case report pterigium.doc

41
Case Report PTERIGIUM STADIUM II-III OCULI DEXTRA ET SINISTRA Oleh: Raisa Mahmudah 0918011016 Arif Yudho Prabowo 0918011031 Eka Cania B 0918011040 Perceptor: dr. H. Yul Khaizar, Sp. M. SMF ILMU PENYAKIT MATA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS LAMPUNG

Upload: revita262

Post on 28-Sep-2015

34 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Case Report

PTERIGIUM STADIUM II-III OCULI DEXTRA ET SINISTRAOleh:

Raisa Mahmudah0918011016Arif Yudho Prabowo0918011031Eka Cania B0918011040Perceptor:dr. H. Yul Khaizar, Sp. M.

SMF ILMU PENYAKIT MATA

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS LAMPUNG

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH JEND. AHMAD YANI

METRO

2014

BAB IPENDAHULUAN

1.1 Latar BelakangPterigium adalah kelainan pada konjungtiva bulbi, pertumbuhan fibrovaskular konjungtiva yang bersifat degeneratif dan invasif. Pertumbuhan ini biasanya terdapat pada celah kelopak bagian nasal ataupun temporal konjungtiva yang meluas ke daerah kornea. Pterigium berbentuk segitiga dengan puncak di bagian sentral atau di daerah kornea (Khurana, 2007).Pterigium tersebar di seluruh dunia, tetapi lebih banyak di daerah iklim panas dan kering. Prevalensi juga tinggi di daerah berdebu dan kering. Pasien yang mengalami pterygium dapat tidak menunjukkan gejala apapun (asimptomatik). Kebanyakan gejala ditemukan saat pemeriksaan berupa iritasi, perubahan tajam penglihatan, sensasi adanya benda asing atau fotofobia. Penurunan tajam penglihatan dapat timbul bila pterygium menyeberang axis visual atau menyebabkan meningkatnya astigmatisme.1.2 TujuanTujuan dari penulisan laporan kasus ini adalah untuk memenuhi tugas kepaniteraan klinik dokter muda di SMF Ilmu Penyakit Mata RSUD Jenderal Ahmad Yani Kota Metro.BAB II

CASE REPORT2.1 IDENTITAS PASIENNama: Tn. MDUmur: 69 tahun

Jenis Kelamin: Laki-lakiPekerjaan: PetaniAlamat: MetroMasuk RSAY: 16 September 20142.2 ANAMNESA (Tanggal 16 September 2014)Keluhan Utama: Penglihatan semakin terasa kabur pada mata kanan sejak 2 tahun.

Keluhan Tambahan:Timbul selaput pada sudut mata yang semakin lama semakin besar disertai perasaan mengganjal dan sering merah serta berair jika terkena angin pada kedua mata.

Riwayat Penyakit Sekarang

Pasien datang ke Poliklinik Mata RSAY Metro dengan keluhan penglihatan kabur pada mata kanan sejak 2 tahun yang lalu. Keluhan ini semakin terasa bertambah sehingga mengganggu aktivitasnya. Pasien juga merasakan seperti ada yang mengganjal pada kedua matanya sejak 2 tahun yang lalu. Keluhan disertai mata merah dan perih ketika terkena kena angin. Pasien mengatakan bahwa terdapat selaput di sudut mata kanan bagian dalam sejak 2 tahun yang lalu. Pasien mengaku selaput tersebut makin lama makin membesar dan menimbulkan perasaan mengganjal. Selaput tersebut semakin lama semakin menganggu penglihatan pasien. Keluhan ini sudah diderita pasien untuk kedua kalinya. Pasien sudah pernah dioperasi 1 tahun yang lalu, tetapi kambuh lagi.Riwayat Penyakit DahuluPasien dulu juga pernah mengalami penyakit serupa tahun 2 tahun yang lalu dan sudah dioperasi 1 tahun yang lalu. Riwayat DM (-), HT (-) serta alergi (-).Riwayat Penyakit Keluarga

Di keluarga pasien ada yang menderita penyakit seperti ini yaitu anaknya. Riwayat keluarga dengan kencing manis dan darah tinggi disangkal pasien.

2.3 PEMERIKSAAN FISIK

Status Present

Keadaan Umum: Baik

Kesadaran: Compos Mentis

Tekanan Darah: 130/80 mmHg

Nadi : 82 x/menit

Pernafasan: 20 x/menit

Status Generalis

Kepala

Bentuk

: normochepal

Mata

: lihat status oftalmologi

Hidung: tidak ada kelainan

Telinga: tidak ada kelainan

Mulut

: tidak ada kelainan

Status Oftamologis

Oculi Dextra

Oculi Sinistra

1/2/60Visus6/60

Tidak dilakukanKoreksiTidak dilakukan

Dalam batas normalSupersiliaDalam batas normal

Edem(-), Spasme (-)Palpebra SuperiorEdem(-), Spasme (-)

Edem(-), Spasme (-)Palpebra InferiorEdem(-), Spasme (-)

Dalam batas normalSiliaDalam batas normal

Baik ke segala arahGerak bola MataBaik ke segala arah

Ortoforia, eksoftalmus (-)

endoftalmus (-)Bulbus OculiOrtoforia, eksoftalmus (-)

endoftalmus (-)

Injeksi konjungtiva (-), tampak selaput berbentuk segitigadari nasal dan apex

melewati limbus hingga tepi pupil 2mmConjungtiva BulbiInjeksi konjungtiva (-), tampak selaput berbentuk segitiga dari nasal dan apex

melewati limbus hingga tepi pupil 4mm

Hiperemi (-)Conjungtiva FornicesHiperemi (-)

Hiperemi (-), Sikatrik (-)Conjungtiva PalpebraHiperemi (-), Sikatrik (-)

Siliar injeksi (-)ScleraSiliar injeksi (-)

Tampak bekas operasi 1 tahun yang lalu dengan jarak 4mm dari limbusKorneaJernih, infiltrate (-), ulkus (-)

Kedalaman cukup, beningCamera Oculi AnteriorKedalaman cukup, bening

Kripta (+) Warna: CoklatIrisKripta (+) Warna: Coklat

Bulat, regular, sentral,

3 mm. Refleks cahaya (+)PupilBulat, regular, sentral,

3 mm. Refleks cahaya (+)

Shadow test (-)Shadow testShadow test (-)

JernihLensaJernih

Tidak diperiksaFundus RefleksTidak diperiksa

Tidak diperiksaCorpus VitreumTidak diperiksa

T (digital) normalTensio OculiT (digital) normal

Dalam batas normalSistem Canalis LakrimalisDalam batas normal

2.4 Diagnosis Kerja

Pterigium Rekuren Stadium II-III Oculi Dextra et Sinistra2.5 Diagnosa Banding

Pseudopterygium Oculi Dextra et Sinistra Pinguekula Oculi Dextra et Sinistra2.6 Penatalaksanaan

Non-medikamentosa Lindungi mata dari sinar matahari, debu dan udara kering dengan memakai kacamata hitam.

Medikamentosa Antiobiotik dan antiinflamasi 3 kali sehari selama 5-7 hari Pro-Operatif: Pterigium Ekstirpasi2.7 Prognosis

Quo ad Vitam

: Bonam

Quo ad functionam: Dubia

Quo ad Sanationam: DubiaBAB III

TINJAUAN PUSTAKA3.1 Anatomi dan Fisiologi MataMenurut Skuta (2008) dan Fisher (2011), mata adalah suatu struktur sferis berisi cairan yang dibungkus oleh tiga lapisan. Dari luar ke dalam, lapisan-lapisan tersebut adalah:1. Sklera/kornea

2. Koroid/badan siliar/iris

3. Retina

4. Sebagian besar mata dilapisi oleh jaringan ikat yang protektif dan kuat di sebelah luar, sclera yang membentuk bagian putih.

5. Di anterior (ke arah depan), lapisan luar terdiri atas kornea transparan tempat lewatnya berkas-berkas cahaya ke anterior mata.

6. Lapisan tengah di bawah sclera adalah koroid yang sangat berpigmen dan mengandung pembuluh-pembuluh darah untuk member makan retina.

7. Lapisan paling dalam di bawah koroid adalah retina, yang terdiri atas lapisan yang sangat berpigmen disebelah luar dan sebuah lapisan saraf di dalam.

8. Retina mengandung sel batang dan sel kerucut, fotoreseptor yang mengubah energi cahaya menjadi impuls syaraf.

Gambar 1. Potongan melintang bola mata (Vaughan, 2002)

Struktur mata manusia berfungsi utama mengfokuskan cahaya ke retina. Semuakomponen-komponen yang dilewati cahaya sebelum sampai ke retina mayoritas berwarna gelap untuk meminimalisir pembentukan cahaya yang akan difokuskan ke retina, cahaya ini akan menyebabkan perubahan kimiawi pada sel fotosensitif di retina. Hal ini akan merangsang impuls-impuls saraf ini dan menjalarkannya ke otak (Fisher, 2011).Konjungtiva merupakan membran mukosa yang transparan dan tipis yang membungkus permukaan posterior kelopak mata (konjungtiva palpebralis) dan permukaan anterior sklera (konjungtiva bulbaris). Konjungtiva bersambungan dengan kulit pada tepi palpebra (suatu sambungan mukokutan) dan dengan epitel kornea dilimbus (Voughan, 2010).Sesuai dengan namanya, konjungtiva menghubungkan antara bola mata dankelopak mata. Dari kelopak mata bagian dalam, konjungtiva terlipat ke bola mata baik dibagian atas maupun bawah. Refleksi atau lipatan ini disebut dengan forniks superior dan inferior. Forniks superior terletak 8-10 mm dari limbus sedangkan forniks inferior terletak 8 mm dari limbus. Lipatan tersebut membentuk ruang potensial yang disebut dengan sakkus konjungtiva, yang bermuara melalui fissura palpebra antara kelopak mata superior dan inferior. Pada bagian medial konjungtiva, tidak ditemukan forniks, tetapi dapat ditemukan karunkula dan plika semilunaris yang penting dalam sistem lakrimal.Pada bagian lateral, forniks bersifat lebih dalam hingga 14 mm dari limbus (Ang, 2006).

Gambar 2. Anatomi Konjungtiva

Menurut Ang (2006) dan Lang (2000), secara anatomi, konjungtiva terdiri atas 3 bagian:

1. Konjungtiva Palpebra

Mulai pada mucocutaneus junction yang terletak pada bagian posterior kelopakmata yaitu daerah dimana epidermis bertransformasi menjadi konjungtiva. Dari titik ini, konjungtiva melapisi erat permukaan dalam kelopak mata.Konjungtiva palpebra dapat dibagi lagi menjadi zona marginal, tarsal, dan orbital.Konjungtiva marginal dimulai pada mucocutaneus junction hingga konjungtiva proper.Punktum bermuara pada sisi medial dari zona marginal konjungtiva palpebra sehingga terbentuk komunikasi antara konjungtiva dengan sistem lakrimal.Kemudian zona tarsal konjungtiva merupakan bagian dari konjungtiva palpebralis yang melekat erat pada tarsus.Zona ini bersifat sangat vaskuler dan translusen.Zona terakhir adalah zona orbital, yang mulai dari ujung perifer tarsus hingga forniks.Pergerakan bola mata menyebabkan perlipatan horizontal konjungtiva orbital, terutama jika mata terbuka.Secara fungsional, konjungtiva palpebra merupakan daerah dimana reaksi patologis bisa ditemui.

2. Konjungtiva Bulbi

Menutupi sklera dan mudah digerakkan dari sklera di bawahnya.Konjungtiva bulbi dimulai dari forniks ke limbus, dan bersifat sangat translusen sehingga sclera di bawahnya dapat divisualisasikan.Konjungtiva bulbi melekat longgar dengan sclera melalui jaringan alveolar, yang memungkinkan mata bergerak ke segala arah.Konjungtiva bulbi juga melekat pada tendon muskuler rektus yang tertutup oleh kapsula tenon.Sekitar 3 mm dari limbus, konjungtiva bulbi menyatu dengan kapsula tenon dan sklera.

3. Konjungtiva Forniks

Merupakan tempat peralihan konjungtiva tarsal dengan konjungtiva bulbi.Lain halnya dengan konjungtiva palpebra yang melekat erat pada struktur sekitarnya konjungtiva forniks ini melekat secara longgar dengan struktur di bawahnya yaitu fasia muskulus levator palpebra superior serta muskulus rektus.Karena perlekatannya bersifat longgar, maka konjungtiva forniks dapat bergerak bebas bersama bola mata ketika otot-otot tersebut berkontraksi.

Konjungtiva divaskularisasi oleh arteri ciliaris anterior dan arteri palpebralis.Kedua arteri ini beranastomosis dengan bebas dan bersama banyak vena konjungtiva yang umumnya mengikuti pola arterinya membentuk jaring-jaring vaskuler konjungtiva yang sangat banyak.Pembuluh limfe konjungtiva tersusun di dalam lapisan superfisial dan profundus dan bergabung dengan pembuluh lemfe palpebra membentuk pleksus limfatikus.Konjungtiva menerima persarafan dari percabangan nervus trigeminus yaitu nervus oftalmikus.Saraf ini memiliki serabut nyeri yang relatif sedikit (Voughan, 2010).Kornea merupakan dinding depan bola mata, berupa jaringan transparan dan avaskular. Sepertiga radius tengah disebut zona optik dan lebih cembung.Kornea melenjutkan diri sebagai sklera ke arah belakang, dan perbatasan antara keduanya disebut limbus. Kornea terdiri atas lima lapisan dari lapisan terluar ke lapisan dalam, yaitu epitel, membran Bowman, stroma, membran Descement, dan endotel. Epitel (kira-kira 6 lapis) tidak mengandung lapisan tanduk sehingga sangat peka terhadap trauma kecil.Membran Bowman merupakan selaput tipis jaringan ikat fibrosa.Stroma merupakan lapisan yang paling tebal, yang terdiri atas serabut kolagen yang tersusun teratur dan padat dan dilanjutkan dengan membran Descement.Lapisan terdalam kornea ialah endotel yang terdiri atas satu lapis endotel yang sel-selnya tidak bisa membelah (Hartono, 2007).

Gambar 3. Lapisan kornea3.2 Pterigium

Definisi PterigiumPterigium adalah kelainan pada konjungtiva bulbi, pertumbuhan fibrovaskular konjungtiva yang bersifat degeneratif dan invasif.Pertumbuhan ini biasanya terdapat pada celah kelopak bagian nasal ataupun temporal konjungtiva yang meluas ke daerah kornea.Pterigium berbentuk segitiga dengan puncak di bagian sentral atau di daerah kornea (Khurana, 2007).Pterigium mudah meradang dan bila terjadi iritasi, maka bagian pterigium akan berwarna merah. Pterigium sering mengenai kedua mata. Menurut Hamurwono pterygium merupakan konjungtiva bulbi patologik yang menunjukkan penebalan berupa lipatan berbentuk segitiga yang tumbuh menjalar ke kornea dengan puncak segitiga di kornea . Pterygium berasal dari bahasa yunani, yaitu pteron yang artinya wing atau sayap (Ilyas, 2006).EpidemiologiPterigium tersebar di seluruh dunia, tetapi lebih banyak di daerah iklim panas dankering. Prevalensi juga tinggi di daerah berdebu dan kering. Faktor yang seringmempengaruhi adalah daerah dekat dengan ekuator yaitu daerah