dyah w. poedjiwati kepala pusat administrasi kerjasama internasional kementerian perindustrian

35
06/12/22 PUSAKIN 1 STRATEGI PENGAMANAN INDUSTRI STRATEGI PENGAMANAN INDUSTRI DALAM NEGERI MENGHADAPI ACFTA DALAM NEGERI MENGHADAPI ACFTA Disampaikan pada Seminar Disampaikan pada Seminar Universitas Gunadarma Universitas Gunadarma Depok, 23 Depok, 23 M M aret aret 2010 2010 Dyah W. Poedjiwati Kepala Pusat Administrasi Kerjasama Internasional KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN

Upload: opa

Post on 12-Jan-2016

70 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

STRATEGI PENGAMANAN INDUSTRI DALAM NEGERI MENGHADAPI ACFTA Disampaikan pada Seminar Universitas Gunadarma Depok, 23 M aret 2010. Dyah W. Poedjiwati Kepala Pusat Administrasi Kerjasama Internasional KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN. OUTLINE. I. Perdagangan Bebas - PowerPoint PPT Presentation

TRANSCRIPT

Page 1: Dyah W. Poedjiwati Kepala Pusat Administrasi Kerjasama Internasional KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN

04/21/23 PUSAKIN 1

STRATEGI PENGAMANAN INDUSTRI STRATEGI PENGAMANAN INDUSTRI DALAM NEGERI MENGHADAPI DALAM NEGERI MENGHADAPI

ACFTAACFTA

Disampaikan pada Seminar Disampaikan pada Seminar Universitas GunadarmaUniversitas Gunadarma

Depok, 23Depok, 23 M Maretaret 2010 2010

Dyah W. Poedjiwati

Kepala Pusat Administrasi Kerjasama Internasional

KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN

Page 2: Dyah W. Poedjiwati Kepala Pusat Administrasi Kerjasama Internasional KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN

04/21/23 PUSAKIN 2

OUTLINEOUTLINE

I.I. Perdagangan BebasPerdagangan Bebas

II. II. Cakupan Pos Tarif Industri Cakupan Pos Tarif Industri Manufaktur Manufaktur Dalam BTBMIDalam BTBMI

III. III. Perkembangan Terkini Perkembangan Terkini Pelaksanaan Pelaksanaan ACFTAACFTA

IV. IV. Pengamanan Pelaksanaan FTAPengamanan Pelaksanaan FTA

Page 3: Dyah W. Poedjiwati Kepala Pusat Administrasi Kerjasama Internasional KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN

I. PERDAGANGAN BEBASI. PERDAGANGAN BEBAS

3PUSAKIN04/21/23

Page 4: Dyah W. Poedjiwati Kepala Pusat Administrasi Kerjasama Internasional KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN

a. Perdagangan Bebas Yang a. Perdagangan Bebas Yang Berdampak Langsung Pada Berdampak Langsung Pada

IndonesiaIndonesia ASEAN Free Trade Area (AFTA)ASEAN Free Trade Area (AFTA) ASEAN China FTA (ACFTA)ASEAN China FTA (ACFTA) ASEAN Korea FTA (AKFTA)ASEAN Korea FTA (AKFTA) ASEAN Australia dan New Zealand (AANZFTA)ASEAN Australia dan New Zealand (AANZFTA) ASEAN India FTA (AIFTA)ASEAN India FTA (AIFTA) ASEAN Jepang CEP (AJCEP)ASEAN Jepang CEP (AJCEP) ASEAN Uni EropaASEAN Uni Eropa (pending) (pending) INDONESIA JAPAN ECONOMIC PARTNERSHIP AGREEMENT INDONESIA JAPAN ECONOMIC PARTNERSHIP AGREEMENT

(IJEPA)(IJEPA) INDONESIA PAKISTANINDONESIA PAKISTAN

4PUSAKIN04/21/23

Page 5: Dyah W. Poedjiwati Kepala Pusat Administrasi Kerjasama Internasional KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN

b. b. CCakupanakupan L Liberalisasiiberalisasi

Akses Pasar Barang (penurunan s/d penghapusan Tarif Akses Pasar Barang (penurunan s/d penghapusan Tarif Bea Masuk)Bea Masuk)

Akses Pasar Jasa (Mode 1, Mode2, Mode 3 dan Mode Akses Pasar Jasa (Mode 1, Mode2, Mode 3 dan Mode 4)4)

Keterbukaan Investasi (Iklim Investasi)Keterbukaan Investasi (Iklim Investasi)

Kerjasama Ekonomi (Peningkatan Capacity Building)Kerjasama Ekonomi (Peningkatan Capacity Building)

04/21/23 PUSAKIN 5

Page 6: Dyah W. Poedjiwati Kepala Pusat Administrasi Kerjasama Internasional KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN

c. c. AAkseskses P Pasarasar B Barangarang

Penurunan Penurunan ddan Penghapusan Tarif Bea Masuk an Penghapusan Tarif Bea Masuk (Modalitas, (Modalitas, Schedule Schedule oof Concessionf Concession))

Kesepakatan Kesepakatan Rules Rules oof Origin f Origin ((ROO)ROO) Penghapusan Penghapusan Non Tarif Barriers Non Tarif Barriers (N(NTBTBs)s) (Mengurangi (Mengurangi

Aturan-aturan Teknis)Aturan-aturan Teknis)

04/21/23 PUSAKIN 6

Page 7: Dyah W. Poedjiwati Kepala Pusat Administrasi Kerjasama Internasional KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN

04/21/23 PUSAKIN 7

AFTA AFTA

ASEAN - 6 (BIMPST):ASEAN - 6 (BIMPST): - 2003 : 60 % dari Inclusion List (IL) tarif BM 0 %- 2003 : 60 % dari Inclusion List (IL) tarif BM 0 % - 2007 : 80 % dari Inclusion List (IL) tarif BM 0 %- 2007 : 80 % dari Inclusion List (IL) tarif BM 0 % - 2010 : 100 % dari Inclusion List (IL) tarif BM 0 %- 2010 : 100 % dari Inclusion List (IL) tarif BM 0 %

ASEAN – 4 (CMLV):ASEAN – 4 (CMLV): 2015 : 100 % dari Inclusion List (IL) tarif BM 0 %.2015 : 100 % dari Inclusion List (IL) tarif BM 0 %.

d. Penurunan/Penghapusan Tarif Bea Masuk

Page 8: Dyah W. Poedjiwati Kepala Pusat Administrasi Kerjasama Internasional KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN

ACFTAACFTADilaksanakan melalui 3 tahapan, yaitu :Dilaksanakan melalui 3 tahapan, yaitu :► Early Harvest Program – EHP : Early Harvest Program – EHP :

tahun 2004-2006tahun 2004-2006► Penurunan tarif untuk produk dalam Normal Penurunan tarif untuk produk dalam Normal

Track : Track : NT1 = 0% tahun 2010NT1 = 0% tahun 2010 NT2 = 0% tahun 2012 NT2 = 0% tahun 2012 ► Penurunan tarif untuk produk dalam Sensitive Penurunan tarif untuk produk dalam Sensitive

dan Highly Sensitive : dan Highly Sensitive : SL : max 20% tahun 2012 dan 0-5% tahun SL : max 20% tahun 2012 dan 0-5% tahun

20182018 HSL : max 50% tahun 2015 dan 0-5% tahun HSL : max 50% tahun 2015 dan 0-5% tahun

20202020

e. Penurunan/Penghapusan Tarif Bea Masuk (lanjutan)

04/21/23 PUSAKIN 8

Page 9: Dyah W. Poedjiwati Kepala Pusat Administrasi Kerjasama Internasional KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN

ROO AC FTAROO AC FTA

► WHOLLY OBTAINED (WO)WHOLLY OBTAINED (WO)► NON WHOLLY OBTAINED NON WHOLLY OBTAINED GENERAL RULES :GENERAL RULES : 40 % Regional Value Content (RVC) 40 % Regional Value Content (RVC) PRODUCT SPECIFIC RULES (PSR)PRODUCT SPECIFIC RULES (PSR)► SURAT KETERANGAN ASAL (CERTIFICATE OF SURAT KETERANGAN ASAL (CERTIFICATE OF

ORIGIN-CO) : SKA FORM EORIGIN-CO) : SKA FORM E

f. Kesepakatan Rules Of Origin (ROO)

04/21/23 PUSAKIN 9

Page 10: Dyah W. Poedjiwati Kepala Pusat Administrasi Kerjasama Internasional KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN

g. Penghapusan Non Tarif Barriers (NTBS)g. Penghapusan Non Tarif Barriers (NTBS)

ASEAN

ASEAN-6 (Kecuali Filipina lebih lambat 2 tahun):- 2008/2010 : Tahap I- 2009/2011 : Tahap II- 2010/2012 : Tahap III (terakhir)

ASEAN-4 (CLMV) :- 2013 : Tahap I- 2014 : Tahap II- 2015/2018 : Tahap III (Terakhir)

04/21/23 PUSAKIN 10

Page 11: Dyah W. Poedjiwati Kepala Pusat Administrasi Kerjasama Internasional KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN

II. CAKUPAN POS TARIF INDUSTRI II. CAKUPAN POS TARIF INDUSTRI MANUFAKTUR DALAM BTBMIMANUFAKTUR DALAM BTBMI

11PUSAKIN04/21/23

Page 12: Dyah W. Poedjiwati Kepala Pusat Administrasi Kerjasama Internasional KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN

a. Cakupan Pos Tarif Industri Manufaktur Dalam BTBMI

• Dalam Buku Tarif Bea Masuk Indonesia (BTBMI) tahun 2007 terdapat sebanyak 8.750 pos tarif berdasarkan klasifikasi Harmonised System (HS) 10 digit. Dari jumlah tersebut pos tarif sektor industri manufaktur adalah sebanyak 7.577 pos tarif atau sekitar 87% dari total pos tarif seluruh sektor. Hal ini menunjukkan bahwa sektor industri sangat merasakan dampak dari adanya berbagai kesepakatan FTA

• BTBMI 2007 menggambarkan tingkat tarif aplikasi (applied tariff) MFN seluruh pos tarif dimana rata – rata tingkat tarifnya pada tahun 2007 sudah sangat rendah yaitu 7%, dibandingkan dengan tingkat rata – rata bound tarif Indonesia yang di notifikasi di WTO sebesar 36%.

b. Struktur Tarif Bea Masuk Indonesia04/21/23 PUSAKIN 12

Page 13: Dyah W. Poedjiwati Kepala Pusat Administrasi Kerjasama Internasional KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN

TBM

T A H U N

2004 2006 2007 2008

JML PT %JML

PT

%JML PT

%JML

PT

%

0% 2334 20.91% 2454 21.96% 2088 23.87% 2092 23.92%

5% 4344 38.91% 4136 37.02% 3586 40.99% 3609 41.27%

7.5% 0 0.00% 80 0.72% 121 1.38% 106 1.21%

10% 1709 15.31% 1695 15.17% 1279 14.62% 1329 15.20%

12.5% 42 0.38% 117 1.34% 189 2.16%

15% 1562 13.99% 1562 13.98% 1143 13.06% 1105 12.64%

20% 306 2.74% 590 5.28% 157 1.79% 79 0.90%

25% 345 3.09% 31 0.28% 33 0.38% 37 0.42%

30% 31 0.28% 64 0.57% 39 0.45% 24 0.27%

>30% :

35% 24 0.21% 16 0.14% 0 0.00% 0 0.00%

40% 115 1.03% 121 1.08% 50 0.57% 49 0.56%

45% 190 1.70% 190 1.70% 47 0.54% 44 0.50%

50% 11 0.10% 18 0.16% 8 0.09% 21 0.24%

55% 15 0.17% 0 0.00%

60% 18 0.16% 103 0.92% 6 0.07% 0 0.00%

65% 8 0.07% 0 0.00% 0 0.00% 0 0.00%

70% 16 0.14% 0 0.00% 0 0.00% 0 0.00%

75% 5 0.04% 0 0.00% 0 0.00% 0 0.00%

80% 74 0.66% 0 0.00% 0 0.00% 0 0.00%

90% 6 0.05% 6 0.05% 5 0.06% 5 0.06%

105% 0 0.00% 0 0.00% 0 0.00% 0 0.00%

150% 0 0.00% 48 0.43% 45 0.51% 45 0.51%

170% 48 0.43% 0 0.00% 0 0.00% 0 0.00%

200% 0 0.00% 0 0.00% 0 0.00% 0 0.00%

(*) 17 0.15% 17 0.15% 10 0.11% 10 0.11%

TOTAL 11163100.00

% 11173100.00

% 8749 100.00% 8744100.00

%

RATA2 BM 9.88% 9.45% 7.81% 7.61%

TBM

T A H U N

2004 2006 2007 2008

JML PT %JML

PT

%JML PT

%JML

PT

%

0% 2334 20.91% 2454 21.96% 2088 23.87% 2092 23.92%

5% 4344 38.91% 4136 37.02% 3586 40.99% 3609 41.27%

7.5% 0 0.00% 80 0.72% 121 1.38% 106 1.21%

10% 1709 15.31% 1695 15.17% 1279 14.62% 1329 15.20%

12.5% 42 0.38% 117 1.34% 189 2.16%

15% 1562 13.99% 1562 13.98% 1143 13.06% 1105 12.64%

20% 306 2.74% 590 5.28% 157 1.79% 79 0.90%

25% 345 3.09% 31 0.28% 33 0.38% 37 0.42%

30% 31 0.28% 64 0.57% 39 0.45% 24 0.27%

>30% :

35% 24 0.21% 16 0.14% 0 0.00% 0 0.00%

40% 115 1.03% 121 1.08% 50 0.57% 49 0.56%

45% 190 1.70% 190 1.70% 47 0.54% 44 0.50%

50% 11 0.10% 18 0.16% 8 0.09% 21 0.24%

55% 15 0.17% 0 0.00%

60% 18 0.16% 103 0.92% 6 0.07% 0 0.00%

65% 8 0.07% 0 0.00% 0 0.00% 0 0.00%

70% 16 0.14% 0 0.00% 0 0.00% 0 0.00%

75% 5 0.04% 0 0.00% 0 0.00% 0 0.00%

80% 74 0.66% 0 0.00% 0 0.00% 0 0.00%

90% 6 0.05% 6 0.05% 5 0.06% 5 0.06%

105% 0 0.00% 0 0.00% 0 0.00% 0 0.00%

150% 0 0.00% 48 0.43% 45 0.51% 45 0.51%

170% 48 0.43% 0 0.00% 0 0.00% 0 0.00%

200% 0 0.00% 0 0.00% 0 0.00% 0 0.00%

(*) 17 0.15% 17 0.15% 10 0.11% 10 0.11%

TOTAL 11163100.00

% 11173100.00

% 8749 100.00% 8744100.00

%

RATA2 BM 9.88% 9.45% 7.81% 7.61% 13PUSAKIN04/21/23

Page 14: Dyah W. Poedjiwati Kepala Pusat Administrasi Kerjasama Internasional KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN

c. Skema Pelaksanaan Kerjasama Internasional

Perkembangan Skema Bea MasukPerkembangan Skema Bea Masuk

20042004 20052005 20062006 20072007 20082008 20092009 20102010MFNMFN 9.99.9 9.99.9 9.59.5 7.87.8 7.67.6 7.57.5 7.497.49CEPTCEPT 3.43.4 2.82.8 2.82.8 22 1.91.9 1.91.9 00

AC-FTAAC-FTA 9.99.9 9.69.6 9.59.5 6.46.4 6.46.4 3.83.8 2.92.9AK-FTAAK-FTA 9.99.9 9.99.9 9.59.5 6.66.6 66 2.62.6 2.62.6AANZAANZ 9.99.9 9.99.9 9.59.5 7.87.8 7.67.6 7.57.5 --IJEPAIJEPA 9.99.9 9.99.9 9.59.5 7.87.8 5.25.2 4.54.5 2.972.97

Persentase Jumlah Komoditas dengan Tarif 0%Persentase Jumlah Komoditas dengan Tarif 0%

MFNMFN CEPT-AFTACEPT-AFTA AC-FTAAC-FTA AK-FTAAK-FTA IJEPAIJEPA

20092009 24.10%24.10% 79.30%79.30% 65.30%65.30% 81.90%81.90% 42.30%42.30%

20102010 5.30%5.30% 99.00%99.00% 83.60%83.60% 81.90%81.90% 44.70%44.70%

14PUSAKIN04/21/23

Page 15: Dyah W. Poedjiwati Kepala Pusat Administrasi Kerjasama Internasional KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN

c. Skema Pelaksanaan Kerjasama Internasional

(lanjutan)

Pelaksanaan perdagangan dengan skema FTA relatif kecil dibandingkan dengan skema MFN yang disebabkan diperlukan kepatuhan administrasi (Form E) dalam Skema FTA

15PUSAKIN04/21/23

Page 16: Dyah W. Poedjiwati Kepala Pusat Administrasi Kerjasama Internasional KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN

III.PERKEMBANGAN TERKINI III.PERKEMBANGAN TERKINI PELAKSANAAN ACFTAPELAKSANAAN ACFTA

16PUSAKIN04/21/23

Page 17: Dyah W. Poedjiwati Kepala Pusat Administrasi Kerjasama Internasional KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN

a. Perkembangan Terkini Pelaksanaan a. Perkembangan Terkini Pelaksanaan

ACFTAACFTA Dalam kerangka ACDalam kerangka AC--FTA, jumlah produk yang dijadwalkan FTA, jumlah produk yang dijadwalkan

menjadi 0% pada tahun 2010 adalah sebanyak 1.597 pos menjadi 0% pada tahun 2010 adalah sebanyak 1.597 pos tarif, sehingga total jumlah tarif yang sudah menjadi 0% tarif, sehingga total jumlah tarif yang sudah menjadi 0% adalah 7.306 pos tarifadalah 7.306 pos tarif

Skema penurunan tarif bea masuk untuk Skema penurunan tarif bea masuk untuk Normal Track 1 Normal Track 1 (NT 1)(NT 1) akan menjadi 0% mulai tanggal 1 Januari 2010. akan menjadi 0% mulai tanggal 1 Januari 2010. Jumlah pos tarif sektor industri dalam kategori NT1 Jumlah pos tarif sektor industri dalam kategori NT1 adalah 6064 pos tarif. Dari jumlah tersebut, sebanyak adalah 6064 pos tarif. Dari jumlah tersebut, sebanyak 228 pos tarif, saat ini telah diusulkan untuk ditunda 228 pos tarif, saat ini telah diusulkan untuk ditunda penghapusannya.penghapusannya.

Untuk kategori Untuk kategori Normal Track 2 (NT 2)Normal Track 2 (NT 2), tarif bea masuknya , tarif bea masuknya menjadi 0% pada tahun 2012, untuk kategori Sensitive menjadi 0% pada tahun 2012, untuk kategori Sensitive List (SL), menjadi 0% – 5% pada tahun 2018, untuk List (SL), menjadi 0% – 5% pada tahun 2018, untuk kategori High Sensitive List (HSL) diturunkan/dihapuskan kategori High Sensitive List (HSL) diturunkan/dihapuskan menjadi 0%-50% mulai tahun 2015, dan untuk kategori menjadi 0%-50% mulai tahun 2015, dan untuk kategori General Exception List (GEL) tetap berlaku tarif MFNGeneral Exception List (GEL) tetap berlaku tarif MFN

17PUSAKIN04/21/23

Page 18: Dyah W. Poedjiwati Kepala Pusat Administrasi Kerjasama Internasional KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN

b. b. Regional ASEAN (CEPT-AFTA)Regional ASEAN (CEPT-AFTA) dan dan ACFTAACFTA

1991AS E AN-F T A (AF T A) disepakati 1992-2007

(kemudian dipercepat ke 2001)

1991AS E AN-F T A (AF T A) disepakati 1992-2007

(kemudian dipercepat ke 2001)

1996C hina secara resmi

menjadi dialog partnerAS E AN

1996C hina secara resmi

menjadi dialog partnerAS E AN

1997K epala Negara untuk menjalankan AF T A,

menyongsong abad 21

1997K epala Negara untuk menjalankan AF T A,

menyongsong abad 21

2000P ada K T T AS E AN - C hina,

K epala negara menyepakati gagasan AC -F T A

2000P ada K T T AS E AN - C hina,

K epala negara menyepakati gagasan AC -F T A

2001Dibentuk AS E AN - C hina E conomic E xpert G roup

2001Dibentuk AS E AN - C hina E conomic E xpert G roup

2002P ada K T T AS E AN-C hina,

K epala Negara menandatangani pembentukan

AC -F T A

2002P ada K T T AS E AN-C hina,

K epala Negara menandatangani pembentukan

AC -F T A

2003P erundingan AC -F T A dimulai

dan selesai J uni 2004B ali C oncord (P roposal

Indones ia AS E AN C ommunity diterima) menjadi bagian dari

AS E AN E conomic C ommunity (AE C )

2003P erundingan AC -F T A dimulai

dan selesai J uni 2004B ali C oncord (P roposal

Indones ia AS E AN C ommunity diterima) menjadi bagian dari

AS E AN E conomic C ommunity (AE C )

2004K esepakatan AC -F T A

T rade In G oods ditandatangani

2004K esepakatan AC -F T A

T rade In G oods ditandatangani

2007AE C diakselesras i dari

2020 ke 2015K esepakatan AS E AN C harter dan cetak biru

ditandatangani

2007AE C diakselesras i dari

2020 ke 2015K esepakatan AS E AN C harter dan cetak biru

ditandatangani

2008AS E AN C harter

berlaku

2008AS E AN C harter

berlaku

2010P elaksanaan tarif 0% penuh untuk seluruh produk pada

AF T AP elaksanaan tarif 0% untuk mayoritas produk pada AC -

F T A

2010P elaksanaan tarif 0% penuh untuk seluruh produk pada

AF T AP elaksanaan tarif 0% untuk mayoritas produk pada AC -

F T A

18PUSAKIN04/21/23

Page 19: Dyah W. Poedjiwati Kepala Pusat Administrasi Kerjasama Internasional KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN

c. Kinerja Perdagangan Indonesia Terhadap Dunia

Nilai Ekspor Indonesia masih lebih besar daripada Nilai Impor setiap tahunnya, namun gap mengecil

Persentase nilai ekspor non migas Indonesia relatif stabil setiap tahunnya

19PUSAKIN04/21/23

Page 20: Dyah W. Poedjiwati Kepala Pusat Administrasi Kerjasama Internasional KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN

c. Kinerja Perdagangan Indonesia Terhadap Dunia (lanjutan)

20PUSAKIN04/21/23

Page 21: Dyah W. Poedjiwati Kepala Pusat Administrasi Kerjasama Internasional KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN

d. Kinerja Perdagangan Indonesia Terhadap ASEAN

Nilai Ekspor Indonesia terhadap ASEAN selalu mengalami peningkatan walaupun pada 5 tahun terakhir mengalami penurunan jumlah jika dibandingkan nilai impornya.

Persentase nilai ekspor non migas Indonesia cenderung mengalami penurunan walaupun tetap masih lebih tinggi dibanding impornya

21PUSAKIN04/21/23

Page 22: Dyah W. Poedjiwati Kepala Pusat Administrasi Kerjasama Internasional KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN

d. Kinerja Perdagangan Indonesia Terhadap ASEAN

(Lanjutan)

22PUSAKIN04/21/23

Page 23: Dyah W. Poedjiwati Kepala Pusat Administrasi Kerjasama Internasional KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN

e. Kinerja Perdagangan Indonesia Terhadap China

Nilai total ekspor dan Non-Migas indonesia dengan China terus meningkat setiap tahunnya, namun gap defisit kian besar

23PUSAKIN04/21/23

Page 24: Dyah W. Poedjiwati Kepala Pusat Administrasi Kerjasama Internasional KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN

e. Kinerja Perdagangan Indonesia Terhadap China

(Lanjutan)

24PUSAKIN04/21/23

Page 25: Dyah W. Poedjiwati Kepala Pusat Administrasi Kerjasama Internasional KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN

f. Neraca Perdagangan Indonesia-f. Neraca Perdagangan Indonesia-ChinaChinaIndonesia - Dunia

(US $ Juta)

2005 2006 2007 2008 2009Tren

2005-2009Perubahan 2009/2008

Total Ekspor 85,660.0 100,798.6 114,100.9 137,020.4 116,510.0 9.66 (15.0) Total Impor 57,700.9 61,065.5 74,473.4 129,197.3 96,829.2 19.54 (25.1) Neraca Perdagangan 27,959.07 39,733.16 39,627.46 7,823.12 19,680.78

Total Ekspor Non Migas 66,428.36 79,589.15 92,012.32 107,894.15 97,491.73 11.31 (9.64) Total Impor Non Migas 40,243.21 42,102.59 52,540.61 98,644.41 77,848.50 24.25 (21.08) Neraca Non Migas 26,185.15 37,486.56 39,471.72 9,249.74 19,643.23

Total Ekspor Industri Pengolahan Non Migas 55,566.99 64,990.33 76,429.60 88,351.70 73,435.84 9.03 (16.88) Total Impor Industri Pengolahan Non Migas 37,300.34 38,624.63 48,084.08 91,800.67 72,398.09 24.51 (21.14) Neraca Industri Pengolahan Non Migas 18,266.65 26,365.70 28,345.52 (3,448.97) 1,037.75

Indonesia - China(US $ Juta)

2005 2006 2007 2008 2009Tren

2005-2009Perubahan 2009/2008

Total Ekspor 6,662.35 8,343.57 9,675.51 11,636.50 11,499.33 15.31 -1.18Total Impor 5,842.86 6,636.90 8,557.88 15,247.17 14,002.17 29.43 -8.17Neraca Perdagangan 819.49 1,706.68 1,117.64 (3,610.67) (2,502.84)

Total Ekspor Non Migas 3,959.76 5,466.61 6,664.10 7,787.17 8,920.08 21.87 14.55Total Impor Non Migas 4,551.27 5,501.98 7,957.25 14,947.90 13,491.36 37.34 -9.74Neraca Non Migas (591.51) (35.37) (1,293.15) (7,160.73) (4,571.28)

Total Ekspor Industri Pengolahan Non Migas 3,620.74 4,843.68 5,486.62 6,243.87 6,002.22 13.48 -3.87Total Impor Industri Pengolahan Non Migas 4,302.76 5,101.98 7,305.95 14,175.96 12,739.07 37.61 -10.14Neraca Industri Pengolahan Non Migas (682.02) (258.30) (1,819.33) (7,932.09) (6,736.85)

25PUSAKIN04/21/23

Page 26: Dyah W. Poedjiwati Kepala Pusat Administrasi Kerjasama Internasional KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN

g. Kinerja Perdagangan Indonesia - g. Kinerja Perdagangan Indonesia - ChinaChina

Nilai total ekspor dan Non-Migas indonesia dengan China terus meningkat setiap tahunnya, namun gap defisit kian besar

26PUSAKIN04/21/23

Page 27: Dyah W. Poedjiwati Kepala Pusat Administrasi Kerjasama Internasional KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN

g. Kinerja Perdagangan Indonesia - g. Kinerja Perdagangan Indonesia - China China (lanjutan) (lanjutan)

27PUSAKIN04/21/23

Page 28: Dyah W. Poedjiwati Kepala Pusat Administrasi Kerjasama Internasional KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN

IV. PENGAMANAN PELAKSANAAN IV. PENGAMANAN PELAKSANAAN FTAFTA

28PUSAKIN04/21/23

Page 29: Dyah W. Poedjiwati Kepala Pusat Administrasi Kerjasama Internasional KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN

a. Pembicaraan Ulanga. Pembicaraan Ulang

Pemerintah (Kementerian Perdagangan) telah Pemerintah (Kementerian Perdagangan) telah menyampaikan surat kepada Sekjen ASEAN mengenai:menyampaikan surat kepada Sekjen ASEAN mengenai:

Indonesia tetap melaksanakan komitmen sesuai jadwalIndonesia tetap melaksanakan komitmen sesuai jadwal Sektor Industri tertentu menghadapi ancaman Sektor Industri tertentu menghadapi ancaman

pelemahan daya saing yang akan berdampak lebih luaspelemahan daya saing yang akan berdampak lebih luas Pemerintah Pemerintah tengah tengah melakukan pembicaraan ulang melakukan pembicaraan ulang

dengan pihak pihak yang terkait dengan ASEAN China dengan pihak pihak yang terkait dengan ASEAN China FTAFTA

Persiapan-persiapan untuk pembicaraan ulang tengah Persiapan-persiapan untuk pembicaraan ulang tengah dilaksanakan secara intensifdilaksanakan secara intensif

29PUSAKIN04/21/23

Page 30: Dyah W. Poedjiwati Kepala Pusat Administrasi Kerjasama Internasional KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN

b. Pembentukan Timb. Pembentukan Tim

OrganisasiOrganisasi:: Membentuk Tim Koordinasi Penanganan Hambatan Industri dan Membentuk Tim Koordinasi Penanganan Hambatan Industri dan

Perdagangan (SK Menko Perekonomian No Kep-42/ M.EKON/12/2009) Perdagangan (SK Menko Perekonomian No Kep-42/ M.EKON/12/2009) PengarahPengarah: Menko Perekonomian dan para menteri terkait: Menko Perekonomian dan para menteri terkait Tim PelaksanaTim Pelaksana: para pejabat Eselon I dari KL terkait dan pelaku : para pejabat Eselon I dari KL terkait dan pelaku

usaha (KADIN dan APINDO)usaha (KADIN dan APINDO) 3 Tim Teknis 3 Tim Teknis yang fokus pada pengawasan atas pelaksanaan FTA yang fokus pada pengawasan atas pelaksanaan FTA

dan Strategi Non Tarif dalam upaya percepatan penguatan Industri dan Strategi Non Tarif dalam upaya percepatan penguatan Industri Nasional dalam menghadapi persaingan global Nasional dalam menghadapi persaingan global

Tugas TimTugas Tim Identifikasi dan analisis masalah/hambatanIdentifikasi dan analisis masalah/hambatan Koordinasi penyelesaian masalah/hambatan industri dan Koordinasi penyelesaian masalah/hambatan industri dan

perdaganganperdagangan Pemantauan dan evaluasi penyelesaian hambatanPemantauan dan evaluasi penyelesaian hambatan

30PUSAKIN04/21/23

Page 31: Dyah W. Poedjiwati Kepala Pusat Administrasi Kerjasama Internasional KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN

c. Langkah Strategic. Langkah Strategi

1. 1. STRATEGI I: Penguatan Daya Saing GlobalSTRATEGI I: Penguatan Daya Saing Global Penanganan issue domestik, meliputiPenanganan issue domestik, meliputi::

Penataan lahan dan kawasan industriPenataan lahan dan kawasan industri Pembenahan infrastruktur dan energi, Pembenahan infrastruktur dan energi, Pemberian insentif (pajak maupun non pajak lainnya)Pemberian insentif (pajak maupun non pajak lainnya) Membangun Membangun KKawasan awasan EEkonomi konomi KKhusus (KEK), husus (KEK), Perluasan akses pembiayaan dan pengurangan Perluasan akses pembiayaan dan pengurangan

biaya bunga (KUR, Kredit Ketahanan Pangan dan biaya bunga (KUR, Kredit Ketahanan Pangan dan Energi, modal ventura, keuangan syariah, anjak Energi, modal ventura, keuangan syariah, anjak piutang, Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia, piutang, Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia, dsb); dsb);

Pembenahan sistem logistik; Pembenahan sistem logistik; Perbaikan pelayanan publik (NSW, PTSP/SPIPISE dsb) Perbaikan pelayanan publik (NSW, PTSP/SPIPISE dsb) Penyederhanaan peraturanPenyederhanaan peraturan Peningkatan kapasitas ketenagakerjaanPeningkatan kapasitas ketenagakerjaan

31PUSAKIN04/21/23

Page 32: Dyah W. Poedjiwati Kepala Pusat Administrasi Kerjasama Internasional KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN

c. Langkah Strategi (lanjutan)c. Langkah Strategi (lanjutan)

2.2. STRATEGI II: Pengamanan Pasar Domestik STRATEGI II: Pengamanan Pasar Domestik Pengawasan di BorderPengawasan di Border

Meningkatkan pengawasan ketentuan impor dan ekspor dalam Meningkatkan pengawasan ketentuan impor dan ekspor dalam pelaksanaan FTApelaksanaan FTA

Menerapkan Menerapkan Early Warning System Early Warning System untuk pemantauan dini untuk pemantauan dini terhadap kemungkinan terjadinya lonjakan importerhadap kemungkinan terjadinya lonjakan impor

Pengetatan pengawasan penggunaan Surat Keterangan Asal Pengetatan pengawasan penggunaan Surat Keterangan Asal barang (SKA) dari Negara Negara mitra FTAbarang (SKA) dari Negara Negara mitra FTA

Pengawasan awal terhadap kepatuhan SNI, Label, Ingridien, Pengawasan awal terhadap kepatuhan SNI, Label, Ingridien, kadaluarsa, kesehatan, kadaluarsa, kesehatan,

lingkungan, security dsb.lingkungan, security dsb. Penerapan instrumen perdagangan yang diperbolehkan WTO Penerapan instrumen perdagangan yang diperbolehkan WTO

((safeguard measures) safeguard measures) terhadap industry yang mengalami terhadap industry yang mengalami kerugian yang serius (kerugian yang serius (seriously injuryseriously injury) akibat tekanan impor ) akibat tekanan impor (import surges)(import surges)

Penerapan instrumen Penerapan instrumen anti dumpinganti dumping dan dan countervailing dutiescountervailing duties atas importasi yang atas importasi yang unfairunfair

32PUSAKIN04/21/23

Page 33: Dyah W. Poedjiwati Kepala Pusat Administrasi Kerjasama Internasional KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN

c. Langkah Strategi (lanjutan)c. Langkah Strategi (lanjutan)

Peredaran barang di pasar LokalPeredaran barang di pasar Lokal Task Force pengawasan peredaran barang yang tidak sesuai Task Force pengawasan peredaran barang yang tidak sesuai

dengan ketentuan perlindungan konsumen dan industridengan ketentuan perlindungan konsumen dan industri Kewajiban penggunaan label dan manual berbahasa Kewajiban penggunaan label dan manual berbahasa

Indonesia Indonesia

Promosi penggunaan produksi dalam negeriPromosi penggunaan produksi dalam negeri Mengawasi efektiMengawasi efektivvitas promosi penggunaan produksi dalam itas promosi penggunaan produksi dalam

negeri (Inpres No 2 negeri (Inpres No 2 TTahun 2009) termasuk mempertegas dan ahun 2009) termasuk mempertegas dan memperjelas kewajiban KLDI memaksimalkan penggunaan memperjelas kewajiban KLDI memaksimalkan penggunaan produk dalam negeriproduk dalam negeri dalam revisi Kepres No. 80 Tahun 2003 dalam revisi Kepres No. 80 Tahun 2003 tentang Pengadaan Barang/Jasa oleh Pemerintah.tentang Pengadaan Barang/Jasa oleh Pemerintah.

33PUSAKIN04/21/23

Page 34: Dyah W. Poedjiwati Kepala Pusat Administrasi Kerjasama Internasional KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN

c. Langkah Strategi (lanjutan)c. Langkah Strategi (lanjutan)

3) STRATEGI III: Penguatan Ekspor3) STRATEGI III: Penguatan Ekspor

Penguatan peran perwakilan luar negeri (ITPC) Penguatan peran perwakilan luar negeri (ITPC) Pengembangan Pengembangan trading house trading house (PT Sarinah, PT PPI, (PT Sarinah, PT PPI,

SMESCO UKM)SMESCO UKM) Promosi Pariwisata, Promosi Pariwisata, PPerdagangan dan Investasi (TTI)erdagangan dan Investasi (TTI) PenanggulanPenanggulangan gan masalah masalah akses pasar akses pasar dan kasus ekspor dan kasus ekspor Pengawasan Pengawasan penggunaan penggunaan SKA IndonesiaSKA Indonesia Peningkatan peran LPEI dalam mendukung pembiayaan Peningkatan peran LPEI dalam mendukung pembiayaan

eksporekspor Optimalisasi Optimalisasi ttrade financing rade financing (bilateral swap(bilateral swap))

34PUSAKIN04/21/23

Page 35: Dyah W. Poedjiwati Kepala Pusat Administrasi Kerjasama Internasional KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN

Kementerian PerindustrianRepublik Indonesia

35PUSAKIN04/21/23