disfagia sistem onkologi - modul 1 kelas final

39
SISTEM ONKOLOGI MODUL 1 – DISFAGIA Tutor: DR. SUGIARTO, sp. pa ANGGOTA: Randy Anindito 2009730105 Zulfikar Noor Nalendra 2009730063 Munadi Kamaluddin 2009730098 Ammal Pasha Tamtama 2009730004 Asyifa Robiatul Adawiyah 2009730006 Dian Indrayani 2009730012 Frenytha Anggreini 2009730020 Rina Mardiana 2009730110 Kamiliah 2009730088 Violerien Ufizta Sultan 2009730115 Nurmeirizka Rahmawati 2008730029 Widiya Pratiwi 2006730102 Fitriah Rospary 2007730056 Eni Farkhaeni 2007730045

Upload: pasukan5jari

Post on 22-Jul-2016

134 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

ok

TRANSCRIPT

SISTEM ONKOLOGI

MODUL 1 – DISFAGIA

Tutor:DR. SUGIARTO,

sp. pa

ANGGOTA:• Randy Anindito 2009730105• Zulfikar Noor Nalendra

2009730063• Munadi Kamaluddin 2009730098• Ammal Pasha Tamtama

2009730004• Asyifa Robiatul Adawiyah

2009730006• Dian Indrayani 2009730012• Frenytha Anggreini 2009730020• Rina Mardiana 2009730110• Kamiliah 2009730088• Violerien Ufizta Sultan 2009730115• Nurmeirizka Rahmawati

2008730029• Widiya Pratiwi 2006730102• Fitriah Rospary 2007730056• Eni Farkhaeni 2007730045

SKENARIO 1

Laki-laki 60tahun dengan keluhan setiap makan muntah. Mula-mula ada rasa tidak enak didada dan dirasakan makin lama makin berat. Belakangan rasa sakit disertai muntah dan seterusnya setiap kali makan muntah terutama kalau makan cair. Rasa tidak enak ini dirasakan sudah 1 tahun ini

KATA/ KALIMAT KUNCI• Laki-laki 60tahun• Keluhan setiap makan muntah.• Tidak enak didada dan dirasakan makin lama

makin berat. • Muntah terutama makan cair.• Sudah 1 tahun ini• Rasa sakit disertai muntah

PERTANYAAN1. Jelaskan mekanisme terjadinya muntah 2. Definisi Disfagia, klasifikasi 3. Jelaskan proses Angiogenesis 4. Jelaskan fisiologi menelan 5. Sebutkan tumor-tumor yang menyebabkan disfagia 6. Patogenesis disfagia 7. Jelaskan etiologi dan epidemiologi Disfagia 8. Langkah diagnosis 9. Anatomi GIT bagian atas 10. Jelaskan perubahan histopatologi pada beberapa penyakit Tumor

pencernaan 11. Jelaskan cara penanganan neoplasma jinak dan ganas 12. Jelaskan cara menentukan stadium kanker 13. Perbedaan tumor jinak dan ganas 14. DD, penatalaksanaan kasus pada skenario, prognosis

DISFAGIADefinisi:• Disphagia didefinisikan sebagai kesulitan makan. • Dysphagia adalah perkataan yang berasal dari bahasa

Yunani dys yang berarti kesulitan atau gangguan, dan phagia berarti makan.

• Disfagia berhubungan dengan kesulitan makan akibat gangguan dalam proses menelan

• Sulit menelan merupakan suatu gejala atau keluhan yang diakibatkan adanya kelainan di dalam saluran pencernaan yang paling atas, yakni orofaring dan esophagus

PREVELANSI dan

EPIDEMIOLOGI• Masalah dalam menelan merupakan keluhan

yang umum didapat di antara orang berusia lanjut, dan insiden disfagia lebih tinggi pada orang berusia lanjut dan pasien stroke.

• Kurang lebih 51-73% pasien stroke menderita disfagia

KLASIFIKASIETIOLOGI:• Disfagia Mekanik Disfagia mekanik timbul bila terjadi

penyempitan lumen esophagus• Disfagia Motorik Disfagia motorik disebabkan oleh

kelainan neuromuscular yang berperan dalam proses menelan.

• Disfagia oleh Gangguan Emosi - Globus HisterikusLOKASI: Disfagia Orofaringeal Disfagia Esophageal

• Disfagia Mekanik:– Sulit menelan terjadi pada makanan-makanan

yang padat, makanan tersebut kadang perlu dibantu dengan air untuk menelan, bila keadaan ini terjadi semakin parah, dicurigai adanya keganasan atau kanker.

• Disfagia Motorik:– Keluhan sulit menelan terjadi pada makanan

padat dan makanan cair

PATOGENESIS

Proses Menelan

Faktor Penunjang Proses Menelan

1. Ukuran bolus makanan2. Diameter lumen esophagus

yang dilalui bolus3. Kontraksi peristaltik esophagus4. Fungsi sfingter esophagus

bagian atas dan bagian bawah5. Kerja otot-otot rongga mulut

dan lidah

System Neuromuscular :• Susunan saraf pusat, • Batang otak, • Persarafan sensorik dinding faring dan

uvula, • Persarafan ekstrinsik esophagus serta

persarafan intrinsic otot-otot esophagus

Rusak

kegagalan aktivitas komponen orofaring, otot lurik esophagus dan sfingter esophagus bagian

atas

Dampak Fase Oral1. Keluar air liur2. Ketidaksanggupan membersihkan residu di mulut3. Karies gigi4. Hilangnya rasa pengecapan dan penciuman Saraf

Kranial5. Gangguan proses mengunyah6. Gangguan mendorong bolus ke faring7. Aspirasi cairan masuk ke Faring8. Rasa tersendak oleh batuk pada saat fase faring

Disfagia Esofageal

Etiologi:• Akalasia• Proses Penuaan• Spasme Difus• Striktur Esofagus• Tumor• Benda Asing• Cincin Esofagus• Gastroesophageal Reflux Disease (GERD)• Eosinofilik Esofagitis• Scleroderma• Terapi Radiasi

Diagnosis Kelainan Disfagia Fase Oral dan Fase Faring

• Videofluoroskopi Swallow Assesment (VFSS) Modified Barium Swallow (MBS)

• Flexible Endoscopy Evaluation of Swallowing ( FEES)

Anamnesis • Batasan keluhan disfagia (rongga mulut, orofaring, esofagus)• Lama dan progresifitas keluhan disfagia• Saat timbulnya keluhan disfagia dalam proses menelan (makan

padat, cair, stress psikis dan fisik)• keluhan penyerta : odinofagi, BB turun cepat, demam, sesak nafas,

batuk, perasaan mengganjal/menyumbat di tenggorokan.• Penyakit penyerta : eksplorasi neurologik degeneratif, autoimun,

kardiovaskuler dll)• Penggunaan obat-obat yg mengganggu proses menelan (anastesi,

muskulorelaksan pusat)• Evaluasi pola hidup, usia, hygiene mulut, pola makanan• Riwayat operasi kepala dan leher sebelumnya

Angiogenesis

DIFFERENTIAL DIAGNOSE

• Ca Esofagus• Ca Nasofaring

1/11/20121/11/2012

CA OESOFAGUS

Definisi Kanker oesofagus merupakan keganasan yang terjadi pada oesofagus. Keganasan yang paling sering menyerang adalah jenis karsinoma epidermoid.

Etiologi Adanya hubungan dengan faktor diit. Minum alkohol, dan merokok. Diduga juga berhubungan dengan penyakit sebelumnya.contohnya Esofagitis menahun karena rangsangan bahan kimia, dan akalasia merupakan faktor resiko tinggi.

Epidemiologi Sering terjadi pada usia 50-70 tahun, perbandingan pria dan wanita adalah 3:1 Pada tahun 2002 merupakan penyebab kematian no 6 dari kmatian akibat kanker

1/11/20121/11/2012

Gejala Klinis • Sulit menelan• Hilang berat badan secara tiba-tiba• Nyeri pada dada• LelahPada tahap awal, kanker ini sering tanpa tanda atau gejala.

Patofisiologi Awalnya pasien mengalami lesi ulserasi esofagus yang luas sebelum gejala timbul.terjadi Malignasi, biasanya sel squamosa tipe epidermoid, menyebar dibawah mukosa esofagus , atau dapat menyebar langsung kedalamnya, melalui dan diatas lapisan otot ke limfatik. Pada tahap lanjut, obstruksi esofagus terlihat, dengan kemungkinan terjadinya peforasi mediastinum dan erosi pembuluh darah besar.

1/11/20121/11/2012

Pemeriksaan Penunjang

1.Diagnostik dipastikan dengan esofagogastroduodenoscopi (EGD) dengan biopsi.

2.Bronkoskopi untuk menentukan apakah trakea telah terkena dan untuk membentu dalam menentukan apakah lesi dapat diangkat.

3.Mediastenosskopi digunakan untuk menentukan apakah kanker tellah menyebar ke nodus dan struktur mediastinal lain

Penatalaksanaan 1. Pembedahan, radiasi, kemoterapi, atau kombinasi

dari modalitas ini.2. Pengobatan  paliatif  dilakukan  untuk

 mempertahankan  patensi  esofagus,dilatasi esofagus, terapi laser, radiasi, dan kemoterapi.

3. Esofagektomi merupakan penatalaksanaan pembedahan standar, membawa angka kematian yang relatif tinggi akibat infeksi. Komplikasi paru, ataukebocoran melalui anastomosis.

1/11/20121/11/2012

Prognosis Prognosis karsinoma esofagus adalah buruk,,pertahanan hidup sampai 5 tahun laki-laki 2%,dan 6% untuk wanita.

Pencegahan• Berhenti merokok atau mengunyah tembakau.• Hindari meminum alkohol atau minum dalam batas wajar.• Makan lebih banyak buah dan sayur• Jaga berat badan sehat

KARSINOMA NASOFARING

PENDAHULUAN ANATOMI HISTOLOGI EPIDEMIOLOGI ETIOLOGI HISTOPATOLOGI

GEJALA STADIUM DIAGNOSIS PENATALAKSANAAN PROGNOSIS KOMPLIKASI

• Di Indonesia, karsinoma nasofaring ( KNF ) merupakan penyakit keganasan yang paling sering ditemukan di bidang penyakit Telinga Hidung Tenggorokan.

• Dalam urutan 5 besar tumor ganas dengan frekuensi tertinggi, menduduki tempat ke empat setelah kanker mulut rahim, payudara dan kulit, sedangkan di daerah kepala dan leher menduduki tempat pertama.

• Penanggulangan karsinoma nasofaring sampai saat ini masih merupakan suatu problem.

PENDAHULUAN ANATOMI HISTOLOGI EPIDEMIOLOGI ETIOLOGI HISTOPATOLOGI

GEJALA STADIUM DIAGNOSIS PENATALAKSANAAN PROGNOSIS KOMPLIKASI

• terletak di belakang rongga hidung, di atas Palatum Molle dan di bawah dasar tengkorak.

• Bentuknya sebagai kotak yang tidak rata dan berdinding enam

• Anterior rongga hidung • Posterior melengkung ke

antero- superior dan terletak di bawah os sfenoid

• belakang ruang retrofaring, fasia pre-vertebralis dan otot-otot dinding faring

PENDAHULUAN ANATOMI HISTOLOGI EPIDEMIOLOGI ETIOLOGI HISTOPATOLOGI

GEJALA STADIUM DIAGNOSIS PENATALAKSANAAN PROGNOSIS KOMPLIKASI

• terletak di belakang rongga hidung, di atas Palatum Molle dan di bawah dasar tengkorak.

• postero-superior dari torus tubarius terdapat fossa Rosenmuller yang merupakan lokasi tersering KNF

• Atap lipatan-lipatan mukosa yang dibentuk oleh jaringan lunak submukosa, dimana pada usia muda dinding postero superior nasofaring umumnya tidak rata.

• terdapat banyak saluran getah bening yang terutama mengalir ke lateral bermuara di kelenjar retrofaring Krause (kelenjar Rouviere).

PENDAHULUAN ANATOMI HISTOLOGI EPIDEMIOLOGI ETIOLOGI HISTOPATOLOGI

GEJALA STADIUM DIAGNOSIS PENATALAKSANAAN PROGNOSIS KOMPLIKASI

Permukaan nasofaring berbenjol-benjol, karena dibawah epitel terdapat banyak jaringan limfosid, sehingga berbentuk seperti lipatan atau kripta.

Hubungan antara epitel dengan jaringan limfosid Limfoepitel

60 persen mukosa nasofaring dilapisi oleh epitel berlapis gepeng 80% dari dinding posteroir nasofaring dilapisi oleh epitel ini,

sedangkan pada dinding lateral dan depan dilapisi oleh epitel transisional, yang meruapakan epitel peralihan antara epitel berlapis gepeng dan torak bersilia

Epitel berlapis gepeng dilapisi keratin

PENDAHULUAN ANATOMI HISTOLOGI EPIDEMIOLOGI ETIOLOGI HISTOPATOLOGI

GEJALA STADIUM DIAGNOSIS PENATALAKSANAAN PROGNOSIS KOMPLIKASI

♦ Insidens KNF tertinggi daratan Cina bagian selatan

♦ insidens yang terendah bangsa Kaukasian, Jepang dan India

♦ ♀ < ♂, 2-3 : 1

♦ usia terbanyak adalah 40-50 tahun, usia produktif 30-60 tahun

PENDAHULUAN ANATOMI HISTOLOGI EPIDEMIOLOGI ETIOLOGI HISTOPATOLOGI

GEJALA STADIUM DIAGNOSIS PENATALAKSANAAN PROGNOSIS KOMPLIKASI

faktor-faktor yang dapat menyebabkan terjadinya KNF :① Zat Nitrosamin Didalam ikan asin terdapat nitrosamin yang ternyata merupakan mediator penting. ②Keadaan sosial ekonomi yang rendah udara yang penuh asap,rumah yang kurang baik ventilasinya meningkatnya jumlah kasus KNF. ③ Sering kontak dengan zat karsinogen penyebabkan kanker, antara lain Benzopyrene, Benzoathracene (sejenis Hidrokarbon dalam arang batubara), gas kimia, asap industri, ,④ Ras dan keturunan Kulit putih lebih sering⑤ Radang Kronis di daerah nasofaring adanya peradangan,mukosa nasofaring menjadi lebih rentan terhadapa karsinogen lingkungan.

PENDAHULUAN ANATOMI HISTOLOGI EPIDEMIOLOGI ETIOLOGI HISTOPATOLOGI

GEJALA STADIUM DIAGNOSIS PENATALAKSANAAN PROGNOSIS KOMPLIKASI

∆ Karsinoma sel skuamosa berkeratinisasi (Keratinizing Squamous Cell Carcinoma). dibagi menjadi diferensiasi baik, sedang dan buruk.

∆ Karsinoma non-keratinisasi (Non-keratinizing Carcinoma) adanya diferensiasi, tetapi tidak ada diferensiasi sel skuamosa tanpa jembatan intersel. Pada umumnya batas sel cukup jelas.

∆ Karsinoma tidak berdiferensiasi (Undifferentiated Carcinoma) sel tumor secara individu memperlihatkan inti yang vesikuler, berbentuk oval atau bulat dengan nukleoli yang jelas.

PENDAHULUAN ANATOMI HISTOLOGI EPIDEMIOLOGI ETIOLOGI HISTOPATOLOGI

GEJALA STADIUM DIAGNOSIS PENATALAKSANAAN PROGNOSIS KOMPLIKASI

Telinga

• Kataralis/sumbatan tuba Eutachius

• Radang telinga tengah sampai pecahnya gendang telinga.

Hidung

• Mimisan• Sumbatan hidung

Mata dan Saraf

• diplopia dan Gerakan bola mata terbatas.

GEJALA DINI

PENDAHULUAN ANATOMI HISTOLOGI EPIDEMIOLOGI ETIOLOGI HISTOPATOLOGI

GEJALA STADIUM DIAGNOSIS PENATALAKSANAAN PROGNOSIS KOMPLIKASI

Gejala Lanjut

Limfadenopati servikaldi

• daerah samping leher, 3-5 cm di bawah daun telinga dan tidak nyeri.

• pembesaran kelenjar limfe, pertahanan pertama sebelum sel tumor ke bagian tubuh yang lebih jauh.

perluasan tumor ke jaringan sekitar Tumor

• Perluasan ke atas rongga tengkorak dan kebelakang melalui sela-sela otot dapat mengenai saraf otak kelumpuhan otak syaraf:penglihatan dobel (diplopia), rasa baal (mati rasa) di daerah wajah sampai akhirnya timbul kelumpuhan lidah, bahu, leher dan gangguan pendengaran serta gangguan penciuman.

PENDAHULUAN ANATOMI HISTOLOGI EPIDEMIOLOGI ETIOLOGI HISTOPATOLOGI

GEJALA STADIUM DIAGNOSIS PENATALAKSANAAN PROGNOSIS KOMPLIKASI

Gejala akibat metastasis jauh

• Sel-sel kanker dapat mengalir bersama aliran limfe atau darah, mengenai organ tubuh yang letaknya jauh dari nasofaring.

• sering ialah pada tulang, hati dan paru.

PENDAHULUAN ANATOMI HISTOLOGI EPIDEMIOLOGI ETIOLOGI HISTOPATOLOGI

GEJALA STADIUM DIAGNOSIS PENATALAKSANAAN PROGNOSIS KOMPLIKASI

T - Tumor primerT0 - Tidak tampak tumorT1 - Tumor terbatas pada satu

lokalisasi saja (lateral/posterosuperior/atap dan lain-lain)

T2 - Tumor terdapat pada dua lokalisasi atau lebih tetapi masih terbatas di dalam rongga nasofaring

T3 - Tumor telah keluar dari rongga nasofaring (ke rongga hidung atau orofaring dsb)

T4 - Tumor telah keluar dari nasofaring dan telah merusak tulang tengkorak atau mengenai saraf-saraf otak

TX - Tumor tidak jelas besarnya karena pemeriksaan tidak lengkap.

N =Nodule (Pembesaran kelenjar getah bening regional)

N0 - Tidak ada pembesaran

N1 - Terdapat penbesaran tetapi homolateral dan masih dapat di gerakkan

N2 - Terdapat pembesaran kontralateral/bilateral dan masih dapat di gerakkan

N3 - Terdapat pembesaran , baik homolateral , kontralateral , maupun bilateral yang sudah melekat pada jaringan sekitar.

M = Metastasis

M0 - Tidak ada metastasis jauh

M1 - Terdapat Metastasis jauh

Untuk penentuan stadium dipakai sistem TNM menurut UICC (1992).

PENDAHULUAN ANATOMI HISTOLOGI EPIDEMIOLOGI ETIOLOGI HISTOPATOLOGI

GEJALA STADIUM DIAGNOSIS PENATALAKSANAAN PROGNOSIS KOMPLIKASI

Stadium I : T1 dan N0 dan M0 Stadium II : T2 dan N0 dan M0 Stadium III : T1/T2/T3 dan N1 dan M0 atau T3 dan N0 dan M0 Stadium IV : T4 dan N0/N1 dan M0 atau T1/T2/T3/T4 dan N2/N3

dan M0 atau T1/T2/T3/T4 dan N0/N1/N2/N3 dan M1 Menurut American Joint Committee Cancer tahun 1988, tumor

staging dari nasofaring diklasifikasikan sebagai berikut : Tis : Carcinoma in situ T1 : Tumor yang terdapat pada satu sisi dari nasofaring atau tumor yang tak dapat

dilihat, tetapi hanya dapat diketahui dari hasil biopsy T2 : Tumor yang menyerang dua tempat, yaitu dinding posterosuperior dan dinding

lateral T3 : Perluasan tumor sampai ke dalam rongga hidung atau orofaringT4 : Tumor yang menjalar ke tengkorak kepala atau menyerang saraf kranial (atau

keduanya)

PENDAHULUAN ANATOMI HISTOLOGI EPIDEMIOLOGI ETIOLOGI HISTOPATOLOGI

GEJALA STADIUM DIAGNOSIS PENATALAKSANAAN PROGNOSIS KOMPLIKASI

∂ Anamnesis dan pemeriksaan fisik (Pemeriksaan nasofaring dan neuro-oftalmologi)

Gejala dini • Penyakit terdahulu ( peradangan pada THT ) • Riwayat terdapatnya kanker dalam keluarga • Riwayat kontak dengan zat karsinogen • Lingkungan dan gaya hidup Pemeriksaan Fisis • Inspeksi/ palpasi: benjolan pada leher (lateral)• Massa di nasofaring (rinoskopi, laringoskopi) • Otoskopi, tes pendengaran

PENDAHULUAN ANATOMI HISTOLOGI EPIDEMIOLOGI ETIOLOGI HISTOPATOLOGI

GEJALA STADIUM DIAGNOSIS PENATALAKSANAAN PROGNOSIS KOMPLIKASI

∂ Pemeriksaan saraf kranial Pemeriksaan Penunjang.• Pemeriksaan radiologi konvensional antero-

postoriolateral,posisi waters jaringan lunak di daerah nasofaring.

• CT-Scan leher dan kepala pemeriksaan paling dipercaya untuk menetapkan stadium tumor dan perluasan tumor. Scan tulang dan foto torak untuk mengetahui ada tidaknya metatasis jauh.

• Pemeriksaan serologi, berupa pemeriksaan titer antibodi terhadap virus Epsten-Barr ( EBV ) yaitu lg A anti VCA dan lg A anti EA.

PENDAHULUAN ANATOMI HISTOLOGI EPIDEMIOLOGI ETIOLOGI HISTOPATOLOGI

GEJALA STADIUM DIAGNOSIS PENATALAKSANAAN PROGNOSIS KOMPLIKASI

• Pemeriksaan aspirasi jarum halus, bila tumor primer di nasofaring belum jelas dengan pembesaran kelenjar leher yang diduga akibat metastaisis KNF.

• Diagnosa pasti ditegakkan dengan melakukan Biopsi nasofaring. Biopsi nasofaring dapat dilakukan dengan 2 cara, yaitu : dari hidung atau dari mulut.

• Pemeriksaan darah tepi, fungsi hati, ginjal untuk mendeteksi adanya metatasis.

PENDAHULUAN ANATOMI HISTOLOGI EPIDEMIOLOGI ETIOLOGI HISTOPATOLOGI

GEJALA STADIUM DIAGNOSIS PENATALAKSANAAN PROGNOSIS KOMPLIKASI

1. RadioterapiSampai saat ini radioterapi masih memegang peranan penting dalam penatalaksanaan karsinoma nasofaring.

2. Kemoterapisebagai terapi tambahan pada karsinoma nasofaring ternyata dapat

meningkatkan hasil terapi. Terutama diberikan pada stadium lanjut atau pada keadaan kambuh.

3. Operasi Tindakan operasi pada penderita karsinoma nasofaring berupa diseksi leher radikal dan nasofaringektomi.

PENDAHULUAN ANATOMI HISTOLOGI EPIDEMIOLOGI ETIOLOGI HISTOPATOLOGI

GEJALA STADIUM DIAGNOSIS PENATALAKSANAAN PROGNOSIS KOMPLIKASI

5. Imunoterapi Dengan diketahuinya kemungkinan penyebab dari karsinoma nasofaring adalah virus Epstein-Barr, maka pada penderita karsinoma nasofaring dapat diberikan imunoterapi.

PENDAHULUAN ANATOMI HISTOLOGI EPIDEMIOLOGI ETIOLOGI HISTOPATOLOGI

GEJALA STADIUM DIAGNOSIS PENATALAKSANAAN PROGNOSIS KOMPLIKASI

Secara keseluruhan, angka bertahan hidup 5 tahun adalah 45 %. Prognosis diperburuk oleh beberapa faktor, seperti:

‼ Stadium yang lebih lanjut ‼ Usia lebih dari 40 tahun ‼ Ras Cina dari pada ras kulit putih ‼ Adanya pembesaran kelenjar leher ‼ Adanya kelumpuhan saraf otak ‼ Adanya kerusakan tulang tengkorak ‼ Adanya metastasis jauh

PENDAHULUAN ANATOMI HISTOLOGI EPIDEMIOLOGI ETIOLOGI HISTOPATOLOGI

GEJALA STADIUM DIAGNOSIS PENATALAKSANAAN PROGNOSIS KOMPLIKASI

tumor ganas nasofaring dapat menyebabkan penurunan pendengaran tipe konduksi yang refersibel terjadi akibat pendesakan tumor primer terhadap tuba Eustachius dan gangguan terhadap pergerakan otot levator pelatini yang berfungsi untuk membuka tuba. Kedua hal diatas akan menyebabkan terganggunya fungsi tuba.

Infiltrasi tumor melalui liang tuba Eustachius dan masuk kerongga telinga tengah jarang sekali terjadi . Dengan radiasi, tumor akan mengecil atau menghilang dan gangguan-gangguan diatas dapat pula berkurang atau menghilang, sehingga pendengaran akan membaik kembali.