hipertensi pulmonal primer

36
1 TINJAUAN KEPUSTAKAAN HIPERTENSI PULMONAL PRIMER AIDI NASRUL SUB BAGIAN PULMONOLOGI BAGIAN ILMU PENYAKIT DALAM FK UNAND / RS DR. M DJAMIL PADANG 2008 Click here to buy A B B Y Y P D F T r a n s f o r m e r 2 . 0 w w w . A B B Y Y . c o m Click here to buy A B B Y Y P D F T r a n s f o r m e r 2 . 0 w w w . A B B Y Y . c o m

Upload: aidinasrul

Post on 08-Jun-2015

6.235 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: Hipertensi Pulmonal Primer

1

TINJAUAN KEPUSTAKAAN

HIPERTENSI PULMONAL PRIMER

AIDI NASRUL

SUB BAGIAN PULMONOLOGI

BAGIAN ILMU PENYAKIT DALAMFK UNAND / RS DR. M DJAMIL PADANG

2008

Click h

ere to

buy

ABB

YY PDF Transformer 2.0

www.ABBYY.comClic

k here

to buy

ABB

YY PDF Transformer 2.0

www.ABBYY.com

Page 2: Hipertensi Pulmonal Primer

2

Kata Pengantar

Puji syukur ke hadirat Allah SWT penulis ucapkan karena dengan rahmat dan

karunia-Nya maka penulis dapat menyelesaikan tinjauan kepustakaan ini. Adapun judul

dari tinjauan kepustakaan ini adalah “Hipertensi Pulmonal Primer”.

Tinjauan kepustakaan ini merupakan bagian dari kegiatan selama menjalani stase

di Sub Bagian Paru Bagian Ilmu Penyakit Dalam FK Unand / RS Dr. M. Djamil Padang.

Penulis menyadari bahwa tinjauan kepustakaan ini jauh dari sempurna, oleh

karena itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran dari pembaca sekalian demi

kesempurnaan tinjauan kepustakaan ini.

Akhirnya izinkanlah penulis mengucapkan terima kasih kepada seluruh staf

pengajar di bagian Ilmu Penyakit Dalam FK Unand / Rs Dr. M. Djamil, khususnya kepada

Bapak Prof. dr. H. Zulkarnain Arsyad SpPD-KP yang telah memberikan bimbingan di sub-

bagian paru maupun dalam menyelesaikan tinjauan kepustakaan ini.

Padang, September 2008

Penulis

Click h

ere to

buy

ABB

YY PDF Transformer 2.0

www.ABBYY.comClic

k here

to buy

ABB

YY PDF Transformer 2.0

www.ABBYY.com

Page 3: Hipertensi Pulmonal Primer

3

DAFTAR ISI

Kata Pengantar …..…………………………………………………………………

Daftar Isi ………………………………………………………………………..…....

Daftar Table …………………………………………………………………………

Daftar Gambar …………………………………………………………….…………

i

ii

iii

iiiBAB I

BAB II

BAB III

BAB IV

Pendahuluan ……………………………………………………..…….

Patofisiologi Hipertensi Pulmonal Primer ……………………………

2.1 Klasifikasi Klinik Hipertensi Pulmonal …………………………......

2.2 Patologi ..……………………………………………………….…..

2.3 Etiopatogenesis …….………………………………………….…..

2.3.1 Ketidakseimbangan Mediator-mediator Vasoaktif .. …………......

2.3.2 Hubungan Dengan Lingkungan . ……………………………..…..

2.3.3 Hubungan Dengan Kelainan Genetik …………………………...

Diagnosis ………………………………………………………………...

3.1 Gambaran Klinis …………………………………………………….

3.2 Pemeriksaan Fisik …………………………………………………..

3.3 Pemeriksaan Non Invasive ………………………………………..

3.4 Pemeriksaan Invasive ……………………………………………….

3.5 Laboratorium ………………………………………………………...

Penatalaksanaan Hipertensi Pulmonal Primer …………………………

4.1 Terapi Konvensional …………………………………………………

4.2 Calcium-Channel Blocker .…………………………………………..

4.3 Prostanoid …………………………………………………………...

1

3

3

4

6

8

9

10

11

11

11

13

16

20

19

19

19

20

Click h

ere to

buy

ABB

YY PDF Transformer 2.0

www.ABBYY.comClic

k here

to buy

ABB

YY PDF Transformer 2.0

www.ABBYY.com

Page 4: Hipertensi Pulmonal Primer

4

BAB V

4.4 Antagonis Reseptor Endotelin………………………………………

4.5 Phosphodiesterase Inhibitors . ……………………………………..

4.6 NO And Arginine …………………………………………………...

4.7 Terapi bedah ………………………………………………………...

Kesimpulan Dan Saran ………………………………………………….

5.1 Kesimpulan ………………………………………………………….

5.2 Saran ………………………………………………………………...

23

24

26

27

29

29

29Daftar Pustaka ….…………………………………………………………………. 30

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Klasifikasi Klinis Hipertensi Pulmonal, Venice 2003 …………. ……………….. 4

Tabel 2. Gejala Klinis Hipertensi Pulmonal ……………………………………………. 12

Tabel 3. Klasifikasi Fungsional HP (WHO) ..……………………………………………. 12

Tabel 4. Penilaian Ekokardiografi Pada Pasien HP .. ……………………………...……13

Tabel 5. Pengukuran Kateterisasi Jantung Kanan Pada Pasien PH ............................... 16

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Lesi Fleksogenik ………………………………………… …………………… 5

Gambar 2. Tromboemboli Arteriopati …………………………………………………… 6

Gambar 3. Oklusi Vena Pulmonalis .………………………………… …………………… 6

Gambar 4. Patofisiologi Hipertensi Pulmonal Primer … ……………………….……… 7

Gambar 5. Radiografi Torak Pasien Hipertensi Pulmonal ……………………………….. 15

Gambar 6. EKG Pasien Hipertensi Pulmonal . …………………………………………. 15

Gambar 7. Algoritme Diagnosis Hipertensi Pulmonal …………………………………… 18

Gambar 8. Pendekatan Terapi Hipertensi Pulmonal …………………………………… 28

Click h

ere to

buy

ABB

YY PDF Transformer 2.0

www.ABBYY.comClic

k here

to buy

ABB

YY PDF Transformer 2.0

www.ABBYY.com

Page 5: Hipertensi Pulmonal Primer

5

BAB IPENDAHULUAN

Hipertensi pulmonal primer (HPP) atau idiopatik adalah kelainan paru yang jarang

didapat(1) dan sering lambat terdiagnosis(2). Dimana didapatkan peningkatan tekanan

arteri pulmonalis jauh diatas normal tanpa penyebab yang jelas. Tekanan arteri

pulmonalis normal pada waktu istrahat lebih kurang 14 mmHg. Pada HPP tekanan arteri

pulmonalis akan lebih dari 25 mmHg saat istrahat, dan 30 mmHg saat latihan. Suatu

diagnosis HPP dibuat bila suatu hipertensi pulmonal tidak ditemukan faktor-faktor resiko

dan tidak didapatkan adanya penyakit katup jantung kiri, penyakit miokardial, penyakit

jantung kongenital dan beberapa penyakit paru lainnya seperti penyakit jaringan ikat atau

tromboemboli kronik (kriteria diagnosis National Institute of Health)(3,4). Sehingga HPP

juga disebut “unexplained pulmonary hypertension”(4).

HPP dan hipertensi pulmonal familial telah dilaporkan berkembang 1–2 kasus per 1

juta orang per tahun di USA. WHO melaporkan insiden kira-kira 2-5 orang per 1 juta

penduduk pertahun. Rasio laki-laki dan perempuan adalah 1:1,7 dan umur rata-rata saat

diagnosis adalah 37 tahun (dekade 3-4)(5). Laporan dari Australia, insiden HPP

berkembang kira-kira 3–10 kasus per sejuta penduduk tiap tahunnya(6). Data terbaru,

tahun 2004 Scottish population melaporkan bahwa insiden HPP diatas usia 16 tahun pada

periode 1986–2001, adalah 4 kasus per sejuta penduduk (3.0 laki-laki dan 5.0 perempuan).

Tingkat yang sama untuk hipertensi pulmonal sehubungan penyakit jaringan ikat dan

kelainan kongenital selama periode yang sama adalah 1-3 kasus persejuta penduduk.

Sedangkan di Indonesia belum ada data. Tanpa pengobatan prognosis pasien jelek. The

National Institutes of Health (NIH) memfollow-up 187 pasien HPP pada 32 senter tahun

1981-1987, menyimpulkan rata-rata harapan hidup pasien HPP adalah 2,8 tahun(6).

Suatu epidemik hipertensi pulmonal yang diinduksi oleh aminoreks terjadi di akhir

tahun 1960an. Aminorex fumarate (2-amino-5-phenyl-2-Oxazoline, derivat katekolamin)

dijual bebas sebagai obat penekan nafsu makan dan telah ditarik dari peredaran pada

Oktober 1968. Epidemik hipertensi pulmonal kedua terjadi diakhir tahun 1990-an di Eropa

dan Amerika, timbul karena mengkonsumsi dexfenfluramine dan fenfluramine untuk

Click h

ere to

buy

ABB

YY PDF Transformer 2.0

www.ABBYY.comClic

k here

to buy

ABB

YY PDF Transformer 2.0

www.ABBYY.com

Page 6: Hipertensi Pulmonal Primer

6

terapi obesitas(7). Laporan dari International Primary Pulmonary Hypertension Study

Group, NEJM (1996), terjadi peningkatan 23 kali lipat insiden hipertensi pulmonal setelah

mengkosumsi obat selama 3 bulan. Namun obat-obat ini baru ditarik dari peredaran pada

September 1997. Sehubungan dengan epidemik ini WHO sudah 3 kali melakukan

konfrensi, pertama di Genewa tahun 1973, kedua di Evian tahun 1998, dan ketiga di Venice

tahun 2003. Merumuskan klasifikasi dan diagnostik hipertensi pulmonal serta pelarangan

beredarnya anoreksigen tersebut(8).

Walaupun dilarang sejak 1997-98 sampai sekarang obat penekan nafsu makan

tersebut masih tetap beredar di banyak negara dengan nama yang berbeda, terutama

melalui internet sehingga kasus-kasus HPP terus berlanjut. Laporan terbaru oleh Souza R

et al, Perancis, 2008 bahwa HPP terjadi setelah pemakaian fenfluramin selama 6 bulan(9).

Tujuan penulisan tinjauan kepustakaan ini adalah untuk memahami patofisiologi,

klasifikasi, diagnosis dan managemen terapi hipertensi pulmonal primer.

Click h

ere to

buy

ABB

YY PDF Transformer 2.0

www.ABBYY.comClic

k here

to buy

ABB

YY PDF Transformer 2.0

www.ABBYY.com

Page 7: Hipertensi Pulmonal Primer

7

BAB II

PATOFISIOLOGI HIPERTENSI PULMONAL PRIMER

Hipertensi pulmonal didefinisikan sebagai peningkatan tekanan arteri pulmonalis

rata-rata (mPAP) > 25 mmHg pada saat istrahat, atau > 30 mmHg selama aktifitas atau

tekanan sistolik PAP > 45 mmHg, dengan tekanan baji kapiler paru rata-rata dan tekanan

akhir diastolik ventrikel kiri < 15 mmHg(3,4). Hipertensi pulmonal primer yang sekarang

dikenal dengan hipertensi arteri pulmonal idiopatik (IPAH) adalah hipertensi arteri

pulmonal (HAP) yang secara histopatologi ditandai dengan lesi angioproliferatif

fleksiform sel-sel endotel, muskularis arteriol-arteriol prekapiler, proliferasi sel-sel intima

dan penebalan tunika media yang menyebabkan proliferasi sel-sel otot polos vaskuler.

Sehingga meningkatkan tekanan darah pada cabang-cabang arteri kecil dan

meningkatkan tahanan vaskuler dari aliran darah di paru(4,7,10,11). Beratnya hipertensi

pulmonal dibagi dalam 3 tingkatan; ringan bila PAP 25-45 mmHg, sedang PAP 46-64

mmHg dan berat bila PAP > 65 mmHg (12,13)

1. Klasifikasi Klinik Hipertensi Pulmonal

Dimasa lalu, hipertensi pulmonal diklasifikasikan sebagai keadaan penyakit primer

(idiopatik) atau sekunder. Pada tahun 2003 pada symposium WHO III di Venice mengenai

hipertensi pulmonal, dilakukan revisi klasifikasi klinik, dimana hipertensi pulmonal

dikelompokan dalam 5 group yang berbeda berdasarkan patofisiologi penyakit, dan

hipertensi pulmonal primer atau idiopatik dimasukan dalam hipertensi arteri idiopatik.

(Table 1)(14)

Click h

ere to

buy

ABB

YY PDF Transformer 2.0

www.ABBYY.comClic

k here

to buy

ABB

YY PDF Transformer 2.0

www.ABBYY.com

Page 8: Hipertensi Pulmonal Primer

8

Tabel 1. Klasifikasi Klinis Hipertensi Pulmonal, Venice 2003(kutip 14)

2. Patologi

Arteri pulmonalis normal merupakan suatu struktur “complaint” dengan sedikit

serat otot, yang memungkinkan fungsi “pulmonary vaskuler bed” sebagai sirkuit yang low

pressure dan high flow(10). Gambaran patologi vaskuler pada HPP tidak patognomonis

untuk kelainan ini, karena menyerupai arteriopati pada hipertensi pulmonal dari berbagai

macam penyebab. Kelainan vaskuler HPP mengenai arteri pulmonalis kecil dengan

diameter 4-10 mm dan arteriol, berupa hiperplasia otot polos vaskuler, hiperplasia intima,

dan trombosis in situ(15). Progresif dan penipisan arteri pulmonalis, yang secara gradual

Click h

ere to

buy

ABB

YY PDF Transformer 2.0

www.ABBYY.comClic

k here

to buy

ABB

YY PDF Transformer 2.0

www.ABBYY.com

Page 9: Hipertensi Pulmonal Primer

9

meningkatkan tahanan pulmonal yang pada akhirnya menyebabkan strain dan gagal

ventrikel kanan(1,2,3,6).

Pada stadium awal HPP, peningkatan tekanan arteri pulmonalis menyebabkan

peningkatan kerja ventrikel kanan dan terjadinya trombotik arteriopati pulmonal.

Karakteristik dari trombotik arteriopati pulmonal ini adalah trombosis insitu pada

muskularis arteri pulmonalis. Pada stadium lanjut, dimana tekanan pulmonal meningkat

secara terus menerus dan progresif, lesi berkembang menjadi bentuk arteriopati

fleksogenik pulmonal yang ditandai dengan hipertrofi media, fibrosis laminaris intima

konsentrik, yang menggantikan struktur endotel pulmonal normal. Secara patologi HPP

dapat dikelompokan dalam 3 subtipe (2,7):

1. Fleksogenik arteriopati primer (30-60 % dari HPP)

Secara patologi fleksogenik adalah disorganisasi kapiler pulmonal. Lesi fleksiform

merupakan suatu bentuk hipertensi pulmonal berat, kelainan ini ditemui pada pasien

yang mempunyai komponen genetik, dimana 7 % adalah familial.

Gambar 1. Lesi Fleksogenik(kutip 7)

2. Tromboemboli arteriopati (45-50% dari HPP)

Secara patologi subtipe ini ditandai dengan fibrosis eksentrik tunika intima dan

gambaran rekanalisasi thrombosis insitu (jaringan dan septum dalam lumen arterial).

Subtipe tromboemboli hipertensi pulmonal terdapat 2 bentuk : bentuk makro

tromboemboli, yang biasanya ditemukan pada hipertensi pulmonal sekunder dan

berisi gumpalan besar ditengah lumen, dan kedua bentuk mikrotromboemboli

dengan thrombus di distal yang menyumbat pembuluh-pembuluh darah kecil.

Click h

ere to

buy

ABB

YY PDF Transformer 2.0

www.ABBYY.comClic

k here

to buy

ABB

YY PDF Transformer 2.0

www.ABBYY.com

Page 10: Hipertensi Pulmonal Primer

10

Gambar 2. Tromboemboli Arteriopati(kutip 7)

3. Oklusi vena pulmonalis

Bentuk yang jarang didapat, disebabkan oleh penipisan tunika intima vena

pulmonalis.

Gambar 3. Oklusi Vena Pulmonalis(kutip 7)

3. Etiopatogenesis

Pada HPP, vaskuler paru adalah target eklusif penyakit, meskipun patogenesisnya

masih spekulatif. Dunia luas mendukung teori bahwa orang-orang tertentu memiliki

predisposisi untuk terjadinya hipertensi pulmonal primer (IPAH), dimana pada orang

tersebut beberapa rangsangan dapat mengawali berkembangannya arteriopati,

remodeling dinding vaskuler, vasokonstriksi dan trombosis insitu(3,11,16). Hanya sebagian

kecil kelompok dengan resiko tinggi (Penyakit vaskuler kolagen, hipertensi portal, infeksi

HIV dan obat-obat penekan nafsu makan) dapat menimbulkan gambaran klinis yang sama

dengan HPP(16). Kejadian HPP dalam suatu keluarga menunjukan kepakaan genetik(3).

Bentuk kelainan bawaan adalah autosomal dominan dengan ratio wanita dan pria 2

Click h

ere to

buy

ABB

YY PDF Transformer 2.0

www.ABBYY.comClic

k here

to buy

ABB

YY PDF Transformer 2.0

www.ABBYY.com

Page 11: Hipertensi Pulmonal Primer

11

banding 1. Meskipun melibatkan gen dalam familial HPP belum dapat diidentifikasi,

kemungkinan lokasi pada tangan panjang dari kromosom 2 q31.

Vasokonstriksi dan hipertrofi media terjadi pada awal HPP. Keadaan ini adalah

sekunder terhadap kerusakan sel endotel, yang menyebabkan berkurangnya produksi

“endothelium drived vasodilator” atau meningkatkan vasokonstriktor. Kerusakan saluran

ion pada sel otot polos arteri pulmonalis berperanan penting dalam regulator kontraksi

dan proliferasi otot polos vaskuler. Vasokonstriksi akan diikuti oleh proliferasi dan fibrosis

intima, trombosis insitu, dan perubahan fleksogenik. Peningkatan ekspresi vaskuler

endothelial growth factor (VEGF), suatu mitogen sel endotel spesifik yang dihasilkan oleh

makrofak dan otot polos vaskuler, berperan dalam remodeling vaskuler(10,15,17).

Gambar 4. Patofisiologi Hipertensi Pulmonal Primer(kutip 10)

Tiga mekanisme utama yang dikenal pada pasien HPP. (1) Jalur NO : NO dibentuk pada sel-sel endoteloleh NO synthase tipe III (eNOS), yang merangsang konversi Guanylate Cyclase (GC) menjadi GuanosineTriphosphate (GTP) dan akhirnya cGMP, suatu messenger kedua mempertahankan relaksasi otot polosarteri pulmonal dan menghambat proliferasi sel otot polos arteri pulmonal. (2) Jalur Endothelin (ET):Big-ET (atau pro-ET) dikonversi dalam sel endotel menjadi ET-1 (21 amino acids) oleh Endothelin-Converting Enzyme (ECE). ET-1 berikatan dengan reseptor ETA dan ETB sel otot polos arteri pulmonal,yang mana menimbulkan kontraksi, proliferasi dan hipertropi otot muskularis arteri pulmonal. (3) JalurProstacyclin : produksi PGI2 (prostacyclin) dikatalis oleh Prostacyclin Synthase (PS) dalam sel endotel.PGI2 menstimulasi Adenylate Cyclase (AC), maka meningkatlah produksi ATP dari cAMP, efek yangkedua adalah relaksasi dan menghambat proliferasi.

Click h

ere to

buy

ABB

YY PDF Transformer 2.0

www.ABBYY.comClic

k here

to buy

ABB

YY PDF Transformer 2.0

www.ABBYY.com

Page 12: Hipertensi Pulmonal Primer

12

A. Ketidakseimbangan Mediator-mediator Vasoaktif

a. Prostasiklin dan Tromboksan A2 (10,18)

Prostasiklin dan tromboksan A2 merupakan metabolit asam arakidonat utama sel-

sel endotel dan sel-sel otot polos. Prostasiklin merupakan vasodilator poten,

menghambat agregasi trombosit dan antiproliferatif, sedangkan tromboksan A2

merupakan vasokonstriktor poten. Pada hipertensi pulmonal keseimbangan kedua

molekul ini lebih banyak pada tromboksan A2. Prostasiklin sintase adalah enzim

yang merangsang produksi prostasiklin, jumlahnya menurun pada arteri-arteri

pulmonal pada pasien hipertensi pulmonal terutama HPP.

b. Endotelin-1

Endothelin-1 (ET-1) adalah suatu vasokonstriktor poten dan memiliki aktifitas

mitogenik pada sel-sel otot polos arteri. Peningkatan kadar ET-1 plasma dan

dinding vaskuler pada pasien IPAH. Endothelin-1 (ET-1) adalah suatu asam amino

peptide yang dihasilkan oleh enzim konverting endothelium pada sel-sel endotel.

Kadar endotelin meningkat pada pasien PAH dan klirennya berkurang pada

vaskuler paru. Endotelin beraksi pada 2 reseptor yang berbeda. Reseptor ETA pada

sel otot polos vaskuler dan Reseptor ETB pada sel otot polos vaskuler dan sel

endotel vaskuler paru. Kedua reseptor menyebabkan proliferasi sel otot polos

vaskuler. Kadar ET-1 Plasma berkorelasi dengan beratnya PAH dan prognosis.(19)

c. Nitrik Oksida

Nitric oxide (NO) adalah vasodilator poten, penghambat aktivasi platelet dan

penghambat proliferasi sel otot vaskuler. NO dihasilkan sel endotel dari arginin

oleh NO sintase, menimbulkan efek vasodilatasi melalui mekanisme yang komplek

dengan cGMP. cGMP mengaktifkan cGMP kinase, menyebabkan terbukanya kanal

K+ membran sel, sehingga ion K+ keluar, membran depolarisasi dan menghambat

kanal Ca2+. Menurunnya Ca2+ masuk dan menurunnya pelepasan Ca2+ sarkoplasma

menyebabkan vasodilatasi. Phosphodiesterase-5 (PDE-5), salah satu enzim PDE

yang memecah cGMP. Pasien dengan HPP terbukti menurunnya NO sintase,

sehingga timbul vasokonstriksi dan proliferasi sel(10,39). NO berkontribusi dalam

menjaga fungsi dan struktur vaskuler dalam keadaan normal(15).

Click h

ere to

buy

ABB

YY PDF Transformer 2.0

www.ABBYY.comClic

k here

to buy

ABB

YY PDF Transformer 2.0

www.ABBYY.com

Page 13: Hipertensi Pulmonal Primer

13

d. Serotonin

Serotonin (5-hydroxytryptamine=5-HT) adalah vasokonstriktor yang meningkatkan

hiperplasia dan hipertrofi otot polos. Peningkatan serotonin plasma telah

dilaporkan pada pasien HPP, yang menyebabkan vasokonstriksi. Mekanisme

seretonergik yang berimplikasi pada PAH(21). Konsumsi dekfenfluramin, terjadi

peningkatan release serotonin dan terhambat reuptake oleh platelet(8).

e. Adrenomedulin

Adrenomedulin mendilatasi vena-vena pulmonalis, meningkatkan aliran darah paru

dan disintesa sel-sel paru normal. Kadar dalam plasma meningkat pada pasien

HPP, kadar adrenomedulin plasma berkorelasi dengan tekanan rata-rata atrium

kanan, tahanan vaskuler paru, dan tekanan arteri paru rata-rata(10,13).

f. Vasoactive Intestinal Peptide

Vasoactive Intestinal Peptide (VIP) merupakan vasodilator sistemik poten,

menurunkan tekanan arteri pulmonal dan tahanan vaskuler pulmonal pada rabbit

dan manusia, juga menghambat aktifasi platelet, dan proliferasi sel otot polos.

Studi baru baru ini melaporkan penurunan kadar VIP pada pasien HP(13,22).

g. Vascular Endothelial Growth Factor (VEGF)

Hipoksia akut dan kronik, produksi VEGF meningkat dan yang mana reseptornya,

VEGF reseptor-1 dan VEGF-2 pada paru-paru. (13)

B. Hubungan Dengan Lingkungan

a. Hipoksia

Hipoksia menginduksi vasodilatasi vena-vena sistemik tetapi menginduksi

vasokonstriksi pada vaskuler paru. Respon vaskuler paru terhadap hipoksia

berbeda dengan sirkulasi sistemik untuk mengoptimalkan hubungan antara

ventilasi dan perfusi. Hipoksia akut diregulasi oleh produk-produk endotel (seperti

endotelin-1 dan serotonin) dan memediasi perubahan aktivitas kanal ion pada sel-

sel otot polos arteri paru. Hipoksia akut menyebabkan perubahan yang reversibel

pada tonus vaskuler paru, sedangkan hipoksia kronik menyebabkan remodeling

struktur, proliferasi sel-sel otot polos vaskuler, migrasi dan peningkatan deposisi

matrik vaskuler(10,13).

Click h

ere to

buy

ABB

YY PDF Transformer 2.0

www.ABBYY.comClic

k here

to buy

ABB

YY PDF Transformer 2.0

www.ABBYY.com

Page 14: Hipertensi Pulmonal Primer

14

b. Anoreksigen

Hubungan antara anoreksigen dan hipertensi pulmonal awalnya diobservasi pada

tahun 1960an saat epidemik HPP di Eropa karena pemakaian aminorex fumarate.

Studi hipertensi (IPPHS) mendemonstrasikan hubungan kuat antara HAP dan obat

anoreksik. Derifat Fenfluramine adalah suatu inhibitor poten uptake serotonin (5-

HT)(8). Aminorex fumarate (2-amino-5-phenyl-2-Oxazoline, derivat katekolamin),

aksinya meliputi pelepasan norepinephrine pada ujung saraf bebas dan

meningkatkan kadar serotonin serum. Sehingga terjadi proliferasi atau

pertumbuhan sel-sel otot polos arteri paru. Penggunaan obat ini meningkatkan

kasus HPP, tergantung dosis dan lama pemakaian.

c. Methamphetamine dan Cocaine

Methamphetamine dan cocain dilaporkan meningkatkan insiden hipertensi

pulmonal. Pada studi autopsi 20 perokok cocain berat, 4 (20%) paru menunjukkan

hipertropi medial arteri paru. Mekanisme terjadinya hipertrofi arteri ini masih

belum jelas(13).

C. Hubungan Dengan Kelainan Genetik

2 gen dalam kelompok reseptor famili TGF-b mempunyai hubungan yang kuat dengan

familial hipertensi pulmonal. Gen bone morphogenetic receptor type 2 (BMPR2),

memodulasi pertumbuhan sel-sel vaskuler dengan mengaktivasi jalur intraseluler.

Dalam keadaan normal BMP menekan pertumbuhan sel otot polos vaskuler. Lebih

dari 45 mutasi yang berbeda BMPR2 telah diidentifikasi pada familial hipertensi

arterial pulmonal. BMPR2 adalah suatu komponen reseptor pada sel otot polos

vaskuler heteromerik, bagian dari transforming growth factor. Mutasi eksonik

pengkodean gen BMPR2, yang berpengaruh pada suatu aberasi transduksi sinyal

pada sel otot polos vaskuler paru sehingga menimbulkan proliferasi sel. Mutasi

BMPR2 telah diidentifikasi 50%-90% pasien dengan diagnosis HAPF, 25% pada pasien

HPP dan 15 % pada pasien HAP sehubungan penggunaan fenfluramine(23). Jenifer R et

al menemukan bahwa 27 % pasien HPP dengan mutasi BMPR2. R. Souza et al, 2008,

pasien dengan mutasi BMPR2 signifikan lebih cepat timbul gejala dibandingkan

dengan tanpa mutasi BMPR2(9).

Click h

ere to

buy

ABB

YY PDF Transformer 2.0

www.ABBYY.comClic

k here

to buy

ABB

YY PDF Transformer 2.0

www.ABBYY.com

Page 15: Hipertensi Pulmonal Primer

15

BAB III

DIAGNOSIS

Gambaran klinis

Hipertensi pulmonal primer sering timbul dengan gejala-gejala yang tidak spesifik.

Gejala-gejala itu sukar untuk dipisahkan sehubungan dengan penyebab apakah, dari paru

atau dari jantung (primer atau sekunder), kesulitan utama adalah gejala umumnya

berkembang secara gradual. Gejala yang paling sering adalah dispnu saat aktifitas 60%,

fatique 19% dan sinkop 13%(2,3,4), yang merefleksikan ketidakmampuan menaikan curah

jantung selama aktifitas. Angina tipikal juga dapat terjadi meskipun arteri koroner normal

tetapi disebabkan oleh karena stretching arteri pulmonalis atau iskemia ventrikel

kanan(10).

Pemeriksaan fisik

Pemeriksan fisik pada HPP sering tidak spesifik untuk menegakan diagnosis,

namun dapat membantu meniadakan berbagai penyebab lain dari hipertensi pulmonal

(sekunder). Pemeriksaan fisik paru biasanya normal. Gejala lebih awal dan atau temuan

tunggal hanyalah aksentuasi komponen pulmonal pada bunyi jantung 2 (P2) hampir 90 %.

Peninggian suara P2 dihasilkan dari peningkatan kekuatan penutupan katup pulmonal

karena respon peningkatan tekanan arteri pulmonal pada saat diastolik. Temuan fisik

tambahan sehubungan dengan HP merefleksikan pengaruh HP pada jantung dan organ

lainnya. Paling banyak pada pasien berkembang menjadi trikuspid regurgitasi dalam

beberapa derajat karena tekanan overload pada ventrikel kanan. Pembesaran ventrikel

kanan, pulsasi vena jugularis meningkat bila terjadi overload cairan dan/atau gagal

jantung kanan. Hepatomegali mungkin timbul, asites dan retensi cairan di perifer(2,3,4,10,14).

Click h

ere to

buy

ABB

YY PDF Transformer 2.0

www.ABBYY.comClic

k here

to buy

ABB

YY PDF Transformer 2.0

www.ABBYY.com

Page 16: Hipertensi Pulmonal Primer

16

Tabel 2. Gejala Klinis Hipertensi Pulmonal(kutip 10)

WHO mengusulkan klasifikasi fungsional HPP dengan memodifikasi klasifikasi fungsional

dari New York Heart Association system.

Tabel 3. Klasifikasi Fungsional HP (WHO)(kutip 10)

Click h

ere to

buy

ABB

YY PDF Transformer 2.0

www.ABBYY.comClic

k here

to buy

ABB

YY PDF Transformer 2.0

www.ABBYY.com

Page 17: Hipertensi Pulmonal Primer

17

A. Pemeriksaan non invasif

Pertama kali mencurigai klinis HPP, harus lakukan pemeriksaan konfirmasi dan

pemeriksaan untuk mengeklusi tipe lain penyebab hipertensi pulmonal, disamping

untuk menentukan beratnya atau prognosis. Baru-baru ini suatu konsensus

merekomendasikan pemeriksaan untuk HPP

1. Ekokardiografi

Pada pasien yang secara klinis dicurigai hipertensi pulmonal, untuk diagnosis

sebaiknya dilakukan ekokardiografi. Ekokardiografi adalah modalitas diagnostik

untuk evaluasi atau eklusi penyebab HP sekunder (seperti gagal ventrikel kiri,

penyakit jantung katup, penyakit jantung kongenital dengan shunt sistemik-

pulmonal dan disfungsi diastolik ventrikel kiri). Disamping itu untuk menentukan

beratnya hipertensi pulmonal serta prognosisnya(24,25). Dua studi besar yang

dilakukan oleh Yeo et all dan Raymon et all menggunakan ekokardiografi untuk

konfirmasi diagnosis dan prognosis pasien HPP. Namun demikian ekokardiografi

saja tidak cukup adekuat untuk konfirmasi definitif ada atau tidaknya hipertensi

pulmonal. Untuk itu direkomendasikan untuk kateterisasi jantung(24,25, 26).

Table 4. Penilaian Ekokardiografi Pada Pasien HP

2. Tes Berjalan 6 Menit

Pemeriksaan yang sederhana dan tidak mahal untuk keterbatasan fungsional

pasien HP adalah dengan tes ketahanan berjalan 6 menit (6WT). Ini digunakan

sebagai pengukur kapasitas fungsional pasien dengan sakit jantung, memiliki

prognostik yang signifikan dan telah digunakan secara luas dalam penelitian untuk

evaluasi pasien HP yang diterapi. 6WT tidak memerlukan ahli dalam penilaian(13,16).

2D measurementsRight ventricular size (chamber diameter and volume, and wall thickness)Right ventricular/left ventricular diastolic volumeRight ventricular contractilityPericardial effusion (presence, size)Inferior vena cava (IVC) size, respiratory variationDoppler measurementsTricuspid regurgitation (severity and velocity)Left ventricular (LV) early diastolic filling velocity

Click h

ere to

buy

ABB

YY PDF Transformer 2.0

www.ABBYY.comClic

k here

to buy

ABB

YY PDF Transformer 2.0

www.ABBYY.com

Page 18: Hipertensi Pulmonal Primer

18

3. Tes Latihan Kardiopulmunal (CPET)

Suatu tes noninvasive. Pemeriksaan ini juga prognostik yang signifikan, karena

mengukur performen kardiovaskuler dan ventilator saat aktifitas. Menariknya,

tekanan darah sistolik menunjukan prediktor independen kematian pasien HP

yang tidak diobati, dengan SBP < 120 mmHg berkorelasi dengan kematian yang

tinggi dibandingkan dengan SBP > 120 mmHg(6,13). Miyamota and colleagues

membandingkan kedua cara penilaian diatas 6MWT dan CPET dalam suatu kohor

27 pasien HPP, mereka menemukan suatu korelasi yang bagus antara konsumsi

oksigen maksimum dan ketahanan 6MWT. Maka meskipun 6MWT tes latihan yang

submaksimal, tetapi ditoleransi oleh mayoritas pasien HPP dan berkorelasi dengan

tes latihan maksimal. Pada pasien dengan HAP, CPET dapat mengukur beratnya

HAP dengan menilai gangguan kardiovaskuler dan inefisiensi ventilasi. Penurunan

konsumsi oksigen (peak VO2) dan meningkatnya inefisiensi ventilasi adalah

proporsi beratnya HP, merefleksikan ketidakmampuan pasien HAP secara adekuat

meningkatkan aliran darah paru selama aktifitas(6,13,16,27).

4. Tes Fungsi Paru

Pengukuran kapasitas vital paksa (FVC) saat istrahat, volume ekspirasi paksa 1

detik (FEV1), ventilasi volunter maksimum (MVV), kapasitas difusi karbon

monoksida, volume alveolar efektif, dan kapasitas paru total adalah komponen

penting dalam pemeriksaan HP, yang dapat mengidentifikasi secara signifikan

obstruksi saluran atau defek mekanik sebagai faktor kontribusi hipertensi

pulmonal. Tes fungsi paru juga secara kuantitatif menilai gangguan mekanik

sehubungan dengan penurunan volume paru pada HP(27,28).

5. Radiografi Torak

Karena radiografi torak adalah noninvasif dan tidak mahal, pasien dengan sesak

yang tidak jelas biasanya di skrining dengan radiografi torak. Ro torak sama

pentingnya sebagai first-line tes skrining pada pasien PAH untuk melihat

penyebab sekunder, seperti penyakit interstisial paru dan kongesti vena-vena

paru. Hampir 85 % terdapat kelainan Radiografi torak pada HP, seperti pembesaran

Click h

ere to

buy

ABB

YY PDF Transformer 2.0

www.ABBYY.comClic

k here

to buy

ABB

YY PDF Transformer 2.0

www.ABBYY.com

Page 19: Hipertensi Pulmonal Primer

19

ventrikel kanan dan/atau atrium kanan, dilatasi arteri pulmonal. Tapi tidak biasanya

abnormalitas yang spesifik pada HPP(16).

Gambar 5. Radiografi Torak Pasien Hipertensi Pulmonalkutip 16

6. Eletrokardiografi

Gambaran tipikal EKG pada pasien hipertensi pulmonal sering menunjukan

pembesaran atrium dan ventrikel kanan, strain ventrikel kanan, dan pergeseran

aksis ke kanan, yang juga memiliki nilai prognostik. Kelainan EKG saja bukanlah

indikator yang sensitif untuk penyakit vaskuler paru. Penggunaan perubahan EKG

sebagai marker progresi penyakit dan atau respon terapi belum ada

dilaporkan(3,4,16,19)

Gambar 6. EKG Pasien Hipertensi Pulmonalkutip 16

Click h

ere to

buy

ABB

YY PDF Transformer 2.0

www.ABBYY.comClic

k here

to buy

ABB

YY PDF Transformer 2.0

www.ABBYY.com

Page 20: Hipertensi Pulmonal Primer

20

7. CT Scan Resolusi Tinggi

CT scan dilakukan hanyalah untuk membedakan apakah primer atau sekunder.

Tanpa zat kontras, untuk menilai parenkim paru seperti bronkiektasi, emfisema,

atau penyakit interstisial. Dengan zat kontras untuk deteksi dan atau melihat

penyakit tromboemboli paru(24,28).

B. Pemeriksaan invasif

1. Kateterisasi Jantung

Kateterisasi jantung kanan dengan mengukur hemodinamik pulmonal adalah gold

standard untuk konfirmasi PAH. Dengan definisi hipertensi pulmonal adalah tekanan

PAP 25 mHg pada saat istrahat, atau 30 mmHg pada saat aktifitas. Kateterisasi

membantu diagnosis dengan menyingkirkan etiologi lain seperti penyakit jantung

kiri dan memberikan informasi penting untuk prognostik hipertensi pulmonal (3,4,10)

Tabel 5. Pengukuran Kateterisasi Jantung Kanan Pada Pasien PAHkutip 10

Hemodinamik adalah prognostik untuk HPP, nilai prognostik pengukuran

hemodinamik bila RAP < 10 mmHg, angka harapan hidup 50 bulan bila tidak

mendapat terapi vasodilator, sedangkan bila RAP 20 mmHg harapan hidupnya

kurang dari 3 bulan(5,28).

2. Tes Vasodilator

Vasoreaktifitas adalah suatu bagian penting untuk evaluasi pasien HAP, pasien yang

respon dengan vasodilator terbukti memperbaiki survival dengan menggunakan

blok kanal kalsium (CCB) jangka panjang. Definisi respon (European Society of

Cardiology consensus) adalah penurunan rata-rata tekanan arteri pulmonal paling

< 10 mm Hg dengan peningkatan kardiak output. Tujuan primer tes vasodilator

adalah untuk menentukan apakah pasien bisa diterapi dengan CCB oral. Rich et al

Systemic arterial pressure (BP) and heart rate (HR)Right atrial pressure (RAP)Right ventricular pressure (RVP)Pulmonary artery pressure (PAP)Pulmonary capillary wedge pressure (PCWP)Cardiac output and indexPulmonary vasoreactivitySystemic and pulmonary arterial oxygen saturation

Click h

ere to

buy

ABB

YY PDF Transformer 2.0

www.ABBYY.comClic

k here

to buy

ABB

YY PDF Transformer 2.0

www.ABBYY.com

Page 21: Hipertensi Pulmonal Primer

21

1992, mempelajari 64 pasien HPP dengan nifedipin oral (20 mg) atau diltiazem (60

mg), penurunan 20% mPAP dan PVR. Groves et al, 1993, mempelajari respon akut

epoprostenol iv pada 44 pasien HPP, peningkatan 14% HR, 5% penurunan mPAP, 47%

penigkatan CO, dan 32% penurunan PVR. Respon dengan epoprostenol iv juga dapat

memprediksi respon dengan CCB oral. Sitbon et al mengevaluasi 35 pasien terhadap

respon vasodilator epoprostenol iv, penurunan 30% PVR. Sitbon 1998, melaporkan

hasil tes NO inhalasi (10 ppm) 33 pasien, penurunan mPAP dan PVR 20%. 10 dari 33

pasien yang respon akut positif juga respon dengan CCB, pasien yang tidak respon

akut dengan NO juga tidak respon dengan CCB.

3. Biopsi paru

Jarang dilakukan karena sangat riskan pada pasien hipertensi pulmonal, biopsi paru

di indikasikan bila pasien yang diduga HPP, dengan pemeriksaan standar tidak kuat

untuk diagnosis definitif(28,29).

C. Laboratorium

Pasien-pasien yang diduga hipertensi pulmonal harus dilakukan pemeriksaan

laboratorium standar untuk dispnue, yang meliputi pemeriksaan analisa gas darah,

pemeriksaan kimia dan darah lengkap. Pemeriksaan HIV direkomendasikan pada

pasien dengan faktor resiko. Dilaporkan bahwa hipertensi pulmonal sehubungan

dengan infeksi HIV 100 kali lebih sering dibandingkan dengan HPP(28,29). Tes fungsi hati

juga harus dilakukan untuk eklusi suatu hipertensi portopulmonal disamping untuk

pemberian terapi.

Biomarkers

Biomarker serum yang telah dipelajari dalam menilai prognosis HPP adalah atrial

naturetic peptide (ANP), brain naturetic peptide (BNP), dan katekolamin. Nagaya dan

kolega mempelajari 63 pasien HPP antara 1994-1999; ANP dan BNP plasma rendah

pada kontrol dan meningkat sesuai fungsional klas pada pasien dengan HPP. ANP dan

BNP juga berkorelasi dengan mRAP, mPAP, CO, and TPR. Penelitian tambahan, setelah

3 bulan terapi dengan prostasiklin, 53 pasien terjadi penurunan BNP yang berkorelasi

dengan penurunan RVEDP dan TPR.

Click h

ere to

buy

ABB

YY PDF Transformer 2.0

www.ABBYY.comClic

k here

to buy

ABB

YY PDF Transformer 2.0

www.ABBYY.com

Page 22: Hipertensi Pulmonal Primer

22

Gambar 7. Algoritme Diagnosis Hipertensi Pulmonalkutip 11

Click h

ere to

buy

ABB

YY PDF Transformer 2.0

www.ABBYY.comClic

k here

to buy

ABB

YY PDF Transformer 2.0

www.ABBYY.com

Page 23: Hipertensi Pulmonal Primer

23

BAB IVPENATALAKSANAAN HIPERTENSI PULMONAL PRIMER

Terapi konvensional

Tahanan vaskuler paru secara dramatis meningkat pada saat latihan atau aktifitas

pada pasien HP, dan pasien sebaiknya harus memperhatikan dan membatasi aktifitas

yang berlebihan. Pemberian oksigen untuk mengatasi sesak nafas dan hipoksia, saturasi

oksigen dipertahankan diatas 90 %. Penggunaan digoksin saat ini masih kontroversial,

karena belum ada data terhadap keuntungan dan kerugian penggunaan digoksin pada

HPP. Penggunaan diuretik untuk mengurangi sesak dan edema perifer, dapat bermanfat

untuk mengurangi kelebihan cairan terutama bila ada regurgitasi trikuspidal(2,29).

Timbulnya trombosis in situ, gagal jantung kanan dan stasis vena meningkatkan resiko

terjadinya tromboemboli paru. Perbaikan survival telah dilaporkan dengan antikoagulan

oral, warfarin 1,5-2,5 mg dengan target INR 1,8. Telah banyak penelitian untuk

pengobatan hipertensi pulmonal yang dilakukan : golongan vasodilator, prostanoid, NO,

penghambat phosfodiestrase, antagonis reseptor endotelin dan anti koagulan(16,29,30).

1. Calcium-Channel Blocker (CCB)

Penggunaan CCB telah banyak diteliti dan digunakan sebagai terapi HPP, perbaikan

terjadi kira-kira 25-30 % kasus terutama pada pasien yang tes vasodilator akut positif.

Rich dkk 1992, melaporkan hasil studi prospektif non random, pasien yang respon tes

vasodilator akut positif diterapi dengan CCB dosis tinggi selama 5 tahun(30). Survival 1

tahun, 3 tahun, dan 5 tahun adalah 94%, 94%, dan 94%. Sementara pasien yang tidak

respon 68%, 47%, dan 38%. Ogata et al(29) 1993, melakukan terapi kombinasi

antikoagulan dan vasodilator, 7 pasien diterapi dengan antikoagulan warfarin +

vasodilator, 3 dengan isoproterenol, dan 4 dengan nifedipine. Survival 5 tahun

signifikan lebih tinggi pada kelompok dengan antikoagulan + vasodilator (57%)

dibanding yang lain 15%. Nifedipine (120-240 mg/hari) atau diltiazem (540-900

mg/hari) merupakan agen yang paling sering digunakan, sementara verepamil

menimbulkan efek inotropik negative. Efek samping yang bermakna seperti hipotensi

yang mengancam hidup pasien dengan fungsi ventrikel kanan yang berat.

Click h

ere to

buy

ABB

YY PDF Transformer 2.0

www.ABBYY.comClic

k here

to buy

ABB

YY PDF Transformer 2.0

www.ABBYY.com

Page 24: Hipertensi Pulmonal Primer

24

2. Prostanoid

Telah terbukti bahwa defisiensi prostasiklin berkontribusi dalam patogenesis HPP.

Christman et al(16) melaporkan defisiensi prostasiklin pada HPP. Tuder et al(30)

memperlihatkan penurunan prostasiklin sintase paru pada pasien HPP berat. Studi

klinis membuktikan bahwa terapi jangka lama dengan analog prostasiklin eksogen

menguntungkan pada pasien dengan HP sedang sampai berat(16,18).

a. Epoprostenol

Epoprostenol iv pertama kali disetujui oleh FDA untuk terapi hipertensi pulmonal

pada tahun 1995. Pemakaian epoprostenol jangka panjang memperbaiki

hemodinamik, toleransi latihan, klas fungsional NYHA, dan survival rate penderita

HP. Epoprostenol tidak stabil pada suhu kamar, harus dilindungi selama pemberian

infus, half- life pendek dalam aliran darah (< 6 min), tidak stabil pada pH asam, dan

tidak bisa secara oral. Dimulai dengan dosis (1-2 ng/kg/min), dan secara perlahan

dititrasi 1-2 ng/kg/min, sampai (20 ng/kg/min atau 40 ng/kg/min)(29,30).

Dalam suatu trial prospektif, multisenter, random, dengan kontrol selama 12

minggu, infus epoprostenol secara kontinua ditambah dengan terapi konvensional

(vasodilator oral, antikoagulan, dsb) dibanding dengan hanya terapi konvensional

sebagai kontrol pada 81 orang pasien HPP fungsional klas III dan IV. Kapasitas

latihan (6WT) 41 pasien yang diterapi dengan epoprostenol (rata-rata 362m,

sebelumnya 315m), dan penurunan pada terapi konvensional saja (sebelumnya

270m dan setelahnya 204m; p < 0.002). Perbaikan kualitas hidup pada pasien

dengan terapi epoprostenol (p < 0.01), perbaikan hemodinamik, perubahan

tekanan arteri pulmonal rata-rata (mPAP) -8% dibandingkan terapi konvensional

+3% dan perubahan rata-rata tahanan vaskuler paru (mPVR) adalah -21% dengan

epoprostenol dan +9% pada kontrol. Shapiro et al and McLaughlin et al

menggambarkan keberhasilan pada pasien dengan terapi infus kontinua

epoprostenol setelah follow-up selama 36,3 bulan, perbaikan fungsional klas,

toleransi latihan dan hemodinamik.

Efek samping yang sering pada terapi epoprostenol meliputi sakit kepala, flushing,

jaw pain, diarrhea, nausea, rash eritematosus, dan nyeri muskuloskeletal.

Click h

ere to

buy

ABB

YY PDF Transformer 2.0

www.ABBYY.comClic

k here

to buy

ABB

YY PDF Transformer 2.0

www.ABBYY.com

Page 25: Hipertensi Pulmonal Primer

25

Komplikasi lain sehubungan dengan terapi iv jangka lama adalah infeksi, selulitis

sampai sepsis, bila pemberian melalui katerterisasi vena sentral harus dilakukan

pada senter dengan peralatan lengkap, perawat / dokter yang berpengalaman(29).

b. Treprostinil

Adalah suatu analog prostasiklin dengan half-life 3 jam. Obat stabil pada suhu

kamar dan dapat diberikan secara subkutan. Untuk menguji hipotesa efek

hemodinamik treprostinil sama dengan epoprostenol, 14 pasien dengan

epoprostenol iv dan kemudian treprostinil iv, kedua obat memberikan efek

hemodinamik yang sama. Penurunan 22% PVR dengan epoprostenol dan 20%

dengan treprostinil. Untuk menguji pemberian treprostinil secara iv atau subkutan,

pada 25 pasien HPP. Penurunan mPAP 6% secara iv dan 13% dengan sc. Dan

penurunan PVR 23% secara iv dan 28% secara sc(30). Suatu klinikal trial, random

plasebo-kontrol, selama 8 minggu, treprostinil sc, 15 pasien HPP dengan dosis 1,3-

3,1 ng/kg/min dan 9 dengan placebo. Perbaikan 6WT dengan treprostinil sc (37±17

m) dibanding placebo terjadi penurunan (379 m jadi 384 m), juga perbaikan

hemodinamik dengan penurunan 20 % PVR. Efek samping seperti sakit kepala,

diare, flushing sama seperti epoprostenol, disamping nyeri dan eritem pada

tempat penyuntikan. Pemberian secara subkutan ini lebih aman dan efektif pada

pasien terutama rawat jalan(18,30).

Studi random kontrol-plasebo terbesar (international trial) pemberian treprostinil

sc, November 1998 - Oktober 1999 pada 24 senter di North America dan 16 senter

di Europe, Australia, dan Israel. 470 pasien secara randam mendapatkan

treprostinil sc ditambah terapi konvensional atau placebo (tanpa treprostinil).

Setelah 12 minggu, terdapat perbaikan 6 WT pada terapi trepostinil dan tak ada

perobahan pada placebo. Juga perbaikan signifikan pada hemodinamik (mRAP,

mPAP, cardiac index dan saturasi oksigen(30).

c. Iloprost Inhalasi

Iloprost adalah prostasiklin analog dengan bentuk kimia stabil, yang tersedia

dalam bentuk intravena, oral dan aerosol. Half-live dalam serum 20-25 min. Bentuk

inhalasi dalam pengobatan HP adalah konsep yang baik dan praktis dalam

Click h

ere to

buy

ABB

YY PDF Transformer 2.0

www.ABBYY.comClic

k here

to buy

ABB

YY PDF Transformer 2.0

www.ABBYY.com

Page 26: Hipertensi Pulmonal Primer

26

penggunaan klinik. Iloprost inhalasi mempunyai efek vasodilator yang lebih poten

dibandingkan dengan NO inhalasi. Illoprost inhalasi mempunyai aksi yang lebih

pendek sehingga pemberiannya bisa 6 sampai 9 kali sehari(16,30).

Penelitian selama 3 bulan pada 19 pasien HP dengan berbagai sebab, iloprost

inhalasi dengan dosis 50-200 µg perhari (6-12 kali inhalasi perhari), terbukti

memperbaiki fungsional klas, kapasitas latihan dan hemodinamik paru. Pada

penelitian lain, penelitian selama 1 tahun, tanpa kontrol pada 24 pasien dengan

aerosol iloprost dosis 100-150 µg dalam 6-8 kali pemberian perhari terbukti

memberikan hasil yang sama. Suatu penelitian random, double-blind, placebo-

kontrol, multisenter di Eropah(30), sebanyak 203 pasien HPP, dengan dosis illoprost

250 µg atau 500 µg perhari dalam 6-9 kali pemberian, terbukti perbaikan 6WT 59

meter dan perbaikan fungsional klas, perbaikan kualitas hidup (p < 0.05)

dibandingkan dengan kelompok kontrol.

d. Beraprost

Beraprost adalah analog prostasiklin secara kimia stabil dan aktif untuk oral.

Diabsorbsi secara cepat dalam keadaan puasa, konsentrasi puncak tercapai

setelah 30 menit dan half life 35-40 menit setelah pemberian. Sejak tahun 1995,

beraprost telah digunakan sebagai terapi di Jepang. Dalam suatu studi

retrospektif, Nagaya et al melaporkan perbaikan kualitas hidup 24 pasien HPP

dengan beraprost dibandingkan dengan 34 pasien dengan terapi konvensional. 2

studi random, double-blind, kontrol placebo beraprost pada HPP. Studi pertama

selama 12 minggu, 130 orang pasien dengan NYHA fungsional klas II dan III

Beraprost (dosis rata-rata 80 mg po qd) memperbaiki kapasitas latihan dan 6 WT

45 m pada pasien HPP. Studi kedua evaluasi efek beraprost pada pasien HPP,

dengan 116 pasien fungsional klas II dan III, selama 12 bulan, double-blind, random,

kontrol plasebo. Hasil studi ini menunjukan perlambatan progresifitas penyakit

selama 6 bulan, perbaikan ketahanan 6 WT dibandingkan placebo. Tidak ada

perubahan yang signifikan terhadap hemodinamik pulmonal(30,31).

Click h

ere to

buy

ABB

YY PDF Transformer 2.0

www.ABBYY.comClic

k here

to buy

ABB

YY PDF Transformer 2.0

www.ABBYY.com

Page 27: Hipertensi Pulmonal Primer

27

3. Antagonis Reseptor Endotelin

Pada penelitian terakhir Antagonis reseptor Endotelin efektif dalam mengobati

hipertensi pulmonal, karena banyaknya bukti peranan patogenik endotelin-1 pada

hipertensi pulmonal. Endothelin-1 adalah suatu vasokonstriktor yang poten, dan

mitogen pada otot polos yang menyebabkan meningkatnya tonus vaskuler dan

hipertrofi vaskuler paru. Dalam studi kontrol kecil pasien IPAH, konsentrasi

endothelin plasma berkorelasi dengan PAP and PVR, berkorelasi juga dengan

kapasitas latihan(16,1829,30).

a. Bosentan

Penelitian pertama, random, double-blind, control-placebo, multisenter (2 di US

dan 1 di Perancis), menilai efek bosentan terhadap kapasitas latihan dan

hemodinamik kardiopulmonal, menilai keamanan dan tolerabilitas pada pasien

HPP berat(31). Sebanyak 32 pasien mendapatkan bosentan dan plasebo (2:1 ratio).

Bosentan 62.5 mg bid selama 4 minggu, dilanjutkan sampai dosis 125 mg bid.

Setelah 12 minggu kelompok terapi bosentan perbaikan ketahanan 6 WT sampai

70 m, dimana tidak ada perubahan dengan plasebo. Perbaikan hemodinamik

kardiopulmonal dan penurunan signifikan PVR, penurunan mPAP, penurunan

tekanan rata-rata atrium kanan. Dibandingkan kelompok plasebo secara kontras

terjadi peningkatan ketiga komponen tersebut. Studi bosentan kedua, double-

blind, control-placebo, mengevaluasi 213 pasien, bosentan 125 bid atau 250 mg bid

paling kurang selama 16 minggu. Studi dilakukan di 27 senter di Eropa, Amerika

utara, Israel dan Australia. 144 pasien mendapatkan bosentan dan 69 pasien

mendapatkan placebo. Terlihat perbaikan ketahanan 6 WT pada pasien terapi

bosentan 36 menter sedangkan pada terapi placebo -8 m, tidak ada perbedaan

efek yang signifikan sehubungan dengan dosis. Efek samping dari bosentan adalah

peningkatan kadar alanine aminotransferase dan/atau aspartate amino

transferase. Gangguan fungsi hati ini berkorelasi dengan dosis, dimana lebih sering

terjadi dengan bosentan 250 mg bid. Dan efeknya transien, sehingga USFDA

merekomendasikan pemeriksaan fungsi hati paling tidak 1 bulan sebelum terapi(30).

Click h

ere to

buy

ABB

YY PDF Transformer 2.0

www.ABBYY.comClic

k here

to buy

ABB

YY PDF Transformer 2.0

www.ABBYY.com

Page 28: Hipertensi Pulmonal Primer

28

b. Sitaxsentan

Penelitian random, double-blind, kontrol-plasebo, selama 12 minggu, sitaxsentan

pada 178 pasien HPP fungsional klas II, III dan IV NYHA, dengan dosis 100 mg po

qd, atau 300 mg po qd. Perbaikan fungsional klas dan perbaikan 6 WT, 35 m

dengan dosis 100 mg dan 33 m dengan dosis 300 mg (p<0,01). Penurunan yang

signifikan PVR dan meningkat pada placebo. Perbaikan yang sama fungsional klas,

dan hemodinamik pada kedua kelompok dosis(30). Efek samping terapi dengan

sitaxsentan berupa abnormalitas fungsi hati, sakit kepala, edem perifer, nausea,

nasal kongestan dan pusing.

c. Ambrisentan

Suatu studi blind selama 12 minggu penggunaan ambrisentan dosis (1, 2.5, 5, atau

10 mg perhari) terbukti memperbaiki ketahanan 6 WT dan fungsional klas. Studi

kedua, 12 minggu, random, double-blind, plasebo-kontrol, multisenter, efikasi

ambrisentan pada pasien HAP. Ambrisentan 5/10 mg sekali sehari. Selama follow-

up terbukti perbaikan yang signifikan ketahanan 6 WT dan perbaikan fungsional

klas. Tidak terdapat peningkatan transaminase hati (30).

4. Phosphodiesterase Inhibitor

Mekanisme yang memodulasi cyclic guanosine 3-5 monophosphate (cGMP) di dalam

otot polos vaskuler memainkan peranan dalam regulasi tonus, pertumbuhan dan

struktur vaskuler paru. Efek vasodilator NO tergantung pada kemampuannya untuk

meningkatkan dan mempertahankan cGMP yang ada pada vaskuler. Sekali

diproduksi, NO secara langsung mengaktifasi guanylate cyclase, yang meningkatkan

produksi cGMP. cGMP kemudian mengaktifasi cGMP kinase, membuka kanal

potassium, dan menyebabkan vasorelaksasi. Efek intraseluler cGMP sangat singkat,

sehingga didegradasi cepat oleh phosphodiesterase.

Phosphodiesterase merupakan famili enzim yang menghidrolisa cyclic nucleotides,

cyclic adenosine monophosphate (cAMP) dan cGMP, dan membatasi signal intraseluler

dengan menghasilkan produk inaktif 5-adenosine monophosphate dan 5-guanosine

monophosphate. Bagaimanapun juga obat-obat yang menginhibisi spesifik cGMP

Click h

ere to

buy

ABB

YY PDF Transformer 2.0

www.ABBYY.comClic

k here

to buy

ABB

YY PDF Transformer 2.0

www.ABBYY.com

Page 29: Hipertensi Pulmonal Primer

29

phosphodiesterase (phosphodiesterase type 5 inhibitors) meningkatkan respon

vaskuler paru pada NO inhalasi dan endogen pada hipertensi pulmonal.(16,18,29)

a. Dipyridamole

Studi terdahulu mendemonstrasikan bahwa dipyridamole dapat menurunkan PVR,

menurunkan hipertensi pulmonal dan meningkatkan atau memperpanjang efek

inhalasi NO pada anak dengan hipertensi pulmonal. Pasien yang gagal dengan

inhalasi NO maka dikombinasi dengan dipyridamole(30). Hasil ini menyokong bahwa

inhibisi phosphodiesterase type 5 bisa menjadi suatu strategi klinik yang efektif

untuk terapi HPP.

b. Sildenafil

Sildenafil adalah suatu inhibitor phosphodiesterase type 5 yang poten dan lebih

spesifik, telah terbukti efektif dan aman untuk terapi disfungsi ereksi. Berdasarkan

perkembangnya pemahaman aktifitas phosphodiesterase type 5 dalam sirkulasi

paru, suatu studi klinik tanpa kontrol menguji efek hemodinamik akut sildenafil

dan potensinya dalam terapi jangka panjang pasien HPP. Dilaporkan bahwa

sildenafil memblok vasokonstriksi paru hipoksik pada dewasa sehat dan

menurunkan mPAP pasien PAH(30,33).

Michelakis et al mempelajari efek sildenafil pada 13 pasien HPP, melaporkan

penurunan mPAP dan PVR, dan meningkatnya kardiak indek. Perbandingan

dengan inhalasi NO, sildenafil juga mempunyai efek hemodinamik sistemik dan bila

dikombinasi dengan inhalasi NO meningkatkan dan memperpanjang efek NO

sehingga dapat mencegah rebound vasokonstriksi setelah memberian inhalasi

NO(34). Dalam suatu studi dengan mengkombinasikan inhalasi sildenafil dengan

iloprost dilaporkan terjadi penurunan yang besar mPAP dan PVR dibanding bila

diberikan tunggal. Bharani et all mengobati 10 pasien dengan sildenafil atau

placebo selama 2 minggu, terlihat perbaikan yang signifikan 6 WT dan menurunnya

sistolik PAP secara ekokardiografi. Studi lain(35) 29 pasien yang diterapi dengan

sildenafil (25-100 mg tid) selama 5-20 bulan dilaporkan perbaikan fungsional klas

NYHA dan 6 WT.

Click h

ere to

buy

ABB

YY PDF Transformer 2.0

www.ABBYY.comClic

k here

to buy

ABB

YY PDF Transformer 2.0

www.ABBYY.com

Page 30: Hipertensi Pulmonal Primer

30

4. NO dan Arginine

Pentingnya NO terutama dalam adaptasi normal sirkulasi paru saat lahir. Gangguan

NO akan berkembang menjadi neonatal hipertensi pulmonal. NO terus menerus

memodulasi tonus dan struktur vaskuler paru sepanjang hidup. NO juga memiliki

aktifitas antiplatelet, anti inflamasi dan antioksidan, juga memodulasi efek

angiogenesis. NO dihasilkan dalam 3 bentuk NO synthase (NOS), yang muncul dalam

sel multiple dan terus menerus aktif (type I dan III) dalam endotelium atau

“inducible” (type II) pada sel lainnya seperti makrofag, epitel bronkus dan otot polos

vaskuler. Regulasi NOS komplek dan termasuk growth factors hormon (seperti

vascular endothelial growth factor), tekanan oksigen, hemodinamik, dan faktor

lainnya. Sudah jelas bahwa amino acid, L-arginine, adalah substansi NOS, maka itu

penting untuk produksi NO(30,36).

Arginine eksogen diperlukan untuk memproduksi NO. Arginine masuk dalam sel

dangan transport aktif dan defek pada mekanisme transpor berkontribusi pada

ketergantungan arginine dengan meningkatnya kadar ekstraseluler untuk memenuhi

kebutuhan(36). Dalam endotel, transpor arginin secara kuat berikatan dengan NOS,

bila ikatan ini rusak oleh karena injuri endotel maka kadar normal ekstraseluler

mungkin berkurang untuk memproduksi NO. Defisiensi Arginine telah

memperlihatkan terjadinya PH dan infuse L-arginine (500 mg/kg selama 30 menit

pada bayi hipertensi pulmonal terjadi peningkatan PaO2 selama lebih 5 jam. Apakah

suplemen arginin jangka panjang dapat mengurangi injuri vaskuler dan menyebabkan

perbaikan struktur sirkulasi paru pada pasien PAH belumlah jelas(37).

a. NO inhalasi

Merupakan suatu vasodilator pulmonal selektif, diberikan secara inhalasi dengan

waktu paruh singkat, hal ini bermanfaat sebagai tes vasodilator pada pengobatan

hipertensi pulmonal. Efek inhalasi NO pada pasien hipertensi pulmonal primer

memperlihatkan perbaikan dalam parameter hemodinamik, efek jangka panjang

belum diteliti namun beberapa pasien tampak menunjukan manfaat dengan terapi

tersebut untuk jangka lama(30,35)

Click h

ere to

buy

ABB

YY PDF Transformer 2.0

www.ABBYY.comClic

k here

to buy

ABB

YY PDF Transformer 2.0

www.ABBYY.com

Page 31: Hipertensi Pulmonal Primer

31

b. Suplemen Arginine

Pemberian L-arginine (500 mg/kg infuse selama 30 menit) pada 10 pasien HPP

menghasilkan penurunan mPAP sampai 15.8 ± 3.6% (p < 0.005) dan PVR sampai 27

± 5.8% (p < 0.005), dibandingkan dengan titrasi prostasiklin saja sampai dosis

maksimal penurunan mPAP 13.0 ± 5.5% (p < 0.005) dan PVR 46.6 ± 6.2% (p < 0.005).

Infus L-arginine mengurangi mPAP dengan memediasi vasodilatasi oleh NOS. Studi

yang dipublikasikan oleh Nagaya et al mendukung bahwa suplemen oral L-arginine

(0.5 g/10 kg BB) memberikan efek yang menguntungkan pada hemodinamik dan

kapasitas latihan. 19 pasien diterapi Oral L-arginie (1.5 g/10kg BB perhari), setelah 1

minggu meningkatkan L-citrulline plasma secara signifikan dimana menunjukan

meningkatnya produksi NO. L-arginine menimbulkan penurunan 9% mPAP (53 ±4

sampai 48±4 mm Hg, p < 0.05) dan penurunan 16% PVR (30).

5. Terapi Bedah

Atrial Septostomi dan Transplantasi paru

Atrial septostomi adalah membuat suatu right-to-left interatrial shunt untuk

mengurangi tekanan dan volume overload di jantung kanan(38). Dengan

berkembangnya strategi terapi obat, maka atrial septostomi hanyalah suatu prosedur

paliatif atau sebagai permulaan untuk tranplantasi paru. Pemilihan pasien, waktu dan

perkiraan ukuran septostomi adalah hal yang masih krusial. Tranplantasi jantung-paru

terutama untuk PAH yang gagal dengan semua strategi terapi. Survival pasien PAH

yang mengalami tranplantasi paru kira-kira 66%-75% pada 1 tahun pertama. Dan yagn

paling sering adalah bilateral transplantasi.

Click h

ere to

buy

ABB

YY PDF Transformer 2.0

www.ABBYY.comClic

k here

to buy

ABB

YY PDF Transformer 2.0

www.ABBYY.com

Page 32: Hipertensi Pulmonal Primer

32

Gambar 8.Algoritma terapi hipertensi pulmonal primerkutip 10

Click h

ere to

buy

ABB

YY PDF Transformer 2.0

www.ABBYY.comClic

k here

to buy

ABB

YY PDF Transformer 2.0

www.ABBYY.com

Page 33: Hipertensi Pulmonal Primer

33

BAB VKESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. HPP adalah kelainan paru yang jarang dan sering lambat terdiagnosis. Dimana

tekanan arteri pulmonalis > 25 mmHg saat istrahat, dan > 30 mmHg saat latihan,

tidak ditemukan faktor-faktor resiko.

2. Kelainan vaskuler HPP berupa proliferasi sel-sel vaskuler, vasokonstriksi, dan

trombosis in situ. Secara patologi kelainan spesifik vaskuler pada HPP berupa lesi

fleksogenik arteriopati.

3. Tiga patofisiologi terjadinya hipertensi pulmonal primer ; ketidakseimbangan

mediator-mediator vasoaktif, faktor lingkungan dan faktor genetic. Anoreksigen

menyebabkan epidemic hipertensi pulmonal di tahun 1960an dan tahun 1990an.

4. Diagnosis HPP komplek, pemeriksaan non invasive harus dilakukan untuk passien

yang diduga HP. Tes berjalan 6 menit sederhana dan mudah dilakukan dapat

digunakan untuk menilai kapasitas latihan, diagnosis dan prognosis. Tepatnya

kateterisasi jantung kanan direkomendasikan untuk diagnosis PAH dan eklusi

penyebab.

5. Strategi terapi HPP sama dengan strategi terapi untuk HAP oleh sebab lainnya,

yaitu terapi konvensional, CCB, dan terapi sesuai patofisiologi: jalur prostasiklin,

jalur endotelin dan jalur nitrik oksid.

Saran

1. Perlunya mempertimbangkan suatu diagnosis hipertensi pulmonal primer pada

pasien yang dicurigai hipertensi arteri pulmonal

2. Hati-hati dan waspada dengan banyaknya obat penurun nafsu makan yang

beredar di pasaran yang dapat mencetuskan hipertensi pulmonal primer

3. Perlu adanya pencatatan dan penelitan kasus hipertensi pulmonal primer

Click h

ere to

buy

ABB

YY PDF Transformer 2.0

www.ABBYY.comClic

k here

to buy

ABB

YY PDF Transformer 2.0

www.ABBYY.com

Page 34: Hipertensi Pulmonal Primer

34

KEPUSTAKAAN

1. Arsyad Z. Hipertensi Pulmonal Primer, Dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid 2 Edisi 3,

FKUI, Jakarta 2006, Hal ; 1072

2. Diah M., Ghanie A, Hipertensi Pulmonal Primer Dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid 3

Edisi 3, FKUI, Jakarta 2006, Hal ; 1697-1702

3. Gaine SP, Rubin LJ. Primary Pulmonary Hypertension. Lancet 1998;352:719-25.[Erratum, Lancet

1999;353:74.] and in N Engl J Med 1997;336:111-17

4. Rich S (Ed.). World Health Organisation : Primary Pulmonary Hypertension–Executive

Summary, World Symposium, Primary Pulmonary Hypertension 1998. Available At:

Http://Www.Who.Int/Ncd/Cvd/Pph.Html (Accessed Nov 2003).

5. Stewart S, Murphy N, Mcmurray JJ. Incidence, Prevalence And Prognostic Impact Of

Pulmonary Arterial Hypertension: A Population-Based Study (Abstract). Eur Heart J 2004: In

Press

6. Fishman, AP Historical Perspective : A Century Of Primary (Idiopathic) Pulmonary Hypertension

In Pulmonary Hypertension, Text Book, Boston University, Boston, MA, 2008, 1-13

7. Eugene J. Mark, MD., Eva D. Patalas, MD., Howard T. Chang , MD, Ph.D., Fatal Pulmonary

Hypertension Associated With Short-Term Use Of Fenfluramine And Phentermine 1997

Massachusetts Medical Society. NEJM, Vol 337, No.9, 602-607

8. Darren B. Taichman, Md, Phda, Jess Mandel, Md, Epidemiology Of Pulmonary Arterial

Hypertension Clin Chest Med 28 (2007) 1–22

9. Souza R, Humbert M, Pavec JL., Et Al. Pulmonary Arterial Hypertension Associated With

Fenfluramine Exposure : Report Of 109 Cases, Eur Respir J, 2008,31 ; 343-348.

10. Vallerie V. Mclaughlin, MD; Michael D. Mcgoon, MD, Reviews In Cardiovascular Medicine :

Pulmonary Arterial Hypertension, Circulation 2006;114;1417-1431

11. Harrison W. Farber, 534 –538 Pathophysiology of Pulmonary Arterial Hypertension In

Pulmonary Hypertension, Text Book, Boston University, Boston, MA, 2008, 51-72

12. Simon Stewart Phd, Carol Black MD, Keith Mcneil, Disease Background And Epidemiology Of

Pulmonary Arterial Hypertension, In Pulmonary Arterial Hypertension: A Pocketbook Guide,

London And New York A Martin Dunitz Book 2005, Page ;4

13. Harrison W. Farber, M.D., And Joseph Loscalzo, M.D., Ph.D. Review Article ; Mechanisms Of

Disease Pulmonary Arterial Hypertension N Engl J Med 2004;351:1655-65

Click h

ere to

buy

ABB

YY PDF Transformer 2.0

www.ABBYY.comClic

k here

to buy

ABB

YY PDF Transformer 2.0

www.ABBYY.com

Page 35: Hipertensi Pulmonal Primer

35

14. Simonneau G, Galie N, Rubin LJ, Et Al. Clinical Classification Of Pulmonary Hypertension. J Am

Coll Cardiol 2004;43:Suppl S:5S-12S

15. Rubin M. Tuder, MD, John C. Marecki, PhD,Amy Richter, Iwona Fijalkowska, PhD, Sonia Flores,

PhD, Pathology of Pulmonary Hypertension, Clin Chest Med 28 (2007) 23–42

16. Nazzareno Galie` (Chairperson), Adam Torbicki, Robyn Barst, et al, Guidelines on diagnosis and

treatment of pulmonary arterial hypertension, The Task Force on Diagnosis and Treatment of

Pulmonary Arterial Hypertension of the European Society of Cardiology, European Heart Journal

(2004) 25, 2243–2278

17. Peter F. F Edullo, M.D., William R. Auger, M.D., Kim M. Kerr, M.D.,And Lewis J. Rubin, M.D

Current Concepts Chronic Thromboembolic Pulmonary Hypertension, N Engl J Med, 2001,Vol.

345, No. 20 ;1465-1472

18. Marc Humbert, M.D., Ph.D., Olivier Sitbon, M.D., and Gérald Simonneau, M.D. review article,

drug therapy, Treatment of Pulmonary Arterial Hypertension, N Engl J Med 2004;351:1425-36

19. David Langleben, MD, FRCPC Endothelin Receptor Antagonists in the Treatment of Pulmonary

Arterial Hypertension Clin Chest Med 28 (2007) 117–125

20. Big Endothelin-1 And Endothelin-1 Plasma Levels Are Correlated With The Severity Of Primary

Pulmonary Hypertension. Chest. 2001;120:1562–1569

21. Mark J.D. Griffiths, M.R.C.P., Ph.D., and Timothy W. Evans, M.D., Ph.D Review Article, Drug

Therapy, Inhaled Nitric Oxide Therapy In Adults. N Engl J Med 2005;353:2683-95

22. Marcos E, Fadel E, Sanchez O, Humbert M, Dartevelle P, Simonneau G, Hamon M, Adnot S,

Eddahibi S. Serotonin-Induced Smooth Muscle Hyperplasia In Various Forms Of Human

Pulmonary Hypertension. Circ Res.2004;94:1263–1270

23. Gunaydin S, Imai Y, Takanashi Y, Et Al. The Effects Of Vasoactive Intestinal Peptide On

Monocrotaline Induced Pulmonary Hypertensive Rabbits Following Cardiopulmonary Bypass: A

Comparative Study With Isoproteronol And Nitroglycerine. Cardiovasc Surg 2002;10:138–45.

24. C. Gregory Elliott, MD; Eric W. Glissmeyer, BS; Gregory T. Havlena, BS; John Carlquist, PhD;

Jason T. McKinney, MS; Stuart Rich, MD; Michael D. McGoon, MD; Mary Beth Scholand, MD;

Relationship of BMPR2 Mutations to Vasoreactivity in Pulmonary Arterial Hypertension,

Circulation 2006;113;2509-2515

25. Miryoung Kim, BS; Robert L. Jensen, PhD; Jon W. Schmidt; Kenneth Ward, MDMcGoon M,

Gutterman D, Steen V, et al. Screening, early detection, and diagnosis of pulmonary arterial

hypertension—ACCP evidence-based clinical practice guidelines. Chest 2004; 126:14S–34S.

Click h

ere to

buy

ABB

YY PDF Transformer 2.0

www.ABBYY.comClic

k here

to buy

ABB

YY PDF Transformer 2.0

www.ABBYY.com

Page 36: Hipertensi Pulmonal Primer

36

26. Eduardo B., Bruno DB. Alfredo M and Luigi A. Pulmonary Arterial Hypertension : The key Role

of Echocardiography, Chest, 2005, 127;1836-1843

27. Raymond RJ, Hinderliter AL, Willis PW, et al. Echocardiographic predictors of adverse

outcomes in primary pulmonary hypertension. J Am Coll Cardiol 2002; 39:1214–9.

28. Gibbs JSR, Higenbottam TW for the British Cardiac Society Guidelines and Medical Practice

Committee. Recommendations on the management of pulmonary hypertension in clinical

practice. Heart 2001; 86 (Suppl I):i1–i13.

29. Ronald J. Oudiz, Diagnostic Approach to Pulmonary Arterial Hypertension, In Pulmonary

Hypertension, Text Book, Boston University, Boston, MA, 2008, 33-50

30. Rubin LJ. Diagnosis and management of pulmonary arterial hypertension: ACCP evidence-

based clinical practice guidelines. Chest 2004; 126: 4S–6S.

31. David B. Badesch, MD, FCCP; Steve H. Abman, MD; Gregory S. Ahearn, MD et al Medical

Therapy For Pulmonary Arterial Hypertension, ACCP Evidence-Based Clinical Practice

Guidelines, Chest 2004;126;35-62

32. Barst RJ, McGoon M, McLaughlin V, et al. Beraprost therapy for pulmonary arterial

hypertension. J Am Coll Cardiol 2003; 41:2119–2125

33. Rubin LJ, Badesch DB, Barst RJ, et al. Bosentan therapy for pulmonary arterial hypertension. N

Engl J Med 2002; 346:896–903

34. Nazzareno Galiè, M.D., Hossein A. Ghofrani, M.D., Adam Torbicki, M.D., original article ;

Sildenafil Citrate Therapy for Pulmonary Arterial Hypertension N Engl J Med 2005;353:2148-57

35. Sastry BK, Narasimhan C, Reddy NK, et al. A study of clinical efficacy of sildenafil in patients

with primary pulmonary hypertension. Indian Heart J 2002; 54:410–414

36. James R. Klinger, MD The Nitric Oxide/cGMP Signaling Pathway in Pulmonary Hypertension,

Clin Chest Med 28 (2007) 143–167

37. Arnal JF, Munzel T, Venema RC, et al. Interactions between L-arginine and L-glutamine change

endothelial NO production: an effect independent of NO synthase substrate availability. J Clin

Invest 1995; 95:2565–2572

38. Mehta S, Stewart DJ, Langleben D, et al. Short-term pulmonary vasodilation with L-arginine in

pulmonary hypertension.Circulation 1995; 92:1539–1545

39. Jeffrey S. Sager, MD, MSCEa,*, Vivek N. Ahya, MD Surgical Therapies for Pulmonary ArterialHypertension, Clin Chest Med 28 (2007) 187–202

Click h

ere to

buy

ABB

YY PDF Transformer 2.0

www.ABBYY.comClic

k here

to buy

ABB

YY PDF Transformer 2.0

www.ABBYY.com