gangguan tuba eustachius

68
UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA FAKULTAS KEDOKTERAN Referat Gangguan Tuba Eustachius Pembimbing : Dr. Yuswandi Affandi Sp THT Dr. Tantri Kurniawati Sp THT-KL Disusun Oleh : Amelia Putri Santosa 112012113 Nikewineni Kharosima 112012138 Kurniawati Hesli Pratiwi 112012195 Dyana Nabila 112012216 Nurul Nadjwa binti Mohamed Shokri 112012256 Farah Farhanah binti Mansor 112012257 KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT TELINGA HIDUNG TENGGOROKAN KEPALA DAN LEHER

Upload: dyanabila

Post on 30-Dec-2015

954 views

Category:

Documents


6 download

DESCRIPTION

referat

TRANSCRIPT

Page 1: gangguan tuba eustachius

UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA

FAKULTAS KEDOKTERAN

Referat

Gangguan Tuba Eustachius

Pembimbing :

Dr. Yuswandi Affandi Sp THT

Dr. Tantri Kurniawati Sp THT-KL

Disusun Oleh :

Amelia Putri Santosa 112012113

Nikewineni Kharosima 112012138

Kurniawati Hesli Pratiwi 112012195

Dyana Nabila 112012216

Nurul Nadjwa binti Mohamed Shokri 112012256

Farah Farhanah binti Mansor 112012257

KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT TELINGA HIDUNG TENGGOROKAN

KEPALA DAN LEHER

RUMAH SAKIT BAYUKARTA KARAWANG

Periode 20 Januari 2014 s/d 22 Februari 2014

Page 2: gangguan tuba eustachius

Daftar Isi

Kata pengantar 2

Bab 1 Pendahuluan 3

Bab 2 Pembahasan

2.1 Anatomi telinga 4

2.2 Anatomi tuba 7

2.3 Fungsi tuba 8

2.4 Gangguan fungsi tuba 9

2.5 Tuba terbuka abnormal 10

2.6 Myoklonus palatal 13

2.7 Palatoskizis 13

2.8 Obstruksi tuba 14

2.9 Barotrauma 19

2.10 Otitis media akut 23

2. 11 Otitis media supuratif kronis 30

2.12 Otitis media serosa 40

Bab 3 Penutup

3.1 Kesimpulan 45

3.2 Daftar pustaka 46

1

Page 3: gangguan tuba eustachius

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi ALLAH swt yang telah memberikan nikmat serta hidayah-Nya

terutama nikmat kesempatan dan kesehatan kepada penulis sehingga dapat menyusun referat

ini dengan baik dan benar serta tepat waktunya. Didalam referat ini, penulis akan

membahaskan mengenai Penyakit-penyakit pada Tuba Eustachius.

Referat ini telah dibuat dengan pencarian melalui buku-buku rujukan dan juga

penulusuran situs medikal serta telah mendapatkan beberapa bantuan dari pelbagai pihak

untuk membantu dalam menyelesaikan tantangan dan hambatan selama proses mengerjakan

referat ini. Oleh kerana itu, penulis ingni mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya

kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan referat ini.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang mendasar pada referat ini.

Oleh karena itu penulis mengundang pembaca untuk memberikan saran dan kritik yang dapat

membangun nilai kerja penulis ini. Kritikan yang berunsur konstruktif dari pembaca sangat

penulis harapkan untuk penyempurnaan referat ini selanjutnya. Semoga referat ini dapat

bermanfaat bagi para pembaca dan apabila ada kata-kata yang kurang berkenan penulis

memohon maaf sebesar-besarnya.

Akhir kata semoga referat ini dapat memberikan manfaat kepada kita semua.

Karawang, Februari 2014

Penulis

2

Page 4: gangguan tuba eustachius

BAB I

PENDAHULUAN

Telinga tengah adalah ruangan kecil sebesar kacang polong berlokasi tepat dibelakang

selaput gendang telinga. Itu secara normal terisi dengan udara yang masuk ke area itu melalui

saluran-saluran eustachian/eustachian tubes (kanal-kanal yang pergi dari belakang hidung dan

tenggorokan menuju telinga tengah). Saluran-saluran Eustachian (kadangkala disebut

saluran-saluran auditory) mencegah penumpukan tekanan didalam telinga-telinga. Mereka

umumnya tetap tertutup, namun terbuka selama menelan dan menguap untuk mengimbangi

tekanan udara pada telinga tengah dengan tekanan udara diluar telinga.Telinga tengah juga

mengandung tulang-tulang kecil yang mengirim getaran-getaran dari selaput gendang telinga

ke telinga dalam.

Kebanyakan infeksi-infeksi telinga terjadi pada telinga luar atau tengah ,infeksi-

infeksi telinga dalam adalah jarang. Infeksi-infeksi telinga tidak menular. Bagaimanapun,

infeksi-infeksi virus (seperti selesma, influensa) yang dapat mendahuluinya adalah menular

dan dapat menjurus ke infeksi-infeksi telinga. Infeksi-infeksi telinga adalah lebih umum pada

anak-anak daripada orang-orang dewasa karena saluran-saluran mereka lebih pendek dan

lebar. Sebagai tambahan, jaringan adenoid (adenoid tissue) dibelakang tenggorokan lebih

besar dan dapat menghalangi tuba eustachius.

3

Page 5: gangguan tuba eustachius

BAB II

PEMBAHASAN

Gambar 1. Anatomi telinga

1. Anatomi Telinga

Telinga tengah terdiri dari : membran timpani, kavum timpani, tulang-tulang pendengaran,

prosesus mastoideus, dan tuba eustachius.

Membran timpani

Membran timpani dibentuk dari dinding lateral kavum timpani dan memisahkan liang telinga

luar dari kavum timpani. Membrana ini panjang vertical rata-rata 9-10 mm dan diameter

antero-posterior kira -kira 8-9 mm, ketebalannya rata-rata 0,1 mm. Letak membrana timpani

4

Page 6: gangguan tuba eustachius

tidak tegak lurus terhadap liang telinga akan tetapi miring yang arahnya dari belakang luar

kemuka dalam dan membuat sudut 450 dari dataran sagital dan horizontal. Membran timpani

merupakan kerucut, dimana bagian puncak dari kerucut menonjol kearah kavum timpani,

puncak ini dinamakan umbo. Dari umbo kemuka bawah tampak refleks cahaya (cone of

light ).1

Secara anatomis membrana timpani dibagi dalam 2 bagian :1

1. Pars tensa : Merupakan bagian terbesar dari membran timpani dan suatu permukaan yang

tegang dan melekat pada anulus fibrosus pada sulkus timpanikus yang merupakan bagian

dari tulang temporal.

2. Pars flaksida atau membran Shrapnell.

Gambar 2. Membran timpani

Kavum Timpani

1. Dinding superior (batas atas) : Dibentuk oleh tulang yang sangat tipis, kadang-

kadang malah ditemukan suatu dehidasi (celah). Tegmen tympani ini merupakan

batas antara cvum tympani (epitympani) dengan fossa cranii media. Dalam klinik

batas ini harus diketahui karena radang dapat meluas ke intracranial melalui tegmen

tympani.1

2. Dinding inferior (batas bawah) : Juga berdinding tipis, berbatasan dengan bulbus vena

jugularis. Dalam klinik, radang dari cavum tympani dapat meluas ke bawah dan

menyebabkan thrombophlebitis.1

5

Page 7: gangguan tuba eustachius

3. Dinding posterior (dinding belakang) : Berhubungan dengan antrum mastoid melalui

suatu celah yang disebut aditus ad antrum.Bagian atas dari aditus ini disebut tegmen

antri, yang berbatasan dengan fossa cranii media. Kemudian di bawah (dasar dari

aditus ini) terdapat canalis N. Fascialis pars verticalis beserta sarafnya (N. Fascialis

pars verticalis). Saraf ini keluar dari os temporalis melalui foramen stylomastoideus.1

4. Dinding anterior (dinding depan) : Dinding ini dibentuk oleh a. Carotis interna,

muara tuba esutachius ke dalam cavum tympani. Disini terdapat canalis dari tulang

yang berisi m. Tensor tympani.

5. Dinding medial : Dinding ini merupakan pemisah antara cavum tympani dari

labyrinth. Disini terdapat beberapa struktur penting :1

o Canalis semisirkularis lateralis

o Canalis N. Fascialis pars horizontalis beserta sarafnya

o Foramen ovale ditutupi oleh basis dari stapes yang memisahkan cavum

tympani dengan skala vestibule

o Promontorium disebabkan oleh penoonjolan dari lingkaran (basis dari cochlea).

o Foramen rotundum ditutupi oleh suatu membran (slaput) yaitu membran

tympani secundaria dan membran ini memisahkan cavum tympani dengan skala

tympani.

6. Dinding lateral : Terdiri dari 2 bagian yaitu pars osseus dan pars membranasea.

Pars osseus merupakan dinding lateral dari epytimpani dan hanya membentuk

sebagian kecil epytimpani, sedangkan pars membranasea merupakan bagian terbesar

yang membentuk epitympani yang merupakan membran tympani, yang memisahkan

cavum tympani dengan meatus acusticus externa.1

Tulang-tulang pendengaran

1) Maleus

• Caput

• Colium

• Proccesus brevis

• Proccesus longus

6

Page 8: gangguan tuba eustachius

• Manubrium mallei

(caput mallei terdapat pada epytimpani sedangkan bagian-bagian lain terdapat pada

mesotympani).1

2) Incus Corpus

• Proccesus brevis

• Proccesus longus

Sebgaian besar incus berada pada epytimpani, hanya sebagian kecil dari proccesus longus

yang berada mesotympani.1

3) Stapes

• Capitulum

• Colum

• Crus anterior

• Crus posterior

• Basis

Caput mallei mengadakan artikulasi dengan corpus dari incus, sedangkan proccesus longus

dari Incus mengadakan articulation dengan capitulum dari stapes.Rangkaian ini disebut

ossicular chain. Gangguan pada ossikular chain ini menyebabkan gangguan pendengaran,

oleh karena ini penting sistem konduksi pada pendengaran.1

2. Anatomi Tuba Eustachius

7

Page 9: gangguan tuba eustachius

Gambar 3: Tuba Eustachius.

Tuba eustachius disebut juga tuba auditory atau tuba faringotimpani.bentuknya seperti huruf

S. Tuba ini merupakan saluran yang menghubungkan kavum timpani dengan nasofaring.

Pada orang dewasa panjang tuba sekitar 36 mm berjalan ke bawah, depan dan medial dari

telinga tengah dan pada anak dibawah 9 bulan adalah 17,5 mm. Tuba terdiri dari 2 bagian

yaitu :1

Bagian tulang terdapat pada bagian belakang dan pendek (1/3 bagian).

Bagian tulang rawan terdapat pada bagian depan dan panjang (2/3 bagian).

Bagian tulang sebelah lateral berasal dari dinding depan kavum timpani, dan bagian

tulang rawan medial masuk ke nasofaring. Bagian tulang rawan ini berjalan kearah

posterior,superior dan medial sepanjang 2/3 bagian keseluruhan panjang tuba (4 cm),

kemudian bersatudengan bagian tulang atau timpani.1

Tempat pertemuan itu merupakan bagian yang sempit yang disebut ismus.Bagian

tulang tetap terbuka, sedangkan bagian tulang rawan selalu tertutup dan berakhir pada

dinding lateral nasofaring. Pada orang dewasa muara tuba pada bagian timpani terletak kira-

kira 2-2,5 cm, lebih tinggi dibanding dengan ujungnya nasofaring. Pada anak-anak, tuba

pendek, lebar dan letaknya mendatar maka infeksi mudah menjalar dari nasofaring ke telinga

tengah.1

Gambar 4:

Perbedaan tuba eustachius anak dan dewasa

3. Fungsi tuba eustachius

8

Page 10: gangguan tuba eustachius

Secara fisiologi tuba Eustachius melakukan tiga peranan penting yaitu:

1. Ventilasi dan mengatur tekanan telinga tengah.

Pada pendengaran yang normal, perlu sekali bahwa tekanan pada dua sisi membran

timpani harus sama. Tekanan positif atau negatif mempengaruhi pendengaran.Dengan

begitu tuba Eustachius harus terbuka secara periodik untuk menyeimbangkan tekanan

udara pada telinga tengah. Normalnya tuba Eustachius tetap tertutup dan terbuka

secara intermitten selama menelan, mengunyah dan bersin. Sikap badan juga

mempengaruhi fungsi, pembukaan tuba kurang berguna pada posisi berbaring dan

selama tidur dikarenakan pembendungan vena. Fungsi tuba yang buruk pada bayi dan

anak-anak bertanggung jawab pada masalah telinga pada kelompok usia tersebut. Itu

biasanya normal kembali pada usia 7-10 tahun.

2. Perlindungan terhadap tekanan bunyi nasofaring dan reflux sekresi dari nasofaring.

Secara abnormal, tekanan suara tinggi dari nasofaring dapat dialirkan ke telinga

tengah jika tuba terbuka, dengan demikian mengganggu pendengaran yang

normal.Biasanya tuba Eustachius tetap tetutup dan melindungi telinga tengah

melawan suara tersebut.Tuba Eustachius yang normal juga melindungi telinga tengah

dari reflux sekresi nasofaring. Reflux ini terjadi dengan mudah jika diameter tuba

lebar (patulous tube), pendek (seperti pada bayi), atau membran timpani yang

perforasi (menyebabkan infeksi telinga tengah yang persisten pada kasus perforasi

membran timpani). Tekanan tinggi di dalam nasofaring juga dapat memaksa sekresi

nasofaring ke dalam telinga tengah , misalnya meniup hidung dengan kuat.

3. Pembersihan sekresi telinga tengah.

Membran mukosa tuba Eustachius dan bagian anterior telinga tengah dilapisi oleh sel

ciliated columnar. Silia bergerak ke arah nasofaring.Ini membantu untuk

membersihkan sekresi dan debris dalam telinga tengah ke arah nasofaring. Fungsi

pembersihan dipengaruhi oleh pembukaan dan penutupan yang aktif dari tuba.

4. Gangguan Fungsi Tuba Eustachius

Tuba biasanya dalam keadaan tertutup dan baru terbuka apabila oksigen diperlukan masuk ke

dalam telinga tengah atau pada saat mengunyah, menelan dan menguap.Pembukaan tuba

dibantu oleh otot tensor velli palatine apabila perbedaan tekanan berbeda Antara 20- 40

9

Page 11: gangguan tuba eustachius

mmHg. Gangguan fungsi tuba dapat terjadi oleh beberapa hal, seperti tuba terbuka abnormal,

mioklonus palatal, palatoskisis, obstruksi tuba karena beberapa penyebab (seperti radang

adenoid, tumor nasofaring, radang nasofaring), barotraumas, OMA, OMSK, OMS, dan

otosklerosis.2

Pada anak, mekanisme pembukaan tuba eustachius saat menelan sering kali menjadi satu

permasalahan.Hal ini disebabkan oleh, 1) Persisten kolaps kartilago tuba eustachius 2)

inefisien muskulus tensor veli palatine 3) atau kedua-duanya.

Gambar 5.

Ketidakberhasilan mekanisme pembukaan tuba pada anak

Tuba terbuka abnormal

Tuba terbuka abnormal ialah tuba terus menerus terbuka, sehingga udara masuk ke telinga

tengah waktu respirasi.Umumnya idiopatik tetapi dapat juga disebabkan oleh hilangnya

jaringan lemak di sekitar mulut tuba sebagai akibat turunnya berat badan yang hebat dan

kehamilan terutama pada trimester ketiga diidentifikasi sebagai faktor predisposisi

penting.Selain itu, faktor lain yang mungkin adalah penyakit kronis tertentu seperti rinitis

atrofi dan faringitis, gangguan fungsi otot seperti myasthenia gravis, penggunaan obat anti

hamil pada wanita dan penggunaan estrogen pada laki-laki.2,5

Gangguan neurologis yang dapat menyebabkan atrofi otot (misalnya, stroke, multiple

sclerosis, penyakit motor neuron) jugamungkin terlibat. Pembentukan adhesi dalam

10

Page 12: gangguan tuba eustachius

nasofaring setelah adenoidectomy atau radioterapi juga dapat mempengaruhi untuk terjadinya

kelainan ini.. Faktor predisposisi lainnya termasuk kelelahan, stres, kecemasan, latihan, dan

sindrom sendi temporomandibular.5,6

Insiden tuba terbuka abnormal adalah sebanyak 0,3-6,6%, dan 10-20% dari orang yang

mengalaminya mencari bantuan medis karena merasa begitu terganggu dengan gejalanya.

Kondisi ini lebih sering terjadi pada wanita dibandingkan pada pria dan biasanya terjadi pada

remaja dan orang dewasa, jarang ditemukan pada anak-anak.5

Keluhan pasien biasanya berupa rasa penuh dalam telinga atau autofoni (gema suara sendiri

terdengar lebih keras), sampai bisa terdengar bunyi napas sendiri dan bisa mengganggu

pertuturan. Keluhan ini kadang-kadang sangat mengganggu, sehingga pasien mengalami

stress berat. Vertigo dan gangguan pendengaran juga dapat terjadi karena tuba terbuka

abnormal memungkinkan perubahan tekanan yang berlebihan terjadi di telinga tengah,

perubahan tekanan kemudian dikirim ke telinga bagian dalam melalui gerakan tulang

pendengaran. Beberapa pasien mungkin mengalami kesulitan makan karena suara

mengunyah ditransmisikan ke telinga. Gejala mungkin berhubungan dengan perubahan siklus

yang terjadi dalam mukosa tuba eustachius. Beberapa pasien merasa lega dengan peningkatan

kongesti mukosa yang terkait dengan cara berbaring, menempatkan kepala di antara lutut,

atau selama infeksi saluran pernapasan atas.2,5

Kompresi vena jugularis menghasilkan kongesti vena peritubular dan bisa meringankan

gejala. Pasien kadang-kadang mengendus berulang-ulang untuk menutup tabung eustachius,

dan ini dapat mengakibatkan tekanan negatif telinga tengah jangka panjang. Dekongestan

atau tabung ventilasi dalam membran timpani dapat memperburuk gejala.

Pada pemeriksaan klinis dapat dilihat membran timpani yang atrofi, tipis dan bergerak pada

respirasi (a telltale diagnostic sign). Membran timpani dapat menjadi atrofi sekunder akibat

gerakan membran timpani yang konstan dari bernapas atau mengendus. Disebabkan tuba

yang terbuka abnormal, perubahan tekanan dalam nasofaring sangat mudah dipindahkan ke

telinga tengah sehinggakan pergerakan membran timpani bisa dilihat pada waktu inspirasi

dan ekpirasi. Pergerakan ini lebih jelas jika pasien bernapas setelah menutup lobang hidung

yang bersebelahan. Membran timpani bergerak ke medial pada waktu inspirasi dan ke lateral

pada waktu ekspirasi. Jika pasien duduk tegak, gerakan kecil pars flaccida terjadi, yang

menghilang ketika pasien terlentang.6

11

Page 13: gangguan tuba eustachius

CT scan dalam bidang aksial telah digunakan untuk menunjukkan adanya tuba terbuka

abnormal. CT scan mungkin berguna dalam membuat diagnosis pada beberapa pasien.

Radiologi hanya membantu dalam diagnosis patensi anatomi. Timpanometri dapat

mendeteksi gerakan dari membran timpani dengan respirasi hidung, terutama dengan pasien

dalam posisi tegak.Suara distorsi dari respirasi hidung dan pertuturan dapat didengar dengan

mikrofon ditempatkan di meatus eksternal. Dengan sonotubometry, suara uji dimasukkan ke

ruang depan hidung dan mikrofon dipasang ke dalam meatus auditori eksternal. Dengan tuba

terbuka abnormal, tingkat tekanan suara di kanalis eksternal berada pada tingkat maksimum,

karena tabung tidak menutup, tidak ada penurunan mendadak dalam suara yang

ditransmisikan.5

Dalam kondisi normal, tabung eustachius ditutup dan hanya dibuka pada waktu menelan atau

autoinflation. Biasanya, penutupan tabung eustachius dikelola oleh faktor luminal dan

ekstraluminal, yang meliputi elastisitas intrinsik tabung, tegangan permukaan lembab

luminal, dan tekanan jaringan ekstraluminal.Tonus otot tensor veli palatini melebarkan lumen

jadinya kerusakan pada tensor veli palatini setelah operasi bibir sumbing dapat

mengakibatkan tuba terbuka abnormal. Berat badan juga dapat menyebabkan pembukaan

abnormal yang disebabkan oleh berkurangnya tekanan jaringan dan hilangnya deposit lemak

di daerah tabung eustachius. Kehamilan mengubah tekanan pembukaan tabung eustachius

karena perubahan tegangan permukaan, estrogen yang bekerja pada prostaglandin E

mempengaruhi produksi surfaktan. Jaringan parut di ruang postnasal akibat adenoidectomy

dapat menyebabkan traksi tuba dalam posisi terbuka.5

Kondisi akut dari penyakit ini adalah self-limiting dan tidak memerlukan pengobatan.Pasien

dengan tuba terbuka abnormal yang sedang hamil dan mereka dengan gejala ringan

(kebanyakan pasien) perlu diinformasi saja.Pasien yang memiliki gejala selama kehamilan

bebas gejala setelah melahirkan. Pasien disarankan untuk melakukan hal berikut:

Menambah atau mendapatkan kembali berat badan yang hilang

Hindari diuretik

Berbaring atau meletakkan kepala lebih rendah ketika gejala terjadi

Pemberian obat topikal (obat nasal) dengan antikolinergik mungkin efektif untuk beberapa

pasien. Estrogen (Premarin) tetes hidung (25 mg dalam 30 mL normal saline, 3 tetes tid) atau

obat oral larutan jenuh kalium iodida (10 tetes dalam segelas jus buah tid) telah digunakan

12

Page 14: gangguan tuba eustachius

untuk menginduksi pembengkakan pembukaan tuba eustachius. Obat hidung yang

mengandung asam klorida encer, chlorobutanol, dan benzil alkohol telah dibuktikan efektif

pada beberapa pasien. Hal ini telah dilaporkan dapat ditoleransi dengan baik dengan sedikit

atau tidak ada efek samping. Persetujuan oleh Food and Drug Administration (FDA) masih

tertunda. Bila tidak berhasil dapat dipertimbangkan untuk memasang pipa ventilasi

(Grommet).2,5,6

Mioklonus Palatal

Merupakan satu kontraksi ritmik dari otot-otot palatum yang terjadi secara periodik.Terbagi

kepada essensial dan simptomatik. Tipe simtomatik disebabkan oleh gangguan pada

cerebellum sedangkan tipe essensial etiologinya idiopatik. Bunyi klik hanya terdengar pada

tipe esensial. Bunyi “klik” terdengar dalam telinga pasien dan kadang-kadang dapat terdengar

oleh pemeriksa.Walaupun keadaanya seperti tremor, gerakannya bersifat berulang-ulang

daripada berosilasi dan hanya menggunakan otot agonis sahaja.Penyebab kepada bunyi klik

dari dalam telinga tidak diketahui tetapi lebih sering ditemukan pada myoklonus palatal

essensial yang bersifat idiopatik.Keadaan ini jarang terjadi dan penyebab yang pasti belum

diketahui.

Palatoskisis

Palatoschizis adalah malformasi yang disebabkan oleh gagalnya prosesus nasal median dan

maksilaris untuk menyatu selama perkembangan embrionik. Pada palatoskisis terjadi

gangguan abnormalitas perkembangan dari otot-otot yang mengontrol pembukaan dan

penutupan tuba eustachius dimana sfingter pada muara tuba Eustachii bekerja kurang baik.

Hal ini menyebabkan kemungkinan terjadinya obstruksi tuba yang menyebabkan infeksi ke

telinga tengah pada anak dengan palatoskisis, lebih besar dan lebih mudah kambuh

dibandingkan dengan anak normal. Oleh karena itu dianjurkan untuk melakukan koreksi

palatoskisis sedini mungkin.

Etiologi: Faktor herediter dan lingkungan.

Patofisiologi : Pasien dengan palatoschisis mengalami gangguan perkembangan wajah,

inkompetensi velopharyngeal, perkembangan bicara yang abnormal, dan gangguan fungsi

tuba eustachi. Adanya hubungan antara rongga mulut dan hidung menyebabkan

berkurangnya kemampuan untuk mengisap pada bayi. Insersi yang abnormal dari m.tensor

veli palatine menyebabkan tidak sempurnanya pengosongan pada telinga tengah. Infeksi

13

Page 15: gangguan tuba eustachius

telinga yang rekuren telah dihubungkan dengan timbulnya ketulian yang memperburuk cara

bicara pada pasien dengan palatoschisis.

Klasifikasi :

Palatoschisis dapat berbentuk sebagai palatoschisis tanpa labioschisis atau disertai dengan

labioschisis. Palatoschisis sendiri dapat diklasifikasikan lebih jauh sebagai celah hanya pada

palatum molle, atau hanya berupa celah pada submukosa. Celah pada keseluruhan palatum

terbagi atas dua yaitu komplit (total), yang mencakup palatum durum dan palatum molle,

dimulai dari foramen insisivum ke posterior, dan inkomplit (subtotal). Palatoschisis jugadapat

bersifat unilateral atau bilateral.

Veau membagi cleft menjadi 4 kategori yaitu :

1. Cleft palatum molle

2. Cleft palatum molle dan palatum durum

3. Cleft lip dan palatum unilateral komplit

4. Cleft lip dan palatum bilateral komplit

Gambar 6. Klasifikasi cleft palate

Obstruksi tuba

Obstruksi tuba umumnya terjadi karena otitis media, baik dalam bentuk barotrauma, otitis

media supuratif, maupun otitis media non supuratif.Salah satu bentuk otitis media non-

supuratif adalah otitis media serosa. Keadaan ini sering ditemukan pada rhinitis alergika dan

14

Page 16: gangguan tuba eustachius

pada orang yang sering pilek. Dapat terjadi oleh berbagai kondisi, seperti peradangan di

nasofaring, peradangan adenoid atau tumor nasofaring.Gejala klinik awal yang timbul pada

penyumbatan tuba oleh tumor adalah terbentuknya cairan pada telinga tengah (otitis media

serosa).Oleh karena itu setiap pasien dewasa dengan otitis media serosa kronik unilateral

harus dipikirkan kemungkinan adanya ca nasofaring. Sumbatan mulut tuba di nasofaring juga

dapat tejadi oleh tampon posterior hidung (Bellocq tampon) atau oleh sikatriks yang terjadi

akibat trauma operasi (adenoidektomi).

Obstruksi tuba eustachius dapat terjadi secara inflamasi intrisik( intraluminal, periluminal)

seperti infeksi atau alergi. Dapat juga terjadi obstruksi secara ekstrinsik (peritubal) yaitu

pembesaran adenoid.

i) Peradangan pada nasofaring (ISPA)

Hal ini merupakan penyebab tersering dari disfungsi tuba eustachius. Hidung yang tersumbat

atau mucus yang timbul saat flu atau infeksi lain merupakan factor pencetus terjadi disfungsi

tuba dalam ISPA. Akibat infeksi, baik dari virus, bakteri maupun jamur dapat menyebabkan

mukosa tuba eustachius menjadi radang dan membengkak dan akhirnya menyebabkan

terjadinya gangguan pada motilitas silia tuba di mana silia menjadi lumpuh. Silia yang

lumpuh ini mengakibatkan fungsi pencegahan invasi kuman menjadi terganggu dan kuman

dapat masuk ke dalam telinga tengah dan menyebakan peradangan telinga tengah.

Kuman penyebab terjadinya gangguan fungsi tuba akibat daripada ISPA adalah dari golongan

bakteri piogenik, seperti Streptococcus hemoliticus, Haemophilus Influenzae, Staphylococcus

aureus, Streptococcus pneumonia, Pneumococcus, Moraxella catarrhalis dan Haemophilus

influenza. Sering kali bakteri ini sering ditemukan pada anak di bawah usia lima tahun,

meskipun juga potogen pada orang dewasa.

Pada banyak kasus, Disfungsi Tuba Eustachius yang terjadi ringan atau tidak berlangsung

lama, oleh itu kadangkala tidak diberikan pengobatan khusus karena gejala akan segera

hilang seiringan dengan penyembuhan, namun di anjurakan untuk melakukan perasat valsava

yaitu dengan menarik napas dalam-dalam lalu mencoba membuang napas dengan menutup

mulut atau menjepit hidung.

Pemberian dekongestan nasal spray/ tetes diberikan jika pasien mengalami batuk pilek atau

hal lain yang menyebabkan hidung tersumbat. Walau bagaimanapun tidak dianjurkan

menggunakan lebih dari 7 hari karena akan memperburuk kongesti di nasal.

15

Page 17: gangguan tuba eustachius

ii) Rhinitis alergi

Rinitis alergi merupakan suatu kumpulan gejala kelainan hidung yang disebabkan proses

inflamasi yang diperantarai oleh imunoglobulin E (IgE) akibat paparan alergen pada mukosa

hidung.

Rinitis Alergi perennial : Gejala timbul sepanjang tahun, terus menerus tanpa variasi

musim dan penyebab tersering ialah allergen inhalan seperti debu,bulu hewan, jamur

atau allergen ingestan.

Rinitis Alergi musiman tergantung 4 musim dan tidak terdapat di Indonesia.

Penyebabnya spesifik yaitu tepung sari (pollen) dan spora jamur. Oleh karena itu

nama yang tepat ialah rinokonjungtivitis karena gejala yang tampak ialah gejala pada

hidung dan mata(mata merah disertai lakrimasi).

ARIA (Allergic Rhinitis and its Impact on Asthma) membuat klasifikasi rinitis alergi

berdasarkan lama dan seringnya timbul gejala, dan berdasarkan gejala yang dialami pasien,

bukan berdasarkan penyebab. Klasifikasi baru membagi rinitis alergi menjadi 2 kategori,

yaitu intermiten dan persisten.

Kategori intermiten adalah apabila gejala timbul kurang dari 4 hari per minggu atau

kurang dari 4 minggu.

Kategori persisten adalah apabila gejala timbul lebih dari 4 hari dalam seminggu dan

berlangsung lebih dari 4 minggu.

Gejala rinitis alergi berupa bersin (5-10 kali berturut-turut), rasa gatal (pada mata, telinga,

hidung, tenggorok, dan palatum), hidung berair, mata berair, hidung tersumbat, post nasal

drip, tekanan pada sinus, dan rasa lelah.3

Gejala spesifik pada anak ialah terdapatnya bayangan gelap di daerah bawah mata yang

terjadi karena stasis vena sekunder akibat obstruksi hidung yang disebut allergic shiner.

Selain itu, tampak juga anak menggosok-gosok hidung karena gatal dengan punggung tangan

yang disebut allergic salute.

Rhinitis menyebabkan mukosa hidung teriritasi, membengkak dam menyempitkan saluran

tuba eustachius akhirnya menyebabkan terjadinya gangguan pada motilitas silia tuba di mana

silia menjadi lumpuh dan gangguan fungsi tuba terganggu.

16

Page 18: gangguan tuba eustachius

Pemberian antihistamin disarankan apabila memang ternyata penyebabgangguan tuba

eustachius adalah dari alergi, pada situasi ini antihistamin membantu untuk meringankan

kongesti nasal dan peradangan dan sekaligus diharapkan mengembalikan fungsi tuba

eustachius. Selain itu boleh juga diberikan steroid nasal spray ada alergi atau penyebab

peradangan yang persisten di hidung, pemberian steroid nasal spray membutuhkan beberapa

hari untuk efek yang penuh, oleh itu penderita tidak akan merasakan perubahan saat awal

mula pemakaian.

iii) Hipertrofi adenoid

Adenoid merupakan massa yang terdiri dari jaringan limfoid pada dinding posterior

nasofaring di atas batas palatum molle dan termasuk dalam cincin Waldeyer. Secara

fisiologik pada anak-anak, adenoid dan tonsil mengalami hipertrofi. Adenoid ini membesar

pada anak usia 3 tahun dan kemudian mengecil dan menghilang sama sekali pada usia 14

tahun. Apabila sering terjadi infeksi pada saluran napas bagian atas, maka dapat terjadi

hipertrofi adenoid yang akan mengakibatkan sumbatan pada koana dan tuba Eustachius.

Akibat sumbatan koana pasien akan bernapas melalui mulut sehingga terjadi (1) fasies

adenoid, yaitu tampak hidung kecil, gigi insisivus ke depan (prominen), arkus faring tinggi

yang menyebabkan kesan wajah pasien tampak seperti orang bodoh; (2) faringitis dan

bronkitis; serta (3) gangguan ventilasi dan drainase sinus paranasal sehingga menimbulkan

sinusitis kronik. Obstruksi dapat mengganggu pernapasan hidung dan menyebabkan

perbedaan dalam kualitas suara. Akibat sumbatan tuba Eustachius akan terjadi otitis media

akut berulang dan akhirnya dapat terjadi otitis media supuratif kronik. Akibat hipertrofi

adenoid juga dapat menimbulkan retardasi mental, pertumbuhan fisik berkurang, gangguan

tidur dan tidur ngorok. Hipertrofi adenoid juga dapat menyebabkan beberapa perubahan

dalam struktur gigi dan maloklusi. Terapinya adalah adenoidektomi untuk adenoid hipertrofi

yang menyebabkan obstruksi hidung, obstruksi tuba Eustachius, atau yang menimbulkan

penyulit lain.

17

Page 19: gangguan tuba eustachius

Gambar 7: Obstruksi tuba eustachius

iv) Sikatriks post adenoidektomi

Jaringan sikatrik (scar) adalah penonjolan kulit akibat penumpukan jaringan fibrosa sebagai

pengganti jaringan kolagen normal. Pada post adenoidektomi, terbentuk sikatriks sehingga

menyebabkan terjadinya obstruksi tuba.

Gambar 8 : a) Adenoidektomi b) Sikatriks

V) Karsinoma nasofaring

Batas-batas nasofaring :

Superior : basis cranii, diliputi oleh mukosa dan fascia.

Inferior : bidang horizontal yang ditarik dari palatum durum ke posterior, batas ini

bersifat subyektif karena tergantung dari palatum durum.

Anterior : koana, yang dipisahkan menjadi koana dextra dan sinistra oleh os vomer.

Posterior : vertebra cervicalis I dan II, fascia space, mukosa lanjutan dari mukosa

bagian atas.

Lateral : mukosa lanjutan dari mukosa di bagian superior dan posterior, muara tuba

Eustachii, fossa Rosenmuller.

18

Page 20: gangguan tuba eustachius

Gejala yang timbul oleh tumor nasofaring beraneka ragam, tidak ada gejala pasti yang khusus

untuk tumor nasofaring karena tumor primer itu sendiri dalam nasofaring kadang tidak

menimbulkan gejala. Tumor nasofaring dapat menimbulkan gejala-gejala hingga penderita

datang berobat keberbagai ahli.

Tumor ini menimbulkan gejala bila sudah ada penyebaran.

1. Gejala nasofaring (tumor primer )

Asimptomatik.

Hidung tumpat.

Epistaksis ringan

2. Gangguan pada telinga/pendengaran.

Merupakan gejala dini yang timbul karena tempat asal tumor dekat muara tuba eustachius

( fossa Rossen-Muller ) hingga tuba tertutup. Gangguan dapat berupa :

Tinitus

Tuli (deafness ) akibat timbulnya otitis media serosa

Rasa tidak nyaman di telinga sampai rasa nyeri ( otalgia )

Tidak jarang penderita dengan gangguan pendengaran ini baru kemudian disadari bahwa

penyebabnya adalah karsinoma nasofaring.

3. Gejala mata dan syaraf

Infiltrasi dasar tengkorak : Merupakan gejala karsinoma. Penjelasan melalui

fenomena laserum akan mengenai syaraf otak N.III, N.VI, dapat pula ke N.V dapat

menimbulkan gejala : Diplopia, Juling, Neuralgia terminal.

Infiltrasi para faring : Yaitu tengkorak lateral dan belakang tumor masuk menjalar,

sepanjang dasar tengkorak dapat merusak syaraf-syaraf yang melalui foramen

jugularis yaitu N.IX, X, XI dan XII sehingga menimbulkan paralise motorik atau

sensorik pada faring dan laring.

Otitis Barotrauma

Merupakan keadaan dengan terjadinya perubahan tekanan yang tiba- tiba di luar telinga

tengah sewaktu di pesawat terbang atau menyelam, yang menyebabkan tuba gagal untuk

membuka.Otitis barotrauma merupakan tipe paling sering barotrauma. Ia disebabkan oleh

perbedaan tekanan antara telinga tengah dengan tekanan atmosfir. Pasien dengan perforasi

19

Page 21: gangguan tuba eustachius

membran timpani tidak akan mengenai barotrauma, melainkan telinga tengahnya terlokulasi.

Ia memerlukan perubahan tekanan yang nyata untuk mengakibatkan kondisi ini.2

Membrane timpani mempunyai 2 bagian; bagian media yang bisa kolaps dan bagian lateral

yang rigid, jadi udara dapat melewatinya tetapi tidak dapat disedot keluar.Maka perbedaan

tekanan tidak berlaku sewaktu pesawat naik karena tekanan telinga tengah cenderung lebih

tinggi dari tekanan atmosfir, tetapi berlaku sewaktu pesawat turun karena tekanan telinga

tengah menurun secara progresif berbanding tekanan atmosfir, maka udara seperti ditarik ke

dalam tuba. Hal ini tidak akan berlaku sekiranya tuba terbuka secara normal oleh gerakan

otot. 3,4

Gambar 9: Keadaan tuba

Apabila perbedaan tekanan melebihi 90cmHg, maka otot yang normal aktivitasnya tidak

mampu membuka tuba.Pada keadaan ini terjadi tekanan negative di rongga telinga tengah,

membrane timpani tertarik ke dalam yang menyebabkan rasa nyeri. Membrane mukosa

teregang, tersumbat dan menjadi edema, sehingga cairan keluar dari pembuluh darah kapiler

mukosa dan kadang- kadang disertai dengan rupture pembuluh darah, sehingga cairan di

telinga tengah dan rongga mastoid tercampur darah. Membrane timpani menjadi kurang

elastis, menyebabkan hantaran getaran suara berkurang, maka mengganggu pendengaran.2,3

20

Page 22: gangguan tuba eustachius

Apabila fungsi tuba terganggu akibat inflamasi mukosa karena ISPA, alergi atau trauma, pada

peringkat awal pergerakan udara aktif ke telinga tengah terganggu, kemudian diikuti dengan

ventilasi pasif terganggu pada kasus yang lebih berat. Maka pasien dengan ISPA biasanya

mendapati bahwa telinga mampu beradaptasi sewaktu pesawat naik, tetapi nyeri bertambah

sewaktu pesawat mahu mendarat sekiranya menelan dan perasat gagal.3,4

Gejala klinik adalah kurang dengar, rasa nyeri dalam telinga, perasaan ada air dalam telinga

dan kadang- kadang tinnitus dan vertigo.

Tabel 1. Gred barotrauma telinga tengah pada pemeriksaan auriskopik

Gred membran timpani

0 Gejala tanpa tanda- tanda kelainan membrane timpani1 Injeksi membrane timpani2 Injeksi dengan perdarahan ringan dalam membrane timpani3 Perdarahan jelas pada membrane timpani 4 Darah bebas di telinga tengah, gegendang kebiruan dan bulging.5 Perforasi membrane timpani

Gambar 10 . Kondisi membran timpani pada otoskopi menurut gred barotrauma

Penatalaksanaan biasanya konservatif saja, yaitu dengan dekongestan local atau dengan

melakukan perasat Valsalva selama tidak terdapat infeksi di jalan napas atas. Perasat

Valsalva dilakukan dengan cara meniupkan dengan keras dari hidung sambil hidung dipencet

serta mulut ditutup. Bila tuba terbuka maka terasa ada udara masuk ke dalam rongga telinga

tengah yang menekan membrane timpani ke arah lateral. Perasat ini tidak boleh dilakukan

apabila ada infeksi jalan napas atas.3,4

21

Page 23: gangguan tuba eustachius

Apabila cairan atau cairan yang bercampur darah menetap di telinga tengah sampai beberapa

minggu, maka dianjurkan untuk miringotomi dan bila perlu memasang pipa ventilasi

(Grommet).

Gambar 11. Pemasangan Pipa Grommet

Antara pengobatan dan pencegahan barotrauma adalah:

Antihistamin:dapat membataskan jumlah produksi mucus yang dihasilkan.

Contoh: Loratadine tablet 10 mg.

Dekongestan: mengeringkan mucus pada hidung.

Contoh: semprot xylometazoline- disemprotkan satu jam sebelum waktu pesawat mendarat, kemudian disemprot lagi 5 menit kemudiannya. Setelah itu disemprot setiap 20 menit hingga mendarat.

Antibiotic: dapat mencegah infeksi telinga sekiranya barotrauma berat.

Pencegahan baraotrauma dapat dilakukan dengan mengunyah permen karet atau melakukan

perasat Valsalva, terutama sewaktu pesawat terbang mulai turun untuk mendarat.Jangan tidur

sewaktu pesawat mahu mendarat.Sebaliknya, lakukan aktivitas yang dapat membantu

pembukaan tuba (minum, menguap, makan permen, dsb). Hindari aktivitas menyelam atau

menaiki pesawat sekiranya lagi sedang infeksi saluran napas atas.3,4

Antara komplikasi yang berlanjutan adalah nyeri telinga bisa memburuk, namun jarang

menyebabkan kerusakan serius pada telinga.Kadangkala menyebabkan perforasi membrane

timpani, namun biasanya dapat menutup sendiri dalam beberapa minggu. Yang lain adalah

mudahnya terkena infeksi akut telinga,gangguan pendengaran atau vertigo. Prognosis

22

Page 24: gangguan tuba eustachius

biasanya baik karena gangguan pendengaran biasanya bersifat sementara. Namun,sekiranya

aktivitas terkait perubahan tekanan dilakukan lagi, barotrauma dapat terjadi lagi. Oleh itu,

pencegahan adalah penting untuk mengatasi hal ini.

Antara sebab terjadinya obstruksi tuba eustachius adalah adanya tekanan yang tiba-tiba di

bagian ujung sistem tuba eustachius. Hal ini dapat digambarkan seperti di bawah. Ini

menunjukkan bahwa cairan telinga tidak akan berjalan sehingga tekanan negative diberikan

perlahan-lahan pada tuba eusatachius. Namun begitu, jika tekanan negative diberikan secara

tiba-tiba, akan terjadi obstruksi istmus tuba secara tiba-tiba. Kejadian ini disebut locking

phenomenon.

Gambar 12: Gambaran locking phenomenon

Otitis Media Akut

Definisi:

Otitis Media Akut (OMA),otitis media akut adalah peradangan pada telinga tengah yang

bersifat akut atau tiba-tiba. Telinga tengah adalah organ yang memiliki penghalang yang

biasanya dalam keadaan steril. Tetapi pada suatu keadaan jika terdapat infeksi bakteri pada

nasofaring dan faring, secara alamiah teradapat mekanisme pencegahan penjalaran bakteri

memasuki telinga tengah oleh enzim pelindung dan bulu-bulu halus yang dimiliki oleh tuba

eustachii.

23

Page 25: gangguan tuba eustachius

Etiologi:

Penyebab otitis media akut (OMA) dapat merupakan virus maupun bakteri.

Pada 25% pasien, tidak ditemukan mikroorganisme penyebabnya.

Virus ditemukan pada 25% kasus dan kadang menginfeksi telinga tengah bersama

bakteri.

Bakteri penyebab otitis media tersering adalah Streptococcus pneumoniae, diikuti

oleh Haemophilus influenzae dan Moraxella cattarhalis. Yang perlu diingat pada

OMA, walaupun sebagian besar kasus disebabkan oleh bakteri, hanya sedikit kasus

yang membutuhkan antibiotik. Hal ini dimungkinkan karena tanpa antibiotik pun

saluran Eustachius akan terbuka kembali sehingga bakteri akan tersingkir bersama

aliran lendir.

Patofisiologi

Otitis media sering diawali dengan infeksi pada saluran napas seperti radang tenggorokan

atau pilek yang menyebar ke telinga tengah lewat saluran Eustachius.Saat bakteri melalui

saluran Eustachius, mereka dapat menyebabkan infeksi di saluran tersebut sehingga terjadi

pembengkakan di sekitar saluran, tersumbatnya saluran, dan datangnya sel-sel darah putih

untuk melawan bakteri. Sel-sel darah putih akan membunuh bakteri dengan mengorbankan

diri mereka sendiri. Sebagai hasilnya terbentuklah nanah dalam telinga tengah.Selain itu

pembengkakan jaringan sekitar saluran Eustachius menyebabkan lendir yang dihasilkan sel-

sel di telinga tengah terkumpul di belakang gendang telinga.

Jika lendir dan nanah bertambah banyak, pendengaran dapat terganggu karena gendang

telinga dan tulang-tulang kecil penghubung gendang telinga dengan organ pendengaran di

telinga dalam tidak dapat bergerak bebas.Kehilangan pendengaran yang dialami umumnya

sekitar 24 desibel (bisikan halus).

 Namun cairan yang lebih banyak dapat menyebabkan gangguan pendengaran hingga 45

desibel (kisaran pembicaraan normal). Selain itu telinga juga akan terasa nyeri.1 Dan yang

paling berat, cairan yang terlalu banyak tersebut akhirnya dapat merobek gendang telinga

karena tekanannya.Sebagaimana halnya dengan kejadian infeksi saluran pernapasan atas

(ISPA), otitis media juga merupakan salah satu penyakit langganan anak.

Anak lebih mudah terserang otitis media dibanding orang dewasa karena beberapa hal yaitu:

24

Page 26: gangguan tuba eustachius

Sistem kekebalan tubuh anak masih dalam perkembangan.

Saluran Eustachius pada anak lebih lurus secara horizontal dan lebih pendek sehingga

ISPA lebih mudah menyebar ke telinga tengah.

Adenoid (adenoid: salah satu organ di tenggorokan bagian atas yang berperan dalam

kekebalan tubuh) pada anak relatif lebih besar dibanding orang dewasa. Posisi

adenoid berdekatan dengan muara saluran Eustachius sehingga adenoid yang besar

dapat mengganggu terbukanya saluran Eustachius. Selain itu adenoid sendiri dapat

terinfeksi di mana infeksi tersebut kemudian menyebar ke telinga tengah lewat

saluran Eustachius.2

Manifestasi Klinis

a. Stadium Oklusi Tuba Eustachius

Pada stadium ini, terdapat sumbatan tuba Eustachius yang ditandai oleh retraksi membran

timpani akibat terjadinya tekanan intratimpani negatif di dalam telinga tengah, dengan adanya

absorpsi udara. Retraksi membran timpani terjadi dan posisi malleus menjadi lebih

horizontal, refleks cahaya juga berkurang. Edema yang terjadi pada tuba Eustachius juga

menyebabkannya tersumbat. Selain retraksi, membran timpani kadang-kadang tetap normal dan

tidak ada kelainan, atau hanya berwarna keruh pucat. Efusi mungkin telah terjadi tetapi tidak

dapat dideteksi. Stadium ini sulit dibedakan dengan tanda dari otitis media serosa yang

disebabkan oleh virus dan alergi. Tidak terjadi demam pada stadium ini.

b. Stadium Hiperemis atau Stadium Pre-supurasi

Pada stadium ini, terjadi pelebaran pembuluh darah di membran timpani, yang ditandai

oleh membran timpani mengalami hiperemis, edema mukosa dan adanya sekret eksudat serosa

yang sulit terlihat. Hiperemis disebabkan oleh oklusi tuba yang berpanjangan sehingga terjadinya

invasi oleh mikroorganisme piogenik. Proses inflamasi berlaku di telinga tengah dan membran

timpani menjadi kongesti. Stadium ini merupakan tanda infeksi bakteri yang menyebabkan pasien

mengeluhkan otalgia, telinga rasa penuh dan demam. Pendengaran mungkin masih normal atau

terjadi gangguan ringan, tergantung dari cepatnya proses hiperemis. Hal ini terjadi karena

terdapat tekanan udara yang meningkat di kavum timpani. Gejala-gejala berkisar antara dua belas

jam sampai dengan satu hari.

25

Page 27: gangguan tuba eustachius

Gambar 13. Membran Timpani Hiperemis

c. Stadium Supurasi

Stadium supurasi ditandai oleh terbentuknya sekret eksudat purulen atau bernanah di

telinga tengah dan juga di sel-sel mastoid. Selain itu edema pada mukosa telinga tengah menjadi

makin hebat dan sel epitel superfisial terhancur. Terbentuknya eksudat yang purulen di kavum

timpani menyebabkan membran timpani menonjol atau bulging ke arah liang telinga luar.

Pada keadaan ini, pasien akan tampak sangat sakit, nadi dan suhu meningkat serta rasa

nyeri di telinga bertambah hebat. Pasien selalu gelisah dan tidak dapat tidur nyenyak. Dapat

disertai dengan gangguan pendengaran konduktif. Pada bayi demam tinggi dapat disertai muntah

dan kejang.

Stadium supurasi yang berlanjut dan tidak ditangani dengan baik akan menimbulkan

iskemia membran timpani, akibat timbulnya nekrosis mukosa dan submukosa membran timpani.

Terjadi penumpukan nanah yang terus berlangsung di kavum timpani dan akibat tromboflebitis

vena-vena kecil, sehingga tekanan kapiler membran timpani meningkat, lalu menimbulkan

nekrosis. Daerah nekrosis terasa lebih lembek dan berwarna kekuningan atau yellow spot.

Keadaan stadium supurasi dapat ditangani dengan melakukan miringotomi. Bedah kecil ini

kita lakukan dengan menjalankan insisi pada membran timpani sehingga nanah akan keluar dari

telinga tengah menuju liang telinga luar. Luka insisi pada membran timpani akan menutup

kembali, sedangkan apabila terjadi ruptur, lubang tempat perforasi lebih sulit menutup kembali.

Membran timpani mungkin tidak menutup kembali jikanya tidak utuh lagi.

Gambar 14. Membran timpani bulging dengan pus

purulen

26

Page 28: gangguan tuba eustachius

d. Stadium Perforasi

Stadium perforasi ditandai oleh ruptur membran timpani sehingga sekret berupa nanah

yang jumlahnya banyak akan mengalir dari telinga tengah ke liang telinga luar. Kadang-kadang

pengeluaran sekret bersifat pulsasi (berdenyut). Stadium ini sering disebabkan oleh terlambatnya

pemberian antibiotik dan tingginya virulensi kuman. Setelah nanah keluar, anak berubah menjadi

lebih tenang, suhu tubuh menurun dan dapat tertidur nyenyak.

Jika mebran timpani tetap perforasi dan pengeluaran sekret atau nanah tetap berlangsung

melebihi tiga minggu, maka keadaan ini disebut otitis media supuratif subakut. Jika kedua

keadaan tersebut tetap berlangsung selama lebih satu setengah sampai dengan dua bulan, maka

keadaan itu disebut otitis media supuratif kronik.

Gambar 15. Membran timpani perforasi

5. Stadium Resolusi

Keadaan ini merupakan stadium akhir OMA yang diawali dengan berkurangnya dan

berhentinya otore. Stadium resolusi ditandai oleh membran timpani berangsur normal hingga

perforasi membran timpani menutup kembali dan sekret purulen akan berkurang dan akhirnya

kering. Pendengaran kembali normal. Stadium ini berlangsung walaupun tanpa pengobatan, jika

membran timpani masih utuh, daya tahan tubuh baik, dan virulensi kuman rendah.

27

Page 29: gangguan tuba eustachius

Apabila stadium resolusi gagal terjadi, maka akan berlanjut menjadi otitis media supuratif

kronik. Kegagalan stadium ini berupa perforasi membran timpani menetap, dengan sekret yang

keluar secara terus-menerus atau hilang timbul.

Otitis media supuratif akut dapat menimbulkan gejala sisa berupa otitis media serosa.

Otitis media serosa terjadi jika sekret menetap di kavum timpani tanpa mengalami perforasi

membran timpani.

Diagnosis

Diagnosis OMA harus memenuhi tiga hal berikut:

Penyakitnya muncul mendadak (akut)

Ditemukannya tanda efusi (efusi: pengumpulan cairan di suatu rongga tubuh) di

telinga tengah. Efusi dibuktikan dengan adanya salah satu di antara tanda berikut:

o menggembungnya gendang telinga

o terbatas/tidak adanya gerakan gendang telinga

o adanya bayangan cairan di belakang gendang telinga

o cairan yang keluar dari telinga

Adanya tanda/gejala peradangan telinga tengah, yang dibuktikan dengan adanya salah

satu di antara tanda berikut:

o kemerahan pada gendang telinga

o nyeri telinga yang mengganggu tidur dan aktivitas normal 

Anak dengan OMA dapat mengalami nyeri telinga atau riwayat menarik-narik daun telinga

pada bayi, keluarnya cairan dari telinga, berkurangnya pendengaran, demam, sulit makan,

mual dan muntah, serta rewel.Namun gejala-gejala ini (kecuali keluarnya cairan dari telinga)

tidak spesifik untuk OMA sehingga diagnosis OMA tidak dapat didasarkan pada riwayat

semata.

OMA harus dibedakan dari otitis media dengan efusi yang dapat menyerupai OMA. Untuk

membedakannya dapat diperhatikan hal-hal berikut.2,3

Tabel 2.Perbedaan OMA dan otitis media dengan efusi.

28

Page 30: gangguan tuba eustachius

Gejala dan tanda OMA Otitis media dengan efusi

Nyeri telinga, demam, rewel + -

Efusi telinga tengah + +

Gendang telinga suram + +/-

Gendang yang menggembung +/- -

Gerakan gendang berkurang + +

Berkurangnya pendengaran + +

Penatalaksanaan

Penatalaksanaan OMA tergantung pada stadium penyakitnya. Pengobatan pada stadium awal

ditujukan untuk mengobati infeksi saluran napas, dengan pemberian antibiotik, dekongestan

lokal atau sistemik, dan antipiretik. Tujuan pengobatan pada otitis media adalah untuk

menghindari komplikasi intrakrania dan ekstrakrania yang mungkin terjadi, mengobati gejala,

memperbaiki fungsi tuba Eustachius, menghindari perforasi membran timpani, dan

memperbaiki sistem imum lokal dan sistemik (Titisari, 2005).

Pada stadium oklusi tuba, pengobatan bertujuan untuk membuka kembali tuba Eustachius

sehingga tekanan negatif di telinga tengah hilang. Diberikan obat tetes hidung HCl efedrin

0,5 % dalam larutan fisiologik untuk anak kurang dari 12 tahun atau HClefedrin 1 % dalam

larutan fisiologis untuk anak yang berumur atas 12 tahun pada orang dewasa. Sumber infeksi

harus diobati dengan pemberian antibiotik (Djaafar, 2007).

Pada stadium hiperemis dapat diberikan antibiotik, obat tetes hidung dan analgesik.

Dianjurkan pemberian antibiotik golongan penisilin atau eritromisin. Jika terjadi resistensi,

dapat diberikan kombinasi dengan asam klavulanat atau sefalosporin. Untuk terapi awal

diberikan penisilin intramuskular agar konsentrasinya adekuat di dalam darah sehingga tidak

terjadi mastoiditis terselubung, gangguan pendengaran sebagai gejala sisa dan kekambuhan.

Antibiotik diberikan minimal selama 7 hari. Bila pasien alergi tehadap penisilin, diberikan

eritromisin. Pada anak, diberikan ampisilin 50-100 mg/kgBB/hari yang terbagi dalam empat

dosis, amoksisilin atau eritromisin masing-masing 50 mg/kgBB/hari yang terbagi dalam 3

dosis (Djaafar, 2007).

29

Page 31: gangguan tuba eustachius

Pada stadium supurasi, selain diberikan antibiotik, pasien harus dirujuk untuk melakukan

miringotomi bila membran timpani masih utuh sehingga gejala cepat hilang dan tidak terjadi

ruptur (Djaafar, 2007).

Pada stadium perforasi, sering terlihat sekret banyak keluar, kadang secara berdenyut atau

pulsasi. Diberikan obat cuci telinga (ear toilet) H2O2 3% selama 3 sampai dengan 5 hari

serta antibiotik yang adekuat sampai 3 minggu. Biasanya sekret akan hilang dan perforasi

akan menutup kembali dalam 7 sampai dengan 10 hari (Djaafar, 2007).

Pada stadium resolusi, membran timpani berangsur normal kembali, sekret tidak ada lagi, dan

perforasi menutup. Bila tidak terjadi resolusi biasanya sekret mengalir di liang telinga luar

melalui perforasi di membran timpani. Antibiotik dapat dilanjutkan sampai 3 minggu. Bila

keadaan ini berterusan, mungkin telah terjadi mastoiditis (Djaafar, 2007).

Pada stadium resolusi, membran timpani berangsur normal kembali, sekret tidak ada lagi, dan

perforasi menutup. Bila tidak terjadi resolusi biasanya sekret mengalir di liang telinga luar

melalui perforasi di membran timpani. Antibiotik dapat dilanjutkan sampai 3 minggu. Bila

keadaan ini berterusan, mungkin telah terjadi mastoiditis (Djaafar, 2007).

Otitis Media Supuratif Kronis

Definisi

Suatu radang kronis telinga tengah dengan perforasi membran timpani dan riwayat keluarnya

sekret dari telinga (otorea) lebih dari 2 bulan, baik terus menerus atau hilang timbul. Sekret

mungkin encer atau kental, bening atau berupa nanah.

Klasifikasi

1. Tipe tubotimpani = tipe jinak = tipe aman

Penyakit tubotimpani ditandai oleh adanya perforasi sentral atau pars tensa dan terbatas pada

mukosa saja, biasanya tidak terkena tulang.

Beberapa faktor lain yang mempengaruhi keadaan ini terutama patensi tuba eustachius, infeksi

saluran atas, pertahanan mukosa terhadap infeksi yang gagal pada pasien dengan daya tahan

tubuh yang rendah, disamping itu campuran bakteri aerob dan anaerob, luas dan derajat

perubahan mukosa, serta migrasi sekunder dari epitel skuamous. Sekret mukoid kronis

30

Page 32: gangguan tuba eustachius

berhubungan dengan hiperplasia goblet sel, metaplasia dari mukosa telinga tengah pada tipe

respirasi dan muko siliar yang jelek.

Secara klinis penyakit tubotimpani terbagi berdasarkan aktivitas sekret yang dikeluar:

a. Penyakit aktif

- OMSK dengan sekret yang keluar dari kavum timpani secara aktif

b. Penyakit tidak aktif (tenang )

- Keadaan kavum timpani terlihat basah atau kering

2. Tipe atikoantral = tipe ganas = tipe tidak aman = tipe tulang

Pada tipe ini ditemukan adanya kolesteatom dan berbahaya. Penyakit atikoantral lebih sering

mengenai pars flaksida dan khasnya dengan terbentuknya kantong retraksi yang mana

bertumpuknya keratin sampai menghasilkan kolesteatom. Kolesteatom adalah suatu massa amorf,

konsistensi seperti mentega, berwarna putih, terdiri dari lapisan epitel bertatah yang telah

nekrotik

Bentuk perforasi membran timpani adalah :

1. Perforasi sentral : Lokasi pada pars tensa, bisa antero-inferior, postero-inferior dan postero-

superior, kadang-kadang sub total.

Gambar 16. Membran timpani Perforasi Sentral

2. Perforasi marginal : Terdapat pada pinggir membran timpani dengan adanya erosi dari anulus

fibrosus. Perforasi marginal yang sangat besar digambarkan sebagai perforasi total. Perforasi

pada pinggir postero-superior berhubungan dengan kolesteatom.

31

Page 33: gangguan tuba eustachius

Gambar 17. Membran timpani perforasi marginal

3. Perforasi atik : Terjadi pada pars flasida, berhubungan dengan primary acquired

cholesteatoma.

Gambar 18. Membran timpani perforasi atik

Etiologi

Terjadi OMSK hampir selalu dimulai dengan otitis media berulang pada anak, jarang dimulai

setelah dewasa. Faktor infeksi biasanya berasal dari nasofaring (adenoiditis, tonsilitis,rinitis,

sinusitis), mencapai telinga tengah melalui tuba Eustachius. Fungsi tuba Eustachius yang

abnormal merupakan faktor predisposisi yang dijumpai pada anak dengan cleft palate dan

Down’s syndrom. Adanya tuba patulous, menyebabkan refluk isi nasofaring yang

merupakanfaktor insiden OMSK yang tinggi di Amerika Serikat. Faktor host yang berkaitan

dengan insiden OMSK yang relatif tinggi adalah defisiensi immun sistemik. Kelainan humoral

dan cell mediated dapat bermanifestasi sebagai sekresi cairan telinga kronis. 7,9

Penyebab OMSK antara lain:

• Lingkungan

32

Page 34: gangguan tuba eustachius

Hubungan penderita OMSK dan faktor sosial ekonomi belum jelas, tetapi mempunyai hubungan

erat antara penderita dengan OMSK dan sosioekonomi, dimana kelompok sosioekonomi rendah

memiliki insiden yang lebih tinggi.Tetapi sudah hampir dipastikan hal ini berhubungan dengan

kesehatan secara umum, diet, tempat tinggal yang padat.

• Genetik

Faktor genetik masih diperdebatkan sampai saat ini, terutama apakah insiden OMSK

berhubungan dengan luasnya sel mastoid yang dikaitkan sebagai faktor genetik. Sistem sel-sel

udara mastoid lebih kecil pada penderita otitis media, tapi belum diketahui apakah hal ini primer

atau sekunder.

• Otitis media sebelumnya.

Secara umum dikatakan otitis media kronis merupakan kelanjutan dari otitis media akut dan /

atau otitis media dengan efusi, tetapi tidak diketahui faktor apa yang menyebabkan satu telinga

dan bukan yang lainnya berkembang menjadi keadaan kronis

• Infeksi

Bakteri yang diisolasi dari mukopus atau mukosa telinga tengah hampir tidak bervariasi pada

otitis media kronik yang aktif menunjukan bahwa metode kultur yang digunakan adalah tepat.

Organisme yang terutama dijumpai adalah Gram- negatif, flora tipe-usus, dan beberapa

organisme lainnya.

• Infeksi saluran nafas atas

Banyak penderita mengeluh sekret telinga sesudah terjadi infeksi saluran nafas atas.Infeksi virus

dapat mempengaruhi mukosa telinga tengah menyebabkan menurunnya daya tahan tubuh

terhadap organisme yang secara normal berada dalam telinga tengah, sehingga memudahkan

pertumbuhan bakteri.Organisme-organisme dari meatus auditoris eksternal termasuk

Staphylococcus, Pseudomonas aeruginosa, B.proteus, B. coli dan Aspergillus.Organisme dari

nasofaring diantaranya Streptococcus viridans.

• Autoimun

Penderita dengan penyakit autoimun akan memiliki insiden lebih besar terhadap otitis media

kronis.

• Gangguan fungsi tuba eustachius.

Pada otitis kronis aktif, dimana tuba eustachius sering tersumbat oleh edema tetapi apakah hal ini

merupakan fenomen primer atau sekunder masih belum diketahui.Pada telinga yang inaktif

berbagai metode telah digunakan untuk mengevaluasi fungsi tuba eustachius dan umumnya

menyatakan bahwa tuba tidak mungkin mengembalikan tekanan negatif menjadi normal.

Beberapa faktor-faktor yang menyebabkan perforasi membran timpani menetap pada OMSK :

33

Page 35: gangguan tuba eustachius

• Infeksi yang menetap pada telinga tengah mastoid yang mengakibatkan produksi sekret

telinga purulen berlanjut.

• Berlanjutnya obstruksi tuba eustachius yang mengurangi penutupan spontan pada

perforasi.

• Beberapa perforasi yang besar mengalami penutupan spontan melalui mekanisme

migrasiepitel.

• Pada pinggir perforasi dari epitel skuamous dapat mengalami pertumbuhan yang cepat

diatas sisi medial dari membran timpani. Proses ini juga mencegah penutupan spontan dari

perforasi.

Diagnosis

• Otorrhea

Sekret bersifat purulen ( kental, putih) atau mukoid ( seperti air dan encer) tergantung stadium

peradangan. Sekret yang mukus dihasilkan oleh aktivitas kelenjar sekretorik telinga tengah dan

mastoid. Pada OMSK tipe jinak, cairan yang keluar mukopus yang tidak berbau busuk yang

sering kali sebagai reaksi iritasi mukosa telinga tengah oleh perforasi membran timpani dan

infeksi. Keluarnya secret biasanya hilang timbul.Meningkatnya jumlah sekret dapat disebabkan

infeksi saluran nafas atas atau kontaminasi dari liang telinga luar setelah mandi atau berenang.

Pada OMSK stadium inaktif tidak dijumpai adannya sekret telinga. Sekret yang sangat bau,

berwarna kuning abu-abu kotor memberi kesan kolesteatoma dan produk degenerasinya.

Dapat terlihat keping-keping kecil, berwarna putih, mengkilap.Pada OMSK tipe ganas unsur

mukoid dan sekret telinga tengah berkurang atau hilang karena rusaknya lapisan mukosa secara

luas.Sekret yang bercampur darah berhubungan dengan adanya jaringan granulasi dan polip

telinga dan merupakan tanda adanya kolesteatom yang mendasarinya.Suatu sekret yang encer

berair tanpa nyeri mengarah kemungkinan tuberculosis.

• Otalgia

Nyeri tidak lazim dikeluhkan penderita OMSK, dan bila ada merupakan suatu tanda yang

serius.Pada OMSK keluhan nyeri dapat karena terbendungnya drainase pus.Nyeri dapat berarti

adanya ancaman komplikasi akibat hambatan pengaliran sekret, terpaparnya durameter atau

dinding sinus lateralis, atau ancaman pembentukan abses otak.Nyeri telinga mungkin ada

tetapi mungkin oleh adanya otitis eksterna sekunder. Nyeri merupakan tanda berkembang

komplikasi OMSK seperti Petrositis, subperiosteal abses atau trombosis sinus lateralis

• Gangguan pendengaran

34

Page 36: gangguan tuba eustachius

Tergantung dari derajat kerusakan tulang-tulang pendengaran.Biasanya dijumpai tuli konduktif

namun dapat pula bersifat campuran. Gangguan pendengaran mungkin ringan sekalipun proses

patologi sangat hebat, karena daerah yang sakit ataupun kolesteatom, dapat menghambat bunyi

dengan efektif ke fenestra ovalis. Apabila tidak dijumpai kolesteatom, tuli konduktif kurang dari

20 db ini ditandai bahwa rantai dari tulang pendengaran masih baik.Kerusakan dan fiksasi dari

rantai tulang pendengaran menghasilkan penurunan pendengaran lebih dari 30 db.Beratnya

ketulian tergantung dari besar dan letak perforasi membran timpani serta keutuhan dan mobilitas

sistem pengantaran suara ke telinga tengah.Pada OMSK tipe maligna biasanya didapat tuli

konduktif berat karena putusnya rantai tulang pendengaran, tetapi sering kali juga kolesteatom

bertindak sebagai penghantar suara sehingga ambang pendengaran yang didapat harus

diinterpretasikan secara hati-hati.

Pemeriksaan

• Otoskopi

Diagnosis OMSK terutama pada verifikasi dari perforasi membran timpani yang mungkin disertai

keluarnya cairan. Ini dapat dilakukan dengan membersihkan liang telinga dari obstruksi serumen,

debris, benda asing, ataupun cairan, dengan tujuan memvisualisasikan membran timpani. Letak

perforasi sangat penting untuk diidentifikasi karena dapat menentukan tipe dari OMSK. OMSK

tipe aman = mukosa = benigna adalah dengan peradangan terbatas pada mukosa sahaja, dan

perforasi terletak di sentral. OMSK tipe ini jarang menimbulkan komplikasi berbahaya dan tidak

terjadi kolesteatoma. Pada OMSK tipe bahaya= tulang = maligna, dapat disertai dengan

kolesteatoma. Dan perforasi biasanya mengenai bagian marginal atau atik. Sering terjadi

komplikasi fatal pada OMSK tipe maligna.7

• Audiometri

Pada pemeriksaan audiometri penderita OMSK biasanya didapati tuli konduktif.Tapi dapat pula

dijumpai adanya tuli sensotineural, beratnya ketulian tergantung besar dan letak perforasi

membran timpani serta keutuhan dan mobilitas sistim penghantaran suara di telinga tengah.Pada

penderita OMSK ditemukan tuli sensorineural yang dihubungkan dengan difusi produk toksin ke

dalam skala timpani melalui membran fenstra rotundum, sehingga menyebabkan penurunan

ambang hantaran tulang secara temporer/permanen yang pada fase awal terbatas pada lengkung

basal kohlea tapi dapat meluas kebagian apeks kokhlea.

Evaluasi audiometri penting untuk menentukan fungsi konduktif dan fungsi koklea.Dengan

menggunakan audiometri nada murni pada hantaran udara dan tulang serta penilaian tutur,

35

Page 37: gangguan tuba eustachius

biasanya kerusakan tulang-tulang pendengaran dapat diperkirakan, dan bisa ditentukan manfaat

operasi rekonstruksi telinga tengah untuk perbaikan pendengaran.

• Radiografi

Radiografi yang sekarang biasa digunakan adalah :

- Proyeksi Schuller, yang memperlihatkan luasnya pneumatisasi mastoid dari arah

lateraldan atas. Foto ini berguna untuk pembedahan karena memperlihatkan posisi sinus

lateraldan tegmen. Pada keadaan mastoid yang skleritik, gambaran radiografi ini sangatmembantu

ahli bedah untuk menghindari dura atau sinus lateral.

- Proyeksi Mayer atau Owen, diambil dari arah dan anterior telinga tengah. Akan tampak

gambaran tulang-tulang pendengaran dan atik sehingga dapat diketahui apakah kerusakan tulang

telah mengenai struktur-struktur.

- Proyeksi Stenver, memperlihatkan gambaran sepanjang piramid petrosus dan yang lebih

jelas memperlihatkan kanalis auditorius interna, vestibulum dan kanalis semisirkularis Proyeksi

ini menempatkan antrum dalam potongan melintang sehingga dapat menunjukanadanya

pembesaran akibat kolesteatom.

- Proyeksi Chause III, memberi gambaran atik secara longitudinal sehingga dapat

memperlihatkan kerusakan dini dinding lateral atik. Politomografi dan atau CT scan dapat

menggambarkan kerusakan tulang oleh karena kolesteatom, ada atau tidak tulang-tulang

pendengaran dan beberapa kasus terlihat fistula pada kanalis semisirkularis horizontal

Penatalaksanaan

Pengobatan penyakit telinga kronis yang efektif harus didasarkan pada faktor-faktor

penyebabnya dan pada stadium penyakitnya. Dengan demikian pada waktu pengobatan

haruslah dievaluasi faktor-faktor yang menyebabkan penyakit menjadi kronis, perubahan-

perubahan anatomi yang menghalangi penyembuhan serta menganggu fungsi, dan proses

infeksi yang terdapat ditelinga. Bila didiagnosis kolesteatom, maka mutlak harus dilakukan

operasi, tetapi obat –obatan dapat digunakan untuk mengontrol infeksi sebelum operasi.

Prinsip pengobatan tergantung dari jenis penyakit dan luasnya infeksi, dimana

pengobatan dapat dibagi atas :

1.Konservatif

2.Operasi

a. OMSK Tipe Tubatimpani Tenang

36

Page 38: gangguan tuba eustachius

Keadaan ini tidak memerlukan pengobatan, dan dinasehatkan untuk jangan mengorek telinga,

air jangan masuk ke telinga sewaktu mandi, dilarang berenang dan segera berobat bila

menderita infeksi saluran nafas atas. Bila fasilitas memungkinkan sebaiknya dilakukan

operasi rekonstruksi (miringoplasti,timpanoplasti) untuk mencegah infeksi berulang serta

gangguan pendengaran.

b. OMSK Tipe Tubatimpani Aktif

Keadaan ini harus dilakukan pembersihan liang telinga dan kavum timpani ( toilet telinga).

Tujuan toilet telinga adalah membuat lingkungan yang tidak sesuai untuk perkembangan

mikroorganisme, karena sekret telinga merupakan media yang baik bagi perkembangan

mikroorganisme.

c. Pengobatan OMSK Tipe Atikoantral

Pengobatan yang tepat untuk OMSK maligna adalah operasi. Pengobatan konservatif dengan

medikamentosa hanyalah merupakan terapi sementara sebelum dilakukan pembedahan. Bila

terdapat abses subperiosteal, maka insisi abses sebaiknya dilakukan tersendiri sebelum

kemudian dilakukan mastoidektomi.

Ada beberapa jenis pembedahan atau tehnik operasi yang dapat dilakukan pada OMSK

dengan mastoiditis kronis, baik tipe tubatimpani atau tipe atikoantral, antara lain (Soepardi,

2001).

• Mastoidektomi sederhana

Dilakukan pada OMSK tipe tubatimpani yang tidak sembuh dengan pengobatan konservatif.

Pada tindakan ini dilakukan pembersihan ruang mastoid dari jaringan patologik, dengan

tujuan agar infeksi tenang dan telinga tidak berair lagi.

• Mastoidektomi radikal

Dilakukan pada OMSK tipe atikoantral dengan infeksi atau kolesteatom yang sudah

meluas.Pada operasi ini rongga mastoid dan kavum timpani dibersihkan dari semua jaringan

patologik. Dinding batas antara liang telinga luar dan telinga tengah dengan rongga mastoid

diruntuhkan, sehingga ketiga daerah anatomi tersebut menjadi satu ruangan. Tujuan operasi

ini adalah untuk membuang semua jaringan patologik dan

mencegah komplikasi ke intrakranial.

•Mastoidektomi radikal dengan modifikasi (Operasi Bondy)

Dilakukan pada OMSK dengan kolesteatom di daerah atik, tetapi belum merusak kavum

timpani. Seluruh rongga mastoid dibersihkan dan dinding posterior liang telinga direndahkan.

37

Page 39: gangguan tuba eustachius

Tujuan operasi adalah untuk membuang semua jaringan patologik dari rongga mastoid dan

mempertahankan

pendengaran yang masih ada.

• Miringoplasti

Dilakukan pada OMSK tipe tubatimpani yang sudah tenang dengan ketulian ringan yang

hanya disebabkan oleh perforasi membran timpani. Operasi ini merupakan jenis

timpanoplasti yang paling ringan, dikenal juga dengan nama timpanoplasti tipe 1.

Rekonstruksi hanya dilakukan pada membran timpani. Tujuan operasi adalah untuk

mencegah berulangnya infeksi telinga tengah ada OMSK tipe tubatimpani dengan perforasi

yang menetap.

•Timpanoplasti

Dikerjakan pada OMSK tipe tubatimpani dengan kerusakan yang lebih berat atau OMSK tipe

tubatimpani yang tidak bisa diatasi dengan pengobatan medikamentosa. Tujuan operasi

adalah menyembuhkan penyakit serta memperbaiki pendengaran.

Pada operasi ini selain rekonstruksi membran timpani seringkali harus dilakukan juga

rekonstruksi tulang pendengaran. Berdasarkan bentuk rekonstruksi tulang yang dilakukan

maka dikenal istilah timpanoplasti tipe II, III, IV dan V.

•Timpanoplasti dengan pendekatan ganda (Combined Approach Tympanoplasty)

Dikerjakan pada kasus OMSK tipe atikoantral atau OMSK tipe tubatimpani dengan jaringan

granulasi yang luas. Tujuan operasi untuk menyembuhkan penyakit serta memperbaiki

pendengaran tanpa melakukan teknik mastoidektomi radikal (tanpa meruntuhkan dinding

posterior liang telinga). Yang dimaksud dengan combined approach di sini adalah

membersihkan kolesteatom dan jaringan granulasi di kavum timpani melalui dua jalan, yaitu

liang telinga dan rongga mastoid dengan melakukan timpanotomi posterior. Namun teknik

operasi ini pada OMSK tipe atikoantral belum disepakati oleh para ahli karena sering timbul

kembali kolesteatoma.

38

Page 40: gangguan tuba eustachius

Gambar 19. Alur Penatalaksanaan OMSK

Komplikasi

39

Perforasi membran timpaniMastoiditis akutParesis N. FasialisLabirinitisPetrositis

Intratemporal

Abses subperiosteal

Ekstratemporal

Abses otakTromboflebitisHidrosefalus otikusEmpiema subduraAbses subdura/ ekstradura

Intrakranial

Page 41: gangguan tuba eustachius

Otitis Media Non-Supuratif

Otitis media non supuratif atau nama lainnya otitis media serosa, otitis media musinosa, otitis

media effusi, otitis media sekretoria, otitis media mucoid (glue ear). Otitis media non

supuratif adalah suatu keadaan pada telinga tengah yang ditandai dengan terdapatnya secret

yang nonpurulen dengan membrane timpani masih utuh tanpa dsertai gejala-gejala

perandangan.Jika terdapat cairan ditelinga tengah dengan membrane timpani utuh tanpa ada

tanda-tanda infeksi disebut juga sebagai otitis media dengan efusi. Apabila cairan efusinya

encer ia dipanggil juga otitis media serosa dan apabila efusi tersebut kental seperti lem ia

disebut sebagai otitis media mukoid (glue ear).2

Otitis media serosa dapat terjadi disebabkan beberapa faktor berikut :6

1. Gangguan fungsi tuba eustachius yang dapat disebabkan oleh :

• Adenoid hipertrofi

• Adenoitis

• Sumbing palatum

• Kronik rhinitis dan sinusitis

• Tonsillitis kronik : pembesaran tonsil secara mekaniknya akan menganggu

pergerakkan soft palate dan akhirya menyebabkan gangguan pada pembukaan tuba

eustachius.

• Tumor di nasopharynx

• Barotrauma

2. Allergi

Reaksi allergi menyebabkan edema pada mukosa tuba sehingga terjadi penyumbatan.Ia juga

menyebabkan meningkatnya aktiviti sekresi dari kelenjer di mukosa telinga tengah dan tuba

esutachius.

3. Unresolved otitis media

Pengobatan antibiotic yang tidak adekuat pada penderita otitis media supuratif akut

menyebabkan inaktivasi infeksi tetapi tidak menyembuhkan secara sempurna. Akan terdapat

sisa infeksi dari kuman jenis grade yang rendah didalam telinga sehingga kuman ini

merangsang mukosa untuk menghasilkan cairan dalam jumlah yang banyak. Jumlah sel

goblet dan kelenjar mucus juga meningkat.

4. Infeksi virus

Berbagai jenis virus pada saluran pernafasan atas dapat menginvasi telinga tengah dan

merangsang peningkatan produksi sekret.2,6

40

Page 42: gangguan tuba eustachius

Dalam kondisi normal, mukosa telinga tengah dalam secara konstan mengeluarkan sekret

yang akan dipindahkan oleh mukosiliari kedalam nasopharynx melalui tuba eustachius.

Terdapatnya gangguan pada fungsi tuba menyebabkan sekret tidak dapat keluar sehingga

menumpuk didalam telinga tengah. Pada dasarnya mekanisme terbentuknya OME disebabkan

oleh :

1. Kegagalan fungsi tuba

Kegagalan fungsi tuba eustachius akan menghambar proses aerasi yaitu pertukaran udara

didalam telinga tengah dan juga proses menalirkan cairan dari telinga ke hidung juga

terhambat.

2. Peningkatan produksi sekret dalam telinga tengah

Hasil biopsy mukosa telinga tengah pada penderita kasus OME didapatkan peningkatan

jumlah sel yang menghasilkan mucus atau serosa.6

Pada dasarnya otitis media serosa dapat dibagi atas dua jenis yaitu otitis media serosa akut

dan otitis media serosa kronik.2,6

1- Otitis media serosa akut

Otitis media akut adalah keadaan terbentuknya sekret di telinga tengah secara tiba-tiba yang

disebabkan oleh gangguan fungsi tuba. Keadaan akut ini dapat disebabkan oleh :2

• Sumbatan tuba yaitu pada keadaan tersebut terbentuknya cairan ditelinga tengah

disebabkan oleh tersumbatnya tuba secara tiba-iba seperti pada barotrauma.

• Virus : terbentuknya cairan ditelinga tengah yang berhubungan dengan infeksi virus

pada jalan napas atas.

• Allergi

• Idiopatik

Antara gejala klinik adalah:

• Gejala yang menonjol ialah pendengaran yang semakin berkurang

• Rasa tersumbat pada telinga

• Suara sendiri terdengar lebih nyaring atau berbeda pada telinga yang sakit (diplacussis

binauralis)

• Kadang-kadang terasa seperti terdapat cairan yang bergerak dalam telinga pada saat

posisi kepala berubah

• Rasa sedikit nyeri dalam teinga dapat timbul pada saat awal tuba terganggu, yang

menyebabkan timbul tekanan negative pada teliga tengah seperti pada penderita barotrauma,

41

Page 43: gangguan tuba eustachius

tetapi setelah sekret terbentuk nyeri akan hilang secara pelan-pelan. Rasa nyeri dalam telinga

tidak akan timbul jika penyebab OME adalah virus atau allergi.

• Tinnitus, vertigo atau pusing kadang-kadang ada tetapi dalam bentuk yang ringan.

Pada pemeriksaan otoskopi terlihat membrane timpani retraksi. Membran timpani kelihatan

suram dan opak dengan berkurangnya reflex cahaya. Kadang-kadang ditemukan gelembung

udara atau permukaan cairan dalam kavum timpani. Pada uji garputala : pada pemeriksaan

garpu tala dapat ditemukan tuli konduktif.

Gambar 20. Otitis Media Serosa Akut

Gambar 21. Otitis Media Serosa Kronis

Pengobatan otitis media serosa akut terdiri daripada :

42

Page 44: gangguan tuba eustachius

a. Medika mentosa :

Pengobatan medical dapat diberikan obat vasokonstriktor local (tetes hidung), diberikan obat

antihistamin, serta pasar valsalva jika tidak terdapat tanda-tanda infeksi dijalan napas atas.

b. Pembedahan :

Indikasi pembedahan pada otitis media serosa akut adalah apabila setelah pengobatan secara

medika mentosa selama 1 atau 2 minggu tetapi gejala masih menetap.Tindakan yang pertama

adalah melakukan miringitomi dan bila masih belum sembuh maka dilakukankan miringitomi

bererta pemasangan pipa ventilasi (grommet).

2- Otitis media serosa kronik (glue ear)

Beda antara otitis media serosa akut dengan otitis media serosa kronik ialah pada cara

terbentuknya sekret. Pada otitis media serosa akut sekret terjadi secara tiba-tiba ditelinga

tengah dengan disertai rasa sakit pada telinga sedangkan pada keadaan kronis sekret

terbentuk secara bertahap tanpa rasa nyeri dengan gejala-gejala pada telinga yang

berlangsung lama.2

Prevalensi otitis media serosa kronik sering terjadi pada anak-anak manakala otitis media

serosa akut lebih sering pada terjadi pada orang dewasa. Otitis media serosa yang unilateral

pada orang dewasa tanpa penyebab yang jelas harus selalu dipikirkan kemungkinan adanya

karsinoma nasopharynx.6

Sekret pada otitis media kronik dapat kental seperti lem maka ia sering disebut glue ear.

Selain itu ia juga sering terjadi sebagai gejala sisa dari otitis media akut yang tidak sembuh

sempurna.Gejala klinis biasanya perasaan tuli yang menonjol (40-50dB) oleh kerana adanya

sekret kental atau glue ear.Pada pemeriksaan otoskopi terlihat membrane timpani masih utuh,

retraksi, suram, berwarna kuning kemerahan atau keabu-abuan.

Pengobatan otitis media kronik adalah:

a. Medika mentosa :

Pada kasus yang masih baru dapat diberikan dekongestan tetes hidung serta kombinasi anti

histamine.Dekongestan peroral kadang-kadang bias berhasil. Pengobatan akan dilanjutkan

selama 3 bulan bila tidak berhasil barulah dilakukan tindakan operasi. Disamping itu iuga

pasien haruslah diobservasi untuk dinilai serta diobati faktor-faktor penyebab seperti alergi,

pembesaran adenoid atau tonsil, infeksi hidung atau sinus.

43

Page 45: gangguan tuba eustachius

b. Pembedahan :

Mengeluarkan sekret dengancara miringitomi dan memasang pipa ventilasi (grommet).

Antara komplikasi pada kelainan otitis media efusi adalah:

• Infeksi telinga akut

• Kista di telinga tengah

• Kerusakan permanen dari telinga dengan hilang fungsi pendengaran yang parsial atau

sebahagian atau seluruhnya

• Terbentuk skar pada membrane timpani (timpanosklerosis)

• Kesulitan berbicara dan berbahasa

• Kolesteatoma

44

Page 46: gangguan tuba eustachius

BAB III

Penutup

III.1 Kesimpulan

Tuba Eustachius adalah bagian dari telinga tengah yang berupa saluran yang menghubungkan cavum tympani dan nasofaring. Dari muara tuba pada cavum tympani menuju ke muara tuba di nasofaring berjalan ke arah inferomedial. Tuba eustachius ini dibagi menjadi: pars osseus dan pars cartilaginea.

Fungsi dari tuba eustachius adalah menjaga agar tekanan pada cavum tympani sama dengan tekanan pada dunia luar dan menjamin ventilasi udara dari cavum tympani. Tuba biasanya dalam keadaan tertutup dan baru terbuka apabila oksigen diperlukan masuk ke telinga tengah atau pada saat mengunyah, menelan dan menguap. Pembukaan tuba dibantu oleh otot tenso veli palatini apabila terdapat perbedaan tekanan.

Disfungsi Tuba Eustachius merupakan suatu keadaan terbloknya tuba eustachius atau tidak bisa terbuka secara baik, terbuka abnormal, myoklonus palatal, palatoskisis, dan obstruksi tuba. Saat udara tidak dapat masuk ke dalam telinga tengah, tekanan udara di luar membran timpani lebih besar dibandingkan tekanan udara di telinga tengah sehingga mendorong membran timpani masuk ke dalam. Membran timpani menjadi tegang dan tidak bergetar dengan baik ketika dilalui oleh gelombang suara.

45

Page 47: gangguan tuba eustachius

DAFTAR PUSTAKA

1. Ganong, William. Pendengaran dan keseimbangan. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. 22nd ed. Jakarta: EGC; 2008.p. 79-85.

2. Djaafar, Zainul, Helmi, Ratna R. Gangguan fungsi tuba eustachius. Kelainan telinga tengah. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala Dan Leher. 6th

ed. Jakarta: Balai Penerbit FK-UI; 2007.p. 64-5.

3. Jane NZ. Middle ear barotrauma. In Principles and practice of travel medicine. 2nd ed. UK: John Wiley & Sons Ltd; 2013. p.370-1.

4. Mohammad M,Suhail M. Nonsuppurative otitis media and otitic barotrauma. In Textbook of ear, nose and throat diseases.12thed. New Delhi: JP Medical Ltd; 2013.p.58-60.

5. Alpen A.Patel. patology of eustachian tube treatment and management. e-medicine (serial online) 2013 Mei 29 (cited 2013 Oct 30). Available from: URL:http://emedicine.medscape.com/article/858909-treatment#a1128

6. Dhingra. Disorder of middle ear. In:Diseases of ear, nose and throat. 4th Edition. Reed Elsevier; India : 2007.p. 59-65.

7. Djaafar, Zainul, Helmi, Ratna R. Otitis media supuratif kronis. Kelainan telinga tengah, Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala Dan Leher. 6th ed. Jakarta: Balai Penerbit FK-UI; 2007.p. 69-74.

8. Acuin J. Chronic suppurative otitis media: Burden of illness and management options. Geneva: World Health Organization; 2004

46