jurnal tempe format baru 5

Upload: agus-kurniawan

Post on 14-Oct-2015

196 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 5/24/2018 Jurnal Tempe Format Baru 5

    1/8

    TEMPE

    Agus Kurniawan, Ahmad Andika Himawan, Diana Ratnasari, Sumirat

    Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro

    Jalan Prof. Soedarto, S.H., Tembalang, Semarang, 50239, Telp/Fax: (024)7460058

    Pembimbing: Dr. Hadiyanto, S.T., M.T.

    ABSTRAK

    Tempe merupakan makanan tradisional dari Indonesia yang selama ini sudah menjadi bagian

    dari kehidupan masyarakat. Terdapat berbagai jenis tempe yang ada di Indonesia, seperti tempe

    kedalai, tempe gembus, tempe bungkil, tempe bongkrek, tempe menjes, tempe benguk, tempe

    lamtoro dan lain sebagainya. Tujuan dari percobaan ini adalah mahasiswa dapat memahami

    bagaimana cara membuat tempe berbahan dasar kacang kedelai serta mengetahui faktor-faktor apa

    saja yang mempengaruhinya. Tahapan dalam proses pembuatan tempe dimulai dengan penyiapan

    inokulum kemudian dilanjutkan dengan pembuatan media fermentasi. Variabel bebas dalam

    percobaan ini meliputi pembungkus, pengupasan dan waktu fermentasi. Sedangkan variable tetap

    dalam percobaan ini meliputi berat ragi yang ditambahkan, berat kedelai awal dan suhu fermentasi.Dari hasil percobaan didapat bahwa terjadi penurunan berat tempe selama fermentasi berlangsung.

    Kemudian, analisa statistik metode ANOVA membuktikan bahwa perbedaan pembungkus

    memiliki pengaruh nyata terhadap tekstur tempe yang dihasilkan. Pembungkus alamimenghasilkan warna, tekstur dan aroma yang lebih baik dibandingkan dengan pembungkus

    sintetis. Kedelai yang dikupas juga menghasilkan warna, tekstur dan aroma yang lebih bagus

    daripada kedelai yang tidak dikupas. Fermentasi tempe dipengaruhi oleh waktu terlihat dari

    perbedaan hasil yang didapat antara tempe dengan fermentasi 48 jam dengan 72 jam. Saran dalam

    percobaan ini sebaiknya bahan dasar pembuatan tempe harus bersih dari kotoran, pencampuran

    ragi dilakukan secara merata dan tempe harus dibungkus dengan rapi.

    Kata kunci : fermentasi, Rhizopus oryzae, tempe

    ABSTRACT

    Tempeh is an Indonesian traditional food that has been a part of peoples life. There are

    various types of tempeh in Indonesia, such as soybean tempeh, gembus tempeh, bungkil tempeh,

    bongkrek tempeh, menjes tempeh, benguk tempeh, lamtoro tempeh, and many more. The purpose of

    this experiment are to understand how to make tempeh with soybean as a raw material and

    determine the factors that influence it. The steps of making tempeh are inoculum preparation

    followed by making of fermentation media. The dependent variables of this experiment are themass of yeast added, initial weight of the soybeans, and temperture of the fermentation process.

    From the experiment results, obtained that tempeh weight was decrease during the fermentation

    process. Then, ANOVA statistical analysis proves that different wrappers give a real difference for

    the texture of tempeh. Natural wrappers give a better color, texture and aroma rather than the

    synthetic wrappers. Peeled soybeans also give a better color, texture and aroma rather than

    unpeeled soybeans. Tempeh fermentation is influence by time that can be seen from the differencesbetween the result within the the fermentation in 48 hours and 72 hours. Suggestions in this

    experiment are the raw material must be hygienic, mixing the yeast perfectly, and wrap the tempeh

    in a right way.

    Keywords: fermentation, Rhizopus oryzae, tempeh

    1. PendahuluanTempe merupakan bahan makanan hasil fermentasi kacang kedelai atau jenis kacang-kacangan lainnya

    menggunakan jamurRhizopus oligosporus danRhizopus oryzae.Bahan yang biasa digunakan dalam pembuatan

    tempe adalah kacang kedelai. Tempe mempunyai ciri-ciri berwarna putih, tekstur kompak dan rasa spesifik.

    Warna putih disebabkan adanya miselia jamur yang tumbuh pada permukaan biji kedelai. Tekstur yang kompak

    juga disebabkan oleh miselia-miselia jamur yang menghubungkan antara biji-biji kedelai tersebut. Tempe

    memiliki kandungan nutrisi berupa protein 30,9 gr, lemak 15,10 gr, karbohidrat 30,10 gr, kalsium 196 mg, fosfor506 mg dan mineral lainnya.

    Tempe dibuat dengan proses fermentasi pada media padat (Solid-State Fermentation). Banyak keuntungan

    yang didapat dari metode SSF dibandingkan dengan liquid statefermentation (LSF) antara lain kebutuhan energi

  • 5/24/2018 Jurnal Tempe Format Baru 5

    2/8

    yang rendah, menghasilkan sedikit limbah, prosesnya yang ramah lingkungan dan lain-lain (Jian Chen, 2014).

    Fermentasi pada tempe ini nantinya akan terbagi dalam 3 fase yaitu : fase pertumbuhan cepat, fase transisi danfase pembusukan.

    Inokulum yang biasa digunakan dalam pembuatan tempe adalah Rhizopus oryzae. Menurut Soetrisno (1996)

    sifat-sifat jamur Rhizopus oryzaeyaitu koloni berwarna putih berangsur-angsur menjadi abu-abu; stolon halus

    atau sedikit kasar dan tidak berwarna hingga kuning kecoklatan; sporangiofora tumbuh dari stolon dan mengarah

    ke udara, baik tunggal atau dalam kelompok (hingga 5 sporangiofora); rhizoid tumbuh berlawanan dan terletakpada posisi yang sama dengan sporangiofora; sporangia globus atau sub globus dengan dinding berspinulosa(duri-duri pendek), yang berwarna coklat gelap sampai hitam bila telah masak; kolumela oval hingga bulat,

    dengan dinding halus atau sedikit kasar; spora bulat, oval atau berbentuk elips atau silinder; suhu optimal untuk

    pertumbuhan 350C, minimal 5-70C dan maksimal 440C. (Kuswanto dan Slamet, 1989).

    Selama proses fermentasi, bahan akan diinkubasi yang bertujuan untuk sterilisasi. Inkubasi tempe dilakukan

    pada suhu 250-370C selama 36-48 jam. Selama inkubasi terjadi proses fermentasi yang menyebabkan perubahan

    komponen-komponen dalam biji kedelai. Persyaratan tempat yang dipergunakan untuk inkubasi kedelai adalah

    kelembaban, kebutuhan oksigen dan suhu yang sesuai dengan pertumbuhan jamur.

    Tempe yang terbentuk akan dilakukan uji organoleptik. Uji ini adalah cara mengukur, menilai atau menguji

    mutu komoditas dengan menggunakan kepekaan alat indra manusia, yaitu mata, hidung, mulut, dan ujung jari

    tangan. Uji organoleptik juga disebut pengukuran subjektif karena didasarkan pada respon subjektif manusia

    sebagai alat ukur.

    Setelah dilakukan penilaian terhadap tempe dengan uji organoleptik. Selanjutnya dilakukan analisa statistikterhadap data yang diperoleh. Analisa ini dilakukan untuk memastikan apakah terdapat perbedaan yang nyata

    diantara variabel-variabel yang diuji.

    Percobaan ini bertujuan untuk mengetahui cara pembuatan tempe berbahan dasar kacang kedelai,

    mengetahui pengaruh media pembungkus (daun pisang, daun jati, koran, aluminium foil) terhadap proses

    fermentasi kacang kedelai menjadi tempe, pengaruh pengupasan kacang kedelai terhadap kualitas tempe yangdihasilkan melalui proses fermentasi dan pengaruh lamanya inkubasi terhadap kualitas tempe yang dihasilkan

    melalui proses fermentasi.

    2. Metode Percobaan2.1.Bahan dan Alat

    Alat yang digunakan dalam percobaan ini antara lain : panci, kain, kompor listrik, timbangan, batang

    pengaduk, dan sendok. Sedangkan bahan yang digunakan antara lain : kacang kedelai 1200 gr, ragi tempe 12 gr,air secukupnya dan pembungkus (daun pisang, daun jati, koran, aluminium foil).

    2.2.Variabel PercobaanVariabel dalam percobaan terdiri dari 16 variabel, dengan variabel berubah berupa jenis pembungkus (daun

    pisang, daun jati, koran, aluminium foil), jenis pengupasan (dikupas dan tidak dikupas) dan lamanya fermentasi

    (48 dan 72 jam). Sedangkan variabel tetapnya adalah berat bahan baku yang digunakan, yaitu 75 gram, suhu

    fermentasi yaitu suhu ruangan (250C-300C) berat ragi 1%w. Fermentasi berlangsung dengan pemberian aerasi

    pada pembungkusnya.

    2.3.Cara kerjaTahapan-tahapan dalam proses pembuatan tempe adalah penyiapan inokulum, pembuatan media fermentasi.

    Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam proses pembuatan tempe adalah kacang kedelai yang dipilih harus

    berkualitas baik. Pada percobaan yang telah kami lakukan, kami menggunakan bahan dasar kacang kedelai sertapembungkus yang terdiri dari daun pisang, daun jati, koran dan aluminium foil.

    Semua bahan direndam, sebagian kacang kedelai dikupas hingga bersih, lalu direbus. Setelah ditiriskan,bahan-bahan pun dikeringkan untuk mengurangi kadar air. Kemudian tambahkan ragi 1%w dan dibungkus lalu

    di inkubasi sesuai dengan variabel. Lalu timbang beratnya dan amati perubahan warna, tekstur misellium, dan

    aromanya.

    3. Hasil Percobaan Dan Pembahasan3.1.Hasil Percobaan

    Parameter yang harus diamati tiap harinya adalah berat tempe, warna, tekstur miselium dan aroma. Hasil

    percobaan tempe ini dapat dilihat pada tabel 1.

  • 5/24/2018 Jurnal Tempe Format Baru 5

    3/8

  • 5/24/2018 Jurnal Tempe Format Baru 5

    4/8

    3.2 Pembahasan

    a. Pengaruh Lama Fermentasi terhadap Penurunan Perbandingan Berat Tempe (W/Wo)

    Gambar 1.Grafik Pengaruh Lama Fermentasi terhadap Perbandingan Berat Tempe (W/Wo)

    Penurunan berat tempe ini disebabkan karena selama fermentasi, terjadi penguapan-penguapan air yang

    menimbulkan pembungkus menjadi basah. Karena penguapan ini, kadar air dalam tempe menjadi berkurang

    seiring dengan lamanya waktu fermentasi. Kadar air yang berkurang menyebabkan berat total tempe menjadi

    berkurang sehingga beratnya akan menurun seiring dengan lamanya waktu fermentasi.

    Pada variabel 2 dan 4 yang menggunakan pembungkus daun pisang terjadi penurunan berat tempe antara

    10-15%, pada variabel 6 dan 8 dengan pembungkus daun jati terjadi penurunan berat antara 20-26%, variabel 10

    dan 12 dengan pembungkus koran terjadi penurunan berat antara 29%-35% serta pada variabel 14 dan 16 dengan

    pembungkus alumunium foil terjadi penurunan berat yang paling kecil yaitu hanya pada kisaran 5-6% saja. Hal

    ini dapat dijelaskan bahwa aluminium foil memiliki sifat yang mampu menjaga temperatur tempe di dalamnya,

    sehingga hanya sebagian kecil air yang dapat menguap/lepas dari bagian tempe. Menurut penelitian yang

    dilakukan Hardiyanti (2010), pada awalnya bahan baku tempe yang diteliti mengandung 7-8% air. Kemudian,kandungan airnya akan berkurang karena terjadi evaporasi, sehingga kandungan airnya menjadi sekitar 2-4%

    sehingga berat tempe makin berkurang.Selain itu, penurunan berat tempe ini disebabkan oleh kerja dari Rhizopus oligoporus. Hal ini terjadi karena

    pada proses fermentasi terjadi penetrasi Rhizopus oligosporus yang bertujuan untuk mengambil nutrien yang

    dibutuhkan untuk pertumbuhan miselium sehingga dihasilkan tempe yang baik. Meskipun ada sebagian variabel

    yang tidak membentuk miselium. Namun, ada beberapa variabel yang tekstur miseliumnya terlihat jelas.

    b. Analisa Data Statistik Metode ANOVAPada pembahasan ini, analisa dikhususkan untuk menganalisa data tekstur miselium dari penilaian asisten

    (III) pada 16 variabel tempe dengan 4 pembungkus yang berbeda, yaitu daun pisang, daun jati, koran dan

    alumunium foil dengan waktu fermentasi 2 hari. Tujuanya adalah untuk mengetahui apakah ada pengaruh yang

    nyata dari tekstur miselium terhadap pembungkus yang berbeda. Tahapan analisa yang dilakukan adalah sebagai

    berikut :

    1. Menghitung mean dari tiap-tiap kelompok2. Menentukan Hipotesa3. Menentukan nilai F tabel/ F kritis4. Menghitung Deviasi5. Menghitung derajat kebebasan6. Menghitung Mean Kuadrat7. Menghitung F-ratio

    Kesimpulan yang didapat dari analisa ini adalah bahwa pembungkus yang berbeda memiliki efek yang

    berbeda terhadap tekstur miselium tempe yang dihasilkan pada taraf signifikan 0,05.

  • 5/24/2018 Jurnal Tempe Format Baru 5

    5/8

    c. Perbandingan Pembungkus Tempe (Daun Pisang, Daun Jati, Kertas Koran, Alumunium Foil)

    Gambar 2.Tempe pada Berbagai Pembungkus (daun pisang, daun jati, kertas koran, aluminium foil)

    Penilaian untuk berbagai parameter kualitas tempe (warna, tekstur, aroma) didapat dari hasil rata-rata nilaiyang diberikan oleh kelompok sendiri, kelompok lain dan asisten laboratorium. Untuk pembungkus daun pisang

    (variabel 2), warna skala 1 (masih warna kedelai yaitu kuning), tekstur misellium 2,33 (sudah terbentuk

    misellium namun tidak merata), aroma skala 2,67 (aroma tempe cukup terasa). Untuk pembungkus daun jati

    (variabel 6), warna skala 1 (masih warna kedelai), tekstur misellium 2 (sudah terbentuk misellium namun tidak

    merata), aroma skala 3 (aroma tempe cukup terasa). Untuk pembungkus kertas koran (variabel 10), warna skala1 (masih warna kedelai yaitu kuning), tekstur misellium 1,66 (masih belum terlihat), aroma skala 1,67 (aromatempe belum terasa). Untuk pembungkus alumunium foil (variabel 14), warna skala 1 (masih warna kedelai),

    tekstur misellium 2,33 (sedikit terbentuk misellium), aroma skala 2 ( aroma tempe sedikit terasa). Hasil terbaik

    didapat pada variabel 2 dan variabel 6 yaitu daun pisang dan daun jati.

    Kelebihan tempe jika dibungkus dengan daun pisang, kandungan polifenol yang terdapat pada daun pisang

    sama dengan daun teh yang dapat menjadi antioksidan. Antioksidan polifenol dapat mengurangi resiko penyakitjantung, pembuluh darah dan kanker. Aroma dari tempe pun akan lebih harum dan tak berbau tengik karena ada

    kandungan polifenol ini. Kandungan polifenol juga dapat menghambat pertumbuhan bakteri Streptococcusdan

    akan lebih memaksimalkan proses fermentasi pada tempe karena kapang tumbuh dengan baik.

    Untuk variabel 10 dengan pembungkus kertas koran dihasilkan tempe yang masih berupa bahan baku, hal

    ini disebabkan karena pada koran mengandung bahan kimia (tinta) dan juga lubang pori yang cukup besar

    sehingga udara dapat masuk.

    Fermentasi adalah proses produksi energi dalam sel dalam keadaan anaerob (tanpa oksigen), jadi denganlubang pori yang cukup besar dapat menyebabkan proses fermentasi tidak berjalan dengan lancar, meskipun

    jamur Rhyzopus oryzae dalam fermentasi tempe termasuk tipe aerob yaitu membutuhkan oksigen namun jika

    terlalu banyak oksigen akan mengakibatkan gagal terbentuknya tempe.

    d. Pengaruh Pengupasan Kedelai Terhadap Fermentasi Tempe

    Gambar 3. Tempe dengan Variasi Pengupasan

    Keterangan :A(1): Kedelai kupas dengan pembungkus daun jati

    A(2): Kedelai tidak kupas dengan pembungkus daun jati

    B(1): Kedelai kupas dengan pembungkus alumunium foil

    B(2): Kedelai tidak kupas dengan pembungkus alumunium foil

    A(1) A(2) B(1) B(2)

    VARIABEL 2 VARIABEL 6 VARIABEL 14VARIABEL 10

  • 5/24/2018 Jurnal Tempe Format Baru 5

    6/8

    Gambar 4. Grafik Hubungan antara Waktu Fermentasi dengan Nilai Tekstur pada Berbagai Variasi

    Pembungkus dan Pengupasan

    Pada grafik dapat dilihat perbandingan waktu fermentasi dengan nilai tekstur pada variabel pengupasan.Nilai tekstur didapat dari rata-rata penilaian dari 3 pendapat yaitu, pendapat kelompok sendiri, kelompok lain

    dan asisten laboratorium. Untuk waktu fermentasi 1 hari semua variabel, baik A(1), A(2), B(1), B(2) bernilai

    tekstur 1.

    Pada waktu fermentasi 2 hari, variabel A(1) memiliki nilai tesktur 2, sedangkan variabel A(2) memiliki

    nilai tekstur 1. B(1) dan B(2) memiliki nilai tekstur 1,67. Untuk waktu fermentasi 3 hari variabel A(1) memiliki

    nilai tesktur 2,67. A(2) dan B(1) memiliki nilai tekstur sama yaitu 1,67. B(2) memiliki nilai tekstur 1,3

    Perubahan nilai tekstur pada variabel A(1) dan A(2) terlihat pada waktu fermentasi 2 hari dan 3 hari.

    Variabel A(1) nilai teksturnya terus naik hingga nilai 2,67 sedangkan variabel A(2) nilai teksturnya naik hanya

    sampai 1,67. Untuk variabel B(1) dan B(2) juga terlihat perubahan nilai teksturnya pada waktu fermentasi 2 haridan 3 hari. Variabel B(1) nilai tekstur terus naik hingga nilai 1,67 sedangkan variabel B(2) nilai teksturnya naik

    kemudian turun di angka 1,3.

    Maka dapat disimpulkan bahwa kedelai dengan pengupasan menghasilkan nilai tekstur yang lebih tinggi

    dibandingkan dengan kedelai tanpa pengupasan. Sedangkan untuk tekstur tempe dengan kedelai tanpapengupasan nilainya dibawah tempe dengan pengupasan.

    e. Pengaruh Waktu Fermentasi

    A(1) A(2)

    Gambar 5.Tempe dengan Variasi Waktu Fermentasi

    Keterangan :

    A(1) : Kedelai kupas dengan waktu fermentasi 48 jam

    A(2) : Kedelai kupas dengan waktu fermentasi 72 jam

    Perubahan setelah fermentasi dapat dilihat dari perubahan fisik dan kimia dari tempe. Untuk perubahan fisik

    dapat dilihat dari warna, tekstur, dan aroma. Tempe mempunyai ciri ciri kenampakan berwarna putih. Warna

    putih disebabkan adanya miselia jamur yang tumbuh pada permukaan biji kedelai (Kasmidjo, 1990).

    Pada gambar diatas dapat dilihat bahwa variabel A(1) tempe dengan waktu fermentasi 48 jam masihmemiliki warna kuning kacang kedelai tanpa perubahan sedikitpun, sedangkan pada variabel A(2) tempe dengan

    waktu fermentasi 72 jam terlihat warna jamur yang menutupi tempe sedikit demi sedikit. Waktu fermentasiberpengaruh terhadap jumlah miselia jamur yang tumbuh, maka semakin lama waktu fermentasi maka akan

    semakin banyak miselia jamur yang tumbuh.

  • 5/24/2018 Jurnal Tempe Format Baru 5

    7/8

    Perubahan tekstur kedelai akan semakin lunak karena terjadi penurunan selulosa menjadi bentuk yang lebih

    sederhana. Pada tempe dengan waktu fermentasi 48 jam kedelai masih terlihat terpisah-pisah, sedangkan untuktempe dengan waktu fermentasi 72 jam mulai terlihat bentuk seperti tempe yaitu kedelai mulai menyatu dan

    rapat. Ini terjadi karena miselia akan menyelubungi dan mengikat kedelai menjadi satu juga rapat. Sehingga

    dengan waktu yang lebih lama miselia yang mengikat kedelai semakin banyak dan susunan kedelai akan

    semakin rapat menjadi satu.

    Jika tempe yang dihasilkan baik maka akan muncul aroma khas tempe tanpa diiringi dengan aroma-aromalain. Pada tempe dengan waktu fermentasi 48 jam aroma yang tercium masih belum kuat, sedangkan untuktempe dengan waktu fermentasi 72 jam mulai muncul aroma tempe yang kuat. Hal ini kemungkinan terjadi

    karena adanya komponen karbohidrat yang diurai sehingga muncul aroma.

    f. Faktor-Faktor Penyebab Kegagalan dalam Praktikum TempePada praktikum tempe yang telah dilakukan, tidak didapat produk tempe. Sehingga, praktikum ini

    mengalami kegagalan. Adapun faktor-faktor penyebab gagalnya pembuatan tempe yaitu :

    1. Proses percampuran ragi tempe tidak merata.Pada praktikum tempe yang telah dilakukan, dilakukan proses pencampuran antara ragi tempe dengan

    kacang kedelai yang belum dikupas dan sudah dikupas. Sewaktu pencampuran dilakukan, ternyata

    pencampuran antara kedelai dengan ragi tempe tidak merata terlihat dari hasil fermentasi keesokan harinya.

    Struktur miselium tidak terlihat melainkan pada kacang kedelainya masih terlihat bintik-bintik putih yang

    terpusat di salah satu bagian kacang kedelai. Disimpulkan bahwa pada waktu praktikum, prosespencampuran ragi tempe tidak merata.

    2. Pemberian aerasi pada pembungkus terlalu besar.Pada praktikum tempe, proses pembungkusan menjadi hal yang sangat penting sebab pada proses ini akan

    menentukan keberhasilan terbentuknya tempe. Sewaktu praktikum dilakukan, proses pembungkusan yang

    dilakukan tidak berhasil terlihat dari hasil fermentasi pada hari berikutnya. Hal ini disebabkan karenapemberian aerasi yang terlalu besar pada pembungkus sewaktu praktikum berlangsung sehingga fermentasi

    tidak berjalan. Kemasan yang baik untuk tempe itu :

    1. Harus menjamin aerasi yang baik

    2. Dapat mempertahankan kedelai

    3. Tidak menyebabkan kenampakan

    4. Kesimpulan1. Semakin lama waktu fermentasi maka berat tempe juga semakin menurun2. Jenis pembungkus dipengaruhi oleh ukuran pori-porinya dan senyawa kimia yang terkandung di dalamnya

    sehingga akan mempengaruhi hasil fermentasi tempe

    3. Pengupasan kedelai memberikan hasil yang lebih baik dibandingkan dengan kedelai yang tidak dikupassebab pada kedelai yang dikupas dapat memberikan bakteriRhizopus oryzaepenetrasi yang lebih baik

    4. Waktu fermentasi akan mempengaruhi hasil yang didapat.5. Faktor-faktor penyebab kegagalan dalam praktikum tempe yang dilakukan adalah karena proses

    pencampuran ragi tempe sewaktu praktikum tidak merata dan pemberian aerasi yang terlalu besar.

    Ucapan Terima Kasih

    Ucapan terima kasih kepada Laboratorium Mikrobiologi Industri Teknik Kimia Universitas Diponegoro beserta

    seluruh laboran yang telah membantu kelancaran praktikum ini. Serta kepada teman-teman yang telah

    mendukung praktikum ini.

    DAFTAR PUSTAKA

    Alrasyid, Harun. 2007. Peranan Isoflavon Tempe Kedelai, Fokus pada Obesitas dan Komorbid. Departemen

    Ilmu Gizi Fakultas Kedokteran USU Medan.

    Astuti, M. 1999.History of the Development of Tempe. Di dalam Agranoff, J., hlm. 213.

    Budimarwati. 2010. Komposisi dan Nutrisi pada Susu Kedelai. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan

    Universitas Negeri Yogyakarta.Deliani. 2008.Pengaruh Lama Fermentasi Terhadap Kadar Protein, Lemak, Komposisi Asam Lemak dan Asam

    Fitat pada Pembuatan Tempe. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera

    Utara.

    Direktorat Jenderal Industri Kecil. 2007.Kemasan Flexible. Departemen Perindustrian: Jakarta.

    Dwinaningsih, Erna Ayu. 2010. Karakteristik Kimia Dan Sensori Tempe Dengan Variasi Bahan BakuKedelai/Beras Dan Penambahan Angkak Serta Variasi Lama Fermentasi. Universitas Sebelas Maret

    Surakarta.

  • 5/24/2018 Jurnal Tempe Format Baru 5

    8/8

    Gryganskyi AP dkk. 2010. Structure, function, and phylogeny of the mating locus in the Rhizopus oryzae

    complex. PLoS ONE. 5: e15273.Kasmidjo. 1990.Mikrobiologi Pangan dan Pemanfatannya.Angkasa: Bandung.

    Kuswanto, R. K., Sudarmadji, Slamet. 1989.Mikrobiologi Pangan. UGM. Yogyakarta.

    Nugroho, Agung dkk. 2012. Upaya Peningkatan Produktivitas Tanaman Kedelai (Glycine Max L. Merrill)

    Varietas Panderman Melalui Dosis Dan Waktu Pemberian Kalium. Fakultas Pertanian Universitas

    Brawijaya : Malang.Rukmana, Rahmat. 1997. Usaha Tani Jagung. Kanisius : Yogyakarta.Snyder, Harry E. and T.W. Kwon. 2013. Soybean Utilization. Springer

    Soetrisno. 1996. Beberapa Catatan dalam Upaya Meningkatkan Ketahanan Pangan Rumah Tangga Indonesia.

    Laporan Lokakarya Ketahanan PanganRumah Tangga. Departemen Pertanian RI UNICEF

    Supriyono. 2003. Memproduksi Tempe. Proyek Pengembangan Sistem dan Standar Pengelolaan Direktorat

    Pendidikan Menengah Kejuruan.

    Anonim. 2006.Pengujian Organoleptik (Evaluasi Sensori) Dalam Industri Pangan. ebookpangan.com. Diakses

    pada tanggal 15 April 2014.

    Hardyanti, Siti. 2010.Laporan Penerapan Kadar Air.

    http://hardyantiilham.blogspot.com/2010/06/laporan-penetapan-kadar-air.html. Diakses tanggal 9 April

    2014.

    Nurhidayat. 2009. Tahapan Proses Pembuatan Tempe.http://nurhidayat.lecture.ub.ac.id/2009/04/28/tahapan-

    proses-pembuatan-tempe/.Diakses tanggal 17 April 2014.Rabqa. 2011. Statistika Pengolahan Data Pengujian.http://rabqa.blogspot.com/2011/03/statistika-pengolahan-

    data-pengujian.html.Diakses tanggal 16 April 2014.

    Tyas. 2013. Teknologi Kemasan Untuk Usaha Kecil.http://www.agrotekno.net/2013/11/teknologi-kemasan-

    untuk-usaha-kecil.html.Diakses tanggal 14 April 2014.

    http://hardyantiilham.blogspot.com/2010/06/laporan-penetapan-kadar-air.htmlhttp://nurhidayat.lecture.ub.ac.id/2009/04/28/tahapan-proses-pembuatan-tempe/http://nurhidayat.lecture.ub.ac.id/2009/04/28/tahapan-proses-pembuatan-tempe/http://nurhidayat.lecture.ub.ac.id/2009/04/28/tahapan-proses-pembuatan-tempe/http://rabqa.blogspot.com/2011/03/statistika-pengolahan-data-pengujian.htmlhttp://rabqa.blogspot.com/2011/03/statistika-pengolahan-data-pengujian.htmlhttp://rabqa.blogspot.com/2011/03/statistika-pengolahan-data-pengujian.htmlhttp://www.agrotekno.net/2013/11/teknologi-kemasan-untuk-usaha-kecil.htmlhttp://www.agrotekno.net/2013/11/teknologi-kemasan-untuk-usaha-kecil.htmlhttp://www.agrotekno.net/2013/11/teknologi-kemasan-untuk-usaha-kecil.htmlhttp://www.agrotekno.net/2013/11/teknologi-kemasan-untuk-usaha-kecil.htmlhttp://rabqa.blogspot.com/2011/03/statistika-pengolahan-data-pengujian.htmlhttp://rabqa.blogspot.com/2011/03/statistika-pengolahan-data-pengujian.htmlhttp://nurhidayat.lecture.ub.ac.id/2009/04/28/tahapan-proses-pembuatan-tempe/http://nurhidayat.lecture.ub.ac.id/2009/04/28/tahapan-proses-pembuatan-tempe/http://hardyantiilham.blogspot.com/2010/06/laporan-penetapan-kadar-air.html