kelompok 3(1)
DESCRIPTION
DEPARTEMEN MIKROBIOLOGI DAN MIKOLOGILAPORAN SISTEM RESPIRASITRANSCRIPT
DEPARTEMEN MIKROBIOLOGI DAN MIKOLOGI
LAPORAN SISTEM RESPIRASI
2015
Oleh :Mahasiswa PPDH XXV Kelompok 3Muhammad Imam H., S.KH061513143103Ria Nikmatul Jannah, S.KH061513143077Achmad Ghozi Fanani, S.KH061513143047Cristianita M. Tany, S.KH061513143106
KATA PENGANTAR
Syukur alhamdullilah puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala
rahmad dan hidayahnya, sehingga Laporan Sistem Respirasi ini dapat terselesaikan dengan
baik.
Penyusunan Laporan Sistem Respirasi ini sebagai salah satu syarat mengikuti atau
menempuh Koasistensi di Departemen Bakteriologi dan Mikologi Program Pendidikan
Dokter Hewan Universitas Airlangga Surabaya.
Laporan Sistem Respirasi ini terdiri dari pendahuluan, pembahasan dan penutup.
Akhirnya penyusun berharap Laporan Sistem Respirasi ini bermanfaat bagi penyusun sendiri
khususnya dan bagi pembaca pada umumnya.
Surabaya, 30 September 2015
Penyusun
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.................................................................................................. 1
KATA PENGANTAR............................................................................................... 2
DAFTAR ISI.............................................................................................................. 3
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................... 5
1.1 Latar Belakang........................................................................................ 5
1.2 Rumusan Masalah................................................................................... 5
1.3 Tujuan..................................................................................................... 6
1.4 Manfaat................................................................................................... 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA................................................................................ 7
2.1 Saluran Respirasi Ayam.......................................................................... 7
2.2 Bakteri Penyebab Penyakit Respirasi Ayam........................................... 8
2.2.1 Mycoplasma gallisepticum............................................................ 9
2.2.2 Mycobacterium avium................................................................... 9
2.2.3 Pasteurella multocida................................................................... 9
2.2.4 Haemopillus gallinarum................................................................ 10
2.3 Tinjauan Tentang Identifikasi Bakteri.................................................... 11
BAB III MATERI DAN METODE........................................................................... 12
3.1. Tempat dan Waktu Pemeriksaan................................................................... 12
3.2. Bahan dan Materi Pemeriksaan..................................................................... 12
3.2.1 Hewan Pemeriksaan ............................................................................ 12
3.2.2 Bahan Pemeriksaan.............................................................................. 12
3.2.3 Alat Pemeriksaan................................................................................. 12
3.3. Metode Pemeriksaan..................................................................................... 12
3.3.1 Sterilisasi Alat...................................................................................... 12
3.3.2 Pengambilan Sampel............................................................................ 13
3.3.3 Pemeriksaan Mikroskopis.................................................................... 13
3.4 Isolasi dan Identifikasi................................................................................. 14
BAB IV HASIL PEMERIKSAAN............................................................................ 18
4.1. Isolasi pada Media Umum............................................................................ 18
4.2. Pemeriksaan Mikroskopis............................................................................. 20
4.3 Isolasi pada Media Selektif............................................................................ 21
4.4. Pemeriksaan Bakteri Gram Positif................................................................ 22
4.5. Pemeriksaan Bakteri Gram Negatif.............................................................. 23
BAB V PEMBAHASAN........................................................................................... 26
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN................................................................... 28
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................ 29
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Perkembangan usaha perunggasan dewasa ini cukup berkembang pesat, khususnya
ayam memiliki arti ekonomis yang sangat penting dibandingkan dengan jenis usaha
peternakan lainnya. Ada beberapa hal yang mendasaari hal tersebut antara lain, teknik
beternak ayam relatif mudah sehingga dapat dilakukan oleh banyak orang, harga produknya
murah dan nilai gizinya tinggi serta produk utama dan sampingannya dapat dimanfaatkan
(Tarmudji, 2005). Tingginya jumlah populasi ayam juga memiliki risiko yang tinggi terutama
terjadinya wabah penyakit menular. salah satu penyakit yang sering menyerang unggas
adalah penyakit pernafasan (Tarmudji, 2005).
Penyakit pernafasan pada unggas dapat disebabkan oleh bakteri. Adapun penyakit -
penyakit pernafasan yang menyerang unggas adalah CRD (Chronic Respiratory Disease),
Infectious Coryza (Snot) serta kolera unggas (Fowl Cholera). Faktor yang sangat berperan
dalam infeksi penyakit pernfasan pada unggas yaitu adanya infeksi tunggal maupun
campuran bakteri serta lingkungan, seperti: ammonia, debu, temperature berinteraksi dengan
agen infeksi berperan menyebabkan penyakit respirasi unggas (Untari, 2003).
Terapi antibiotika merupakan tindakan utama yang sering dilakukan untuk mengatasi
penyakit respirasi pada unggas, padahal penyebab pasti dari penyakit tersebut jarang sekali
diidentifikasi. Selain itu, hanya dengan melihat gejala klinis dan menganalisis gambaran
pasca mati yang di nekropsi terkadang perubahannya tidak jelas. Oleh sebab itu, diperlukan
adanya isolasi dan identifikasi bakteri penyebab penyakit respirasi yang dominan (Untari,
2003).
1.2. Rumusan Masalah
1.2.1.Bagaimana cara mendiagnosa penyakit respirasi pada unggas?
1.2.2.Bakteri apa saja yang menyebabkan penyakit pada saluran pernafasan unggas?
1.2.3.Bagaimana cara mengisolasi serta mengidentifikasi bakteri penyebab penyakit saluran
pernafasan unggas?
1.3. Tujuan
1.3.1.Untuk mengetahui cara mendiagnosa penyakit respirasi pada unggas.
1.3.2.Untuk mengetahui bakteri – bakteri penyebab yang menginfeksi saluran pernafasan
unggas.
1.3.3.Untuk mengetahui cara mengisolasi dan mengidentifikasi bakteri penyebab penyakit
saluran unggas.
1.4. Manfaat
Memberikan pengetahuan kepada calon dokter hewan mengenai bagaimana cara
mendiagnosa suatu penyakit, khususnya yang menyerang saluran respirasi unggas serta
memberikan pelatihan dan pengetahuan mengenai cara mengisolasi dan mengidentifikasi
bakteri penyebab penyakit respirasi pada unggas.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Saluran Respirasi Ayam
Sistem respirasi adalah suatu proses pertukaran gas oksigen (O2) dari udara oleh
organisme hidup yang digunakan untuk serangkaian metabolisme yang akan menghasilkan
karbondioksida (CO2) yang harus dikeluarkan, karena tidak dibutuhkan oleh tubuh. Setiap
makhluk hidup melakukan pernafasan untuk memperoleh oksigen O2 yang digunakan untuk
pembakaran zat makanan di dalam sel-sel tubuh. Alat pernafasan setiap makhluk tidaklah
sama, pada hewan invertebrata memiliki alat pernafasan dan mekanisme pernafasan yang
berbeda dengan hewan vertebrata. Ada dua jenis respirasi yang terjadi di dalam tubuh
makhluk hidup yaitu respirasi internal dan respirasi eksternal. Respirasi internal adalah proses
absorpsi oksigen dan pelepasan karbon dioksida dari sel. Sedangkan respirasi eksternal
adalah proses penggunaan oksigen oleh sel tubuh dan pembuangan sisa hasil metabolisme
selyang berupa O2 (Isnaeni, 2006).
Sistem respirasi pada unggas (ayam) terdiri dari nasal cavities, larynx, trachea
(windpipe), syrinx (voice box), bronchi, bronchiale dan bermuara di alveoli (Gambar 1). Oleh
karena unggas memerlukan energi yang sangat banyak untuk terbang, maka unggas memiliki
sistem respirasi yang memungkinkan untuk berlangsungnya pertukaran oksigen yang sangat
besar per unit hewan.Untuk melengkapi kebutuhan oksigen yang tinggi tersebut maka
anatomi dan fisiologi sistem respirasi unggas sangat berbeda dengan mammalia.Perbedaan
utama adalah fungsi paru-paru.Pada mammalia, otot diafragma berfungsi mengontrol
ekspansi dan kontraksi paru-paru.Unggas tidak memiliki diafragma sehingga paru-paru tidak
mengembang dan kontraksi selama ekspirasi dan inspirasi.Paru-paru hanyalah sebagai tempat
berlangsungnya pertukaran gas di dalam darah (Sembiring, 2009).
Gambar 1 : Sistem Pernafasan Ayam
2.2 Bakteri Penyebab Penyakit Respirasi Ayam
Dalam diagnosa penyakit pernafasan ayam, tanda klinik yang umum adalah lesu dan
nafsu makan menurun. Selain itu, perlu diperhatikan adanya suara yang abnormal dari
pernafasan misalnya bersin, sesak nafas atau ngorok, atau bernafas dengan mulut, serta gejala
tidak langsung atau yang tidak ada hubungannya dengan pernafasan, seperti mata berair dan
gejala syaraf. Sedangkan pada pemeriksaan pascamati, dapat dijumpai adanya kekeruhan atau
penebalan kantong udara, peradangan pada saluran pernafasan bagian atas dan paru-paru
(Daryono, 2000).
Sepanjang hidup ayam berbagai macam penyakit bisa muncul, yang salah satu target
organnya adalah saluran/alat pernafasan dan umumnya disebabkan oleh agen infeksius.
Mikroorganisme patogen sering ditemukan pada saluran pernafasan antara lain: Mycoplasma
gallisepticum/MG (penyebab CRD), Escherichia coli (serotipe 01, 02 dan 078) (penyebab
kolibasilosis), Haemophilus paragallinarum (serotipe A, B dan C) (penyebab infectious
coryza atau snot), Pasteurella multocida (penyebab kolera unggas).
2.2.1 Mycoplasma gallisepticum
Infeksi bakteri Mycoplasma gallisepticum dikenal sebagai MG, pertama diamati pada
kalkun di awal abad ke-20. Tanda-tanda yang dominan adalah sinus membengkak, sehingga
penyakit ini disebut sinusitis. Dalam tahun-tahun berikutnya, penyakit terlihat di kedua ayam
dan kalkun tetapi tidak sampai tahun 1950-an organisme penyebab "pleuropneumonia like"
bisa terisolasi dengan sempurna. MG, seperti yang kemudian diberi label, dikaitkan dengan
tidak hanya sinusitis pada kalkun tetapi juga, ketika itu diperparah dengan bakteri lainnya,
Penyakit Pernafasan Kronis (CRD) pada ayam. MG masih sekitar dan muncul di setiap jenis
flok unggas. CRD masuk dalam notifiable diseases, artinya jika terjadi kasus CRD di lapang
harus segera dilaporkan ke pemerintah untuk segera ditanggulangi, sehingga produsen lain
akan dapat memulai prosedur biosekuriti untuk mengurangi risiko infeksi kawanan mereka.
2.2.2 Mycobacterium avium
Mycobacterium avium terdiri dari 3 subspecies yaitu M. avium subsp. avium, M. avium
subsp. sylvaticum, and M. avium subsp. paratuberculosis. Namun hanya M. avium subsp.
paratuberculosis yang menyebabkan avian tuberculosis.
2.2.3 Pasteurella multocida
Pasteurella multocida adalah bakteri Gram negatif, berbentuk coccobacillus (batang
pendek) yang hidup normal pada nasopharynx dari berbagai species. Bakteri Pasteurella
multocida ini menyebabkan terjadinya septicaemia dan penyakit saluran pernafasan pada
hewan piaraan dan hewan liar. Lebih dari satu abad yang lampau, Louis Pasteur telah
melakukan penelitian pengembangan vaksin dari berbagai jenis bakteri, salah satunya ialah
vaksin kholera unggas (Pasteurella multocida) pada tahun. Pasteurella multocida termasuk
dalam famili Pasteurellae bersifat Gram-negatif, fakultatif anaerob dan fermentatif, dapat
menimbulkan berbagai penyakit, seperti: septisemia, penyakit pernafasan pada
berbagai jenis hewan mamalia, unggas dan hewan liar. Bakteri kelompok tersebut
terdiri dari 3 genus, yakni: Pasteurella, Haemophilus dan Actinobacillus. Seperti telah
didiskripsi dalam Bergey’s manual of determinative bacteriology, genus Pasteurella terdiri
dari 6 spesies yang mempunyai sifat sifat beta hemolisis, adanya pertumbuhan pada media
Mc Conkey, membentuk indol, pembentukan gas dari karbohidrat, asam dari laktosa dan
manitol. Spesies penting dari genus Pasteurella, yakni: P. multocida, P. haemolytica, P. urea,
P. aerogenes dan P. gallinarum.
Dua spesies yang mempunyai arti secara ekonomi penting dalam bidang peternakan
ialah P. haemolytica dan P. multocida, karena sering menimbulkan kematian ternak
ruminansia dan unggas. P. multocida secara konvensional berdasarkan sifat antigen
kapsul/sifat reaksi hemaglutinasinya dibedakan menjadi 5 serogrup yaitu A, B, D, E atau F.
Sedangkan berdasarkan sifat-sifat antigen somatik, strain P. multocida dapat dibedakan
menjadi 16 serotipe atas dasar reaksi difusi presipitasi. Semua serotipe kecuali grup E
dilaporkan dapat diisolasi dari berbagai jenis unggas.
Pasteurella multocida serogrup B dan E menyebabkan hemorrhagic septicaemia (HS)
atau septisemia epizootika (SE) pada ternak ruminansia, dan serogrup A menyebabkan
pleuropneumonia fibrosa. P. multocida serogrup A (serotipe 1, 3, 4) menyebabkan penyakit
kholera unggas atau fowl cholera pada ayam dan kalkun yang ditandai juga dengan
septisemia akut dengan gejala spesifik adanya koagulasi darah pada pembuluh darah. Dalam
upaya pengendalian penyakit kholera unggas maka dibuat vaksin yang sesuai dengan sifat-
sifat antigenisitas dan imunogesitasnya yang mempunyai daya proteksi yang efektif.
Pengendalian masalah wabah penyakit fowl cholera pada peternakan itik di Indonesia dapat
dikendalikan secara efektif dengan vaksin otogenus.
2.2.4 Haemophilus gallinarum
Infeksius coryza (Snot) merupakan penyakit pernafasan bagian atas pada unggas,
terutama ayam, yang bersifat akut. Penyakit ini telah menyebar luas di seluruh dunia, dan
kejadiannya sering pada musim dingin atau udara jelek. Penyebaran penyakit dalam kandang
sangat cepat, baik secara kontak langsung dengan ayam-ayam sakit, maupun tidak langsung
melalui air minum, udara, dan peralatan yang tercemar.
Gejala-gejala klinis penyakit ini ditandai dengan keluarnya eksudat dari hidung, muka
bengkak karena edema di bawah kulit, konjungtivitis, anoreksia, dan kadang-kadang sulit
bernapas. Biasanya penyakit ini merupakan komplikasi dengan penyakit lain, seperti Fowl
pox, Mycoplasma (CRD), New castle disease (ND), Infectious bronchitis (IB), Infectious
laryngotracheitis (ILT) dan lain-lain.
Di Indonesia, penyakit ini pertama kali dilaporkan oleh Veeartsenijkundig Institut (VI)
Bogor, yang sekarang dikenal sebagai Balai Penelitian Veteriner, Balitvet. Berdasarkan
laporan tahunannya, lembaga ini mencatat bahwa dari 319 sampel unggas yang diperiksa
selama tahun 1930, ternyata 17 diantaranya didiagnosa sebagai Coryza infeksiosa. Pada tahun
1975 berhasil mengisolasi dan identifikasi kuman Haemophilus paragallinarum penyebab
Infeksius coryza (snot) pada ayam.
2.3 Tinjauan Tentang Identifikasi Bakteri
Bakteri dapat dibedakan antara bakteri gram positif dan bakteri gram negatif. Atas
dasar teknik pewarnaan diferensial yang disebut pewarnaan gram, kedua kelompok bakteri ini
dibedakan terutama mengenai dinding selnya (Volk dan Wehler, 1996). Perbedaan nyata
dalam komposisi dan struktur dinding sel antara bakteri gram positif dan bakteri gram negatif
penting untuk dipahami karena diyakini bahwa dinding sel itulah yang menyebabkan
perbedaan kedua kelompok bakteri ini memberikan respons. Bakteri gram negatif
mengandung lipid atau substansi seperti lemak dalam pesentase lebih tinggi daripada yang
dikandung bakteri gram positif. Dinding sel bakteri gram negatif juga lebih tipis daripada
dinding sel bakteri gram positif. Dinding sel bakteri gram negatif mengandung peptidoglikan
jauh lebih sedikit, dan peptidoglikan ini mempunyai ikatan silang yang jauh kurang ekstensi
dibandingkan dengan yang dijumpai pada dinding sel bakteri gram positif. Pada saat
pewarnaan dengan ungu kristal pertumbuhan bakteri gram positif lebih dihambat dengan
nyata daripada bakteri gram negatif, demikian juga dengan kerentanan terhadap antibiotik,
bakteri gram positif lebih rentan terhadap penisilin daripada bakteri gram negatif (Pelczar dan
Chan, 1986).
BAB III
MATERI DAN METODE
3.1 Tempat dan Waktu Pemeriksaan
Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Universitas Airlangga pada
tanggal 25 September – 2 Oktober 2015
3.2 Bahan dan Materi Pemeriksaan
3.2.1 Hewan Pemeriksaan
Pemeriksaan ini menggunakan ayam yang didapat dari Pasar Kembang. Kemudian
dibawa ke Laboratorium Bakteriologi dan Mikologi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas
Airlangga untuk dilakukan pemeriksaan secara klinis dan laboratoris.
3.2.2 Bahan Pemeriksaan
Sampel pemeriksaan yang digunakan berupa swab trachea, swab jantung dan swab
organ paru-paru dari ayam yang sakit. Bahan yang digunakan untuk pemeriksaan yaitu:
Media untuk isolasi yaitu Blood Agar (BA), Blood Agar (BA) + Yeast.
Media untuk identifikasi yaitu Triple Sugar Iron Agar (TSIA), Sulfide Indol Motility
(SIM), Simons Citrat Agar (SCA), Urease Agardan Uji gula - gula.
Bahan yang digunakan untuk pewarnaan gram yaitu zat warna kristal violet atau
gentian violet, zat warna safranin atau carbol fuchsin, larutan lugol/iodin, larutan
alkohol aceton/alcohol 96 %.
Lalu sampel yang telah dimurnikan namun belum diidentifikasi yang di streak pada
media BA
3.3 Metode Pemeriksaan
3.3.1 Sterilisasi Alat
Sterilisasi bertujuan untuk membunuh semua organismetermasuk spora. Kegiatan
isolasi dan identifikasi penyakit ini menggunakan autoclave untuk melakukan sterilisasi.
Sterilisasi dengan panas dalam bentuk uap jenuh bertekanan merupakan sarana paling praktis.
Uap bertekanan memberikan suhu jauh di atas titik didih dan mempunyai beberapa
keuntungan seperti pemanasan dapat berlangsung cepat, mempunyai daya tembus dan
menghasilkan kelembaban yang tinggi sehingga mempermudah koagulasi protein sel-sel
mikroba. Suhu yang digunakan pada sterilisasi menggunakan autoclave adalah 250oF (121oC)
dengan tekanan sebesar 15 lb/in2 (5 kg/cm2) selama 60 menit tergantung pada sifat bahan
yang disterilkan.
3.3.2 Pengambilan Sampel
Sampel pemeriksaan yang digunakan berupa swab trachea, swab nasal, swab mukosa
dan swab organ paru-paru dari ayam sakit yang didapatkan dari pasar Kembang.
3.3.3 Pemeriksaan mikroskopis
Pembuatan Preparat Natif Sederhana
Pemeriksaan mikroskop dengan preparat natif bertujuan untuk mengetahui gerakan
kuman yang masih hidup. Gerakan ini disebabkan karena kuman mempunyai flagella.
Cara Kerja:
1. Letakkan 1-2 tetes aquadest ditengah-tengah obyek glass
2. Tambahkan kuman dari media Isolasi diatas tetesan aquadest, ratakan.
3. Tutup suspense tersebut dengan cover glass
4. Teteskan minyak emersi dan periksa di bawah mikroskop dengan pembesaran
1000X.
Pewarnaan gram
Pewarnaan ini digunakan untuk membedakan kuman-kuman yang tahan atau tidak
tahan terhadap alcohol. Yang tahan terhadap alcohol disebut gram positif, sebaliknya disebut
gram negatif.
Cara kerja:
1. Buat sediaan oles dan fiksasi di atas api sampai kering
2. Warnai dengan Kristal violet selama 2 menit
3. Buang sisa zat warna dan cuci dengan air kran
4. Tuangkan larutan lugol dan biarkan selama 1 menit
5. Buang sisa lugol dari obyek glass dan cuci dengan air
6. Lunturkan dengan alcohol aceton 10-20 detik, sampai zat warna hilang
7. Cuci dengan air kran
8. Tuangkan safranin/carbol fuchsin pada obyek glass dan biarkan selama 30 detik.
9. Buang sisa safranin dan cuci dengan air kran
10. Keringkan dengan kertas saring
11. Tetesi sediaan dengan minyak emersi lalu lihat di bawah mikroskop dengan
pembesaran 1000X.
3.4 Isolasi dan Identifikasi
Pemeriksaan bakteriologis sampel jadi yang didaptkan dari Laboratorium Mikrobiologi
dilakukan adalah isolasi dan identifikasi. penanaman sampel pada media Blood Agar (BA),
Blood Agar + Yeast, kemudian diinkubasikan 37o C selama 24 jam guna mengetahui sifat,
jenis dan tipe koloni yang tumbuh. Koloni yang tumbuh dan dicurigai sebagai Pasteurella
multocida karena koloni yang didapatkan membentuk koloni yang transparan kemudian
dilakukan pemeriksaan natif sederhana dan pewarnaan gram untuk melihat dan
mengidentifikasi bakteri dan membedakan jenis bakteri gram positif atau negative. Pada
pemeriksaan mikroskopis pada pewarnaan gram didapatkan bakteri gram negative karena
bakteri berwarna merah, dan didapatkan bentuk bakteri bacil cocus yang diduga sebagai
bakteri pasteurella multocida. Selanjutnya dilakukan pemurnian bakteri dengan menanam
bakteri pada media BA untuk mendapatkan bakteri murni dan di inkubasi pada suhu 37o C
24 jam. Selanjutnya dilakukan uji katalase dan uji biokimia.
BAB V
PEMBAHASAN
Isolasi bakteri dari saluran respirasi ayam yang diduga menderita penyakit pernafasan
dengan gejala klinis adanya lemas dan kejang. Isolasi bakteri dilakukan dari : swab trachea,
swab pulmo dan swab jantung kemudian ditanam di media umum yaitu : Blood Agar, Blood
Agar + Yeast. Didapatkan hasil :
- Swab trachea (Tumbuh di media BA dan BA + Yeast tapi terkontaminasi)
- Swab pulmo (Tumbuh di media BA dan BA + Yeast tapi terkontaminasi)
- Swab jantung (Tumbuh di media BA dan BA + Yeast tapi terkontaminasi)
- Sampel murni yang belum diidentifikasi (Tumbuh di media BA)
Hasil yang diperoleh adalah 1 macam spesies bakteri yang ditunjukkan dari hasil uji
biokimia maupun uji identifikasi. Adapun hasil pemeriksaan tersebut antara lain:
Pada sampel swab trachea, swab pulmo dan swab jantung yang ditanam pada media
Blood Agar dan Blood Agar + Yeast tumbuh koloni, setelah itu dilakukan pemurnian pada
media yang sama dan isolasi sekunder kedalam media Blood Agar (BA) untuk dicari single
koloni. Kemudian dilakukan pewarnaan gram agar mengetahui bakteri tersebut termasuk
gram negatif atau gram positif. Dari hasil pewarnaan gram tersebut ternyata menunjukkan
koloni pada media BA tidak jelas karena menunjukan gram positif dengan morfologi coccus
dan gram negatif dengan morfologi basil dalam 1 media. Hal tersebut terjadi diduga akibat
kesalahan teknis sterilitas pembuatan media, baik itu pada saat pembuatan media maupun
pada saat penanaman baktri pada media. Sehingga ditemukan bakteri pencemar pada media
dan bukan agen penyebabnya. Agen penyebab pada penyakit pernasfasan unggas diduga ada
3 yaitu Mycoplasma gallicepticum untuk penyakit CRD, Haemophilus gallinarum untu
penyakit snot dan Pasteurella multocida untuk penyakit fowl kolera.
Sampel murni yang belum diidentifikasi ditananm pada media Blood Agar dan tumbuh
koloni yang berwarna jernih. Kemudian dilakukan pewarnaan gram agar mengetahui bakteri
tersebut termasuk gram negatif atau gram positif. Dari hasil pewarnaan gram tersebut
ternyata menunjukkan koloni pada media BA gram negatif dengan morfologi coccobacillus.
Dari hasil dilanjutkan uji katalase untuk mengetahui sifat bakteri pada saat tercampur H2O2.
Hasil dari uji katlase adalah positif sehingga dilanjutkan untuk uji biokimia dan di simpulkan
pada sampel murni tersebut mengandung Pasteurella multocida. Bakteri ini adalah gram
negatif, berbentuk coccobacillus (batang pendek) yang hidup normal pada nasopharynx dari
berbagai species (Kuhnert et a1., 2000). Banyak strain bakteri Pasteurella multocida yang
menunjukkan adanya kapsul polysaccharide pada permukaannya dan dapat dibedakan secara
serologi dengan antigen kapsular kedalam serotipe A, B, D dan E (Carter, 1967; Rimlerand
Rhoades, 1989). Bakteri Pasteurella multocida ini menyebabkan terjadinya septicaemia dan
penyakit saluran pernafasan pada hewan piaraan dan hewan liar (Rimler et a1., 1995).
Namun, dari hasil isolasi dan identifikasi yang telah kami lakukan tidak ditemukan bakteri P.
multocida.
BAB VI
KESIMPULAN
6.1. Kesimpulan
1. Penyakit sistem respirasi pada unggas dapat didiagnosa dengan cara melihat gejala
klinis pada ayam dan dengan melakukan pemeriksaan bakteriologis dan diperkuat
dengan pemeriksaan secara serologis.
2. Bakteri yang ditemukan pada sampel adalah Staphylococcus saprophyticum dan
Escherichia coliyang bukan merupakan bakteri pathogen, melainkan bakteri penyebab
infeksi sekunder (septicemia). Sementara pada sampel yang telah dimurnikan
teridentifikasi bakteri Pasteurella multocida.
3. Cara mengisolasi dan mengidentifikasi penyebab penyakit sistem respirasi pada
unggas yakni dengan pewarnaan gram serta isolasi primer dan sekunder dengan
berbagai media, baik media umum dan media selektif. Sedangkan untuk identifikasi
menggunakan uji biokimia, yang terdiri dari gula-gula,TSIA, SCA dan Urease.
Sedangkan bakteri gram positif dapat diuji dengan uji Katalase dan Koagulase.
DAFTAR PUSTAKA
Isnaeni, W. 2006. Fisiologi Hewan. Karnisius.Yogyakarta.
Khusnan, Wahyu, P., Mitra, S. 2012. Identifikasi dan Karakterisasi Fenotipe
Staphylococcus aureus Asal Kasus Bumblefoot dan Arthritis Pada Broiler.
Jurnal Kedokteran Hewan, Vol. 6, No.2.
Kusumaningsih, A dan Sri Poernomo. 2000. Infeksius Coryza (Snot) Pada Ayam di Indonesia. WARTAZOA Vol. 10 No. 2
Kleven, S.H. And Glison, J.R. 1990. Multicausal Respiratory Disease Of Poultry. Tenth
Ed. Iowa States University Press, Ames, Iowa, USA. Page: 1008-1012.
http://microbewiki.kenyon.edu/index.php/Staphylococcus_saprophyticus (Diakses
tanggal 9 Mei 2013 pukul 15:50).
Naipospos, T.S.P. 2004. Situasi Terkini Penyakit Unggas Di Tanah Air. Seminar
Nasional “Perdagangan Komoditi Peternakan dan Upaya Penanggulangan
Penyebaran Penyakit Unggas”. Poultry Indonesia. Pp. 1-15.
Oprea, A., Maria, C., Tudor, L., Togoe, I And Popa, R. 2010. Pseudomonas
Aeruginosa Infections In A Pet Parrots. Lucrari Stiintifice Medicina
Veterinara. Vol. XLIII (1).
Sembiring, P. 2009. Buku Ajar dan Penuntun Dasar Ternak Unggas.USU Press.
Medan.
Tarmudji. 2005. Penyakit Pernafasan pada Ayam, Ditinjau Dari Aspek Klinik dan
Patologik serta Kejadiannya di Indonesia. Wartazoa: Vol. 15. No. 2.
http://textbookofbacteriology.net/pseudomonas.html (Diakses tanggal 9 Mei 2013
pukul 15:00).
Untari, T. 2003. Isolasi dan Identifikasi Bakteri dari Ayam Broiler yang Menunjukkan
Gejala penyakit Respirasi. J. Sain Vet. Vol, XXI, No.1
http://www.merckmanuals.com/vet/poultry/staphylococcosis/
overview_of_staphylococcosis_in_poultry.html (Diakses tanggal 9 Mei 2013
pukul 16:00).