laporan biofar-farkin modul 4 eksresi urin

Upload: dya

Post on 02-Jun-2018

471 views

Category:

Documents


12 download

TRANSCRIPT

  • 8/10/2019 Laporan Biofar-farkin Modul 4 eksresi urin

    1/15

    LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM

    BIOFARMASI-FARMAKOKINETIK

    MODUL 4

    EKSRESI URIN

    KELOMPOK A4

    HENDI ARI PERDIAN (10060309020)

    ANDRI RISWANTO (10060309041)

    AKBAR SUHANDI (10060309047)

    TSAMROTUL FUADAH A. (10060309048)

    DADANG BAYU S. (10060309053)

    SITI NUR AMALIA S. (10060309059)

    HARI/TANGGAL PRAKTIKUM : Rabu/ 27 Nopember 2013

    HARI/TANGGAL LAPORAN : Rabu/ 4 Desember 2013

    ASISTEN : Marina Chaerianisa,. S.Farm.

    LABORATORIUM TERPADU FARMASI

    PROGRAM STUDI FARMASI

    FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

    UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG

    2012

  • 8/10/2019 Laporan Biofar-farkin Modul 4 eksresi urin

    2/15

    EKSRESI URIN

    I. Tujuan Percobaan

    Setelah percobaan ini mahasiswa diharapkan mampu:

    1.

    Mengukur konsentrasi obat dalam eksresi urin dan mengetahui parameter-

    parameter lain yang dapat dihitung

    2. Memahami cara mengukur konsentrasi obat dari sampel urin

    II. Teori dasar

    Sistem ekresi adalah proses pengeluaran zat-zat sisa hasil metabolisme yang

    sudah tidak digunakan lagi oleh tubuh ataupun zat-zat yang membahayakan bagi

    tubuh. Hasil sistem ekskresi dapat dibedakan menjadi : Zat cair yaitu berupa keringat,

    urine dan cairan empedu, Zat padat yaitu berupa feces, Gas berupa CO 2dan Uap air

    berupa H2O (Poedjadi, 2005).

    Ekresi terutama berkaitan dengan pengeluaran-pengeluaran senyawa-senyawa

    nitrogen. Selama proses pencernaan makanan, protein dicernakan menjadi asam

    amino dan diabsorpsi oleh darah, kemudian diperlukan oleh sel-sel tubuh untuk

    membentuk protein-protein baru. Mamalia memiliki sepasang ginjal yang terletak

    dibagian pinggang (lumbar) dibawah peritonium. Urine yang dihasilkan oleh ginjalakan mengalir melewati saluran ureter menuju kantung kemih yang terletak

    midventral dibawah rektum. Dinding kantung kemih akan berkontraksi secara

    volunter mendorong urine keluar melalui uretra (Kurniati, 2009).

    Makhluk hidup menghasilkan zat-zat sisa yang harus dikeluarkan. Zat ini

    dapat menjadi racun jika tidak dikeluarkan oleh tubuh. Proses pengeluaran zat sisa

    dari tubuh antara lain sekresi, ekresi, dan defekasi. Sekresi merupakan suatu proses

    pengeluaran zat yang berbentuk cairan oleh sel-sel atau jaringan. Ekskresi

    merupakan proses pengeluaran zat siasa metabolisme dari tubuh yang sudah tidak

    dapat digunakan lagi seperti pengeluaran urine, keringat, dan CO2 dari tubuh.

    Defekasi merupakan prses pengeluaran feses dari tubuh. Alat ekskresi manusia

    adalah paru-paru, ginjal, kulit, dan hati (Karmana, 2007).

    Setiap hari tubuh kita menghasilkan kotoran dan zat-zat sisa dari berbagai

    proses tubuh. Agar tubuh kita tetap sehat dan terbebas dari penyakit, maka kotoran

    dan zat-zat sisa dalam tubuh kita harus dibuang melalui alat-alat ekskresi.

  • 8/10/2019 Laporan Biofar-farkin Modul 4 eksresi urin

    3/15

    Urin atau air seni atau air kencing adalah cairan sisa yang diekskresikan oleh

    ginjal yang kemudian akan dikeluarkan dari dalam tubuh melalui proses urinasi.

    Pengeluaran urin diperlukan untuk mem-buang molekul-molekul sisa dalam

    darah yang disaring oleh ginjal dan untuk menjaga homeostasis cairan tubuh.

    Secara umum urin berwarna kuning. Urin encer warna kuning pucat (kuning

    jernih), urin kental ber-warna kuning pekat, dan urin baru/segar berwarna kuning

    jernih. Urin yang didiamkan agak lama akan berwarna kuning keruh. Urin berbau

    khas jika dibiarkan agak lama berbau ammonia. pH urin berkisar antara 4,87,5, urin

    akan menjadi lebih asam jika mengkonsumsi banyak protein,dan urin akan menjadi

    lebih basa jika mengkonsumsi banyak sayuran. Berat jenis urin 1,0021,035.

    Secara kimiawi kandungan zat dalan urin diantaranya adalah sampah nitrogen

    (ureum, kreatinin dan asam urat), asam hipurat zat sisa pencernaan sayuran dan buah,

    badan keton zat sisa metabolism le-mak, ion-ion elektrolit (Na, Cl, K, Amonium,

    sulfat, Ca dan Mg), hormone, zat toksin (obat, vitamin dan zat kimia asing), zat

    abnormal (protein, glukosa, sel darah Kristal kapur dsb)

    Volume urin normal per hari adalah 900 1200 ml, volume tersebut

    dipengaruhi banyak faktor di antaranya suhu, zat-zat diuretika (teh, alcohol, dan

    kopi), jumlah air minum, hormon ADH, dan emosi. Interpretasi warna urin dapat

    menggambarkan kondisi kesehatan organ dalam seseorang.

    Bersama-sama dengan urine dieksresikan juga air dan senyawa-senyawa yang

    larut dalam air. Jumlah dan komposisi urine sangat berubah-ubah dan tergantungpemasukan bahan makanan, berat badan, usia, jenis kelamin, dan lingkungan hidp

    http://2.bp.blogspot.com/-oIRM8csaSBg/TjkfwZ9pwdI/AAAAAAAAAOI/CtTUGZJilec/s1600/komposisi+urin.jpg
  • 8/10/2019 Laporan Biofar-farkin Modul 4 eksresi urin

    4/15

    seperti temperature, kelembaban, aktivitas tubuh dan keadaan kesehatan. Karena

    eksresi urin dan komposisinya kebanyakan dihubungkan dengan waktu 24 jam.

    Seorang dewasa memproduksi 0,5-2,0 liter urine setiap hari, yang terdiri dari

    90% air. Urine mempunyai suatu nilai pH yang asam (kira-kira 5,8). Tentu saja nilai

    pH urine dipengaruhi oleh keadaan metabolisme. Setelah makan sejumlah besar

    bahan makanan dari tumbuh-tumbuhan, nilai pH urine meningkat hingga di atas 7.

    Urine memiliki komponen organic dan anorganik. Urea, asam urat dan

    kreatinin merupakan beberapa komponen organic dari urine. Ion-ion seperti Na, K, Ca

    serta anion Cl merupakan komponen anorganik dari urine. Warna kuning pada urine,

    disebabkan oleh urokrom, yaitu family zat empedu, yang terbentuk dari pemecahan

    hemoglobin. Bila dibiarkan dalam udara terbuka, urokrom dapat teroksidasi, sehingga

    urine menjadi berwarna kuning tua. Pergeseran konsentrasi komponen-komponen

    fisiologik urine dan munculnya komponen-komponen urine yang patologik dapat

    membantu diagnose penyakit.

    Dalam farmakokinetik, urin dapat digunakan sebagai salah satu objek

    pemeriksaan selain plasma darah, untuk penentuan beberapa parameter

    farmakokinetik.

    Penyiapan sampel dalam matriks urin pada umumnya dilakukan dengan cara

    pengenceran dengan air atau dapar pada Ph tertentu, adapun pada beberapa kondisi

    khusus biasanya dilakukan hidrolisis asam atau basa untuk membuat senyawa yang

    akan dianalisis terlarut sempurna dalam urin.

    Ur ine dan Parameter F armakokinetik

    Data eksresi obat lewat urine dapat dipakai untuk memperkirakan

    bioavailabilitas. Agar dapat diperkirakan yang sahih, obat harus dieksresi dengan

    jumlah yang bermakna di dalam urine dan cuplikan urine harus dikumpulkan secara

    lengkap.

    Jumlah kumulatif obat yang dieksresi dalam urine secara langsung

    berhubungan dengan jumlah total obat yang terabsorbsi. Di dalam percobaan,

    cuplikan urinedikumpulkan secara berkala setelah pemberian produk obat. Tiap

    cuplikan ditetapkan kadar obat bebas dengan cara yang spesifik. Kemudian dibuat

    grafik yang menghubungkan kumulatif obat yang dieksresi terhadap jarak waktu

    pengumpulan.

    Hubungan antara jumlah kumulatif obat yang diekseresi dalam urin dan kurva

    kadar obat dalam plasma-waktu diperlihatkan dalam Gambar (1). Bila obat

  • 8/10/2019 Laporan Biofar-farkin Modul 4 eksresi urin

    5/15

    dieliminasi secara sempurna (titik C) konsentrasi obat dalam plasma mendekati nol

    dan diperoleh jumlah maksimum obat yang diekskresi dalam urin.

    Gambar 1. Gambar yang menunjukan hubungan kurva plasma waktu dan

    jumlah kumulatif obat yang diekresi dalam urin

    dDu/dt oleh karena sebagian besar obat dieliminasi dengan proses laju orde kesatu,

    maka laju eksresi obat bergantung pada tetapan laju eliminasi orde kesatu (K) dan

    kadar obat dalam plasma (Cp). Dalam gambar (1) laju eksresi obat maksimum berada

    pada titik B, sedangkan laju eksresi obat minimum berada pada titik A dan C. Jadi,

    suatu grafik yang membandingkan laju eksresi obat dengan waktu akan identik

    dengan kurva kadar dalam plasma-waktu untuk obat tersebut (Gambar 2).

  • 8/10/2019 Laporan Biofar-farkin Modul 4 eksresi urin

    6/15

    Gambar 2. Gambar yang menunjukan hubungan kurva kadar obat dalam plasma

    waktu dan laju eksresi obat dalam urin

    Dalam gambar (1 dan 2) slop dari bagian kurva A-B dikaitkan dengan laju absorpsi

    obat, sedangkan C dikaitkan dengan waktu total yang diperlukan untuk absorpsi dan

    ekskresi obat secara sempurna (t = ) setelah pemberian obat. Dengan demikian t

    merupakan suatu parameter yang berguna dalam studi bioekivalensi yang

    membandingkan beberapa produk obat.

    Tetapan laju eliminasi (K), dapat dihitung dari data eksresi urine. Dalam

    penghitungan ini, laju eksresi obat dianggap sebagai orde kesatu. Ke adalah tetapan

    laju eksresi ginjal. Oleh karena eliminasi suatu obat biasanya dipengaruhi oleh eksresi

    ginjal atau metabolisme (biotransformasi), maka dapat digunakan persamaan :

    dDu/dt = KeDB

    setelah diturukan maka diperoleh:

    K = Km + Ke

    Km adalah laju proses metabolisme orde kesatu dan Keadalah laju proses eksresi orde

    kesatu.

  • 8/10/2019 Laporan Biofar-farkin Modul 4 eksresi urin

    7/15

    Laju eksresi obat lewat urine (dDu/dt) tidak dapat ditentukan melalui

    percobaan segera setelah pemberian obat. Dalam praktek, urine dikumpulkan pada

    jarak waktu tertentu dan konsentrasi obat di analisis. Kemudian laju eksresi urin rata-

    rata dihitung untuk tiap waktu pengumpulan. Harga dDu/dt rata-rata digambar pada

    suatu skala semilogaritmik terhadap waktu yang merupakan harga tengah (titik

    tengah) waktu pengumpulan.

    Faktor-faktor tertentu dapat mempersulit untuk mendapatkan data eksresi urin yang

    sahih. Beberapa factor tersebut adalah :

    1. Suatu fraksi yang bermakna dari obat titak berubah harus dieksresi dalam urin;

    2. Teknik penetapan kadar harus spesifik untuk obat tidak berubah, dan harus tidak

    dipengaruhi oleh metabolit-metabolit obat obat yang mempunyai struktur kimia

    serupa;

    3. Diperlukan pengambilan cuplikan yang sering untuk mendapatkan gambaran kurva

    yang baik;

    4.

    Cuplikan data urin hendaknya dikumpulkan secara berkala sampai hampir semua obat

    dieksresi. Suatu grafik dari kumulatif obat yang dieksresi vs waktu akan

    menghasilkan kurva yang mendekati asimtot pada waktu tak terhingga. Dalam

    praktek, diperlukan kurang lebih 7 X t eliminasi untuk mengeliminasi 99% obat.

    5.

    Perbedaan pH urine dan volume dapat menyebabkan perbedaan laju eksresi urin yang

    bermakna.

    Kromatografi Cair Tekanan Tinggi, HPLC merupakan bentuk kromatografi

    kolom yang sering digunakan dalam biokimia dan analisis kimia untuk memisahkan,

    mengidentifikasi, mengukur dan memanjang. HPLC memanfaatkan kolom yang

    memegang chromatographic bahan kemasan (tahap tak berubah), sebuah pompa yang

    bergerak selular fase (s) melalui kolom, dan detektor yang menunjukkan ingatan

    waktu Molecules. Retensi waktu bervariasi tergantung pada interaksi antara keadilan

    tahap, yang Molecules yang dianalisis, dan larutan (s) yang digunakan.

    Kromatografi jenis ini menggunakan fase gerak berupa cairan yang dialirkan

    dengan tekanan sangat tinggi sedangkan fase diamnya dapat berbagai macam,

    tergantung mode kromatografi yang dipilih dalam proses pemisahan. Prinsip

    pengukurannya berdasarkan kepolaran antara fase gerak dan sampel.

  • 8/10/2019 Laporan Biofar-farkin Modul 4 eksresi urin

    8/15

    III.Alat dan Bahan

    Alat

    - Gelas kimia

    - Gelas ukur

    -

    Pipet tetes

    - Pipet volume

    - Mikro pipet

    - Labu takar

    - pH meter

    - Vial

    -

    HPLC

    Bahan

    -

    Urin

    - Siprofloksasin

    - Dapar ammonium asetat

    -

    Asetonitril

    - Aquabidest

    - Trietanolamin

    IV. Prosedur Percobaan

    A. Pengambilan sampel

    Urin sukarelawan di ambil sebelum obat di minum (blanko). Kemudian obat

    siprofloksasin diminum sehari sebelum percobaan pada jam 08.00. Volume urin

    yang terkumpul diukur. Diambil 10 ml lalu ditaruh dalam vial dan disimpan

    dalam lemari pendingin. Urin dikumpulkan pada rentang waktu yang telah

    ditentukan:

    08.0011.00 17.0020.00

    11.0014.00 20.0024.00

    14.0017.00 05.00

  • 8/10/2019 Laporan Biofar-farkin Modul 4 eksresi urin

    9/15

    B. Perlakuan sampel

    Sampel urin diambil sebanyak 1 ml kemudian dimasukan ke dalam labu takar 10

    ml. Setelah itu diencerkan dengan dapar ammonium asetat hingga 10 ml (1:10).

    Sampel dimasukan ke dalam kolom HPLC dengan Fase balik oktadesil silne, fase

    gerak asetonitril-air (25:75) dengan 0,1% trietanolamin dan pH disesuaikan

    hingga 2,5 dengan asam sulfat 1 M, detector spektrofotometri UV 294 nm, laju

    elusi 1,5 ml/menit. Luas area siprofloksasin dicatat.

    C. Pengolahan data

    Kurva kalibrasi dibuat, dan dibuat larutan siprofloksasin dalam urin blanko,

    dengan konsentrasi siprofloksasin 1, 5, 10, 20, 50 g/ml. Kurva dibuat

    berdasarkan rasio luas area antara siprofloksasin. Luas area dari tiap larutan

    siprofloksasin dihitung dengan system HPLC yang sama. Dari kurva kalibrasi

    yang didapat kemudian dihitung konsentrasi siprofloksasin dari sampel.

    Dibuat kurva log dXuvs tmid, lalu ditentukan konstanta laju eliminasi dan waktu

    paruh eliminasi.

    V. Data Pengamatan dan Perhitungan

    Data Blanko

    Perhitungan Pengenceran Blanko

    Siprofloksasin yang dibuat 1000 ppm sebanyak 10 ml. Lalu diambil 1 ml

    dan diencerkan sebanyak 10 ml dengan konsentrasi 100 ppm.

    Dari 100 ppm yang diencerkan sampai 10 ml, akan dibuat sampel dengan

    konsentrasi 1, 5, 10, 20, 50 g/ml.

    100 ppm = 100 g/ml

    Konsentrasi 1 g/ml V1x M1 = V2x M2

    V1x 100 g/ml = 10 ml x 1

    V1=

    = 0,1 ml

    Konsentrasi 5 g/ml V1x M1 = V2x M2

    V1x 100 g/ml = 10 ml x 5

    V1=

    = 0,5 ml

  • 8/10/2019 Laporan Biofar-farkin Modul 4 eksresi urin

    10/15

    Konsentrasi 10 g/ml V1x M1 = V2x M2

    V1x 100 g/ml = 10 ml x 10

    V1=

    = 1 ml

    Konsentrasi 20 g/ml V1x M1 = V2x M2

    V1x 100 g/ml = 10 ml x 20

    V1=

    = 2 ml

    Konsentrasi 50 g/ml V1x M1 = V2x M2

    V1x 100 g/ml = 10 ml x 50

    V1=

    = 5 ml

    Data AUC Blanko

    C (Konsentrasi)

    g/mlAUC

    1 464471

    5 719912

    10 3440018

    20 636865150 13128867

    RT (Waktu Retensi) = 2,42

    Nilai Regresi : b = 263371,85 y = bx + a

    a = 294388,02 y = 263371,85x + 294388,02

    r = 0,9915

    y = 263372x + 294388

    R = 0.9832

    0

    2000000

    4000000

    6000000

    8000000

    10000000

    12000000

    14000000

    16000000

    0 10 20 30 40 50 60

    AxisTitle

    Axis Title

    AUC

    AUC

    Linear (AUC)

  • 8/10/2019 Laporan Biofar-farkin Modul 4 eksresi urin

    11/15

    Data Sampel

    Sampel AUC C (g/ml)Pengenceran

    (dikali 10)Cp (mg/ml)

    1 1533853 4,7 47 0,0047

    2 6404928 23,2 232 0,0232

    3 2286644 7,5 75 0,0075

    4 2258840 7,4 74 0,0074

    5 500805 0,78 7,8 0,00078

    6 348995 0,21 2,1 0,00021

    Perhitungan konsentrasi (C) = x :

    y = 263371,85x + 294388,02Ket : y = Nilai AUC sampel

    x = Nilai kosnsentrasi yang dicari

    Sampel 1 1533853 = 263371,85x1+ 294388,02

    x1=

    x1= 4,7 g/ml

    Sampel 2 6404928 = 263371,85x2+ 294388,02

    x2=

    x2= 23,2 g/ml

    Sampel 3 2286644 = 263371,85x3+ 294388,02

    x3=

    x3= 7,5 g/m

    Sampel 4 2258840 = 263371,85x4+ 294388,02

    x4=

    x4= 7,4 g/ml

    Sampel 5 500805 = 263371,85x5+ 294388,02

    x5=

    x5= 0,78 g/ml

    Sampel 6 348995 = 263371,85x6+ 294388,02

    x6=

    x6= 0,21 g/ml

  • 8/10/2019 Laporan Biofar-farkin Modul 4 eksresi urin

    12/15

    Waktu Pengambilan

    Sampel (Jam)

    Cp

    (mg/ml)

    Jumlah

    Urin (ml)DU DU/t t*

    08.00-11.00 (0-3) 0,0047 550 2,585

    = 0,86 1,5

    11.00-14.00 (3-6) 0,0232 400 9,28

    = 3,09 5

    14.00-17.00 (6-9) 0,0075 430 3,225

    = 1,07 8

    17.00-20.00 (9-12) 0,0074 510 3,774

    = 1,25 11

    20.00-24.00 (12-16) 0,00078 450 0,351

    = 0,08 14,5

    24.00-05.00 (16-21) 0,00021 500 0,105

    = 0,02 19

    05.00-08.00 (21-24) 0 0 0

    = 0 23

    Ket : t = rentang waktu pengambilan sampel

    DU = Cp x Jumlah urin

    t* = waktu tengah-tengah dari rentang waktu pengambilan sampel

    y = 3.5357x - 2.4286

    R = 0.9946

    0

    5

    10

    15

    20

    25

    0 2 4 6 8

    LogDU/t

    t*

    t*

    t*

    Linear (t*)

    Log DU/t t*

    Log 0,86 = - 0,06 1,5

    Log 3,09 = 0,48 5

    Log 1,07 = 0,03 8

    Log 1,25 = 0,09 11

    Log 0,08 = - 1,09 14,5

    Log 0,02 = - 1,69 19

    Log 0 = 0 23

  • 8/10/2019 Laporan Biofar-farkin Modul 4 eksresi urin

    13/15

    y = bx+a

    y = 3,5357x + 2,4286

    b =

    k = 3,5357 x 2,303 = 8,14

    t =

    = 0,08

    VI. Pembahasan

    Pada praktikum ini akan melakukan pengukur kadar obat siprofloksasin

    dalam urin. Dimana dilakukan pengukuran konsentrasi obat siprofloksasin dalam

    ekskresi urin. Langkah awal yang dikerjakan adalah mengambil sample urin

    sesaat sebelum pemberian obat siprofloksasin (blanko) dan urin dikumpulkan

    pada rentang waktu 08.0011.00, 11.0014.00, 14.0017.00, 17.0020.00,

    20.0024.00 (tidur) setelah pemberian obat tersebut. Lalu pagi hari urin diambil

    sesaat setelah bangun tidur (05.00). dimana data volume dari setiap urinasi

    dicatat, karena volume dari urin tersebut akan mempengaruhi distribusi obat

    dalam urin. Sampel urin yang telah diambil disimpan didalam lemari pendingin

    untuk mencegah pengendapan matriks pada urin.

    Perlakuan pertama adalah membuat kurva kalibrasi, yaitu dengan

    membuat larutan siprofloksasin dalam urin blanko, dimana tahap pengerjaannya

    yaitu, membuat larutan stok siprofloksasin dengan konsentrasi 1000 ppm

    sebanyak 10 ml lalu diambil 1 ml dan diencerkan sebanyak 10 ml dengan

    konsentrasi 100 ppm. Larutan ini akan dibuat menjadi larutan sampel uji dengan

    konsentrasi 1, 5, 10, 20, 50 ppm. Setelah itu dilakukan pengukuran luas area

    (AUC) pada sampel di HPLC dengan fase gerak (asetonitril:air) denganpenambahan trietanolamin 0,1 % untuk menjaga pH (derajat keasaman) larutan

    agar tetap stabil pada pH 2,5. Dari data AUC didapat persamaan regresi linier

    yang nantinya akan digunakan untuk mengukur konsentrasi obat siprofloksasin

    dalam sampel urin.

    Tahap selanjutnya adalah pengukuran kadar siprofloksasin pada urin

    sampel yang telah diambil pada rentang waktu yang telah ditentukan. Setiap

    sampel urin diencerkan dengan dapar ammonium asetat agar senyawa yang

    terdapat dalam urin dapat terlarut sempurna. Setelah itu sampel diukur dengan

  • 8/10/2019 Laporan Biofar-farkin Modul 4 eksresi urin

    14/15

    menggunakan HPLC dengan perlakuan yang sama pada pengukuran urin blanko.

    Dari hasil pengukurn didapatkan nilai AUC sampel.

    Nilai AUC sampel ini digunakan untuk mengukur konsentrasi obat

    siprofloksasin dalam urin dengan menggunakan persamaan regresi linier yang

    didapat pada pembuatan kurva kalibrasi. Setelah diketehui data konsentrasi

    siprofloksasin dalam urin selanjutnya dihitung nilai distribusi obat siprofloksasin

    dalam urin dengan cara mengalikan konsentrasi obat dalam urin dengan volume

    urinasi yang didapat. Setelah itu dihitung nilai distribusi siprofloksasin dalam urin

    per rentang waktu pengambilan sampel. Kemudian dibuat kurva DU/t yang

    dibandingkan dengan t* (tmid).

    Dari kurva tersebut didapatkan persamaan regresi linier yang akan

    digunakan untuk menghitung konstanta laju eliminasi dan waktu paruh eliminasi.

    Dan didapatkan nilai konstanta eliminasi sebesar 8,14, dimana konstanta

    eliminasi merupakan nilai tetapan laju eksresi ginjal yang menunjukan bagaimana

    obat dimetabolisme dalam ginjal. Selain konstanta eliminasi dihitung pula waktu

    paruh yang didapat nilainya sebesar 0,08/jam, dimana waktu paruh itu adalah

    jangka waktu sampai kadar obat dalam urin menurun menjadi separuh dari harga

    asalnya. Dengan mengetahui data konstanta eliminasi dengan waktu paruh kita

    mengtahui bagaimana onbat diekskresikan dalam urin dimana nilai konstanta

    eliminasi seharusnya berbanding lurus dengan nilai waktu paruh, dan data yang

    diperoleh dri sampel pengujian kelompok kami menunjukan nilai yang jauh

    antara konstanta eliminasi dengan waktu paruh. Ini mungkin disebabkan karena

    obat siprofloksasin banyak dimetabolisme oleh ginjal sehingga obat

    siprofloksasin tidak terekskresikan dengan sempurna.

    VII.

    Kesimpulan

    Dari serangkaian pengujian ekskresi urin didapatkan kesimpulan ternyata

    jumlah obat yang diekskresikan dalam urin pada sukarelawan tidak sama dengan

    jumlah obat yang diabsorpsi karena nilai yang didapat yaitu nilai konstanta

    eliminasi dan nilai waktu paruh tidak memenuhi persyaratan yang ditentukan yaitu

    harus berbanding lurus, dimana konstanta eliminasi dan waktu paruh merupakan

    parameter yang biasa digunakan untuk menghitung jumlah eliminasi obat dalam

    urin.

  • 8/10/2019 Laporan Biofar-farkin Modul 4 eksresi urin

    15/15

    DAFTAR PUSTAKA

    Karmana, Oman. 2007. Cerdas Belajar Biologi. Grafindo Media Pratama, Jakarta.

    Kurniati, Tuti dkk. 2009.Zoologi Vertebrata. Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati,

    Bandung.

    Leon Shargel, Andrew B. C. Yu, 1988,Biofarmasetika dan Farmakokinetika Terapan Edisi

    Kedua, Alih bahasa; Fasich & Siti Sjamsiah, Airlangga University Press, Surabaya.

    Poedjiadi, A., Suryati, FMT. 2005.Dasar-Dasar Biokimia. UI-Press. Jakarta.