kelompok pih.doc
TRANSCRIPT
LAPORAN KELOMPOK TRIGGER II
PIH (Pregnancy Induced Hypertension)
OLEH:
1. Ardiana Ius Primastuti (115070200111007)
2. Alfin Firstia Rahadi (115070200111009)
3. Ida Maryati T (115070200111011)
4. Etri Nurhayati (115070201111019)
5. Shinta Ardiana P (115070201111021)
6. Afiat Arif Ibrahim (115070207111001)
7. Hesti Purwaningsih (115070200111049)
8. Amildya Dwi Arisanti (115070200111051)
9. Wisam Wafi K (11507020111015)
10. Irma Kurniawati (115070200111019)
ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2013
SLO PIH
1. Definisi + Klasifikasi PIH
2. Epidemiologi PIH
3. Etiologi + Faktor Resiko PIH
4. Patofisiologi PIH
5. Manifestasi Klinis PIH
6. Pemeriksaan Diagnostik PIH
7. Penatalaksanaan Medis PIH
8. Kompikasi PIH
9. Pencegahan PIH
10. Asuhan Keperawatan PIH
PEMBAHASAN
I. Definisi + Klasifikasi
Hipertensi kronik adalah tekanan darah sistolik lebih atau sama dengan 140 mmHG
dan atau tekanan darah diastolik lebih atau sama dengan 90mm Hg yang telah ada
sebelum kehamilan, yang bertahan sampai lebih dari 20 minggu pasca partus.
Preeklampsia
Timbulnya hipertensi (tekanan darah ≥ 140 mmHg) disertai proteinuria (kandungan
protein dalam urin ≥ 300 mg/dL) pada usia kehamilan lebih dari 20 minggu atau
segera saat persalinan. Preeklampsia sendiri dibagi menjadi:
a. Preeklampsia ringan
Jika tekanan darah sistolik 140 - <160 mmHg atau tekanan darah diastolik 90 -
<110 mmHg
b. Preeklampsia berat
Jika tekanan darah sistolik ≥160 mmHg dan tekanan diastolik ≥110 mmHg,
proteinuria >5 gr/jumlah urin selama 24 jam atau dipstick +4, oliguria, kadar
kreatinin serum meningkat (>1,2 mg/dL), edema paru dan sianosis, gangguan visus
dan serebral disertai sakit kepala yang menetap, nyeri epigastrium yang menetap,
trombositopenia <100.000 sel/mm3, peningkatan enzim hepar, hemolisis (HEELP
syndrome)
Eklampsia
Preeklampsia yang disertai kejang tonik klonus disusul dengan koma
Hipertensi gestasional
Munculnya onset hipertensi setelah 20 minggu gestasi, tidak ada tanda-tanda
preeklampsia dan kembali normal setelah 3 bulan postpartum
Hipertensi kronik
Ditemukannya tekanan darah ≥140/90 mmHg sebelum kehamilan atau sebelum
kehamilan 20 minggu dan tidak menghilang setelah 12 minggu pasca persalinan.
Hipertensi kronik dibedakan menjadi :
a. Hipertensi kronik esensial
Tekanan darah >140/90 mmHg sebelum konsepsi atau sebelum 20 minggu tanpa
penyebab atau tekanan darah <140/90 mmHg saat memasuki kehamilan dengan
konsumsi antihipertensi.
b. Hipertensi kronik sekunder
Hipertensi kronik yang disebabkan oleh penyakit ginjal kronis, stenosis arteri
renal, penyakit sistemik dengan ginjal yang terkait, kelainan endokrin, coarctasio
aorta, dsb.
Superimposed preeklampsia/eklampsia
Timbulnya proteinuria pada wanita hamil yang sebelumnya telah mengalami
hipertensi namun proteinuria hanya timbul setelah minggu ke 20 kehamilan
(Queensland Clinical Guidelines HDP, 2010) Hipertensi pada kehamilan di klasifikasikan menjadi 2, yaitu :
a. PIH
Merupakan Hipertensi yang terjadi karena kehamilan, pada sebelumnya tekanan
darah ibu normal namun pada saat usia kehamilan kurang lebih diatas 20 minggu
mengalami peningkatan 140/90 mmHg. PIH terjadi dalam 2 tahap, pertama fase
preeclampsia yaitu peningkatan proteinuria kemudian fase eklampsia yaitu terjadi
kejang bahkan sampai koma.
b. Superimposed Preeklampsia
Merupakan Hipertensi pada kehamilan yang sebelumnya sang ibu mempunyai
riwayat hipertensi kronik dan timbul lagi pada saat kehamilan, biasanya terjadi
saat usia kehamilan ibu dibawah 20 minggu, dan pada kasus ini tak menimbulkan
kejang.
II. Epidemiologi PIH
Data kejadian hipertensi yang diungkapkan WHO dikutip oleh Khan dan rekan dalam
Boestari (1998) bahwa secara sistematis, 16% kematian ibu di negara-negara maju di
seluruh dunia disebabkan hipertensi.
Dalam Profil Kesehatan Indonesia (2008) diketahui bahwa eklampsia (24%) adalah
presentase tertinggi kedua penyebab kematian ibu setelah perdarahan (28%).
Dari berbagai kepustakaan didapat angka kejadian preeklamsia diberbagai negara
antara 7-10%. Di Indonesia sendiri angka kjadia preeklamsia berkisar antara 3,4-8,5%.
Preeklamsi terjadi pada primigravida sebanyak 5,8% primigravida dan 0,4 pada gravida
dua. Tingginya insidensi dinegara-negara berkembang diperkirakan karena kurangnya
perawatan antenatal disertai keterlambatan pasien sampai ke Rumah sakit.
Angka kematian ibu akibat hipertensi pada kehamilan masih menempatkan Indonesia
pada peringkat 12 dari 18 negara ASEAN dan SEARO menurut profil kesehatan
Indonesia tahun 2010.
Kasus preeklampsia dan eklampsia terjasi pada 6 – 8% wanita hamil di Indonesia (Ben-
Zion, 1994).
Kasus preeklampsia lebih banyak terjadi pada ibu hamil usia <20 tahun dan ≥35 tahun
(rochjati, 2003).
Preeklampsia terjadi pada 85% primigravida dan meningkat lagi pada
grandemultigravida (Bobak, 2005).
III. Etiologi + Faktor Resiko
Penyebab pre eklamsiasaatinitakbisadiketahuidenganpasti, walaupun penelitian yang
dilakukan terhadap penyakit ini sudah sedemikian maju. Semuanya baru didasarkan pada
teori yang dihubungkan dengan kejadian. Itulah sebab preeklamsia disebut juga
“disease of theory” (Rukiyah, 2010).
Teori yang dapat diterima haruslah dapatm enerangkan hal – hal berikut :
1. Sebab bertambahnya frekuensi pada primigravida, kehamilan ganda, hidramnion,
dan molahidatidosa;
2. sebab bertambahnya frekuensi dengan makin tuanyak ehamilan;
3. sebab dapat terjadinya perbaiakan keadaan penderita dengan kematian janin dalam
uterus;
4. sebab jarangnya terjadi eklamsia pada kehamilan-kehamilan berikutnya ; dan
5. sebab timbulnya hipertensi, edema, proteinuria, kejang dan koma.
(Hanifa W, 2006).
Dari hal-hal tersebut diatas, jelaslah bahwa bukan hanya satu faktor, melainkan banya kfaktor yang
menyebabkan preeklamsia dan eklamsia.
Adapun teori-teori yang dihubungkan dengan terjadinya preeklamsia adalah:
1. Peran prostasiklin dan trombiksan
2. Pada preeklamsia didapatkan kerusakan pada endotel vaskular, sehingga terjadi penurunan
produksi prostsiklin (PGI 2) yang pada kehamilan normal meningkat, aktifasi pengumpulan
dan fibrinolisis, yang kemudian akan diganti thrombin dan plasmin, thrombin akan
mengkonsumsi ant i trombin III, sehingga terjadi deposit fibrin. Aktifasi trombosit
menyebabkan pelepasan tromboksan (TXA2) dan serotonin, sehingga terjadi vasospasme
dan kerusakan endotel (Rukiyah, 2010).
1. Peran factor imunologis
Preeklamsia sering terjadi pada kehamilan pertama dan tidak timbul lagi pada
kehamilan berikutnya. Hal ini dapat diterangkan bahwa pada kehamilan pertama
pembentukan blocking antibodies terhadap antigen plasenta tidak sempurna, yang
semakin sempurna pada kehamilan berikutnya. Beberapa data yang mendukung
adanya system imun pada penderita PE-E,beberapa wanita dengan PE-E mempunyai
komplek imun dalam serum, beberapa studi juga mendapatkan adanya aktifasi
system komplemen pada PE-E diikuti proteinuria (Rukiyah, 2010).
2. Faktor genetik
Beberapa bukti menunjukkan peran factor genetic pada kejadian PE-E antara lain :
a. preeklamsi a hanya terjadi pada manusia;
b. terdapatnya kecenderungan meningkatnya frekuensi PE-E pada anak-anak dari
ibu yang menderita PE-E;
c. kecenderungan meningkatnya frekuensi PE-E pada anak dan cucu ibu hamil
dengan riwayat PE-E dan bukan pada ipar mereka;
d. peran renin-angiotensin-aldosteron sistem (RAAS)
(Rukiyah, 2010).
Yang jelas preeklamsia merupakan salah satu penyebab kematian pada ibu hamil, disamping infeksi
dan perdarahan, Oleh sebab itu, bila ibu hamil ketahuan beresiko, terutama sejak awal kehamilan,
dokter kebidanan dan kandungan akan memantau lebih ketat kondisi kehamilan tersebut.
Beberapa penelitian menyebutkan ada beberapa faktor yang dapat menunjang terjadinya
preeklamsia dan eklamsia. Faktor-faktor tersebut antara lain,gizi buruk, kegemukan, dan gangguan
aliran darah kerahim. Fakto rresiko terjadinya preeklamsia, preeklamsia umumnya terjadi pada
kehamilan yang pertama kali, kehamilan di usia remaja dan kehamilan pada wanita diatas usia 40
tahun. Faktor resiko yang lain adalah riwayat tekanan darah tinggi yang kronis sebelum kehamilan,
riwayat mengalami preeklamsia sebelumnya, riwayat preeklamsia pada ibu atau saudara
perempuan, kegemukan, mengandung lebih dari satu orang bayi, riwayat kencing manis, kelainan
ginjal, lupus atau rematoidartritis (Rukiyah 2010)
Sedangkan menurut Angsar (2008) teori – teorinya sebagai berikut:
1. Teori kelainan vaskularisasi plasenta
Padakehamilan normal, rahim dan plasenta mendapatkan aliran darah dari cabang – cabang
arteri uterin dan arrteri ovarika yang menembus miometrium dan menjadi arteri arkuata,
yang akan bercabang menjadi arteri radialis. Arteri radialis menembus endometrium
menjadi arteri basalis member cabang arterispiralis. Pada kehamilan terjadi invasitrofoblas
kedalam lapisan otot arteri spiralis, yang menimbulkan degenerasi lapisan otot tersebut
sehingga terjadi distensi dan vasodilatasi arteries piralis, yang akan memberikan dampak
penurunan tekanan darah, penurunan resistensi vaskular, dan peningkatan aliran darah
pada utero plasenta. Akibatnya aliran darah kejanin cukup banyak dan perfusi jaringan juga
meningkat, sehingga menjamin pertumbuhan janin dengan baik. Proses ini dinamakan
remodeling arterispiralis. Pada pre eklamsia terjadi kegagalan remodeling menyebabkana
rteris piralis menjadi kaku dan keras sehingga arteri spiralis tidak mengalami distensi
danvasodilatasi, sehingga aliran darah utero plasenta menurun danterjadilah hipoksia dan
iskemia plasenta.
2. Teori Iskemia Plasenta, Radika lbebas, dan Disfungsi Endotel
a. Iskemia Plasenta dan pembentukan Radikal Bebas
Karena kegagalan Remodelling arteri spiralis akan berakibat plasenta mengalami
iskemia, yang akan merangsang pembentukan radikal bebas, yaitu radikal hidroksil (-
OH) yang dianggap sebagai toksin. Radiakl hidroksil akan merusak membrane sel yang
banyak mengandung asam lemak tidak jenuh menjadi peroksida lemak. Periksa dalam
lemak juga akan merusak nucleus dan protein sel endotel.
b. Disfungsi Endotel
Kerusakan membrane sel endotel mengakibatkan terganggunya fungsi endotel, bahkan
rusaknya seluruh struktur sel endotel keadaan ini disebut disfungsi endotel, yang akan
menyebabkan terjadinya :
1. Gangguan metabolism prostalglandin, yaitu menurunnya produksi
prostasiklin (PGE2) yang merupakan suatu vasodilator kuat.
2. Agregasi sel-sel trombosit pada daerah endotel yang mengalami kerusakan.
Agregasi trombosit memproduksi tromboksan (TXA2) yaitu suatu
vasokonstriktor kuat.Dalam keadaan normal kadar prostasiklin lebih banyak
dari pada tromboksan. Sedangkan pada pre eklamsia kadar tromboksan
lebih banyak dari pada prostasiklin, sehingga menyebabkan peningkatan
tekanan darah.
3. Perubahan khas pada sel endotel kapiler glomerulus (glomerular
endotheliosis) .
c. Peningkatan permeabilitas kapiler.
a. Peningkatan produksi bahan – bahan vasopresor, yaitu endotelin. Kadar NO
menurun sedangkan endotelin meningkat.
b. Peningkatan factor koagulasi
c. Teori intoleransi imunologik ibu dan janin
Pada perempuan normal respon imun tidak menolak adanya hasil konsepsi
yang bersifat asing. Hal ini disebabkan adanya Human Leukocyte Antigen
Protein G (HLA-G) yang dapat melindungi trofoblas janin dari lisis oleh sel
natural killer (NK) ibu. HLA-G juga akan mempermudah invasi sel trofoblas
kedalam jaringan desidua ibu. Pada plasenta ibu yang mengalami
preeklamsia terjadi ekspresi penurunan HLA-G yang akan mengakibatkan
terhambatnya invasi trofoblas kedalam desidua. Kemungkinan terjadi
Immune-Maladaptation pada pre eklamsia.
d. Teori Adaptasi kardiovaskular
Pada kehamila normal pembuluh darah refrakter terhadap bahan vasopresor. Refrakter
berarti pembuluh darah tidak peka terhadap rangsangan vasopresor atau dibutuhkan
kadar vasopresor yang lebih tinggi untuk menimbulkan respon vasokonstriksi. Refrakter
ini terjadi akibat adanya sintesis prostalglandin oleh sel endotel. Pada preeklamsia
terjadi kehilangan kemampuan refrakter terhadap bahan vasopresor sehingga pembuluh
darah menjadi sangat peka terhadap bahan vasopresor sehingga pembuluh darah akan
mengalami vasokonstriksi dan mengakibatkan hipertensi dalam kehamilan.
3. Teori Genetik
Ada factor keturunandan familial dengan model gen tunggal. Genotype ibu lebih
menentukan terjadinya hipertensi dalam kehamilan secara familial jika dibandingkan dengan
genotype janin. Telah terbukti bahwa ibu yang mengalami pre eklamsia, 26% anak
perempuannya akan mengalami pre eklamsia pula, sedangkan hanya 8% anak menantu
mengalami pre eklamsia.
4. Teori Defisiensi Gizi
Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa defisiensi gizi berperan dalam terjadinya
hipertensi dalam kehamilan. Penelitian terakhir membuktikan bahwakonsumsi minyak ikan
dapat mengurangi resiko pre eklamsia. Minyak ikan banyak mengandung asam lemak tidak
jenuh yang dapat menghambat produksi tromboksan, menghambat aktivasi trombosit, dan
mencegah vasokonstriksi pembuluh darah.
5. Teori Stimulas iInflamasi
Teori ini berdasarkan bahwa lepasnya debris trofoblas di dalam sirkulasi darah merupakan
rangsangan utama terjadinya proses inflamasi. Berbeda dengan proses apoptosis pada pre
eklamsia, dimana pada pre eklamsia terjadi peningkatan stress oksidatif sehingga produksi
debris trofoblas dan nekrotik trofoblas juga meningkat. Keadaan ini mengakibatkan respon
inflamasi yang besarjuga. Respon inflamasi akan mengaktifasi sel endotel dan sel makrofag/
granulosit yang lebih besar pula, sehingga terjadi reaksi inflamasi menimbul kangejala –
gejala pre eklamsia pada ibu.
6. Teori iskemik regio uteroplasenter
Pada kehamilan terjadi invasi sel-sel trofoblas masuk ke dalam arteri spiralis di miometrium
sehingga arteri melebar dan tetap mambuka untuk menjaga aliran darah, oksigen, dan
nutrisi ke janin. Invasi ini terjadi pada trimester kedua. Pada pasien preeklampsia dan
eklampsia, invasi pada trimester kedua ini tidak terjadi, sehingga terjadi hambatan pada
aliran oksigen dan nutrisi ke uterus dan menyebabkan keadaan “iskemik regio
uteroplasenter” pada sekitar minggu ke 20. Iskemik yang terjadi pada regio uteropalsenter
menyebabkan plasenta mengeluarkan beberapa faktor yaitu peningkatan pada endothelin 1
(ET-1) dan tromboxan (TBX) yang merupakan vasokonstriktor, penurunan pada prostasiklin
(PGI2) dan nitrit oksid (NO) yang merupakan vasodilatator, serta peningkatan sensitivitas
terhadap angiotensin II dengan kata lain terjadi ketidakseimbangan vasokonstriktor dan
vasodilatator dan menyebabkan timbulnya peningkatan total resistensi perifer yang pada
akhirnya menimbulkan hipertensi.
7. Dari penelitian terakhir yang dilakukan di USA menemukan organism yang disebut Hydatoxi
Lualba yang menyebabkan PIH.
IV. Patofisiologi PIH
V. Manifestasi Klinis PIH
a. Preeklamsi Ringan
TD ≥ 140/ 90 mmHg
Proteinuria ≥ 300 mg /24 jam atau pemeriksaan kuantitatif +1 atau +2
Edema Generalisata ( edema pada kaki, tangan muka dan perut)
b. Preeklamsi Berat
TD ≥ 160/110 mmHg
Proteinuria ≥5 gr/24 jam
Oliguria yaitu produksi urin ≤500 cc/24 jam
Kenaikan kadar serum kreatini ≥ 1,2 mg/dl
Gangguan visus dan serebral, penurunan kesadaran, nyeri kepala dan
pandangan kabur
Nyeri epigastrium / nyeri pada kuadran kanan abdomen
Edema paru paru dan sianosis
Trombositopenia
Nyeri Ulu Hati
Perdarahan di retina
( Fadlun 2011)
c. Pada Eklampsia
Kejang kejang.
Kejang dalam eklampsia terdapat 4 tahapan yaitu
a. Tingkat Awal / Aura (invasi)
Berlangsung 30-35 detik. Mata terpaku dan terbuka tanpa melihat
( pandangan kosong),. Kelopak mata dan tangan bergetar, kepala diputar
kekanan dan kiri
b. Stadium Kejang Tonik
Seluruh otot badan menjadi kaku, wajah kaku tangan menggenggam dan
kaki membengkok ke dalam, pernafasan berhenti dan wajah mulai
sianosis,lidah dapat tergigit dan berlangsung kira kira 20-30 detik
c. Sradium Kejang Klonik
Semua oto berkontraksi dan berulang ulang dalam waktu yang cepat,
mulut terbuka dan menutup, keluar ludah berbusa dan lidah dapat
tergigit. Mata melotot, muka kelihatan kongesti dan sianosis. Setelah
berlangsung selama 1-2 menit kejang klonik berhenti dan pasien tidak
sadar, menarik napas seperti orang yang mendengkur
d. Stadium Koma
Ketidaksadaran ini berlangsung beberapa menit sampai beberapa jam.
Terkadang antara kesadran timbul serangan baru dan akhirnya pasien
tetap dalam keadaan koma.
Nyeri kepala hebat pada bagian depan atau belakang kepala yang diikuti
dengan peningkatan TD yang abnormal.
Gangguan Penglihatan pasien akan melihat kilatan-kiltan cahaya pandangan
kabur dan terkadang bisa kebutaan sementara.
Irritable : ibu merasa gelisah dan tidak bisa bertoleransi dengan suara
berisik/gangguan lainnya.
Nyeri perut pada bagian ulu hati yang kadang disertai dengan muntah.
Terdapat tanda-tanda umum preeklamsia
Koma
Menurut prawirohardjo (2008) perubahan pada sistem dan organ tubuh pasien preeklampsia
adalah:
Perubahan kardiovaskuler
Penderita preeklampsia sering mengalami gangguan fungsi kardiovaskuler yang parah akibat
afterload jantung yang meningkat (Cunningham, 2006)
Ginjal
Terjadi perubahan fungsi gnjal akibat penurunan aliran darah ke ginjal akibat hipovolemik,
kerusakan sel glomerulus mengakibatkan menigkatnya permeabilitas mebran basalis
sehingga terjadi kebocoran dan meningkatnya proteinuria dan gagal ginjal akut akibat
nekrosis tubulus ginjal
Viskositas darah
Viskositas darah meningkat pada preeklampsia dan mengakibatkan meningkatnya resistensi
perifer dan menurunnya aliran darah ke organ tubuh
Hematokrit
Meningkat karena terjadi hipovolemia
Edema
Terjadi karena kerusakan sel endothel kapiler. Edema yang patologi bila terjadi pada kaki,
tangan, atau generalisata disertai kenaikan berat badan yang cepat
Hepar
Terjadi perubahan pada hepar akibat vasospasme, iskemik, dan perdarahan. Akan terjadi
nekrosis sel hepar dan peningkatan enzim hepar. Perdarahan terjadi pada sel periportal
lobus perifer dan bisa meluas pada daerah epigastrium sehingga timbul nyeri epigastrium
dan pada akhirnya akan terjadi ruptur hepar
Neurologik dan Penglihatan
Nyeri kepala disebabkan karena hipoperfusi otak. Akibat spasme arteri retina dan edema
retina dapat terjadi gangguan visus.
Paru
Edema paru disebabkan oleh payah jantung kiri, kerusakan sel endothel pada pembuluh
darah kapiler paru dan menurunnya diuresis.
Faktor Resikonya juga ada, dan dibagi menjadi 2 yaitu :
Moderate:
Usia 40 tahun atau lebih
Primigravida
Kehamilan multipel
Jarak kehamilan lebih dari 10 tahun
BMI 35 atau lebih
Riwayat preeklampsia keluarga
High risk:
Hipertensi kronis
Penyakit ginjal kronis
Hipertensi pada kehamilan sebelumnya
Diabetes
Penyakit autoimun
VI. Pemeriksaan Diagnostik PIH
1. Anamnesa
Perlu dilakukan pengkajian adanya gejala-gejala, penyakit terdahulu, riwayat penyakit
keluarga, riwayat gaya hidup dan sebagainya
2. Pengukuran tekanan darah dengan sphygmomanometer
3. Pengukuran kadar proteinuria
Pengukuran proteinuria dengan dipstick :
+1 = 0,3 – 0,45 gr/L (95% + nilai prediktif untuk preeklampsia berat)
+2 = 0,45 – 1 gr/L
+3 = 1 – 3 gr/L (36% + nilai prediktif untuk preeklampsia berat)
+4 = >3 gr/L (36% + nilai prediktif untuk preeklampsia berat)
4. Pemeriksaan Fisik
Kardiovaskuler
Evaluasi blood pressure, suara jantung, dan nadi perifer
Paru
Auskultasi untuk mendiagnosis edema paru
Abdomen
Palpasi untuk menentukan adanya nyeri epigastrium
Refleks
Adanya klonus
Fundoskopi
Untuk menentukan adanya retinopati grade I – III
5. Pemeriksaan hemoglobin dan hematokrit
Peningkatan menunjukkan adanya hemokonsentrasi yang mendukung diagnosis
preeklampsia, menggambarkan beratnya hipovolemia, dan nilai yang menurun
menunjukkan terjadinya hemolisis
6. Pemeriksaan trombosit
Trombositopenia menggambarkan preeklampsia berat
7. Tes kreatinin serum, asam urat serum, dan BUN
Kreatinin serum meningkat > 1 ng/dL, asam urat > 5,5 mg/dL, BUN > 1 mg/Dl
Peningkatan tersebut menggambarkan :
Beratnya hipovolemia
Menurunnya aliran darah ke ginjal
Oliguria
Tanda preeklampsia berat
8. Transaminase serum
Meningkat menunjukkan preeklampsia berat dengan gangguan hepar
9. Albumin serum dan antikoagulan
Menggambarkan kebocoran endothel dan kemungkinan koagulopati
10. Lactit acid dehydrogenase
Menggambarkan hemolisis.
11. Penilaian Doppler Ultrasound
Untuk melihat keadaan janin meliputi denyut jantung janin, perkembangan/
pertumbuhan janin, dan untuk melihat gerakan janin.
12. Pemeriksaan EKG
Untuk mengetahui adanya pembesaran jantung dan gangguan konduksi lainnya.
(Wim T Pangemanan, 201)
13. Hasil uji laboratorium yang mungkin abnormal:
Asam urat > 5,5 ng/dl mungkin meningkat sebelum terdapat tanda/gejala lain
preeklampsia
Hemoglobin meningkat atau normal
Kreatinin > 1,0 ng/dl
BUN > 10 ng/dl
Penurunan hitung trombosit
Hipoalbuminemia
Peninggian LDH atau SGOT
Peningkatan produk pemecahan fibrin
Pemanjangan PT/PTT
Skistosit/sel helmet pada apusan perifer (hemolisis)
VII. Penatalaksanaan Medis
Prinsip penatalaksanaan preeklamsia
1. Melindungi ibu dari efek tekanan darah
2. Mencegah progresifitas penyakit menjadi eklamsia
3. Mengatasi atau menurunkan resiko pada janin (solusio plasenta, pertumbuhan janin
terhambat, hipokxia sampai kematian janin).
4. Melahirkan janin dengan cara yang paling aman dan cepat sesegera mungkin setelah
matur atau imatur jika diketahui bahwa resiko janin atau ib akan lebih berat jika
persalinan ditunda lebih lama.
Penatalaksanaan Pre eklamsi Ringan
1. Dapat dikatakan tidak mempunyai risiko bagi ibu maupun janin
2. Tidak perlu segera diberikan obat antihipertensi atau obat lainnya, tidak perlu dirawat
kecuali tekanan darah meningkat terus (batas aman 140-150/90-100 mmhg).
3. Istirahat yang cukup (berbaring / tiduran minimal 4 jam pada siang hari dan minimal 8 jam
pada malam hari)
4. Pemberian luminal 1-2 x 30 mg/hari bila tidak bisa tidur
5. Pemberian asam asetilsalisilat (aspirin) 1 x 80 mg/hari.
6. Bila tekanan darah tidak turun, dianjurkan dirawat dan diberi obat antihipertensi : metildopa
3 x 125 mg/hari (max.1500 mg/hari), atau nifedipin 3-8 x 5-10 mg/hari, atau nifedipin retard
2-3 x 20 mg/hari, atau pindolol 1-3 x 5 mg/hari (max.30 mg/hari).
7. Diet rendah garam dan diuretik tidak perlu
8. Jika maturitas janin masih lama, lanjutkan kehamilan, periksa tiap 1 minggu
9. Indikasi rawat : jika ada perburukan, tekanan darah tidak turun setelah 2 minggu rawat jalan,
peningkatan berat badan melebihi 1 kg/minggu 2 kali berturut-turut, atau pasien
menunjukkan tanda-tanda pre-eklampsia berat. Berikan juga obat antihipertensi.
10. Jika dalam perawatan tidak ada perbaikan, tatalaksana sebagai pre-eklampsia berat. Jika
perbaikan, lanjutkan rawat jalan
11. Pengakhiran kehamilan : ditunggu sampai usia 40 minggu, kecuali ditemukan pertumbuhan
janin terhambat, gawat janin, solusio plasenta, eklampsia, atau indikasi terminasi lainnya.
Minimal usia 38 minggu, janin sudah dinyatakan matur.
12. Persalinan pada pre-eklampsia ringan dapat dilakukan spontan, atau dengan bantuan
ekstraksi untuk mempercepat kala ii.
Penatalaksanaan rawat jalan pasien PE ringan, dengan cara :
1. ibu dianjurkan banyak istirahat (berbaring tidur atau miring),
2. diet : cukup protein, rendah karbohidrat, lemak dan garam;
3. pemberian sedative ringan : tablet phenoberbital 3x30mg atau diazepam
3x2mg/oral selama 7 hari (atas instruksi dokter); roborantia;
4. kunjungan ulang setiap 1 minggu; pemeriksaan lab : Hb, hematokrit, trombosit, urin
lengkap, asam urat darah, fungsi hati dan ginjal.
Penatalaksanaan rawat inap pasien PE ringan berdasarkan kriteria :
1. setelah 2 minggu pengobatan rawat jalan tidak menunjukkan adanya perbaikan dari
gejala-gejala PE;
2. kenaikan BB 1 kg atau lebih/ minggu selama 2 kali berturut-turut (2 minggu);
3. timbul salah satu atau lebih gejala atau tanda-tanda PE berat.
Sikap Obstetri
Kehamilan preterm (< 37 minggu) bila desakan darah mencapai normotensif selama
perawatan, persalinan ditunggu sampai aterm; bila desakan darah turun tetapi belum
mencapai normotensif selama perawatan maka kehamilannya dapat diakhiri pada umur
kehamilan 37 minggu atau lebih.
Kehamilan aterm (37 minggu atau lebih): persalinan ditunggu sampai terjadi tanda-tanda
adanya persalinan atau dipertimbangkan untuk melakukan persalinan pada taksiran tanggal
persalinan.
Cara persalinan : persalinan dapat dilakukan secara spontan bila perlu memperpendek kala II
Penatalaksanaan Preeklamsia berat
1. penderita preeklampsia berat harus segera masuk Rumah sakit untuk rawat inap dan
dianjurkan tirah baring k=miring ke satu sisi (kiri).
2. Perawatan yang penting pada preeklampsia dan eklampsia berat ialah pengelolaan cairan
karena penderita preeklampsia dan eklampsia mempunyai resiko tinggi untuk terjadinya
edema paru dan oliguria.
3. Oleh karenaitu, monitoring input cairan (melalui oral ataupun infus) dan output cairan
(melalui urin) menjadi sangat penting. Artinya harus dilakukan pengukuran secara tepat
berapa jumlah cairan yang dimasukkan dan dikeluarkan melalui urin.
Cairan yang diberikan berupa
a. 5% Ringer-dekstrose atau cairan daram faali, jumlah tetesan: < 125 cc/jam
b. Infus dektrose 5% yng tiap 1 liternya diselingi dengna infus Ringer Laktat (60-
125cc/jam) 500cc
c. Dipasang foley catheter untuk mengukur pengeluaran urin. Oliguria terjadi
bila produksi urin < 30 cc/jam dalam 2-3 jam atau < 500 cc/24 jam.
4. Diberikan antasida untuk menetralisir asalam lambung sehingga bila mendadak kejang,
dapat menghindari resiko aspirasi asam lambung yan sangat asam.
5. Diet yang cuukup protein, rendah karbohidrat, lemak, dan garam.
6. Pemberian obat anti kejang
- MgSO4
- Diazepam
- Fenitoin
Magnesium sulfat lebih efektif diberikan sebagai anti kejang, cara kerja magnesium sulfat
ialah mengahambat atau menurunkan asetikolin pada rangsangan serat saraf dengan
menghambat transmisi neuromuskular. Transmisi neuromuskular membutuhkan kalsium
pada sinaps. Pada pemberian magnesium sulft, magnesium akan menggeser kalsium,
sehingga aliran rangsangan tidak terjadi (terjadi kompetitif inhibition antara ion kalsium dan
iuo magnesium) kadar kalsium yang tinggi dalam darah dapat menghambat kerja magnesium
sulfat.
Cara pemberian:
Loading dose: initial dose
4 gram MgSO4: intravena, (40% dalam 10cc) selama 15 menit.
Meintenance dose:
Diberikan infus dalam larutan Ringer/6 jam atau diberikan 4 atau 5 gram i.m.
selanjutnya meintenance dose diberikan 4 gram i.m. tiap 4-6 jam.
Syarat-syarat pemberian MgSO4:
1. Harus tersedia antidotum MgSO4, bila terjadi intoksikasi yaitu kalsium glukans 10% = 1
g (10% dalam 10cc) diberikan i.v. 3 menit.
2. Refleks patella (+) kuat.
3. Frekuensi pernapasan > 16 kali/menit, tidak ada tanda-tanda distres napas.
Magnesium Sulfat dihentikan bila:
1. Ada tanda-tanda intoksiskasi
2. Setelah 24 jam pascapersalinan atau 24 jam setelah kejang berakhir
Dosis teraupetik dan toksis MgSO4
Dosis terapeutik 4-7 mEq/liter 4,8-8,4 mg/dl
Hilangnaya refleks tendon 10 mEq/liter 12 mg/dl
Terhentinya pernapasan 15 mEq/liter 18 mg/dl
Terhentinya jantung >30 mEq/liter > 36 mg/dl
Pemberian Magnesium sulfat dapat menurunkan resiko kematian ibu dan didapatkan
50% dari pemberiannya menimbulkan efek flushes (rasa panas).
Bila terjadi refrakter terhadap pemberian MgSO4, maka diberikan salah satu obat berikut:
tiopental sodium, sodium amobarbital, diasepam, atau fenitoin.
7. Pemberian antihipertensi
a. Obat pilihan adalah hidralazin, yang diberikan 5 mg IV pelan-pelan selama 5 menit
sampai tekanan darah turun
b. Jika perlu, pemberian hidralazin dapat diulang setiap jam, atau 12,5 mg IM setiap 2
jam.
c. Jika hidralazin tidak tersedia dapat diberikan.
d. Nifedipin 5 mg sublingual. Jika respon tidak baik setelah 10 menit, beri tambahan 5 mg
sublingual;
e. Labetolol 10 mg IV, yang jika respon tidak baik setelah 10 menit, diberikan lagi
labetolol 20 mg IV.
Penatalaksanaan Medis pada Eklamsia
Tujuan pengobatan :
1. menghentikan / mencegah kejang,
2. mempertahankan fungsi organ vital,
3. koreksi hipoksia / asidosis,
4. kendalikan tekanan darah sampai batas aman,
5. pengakhiran kehamilan, serta mencegah / mengatasi penyulit, khususnya krisis hipertensi,
sebagai penunjang untuk mencapai stabilisasi keadaan ibu seoptimal mungkin.
Penanganan yang di lakukan :
1. beri obat anti konvulsan.
2. perlengkapan untuk penanganan kejang( jalan napas, sedotan, masker oksigen, oksigen).
3. lindungi pasien dari kemungkinan trauma ( aspirasi mulut dan tenggorokan ).
4. baringkan pasien pada sisi kiri , posisi trandelenburg untuk mengurangi resiko aspirasi.
5. beri oksigen 4-6 liter per menit.
Untuk menjaga agar tidak tejadi kejang lagi dapat di berikan beberapa penanagan :
1. berikan sodium pentotal yang berguna untuk menghentikan kejang dengan segera bila di
berikan secara intra vena. Obat ini hanya di berikan di rumah sakit dengan pengawasan.
Dosis inisial yang dapat di berikan 0,2-0,3 gram dan di suntikkan perlahan-lahan.
2. berikan sulfas magnesicus untuk mengurangi kepekaan saraf pusat pada hubungan
neuromuscular
3. berikan litic cocktail yang terdiri atas petidine 100mg, klopromazin 100mg dan prometezin
50mg dan di larutkan dalm glukosa 5% sebanyak 500ml serta di berikan secara IV.
4. kalori yang adekuat di berikan untuk menghindari katabolisme jaringan dan asidosis dengan
memberikan glukosa 10% atau larutan asam amino.
Sikap obstetrik
mengakhiri kehamilan dengan trauma seminimal mungkin untuk ibu. Pengobatan medisinal : sama
seperti pada pre-eklampsia berat. Dosis MgSO4 dapat ditambah 2 g intravena bila timbul kejang lagi,
diberikan sekurang-kurangnya 20 menit setelah pemberian terakhir. Dosis tambahan ini hanya
diberikan satu kali saja. Jika masih kejang, diberikan amobarbital 3-5 mg/kgBB intravena perlahan-
lahan. JANGAN LUPA : OKSIGEN DENGAN NASAL KANUL, 4-6 L / MENIT !! Perawatan pada serangan
kejang : dirawat di kamar isolasi dengan penerangan cukup, masukkan sudip lidah ke dalam mulut
penderita, daerah orofaring dihisap. Fiksasi badan pada tempat tidur secukupnya.
VIII. Komplikasi PIH
Komplikasi pada IBU: Solusio plasenta DIC – Disseminated Intravascular Coagulation Gagal ginjal Gagal hepar Pendarahan CNS Apopleksia serebri
Komplikasi ANAK: PJT- Perjumbuhan Janin Terhambat Prematuritas Kematian perinatal
IX. Pencegahan PIH
Yang dimaksud pencegahan ialah upaya untuk mencegah terjadinya preeklampsia pada
perempuan hamil yang mempunyai risiko terjadinya preeklampsia. Preeklampsia adalah suatu
sindroma dari proses implantasi sehingga tidak secara keseluruhan dapat dicegah.
Pencegahan dapat
dilakukan dengan nonmedis dan medis (Angsar, 2008).
1. Pencegahan dengan nonmedis
Pencegahan nonmedis adalah pencegahan dengan tidak memberikan obat. Cara yang paling
sederhana ialah melakukan tirah baring. Restriksi garam tidak terbukti dapat mencegah
terjadinya
Preeklampsia. Diet suplemen yang mengandung a). minyak ikan yang kaya dengan asam lemak
tidak jenuh, misalnya omega-3 PUFA, b). antioksidan: vitamin C, vitamin E, β-karoten, N-
Asetilsistein, asam lipoik, dan c). elemen logam berat: zinc,magnesium, dan kalsium.
2. Pencegahan medis
Pemberian kalsium: 1.500 - 2.000 mg/hari dapat dipakai sebagai suplemen pada risiko tinggi
terjadinya preeklampsia. Selain itu dapat pula diberikan zinc 200 mg/hari, magnesium 365
mg/hari. Obat antitrombotik yang dianggap dapat mencegah preeklampsia ialah aspirin dosis
rendah rata-rata di bawah 100 mg/hari, atau dipiridamole, dapat juga diberika antioksidan:
vitamin C, vitamin E,
β-karoten, N-Asetilsistein, dan asam lipoik.
3. Antenatal care (ANC)
Menegakkan kemungkinan preeklampsia secara dini dengan jalan meningkatkan antenatal care.
a. Definisi
ANC adalah pemeriksaan/ pengawasan antenatal yang merupakan pemeriksaan kehamilan
untuk mengoptimalkan kesahatan mental dan fisik ibu hamil, sehingga mampu menghadapi
persalinan, nifas, persiapan pemberian ASI dan kembalinya kesehatan reproduksi secara
wajar.
b. Tujuan ANC
- Memantau kemajuan kehamilan dan untuk memastikan kesehatan ibu dan tumbuh
kembang bayi.
- Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik dan mental dan sosial ibu dan bayi.
- Mengenal secara dini adanya ketidaknormalan, komplikasi yang mungkin terjadi selama
hamil termasuk riwayat penyakit secara umum, kebidanan, dan pembedahan.
- Mempersiapkan kehamilan cukup bulan, melahirkan dengan selamat ibu dan bayinya
dengan trauma seminimal mungkin.
- Mempersiapkan Ibu agar masa nifas berjalan normal dan pemberian ASI ekslusif.
- Mempersiapkan peran ibu dan keluarga dalam menerima kelahiran bayi agar dapat
tumbuh kembang secara normal.
- Menurunkan morbiditas (kesakitan) dan mortalitas (kematian ibu dan perinatal
(perinatal terjadi pada 22 minggu setelah periode gestasi lewat dan berakhir tujuh hari
setelah kelahiran).
c. Kebijaksanaan program
1. Kunjungan ANC sebaiknya dilakukan paling sedikit 4 kali selama kehamilan yaitu :
- 1 kali pada trimester I (<14 minggu).
- 1 kali pada trimester II (14-28 minggu).
- 2 kali pada trimester III (28-36 minggu dan setelah minggu ke 36).
- Pemeriksaan khusus bila terdapat keluhan-keluhan tertentu (sewaktu-waktu),
seperti perdarahan, ketuban pecah dini, dll.
- Pemeriksaan pertama dilakukan segera setelah diketahuiterlambat haid.
2. Pelayanan Asuhan Standar Minimal “7T”
a. Timbang berat badan
b. Tekanan Darah
c. Tinggi Fundus Uteri (TFU)
d. TT lengkap (imunisasi)
e. Tablet Fe minimal 90 paper selama kehamilan
f. Tengok / periksa ibu hamil dari ujung rambut sampai ujung kaki
g. Tanya (temu wicara) dalam rangka persiapan rujukan
d. Pengawasan ANC
Bila terjadi perubahan perasaan dan gerak janin dalam rahim segera dating ke tempat
pemeriksaan/ pelayanan kesehatan. Ada beberapa keadaan yang memerlukan perhatian,
diantaranya :
- Uji kemungkinan preeclampsia
o Pemeriksaan tekanan darah
o Pemeriksaan tinggi fundus uteri
o Pemeriksaan kenaikan berat badan / edema
o Pemeriksaan protein urine
o Jika memungkinkan lakukan pemeriksaan fungsi cardiovaskuler, hati, ginjal dan
mata.
- Penilaian kondisi janin dalam rahim
o Pemeriksaan gerakan janin dalam rahim
o Pemeriksaan denyut jantung janin
o Pemantauan air ketuban
(Rozhikan, 2007)
4. Dari studi yang dilakukan di Arab, mengkonsumsi dark coklat 1-2 sendok /hari atau makan
makanan yang mengandung coklat 2-3 porsi /hari pada trimester 1 dan 3 dapat menurunkan
resiko ibu PIH, ini dikarenakan kandungan coklat dapan memperlebar pembulu darah
5. Seorang Biolog asal Belanda menyatakan hasil studinya bahwa perempuan yang sering
melakukan oral seks dengan pasangannya bisa mengurangi resiko preklampsia dibandingkan
dengan yang tidak, dikarenakan bisa merangsang hormaon pituitary dalam produksi
oksitoksin yang berefek pada menekan/ mengurangi cemas, menurunkan tekanan darah,
dan melawan efek cortisol (sebuah hormone stress.
X. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
Pengkajian pada Ibu Hamil
a. Identitas
Nama : Ny.R
Umur : 22 Tahun
Pendidikan : -
Pekerjaan : -
Agama : -
Suku : -
Alamat : -
Kode Gravida : G1 Poooo Abooo
Usia Kehamilan : 37 Minggu
b. Keluhan Utama
Pusing di bagian tengkuk kadang disertai mual
c. Riwayat Kehamilan Sekarang
Ny. R dengan usia kehamilan 37 minggu dating ke RS dengan keluhan pusing di bagian
tengkuk kadang disertai mual. Hasil anamnesis pasien mengatakan selama kehamilan
control ke bidan sebanyak 3x.
d. Riwayat Kehamilan Terdahulu
(Kehamilan ini merupakan kehamilan pertama klien)
e. Riwayat Sebelum Hamil/ Riwayat Kesehatan Ibu Sebelumnya
Sebelum hamil tekanan darah klien 120/80 mmHg
f. Riwayat Kesehatan Keluarga
Kaji apa ada sebelumnya keluarga yang menderita Hipertensi ataupun Diabetes
g. Pola Nutrisi
Kaji jenis makanan yang dikonsumsi baik makanan pokok atau selingan, serta asupan
natrium sehari-hari
h. Riwayat Psikososial
Kaji perasaan dan emosi klien sebelum dan saat hamil
i. Riwayat Penggunaan Obat
Kaji riwayat penggunaan obat sebelum dan saat hamil
Data Objektif
a. Keadaan Umum
Kesadaran : -
Emosi : Khawatir dengan kondisi janinnya
b. Tanda-tanda Vital
TD : 160/100 mmHg (Kaji tiap 2-4 jam sekali)
Nadi : 105 x/menit (Kaji tiap 2-4 jam sekali)
Respirasi : 22 x/menit (Kaji tiap 2-4 jam sekali)
Suhu : 36 C (Kaji tiap 4 jam sekali, kecual
peningkatan ekstrem)
DJJ : 109 x/menit (Kaji tiap 2-4 jam sekali)
Pemeriksaan Fisik
a. Edema
Dievaluasi pada wajah, ekstremitas, dan sacrum tiap 4 jam; (pada klien terjadi edema di
ekstremitas)
b. Berat Badan
Dikaji setiap hari pada waktu yang sama, kecuali tirah baring ketat
c. Reflek Tendon Dalam
Dikaji tiap 4 jam sekali terhadap hipersensitifitas dari tendon bisep, trisep, achiles
(Reflek Platela sebagai syarat pemberian MgSO4 jika respon positif)
d. Edema Pulmoner
Dikaji tiap 4 jam sekali dengan melakukan auskultasi
e. Ketuban
Dikaji apa ketuban masih utuh atau sudah pecah; warna, baud an kekentalan juga
dikaji; (Pada klien didapatkan ketuban masih utuh)
f. His
Dikaji apakah terdapat His pada klien meliputi durasi, kontraksi, frekuensi; (Pada
klien tidak didapati His)
Pemeriksaan Penunjang
a. USG : IUGR
b. Urinalisis : protein +
c. Serum total protein dan albumin ↓
d. Hematokrit (HCT)↑ Asam urat ↑
e. Blood urea nitrogen (BUN) dan kreatinin ↑
f. Bilirubin ↑
g. Platelet ↓
2. Analisa Data
Analisa Data Etiologi Masalah Keperawatan
DS :
Ny. Y datang ke RS
dengan keluhan
pusing dibagian
tengkuk.
Mual
TD sebelum hamil
120/80 mmHg
DO :
TTV
TD : 160/100 mmHg
Nadi : 105x/menit
RR : 22x/menit
Suhu : 36 celcius
Proteinuria +3
Edema ekstremitas
Ketuban Masih Utuh
DJJ 109x/menit
Tekanan darahnya tinggi
Hamil >20 minggu
terapo Mg So4 agar tidak
kejang
preeklamsia
vasospasme pembuluh
darah
Penurunan pengisian darah
di ventrikel kiri
Cardiac Outpu menurun
Gangguan suplai O2
Terjadi gawat janin
Resiko kematian janin
Resiko hubungan ibu/janin.
Resiko Ganggua hubungan
ibu/janin
Ds :
- Pasien terlihat khawatir
Do :
Faktor risiko
↓
Tekanan darah meningkat
Ansietas
- TD hamil 160/ 100 mmHg
- Nadi 105x/ menit
- RR 22x/ menit
↓
Cardiac output menurun
↓
Gtangguan suplay O2 dan
nutrisi ke plasenta
↓
Risiko gawat janin intra
uteri
↓
Terjadi kecemasan dan
kekhawatiran
↓
Ansietas
DO :
G1P0000Ab000
UK 37 minggu
DJJ 109 x/m
Terdapat edema
ekstermitas
TD : 160/100
N ; 105 x/m
RR : 22 x/m
Ds :
Pasien mengeluh
pusing dibagian
tengkuk dan
terkadang merasa
mual
Faktor risiko
hipertensi pada
kehamilan
TD ≥140/90 mmHg
Arteriosklerosis
vasopasme
Supplay O2 dan nutrisi ke
janin menurun
Janin kekurangan o2
Gangguan perfusi fetal
maternal b.d Preeklampsia
3. Intervensi
NO. Diagnosa
Keperawatan
Tujuan dan KH Intervensi
1. Resiko gangguang
hubungan ibu/janin
NOC :
fetal – status :antepartus
Tujuan :
setelah dilakukan tindakan
perawatan 7x24 jam risiko
gangguan hubungan ibu/
janin dapat diminimalkan
KH :
1. Denyut jantung janin
(120 – 160 bpm) (5)
2. Umbilical artery
blood flow velocity (4)
NIC :
High – risk pregnancy care
1. Tentukan faktor
medis yang
berhubungan
dengan kondisi
kehamilan yang
buruk misalnya
hipertensi
2. Rivew riwayat
obstetri untuk
faktor risiko yang
terkait misalnya
preeklampsia dan
riwayat keluarga
dengan kelainan
genetik
3. Gali faktor
demografi dan
sosial yang
berhubungan
dengan kondisi
kehamilan seperti
prenatal care yang
tidak teratur
4. Tentukan
pengetahuan klien
tentang faktor risiko
yang bisa
diiddentifikasi
5. Instruksikan klien
pada teknik self –
care untuk
meningkatkan
kesehatan seperti
prenatal care yang
tidak teratur
6. Instruksikan klien
untuk
menggunakan
medikasi sesuai
resep misalnya
antihipertensi dan
anticonvulsant
7. Buat panduan
tentang tanda dan
gejala yang butuh
perhatian medis
secepatnya
misalnya sakit
kepala, gangguan
penglihatan, nyeri
epigastrium, dan
peningkatan berat
badan yang cepat
serta edema facial
8. Lakukan test untuk
mengevaluasi status
fetal dan fungsi
placenta misalnya
dengan USG
2. Ansietas b/d
penurunan statu
kesehatan.
Tujuan
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan 3 x 24 jam
pasien mengalami
NIC : Anxiety reduction
1. Gunakan pendekatan
yang menenangkan
kepada pasien
penurunan ansietas
(kekhawatiran)
KH :
1. Anxiety self control
2. Pasien dapat mencari
informasi untuk
mengurangi kecemasan
Anxiety level
o Kegelisahan pasien
menurun (4)
o / kekhawatiran (4)
o Respon control
kecemasan
membaik (4)
3. Pasien dapat
menggunakan teknik
relaksasi untuk
mengurangi
kekhawatiran
2. Pahami prespektif
pasien terhadap situasi
yang menyebabkan
stress
3. Berikan informasi
factual mengenai
diagnose, tindakan.
Dan prognosis
4. Temani pasien untuk
memberikan
keamanan
5. Identifikasi tingkat
kecemasan
6. Intruksikan pada
pasien untuk
menggunakan teknik
relaksasi seperti
relaksasi nafar dalam
7. Anjurkan keluarga
untuk menemani
pasien.
3 Gangguan perfusi fetal
maternal b.d
Preeklampsia
Setelah dilakukan intervensi
selama 3x24 jam gangguan
perfusi jaringan dapat
berkurang
Kriteria Hasil :
DJJ dalam rentang
normal
Edema ekstermitas
berkurang
Tekanan darah
dalam rentang
normal
NIC :
1. Pantau output urine
2. Pantau kondisi
edema setiap hari
3. Pantau adannya
penurunan/
peningkatan berat
badaN.
4. Pertahankan tirah
baring total dengan
posisi miring ke kiri
5. Kolaborasikan
dengan dokter
untuk pemberian IV
MgSo4
6. Pantau asupan oral
dan infus IV MgSo4
Daftar Pustaka
Cuningham, F. Gary.Dkk. 2005. Obstetri Williams. Jakarta :EGCManuaba, Candradinata..
2008 .GawatDaruratObstetriGinekologi Dan ObstetriGinekologi Social Untuk Profesi Bidan.Jakarta
: EGC
Fadlun dkk.2011. Asuhan Kebidanan Patologis. Jakarta : Salemba Medika
Graber, Mark A. 2006. Buku saku dokter keluarga Ed. 3. Jakarta: EGC.
Nanda,NIC,NOC
NHS. 2011. The Management of Hypertensive Disorders During Pregnancy. National Institute for
Health and Clinical Excellence available at www.guidance.nice.org.uk/cg107 accessed on 25
September 2013
Pangemanan, Wim T. 2001. Pencegahan Preeklampsia. http://5.digilib.unsri.ac.id/download/
PENCEGAHAN%20PREEKLAMSI%20.pdf. Diakses pada 24 September 2013.
QCG.2010. Hypertensive Disorders of Pregnancy. Queensland Maternity and Neonatal Clinical
Guidelines Program available at www.health.qld.gov.au/qcg accessed on 25 September 2013
Rozikhan. 2007. Faktor – Faktor Risiko Terjadinya Preeklampsia Berat di Rumah Sakit Dr. H
Soewondo Kendal. http://eprints.undip.ac.id/18342/1/ROZIKHAN.pdf. Diakses pada 24
September 2013.
Team OGCCU. 2011. Clinical guidelines. Section B: obstetrics and midwiferyguidelines.
Hypertension in pregnancy-medical management. Perth: King Edward Memorial Hospital.
Van Hook, James. 2010. Pregnancy Induced Hypertension. Departement of Obstetric and
Gynecology available at www.physicianeducation.org/download accessed on 25 September 2013
Wknjosastro , hanifa 2005. Ilmu Kandungan. Yayasan bina Pustaka Sarwono: Jakarta. Jurnal
Kesehatan Indonesia Vol 1 no 5. April 2007.