dyah w. poedjiwati kepala pusat administrasi kerjasama internasional kementerian perindustrian
DESCRIPTION
STRATEGI PENGAMANAN INDUSTRI DALAM NEGERI MENGHADAPI ACFTA Disampaikan pada Seminar Universitas Gunadarma Depok, 23 M aret 2010. Dyah W. Poedjiwati Kepala Pusat Administrasi Kerjasama Internasional KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN. OUTLINE. I. Perdagangan Bebas - PowerPoint PPT PresentationTRANSCRIPT
04/21/23 PUSAKIN 1
STRATEGI PENGAMANAN INDUSTRI STRATEGI PENGAMANAN INDUSTRI DALAM NEGERI MENGHADAPI DALAM NEGERI MENGHADAPI
ACFTAACFTA
Disampaikan pada Seminar Disampaikan pada Seminar Universitas GunadarmaUniversitas Gunadarma
Depok, 23Depok, 23 M Maretaret 2010 2010
Dyah W. Poedjiwati
Kepala Pusat Administrasi Kerjasama Internasional
KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN
04/21/23 PUSAKIN 2
OUTLINEOUTLINE
I.I. Perdagangan BebasPerdagangan Bebas
II. II. Cakupan Pos Tarif Industri Cakupan Pos Tarif Industri Manufaktur Manufaktur Dalam BTBMIDalam BTBMI
III. III. Perkembangan Terkini Perkembangan Terkini Pelaksanaan Pelaksanaan ACFTAACFTA
IV. IV. Pengamanan Pelaksanaan FTAPengamanan Pelaksanaan FTA
I. PERDAGANGAN BEBASI. PERDAGANGAN BEBAS
3PUSAKIN04/21/23
a. Perdagangan Bebas Yang a. Perdagangan Bebas Yang Berdampak Langsung Pada Berdampak Langsung Pada
IndonesiaIndonesia ASEAN Free Trade Area (AFTA)ASEAN Free Trade Area (AFTA) ASEAN China FTA (ACFTA)ASEAN China FTA (ACFTA) ASEAN Korea FTA (AKFTA)ASEAN Korea FTA (AKFTA) ASEAN Australia dan New Zealand (AANZFTA)ASEAN Australia dan New Zealand (AANZFTA) ASEAN India FTA (AIFTA)ASEAN India FTA (AIFTA) ASEAN Jepang CEP (AJCEP)ASEAN Jepang CEP (AJCEP) ASEAN Uni EropaASEAN Uni Eropa (pending) (pending) INDONESIA JAPAN ECONOMIC PARTNERSHIP AGREEMENT INDONESIA JAPAN ECONOMIC PARTNERSHIP AGREEMENT
(IJEPA)(IJEPA) INDONESIA PAKISTANINDONESIA PAKISTAN
4PUSAKIN04/21/23
b. b. CCakupanakupan L Liberalisasiiberalisasi
Akses Pasar Barang (penurunan s/d penghapusan Tarif Akses Pasar Barang (penurunan s/d penghapusan Tarif Bea Masuk)Bea Masuk)
Akses Pasar Jasa (Mode 1, Mode2, Mode 3 dan Mode Akses Pasar Jasa (Mode 1, Mode2, Mode 3 dan Mode 4)4)
Keterbukaan Investasi (Iklim Investasi)Keterbukaan Investasi (Iklim Investasi)
Kerjasama Ekonomi (Peningkatan Capacity Building)Kerjasama Ekonomi (Peningkatan Capacity Building)
04/21/23 PUSAKIN 5
c. c. AAkseskses P Pasarasar B Barangarang
Penurunan Penurunan ddan Penghapusan Tarif Bea Masuk an Penghapusan Tarif Bea Masuk (Modalitas, (Modalitas, Schedule Schedule oof Concessionf Concession))
Kesepakatan Kesepakatan Rules Rules oof Origin f Origin ((ROO)ROO) Penghapusan Penghapusan Non Tarif Barriers Non Tarif Barriers (N(NTBTBs)s) (Mengurangi (Mengurangi
Aturan-aturan Teknis)Aturan-aturan Teknis)
04/21/23 PUSAKIN 6
04/21/23 PUSAKIN 7
AFTA AFTA
ASEAN - 6 (BIMPST):ASEAN - 6 (BIMPST): - 2003 : 60 % dari Inclusion List (IL) tarif BM 0 %- 2003 : 60 % dari Inclusion List (IL) tarif BM 0 % - 2007 : 80 % dari Inclusion List (IL) tarif BM 0 %- 2007 : 80 % dari Inclusion List (IL) tarif BM 0 % - 2010 : 100 % dari Inclusion List (IL) tarif BM 0 %- 2010 : 100 % dari Inclusion List (IL) tarif BM 0 %
ASEAN – 4 (CMLV):ASEAN – 4 (CMLV): 2015 : 100 % dari Inclusion List (IL) tarif BM 0 %.2015 : 100 % dari Inclusion List (IL) tarif BM 0 %.
d. Penurunan/Penghapusan Tarif Bea Masuk
ACFTAACFTADilaksanakan melalui 3 tahapan, yaitu :Dilaksanakan melalui 3 tahapan, yaitu :► Early Harvest Program – EHP : Early Harvest Program – EHP :
tahun 2004-2006tahun 2004-2006► Penurunan tarif untuk produk dalam Normal Penurunan tarif untuk produk dalam Normal
Track : Track : NT1 = 0% tahun 2010NT1 = 0% tahun 2010 NT2 = 0% tahun 2012 NT2 = 0% tahun 2012 ► Penurunan tarif untuk produk dalam Sensitive Penurunan tarif untuk produk dalam Sensitive
dan Highly Sensitive : dan Highly Sensitive : SL : max 20% tahun 2012 dan 0-5% tahun SL : max 20% tahun 2012 dan 0-5% tahun
20182018 HSL : max 50% tahun 2015 dan 0-5% tahun HSL : max 50% tahun 2015 dan 0-5% tahun
20202020
e. Penurunan/Penghapusan Tarif Bea Masuk (lanjutan)
04/21/23 PUSAKIN 8
ROO AC FTAROO AC FTA
► WHOLLY OBTAINED (WO)WHOLLY OBTAINED (WO)► NON WHOLLY OBTAINED NON WHOLLY OBTAINED GENERAL RULES :GENERAL RULES : 40 % Regional Value Content (RVC) 40 % Regional Value Content (RVC) PRODUCT SPECIFIC RULES (PSR)PRODUCT SPECIFIC RULES (PSR)► SURAT KETERANGAN ASAL (CERTIFICATE OF SURAT KETERANGAN ASAL (CERTIFICATE OF
ORIGIN-CO) : SKA FORM EORIGIN-CO) : SKA FORM E
f. Kesepakatan Rules Of Origin (ROO)
04/21/23 PUSAKIN 9
g. Penghapusan Non Tarif Barriers (NTBS)g. Penghapusan Non Tarif Barriers (NTBS)
ASEAN
ASEAN-6 (Kecuali Filipina lebih lambat 2 tahun):- 2008/2010 : Tahap I- 2009/2011 : Tahap II- 2010/2012 : Tahap III (terakhir)
ASEAN-4 (CLMV) :- 2013 : Tahap I- 2014 : Tahap II- 2015/2018 : Tahap III (Terakhir)
04/21/23 PUSAKIN 10
II. CAKUPAN POS TARIF INDUSTRI II. CAKUPAN POS TARIF INDUSTRI MANUFAKTUR DALAM BTBMIMANUFAKTUR DALAM BTBMI
11PUSAKIN04/21/23
a. Cakupan Pos Tarif Industri Manufaktur Dalam BTBMI
• Dalam Buku Tarif Bea Masuk Indonesia (BTBMI) tahun 2007 terdapat sebanyak 8.750 pos tarif berdasarkan klasifikasi Harmonised System (HS) 10 digit. Dari jumlah tersebut pos tarif sektor industri manufaktur adalah sebanyak 7.577 pos tarif atau sekitar 87% dari total pos tarif seluruh sektor. Hal ini menunjukkan bahwa sektor industri sangat merasakan dampak dari adanya berbagai kesepakatan FTA
• BTBMI 2007 menggambarkan tingkat tarif aplikasi (applied tariff) MFN seluruh pos tarif dimana rata – rata tingkat tarifnya pada tahun 2007 sudah sangat rendah yaitu 7%, dibandingkan dengan tingkat rata – rata bound tarif Indonesia yang di notifikasi di WTO sebesar 36%.
b. Struktur Tarif Bea Masuk Indonesia04/21/23 PUSAKIN 12
TBM
T A H U N
2004 2006 2007 2008
JML PT %JML
PT
%JML PT
%JML
PT
%
0% 2334 20.91% 2454 21.96% 2088 23.87% 2092 23.92%
5% 4344 38.91% 4136 37.02% 3586 40.99% 3609 41.27%
7.5% 0 0.00% 80 0.72% 121 1.38% 106 1.21%
10% 1709 15.31% 1695 15.17% 1279 14.62% 1329 15.20%
12.5% 42 0.38% 117 1.34% 189 2.16%
15% 1562 13.99% 1562 13.98% 1143 13.06% 1105 12.64%
20% 306 2.74% 590 5.28% 157 1.79% 79 0.90%
25% 345 3.09% 31 0.28% 33 0.38% 37 0.42%
30% 31 0.28% 64 0.57% 39 0.45% 24 0.27%
>30% :
35% 24 0.21% 16 0.14% 0 0.00% 0 0.00%
40% 115 1.03% 121 1.08% 50 0.57% 49 0.56%
45% 190 1.70% 190 1.70% 47 0.54% 44 0.50%
50% 11 0.10% 18 0.16% 8 0.09% 21 0.24%
55% 15 0.17% 0 0.00%
60% 18 0.16% 103 0.92% 6 0.07% 0 0.00%
65% 8 0.07% 0 0.00% 0 0.00% 0 0.00%
70% 16 0.14% 0 0.00% 0 0.00% 0 0.00%
75% 5 0.04% 0 0.00% 0 0.00% 0 0.00%
80% 74 0.66% 0 0.00% 0 0.00% 0 0.00%
90% 6 0.05% 6 0.05% 5 0.06% 5 0.06%
105% 0 0.00% 0 0.00% 0 0.00% 0 0.00%
150% 0 0.00% 48 0.43% 45 0.51% 45 0.51%
170% 48 0.43% 0 0.00% 0 0.00% 0 0.00%
200% 0 0.00% 0 0.00% 0 0.00% 0 0.00%
(*) 17 0.15% 17 0.15% 10 0.11% 10 0.11%
TOTAL 11163100.00
% 11173100.00
% 8749 100.00% 8744100.00
%
RATA2 BM 9.88% 9.45% 7.81% 7.61%
TBM
T A H U N
2004 2006 2007 2008
JML PT %JML
PT
%JML PT
%JML
PT
%
0% 2334 20.91% 2454 21.96% 2088 23.87% 2092 23.92%
5% 4344 38.91% 4136 37.02% 3586 40.99% 3609 41.27%
7.5% 0 0.00% 80 0.72% 121 1.38% 106 1.21%
10% 1709 15.31% 1695 15.17% 1279 14.62% 1329 15.20%
12.5% 42 0.38% 117 1.34% 189 2.16%
15% 1562 13.99% 1562 13.98% 1143 13.06% 1105 12.64%
20% 306 2.74% 590 5.28% 157 1.79% 79 0.90%
25% 345 3.09% 31 0.28% 33 0.38% 37 0.42%
30% 31 0.28% 64 0.57% 39 0.45% 24 0.27%
>30% :
35% 24 0.21% 16 0.14% 0 0.00% 0 0.00%
40% 115 1.03% 121 1.08% 50 0.57% 49 0.56%
45% 190 1.70% 190 1.70% 47 0.54% 44 0.50%
50% 11 0.10% 18 0.16% 8 0.09% 21 0.24%
55% 15 0.17% 0 0.00%
60% 18 0.16% 103 0.92% 6 0.07% 0 0.00%
65% 8 0.07% 0 0.00% 0 0.00% 0 0.00%
70% 16 0.14% 0 0.00% 0 0.00% 0 0.00%
75% 5 0.04% 0 0.00% 0 0.00% 0 0.00%
80% 74 0.66% 0 0.00% 0 0.00% 0 0.00%
90% 6 0.05% 6 0.05% 5 0.06% 5 0.06%
105% 0 0.00% 0 0.00% 0 0.00% 0 0.00%
150% 0 0.00% 48 0.43% 45 0.51% 45 0.51%
170% 48 0.43% 0 0.00% 0 0.00% 0 0.00%
200% 0 0.00% 0 0.00% 0 0.00% 0 0.00%
(*) 17 0.15% 17 0.15% 10 0.11% 10 0.11%
TOTAL 11163100.00
% 11173100.00
% 8749 100.00% 8744100.00
%
RATA2 BM 9.88% 9.45% 7.81% 7.61% 13PUSAKIN04/21/23
c. Skema Pelaksanaan Kerjasama Internasional
Perkembangan Skema Bea MasukPerkembangan Skema Bea Masuk
20042004 20052005 20062006 20072007 20082008 20092009 20102010MFNMFN 9.99.9 9.99.9 9.59.5 7.87.8 7.67.6 7.57.5 7.497.49CEPTCEPT 3.43.4 2.82.8 2.82.8 22 1.91.9 1.91.9 00
AC-FTAAC-FTA 9.99.9 9.69.6 9.59.5 6.46.4 6.46.4 3.83.8 2.92.9AK-FTAAK-FTA 9.99.9 9.99.9 9.59.5 6.66.6 66 2.62.6 2.62.6AANZAANZ 9.99.9 9.99.9 9.59.5 7.87.8 7.67.6 7.57.5 --IJEPAIJEPA 9.99.9 9.99.9 9.59.5 7.87.8 5.25.2 4.54.5 2.972.97
Persentase Jumlah Komoditas dengan Tarif 0%Persentase Jumlah Komoditas dengan Tarif 0%
MFNMFN CEPT-AFTACEPT-AFTA AC-FTAAC-FTA AK-FTAAK-FTA IJEPAIJEPA
20092009 24.10%24.10% 79.30%79.30% 65.30%65.30% 81.90%81.90% 42.30%42.30%
20102010 5.30%5.30% 99.00%99.00% 83.60%83.60% 81.90%81.90% 44.70%44.70%
14PUSAKIN04/21/23
c. Skema Pelaksanaan Kerjasama Internasional
(lanjutan)
Pelaksanaan perdagangan dengan skema FTA relatif kecil dibandingkan dengan skema MFN yang disebabkan diperlukan kepatuhan administrasi (Form E) dalam Skema FTA
15PUSAKIN04/21/23
III.PERKEMBANGAN TERKINI III.PERKEMBANGAN TERKINI PELAKSANAAN ACFTAPELAKSANAAN ACFTA
16PUSAKIN04/21/23
a. Perkembangan Terkini Pelaksanaan a. Perkembangan Terkini Pelaksanaan
ACFTAACFTA Dalam kerangka ACDalam kerangka AC--FTA, jumlah produk yang dijadwalkan FTA, jumlah produk yang dijadwalkan
menjadi 0% pada tahun 2010 adalah sebanyak 1.597 pos menjadi 0% pada tahun 2010 adalah sebanyak 1.597 pos tarif, sehingga total jumlah tarif yang sudah menjadi 0% tarif, sehingga total jumlah tarif yang sudah menjadi 0% adalah 7.306 pos tarifadalah 7.306 pos tarif
Skema penurunan tarif bea masuk untuk Skema penurunan tarif bea masuk untuk Normal Track 1 Normal Track 1 (NT 1)(NT 1) akan menjadi 0% mulai tanggal 1 Januari 2010. akan menjadi 0% mulai tanggal 1 Januari 2010. Jumlah pos tarif sektor industri dalam kategori NT1 Jumlah pos tarif sektor industri dalam kategori NT1 adalah 6064 pos tarif. Dari jumlah tersebut, sebanyak adalah 6064 pos tarif. Dari jumlah tersebut, sebanyak 228 pos tarif, saat ini telah diusulkan untuk ditunda 228 pos tarif, saat ini telah diusulkan untuk ditunda penghapusannya.penghapusannya.
Untuk kategori Untuk kategori Normal Track 2 (NT 2)Normal Track 2 (NT 2), tarif bea masuknya , tarif bea masuknya menjadi 0% pada tahun 2012, untuk kategori Sensitive menjadi 0% pada tahun 2012, untuk kategori Sensitive List (SL), menjadi 0% – 5% pada tahun 2018, untuk List (SL), menjadi 0% – 5% pada tahun 2018, untuk kategori High Sensitive List (HSL) diturunkan/dihapuskan kategori High Sensitive List (HSL) diturunkan/dihapuskan menjadi 0%-50% mulai tahun 2015, dan untuk kategori menjadi 0%-50% mulai tahun 2015, dan untuk kategori General Exception List (GEL) tetap berlaku tarif MFNGeneral Exception List (GEL) tetap berlaku tarif MFN
17PUSAKIN04/21/23
b. b. Regional ASEAN (CEPT-AFTA)Regional ASEAN (CEPT-AFTA) dan dan ACFTAACFTA
1991AS E AN-F T A (AF T A) disepakati 1992-2007
(kemudian dipercepat ke 2001)
1991AS E AN-F T A (AF T A) disepakati 1992-2007
(kemudian dipercepat ke 2001)
1996C hina secara resmi
menjadi dialog partnerAS E AN
1996C hina secara resmi
menjadi dialog partnerAS E AN
1997K epala Negara untuk menjalankan AF T A,
menyongsong abad 21
1997K epala Negara untuk menjalankan AF T A,
menyongsong abad 21
2000P ada K T T AS E AN - C hina,
K epala negara menyepakati gagasan AC -F T A
2000P ada K T T AS E AN - C hina,
K epala negara menyepakati gagasan AC -F T A
2001Dibentuk AS E AN - C hina E conomic E xpert G roup
2001Dibentuk AS E AN - C hina E conomic E xpert G roup
2002P ada K T T AS E AN-C hina,
K epala Negara menandatangani pembentukan
AC -F T A
2002P ada K T T AS E AN-C hina,
K epala Negara menandatangani pembentukan
AC -F T A
2003P erundingan AC -F T A dimulai
dan selesai J uni 2004B ali C oncord (P roposal
Indones ia AS E AN C ommunity diterima) menjadi bagian dari
AS E AN E conomic C ommunity (AE C )
2003P erundingan AC -F T A dimulai
dan selesai J uni 2004B ali C oncord (P roposal
Indones ia AS E AN C ommunity diterima) menjadi bagian dari
AS E AN E conomic C ommunity (AE C )
2004K esepakatan AC -F T A
T rade In G oods ditandatangani
2004K esepakatan AC -F T A
T rade In G oods ditandatangani
2007AE C diakselesras i dari
2020 ke 2015K esepakatan AS E AN C harter dan cetak biru
ditandatangani
2007AE C diakselesras i dari
2020 ke 2015K esepakatan AS E AN C harter dan cetak biru
ditandatangani
2008AS E AN C harter
berlaku
2008AS E AN C harter
berlaku
2010P elaksanaan tarif 0% penuh untuk seluruh produk pada
AF T AP elaksanaan tarif 0% untuk mayoritas produk pada AC -
F T A
2010P elaksanaan tarif 0% penuh untuk seluruh produk pada
AF T AP elaksanaan tarif 0% untuk mayoritas produk pada AC -
F T A
18PUSAKIN04/21/23
c. Kinerja Perdagangan Indonesia Terhadap Dunia
Nilai Ekspor Indonesia masih lebih besar daripada Nilai Impor setiap tahunnya, namun gap mengecil
Persentase nilai ekspor non migas Indonesia relatif stabil setiap tahunnya
19PUSAKIN04/21/23
c. Kinerja Perdagangan Indonesia Terhadap Dunia (lanjutan)
20PUSAKIN04/21/23
d. Kinerja Perdagangan Indonesia Terhadap ASEAN
Nilai Ekspor Indonesia terhadap ASEAN selalu mengalami peningkatan walaupun pada 5 tahun terakhir mengalami penurunan jumlah jika dibandingkan nilai impornya.
Persentase nilai ekspor non migas Indonesia cenderung mengalami penurunan walaupun tetap masih lebih tinggi dibanding impornya
21PUSAKIN04/21/23
d. Kinerja Perdagangan Indonesia Terhadap ASEAN
(Lanjutan)
22PUSAKIN04/21/23
e. Kinerja Perdagangan Indonesia Terhadap China
Nilai total ekspor dan Non-Migas indonesia dengan China terus meningkat setiap tahunnya, namun gap defisit kian besar
23PUSAKIN04/21/23
e. Kinerja Perdagangan Indonesia Terhadap China
(Lanjutan)
24PUSAKIN04/21/23
f. Neraca Perdagangan Indonesia-f. Neraca Perdagangan Indonesia-ChinaChinaIndonesia - Dunia
(US $ Juta)
2005 2006 2007 2008 2009Tren
2005-2009Perubahan 2009/2008
Total Ekspor 85,660.0 100,798.6 114,100.9 137,020.4 116,510.0 9.66 (15.0) Total Impor 57,700.9 61,065.5 74,473.4 129,197.3 96,829.2 19.54 (25.1) Neraca Perdagangan 27,959.07 39,733.16 39,627.46 7,823.12 19,680.78
Total Ekspor Non Migas 66,428.36 79,589.15 92,012.32 107,894.15 97,491.73 11.31 (9.64) Total Impor Non Migas 40,243.21 42,102.59 52,540.61 98,644.41 77,848.50 24.25 (21.08) Neraca Non Migas 26,185.15 37,486.56 39,471.72 9,249.74 19,643.23
Total Ekspor Industri Pengolahan Non Migas 55,566.99 64,990.33 76,429.60 88,351.70 73,435.84 9.03 (16.88) Total Impor Industri Pengolahan Non Migas 37,300.34 38,624.63 48,084.08 91,800.67 72,398.09 24.51 (21.14) Neraca Industri Pengolahan Non Migas 18,266.65 26,365.70 28,345.52 (3,448.97) 1,037.75
Indonesia - China(US $ Juta)
2005 2006 2007 2008 2009Tren
2005-2009Perubahan 2009/2008
Total Ekspor 6,662.35 8,343.57 9,675.51 11,636.50 11,499.33 15.31 -1.18Total Impor 5,842.86 6,636.90 8,557.88 15,247.17 14,002.17 29.43 -8.17Neraca Perdagangan 819.49 1,706.68 1,117.64 (3,610.67) (2,502.84)
Total Ekspor Non Migas 3,959.76 5,466.61 6,664.10 7,787.17 8,920.08 21.87 14.55Total Impor Non Migas 4,551.27 5,501.98 7,957.25 14,947.90 13,491.36 37.34 -9.74Neraca Non Migas (591.51) (35.37) (1,293.15) (7,160.73) (4,571.28)
Total Ekspor Industri Pengolahan Non Migas 3,620.74 4,843.68 5,486.62 6,243.87 6,002.22 13.48 -3.87Total Impor Industri Pengolahan Non Migas 4,302.76 5,101.98 7,305.95 14,175.96 12,739.07 37.61 -10.14Neraca Industri Pengolahan Non Migas (682.02) (258.30) (1,819.33) (7,932.09) (6,736.85)
25PUSAKIN04/21/23
g. Kinerja Perdagangan Indonesia - g. Kinerja Perdagangan Indonesia - ChinaChina
Nilai total ekspor dan Non-Migas indonesia dengan China terus meningkat setiap tahunnya, namun gap defisit kian besar
26PUSAKIN04/21/23
g. Kinerja Perdagangan Indonesia - g. Kinerja Perdagangan Indonesia - China China (lanjutan) (lanjutan)
27PUSAKIN04/21/23
IV. PENGAMANAN PELAKSANAAN IV. PENGAMANAN PELAKSANAAN FTAFTA
28PUSAKIN04/21/23
a. Pembicaraan Ulanga. Pembicaraan Ulang
Pemerintah (Kementerian Perdagangan) telah Pemerintah (Kementerian Perdagangan) telah menyampaikan surat kepada Sekjen ASEAN mengenai:menyampaikan surat kepada Sekjen ASEAN mengenai:
Indonesia tetap melaksanakan komitmen sesuai jadwalIndonesia tetap melaksanakan komitmen sesuai jadwal Sektor Industri tertentu menghadapi ancaman Sektor Industri tertentu menghadapi ancaman
pelemahan daya saing yang akan berdampak lebih luaspelemahan daya saing yang akan berdampak lebih luas Pemerintah Pemerintah tengah tengah melakukan pembicaraan ulang melakukan pembicaraan ulang
dengan pihak pihak yang terkait dengan ASEAN China dengan pihak pihak yang terkait dengan ASEAN China FTAFTA
Persiapan-persiapan untuk pembicaraan ulang tengah Persiapan-persiapan untuk pembicaraan ulang tengah dilaksanakan secara intensifdilaksanakan secara intensif
29PUSAKIN04/21/23
b. Pembentukan Timb. Pembentukan Tim
OrganisasiOrganisasi:: Membentuk Tim Koordinasi Penanganan Hambatan Industri dan Membentuk Tim Koordinasi Penanganan Hambatan Industri dan
Perdagangan (SK Menko Perekonomian No Kep-42/ M.EKON/12/2009) Perdagangan (SK Menko Perekonomian No Kep-42/ M.EKON/12/2009) PengarahPengarah: Menko Perekonomian dan para menteri terkait: Menko Perekonomian dan para menteri terkait Tim PelaksanaTim Pelaksana: para pejabat Eselon I dari KL terkait dan pelaku : para pejabat Eselon I dari KL terkait dan pelaku
usaha (KADIN dan APINDO)usaha (KADIN dan APINDO) 3 Tim Teknis 3 Tim Teknis yang fokus pada pengawasan atas pelaksanaan FTA yang fokus pada pengawasan atas pelaksanaan FTA
dan Strategi Non Tarif dalam upaya percepatan penguatan Industri dan Strategi Non Tarif dalam upaya percepatan penguatan Industri Nasional dalam menghadapi persaingan global Nasional dalam menghadapi persaingan global
Tugas TimTugas Tim Identifikasi dan analisis masalah/hambatanIdentifikasi dan analisis masalah/hambatan Koordinasi penyelesaian masalah/hambatan industri dan Koordinasi penyelesaian masalah/hambatan industri dan
perdaganganperdagangan Pemantauan dan evaluasi penyelesaian hambatanPemantauan dan evaluasi penyelesaian hambatan
30PUSAKIN04/21/23
c. Langkah Strategic. Langkah Strategi
1. 1. STRATEGI I: Penguatan Daya Saing GlobalSTRATEGI I: Penguatan Daya Saing Global Penanganan issue domestik, meliputiPenanganan issue domestik, meliputi::
Penataan lahan dan kawasan industriPenataan lahan dan kawasan industri Pembenahan infrastruktur dan energi, Pembenahan infrastruktur dan energi, Pemberian insentif (pajak maupun non pajak lainnya)Pemberian insentif (pajak maupun non pajak lainnya) Membangun Membangun KKawasan awasan EEkonomi konomi KKhusus (KEK), husus (KEK), Perluasan akses pembiayaan dan pengurangan Perluasan akses pembiayaan dan pengurangan
biaya bunga (KUR, Kredit Ketahanan Pangan dan biaya bunga (KUR, Kredit Ketahanan Pangan dan Energi, modal ventura, keuangan syariah, anjak Energi, modal ventura, keuangan syariah, anjak piutang, Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia, piutang, Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia, dsb); dsb);
Pembenahan sistem logistik; Pembenahan sistem logistik; Perbaikan pelayanan publik (NSW, PTSP/SPIPISE dsb) Perbaikan pelayanan publik (NSW, PTSP/SPIPISE dsb) Penyederhanaan peraturanPenyederhanaan peraturan Peningkatan kapasitas ketenagakerjaanPeningkatan kapasitas ketenagakerjaan
31PUSAKIN04/21/23
c. Langkah Strategi (lanjutan)c. Langkah Strategi (lanjutan)
2.2. STRATEGI II: Pengamanan Pasar Domestik STRATEGI II: Pengamanan Pasar Domestik Pengawasan di BorderPengawasan di Border
Meningkatkan pengawasan ketentuan impor dan ekspor dalam Meningkatkan pengawasan ketentuan impor dan ekspor dalam pelaksanaan FTApelaksanaan FTA
Menerapkan Menerapkan Early Warning System Early Warning System untuk pemantauan dini untuk pemantauan dini terhadap kemungkinan terjadinya lonjakan importerhadap kemungkinan terjadinya lonjakan impor
Pengetatan pengawasan penggunaan Surat Keterangan Asal Pengetatan pengawasan penggunaan Surat Keterangan Asal barang (SKA) dari Negara Negara mitra FTAbarang (SKA) dari Negara Negara mitra FTA
Pengawasan awal terhadap kepatuhan SNI, Label, Ingridien, Pengawasan awal terhadap kepatuhan SNI, Label, Ingridien, kadaluarsa, kesehatan, kadaluarsa, kesehatan,
lingkungan, security dsb.lingkungan, security dsb. Penerapan instrumen perdagangan yang diperbolehkan WTO Penerapan instrumen perdagangan yang diperbolehkan WTO
((safeguard measures) safeguard measures) terhadap industry yang mengalami terhadap industry yang mengalami kerugian yang serius (kerugian yang serius (seriously injuryseriously injury) akibat tekanan impor ) akibat tekanan impor (import surges)(import surges)
Penerapan instrumen Penerapan instrumen anti dumpinganti dumping dan dan countervailing dutiescountervailing duties atas importasi yang atas importasi yang unfairunfair
32PUSAKIN04/21/23
c. Langkah Strategi (lanjutan)c. Langkah Strategi (lanjutan)
Peredaran barang di pasar LokalPeredaran barang di pasar Lokal Task Force pengawasan peredaran barang yang tidak sesuai Task Force pengawasan peredaran barang yang tidak sesuai
dengan ketentuan perlindungan konsumen dan industridengan ketentuan perlindungan konsumen dan industri Kewajiban penggunaan label dan manual berbahasa Kewajiban penggunaan label dan manual berbahasa
Indonesia Indonesia
Promosi penggunaan produksi dalam negeriPromosi penggunaan produksi dalam negeri Mengawasi efektiMengawasi efektivvitas promosi penggunaan produksi dalam itas promosi penggunaan produksi dalam
negeri (Inpres No 2 negeri (Inpres No 2 TTahun 2009) termasuk mempertegas dan ahun 2009) termasuk mempertegas dan memperjelas kewajiban KLDI memaksimalkan penggunaan memperjelas kewajiban KLDI memaksimalkan penggunaan produk dalam negeriproduk dalam negeri dalam revisi Kepres No. 80 Tahun 2003 dalam revisi Kepres No. 80 Tahun 2003 tentang Pengadaan Barang/Jasa oleh Pemerintah.tentang Pengadaan Barang/Jasa oleh Pemerintah.
33PUSAKIN04/21/23
c. Langkah Strategi (lanjutan)c. Langkah Strategi (lanjutan)
3) STRATEGI III: Penguatan Ekspor3) STRATEGI III: Penguatan Ekspor
Penguatan peran perwakilan luar negeri (ITPC) Penguatan peran perwakilan luar negeri (ITPC) Pengembangan Pengembangan trading house trading house (PT Sarinah, PT PPI, (PT Sarinah, PT PPI,
SMESCO UKM)SMESCO UKM) Promosi Pariwisata, Promosi Pariwisata, PPerdagangan dan Investasi (TTI)erdagangan dan Investasi (TTI) PenanggulanPenanggulangan gan masalah masalah akses pasar akses pasar dan kasus ekspor dan kasus ekspor Pengawasan Pengawasan penggunaan penggunaan SKA IndonesiaSKA Indonesia Peningkatan peran LPEI dalam mendukung pembiayaan Peningkatan peran LPEI dalam mendukung pembiayaan
eksporekspor Optimalisasi Optimalisasi ttrade financing rade financing (bilateral swap(bilateral swap))
34PUSAKIN04/21/23
Kementerian PerindustrianRepublik Indonesia
35PUSAKIN04/21/23