gangguan pada
TRANSCRIPT
Gangguan Pada
Mekanisme Relaksasi Otot
Stien Julia Risky Hetharie
102010266
Kelompok E4
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA
2011
Pendahuluan
Jaringan otot mencapai 40-50% berat tubuh, pada umunya tersusun dari sel-
sel kontraktil yang disebut serabut otot.1 Kira-kira 40% dari seluruh tubuh terdiri dari
otot rangka.6 Otot-otot rangka dan tulang berfungsi menunjang dan menggerakkan
tubuh.7 Tulang melindungi organ-organ bagian dalam dan digerakkan oleh otot.7
Melalui kontraksi, sel-sel otot menghasilkan pergerakkan dan melakukan aktifitasnya
sehingga kita dapat melakukan pekerjaan.1,6,7
Otot secara umum dibagi atas 3 jenis, yaitu otot rangka, otot jantung dan otot
polos. Otot rangka merupakan massa besar yang menyusun jaringan otot somatik.
Otot ini memiliki gambaran serat melintang yang sangat jelas. Biasanya otot rangka
tidak berkontraksi tanpa rangsangan dari saraf, tidak memiliki hubungan anatomik
dan fungsional di antara serabut ototnya, dan umumnya di bawah kendali.2
Kejang otot selama melakukan latihan atau olahraga merupakan fenomena
yang dialami oleh setiap orang. Bahkan, hal ini pun sering sekali terjadi pada
seorang atlit. Kejang otot merupakan kontraksi tidak terkontrol dari otot yang
menyebabkan ketegangan pada otot sehingga menyebabkan rasa nyeri. Namun,
pada umunya masyarakat tidak mengetahui apa penyebabnya sehingga
penanganannya pun keliru.8
Penyakit atau cedera otot dan tulang menyebabkan pergerakan menjadi sulit
dan menimbulkan nyeri.7 Hal inilah yang menjadi dasar penyuusnan makalah ini,
dengan harapan agar apa yang ditulis dalam makalah ini dapat berguna untuk
menambah pengetahuan kita tantang mekanisme kerja otot yang terganggu.
Tujuan
Adapun tujuan dari penyusunan makalah ini adalah untuk mengetahui
mekanisme kerja maupun relaksasi otot serta dampak dan gangguannya.
Struktur Otot dan Tulang
A. Struktur Tulang
Dalam makalah ini, struktur tulang yang akan dibahas yaitu pada
ekstremitas inferior tepatnya pada tulang tibia dan fibula. Secara anatomis,
bagian proximal dari tungkai bawah antara girdel pelvis dan lutut adalah
paha, bagian lutut dan pergelangan kaki adalah tungkai.1
1. Femur
Femur merupakan ulang terpanjang, terkuat, dan terberat dari
semua tulang pada rangka tubuh. Ujung kepala femur memiliki kepala
yang membulat untuk berartikulasi dengan asetabulum. Bagian
permukaan lebut pada kepala, fovea kapitis berfungsi sebagai tempat
perlekatan ligament yang menyangga kepala tulang agar tetap di
tempatnnya. Femur tidak berada pada garis vertikal tubuh. Kepala
femur masuk degan pas ke asetabulum umtuk membentuk sudut
sekitar 1250 Dari bagiam leher femur, dengan demikian, batang tulang
paha dapat bergerak bebas tanpa terhalang pelvis saat paha
bergerak.1
Gambar 1.1 Femur dan bagian-bagiannya (google.com)
Di bawah bagian kepala yang tirus ada bagian leher yang
tebal, yang terus memanjang sebagai batang. Ujung atas batang
memiliki dua prosesus yang menonjol, torachanter major dan
torachanter minor, sebagai tempat untuk menggerakkan persendian
panggul. Bagian batang permukaannya halus dan lekuk kasar untuk
perlekatan beberapa otot yang disebut linea aspera.1,11
Ujung bawah batang melebar ke dalam condylus medial dan
condylus lateral. Pada permukaan posterior, dua condylus tersebut
membesar dengan fosa intercondylaris yang terletak di antara
keduanya. Area triangular di atas fosa tersebut disebut permukaan
popliteal. Pada permukaan anterior, epicondylus medial dan lateral
berada di atas dua condylus besar. Permukaan artikular halus yang
terdapat di antara kedua condylus adalah permukaan patelar, yang
berbentuk konkaf untuk menerima patella (tempurung lutut).1,10
2. Tulang Tungkai
a. Tibia
Tibia adalah tulang medial yang besar, tulang ini membagi
berat tubuh dari bagian femur ke bagian kaki. Bagian kepala tulang
melebar ke condylus medialis dan lateralis, yang berbentuk konkaf
untuk berartikulasi dengan condylus femoral. Tonjolan interkondilar
terleak di antara dua buah condylus. Condylus lateral menonjol
membentuk facies articularis fibularis yang akan menerima bagian
kepala fibula. Tuberositas tibial berfungsi sebagai untuk tempat
pelekatan ligament patella, menonjol pada permukaan anterior di
antara dua condylus. Crista tibial anterior lebih umum disebut tulang
kering adalah punggung batang tulang dengan permukaan anterior
yang tajam dan melengkung ke bawah. Ujung bawah tibia melebar
untuk berartikulasi dengantulang talus pergelangan kaki. Margo
medial adalah tonjolan yang membentuk benjolan pada sisi medial
pergelangan kaki.1,10
b. Fibula
Merupakan tulang yang paling ramping dalam tubuh,
panjangnnya proposional, dan tidak turut menopang berat tubuh.
Berfungsi untuk menambah area yang tersedia sebagai tempat
perlekatan otot pada tungkai.1
Bagian kepala fibula berartikulasi dengan fasies articularis
fibularis di bawah condylus lateral tulang tibia. Ujung bawah
batangnya berartikulasi secara medial dengan takik fibular pada
tulang tibia dan memanjang ke arah lateral menjadi malleolus
laterali.1,10
Gambar 1.2 Tibia dan fibula serta bagian-bagiannya (google.com)
3. Pergelangan Kaki
Tersusun atas 26 tulang yang diatur dalam tiga rangkaian. Tulang
tarsal menyerupai tulang karpal pergelangan tangan, tetapi berukuran
lebih besar, tulang metatarsal juga menyerupai tulang metacarpal
tulang tangan dan falang jari pada jari kaki juga menyerupai falang jari
tangan.1
a. Tulang tarsal
Tulang talus berartikulasi dengan malleolus medial tibia
dengan malleolus lateral fibula. Oleh karena itu, bagian ini menopang
seluruh berat tungkai, yang tersebar setengah ke bawah kearah tumit
dan setengah lagi ke depan pada tulang-tulang pembentuk lengkung
kaki. Tulang calcaneus terletak di bawah talus dan menonjol di
belakang talus, dan meredam goncangan saat tumit menginjak tanah.
Tulang navikular memiliki permukaan posterior berbentuk berbentuk
konkaf untuk berartikulasi dengan talus dan permukaan anterior
berbentuk konveks untuk berartikulasi dengan tiga tulang tarsal. Tiga
tulang cuneiforme yang berbentuk baji yang masing-masing
berartikulasi dengan tulang tarsal, selain itu tulang cuneiforme ketiga
juga berartikulasi dengan tulang tarsal ketujuh yaitu cuboidei. Tulang
cuboidei berartikulasi di sisi anterior dengan tulang metatarsal
keempat dan kelima, di sisi posterior tulang ini berartikulasi dengan
calcaneus.1,10
b. Telapak kaki dan arkus longitudinal
Terbentuk dari lima tulang metatarsal yang ramping. Bagian dasar
metatatarsal berartikulasi dengan tarsal. Bagian kepalanya
berartikulasi dengan falang. Bagian kepala dari dua metatarsal
pertama membentuk tumit kaki.1,10
B. Struktur Otot
Terdapat tiga jenis otot, yaitu otot rangka, jantung dan polos. Sistem
otot berfungsi sebagai pergerakan, penopang tubuh dan mempertahankan postur
serta produksi panas. Dalam fungsinya sebagai pergerakan, otot menghasilkan
gerakan pada tulang tempat otot tersebut melekat dan bergerak dalam bagian-
bagian internal tubuh. Otot juga menopang rangka dan mempertahankan tubuh
saat berada dalam posisi berdiri atau saat duduk terhadap gaya grafitasi.
Kontraksi otot secara metabolis menghasilkan panas untuk mempertahankan
suhu normal tubuh.1
Otot mempunyai ciri-ciri, yaitu kontraktilitas, eksitabilitas,
ekstensibilitas, elatisitas. Serabut otot berkontraksi dan menegang, yang dapat
atau mungkin juga tidak melibatkan pemendekan otot. Serabut akan terelongasi
karena kontraksi pada setiap diameter sel berbentuk kubus atau bulat hanya
akan menghasilkan pemendekan terbatas. Dalam eksitabilitasnya, serabut otot
akan merespons dengan kuat jika distimulasi oleh implus saraf.
Ekstensibilitasnya, serabut otot memiliki kemampuan untuk meregang melebihi
panjang otot saat relaksasi. Dalam elastisitas, serabut otot dalam kembali ke
ukurannya semula setelah berkontraksi atau meregang.1
Struktur Gelendong Otot
Tiap gelondong otot terdiri dari 2-10 serabut otot yang dibungkus didalam
kapsula jaringan ikat. Serabut ini bersifat lebih embrional dan mempunyai garis
yang kurang jelas dibandingkan sisa serabut didalam otot. Dinamai serabut
intrafusal untuk membedakannya dari serabut ekstrafusal, unit kontraktil biasa
otot ini. Serabut intrafusal sama dengan sisa serabut otot karena ujung kapsula
gelondong di lekatkan ke tendo pada ujung otot atau ke sisi serabut ekstrafusal.4
Ada 2 jenis serabut intrafusal didalam gelendong otot manusia. Jenis pertama
mengandung banyak inti di dalam area sentral berdilatasi, sehingga dinamai
suatu serabut kantong inti. Jenis kedua serabut rantai ini, lebih tipis dan lebih
pendek serta tanpa kantong pasti. Ujung serabut rantai inti menghubungkan sisi-
sisi serabut kantong inti. Ujung serabut intrafusal bersifat kontraktil, sedangkan
bagian sentral mungkin tidak.4
Ada 2 jenis ujung sensorik pada tiap gelendong. Ujung primer atau
anulospiral merupakan akhir serabut aferen grup yang cepat menghantarkan, yang
membungkus sekeliling pusat kantong inti dan serabut rantai inti. Ujung sekunder
atau tangkai bunga merupakan akhir serabut sensorik Grup II dan terletak dekat
ujung serabut intrafusal, tetapi hanya pada serabut rantai inti.4
Gelendong mempunyai persarafan motorik sendiri. Saraf ini
berdiameter 3-6m, yang membentuk sekitar 30% serabut didalam radix ventralis dan
termasuk didalam kelompok A γ Gasser Erlanger. Karena ukurannya yang khas, ia
dinamai susunan motorik kecil atau γ eferen Leksell. Ia juga tampak sebagai
persarafan gelendong yang jarang oleh cabang serabut yang mensarafi serabut
ekstrafusal didalm otot yang sama. Fungsi persarafan β ini belum diketahui.4
Ujung serabut γ eferen dari 2 jenis histology. Ada lempeng ujung
motorik (ujung lempeng) pada serabut kantong inti dan ada ujung yang membentuk
jala luas (ujung jejal [ ‘trail’ ]) terutama pada serabut rantai inti. Diketahui bahwa
gelendong inti menerima 2 jenis fungsional persarafan – γ eferen dinamik dan γ
eferen static dan layak mendalilkan bahwa γ eferen dinamik berakhir pada ujung
lempeng, sedangkan γ eferen static berakhir pada ujung jejak.4
Fungsi Gelendong Otot
Bila gelendong otot direnggangkan, maka ujung primer berubah
bentuk dan potensial reseptor dibentuk.4
Kemudian ia memulai potensial aksi didalam serabut sensorik pada
frekuensi yang sebanding dengan derajat regangan. Gelendong ini sejajar dengan
serabut ekstrafusal dan bila otot diregangkan secara pasif, maka gelendong ini juga
teregang. Ia memulai kontraksi refleks serabut ekstrafusal didalam otot. Dipihak lain
aferen gelendong khas menghentikan pencetusan bila otot melakukan kontraksi
dengan rangsangan listrik serabut saraf ke serabut ekstrafusal, karena otot
memendek sementara gelendong tidak.4
Sehingga gelendong dan hubungan refleksnya membentuk alat
umpan balik yang bekerja untuk mempertahankan panjang otot, jika otot
direngangkan, maka pelepasan listrik gelendong melekat dan di timbulkan
pemendekan refleks, sedangkan jika otot diperpendek tanpa suatu perubahan dalam
pelepasan listrik γ eferen, maka pelepasan listrik gelendong menurun dan otot
relaksasi.4
Ujung primer pada serabut kantong inti dan serabut rantai inti
dirangsang keduanya sewaktu gelendong diregangkan, tetapi pola respon berbeda.
Saraf dari ujung didalam daerah kantong inti paling cepat melepaskan listrik
sementara otot diregang dan kurang cepat selama regangan dipertahankan. Saraf
dari ujung primer pada serabut rantai inti melepaskan listrik pada kecepatan
meningkat diseluruh masa ini sewaktu otot diregangkan. Sehingga ujung primer
berespon terhadap perubahan dalam panjang dan dalam perubahan kecepatan
dalam regangan. Respon ujung primer terhadap kejadian fasik maupun tonik didalm
otot bersifat penting, karena respon fasik yang cepat dan jelas akan membantu
memperkecil osilasi karena kelambatan hantaran didalam gelun umpan balik yang
meregulasi panjang otot.Normalnya ada osilasi kecil dalm gelung umpan balik ini.
Tremor fisiologi ini mempunyai frekuensi sekitar 10Hz. Tetapi tremor ini akan
membentuk jika ia bukan karena sensitivitas gelendong terhadap kecepatan
regangan.4
Otot Rangka
Sel-sel otot dirancang khusus untuk berkontraksi.8 Otot rangka tersusun dari
serabut otot yang panjang dan silindris serta merupakan “Balok penyusun” sistem
otot dan dibungkus oleh jaringan ikat.2,8 Otot rangka dihubungkan ketulang melalui
tendon dan serabut otot tersusun sejajar diantara ujung tendon sehingga daya
kontraksi disetiap unit akan saling menguatkan.2,7
Otot rangka disebut juga otot serat lintang karena adanya garis-garis
melintang yang dapat dilihat melalui mikroskop cahaya.7 Garis-garis lintang tersebut
adalah myofibril dengan setiap myofibril terdiri dari rangkaian filament tebal dan tipis
yang bertumpuh dan sedikit bertumpang tindih.7,8
Filamen tebal terdiri dari protein myosin. Filamen tipis terutama terdiri dari
protein aktin yang memiliki kemampuan berikatkan dan berinteraksi dengan
jembatan silang myosin untuk menghasilkan kontraksi. Akan tetapi, dua protein lain,
yakni troponi dan tropomiosin terletak melintang di permukaan filament tipis untuk
mencegah interaksi jembatan silang ini dalam keadaan istirahat.8
Daerah myofibril dimana hanya terdapat filament tebal disebut zona H.
Daerah dimana hanya terdapat filament tipis disebut zona I. Pita A adalah tempat
filament tipis dan tebal saling tumpang tindih. Garis Z adalah tepi myofibril tempat
aktin melekat. Setiap sarkomer terlentang dari satu garis Z ke garis Z berikutnya.2,3,7,8
Otot-otot tungkai bawah terbagi menjadi tiga compartemen.
a. Compartimentum anterius
Compartimentum anterius tungkai bawah adalah ekstensor yang
terletak anterior terhadap membrane interossea cruris, antara permukaan lateral tibia
dan septum intermusculare cruris anterius. Empat otot kompartemen ini adalah
musculus tibialis anterior, musculus extensor hallucis longus, musculus extensor
digitorum longus dan musculus fibularis tertius. Otot-otot ini berfungsi sebagai
dorsoflexor sendi pergelangan kaki dan sebagai otot-otot flexor jari-jari kaki. Otot ini
dikekang oleh oleh retinaculum musculorum extensorum superius yang erupakan
secarik fascia profunda yang terentang antara tibia dan fibula, proximal terhadap
kedua malleolus.9
Retinaculum musculorum extensorum inferius sebuah berkas facia
profunda yang berbentuk huruf Y, di sebelah lateral melekat pada permukaan antero-
seperior calcaneus. Berkas ini membentuk sosok yang kokoh sekeliling tendo
musculi fibularis tertii dan musculus extensor digitorum longus.9
b. Compartimentum laterale
Compartimentum laterale pada tungkai bawah dibatasi oleh
permukaan lateral tibia, septum intermuscular crusis anterius dan cruris posterius,
dan fascia cruris. Compartimentum laterale berisis musculus fibularis longus dan
musculus fibularis brevis untuk tempat lekat, persarafan dan fungsi utama otot-otot.9
c. Compartimentum posterius
Otot-otot Compartimentum posterius dapat dibedakan atas pars
superficialis dan pars profunda yang dibatasi satu terhadap yang lain oleh selembar
septum transversale.9
Kelompok otot pars superficialis
Kelompok ini dibagi menjadi tiga bagian, yaitu musculus
gastrocnemius, musculus soleus dan musculus plantaris. Musculus gastrocnemius
yang berkepala dua bersama dengan musculus soleus membentuk musculus triceps
surae. Otot ini terdirir dari tiga bagian, memiliki tendo lekat bersama pada calcaneus.
Dikenal sebagai tendo calcaneus Achilles. Otot ini melakukan fleksi kearah plantar
pada pergelangan kaki.9
Musculus gastrocnemius, otot paling superficial dalam
compartimentum posterius. Karena serabutnya terutama teratur vertical, kontraksi
musculus gastrocnemius menghasilkan gerakan cepat sewaktu berlari dan
melompat. Meskipun berpengaruh terhadap gerak pada articulasio genus dan juga
pada sendi pergelangan kak, otot ini tidak dapat melimpahkan seluruh kekuatannya
pada kedua sendi secara berbarengan. Musculus soleus terletak lebih profunda
daripada musculus gastrocnemius dan bertenaga besar. Musculus plantaris
biasanya berukuran lebih kecil.9
Kelompok otot pars profunda
Kelompok ini terdiri dari empat otot, yaitu musculus popliteus,
musculus flexor hallucis longus, musculus flexor digitorum longus dan musculus
tibialis posterior.9
Musculus popliteus mempengaruhi articulatio genus, sedangkan otot-
otot lainnya mempengaruhi sendi pergelangan kaki dan sendi –sendi kaki. Musculus
flexor hallucis longus adalah otot pendorong yang kuat sewaktu berjalan, berlari atau
melompat. Otot ini berperan penting dalam kelenturan berjalan. Musculus flexor
digitorum longus lebih kecil daripada musculus flexor hallucis longus. Otot ini
melintas secara diagonal memasuki telapak kaki dan terbagi menjadi empat tendo
yang melintas ke phalanges distales II-IV. Musculus tibialis posterior, otot paling
profunda di compartinum posterius, terletak pada bidang yang sama seperti tibia dan
fibula, diapit oleh musculus flexor digitorum dan musculus flexor hallucis longus.
Tendonya dapat dilihat dan diraba disebelah belakang malleolus medialis.9
Gambar 1.3 bagian-bagian otot rangka (google.com)
Sumber Energi Kontraksi
Kontraksi otot membutuhkan energi dan otot disebut sebagai mesin
pengubah energi kimia menjadi kerja mekanis. Sumber energi yang dapat segera
digunakan adalah ATP, dan zat ini diperoleh dari metabolisme karbohidrat dan
lemak.2
Kerana ATP yang tersimpan dalam otot biasanya akan habis setelah sepuluh
kali kontraksi maka kontraksi ATP harus dibentuk kembali untuk kelangsungan
aktifitas otot melalui sumber lain.
1. Kreatin-P (CP)
Merupakan senyawa berenergi tinggi lainnya, dan sebagai sumber
energi yang langsung tersedia untuk memperbaharui ATP dari ADP (CP +
ADP ATP + Keratin). Dalam keadaan istirahat, sebagian ATP di
mitokondria akan dilepaskan fosfatnya pada keratin, sehingga terbentuk
simpanan fosforilkreatin. Pada waktu olahraga, fosforilkreatin mengalami
hidrolisis di tempat pertemuan kepala myosin, sehingga membentuk ATP dari
ADP yang menyebabkan proses kontraksi dapat berlangsung. CP
memungkinkan kontraksi otot tetap berlangsung saat ATP tambahan
dibentuk melalui metabolisme glukosa secara aerob dan anaerob. CP
menyediakan energi untuk sekitar 100 kontraksi dan harus disintesis ulang
dengan cara memproduksi lebih banyak ATP (ATP + Kreatin ADP + CP).
ATP tambahan terbentuk dari metabolisme glukosa dan asam lemak melalui
reaksi aerob dan anaerob.1,2
2. Reaksi anaerob (Penguraian karbohidrat lemak atau glikolisis)
Selama kerja berlangsung, sebagian besar energi untuk fosforilkreatin
dan sintesis ulang ATP berasal dari penguraian glukosa menjadi CO2 dan
H2O. Glukosa di dalam darah masuk ke dalam sel dan mengalami penguraian
menjadi piruvat melalui serangkaian reaksi kimia. Sumber glukosa intrasel
lain yang berarti juga sumber piruvat adalah glikogen. Glikolisis berlangsung
di dalam sitoplasma. Proses ini berlangsung cepat tetapi tidak efisien karena
hanya menghasilkan dua molekul ATP per molekul glukosa. Glikolisis dapat
memenuhi kebutuhan ATP untuk kontraksi otot dalam waktu singkat jika
persediaan oksigen tidak mencukupi. Tanpa oksigen, asam piruvat diubah
menjadi asam laktat. Asam laktat berdifusi keluar otot dan dibawa ke hati
untuk disintesis ulang menjadi glukosa.1,2
3. Reaksi aerob
Saat aktifitas berlangsung, asam piruvat yang terbentuk melalui
glikolisis anaerob mengalir ke mitokondria sioplasma untuk masuk dalam
siklus asam sitrat untuk oksidasi. Glukosa kan terurai sempurna menjadi CO2
dan H2O dan energi (ATP). Reaksi ini berlangsung lambat da menghasilkan
36 ATP per 1 mol glukosa.1
4. Oxygen debt
Saat terjadi aktifitas berat yang singkat, penguraian ATP berlangsung
dengan cepat sehingga simpanan energi aerob menjadi cepat habi. System
respiratorik dan pembuluh darah tidak dapat menghantar cukup oksigen ke
otot untuk membentuk ATP melalui reaksi aerob. Asam laktat berakumulasi,
mengubah pH dan menyebabkan keletihan serta nyrei otot. Oksigen ekstra
yang harus dihirup setelah aktifitas berat tersebut disebut oxygen debt.
Volume oksigen yang dihirup tetap berada di atas volume normal sampai
semua asam laktat dikeluarkan, baik dioksidasi ulang menjadi asam piruvat
dalam otot atau disintesis ulang menjadi glukosa dalam hati.1
Mekanisme Kerja Otot
A. Mekanisme Kontraksi Otot
1. Mekanisme umum kontraksi otot
Timbul dan berakhirnya kontraksi otot terjadi dalam urutan tahap-tahap
yang dimulai ketika suatu potensial aksi berjalan di sepanjang sebuah saraf
motorik sampai ke ujungnya pada serabut otot. Di setiap ujung, saraf
menyekresi substansi neorutransmitter yaitu asetilkolin dalam jumlah sedikit.
Asetilkolin bekerja pada area membrane serabut otot untuk mebuka banyak
kanal “bergerbang asetilkolin” melalui molekul-molekul protein yang terapung
pada membrane. Terbukanya kanal bergerbang asetilkolin memungkinkan
sejumlah besar ion natrium untuk berdifusi masuk ke bagian dalam
membrane serabut otot. Peristiwa ini akan menimbulkan suatu potensial aksi
pada membrane. Potensial aksi berjalan sepanjang membrane serabut otot
dengan cara yang sama seperti membrane serabut saraf. Potensial aksi akan
menimbulkan depolarisasimembran otot, dan banyak aliran listrik potensial
aksi mengalir melalui pusat serabut otot. Di sini, potensial aksi menyebabkan
reticulum sarkoplasma melepaskan sejumlah besar ion kalsium yang telah
tersimpan di dalam reticulum ini. Selain itu, sebuah molekul ATP yang
terdapat di kepala myosin terurai oleh myosin ATPase dan terjadi
pembebasan energi. Energi digunkan untuk mengayunkan jembatan silang.
Ion-ion kalsium menimbulkan kekuatan menarik antara filament-filamen aktin
dan myosin yang menyebabkan kedua filament tersebut bergeser satu sama
lain dan menghasilkan proses kontraksi. Selama kontraksi otot panjang
filament aktin dan myosin tidak berubah, tetapi pita I dan zona H
memendek.6,7
2. Mekanisme kontraksi otot rangka
Dasar Mekanisme Kontraksi Otot Rangka
Eksistasi serat otot rangka oleh neuron motoriknya menimbulkan
kontraksi melelui serangkaian proses yang menyebabkan filament-filamen
tipis bergeser saling mendekat satu sama lain di antara filament tebal.
Mekanisme pergeseran filament pada filament pada kontraksi otot ini
diaktifkan oleh pengeluaran Ca2+ dari kantung lateral reticulum sarkoplasma.
Pengeluaran Ca terjadi sebagai respon dari penyebaran potensial aksi serat
otot ke bagian tengah serat melalui tubulus T. Kalsium yang dikeluarkan
berikatan dengan kompleks topinin-tropomiosin filament tipis, menyebabkan
reposisi kompleks tersebut, sehingga pengikatan jembatan silang aktin
terbuka. Setelah aktin berikatan dengan jembatan silang myosin, interaksi
molekul antara aktin dan myosin membebaskan energi di dalam kepala
myosin yang disimpan dari penguraian ATP sebelumnya oleh ATPase
myosin. Energi yang dibebaskan ini menggerakkan jembatan silang. Selama
gerakan mengayun, jembatan silang telah aktif melengkung kea rah bagin
tengah filament tebal, “mendayung” ke arah dalam filament tipis tempat
jembatan silang tersebut , melekat. 8
Mekanisme Kontraksi Otot Rangka
Unit Motorik. Setiap motoneuron yang meninggalkan medulla spinalis
akan mempersarafi beragam serabut otot, dan jumlahnya bergantung pada jenis
otot. Semua serabut otot yang dipersarafi oleh satu serabut saraf disebut unit
mototrik. Pada umumnya, otot-otot kecil yang bereaksi dengan cepat dan yang
pengaturannya harus tepat mempunyai lebih banyak serabut saraf untuk serabut otot
yang lebih sedikit jumlahnya, sebaliknya otot besar yang tidak memerlukan
pengaturan halus seperti otot soleus, mungkin mempunyai beberapa ratus serabut
otot dalam satu unit motorik.6
Serabut-serabut otot dalam setiap unit motorik tidak seluruhnya terkumpul
bersama-sama dalam satu otot tetapi menumpang tindih unit motorik lain dalam
suatu berkas mikro yang terdiri dari 3 sampai 15 serabut. Pertautan ini menyebabkan
unit motorik yang terpisah akan berkontraksi untuk membantu unit yang lain dan
bukan secara keseluruhan sebagai segmen tersendiri.6
Kontraksi otot pada Kekuatan yang Berbeda-Beda (Sumasi Kekuatan).
sumasi berarti penjumlahan setiap kontraksi kedutan otot untuk meningkatkan
intensitas keseluruhan kontraksi otot. Sumasi terjadi dalam dua cara, yang pertama
dengan meningkatkan jumlah unit motorik yang berkontraksi secara bersama-sama,
yang disebut sumasi serabut multiple dan kedua dengan meningkatkan frekuensi
kontraksi yang disebut sumasi frekuensi dan dapat menimbulkan tetanisasi.6
Sumasi Serabut Multiple. Bila system saraf mengirimkan sinyal yang lemah
untuk menimbulkan kontraksi otot, yang lebih sering terangsang adalah unit motorik
dalam otot yang mengandung serabut otot yang lebih kecil daripada unit mototrik
yang lebih besar. Kemudian, ketika kekuatan sinyal meningkat, unit motorik yang
mulai terangsang juga semakin besar. Unit motorik yang terbesar seringkali memiliki
daya kontraksi 50 kali lebih kuat dari daya unit yang paling keci. Hal ini disebut
porinsip ukuran. Peristiwa tersebut bersifat penting, karena dapat menghasilkan
gradasi kekuatan otot untuk menimbulkan kontraksi lemah pada tahap kecil,
sementara tahap-tahap ini secara progresif akan menjadi semakin besar. Penyebab
dari prinsip ukuran ini adalah unit motorik yang lebih kecil dirangsang oleh serabut
saraf motorik yang kecil, dan motoneuron kecil dalam medulla spinalis lebih mudah
terangsang daripada moroneuron besar, sehingga secara alami motoneuron kecil
yang pertama kali akan terangsang. Gambaran penting lain dari sumasi serabut
multiple adalah bahwa berbagai unit motorik dirangsang secara tidak sinkron oleh
medulla spinalis, sehingga terjadi kontraksi yang saling bergantian di antara satu unit
motorik dan unit motorik lainnya sehingga terjadi kontraksi yang halus bahkan pada
frekuensi sinyal saraf yang rendah.6
Gambar 1.4 zona kontraksi otot (google.com)
B. Mekanisme Relaksasi Otot
Relakssasi otot terjadi jika konsentrasi Ca2+ sarkoplasma menurun
hingga di bawah 10-7 mol/L sebagai akibat pelepasannya kembali ke dalam
reticulum sarkoplasma oleh Ca2+ ATPase. TpC4Ca2+ kehilangan Ca2+ ,
troponin lewat interaksinya dengan tropomiosin, menghambat interaksi
kepala myosin-F-aktin selanjutnya dan dengan adanya ATP, kepala myosin
terlepas dari F-aktin. Dengan demikian, ion Ca2+ mengendalikan kontraksi otot
lewat mekanisme alosterik yang dipenrantarai di dalam otot oleh TpC, TpI,
TpT, tropomiosin dan F-aktin. Serat otot melemas sewaktu kalsium dipompa
kembali ke dalam reticulum sarkoplasma. Seaktu kadar ion kalsium turun,
maka tropinin dan tropomiosin kembali menghambat pengikatan aktin serta
myosin dan kontraksi otot berhenti.3,7
Mekanisme Kejang
Kejang tendo calcaneus Achilles cukup sering terjadi. Cedera-cedera ini yang
menyebabkan nyeri, seringkali terjadi sewaktu berlari dan pada cabang olahraga
yang menghendaki star cepat (misalnya squash). Ruptut tando calceneus Achilles
biasanya menyebabkan nyeri secara tiba-tiba pada bagian belakang tungkai bawah.
Penderita tidak dapat menggunakan extremitasnya dan pada betis tampas suatu
benjol yang terjadi karena pemendekan musculus triceps surae. Sesudah tendo
calcaneus Achilles terputus, pada kaki dapat dilakukan dorsfleksi secara lebih luas
daripada biasa, dan penderita tidak dapat melakukan fleksi ke arah plantar.9
Refleks tendo calcaneus Achilles, dibangkitkan dengan mengetuk tendo
calcaneus Achilles dengan tukul refleks (refleks hammer). Jika akar saraf S1 terputus
atau terjepit, refleks tendo calcaneus Achilles praktis hilang.9
Hal ini dapat terjadi karena ion kalsium yang dipertahankan dalam sarkoplasma
otot. Hal ini dapat kita lihat pada gambar 1.4. dimana memperlihatkan prinsip
frekuensi sumasi dan tetanisasi. Ke arah kiri terlihat masing-masing kontraksi
kedutan yang terjadi satu setelah yang lain pada frekuensi perangsang yang rendah.
Kemudian, ketika frekuensi meningkat, sampailah pada suatu titik ketika kontraksi
yang baru timbul sebelum kontraksi yang terdahulu berakhir. Sebagai akibatnya,
sebagian kontraksi yang kedua akan ditambahkan pada kontraksi yang pertama,
sehingga kekuatan kontraksi total meningkat secara progresif bersama dengan
peningkatan frekuensi. Bila frekuensi mencapai titik kritis, terjadinya kontraksi
berikutnya menjadi begitu cepat sehingga kontraksi-kontraksi tersebut benar-benar
bersatu sertakontraksi secara keseluruhan nampak halus dan terus menerus.
Peristiwa ini disebut tetanisasi. Pada frekuensi yang sedikit lebih tinggi, kekuatan
kontraksi akan mencapai tingkat maksimumnya sehinggga tambhan peningkatan
apapun pada frekuensi di atas titik ini tidak akan memberi efek peningkatan daya
kontraksi lebih lanjut. Hal ini terjadi karena cukup banyak ion kalsium yang
dipertahankan dalam sarkoplasma otot, bahkan di antara potensial aksi, sehingga
terjadi keadaan kontraksi penuh yang berlangsung terus menerus tanpa
memungkinkan adanya relaksasi apapun di antara potensial aksi.6
Gambar 1.4 frekuensi sumasi dan tetanisasi (ganong)
Kesimpulan
Kejang terjadi karena terdapat cukup banyak ion kalsium yang dipertahankan
dalam sarkoplasma otot. Hal ini menyebabkan terjadi keadaan kontraksi penuh yang
berlangsung terus menerus tanpa memungkinkan adanya relaksasi apapun di antara
potensial aksi
Daftar Pustaka
1. Veldman J. Anatomi dan fisiologi untuk pemula. Jakarta; Penerbit buku
kedokteran EGC, 2004. hl. 110-150
2. Ganong W.F. Buku ajar fisiologi kedokteran. Edisis ke-22. Jakarta; Penerbit
toko buku kedokteran EGC, 2008.h.61-89
3. Murray R.K, Granner D.K, W Victor, dkk. Biokimia Harper. Edisi ke-25.
Jakarta; Penerbit buku kedokteran EGC.h.681-671
4. Sloane E. Anatomi untuk pemula.Jakarta: penerbit buku kedokteran
EGC,2004
5. Bloom, Fawcett.Buku ajar histology.Edisi ke-12.Jakarta; Penerbit buku
kedokteran EGC, 2002.h.238-264
6. Guyton, Hall. Buku ajar fisiologi kedokteran. Edisi ke-11. Jakarta; Penerbit
buku kedokteran EGC.h. 74-93
7. Corwin E.J. Patofisiologi. Jakarta; Penerbit buku kedokteran EGC,
2001.h.280-289
8. Sherwood L. Fisiologi manusia dari sel ke system. Edisi ke-2. Jakarta;
Penerbit buku kedokteran EGC, 2001.h.212-255
9. Moore K.L, Agur A.M. Anatomi klinis dasar. Jakarta: penerbit hipokrates,
2002. hl.16-266
10. Putz R, Pabst R. Atlas anatomi manusia sobotta. Edisi ke-22. Jakarta:
penerbit buku kedokteran EGC, 2010.