dampak jaminan terhadap peluang memperoleh kredit bagi

14
Jurnal Ekonomi dan Pembangunan Indonesia Vol. 16 No. 1 Juli 2015: 1-14 p-ISSN 1411-5212; e-ISSN 2406-9280 DOI: http://dx.doi.org/10.21002/jepi.v16i1.457 1 Dampak Jaminan terhadap Peluang Memperoleh Kredit bagi UMKM di Sumatera Barat Collateral Eect to Bank Loan Probability for Microenterprises in West Sumatera Joan Marta a, , Doni Satria a, a Program Studi Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Padang [diterima: 30 Agustus 2013 — disetujui: 29 Agustus 2016 — terbit daring: 31 Oktober 2016] Abstract This paper reveals that West Sumatera banking sector are more likely using the availability of collateral for the credit to micro, small and medium enterprises (MSME). Using 384 sample size from MSME in West Sumatera, if a MSME have enough collateral, the probability of their credit application to be rejected by banks will fall from 59.9% to 11.7% comparing to they don’t have enough collateral. This finding proved a credit guarantee scheme is needed, and for the further study it is recommended to conduct research on the characteristic of the potentials of MSME as a credit scoring model for banks. Keywords: Micro, Small and Medium Enterprises; Banking Credit; Logistic Model Abstrak Penelitian ini membuktikan bahwa perbankan di Sumatera Barat cenderung untuk menggunakan jaminan yang cukup sebagai dasar penolakan dan pemberian kredit yang diajukan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM). Menggunakan data hasil survei dengan ukuran sampel sebanyak 384 UMKM di Sumatera Barat, penulis menemukan bahwa peluang sebuah aplikasi kredit yang diajukan UMKM ditolak akan berkurang dari 59,9% menjadi 11,7% jika UMKM tersebut memiliki jaminan yang cukup. Hasil penelitian ini merekomendasikan pentingnya sistem penjaminan kredit untuk UMKM dan sekaligus merekomendasikan untuk melakukan penelitian lanjutan untuk mengindentifikasi karakteristik UMKM yang memiliki potensi yang baik dan pembuatan model kredit scoring. Kata kunci: Usaha Mikro Kecil dan Menengah; Kredit Perbankan; Model Regresi Logistik Kode Klasifikasi JEL: K00; O18; R12 Pendahuluan Peranan sektor keuangan dalam pertumbuhan ekonomi masih menjadi perdebatan teoritis dan empiris sampai saat ini. Pada satu sisi, para ahli menganggap bahwa sektor finansial tidak meme- ngaruhi pertumbuhan ekonomi namun merespons pertumbuhan ekonomi. Di sisi lain menyatakan bahwa, sektor finansial akan sangat memengaruhi keputusan pelaku ekonomi dalam alokasi tabung- an dan investasi yang merupakan hal yang pen- ting dalam teori pertumbuhan ekonomi modern, Alamat Korespondensi: Fakultas Ekonomi UNP Jl. Prof. Dr. Hamka Kampus UNP Air Tawar Padang Telp. (0751) 445089. E-mail: [email protected]. E-mail: [email protected]. sehingga mengindikasikan bahwa pertumbuhan ekonomi sangat dipengaruhi oleh perkembangan sektor finansial (Levine, 2004). Bank Indonesia (2011) mengemukakan bahwa harus ada upaya untuk mendorong pemanfaatan sektor keuangan dalam perekonomian masyarakat yang merupakan esensi utama dari pemahaman terkait dengan inklusi keuangan. Selanjutnya, po- tensi Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) dalam proses pembangunan ekonomi dan penang- gulangan kemiskinan sudah dipahami oleh ah- li ekonomi dan para pemangku kepentingan da- lam perumusan kebijakan ekonomi, baik di ne- gara maju maupun di negara berkembang. Keter- batasan akses UMKM terhadap kredit, khususnya kredit perbankan, juga sudah terindentifkasi seba- JEPI Vol. 16 No. 1 Juli 2015, hlm. 1–14

Upload: others

Post on 31-Oct-2021

9 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Dampak Jaminan terhadap Peluang Memperoleh Kredit bagi

Jurnal Ekonomi dan Pembangunan IndonesiaVol. 16 No. 1 Juli 2015: 1-14

p-ISSN 1411-5212; e-ISSN 2406-9280DOI: http://dx.doi.org/10.21002/jepi.v16i1.457 1

Dampak Jaminan terhadap Peluang Memperoleh Kredit bagi UMKMdi Sumatera Barat

Collateral Effect to Bank Loan Probability for Microenterprises in West Sumatera

Joan Martaa,�, Doni Satriaa,��

aProgram Studi Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Padang

[diterima: 30 Agustus 2013 — disetujui: 29 Agustus 2016 — terbit daring: 31 Oktober 2016]

Abstract

This paper reveals that West Sumatera banking sector are more likely using the availability of collateral for the creditto micro, small and medium enterprises (MSME). Using 384 sample size from MSME in West Sumatera, if a MSMEhave enough collateral, the probability of their credit application to be rejected by banks will fall from 59.9% to 11.7%comparing to they don’t have enough collateral. This finding proved a credit guarantee scheme is needed, and for thefurther study it is recommended to conduct research on the characteristic of the potentials of MSME as a credit scoringmodel for banks.Keywords: Micro, Small and Medium Enterprises; Banking Credit; Logistic Model

AbstrakPenelitian ini membuktikan bahwa perbankan di Sumatera Barat cenderung untuk menggunakan jaminanyang cukup sebagai dasar penolakan dan pemberian kredit yang diajukan Usaha Mikro Kecil danMenengah (UMKM). Menggunakan data hasil survei dengan ukuran sampel sebanyak 384 UMKM diSumatera Barat, penulis menemukan bahwa peluang sebuah aplikasi kredit yang diajukan UMKM ditolakakan berkurang dari 59,9% menjadi 11,7% jika UMKM tersebut memiliki jaminan yang cukup. Hasilpenelitian ini merekomendasikan pentingnya sistem penjaminan kredit untuk UMKM dan sekaligusmerekomendasikan untuk melakukan penelitian lanjutan untuk mengindentifikasi karakteristik UMKMyang memiliki potensi yang baik dan pembuatan model kredit scoring.Kata kunci: Usaha Mikro Kecil dan Menengah; Kredit Perbankan; Model Regresi Logistik

Kode Klasifikasi JEL: K00; O18; R12

Pendahuluan

Peranan sektor keuangan dalam pertumbuhanekonomi masih menjadi perdebatan teoritis danempiris sampai saat ini. Pada satu sisi, para ahlimenganggap bahwa sektor finansial tidak meme-ngaruhi pertumbuhan ekonomi namun meresponspertumbuhan ekonomi. Di sisi lain menyatakanbahwa, sektor finansial akan sangat memengaruhikeputusan pelaku ekonomi dalam alokasi tabung-an dan investasi yang merupakan hal yang pen-ting dalam teori pertumbuhan ekonomi modern,

�Alamat Korespondensi: Fakultas Ekonomi UNP Jl. Prof. Dr.Hamka Kampus UNP Air Tawar Padang Telp. (0751) 445089.E-mail: [email protected].��E-mail: [email protected].

sehingga mengindikasikan bahwa pertumbuhanekonomi sangat dipengaruhi oleh perkembangansektor finansial (Levine, 2004).

Bank Indonesia (2011) mengemukakan bahwaharus ada upaya untuk mendorong pemanfaatansektor keuangan dalam perekonomian masyarakatyang merupakan esensi utama dari pemahamanterkait dengan inklusi keuangan. Selanjutnya, po-tensi Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM)dalam proses pembangunan ekonomi dan penang-gulangan kemiskinan sudah dipahami oleh ah-li ekonomi dan para pemangku kepentingan da-lam perumusan kebijakan ekonomi, baik di ne-gara maju maupun di negara berkembang. Keter-batasan akses UMKM terhadap kredit, khususnyakredit perbankan, juga sudah terindentifkasi seba-

JEPI Vol. 16 No. 1 Juli 2015, hlm. 1–14

Page 2: Dampak Jaminan terhadap Peluang Memperoleh Kredit bagi

Dampak Jaminan terhadap PeluangMemperoleh Kredit...2

gai salah satu sumber belum optimalnya potensiUMKM tersebut dapat dimanfaatkan dalam pro-ses pembangunan. Hasil penelitian di berbagai ne-gara menunjukkan bahwa sektor UMKM memilikiakses yang terbatas terhadap kredit perbankan (deAghion dan Morduch, 2005).

Kebijakan pro UMKM bagi pertumbuhan eko-nomi didasarkan pada tiga argumen utama (Becket al., 2003). Pertama, UMKM meningkatkan kom-petisi dan kewirausahaan yang dapat mendorongpeningkatan efisiensi, inovasi, dan produktivitasperekonomian. Kedua, UMKM diyakini memilikiproduktivitas yang lebih baik, tetapi tidak menda-patkan dukungan yang cukup baik dalam pembi-ayaan oleh lembaga keuangan besar. Dan ketiga,UMKM memiliki kemampuan penyerapan tena-ga kerja yang lebih baik dibandingkan perusahaanbesar. Kondisi ini mendorong rekomendasi kebi-jakan untuk memprioritaskan pembiayaan UMKMdalam perekonomian, khususnya negara berkem-bang (World Bank, 1994, 2001).

Peran pemerintah daerah sebagai fasilitatorpembangunan usaha kecil perlu terus ditingkat-kan, terutama dalam membantu pelaku usaha ter-sebut mengatasi permasalahan yang dihadapi da-lam pengembangan usahanya. Upaya peningkat-an kemampuan sumber daya manusia (SDM), per-baikan teknologi, pelayanan informasi dalam pe-ngembangan pemasaran, peningkatan kelembaga-an usaha, serta akses ke sumber modal dan pusatpemasaran akan menjadi bagian penting peran pe-merintah dalam pembinaan pengembangan usahakecil dan menengah pada masa ke depan.

Secara operasional, pembinaan dan pemberda-yaan ekonomi rakyat telah menjadi kewenangandaerah kabupaten/kota, karena pada umumnya la-pangan usaha yang menjadi basis ekonomi kerak-yatan di daerah ini terkait dengan lapangan usa-ha pertanian, industri dan kerajinan, perdagangandan jasa, serta lapangan usaha lainnya yang me-rupakan kewenangan wajib pemerintah kabupa-ten/kota. Sedangkan program di provinsi bersifatmemberikan dukungan bagi kelangsungan pelak-sanaan program di kabupaten/kota, antara lain da-lam bentuk fasilitasi promosi dan pemasaran, pe-nyiapan pedoman pembinaan, penyusunan stan-dar pelayanan, dan kegiatan lainnya yang sesuaidengan kewenangan provinsi.

Salah satu potensi pemerintah daerah, khusus-nya pemerintah provinsi, untuk melakukan inter-vensi adalah melalui akses modal UMKM ke da-na perbankan. Sistem perbankan yang memiliki

aturan yang jelas dan menganut prinsip kehati-hatian bank, tentunya dapat menyulitkan kelom-pok UMKM untuk mengakses permodalan dariperbankan. Sehingga yang berlaku saat ini adalahakses kredit ataupun permodalan kelompok usa-ha mikro kecil ke lembaga keuangan cenderungmenggunakan fasilitas permodalan yang memili-ki bunga tinggi. Celah bagi intervensi pemerintahdaerah di sini adalah untuk memfasilitasi kemu-dahan dan kemurahan biaya modal bagi UMKMdi daerahnya.

Pada penelitian ini, penulis melakukan analisisempiris yang terkait dengan faktor penentu sebu-ah usaha UMKM mengalami penolakan terhadapkredit yang diajukan. Secara lebih khusus, peneli-tian ini berusaha mengungkapkan seberapa besarperan jaminan kredit yang cukup untuk mening-katkan peluang bagi sebuah UMKM agar dapatdisetujui pengajuan kreditnya oleh sebuah bank.Dari hasil temuan penelitian ini, diharapkan da-pat bermanfaat bagi pemerintah dan otoritas pe-ngambil kebijakan keuangan dalam upaya untukmeningkatkan peranan sektor keuangan untuk pe-ngembangan usaha UMKM.

Tinjauan Literatur

Mahjabeen (2010) memodelkan alokasi portofo-lio yang optimal bagi lembaga kredit mikro danbank umum. Modelnya menggunakan asumsi bah-wa bank ataupun lembaga kredit mikro memilikitujuan untuk mengoptimalkan alokasi portofolioyang dikelola, dan menggunakan constant elasticityof substitution (CES) Utility Function untuk mema-hami perilaku lembaga keuangan mikro dan bankdalam mengalokasikan portofolio yang dikelola.Hasil analisis teoritis dalam model tersebut me-nunjukkan bahwa bank yang memaksimalkan ke-untungan tidak akan menawarkan kredit UMKMke pasar kredit karena tingginya biaya kredit mik-ro dan risiko nasabah mikro. Ketika bank menya-lurkan kredit mikro, maka akan mengorganisa-sikan secara khusus penyaluran kredit ke kelom-pok UMKM tersebut, sehingga bank sudah mela-kukan rasionalisasi kredit khusus untuk kelompokUMKM.

Dalam literatur ekonomi, analisis credit rationingdipelopori oleh model teoritis yang dikembang-kan oleh Stiglitz dan Weiss (1981). Ketidaksempur-naan informasi dalam pasar kredit menyebabkanbank menghadapi kondisi biaya monitoring terha-

JEPI Vol. 16 No. 1 Juli 2015, hlm. 1–14

Page 3: Dampak Jaminan terhadap Peluang Memperoleh Kredit bagi

Marta, J. & Satria, D. 3

dap perilaku debiturnya yang terlalu tinggi. Bankmenggunakan instrumen tingkat bunga dan jamin-an kredit untuk melakukan seleksi terhadap calondebitur yang mengajukan pinjaman. Calon debituryang lebih berisiko akan dikenakan tingkat bungayang lebih tinggi dan bersedia memberikan jamin-an aset yang lebih besar nilainya, dan sebaliknyayang kurang berisiko akan menerima tingkat bu-nga yang lebih rendah. Namun, bank tidak memili-ki informasi yang cukup untuk memilah calon de-bitur, sehingga hanya menetapkan tingkat jamin-an kredit dan bunga yang sama terhadap semuacalon debitur yang tentunya sudah memasukkankomponen risiko dalam tingkat bunganya. Denganasumsi informasi yang tidak sempurna di pasarkredit, tingkat bunga gagal berperan sebagai pe-nyeimbang permintaan dan penawaran, dan bankmemaksimalkan keuntungan dengan melakukancredit rationing terhadap nasabahnya.

Ketersediaan informasi tentang nasabah memi-liki peranan penting bagi bank untuk menentukanpersetujuan aplikasi kredit dari debiturnya sehing-ga dapat memahami profil risiko dari usaha yangakan dibiayai. Menurut Gorman et al. (2005), infor-masi yang lengkap bagi bank tidak selalu tersedia,artinya ada situasi informasi yang asimetris, yangterjadi akibat salah satu pihak dalam kontrak per-janjian kredit memiliki informasi yang lebih baikdibandingkan dengan pihak lain. Bagi perbankan,untuk memperoleh informasi yang baik terkait de-ngan calon debiturnya tentunya memiliki konse-kuensi biaya, dan akibatnya UMKM akan dikena-kan biaya modal yang lebih besar untuk mempe-roleh kredit yang diajukan. Jika terdapat informasiyang asimetris di pasar kredit, maka akan terjadiekses demand di pasar kredit tersebut (Jaffee danRussell, 1976; Stiglitz dan Weiss, 1981).

Mekanisme seleksi oleh perbankan terhadapUMKM yang akan diberi kredit adalah denganmenggunakan instrumen tingkat bunga. Namun,tingkat bunga yang terlalu tinggi akan menyebab-kan masalah adverse selection bagi bank dalam alo-kasi kreditnya (Akerlof, 1970). Pada saat tingkatbunga tidak memungkinkan lagi menjadi instru-men mekanisme seleksi, maka sejauh ini karakte-ristik demografi memiliki korelasi yang tinggi de-ngan kapasitas kreditnya, sehingga bank sebagaikreditur dapat menggunakan karakteristik debitursebagai proksi untuk indikator kelayakan kredit-nya (Arrow (1973) dan Phelps (1972) dalam Murav-yev et al., 2008). Implikasi untuk kelayakan kreditUMKM adalah pada saat informasi tidak cukup,

perbankan dapat menggunakan informasi demo-grafi dari calon debitur selain informasi bisnis daricalon debitur. Sehingga terlepas dari ketersediaaninformasi bisnis yang baik, maka peranan karak-teristik individu, pendidikannya, reputasi debitur,dan skill debitur menjadi determinan penting un-tuk alokasi kredit perbankan.

Dalam satu dasawarsa terakhir, publikasi litera-tur empiris yang terkait dengan analisis determi-nan kredit UMKM sangat banyak (de Aghion danMorduch, 2005)1. Merujuk pada beberapa peneliti-an terdahulu yang menganalisis determinan kredit(Bebczuk, 2004; Nuryartono et al., 2005; Argentiero,2009; Wesaratchakit et al., 2010; Le, 2012; Wanjau etal., 2014), berbagai model (binary dependent varia-ble dan panel data) digunakan untuk menganalisisdeterminan terhadap akses kredit UMKM. Denganmenggunakan model analisis tersebut, maka penu-lis akan bisa mengindentifikasi perilaku bank da-lam menentukan alokasi kredit perbankan ke ke-lompok UMKM.

Nuryartono et al. (2005) menemukan bahwa ti-dak cukupnya jaminan kredit menjadi kendala uta-ma terhadap penyaluran kredit perbankan di Su-lawesi Tengah. Penelitian ini menggunakan hasilsurvei terhadap kelompok rumah tangga petanidi perdesaan Sulawesi Tengah. Berdasarkan ha-sil survei tersebut, hanya 18,1% dari responden ti-dak mengalami credit constraint dan sebagian besaryang mengalami credit constrain disebabkan olehkurangnya ketersediaan jaminan. Menggunakanmodel estimasi probit dalam penelitian ini, selainjaminan, variabel karakteristik rumah tangga, indi-kator modal manusia, dan status welfare berperandalam menentukan peluang rumah tangga peta-ni di Sulawesi Tengah mengalami kendala dalammemperoleh kredit.

Bebczuk (2004) meneliti determinan akses kreditUMKM di Argentina. Hasil utama temuan empi-risnya adalah tidak terdapat pengaruh yang sig-nifikan dari ukuran perusahaan terhadap peluanguntuk memperoleh kredit perbankan. Terdapat hu-bungan yang positif antara profitabilitas perusa-haan dengan peluang untuk memperoleh kreditbank serta kinerja masa lampau utang perusaha-an di bank memiliki dampak yang signifikan. Se-dangkan jaminan nampaknya tidak memengaruh-

1Dalam bagian pengantar bukunya, de Aghion dan Morduch(2005) melakukan review terhadap berbagai literatur yang ter-kait dengan determinan kredit dan pengembangan jangkauankredit UMKM.

JEPI Vol. 16 No. 1 Juli 2015, hlm. 1–14

Page 4: Dampak Jaminan terhadap Peluang Memperoleh Kredit bagi

Dampak Jaminan terhadap PeluangMemperoleh Kredit...4

i probabilitas akses UMKM terhadap kredit per-bankan. Pebelitian ini menggunakan indikator asettetap UMKM sebagai proksi ketersediaan jaminankredit yang diajukan.

Argentiero (2009) menguji hipotesis terkait de-ngan perilaku bank untuk mensubstitusi prosesseleksi kredit dengan ketersediaan jaminan (LazyBank versus Diligent Bank Hypothesis). Hasil temuan-nya menunjukkan bahwa tidak ada hubungan ne-gatif dan signifikan antara kenaikan jumlah jamin-an dengan turunnya usaha bank dalam melakukanseleksi kredit. Hasil temuan ini menggunakan datakredit perbankan secara umum di Italia. Namun,pada saat menguji hubungan antara risiko (ex-postdefault risk) dengan ketersediaan jaminan, peneli-tian ini menemukan hubungan yang negatif dansignifikan. Hasil ini menunjukkan bahwa jaminandigunakan bank untuk melakukan mitigasi terha-dap risiko kredit yang akan muncul dengan ca-ra meningkatkan komitmen dari perusahaan yangmengajukan kredit terhadap kontrak kredit yangdisetujuinya, bukan sebagai substitusi proses se-leksi dalam persetujuan kredit.

Wesaratchakit et al. (2010) menggunakan da-ta dari Kementerian Perdagangan Thailand yangmengonfirmasi temuan bahwa perusahaan kecildan relatif baru cenderung mengalami kesulitanmemperoleh kredit. Hasil temuan menggunakanregresi data panel dengan menggunakan industri-al fixed effect yang menunjukkan bahwa perusahaanyang sudah mapan dengan laporan keuangan yangbaik, leverage ratio yang rendah, dan jaminan kre-dit yang cukup, dapat meningkatkan jumlah kredityang diajukannya.

Penelitian Le (2012) di Vietnam dan Wanjau etal. (2014) di Kenya merupakan dua riset terba-ru yang menganalisis determinan kredit UMKM.Kedua penelitian ini menggunakan model binarydependent variable dan menggunakan karakteristikUMKM sebagai determinan kredit. Hasil temuankeduanya menunjukkan bahwa peranan karakte-ristik UMKM penting untuk menjelaskan deter-minan kredit ke UMKM pada kedua negara. Da-ri kedua hasil penelitian, merekomendasikan bah-wa keterbatasan jaminan menjadi salah satu faktorpenghambat akses UMKM terhadap kredit.

Secara garis besar, berdasarkan literatur empirisdeterminan, kelayakan kredit adalah (1) vektor da-ri karakteristik pengusaha (entrepreneur); (2) vek-tor dari karakteristik UMKM; dan (3) vektor darikondisi pinjaman/kredit yang diajukan.

Metode

Hasil penelitian dari beberapa peneliti sebelum-nya (Nuryartono et al., 2005; Bebczuk, 2004; Wan-jau et al., 2014; Le, 2012) pada beberapa negara ber-kembang, sebagaimana dikemukakan pada bagiantinjauan referensi, menunjukkan bahwa karakteris-tik usaha UMKM, karakteristik pengusaha/pemilikUMKM, dan karakteristik pinjaman memiliki pe-ranan terhadap akses persetujuan kredit ke per-bankan. Karakteristik UMKM antara lain terdiridari: usia perusahaan, aset, pengalaman perusa-haan, jenis/sektor usaha, profil risiko, aliran dana,target pasar, dan informasi ketersediaan input. Ka-rakteristik pengusaha pemilik antara lain: usia pe-ngusaha/pemilik, gender, pengalaman, dan penge-luaran rumah tangga. Karakteristik pinjaman me-liputi jumlah kredit, jangka waktu, tujuan penggu-naan dana, jaminan (collateral), tingkat bunga, danhambatan administrasi.

Selanjutnya, berdasar pada penelitian teoritis(Stiglitz dan Weiss, 1981), ketidaksempurnaan in-formasi yang terjadi dalam pasar kredit perbankanmenyebabkan terjadinya adverse selection dan moralhazard. Sehingga terjadi kondisi keseimbangan de-ngan credit rationing dalam pasar kredit perbankan.Menghadapi kendala tersebut, perbankan meng-gunakan ketersediaan jaminan sebagai upaya un-tuk mengurangi permasalahan tidak sempurnanyainformasi dalam pasar kredit (Argentiero, 2009).Berdasarkan pandangan ini, ketersediaan jaminanmerupakan substitusi dari proses seleksi yang di-lakukan oleh bank terhadap pengajuan kredit se-bagai konsekuensi tingginya biaya proses seleksiterhadap kredit dengan cara memperkecil ketidak-sempurnaan informasi tentang calon debitur.

Beradasarkan tinjauan teoritis dan literatur em-piris yang penulis lakukan, menunjukkan bah-wa variabel yang memengaruhi ditolaknya kredityang diajukan oleh sebuah UMKM adalah karakte-ristik pengusaha, karakteristik usaha UMKM, dankarakteristik kredit yang diajukan. Menggunakanmodel regresi binary dependent variable, penulis da-pat menghitung perubahan peluang sebuah kredityang diajukan UMKM ditolak bank akibat peru-bahan pada variabel bebasnya.

Credit � f pE,B,Lq (1)

dengan:

Credit : Peluang kredit yang diajukan oleh UMKMditolak bank. Merupakan binary dependent va-

JEPI Vol. 16 No. 1 Juli 2015, hlm. 1–14

Page 5: Dampak Jaminan terhadap Peluang Memperoleh Kredit bagi

Marta, J. & Satria, D. 5

riable (nilai 1 jika UMKM ditolak aplikasi kre-ditnya dan bernilai 0 jika memperoleh kredit);

E : Vektor karakteristik pengusaha; antara lainusia, gender, pengalaman, dan pengeluaranrumah tangga;

B : Vektor karakteristik UMKM; antara lain usiaperusahaan, pengalaman perusahaan, aset, je-nis/sektor usaha, profil risiko, aliran dana, tar-get pasar, dan informasi ketersediaan input;

L : Vektor karakteristik pinjaman yang diajukan;antara lain jumlah kredit, jangka waktu, tu-juan penggunaan dana, collateral, dan tingkatbunga.

Karakteristik pengusaha merupakan informasipenting bagi bank untuk melakukan proses se-leksi dalam persetujuaan kredit. Hal ini karenaUMKM cenderung tidak memiliki informasi keu-angan yang lengkap (Nuryartono et al., 2005). Da-lam penelitian ini, penulis menggunakan variabelpendidikan pengusaha dan dependensi rasio padarumah tangga pemilik UMKM sebagai proksi da-ri vektor karakteristik pengusaha. Semakin tinggipendidikan pengusaha, maka peluang kredit dito-lak oleh bank semakin rendah. Dalam penelitianini, penulis menggunakan dummy variabel berni-lai 1 jika pengusaha berpendidikan tamat SMA keatas dan 0 jika lainnya. Semakin banyak tanggung-an dalam rumah tangga pengusaha, maka pelu-ang kredit ditolak oleh bank semakin besar. Dalampenelitian ini, sebagai indikator dependensi rasio,penulis menggunakan rasio jumlah anggota rumahtangga yang bekerja terhadap total jumlah anggotarumah tangga.

Selanjutnya, dalam penelitian ini penulis meng-gunakan variabel besar total aset yang dimiliki,usia usaha, dan sektor usaha UMKM tersebut seba-gai proksi dari vektor karakteristik UMKM. Bankmenggunakan informasi besarnya nilai total asetyang dimiliki, pengalaman UMKM dalam men-jalankan bisnis serta kondisi, dan prospek usahaUMKM sebagai indikator kemampuan UMKM da-lam mengembalikan pinjaman (Le, 2012; Wanjau etal., 2014). Semakin besar nilai total aset yang dimili-ki, maka peluang kredit ditolak oleh bank semakinrendah. Total aset adalah jumlah aset perusaha-an dan aset rumah tangga yang dimiliki UMKM.Semakin berpengalaman UMKM tersebut, makapeluang kredit ditolak oleh bank semakin rendah.Sektor industri kecil merupakan sektor yang me-miliki nilai tambah tinggi dan prospek pengem-bangan usaha yang baik dibandingkan dengan sek-

tor lainnya (Wesaratchakit et al., 2010). Jika sebuahUMKM bergerak di sektor industri, maka peluangkredit ditolak oleh bank semakin rendah.

Selain karakteristik pengusaha dan perusahaan,karakteristik pinjaman merupakan faktor penen-tu penolakan kredit yang diajukan oleh UMKM.Ketersediaan dan besarnya jaminan sebagai proksiterhadap kualitas jaminan masih merupakan per-syaratan bagi bank untuk menyetujui pemberiankredit (Argentiero, 2009). Jika perusahaan tidakmemiliki jaminan atau nilai jaminan lebih rendahdari nilai kredit yang diajukan, maka peluang kre-dit ditolak oleh bank lebih besar dan sebaliknya.Penelitian ini menggunakan dummy variabel berni-lai 1 jika perusahaan tidak memiliki jaminan ataunilai jaminan lebih rendah dari nilai kredit yangdiajukan dan 0 jika lainnya. Jangka waktu kreditmerupakan proksi dari risiko, semakin lama jang-ka waktu kredit semakin besar peluang gagal ba-yar (default risk) sehingga semakin besar peluangkredit ditolak (Argentiero, 2009). Jika semakin luasjangkauan pelayanan bank, maka semakin mudahUMKM untuk mengakses kredit ke bank tersebut.

Sebagian besar kredit yang disalurkan keUMKM dilakukan oleh bank pemerintah dan BankPembangunan Daerah (BPD). Pada tahun 2012, se-besar 79,04% dari outstanding kredit UMKM di Su-matera Barat disalurkan oleh kelompok bank terse-but (Bank Indonesia, 2012). Penelitian ini menggu-nakan dummy variabel bernilai 1 jika perusahaanmengajukan kredit ke bank pemerintah dan 0 jikalainnya. Sehingga, UMKM yang mengajukan kre-dit ke bank pemerintah memiliki peluang kreditditolak lebih rendah dibandingkan jika mengaju-kan kreditnya ke bank lainnya.

Berdasarkan pembahasan terhadap proksi darivektor variabel karakteristik pengusaha, perusa-haan, dan pinjaman model empiris, maka Persa-maan (1) dapat diestimasi dengan menggunakanmodel regresi logistik (model logit). Penggunaanmodel logit dalam penelitian ini karena dapat lang-sung menghasilkan nilai probabilitas atau peluangdari variabel terikat tanpa harus mengintegralkanhasil estimasi yang diperoleh dibandingkan jikamenggunakan model probit (Winkelman dan Bo-es, 2006: 102). Selanjutnya secara teori ekonome-trika, hasil estimasi dengan menggunakan modelini relatif sama sehingga pemilihan model antaralogit dan probit tidak memberikan perbedaan yangbesar. Hasil analisis menggunakan metode regre-si logistik tersebut memberikan evaluasi terhadapfaktor penentu atau determinan ditolaknya kredit

JEPI Vol. 16 No. 1 Juli 2015, hlm. 1–14

Page 6: Dampak Jaminan terhadap Peluang Memperoleh Kredit bagi

Dampak Jaminan terhadap PeluangMemperoleh Kredit...6

yang diajukan UMKM di Sumatera Barat. Berda-sarkan persamaan tersebut, maka spesifikasi mo-del dasar dalam penelitian ini adalah:

Model 1

Ln

� Pi

1 � Pi

��β0 � β1edu � β2dep ratio � β3aset

� β4age � β5sector � β6coll� β7tenor � β8bank � ε

(2)Selanjutnya, untuk menganalisis lebih mendalam

mengenai peranan jaminan terhadap peluang pe-nolakan kredit UMKM oleh bank, penulis mengin-teraksikan dummy nilai jaminan dengan nilai totalaset. Hal ini untuk mengontrol peranan aset yangcenderung juga mampu berperan sebagai jaminanwalaupun tidak dimasukkan dalam kontrak kreditsebagai jaminan. Spesifikasi model empiris denganmenggunakan variabel interaksi ini adalah sebagaiberikut:

Model 2

Ln

� Pi

1 � Pi

��β0 � β1edu � β2dep ratio � β3aset

� β4age � β5sector � β6coll�aset� β7tenor � β8bank � ε

(3)Setelah melakukan estimasi terhadap Persamaan(2) dan (3), penulis melakukan pengujian statistikdan hipotesis, sehingga model hasil estimasi layakdijadikan sebagai alat analisis dampak jaminan ter-hadap peluang penolakan kredit UMKM. Dalampenelitian ini, penulis melaporkan hasil estima-si koefisien dan efek marginal dari kedua modeltersebut. Efek marginal (average partial effect) dihi-tung dengan formulasi sebagai berikut (Wooldri-dge, 2005):

ME � n�1ni�1rgpβ0 � xiβqβ js (4)

dengan ME adalah efek marginal dan gpβ0 �xiβq �exppβ0 � xiβq{r1 � exppβ0 � xiβqs2

Data dan Sumber Data

Penelitian ini menggunakan data primer yang di-peroleh berdasarkan survei ke lapangan. Untuk

memperoleh data yang digunakan sebagai indika-tor variabel bebas dalam model yang penulis spesi-fikasikan, maka digunakan daftar pertanyaan (ku-esioner). Populasi penelitian adalah UMKM di Su-matera Barat. Selanjutnya, untuk proses pengum-pulan data dan pemilihan sampel, penulis melan-daskan pada teknik stratified random sampling. Ber-dasarkan hasil perhitungan yang penulis lakukan,diperoleh total 401 UMKM yang harus penulis su-rvei, dengan distribusi sampel yang digunakan da-lam penelitian ini dapat disampaikan sebagai beri-kut: (a) wilayah Kabupaten Agam, Kota Bukitting-gi, Kabupaten Lima Puluh Kota, dan Kota Paya-kumbuh diperoleh sampel sebanyak 177 UMKM;(b) wilayah Kota Padang, Kabupaten Padang Pa-riaman, dan Kota Pariaman diperoleh sampel se-banyak 102 UMKM; dan (c) Wilayah KabupatenSolok dan Kota Solok diper- oleh sampel sebanyak122 UMKM.

Selanjutnya, selain menggunakan data survei,penelitian ini juga menggunakan data-data hasilpublikasi resmi pemerintah antara lain dari BankIndonesia, Badan Pusat Statistik (BPS), dan Peme-rintah Provinsi Sumatera Barat.

Hasil dan Analisis

Dampak Jaminan terhadap Peluang Pe-nolakan Aplikasi Kredit UMKM olehBank di Sumatera Barat

Status Pengajuan Kredit UMKM di Sumatera Ba-rat

Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya padabagian tinjauan literatur dan kajian teori, perse-tujuan kredit yang diajukan oleh UMKM ke pi-hak perbankan memiliki kaitan yang erat dengankarakteristik dari UMKM, karakteristik pengelola,dan karakteristik kredit yang diajukan. Berikut inidisampaikan secara deskriptif temuan data hasilsurvei sesuai sampel yang diperoleh. Pertama, se-cara garis besarnya, untuk karakteristik UMKM,penulis menggunakan indikator nilai aset dan usiaUMKM. Nilai aset dan usia dapat mencerminkankapasitas UMKM dalam membayar kredit, meng-ingat semakin lama usia usaha tersebut akan se-makin berpengalaman dan juga menunjukkan da-ya tahan UMKM dalam menghadapi persainganbisnisnya. Selanjutnya, semakin besar asetnya me-nunjukkan bahwa UMKM tersebut memiliki kapa-

JEPI Vol. 16 No. 1 Juli 2015, hlm. 1–14

Page 7: Dampak Jaminan terhadap Peluang Memperoleh Kredit bagi

Marta, J. & Satria, D. 7

Tabel 1: Penjelasan Operasional Variabel

Variabel TerikatPi (Status pengajuan kredit) 1 Jika kredit yang diajukan ditolakmerupakan variabel Dummy yang memiliki nilai 1 dan 0 0 Lainnya

Variabel BebasEdu 1 Tamat SMAmerupakan tingkat pendidikan tertinggi yang ditamatkan oleh pemi-lik/pengelola UMKM

0 Lainya

dep ratio Dalam %merupakan rasio antara jumlah anggota keluarga yang bekerja dengan totalanggota keluargaAset Dalam RupiahMerupakan total aset yang dimiliki oleh UMKMAge Dalam TahunMerupakan jangka waktu UMKM beroperasi mulai dari waktu pendirian sam-pai pada waktu pengajuan kreditSector 1 Sektor Industrimerupakan sektor usaha UMKM 0 LainnyaColl 1 Nilai Jaminan   dari nilai pengajuan kreditmerupakan nilai yang dijadikan jaminan dalam proses pengajuan kredit 0 LainyaTenor Dalam Bulanmerupakan jangka waktu kredit yang diajukanBank 1 Bank Pemerintahjenis bank/tempat UMKM mengajukan kredit 0 Lainnya

Sumber: Hasil Pengolahan Penulis

sitas membayar yang juga besar.

Kedua, karakteristik pengelola UMKM meng-gunakan indikator tingkat pendidikan pengelolaUMKM dan kondisi rumah tangga UMKM. Ting-kat pendidikan pengelola yang tinggi mengindi-kasikan semakin besar kapasitas kemampuan pe-ngelola untuk mengendalikan usahanya dan men-cerminkan kapasitas membayar kreditnya. Selan-jutnya, kondisi rumah tangga pengelola UMKMdiwakili oleh rasio jumlah anggota rumah tanggayang berpenghasilan terhadap total jumlah anggo-ta rumah tangga. Pada bagian analisis deskriptifini, kondisi rasio jumlah anggota rumah tanggayang berpenghasilan tidak dianalisis, mengingatketerbatasan ruang dan peranannya yang tidak sig-nifikan dalam hasil analisis empiris.

Ketiga adalah karakteristik pinjaman yang dia-jukan oleh UMKM. Proksi untuk karakteristik pin-jaman ini adalah kelompok bank tempat menga-jukan kredit (bank pemerintah dan non-bank pe-merintah), jangka waktu kredit yang diajukan (te-nor), dan nilai barang yang digunakan sebagaiagunan kredit oleh UMKM. Keseluruhan karak-teristik dari UMKM yang digunakan sebagai vari-abel penentu persetujuan kredit UMKM oleh per-bankan diharapkan sudah mencerminkan kualitasjaminan dan tingkat risiko kredit ke UMKM terse-but dari perspektif perbankan.

Gambar 1 menunjukkan hubungan antara ka-rakteristik UMKM dengan status pengajuan kreditUMKM ke perbankan. Berdasarkan usia UMKM,menunjukkan bahwa kelompok UMKM yang ter-besar mengalami penolakan adalah yang berusiadi bawah 1 tahun, dan yang terendah mengalamipenolakan untuk kredit yang diajukan adalah ke-lompok UMKM yang sudah berbisnis lebih dari 10tahun. Berdasarkan hasil temuan di lapangan me-nunjukkan bahwa kelompok usia usaha UMKMantara 3–10 tahun justru mengalami tingkat peno-lakan yang lebih besar dibandingkan dengan ke-lompok usia usaha UMKM antara 1–3 tahun. Te-muan ini merupakan fenomena yang tidak sesuaidengan kajian teoritis yang menyatakan semakintinggi usia usaha maka biaya meminjam (borrowingcost) akan semakin rendah (Diamond, 1989). De-ngan demikian, seharusnya UMKM pada kelom-pok usia 5–10 tahun mengalami penolakan lebihrendah dibandingkan kelompok usia 1–3 tahun.

Selanjutnya, dari sisi nilai aset yang dimiliki olehUMKM menunjukkan bahwa semakin besar nilaiaset maka akan semakin rendah tingkat penolakanoleh bank terhadap kredit yang diajukan UMKM.Terjadi penurunan tingkat penolakan dari kelom-pok UMKM yang memiliki aset lebih kecil da-ri 25 juta rupiah dibandingkan dengan kelompokUMKM yang memiliki aset yang lebih besar dari

JEPI Vol. 16 No. 1 Juli 2015, hlm. 1–14

Page 8: Dampak Jaminan terhadap Peluang Memperoleh Kredit bagi

Dampak Jaminan terhadap PeluangMemperoleh Kredit...8

Gambar 1: Usia Usaha dan Nilai Aset UMKMSumber: Data Hasil Survei, 2012

Gambar 2: Pendidikan Pengelola UMKMSumber: Data Hasil Survei, 2012

JEPI Vol. 16 No. 1 Juli 2015, hlm. 1–14

Page 9: Dampak Jaminan terhadap Peluang Memperoleh Kredit bagi

Marta, J. & Satria, D. 9

25 juta rupiah.Berdasarkan Gambar 2, pendidikan pengelola

UMKM cenderung tidak terlalu berperan penting.Terlihat bahwa pengelola UMKM dengan tingkatpendidikan SMA ke atas, walaupun tingkat peno-lakannya lebih rendah tetapi selisihnya hanya se-besar 1,4% dibandingkan dengan pendidikan pe-ngelola UMKM tidak tamat SMA ke bawah.

Berdasarkan Gambar 3, bank pemerintah me-rupakan kelompok bank yang paling sedikit me-nolak UMKM, sedangkan kelompok bank swastaadalah kelompok yang paling tinggi tingkat pe-nolakan kreditnya. Berdasarkan data yang dipero-leh di lapangan, lebih dari 35% kredit yang dia-jukan UMKM ditolak oleh bank swasta. Implika-si dari kondisi ini adalah bank swasta sangat se-lektif dalam menyalurkan kreditnya ke kelompokUMKM dibandingkan dengan kelompok bank la-in, khususnya kelompok bank pemerintah. Ting-ginya tingkat persetujuan kredit bank pemerintahtidak terlepas dari peranan bank pemerintah seper-ti Bank Rakyat Indonesia (BRI) dan Bank Nagaridi Sumatera Barat yang memang memiliki jang-kauan pelayanan yang cukup luas ke kelompokUMKM. Oleh karena itu, dengan jangkauan pela-yanan yang lebih luas, maka akses UMKM untukmemperoleh kredit dari kedua bank tersebut se-makin mudah.

Berdasarkan jangka waktu pengajuan kredit, ter-lihat bahwa bank lebih memprioritaskan untukmenyalurkan kredit jangka pendek ke kelompokUMKM. Kondisi ini terlihat dengan tidak adanyapenolakan terhadap kredit dengan jangka waktupaling lama satu tahun. Hal ini tidak lepas da-ri risiko kredit sebagai pertimbangan bank untukmemberikan persetujuan pemberian kredit. Risi-ko kredit akan semakin besar jika semakin panjangwaktu pembayaran kembali kredit tersebut dan bi-asanya, jika jangka waktu pembayaran kredit ter-sebut singkat, maka nilai kredit yang diajukan olehUMKM juga relatif kecil.

Jaminan menunjukkan peranan yang pentingdalam persetujuan kredit ke kelompok UMKM.Bank hanya menolak 5,2% pengajuan kredit yangmemiliki kualitas jaminan baik, dengan kata la-in memiliki nilai jaminan yang lebih besar diban-dingkan jumlah kredit yang diajukan. Kondisi inikemudian penulis konfirmasi ke beberapa nara-sumber di sektor perbankan Sumatera Barat. Ber-dasarkan hasil konfirmasi tersebut, menunjukkanbahwa jika jaminan UMKM lebih besar dari nilaikredit yang diajukan yang kemudian ditolak biasa-

nya disebabkan adanya catatan negatif dari calondebitur yang ditolak tersebut.

Peluang Penolakan Pengajuan Kredit UMKMoleh Bank di Sumatera Barat

Menggunakan data hasil survei, dapat penulis la-porkan hasil temuan empiris terkait dengan dam-pak jaminan/agunan terhadap perubahan pelu-ang penolakan sebuah kredit yang diajukan olehUMKM oleh bank di Sumatera Barat. Mengguna-kan variabel bebas yang mewakili karakteristik pe-milik UMKM, karakteristik usaha, dan karakteris-tik kredit yang diajukan untuk menganalisis dam-pak ketersediaan jaminan/agunan terhadap peno-lakan kredit yang diajukan UMKM. Berdasarkanhasil survei yang dilakukan, diperoleh total 384sampel data yang valid untuk digunakan. Sehing-ga dalam melakukan estimasi menggunakan mo-del empiris, penulis menggunakan jumlah obser-vasi sebanyak 384 sample yang mewakili populasiUMKM di Sumatera Barat.

Menggunakan data yang secara operasionalnyapenulis definisikan sebagaimana dalam Tabel 1, da-pat penulis laporkan hasil estimasi model empirissebagai temuan penelitian ini yang dapat dilihatpada tabel hasil estimasi (Tabel 2). Secara umum,hasil estimasi yang dilakukan menggunakan da-ta hasil survei untuk mengetahui dampak peru-bahan peluang sebuah UMKM mengalami peno-lakan aplikasi kredit terkait dengan nilai jaminanyang digunakan dalam aplikasi kreditnya, memi-liki properti yang cukup baik secara ekonometrikdan statistik. Seluruh variabel bebas yang diguna-kan dalam model pada kedua persamaan yang di-laporkan memiliki kemampuan menjelaskan vari-asi variabel terikat yang cukup baik. Hasil ini bisadilihat dari nilai McFadden R2 sebesar 0,267. Pe-ngujian statistik menggunakan statistik LikelihoodRatio (LR) pada kedua model juga menunjukkanhasil yang secara statistik signifikan. Dengan demi-kian, kedua hasil estimasi yang digunakan dalampenelitian ini dapat dikatakan layak untuk digu-nakan dalam analisis selanjutnya.

Berdasarkan hasil temuan empiris dari keduamodel regresi logistik yang dispesifikasikan padaPersamaan (2) dan (3), menunjukkan bahwa koe-fisien McFadden R2 sebesar 0,267 dan 0,268 untukmodel 1 dan model 2. Berdasarkan hasil uji statistikLR, seluruh variabel bebas yang digunakan dalamkedua model memiliki pengaruh yang signifikansecara bersama-sama pada taraf signifikansi 1%.

JEPI Vol. 16 No. 1 Juli 2015, hlm. 1–14

Page 10: Dampak Jaminan terhadap Peluang Memperoleh Kredit bagi

Dampak Jaminan terhadap PeluangMemperoleh Kredit...10

Gambar 3: Nilai Jaminan dan Tempat Pengajuan KreditSumber: Data Hasil Survei, 2012

Gambar 4: Jangka Waktu Pengajuan KreditSumber: Data Hasil Survei, 2012

JEPI Vol. 16 No. 1 Juli 2015, hlm. 1–14

Page 11: Dampak Jaminan terhadap Peluang Memperoleh Kredit bagi

Marta, J. & Satria, D. 11

Tabel 2: Hasil Estimasi

Variabel Terikat: ln(P/1-P)P(y=1|x)=peluang kredit yang diajukan UMKM ditolak bank

Variabel Model 1 Model 2Koefisien Statistika z ME Koefisien Statistika z ME

Edu 0,218075 0,585305 0,0202 0,212748 0,574104 0,0198Depratio -0,280329 -0,369034 -0,0260 -0.259952 -0,343732 -0,0242ln(aset) -0,283689 -1,906513* -0,0263 -0,377951 -2,500557** -0,0218Age -0,036893 -1,534635 -0,0034 -0,035851 -1,484452 -0,0033Sector 0,702680 1,877433* 0,0653 0,695931 1,848187* 0,0648Coll 2,419264 5,506783*** 0,2250 - - -coll*Ln(aset) - - - 0,143250 5,505453*** 0,2320tenor 0,014169 1,972989** 0,0013 0,014471 1,988640** 0,0013bank -1,991170 -5,239277*** -0,1851 -1,977241 -5,243141*** -0,1841C 2,195476 0,838568 3,750552 1,461301McFadden R-squared 0,266719 0,268188LR statistic 85,093410 85,561780

Sumber: Hasil Pengolahan PenulisKeterangan: * signifikan pada taraf 10%Keterangan: ** signifikan pada taraf 5%Keterangan: *** signifikan pada taraf 1%

Berdasarkan hasil pengujian statistik terhadapdampak parsial masing-masing variabel bebasyang digunakan pada kedua model, dapat disam-paikan hasil sebagai berikut. Pertama, hasil uji Wa-ld terhadap vektor variabel yang mewakili karak-teristik pengusaha, yaitu tingkat pendidikan pe-ngusaha (edu) dan jumlah tanggungan dalam ru-mah tangga (depratio), tidak memiliki dampak yangsignifikan terhadap variabel terikat yang diguna-kan. Kedua, hasil uji Wald terhadap vektor varia-bel yang mewakili karakteristik UMKM, yaitu to-tal aset yang dimiliki oleh UMKM (aset), memili-ki dampak negatif dan signifikan terhadap pelu-ang penolakan kredit yang diajukan oleh UMKM.Sedangkan sektor usaha UMKM (sector) memili-ki dampak positif dan signifikan terhadap pelu-ang penolakan kredit yang diajukan oleh UMKM.UMKM yang bergerak di sektor industri memilikipeluang lebih besar untuk ditolak kreditnya diban-dingkan UMKM yang bergerak di sektor lainnya.Kemudian, untuk usia usaha UMKM (age) tidakmemiliki dampak yang signifikan terhadap varia-bel terikat yang digunakan.

Ketiga, hasil uji Wald terhadap vektor variabelyang mewakili karakteristik pinjaman, yaitu jamin-an yang diajukan (coll) dan lama jangka waktukredit (tenor), memiliki dampak positif dan sig-nifikan terhadap peluang penolakan kredit yangdiajukan oleh UMKM. Nilai jaminan yang lebihkecil dari nilai pengajuan kredit dan semakin la-manya jangka waktu pinjaman memiliki peluanglebih besar untuk ditolak kreditnya, dibandingkan

jika nilai jaminan lebih besar dari nilai pengaju-an kredit dan jangka waktu pinjaman yang lebihsingkat. Sedangkan untuk bank tempat pengajuankredit (bank), memiliki dampak negatif dan signi-fikan terhadap peluang penolakan kredit yang di-ajukan UMKM. Pengajuan kredit UMKM ke bankpemerintah memiliki peluang yang lebih kecil un-tuk ditolak kreditnya dibandingkan jika diajukanke bank lainnya.

Kepemilikan aset, baik yang bergerak maupunyang tidak bergerak, cenderung memiliki peranyang mirip dengan ketersediaan jaminan, karenayang dijaminkan biasanya adalah aset dari debi-tor. Untuk mengontrol peranan aset yang cende-rung juga mampu berperan sebagai jaminan wa-laupun tidak dimasukkan dalam kontrak kreditmaka lebih lanjut, dilakukan pengujian terhadapdampak interaksi antara aset dengan nilai jamin-an. Model kedua menunjukkan dampak variabelinteraksi adalah positif dan signifikan. Sedangkandampak negatif dari aset secara parsial pada mo-del pertama berkurang saat berinteraksi dengantingkat jaminan yang tidak cukup.

Pada model 1 (Tabel 2) terdapat lima variabelyang memiliki dampak signifikan (lnaset, sector,coll, tenor, dan bank) terhadap variabel terikat. Un-tuk setiap kenaikan 1%, nilai aset yang dimilikiUMKM akan memperkecil peluang penolakan kre-dit yang diajukan sebesar 2,63%. UMKM yang ber-gerak di sektor industri memiliki peluang lebih be-sar untuk ditolak kreditnya sebesar 6,53% diban-dingkan UMKM yang bergerak di sektor lainnya.

JEPI Vol. 16 No. 1 Juli 2015, hlm. 1–14

Page 12: Dampak Jaminan terhadap Peluang Memperoleh Kredit bagi

Dampak Jaminan terhadap PeluangMemperoleh Kredit...12

Nilai jaminan yang lebih kecil dari nilai pengajuankredit memiliki peluang lebih besar untuk ditolakkreditnya sebesar 22,5% dibandingkan jika nilai ja-minan lebih besar dari nilai pengajuan kredit. Se-tiap kenaikan 1 bulan jangka waktu kredit akanmemperbesar peluang penolakan kredit yang dia-jukan sebesar 0,13%. Pengajuan kredit UMKM kebank pemerintah memiliki peluang yang lebih ke-cil untuk ditolak kreditnya sebesar 18,51% diban-dingkan jika diajukan ke bank lainnya.

Selanjutnya pada model 2, berdasarkan hasil in-teraksi nilai aset dengan jaminan, menunjukkanbahwa dampak parsial aset terhadap perubahanpeluang penolakan kredit yang diajukan UMKMoleh bank adalah sebesar -0,0219, artinya setiap ke-naikan 1% nilai aset yang dimiliki UMKM akanmemperkecil peluang penolakan kredit yang dia-jukan sebesar 2,19%. Hasil ini menunjukkan terja-dinya penurunan dampak negatif aset terhadap pe-luang penolakan kredit, jika dibandingkan model1 sebesar 0,44%. Di samping itu, dampak parsialjaminan dalam model 2 terhadap peluang penolak-an kredit adalah sebesar 0,0133*aset. Menggunakannilai rata-rata aset dalam sampel hasilnya adalahsebesar 0,2320. Artinya, jika nilai jaminan yang dia-jukan oleh UMKM lebih kecil dari nilai pengajuankredit, akan memiliki peluang lebih besar untukditolak kreditnya sebesar 23,2%, dibandingkan ji-ka nilai jaminan lebih besar dari nilai pengajuankredit.

Sesuai dengan tujuan penelitian ini, yaitu untukmengetahui tentang dampak jaminan terhadap pe-luang penolakan kredit yang diajukan oleh UMKMke perbankan di Sumatera Barat, maka berikut inidapat disampaikan simulasi hasil estimasi yang di-lakukan dengan menggunakan asumsi sebagai ber-ikut: (a) simulasi dilakukan dengan menggunakanhasil estimasi model 1; (b) UMKM mengajukan kre-dit ke selain bank pemerintah (bank swasta, BankPerkreditan Rakyat (BPR), dan Lembaga Pembia-yaan Mikro (LPM)); (c) aset yang dimiliki adalahsebesar rata-rata nilai aset dalam sampel yang di-peroleh berdasarkan hasil survei; (d) mengguna-kan jaminan/agunan yang nilainya lebih kecil di-bandingkan kebutuhan kreditnya; (e) pendidikanpemilik tamat SMA atau lebih tinggi; (f) usia usa-ha menggunakan informasi yaitu telah melakukanusaha/kegiatan selama rata-rata usia usaha sam-pel; (g) jangka waktu kredit yang diajukan adalahrata-rata jangka waktu kredit yang diajukan dalamsampel yang diperoleh (bulan); (h) UMKM terse-but bergerak di sektor industri; dan (g) tanggung-

an rumah tangga pemilik UMKM sebesar rata-ratasampel (rasio).

Hasil perhitungan peluang ditolaknya kredityang diajukan oleh kelompok UMKM yang me-miliki karakteristik sebagaimana skenario tersebutdapat dilihat pada Tabel 3.

Berdasarkan hasil simulasi pertama (Tabel 3),menunjukkan bahwa peluang sebuah UMKMyang memiliki karakteristik sesuai asumsi memili-ki potensi penolakan kredit yang tinggi oleh bankyaitu sebesar 59,9%. Ketika menggunakan jaminanyang relatif cukup, maka hasil perhitungan pelu-ang penolakan oleh bank adalah sebesar 11,7% (Ta-bel 4). Terjadi penurunan peluang penolakan yangsangat signifikan oleh bank terhadap pengajuankredit UMKM.

Berdasarkan hasil simulasi (Tabel 4) menunjuk-kan walaupun memiliki karakteristik yang baik de-ngan prospek usaha yang sangat baik sekalipun, te-tapi jika jaminan yang digunakan sebuah UMKMkurang atau tidak ada, akan sulit untuk mempero-leh persetujuan kredit perbankan, khususnya saatkredit tersebut diajukan ke selain bank pemerintah.

Berdasarkan hasil estimasi dan simulasi keduamodel tersebut, dapat penulis sampaikan temuanpenting utama yang diperoleh dari penelitian inisebagai berikut. Pertama, implikasi dari temuan iniadalah pentingnya kecukupan nilai jaminan bagiUMKM dalam mengajukan kredit. Lembaga pen-jamin kredit merupakan solusi bagi permasalahanyang dihadapi UMKM jika mengalami masalah ti-dak tersedianya jaminan namun sudah memilikikelayakan untuk menerima kredit (Cowling, 2007;Holton et al., 2013). Kedua, berdasarkan hasil temu-an penelitian ini, lembaga keuangan selain bankpemerintah, yaitu bank umum swasta nasional,BPR, dan LPM, masih memiliki kecenderungan un-tuk menolak kredit UMKM. Di sisi lain, keterlibat-an semua lembaga pembiayaan non-bank peme-rintah sangat penting untuk meningkatkan penya-luran kredit ke kelompok UMKM. Selanjutnya, di-kaitkan dengan model teoritis yang dikemukakanoleh Mahjabeen (2010), sebuah bank yang memilikitujuan memaksimalkan keuntungan perlu menge-lola fasilitas kredit melalui lembaga khusus penya-luran kredit mikro perbankan.

Kesimpulan

Simpulan utama yang dapat penulis sampaikandalam hasil penelitian ini adalah peranan jaminan

JEPI Vol. 16 No. 1 Juli 2015, hlm. 1–14

Page 13: Dampak Jaminan terhadap Peluang Memperoleh Kredit bagi

Marta, J. & Satria, D. 13

Tabel 3: Simulasi Pertama

Ln Odd Ratio Odd Ratio Peluang Ditolak0,400151 1,49205 0,59872

Sumber: Hasil Pengolahan Penulis

Tabel 4: Simulasi Kedua

Ln Odd Ratio Odd Ratio Peluang Ditolak-2,01915 0,13277 0,11721

Sumber: Hasil Pengolahan Penulis

yang penting dalam peluang sebuah kredit yangdiajukan oleh UMKM ditolak bank. Selanjutnya,karakteristik pengelola atau pemilik UMKM (usia,tingkat pendidikan, dan dependensi rasio) tidakmemiliki dampak signifikan terhadap penentu pe-nolakan kredit yang diajukan UMKM oleh bankdan lembaga pembiayaan lainnya. Variabel lainyang signifikan menentukan penolakan bank ada-lah karakteristik usaha (yaitu aset dan jenis usahaUMKM) dan karakteristik pinjaman (yaitu jangkawaktu kredit yang diajukan dan tempat pengajuankredit). Berdasarkan hasil simulasi yang penulis la-kukan, perubahan peluang penolakan kredit yangpaling besar terjadi disebabkan oleh kecukupan ni-lai jaminan.

Berdasarkan hasil temuan penelitian ini, un-tuk peningkatan jangkauan pelayanan perbankan,khususnya peningkatan penyaluran kredit ke sek-tor UMKM, penting bagi pemerintah untuk men-jamin kredit bagi UMKM yang memiliki potensiusaha yang baik untuk berkembang namun tidakmemiliki jaminan yang cukup. Hasil penelitian inimenunjukkan pentingnya lembaga penjamin kre-dit untuk UMKM yang memiliki potensi besar un-tuk berkembang, namun memiliki keterbatasan da-lam hal penyediaan jaminan untuk memperolehkredit perbankan.

Daftar Pustaka

[1] Akerlof, G. A. (1970). The Market for ”Lemons”: Quali-ty Uncertainty and the Market Mechanism. The QuarterlyJournal of Economics, 84(3), 488–500.

[2] Argentiero, A. (2009). Some New Evidence on theRole of Collateral: Lazy Banks or Diligent Banks?Working Paper n. 113. Roma, Italy: Institute for Stu-dies and Economic Analyses (Istituto Di Studi EAnalisi Economica/ISAE). Diakses dari https://www.researchgate.net/profile/Amedeo_Argentiero/

publication/46469796_Some_New_Evidence_on_the_

Role_of_Collateral_Lazy_Banks_or_Diligent_Banks/

links/00b4951b3569e7416d000000.pdf. Tanggal akses23 November 2012.

[3] Bank Indonesia. (2011). Laporan Perekonomian IndonesiaTahun 2010. Jakarta: Direktorat Riset Ekonomi dan Ke-bijakan Moneter Bank Indonesia. Diakses dari http://www.bi.go.id/id/publikasi/laporan-tahunan/

perekonomian/Pages/lpi_2010.aspx. Tanggal akses 7Desember 2012.

[4] Bank Indonesia. (2012). Statistik Ekonomi dan Keuangan Dae-rah (SEKDA). Diakses dari www.bi.go.id/id/statistik/sekda/statistikregional.aspx. Tanggal akses 7 Desem-ber 2012.

[5] Bebczuk, R. N. (2004). What Determines the Accessto Credit by SMEs in Argentina? Documentos de Tra-bajo, 48. Diakses dari http://sedici.unlp.edu.ar/bitstream/handle/10915/3532/Documento_completo_

_.pdf?sequence=1. Tanggal akses 23 November 2012.[6] Beck,T., Demirguc-Kunt, A., & Levine, R. (2003). Small and

Medium Enterprises, Growth, and Poverty: Cross-CountryEvidence. World Bank Policy Research Working Paper3178. Diakses dari http://documents.worldbank.org/curated/en/558581468779354920/pdf/WPS3178.pdf.Tanggal akses 7 Desember 2012.

[7] Cowling, M. (2007). The Role of Loan GuaranteeSchemes in Alleviating Credit Rationing in the UK.IES Working Paper: WP7. United Kingdom: Institutefor Employment Studies (IES) University of Sussex.Diakses dari http://www.employment-studies.co.uk/system/files/resources/files/wp7.pdf. Tanggal akses23 November 2012.

[8] de Aghion, B. A., & Morduch, J. (2005). The Economics ofMicrofinance. Cambridge, MA: MIT Press.

[9] Diamond, D. W. (1989). Reputation Acquisition in DebtMarkets. Journal of Political Economy, 97(4), 828–862.

[10] Gorman, G. G., Rosa, P. J., & Faseruk, A. (2005). Institu-tional Lending to Knowledge-Based Businesses. Journal ofBusiness Venturing, 20(6), 793–819.

[11] Holton, S., McCann, F., Prendergast, K., & Purdue, D.(2013). Policy Measures to Improve Access to Credit forSMEs: A Survey. Quarterly Bulletin, 4, 91–110.

[12] Jaffee, D., & Russell, T. (1976). Imperfect Information, Un-certainty, and Credit Rationing. The Quarterly Journal ofEconomics, 90(4), 651–666.

[13] Le, P. N. M. (2012). What Determines the Access to Creditby SMEs?: A Case Study in Vietnam. Journal of ManagementResearch, 4(4), 90–115.

[14] Levine, R. (2004). Finance and Growth: Theory and Evi-dence. NBER Working Paper Series 10766. Cambridge,MA: National Bureau of Economic Research. Diakses darihttp://www.nber.org/papers/w10766.pdf. Tanggal ak-ses 7 Desember 2012.

JEPI Vol. 16 No. 1 Juli 2015, hlm. 1–14

Page 14: Dampak Jaminan terhadap Peluang Memperoleh Kredit bagi

Dampak Jaminan terhadap PeluangMemperoleh Kredit...14

[15] Mahjabeen, R. (2010). On The Provision of Micro Loans -Microfinance Institutions and Traditional Banks. Journal ofEconomic Development, 35(1), 59–73.

[16] Muravyev, A., Schaefer, D., & Talavera O., (2008). Entre-preneurs’ Gender and Financial Constraints: Evidencefrom International Data. Discussion Paper Series DP# 11.Kyiv, Ukraine: Kyiv School of Economics and Kyiv Econo-mics Institute. Diakses dari http://repec.kse.org.ua/pdf/KSE_dp11.pdf. Tanggal akses 23 November 2012.

[17] Nuryartono, N., Zeller, M., & Schwarze, S. (2005). CreditRationing of Farm Households and Agricultural Product-ion: Empirical Evidence in the Rural Areas of Central Sula-wesi, Indonesia. Conference on International Agricultural Re-search for Development (Tropentag 2005), University of Hohen-heim, Stuttgart-Hohenheim, October 11-13, 2005. Stuttgart,Germany. Diakses dari http://www.tropentag.de/2005/abstracts/full/419.pdf. Tanggal akses 23 November2012.

[18] Stiglitz, J. E., & Weiss, A. (1981). Credit Rationing in Mar-kets with Imperfect Information. The American EconomicReview, 71(3), 393-410.

[19] Wanjau, C. W., King’wara, R., Kinyua, A. N., Nyakang’o,E. O., Langat, L. C., & Karani, L. M. (2014). Factors Affect-ing Access to Credit by Small and Medium Enterprises inMicrofinance Institutions in Nakuru Municipality, Kenya.Journal of Innovative Research & Studies, 3(1), 385–402. Diak-ses dari http://www.ijirs.com/vol3_issue-1/30.pdf.Tanggal akses 7 Desember 2012.

[20] Wesaratchakit, W., Subhanij, T., Roengpitya, R., Sawang-ngoenyuang, W., & Sereevoravitgul, C. (2010). FinancingThailand for Balanced and Sustainable Growth. Bankof Thailand Symposium 2010, SP/03/2010. Supervisionand Monetary Policy Group Bank of Thailand. Diaksesdari https://www.bot.or.th/Thai/MonetaryPolicy/

ArticleAndResearch/SymposiumDocument/Paper3_

2553.pdf. Tanggal akses 23 November 2012.[21] Winkelmann, R., & Boes, S. (2006). Analysis of Microdata.

Springer Science & Business Media.[22] Wooldridge, J. M. (2005). Introductory Econometrics: A Mo-

dern Approach. 3rd Edition. Boston: Addison Wesley.[23] World Bank. (1994). Can Intervention Work? The Role of Go-

vernment in SME Success. Washington, DC: World Bank.[24] World Bank. (2001). Small and Medium Enterprise (SME)

World Bank Group Review of Small Business Activities - 2001.Working Paper 23417. Washington, DC: World Bank. Di-akses dari http://documents.worldbank.org/curated/en/686931468765624340/pdf/multi0page.pdf. Tanggalakses 7 Desember 2012.

JEPI Vol. 16 No. 1 Juli 2015, hlm. 1–14