kelompok 4b - analisis pct total dalam urin
TRANSCRIPT
-
8/10/2019 Kelompok 4B - Analisis PCT Total Dalam Urin
1/16
LAPORAN PRAKTIKUM
BIOFARMASETIKA DAN FARMAKOKINETIKA Analisis Parasetamol Total dalam Cuplikan Urin
Kelompok 4 B
Qadrina Sufy 1111102000030
Elsa Elfrida 1111102000032
Ida Ayu Purnama 1111102000036
Rosita Pracima 1111102000041
Arini Eka Pratiwi 1111102000051
Sumiati 1111102000124
PROGRAM STUDI FARMASI
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2014
-
8/10/2019 Kelompok 4B - Analisis PCT Total Dalam Urin
2/16
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Tujuan Praktikum
Untuk menganalisis kadar parasetamol total dalam cuplikan urin manusia.
1.2 Landasan Teori
Paracetamol
Parasetamol merupakan obat analgesik non narkotik dengan cara kerja
menghambat sintesis prostaglandin terutama di SSP . Parasetamol digunakan
secara luas di berbagai negara baik dalam bentuk sediaan tunggal sebagai
analgetik-antipiretik maupun kombinasi dengan obat lain dalam sediaan obat flu,
melalui resep dokter atau yang dijual bebas. Keracunan parasetamol terutama
menimbulkan nekrosis hati yang disebabkan oleh metabolitnya.
Parasetamol adalah paraaminofenol yang merupakan metabolit fenasetin
dan telah digunakan sejak tahun 1893. Parasetamol (asetaminofen) mempunyai
daya kerja analgetik, antipiretik, tidak mempunyai daya kerja anti radang dan
tidak menyebabkan iritasi serta peradangan lambung.
Hal ini disebabkan parasetamol bekerja pada tempat yang tidak terdapat
peroksid sedangkan pada tempat inflamasi terdapat lekosit yang melepaskan
peroksid sehingga efek anti inflamasinya tidak bermakna. Parasetamol berguna
untuk nyeri ringan sampai sedang, seperti nyeri kepala, mialgia, nyeri paska
melahirkan dan keadaan lain.
-
8/10/2019 Kelompok 4B - Analisis PCT Total Dalam Urin
3/16
Farmakokinetik
Parasetamol cepat diabsorbsi dari saluran pencernaan, dengan kadar serum
puncak dicapai dalam 30-60 menit. Waktu paruh kira-kira 2 jam. Metabolisme di
hati, sekitar 3 % diekskresi dalam bentuk tidak berubah melalui urin dan 80-90 %
dikonjugasi dengan asam glukoronik atau asam sulfurik kemudian diekskresi
melalui urin dalam satu hari pertama; sebagian dihidroksilasi menjadi N asetil
benzokuinon yang sangat reaktif dan berpotensi menjadi metabolit berbahaya.
Pada dosis normal bereaksi dengan gugus sulfhidril dari glutation menjadi
substansi nontoksik. Pada dosis besar akan berikatan dengan sulfhidril dari protein
hati.
Parasetamol dimetabolisme terutama di hati, menjadi produk beracun dan
tidak beracun. Tiga jalur metabolik:
Glukuronidasi diyakini berkontribusi sebesar 40% untuk dua pertiga dari
metabolisme parasetamol
Sulfasi (sulfat konjugasi) dapat menjelaskan 20-40%. N-hidroksilasi dan penataan ulang, maka konjugasi GSH, menyumbang
kurang dari 15%. Hati ini sitokrom P450 sistem enzim memetabolisme
parasetamol, membentuk minor yang belum signifikan alkylating
-
8/10/2019 Kelompok 4B - Analisis PCT Total Dalam Urin
4/16
metabolit yang dikenal sebagai NAPQI (N-asetil-p-benzo-kuinon imin).
NAPQI kemudian ireversibel terkonjugasi dengan kelompok sulfhidril
glutathione.
Semua tiga jalur menghasilkan produk akhir yang sudah tidak aktif, tidak
beracun, dan akhirnya diekskresikan oleh ginjal. Di jalur ketiga, bagaimanapun,
NAPQI produk setengah jadi adalah racun. NAPQI terutama bertanggung jawab
untuk efek racun parasetamol, ini merupakan contoh dari keracunan.
Produksi NAPQI terutama disebabkan dua isoenzim sitokrom P450:
CYP2E1 dan CYP1A2. Gen P450 sangat polimorfik dan perbedaan individu
dalam parasetamol toksisitas diyakini karena isoenzim ketiga, CYP2D6.
Polimorfisme genetik pada CYP2D6 dapat berkontribusi pada tingkat yang
berbeda secara signifikan dari produksi NAPQI. Pada dosis yang biasa, NAPQI
dengan cepat didetoksifikasi oleh. konjugasi dengan glutation. Setelah overdosis,
dan mungkin juga dalam metabolisme luas dan ultrarapid, detoksifikasi ini jalur
menjadi jenuh, dan, sebagai akibatnya, NAPQI terakumulasi menyebabkan
toksisitas hati dan ginjal.
FarmakodinamikEfek analgesik parasetamol dan fenasetin serupa dengan salisilat, yaitu
menghilangkan atau mengurangi nyeri ringan sampai sedang. Keduanya
menurunkan suhu tubuh dengan mekanisme yang diduga juga berdasarkan efek
sentral seperti salisilat.
Semua obat analgetik non opioid bekerja melalui penghambatan
siklooksigenase. Parasetamol menghambat siklooksigenase sehingga konversi
asam arakhidonat menjadi prostaglandin terganggu. Setiap obat menghambatsiklooksigenase secara berbeda. Parasetamol menghambat siklooksigenase pusat
lebih kuat dari pada aspirin, inilah yang menyebabkan parasetamol menjadi obat
antipiretik yang kuat melalui efek pada pusat pengaturan panas. Parasetamol
hanya mempunyai efek ringan pada siklooksigenase perifer. Inilah yang
menyebabkan parasetamol hanya menghilangkan atau mengurangi rasa nyeri
ringan sampai sedang. Parasetamol tidak mempengaruhi nyeri yang ditimbulkan
-
8/10/2019 Kelompok 4B - Analisis PCT Total Dalam Urin
5/16
efek langsung prostaglandin, ini menunjukkan bahwa parasetamol menghambat
sintesa prostaglandin dan bukan blokade langsung prostaglandin.
Mekanisme toksisitas
Pada dosis terapi, salah satu metabolit parasetamol bersifat hepatotoksik,
didetoksifikasi oleh glutation membentuk asam merkapturi yang bersifat non
toksik dan diekskresikan melalui urin, tetapi pada dosis berlebih produksi
metabolit hepatotoksik meningkat melebihi kemampuan glutation untuk
mendetoksifikasi, sehingga metabolit tsb bereaksi dengan sel-sel hepar dan
timbulah nekrosis sentro-lobuler. Oleh karena itu pada penanggulangan keracunan
parasetamol terapi ditujukan untuk menstimulasi sintesa glutation. Dengan proses
yang sama parasetamol juga bersifat nefrotoksik.
Dosis Toksik
Parasetamol dosis 140 mg/kg pada anak-anak dan 6 gram pada orang
dewasa berpotensi hepatotoksik. Dosis 4g pada anak-anak dan 15 g pada dewasa
dapat menyebabkan hepatotoksitas berat sehingga terjadi nekrosis sentrolobuler
hati. Dosis lebih dari 20 g bersifat fatal. Pada alkoholisme, penderita yangmengkonsumsi obat-obat yang menginduksi enzim hati, kerusakan hati lebih
berat, hepatotoksik meningkat karena produksi metabolit meningkat.
Gambaran klinis
Gejala keracunan parasetamol dapat dibedakan atas 3 stadium :
1. Stadium I (0-24 jam)
Asimptomatis atau gangguan sistim pencernaan berupa mual, muntah, pucat, berkeringat. Pada anak-anak lebih sering terjadi muntah-muntah tanpa
berkeringat.
2. Stadium II (24-48 jam)
Peningkatan SGOT-SGPT. Gejala sistim pencernaan menghilang dan
muncul ikterus, nyeri perut kanan atas, meningkatnya bilirubin dan waktu
protombin. Terjadi pula gangguan faal ginjal berupa oliguria, disuria,
hematuria atau proteinuria.
-
8/10/2019 Kelompok 4B - Analisis PCT Total Dalam Urin
6/16
3. Stadium III ( 72 - 96 jam )
Merupakan puncak gangguan faal hati, mual dan muntah muncul kembali,
ikterus dan terjadi penurunan kesadaran, ensefalopati hepatikum
4. Stadium IV ( 7- 10 hari)
Terjadi proses penyembuhan, tetapi jika kerusakan hati luas dan progresif
dapat terjadi sepsis, Disseminated Intravascular Coagulation (DIC) dan
kematian.
-
8/10/2019 Kelompok 4B - Analisis PCT Total Dalam Urin
7/16
BAB II
METODOLOGI PRAKTIKUM
2.1 Tujuan Praktikum
Untuk menganalisis kadar parasetamol total dalam cuplikan urin manusia.
2.2 Tempat dan Tanggal Praktikum
Tempat : Laboratorium PBB dan PMC Fakultas Kedokteran dan Ilmu
Kesehatan (FKIK) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Lantai 3
Tanggal : Selasa, 11 Desember 2014
2.3 Alat dan Bahan
Alat
- Gelas ukur
- Tabung reaksi
- Tube
- Spatula
- Kertas timbang- Timbangan analitik
- Pot
- Hotplate
- Gelas beaker
- Lemari asam
- Pipet tetes
- Spuit- Seperangkat alat
sentrifugasi
Bahan
- Urine manusia sehat (cuplikan 1 jam, 3 jam dan 6 jam)
- Naftoresorsinol
-
HCl pekat- Etil asetat
- BaCl
- pH universal
- FeCl 3
- Air
-
8/10/2019 Kelompok 4B - Analisis PCT Total Dalam Urin
8/16
2.4 Cara Kerja
a. Uji Naftoresorsinol untuk Konjugat Glukoronat
0,5 mL urine (1 jam, 3 jam, dan 6 jam) + 2 mg naftoresorsinol padat +
1 mL HCl pekat
Dimasukkan ke dalam tabung reaksi dan diberi label setiap jam cuplikan
Dididihkan selama 3 menit di dalam lemari asam
Didinginkan
Ditambahkan 3 mL etil asetat + dikocok hingga homogen
Positif menunjukkan adanya asam glukuronat jika terbentuk warna ungu
dilapisan organik
b. Uji Barium Klorida untuk Konjugat Sulfat
Cuplikan urine (1 jam, 3 jam dan 6 jam) dengan pH universal (pH= 4-6)
0,5 mL urine (1 jam, 3 jam dan 6 jam) + 2 mL BaCl 2%
Disentrifugasi dan diambil bagian supernatannya
Supernatan dimasukkan ke dalam tabung reaksi + 2 tetes HCl pekat
Dididihkan selama 3 mL di dalam lemari asam
Positif menunjukkan adanya konjugat sulfat jika terbentuk endapan
atau kekeruhan
-
8/10/2019 Kelompok 4B - Analisis PCT Total Dalam Urin
9/16
c. Uji Besi (III) Klorida untuk Fenol
Cuplikan urine (1 jam, 3 jam dan 6 jam) dengan pH universal (pH= 7)
0,5 mL urine (1 jam, 3 jam, dan 6 jam) + FeCl3 2% beberapa teter pertama
Terbentuk endapan besi (III) fosfat + sentrifugasi (jika perlu)
Ditambahkan beberapa tetes FeCl3
Terbentuk warna ungu atau hijau jika mengandung fenol
-
8/10/2019 Kelompok 4B - Analisis PCT Total Dalam Urin
10/16
-
8/10/2019 Kelompok 4B - Analisis PCT Total Dalam Urin
11/16
3.2 Pembahasan
Pada praktikum ini telah dilakukan analisis kualitatif suatu senyawa obat
yang telah dimetabolisme oleh tubuh yang diekskresikan melalui urin untuk
mengetahui apakah senyawa obat tersebut masih tersisa di dalam urin setelah
rentang waktu tertentu. Obat yang digunakan sebagai bahan uji pada percobaan ini
adalah parasetamol. Parasetamol merupakan derivat p-aminofenol yang
mempunyai sifat antipiretik atau analgesik. Parasetamol terutama digunakan untuk
menurunkan panas badan yang disebabkan oleh infeksi atau sebab yang lainnya.
Di samping itu parasetamol juga dapat digunakan untuk meringkankan gejala
nyeri dengan intensitas ringan sampai sedang.
Parasetamol dipilih untuk digunakan sebagai bahan uji pada percobaan ini
adalah karena parasetamol dapat diabsorpsi dengan cepat dan sempurna melalui
saluran cerna. Konsentrasi tertinggi dalam plasma dicapai dalam waktu 30 menit
dan waktu paruh plasma antara 1-3 jam. Obat ini tersebar ke seluruh cairan tubuh
dalam plasma sekitar 25% parasetamol sehingga identifikasinya pun akan lebih
mudah. Paraetamol juga dimetabolisme oleh enzim mikrosom hati. Sebagian
parasetamol (80%) dikonjugasikan dengan asam glukoronat dan sebagian kecil
lainnya dengan asam sulfat. Selain itu parasetamol juga dapat mengalami
hidroksilasi. Metabolit hasil hidroksilasi dapat menimbulkan methemoglobinemia
dan hemolisis eritrosit. Parasetamol juga diekskresikan melalui ginjal, sebagian
kecil sebagai parasetamol (3%) dan sebagian besar dalam bentuk terkonjugasi.
Parasetamol berikatan dengan sulfat dan glukoronida yang terjadi di hati.
Metabolisme utamanya meliputi senyawa sulfat yang tidak aktif dan konjugat
glukoronida yang dikeluarkan melewati ginjal. Oleh karena itu, pada percobaan
kali ini dilakukan identifikasi senyawa parasetamol dalam bentuk konjugatnya,yaitu senyawa glukoronida, sulfat, dan fenol.
Hal pertama yang dilakukan adalah seorang probandus harus meminum
parasetamol 24 jam sebelum pengujian dilakukan dikarenakan parasetamol
mencapai waktu paruh plasma antara 1-3 jam yang selanjutnya akan
dieliminasikan. Selanjutnya dilakukan pengambilan cuplikan urin yang dilakukan
dengan interval waktu 1, 3, dan 6 jam setelah obat parasetamol diminum.
-
8/10/2019 Kelompok 4B - Analisis PCT Total Dalam Urin
12/16
Kemudian setiap cuplikan dari interval waktu yang telah ditentukan diidentifikasi
lebih lanjut terhadap senyawa glukoronida, sulfat, dan fenol.
Pengujian pertama yang dilakukan adalah uji naftoresorsinol untuk konjugat
glukoronida yang dilakukan dengan cara memanaskan 0,5 mL cuplikan urin yang
sebelumnya telah ditambahan 2 mg naftoresorsinol padat serta 1 mL HCl pekat.
Tujuan penambahan HCl pekat adalah untuk membuat suasa menjadi asam dan
menghidrolisis parasetamol menjadi para amino fenol. Pemanasan dilakukan di
dalam lemari asam dan kemudian didinginkan. Setelah dingin kemudian
ditambahkan dengan etil asetat sebanyak 3 mL, kemudian dikocok hingga
homogen, dan akan terbentuk warna ungu dalam lapisan organik bila positif
menunjukkan adanya asam glukoronat.
Pengujian kedua adalah uji barium klorida untuk konjugat sulfat yang
dilakukan dengan cara mereaksikan urin sebanyak 0,5 mL di mana pH urin diatur
pada pH 4-6. Selanjutnya ditambahkan BaCl 2% sebanyak 1,5 mL maka akan
terbentuk endapan BaSO 4 yang terbentuk dari sulfat anorganik. Kemudian
campuran tersebut disentrifugasi, akan terpisah antara supernatan dan
presipitatnya. Bagian supernatan diambil dan ditambahkan 2 tetes HCl pekat yang
selanjutnya dididihkan selama 3 menit. Tujuan penambahan HCl pekat adalahuntuk mengkatalis reaksi yang terjadi BaCl 2 dengan sulfat. Pendidihan dilakukan
dalam lemari asam. Hasilnya akan terbentuk endapan atau perubahan warna
menjadi keruh apabila positif mengandung konjugat sulfat.
Pengujian ketiga yang dilakukan adalah uji besi (III) klorida untuk fenol
yang dilakukan dengan cara mereaksikan 0,5 mL cuplikan urin yang telah diatur
keasamannya pada pH 4-6 dengan beberapa tetes FeCl 3 2%. Beberapa tetes
pertama akan membentuk endapan besi (III) fosfat bila perlu dapat disentrifugasi bila tidak terbentuk endapan. Kemudian bagian supernatan diambil dan
ditambahkan FeCl 3 beberapa tetes yang selanjutnya akan menghasilkan warna
ungu atau hijau jika positif mengandung fenol.
Dari hasil pengamatan dapat diketahui bahwa pada pengujian konjugat
glukoronida pada jam ke-1, 3, dan 6 menjadi negatif dengan lapisan organik
berwarna coklat muda, sehingga tidak adanya asam glukoronat.
-
8/10/2019 Kelompok 4B - Analisis PCT Total Dalam Urin
13/16
Pada pengujian konjugat sulfat menjadi positif dengan menunjukkan
kekeruhan baik pada urin jam ke-1, 3, dan 6. Hal ini menunjukkan hasil yang
positif dikarenakan terbentuk endapan atau kekeruhan setelah dilakukan pengujian
dengan BaCl 2 2% dan 2 tetes HCl pekat. Terbentuk endapan putih yang
menunjukkan adanya belerang anorganik reaksi yang terjadi adalah:
BaCl 2 + SO4 2- BaSO 4 + 2 Cl -
Pada pengujian fenol menjadi positif dengan menunjukkan warna ungu atau
hiijau setelah direaksikan dengan FeCl 3, baik pada urin jam ke-1, 3, dan 6. Hal ini,
menunjukkan adanya fenol dalam cuplikan sampel urine tersebut, sehingga dapat
disimpulkan metabolisme pada parasetamol dalam hati probandus berlangsung
sempurna. Reaksi yang terjadi adalah:
FeCl 3 + -OH Fe(OH) 3 + Cl -
Berdasarkan hasil yang didapatkan dari percobaan ini, diketahui bahwa
metabolisme parasetamol dalam tubuh probandus adalah melalui konjugasi sulfat
dan fenol. Pada pengujian pertama atau uji konjugasi glukoronat seharusnya
menunjukkan hasil yang positif namun pada percobaan ini hasil yang didapatkan
adalah negatif. Hal tersebut dapat disebabkan human error karena pemanasanyang dilakukan pada pengujian pertama kurang lama sehingga pembentukan
warna yang dihasilkan menjadi tidak maksimal. Hal ini dibuktikan dengan
pengujian yang dilakukan oleh kelompok 4D dengan menggunakan urin yang
sama mendapatkan hasil yang positif untuk semua percobaan yang menunjukkan
bahwa pada probandus parasetamol dimetabolime melalui semua jalur
metabolismenya seperti konjugasi glukoronat, sulfat, dan fenol.
-
8/10/2019 Kelompok 4B - Analisis PCT Total Dalam Urin
14/16
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Kesimpulan dari praktikum ini adalah:
1. Pada pengujian konjugat glukoronida pada jam ke-1, 3, dan 6 hasilnya negatif
dengan lapisan organik berwarna coklat muda, sehingga menandakan tidak
adanya asam glukoronat.
2. Pada pengujian konjugat sulfat hasilnya positif dengan menunjukkan
kekeruhan baik pada urin jam ke-1, 3, dan 6.3. Pada pengujian fenol hasilnya positif dengan menunjukkan warna ungu atau
hiijau setelah direaksikan dengan FeCl 3, baik pada urin jam ke-1, 3, dan 6.
4.2 Saran
Praktikan harus lebih disiplin dan tertib saat praktikum berlangsung Praktikan harus menjaga situasi dalam laboratorium lebih kondusif
-
8/10/2019 Kelompok 4B - Analisis PCT Total Dalam Urin
15/16
DAFTAR PUSTAKA
Depkes RI. 1995. Farmakope Indonsesia Edisi IV. Jakarta: Departemen Kesehatan
Republik Indonesia.
Goodman, A. dan Gilman, H. 2007. Dasar Farmakologi Terapi Edisi Kesepuluh Volume
1. Jakarta: EGC.
Katzung, B. 1997. Farmakologi Dasar dan Klinik Edisi Ke-8. Jakarta: Bagian
Farmakologi. FKUA.
Lusiana, Darsono. 2002. Diagnosis dan Terapi Intoksikasi Salisilat dan Parasetamol.
Bandung: Universitas Kristes Maranatha.
-
8/10/2019 Kelompok 4B - Analisis PCT Total Dalam Urin
16/16
LAMPIRAN
Cuplikan urine (jam ke 1, 3 dan 6) Hasil Uji Konjugasi Glukuronat