dermatitis atopik

21
Dermatitis Atopik I. Definisi Dermatitis Atopik. Dermatitis Atopik ialah keadaan peradangan kulit kronis dan residif, disertai gatal, yang pada umumnya sering terjadi selama masa bayi dan anak-anak, sering berhubungan dengan peningkatan kadar igE dalam serum dan riwayat atopi pada keluarga atau penderita (Dermatitis Atopik, rinitis alergik, dan asma bronkial). 1 Dermatitis Atopik adalah dermatitis yang timbul pada individu dengan riwayat atopi pada dirinya sendiri ataupun keluarganya, yaitu riwayat asma bronkial, rinitis alergi, dan reaksi alergi terhadap serbuk-serbuk tanaman. 2 Dermatitis Atopik atau Eczema Dermatitis atau Eksim adalah peradangan pada lapisan atas kulit yang sifatnya kronis atau menahun. 3 Dermatitis atopik (DA) adalah penyakit kulit reaksi inflamasi yang didasari oleh faktor herediter dan faktor lingkungan, bersifat kronik residif dengan gejala eritema, papula, vesikel, kusta, skuama dan pruritus yang hebat. Bila residif biasanya disertai infeksi, atau alergi, faktor psikologik, atau akibat bahan kimia atau iritan. 4 Dermatitis atopik adalah suatu peradangan menahun(kronik residif),pada lapisan atas kulit(epidermis) yang menyebabkan rasa gatal,sering kali terjadi pada bayi dan anak-anak dengan riwayat atopi pada individu dan keluarganya(asma,rhinitis alergi,konjungtivitis alergi dan DA).Juga disertai lesi eritam,eksoriasi dan likenifikasi pada tempat-tempat predileksi.penderita rinitis alergika atau penderita asma dan pada orang-orang yang anggota keluarganya ada yang menderita rhinitis alergika atau asma. 5 1

Upload: riyan-saputra

Post on 21-Jan-2016

32 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Kulit

TRANSCRIPT

Page 1: Dermatitis Atopik

Dermatitis Atopik

I. Definisi Dermatitis Atopik.

Dermatitis Atopik ialah keadaan peradangan kulit kronis dan residif, disertai gatal, yang pada umumnya sering terjadi selama masa bayi dan anak-anak, sering berhubungan dengan peningkatan kadar igE dalam serum dan riwayat atopi pada keluarga atau penderita (Dermatitis Atopik, rinitis alergik, dan asma bronkial).1

Dermatitis Atopik adalah dermatitis yang timbul pada individu dengan riwayat atopi pada dirinya sendiri ataupun keluarganya, yaitu riwayat asma bronkial, rinitis alergi, dan reaksi alergi terhadap serbuk-serbuk tanaman.2

Dermatitis Atopik atau Eczema Dermatitis atau Eksim adalah peradangan pada lapisan atas kulit yang sifatnya kronis atau menahun.3

Dermatitis atopik (DA) adalah penyakit kulit reaksi inflamasi yang didasari oleh faktor herediter dan faktor lingkungan, bersifat kronik residif dengan gejala eritema, papula, vesikel, kusta, skuama dan pruritus yang hebat. Bila residif biasanya disertai infeksi, atau alergi, faktor psikologik, atau akibat bahan kimia atau iritan.4

Dermatitis atopik adalah suatu peradangan menahun(kronik residif),pada lapisan atas kulit(epidermis) yang menyebabkan rasa gatal,sering kali terjadi pada bayi dan anak-anak dengan riwayat atopi pada individu dan keluarganya(asma,rhinitis alergi,konjungtivitis alergi dan DA).Juga disertai lesi eritam,eksoriasi dan likenifikasi pada tempat-tempat predileksi.penderita rinitis alergika atau penderita asma dan pada orang-orang yang anggota keluarganya ada yang menderita rhinitis alergika atau asma.5

II. Sinonim Dermatitis Atopik.

Banyak istilah lain dipakai sebagai sinonim Dermatitis Atopik ialah ekzema atopik, ekzema konstitusional, ekzema fleksural, neurodermatitis diseminata, prurigo besnier. Tetapi, yang paling sering digunakan ialah Dermatitis Atopik.1

III. Etiologi Dermatitis Atopik.

Dermatitis Atopik penyebab yang pasti belum diketahui,tetapi faktor keturunan merupakan dasar pertama untuk timbulnya penyakit.1

berbagai faktor ikut berinteraksi dalam penyebab Dermatitis Atopik. Misal nya faktor genetik, lingkungan, sawar kulit, dan imunologik. Konsep dasar terjadinya Dermatitis Atopik adalah melalui reaski imunologik, yang diperantarai oleh sel-sel yang berasal dari sumsum tulang.1

1

Page 2: Dermatitis Atopik

Kadar igE dalam serum penderita Dermatitis Atopik dan jumlah eusinofil dalam darah perifer umumnya meningkat. Terbukti bahwa ada hubungan secara sistemik antara Dermatitis Atopik dan alergi saluran napas, karena 80% anak dengan Dermatitis Atopik mengalami asma bronkial atau rinitis alergik.1

Dermatitis Atopik Etiologi Genetik :

Berikut ini 4 kelas gen yang mempengaruhi penyakit atopi.1

Kelas I : Gen predisposisi untuk atopi dan respon umum igE

(a) reseptor FceRI-β, mempunyai afinitas tinggi untuk igE (Kromosom 11q12-13)

(b) gen sitokin IL-4 (kromosom 5)

(c) gen reseptor-α IL-4 (kromosom 16)

Kelas II : gen yang berpengaruh pada respon igE spesifik

(a) TCR (kromosom 7 dan 14)

(b) HLA (kromosom 6)

Kelas III : gen yang mempengaruhi mekanisme non-inflamasi (misalnya hiper- responsif bronkhial)

Kelas IV : gen yang mempengaruhi inflamasi yang tidak diperantarai igE

(a) TNF (kromosom 6)

(b) gen kimase (kromosom 14)

Etiologi Dermatitis Atopik secara Imunologik dan Nonimunologik4 :

Multifaktor DA mempunyai penyebab multi faktorial antara lain faktor genetik, emosi, trauma, keringat, imunologik

Respon Imun Sistemik Terdapat IFN-g yang menurun. Interleukin spesifik alergen yang diproduksi sel T pada darah perifer (interleukin IL-4, IL-5 dan IL-13) meningkat. Juga terjadi Eosinophilia dan peningkatan IgE.

Imunopatologi Kulit  Pada DA, sel T yang infiltrasi ke kulit adalah CD45RO+. Sel T ini menggunakan CLA maupun reseptor lainnya untuk mengenali dan menyeberangi endotelium pembuluh darah. Di pembuluh darah perifer pasien DA, sel T subset CD4+ maupun subset CD8+ dari sel T dengan petanda CLA+CD45RO+ dalam status teraktivasi (CD25+, CD40L+, HLADR+). Sel yang teraktivasi ini mengekspresikan Fas dan Fas ligand yang menjadi penyebab apoptosis. Sel-sel itu sendiri tidak menunjukkan apoptosis karena mereka diproteksi oleh sitokin dan protein extracellular matrix (ECM). Sel-sel T tersebut mensekresi IFN g yang melakukan

2

Page 3: Dermatitis Atopik

upregulation Fas pada keratinocytes dan menjadikannya peka terhadap proses apoptosis di kulit. Apoptosis keratinocyte diinduksi oleh Fas ligand yang diekspresi di permukaan sel-sel T atau yang berada di microenvironment

Respon imun kulit Sel-sel T baik subset CD4+ maupun subset CD8+ yang diisolasi dari kulit (CLA+ CD45RO+ T cells) maupun dari darah perifer, terbukti mensekresi sejumlah besar IL-5 dan IL-13, sehingga dengan kondisi ini lifespan dari eosinofil memanjang dan terjadi induksi pada produksi IgE. Lesi akut didominasi oleh ekspresi IL-4 dan IL-13, sedangkan lesi kronik didominasi oleh ekspresi IL-5, GM-CSF, IL-12, dan IFN-g serta infiltrasi makrofag dan eosinofil.

Genetik Pengaruh gen maternal sangat kuat. Ada peran kromosom 5q31-33, kromosom 3q21, serta kromosom 1q21 and 17q25. Juga melibatkan gen yang independen dari mekanisme alergi. Ada peningkatan prevalensi HLA-A3 dan HLA-A9. Pada umumnya berjalan bersama penyakit atopi lainnya, seperti asma dan rhinitis. Resiko seorang kembar monosigotik yang saudara kembarnya menderita DA adalah 86%.

IV. Epidemiologi Dermatitis Atopik

Berbagai penelitian menyatakan bahwa prevalensi Dermatitis Atopik makin meningkat sehingga merupakan masalah besar. Di negara Amerika Serikat, Eropa, Jepang, Australia, dan Negara Industri lain, prevalensi Dermatitis Atopik pada anak mencapai 10 sampai 20%, sedangkan pada dewasa kira-kira 1 sampai 3 %. Di negara Agraris, misal nya Cina, Eropa Timur, Asia Tengah, prevalensi Dermatitis Atopik jauh lebih rendah. Wanita lebih banyak menderita Dermatitis Atopik daripada pria dengan rasio 1,3 : 1.1

Berbagai Faktor lingkungan berpangaruh terhadap prevalensi Dermatitis Atopik misalnya jumlah keluarga kecil, pendidikan ibu makin tinggi, penghasilan meningkat, migrasi dari desa ke kota, dan meningkatnya penggunaaan antibiotik, berpotensi menaikkan jumlah penderita Dermatitis Atopik. Sedangkan rumah yang berpenghuni banyak, meningkatnya jumlah keluarga, urutan lahir makin belakang, sering mengalami infeksi sewaktu kecil, akan melindungi timbulnya Dermatitis Atopik pada kemudian hari.1

Dermatitis Atopik cenderung diturunkan. Lebih dari 1/4 anak dari seorang ibu yang menderita atopi maka akan mengalami Dermatitis Atopik pada masa kehidupan 3 bulan pertama. Bila salah satu orang tua menderita atopi, lebih separuh jumlah anakakan mengalami gejala alergi sampai usia 2 tahun, dan meningkat sampai 79% bila kedua orang tua menderita atopi. Risiko mewarisi Dermatitis Atopik lebih tinggi bila ibu yang menderita dibandingkan dengan ayah. Tetapi, bila Dermatitis Atopik yang dialami berlanjut hingga masa dewasa, maka risiko untuk mewariskan kepada anaknya sama saja yaitu kira-kira 50%.1

3

Page 4: Dermatitis Atopik

V. Gambaran Klinis Dermatitis Atopik

Kulit penderita Dermatitis Atopik umumnya kering, pucat/redup, kadar lipid di epidermis berkurang, dan kehilangan air lewat epidermis meningkat. Jari tangan teraba dingin. Penderita Dermatitis Atopik cenderung astenik, dengan inteligensia di atas rata-rata, sering merasa cemas, egois, frustasi, agresif, atau merasa tertekan.1

Gejala utama Dermatitis Atopik adalah (Pruritus),dapat hilang timbul sepanjang hari, tetapi umumnya lebih hebat pada malam hari. Akibatnya penderita akan menggaruk sehingga timbul bermacam-macam kelainan di kulit berupa papul, likenifikasi, eritema, erosi, ekskoriasi, eksudasi, dan krusta.1

Dermatitis dibagi menjadi tiga fase, yaitu: Dermatitis Atopik infantil (terjadi pada usia 2 bulan sampai 2 tahun), Dermatitis Atopik anak (terjadi pada usia 2 tahun sampai 10 tahun) dan Dermatitis Atopik pada remaja dan dewasa.1

1. Dermatitis Atopik Infantil (usia 2 bulan sampai 2 tahun).

Dermatitis Atopik paling sering muncul pada tahun pertama kehidupan, biasa nya di muka (dahi, pipi) berupa eritema, papul vesikel yang halus, karena gatal digosok, pecah, eksudatif, dan akhirnya terbentuk krusta.1

Lesi kemudian meluas ketempat lain yaitu ke skalp, leher, pergelangan tangan, lengan dan tungkai. Bila anak mulai merangkak, lesi ditemukan di lutut. Biasanya anak mulai menggaruk setelah berumur 2 bulan. Rasa gatal yang timbul sangan mengganggu sehingga anak gelisah, susah tidur, dan sering menangis. Pada umum nya lesi Dermatitis Atopik infantil eksudatif, banyak eksudat, erosi, krusta, dan dapat mengalami infeksi. Lesi dapat meluas generalisata bahkan, walaupun jarang, dapat terjadi eritroderma. Lambat laun lesi menjadi kronis dan residif. Sekitar usia 18 bulan mulai tampak likenifikasi. Pada sebagian besar penderita sembuh setelah 2 tahun, mungkin juga sebelumnya, sebagian lagi berlanjut menjadi bentuk anak.1

4

Page 5: Dermatitis Atopik

2. Dermatitis Atopik pada anak (usia 2 sampai 10 tahun)

Dapat merupakan kelanjutan bentuk infantil, atau timbul sendiri (de novo). Lesi lebih kering, tidak begitu eksudatif, leih banyak papul, likenifikasi, dan sedikit skuama. Letak kelainan kulit di lipat siku, lipat lutut, pergelangan tangan bagian fleksor, kelopak mata, leher, jarang di muka.1

Rasa gatal menyebabkan penderita sering menggaruk; dapat terjadi erosi, likenifikasi, mungkin juga mengalami infeksi sekunder. Akibat garukan, kulit menebal dan perubahan lainnya yang menyebabkan gatal, sehingga terjadi lingkaran setan "siklus gatal-garuk". Rangsangan menggaruk sering di luar kendali. Penderita sensitif terhadap, wol, bulu kucing, dan anjing, juga bulu ayam, burung dan sejenisnya.1

Dermatitis Atopik berat yang melebihi 50% permukaan tubuh dapat memperlambat pertumbuhan.1

3. Dermatitis Atopik Pada Remaja dan Dewasa.

Lesi kulit Dermatitis Atopik pada bentuk remaja atau dewasa dapat berupa plak papular-eritematosa dan berskuama, atau plak likenifikasi yang gatal. Pada Dermatitis Atopik remaja lokalisasi lesi lipat siku, lipat lutut, dan samping leher, dahi, dan sekitar mata. Pada Dermatitis Atopik dewasa distribusi lesi kurang karakteristik, sering mengenai tangan dan pergelangan tangan, dapat pula ditemukan setempat, misalnya di bibir (kering, pecah, bersisik), vulva, puting susu, atau skalp. Kadang erupsi meluas, dan paling parah dilipatan,

5

Page 6: Dermatitis Atopik

mengalami likenifikasi. Lesi kering, agak menimbul, papul datar dan cenderung bergabung menjadi plak likenifikasi dengan sedikit skuama, dan sering terjadi eksoriasi dan eksudasi karena garukan. Lambat laun terjadi hiperpigmentasi.1

Lesi sangat gatal, terutama pada malam hari waktu istirahat. Pada orang dewasa sering mengeluh bahwa penyakitnya kambuh bila stres. Mungkin karena stres dapat menurunkan ambang rangsang gatal. Penderita atopik memang sulit mengeluarkan keringat, sehingga rasa gatal timbul bila mengadakan latihan fisik. Pada umum nya Dermatitis Atopik remaja atau dewasa berlangsung lama, kemudian cenderung menurun dan membaik (sembuh) setelah usia 30 tahun, jarang sampai usia pertengahan; hanya sebagian kecil terus berlangsung sampai tua. Kulit penderita Dermatitis Atopik yang telah sembuh mudah gatal dan cepat meradang bila terpajan oleh bahan iritan eksogen.1

Berbagai kelainan dapat menyertai Dermatitis Atopik misalnya: 1. hiperlinearis palmaris, 2. xerosis kutis, 3. iktiosis, 4. pomfoliks, 5.pitriasis alba, 6.keratosis piliaris, 7. lipatan dennie morgan, 8. penipisan alis bagian luar (tanda hertoghe), 9. keilitis, 10. katarak subkapsular anterior, 11. lidah geografik, 12. liken spinulosus, dan 13. keratokonus (bentuk kornea yang abnormal).1

6

1

4

2 3

3 5

Page 7: Dermatitis Atopik

VI Diagnosis Dermatitis Atopik

Diagnosis Dermatitis Atopik didasarkan kriteria yang disusun oleh Hanifin dan Rajka yang diperbaiki oleh kelompok kerja dari inggris yang dikoordinasi oleh Williams (1994).1

Kriteria Mayor :

a. Pruritus.

b.Dermatitis di muka atau ekstensor pada bayi dan anak.

c. Dermatitis di fleksura pada dewasa.

d. Dermatitis kronis atau residif.

e. Riwayat atopi pada penderita atau keluarganya.

7

7

11

6

8

12 13

9

10

Page 8: Dermatitis Atopik

Kriteria Minor :

a. Xerosis.

b. Infeksi kulit (khusus nya oleh S.aureus dan virus herpes simpleks).

c. Dermatitis nonspesifik pada tangan atau kaki.

d. Iktiosis/hiperliniar palmaris/keratosis piliaris.

e. Pitriasis alba.

f. Dermatitis di papila mame.

g. White dermographism dan delayed blanch response.

h. Keilitis.

i. Lipatan infra orbita dennie-morgan.

j. Konjungtivitis berulang.

k. Keratokonus.

l. Katarak subkapsular anterior.

m. Orbita menjadi gelap.

n. Muka pucat atau eritem.

o. Gatal bila berkeringat.

p. Intolerans terhadap wol atau pelarut lemak.

q. Aksentuasi perifolikular.

r. Hipersensitif terhadap makanan.

s. Perjalanan penyakit dipengaruhi oleh faktor lingkungan dan emosi.

t. Tes kulit alergi tipe dadakan positif.

u. Kadar igE di dalam serum meningkat.

v. Awitan pada usia dini.

Diagnosa Dermatitis Atopik harus mempunyai tiga kriteria mayor dan tiga kriteria minor.1

Untuk bayi, kriteria diagnosis dimodifikasi yaitu1 :

Tiga kriteria mayor berupa :

1. Riwayat atopi pada keluarga.

8

Page 9: Dermatitis Atopik

2. Dermatitis dimuka dan ekstensor.

3. Pruritus.

Ditambah tiga kriteria minor :

1. Xerosis/iktiosis/hiperlniaris palmaris.

2. Aksentuasi perifolikular.

3. Fisura belakang telinga.

4. Skuama di skalp kronis.

Kriteria mayor dan minor yang diusulkan oleh Hanifin dan Rajka didasarkan pengalaman klinis.Kriteria ini cocok untuk diagnosa penelitian berbasis rumah sakit (hospital based) dan eksperimental, tetapi tidak dapat dipakai pada penelitian berbasis populasi, karena kriteria minor umumnya ditemukan pula pada kelompok kontrol, di samping juga belum divalidasi terhadap diagnosis dokter atau diuji untuk pengulangan (repeatability). Oleh karena itu kelompok kerja di Inggris (UK working party) yang dikoordinasi oleh William memperbaiki dan menyerdehanakan kriteria Hanifin dan Rajka menjadi satu kriteria untuk pedoman diagnosis Dermatitis Atopik yang dapat diulang dan divalidasi. Pedoman ini sahih untuk orang dewasa, anak, berbagai ras, dan sudah divalidasi dalam populasi, sehingga dapat membantu dokter Puskesmas membuat diagnosis.1

Pedoman diagnosis Dermatitis Atopik yang diusulkan oleh kelompok tersebut yaitu1 :

a. Harus mempunyai kondisi kulit gatal (itchy skin) atau dari laporan orang tuanya bahwa anaknya suka menggaruk atau menggosok.

b. Ditambah tiga atau lebih kriteria berikut :

1. Riwayat terkenanya lipatan kulit, misalnya lipat siku, belakang lutut, bagian depan pergelangan kaki atau sekeliling leher (termasuk pipi anak usia di bawah 10 tahun).

2. Riwayat asma bronkial atau hay fever pada penderita (atau riwayat penyakit atopi pada keluarga tingkat pertama dari anak di bawah 4 tahun).

3. Riwayat kulit kering secara umum pada tahun terakhir.

4. Adanya dermatitis yang tampak di lipatan (atau dermatitis pada pipi/dahi dan anggota badan bagian luar anak di bawah 4 tahun).

5. Awitan di bawah usia 2 tahun (tidak digunakan bila anak di bawah 4 tahun).

9

Page 10: Dermatitis Atopik

VII Diagnosis Banding

Sebagai diagnosis banding Dermatitis Atopik ialah1 :

1. Dermatitis Seboroik (terutama pada bayi)

2. Dermatitis Numularis

3. Skabies

4. Iktiosis

5. Psoriasis (terutama di daerah palmoplantar)

6. Dermatitis herpetiformis

7. Sindrom Sezary

8. Penyakit Letter-Siwe.

9. Sindrom Imunodefisiensi pada bayi (Sindrom Wiskott-Aldrich, dan Sindrom hiper- igE)

VIII Penatalaksanaan

1. Penatalakasanaan Umum1

Kulit penderita Dermatitis Atopik cenderung lebih rentan terhadap bahan iritan, oleh karena itu penting untuk mengidentifikasi kemudian menyingkirkan faktor yang memperberat dan memicu siklus gatal-garuk, misalnya sabun dan deterjen; kontak dengan bahan kimia, pakaian kasar, pajanan terhadap panas atau dingin yang ekstrim.

Bila memakai sabun hendaknya yang berdaya larut minimal terhadap lemak dan mempunyai PH netral. Pakaian baru sebaiknya dicuci terlebih dahulu sebelum dipakai untuk membersihkan formaldehid atau bahan kimia tambahan. Mencuci dengan deterjen harus dibilas dengan baik, sebab sisa deterjen dapat bersifat iritan. Kalau selesai berenang harus segera mandi untuk membilas klorin yang biasanya digunakan pada kolam renang. Stres psikik juga dapat menyebabkan eksaserbasi Dermatitis Atopik.

Serangan dermatitis pada bayi dan anak dipicu oleh iritasi dari luar, misalnya terlalu sering dimandikan, menggosok terlalu kuat, pakaian terlalu tebal, ketat atau kotor, kebersihan kurang terutama di daerah popok, infeksi lokal, iritasi oleh kencing atau feses, bahkan juga medicated baby oil. pada bayi penting diperhatikan kebersihan daerah bokong dan genetalia, popok segera diganti bila basah atau kotor.

10

Page 11: Dermatitis Atopik

2. Pengobatan Topikal1

a. Hidrasi Kulit

Kulit penderita Dermatitis Atopik kering dan fungsi sawarnya berkurang, mudah retak segingga mempermudah masuknya mikroorganisme patogen, bahan iritan, dan alergen. Pada kulit yang demikian perlu diberikan pelembab, misalnya krim hidrofilik urea 10%, dapat pula ditambahkan hidrokortison 1% yang mengandung asam laktat, konsentrasinya jangan lebih dari 5% karena dapat mengiritasi bila dermatitisnya masih aktif. Setelah mandi kulit dilap, kemudian pakai emolien dipakai sehari 3 kali, karena lama kerja maksimum 6 jam.

b. Kortikosteroid Topikal

Pada bayi digunakan salap steroid berpotensi rendah, misalnya hidrokortison 1%-2,5%. Pada anak dan dewasa dipakai steroid berpotensi menengah, misal nya triamsinolon, kecuali pada muka, genetalia, dan intertriginosa digunakan steroid berpotensi rendah.

Bila aktivitas penyakit telah terkontrol, dipakai secara intermiten, umumnya 2 kali seminggu, untuk menjaga agar tidak cepat kambuh, sebaiknya dengan kortikosteroid berpotensi yang paling rendah.

c. Imunomodulator Topikal

1). Takrolimus (FK-506), suatu penghambat calcineurin yaitu menghambat aktivasi sel yang terlibat dalam Dermatitis Atopik yaitu : sel langerhans, sel T, sel mast, dan keratinosit. dapat diberikan dalam bentuk salap 0,03% untuk anak usia 2-15 tahun; untuk dewasa 0,03% sampai 0,1%. Pada pengobatan jangka panjang dengan salap takrolimus, koloni S. aureus menurun. Tidak ditemukan efek samping kecuali rasa seperti terbakar setempat. Tidak menyebabkan atrofi kulit seperti pada pemakaian kortikosteroid; dapat digunakan di muka dan kelopak mata.

2). Pimekrolimus (ASM 81), imunomodulator golongan makrolaktam, yang pertama ditemukan dari hasil fermentasi S. hygroscopicusvar. ascomyceticus. Cara kerja sangat mirip sikloskosporindan takrolimus yang dihasilkan dari S. tsuku-baensis, walaupun ketiganya berbeda dalam struktur kimianya, yaitu bekerja sebagai pro-drug, yang baru menjadi aktif bila terikat pada reseptor sitosilik imunofolin. Derivat askomisin yang digunakan ialah SDZ ASM 981 konsentrasi 1%, mempunyai efektivitas sama dengan krim klobetasol-17-propionat 0,05% (steroid superpoten), tidak menyebabkan atrofi kulit (setidaknya selama 4 minggu), aman pada anak dan dapat dipakai pada kulit sensitif misalnya pada muka dan lipatan.Cara pemakaian dioleskan 2 kali sehari.

Pimerkrolimus dan takrolimus tidak dianjurkan pada anak usia kurang dari 2 tahun. penderita yang diobati dengan pimekrolimus dan takrolimus dinasehati untuk memakai pelindung matahari karena ada dugaan bahwa kedua obat tersebut berpotensi menimbulkan kanker kulit.

11

Page 12: Dermatitis Atopik

3). Preparat ter mempunyai efek antipruritus dan anti-inflamasi pada kulit. Dipakai pada lesi kronis, jangan pada lesi akut. Sediaan dalam bentuk salap hidrofilik, misalnya yang mengandung likuor karbonis detergen 5% sampai 10% atau crude coal tar 1% sampai 5%.

4). Antihistamin topikal tidak dianjurkan karena berpotensi kuat menimbulkan sensitisasi pada kulit. Dilaporkan bahwa aplikasi topikal krim doksepin 5% dalam jangka pendek ( satu- minggu), dapat mengurangi gatal tanpa terjadi sensitisasi. Tetapi perlu diperhatikan, bila dipakai pada area yang luas akan menimbulkan efek samping sedatif.

3. Pengobatan Sistemik1

a. Kortikosteroid sistemik hanya digunakan untuk mengendalikan eksaserbasi akut, dalam jangka pendek, dan dosis rendah, diberikan berselang-seling (altenate), atau diturunkan bertahap (tapering), kemudian segera diganti dengan kortikosteroid topikal. Pemakaian jangka panjang menimbulkan berbagai efek samping, dan bila dihentikan, lesi yang lebih berat akan muncul kembali.

b. Antihistamin digunakan untuk membantu mengurangi rasa gatal yang hebat, terutama malam hari, sehingga mengganggu tidur. Oleh karena itu antihistamin yang dipakai ialah yang mempunyai efek sedatif, misal nya hidroksin atau difenhidramin. Pada kasus yang lebih sulit dapat diberikan doksepin hidroklorid yang mempunyai efek antidepresan dan memblokade reseptor histamin H1 dan H2, dengan dosis 10 mg sampai 72 mg secara oral malam hari pada orang dewasa.

c. Anti-infeksi. Pada Dermatitis Atopik ditemukan peningkatan koloni S. aureus. untuk yang belum resistan dapat diberikan eritromisin, asitromisin, atau klaritomisin, sedang untuk yang sudah resisten diberikan dikloksasilin, oksasilin, atau generasi pertama sefalosporin. Bila dicurigai terinfeksi oleh virus herpes simplek kortikosteroid dihentikan sementara dan diberikan per oral asiklovir 400 mg 3 kali per hari selama 10 hari, atau 200 mg 4 kali per hari selama 10 hari.

d. Interferon (IFN-y) diketahui menekan respon igE dan menurunkan fungsi dan proliferasi sel TH2. Pengobatan dengan IFN-y rekombinan menghasilkan perbaikan klinis, karena dapat menurunkan jumlah eosinofil total dalam sirkulasi.

e. Siklosporin diberikan pada Dermatitis Atopik yang sulit diatasi dengan pengobatan konvensional dan diberikan siklosporin dalam jangka pendek. Dosis jangka pendek yang dianjurkan per oral : 5 mg/kg berat badan. Siklosporin adalah obat imunosupresif kuat yang terutama bekerja pada sel T akan terikat dengan cyclophilin (suatu peran intraselular) menjadi satu kompleks yang menghambat calcineurin sehingga transkripsi sitokin ditekan. Tetapi, bila pengobatan dengan siklosporin dihentikan umumnya penyakit nya akan segera kambuh lagi. Efek samping yang mungkin timbul yaitu peningkatan kreatiniin dalam serum, atau bahkan terjadi penurunan fungsi ginjal dan hipertensi.

12

Page 13: Dermatitis Atopik

4. Terapi Sinar (Phototherapy)1

Untuk Dermatitis Atopik yang berat dan luas dapat digunakan PUVA (photochemotherapy) seperti yang dipakai pada psoriasis. Terapi UVB, atau Goeckerman dengan UVB dan ter juga efektif. Kombinasi UVB dan UVA lebih baik dari pada hanya UVB. UVA bekerja pada sel langerhans dan eosinofil, sedangkan UVB mempunyai efek imunosupresif dengan cara memblokade fungsi sel langerhans, dan mengubah produksi sitokin keratinosit.

IX Prognosis

Sulit meramalkan prognosis Dermatitis Atopik pada seseorang. Prognosis lebih buruk bila kedua orang tuanya menderita Dermatitis Atopik. Ada kecendrungan perbaikan spontan pada masa anak, dan sering ada yang kambuh pada masa remaja. Sebagian kasus pada usia di atas 30 tahun. Penyembuhan spontan Dermatitis Atopik yang diderita sejak bayi pernah dilaporkan terjadi setelah umur 5 tahun sebesar 40-60%, terutama kalau penyakitnya ringan. Sebelumnya juga ada yang melaporkan bahwa 84% Dermatitis Atopik anak berlangsung sampai masa remaja. Ada pula laporan Dermatitis Atopik pada anak yang di ikuti bayi hingga remaja, 20% menghilang dan 65% berkurang gejalanya. Lebih dari separuh Dermatitis Atopik remaja yang telah diobati kambuh kembali setelah dewasa.1

Faktor yang berhubungan dengan prognosis kurang baik Dermatitis Atopik yaitu1 :

a. Dermatitis Atopik luas pada anak

b. Menderita rinitis alergik dan asma bronkial

c. Riwayat Dermatitis Atopik pada orang tua atau saudara kandung

d. Awitan (onset) Dermatitis Atopik pada usia muda.

e. Anak tunggal

f. kadar igE serum sangat tinggi.

Diperkirakan 30% hingga 50% Dermatitis Atopik infantil akan berkembang menjadi asma bronkial atau hay fever. Penderita atopi mempunyai risiko menderita dermatitis kontak iritan akibat kerja tangan.1

13

Page 14: Dermatitis Atopik

DAFTAR PUSTAKA

1. Djuanda Adhi, Hamzah Mochtar, Aisah Siti, 2007. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi 5 Cetakan ke 2. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta.

2. Siregar, 2004. Atlas Berwarna Saripati Penyakit Kulit. Edisi 2.EGC. Jakarta.

3. Pamela Ruri, 2012. dermatitis atopik eksim yang gatal. http://www.ruripamela.com/2011/02/dermatitis-atopik-eksim-gatal-yang.html. Diakses 12 juni 2013 pukul 22.00 WIB.

4. Nugraha Septian, 2012. dermatitis atopik., http://journal-kesehatan.blogspot.com/2011/11/dermatitis- atopik.html. Diakses 12 juni 2013 pukul 22.15 WIB.

5. Pahan Efendi, 2013. pengertian dermatitis atopik http://tugasakhiramik.blogspot.com/2013/03/pengertian- dermatitis-atopik.html. Diakses 12 juni 2013 pukul 22.30 WIB.

14