan sindrom alkohol janin terjadi pada

sepertiga dari kasus retardasi mental.

Penyebab retardasi mental menurut Pieter, Bethsaida & Marti,

(2011) juga disebabkan karena adanya kelainan, antara lain:

a. Kelainan kromosom

Kelainan kromosom yang menyebabkan retardasi mental adalah

kesalahan pada jumlah kromosom (simdrom down), defek pada

kromosom (sindrom X yang rapuh, sindrom Angelman, sindrom

Prader-Willi), translokasi dan sindrom cri du chat.

b. Kelainan genetik dan kelainan metabolic yang diturunkan

Kelainan genetik yang menyebabkan retardasi mental adalah

galaktosemia, penyakit Tay-Sachs, fenilketonuria, sindrom Hunter,

sindrom sanfalippo, leukodistrofi metakromatik adenoleukodistrof,

sindrom Lsch-Nyhan, sindrom rett, dan sklerosis tuberose. Sementara

faktor-faktor metabolic yang dapat menyebabkan retardasi mental

adalah sindrom Reye, dehidrasi hipenatremik, hipotiroid koongenital,

hipoglikemik, dan diabetes melitus.

Page 44: KEMAMPUAN PERAWATAN DIRI PADA ANAK DENGAN DOWN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42329/1/HANNA... · DOWN SYNDROME DI YAYASAN PERSATUAN ORANG TUA ... sehingga

25

3. Gejala Klinis Down Syndrome

gejala yang biasanya terjadi adalah retardasi mental atau

keterbelakangan mental disebut juga tunagrahita, dengan IQ 50-70 tetapi

IQ bisa mencapai 90 terutama pada kasus-kasus yang diberi latihan.

Retardasi mental dan jasmani yang sangat terlihat, berbicara dengan

kalimat sederhana dan sangat tertarik pada musik, kemampuan berpikir

digolongkan pada idiot atau embesil (Pieter, Bethsaida & Marti, 2011).

Anak retardasi mental dapat dikenali dari tanda sebagai berikut:

a. Gangguan kognitif

b. Lambatnya keterampilan mengungkapkan dan menangkap bahasa

c. Gagal melewati tahap perkembangan yang penting

d. Lingkar kepala di atas atau di bawah normal

e. Kemungkinan keterlambatan pertumbuhan

f. Kemungkinan tonus otot abnormal

g. Kemungkinan gambaran dismorfik

h. Keterlambatan perkembangan motorik halus dan kasar

(Betz & Linda, 2009)

Gejala anak retardasi mental, antara lain sebagai berikut:

a. Lambat dalam mempelajari hal baru, memiliki kesulitan dalam

mempelajari pengetahuan abstrak atau yang berkaitan, dan memiliki

kelemahan dalam mengingat tanpa latihan yang berkelanjutan.

b. Kesulitan dalam menggeneralisasi dan mempelajari hal-hal baru.

c. Kemampuan bicara sangat kurang untuk anak retardasi mental berat.

d. Cacat fisik dan perkembangan gerak. Seperti tidak dapat berjalan, tidak

dapat berdiri, atau bangun tanpa bantuan. Mereka lambat dalam

mengerjakan tugas-tugas yang sangat sederhana, sulit menjangkau

sesuatu , dan mendongakkan kepala.

Page 45: KEMAMPUAN PERAWATAN DIRI PADA ANAK DENGAN DOWN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42329/1/HANNA... · DOWN SYNDROME DI YAYASAN PERSATUAN ORANG TUA ... sehingga

26

e. Kurang dalam kemampuan menolong diri sendiri. Seperti berpakaian,

makan, dan mengurus kebersihan diri. Mereka membutuhkan latihan

khusus untuk mempelajari kemampuan dasar.

f. Tingkah laku dan interaksi yang tidak lazim. Anak retardasi mental

ringan dapat bermain bersama dengan anak reguler, tetapi anak yang

memiliki retardasi mental berat tidak melakukan hal tersebut. Hal itu

mungkin disebabkan kesulitan bagi anak retardasi mental dalam

memberikan perhatian terhadap lawan main.

g. Tingkah laku kurang wajar yang terus-terus. Kegiatan mereka seperti

ritual, misalnya memutar-mutar jari di depan wajahnya dan melakukan

hal-hal yang membahayakan diri sendiri.

(Yusuf, Rizky & Hanik, 2015)

4. Klasifikasi Retardasi Mental

Menurut tingkat keparahannya mental retardasi umumnya

dikategorikan sebagai berikut:

a. Ringan : IQ 50-70

b. Sedang : IQ 35-50

c. Berat : IQ 20-35

d. Sangat berat : IQ dibawah 20

(Ricci & Terri, 2009)

Menurut Somantri (2007) klasifikasi didasarkan pada tingkat

kecerdasan, kemampuan kecerdasan anak retardasi mental kebanyakan

diukur dengan tes Standford Binet dan Wechsler Intelligence for Children

(WISC), terdiri atas:

a. Retardasi mental ringan

Retardasi mental ringan disebut juga moron atau debil, memiliki

IQ(Intelligence Quotient) antara 52-68 berdasarkan skala binet,

Page 46: KEMAMPUAN PERAWATAN DIRI PADA ANAK DENGAN DOWN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42329/1/HANNA... · DOWN SYNDROME DI YAYASAN PERSATUAN ORANG TUA ... sehingga

27

sedangkan menurut WISC (Wechsler Intelligence for Children) IQ

antar 55-69.

b. Retardasi mental sedang

Retardasi mental sedang disebut juga imbesil yang memiliki IQ 36-51

berdasarkan skala Binet, sedangkan menurut WISC memiliki IQ 40-

54.

c. Retardasi mental berat

Retardsi mental berat atau idiot, menurut binet memiliki IQ antara 20-

30 dan menurut WISC antara 25-39.

(Yusuf, Fitryasari & Hanik, 2015)

Tingkat-tingkat retardasi mental dan tingkah laku adaptif untuk rentang

kehidupan dalam pandangan klinis

Tabel 2.1Tingkat-tingkat retardasi mental

Tingkat Usia Prasekolah

0-5

Usia sekolah

6-21

Dewasa

21+

Ringan Dapat mengembangkan

keterampilan-

keteramilan sosial dan

komunikasi dengan

retardasi mental ringan

pada bidang sensorik-

motor.

Dapat mempelajari

keterampilan-

keterampilan akademis

sampai kelas VI SD, dan

mereka tidak dapat

mempelajari bahan-

bahan pelajaran Sekolah

Menengah Umum dan

membutuhkan

pendidikan khusus,

terutama pada tingkat

usia sekolah menengah.

Mampu melakukan

keterampilan sosal dan

vokasional bila diberi

pendidikan dan latihan

yang tepat. Mereka

kadang-kadang

membutuhkan

pengawasan dan

bimbingan bila mereka

mengalami tekanan

sosial dan ekonomis

yang berat.

Sedang Dapat berbicara dan

belajar berkomunikasi

tetapi kurang

memperlihatkan

kesadaran sosial dan

hanya memperlihatkan

perkembangan motor

yang cukup (sedang).

Mereka dapat ditangani

dengan pengawasan

yang sederhana.

Dapat mempelajari

keterampilan-

keteramppila akademis

fungsional sampai kela

IV SD pada usia mereka

pada akhir belasan

tahun, pendidikan

khusus dibutuhkan.

Mampu membiayai

hidupnya sendiri dengan

melakukan pekerjaan-

pekerjaan yang tidak

membutuhkan

keterampilan-

keterampilan atau

pekerjaan-pekerjaan

yang membutuhkan

semiterampil, tetapi

mereka membutuhkan

pengawasan dan

bimbingan bila mereka

mengalami kesulitan

Page 47: KEMAMPUAN PERAWATAN DIRI PADA ANAK DENGAN DOWN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42329/1/HANNA... · DOWN SYNDROME DI YAYASAN PERSATUAN ORANG TUA ... sehingga

28

sosial dan ekonomis

yang ringan.

Berat Kurang

memperlihatkan

perkembangan motor,

dan berbicara sedikit.

Pada umumnya,

mereka tidak mampu

memperoleh

keuntungan dari latihan

dalam membantu

dirinya sendiri, dan

mereka

memperlihatkan sedikit

keterampilan-

keteramppilan

komunikasi atau tidak

memperlihatkan

keterampilan-

keterampilan

komunikasi.

Dapat berbicara atau

belajar komunikasi, dan

dapat dilatih dalam

kebiasaan-kebiasaan

kesehatan yang

mendasar. Mereka tidak

dapat memperlajari

keterampilan-

keteramppilan akademis

fungsional, tetapi

mereka dapat

memperoleh keuntungan

dari latihan kebiasaan-

kebiasaan yang

sistematis.

Dapat menyumbang

sebagian untuk

memenuhi

kebutuhannya sendri

dengan pengawasan

yang penuh, dan mereka

depat mengembangkan

keterampilan untuk

melindungi dirinya

sendiri sampai pada

tingkat yang sedikit

berguna dalam suatu

lingkungan.

Sangat

berat

Kemampuannya hanya

sedikit yang berfungsi

dalam bidang sensorik-

motor, dan

membutuhkan

perawatan.

Suatu perkembang

motor ada tetapi mereka

tidak memperlihatkan

keuntungan dari latihan

dalam membantu

dirinya sendiri. Mereka

membutuhkan

perawatan.

Hanya memperlihatkan

perkembangan motor

dan cara berbicara.

Mereka tidak mampu

memelihara dirinya

sendiri dan benar-benar

membuthkan perawatan

dan pengawasan.

Kendall & Hammen, 1998 dalam Semiun (2006)

Menurut Cipani (1991) batasan tingkat retardasi mental menurut tingkat

pendidikannya, antara lain:

a. Educable mental retardation adalah individu dengan tingkat skor IQ

50-70. Mereka masih bisa dilatih, dididik, dan masih bisa mempelajari

keterampilan dasar akademik.

b. Trainable mental retardation adalah individu dengan tingkat skor IQ

30-50. Mereka masih dapat dilatih dan dididik (custodial), namun tidak

secepat individu dengan educable mental retardation dan hanya dapat

belajar pada keterampilan kasar.

c. Serve mental retardation adalah individu dengan tingkat IQ ≤ 30.

Mereka tidak mampu mengikuti keterampilan dasar, akademik dan

vokasional. Mereka total tidak bisa dididik atau dilatih, membutuhkan

Page 48: KEMAMPUAN PERAWATAN DIRI PADA ANAK DENGAN DOWN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42329/1/HANNA... · DOWN SYNDROME DI YAYASAN PERSATUAN ORANG TUA ... sehingga

29

perawatan sepenuhnya sepanjang hidupnya, karena ia tidak mampu

tanpa bantuan orang lain (Pieter, Bethsaida & Marti, 2011).

Kriteria diagnosis retardasi mental menurut DSM-IV-TR yaitu:

a. Fungsi intelektual yang secara signifikan di bawah rata-rata IQ kira-

kira 70 atau di bawahnya yang dilakukan test IQ.

b. Gangguan terhadap fungsi adaptif paling sedikit 2 misalnya

komunikasi, kemampuan menolong diri sendiri, berumah tangga,

sosial, pekerjaan, kesehatan, dan keamanan.

c. Onsetnya sebelum berusia 18 tahun.

(Muhith, 2015)

5. Patofisiologi Retardasi Mental

Penyebab retardasi mental dapat digolongkan menjadi penyebab

prenatal, perinatal, dan pascanatal. Penyebab prenatal termasuk kelainan

kromosom (trisomi 21 [down syndrome], sindrom Fragile-X), gangguan

sindrom (distrofi otot duchenne, neurofibromatosis [tipe 1], dan gangguan

metabolisme bawaan (fenilketonuria). Penyebab perinatal dapat

berhubungan dengan masalah intrauterus seperti abrupsio plasenta,

diabetes maternal, dan kelahiran premature serta masalah neonatal

termasuk meningitis dan perdarahan intracranial.Penyebab pascanatal

mencakup kondisi-kondisi yang terjadi karena cedera kepala, infeksi, dan

gangguan degenerative dan demielinisasi.Sindrom Fragile X,

DownSyndrome, dan sindrom alcohol janin terjadi pada sepertiga dari

kasus retardasi mental.Munculnya masalah terkait, seperti paralisis

serebral, deficit sensoris, gangguan psikiatrik, dan kejang berhubungan

dengan retardasi mental yang lebih berat (Betz &Linda, 2009).

Beberapa penyebab dan faktor penyebab tersebut akan

menyebabkan kerusakan pada otak jika mengenai hemisfer kanan maka

akan menyebabkan terjadinya keterlambatan perkembangan motorik kasar

dan halus sedangkan jika mengenai hemisfer kiri akan menyebabkan

Page 49: KEMAMPUAN PERAWATAN DIRI PADA ANAK DENGAN DOWN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42329/1/HANNA... · DOWN SYNDROME DI YAYASAN PERSATUAN ORANG TUA ... sehingga

30

terjadinya keterlambatan perkembangan bahasa, sosial, dan kognitif.

Sehingga menyebabkan terjadinya penurunan fungsi intelektual secara

umum dan gangguan perilaku adaptif sosial (Muttaqin, 2008).

Penyebab retardasi mental belum diketahui secara pasti, namun

kesalahan pada periode prenatal, perinatal atau postnatal dalam

perkembangan sistem saraf pusat dimungkinkan bertanggung jawab atas

terjadinya kerusakan pada otak. Masalah motorik seperti hipotonia, tremor,

ataksia, atau clumsiness, masalah motor visual, atau masalah lainnya

dimungkinkan terjadi secara bersamaan dengan terjadinya retardasi mental

(Ricci & Terri, 2009).

6. Pertumbuhan dan Perkembangan Retardasi Mental

Pertumbuhan dan perkembangan penyandang retardasi mental

memiliki ciri-ciri yang berbeda tiap rentang usia dan tingkatan retardasi

mental, menurut Yusuf, Rizky & Hanik, (2015), antara lain:

Retardasi mental ringan

a. Umur 0-5 tahun (pematangan dan perkembangan)

1) Dapat mengembangkan keterampilan sosial dan komunikasi,

keterbelakangan minimal dalam bidang sensoris motorik. Anak

dengan retardasi mental sering tidak dapat dibedakan dari normal

hingga lebuh tua.

2) Umur 6-20 tahun (latihan dan pendidikan diperlukan, Dapat

berbicara atau belajar komunikasi, dan dapat dilatih dalam

kebiasaan-kebiasaan kesehatan yang mendasar, dapat memperlajari

keterampilan-keteramppilan akademis fungsional).

3) Dapat belajar keteramppilan akademik sampai kira-kira kelas 6

pada umur belasan tahun (dekat umur 20 tahun), serta dapat

dibimbing kea rah konformitas sosial.

b. Masa dewasa, yaitu 21 tahun atau lebih (kecukupan sosial dan

pekerjaan)

Page 50: KEMAMPUAN PERAWATAN DIRI PADA ANAK DENGAN DOWN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42329/1/HANNA... · DOWN SYNDROME DI YAYASAN PERSATUAN ORANG TUA ... sehingga

31

Biasanya dpat mencapai keterampilan sosial dan pekerjaan yang cukup

untuk mencari nafkah, tetapi memerlukan bimbingan dan bantuan bila

mengalami stress sosial ekonomi yang luar biasa.

Retardasi mental sedang

a. Umur 0-5 tahun (pematangan dan perkembangan)

Dapat berbicara atau belajar berkomunikaso, kesadaran sosial kurang,

perkembangan motorik cuku, dapat belajar mengurus diri sendiri,

dapatt diatur dengan pengawasan sedang

b. Umur 6-20 tahun (latihan dan pendidikan)

Dapat dilatih dalam keterampilan sosial dan pekerjaan, sukar untuk

maju lewat kelas 2 sekolah dasar (SD) dalam mata pelajarran

akademik, dapat belajar bepergian, sendiri di tempat yang sudah

dikenal.

c. Masa dewasa, yaitu 21 tahun atau lebih (kecukupan sosial dan

pekerjaan)

Dapat mencari nafkah dalam pekerjaan kasar terlatih atau setengah

terlatih dalam keadaan yang terlingdung, memerlukan pengawasan,

dan bimbinyan bila mengalami stress sosial atau ekonomi yang ringan.

Retardasi mental berat

a. Umur 0-5 tahun (pematangan dan perkembangan)

Perkembangan motorik kurang, bicara minimal.Pada umumnya tidak

dapat dilatih untuk mengurus diri sendiri, keterampilan komunikasi

tidak ada atau hanya sedikit sekali.

b. Umur 6-20 tahun (latihan dan pendidikan)

Data berbicara atau belajar berkomunikasi, dapat dilatih dalam

kebiasaan kesehatan dasar, serta dapat dilatih secara sistematis dalam

kebiasaan.

c. Masa dewasa, yaitu 21 tahun atau lebih (kecukupan sosial dan

pekerjaan)

Page 51: KEMAMPUAN PERAWATAN DIRI PADA ANAK DENGAN DOWN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42329/1/HANNA... · DOWN SYNDROME DI YAYASAN PERSATUAN ORANG TUA ... sehingga

32

Dapat mencappai sebagian dalam mengurus diri sendiri di bawah

pengawasan penuh, dapat mengembangkan secara minimal berguna

keterampilan menjaga diri dalam lingkungan kontrol.

Retardasi mental sangat berat

a. Umur 0-5 tahun (pematangan dan perkembangan)

Retardasi mental berat, kemampuan minimal untuk berfungsi dalam

bidang sensoris-motorik, membutuhkan perawatan.

b. Umur 6-20 tahun atau lebih (kecukupan sosial dan pekerjaan)

Perkembangan motorik sedikit, dapat bereaksi terhadap latihan

mengurus diri sendiri secara minimal atau terbatas.

c. Masa dewasa 21 tahun atau lebih (kecukupn sosial dan pekerjaan)

Perkembangan dan bicara sedikit, dapat mengurus sendiri secara

sangat terbatas, membuutuhkan perawatan.

7. Bentuk-bentuk Retardasi Mental

Bentuk-bentuk retardasi mental menurut Pieter, Bethsaida & Marti,

(2011), antara lain:

a. Alcohol syndrome, yaitu mental retardation yang diakibatkan bahan

kimia dan obat-obatan, seperti penylalanin. (Hellekson, 2001)

b. Lesch-Nyhan syndrome adalah mental retardation yang diakibatkan

gangguan cerebral palsy (spastisitas, pengencangan otot). Ciri dari

Lesch-Nyhal syndrome ditandai dengan perilaku mencederai diri

sendiri, seperti menggigit-gigit jari atau bibir. Gangguan ini hanya

diderita oleh anak laki-laki, karena yang bertanggung jawab adalah gen

resesif, yakni ketika gen berada di kromosom X pada laki-laki tidak

memiliki gen normal untuk menyeimbangi dan karena laki-laki tidak

memiliki kromosom X yang kedua(Nyhan, dalam Mark Durand dan

David H. Barlow, 2007).

c. Down syndrome adalah bentuk mental retardation akibat adanya

abnormalitas kromosom 21 yang memberikan penampilan fisik yang

Page 52: KEMAMPUAN PERAWATAN DIRI PADA ANAK DENGAN DOWN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42329/1/HANNA... · DOWN SYNDROME DI YAYASAN PERSATUAN ORANG TUA ... sehingga

33

khas, seperti wajah (Scherenberger, 1983). Ciri-ciri khas Down

syndrome adalah mata sipit dan mengarah ke atas, hidung rata, mulut

kecil dengan langit-langit datar sehingga lidah menjulur keluar, ada

malformasi jantung bawaan, mengarah demensia Alzheimer (≥ 40).

Gangguan otak pada Down syndrome menyebabkan hendaya ingatan

dan gangguan kognitif lainnya (Visser, dkk, 1997). Selain akibat

penyimpangan kromosom, faktor pendukung lain yang dapat

menyebabkan Down syndrome adalah akibat usia ibu yang terlalu tua

atau terlalu muda untuk mengandung.

d. Fragile X syndrome adalah bentuk mental retardation akibat

penyimpangan atau cacat pada kromosom X yang berhubungan dengan

masalah-masalah belajar, hiperaktif, durasi atensi yang pendek,

menghindari tatapan mata, perseverative speech dan ciri-ciri fisik yang

tidak lazim, seperti telinga, buah zakar, lingkaran kepala yang besar

(Dykens, dkk., 1988).

e. Cultural family retardation yaitu bentuk mental retardation yang

ringan dan disebabkan oleh pengaruh lingkungan dan kombinasi

pengaruh biologis dengan psikososial, seperti akibat penganiayaan

fisik, penelantaran dan deprivasi sosial. Ciri-ciri orang yang cultur

family retardation adalah memiliki skor IQ 50-70, memiliki

keterampilan baik, namun tidak ada potensi untuk mengembangkan

keterampilannya, memiliki masalah atensi dan daya tarik kurangnya

daya ingatan serta memiliki keterlambatan dalam perkembangan (Mark

Durand dan David H. Barlow, 2007).

D. Kemampuan Perawatan Diri pada Anak dengan Down Syndrome

Kemampuan perawatan diri (Bina diri) merupakan Activity of Daily

Living (ADL) atau aktivitas kegiatan harian yang biasanya diajarkan pada

anak berkebutuhan khusus (ABK), bina diri mengacu pada kegiatan yang

bersifat pribadi, tetapi memiliki dampak dan berkaitan dengan human

relationship. Disebut pribadi karena mengandung pengertian bahwa

Page 53: KEMAMPUAN PERAWATAN DIRI PADA ANAK DENGAN DOWN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42329/1/HANNA... · DOWN SYNDROME DI YAYASAN PERSATUAN ORANG TUA ... sehingga

34

keterampilan-keterampilan yang diajarkan atau dilatih menyangkut kebutuhan

individu yang harus dilakukan sendiri tanpa bantuan oleh orang lain bila

kondisi memungkinkan sehingga dapat tercapai kemandirian. Bina diri (Self

Care/ Self Help Skill/ Personal Management) memiliki arti luas yaitu,

mengurus diri, menolong diri, dan merawat diri (Sudarsini, 2017).

Beberapa kegiatan rutin harian yang biasa diajarkan pada anak

berkebutuhan khusus meliputi kegiatan atau keterampilan mandi, makan,

menggosok gigi, dan ke kamar kecil (toilet). Kegiatan atau keterampilan

bermobilisasi (mobilitas), berpakaian dan merias diri (grooming) selain

berkaitan dengan aspek kesehatan juga berkaitan dengan aspek sosial budaya,

pakaian tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan yang bersifat biologis

material, tetapi juga berhubungan dengan pemenuhan kebutuhan sosial

psikologis (Sudarsini, 2017).

1. Ruang Lingkup Perawatan Diri pada Anak dengan Down Syndrome

Ruang lingkup keterampilan perawatan diri untuk anak

berkebutuhan khusus menurut Basuni (2012), Widya (2007) dan Dalton,

Abdallah, Cestari dan Fawcett (2010) meliputi:

a. Kebersihan diri, meliputi mandi, mengosok gigi, mencuci rambut,

mencuci tangan, buang air kecil, buang air besar dan cuci muka, cuci

kaki;

b. Makan dan minum, meliputi makan menggunakan tangan atau sendok,

minum menggunakan gelas atau sedotan;

c. Berpakaian, meliputi memilih pakaian, memakai baju, memakai celana

atau rok, memakai sepatu dan kaos kaki, dan berhias seperti menyisir

rambut, memakai bedak;

d. Pergerakan/ mobilisasi yaitu berpindah tempat dari tempat satu ke

tempat lain;

e. Sosialisasi yaitu pernyataan diri, pergaulan dengan anggota keluarga,

teman dan anggota masyarakat;

Page 54: KEMAMPUAN PERAWATAN DIRI PADA ANAK DENGAN DOWN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42329/1/HANNA... · DOWN SYNDROME DI YAYASAN PERSATUAN ORANG TUA ... sehingga

35

f. Tugas-tugas sederhana di rumah, meliputi pemeliharaan barang-barang

di rumah, pemeliharaan tempat sekeliling agar tetap menyenangkan,

pemeliharana temat bermain yang bersih dan aman, penyimpanan alat

bermain setelah dipakai;

g. Perlindungan diri yaitu menjaga keselamatan, meliputi menghindari

dan mengendalikan diri dari bahaya.

2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kemampuan Perawatan Diri

Anak dengan Down Syndrome

Pada anak dengan Down Syndrome beberapa faktor yang

mempengaruhi kemampuan anak dalam memenuhi kebutuhan perawatan

dirinya adalah usia. Usia anak yang berbeda memiliki kemampuan

pemenuhan kebutuhan yang berbeda pula. Faktor usia anak dihitung bukan

hanya berdasarkan usia kronologis atau usia sejak anak lahir, tetapi

ditetapkan berdasarkan usia mental yang mengalami perkembangan

selama 8 bulan setiap tahun kalender (Semiun, 2006).

Penelitian yang dilakukan oleh Ramawati (2012), mendapatkan

faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kemampuan perawatan diri pada

anak sekolah adalah: usia anak, kelemahan motorik anak dan pendidikan

orang tua. Penelitian lainnya dilakukan oleh Situmeang (2016),

mendapatkan faktor-faktor demografis yang mempengaruhi kemandirian

anak dalam memenuhi kebutuhan perawatan dirinya yaitu status akademik

atau pendidikan anak. Hasanah (2015), mendapatkan hasil penelitian

bahwa pola pengasuhan orang tua berperan besar dalam pembentukan

kemandirian anak down syndrome, pola pengasuhan akan membentuk

karakter anak dan mempengaruhi kemandirian anak down syndrome,

dikarenakan pembiasaan-pembiasaan yang diterapkan saat di rumah.

Berdasarkan hal tersebut diatas, maka peneliiti membuat

kesimpulan berdasarkan beberapa faktor yang dapat mempengaruhi

Page 55: KEMAMPUAN PERAWATAN DIRI PADA ANAK DENGAN DOWN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42329/1/HANNA... · DOWN SYNDROME DI YAYASAN PERSATUAN ORANG TUA ... sehingga

36

kemampuan anak down syndrome dalam melakukan perawatan diri,

anatara lain:

a. Faktor Internal (Karakteristik anak)

1) Usia

Usia pada anak dengan down syndrome tidak dapat disamakan

dengan usia perkembangan pada anak normal. Faktor usia anak

dihitung bukan hanya berdasarkan usia kronologis atau usia sejak

anak lahir, tetapi ditetapkan berdasarkan usia mental yang

mengalami perkembangan selama 8 bulan setiap tahun kalender.

Anak barau akan mencapai usia mental atau setara dengan

perkembangan anak usia 6 tahun ketika ia berusia 9 tahun secara

kronologis (Semiun, 2006; Ramawati, 2012).

2) Jenis Kelamin

Anak down syndrome dengan retardasi mental lebih banyak terjadi

pada anak laki-laki dibandingkan perempuan, rasio laki-laki

perempuan adalah 1,6:1,3 (Bezt & Linda, 2009).

3) Pendidikan/ status akademik

Status akademik atau pendidikan anak yang baik semakin baik

kemampuan kemandirian anak (Situmeang, 2016).

4) Kondisi fisik dan tingkat kesehatan

Banyak anak yang mengalami down syndrome, dengan diiringi

kelemahan motorik atau bahkan cacat tubuh. Anak juga renttang

terhadap infeksi dikarenakan imunitas yang kurang dan

kemampuan perawatan diri yang masih lemah (Pieter, Bethsaida, &

Marti, 2011; Ramawati, 2012).

b. Faktor Eksternal (Peran pemberi asuhan orang tua/ pengasuh)

pola pengasuhan orang tua berperan besar dalam pembentukan

kemandirian anak down syndrome, pola pengasuhan akan membentuk

karakter anak dan mempengaruhi kemandirian anak down syndrome,

dikarenakan pembiasaan-pembiasaan yang diterapkan saat di rumah

Page 56: KEMAMPUAN PERAWATAN DIRI PADA ANAK DENGAN DOWN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42329/1/HANNA... · DOWN SYNDROME DI YAYASAN PERSATUAN ORANG TUA ... sehingga

37

(Hasanah, 2015). Selain itu pola pengasuhan orang berperan besar

dalam kemandirian anak dengan pola pengasuhan yang baik anak akan

mampu melakukan kebersihan diri secara mandiri, anak akan mampu

mandiri bila orang-orang disekitarnya dapat membimbing anak

tersebut untuk memiliki kebiasaan mandiri (Apriliyanti, 2016).

E. Penelitian Terkait

1. Penelitian yang dilakukan Dewi (2017) yang berjudul hubungan pola asuh

orang tua dengan tingkat kemandirian anak retardasi mental ringan di

SDLB YPLB Banjarmasin. Desain penelitian ini adalah cross sectional.

Dengan teknik pengambilan sampel purposive sampling. Jumlah sampel

35 orang tua dari anak retardasi mental ringan. Instrument yang digunakan

adalah kuesioner. Hasil analisis menggunakan uji korelasi Spearman rank,

didapatkan ada hubungan yang bermakna antara pola asuh orang tua

dengan tingkat kemandirian anak retardasi mental ringan di Sekolah Dasar

Luar Biasa (SDLB) Yayasan Pendidikan Luar Biasa (YPLB) Banjarmasin

(p value=0,000). Didapatkan sebagian besar pola asuh orang tua adalah

otoriter sebanyak 25 orang (71,4%) dan sebagian besar anak yang

menderita retardasi mental ringan di SDLB YPLB Banjarmasin

mempunyai tingkat kemandirian ketergantungan ringan yaitu sebanyak 21

orang (60%). Sedangkan tingkat kemandirian anak dalam kategori sedang

yaitu sebanyak 4 orang (11,4%) dan dalam kategori mandiri sebanyak 10

orang (28,6%).

2. Penelitian yang dilakukan Situmeang (2016) yang berjudul hubungan

status demografi dan status akademik anak dengan kemandirian anak

retardasi mental di Sekolah Luar Biasa (SLB) Yayasan pembinaan anak

cacat manado. Desain penelitian ini adalah cross sectional. Dengan metode

pengambilan sampel purposive sampling. Jumlah sampel 40 responden,

dengan menggunakan instrument lembar observasi anak retardasi mental.

Hasil analisis menggunakan uji person chi square, didapatkan status sosio

demografi seperti usia (p=0,081), pendidikan (p=0,120), pekerjaan

Page 57: KEMAMPUAN PERAWATAN DIRI PADA ANAK DENGAN DOWN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42329/1/HANNA... · DOWN SYNDROME DI YAYASAN PERSATUAN ORANG TUA ... sehingga

38

(p=0,254) dan status akademik (p=0,000). Berdasarkan hasil tersebut dapat

disimpulkan tidak terdapat hubungan antara status sosio demografi

dengan kemandirian anak retardasi mental dan terdapat hubungan antara

status akademik dengan kemandirian anak retardasi mental. Diperoleh

sebagian besar kemandirian anak retardasi mental dalam kategori

tergantung yaitu sebanyak 25 orang (62,5%). Sedangkan kemandirian anak

retardasi mental dalam kategori mandiri yaitu sebanyak 15 orang (37,5%)

Page 58: KEMAMPUAN PERAWATAN DIRI PADA ANAK DENGAN DOWN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42329/1/HANNA... · DOWN SYNDROME DI YAYASAN PERSATUAN ORANG TUA ... sehingga

39

F. Kerangka Teori

Bagan 2.3 Kerangka Teori

Modifikasi dari teori Orem (2001), Asmadi (2008), Basuni (2012),Betz & Linda

(2009), Nursalam (2014), Apriliyanti (2016), Hasanah (2015), Semiun (2006), Pieter,

Bethsaida, & Marti (2011).

Down Syndrome

Kebutuhan perawatan

diri:

1. Kebutuhan perawatan

diri universal

2. Kebutuhan

perkembangan

perawatan diri

3. Kebutuhan perawatan

pada kondisi adanya

penyimpangan

kesehatan

Teori sistem keperawatan:

1. Sistem bantuan penuh

2. Sistem bantuan

sebagian

3. Sistem dukungan

pendidikan

Anak Down Syndrome

adalah anak sebelum

usia 18 tahun yang

memiliki Intelligence

quotient/ IQ dibawah

normal (65-75), dengan

mengalami keterbatasan

fungsi adaptif dan sosial.

Faktor-faktor yang mempengaruhi

kemampuan perawatan diri pada anak

dengan down sydnrome

Faktor internal, meliputi:

1. Usia

2. Jenis kelamin

3. Pendidikan

4. Tingkat kesehatan

5. Kondisi fisik

Faktor eksternal, meliputi:

pemberian asuhan orang tua/ pengasuh

Kemampuan perawatan diri pada anak down syndrome:

1. Kebersihan diri: mandi, mengosok gigi, mencuci rambut,

mencuci tangan, BAK, BAB, cuci muka, dan cuci kaki;

2. Makan dan minum: penggunaan peralatan makan dan

minum;

3. Berpakaian: memakai baju, celana atau rok, memakai

sepatu dan kaos kaki;

4. Pergerakan/ mobilisasi : berpindah dari tempat satu ke

tempat lain;

5. Sosialisasi: bersosialisasi dengan anggota keluarga,

teman dan anggota masyarakat;

6. Pekerjaan rumah: pemeliharaan barang-barang dan

tempat bermain di rumah agar bersih dan aman;

7. Perlindungan diri: menghindari dan mengendalikan diri

dari bahaya;

Keterbatasan fungsi adaptif, meliputi:

1. keterampilan komunikasi, 2. perawatan diri, 3. tinggal di rumah, 4. keterampilan interpersonal atau sosial, 5. penggunaan sumber masyarakat, 6. penunjukkan diri, 7. keterampilan akademik, 8. pekerjaan, 9. kesehatan, 10. keamanan

Page 59: KEMAMPUAN PERAWATAN DIRI PADA ANAK DENGAN DOWN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42329/1/HANNA... · DOWN SYNDROME DI YAYASAN PERSATUAN ORANG TUA ... sehingga

40

BAB III

KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

A. Kerangka Konsep

Kerangka konsep adalah sesuatu yang abstrak dari suatu realitas yang

dapat membantu peneliti menghubungkan hasil penemuan dengan teori agar

dapat dikomunikasikan sehingga dapat membentuk teori yang menjelaskan

keterkaitan antarvariabel (Nursalam, 2014). Sebuah penelitian memerlukan

kerangka konsep yaitu suatu model pendahuluan dari sebuah masalah

penelitian yang akan dilakukan dan menjadi refleksi dari hubungan variabel-

variabel yang akan diteliti. Kerangka konsep dibuat sesuai dengan literature

dan teori yang sudah ada (Swarjana, 2015).

Kerangka konsep dalam penelitian ini adalah gambaran kemampuan

perawatan diri anak dengan down syndrome di Yayasan POTADS Jakarta,

maka Peneliti membuat kerangka konsep yang digambarkan dalam bagan,

yaitu sebagai berikut:

Bagan 3.1 Kerangka Konsep

Kemampuan Perawatan

Diri (Self Care Agency)

1. Kebersihan diri

2. Makan dan minum

3. Berpakaian

4. Mobilisasi/ pergerakan

5. Sosialisasi/

perkembangan

6. Pekerjaan rumah

tangga

7. Perlindungan diri

Kemampuan Perawatan

Diri (Self Care Agency)

8. Kebersihan diri

9. Makan dan minum

10. Berpakaian

11. Mobilisasi

12. Sosialisasi dan

Anak dengandown

syndrome

Anak dengandown

syndrome

Mandiri

Bantuan penuh

Dibantu Sebagian

Bantuan sebagian Dibantu Total

Mandiri

Kebutuhan perawatan diri

(Self Care Demand)

menurut Orem1971:

1. Kebutuhan perawatan

diri universal

2. Kebutuhan

perkembangan perawatan

diri

3. Kebutuhan perawatan

pada kondisi adanya

penyimpangan kesehatan

Kebutuhan perawatan diri

(Self Care Demand)

menurut Orem1971:

4. Kebutuhan perawatan

diri universal

5. Kebutuhan

perkembangan perawatan

diri

Page 60: KEMAMPUAN PERAWATAN DIRI PADA ANAK DENGAN DOWN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42329/1/HANNA... · DOWN SYNDROME DI YAYASAN PERSATUAN ORANG TUA ... sehingga

41

B. Definisi Operasional

Definisi operasional adalah suatu definisi ketika variabel-variabel penelitian menjadi bersifat operasional.Definisi dari

operasional adalah menjadikan konsep yang bersifat abstrak menjadi operasional yang memudahkan pengukuran variabel tersebut

(Wasis, 2008).

Tabel 3.1 Definisi Operasional

No. Variabel Definisi Operasional Cara Ukur Alat Ukur Skala Ukur Hasil Ukur

Kemampuan

Perawatan Diri

Kekuatan yang dimiliki seorang

individu untuk memenuhi

kebutuhan perawatan diri pada 7

area perawatan diri, terdiri dari

1. Kebersihan diri

2. Makan dan minum

3. Berpakaian

4. Mobilisasi

5. Sosialisasi dan perkembangan

6. Pekerjaan rumah tangga

7. Perlindungan diri

Meminta orang tua/ pengasuh

untuk menjawab kuesioner

dengan memberikan ceklist (√)

pada kuesioner. Menggunakan

skala Likert, dengan skor 1-3

pada setiap pilihan jawaban, skor

total 63-189.

Kuesioner, item

pernyataan sejumlah

63 tentang

kemampuan

perawatan diri anak

Ordinal Penentuan tingkat kemampuan perawatan

diri ditentukan oleh skor total yang

diperoleh dari penjumlahan nilai jawaban,

skor selanjutnya dikelompokkan menjadi:

1. Mandiri : 162 - 189

2. Dibantu sebagian : 133 - 161

3. Dibantu Total : 63 - 132

1. Kebersihan Diri Kemampuan anak untuk menjaga

tubuh dalam keadaan bersih seperti

mandi, mencuci rambut, gosok gigi,

mencuci tangan, mencuci muka,

mencuci kaki

Memberikan ceklist (√) pada

kuesioner, dengan pilihan

jawaban

1. Selalu dibantu

2. Kadang dibantu

3. Tidak pernah dibantu

Kuesioner, item

pernyataan sejumlah

9 tentang kebersihan

diri

Ordinal 1. Mandiri : 23 – 27

2. Dibantu sebagian : 16 – 22

3. Dibantu Total : 9 - 15

Page 61: KEMAMPUAN PERAWATAN DIRI PADA ANAK DENGAN DOWN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42329/1/HANNA... · DOWN SYNDROME DI YAYASAN PERSATUAN ORANG TUA ... sehingga

42

No. Variabel Definisi Operasional Cara Ukur Alat Ukur Skala Ukur Hasil Ukur

2. Makan dan Minum Kemampuan anak dalam mencerna

makanan dan penggunaan alat

makan dan minum

Memberikan ceklist (√) pada

kuesioner, dengan pilihan

jawaban

1. Selalu dibantu

2. Kadang dibantu

3. Tidak pernah dibantu

Kuesioner, item

pernyataan sejumlah

7 tentang makan dan

minum

Ordinal 1. Mandiri : 20 – 21

2. Dibantu sebagian : 17 - 19

3. Dibantu total : 7 – 16

3. Berpakaian Kemampuan anak dalam

menggunakan dan melepaskan

pakaian

Memberikan ceklist (√) pada

kuesioner, dengan pilihan

jawaban

1. Selalu dibantu

2. Kadang dibantu

3. Tidak pernah dibantu

Kuesioner, item

pernyataan sejumlah

11 tentang

berpakaian

Ordinal 1. Mandiri : 28 - 33

2. Dibantu sebagian : 22 - 27

3. Dibantu total : 11 - 21

4. Mobilisasi/

Pergerakan

Kemampuan anak dalam bergerak

secara bebas, mudah dan teratur

untuk memenuhi kebutuhan diri

Memberikan ceklist (√) pada

kuesioner, dengan pilihan

jawaban

1. Selalu dibantu

2. Kadang dibantu

3. Tidak pernah dibantu

Kuesioner, item

pernyataan sejumlah

15 tentang

mobilisasi/

pergerakan

Ordinal 1. Mandiri : 43 - 45

2. Dibantu sebagian : 40 - 42

3. Dibantu total : 15 - 39

5. Sosialisasi dan

Perkembangan

Kemampuan anak dalam menulis,

membaca, berkomunikasi dan

bergaul dengan teman sebaya di

rumah dan sekolah

Memberikan ceklist (√) pada

kuesioner, dengan pilihan

jawaban

1. Selalu diawasi

2. Kadang diwasi

3. Tidak pernah diawasi

Kuesioner, item

pernyataan sejumlah

11 tentang

Sosialisasi dan

perkembangan

Ordinal 1. Mandiri : 28 - 33

2. Dibantu sebagian : 21 - 27

3. Dibantu total : 11 - 20

6. Pekerjaan Rumah

Tangga

Kemampuan anak dalam membantu

pekerjaan rumah tangga seperti

mencuci piring, menyapu lantai dan

merapikan tempat tidur

Memberikan ceklist (√) pada

kuesioner, dengan pilihan

jawaban

1. Tidak pernah mampu

2. Kadang mampu

3. Selalu mampu

Kuesioner, item

pernyataan sejumlah

7 tentang Pekerjaan

rumah tangga

Ordinal 1. Mandiri : 15 - 21

2. Dibantu sebagian : 10 - 14

3. Dibantu total : 7 - 9

Page 62: KEMAMPUAN PERAWATAN DIRI PADA ANAK DENGAN DOWN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42329/1/HANNA... · DOWN SYNDROME DI YAYASAN PERSATUAN ORANG TUA ... sehingga

43

7. Perlindungan Diri Kemampuan anak dalam

menghindarkan diri dari bahaya

Memberikan ceklist (√) pada

kuesioner, dengan pilihan

jawaban

1. Tidak pernah mampu

2. Kadang mampu

3. Selalu mampu

Kuesioner, item

pernyataan sejumlah

3 tentang

perlindungan diri

Ordinal 1. Mandiri : 8 - 9

2. Dibantu sebagian : 6 - 7

3. Dibantu total : 3 - 5

Karakteristik

Anak

1. Usia Anak Lama waktu hidup yang terhitung

sejak lahir sampai dengan ulang

tahun terakhir

Kuesioner Kuesioner

Demografi

Ordinal 1. 6-9 tahun

2. 10-13 tahun

3. 14-17 tahun

2. Jenis Kelamin

Anak

Ciri berdasarkan keadaan sistem

reproduksi

Kuesioner Kuesioner

Demografi

Nominal 1. Laki-laki

2. Perempuan

3. Pendidikan Anak Jenjang pendidikan formal yang

sedang ditempuh

Kuesioner Kuesioner

Demografi

Ordinal 1. SD

2. SMP

3. SMA

4. Riwayat Penyakit Perjalanan/ perkembangan penyakit,

dimulai sejak terjadinya paparan

agen hingga terjadinya penyakit

Kuesioner Kuesioner

Demografi

Nominal 1. Ada

2. Tidak Ada

5. Kelemahan Fisik Keterbatasan kemampuan secara

fisik, baik pada penglihatan,

pendengaran, anggota gerak atas

dan bawah

Kuesioner Kuesioner

Demografi

Nominal 1. Ada

2. Tidak Ada

6. Merawat/

Mengasuh

Memelihara/ mengurus/ menjaga/

segala sesuatu yang berkaitan

dengan perawatan anak

Kuesioner Kuesioner

Demografi

Nominal 1. Orang Tua

2. Pengasuh

Page 63: KEMAMPUAN PERAWATAN DIRI PADA ANAK DENGAN DOWN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42329/1/HANNA... · DOWN SYNDROME DI YAYASAN PERSATUAN ORANG TUA ... sehingga

44

BAB IV

METODOLOGI PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Desain penelitian merupakan rancangan penelitian yang terdiri atas

beberapa komponen yang menyatu satu sama lain untuk memperoleh data dan

atau/ fakta dalam rangka menjawab pertanyaan atau masalah penelitian

(Lapau, 2013). Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif yang menggunakan

jenis penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif bertujuan untuk

mendeskripsikan atau memaparkan peristiwa-peristiwa penting yang terjadi,

deskripsi peristiwa dilakukan secara sistematis dan lebih menekankan pada

data faktual daripada penyimpulan (Nursalam, 2014). Penelitian ini bertujuan

untuk melihat gambaran kemampuan perawatan diri pada anak dengan

downsyndrome. Penelitian ini dilakukan dengan mengumpulkan data melalui

pertanyaan terstruktur atau kuesioner penelitian.

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Ceria Down Syndrome (RCDS)

Yayasan Persatuan Orang Tua Anak dengan Down Syndrome (POTADS)

Jakarta.Waktu penelitian terkait pengumpulan data dilaksanakan pada bulan

Februari-Mei 2018.

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari objek/subjek

yang akan menjadi sasaran generalisasi dari sampel yang akan diambil,

mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh

peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono,

2014). Populasi dalam penelitian ini adalah semua orang tua/ pengasuh

dari anak dengan down syndrome di Rumah Ceria Down

Page 64: KEMAMPUAN PERAWATAN DIRI PADA ANAK DENGAN DOWN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42329/1/HANNA... · DOWN SYNDROME DI YAYASAN PERSATUAN ORANG TUA ... sehingga

45

Syndrome(RCDS) Yayasan Persatuan Orang Tua Anak dengan Down

Syndrome (POTADS) Jakarta.

2. Sampel

Sampel adalah sebagian dari keseluruhan objek atau bagian dari

jumlah dan karakteristik yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh

populasi yang akan dipilih untuk dipelajari (Sugiyono, 2014). Sampel

yang di ambil pada penelitian ini adalah orang tua/ pengasuh dari anak

dengan down syndrome di Rumah Ceria Down Syndrome (RCDS)

Yayasan Persatuan Orang Tua Anak dengan Down Syndrome (POTADS).

Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini

adalah menggunakan teknik sampling jenuh atau total sampling yaitu

teknik pengambilan sampel yang mewakili jumlah populasi, semua

populasi digunakan sebagai sampel. Teknik ini digunakan jika jumlah

populasi relatif kecil (Sugiyono, 2014). Populasi anak dengan down

syndrome di Rumah Ceria Down Syndrome (RCDS) Yayasan Persatuan

Orang Tua Anak dengan Down Syndrome (POTADS) relatif kecil yaitu

sebanyak 45 anak yang aktif dalam melakukan terapi, maka besar sampel

yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah 45 responden. Sampel yang

terlibat dalam penelitian ini adalah seluruh orang tua/ pengasuh dari anak

dengan down syndrome.

Kriteria inklusi pada responden yang akan digunakan untuk

penelitian ini adalah:

a. Orang tua/ pengasuh dari anak dengan down syndrome.

b. Orang tua/ pengasuh dari anak dengan down syndrome yang berusia

minimal 6 tahun atau minimal sedang menempuh pendidikan Sekolah

Dasar yang tergabung di Yayasan POTADS Jakarta.

c. Orang tua/ pengasuh dari anak down syndrome yang sedang

melakukan sesi terapi setidaknya 1 kali dalam seminggu.

Page 65: KEMAMPUAN PERAWATAN DIRI PADA ANAK DENGAN DOWN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42329/1/HANNA... · DOWN SYNDROME DI YAYASAN PERSATUAN ORANG TUA ... sehingga

46

d. Orang tua/ pengasuh bersedia berpartisipasi menjadi responden dalam

penelitian ini.

D. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian yang digunakan oleh peneliti berupa kuesioner

yaitu merupakan daftar pertanyaan yang telah disusun untuk memperoleh data

sesuai yang diinginkan peneliti (Wasis, 2008).Kuesioner penelitian ini terdiri

dari dua bagian, yaitu kuesioner demografi dan kuesioner kemampuan

perawatan diri.

1. Kuesioner bagian pertama yaitu berupa data demografi tentang

karakteristik anak yang meliputi usia, jenis kelamin, pendidikan, riwayat

kesehatan sekarang, kelemahan/ kelainan fisik, dan mengasuh/ merawat

anak dengan down syndrome.

2. Kuesioner bagian kedua yaitu berupa lembar pernyataan tentang

kemampuan perawatan diri. Kuesioner kemampuan perawatan diri pada

anak tuna grahita oleh Ramawati (2012) berdasarkan modifikasi instrumen

Pediatric Evaluation of Disability Inventory (PEDI) (Ostensjo, dkk, 2006)

dan Child and Adolescent Self Care Performance Questionnaire (SPQ)

(Jaimovich, dkk, 2009). Kuesioner ini terdiri dari 63 item pernyataan

tentang kemampuan perawatan diri, pernyataan telah diedit menjadi 7

subvariabel area kemampuan perawatan diri, pernyataan dengan

menggunakan skala pengukuran yaitu skala Likert dengan poin 1-3 total

skor dari 63-189, dengan pilihan jawaban selalu dibantu, kadang-kadang

dibantu, dan tidak pernah dibantu.

Page 66: KEMAMPUAN PERAWATAN DIRI PADA ANAK DENGAN DOWN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42329/1/HANNA... · DOWN SYNDROME DI YAYASAN PERSATUAN ORANG TUA ... sehingga

47

Tabel 4.1 Uraian Kuesioner Penelitian

Sub-variabel

Pertanyaan Nomor Kuesioner Jumlah Pertanyaan

Kebersihan diri 1,2,3,4,5,6,7,8,9 9

Makan dan minum 1,2,3,4,5,6,7 7

Berpakaian 1,2,3,4,5,6,7,8,9,10,11 11

Mobilisasi/ pergerakan 1,2,3,4,5,6,7,8,9,10,11,12,13,14,15 15

Sosialisasi/ perkembangan 1,2,3,4,5,6,7,8,9,10,11 11

Pekerjaan rumah tangga 1,2,3,4,5,6,7 7

Perlindungan diri 1,2,3 3

Total 63

E. Uji Validitas dan Reliabilitas

Kuesioner harus diuji validitas dan reliabilitas agar terukur

keabsahannya.Kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini terlebih dahulu

dilakukan uji validitas dengan rumus Pearson Product Moment dan dicari

reliabilitasnya dengan menggunakan metode Alpha Cronbach.

1. Uji Validitas

Validitas adalah suatu kebenaran atau keakuratan yang

menunjukkan seberapa tepat alat ukur untuk menunjukkan apa yang

seharusnya di ukur (Nurbaiti, 2010). Pada penelitian ini peneliti

melakukan uji validitas instrumen dengan teknik korelasi pearson product

moment (Haston, 2006). Uji validitas instrumen dengan menggunakan

teknik korelasi pearson product moment. Hasil r hitung kita bandingkan

dengan r tabel dimana df = n-2 dengan sig 5% (Suwarjeni, 2015). Jika r

hitung > r table maka pertanyaan dikatakan valid, dan jika r hitung < r

table maka pertanyaan tersebut dinyatakan tidak valid (Arikunto, 2006).

2. Uji Reliabilitas

Reliabilitas adalah gambaran seberapa jauh pengukuran yang

diperoleh dengan menggunakan instrument jika di ulang akan

menghasilkan hasil yang sama atau konsisten (Nurbaeti & Utomo, 2010).

Page 67: KEMAMPUAN PERAWATAN DIRI PADA ANAK DENGAN DOWN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42329/1/HANNA... · DOWN SYNDROME DI YAYASAN PERSATUAN ORANG TUA ... sehingga

48

Untuk itu perlu dilakukan uji reliabilitas untuk mengukur stabilitas dan

konsistensi variabel-variabel yang diukur melalui kuesioner.Uji reliabilitas

dapat dilakukan secara bersama-sama terhadap seluruh butir

pertanyaan.Adapun uji reliabilitas instrumen penelitian ini menggunakan

rumus Alpha Cronbach. Jika nilai Alpha > 0,60 maka reliabel. Rentang

koefisien berada pada 0-1,00. Tingkat reliabilitas akan semakin tinggi

apabila koefisien mendekati angka 1,00 dan akan semakin rendah bila

koefisien mendekati 0 (Azwar, 2012).

Adapun tabel koefisien Alpha Cronbach menurut Guilford

(Sugiyono, 2007):

Tabel 4.2 Koefisien Reliabilitas Alpha Cronbach

Kriteria Koefisien

Sangat reliable >0,900

Reliabel 0,700

Cukup reliable 0,400-0,700

Kurang reliable 0,200-0,400

Tidak reliable <0,200

3. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas

Uji coba kuesioner dilakukan pada tanggal 7 April 2018 terhadap

26 responden yang memiliki anak dengan down syndrome yang mengikuti

terapi di Rumah Ceria Down Syndrome (RCDS) usia minimal 5 tahun atau

minimal sedang menempuh pendidikan Sekolah Dasar (SD) di Yayasan

POTADS Bandung. Tujuan dari uji coba kuesioner ini untuk mengetahui

apakah pernyataan-pernyataan tersebut valid serta dapat dimengerti atau

tidak dimengerti oleh responden.Penelitian ini peneliti menggunakan

kuesioner yang dibuat oleh Ramawati (2012).Peneliti mengedit pernyataan

menjadi 7 subvariabel area kemampuan perawatan diri yang sebelumnya

adalah 9 subvariabel. Setelah instrument sudah sesuai dengan aspek-aspek

Page 68: KEMAMPUAN PERAWATAN DIRI PADA ANAK DENGAN DOWN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42329/1/HANNA... · DOWN SYNDROME DI YAYASAN PERSATUAN ORANG TUA ... sehingga

49

yang akan diukur dengan berlandaskan teori, maka selanjutnya kuesioner

dapat digunakan.

Pertanyaan atau pernyataan yang memiliki nilai validitas di bawah

r tabel tidak diikutkan dalam proses analisis (nilai r tabel dengan n = 26

adalah 0,401) kecuali untuk pernyataan yang dianggap penting. Hasil uji

coba kuesioner didapatkan bahwa dari 63 pernyataan yang sudah diberikan

ada 45 pernyataan pada kuesioner yang valid karena r hitung ≥ dari r tabel.

Berikut adalah tabel r hitung kuesioner

Tabel 4.3 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Kuesioner

No. Item Pernyataan

Kuesioner

Nilai

Validitas

Nilai

reliabilitas

R. Tabel untuk 26

responden adalah ≥

0,401

Alpha Cronbach ≥

0,60

1. Kebersihan Badan 0,575 – 0,776

0,953

2. Makan dan Minum 0,317 – 0,633

3. Berpakaian 0,156 – 0,772

4. Mobilisasi/ Pergerakan -0,108 – 0,599

5. Sosialisasi dan

Perkembangan 0,374 – 0,660

6. Pekerjaan Rumah Tangga 0,573 – 0,741

7. Perlindungan Diri 0,379 – 0,602

Uji validitas ke lapangan telah dilakukan kemudian selanjutnya

dilakukan uji konten dengan dosen expert, hasil uji konten 3 pernyataan

yang tidak valid yaitu pernyataan 11, 23, 24, 28, 29, 30, 31, 32, 33, 34, 35,

39, 40, 41, 42, 44, 53, dan 62 tetap ditambahkan dalam kuesioner

penelitian karena pernyataan itu harus ada dalam kuesioner untuk

mengukur tingkat kemampuan anak, akan tetapi dari 18 pernyataan itu

bentuk kalimat pernyataan di rubah lebih singkat dan jelas.

Hasil uji reliabilitas kuesioner adalah dinyatakan reliabel karena

Cronbach’s Alpha yang didapat > 0,60, yaitu dengan Cronbach’s Alpha =

0,953.

Page 69: KEMAMPUAN PERAWATAN DIRI PADA ANAK DENGAN DOWN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42329/1/HANNA... · DOWN SYNDROME DI YAYASAN PERSATUAN ORANG TUA ... sehingga

50

F. Prosedur Pengumpulan Data

Proses-proses dalam pengumpulan data pada penelitian ini melalui

beberapa tahap antara lain:

1. Pembuatan surat izin studi pendahuluan untuk observasi dan pengambilan

data dari Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta ke Ketua Rumah Ceria Down Syndrome Yayasan

POTADS Jakarta.

2. Mengajukan dan menyerahkan surat permohonan ijin dengan menjelaskan

proses pengambilan data yang akan dilakukan kepada pengurus Ceria

Down Syndrome Yayasan POTADS Jakarta.

3. Pengambilan data awal untuk mengetahui populasi dan jumlah sampel

penelitian serta melakukan wawancara sebagai studi pendahuluan kepada

pengurus Rumah Ceria Down Syndrome Yayasan POTADS Jakarta.

4. Melakukan uji validitas dan reliabilitas terhadap kuesioner yang digunakan

pada penelitian, sebelum pengambilan data penelitian.

5. Setelah sudah mendapatkan jumlah responden yang dibutuhkan, peneliti

menghubungi kembali pengurus Rumah Ceria Down Syndrome Yayasan

POTADS Jakarta untuk mendapatkan perizinan akan waktu yang dapat

digunakan peneliti dalam proses pengambilan data.

6. Peneliti mendapatkan penjelasan mengenai cara pengambilan data yang

dapat mempermudah peneliti, dikarenakan sulit untuk melakukan

pengambilan data secara langsung ke Rumah Ceria Down Syndrome

Yayasan POTADS Jakarta, karena setiap anak tidak selalu didampingi

orang tua dalam melakukan terapi dan dalam seminggu terkadang anak

hanya mendapatkan satu kali jadwal terapi.

7. Peneliti meminta kontak nomor para orang tua atau pengasuh dari anak

dengan down syndrome yang dapat dihubungi kepada ketua Rumah Ceria

Down Syndrome Yayasan POTADS Jakarta.

8. Setelah kontak nomor didapatkan selanjutnya peneliti menghubungi setiap

responden dan menjelaskan mengenai tujuan penelitian, manfaat

Page 70: KEMAMPUAN PERAWATAN DIRI PADA ANAK DENGAN DOWN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42329/1/HANNA... · DOWN SYNDROME DI YAYASAN PERSATUAN ORANG TUA ... sehingga

51

penelitian, kerahasiaan informasi yang diberikan responden kepada

peneliti serta meminta kesediaannya untuk dapat mengisi kuesioner

tersebut dan meminta kerja sama responden untuk menjawab pertanyaan

dalam kuesioner secara jujur sesuai dengan keadaan anak sekarang.

9. Peneliti memberikan daftar pertanyaan dan menyerahkan kepada

responden kemudian meminta responden untuk menyetujui lembar

persetujuan sebelum mengisi lembar pertanyaan. Pemberian daftar

pertanyaan dilakukan dengan dua cara yaitu dengan mengirim kuesioner

melalui email dan wawancara melalui telepon.

10. Peneliti memberi daftar pertanyaan dengan cara yang pertama mengirim

kuesioner melalui email sebanyak 28 responden dan cara yang kedua

wawancara melalui telepon sebanyak 17 respoonden.

11. Bagi responden yang tidak bisa mengisi kuesioner melalui email, peneliti

menghubungi responden dengan menghubungi kontak nomor responden

tersebut, sebelumnya peneliti akan meminta kesediaan responden tersebut

untuk dilakukannya wawancara melalui telepon.

12. Responden diberikan kesempatan untuk bertanya kepada peneliti apabila

ada yang tidak jelas dengan kuesioner.

G. Pengolahan dan Analisis Data

1. Pengolahan Data

Pengolahan data merupakan bagian dari rangkaian kegiatan yang

dilakukan setelah pengumpulan data.Langkah-langkah pengolahan data

meliputi editing, coding, processing, dan tabulating (Lapau, 2013).

a. Editing adalah tahapan kegiatan memeriksa validitas data yang masuk

seperti memeriksa kelengkapan pengisian kuesioner, kejelasan

jawaban relevansi jawaban, dan keseragaman suatu pengukuran.

b. Coding adalah tahapan kegiatan mengklasifikasi data dan jawaban

menurut kategori masing-masing sehingga memudahkan dalam

pengelompokan data.

Page 71: KEMAMPUAN PERAWATAN DIRI PADA ANAK DENGAN DOWN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42329/1/HANNA... · DOWN SYNDROME DI YAYASAN PERSATUAN ORANG TUA ... sehingga

52

c. Processing adalah tahapan kegiatan memperoses data agar data

dianalisis. Pemrosesan data dilakukan dengan cara meng-entry

(memasukkan) data hasil pengisian kuesioner ke dalam master tabel

atau database komputer.

d. Cleaning adalah tahapan kegiatan pengecekan kembali data yang

sudah di-entry dan melakukan koreksi bila terdapat kesalahan.

e. Tabulating adalah tahapan kegiatan pengorganisasian data sedemikian

rupa sehingga mudah untuk dijumlahkan, disusun, dan ditata untuk

disajikan dan dianalisis.

2. Analsis Data

Analisis Univariat

Analisis data pada penelitian ini menggunakan analisis univariat

adalah digunakan untuk menjabarkan secara deskriptif mengenai distribusi

frekuensi dari proporsi masing-masing variabel yang diteliti.Analisis ini

bertujuan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan karakteristik setiap

variabel penelitian (Sumantri, 2015).Fungsi analisis adalah meringkas dan

menyederhanakan kumpulan data hasil pengukuran sedemikian rupa

sehingga menjadi informasi yang dapat dibaca (Haston, 2006). Pada

penelitian ini menyajikan analisis univariat yaitu mengidentifikasi

karakteristik yang meliputi usia anak, jenis kelamin anak, dan pendidikan

anak dan kemampuan perawatan diri pada anak down syndrome.

H. Etika Penelitian

Peneliti mempunyai kewajiban kepada subjek penelitian yaitu

menghormati hak dan integritas kemanusiaan, jika penelitian yang dilakukan

menggunakan manusia sebagai subjek. Prinsip-prinsip etik penelitian adalah

sebagai berikut (Wasis, 2008):

Page 72: KEMAMPUAN PERAWATAN DIRI PADA ANAK DENGAN DOWN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42329/1/HANNA... · DOWN SYNDROME DI YAYASAN PERSATUAN ORANG TUA ... sehingga

53

1. Otonomi

Prinsip kebebasan yaitu hak untuk memilih disertakan atau tidak dalam

informed consent. Informed consent adalah suatu bentuk persetujuan yang

telah diterima sujek penelitian setelah mendapatkan keterangan yang jelas

mengenai prosedur, tujuan, manfaat dan dampak yang timbul pada

penelitian yang dilakukan.

2. Beneficence

Peneliti harus berupaya agar setiap tindakan yang diberikan kepada subjek

penelitian mengandung prinsip kebaikan (promote good).

3. Nonmaleficence

Penelitian yang dilakukan hendaknya tidak mengandung unsur bahaya

atau merugikan seseorang, jika mendatangkan bahaya sebaiknya penelitian

tersebut dihentikan.

4. Confidentiality

Peneliti wajib merahasiakan data-data yang sudah dikumpulkan. Jawaban

tanpa nama dapat dipakai dan subjek penelitian dianjurkan tidak

menyebutkan identitasnya. Apabila sifat penelitian menuntut peneliti

mengetahui identitas subjek, maka peneliti harus memperoleh persetujuan

terlebih dahulu serta mengambil langkah-langkah dalam menjaga

kerahasiaan dan melindungi jawaban tersebut.

5. Veracity

Penelitian yang dilakukan harus dijelaskan secara jujur tentang manfaat,

efeknya, dan yang didapat jika subjek penelitian dilibatkan dalam

penelitian tersebut.

6. Justice

Prinsip keadilan meunjukkan bahwa peneliti harus adil dalam memberikan

perlakuan.

Page 73: KEMAMPUAN PERAWATAN DIRI PADA ANAK DENGAN DOWN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42329/1/HANNA... · DOWN SYNDROME DI YAYASAN PERSATUAN ORANG TUA ... sehingga

54

BAB V

HASIL PENELITIAN

Bab ini menyajikaan data hasil penelitiann yang meliputi karakteristik

responden, kemampuan perawatan diri pada anak dengan down syndrome di

Yayasan Persatuan Orang Tua Anak dengan Down Syndrome di Jakarta tahun

2018. Penelitian ini dilakukan selama 3 minggu, dengan pembagian kuesioner

yang dilakukan di Rumah Ceria Down Syndrome (RCDS) Yayasan Persatuan

Orang Tua Anak dengan Down Syndrome (POTADS) Jakarta.

A. Gambaran Umum Tempat Penelitian

Rumah Ceria Down Syndrome (RCDS) Yayasan Persatuan Orang Tua

Anak dengan Down Syndrome (POTADS) Jakarta berada di Jalan Pejaten

Barat No. 16E Griya Patria, Ragunan, Pasar Minggu, Kota Jakarta Selatan

Provinsi Jakarta, Rumah Ceria Down Syndrome (RCDS) Yayasan POTADS

Jakarta merupakan rumah bagi anak-anak penyandang down syndrome untuk

menyalurkan bakat dan sebagai pusat informasi untuk para orang tua bagi

anak penyandang down syndrome. Rumah Ceria Down Syndrome (RCDS)

diresmikan pada 31 Juli 2016 dan difungsikan sebagai kantor pusat POTADS.

Rumah Ceria Down Syndrome (RCDS) berlantaikan dua, pada lantai pertama

digunakan sebagai kantor dan lantai dua digunakan untuk aktivitas tumbuh

kembang anak-anak dengan down syndrome yaitu berupa pemberian terapi

untuk meningkatkan kemampuan anak.

Yayasan Persatuan Orang Tua Anak dengan Down Syndrome

(POTADS) yang menaungi Rumah Ceria Down Syndrome (RCDS) didirikan

pada tanggal 28 Juli 2003.POTADS merupakan Yayasan yang

memberdayakan orang tua anak dengan down syndrome agar selalu

bersemangat untuk membantu tumbuh kembang anak secara maksimal,

sehingga mampu menjadi pribadi yang mandiri. Yayasan POTADS memiliki

cabang di berbagai daerah dengan nama Pusat Informasi dan Kegiatan

Page 74: KEMAMPUAN PERAWATAN DIRI PADA ANAK DENGAN DOWN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42329/1/HANNA... · DOWN SYNDROME DI YAYASAN PERSATUAN ORANG TUA ... sehingga

55

POTADS (PIK POTADS), meliputi Bandung, Yogyakarta, Surabaya, Medan,

Padang, Lampung, Bali, dan Kalimantan Timur.

Visi dari Yayasan POTADS adalah “menjadi pusat informasi dan

konsultasi terlengkap tentang down syndrome di Indonesia”. Dengan Motto “

Aku Ada Aku Bisa, yaitu kalimat pembangkit semangat orang tua dan anak

sehingga akan selalu berusaha mencapai yang terbaik, yang berarti bahwa

manusia dengan down syndrome itu merupakan ciptaan Tuhan dengan segala

kelebihan dan kekurangannya, tetapi tetap bisa dan mampu berbuat seperti

manusi lainnya”.

Misi dari Yayasan POTADS adalah sebagai berikut:

1. Memiliki pusat infromasi yang dapat diakses 24 jam baik melalui surat,

telepon, internet, ataupun media komunikasi lainnya.

2. Menyediakan informasi terkini tentang perkembangan Down Syndrome

baik secara ilmiah maupun dari pengalaman orang lain.

3. Menyebarluaskan infromasi mengenai Down Syndrome kepada anggota

yang membutuhkan dan tempat-tempat yang akan diakses oleh para orang

tua yang memiliki anak dengan Down Syndrome, seperti rumah sakit,

klinik, puskesmas sampai ke posyandu.

4. Memberikan konsultasi secara kelompok maupun individu sesuai dengan

kebutuhan.

5. Menyelenggarakan kegiatan-kegiatan yang mendukung penyebarluasan

informasi tentang Down Syndrome kepada masyarakat luas.

6. Menyelenggarakan kegiatan-kegiatan yang akan mendorong masyarakat

untuk lebih peduli dan menghargai, sehingga mereka dapat memberi

kesempatan yang sama untuk berkembang dalam berbagai bidang

(pendidikan, seni & budaya, dan lain-lain).

Page 75: KEMAMPUAN PERAWATAN DIRI PADA ANAK DENGAN DOWN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42329/1/HANNA... · DOWN SYNDROME DI YAYASAN PERSATUAN ORANG TUA ... sehingga

56

B. Hasil Analisa Univariat

1. Gambaran Karakteristik Anak

a. Usia Anak

Tabel 5.1

Distribusi Frekuensi Anak dengan Down Syndrome Berdasarkan

Usia Anak di Yayasan POTADS Jakarta Tahun 2018 (N= 45)

Usia Anak n Presentase (%)

6-9 tahun 30 66,7

10-13 tahun 8 17,8

14-17 tahun 7 15,6

Jumlah 45 100

Berdasarkan tabel 5.1 distribusi frekuensi anak dengan down

syndrome di Yayasan POTADS Jakarta berdasarkan usia dari 45

responden adalah sebagian besar anak dengan down syndrome yaitu

berusia 6-9 tahun sebanyak 30 orang (66,7%), sedangkan usia 10-13

tahun sebanyak 8 orang (17,8%), dan usia 14-17 tahun sebanyak 7

orang (15,6%).

b. Jenis Kelamin Anak

Tabel 5.2

Distribusi Frekuensi Anak dengan Down Syndrome Berdasarkan

Jenis Kelamin Anak di Yayasan POTADS Jakarta Tahun 2018

(N= 45)

Jenis Kelamin n Presentase (%)

Laki-laki 29 64,4

Perempuan 16 35,6

Jumlah 45 100

Berdasarkan tabel 5.2 distribusi frekuensi anak dengan down

syndrome di Yayasan POTADS Jakarta berdasarkan jenis kelamin dari

45 responden didapatkan bahwa sebagian besar anak dengan

Page 76: KEMAMPUAN PERAWATAN DIRI PADA ANAK DENGAN DOWN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42329/1/HANNA... · DOWN SYNDROME DI YAYASAN PERSATUAN ORANG TUA ... sehingga

57

downsyndrome adalah berjenis kelamin laki-laki yaitu sebanyak 29

orang (64,4%) dan perempuan yaitu sebanyak 16 orang (35,6%).

c. Pendidikan Anak

Tabel 5.3

Distribusi Frekuensi Anak dengan Down Syndrome Berdasarkan

Pendidikan Anak di Yayasan POTADS Jakarta Tahun 2018

(N= 45)

Pendidikan n Presentase (%)

SD 36 80,0

SMP 6 13,3

SMA 3 6,7

Jumlah 45 100

Berdasarkan tabel 5.3 distribusi frekuensi anak dengan down

syndrome di Yayasan POTADS Jakarta berdasarkan pendidikan dari

45 responden didapatkan bahwa anak lebih banyak berpendidikan SD

yaitu sebanyak 36 orang (80,0%), sedangkan pendidikan SMP

sebanyak 6 orang (13,3%), sedangkan pendidikan SMA yaitu sebanyak

3 orang (6,7%).

d. Riwayat Penyakit Sekarang

Tabel 5.4

Distribusi Frekuensi Anak dengan Down Syndrome Berdasarkan

Riwayat Penyakit Anak di Yayasan POTADS Jakarta Tahun 2018

(N= 45)

Riwayat Penyakit n Presentase (%)

Ada 11 24,4

Tidak Ada 34 75,6

Jumlah 45 100

Berdasarkan tabel 5.4 distribusi frekuensi anak dengan down

syndrome di Yayasan POTADS Jakarta berdasarkan riwayat penyakit

dari 45 responden adalah sebagian besar anak dengan down

syndromedengan tidak ada riwayat penyakit sebanyak 34 orang

Page 77: KEMAMPUAN PERAWATAN DIRI PADA ANAK DENGAN DOWN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42329/1/HANNA... · DOWN SYNDROME DI YAYASAN PERSATUAN ORANG TUA ... sehingga

58

(75,6%) dan ada riwayat penyakit yaitu sebanyak 11 orang (24,4%),

meliputi gastritis, asma, jantung bocor ventrikular septa defek (vsd)

dan persisten duktus arteriosus (pda), hipotiroid, jantung, hernia,

bronco pneumonia, dan alergi.

e. Kelemahan/ Kelainan Fisik Anak

Tabel 5.5

Distribusi Frekuensi Anak dengan Down Syndrome Berdasarkan

Kelemahan/ Kelainan Fisik Anak di Yayasan POTADS Jakarta

Tahun 2018 (N= 45)

Kelemahan/

KelainanFisik n Presentase (%)

Ada 8 17,8

Tidak Ada 37 82,2

Jumlah 45 100

Berdasarkan tabel 5.5 distribusi frekuensi anak dengan down

syndrome di Yayasan POTADS Jakarta berdasarkan kelemahan/

kelainan fisik dari 45 responden adalah sebagian besar anak dengan

down syndrome dengan tidak ada kelemahan/ kelainan fisik yaitu

sebanyak 37 orang (82,2%) dan ada kelemahan/ kelainan fisik

sebanyak 8 orang (17,8%), meliputi kelemahan penglihatan yaitu

sebanyak 6 orang (75%) dan kelemahan kedua kaki yaitu sebanyak 2

orang (25%).

f. Merawat/ Mengasuh Anak

Tabel 5.6

Distribusi Frekuensi Anak dengan Down Syndrome Berdasarkan

Merawat/ Mengasuh Anak di Yayasan POTADS Jakarta Tahun

2018 (N= 45)

Merawat/ Mengasuh n Presentase (%)

Orang Tua 38 84,4

Pengasuh 7 15,6

Jumlah 45 100

Page 78: KEMAMPUAN PERAWATAN DIRI PADA ANAK DENGAN DOWN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42329/1/HANNA... · DOWN SYNDROME DI YAYASAN PERSATUAN ORANG TUA ... sehingga

59

Berdasarkan tabel 5.6 distribusi frekuensi anak dengan down

syndrome di Yayasan POTADS Jakarta berdasarkan merawat/

mengasuh dari 45 responden adalah sebagian besar anak dengan down

syndrome dirawat/ diasuh orang tua yaitu sebanyak 38 orang (84,4%)

dan dirawat/ diasuh pengasuh sebanyak 7 orang (15,6%).

2. Gambaran Kemampuan Perawatan Diri

a. Kemampuan Perawatan Diri pada Anak dengan Down Syndrome

Tabel 5.7

Distribusi Frekuensi Anak dengan Down Syndrome Berdasarkan

Kemampuan Perawatan Diri Anak di Yayasan POTADS Jakarta

Tahun 2018 (N= 45)

Kemampuan Perawatan

Diri n Presentase (%)

Mandiri 10 22,2

Dibantu Sebagian 24 53,3

Dibantu Total 11 24,4

Jumlah 45 100

Berdasarkan tabel 5.7 distribusi frekuensi anak dengan down

syndrome di Yayasan POTADS Jakarta dari 45 responden yang diteliti

bahwa sebagian besar kemampuan perawatan diri pada anak adalah

dibantu sebagian yaitu sebanyak 24 orang (53,3%), sedangkan yang

dibantu total yaitu sebanyak 11 orang (24,4%) dan yang mandiri

sebanyak 10 orang (22,2%).

Page 79: KEMAMPUAN PERAWATAN DIRI PADA ANAK DENGAN DOWN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42329/1/HANNA... · DOWN SYNDROME DI YAYASAN PERSATUAN ORANG TUA ... sehingga

60

Tabel 5.8

Distribusi Frekuensi Anak dengan Down SyndromeBerdasarkan

Sub-variabel Kemampuan Perawatan Diri Anak di Yayasan

POTADS Jakarta Tahun 2018 (N= 45)

Sub-variabel

Perawatan Diri

Kemampuan

Jumlah Mandiri

Dibantu

Sebagian

Dibantu

Total

n % n % n % n %

Kebersihan Badan 15 33,3 22 48,9 8 17,8 45 100

Makan dan Minum 22 48,9 13 28,9 10 22,2 45 100

Berpakaian 12 26,7 24 53,3 9 20,0 45 100

Mobilisasi/ Pergerakan 15 33,3 21 46,7 9 20,0 45 100

Sosialisasi dan

Perkembangan 12 26,7 23 51,1 10 22,2 45 100

Pekerjaan Rumah Tangga 13 28,9 25 55,6 7 15,6 45 100

Perlindungan Diri 21 46,7 18 40,0 6 13,3 45 100

Berdasarkan tabel 5.8 distribusi frekuensi anak dengan down

syndrome di Yayasan POTADS Jakarta dari 45 responden

berdasarkan subvariabel perawatan diri menunjukkan bahwa distribusi

frekuensi kemampuan perawatan diri yang dibantu sebagian dari

masing-masing subvariabel relatif sama yang terbanyak adalah

pekerjaan rumah tangga yaitu sebanyak 25 orang (55,6%) dan yang

paling sedikit adalah makan dan minum yaitu sebanyak 13 orang

(28,9%).

Sedangkan pada kemampuan perawatan diri yang mandiri dari

masing-masing subvariabel relatif sama yang terbanyak adalah makan

dan minum yaitu sebanyak 22 orang (48,9%), dan yang paling sedikit

adalah berpakaian dan sosialisasi/ perkembangan yaitu masing-masing

sebanyak 12 orang (26,7%).

Dan pada kemampuan perawatan diri dibantu total dari masing-

masing subvariabel relatif sama akan tetapi yang terbanyak adalah

subvariabel makan/ minum dan sosialisasi/ perkembangan yaitu

masing-masing sebanyak 10 orang (22,2%) dan yang paling sedikit

Page 80: KEMAMPUAN PERAWATAN DIRI PADA ANAK DENGAN DOWN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42329/1/HANNA... · DOWN SYNDROME DI YAYASAN PERSATUAN ORANG TUA ... sehingga

61

adalah perlindungan diri yaitu masing-masing sebanyak 6 orang

(13,3%).

Rincian masing-masing dari subitem kemampuan perawatan

diri pada lampiran 6, tabel 5.9-5.15 dilampirkan.

b. Kemampuan Perawatan Diri Berdasarkan Usia

Tabel 5.16

Distribusi Frekuensi Anak dengan Down Syndrome Mengenai

Kemampuan Perawatan Diri Berdasarkan Usia Anak di Yayasan

POTADS Jakarta Tahun 2018 (N= 45)

Usia Anak

Kemampuan Perawatan Diri

Jumlah Mandiri

Dibantu

Sebagian

Dibantu

Total

n % n % n % n %

6-9 tahun 1 3,3 20 66,7 9 30,0 30 100

10-13 tahun 4 50,0 2 25,0 2 25,0 8 100

14-17 tahun 5 71,4 2 28,6 0 0 7 100

Jumlah 10 22,2 24 53,3 11 24,4 45 100

Berdasarkan tabel 5.16 distribusi frekuensi anak dengan down

syndrome di Yayasan POTADS Jakarta pada kemampuan perawatan

diri berdasarkan usia anak dari 45 responden yang diteliti bahwa

kemampuan perawatan diri pada anak dengan down syndrome

berdasarkan usia didapatkan hasil bahwa anak usia 6-9 tahun lebih

banyak dibantu sebagian yaitu sebanyak 20 orang (66,7%), dan anak

usia 10-13 tahun dan 14-17 tahun lebih banyak memiliki kemampuan

perawatan diri mandiri, usia 10-13 tahun sebanyak 4 orang (50,0%)

dan usia 14-17 tahun sebanyak 5 orang (71,4%).

Page 81: KEMAMPUAN PERAWATAN DIRI PADA ANAK DENGAN DOWN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42329/1/HANNA... · DOWN SYNDROME DI YAYASAN PERSATUAN ORANG TUA ... sehingga

62

c. Kemampuan Perawatan Diri Berdasarkan Jenis Kelamin

Tabel 5.17

Distribusi Frekuensi Anak dengan Down Syndrome Mengenai

Kemampuan Perawatan Diri Berdasarkan Jenis Kelamin Anak di

Yayasan POTADS Jakarta Tahun 2018 (N= 45)

Jenis

Kelamin

Kemampuan Perawatan Diri

Jumlah Mandiri

Dibantu

Sebagian

Dibantu

Total

n % n % n % n %

Laki-laki 6 20,7 16 55,2 7 24,1 29 100

Perempuan 4 25,0 8 50,0 4 25,0 16 100

Jumlah 10 22,2 24 53,3 11 24,4 45 100

Berdasarkan tabel 5.17 distribusi frekuensi anak dengan down

syndrome di Yayasan POTADS Jakarta pada kemampuan perawatan

diri berdasarkan jenis kelamin anak dari 45 responden yang diteliti di

dapatkan kemampuan perawatan diri pada anak dengan down

syndrome berdasarkan jenis kelamin didapatkan hasil bahwa anak

dengan jenis kelamin laki-laki lebih banyak memiliki kemampuan

perawatan diri sebagian yaitu sebanyak 16 orang (55,2%) dan

perempuan dengan dibantu sebagian sebanyak 8 orang (50,0%).

d. Kemampuan Perawatan Diri Berdasarkan Pendidikan

Tabel 5.18

Distribusi Frekuensi Anak dengan Down Syndrome Mengenai

Kemampuan Perawatan Diri Berdasarkan Pendidikan Anak di

Yayasan POTADS Jakarta Tahun 2018 (N= 45)

Tingkat

Pendidikan

Kemampuan Perawatan Diri

Jumlah Mandiri

Dibantu

Sebagian

Dibantu

Total

n % n % n % n %

SD 4 11,1 21 58,3 11 30,6 36 100

SMP 4 66,7 2 33,3 0 0 6 100

SMA 2 66,7 1 33,3 0 0 3 100

Jumlah 10 22,2 24 53,3 11 24,4 45 100

Page 82: KEMAMPUAN PERAWATAN DIRI PADA ANAK DENGAN DOWN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42329/1/HANNA... · DOWN SYNDROME DI YAYASAN PERSATUAN ORANG TUA ... sehingga

63

Berdasarkan tabel 5.18 distribusi frekuensi anak dengan down

syndrome di Yayasan POTADS Jakarta pada kemampuan perawatan

diri berdasarkan jenis kelamin anak dari 45 responden yang diteliti di

dapatkan kemampuan perawatan diri pada anak dengan down

syndrome berdasarkan tingkat pendidikan didapatkan bahwa pada

pendidikan SD anak lebih banyak memiliki kemampuan perawatan diri

dibantu sebagian yaitu sebanyak 21 orang (58,3%), sedangkan pada

pendidikan SMA dan SMP lebih banyak memiliki kemampuan

perawatan diri mandiri, SMP sebanyak 4 orang (66,7%) dan SMA

sebanyak 2 orang (66,7%).

e. Kemampuan Perawatan Diri Berdasarkan Riwayat Penyakit

Sekarang

Tabel 5.19

Distribusi Frekuensi Anak dengan Down Syndrome Mengenai

Kemampuan Perawatan Diri Berdasarkan Riwayat Penyakit

Anak di Yayasan POTADS Jakarta Tahun 2018 (N= 45)

Riwayat

Penyakit

Sekarang

Kemampuan Perawatan Diri

Jumlah Mandiri

Dibantu

Sebagian

Dibantu

Total

n % n % n % n %

Ada 1 9,1 6 54,5 4 36,4 11 100

Tidak Ada 9 26,5 18 52,9 7 20,6 34 100

Jumlah 10 22,2 24 53,3 11 24,4 45 100

Berdasarkan tabel 5.19 distribusi frekuensi anak dengan down

syndrome di Yayasan POTADS Jakarta pada kemampuan perawatan

diri berdasarkan riwayat penyakit anak dari 45 responden yang diteliti

di dapatkan kemampuan perawatan diri pada anak dengan down

syndrome berdasarkan riwayat penyakit didapatkan hasil bahwa pada

anak dengan ada riwayat penyakit lebih banyak memiliki kemampuan

perawatan diri dibantu sebagian yaitu sebanyak 6 orang (54,5%),

sedangkan pada anak dengan tidak ada riwayat penyakit lebih banyak

Page 83: KEMAMPUAN PERAWATAN DIRI PADA ANAK DENGAN DOWN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42329/1/HANNA... · DOWN SYNDROME DI YAYASAN PERSATUAN ORANG TUA ... sehingga

64

memiliki kemampuan perawatan diri dibantu sebagian yaitu sebanyak

18 orang (52,9%).

f. Kemampuan Perawatan Diri Berdasarkan Kelemahan/ Kelainan

Fisik

Tabel 5.20

Distribusi Frekuensi Anak dengan Down Syndrome Mengenai

Kemampuan Perawatan Diri Berdasarkan Kelemahan/ Kelainan

Fisik Anak di Yayasan POTADS Jakarta Tahun 2018 (N= 45)

Kelemahan/

Kelainan

Fisik

Kemampuan Perawatan Diri

Jumlah Mandiri

Dibantu

Sebagian

Dibantu

Total

n % n % n % n %

Ada 2 25,0 3 37,5 3 37,5 8 100

Tidak Ada 8 21,6 21 56,8 8 21,6 37 100

Jumlah 10 22,2 24 53,3 11 24,4 45 100

Berdasarkan tabel 5.20 distribusi frekuensi anak dengan down

syndrome di Yayasan POTADS Jakarta pada kemampuan perawatan

diri berdasarkan Kelemahan/ kelainan fisik anak dari 45 responden

yang diteliti di dapatkan kemampuan perawatan diri pada anak dengan

down syndrome berdasarkan kelemahan/ kelainan fisik didapatkan

hasil bahwa anak dengan ada riwayat penyakit lebih banyak memiliki

kemampuan dibantu sebagian dan dibantu total yaitu masing-masing

sebanyak 3 orang (37,5%), sedangkan pada anak dengan tidak ada

riwayat penyakit lebih banyak memiliki kemampuan dibantu sebagian

yaitu sebanyak 21 orang (56,8%).

Page 84: KEMAMPUAN PERAWATAN DIRI PADA ANAK DENGAN DOWN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42329/1/HANNA... · DOWN SYNDROME DI YAYASAN PERSATUAN ORANG TUA ... sehingga

65

g. Kemampuan Perawatan Diri Berdasarkan Merawat/ Mengasuh

Tabel 5.21

Distribusi Frekuensi Anak dengan Down Syndrome Mengenai

Kemampuan Perawatan Diri Berdasarkan Merawat/ Mengasuh

Anak di Yayasan POTADS Jakarta Tahun 2018 (N= 45)

Merawat/

Mengasuh

Kemampuan Perawatan Diri

Jumlah Mandiri

Dibantu

Sebagian

Dibantu

Total

n % n % n % n %

Orang Tua 9 23,7 20 52,6 9 23,7 38 100

Pengasuh 1 14,3 4 57,1 2 28,6 7 100

Jumlah 10 22,2 24 53,3 11 24,4 45 100

Berdasarkan tabel 5.21 distribusi frekuensi anak dengan down

syndrome di Yayasan POTADS Jakarta pada kemampuan perawatan

diri berdasarkan yang merawat/ mengasuh anak dari 45 responden

yang diteliti didapatkan sebagian besar kemampuan perawatan diri

pada anak dengan down syndrome berdasarkan yang merawat/

mengasuh didapatkan hasil bahwa anak dengan dirawat orang tua

maupun pengasuh lebih banyak memiliki kemampuan dibantu

sebagian yaitu orang tua sebanyak 20 orang (52,6%) dan pengasuh

sebanyak 4 orang (57,1%).

Page 85: KEMAMPUAN PERAWATAN DIRI PADA ANAK DENGAN DOWN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42329/1/HANNA... · DOWN SYNDROME DI YAYASAN PERSATUAN ORANG TUA ... sehingga

66

BAB VI

PEMBAHASAN

Bab ini menyajikan pembahasan mengenai data yang telah didapat dari

penelitian. Pembahasan akan mengurai makna hasil penelitian yang dilakukan

tentang kemampuan perawatan diri pada anak dengan down syndrome di Rumah

Ceria Down Syndrome (RCDS) Yayasan Persatuan Orang Tua Anak dengan

Down Syndrome (POTADS) Jakarta Tahun 2018. Pembahasan ini membahas

mengenai hasil penelitian yang dikaitkan dengan konsep teoritis sebelumnya. Bab

ini juga akan menjelaskan tentang keterbatasan penelitian yang telah

dilaksanakan.

A. Analisa Univariat

1. Karakteristik Anak

a. Usia Anak

Anak dengan down syndrome umumnya memiliki tingkat

kecerdasan rendah, sehingga mempengaruhi kemampuan kognitif,

bahasa, motorik dan sosial, keadaan ini menyebabkan anak dalam

memperoleh pengetahuan atau kemampuan mengalami keterbatasan

dan menyebabkan anak mengalami kendala keterampilan perawatan

diri selama masa perkembangan (Videbeck, 2008).

Anak dengan down syndrome berdasarkan usia pada penelitian

ini didapatkan sebagian besar usia anak terbanyak adalah usia 6-9

tahun yaitu sebanyak 30 orang (66,7%) sedangkan usia 10-13 tahun

sebanyak 8 orang (17,8%) dan usia 14-17 tahun sebanyak 7 orang

(15,6%). Penelitian ini sejalan dengan penelitian Penelitian ini sejalan

dengan penelitian Situmeang (2016), tentang hubungan status sosio

demografi dan status akademik anak dengan kemandirian anak

retardasi mental di SLB Yayasan Pembinaan Anak Cacat Manado

Page 86: KEMAMPUAN PERAWATAN DIRI PADA ANAK DENGAN DOWN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42329/1/HANNA... · DOWN SYNDROME DI YAYASAN PERSATUAN ORANG TUA ... sehingga

67

tahun 2016 bahwa distribusi berdasarkan usia anak dari 40 anak yang

terbanyak adalah usia 9-11 tahun yaitu 15 orang (37,5%), kemudian

diikuti dengan usia 12-14 tahun sebanyak 15 orang (37,5%) dan 15-17

tahun sebanyak 10 orang (25,0%).

Menurut Semiun (2006), usia 6 sampai 21 tahun merupakan

usia sekolah. Hal ini dapat terjadi karena pada kelompok usia kanak-

kanak yaitu usia sekolah, pada masa ini anak melewati tahapan tumbuh

kembang dimana kemampuan anak pada masa ini dapat dilatih yaitu

dalam berbahasa, keterampilan sosial, dan dilatih dalam kebiasaan-

kebiasaan kesehatan yang mendasar. Selain itu menurut Yusuf, dkk

(2015), anak dapat dilatih dalam mempelajari keterampilan-

keterampilan akademis, dengan beberapa latihan dapat memperkuat

kemampuan motoriknya serta kemampuan kemandirian pada anak

akan dirasakan. Pada penelitian ini didapatkan distribusi terbanyak

adalah usia 6-9 tahun.

b. Jenis Kelamin Anak

Berdasarkan jenis kelamin anak bahwa pada penelitian ini

didapatkan bahwa sebagian besar jenis kelamin anak adalah berjenis

kelamin laki-laki yaitu sebanyak 29 orang (64,4%), sedangkan jenis

kelamin perempuan sebanyak 16 orang (35,6%). Hal ini menunjukkan

bahwa anak down syndrome dengan retardasi mental yang banyak

melakukan terapi di Rumah Ceria Down Syndrome (RCDS) Yayasan

POTADS Jakarta berjenis kelamin laki-laki. Penelitian ini sejalan

dengan penelitian Situmeang (2016), tentang hubungan status sosio

demografi dan status akademik anak dengan kemandirian anak

retardasi mental di SLB Yayasan Pembinaan Anak Cacat Manado

tahun 2016 bahwa distribusi berdasarkan jenis kelamin anak dari 40

anak yang terbanyak adalah laki-laki sebanyak 26 orang (65,0%) dan

perempuan sebanyak 14 orang (35,0%). Selain itu menurut penelitian

Page 87: KEMAMPUAN PERAWATAN DIRI PADA ANAK DENGAN DOWN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42329/1/HANNA... · DOWN SYNDROME DI YAYASAN PERSATUAN ORANG TUA ... sehingga

68

Ramawati (2012), tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan

kemampuan perawatan diri anak tuna grahita SLB YAKUT dan

KUNCUP MAS di Kabupaten Banyumas tahun 2012 dari 65 anak

yang terbanyak adalah laki-laki sebanyak 40 orang (61,5) dan

perempuan sebanyak 25 orang (38,5).

Menurut Bezt & Linda (2009), bahwa anak down syndrome

dengan retardasi mental lebih banyak berjenis kelamin laki-laki

dibandingkan perempuan, yaitu dengan perbandingan rasio laki-laki

perempuan adalah 1,6:1,3. Pada penelitian ini didapatkan distribusi

terbanyak adalah laki-laki.

c. Pendidikan Anak

Berdasarkan pendidikan anak bahwa pada penelitian ini

didapatkan bahwa sebagian besar pendidikan anak adalah SD yaitu

sebanyak 36 orang (80,0%), sedangkan pada pendidikan SMP

sebanyak 6 orang (13,3%) dan SMA sebanyak 3 orang (6,7%). Hal ini

menunjukkan bahwa anak down syndrome dengan retardasi mental

yang banyak melakukan terapi di Rumah Ceria Down Syndrome

(RCDS) Yayasan POTADS Jakarta adalah pendidikan SD. Menurut

Semiun (2006), anak dengan down syndrome membutuhkan

pendidikan khusus dan latihan-latihan kebiasaan yang sistematis,

dengan pendidikan dan pelatihan khusus dapat meningkatkan

kemampuan anak down syndrome secara bermakna dan menjembatani

transisi menuju kedewasaan.

Menurut Potter & Perry, (2010), hal tersebut dapat dilihat

bahwa anak sekolah dasar lebih mempunyai kemampuan dalam

berinteraksi dan berkomunikasi. Anak usia sekolah mengalami

perubahan psikososial, anak usia sekolah mulai mendefinisikan konsep

diri dan membangun kepercayaan diri yang merupakan suatu evaluasi

diri. Interaksi dengan kelompok akan menyebabkan mereka

Page 88: KEMAMPUAN PERAWATAN DIRI PADA ANAK DENGAN DOWN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42329/1/HANNA... · DOWN SYNDROME DI YAYASAN PERSATUAN ORANG TUA ... sehingga

69

mendefinisikan pencapaian diri berdasarkan perbandingan dengan

pencapaian orang lain.

d. Riwayat Penyakit Anak Sekarang

Berdasarkan hasil penelitian riwayat penyakit didapatkan

distribusi anak yang tidak mempunyai riwayat penyakit yaitu sebanyak

34 orang (75,6%), sedangkan anak yang mempunyai riwayat penyakit

sebanyak 11 orang (24,4%), meliputi gastritis, asma, jantung bocor

vsd dan pda, hipotiroid, jantung, hernia, bronco pneumonia, dan alergi.

Hal ini menunjukkan bahwa anak down syndrome dengan retardasi

mental yang banyak melakukan terapi di Rumah Ceria Down

Syndrome (RCDS) Yayasan POTADS Jakarta adalah sebagian besar

anak tidak ada yang memiliki riwayat penyakit. Menurut Yusuf, dkk

(2015) anak dengan down syndrome memiliki berbagai masalah

kesehatan dan kelainan bawaan multiple, kelainan bawaan yang

dimiliki anak sering kali menyebabkan gangguan pada kesehatan dan

pertumbuhan anak, kelainan yang dimiliki anak disebabkan karena

adanya penyimpangan materi genetik kromosom, sehingga anak sering

kali mengalami masalah pada kesehatannya.

e. Kelemahan/ Kelainan Fisik Anak

Berdasarkan hasil penelitian kelemahan/ kelainan fisik anak

didapatkan terbanyak adalah anak dengan tidak ada kelemahan/

kelainan fisik yaitu sebanyak 37 orang (82,2%) dan responden yang

ada kelemahan/ kelainan fisik sebanyak 8 orang (17,8%), meliputi

kelemahan penglihatan yaitu sebanyak 6 orang dan kelemahan kedua

kaki yaitu sebanyak 2 orang. Hal ini menunjukkan bahwa anak down

syndrome dengan retardasi mental yang banyak melakukan terapi di

Rumah Ceria Down Syndrome (RCDS) Yayasan POTADS Jakarta

adalah sebagian besar anak tidak ada yang memiliki kelemahan/

kelainan fisik. Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan

Page 89: KEMAMPUAN PERAWATAN DIRI PADA ANAK DENGAN DOWN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42329/1/HANNA... · DOWN SYNDROME DI YAYASAN PERSATUAN ORANG TUA ... sehingga

70

oleh Ramawati (2012), tentang kemampuan perawatan diri anak tuna

grahita berdasarkan faktor eksternal dan internal Anak di SLB

YAKUT dan KUNCUP MAS Kabupaten Banyumas tahun 2012

bahwa berdasarkan kelemahan motorik dari 65 anak yang terbanyak

adalah tidak ada yaitu sebanyak 36 orang (55,4%) dan ada sebanyak 29

orang (44,6%).

Menurut Yusuf, dkk, (2015), anak dengan down syndrome

memiliki berbagai masalah kesehatan dan kelainan bawaan multiple,

kelainan bawaan yang dimiliki anak sering kali menyebabkan

gangguan pada kesehatan dan pertumbuhan anak, kelainan yang

dimiliki anak disebabkan karena adanya penyimpangan materi genetik

kromosom, sehingga anak sering kali mengalami masalah pada

kesehatannya.

f. Perawat/ Pengasuh Anak

Karakteristik anak yang terakhir adalah berdasarkan yang

merawat/ mengasuh anak bahwa pada penelitian ini distribusi

frekuensi menurut perawat/pengasuh anak didapatkan yang terbanyak

adalah anak yang dirawat atau diasuh oleh orang tua yaitu sebanyak 38

orang (84,4%) dan yang dirawat oleh pengasuh sebanyak 7 orang

(15,6%). Hal ini menunjukkan bahwa anak down syndrome dengan

retardasi mental yang banyak melakukan terapi di Rumah Ceria Down

Syndrome (RCDS) Yayasan POTADS Jakarta adalah sebagian besar

anak dirawat/ diasuh oleh orang tua. Penelitian ini didukung oleh

Hasanah, dkk (2015), anak dengan down syndrome membutuhkan

perhatian khusus terutama oleh orang tua karena keterbatasannya,

dengan pengasuhan yang tepat membentuk karakter anak dan

mempengaruhi kemandirian anak, pola pengasuhan orang tua berperan

besar dalam mendidik, merawat dan menjaga sangat menentukan

Page 90: KEMAMPUAN PERAWATAN DIRI PADA ANAK DENGAN DOWN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42329/1/HANNA... · DOWN SYNDROME DI YAYASAN PERSATUAN ORANG TUA ... sehingga

71

tumbuh kembang anak, dengan pola pembiasaan-pembiasaan yang

diterapkan di rumah.

2. Kemampuan Perawatan Diri Anak

Penelitian ini mengukur kemampuan perawatan diri pada anak

dengan down syndrome di Rumah Ceria Down Syndrome Yayasan

POTADS Jakarta melalui kuesioner yang diberikan melalui angket.

Kemampuan dinilai berdasarkan 63 pernyataan yang mencakup

kemampuan anak mengenai perawatan diri pada anak, antara lain

kebersihan badan, makan dan minum, berpakaian, mobilisasi/ pergerakan,

sosialisasi dan perkembangan, pekerjaan rumah tangga, dan perlindungan

diri.

Menurut Orem (2001) kemampuan perawatan diri merupakan

kekuatan yang dimiliki oleh seseorang untuk mengidentifikasi,

menetapkan mengambil keputusan untuk melaksanakan perawatan

diri.Perawatan diri dilakukan untuk memenuhi kebutuhan dalam

mempertahankan kehidupan, kesehatan dan kesejahteraan individu baik

dalam keadaan sehat maupun sakit (Nursalam, 2014). Berdasarkan

penelitian yang telah dilakukan hasil dari penelitian kemampuan anak

mayoritas memiliki kemampuan dibantu sebagian yaitu sebanyak 24 orang

(53,3%), dibantu total 11 orang (24,4%), dan mandiri sebanyak 10 orang

(22,2%).

Penelitian ini penelitian ini didukung oleh Situmeang (2016),

tentang kemandirian anak retardasi mental di SLB Yayasan Pembinaaan

Cacat Manado bahwa dari 50 anak terbanyak adalah kemandirian anak

tergantung sebanyak 25 orang (62,5%) sedangkan yang mandiri sebanyak

15 orang (37,5%). Begitu juga hasil penelitian yang telah dilakukan Dewi

(2017), tentang tingkat kemandirian anak retardasi mental ringan di SDLB

YPLB Banjarmasin dari 35 anak bahwa terbanyak adalah ketergantungan

ringan yaitu sebanyak 21 orang (60,0%), sedangkan mandiri 10 orang

Page 91: KEMAMPUAN PERAWATAN DIRI PADA ANAK DENGAN DOWN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42329/1/HANNA... · DOWN SYNDROME DI YAYASAN PERSATUAN ORANG TUA ... sehingga

72

(28,6%), ketergantungan sedang 4 orang (11,4%), dan dengan tingkat

ketergantungan berat tidak ada.

Retardasi mental yang dialami oleh anak dengan down syndrome

menyebabkan anak memiliki karakteristik menurut Videbeck (2008),

adalah mengalami keterbatasan atau kesulitan dalam keterampilan

komunikasi, perawatan diri, tinggal di rumah, keterampilan interpersonal

atau sosial, kesehatan dan keamanan. Dan anak dengan retardasi mental

berat dapat menjadi sangat bergantung pada orang tua/ pengasuh, dan

membutuhkan pengawasan dan perawatan lebih.

Penelitian ini mengamati kemampuan perawatan diri pada anak

dengan down syndrome yang mengikuti terapi di Rumah Ceria Down

Syndrome dan mendapatkan bahwa anak down syndrome dalam penelitian

ini terkategorikan mempunyai kemampuan perawatan diri dibantu

sebagian, masih membutuhkan bantuan di sebagian besar area. Menurut

Orem (2001) pada kebutuhan perawatan diri sebagian, merupakan bantuan

sebagian yang dibutuhkan oleh individu sehingga membutuhkan bantuan

perawatan dalam memenuhi kebutuhan perawatan diri sesuai dengan

kebutuhannya, dan menyediakan kebutuhan perawatan diri akibat

keterbatasannya untuk melakukan perawatan diri.Menurut Semiun (2006)

menyatakan bahwa anak dengan tingkat retardasi mental sedang dapat

mengusai keterampilan-keterampilan hidup sederhana dan kebiasaan-

kebiasaan kesehatan bila dilatih dengan kebiasaan-kebiasaan yang

sistematis, bila diajarkan secara konsisten dan terus-menerus.

Menurut Orem (2001), usia mempengaruhi kemampuan seseorang,

semakin bertambah usia akan semakin berkembang pula kemampuan

seseorang, seiring bertambahnya usia seseorang mengalami berbagai

keterbatasan maupun kerusakan fungsi sensoris, usia merupakan salah satu

faktor penting pada perawatan diri, semakin bertambah usia akan

Page 92: KEMAMPUAN PERAWATAN DIRI PADA ANAK DENGAN DOWN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42329/1/HANNA... · DOWN SYNDROME DI YAYASAN PERSATUAN ORANG TUA ... sehingga

73

bertambah efektif kemampuan seseorang dalam pemenuhan kebutuhan

perawatan dirinya.

Hasil penelitian ini didapatkan usia anak 6-9 tahun cenderung lebih

banyak memiliki kemampuan dibantu sebagian dalam perawatan diri yaitu

sebanyak 20 orang (66,7%), sedangkan pada usia 10-13 tahun dan usia 14-

17 lebih banyak yang memiliki kampuan perawatan diri mandiri. Hal ini

menunjukkan bahwa dalam usia kanak-kanak 6-9 tahun kemampuan anak

belum mencapai kemandirian. Hal ini sejalan dengan penelitian yang

dilakukan oleh Situmeang (2016) tentang hubungan status sosio demografi

dan status akademik anak dengan kemandirian anak retardasi mental di

SLB Yayasan Pembinaan Anak Cacat Manado tahun 2016 bahwa

distribusi berdasarkan usia diketahui bahwa anak terbanyak terdapat pada

kelompok usia 9-11 tahun yaitu sebanyak 15 orang (37,5%), kemudian

diikuti dengan usia 12-14 tahun sebanyak 15 orang (37,5%).

Dari hasil penelitian tersebut diketahui bahwa anak yang memasuki

usia 6-9 tahun kemampuan perawatan dirinya adalah masih membutuhkan

bantuan dalam memenuhi kebutuhan perawatan dirinya dan belum

mencapai kemampuan yang mandiri. Penelitian ini didukung oleh

Ramawati (2012), yang menyatakan bahwa pada anak dengan tunagrahita

dengan usia lanjut kemampuan/ keterampilan perawatan dirinya dapat

dikembangkan menjadi lebih kompleks, yaitu anak usia lanjut mempunyai

kemampuan perawatan diri yang lebih baik dibandingkan anak yang

berusia lebih muda. Usia atau umur pada anak dengan down syndrome

dapat membantu dalam memprediksi perkembangan mental anak dan

dapat membantu memprediksi waktu yang tepat untuk melatih anak

keterampilan perawatan diri.

Hasil penelitian ini didapatkan anak berjenis kelamin laki-laki

maupun perempuan sama lebih banyak memiliki kemampuan perawatan

diri dibantu sebagian, yaitu laki-laki sebanyak 16 orang (55,2%) dan

Page 93: KEMAMPUAN PERAWATAN DIRI PADA ANAK DENGAN DOWN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42329/1/HANNA... · DOWN SYNDROME DI YAYASAN PERSATUAN ORANG TUA ... sehingga

74

perempuan sebanyak 8 orang (50,0%). Penelitian ini sejalan dengan

penelitian Situmeang (2016), tentang hubungan status sosio demografi dan

status akademik anak dengan kemandirian anak retardasi mental di SLB

Yayasan Pembinaan Anak Cacat Manado tahun 2016 bahwa distribusi

berdasarkan jenis kelamin anak dari 40 anak yang terbanyak adalah laki-

laki sebanyak 26 orang (65,0%) dan perempuan sebanyak 14 orang

(35,0%). Selain itu penelitian Ramawati (2012), tentang faktor-faktor yang

mempengaruhi kemampuan perawatan diri anak retardasi mental

didapatkan bahwa terbanyak adalah laki-laki sebanyak 40 orang (61,5%)

dan perempuan sebanyak 25 orang (38,5%).

Menurut Orem (2001), jenis kelamin mempengaruhi kemampuan

seseorang dalam perawatan diri, laki-laki lebih banyak melakukan

penyimpangan kesehatan dibandingkan pada perempuan. Sedangkan

berdasarkan penelitian Ramawati (2012), menyatakan bahwa kebiasaan

atau kebudayaan dalam masyarakat yang membagi pekerjaan rumah

tangga secara merata antara laki-laki dan perempuan, menjadikan alasan

bahwa sejak usia dini anak laki-laki sudah dibiasakan untuk melakukan

tugas sederhana dalam rumah tangga. Hal tersebut yang menjadikan

persentase kemampuan anak laki-laki lebih tinggi dibandingkan anak

perempuan dan jenis kelamin tidak ada hubungan dengan kemampuan

perawatan diri.

Berdasarkan hasil penelitian ini didapatkan bahwa pada pendidikan

SD anak lebih banyak memiliki kemampuan perawatan diri dibantu

sebagian yaitu sebanyak 21 orang (58,3%), sedangkan pada pendidikan

SMA dan SMP lebih banyak memiliki kemampuan perawatan diri

mandiri, SMP sebanyak 4 orang (66,7%) dan SMA sebanyak 2 orang

(66,7%). Menurut Orem (2001), perkembangan kognitif perilaku akan

berubah sepanjang waktu, perkembangan kognitif akan mempengaruhi

kebutuhan dan kemampuan seseorang akan perawatan dirinya,

menunjukkan bahwa pendidikan sebagai pengaruh lingkungan atas

Page 94: KEMAMPUAN PERAWATAN DIRI PADA ANAK DENGAN DOWN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42329/1/HANNA... · DOWN SYNDROME DI YAYASAN PERSATUAN ORANG TUA ... sehingga

75

seorang individu untuk dapat menghasilkan perubahan-perubahan dalam

tingkah laku, pikiran, dan sikap. Menurut Semiun (2006), bahwa anak

down syndrome membutuhkan pendidikan yang khusus untuk dapat

mencapai kemandirian. Penelitian ini didukung oleh penelitian Situmeang

(2016), tentang hubungan status sosio demografi dan akademik anak

dengan kemandirian anak pada SLB Yayasan Pembinaan Anak Cacat

Manado, didapatkan hasil bahwa status akademik atau pendidikan anak

yang baik atau semakin tinggi maka akan semakin baik pula kemampuan

kemandirian anak.

Hasil penelitian ini didapatkan hasil bahwa pada anak dengan ada

riwayat penyakit lebih banyak memiliki kemampuan perawatan diri

dibantu sebagian yaitu sebanyak 6 orang (54,5%), sedangkan pada anak

dengan tidak ada riwayat penyakit lebih banyak memiliki kemampuan

perawatan diri dibantu sebagian yaitu sebanyak 18 orang (52,9%).

Menurut Pieter, dkk (2011), tidak adanya riwayat kesehatan sekarang pada

anak bisa disebabkan adanya faktor genetik atau kelainan kromosom. Pada

down syndrome diidentifikasi mengalami kelainan pada kromosom,

dimana terjadi penambahan jumlah kromosom 21 menjadi tiga disebut

trisomi. Trisomi ditemukan pada anak dengan down syndrome. Menurut

Orem (2001), saat individu mengalami penyimpangan kesehatan dari

keadaan sehat menjadi sakit, kondisi ini menyebabkan seorang individu

membutuhkan perawatan diri, perawatan diri dilakukan karena adanya

masalah kesehatan atau penyakit dengan tujuan mencegah penyakit dan

meningkatkan kesehatan.

Hasil penelitian ini didapatkan kemampuan perawatan diri pada

anak dengan down syndrome berdasarkan kelemahan/ kelainan fisik

didapatkan hasil bahwa anak dengan ada kelemahan/ kelainan fisik lebih

banyak memiliki kemampuan dibantu sebagian dan dibantu total yaitu

masing-masing kemampuan sebanyak 3 orang (37,5%), sedangkan pada

anak dengan tidak ada kelemahan/ kelainan fisik lebih banyak memiliki

Page 95: KEMAMPUAN PERAWATAN DIRI PADA ANAK DENGAN DOWN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42329/1/HANNA... · DOWN SYNDROME DI YAYASAN PERSATUAN ORANG TUA ... sehingga

76

kemampuan dibantu sebagian yaitu sebanyak 21 orang (56,8%). Menurut

Orem (2001), saat individu mengalami penyimpangan kesehatan dari

keadaan sehat menjadi sakit, kondisi ini menyebabkan seorang individu

membutuhkan perawatan diri, perawatan diri dilakukan karena adanya

masalah kesehatan atau penyakit dengan tujuan mencegah penyakit dan

meningkatkan kesehatan. ketiadaan riwayat penyakit sekarang dapat

disebabkan. Menurut penelitian Ramawati (2012), menyatakan bahwa

kekuatan atau adanya kelemahan motorik pada anak mempengaruhi

seseorang terhadap kemampuan perawatan diri, anak dengan kekuatan

motorik yang lebih baik akan lebih mudah mengusai keterampilan

perawatan diri, dengan kekuatan motorik seseorang dapat

mengkoordinasikan gerakan, kontrol gerakan, dan kesesuaian gerakan

dengan hal yang ingin dilakukan.

Hasil penelitian ini didapatkan bahwa anak dengan dirawat orang

tua maupun pengasuh lebih banyak memiliki kemampuan dibantu

sebagian yaitu orang tua sebanyak 20 orang (52,6%) dan pengasuh

sebanyak 4 orang (57,1%). Menurut Orem (2001), peran atau hubungan

anggota keluarga memiliki pengaruh besar terhadap kemampuan anak

dalam perawatan diri. Berdasarkan penelitian Hasanah (2015), pengasuhan

orang tua sangat berpengaruh dalam pembentukan kemandirian anak down

syndrome, anak dengan down syndrome membutuhkan perhatian lebih

karena keterbatasannya, dengan pembiasaan-pembiasaan yang diterapkan

di rumah akan membentuk karakter anak, dengan adanya hal ini para

orang tua atau pengasuh hendaknnya agar selalu bersemangat dalam

merawat, mendidik dan menjaga anak, agar dapat mencapai pemenuhan

kebutuhan dasar dan kemandirian anak.

Page 96: KEMAMPUAN PERAWATAN DIRI PADA ANAK DENGAN DOWN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42329/1/HANNA... · DOWN SYNDROME DI YAYASAN PERSATUAN ORANG TUA ... sehingga

77

B. Keterbatasan Penelitian

Peneliti menyadari keterbatasan dalam penelitian ini, keterbatasan

penelitian tersebut adalah sebagai berikut:

1. Secara teoritis banyak masalah yang harus diteliti dalam masalah

perawatan diri pada anak, tetapi keterbatasan waktu, tenaga dan dana

penelitian, maka peneliti hanya meneliti satu variabel saja yaitu

kemampuan perawatan diri pada anak dengan down syndrome.

2. Peneliti tidak melaksanakan pengukuran pada semua faktor yang

mempengaruhi, seperti tahapan perkembangan kognitif/ tingkat

intelegensi, penggunaan alat bantu, lingkungan, sosiokultural, dan

ketersediaan sumber.

3. Pengambilan data pada setiap responden dilakukan melalui telepon dan

kirim email sehingga tidak dapat melakukan wawancara secara langsung

dikarenakan sebagian besar anak hanya mendapatkan jadwal satu kali

pertemuan untuk terapi, selain itu anak jarang diantar/ ditemani oleh orang

tua selama mengikuti terapi, dan adanya keterbatasan waktu sehingga

peneliti melakukan pengambilan data dilakukan melalui telepon dan kirim

email.

4. Sampel yang digunakan dalam penelitian sedikit, sehingga tidak dapat

menggambarkan kemampuan anak dengan down syndrome secara luas.

Page 97: KEMAMPUAN PERAWATAN DIRI PADA ANAK DENGAN DOWN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42329/1/HANNA... · DOWN SYNDROME DI YAYASAN PERSATUAN ORANG TUA ... sehingga

78

BAB VII

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan dalam penelitian yang

telah dilakukan oleh peneliti mengenai kemampuan perawatan diri pada anak

dengan down syndrome di Yayasan Persatuan Orang Tua Anak dengan Down

Syndrome (POTADS) Jakarta tahun 2018, maka dapat disimpulkan sebagai

berikut:

1. Hasil penelitian berdasarkan karakteristik anak dari segi usia yaitu

mayoritas usia kanak-kanak 6-9 tahun sebanyak 30 orang (66,7%),

sedangkan dari segi jenis kelamin mayoritas berjenis kelamin laki-laki

yaitu sebanyak 29 orang (64,4%), dari segi pendidikan mayoritas anak

berpendidikan SD sebanyak 36 orang (80,0%), dari segi riwayat penyakit

sekarang mayoritas tidak mempunyai riwayat penyakit yaitu sebanyak 34

orang (75,6%), dari segi kelemahan/ kelainan fisik anak mayoritas

menunjukkan tidak memiliki kelemahan/ kelainan fisik yaitu sebanyak 37

orang (82,2%), dan dari segi mengasuh/ merawat anak mayoritas anak

diasuh/ dirawat orang tua yaitu sebanyak 38 orang (84,4%).

2. Hasil penelitian berdasarkan kemampuan perawatan diri pada anak dengan

down syndrome adalah mayoritas anak memiliki kemampuan dibantu

sebagian yaitu sebanyak 24 orang (53,3%).

3. Hasil penelitian tabulasi silang karakteristik anak yang berkemampuan

dibantu sebagian berdasarkan usia anak mayoritas pada usia anak 6-9

tahun yaitu sebanyak 20 orang (66,7%) dari 45 anak, sedangkan anak

terbanyak yang berkemampuan dibantu sebagian berdasarkan jenis

kelamin anak pada anak yang berjenis kelamin laki-laki yaitu sebanyak 16

orang (55,2%) dari 45 anak, anak terbanyak yang berkemampuan dibantu

sebagian berdasarkan pendidikan anak pada anak yang berpendidikan SD

Page 98: KEMAMPUAN PERAWATAN DIRI PADA ANAK DENGAN DOWN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42329/1/HANNA... · DOWN SYNDROME DI YAYASAN PERSATUAN ORANG TUA ... sehingga

79

yaitu sebanyak 21 orang (58,3%) dari 45 anak, sedangkan anak terbanyak

yang berkemampuan dibantu sebagian berdasarkan riwayat penyakit pada

anak yang tidak memiliki riwayat penyakit yaitu sebanyak 18 orang

(52,9%) dari 45 anak, anak terbanyak yang berkemampuan dibantu

sebagian berdasarkan kelemahan/ kelainan fisik pada anak yang tidak

memiliki kelemahan/ kelainan fisik yaitu sebanyak 21 orang (56,8%) dari

45 anak, dan anak terbanyak yang berkemampuan dibantu sebagian

berdasarkan merawat/ mengasuh anak pada anak yang dirawat/ diasuh

orang tua yaitu sebanyak 20 orang (52,6%).

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, saran yang dapat

diajukan antara lain:

1. Bagi Pendidikan Keperawatan

Tenaga kesehatan khususnya perawat dapat memberikan pendidikan

kesehatan secara merata di Yayasan Persatuan Orang Tua Anak dengan

Down Syndrome Jakarta dan memberikan follow up terutama tentang

perawatan diri pada anak dengan down syndrome untuk meningkatkan

kemampuan perawatan diri pada anak.

2. Bagi Instansi

Pihak pengurus Yayasan diharapkan dapat menginformasikan hasil

penelitian kemampuan perawataan diri pada anak dengan down syndrome

kepada Yayasan Persatuan Orang Tua Anak dengan Down Syndrome

(POTADS) cabang.

3. Bagi Peneliti Selanjutnya

Peneliti selanjutnya diharapkan dapat mengembangkan penelitian

selanjutnya yang berkaitan dengan perawatan diri pada anak dengan down

syndrome.

Page 99: KEMAMPUAN PERAWATAN DIRI PADA ANAK DENGAN DOWN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42329/1/HANNA... · DOWN SYNDROME DI YAYASAN PERSATUAN ORANG TUA ... sehingga

80

DAFTAR PUSTAKA

Apriliyanti, Dewi., Agustina Nugrahini., & Efri Dulie. (2016). Hubungan Pola

Asuh Orang Tua dengan Tingkat Kemandirian Personal Hygiene pada Anak

Tunagrahita di SLBN 1 Palang Karaya.Jurnal Kebidanan dan Keperawatan,

7(2), 43-50.

Arfandi, Zemmy., Eko Susilo., & Gipta G. Widodo. (2013). Hubungan Antara

Dukungan Sosial Keluarga dengan Kemampuan Perawatan Diri pada Anak

Retardasi Mental di SLB Negeri Ungaran. Stikes Ngudi Waluyo Ungaran.

Arikunto, Suharsimi. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.

Jakarta: Rineka Cipta.

Asmadi.(2008). Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta: EGC.

Basuni, Muh. (2012). Pembelajaran Bina Diri pada Anak Tunagrahita

Ringan.Jurnal Pendidikan Khusus, 9(1), 12-22.

Betz, Cecily Lynn., & Linda A. Sowden.(2009). Buku Saku Keperawatan

Pediatri. Jakarta: EGC.

Dalton, J., Abdallah, L., Cestari, L. H., & Fawcett, J. (2010).Using Existing

Health Care Organization Data from OASIS and MDS for Orem’s Self-Care

Framework-Based Research.

Dewi, Vonny Khresna. (2017). Hubungan Pola Asuh Orang Tua dengan Tingkat

Kemandirian Anak Retardasi Mental Ringan di SDLB YPLB

Banjarmasin.An Nadaa Jurnal Kesehatan Masyarakat, 4(1), 21-25.

Ditasari, Nurmai Niken. (2011). Kemandirian Remaja Down Syndrome.Fakultas

Ilmu Pendidikan UM.

Effendi, Ferry.,& Makhfudli. (2009). Keperawatan Kesehatan Komunitas: Teori

dan Praktik dalam Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.

Fitria, Nurindah., Siti Hildani Thaib., & Ayu Fitriani. (2013). Peran Keluarga

terhadap Anak dengan Sindrom Down di YPAC (Yayasan Pembinaan Anak

Cacat) Palembang. Jurnal Kedokteran dan Kesehatan, 4(1), 58-64.

Page 100: KEMAMPUAN PERAWATAN DIRI PADA ANAK DENGAN DOWN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42329/1/HANNA... · DOWN SYNDROME DI YAYASAN PERSATUAN ORANG TUA ... sehingga

81

Fitria, Yeni., Sri Poeranto., & Lilik Supriati. (2016). Analisis Korelasi Penerimaan

dengan Harga Diri Orang Tua dan Stres Pengasuhan dalam Merawat Anak

Retardasi Mental.Mesencephalon Jurnal Kesehatan, 2(4), 276-284.

Hariyanto.(2007). Konsep Dasar Keperawatan dengan Pemetaan Konsep.

Jakarta: Salemba Medika.

Harnilawati.(2013). Pengantar Ilmu Keperawatan Komunitas. Pustaka As Salam.

Hasanah, Nadia Uswatun., Hery Wibowo.,& Sahadi Humaedi. (2015). Pola

Pengasuhan Orang Tua dalam Upaya Pembentukn Kemandirian Anak Down

Syndrome (Studi Deskriptif Pola Pengasuh Orang Tua Pada Anak Down

Syndrome yang Bersekolah di Kelas CI SD-LB Yayasan Pembina

Pendidikan Luar Biasa Bina Asih Cianjur).Share Social Work Journal, 5(1).

Haston, S. P. (2006). Analisis Data. Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Indonesia.

Hidayat, A. Aziz Alimul. (2008). Metode Penelitian Keperawatan Teknik Analisis

Data. Jakarta: Salemba Medika.

http//www.depkes.go.id/download.php%3Ffile%3Ddownload/pusdatin/bulet

in/buletin-disabilitas.pdf

http://www.who.int/disabilities/world_report/2011/en

Jaimovich, S., Campos, M. C., Campos, M. S., & Moore, J. B. (2009). Spanish

Version of the Child and Adolescent Self-Care Performance Quesionnaire:

Psychometric Testing. Pediatric Nursing Journals.

Kementrian Kesehatan RI. (2014). Data Informasi Kesehatan: Situasi

Penyandang Disabilitas. Jakarta: Kemenkes RI diakses pada tanggal 10

Januari 2018

Lapau, Buchari. (2013). Metode Penelitian Kesehatan: Metode Ilmiah Penulisan

Skripsi, Tesis, dan Disertasi. Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia.

Lestari, Fiqqi Anggun., & Lely Ika Mariyati.(2015). Resiliensi Ibu yang Memiliki

Anak Down Syndrome di Sidoarjo.Jurnal Psikologi, 3(1), 141-155.

Muhith, Abdul. (2015). Pendidikan Keperawatan Jiwa Teori dan Aplikasi.

Yogyakarta: Andi.

Page 101: KEMAMPUAN PERAWATAN DIRI PADA ANAK DENGAN DOWN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42329/1/HANNA... · DOWN SYNDROME DI YAYASAN PERSATUAN ORANG TUA ... sehingga

82

Muttaqin, Arif. (2008). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan

Sistem Persarafan. Jakarta: Salemba Medika.

Nurbaeti.,& Budi Utomo. (2010). Metodologi Penelitian dalam Bidang

Keperawatan. Ciputat: Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Nursalam.(2014). Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan.Edisi 3. Jakarta:

Salemba Medika.

Ostenjo, S., Bjorbakmo, W., Carlberg, E. B., & Vollestd, N. K. (2006). Assesment

of Everyday Functioning in Young Children with Disabilities: An ICF-based

Analysis of Content of the Pediatric Evaluation of Disability Inventory

(EDI). Disability and Rehabilitation, 28(8), 489-504.

Pieter, Herri., Bethsaida Janiwarti., & Marti Saragih. (2011). Pengantar Psikologi

untuk Keperawatan. Jakarta: Kencana.

Potter, Perry. (2010). Fundamental of Nursing.Konsep, Proses dan Practice.Edisi

7. Jakarta: EGC.

Ramawati, Dian., Allenidekania., & Besral. (2012). Kemampuan Perawatan Diri

Anak Tuna Grahita Berdasarkan Faktor Eksternal dan Internal Anak. Jurnal

Keperawatan Indonesia, 15(2), 89-96.

Retnaningsih, Dwi.,& Indri Khizba Dini. (2016). Analisa Dukungan Keluarga

dengan Beban Orang Tua dalam Merawat Anak Penyandang Cacat Tingkat

SD di SLB Negeri Semarang.Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Widya Husada

Semarang.

Ricci, Susan Scott.,& Terri Kyle. (2009). Maternity and Pediatric

Nursing.Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins.

Saifudin, Moh. (2013). Peran Keluarga dengan Kemampuan Merawat Diri Anak

Retardasi Mental (RM) Sedang.Journals of Ners Community, 4(1).

Santoso, Hanna.,& Andar Ismail. (2009). Memahami Krisis Lanjut Usia. Jakarta:

Gunung Mulia.

Sari, Oktavia Alfita., & Wesiana Heris Santy.(2017). Hubungan Dukungan

Keluarga dengan Tingkat Kemandirian Personal Hygiene Anak Tunagrahita

di SLB Tunas Mulya Kelurahan Sememi Kecamatan Benowo.Jurnal Ilmiah

Kesehatan, 10(2), 164-171

Page 102: KEMAMPUAN PERAWATAN DIRI PADA ANAK DENGAN DOWN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42329/1/HANNA... · DOWN SYNDROME DI YAYASAN PERSATUAN ORANG TUA ... sehingga

83

Semiun, Yustinus. (2006). Kesehatan Mental: Gangguan-gangguan kepribadian,

Reaksi-reaksi Simtom Khusus, Gangguan Penyesuaian Diri, Anak-anak

Luar Biasa, dan Gangguan Mental yang Berat. Yogyakarta: Kanisius.

Shives, Louise Rebraca. (2008). Basic Concepts of sychiatric Mental Health

Nursing (seventh edition). Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins.

Situmeang, Jenny Puspita Sari. (2016). Hubungan Status Sosio Demografi dan

Status Akademik Anak dengan Kemandirian Anak Retardasi Mental di SLB

Yayasan Pembinaan Anak Cacat Manado.E-journal Keperawatan, 4(2), 1-7.

Soetjiningsih.(2013). Tumbuh Kembang Anak. Jakarta: EGC.

Sudarsini.(2017). Bina Diri Bina Gerak. Gunung Samudera.

Sudiono, J. (2009). Gangguan Tumbuh Kembang Dentokraniofasial. Jakarta:

EGC.

Sugiyono. (2014). Metode Penelitian Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R &

D. Bandung: Alfabeta.

Sumantri, Arif. (2015). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Kencana

Prenada Media Group.

Suparmi.(2017). Konsep dan Model Kemandirian Anak dengan Down Syndrome.

Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada.

Swarjana, I Ketut.(2016). Statistic Kesehatan. Jakarta: Andi Offset.

Swarjana, Ketut. (2015). Metodologi Penelitian Kesehatan: Tuntunan Praktis

Pembuatan Proposal Penelitian untuk Mahasiswa Keperawatan, Kebidanan

dan Profesi Bidang Kesehatan Lainnya. Yogyakarta: CV Andi Offset.

Videbeck, Sheila L. (2008). Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC.

Wasis.(2008). Pedoman Riset Praktis untuk Profesi Perawat. Jakarta: EGC.

Widya, Mamad. (2007). Bina Diri Anak Berkebutuhan Khusus. Jakarta:

Dekdikbud.

World Health Organization (WHO). (2011). World Report on Disability.Diakses

pada tanggal 10 Januari 2018

Yusuf, Rizky Fitriyasari., & Hanik Endang Nihayati.(2015). Buku Ajar Kesehatan

Jiwa. Jakarta: Salemba Medika.

Page 103: KEMAMPUAN PERAWATAN DIRI PADA ANAK DENGAN DOWN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42329/1/HANNA... · DOWN SYNDROME DI YAYASAN PERSATUAN ORANG TUA ... sehingga

84

LAMPIRAN

Page 104: KEMAMPUAN PERAWATAN DIRI PADA ANAK DENGAN DOWN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42329/1/HANNA... · DOWN SYNDROME DI YAYASAN PERSATUAN ORANG TUA ... sehingga

Lampiran 1

Page 105: KEMAMPUAN PERAWATAN DIRI PADA ANAK DENGAN DOWN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42329/1/HANNA... · DOWN SYNDROME DI YAYASAN PERSATUAN ORANG TUA ... sehingga

Lampiran 2

PENJELASAN PENELITIAN

UNTUK BERPARTISIPASI SEBAGAI RESPONDEN

PENELITIAN

Responden yang saya hormati,

Saya yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama : Hanna Wiatul Ilmi

NIM : 11141040000011

Alamat : Jl. SD Inpres, RT. 4, RW. 9, No. 27, Cirendeu, Ciputat

Timur.

Adalah Mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran dan

Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta melakukan

penelitian dengan judul “Kemampuan Perawatan Diri pada Anak dengan Down

Syndrome di Yayasan Persatuan Orang Tua Anak dengan Down Syndrome”.

Penelitian ini tidak menimbulkan akibat yang merugikan bagi anak/ Bapak/ Ibu

sebagai responden, kerahasiaan semua infromasi yang diberikan akan dijaga dan

hanya digunakan untuk kepentingan penelitian. Prosedur penelitian yang akan

dilakukan adalah mengisi kuesioner yang akan dilakukan oleh Bapak/ Ibu, yang

berisi pertanyaan mengenai biodata dan kemampuan perawatan diri pada anak

Bapak/ Ibu.

Peneliti akan menghargai dan menjunjung tinggi hak Bapak/ Ibu sebagai

responden dan menjamin kerahasiaan identitas dan data yang akan diberikan.

Responden dapat mengundurkan diri sewaktu-waktu apabila

menghendakinya.Apabila Bapak/ Ibu menyetujui maka saya mengharap

kesediaannya untuk menandatangani persetujuan dan menjawab pertanyaan-

pertanyaan yang telah saya buat.

Atas perhatian dan kesediaan Bapak/ Ibu menjadi responden, saya ucapkan terima

kasih.

Ciputat, Mei 2018

Peneliti,

Page 106: KEMAMPUAN PERAWATAN DIRI PADA ANAK DENGAN DOWN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42329/1/HANNA... · DOWN SYNDROME DI YAYASAN PERSATUAN ORANG TUA ... sehingga

Lampiran 3

PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

(INFORMED CONSENT)

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama :

Umur :

Jenis Kelamin :

No Telp/ Hp :

Menyatakan bahwa :

1. Telah mendapatkan penjelasan tentang penelitian “Kemampuan Perawatan

Diri pada Anak dengan Down Syndrome di Yayasan Persatuan Orang Tua

Anak dengan Down Syndrome”.

2. Diberikan kesempatan untuk bertanya dan mendapatkan jawaban dari

Peneliti.

3. Memahami prosedur penelitian yang dilakukan, tujuan, dan manfaat

penelitian yang dilakukan.

Dengan pertimbangan di atas, tanpa ada paksaan dari pihak manapun, saya Orang

Tua/ Pengasuh* dari anak memutuskan Bersedia/ Tidak Bersedia*

berpartisipasi menjadi responden dalam penelitian yang dilakukan oleh:

Nama Peneliti : Hanna Wiatul Ilmi

Alamat : Jl. SD Inpres, RT. 4, RW. 9, No. 27, Cirendeu

Pekerjaan : Mahasiswa

No Telp/ Hp : 085648540911

Demikian pernyataan ini saya buat, untuk dapat dipergunakan sebagaimana

mestinya.

Ciputat, ……………2018

Responden

*Coret salah satu

Page 107: KEMAMPUAN PERAWATAN DIRI PADA ANAK DENGAN DOWN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42329/1/HANNA... · DOWN SYNDROME DI YAYASAN PERSATUAN ORANG TUA ... sehingga

Lampiran 4

KUESIONER DATA DEMOGRAFI ANAK

Kemampuan Perawatan Diri pada Anak dengan Down Syndrome di Yayasan

Persatuan Orang Tua Anak dengan Down Syndrome

Tanggal Pengisian ………Mei 2018

Petunjuk Pengisian Kuesioner:

1. Bacalah setiap pertanyaan dibawah ini dengan baik

2. Pertanyaan dibawah ini mohon diisi semuanya

3. Jika kurang mengerti atau ragu, tanyakan pada peneliti

4. Untuk pilihan jawaban, beri tanda ceklis (√) pada kolom jawaban yang sesuai ,

semua pertanyaan harus dijawab dengan satu pilihan.

Nama : ………………(Inisial)

Usia : ………………Tahun

Jenis Kelamin : Laki-laki Perempuan

Pendidikan : SDLB SMPLB

SMALB

Riwayat Penyakit : …………........

Sekarang

Kelainan/ Kelemahan : Ada Tidak Ada

Fisik

1. Penglihatan 2. Pendengaran

3. Kedua Tangan 4. Kedua Kaki

Penggunaan Alat : Iya Tidak

Bantu Penglihatan/

Pendengaran/ Jalan

Yang Merawat/ : Orang Tua Pengasuh

Mengasuh : …..........(Lama mengasuh)

Lama bergabung : ………………

dengan Yayasan

POTADS

Page 108: KEMAMPUAN PERAWATAN DIRI PADA ANAK DENGAN DOWN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42329/1/HANNA... · DOWN SYNDROME DI YAYASAN PERSATUAN ORANG TUA ... sehingga

Lampiran 5

KUESIONER KEMAMPUAN PERAWATAN DIRI PADA ANAK

DENGAN DOWN SYNDROME

Petunjuk Pengisian: Berikan tanda ceklis (√) pada kotak pilihan jawaban yang

sesuai dengan kemampuan anak sehari-hari. Semua pernyataan harus dijawab

dengan satu pilihan.

NO. KEGIATAN Selalu

Dibantu

Kadang

-kadang

Dibantu

Tidak

Pernah

Dibantu

1. Kebersihan Badan

1. Mencuci muka

2. Mencuci tangan

3. Mencuci kaki

4. Menyikat gigi

5. Mencuci rambut dengan shampoo

6. Menyisir rambut

7. Mandi

8. Buang air kecil

9. Buang air besar

2. Makan dan Minum

1. Memegang piring

2. Mengambil sendok dengan menggunakan

tangan

3. Menyendok makanan dari piring

4. Menggerakkan sendok ke mulut

5. Memegang gelas

6. Menuang air ke gelas

7. Menggerakkan gelas ke dalam mulut

3. Berpakaian

1. Memakai kaos

Page 109: KEMAMPUAN PERAWATAN DIRI PADA ANAK DENGAN DOWN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42329/1/HANNA... · DOWN SYNDROME DI YAYASAN PERSATUAN ORANG TUA ... sehingga

2. Memakai kemeja

3. Memakai rok/celana pendek

4. Memakai rok/celana panjang

5. Memakai pakaian dalam

6. Memakai kaos kaki

7. Memakai sepatu

8. Mengikat atau mengencangkan tali sepatu

(jika ada)

9. Melepas kaos

10. Melepas kemeja

11. Melepas celana

4. Mobilisasi / Pergerakan

1. Berjalan pada lantai yang datar

2. Berjalan pada lantai yang miring

3. Berjalan jarak dekat (di sekeliling rumah)

4. Berjalan jauh (dari rumah ke jalan raya/

sekolah)

5. Berlari-lari di lingkungan rumah/ sekolah

6. Mendorong kursi atau meja

7. Mengangkat/ memindahkan kursi atau

meja ke tempat lain

8. Turun (bangun) dari tempat tidur

9. Mengangkat benda ringan (<1 kg)

10. Mengangkat benda berat (>2 kg)

11. Masuk/ keluar dari kamar mandi

12. Duduk di kursi

13. Berdiri tegak

14. Melompat

15. Memanjat

KEGIATAN Selalu

Diawasi

Kadang

-kadang

Diawasi

Tidak

Pernah

Diawasi

5. Sosialisasi dan Perkembangan

1. Bermain dengan tetangga/teman di rumah

Page 110: KEMAMPUAN PERAWATAN DIRI PADA ANAK DENGAN DOWN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42329/1/HANNA... · DOWN SYNDROME DI YAYASAN PERSATUAN ORANG TUA ... sehingga

2. Bermain dengan saudara/ kerabat dalam

keluarga besar

3. Bermain dengan teman di sekolah

KEGIATAN

Tidak

Pernah

Mampu

Kadang

-kadang

Mampu

Selalu

Mampu

4. Dapat menuliskan huruf / abjad

5. Dapat menuliskan 1 kata atau lebih

6. Dapat menulis angka

7. Dapat menyebutkan huruf/ abjad dengan

benar

8. Dapat membaca 1 kata

9. Dapat membaca 1 kalimat

10. Dapat mengikuti perintah

11. Dapat mengungkapkan kesukaan terhadap

sesuatu/ seseorang

6. Pekerjaan Rumah Tangga

1. Mencuci piring/ gelas

2. Menyapu lantai

3. Mengepel lantai

4. Membersihkan jendela

5. Mencuci pakaian

6. Membantu menyediakan makan bagi

anggota keluarga yang lain

7. Merapikan ruang/ kamar tidur

7. Perlindungan Diri

1. Menghindari orang sedang merokok

2. Memakai helm bila naik motor

3. Menghindari api/ sumber listrik/ benda

tajam

Page 111: KEMAMPUAN PERAWATAN DIRI PADA ANAK DENGAN DOWN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42329/1/HANNA... · DOWN SYNDROME DI YAYASAN PERSATUAN ORANG TUA ... sehingga

Lampiran 6

DISTRIBUSI FREKUENSI ANAK BERDASARKAN SUB-ITEM

PERNYATAAN KEMAMPUAN PERAWATAN DIRI ANAK

Tabel 5.9

Distribusi Frekuensi Anak dengan Down SyndromeBerdasarkan Sub-item

Pernyataan Kemampuan Perawatan Diri Anak di Yayasan POTADS Jakarta

Tahun 2018 (N= 45)

Sub-Item

Kebersihan

Badan

Kemampuan

Jumlah Tidak Pernah

Dibantu

Kadang-kadang

Dibantu

Selalu

Dibantu

n % n % n % n %

Mencuci Muka 14 31,1 30 66,7 1 2,2 45 100

Mencuci tangan 23 51,1 22 48,9 0 0 45 100

Mencuci Kaki 20 44,4 24 53,3 1 2,2 45 100

Menyikat Gigi 8 17,8 35 77,8 2 4,4 45 100

Mencuci Rambut 5 11,1 26 57,8 14 31,1 45 100

Menyisir Rambut 20 44,4 19 42,2 6 13,3 45 100

Mandi 6 24,4 28 62,2 11 24,4 45 100

BAB 22 48,9 16 35,6 7 15,6 45 100

BAK 10 22,2 14 31,1 21 46,7 45 100

Tabel 5.10

Distribusi Frekuensi Anak dengan Down SyndromeBerdasarkan Sub-item

Pernyataan Kemampuan Perawatan Diri Anak di Yayasan POTADS Jakarta

Tahun 2018 (N= 45)

Sub-Item

Makan dan Minum

Kemampuan

Jumlah Tidak Pernah

Dibantu

Kadang-kadang

Dibantu

Selalu

Dibantu

n % n % n % n %

Memegang Piring 30 66,7 15 33,3 0 0 45 100

Mengambil Sendok 34 75,6 11 24,4 0 0 45 100

Menyendok Makanan 22 48,9 23 51,1 0 0 45 100

Menggerakkan Sendok

ke Mulut 30 66,7 15 33,3 0 0 45 100

Memegang Gelas 34 75,6 34 75,6 0 0 45 100

Menuang Air ke Gelas 17 37,8 27 60,0 1 2,2 45 100

Page 112: KEMAMPUAN PERAWATAN DIRI PADA ANAK DENGAN DOWN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42329/1/HANNA... · DOWN SYNDROME DI YAYASAN PERSATUAN ORANG TUA ... sehingga

Menggerakkan Gelas ke

Mulut 34 75,6 11 24,4 0 0 45 100

Tabel 5.11

Distribusi Frekuensi Anak dengan Down SyndromeBerdasarkan Sub-item

Pernyataan Kemampuan Perawatan Diri Anak di Yayasan POTADS Jakarta

Tahun 2018 (N= 45)

Sub-Item

Berpakaian

Kemampuan

Jumlah Tidak Pernah

Dibantu

Kadang-kadang

Dibantu

Selalu

Dibantu

n % n % n % n %

Memakai kaos 20 44,4 25 55,6 0 0 45 100

Memakai kemeja 9 20,0 26 57,8 10 22,2 45 100

Memakai rok/celana

pendek 18 40,0 27 60,0 0 0 45 100

Memakai rok/celana

panjang 14 31,1 30 66,7 1 2,2 45 100

Memakai pakaian

dalam 21 46,7 24 53,3 0 0 45 100

Memakai kaos kaki 19 42,2 21 46,7 5 11,1 45 100

Memakai sepatu 13 28,9 31 68,9 1 2,2 45 100

Mengikat tali sepatu 3 6,7 19 42,2 23 51,1 45 100

Melepas kaos 24 53,3 21 46,7 0 0 45 100

Melepas kemeja 14 31,1 22 48,9 9 20,0 45 100

Melepas celana 23 51,1 22 48,9 0 0 45 100

Tabel 5.12

Distribusi Frekuensi Anak dengan Down SyndromeBerdasarkan Sub-item

Pernyataan Kemampuan Perawatan Diri Anak di Yayasan POTADS Jakarta

Tahun 2018 (N= 45)

Sub-Item

Mobilisasi/ Pergerakan

Kemampuan

Jumlah Tidak Pernah

Dibantu

Kadang-kadang

Dibantu

Selalu

Dibantu

n % n % n % n %

Berjalan pada lantai

datar 44 97,8 1 2,2 0 0 45 100

Berjalan pada lantai

miring 24 53,3 19 42,2 2 4,4 45 100

Page 113: KEMAMPUAN PERAWATAN DIRI PADA ANAK DENGAN DOWN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42329/1/HANNA... · DOWN SYNDROME DI YAYASAN PERSATUAN ORANG TUA ... sehingga

Berjalan jarak dekat 42 93,3 3 6,7 0 0 45 100

Berjalan jauh 26 57,8 12 26,7 7 15,6 45 100

Berlari-lari 41 91,1 4 8,9 0 0 45 100

Mendorong kursi 33 73,3 10 22,2 2 4,4 45 100

Mengangkat kursi 32 71,1 13 28,9 0 0 45 100

Turun dari tempat tidur 44 97,8 1 2,2 0 0 45 100

Mengangkat benda

ringan 40 88,9 4 8,9 1 2,2 45 100

Mengangkat benda berat 19 42,2 22 48,9 4 8,9 45 100

Masuk/ keluar dari

kamar mandi 31 68,9 14 31,1 0 0 45 100

Duduk di kursi 45 100 0 0 0 0 45 100

Berdiri tegak 44 97,8 1 2,2 0 0 45 100

Melompat 32 71,1 11 24,4 2 4,4 45 100

Memanjat 19 42,2 20 44,4 6 13,3 45 100

Tabel 5.13

Distribusi Frekuensi Anak dengan Down SyndromeBerdasarkan Sub-item

Pernyataan Kemampuan Perawatan Diri Anak di Yayasan POTADS Jakarta

Tahun 2018 (N= 45)

Sub-Item

Sosialisasi/

Perkembangan

Kemampuan

Jumlah Selalu

Mampu

Kadang-kadang

Mampu

Tidak Pernah

Mampu

n % n % n % n %

Bermain dengan

tetangga/teman 7 13,3 32 71,1 6 13,3 45 100

Bermain dengan saudara/

kerabat 4 8,9 22 48,9 19 42,2 45 100

Bermain dengan teman di

sekolah 8 17,8 26 57,8 11 24,4 45 100

Dapat menuliskan huruf /

abjad 8 17,8 25 55,6 12 26,7 45 100

Dapat menuliskan 1 kata

atau lebih 15 33,3 16 35,6 14 31,1 45 100

Dapat menulis angka 8 17,8 26 57,8 11 24,4 45 100

Dapat menyebutkan huruf/

abjad 4 8,9 24 53,3 17 37,8 45 100

Dapat membaca 1 kata 17 37,8 15 33,3 13 28,9 45 100

Dapat membaca 1 kalimat 24 53,3 12 26,7 9 20,0 45 100

Page 114: KEMAMPUAN PERAWATAN DIRI PADA ANAK DENGAN DOWN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42329/1/HANNA... · DOWN SYNDROME DI YAYASAN PERSATUAN ORANG TUA ... sehingga

Dapat mengikuti perintah 27 60,0 18 40,0 0 0 45 100

Dapat mengungkapkan

kesukaan 31 68,9 13 28,9 1 2,2 45 100

Tabel 5.14

Distribusi Frekuensi Anak dengan Down SyndromeBerdasarkan Sub-item

Pernyataan Kemampuan Perawatan Diri Anak di Yayasan POTADS Jakarta

Tahun 2018 (N= 45)

Sub-Item

Pekerjaan

Rumah Tangga

Kemampuan

Jumlah Selalu

Mampu

Kadang-kadang

Mampu

Tidak Pernah

Mampu

n % n % n % n %

Mencuci piring/ gelas 7 15,6 24 53,3 14 31,1 45 100

Menyapu lantai 10 22,2 28 62,2 7 15,6 45 100

Mengepel lantai 7 15,6 28 62,2 10 22,2 45 100

Membersihkan jendela 5 11,1 28 62,2 12 26,7 45 100

Mencuci pakaian 2 4,4 19 42,2 24 53,3 45 100

Membantu menyediakan

makan 12 26,7 22 48,9 11 24,4 45 100

Merapikan ruang/ kamar

tidur 11 24,4 26 57,8 8 17,8 45 100

Tabel 5.15

Distribusi Frekuensi Anak dengan Down SyndromeBerdasarkan Sub-item

Pernyataan Kemampuan Perawatan Diri Anak di Yayasan POTADS Jakarta

Tahun 2018 (N= 45)

Sub-Item

Perlindungan Diri

Kemampuan

Jumlah Selalu

Mampu

Kadang-kadang

Mampu

Tidak Pernah

Mampu

n % n % n % n %

Menghindari orang sedang

merokok 20 44,4 19 42,2 6 13,3 45 100

Memakai helm bila naik

motor 26 57,8 17 37,8 2 4,4 45 100

Menghindari api/ sumber

listrik/ benda tajam 19 42,2 22 48,9 4 8,9 45 100

Page 115: KEMAMPUAN PERAWATAN DIRI PADA ANAK DENGAN DOWN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42329/1/HANNA... · DOWN SYNDROME DI YAYASAN PERSATUAN ORANG TUA ... sehingga

Hasil Uji Validitas Kuesioner

Item-Total Statistics

Scale Mean if

Item Deleted

Scale Variance

if Item Deleted

Corrected Item-

Total

Correlation

Cronbach's

Alpha if Item

Deleted

Skor Jawaban Q1 143.00 326.320 .660 .951

Skor Jawaban Q2 142.85 325.895 .724 .951

Skor Jawaban Q3 142.96 327.318 .589 .952

Skor Jawaban Q4 143.27 325.645 .760 .951

Skor Jawaban Q5 143.50 322.740 .630 .951

Skor Jawaban Q6 143.00 326.720 .561 .952

Skor Jawaban Q7 143.38 322.006 .721 .951

Skor Jawaban Q8 143.15 320.535 .664 .951

Skor Jawaban Q9 143.54 315.218 .752 .951

Skor Jawaban Q10 142.69 329.102 .545 .952

Skor Jawaban Q11 142.58 334.014 .296 .953

Skor Jawaban Q12 142.81 331.922 .386 .952

Skor Jawaban Q13 142.65 330.075 .499 .952

Skor Jawaban Q14 142.65 330.075 .499 .952

Skor Jawaban Q15 142.92 328.314 .613 .952

Skor Jawaban Q16 142.65 328.555 .585 .952

Skor Jawaban Q17 142.85 328.215 .595 .952

Skor Jawaban Q18 143.38 330.246 .408 .952

Skor Jawaban Q19 142.92 325.754 .761 .951

Skor Jawaban Q20 142.96 329.558 .559 .952

Skor Jawaban Q21 142.92 327.594 .655 .952

Skor Jawaban Q22 142.85 326.855 .518 .952

Skor Jawaban Q23 143.08 333.674 .301 .953

Skor Jawaban Q24 143.69 336.062 .121 .954

Skor Jawaban Q25 142.73 329.645 .510 .952

Skor Jawaban Q26 143.15 324.695 .551 .952

Skor Jawaban Q27 142.73 326.125 .705 .951

Skor Jawaban Q28 142.27 339.325 .000 .953

Skor Jawaban Q29 142.69 331.822 .341 .953

Skor Jawaban Q30 142.35 340.155 -.090 .953

Skor Jawaban Q31 142.42 341.054 -.137 .954

Skor Jawaban Q32 142.38 336.486 .229 .953

Skor Jawaban Q33 142.65 336.315 .152 .953

Skor Jawaban Q34 142.58 333.694 .315 .953

Page 116: KEMAMPUAN PERAWATAN DIRI PADA ANAK DENGAN DOWN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42329/1/HANNA... · DOWN SYNDROME DI YAYASAN PERSATUAN ORANG TUA ... sehingga

Skor Jawaban Q35 142.46 339.538 -.025 .954

Skor Jawaban Q36 142.46 333.378 .394 .952

Skor Jawaban Q37 143.00 326.000 .489 .952

Skor Jawaban Q38 142.69 326.782 .584 .952

Skor Jawaban Q39 142.38 340.566 -.112 .954

Skor Jawaban Q40 142.42 339.774 -.043 .954

Skor Jawaban Q41 142.73 332.045 .327 .953

Skor Jawaban Q42 143.00 333.200 .233 .953

Skor Jawaban Q43 143.27 330.365 .420 .952

Skor Jawaban Q44 143.00 329.680 .347 .953

Skor Jawaban Q45 143.31 326.222 .529 .952

Skor Jawaban Q46 143.19 326.402 .553 .952

Skor Jawaban Q47 143.38 323.606 .549 .952

Skor Jawaban Q48 143.15 324.615 .607 .952

Skor Jawaban Q49 143.19 324.642 .632 .951

Skor Jawaban Q50 143.38 321.766 .618 .951

Skor Jawaban Q51 143.46 320.898 .620 .951

Skor Jawaban Q52 142.92 329.594 .539 .952

Skor Jawaban Q53 142.62 331.606 .362 .953

Skor Jawaban Q54 143.50 321.860 .729 .951

Skor Jawaban Q55 143.23 328.105 .572 .952

Skor Jawaban Q56 143.35 326.075 .639 .951

Skor Jawaban Q57 143.38 325.286 .578 .952

Skor Jawaban Q58 143.73 327.405 .550 .952

Skor Jawaban Q59 143.23 323.305 .599 .952

Skor Jawaban Q60 143.12 323.786 .688 .951

Skor Jawaban Q61 143.04 323.158 .567 .952

Skor Jawaban Q62 142.73 331.645 .346 .953

Skor Jawaban Q63 143.12 326.906 .490 .952

Hasil Uji Reliabilitas Kuesioner

Reliability Statistics

Cronbach's

Alpha

N of Items

.953 63

Page 117: KEMAMPUAN PERAWATAN DIRI PADA ANAK DENGAN DOWN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42329/1/HANNA... · DOWN SYNDROME DI YAYASAN PERSATUAN ORANG TUA ... sehingga

Hasil Oalahan SPSS Univariat

a. Karakteristik Anak

Usia

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid

6-9 tahun 30 66.7 66.7 66.7

10-13 tahun 8 17.8 17.8 84.4

14-17 tahun 7 15.6 15.6 100.0

Total 45 100.0 100.0

Jenis_kelamin

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid

Laki-laki 29 64.4 64.4 64.4

Perempuan 16 35.6 35.6 100.0

Total 45 100.0 100.0

Pendidikan

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid

SD 36 80.0 80.0 80.0

SMP 6 13.3 13.3 93.3

SMA 3 6.7 6.7 100.0

Total 45 100.0 100.0

riwayat_penyakit

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid

Ada 11 24.4 24.4 24.4

Tidak Ada 34 75.6 75.6 100.0

Total 45 100.0 100.0

Page 118: KEMAMPUAN PERAWATAN DIRI PADA ANAK DENGAN DOWN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42329/1/HANNA... · DOWN SYNDROME DI YAYASAN PERSATUAN ORANG TUA ... sehingga

kelemahan_fisik

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid

Ada 8 17.8 17.8 17.8

Tidak Ada 37 82.2 82.2 100.0

Total 45 100.0 100.0

yang_merawat

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid

Orang Tua 38 84.4 84.4 84.4

Pengasuh 7 15.6 15.6 100.0

Total 45 100.0 100.0

b. Kemampuan Perawatan Diri Anak

Perawatan_Diri

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid

mandiri 10 22.2 22.2 22.2

dibantu sebagian 24 53.3 53.3 75.6

dibantu total 11 24.4 24.4 100.0

Total 45 100.0 100.0

c. Kemampuan Perawatan Diri Berdasarkan Subvariabel Kuesioner

Kebersihan_Diri

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid

mandiri 15 33.3 33.3 33.3

dibantu sebagian 22 48.9 48.9 82.2

dibantu total 8 17.8 17.8 100.0

Total 45 100.0 100.0

Page 119: KEMAMPUAN PERAWATAN DIRI PADA ANAK DENGAN DOWN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42329/1/HANNA... · DOWN SYNDROME DI YAYASAN PERSATUAN ORANG TUA ... sehingga

Makan_Minum

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid

mandiri 22 48.9 48.9 48.9

dibantu sebagian 13 28.9 28.9 77.8

dibantu total 10 22.2 22.2 100.0

Total 45 100.0 100.0

Berpakaian

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid

mandiri 12 26.7 26.7 26.7

dibantu sebagian 24 53.3 53.3 80.0

dibantu total 9 20.0 20.0 100.0

Total 45 100.0 100.0

Mobilisasi_Pergerakan

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid

mandiri 15 33.3 33.3 33.3

dibantu sebagian 21 46.7 46.7 80.0

dibantu total 9 20.0 20.0 100.0

Total 45 100.0 100.0

Sosialissi_Perkembangan

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid

mandiri 12 26.7 26.7 26.7

dibantu sebagian 23 51.1 51.1 77.8

dibantu total 10 22.2 22.2 100.0

Total 45 100.0 100.0

Page 120: KEMAMPUAN PERAWATAN DIRI PADA ANAK DENGAN DOWN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42329/1/HANNA... · DOWN SYNDROME DI YAYASAN PERSATUAN ORANG TUA ... sehingga

Pekerjaan_Rumah

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid

mandiri 13 28.9 28.9 28.9

dibantu sebagian 25 55.6 55.6 84.4

dibantu total 7 15.6 15.6 100.0

Total 45 100.0 100.0

Perlindungan_Diri

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid

mandiri 21 46.7 46.7 46.7

dibantu sebagian 18 40.0 40.0 86.7

dibantu total 6 13.3 13.3 100.0

Total 45 100.0 100.0

d. Kemampuan Perawatan Diri Berdasarkan Usia Anak

Usia * PerawatanDiri Crosstabulation

PD Total

mandiri dibantu sebagian dibantu total

Usia

6-9 tahun

Count 1 20 9 30

% within Usia 3.3% 66.7% 30.0% 100.0%

% within PD 10.0% 83.3% 81.8% 66.7%

% of Total 2.2% 44.4% 20.0% 66.7%

10-13 tahun

Count 4 2 2 8

% within Usia 50.0% 25.0% 25.0% 100.0%

% within PD 40.0% 8.3% 18.2% 17.8%

% of Total 8.9% 4.4% 4.4% 17.8%

14-17 tahun

Count 5 2 0 7

% within Usia 71.4% 28.6% 0.0% 100.0%

% within PD 50.0% 8.3% 0.0% 15.6%

% of Total 11.1% 4.4% 0.0% 15.6%

Total Count 10 24 11 45

% within Usia 22.2% 53.3% 24.4% 100.0%

Page 121: KEMAMPUAN PERAWATAN DIRI PADA ANAK DENGAN DOWN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42329/1/HANNA... · DOWN SYNDROME DI YAYASAN PERSATUAN ORANG TUA ... sehingga

% within PD 100.0% 100.0% 100.0% 100.0%

% of Total 22.2% 53.3% 24.4% 100.0%

e. Kemampuan Perawatan Diri Berdasarkan Jenis Kelamin Anak

Jenis_kelamin * PerawatanDiri Crosstabulation

PD Total

mandiri dibantu

sebagian

dibantu

total

Jenis_

kelamin

Laki-laki

Count 6 16 7 29

% within Jenis_kelamin 20.7% 55.2% 24.1% 100.0%

% within PD 60.0% 66.7% 63.6% 64.4%

% of Total 13.3% 35.6% 15.6% 64.4%

Perempuan

Count 4 8 4 16

% within Jenis_kelamin 25.0% 50.0% 25.0% 100.0%

% within PD 40.0% 33.3% 36.4% 35.6%

% of Total 8.9% 17.8% 8.9% 35.6%

Total

Count 10 24 11 45

% within Jenis_kelamin 22.2% 53.3% 24.4% 100.0%

% within PD 100.0% 100.0% 100.0% 100.0%

% of Total 22.2% 53.3% 24.4% 100.0%

f. Kemampuan Perawatan Diri Berdasarkan Pendidikan Anak

pendidikan * PerawatanDiri Crosstabulation

PD Total

mandiri dibantu

sebagian

dibantu total

pendidikan

SD

Count 4 21 11 36

% within pendidikan 11.1% 58.3% 30.6% 100.0%

% within PD 40.0% 87.5% 100.0% 80.0%

% of Total 8.9% 46.7% 24.4% 80.0%

SMP

Count 4 2 0 6

% within pendidikan 66.7% 33.3% 0.0% 100.0%

% within PD 40.0% 8.3% 0.0% 13.3%

Page 122: KEMAMPUAN PERAWATAN DIRI PADA ANAK DENGAN DOWN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42329/1/HANNA... · DOWN SYNDROME DI YAYASAN PERSATUAN ORANG TUA ... sehingga

% of Total 8.9% 4.4% 0.0% 13.3%

SMA

Count 2 1 0 3

% within pendidikan 66.7% 33.3% 0.0% 100.0%

% within PD 20.0% 4.2% 0.0% 6.7%

% of Total 4.4% 2.2% 0.0% 6.7%

Total

Count 10 24 11 45

% within pendidikan 22.2% 53.3% 24.4% 100.0%

% within PD 100.0% 100.0% 100.0% 100.0%

% of Total 22.2% 53.3% 24.4% 100.0%

g. Kemampuan Perawatan Diri Berdasarkan Riwayat Penyakit Anak

riwayat_penyakit * PerawatanDiri Crosstabulation

PD Total

mandiri dibantu

sebagian

dibantu

total

riwayat_

penyakit

Ada

Count 1 6 4 11

% within riwayat_penyakit 9.1% 54.5% 36.4% 100.0%

% within PD 10.0% 25.0% 36.4% 24.4%

% of Total 2.2% 13.3% 8.9% 24.4%

Tidak

Ada

Count 9 18 7 34

% within riwayat_penyakit 26.5% 52.9% 20.6% 100.0%

% within PD 90.0% 75.0% 63.6% 75.6%

% of Total 20.0% 40.0% 15.6% 75.6%

Total

Count 10 24 11 45

% within riwayat_penyakit 22.2% 53.3% 24.4% 100.0%

% within PD 100.0% 100.0% 100.0% 100.0%

% of Total 22.2% 53.3% 24.4% 100.0%

Page 123: KEMAMPUAN PERAWATAN DIRI PADA ANAK DENGAN DOWN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42329/1/HANNA... · DOWN SYNDROME DI YAYASAN PERSATUAN ORANG TUA ... sehingga

h. Kemampuan Perawatan Diri Berdasarkan Kelemahan/ Kelainan Fisik

kelemahan_fisik * PerawatanDiri Crosstabulation

PD Total

mandiri dibantu

sebagian

dibantu

total

kelemahan_f

isik

Ada

Count 2 3 3 8

% within kelemahan_fisik 25.0% 37.5% 37.5% 100.0%

% within PD 20.0% 12.5% 27.3% 17.8%

% of Total 4.4% 6.7% 6.7% 17.8%

Tidak

Ada

Count 8 21 8 37

% within kelemahan_fisik 21.6% 56.8% 21.6% 100.0%

% within PD 80.0% 87.5% 72.7% 82.2%

% of Total 17.8% 46.7% 17.8% 82.2%

Total

Count 10 24 11 45

% within kelemahan_fisik 22.2% 53.3% 24.4% 100.0%

% within PD 100.0% 100.0% 100.0% 100.0%

% of Total 22.2% 53.3% 24.4% 100.0%

Page 124: KEMAMPUAN PERAWATAN DIRI PADA ANAK DENGAN DOWN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42329/1/HANNA... · DOWN SYNDROME DI YAYASAN PERSATUAN ORANG TUA ... sehingga

i. Kemampuan Perawatan Diri Berdasarkan Merawat/ Mengasuh Anak

yang_merawat * PerawatanDiri Crosstabulation

PD Total

mandiri dibantu

sebagian

dibantu

total

yang_me

rawat

Orang Tua

Count 9 20 9 38

% within yang_merawat 23.7% 52.6% 23.7% 100.0%

% within PD 90.0% 83.3% 81.8% 84.4%

% of Total 20.0% 44.4% 20.0% 84.4%

Pengasuh

Count 1 4 2 7

% within yang_merawat 14.3% 57.1% 28.6% 100.0%

% within PD 10.0% 16.7% 18.2% 15.6%

% of Total 2.2% 8.9% 4.4% 15.6%

Total

Count 10 24 11 45

% within yang_merawat 22.2% 53.3% 24.4% 100.0%

% within PD 100.0% 100.0% 100.0% 100.0%

% of Total 22.2% 53.3% 24.4% 100.0%