bab ii.docx

Upload: agustriati-muniz

Post on 14-Jan-2016

218 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

BAB 2PEMBAHASAN

2.1 Pengertian KomunikasiKomunikasi adalah suatu yang sangat penting dalam pelaksanaan asuhan keperawatan. Seorang perawat tidak akan dapat melaksanakan tahapan-tahapan proses keperawatan dengan baik bila tidak terjalin komunikasi yang baik antara perawat dengan klien, perawat dengan keluarga atau orang yang berpengaruh bagi klien, dan perawat dengan tenaga kesehatan lainnya. Keterampilan komunikasi diperlukan untuk membina hubungan. Pengetahuan tentang teori komunikasi adalah hal penting untuk mendapatkan keahlian dalam upaya mendapatkan kemampuan untuk memahami dan dapat di pahami oleh orang lain.Komunikasi adalah proses dua arah yang terjadi antara individu atau kelompok orang yang terdiri atas pesan-pesan verbal dan nonverbal.1 2 2.1 Komunikasi Keperawatan Pada Setting Pelayanan KesehatanKomunikasi sebagai Hubungan yang Berfokus MembantuHubungan Membantu (Helping Relationship)Teori Abraham Maslow tentang hierarkikebutuhan menjelaskan bahwa persyaratan penempatan kebutuhan fungsi manusia berdasarkan derajat prioritasnya atau kepentingannya. Bila kebutuhan fisiologis tertentu dalam hierarki kebutuhan manusia terpenuhi secara relatif memuaskan maka kebutuhan lain yang tidak kalah penting akan muncul. Sebagai contoh, jika seseorang sangat haus maka orang tersebut akan melakukan segala usaha untuk memuaskan kebutuhan akan cairan yang tergolong tinggi dalam hierarki kebutuhan. Setelah kebutuhan ini terpenuhi, maka akan muncul kebutuhan lain. Misalnya, kebutuhan fisiologis lain dilanjutkan dengan kebutuhan makan dan seterusnya. Bila kebuthan fisiologis terpenuhi akan muncul kebutuhan psikososial, seperti kebutuhan kasih sayang. Hal ini akan terus terjadi sampai mencapai kebutuhan yang paling tinggi derajatnya yaitu aktualisasi diri.Hubungan mempunyai arti sebagai interaksi antar-individu selama suatu periode tertentu. Hubungan membantu merupakan interaksi yang membentuk suasana gerak individu-individu yang bersangkutan dalam mencapai tujuan bersama. Tujuan tersebut muncul karena adanya kebutuhan manusia. Hubungan membantu terjalin antar-banyak orang yang memberikan dan menerima bantuan dalam upaya memenuhi kebutuhan masing-masing. Jika perawat dan klien berada dalam hubungan membantu, maka perawat akan membantu klien tersebut untuk mencapai tujuan agar kebututuhan manusiawinya terpenuhi. Hal ini dapat dikatakan bahwa perawat adalah orang yang membantu, sedangkan klien adalah orang yang dibantu. Hubungan membantu antara perawat dan klien ini disebut hubungan perawat-pasien atau perawat-klien.Tujuan hubungan membantu antara perawat dan klien ditentukan dengan bekerja sama dan didefinisikan dalam pengertian kebutuhan klien. Tujuan bersama ini antara lain meliputi meningkatnya indepedensi klien, perasaan hargav diri yang lebih positif, dan kesejahteraan fisik yang lebih optimal.Hubungan membantu adalah sesuatu tidak dapat diraba (intangible) dan sulit untuk digambarkan. Para ahli sepakat (Lu Verne Wolff, Marlene H. W., dan Elinor V.F., 1984: 102) bahwa hubungan mempunyai ciri-ciri antara lain bersifat dinamis, orang yang terlibat didalamnya baik yang membantu dan yang dibantu merupakan peseta aktif sesuai kemampuan masing-masing serta mempunyai tujuan dan batas waktu tertentu.Dalam hubungan membantu, seorang perawat yang memberi bantuan mempunyai peranan dominan. Orang yang membantu harus memikul tanggung jawab untuk menampilkan diri dengan kemampuan sebaik dan sejujur mungkin. Orang tersebut tidak boleh mengaku dapat memberikan bantuan lebih dari kemampuannya. Pada hubungan membantu yang menjadi perhatian utama hanya kebutuhan orang yang dibantu. Hubungan persahabatan bisa tumbuh dari hubungan membantu, tetapi hal ini sudah berada diluar konteks interaksi dari pada hubungan membantu.Seorang ahli psikoterapi mengemukakan adanya beberapa faktor penting dalam hubungan membantu, yaitu seperti berikut ini :1. Orang yang menawarkan bantuan harus banyak mengetahui tentang dirinya sendiri, perasaannya, dan nuraninya.2. Hubungan antara praktisi dan klien ditandai dengan rasa menerima dan sikap yang ramah, saling menghormati, dan saling mempercayai.3. Klien perlu diberi kebebasan untuk menjajaki dirinya tanpa ada kekhawatiran ada pihak yang memantau.4. Suasana harus dapat mengembangkan motivasi perubahan, tumbuh menjadi dewasa, dan mengatasi masalh yang dihadapi secara lebih memuaskan.Fase-Fase Hubungan MembantuHubungan membantu biasanya digambarkan dalam tiga fase yakni fase orientasi, fase kerja, dan fase penyelesaian.1. Fase Orientasi Hubungan Membantu Pada fase ini seorang perawat atau bidan bertemu dengan klien kemudian belajar untuk saling mengenal, diawali dengan mengenalkan nama masing-masing. Perawat harus membiasakan diri untuk memperkenalkan diri kepada klien, atau bahkan ada baiknya perawat menuliskannya namanya untuk klien. Kelalaian dalam memperkenalkan diri dapat menyebabkan klien bingung dan bersikap kurang percaya karena banyaknya tenaga kesehatan dari lembaga atau ruang perawatan atau unit kesehatan yang berhubungan dengannya. Setelah perkenalan, peran kedua pihak dalam hubungan ditegaskan. Menurut pengamatan, hubungan akan lebih sukses jika memiliki mempimpin dan terdapat pembagian kerja yang jelas di mana pembagian kerja tersebut diterima para peserta.Peran perawat dan klien dalam hubungan perawat-klien merupakan suatu pembagian kerja dan karena peranannya, perawat pada umumnya memegang peranan pimpinan. Memimpin bukan berarti mengendalikan, membatasi, atau memanipulasi.Setelah peranan perawat dan klien ditegaskan, maka persetujuan atau kontrak tentang hubungan dijalin. Unsur-unsur persetujuan meliputi tujuan hubungan, lokasi, frekuensi, dan lamanya kontak serta masa hubungan.Pada fase orientasi mungkin menjadi tanggung jawab perawat untuk mengarahkan klien pada lembaga kesehatan bersangkutan, menjelaskan berbagai prosedur yang harus dilalui klien. Membantu klien dalam suasana yang akrab dan santai merupakan pendahuluan yang penting sehingga dapat membantu klien untuk mencapai potensi tertingginya.2. Fase Kerja Hubungan MembantuFase kerja ini bisa berlangsung apabila upaya yang terarah sudah dilaksanakan kedua pihak untuk mencapai tujuan bersama. Inti dari fase ini adalah interaksi.Interaksi mempunyai arti, terjadinya hubungan timbal balik. Interaksi sosial merupakan bentuk perilaku timbal balik. Interaksi ini merupakan aksi oleh seseorang yang menimbulkan aksi pada orang lain. Ada dua faktor dalam fase kerja dari hubungan saling membantu yaitu sebagai berikut.a. Fase fungsional (faktor instrumental)Fase fungsional ini adalah upaya langsung menggerakkan orang mencapai tujuan, contohnya seorang klien dengan berat badan kurang di bawah normal dan nafsu makan menurun (anoreksia).

b. Faktor ekspresifFaktor ekspresif adalah faktor yang berhubungan dengan keadaan emosi klien. Maksud dari keadaan emosi klien ini misalnya perasaan, dorongan, sikap, sentimen, dan lain-lain. c. Fase penyelesaian hubungan membantuFase penyelesaian merupakan penanda bahwa hubungan membantu antara perawat-klien sudah berakhir atau selesai dan tercapainya tujuan bersama. Fase ini bisa terjadi pada saat pergantian shift sewaktu klien pulang, ketika perawat pindah tempat kerja, ketika perawat mendapat tugas belajar, dan lain-lain. Perawat atau bidan dan klien memeriksa tujuan hubungan membantu untuk menentukan indikasi bahwa tujuan telah tercapai dan atau mencari bukti kemajuan bantuan ke arah tujuan. Tujuan yang sudah tercapai harus diakui. Pengakuan ini akan memunculkan rasa puas pada perawat dan klien. Jika tujuan belum tercapai maka seorang klien atau perawat boleh mengajukan usul untuk usaha-usaha yang bisa dilakukan di masa datang.Akhir suatu hubungan yang memuaskan atau tercapainya keberhasila suatu hubungan membantu antara perawat-klien sering menimbulkan rasa penyesalan, walaupun terbina pula rasa berprestasi. Penyesalan dalam arti perawat atau klien terpisah setelah adanya hubungan membantu yang begitu bernilai bagi kedua belah pihak, sedangkan ketidakberhasilan hubungan membantu mungkin akan menimbulkan kecemasan bagi klien sehingga perawat harus memberikan kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan perasaannya atau emosinya agar tidak mengalami ketakutan dalam menjalani hidupnya.Waktu dan cara yang tepat bagi perawat ataupun bidan untuk mempersiapkan penyelesaian hubungan membantu adalah sebagai berikut. Penyelesaian direncanakan apabila program pendidikan dan bimbingan klien digunakan secara efektif. Klien merasakan efektivitas, kompetensi, dan kualitas diri yang lebih baik. Klien merasa hatinya lebih tenang dan tidak cemas atau rasa takut yang berkurang untuk pulang kerumah atau klien menerima dan siap untuk pulang kerumah. Perawat atau bidan membantu klien beralih dari lembaga atau unit pelayanan satu ke yang lain dengan memberikan penjelasan.

Dari ketiga fase-fase hubungan membantu tersebut diatas, bila dilaksanakan oleh perawat atau bidan dan klien dengan efektif maka akan dapat melancarkan suasana pelayanan keperawatan dan mengefektifkan kelangsungan fungsi klien. Begitu juga perawat atau bidan, mempunyai tanggung jawab kepada klien setiap kali memberikan pelayanan, sehingga berhasil tidaknya hubungan mebantu bergantung pada kesungguhan dalam melalui ketiga fase tersebut.Tahap Pada Komunikasi TerapeutikKomunikasi terapeutik terdiri 4 tahap yaitu :Tahap Pra-InteraksiPada tahap ini perawat sudah memiliki beberapa informasi tentang klien seperti nama, alamat, umur, jenis kelamin, riwayat kesehatan, dan seterusnya. Pertemuan pertama dengan klien bisa membuat perawat yang belum mempunyai banyak pengalaman merasa cemas. Ada baiknya apabila perawat menyadari perasaan ini.Tahap pengenalan Perawat dan klien saling mengenal dan mencoba menumbuhkan rasa percaya satu sama lain. Pada tahap pertemuan ini perawat mengusahakan untuk membuat klien merasa nyaman dengan beberapa interaksi sosial seperti membicarakan tentang cuaca. Ada kemungkinan perawat akan melihat tingkah penolakan dari klien. Hal ini bisa disebabkan karena klien belum siap untuk mengungkapkan dan menghadapi masalahnya, rasa malu untuk mengakui bahwa ia memerlukan bantuan, tidak siap mengubah pola tingkah laku yang menyebabkan masalah kesehatannya, dan seterusnya. Kadang-kadang pasien juga ingin mencobai ketulusan perawat yang mau membantunya.Perawat perlu menunjukkan sikap ketulusan dan kepedulian. Sebenarnya sikap perawat sangat menentukan apakah hubungannya dengan pasien terapeutis atau tidak.Tahap KerjaPada tahap ini, perawat dan klien menemukan, menghargai, dan menerima keunikannya masing-masing. Rasa peduli dan empati juga akan timbul. Perawat membantu klien melihat secara mendalam perasaannya agar klien bisa memperoleh in-sight akan masalahnya. Memeriksa secara mendalam perasaannya, dapat diperlancar apabila perawat menunjukkan.

1. Empati Perawat mampu berempati dengan klien apabila perawat merasakan apa yang dialami klien. Selama perawat tidak merasakan apa yang dialami klien. Semua teknik-teknik komunikasi yang dipakai akan menjadi kaku, tidak spontan dan tidak genuine. sharing dalam kesulitan klien akan membuat perawat menjadi spontan dan tulus dalam meresponsnya dan hal ini dapat dirasakan klien.2. Menghargai Perawat perlu memiliki keyakinan akan martabat setiap manusiabahwa manusia pada dasarnya adalah baikdia adalah ciptaan Tuhan dan cenderung untuk menjadi manusia yang patut dihargai dan dicintai tanpa memperhatikan perbuataannya tetapi hanya karena dirinya. Keyakinan ini akan membantu perawat menerima, mencintai, dan menghargai klien tanpa syarat.3. Genuiness Perawat dikatakan genuine apabila,a. Ia tidak bersembunyi dalam peranannya, status, tingkat pendidikan, dan seterusnya.b. Ia spontan c. Tidak defensif, menerima, dan menanggapi kritikan-kritikan dari klien tanpa membalas atau mencari-cari alasan untuk membenarkan diri.d. Konsisten, dengan ekspresi wajah, nada suara, sikap tubuh sesuai dengan apa yang dirasakan dan dipikirkannya. Ketidakkonsitenan timbul apabila perawat mengatakan bahwa dia senang tetapi apa yang dirasakannya adalah yang sebaliknya.e. Ia mampu membuka diri dan membagi pengalaman apabila perlu.4. Konkret/spesifikPerawat perlu terampil dalam memberi pertanyaan terbuka. Melalui pertanyaan terbuka, perawat bisa membantu klien yang cenderung bicara secara umum untuk menjadi lebih konkret dan spesifik.5. KonfrontasiKonfrontasi perlu dipakai dengan hati-hati dan penuh pengertian. Konfrontasi akan lebih mudah diterima klien apabila dia merasa bahwa dia dihargai dan diterima perawatnya. Dengan konfrontasi, perawat menunjukkan kepada klien ketidakcocokan antara pikiran, perasaan, kata-kata, atau perbuatannya. Ketidakcocokan ini akan menghambat pemeriksaan dan penyadaran diri. Penyangkalan akan perasaan dapat membuat klien tidak mampu untuk mengatur tingkah lakunya.Terminasi Tahap ini bisa disertai dengan macam-macam perasaan. Bisa saja klien merasa kehilangan sesuatu, merasa bimbang akan kemampuannya tanpa bantuan dari perawatnya, merasa ditinggalkan, dan seterusnya. Pada tahap ini, perawat perlu mengungkapkan kesediaannya membantu apabila diperlukan agar klien merasa aman.Perawat dapat pula memberi ringkasan tentang jalannya sesi koseling dari awal sampai akhir, kesulitan yang telah dicapai. Ada baiknya juga apabila ada sharingantara perawat dan klien mengenai pengalaman masing-masing tentang sesi koseling.Komunikasi dalam Proses KeperawatanPengkajian KeperawatanPengkajian merupakan tahap awal memproses keperawatan.pengkajian di lakukan oleh perawat dalam rangka pengumpulan data klien.Data klien di perlukan sebagai dasar pijakan dalam melaksanakan proses keperawatan pada tahap berikitnya.Data kilen di peroleh melalui wawancara (anamnesa), pemeriksaan fisik,pemeriksaan diagnostik (laboratiriun, foto,dan sebagainya) informasi/catatan dari tenaga kesehatan lain,dan dari keluarga klien. Hampir di pastikan bahwa semua data yang di dapat tersebut di peroleh melalui proses komunikasi,baik komunikasi secara langsung (verbal,tertulis) maupun secara tidak langsung (nonverbal).Pada tahap ini dapat di katakan bahwa proses komunikasi berlangsung paling bayak di banding komunikasi pada berikutnya. Kemampuan komunikasi sangat mempengaruhi kelengkapan data klien.Untuk itu selain perlunya meningkatkan kemampuan komunikasi bagi perawat, kemampuan komunikasi klien juga perlu ditingkatkan. Perawat perlu mengetahui hambatan, kelemahan dan gaya klien dalam berkomunikasi. Peawat perlu memperhatikan budaya yang mempengaruhi kapan ,dan dimana komunikasi dilakukan, penggunaan bahasa usia dan perkembangan klien. Banyak hal yang menjadi hambatan klien untuk mengirim/memberikan informasi, menerima, dan memahami pesan yang diterima klien. Hambatan klien yang harus diperhatikan oleh perawat antara lain : Languange deficitsPerawat perlu menentukan bahasa yang dipahami oleh klien dalam berkomunikasi karena penguasaan bahasa akan sangat mempengaruhi persepsi dan iterprestasi klien dalam menerima pesan secara adekuat.Sensory deficisKemampuan mendengar,melihat,merasa dan membau merupakan faktor penting dalam komunikasi, sebab pesan komunikasi akan dapat di terima dengan baik apabila kemampun sensory klien berfungsi dengan baik.Untuk klien yang mengalami kelemahan itimencari kepastian medik yang mengindikasikan adanya kelemahan mendengar ,memperhatikan apakah klien menggunakan alt bantu dengar yang masih berfungsi ,memperhatikan apakah klien mampu menggunakan tanganya sebagai bentuk komunikasi nonverbal.Cognitive impairmentsAdalah suatu kerusakan yang melemahkan fungsi kognitif (misalnya pada klien CVA, Alzheimers, tumor otak) dapat mempengaruhi kemampuan klien dalam mengungkapkan dan memahami bahasa. Dalam mengkaji pada klien yang mengalami gangguan kognitif ini, perawat dapat meniliai apakah klien merespon (baik respon verbal maupun nonverbal) ketika ditanya ? Apakah klien dapat mengucapkan kata atau kalimat dengan benar ? Apakah klien dapat mengingat dengan baik ? dan sebagainya.Structural deficitsAdanya gangguan pada struktur tubuh terutama pada struktur yang berhubungan langsung dengan tempat keluarnya suara, misalnya mulut dan hidung akan dapat mempengaruhi terjadinya komunikasi.Paralysis Kelemahan yang terjadi pada klien terutama pada ektermitas atas akan menghambat kemampuan komunikasi klien baik melalui lisan maupun tulisan. Perawat perlu memperhatikan apakah ada kemampuan nonverbal klien yang bisa ditunjukkan dalam rangka memberikan informasi kepada perawat.Diagnosa Keperawatan Diagnosa keperawatan dirumuskan berdasarkan data-data yang didapatkan dalam tahap pengkajian. Perumusan diagnosa keperawatan merupakan hasil penilaian perawat dengan melibatkan klien, keluarga klien, dan tenaga kesehatan lainnya tentang masalah yang dialami klien. Proses penentuan masalah klien dengan melibatkan beberapa pihak tersebut adalah upaya untuk mengevaluasi memperkuat dan mentukan prioritas masalah klien dengan benar. Penentuan diagnosis tanpa mengkomunikasikan kepada klien dapat berakibat salahnya penilaian perawat terhadap masalah yang dialami klien. Sikap perawat yang komunikatif dan sikap klien yang kooperatif merupakan faktor penting dalam penetapan diagnosa keperawatan yang tepat. Kemampuan komunikasi disini juga diperlukan dalam menulis analisis data yang di dapat dari pengkajian serta mendiskusikannya masalah yang ditemukan baik kepada klien, keluarga maupun kepada sesama perawat. Beberapa contoh diagnosa keperawatan yang diakibatkan oleh adanya kelemahan komunikasi verbal, sebagaiman yang direkomendasi NANDA (North American Nursing Diagnosis Association) antara lain.1. Cemas berhubungan dengan kelemahan komunikasi verbal2. Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan kelemahan (fisik/anatomis)3. Harga diri rendah berhubungan dengan kelemahan komunikasi verbal4. Isolasi sosial berhubungan dengan kelemahan komunikasi verbal5. Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan perbedaan budayaPerencanaan/Rencana KeperawatanDalam mengembangnkan rencana tindakan keperawatan kepada klien,interaksi dan komunikasi dengan klien sangatlah penting untuk menentukan pilihan rencana keperawatan yang akan di lakukan.Misalnya,sebelum perawat memberikan diet makan bagi klien,perawat perlu mengetahui makanan pilihan,yang di sukai,atau yang alergi bagi klien sehingga tindakan yang di lakukan menjadi efektif.Rencana tindakan tar petugas kesehatan sehingga perencanaan yang disusun perawat dinas pagi dapat di evaluasi atau di lanjutkan oleh perawat dinas sore dan seterusnya. Model komunikasi ini memungkinkan pelayanan keperawatan dapat dilaksanakan secara berkesinambungan, terukur dan efektif.Pada tahap perencanaan, perawat harus menentukan prioritas masalah yang harus diselesaikan, merumuskan tujuan tindakan dan kriteria hasil (kriteria evaluasi). Rencana tindakan dibuat untuk mengatasi etiologi atau penyebab terjadinya masalah. Penetuan etiologi atau penyebab dari masalah klien memerlukan kecermatan dan pengetahuan yang lebih agar acuan dalam membuat rencana tindakan sesuai dengan sasaran. Kegagalan dalam menentukan etiologi dengan tepat akan berpengaruh terhadap rumusan tujuan tindakan keperawatan dan mengganggu keberhasilan tindakan. Misalnya penentuan tujuan dan intervensi pada klien dengan masalah komunikasi yang disebabkan oleh gangguan fisik/ anatomis akan berbeda dengan masalah komunikasi verbal yang disebabkan karena perbedaan budaya. Masalah komunikasi yang disebabkan karena perbedaan budaya yang memerlukan waktu dan proses yang relatif lama.Implementasi/Pelaksana/Tindakan KeperawatanTahap pelaksana merupakan realisasi dari perencanaan yang sudah ditentukan sebelumnya. Selama aktifitas pada tahap ini menuntut perawat untuk terampil dalam berkomunikasi dengan klien. Umunya ada dua kategori aktifitas perawat dalam berkomunikasi, yaitu saat mendekati klien untuk membantu memenuhi kebutuhan fisik klien dan ketika klien mengalami masalah psikologi.Tindakan komunikasi pada saat menghampiri klien yaitu :1. Menunjukan muka yang jujur dengan klien. Hal ini penting agar tercipta suasana saling percaya saat berkomunikasi.2. Mempertahankan kontak mats dengan baik. Kesungguhan dan perhatian perawat dapat dilihat dari kontak mata saat berkomunikasi dengan klien.3. Fokus kepada klien. Agar komunikasi dapat terarah dan mencapai tujuan yang diinginkan dalam melaksanakan tindakan keperawatan.4. Mempertahankan postur yang terbuka. Sikap terbuka dari perawat dapat menumbuhkan keberanian dan kepercayaan klien dalam mengikuti tindakan keperawatan yang dilaksanakan.5. Aktif mendengarkan eksplorasi perasaan klien sebagai bentuk perhatian, menghargai dan menghormati klien. Crouch (2002) mengingatkan bahwa manusia mempunyai dua telinga dan satu mulut. Dalam berkomunikasi dia menyarankan agar tindakan komunikasi dilaksanakan dengan perbandingan 2 : 1, lebihy banyak mendengar dari pada bicara. Sikap ini akan meningkatkan kepercayaan klien kepada perawat.6. Relatif rilek saat bersama klien. Sikap terlalu tegang atau terlalu santai juga tidak membawa pengaruh yang baik dalam hubungan perawat-klien.Pada tahap ini petugas kesehatan (perawat, bidan) juga harus meningkatkan kemampuan non verbalnya dengan SOLER yang merupakan kependekan dari :1. SSit (duduk) menghap klien. Postur ini memberi kesan bahwa perawat ada di sana untuk mendengar dan tertarik dengan apa yang sedang dikatakan klien.2. OObserve (mengamati) suatu postur terbuka (yaitu menahan tangan dan lengan tidak menyilang). Postur ini menyatakan bahwa perawat adalah terbuka terhadap apa yang dikatakan klien. Suatu posisi yang tertutup dapat menghambat klien untuk menyampaikan perasaannya.3. LLean (mencondong ke arah klien). Postur ini menyampaikan bahwa perawat terlibat dan tertarik pada interaksi yang sedang dilaksnakan.4. EEstablish (melakukan dan menjaga kontak mata). Perilaku ini menyampaikan keterlibatan perawat dan kesediaan untuk mendengarkan apa yang klien sedang katakan. Ketidakhadiran kontak mata atau pergeseran mata memberi pesan pesawat bahwa perawat tidaklah tertarik akan apa yang dikatakan lien.5. RRelax; Rileks adalah penting untuk mengkomunikasikan suatu perasaan atau kondisi yang nyaman dan harmonis dalam berkomunikasi dengan klien. Kegelisahan mengkomunikasikan adanya suatu masalah yang dapat menimbulkan multi tafsir.EvaluasiKomunikasi antara perawat dan klien pada tahap ini adalah untuk mengevaluasi apakah tindakan yang telah dilakukan perawat atau tenaga kesehatan lain membawa pengaruh atau hasil yang positif bagi klien, sebagaimana kriteria hasil yang telah ditentukan pada tahap sebelumnya. Evaluasi yang dilaksanakan meliputi aspek kognitif, sikap dan keterampilan yang dapat diungkapkan klien secara verbal maupun nonverbal. Tanpa komunikasi perawat tidak cukup dalam menilai apakah tindakan yang dilakukan berhasil atau tidak. Pada tahap ini juga memberi kesempatan bagi perawat untuk melihat kembali tentang efektifitas rencana tindakan yang telah dilakukan.Semua tahapan proses keperawatan tersebut diatas membutuhkan kemampuan komunikasi yang adekuat. Komunikasi merupakan kegiatan mengumpulkan, memadukan, menyamakan, dan menyalurkan informasi dalam pelayanan kesehatan.

Daftar PustakaPriyanto, Agus. 2009. Komunikasi dan Konseling: Aplikasi dalam Sarana Pelayanan Kesehatan untuk Perawat dan Bidan. Jakarta: Salemba Medika.Baradero mery .2006. Buku Saku Konseling Dalam Keperawatan. Jakarta:EGC.Mundakir .2006.Komunikasi Keperawatan Aplikasi Dalam Pelayanan.Yogyakarta :Graha Ilmu

17