bab ii.doc
DESCRIPTION
bab IITRANSCRIPT
BAB IITINJAUAN PUSTAKA
STROKE
Pendahuluan
Stroke merupakan suatu penyakit yang telah lama kita kenal dan merupakan salah
satu dari penyakit saraf yang cukup memprihatinkan karena merupakan penyebab kematian
ke 3 setelah penyakit jantung dan kanker serta menyebabkan kecacatan utama di Indonesia.
Stroke yang juga disebut sebagai serangan otak (Brain Attack) merupakan penyakit
cerebrovaskuler yang kebanyakan menyerang kelompok usia diatas 45 tahun tetapi dapat juga
menyerang usia yang lebih muda bahkan anak-anak yang dengan kelainan pada sistem
pembuluh darah otak.
Menurut Chandra B (1986), Stroke adalah suatu gangguan fungsi saraf akut yang
disebabkan oleh karena gangguan peredaran darah otak, dimana secara mendadak (dalam
beberapa detik) atau secara cepat (dalam beberapa jam) timbul gejala atau tanda yang sesuai
dengan daerah fokal di otak yang terganggu. Degenarasi dan kematian sel neuron merupakan
proses dasar yang menyebabkan timbulnya manifestasi klinik fokal pada stroke. Pada pusat
infark kematian sel terjadi segera sesudah iskemik, tetapi pada daerah penumbra penurunan
aliran darah masih dapat ditoleransi untuk beberapa saat. Untuk memperkecil angka kematian
dan kecacatan maka perlu terapi yang tepat dan cepat, hal ini harus didukung dengan
diagnosis yang tepat dan cepat pula.
Definisi
Menurut kriteria WHO (1995) stroke secara klinis di definisikan sebagai gangguan
fungsi otak yang terjadi secara mendadak dengan tanda atau gejala klinis baik fokal maupun
global yang berlangsung lebih dari 24 jam atau dapat menimbulkan kematian yang
disebabkan oleh karena gangguan peredaran darah otak.
Klasifikasi
Banyak klasifikasi yang telah dibuat untuk memudahkan penggolongan penyakit
serebrovaskuler, namun secara praktis menurut National Institute of Neurologicals
Disorders and Stroke (NINDS) tahun 1990 telah membagi stroke berdasarkan etiologi
sebagai berikut:
1. Perdarahan serebral
2. Perdarahan subarahnoid
3. Perdarahan intrakranial oleh karena AVM (arteriovenous malformation)
4. Infark serebri
Faktor Resiko
Faktor-faktor atau keadaan-keadaan yang memungkinkan untuk terjadi stroke:
1. Faktor resiko yang tidak dapat dimodifikasi : Usia, kelamin, Herediter, Ras / etnik
2. Faktor resiko yang dapat dimodifikasi : Riwayat stroke, Hipertensi, Penyakit jantung,
DM, TIA, Hiperkolesterol, kontrasepsi oral, Obesitas, Merokok, hiperfibrinogen.
3. Faktor resiko mayor : Hipertensi, Merokok, DM, Kelainan jantung, Kolesterol
Patofisiologi
Secara garis besar mekanisme gangguan peredaran darah otak yang akan menimbulkan
keadaan-keadaan iskemia, infark atau pun perdarahan dapat terjadi melalui empat cara yaitu:
1. Penyumbatan pembuluh darah oleh trombus atau embolus
2. Robeknya dinding pembuluh darah
3. Penyakit-penyakit dinding pembuluh darah
4. Gangguan susunan normal komponen darah
Berdasarkan Vaskularisasi di Otak
Stroke dapat dibagi berdasarkan sistem pembuluh darah otak yang terkena:
1. Sistem Carotis
2. Sistem Vertebrobasilar
Perbedaan Stroke non Hemoragik dan Stroke Hemoragik
Untuk membedakan antara Stroke non Hemoragik dan Stroke Hemoragik sangat
mudah jika tersedia alat pemeriksan pencitraan CT Scan (Compurerized Tomography) yang
merupakan pemeriksaan baku emas. Karena alat tersebut hanya dijumpai di kota besar maka
perlu dilakukan anamnesis dan pemeriksaan klinis neurologis secara teliti.
Membedakan antara Stroke non Hemoragik dan Stroke Hemoragik sangat penting
karena menyangkut prognosisnya. Stroke Hemoragik angka mortalitasnya sangat tinggi
sedangkan Stroke non Hemoragik / Infark lebih rendah. Karena itu kecepatan dan ketepatan
dalam membedakan kedua jenis stroke ini sangat penting.
Tabel 1. Perbedaan Stroke Hemoragik dan Stroke non Hemoragik / Infark
Gejala Perdarahan Infark
Onset atau awitan
Saat onset
Peringatan / warning
Nyeri kepala
Kejang
Muntah
Kesadaran menurun
mendadak
sedang aktif
-
+++
+
+
+++
Mendadak
istirahat
+
+/-
-
-
+/-
Seringkali sebelum kelumpuhan anggota badan sesisi terjadi, pasien sudah mendapat
peringatan atau warning terlebih dahulu misalnya rasa kesemutan pada wajah sesisi yang
berlangsung hanya beberapa menit saja. Kesemutan tersebut sebenarnya adalah serangan TIA
(Transient Ischemic Attack) yang merupakan salah satu faktor resiko stroke.
Gejala lain seperti nyeri kepala, muntah, kejang, kesadaran menurun merupakan
manifestasi adanya tekanan intra kranial meningkat. Pada Stroke Hemoragik gejala tersebut
muncul sejak awal onset sedangkan pada Stroke Infark gejala baru muncul setelah beberapa
hari dan bersifat minimal.
Bila CT Scan tidak ada maka untuk membantu diagnosis secara praktis telah
dikembangkan suatu patokan / algoritma stroke yaitu dapat menggunakan :
1. Algoritma Stroke Gajah Mada
2. Siriraj Stroke Score
(2,5 x consciousness) + (2 x vomitus) + (2 x headache) + (0,1 x diastolic blood
preasure) – (3 x atheroma) – 12.
Keterangan : atheroma (diabetic history, angina, claudication)
STROKE NON HEMORAGIK
Definisi Stroke non Hemoragik atau Stroke Infark adalah tanda klinis disfungsi atau
kerusakan jaringan otak yang disebabkan kurangnya aliran darah ke otak sehingga
mengganggu kebutuhan darah dan oksigen di jaringan otak (Caplan, 2000).
Stroke non Hemoragik atau Stroke Iskemik dapat disebabkan oleh:
1. Trombosis otak
2. Emboli otak
3. Pengurangan perfusi sistemik umum
1. Trombosis otak
Sebagian kasus Stroke non Hemoragik disebabkan oleh trombosis otak (75-80 %).
Trombosis adalah obstruksi aliran darah yang terjadi karena proses oklusi pada
satu pembuluh darah lokal atau lebih.
Trombosis otak umumnya terjadi pada pembuluh darah yang mengalami
artherosklerosis yang mula-mula akan menyempitkan lumen pembuluh darah (stenosis)
dan kemudian dapat berkembang menjadi sumbatan (oklusi) yang menyebabkan
terjadinya infark.
Faktor resiko yang memegang peranan terjadinya aterosklerosis adalah: Hipertensi,
Merokok, DM, Stress, Hiperlipidemi, Kurang gerak, Hiperuricemia, Hipotiroid
2. Emboli Otak
Emboli adalah pembentukan material dari tempat lain dalam sistem vaskuler dan
tersangkut dalam pembuluh darah tertentu sehingga memblokade aliran darah.
Penyebab emboli otak pada umumnya berhubungan dengan kelainan kardiovaskuler
antara lain :
1. Fibrilasi atrial.
2. Penyakit katub jantung
3. Lepasnya plak aterosklerosis pembuluh darah besar intra / ekstra kranial
4. Infark miokard.
5. Penyakit jantung rematik.
3. Pengurangan perfusi sistemik umum
Pengurangan perfusi sistemik bisa mengakibatkan iskemik. Hal ini dapat disebabkan
karena
1. Kegagalan pompa jantung
2. Proses perdarahan yang masif
3. Hipovolemik
Faktor Resiko Generasi Baru Pada Stroke non Hemoragik :
Defisiensi atau kekurangan estrogen, Homosistein tinggi, Plasma fibrinogen, Faktor VII,
Tissue plasminogen activator (t – PA), Plasminogen activator inhibitor type I, D-Dimer,
Lipoprotein, C – reaktive protein (CRP) terjadi saat inflamasi, Clamydia pneumonia (infeksi),
Virus herpes/ Citomegalovirus, helicobacter pylori, Infeksi yang meningkatkan heat shock
protein (HSP) merupakan tanda proses autoimun, Genetik (ACE polymorphisms, Human
leucocyte antigen / HLA – DR, class II genotype) genetik markers pada aterosklerosis.
Patofisiologi Stroke Infark Akut
Pada dasarnya Stroke Iskemik akut meliputi dua proses yang saling terkait yaitu(12) :
1. Perubahan vaskuler, hematologik atau kardiologik yang menyebabkan terjadinya
kekurangan aliran darah ke bagian otak yang terserang.
2. Perubahan kimiawi yang terjadi pada sel otak akibat iskemia hingga terjadi nekrosis sel
neuron, glia dan sel otak yang lain.
Infark Serebri Berdasarkan Perjalanan Klinisnya dapat dibagi menjadi:
1. TIA (Transient Ischemic Attack)
2. RIND (Reversible Ischemic Neurological Deficit)
3. Progressing Stroke atau Stroke in Evolution
4. Completed Stroke
1. TIA ( Transient Ischemic Attack)
Pada TIA ini gejala neurologis yang timbul akan cepat menghilang, berlangsung
dalam beberapa menit sampai sehari penuh. TIA didefinisikan sebagai suatu gangguan
akut dari fungsi fokal serebral yang gejalanya kurang dari 24 jam dan disebabkan oleh
trombus atau emboli. Gejala klinis TIA dapat dibedakan dari sumber alirannya yaitu
sistem karotis atau sistem vertebrobasilaris.
a. TIA yang disebabkan gangguan sistem karotis, gejalanya :
- Gangguan penglihatan pada satu mata tanpa disertai rasa nyeri (amaurosis fugax).
- Kelumpuhan lengan atau tungkai atau keduanya pada sisi yang sama.
- Defisit sensorik atau motorik pada wajah dan lengan.
- Kesulitan untuk mengerti bahasa dan atau berbicara (afasia).
- Pemakaian kata-kata yang salah atau diubah.
b. TIA yang disebabkan gangguan sistem vertebrobasilaris, gejalanya :
- Vertigo dengan atau tanpa diserta nausea dan atau muntah (terutama bila disertai
dengan diplopia, disfagi, atau disartri).
- Mendadak tidak stabil.
- Unilateral atau bilateral gangguan visual, motorik atau sensorik.
- Hemianopsia homonim.
- Drop attack.
2. RIND (Reversible Ischemic Neurological Deficit)
Seperti pada TIA, gejala neurologis yang ada pada RIND, juga akan menghilang
antara 24 jam sampai 21 hari. Jika pada TIA dokter jarang menyaksikan sendiri sehingga
diagnosis ditegakkan berdasar riwayat dari pasien, maka pada RIND besar kemungkinan
dokter masih dapat mengamati.
3. Progressing Stroke
Pada keadaan ini kelainan yang ada masih terus berkembang ke arah yang lebih
berat. Diagnosis stroke ditegakkan pada saat awal dengan mengamati langsung
perkembangannya, atau saat akhir dimana diambil dari riwayat penyakitnya.
4. Completed Stroke.
Completed stroke diartikan bahwa kelainan neurologis yang ada sifatnya sudah
menetap, tidak berkembang lagi. Kelainan neurologis yang muncul bermacam-macam
tergantung daerah otak yang mengalami lesi.
Manifestasi Klinis menurut Banford
1. TACI (Total Anterior Circulation Infarct):
a. Hemiparesis dengan atau tanpa gangguan sensorik (kontralateral sisi lesi)
b. Hemianopia (kontralateral sisi lesi).
c. Gangguan fungsi luhur : afasia, gangguan visuospasial, hemineglect, agnosia, apraxia.
2. PACI (Partial Anterior Circulation Infarct):
a. Defisit motorik/ sensorik + hemianopia.
b. Defisit motorik/ sensorik + gejala fungsi luhur.
c. Gejala fungsi luhur + hemianopia.
d. Defisit motorik/ sensorik murni.
e. Gangguan fungsi luhur saja.
3. LACI (Lacunar Cerebral Infarction);
a. Tidak ada defisit visual.
b. Tidak ada gangguan fungsi luhur.
c. Tidak ada gangguan fungsi batang otak.
d. Defisit maksimum pada satu cabang arteri kecil.
e. - Pure motor stroke
- Pure sensory stroke
- Ataksik hemiparesis.
4. POCI (Posterior Circulation Infarct) :
a. Disfungsi saraf otak, satu atau lebih sisi ipsilateral, dan gangguan motorik /
sensorik kontralateral.
b. Gangguan motorik/ sensorik bilateral.
c. Gangguan gerakan konjugat mata (horisontal et vertical).
d. Disfungsi serebelar.
e. ”Isolated” hemianopia atau buta kortikal.
Diagnosis
Penegakan diagnosis stroke melalui (1) :
1. Anamnesis.
2. Pemeriksaan klinis neurologis
3. Algoritma dan penilaian dengan skor stroke
4. Pemeriksaan dengan menggunakan alat bantu:
a. funduskopi
b. arteriografi
c. CT Scan
d. MRI
e. TCD.
Penatalaksanaan
1. Manajemen umum pada stroke fase akut
a. Menstabilisasi fungsi kardiologis melalui ABC
b. Mencegah infeksi sekunder terutama pada traktus respiratorius dan traktus
urinarius
c. Menjamin nutrisi, cairan, dan elektrolit yang stabil dan optimal
d. Mencegah dekubitus, DVT dan stres ulcer
e. Menilai kemampuan menelan penderita untuk menentukan apakah dapat diberikan
makanan peroral atau dengan NGT
2. Terapi spesifik pada stroke akut
a. Terapi pada stroke iskemik
- terapi reperfusi : hemoreologi, antikoagulan, trombolitik, antiplatelet
- obat-obatan neuroprotektor
b. Terapi pada stroke hemoragik
- obat pengendalian tekanan darah, menurunkan tekanan intra kranial
- obat neuroprotektor
- terapi pembedahan bila diperlukan
3. Rehabilitasi dan perawatan lanjutan
a. Koordinasi rencana terapi multidisipliner untuk meningkatkan kemampuan fungsional
penderita.
b. Edukasi pada penderita dan keluarga
c. Penilaian peralatan/perlengkapan adaptasi yang tepat untuk mobilisasi dan ADL
d. Konseling psikososial
e. Prevensi stroke ulang
f. Prevensi dan terapi komorbiditas
g. Reintegrasi vokasional dan komunitas
h. Evaluasi pilihan paling aman yang memungkinkan pasien untuk kembali ke tingkat ke
mandirian dalam lingkungan aman.
Melalui : - evaluasi neuromuskuloskeletal
- evaluasi medik umum
- evaluasi fungsional
- evaluasi psikososial dan vokasional
Prognosis
Pada pasien stroke non hemogasik 20-30% meninggal dalam 30 hari pertama setelah
serangan, terutama pada pasien dengan infark luas yang menimbulkan penurunan kesadaran
dan hemiplegi. Sedangkan 30 % mengalami infark berulang dlam waktu 5 tahun, terutama
pada pasien dengan kelainan jantung. Pada pasien yang selamat sekitar 40-50% akan
mengalami kecacatan yang dapat berupa pembatasan aktivitas fisik dan disfungsi psikososial.
Pada studi Firminghan menunjukkan angka kekambuhan pada 5 tahun pertama
sebesar 42 % pada laki-laki dan 25 % pada perempuan.
Penyebab kematian pada hari pertama atau kedua setelah serangan diakibatkan karena
herniasi. Sedangkan penyebab kematian sampai satu bulan pertama adalah pneumonia,
penyakit jantung, emboli paru dan sepsis.
Secara keseluruhan (dengan sebab apapun) ada sekitar 40 % pasien stroke meninggal
dalam 48 jam pertama setelah serangan.