case report ichsan

Upload: ichsan-diaz

Post on 05-Oct-2015

241 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

s

TRANSCRIPT

DAFTAR ISI

Daftar isi ....... 1BAB I: Pendahuluan ........ 2BAB I: Pembahasan kasus........ 3BAB III : Tinjauan pustaka ........ 10BAB IV : Pembahasan masalah ...... 21BAB V : Penutup .......... 23Daftar Pustaka ... 24

BAB IPENDAHULUAN

Abortus adalah berakhirnya kehamilan sebelum 20 minggu kehamilan atau berat janin dibawah 500 gram. Definisi ini berbeda berkaitan dengan hukum dinegara tersebut misalnya, di Inggris abortus adalah kehilangan janin sebelum 24 minggu kehamilan. Abortus dapat dibedakan dalam beberapa klasifikasi:1. Abortus iminens2. Abortus insipiens3. Abortus inkomplit4. Abortus komplitUntuk mendiagnosis abortus harus dilakukan dengan serangkaian anamnesa dan pemeriksaan. Dimulai dari anamnesis, dan dilanjutkan pemeriksaan fisik yang mengarahkan pada tanda dan gejala abortus. Lalu bdilanjutkan dengan pemeriksaan tambahan seperti pemeriksaan laboratorium darah, urun, dan tes kehamilan, serta dilanjutkan dengan pemeriksaan ultrasonografi.Untuk penatalaksanaan abortus dapat dibedakan sesuai klasifikasinya. Contohnya, pada kasus ini adalah abortus inkomplit yang dapat ditatalaksana dengan kuretase.Kami memiliki salah satu contoh kasus seorang wanita hamil yang mengalami abortus inkomplit yang akan kami bahas pada bab selanjutnya.

BAB IILAPORAN KASUSIDENTIFIKASINama:Ny. NJenis kelamin:PerempuanUsia:32 tahunAlamat:KijangPekerjaan:IRTStatus perkawinan:KawinAgama:IslamTanggal dirawat:20 November 2014

ANAMNESISKELUHAN UTAMAKeluar darah dari kemaluan sejak 12 jam SMRSRIWAYAT PERJALANAN PENYAKIT SEKARANGOs wanita 32 tahun, datang atas rujukan bidan ke Unit Gawat Darurat Rumah Sakit Umum Kayu Agung. Pasien datang dengan keluhan keluar darah dari kemaluan sejak 12 jam SMRS. Keluhan disertai keluar jaringan seperti hati ayam melalui kemaluan. Pasien juga merasakan mulas. Pasien memiliki riwayat haid teratur dengan HPHT 1 Agustus 2014. Demam disangkal. Riwayat keputihan disangkal.

RIWAYAT OBSTETRIRiwayat kehamilan pertama spontan ditolong oleh bidan dengan berat badan lahir bayi 2700 gram, hidup.Riwayat kehamilan kedua spontan ditolong oleh bidan dengan berat badan kahir bayi 3000 gram, hidup.Riwayat Penyakit DahuluRiwayat Trauma (-), hipertensi (-), kencing manis (-), riwayat keguguran sebelumny (-).Riwayat PengobatanPasien belum pernah kontrol ke dokter sebelumnya.Pasien hanya memeriksakan kehamilan 1 kali ke bidan desa.Riwayat KehamilanPasien tidak ada riwayat merokok dan mengonsumsi alkohol, tidak pernah mengalami infeksi saat hamil dan saat mengandung usia ibu 32 tahun serta status gizi ibu baik.Riwayat Penyakit KeluargaTidak ada riwayat penyakit yang sama dalam keluarga.PEMERIKSAAN FISIKKeadaan UmumKeadaan umum:baikKesadaran:compos mentisTekanan darah:110/70 mmHgNadi:80 x/ menit, teratur,Pernapasan:22 x/ menitTemperatur:37 C

Keadaan SpesifikKepala konjungtiva palpebra pucat (-), sklera ikterik (-), cloasma gravidarum (+)LeherPembesaran KGB (-)ThoraxBentuk dada normal, retraksi (-), nyeri tekan (-), nyeri ketok (-), krepitasi (-), mamae tampak tegang, hiperpigmentasi areola mamae (+)Paru: sonor pada kedua lapangan paru, vesikuler normal, ronki (-), wheezing (-)Jantung: HR 80 x/ menit, murmur (-), gallop (-)AbdomenCembung, linea nigra(+), nyeri tekan (-), hepar/lien sulit dinilaiEkstremitas : Edema pretibial (-)Status obstetric : Abdomen cembung, lembut, TFU 2 jari dibawah umbilicus, inspeksi vulva uretra tenanginspekulo: portio livid, OUE terbuka, flour (-), fluxus(+), darah tidak aktif, tampak jaringanVaginal touche: portio lunak, OUE terbuka 1 jari sempit, teraba jaringan pada muara OUE.

PEMERIKSAAN PENUNJANGLABOLATORIUMTanggal 20/11/2014 HB: 11,3 g/dl Leukosit: 23.900 mm3 Trombosit: 165.000 mm3 Ht: 39% PT test: + Urialisa: Warna: kemerahan Kejernihan : jernih Protein : (-) Reduksi (-) Urobilin (-) Bilirubin (-)Tanggal 21/11/2014 HB: 12,4 g/dl Leukosit: 60.000 mm3 Trombosit: 175.000 mm3 Ht: 35%Tanggal 22/11/2014 HB: 12,2 g/dl Leukosit: 9.000 mm3 Trombosit: 167.000 mm3 Ht: 33%

DIAGNOSIS KERJAAbortus Inkomplit

PENATALAKSANAAN Observasi Tanda vital IVFD RL xx gtt/menit Rencana evakuasi dengan kuretase Inj. Cefotaxime 2 x 1 grPROGNOSIS Quo ad vitam : ad bonamQuo ad sanam: ad bonamQuo ad fungsionam : dubia ad bonam

FOLLOW UP21/11/2014S= keluar darah bergumpal dan kemerahanO = St. Generalis :Kes = CM, TD 110/70, N = 80x/m, RR= 22x/m, T=36,5Cst.obstetriAbdomen cembung, lembut, TFU 2 jari dibawah umbilicus, inspeksi vulva uretra tenanginspekulo: portio livid, OUE terbuka, flour (-), fluxus (+), darah tidak aktif, tampak jaringanVaginal touche: portio lunak, OUE terbuka 1 jari sempit, teraba jaringan pada muara OUE.A = Abortus InkomplitP =obs tanda vitalIVFD RL XXgtt/menitRencana evakuasi dengan kuretaseInj. Cefotaxime 2 x 1grCek darah rutin22/11/2014S= (-)O = St. Generalis :Kes = CM, TD 110/70, N = 80x/m, RR= 22x/m, T=36,5Cst.obstetriAbdomen cembung, lembut, TFU 2 jari dibawah umbilicus, inspeksi vulva uretra tenanginspekulo: portio livid, OUE terbuka, flour (-), fluxus (+), darah tidak aktif, tampak jaringanVaginal touche: portio lunak, OUE terbuka 1 jari sempit, teraba jaringan pada muara OUE.A =Abortus InkomplitP = obs tanda vitalIVFD RL XXgtt/menitRencana evakuasi dengan kuretasi hari iniInj. Cefotaxime 2 x 1grLaporan kuretase:1. Ibu dibaringkan di meja operasi dengan posisi litotomi dengan infus terpasang dengan baik. Dilakukan pengosongan kandung kemih dan vulva hygiene lalu dilakukan pemasangan doek steril kecuali lapangan operasi.1. Dilakukan pemasangan sims spekula atas dan bawah1. Dilakukan pemasangan tenakulum pada arah jam 111. Kemudian sinus spekulum atas dilepaskan1. Dilakukan sondase didapatkan uterus antefleksi panjang 8 cm1. Dilakukan kuretase dengan sendok kuret tajam dari anah jam 12 searah jarum jam hingga terdengar suara kerokan kelapa dan keluar buih1. Didapatkan sisa jaringan sebesar 50 gram dan stoll cell 50 cc1. Tenakulum dilepas dan sims spekulo bawah dilepas1. Keadaan umum ibu post kuret: stabil

23/11/2014S= (-)O =St. Generalis :Kes = CM, TD 110/80, N = 80x/m, RR= 20x/m, T=36CSt.ginekologiPL= abdomen datar, lunak, FUT tidak terabaVT = portio lunak, oue tertutupA = Abortus komplit (post kuretase)P = obs tanda vitalrencana pulangcefadroxil 2x500mgAsam mefenamat 3x500mg

BAB IIITINJAUAN PUSTAKA

ABORTUS1. DEFINISIAbortus adalah keluarnya hasil konsepsi sebelum berat janin mencapai 500 gram atau umur kehamilan kurang dari 20 minggu.2. ETIOLOGIFaktor janinPerkembangan Zigot AbnormalTemuan morfologis tersering pada abortus spontan dini adalah kelainan perkembangan zigot, mudigah, janin bentuk awal, atau kadang-kadang plasenta.

Gambar 3. Ovum abnormal. Potongan melintang sebuah ovum cacat yang memperlihatkan kantung korion yang kosong tertanam di dalam massa endometrium polipoid.

Abortus AneuploidSekitar 50 sampai 60% abortus spontan dini disertai dengan kelainan kromosom pada konseptus (tabel 9-1). Trisomi autosom merupakan kelainan kromosom yang tersering dijumpai pada abortus trimester pertama (tabel 9-1). Trisomi dapat disebabkan oleh nondisjunction tersendiri, translokasi seimbang maternal atau paternal, atau inversi kromosom seimbang. Penataan ulang struktur kromosom secara seimbang dijumpai pada 2 sampai 4 % pasangan dengan riwayat abortus rekuren. Trisomi untuk semua autosom kecuali kromosom nomor 1 pernah dijumpai pada abortus, tetapi yang tersering adalah autosom 13, 16, 18, 21, dan 22.Monosomi X (45,X) adalah kelainan kromosom tersering berikutnya, biasanya akan menghasilkan abortus dan memungkinkan lahirnya bayi perempuan hidup (sindromTurner). Monosomi autosom sangat jarang dijumpai dan tidak memungkinkan kehidupan. Triploidi sering dikaitkan dengan degenerasi hidropik pada plasenta. Mola hidatidosa parsial mungkin memperlihatkan perkembangan janin yang bersifat triploid atau trisomik untuk kromosom 16. Janin yang memperlihatkan kelainan-kelainan ini sering mengalami abortus dini, dan yang mampu bertahan hidup lebih lama mengalami malformasi berat. Usia ibu dan ayah yang lanjut tidak berkaitan dengan kelainan ini. Janin Tetraploid jarang lahir hidup dan umumnya mengalami abortus sangat dini.Kelainan struktural kromosom jarang menyebabkan abortus dan baru teridentifikasi setelah dikembangkannya tekhnik-tekhnik pemitaan (banding). Sebagian dari bayi ini lahir hidup dengan translokasi seimbang dan mungkin normal.

Faktor ibuInfeksiSejumlah penyakit kronik diperkirakan dapat menyebabkan abortus. Bukti bahwa toxoplasma gondii menyebabkan abortus pada manusia kurang meyakinkan. Tidak dapat bukti bahwa Listeria monocytogenes atau Chlamydia trachomatis menyebabkan abortus pada manusia. Namun Herpes simplek dilaporkan berkaitan dengan peningkatan insidensi abortus setelah terjadi infeksi genital pada awal kehamilan. Abortus spontan secara independen berkaitan dengan antibodi virus imunodefisiensi manusia 1 (HIV-1) dalam darah ibu, seroreaktivitas sifilis pada ibu, dan kolonisasi vagina pada ibu oleh streptokokus grup B.

Kelainan EndokrinHipotiroidismeDefisiensi iodine mungkin berhubungan dengan abortus. Tampaknya tidak terjadi peningkatan insidensi abortus yang disebabkan oleh hipotiroidisme klinis. Autoantibodi tiroid dilaporkan menyebabkan peningkatan insidensi abortus walaupun tidak terjadi hipotiroidisme yang nyata. Sebaliknya, peneliti lain tidak mendapatkan peningkatan insidensi antibodi antitiroid pada wanita yang mengalami abortus berulang apabila dibandingkan dengan kontrol normal.Diabetes MelitusAbortus spontan dan malformasi kongenital mayor meningkat pada wanita dengan diabetes dependen-insulin. Risiko ini berkaitan dengan derajat kontrol metabolik pada trimester pertama. Dalam suatu studi prospektif, melaporkan bahwa pengendalian glukosa secara dini (dalam 21 hari setelah konsepsi) menghasilkan angka abortus spontan yang setara dengan angka pada kelompok kontrol nondiabetik. Namun, kurangnya pengendalian glukosa menyebabkan peningkatan angka abortus yang mencolok. Dalam sebuah penelitian dari Childrens hospital of pittsburgh, Dorman dkk (1999) melaporkan angka abortus spontan yang secara bermakna lebih tinggi pada wanita diabetik dibandingkan dengan pasangan nondiabetik dari pria dengan diabetes tipe I. Terjadi penurunan sementara angka abortus spontan pada para wanita diabetik ini dari 26% sebelum tahun 1969 menjadi 5,7% dari tahun 1980 sampai 1989. Para penulis ini mendalilkan bahwa penurunan ini mungkin disebabkan oleh perbaikan dalam penanganan medis, misalnya swapemantauan glukosa.

Defisiensi ProgesteronKurangnya sekresi progesteron oleh korpus luteum atauplasenta dilaporkan menyebabkan peningkatan insidensi abortus. Diperkirakan bahwa kadar abnormal satu atau lebih hormon dapat meramalkan terjadinya abortus. Sayangnya, penurunan kadar hormon-hormon ini biasanya lebih merupakan akibat daripada sebab. Terdapat laporan-laporan kasus defek fase luteal, tetapi kasus ini jarang terjadi.

Pemakaian Obat dan Faktor LingkunganBerbagai zat dilaporkan berperan, tetapi belum dipastikan, sebagai penyebab meningkatnya insidensi abortus.

TembakauMerokok dilaporkan menyebabkan peningkatan risiko abortus euploidi. Bagi wanita yang merokok lebih dari 14 batang perhari, risiko tersebut sekitar dua kali lipat dibandingkan dengan yang tidak merokok menghitung bahwa risiko abortus meningkat secara linier 1,2 kali untuk setiap 10 batang rokok yang diisap perhari.

AlkoholAbortus spontan dan anomali janin dapat terjadi akibat sering mengkonsumsi alkohol selama 8 minggu pertama kehamilan. Abortus spontan meningkat bahkan apabilaalkohol dikonsumsi dalam jumlah sedang. Abortus meningkat duakali lipat pada wanita yang minum 2 kali setiap minggu, dan tiga kali pada wanita yang mengkonsumsi alkohol setiap hari dibandingkan dengan bukan peminum.

RadiasiDalam dosis memadai, radiasi diketahui menyebabkan abortus. Dosis pasti pada manusia tidak diketahui secara pasti.

KontrasepsiTidak terdapat bukti yang mendukung bahwa kontrasepsi oral atau zat spermisida yang digunakan dalam krim danjeli kontrasepsi menyebabkan peningkatan insidensi abortus. Namun, alat kontrasepsi dalam rahim berkaitan dengan peningkatan insidensi abortus septik setelah kegagalan kontrasepsi.

Faktor ImunologisBanyak perhatian ditujukan kepada sistem imun sebagai faktor penting dalam kematian janin berulang. Dua model patofisiologis utama yang berkembang adalah teori autoimun (imunitas terhadap tubuh sendiri) dan teori aloimun (imunitas terhadap orang lain).

Faktor AutoimunDari berbagai studi dipastikan bahwa sekitar 15% dari 1000 pasien lebih dengan kematian janin berulang memiliki faktor autoimunitas. Antibodi yang paling signifikan memiliki spesifisitas terhadap fosfolipid bermuatan negatif dan paling sering terdeteksi dengan pemeriksaan untuk antikoagulan lupus dan antibodi antikardiolipin. Wanita dengan riwayat abortus dini dan kadar antibodi tinggi memiliki angka kekambuhan keguguran sebesar 70%. Antikoagulan lupus adalah suatu imunoglobulin (IgG, IgM, atau keduanya) yang mengganggu satu atau lebih dari beberapa uji koagulasi dependen fosfolipid in vitro. Istilah ini tidak tepat karena antibodi ini berkaitan dengan peningkatan insidensi serangan tromboemboli. Yang utama, antikoagulan lupus yang paling sering didiagnosis pada psaien yang tidak memenuhi kriteria diagnostik untuk lupus.Antibodi antifosfolipid adalah antibodi didapat yang ditujukan kepada suatu fosfolipid. Antibodi ini dapat berupa isotop IgG, IgA, atau IgM. Mekanisme kematian janin pada para wanita ini diperkirakan melibatkan trombosis dan infark plasenta. Salah satu mekanisme yang mungkin berperan adalah inhibisi pembebasan prostasiklin. Produk sel endotel ini adalah suatu vasodilator kuat dan inhibitor agregasi trombosit. Di pihak lain, trombosis menghasilkan tromboksan A2, suatu vasokonstriktor dan agregator trombosit. Karena itu, antibodi-antibodi ini dapat menurunkan produksi prostasiklin, mempermudah timbulnya lingkungan yang didominasi oleh tromboksan yang kemudian menyebabkan trombosis. Selain itu, antibodi-antibodi tersebut terbukti menghambat aktivasi protein C.

Faktor AloimunKematian janin berulang pada sejumlah wanita didiagnosis sebagai akibat faktor-faktor aloimun. Para wanita ini mendapat beragam terapi yang ditujukan untuk merangsang toleransi imun ibu terhadap janin. Diagnosis faktor aloimun berpusat pada beberapa pemeriksaan:1. perbandingan HLA ibu dan ayah2. pemeriksaan serum ibu ubtuk mendeteksi keberadaan antibodi sitotoksik terhadap leukosit ayah3. pemeriksaan serum ibu untuk mendeteksi faktor penyengat (blocking factor) pada mixed lymphocyte reaction ibu-ayah

Pada dasarnya, pasangan yang dipastikan memiliki homologi tipe HLA yang signifikan, atau yang wanitanya diketahui memiliki antibodi antipaternal minimal, dianggap memiliki suatu gangguan aloimun.

Trombofilia HerediterBeberapa kelainan koagulasi darah genetikmeningkatkan risiko terjadinya trombosis. Terdapat banyak laporan mengenai keterkaitan abortus spontan dengan tombofilia herediter. Peningkatan kadar homosistein serum juga merupakan faktor risiko. Terapi optimal bagi berbagai trombofilia selama kehamilan masih belum jelas, tetapi heparin (termasuk heparin berberat molekul rendah) tampaknya efektif untuk mengobati defisiensi antitrombin III serta defisiensi protein C dan S. aspirin plus heparin tampaknya efektif untuk mengobati mutasi faktor V Leiden dan sindrom antifosfolipid.

Trauma FisikTrauma abdomen yang berat dapat menyebabkan terjadinya abortus. Trauma ringan yang tidak menyebabkan terhentinya kehamilan sering dilupakan. Yang diingat hanya kejadian tertentu yang tampaknya mengakibatkan abortus. Namun, sebagian besar abortus spontan terjadi beberapa waktu setelah kematian mudigah atau janin. Secara umum, trauma walaupun kecil berperan dalam terjadinya abortus.

Cacat UterusCacat Uterus DidapatLeiomyoma uterus, bahkan yang besar dan multipel, biasanya tidak menyebabkan abortus. Apabila menyebabkan abortus, lokasi leiomyoma tampaknya lebih penting daripada ukurannya. Sinekia uterus (sindroma Asherman) disebabkan oleh destruksi endometrium luas akibat kuretase. Hal ini akhirnya menyebabkan amenore dan abortus rekuren yang dipercaya disebabkan oleh kurang memadainya endometrium untuk menunjang implantasi. Diagnosis dapat ditegakkan dengan histerosalpingogram yang memperlihatkan defek pengisian multipel khas, tetapi diagnosis paling akurat dan langsung adalah dengan histeroskopiTerapi yang dianjurkan adalah lisis perlekatan melalui histereskopi dan pemasangan alat kontrasepsi dalam rahim untuk mencegah kekambuhan. Terapi estrogen dosis tingg terus-menerus hingga 60 sampai 90 hari juga dianjurkan oleh sebgaian dokter.

Defek Perkembangan UterusCacat ini terjadi akibat kelainan pembentukan atau fusi duktus Mulleri; atau terjadi secara spontan atau diinduksi oleh pajanan dietilstilbestrol in utero. Beberapa tipe, misalnya uterus bilokularis, menyebabkan abortus.

Serviks InkompetenIstilah serviks inkompeten diterapkan pada suatu entitas obstetri tersendiri. Kelianan ini ditandai oleh pembukaan serviks tanpa nyeri pada trimester kedua, atau mungkin pada awal trimester ketiga, disertai prolaps dan menggembungnya selaput ketuban ke dalam vagina, diikuti oleh pecahnya selaput ketuban dan ekspulsi janin imatur. Apabial tidak diterapi secara efektif, rangkaian ini akan berulang pada setiap kehamilan.Hampir tidak ada keraguan bahwa ultrasonografi, terutama yang transvagina, merupakan penunjang yang bermanfaat untuk mendiagnosis pemendekan serbiks atau os internum berbentuk corong dan untuk mendeteksi dini serviks inkompeten. Namun diagnosis tetap sulit pada sebagian besar wanita dan masih didasarkan pada anamnesa dan pemeriksaan klinis.

3. KLASIFIKASI DAN GEJALA KLINIS1. Abortus imminens Adalah peristiwa terjadinya perdarahan dari uterus pada kehamilan sebelum 20 minggu, dimana hasil konsepsinya masih dalam uterus, dan tanpa adanya dilatasi serviks.Diagnosis abortus imminens ditentukan karena pada wanita hamil terjadi perdarahan melalui ostium uteri eksternum, mules atau tidak sama sekali, besar uterus sesuai dengan umur kehamilan, servik belum membuka dan tes kehamilan positif.Penanganan pada abortus imminens sebagai berikut :a) Istirahat baring, tidur berbaring dapat menyebabkan bertambahnya aliran darah ke uterus dan berkurangnya rangsang mekanik.b) Pemberian obat-obat hormonal dan anti spasmodika diharapkan untuk mencegah keluarnya fetus.c) Pemeriksaan ultrasonografi (USG) penting dilakukan untuk menentukan apakah janin masih hidup. 2. Abortus insipiensAdalah peristiwa perdarahan uterus pada kehamilan sebelum 20 minggu dengan adanya dilatasi serviks uteri yang meningkat, tetapi hasil konsepsi masih dalam uterus. Rasa mules menjadi lebih sering dan bertambah kuat serta perdarahan juga bertambah.Pengeluaran hasil konsepsi dapat dilaksanakan dengan kuretase, vacum atau dengan cunam vacum, disusul dengan kerokan. Pada kehamilan lebih dari 20 minggu perdarahan biasanya tidak banyak dan bahaya perforasi pada kerokan lebih besar, maka sebaiknya proses abortus dipercepat dengan pemberian infus oksitosin. 3. Abortus inkompletusAdalah pengeluaran sebagian hasil konsepsi pada umur kehamilan kurang 20 minggu dengan masih ada sisa tertinggal dalam uterus.Pada pemeriksaan vaginal : kanalis servikalis terbuka dan teraba jaringan, perdarahan dapat banyak sekali, sehingga dapat terjadi shock serta perdarahan tidak akan berhenti sebelum sisa hasil konsepsi dikeluarkan. Dalam penanganannya, atasi syok dengan pemberian infus cairan NaCl Risiologik atau cairan ringer dan disusul dengan transfusi.Syok teratasi, lakukan kerokan.Pasca tindakan disuntikkan ergometrin IM untuk mempertahankan kontraksi otot uterus.4. Abortus kompletusSemua hasil konsepsi sudah keluar.Kanalis cervikalis sudah menutup.

5. Missed abortionAdalah keadaan dimana janin sudah mati, tetapi tetap berada dalam dan tidak dikeluarkan selama 2 bulan atau lebih.Gejala terjadinya missed abortion biasanya didahului oleh adanya tanda abortus imminens namun hilang secara spontan atau setelah pengobatan, dan tanda-tanda kehamilan pun menghilang. Diagnosis pastinya dapat dilakukan USG untuk menilai apakah janin sudah mati atau besarnya sesuai dengan usia kehamilan.

4. PENATALAKSANAAN1. Abortus imminens a) Istirahat baring, tidur berbaring dapat menyebabkan bertambahnya aliran darah ke uterus dan berkurangnya rangsang mekanik.b) Pemberian obat-obat hormonal dan anti spasmodika diharapkan untuk mencegah keluarnya fetus.c) Pemeriksaan ultrasonografi (USG) penting dilakukan untuk menentukan apakah janin masih hidup. 2. Abortus insipiensPengeluaran hasil konsepsi dapat dilaksanakan dengan kuretase, vacum atau dengan cunam vacum, disusul dengan kerokan. Pada kehamilan lebih dari 20 minggu perdarahan biasanya tidak banyak dan bahaya perforasi pada kerokan lebih besar, maka sebaiknya proses abortus dipercepat dengan pemberian infus oksitosin.3. Abortus inkompletusDalam penanganannya, atasi syok dengan pemberian infus cairan NaCl Risiologik atau cairan ringer dan disusul dengan transfusi.Syok teratasi, lakukan kerokan.Pasca tindakan disuntikkan ergometrin IM untuk mempertahankan kontraksi otot uterus.4. Abortus kompletusPada penderita abortus kompletus tidak memerlukan pengobatan khusus hanya jika penderita menderita anemia diberikan sulfas ferosus atau transfusi.

5. Missed abortionTherapi untuk missed abortion diberikan obat untuk menimbulkan his sehingga fetus dan desidua dapat dikeluarkan, jika tidak berhasil lakukan dilatasi dan kuretase. Hendaknya penderita diberikan tonika dan antibiotika.

BAB IVPEMBAHASAN MASALAH

1. Apakah diagnosis pada kasus ini benar?Pada pasien ini pada anamnesa ditemukan:1. Perdarahan pervaginam sejak 12 jam SMRS.2. Pasien mengalami amenore sejak tanggal 1 Agustus 2014.3. Perdarahan disertai keluar jaringan berwarna merah gelap seperti hati ayam.4. Pasien juga merasa mulas.Dari anamnesa ini sedikit banyaknya sudah mengarahkan pada diagnosis abortus. Kemudian dilanjutkan dengan pemeriksaan fisik. Dan ditemukan:1. Pada wajah ditemukan terdapat cloasma gravidarum2. Pada inspeksi thoraks didapatkan putting dan payudara menegang, terdapat hiperpigmentasi pada putting dan areola mamae.3. Pada pemeriksaan abdomen terlihat perut cembung, terdapat linea nigra pada perut, teraba tfu setinggi 2 jari dibawah umbilicus.4. Pada pemeriksaan inspekulo terdapat: portio livid, OUE terbuka, flour (-), fluxus(+), darah tidak aktif, tampak jaringan5. Pada pemeriksaan vaginal touche: portio lunak, OUE terbuka 1 jari sempit, teraba jaringan pada muara OUE.Selanjutnya pada pemeriksaan laboratorium ditemukan: HB: 11,3 g/dl Leukosit: 23.900 mm3 Trombosit: 165.000 mm3 Ht: 39% PT test: + Urialisa: Warna: kemerahan Kejernihan : jernih Protein : (-) duksi (-) Urobilin (-) Bilirubin (-)Maka dari hasil pemeriksaan diatas dapat dikatakan bahwa diagnosis abortus inkomplit adalah benar.

2. Apakah penanganan pada kasus diatas benar?Pada dasarnya penatalaksanaan pada abortus inkomplit dapat dibagi menjadi tiga, yaitu: 1. Terapi ekspektatif.2. Terapi medikamentosa (dengan ergometrin, misoprostol, oksitosin)3. Terapi evakuasi dengan kuretase.Pada pasien ini dilakukan tindakan evakuasi dengan kuretase. Penatalaksanaan ini sebenernya kurang tepat. Mengingat usia kehamilan telah mencapai 16-17 minggu, terapi pilihan yang utama adalah dengan medikamentosa.ngometrin, misoprostol, oksitosin)

BAB VPENUTUP

Sebagaimana yang telah dibahas di atas,1. Abortus dinyatakan apabila terjadi keluarnya hasil konsepsi sebelum berat janin mencapai 500 gram atau umur kehamilan kurang dari 20 minggu.2. Abortus merupakan masalah penting dalam bidang obstetri dan gynekologi karena merupakan kegawat daruratan pada kehamilan dibawah 20 minggu dan menjadi salah satu penyumbang angka kematian ibu. 3. Penanganan pada abortus apabila janin sudah tidak dapat diselamatkan adalah evakuasi dan pencegahan perdarahan berlebihan. Dan apabila janin dapat diselamatkan adalah tirah baring.

Ibu yang sedang hamil juga sebaiknya rajin mengontrol kehamilan pada dokter karena dengan kerja sama antara orang tua dan dokter, dapat tercipta kehamilan yang baik dan juga mencegah terjadinya kehamilan yang premature. Kedepannya dengan kerja sama yang baik antara orang tua dan pihak terkait, akan dapat menciptakan masyarakat Indonesia yang sehat dan cerdas yang juga merupakan salah satu dari tujuan pembangunan dari bangsa Indonesia.

DAFTAR PUSTAKA1. Prawirohardjo S. Ilmu Kebidanan. Jakarta: PT. Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo; 2010.2. American Pregnancy. Sign of Labor. United State of America : American Pregnancy.Available from: http://www.americanpregnancy.org/labornbirth/signsoflabor.html , Accessed on 17 September 2011.3. Goldenberg RL, Hauth JC, Andrews WW. Intrauterine infections and pretermdelivery. N Engl J Med.2000; 342:1500-1507.4. Manuaba IBG, Manuaba IAC, Manuaba IBGFF. Pengantar Kuliah Obstetri. Jakarta: EGC; 2007: 421.5. Behrman, R, Kliegman, Ervin. A. Nelson WE-editor.200. Nelson Ilmu Kesehatan anak. EGC : Jakarta.6. Austin LA, Heath H III: Calcitonin: Physiology and pathophysiology. N Engl J Med 1981;304:269.7. Clark DA, Doya S (1991). Trials and tribulation in the treatment of recurrent Wilson R. Recurrent miscarriage and preeclampsia the roles played by the immune system and antioxidants. World Scientific. 2004. 83 101.8. Gleicher N (1994). Autoantibodies and pregnancy loss. Lancet 343: 747748.

9