bab ii tinjauan pustaka 2.1 konsep...

31
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Hipertensi 2.1.1 Definisi Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana tekanan sistoliknya diatas 140 mmHg dan diastoliknya di atas 90 mmHg (Smeltzer dan Bare, 2001 dalam Ahmad, 2009). Menurut WHO (World Health Organization), batas normal adalah 120-140 mmHg sistolik dan 80-90 mmHg diastolik. Jadi seseorang disebut mengidap hipertensi jika tekanan darah sistolik ≥ 160 mmHg dan tekanan darah diastolik ≥ 95 mmHg, dan tekanan darah perbatasan bila tekanan darah sistolik antara 140 mmHg- 160 mmHg dan tekanan darah diastolik antara 90 mmHg-95 mmHg (Poerwati, 2008). Sedangkan menurut lembaga-lembaga kesehatan nasional (The National Institutes of Health) mendefinisikan hipertensi sebagai tekanan sistolik yang sama atau di atas 140 dan tekanan diastolik yang sama atau di atas 90 (Diehl.2007). 2.1.2 Klasifikasi Hipertensi Berdasarkan penyebab dikenal 2 jenis hipertensi, yaitu : 1. Hipertensi primer Hipertensi primer juga disebut hipertensi ‘esensial’ atau ‘idiopatik’ dan merupakan 95% dari kasus-kasus hipertensi. Selama 75 tahun terakhir telah banyak penelitian untuk mencari etiologinya. Tekanan darah merupakan hasil

Upload: vananh

Post on 02-Mar-2019

230 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Hipertensi

2.1.1 Definisi

Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana tekanan

sistoliknya diatas 140 mmHg dan diastoliknya di atas 90 mmHg (Smeltzer dan Bare,

2001 dalam Ahmad, 2009).

Menurut WHO (World Health Organization), batas normal adalah 120-140

mmHg sistolik dan 80-90 mmHg diastolik. Jadi seseorang disebut mengidap

hipertensi jika tekanan darah sistolik ≥ 160 mmHg dan tekanan darah diastolik ≥ 95

mmHg, dan tekanan darah perbatasan bila tekanan darah sistolik antara 140 mmHg-

160 mmHg dan tekanan darah diastolik antara 90 mmHg-95 mmHg (Poerwati, 2008).

Sedangkan menurut lembaga-lembaga kesehatan nasional (The National

Institutes of Health) mendefinisikan hipertensi sebagai tekanan sistolik yang sama

atau di atas 140 dan tekanan diastolik yang sama atau di atas 90 (Diehl.2007).

2.1.2 Klasifikasi Hipertensi

Berdasarkan penyebab dikenal 2 jenis hipertensi, yaitu :

1. Hipertensi primer

Hipertensi primer juga disebut hipertensi ‘esensial’ atau ‘idiopatik’ dan

merupakan 95% dari kasus-kasus hipertensi. Selama 75 tahun terakhir telah

banyak penelitian untuk mencari etiologinya. Tekanan darah merupakan hasil

curah jantung dan resistensi vascular, sehingga tekanan darah meningkat jika

curah jantung meningkat, resistensi vascular perifer bertambah, atau

keduanya. Beberapa faktor yang pernah dikemukakan relevan terhadap

mekanisme penyebab hipertensi yaitu, genetik, lingkungan, jenis kelamin, dan

natrium (gray.dkk, 2005).

2. Hipertensi renal atau hipertensi sekunder

Sekitar 5% kasus hipertensi telah diketahui penyebabnya, dan dapat

dikelompokkan seperti, penyakit parengkim ginjal (3%) dimana setiap

penyebab gagal ginjal (glomerulonefritis, pielonefritis, sebab-sebab

penyumbatan) yang menyebabkan kerusakan parenkim akan cenderung

menimbulkan hipertensi dan hipertensi itu sendiri akan mengakibatkan

kerusakan ginjal. Penyakit renovaskular (1%) dimana terdiri atas penyakit

yang menyebabkan gangguan pasokan darah ginjal dan secara umum di bagi

atas aterosklerosis dan fibrodisplasia. Endokrin (1%) jika terdapa hipokalemia

bersama hipertensi, tingginya kadar aldosteron dan rennin yang rendah akan

mengakibatkan kelebihan-kelebihan (overload) natrium dan air (Gray.dkk,

2005).

3. kriteria hipertensi

seperti yang telah diutarakan sebelumnya, tekanan darah umumnya

diukur dengan manometer air raksa yang dinyatakan sebagai rasio sistolik dan

diastolik, misalnya 120/70, yang berarti tekanan sistolik adalah 120 mmHg

dan diastolik 70 mmHg (Soeharto, 2004)

Dari berbagai kepustakaan disebutkan kriteria tekanan darah orang

dewasa sebagai berikut.

Tabel 2.1 Kriteria Hipertensi

Sistolik Diastolik

˂ 130

131 – 159

160 – 179

180 – 209

˃ 210

˂ 85

86 - 99

100 – 109

110 – 119

˃ 120

Normal

Hipertensi ringan

Hipertensi sedang

Hipertensi berat

Hipertensi sangat berat

Sumber : AHA, Family Guide to Stroke

2.1.3 Etiologi

Sebagian besar kasus tekanan darah tinggi tidak dapat disembuhkan. Keadaan

tersebut berasal dari suatu kecenderungan genetik yang bercampur dengan faktor-

faktor risiko seperti stress, kegemukan, terlalu banyak makan garam, kurang gerak

badan dan penyumbatan pembuluh darah. Ini disebut hipertensi esensial. Kalau

seseorang mempunyai sejarah hipertensi keluarga dan mengidap hipertensi ringan,

dia dapat mengurangi kemungkinan hipertensi berkembang lebih hebat dengan

memberi perhatian khusus terhadap faktor-faktor risiko tersebut.untuk kasus-kasus

yang lebih berat, diperlukan pengobatan untuk mengontrol tekanan darah. Jenis lain

dari hipertensi dikenal sebagai hipertensi sekunder, yaitu kenaikan tekanan darah

yang kronis terjadi akibat penyakit lain, seperti kerusakan ginjal, tumor, saraf,

renovaskuler dan lain-lain (soeharto,2004).

2.1.4 Tanda dan Gejala

Secara umum, tekanan darah tinggi ringan tidak terasa dan tidak mempunyai

tanda-tanda. Boleh jadi berlangsung selama beberapa tahun tanpa disadari oleh orang

tersebut. Sering hal itu ketahuan tiba-tiba, misalnya pada waktu mengadakan

pemeriksaan kesehatan, atau pada saat mengadakan pemeriksaan untuk asuransi jiwa.

Kadang-kadang tanda-tanda tekanan darah tinggi yang digambarkan itu adalah sakit

kepala, pusing, gugup, dan palpitasi (Knight, 2006).

Pada sebagian orang, tanda pertama naiknya tekanan darahnya ialah apabila

terjadi komplikasi. Tanda yang umum ialah sesak nafas pada waktu kerja keras. Ini

menunjukkan bahwa otot jantung itu sudah turut terpengaruh sehingga tenaganya

sudah berkurang yang ditandai dengan sesak nafas. Pada pemeriksaan fisik, tidak

dijumpai kelainan apapun selain tekanan darah yang tinggi, tetapi dapat pula

ditemukan perubahan pada retina, seperti perdarahan, eksudat (kumpulan cairan),

penyempitan pembuluh darah, dan pada kasus berat, edema pupil(edema pada diskus

optikus) dan penglihatan kabur (Knight, 2006).

Hipertensi tidak memberikan tanda-tanda pada tingkat awal. Kebanyakan

orang mengira bahwa sakit kepala terutama pada pagi hari, pusing, berdebar-debar,

dan berdengung ditelinga merupakan tanda-tanda hipertensi. Tanda-tanda tersebut

sesungguhnya dapat terjadi pada tekanan darah normal, bahkan seringkali tekanan

darah yang relatif tinggi tidak memiliki tanda-tanda tersebut. Cara yang tepat untuk

meyakinkan seseorang memiliki tekanan darah tinggi adalah dengan mengukur

tekanannya. Hipertensi sudah mencapai taraf lanjut, yang berarti telah berlangsung

beberapa tahun, akan menyebabkan sakit kepala, pusing, napas pendek, pandangan

mata kabur, dan mengganggu tidur (Soeharto, 2004).

2.1.5 Faktor-Faktor Risiko Hipertensi

1. Genetik

Dibanding orang kulit putih, orang kulit hitam di negara barat lebih banyak

menderita hipertensi, lebih tinggi hipertensinya, dan lebih besar tingkat

morbiditasnya maupun mortilitasnya, sehingga diperkirakan ada kaitan

hipertensi dengan perbedaan genetik. Beberapa peneliti mengatakan terdapat

kelainan pada gen angiotensinogen tetapi mekanismenya mungkin bersifat

poligenik (Gray.dkk, 2005)

2. Usia

Kebanyakan orang berusia di atas 60 tahun sering mengalami hipertensi, bagi

mereka yang mengalami hipertensi, risiko stroke dan penyakit kardiovaskular

yang lain akan meningkat bila tidak ditangani secara benar (Soeharto, 2004).

3. Jenis kelamin

Hipertensi lebih jarang ditemukan pada perempuan pra-monopause dibanding

pria, yang menunjukkan adanya pengaruh hormon (Gray.dkk, 2005).

4. Geografi dan lingkungan

Terdapat perbedaan tekanan darah yang nyata antara populasi kelompok

daerah kurang makmur dengan daerah maju, seperti bangsa Indian Amerika

Selatan yang tekanan darahnya rendah dan tidak banyak meningkat sesuai

dengan pertambahan usia disbanding masyarakat barat (Gray.dkk, 2005).

5. Pola hidup

Tingkah laku seseorang mempunyai peranan yang penting terhadap timbulnya

hipertensi. Mereka yang kelebihan berat badan di atas 30% , mengkonsumsi

banyak garam dapur, dan tidak melakukan latihan mudah terkena hipertensi

(Soeharto, 2004).

6. Garam dapur

Sodium adalah mineral yang esensial bagi kesehatan. Ini mengatur

keseimbangan air didalam system pembuluh darah. Sebagian sodium dalam

diet datang dari makanan dalam bentuk garam dapur atau sodium chlorid

(NaCl). Pemasukan sodium mempengaruhi tingkat hipertensi. Mengkonsumsi

garam menyebabkan haus dan mendorong kita minum. Hal ini meningkatkan

volume darah didalam tubuh, yang berarti jantung harus memompa lebih giat

sehingga tekanan darah naik. Kenaikan ini berakibat bagi ginjal yang harus

menyaring lebih banyak garam dapur dan air. Karena masukan (input) harus

sama dengan pengeluaran (output) dalam system pembuluh darah, jantung

harus memompa lebih kuat dengan tekanan darah tinggi (Soeharto, 2004).

7. Merokok

Merokok merupakan salah satu faktor yang dapat diubah, adapun hubungan

merokok dengan hipertensi adalah nikotin akan menyebabkan peningkatan

tekana darah karena nikotin akan diserap pembulu darah kecil dalam paru-

paru dan diedarkan oleh pembuluh darah hingga ke otak, otak akan bereaksi

terhadap nikotin dengan memberi sinyal pada kelenjar adrenal untuk melepas

efinefrin (Adrenalin). Hormon yang kuat ini akan menyempitkan pembulu

darah dan memaksa jantung untuk bekerja lebih berat karena tekanan yang

lebih tinggi.Selain itu, karbon monoksida dalam asap rokokmenggantikan

oksigen dalam darah. Hal ini akan menagakibatkan tekana darah karena

jantung dipaksa memompa untuk memasukkan oksigen yang cukup kedalam

orga dan jaringan tubuh ( Astawan, 2002 dalam wijaya, 2009 ).

2.1.6 Komplikasi

Stroke dapat timbul akibat perdarahan tekanan tinggi di otak, atau akibat

embolus yang terlepas dari pembuluh non otak yang terpajan tekanan tinggi. Stroke

dapat terjadi pada hipertensi kronik apabila arteri-arteri yang memperdarahi otak

mengalami hipertropi dan menebal, sehingga aliran darah ke daerah-daerah yang

diperdarahinya berkurang.

Arteri-arteri otak yang mengalami arterosklerosis dapat melemah sehingga

meningkatkan kemungkinan terbentuknya aneurisma (Corwin, 2005).

Gejala terkena stroke adalah sakit kepala secara tiba-tiba, seperti, orang bingung,

limbung atau bertingkah laku seperti orang mabuk, salah satu bagian tubuh terasa

lemah atau sulit digerakan (misalnya wajah, mulut, atau lengan terasa kaku, tidak

dapat berbicara secara jelas) serta tidak sadarkan diri secara mendadak (Santoso,

2006).

Infark Miokard dapat terjadi apabila arteri koroner yang arterosklerosis tidak

dapat menyuplai cukup oksigen ke miokardium atau apabila terbentuk trombus yang

menghambat aliran darah melalui pembuluh darah tersebut. Karena hipertensi kronik

dan hipertensi ventrikel, maka kebutuhan oksigen miokardium mungkin tidak dapat

terpenuhi dan dapat terjadi iskemia jantung yang menyebabkan infark. Demikian

juga hipertropi ventrikel dapat menimbulkan perubahan-perubahan waktu hantaran

listrik melintasi ventrikel sehingga terjadi disritmia, hipoksia jantung, dan

peningkatan resiko pembentukan bekuan (Corwin, 2002).

Gagal ginjal dapat terjadi karena kerusakan progresif akibat tekanan tinggi

pada kapiler-kepiler ginjal, glomerolus. Dengan rusaknya glomerolus, darah akan

mengalir keunit-unit fungsional ginjal, nefron akan terganggu dan dapat berlanjut

menjadi hipoksia dan kematian. Dengan rusaknya membran glomerolus, protein akan

keluar melalui urin sehingga tekanan osmotik koloid plasma berkurang,

menyebabkan edema yang sering dijumpai pada hipertensi kronik (Corwin, 2005).

Gagal jantung atau ketidakmampuan jantung dalam memompa darah yang

kembalinya kejantung dengan cepat mengakibatkan cairan terkumpul di paru,kaki

dan jaringan lain sering disebut edma.Cairan didalam paru – paru menyebabkan

sesak napas,timbunan cairan ditungkai menyebabkan kaki bengkak atau sering

dikatakan edema (Amir, 2002)

Ensefalopati dapat terjadi terjadi terutama pada hipertensi maligna (hipertensi

yang cepat). Tekanan yang tinggi pada kelainan ini menyebabkan peningkatan

tekanan kapiler dan mendorong cairan ke dalam ruang intertisium diseluruh susunan

saraf pusat. Neron- neron disekitarnya kolap dan terjadi koma serta kematian

(Corwin, 2005).

2.1.7 Pengobatan Hipertensi

1. Umum

Setelah diagnosa hipertensi ditegakkan dan diklasifikasikan menurut

golongan atau derajatnya, maka dapat dilakukan dua strategi penatalaknaan dasar

yaitu :

a. Non farmakologik, yaitu tindakan untuk mengurangi faktor risiko yang

telah diketahui akan menyebabkan atau menimbulkan komplikasi,

misalnya menghilangkan obesitas, menghentikan kebiasaan merokok,

alkohol, dan mengurangi asupan garam serta rileks.

b. Farmakologik, yaitu memberikan obat anti hipertensi ygang telah terbukti

kegunaannya dan keamanannya bagi penderita

. Obat-obatan yang digunakan pada hipertensi adalah :

1) Diuretik, contohnya furosemide, triamferena, spironolactone

2) Beta blockers, contohnya metaprolol, atenolol, timolol

3) ACE-inhibitor, contohnya lisinopril, captopril, quinapril

4) Alpha-blockers, contohnya prazosin, terazosin

5) Antagonis kalsium, contohnya diltiazem, amlodipine, nifedipine

6) Vasodilator-direct, contohnya minixidil, mitralazine

7) Angiotensin reseptor antagonis, contohnya losartan.

8) False-neurotransmiter, contohnya clodine, metildopa, guanabens.

2. Khusus

Upaya terapi khusus ditujukan untuk penderita hipertensi sekunder yang

jumlahnya kurang lebih 10 % dari total penderita hipertensi. Tanda- tanda dan

penyebab hipertensi perlu dikenali sehingga penderita dapat di rujuk lebih dini

dan terapi yang tepat dapat dilakukan dengan cepat. Perlu pemerikasaan dengan

sarana yang canggih.

2.1.8 Pencegahan

Pencegahan lebih baik daripada pengobatan, demikian juga terhadap

hipertensi. Pada umumnya, orang berusaha mengenali hipertensi jika dirinya atau

keluarganya sakit keras atau meninggal dunia akibat hipertensi.

Tidak semua penderita hipertensi memerlukan obat. Apabila hipertensinya

tergolong ringan maka masih dapat dikontrol melalui sikap hidup sehari-hari.

Pengontrolan sikap hidup ini merupakan langkah pencegahan amat baik agar

penderita hipertensi tidak kambuh gejala penyakitnya.

Usaha pencegahan juga bermanfaat bagi penderita hipertensi agar penyakitnya

tidak menjadi parah, tentunya harus disertai pemakaian obat-obatan yang ditentukan

oleh dokter. Agar terhindar dari komplikasi fatal hipertensi, harus diambil tindakan

pencegahan yang baik (Stop High Blood Pressure), antara lain dengan cara

menghindari faktor risiko hipertensi.

1. Pola makan

Makanan merupakan faktor penting yang menentukan tekanan darah.

Mengkonsumsi buah dan sayuran segar dan menerapkan pola makan yang rendah

lemak jenuh, kolesterol, lemak total, serta kaya akan buah, sayur, serta produk

susu rendah lemak telah terbukti secara klinis dapat menurunkan tekanan darah.

Untuk menanggulangi keadaan tekanan darah yang tinggi, secara garis

besar ada empat macam diet, yaitu :

a. Diet rendah garam

Ada tiga macam diet rendah garam (sodium) yaitu :

1) Diet ringan, boleh mengkonsumsi 1,5-3 gram sodium perhari, senilai

dengan 3,75-7,5 gram garam dapur.

2) Diet menengah, boleh mengkonsumsi 0,5-1,5 gram sodium perhari,

seniali 1,25-3,75 gram garam dapur.

3) Diet berat, hanya boleh mengkonsumsi dari 0,5 gram sodium atau kurang

dari 1,25 gram garam dapur perhari.

Tujuan diet rendah garam untuk membantu menghilangkan retensi

(penahan) air dalam jaringan tubuh sehingga dapat menurunkan tekanan

darah. Walaupun rendah garam, yang penting diperhatikan dalam melakukan

diet ini adalah komposisi makanan harus tetap mengandung cukup zat-zat

gizi, baik kalori, protein, mineral maupun vitamin yang seimbang.

b. Diet rendah kolesterol dan lemak terbatas

Diet ini bertujuan untuk menurunkan kadar kolesterol darah dan

menurunkan berat badan bagi penderita yang kegemukan.

Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam mengatur diet ini antara lain

sebagai berikut :

1) Hindari penggunaan lemak hewan, margarin dan mentega terutama

goreng-gorengan atau makanan yang digoreng dengan minyak.

2) Batasi konsumsi daging, hati, limpa, dan jenis lainnya serta sea food

(udang, kepiting), minyak kelapa dan kelapa (santan).

3) Batasi konsumsi kuning telur, paling banyak tiga butir dalam seminggu.

4) Lebih sering mengkonsumsi tempe, tahu, dan jenis kacang.

5) Batasi penggunaan gula dan makanan yang manis manis, seperti sirup,

dodol, kue, dan lain-lain.

6) Lebih banyak mengkonsumsi sayuran dan buah, kecuali durian dan

nangka. Selain itu, juga harus memperhatikan gabungan makanan yang

dikonsumsi karena perlu disesuaikan dengan kadar kolesterol darah.

c. Diet tinggi serat

Diet tekanan darah tinggi dianjurkan setiap hari mengkonsumsi makanan

berserat tinggi. Beberapa contoh jenis bahan makanan yang mengandung serat

tinggi yaitu :

1) Golongan buah-buahan, seperti jambu biji, belimbing, papaya, mangga,

apel, semangka dan pisang.

2) Golongan sayuran, seperti bawang putih, daun kacang panjang, kacang

panjang, daun singkong, tomat, wortel, touge.

3) Golongan protein nabati seperti kacang tanah, kacang hijau, kacang

kedelai, kacang merah, dan biji-bijian.

4) Makanan lainnya seperti agar-agar dan rumput laut.

d. Diet rendah kalori bagi yang kegemukan

Orang yang berat badannya lebih (kegemukan) akan beresiko tinggi

terkena hipertensi. Demikian juga orang yang berusia diatas usia 40 tahun.

Penanggulangan hipertensi dapat dilakukan dengan pembatasan asupan kalori, hal

yang harus diperhatikan yaitu :

1) Asupan kalori dikurangi sekitar 25%

2) Menu makanan harus seimbang dan memenuhi kebutuhan zat gizi

3) Aktivitas olahraga dipilih yang ringan-sedang

2. Pola istirahat

Pemulihan anggota tubuh yang lelah beraktifitas sehari penuh untuk

menetralisir tekanan darah.

3. Pola aktivitas

Tekanan darah. Jenis latihan yang dapat mengontrol tekanan darah yaitu :

bejalan kaki, bersepeda, berenang, aerobik. Kegiatan atau pekerjaan sehari-hari

yang lebih aktif baik fisik maupun mental memerlukan energi / kalori yang lebih

banyak. Orang dengan gaya hidup yang tidak aktif akan rentan terhadap tekanan

darah tinggi. Melakukan olahraga secara teratur tidak hanya menjaga bentuk dan

berat badan, tetapi juga dapat menurunkan tekanan darah.

4. Pengobatan

Hipertensi esensial tidak dapat diobati tetapi diberikan pengobatan untuk

mencegah terjadinya komplikasi.

Langkah awal biasanya adalah merubah pola hidup penderita:

1) Penderita hipertensi yang mengalami kelebihan berat badannya sampai

batas ideal.

2) Merubah pola makan pada penderita diabetes, kegemukan atau kadar

kolesterol darah tinggi. Mengurangi pemakaian garam serta mengurangi

alkohol.

3) olahraga

4) berhenti merokok (Malasari. 2008).

2.2 Keluarga

2.2.1 Definisi Keluarga

Banyak ahli menguraikan pengertian tentang keluarga sesuai dengan

perkembangan sosial masyarakat.

Menurut Friedman 1998, mendefinisikan bahwa keluarga adalah kumpulan

dua orang atau lebih yang hidup bersama dengan keterikatan aturan dan emosional

dan indivdu mempunyai peran masing-masing yang merupakan bagian keluarga

(Suprajitno, 2004 ).

Duvall mendefinisikan keluarga adalah sekumpulan orang yang dihubungkan

oleh ikatan perkawinan, adopsi, kelahiran yang bertujuan menciptakan dan

mempertahankan budaya yang umum, meningkatkan perkembangan fisik, mental,

emosional dan sosial dari tiap anggotanya (Andarmoyo, 2012).

Menurut WHO 1969, keluarga adalah anggota rumah tangga yang saling

berhubungan melalui pertalian saudara, adopsi atau perkawinan (Andarmoyo, 2012).

Menurut Logan’s 1979, keluarga adalah sebuah system sosial dan kumpulan

dari beberapa komponen yang saling berinteraksi satu dengan yang lainnya

(Andarmoyo, 2012).

Menurut Gillis 1983, keluarga adalah sebagaimana sebuah kesatuan yang

kompleks dengan atribut yang dimiliki, tetapi terdiri dari beberapa komponen yang

masing-masing mempunyai sebagaimana individu miliki (Andarmoyo, 2012).

Depkes RI 1988, keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri

dari kepala keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di suatu tempat

di bawah satu atap dan dalam keadaan saling ketergantungan (andarmoyo, 2012).

Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa karakteristik keluarga adalah :

1. Terdiri dari dua atau lebih individu yang diikat oleh hubungan darah,

perkawinan dan adopsi.

2. Anggota keluarga biasanya hidup bersama, atau jika terpisah mereka tetap

memerhatikan satu sama lain.

3. Anggota keluarga berinteraksi satu sama lain dan masing-masing mempunyai

peran sosial: yaitu, sebagai suami, istri, anak, kakak, dan adik.

4. Mempunyai tujuan menciptakan dan mempertahankan budaya dan

meningkatkan perkembangan fisik, psikologis, dan sosial para anggotanya

(andarmoyo, 2012).

2.2.2 Tujuan Dasar Keluarga

Tujuan dasar pembentukan keluarga adalah :

1. Keluarga merupakan unit dasar yang memiliki pengaruh kuat terhadap

perkembangan individu.

2. keluarga sebagai perantara bagi kebutuhan dan harapan anggota keluarga

dengan kebutuhan dan tuntutan masyarakat.

3. Keluarga berfungsi untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan anggota keluarga

dengan menstabilkan kebutuhan kasih saying, sosio-ekonomi dan kebutuhan

seksual.

4. Keluarga memiliki pengaruh yang penting terhadap pembentukan identitas

seorang individu dan perasaan harga diri.

2.2.3 Tugas Kesehatan Keluarga

Tugas kesehatan keluarga menurut Friedman dikutip oleh Wahit (2006),

yaitu:

1. Mengenal Masalah Kesehatan Keluarga, Kesehatan merupakan kebutuhan

keluarga yang tidak boleh diabaikan karena tanpa kesehatan segala sesuatu

tidak akan berarti dan karena tanpa kesehatan kadang seluruh kekuatan

sumber daya dan dana keluarga habis. Orang tua perlu mengenal keadaan

kesehatan dan perubahan-perubahan yang dialami anggota keluarga.

Perubahan sekecil apapun yang dialami anggota keluarga secara tidak

langsung menjadi perhatian keluarga atau orang tua. Apabila menyadari

adanya perubahan keluarga perlu dicatat kapan terjadinya,perubahan apa yang

terjadi dan seberapa besar perubahannya.

2. Membuat Keputusan Tindakan Kesehatan yang Tepat, Tugas ini merupakan

upaya keluarga yang utama untuk mencari pertolongan yang tepat sesuai

dengan keadaan keluarga, dengan mempertimbangan siapa diantara keluarga

yang mempunyai kemampuan memutuskan untuk menentukan tindakan

keluarga. Tindakan kesehatan yang dilakukan oleh keluarga diharapkan tepat

agar masalah kesehatan dapat dikurangi atau bahkan teratasi. Jika keluarga

mempunyai keterbatasan dapat meminta bantuan kepada orang dilingkungan

tinggal keluarga agar memperoleh bantuan.

3. Merawat Keluarga yang Mengalami Gangguan Kesehatan, Sering kali

keluarga telah mengambil tindakan yang tepat dan benar tetapi keluarga

memiliki keterbatasan yang telah diketahui oleh keluarga sendiri. Jika

demikian, anggota keluarga yang mengalami gangguan kesehatan perlu

memperoleh tindakan lanjutan atau perawatan agar masalah yang lebih parah

tidak terjadi. Perawatan dapat dilakuakan di institut pelayanan kesehatan atau

di rumah apabila keluarga telah memiliki kemampuan melakukan tindakan

untuk pertolongan pertama.

4. Memodifikasi lingkungan keluarga untuk menjamin kesehatan keluarga.

5. Memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan di sekitarnya bagi keluarga

(Suprajitno, 2004).

2.2.4 Fungsi keluarga

Secara umum fungsi keluarga (Fredman,1998) adalah sebagai berikut:

1. Fungsi afektif ( the affective function) fungsi keluarga yang utama untuk

mengajarkan segala sesuatu untuk mempersiapkan anggota keluarga

berhubungan dengan orang lain. Funsi ini dibutuhkan untuk perkembangan

individu dan psikososial anggota keluarga.

2. Fungsi sosialisasi dan tempat bersosialisasi (socialization and social

placement function) adalah fungsi mengembangkan dan tempat melatih

anak untuk berkehidupan sosial sebelum meninggalkan rumah untuk

berhubungan dengan orang lain di luar rumah.

3. Fungsi reproduksi (the productive function) adalah fungsi untuk

mempertahankan generasi dan menjaga kelangsungan keluarga.

4. Fungsi ekonomi ( the economic function) yaitu keluarga berfungsi untuk

memenuhi kebutuhan keluarga secara ekonomi dan tempat untuk

mengembangkan kemampuan individu meningkatkan penghasilan untuk

memenuhi kebutuhan keluarga.

5. Fungsi perawatan/pemeliharaan kesehatan (the health care function) yaitu

fungsi untuk mempertahankan keadaan kesehatan anggota keluarga agar

tetap memiliki produktifitas tinggi. Fungsi ini dikembangkan menjadi tugas

keluarga di bidang keluarga (Suprajitno ,2004).

2.2.5 Struktur Keluarga

Friedman 1988, dalam buku Mubarak, 2006 menggambarkan struktur

keluarga terdiri dari :

1. Struktur komunikasi

Komunikasi dalam keluarga dikatakan berfungsi apabila : jujur, terbuka,

melibatkan emosi, konflik selesai dan ada hirarki kekuatan, komunikasi

keluarga bagi pengirim : yakin, mengemukakan pesan, jelas dan berkualitas,

meminta dan menerima umpan balik. Penerima : mendengarkan pesan,

memberikan umpan balik dan valid.

2. Struktur peran

Yang dimaksud struktur peran adalah serangkaian perilaku yang diharapkan

sesuai posisi sosial yang diberikan. Jadi pada struktur peran bias bersifat

formal atau informal.

3. Struktur kekuatan

Yang dimaksud adalah kemampuan dari individu untuk mengontrol atau

mempengaruhi atau merubah perilaku orang lain.

4. Struktur nilai dan normal

Nilai adalah sistem ide-ide, sikap keyakinan yang mengikat anggota keluarga

dalam budaya tertentu, sedangkan norma adalah pola perilaku yang diterima

pada lingkungan sosial tertentu berarti disini adalah lingkungan keluarga dan

lingkungan masyarakat sekitar keluarga (Suprajitno, 2004).

2.3 Pengetahuan

2.3.1 Definisi Pengetahuan

Pengetahuan adalah hasil pengindraan manusia, atau hasil tahu seseorang

terhadap objek melalui indra yang dimilikinya (mata, hidung. Telinga, dan

sebagainya). Dengan sendirinya pada waktu pengindraan sehingga menghasilkan

pengetahuan tersebut sangat dipengaruhi oleh intensitas perhatian dan persepsi

terhadap objek. Sebagian besar pengetahuan seseorang diperoleh melalui indra

pendengaran (telinga), dan indra penglihatan mata. Pengetahuan seseorang terhadap

sobjek mempunyai intensitas atau tingkat yang berbeda-beda (Notoatmodjo, 2010 ).

2.3.2 Tingkat pengetahuan

Secara garis besarnya dibagi dalam 6 tingkat pengetahuan, yakni :

1. Tahu (know)

Tahu diartikan hanya sebagai recall (memanggil) memori yang telah ada

sebelumnya setelah mengamati sesuatu. Misalnya : tahu bahwa buah tomat

banyak mengandung vitamin C, jamban adalah tempat membuang air besar,

penyakit demam berdarah di tularkan oleh gigitan nyamuk Aedes Agepti, dan

sebagainya. Untuk mengetahui atau mengukur bahwa orang tahu sesuatu dapat

menggunakan pertanyaan-pertanyaan misalnya : apa penyebab tekanan darah

tinggi, dan sebagainya.

2. Memahami (Comprehension)

Memahami suatu objek bukan sekedar tahu terhadap objek tersebut, tidak

sekedar dapat menyebutkan, tetapi orng tersebutharus dapat menginterpretasikan

secara benar tentang objek yang diketahui tersebut.

3. Aplikasi (application)

Aplikasi diartikan apabila orang yang telah memahami objek yang

dimaksud dapat menggunakan atau mengaplikasikan prinsip yang diketahui

tersebut pada situasi yang lain.

4. Analisis (Analysis)

Analisis adalah kemampuan seseorang untuk menjabarkan dan atau

memisahkan, kemudian mencari hubungan antara komponen-komponen yang

terdapat dalam suatu masalah atau objek yang diketahui. Indikasi bahwa

pengetahuan seseorang itu sudah sampai pada tingkat analisis adalah apabila

orang tersebut telah dapat membedakan, atau memisahkan, mengelompokkan,

membuat diagram (bagan) terhadap pengetahuan atas objek tersebut.

5. Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk melakukan

justifikasi atau penilaian terhadap suatu objek tertentu.penilaian ini dengan

sendirinya didasarkan pada suatu criteria yang ditentukan sendiri atau norma-

norma yang berlaku dimasyarakat. (Notoatmodjo, 2010).

2.3.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan

Pengetahuan dipengaruhi oleh beberapa factor internal dan eksternal

(Notoatmodjo, 2003). Faktor internal meliputi:

1. Pendidikan

Pendidikan adalah suatu proses belajar yang berarti terjadi proses

pertumbuhan, perkembangan atau perubahan kearah yang lebih dewasa, lebih

baik dan lebih matang pada diri individu, kelompok dan masyarakat.

Beberapa hasil penelitian mengenai pengaruh pendidikan terhadap

perkembangan pribadi, bahwa pada umumnya pendidikan itu mempertinggi

taraf intelegensi individu.

2. Persepsi

Persepsi adalah pengalaman yang dihasilkan melalui indera

penglihatan, pendengaran, penciuman dan sebagainya. Setiap orang

mempunyai persepsi berbeda, meskipun objeknya sendiri.

3. Motivasi

Motivasi diartikan sebagai dorongan untuk bertindak dan mencapai

suatu tujuan tertentu. Hasil dari dorongan dan gerakan ini diwujudkan dalam

bentuk perilaku. Dalam mencapai tujuan dan munculnya motivasi

memerlukan rangsangan dari dalam diri individu maupun dari luar. Motivasi

murni adalah motivasi yang betul-betul disadari akan pentingnya suatu

perilaku dan dirasaka suatu kebutuhan.

4. Pengalaman

Pengalaman adalah sesuatu yang dirasakan (diketahui, dirasakan), juga

merupakan kesadaran akan suatu hal yang tertangkap oleh indera manusia.

Pengetahuan yang diperoleh dari pengalaman berdasarkan kenyataan yang

pasti dan pengalaman yang berulang-ulang dapat menyebabkan terbentuknya

pengetahuan. Pengalaman masa lalu dan aspirasinya untuk masa yang akan

datang menentukan perilaku masa kini.

Faktor eksternal yang mempengaruhi pengetahuan antara lain :

meliputi lingkungan, sosial ekonomi, kebudayaan dan informasi. Lingkungan

sebagai faktor yang terpengaruh bagi pengembangan sifat dan perilaku

individu. Sosial ekonomi, penghasilan sering dilihat untuk menilai suatu

hubungan antara tingkat penghasilan dalam pemanfaatan pelayanan kesehatan.

Kebudayaan adalah perilaku normal, kebiasaan, nilai, dan penggunaan

sumber-sumber di dalam suatu masyarakat akan menghasilkan suatu pola

hidup. Informasi adalah penerangan,keterangan, pemberitahuan yang dapat

menimbulkan kesadaran dan mempengaruhi perilaku (Notoatmodjo, 2003).

5. Usia

Usia mempengaruhi terhadap daya tangkap dan pola piker seseorang.

Semakin bertambah usia akan semakin berkembang pula daya tangkap dan

pola pikirnya, sehingga pengetahuan yang diperolehnya semakin membaik.

Pada usia madya, individu akan lebih berperan aktif dalam masyarakat dan

kehidupan sosial serta lebih banyak melakukan persiapan demi suksesnya

upaya menyesuaikan diri menuju usia tua, selain itu orang usia madya akan

lebih banyak menggunakan bayak waktu untuk membaca. Kemampuan

intelektual, pemecahan masalah, dan kemampuan verbal dilaporkan hampir

tidak ada penurunan pada usia ini. Dua sikap tradisional mengenai jalannya

perkembangan selam hidup :

a. Semakin tua semakin bijaksana, semakin banyak informasi yang

dijumpai dan semakin banyak hal yang dikerjakan sehingga menambah

pengetahuan.

b. Tidak dapat mengajarkan kepandaian baru kepada orang yang sudah tua

karena mengalami kemunduran baik fisik maupun mental. Dapat

diperkirakan bahwa IQ akan menurun sejalan dengan bertambahnya usia,

khusunya pada beberapa kemampuan yang lain seperti misalnya kosa

kata dan pengetahuan umum. Beberapa teori berpendapat ternyata IQ

seseorang akan menurun cukup cepat sejalan dengan bertambahnya usia

(Notoatmodjo, 2007).

6. Informasi/Media

Informasi diperoleh baik dari pendidikan formal maupun non formal

dapat memberikan pengaruh jangka pendek (immediet impact) sehingga

menghasilkan perubahan atau peningkatan pengetahuan. Majunya teknologi

akan tersedia bermacam-macam media massa yang dapat mempengaruhi

pengetahuan masyarakat tentang inovasi baru. Sebagai sarana komunikasi,

berbagai bentuk media massa seperti televise, radio, surat kabar, majalah dan

lain-lain mempunyai pengaruh besarterhadap pembentukan opini dan

kepercayaan orang. Dalam penyampaian informasi sebagai tugas pokoknya,

media massa membawa pula pesan-pesan yang berisi sugesti yang dapat

mengarahkan opini seseorang. Adanya informasi baru mengenai sesuatu hal

memberikan landasan kognitif baru bagi terbentuknya terhadap hal tersebut

(Notoatmodjo, 2007).

7. Sosial Budaya dan Ekonomi

Kebiasaan dan tradisi yang dilakukan orang-orang tanpa melalui

penalaran apakah yang dilakukan baik atau buruk. Dengan demikian

seseorang akan bertambah pengetahuannya walaupun tidak melakukan. Status

ekonomi seseorang juga akan menentukan tersedianya suatu fasilitas yang

diperlukan untuk kegiatan tertentu, sehingga status sosial ekonomi ini akan

mempengaruhi pengetahuan seseorang (Notoatmodjo, 2007).

2.4 Sikap

2.4.1 Definisi Sikap

Sikap adalah juga respon tertutup seseorang terhadap stimulus atau objek

tertentu, yang sudah melibatkan faktor pendapat dan emosi yang bersangkutan

(senang-tidak senang, setuju-tidak setuju, baik-tidak baik dan sebagainya). Campbell

(1950) mendefinisikan sangat sederhana. Yakni : “An individual’s attitude is

syndrome of response consistency with regard to object”. Jadi jelas disini dikatakan

bahwa sikap itu suatu sindrom atau kumpulan gejala dalam merespons stimulus atau

objek. Sehingga sikap itu melibatkan pikiran, perasaan, perhatian, dan gejala

kejiwaan yang lain.

Newcomb, salah seorang ahli psikologi social menyatakan bahwa sikap

adalah merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak, dan bukan merupakan

pelaksanaan motif tertentu.dalam kata lain fungsi sikap belum merupakan tindakan

(reaksi terbuka) atau aktivitas, akan tetapi merupakan predisposisi perilaku

(tindakan), atau reaksi tertutup (Notoatmodjo, 2010)

Gambar 2.1 Hubungan pengetahuan, sikap dan tindakan

Komponen pokok sikap

Menurut Allport (1954) sikap itu terdiri dari 3 komponen pokok, yakni :

1. Kepercayaan atau keyakinan, ide, dan konsep terhadap objek, artinya

bagaimana keyakinan, pendapat atau pemikiran seseorang terhadap objek.

Sikap orang terhadap penyakit kusta misalnya, berarti bagaiman pendapat atau

keyakinan orang tersebut terhadap penyakit kusta.

2. Kehidupan emosional atau evaluasi orang terhadap objek, artinya bagaiman

penilaian (terkandung didalamnya faktor emosi) orang tersebut terhadap

REAKSI

TERBUKA

(tindakan)

PROSES

STIMULUS

STIMULUS

(rangsangan)

REAKSI

TERTUTUP

(pengetahuan

dan sikap)

objek. Sebagai contoh butir a berarti bagaimana orang menilai terhadap

penyakit kusta, apakah penyakit kusta yang biasa saja atau penyakit yang

membahayakan.

3. Kecenderungan untuk bertindak (tend to behave), artinya sikap adalah

merupakan komponen yang mendahului tindakan atau perilaku terbuka. Sikap

adalah merupakan ancang-ancang untuk bertindak atau berperilaku terbuka

(tindakan). Misalnya tentang contoh sikap terhadap penyakit kusta di atas ,

adalah apa yang dilakukan seseorang bila ia menderita penyakit kusta.

Ketiga komponen tersebut di atas secara bersama-sama membentuk sikap

yang utuh (total ettitude). Dalam menentukan sikap yang utuh ini, pengtahuan,

pikiran, keyakinan, dan emosi memegang peranan penting. Contoh : seorang ibu

mendengar (tahu) penyakit demam berdarah (penyebabnya, cara penularannya, cara

pencegahannya, dan sebagainya). Pengetahuan ini akan membawa ibu untuk berpikir

dan berusaha supaya keluarganya, terutama anaknya tidak kena penyakit demam

berdarah. Dalam berpikir ini komponen emosi dan keyakinan ikut bekerja sehingga

ibu tersebut berniat (kecenderungan bertindak) untuk melakukan 3 M agar anaknya

tidak terserang demam berdarah. Ibu ini mempunyai sikap tertentu (berniat

melakukan 3M) terhadap objek tertentu yakni penyakit demam berdarah

(Notoatmodjo, 2010)

2.4.2 Tingkatan Sikap

Seperti halnya pengetahuan, sikap juga mempunyai tingkat-tingkat

berdasarkan intensitasnya, sebagai berikut :

a. Menerima (receiving)

Menerima diartikan bahwa orang atau subjek mau menerima stimulus yang

diberikan (objek).

b. Menanggapi (responding)

Menanggapi di sini diartikan memberikan jawaban atau tanggapan terhadap

pertanyaan atau objek yang dihadapi.

c. Menghargai (valuing)

Menghargai diartikan subjek atau seseorang memberikan nilai yang positif

terhadap objek atau stimulus, dalam arti membahasnya dengan orang lain,

bahkan mengajak atau mempengaruhi atau menganjurkan orang lain

merespons.

d. Bertanggung jawab (responsible)

Sikap yang paling tinggi tingkatnya adalah bertanggung jawab terhadap apa

yang telah diyakininya. Seseorang yang telah mengambil sikap tertentu

berdasarkan keyakinanya, dia harus berani mengambil risiko bila ada orang

lain yang mencemoohkan atau adanya risiko lain. (Notoatmodjo, 2010).

2.5 Hubungan Pengetahuan dan Sikap Keluarga tentang pencegahan

Hipertensi

Salah satu faktor yang mempengaruhi kejadian hipertensi adalah masalah

pengetahuan dan sikap, terutama pengetahuan dan sikap keluarga dalam

mengendalikan terjadi hipertensi itu sendiri. Semakin tinggi/besar pengetahuan dan

sikap keluarga maka akan semakin berpengaruh terhadap upaya pengendalian

hipertensi.

Keluarga sebagai unit terkecil dalam masyarakat merupakan klien

keperawatan dan keluarga sangat berperan dalam menentukan cara asuhan yang

diperlukan anggota keluarga yang sakit. Bila dalam keluarga tersebut salah satu

anggotanya mengalami masalah kesehatan maka sistem dalam keluarga akan

terpengaruhi, penderita hipertensi biasanya kurang mendapatkan perhatian keluarga,

apabila keluarga kurang dalam pengetahuan tentang perawatan hipertensi, maka

berpengaruh pada perawatan yang tidak maksimal.

Menurut Friedman (1999) perilaku perawatan hipertensi berhubungan dengan

keluarga terhadap hipertensi, dimana keluarga dapat menjadi faktor yang sangat

berpengaruh dalam menentukan program perawatan, karena keluarga berfungsi

sebagai sistem pendukung bagi anggota yang menderita hipertensi yang menuntut

pengorbanan ekonomi, social, psikologis yang lebih besar dari keluarga. Untuk

menciptakan suatu kondisi yang sehat dan terkontrol, maka keluarga diharapkan

mempunyai pengetahuan dan sikap tentang penyakit hipertensi agar tercipta suatu

perilaku perawatan yang tepat pada penderita hipertensi, dalam hal pencegahan,

penatalaksanaan yang benar, cepat pada penderita hipertensi.

Perilaku perawatan pada penderita perlu dilakukan dengan tujuan terciptanya

status kesehatan yang lebih baik, penderita hipertensi yang muncul dan disebabkan

oleh kurangnya pengetahuan keluarga. Apabila pengetahuan tentang hipertensi cukup

baik akan berpengaruh pada sikap yang baik pula pada keluarga untuk melakukan

perawatan yang tepat pada anggota keluarga yang menderita hipertensi.

2.6 Kerangka Teori

Gambar 2.2 Kerangka teori

Hipertensi

Pengertian

Etiologi

Gejala klinis

Komplikasi

Pengobatan

pencegahan

Sikap keluarga

Menerima

Menanggapi

Menghargai

Bertanggung jawab

Pengetahuan keluarga.

(Faktor yang

mempengaruhi) :

Umur

Pendidikan

Pekerjaan

Kejadian Hipertensi

2.7 Kerangka Konsep

Gambar 2.3 Kerangka Konsep

Variabel Independent Variabel Dependent

Keterangan :

: Variabel Independent

: Variabel Dependent

2.8 Hipotesis Penelitian

Ha :

Ada hubungan antara pengetahuan dan sikap keluarga tentang pencegahan

hipertensi dengan kejadian hipertensi.

H0 :

Tidak ada hubungan antara pengetahuan dan sikap keluarga tentang

pencegahan hipertensi dengan kejadian hipertensi.

Pengetahuan Keluarga

tentang pencegahan

hipertensi Kejadian hipertensi

Sikap Keluarga tentang

Pencegahan Hipertensi