bab ii tinjauan pustaka a. prokrastinasi akademik 1 ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/3385/3/bab...

22
11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Prokrastinasi Akademik 1. Pengertian Prokrastinasi Akademik Perilaku menunda-nunda dalam literatur ilmiah psikologi disebut Prokrastinasi. Istilah prokrastinasi berasal dari Bahasa Latin procrastination dengan awalan pro crastinus, dengan awalan “pro” yang berarti forward atau meneruskan atau mendorong ke depan, dan akhiran “crastinus” yang berarti belonging to tomorrow atau milik hari esok. Jika digabungkan menjadi “procrastinus” yang mempunyai arti forward it to tomorrow (meneruskan hari esok) atau dengan kata lain berarti “ saya akan melakukan nanti” (Burka & Yuen, 2008). Dari kedua kata tersebut dapat ditarik maknanya yang berarti pro-crastinus adalah suatu keputusan untuk menunda pekerjaan ke hari berikutnya. Teori cognitive behavioral menjelaskan bahwa perilaku menunda akibat dari kesalahan dalam berpikir dan adanya pikiran-pikiran yang irasional terhadap tugas seperti takut gagal dalam penyelesaian suatu tugas (Ellis & Knaus dalam Ferrari dkk, 1995). Perilaku menunda-nunda sering dilakukan oleh mahasiswa seperti yang diungkapkan oleh Oweini dan Haraty (Akinsola 2007) mahasiswa sering

Upload: doannguyet

Post on 17-Mar-2019

221 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Prokrastinasi Akademik 1 ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/3385/3/BAB II.pdf · akibat lain yang lebih jauh,Melibatkan suatu tugas yang ... tidak mengerjakan

11

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Prokrastinasi Akademik

1. Pengertian Prokrastinasi Akademik

Perilaku menunda-nunda dalam literatur ilmiah psikologi disebut

Prokrastinasi. Istilah prokrastinasi berasal dari Bahasa Latin procrastination

dengan awalan pro crastinus, dengan awalan “pro” yang berarti forward atau

meneruskan atau mendorong ke depan, dan akhiran “crastinus” yang berarti

belonging to tomorrow atau milik hari esok. Jika digabungkan menjadi

“procrastinus” yang mempunyai arti forward it to tomorrow (meneruskan hari

esok) atau dengan kata lain berarti “ saya akan melakukan nanti” (Burka & Yuen,

2008). Dari kedua kata tersebut dapat ditarik maknanya yang berarti pro-crastinus

adalah suatu keputusan untuk menunda pekerjaan ke hari berikutnya.

Teori cognitive behavioral menjelaskan bahwa perilaku menunda akibat dari

kesalahan dalam berpikir dan adanya pikiran-pikiran yang irasional terhadap tugas

seperti takut gagal dalam penyelesaian suatu tugas (Ellis & Knaus dalam Ferrari

dkk, 1995). Perilaku menunda-nunda sering dilakukan oleh mahasiswa seperti

yang diungkapkan oleh Oweini dan Haraty (Akinsola 2007) mahasiswa sering

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Prokrastinasi Akademik 1 ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/3385/3/BAB II.pdf · akibat lain yang lebih jauh,Melibatkan suatu tugas yang ... tidak mengerjakan

12

melakukan penundaan seperti menunda sebuah tugas yang sebetulnya tidak perlu

untuk ditunda.

Ghufron dan Risnawati (2012) mengungkapkan bahwa prokrastinasi dibagi

menjadi dua yaitu prokrastinasi akademik dan non akademik. Prokrastinasi

akademik adalah jenis penundaan yang dilakukan pada jenis tugas formal yang

berhubungan dengan tugas akademik, misalnya tugas sekolah atau tugas kursus.

Sedangkan prokrastinasi non akademik adalah penundaan yang dilakukan pada

jenis tugas non formal atau tugas yang berhubungan dengan sehari-hari misalnya

tugas rumah tangga, tugas sosial, tugas kantor, dan lain sebagainya.

Solomon & Rothblum (1984) mengungkapkan prokrastinasi akademik adalah

penundaan mulai pengerjaan maupun penyelesaian tugas yang disengaja. Terdapat

enam area indikasi prokrastinasi akademik akademik yaitu tugas mengarang

(membuat paper), belajar dalam menghadapi ujian, membaca buku penunjang,

tugas-tugas administratif penunjang proses belajar, menghadiri pertemuan dan

kinerja akademik secara keseluruhan yang dilakukan secara terus menerus baik

penundaan jangka pendek, beberapa saat menjelang deadline ataupun jangka

panjang sehingga mengganggu kinerja dalam rentang waktu terbatas dengan

mengganti aktivitas yang tidak penting. Seperti pada mahasiwa yang bekerja,

mahasiswa yang bekerja adalah mahasiswa yang aktif dalam menjalani dua

aktivitas sekaligus yaitu kuliah dan bekerja. Dua aktivitas ini dapat dilakukan

secara bersamaan dan saling mendukung satu sama lain. Dengan bekerja,

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Prokrastinasi Akademik 1 ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/3385/3/BAB II.pdf · akibat lain yang lebih jauh,Melibatkan suatu tugas yang ... tidak mengerjakan

13

seseorang dapat mengumpulkan uang untuk biaya kuliah, sementara dengan kuliah

seseorang dapat memperoleh ilmu pendidikan yang lebih tinggi dan membangun

masa depan yang jauh lebih cerah lagi (Hidayah, 2016).

Berdasarkan pengertian-pengertian prokrastinasi akademik yang telah peneliti

paparkan dari beberapa ahli di atas maka, disimpulkan prokrastinasi akademik

adalah penundaan mulai pengerjaan maupun penyelesaian tugas yang disengaja.

Terdapat enam area indikasi prokrastinasi akademik akademik yaitu tugas

mengarang (membuat paper), belajar dalam menghadapi ujian, membaca buku

penunjang, tugas-tugas administratif penunjang proses belajar, menghadiri

pertemuan dan kinerja akademik secara keseluruhan yang dilakukan secara terus

menerus baik penundaan jangka pendek, beberapa saat menjelang deadline

ataupun jangka panjang sehingga mengganggu kinerja dalam rentang waktu

terbatas dengan mengganti aktivitas yang tidak penting

2. Aspek-aspek Prokrastinasi Akademik

Ferrari,dkk. (dalam Guhfron dan Risnawita, 2012) mengatakan bahwa sebagai

suatu perilaku penundaan, prokrastinasi akademik dapat termanisfestasi dalam

indikator tertentu yang dapat diukur dan diamati ciri-ciri tertentu antara lain.

a. Penundaan untuk memulai maupun meyelesaikan tugas yang dihadapi.

Penundaan untuk memulai maupun menyelesaikan tugas yang

dihadapi. Seseorang yang melakukan prokrastinasi tahu bahwa tugas yang

dihadapi harus segera diselesaikan. Akan tetapi, menunda-nunda untuk

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Prokrastinasi Akademik 1 ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/3385/3/BAB II.pdf · akibat lain yang lebih jauh,Melibatkan suatu tugas yang ... tidak mengerjakan

14

memulai mengerjakannya atau memulai mengerjakan atau menunda-nunda

untuk menyelesaikan sampai tuntas jika dia sudah mulai mengerjakan

sebelumnya.

b. Keterlambatan dalam menyelesaikan tugas.

Orang yang melakukan prokrastinasi memerlukan waktu yang lebih

lama dari pada yang dibutuhkan pada umumnya dalam mengerjakan suatu

tugas seseorang prokrastinator menghabiskan waktu ynag dimiliki untuk

mempersiapkan diri secara berlebihan. Selain itu, juga melakukan hal- hal

yang tidak dibutuhkan dalam menyelesaikna tugas, tanpa menghitungkan

keterbatasan waktu yang dimilikinya. Kadang-kadang tidakan tersebut

mengakibatkan seseorang tidak berhasil menyelesaikan tugasnya secara

memadai kelambanan, dalam arti lambanya kerja seseorang dalam melakukan

tugas dapat menjadikan ciri utama dalam prokrastinasi akademik.

c. Kesenjangan waktu antara rencana dan kinerja aktual.

Seorang prokrastinator kesulitan untuk melakukan suatu dengan batas

waktu yang telah ditentukan sebelumnya. Seorang prokrastinator sering

mengalami keterlambatan dalam memenuhi deadline yang telah di tentukan,

baik oleh orang lain maupun rencana yang telah ditentukan sendiri. Seorang

mungkin telah merencanakan mulai mengerjakan tugas pada waktu yang

ditentukan. Akan tetapi, ketika saatnya tiba tidak dapat melakukannya sesuai

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Prokrastinasi Akademik 1 ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/3385/3/BAB II.pdf · akibat lain yang lebih jauh,Melibatkan suatu tugas yang ... tidak mengerjakan

15

dengan yang telah direncanakan sehingga menyebabkan keterlambatan

ataupun kegagalan untuk menyelesaikan tugas secara memadai.

d. Melakukan aktivitas yang lebih menyenangkan.

Melakukan aktivitas yang lebih menyenangkan dari pada melakukan

tugas yang harus dikerjakan seseorang prokrastinator dengan sengaja tidak

segera melakukan tugasnya akan tetapi menggunakan waktu yang dimiliki

untuk melakukan aktivitas lain yang dipandang lebih menyenangkan dan

mendatangkan hiburan, seperti membaca (koran, majalah taau buku cerita

lainnya), nonton, ngobrol, jalan, mendengarkan musik dan sebagainya

sehingga menyita waktu yang dia miliki untuk mengerjakan tugasnya yang

harus diselesaikan.

Adapun aspek prokrastinasi akademik menurut Milgram (dalam Guhfron dan

Risnawita, 2012), sebagai berikut:

a. Melibatkan unsur penundaan, baik untuk memulai menyelesaikan tugas

baik untuk memulai maupun untuk menyelesaikan suatu tugas atau

aktivitas. Mahasiswa yang menunda-nunda merupakan akibat dari

ketakutan akan kegagalan yang kolerasi terkuat terantung pada pemilihan

mata pelajaran, oleh karena itu ketakutan akan kegagalan berperan

sebagai alasan untuk menunda akademis (Schouwen burg dalam Ferarri

dkk 1995). Perilaku tersebut biasanya disebabkan oleh tugas yang

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Prokrastinasi Akademik 1 ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/3385/3/BAB II.pdf · akibat lain yang lebih jauh,Melibatkan suatu tugas yang ... tidak mengerjakan

16

membosankan, sulit, tidak mmenyenangkan atau memerlukan kerja keras

tetapi pada akhirnya memerlukan penyelesaian (Haynes, 2010).

b. Menghasikan akibat-akibat lain yang lebih jauh, misalnya keterlambatan

menyelesaikan tugas maupun kegagalan dalam mengerjakan tugas.

mahasiswa yang memiliki kecenderungan untuk menunda akan

terlambat dalam menyelesaikan tugasnya sehingga hasilnya tidak

maksimal.

c. Melibatkan suatu tugas yang dipersepsikan oleh pelaku sebagai suatu

tugas yang penting untuk dikerjakan, misalnya pada mahasiswa yaitu

tugas sekolah.

d. Menghasilan keadan emosi yang tidak menyenangkan misalnya perasaan

cemas, bersalah, marah, panik dan sebagainya.

Berdasarkan Aspek-aspek prokrastinasi akademik variabel tersebut di atas

dapat disimpulkan menurut Ferrari dkk (dalam Ghufron dan Risnawati 2010)

yaitu penundaan untuk memulai maupun meyelesaikan tugas yang dihadapi,

keterlambatan dalam menyelesaikan tugas, kesenjangan waktu antara rencana dan

kinerja aktual, Melakukan aktivitas yang lebih menyenangkan. Sedangkan

menurut Milgram (dalam Guhfron dan Risnawita, 2012) prokrastinasi akademik

memiliki empat aspek yaitu melibatkan unsur penundaan, menghasikan akibat-

akibat lain yang lebih jauh, Melibatkan suatu tugas yang dipersepsikan oleh

pelaku prokrastinasi, dan menghasilkan keadan emosi yang tidak menyenangkan.

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Prokrastinasi Akademik 1 ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/3385/3/BAB II.pdf · akibat lain yang lebih jauh,Melibatkan suatu tugas yang ... tidak mengerjakan

17

Berdasarkan penjelasan aspek-aspek prokrastinasi akademik diatas peneliti

memilih aspek dari Ferrari dkk (dalam Ghufron dan Risnawati 2010). Alasan

menggunakan aspek dari Ferrari dkk karena menurut peneliti lebih memudahkan

peneliti saat membuat penelitin. Sebagai contoh yang pernah peneliti lain lakukan

dengan menggunakan aspek tersebut ialah permasalahan oleh Indah dan Shofiah

(2012) berjudul hubungan prokrastinasi akademik dengan kejujuran dengan

tidakkejujuran akademik pada mahasiswa Psikologi UIN Suska Riau.

3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Munculnya Prokrastinasi Akademik

Menurut Noran (dalam Akinsola, dkk., 2007) menyebutkan ada 4 faktor yang

dapat mempengaruhi seseorang melakukan prokrastinasi. Faktor-faktor tersebut

adalah:

a. Manajemen waktu.

Seseorang yang melakukan prokrastinasi menunjukan

ketidakmampuan mengelola waktu dengan bijak. Hal ini menyiratkan

ketidakpastian prioritas, tujuan dan objektivitas karena ketidakpastian

dapat menyebabkan prokrastinator tidak tahu tujuan mana yang harus

dicapai dahulu, sehingga mereka sering mengerjakan aktivitas lain

disamping tujuan utamanya. Hal itu menyebabkan tidak fokus, yang

akhirnya dapat membuat pekerjaan menjadi berantakan dan tidak dapat

selesai tepat pada waktu yang ditentukan. Taylor (1990) mengatakan

sebaliknya, apabila individu teratur dalam manajemen waktu memiliki

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Prokrastinasi Akademik 1 ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/3385/3/BAB II.pdf · akibat lain yang lebih jauh,Melibatkan suatu tugas yang ... tidak mengerjakan

18

sedikit kecenderungan dalam ketidakpastian dalam mengambil keputusan,

kepusingan, tidak mengerjakan suatu hal dengan dua kali, Tidak tergesa-

gesa dan tidak mencari aktivitas lain. Sehingga menjadikan individu

terkendali dengan baik. Nampak dari individu yang tenang, santai dan

efisien.

b. Ketidakmampuan untuk berkonsentrasi dan kesadaran yang rendah

Jika tingkat konsentrasi dan kesadaran yang rendah individu akan

mengalami kesulitan dalam melakukan pekerjaan disebabkan oleh distorsi

pada lingkungan, seperti kebisingan, meja belajar yang berantakan atau

mengerjakan tugas di tempat tidur. Namun beberapa orang menghabiskan

banyak waktu dalam mencoba dan menciptakan lingkungan yang

sempurna sebelum memulai tugas seperti menyiapkan pensil, menyiapkan

kopi dan menumpuk kertas-kertas di meja dengan rapih, tidak ada yang

salah karena mengatur lingkungan dengan cara yang diinginkan adalah hal

kondusif bagi produktifitas, namun akan timbul masalah ketika terus

menciptakan lingkungan yang sempurna sebelum melakukan apapun.

menunda memulai tugas sampai segala sesuatu baik, merupakan suatu

bentuk penundaan. Sehingga dapat menimbulkan sebuah penundaan

(Davidson 2008).

c. Ketakukan dan kecemasan terkait dengan kegagalan seseorang

Individu menghabiskan lebih banyak waktu untuk menghawatirkan

apa yang akan terjadi daripada memikirkan cara menyelesaikannya seperti

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Prokrastinasi Akademik 1 ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/3385/3/BAB II.pdf · akibat lain yang lebih jauh,Melibatkan suatu tugas yang ... tidak mengerjakan

19

seorang mahasiswa yang dihadapkan oleh tugas tetapi menghindari tugas

yang diberikan dari pada memikirkan cara untuk menyelesaikannya.

Ferrari, Johnson, & Mccown, (1995) mengatakan kecemasan dengan cepat

mengganggu kemampuan berkonsentrasi dan memulai tugas penting, saat

kegelisahan terjadi menyebabkan penundaan tugas dan perlu strategi

belajar agar dapat menyelesaikan tugas. Perilaku ini melibatkan kesadaran

pelaku prokrastinasi yang seharusnya melakukan tugas itu dan bahkan

ingin untuk melakukan tugas itu, namun gagal memotivasi diri sendiri

untuk melakukan tugas tersebut dalam jangka waktu yang diharapkan atau

diharuskan. Burka & Yuen, (2008) menambahkan individu yang pesimis

menganggap bahwa semua tugas yang diberikan sulit, sehingga lebih

mengkhawatirkan tugas dan lebih memilih mengerjakan tugas pada lain

waktu meskipun menyadari bahwa dapat menyebabkan individu tersebut

menjadi gagal.

d. Kurang yakin terhadap kemampuan

Kurangnya keyakinan terhadap kemampuan yang dimiliki menjadi

awal dari perilaku menunda-nunda. sedangkan berfikir positif memberikan

motivasi dalam melakukan suatu pekerjaan ataupun tugas sehingga dapat

terselesaikan dengan tepat waktu. McCann dan Higgnis dalam Ferrari,

Johnson, & McCown (1995) mengatakan apabila seseorang tidak

memiliki keyakinan tentang tugas, tanggung jawab dan kewajiban maka

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Prokrastinasi Akademik 1 ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/3385/3/BAB II.pdf · akibat lain yang lebih jauh,Melibatkan suatu tugas yang ... tidak mengerjakan

20

dapat berakibat negatif pada individu tersebut terkait seperti kecewa dan

malu serta akan menimbulkan ketakutan dan ketidaknyamanan.

Dari uraian faktor-faktor prokrastinasi akademik di atas, peneliti

menyimpulkan faktor-faktor yang mempengaruhi Prokrastinasi akademik

meliputi manajemen waktu, ketidakmampuan untuk

berkonsentrasi,ketakutan, kecemasan dan tidak yakin terhadap

kemampuan yang dimiliki. Peneliti memilih faktor menajemen waktu.

Alasan peneliti memilih faktor manajemen waktu karena jika seseorang

memiliki manajemen waktu yang buruk maka akan menyebabkan

penundaan dan sebaliknya manajemen yang baik dapat menjadikan waktu

lebih efisien sehingga tidak terjadi prokrastinasi (Burka & Yuen 2008).

B. Manajemen Waktu

1. Pengertian Manajemen Waktu

Menurut Macan, Dipboye, Phillips dan Shahani (1990) manajemen waktu

merujuk pada pengaturan diri dalam menggunakan waktu seefektif dan seefisien

mungkin dengan melakukan perencanaan, penjadwalan, mempunyai kontrol atas

waktu, selalu membuat prioritas menurut kepentingannya, serta keinginan untuk

terorganisasi yang dapat dilihat dari perilaku seperti mengatur tempat kerja dan

tidak menunda-nunda pekerjaan yang harus diselesaikan. Lakein (dalam Macan,

1994) mendeskripsikan manajemen waktu merupakan perilaku seseorang yang

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Prokrastinasi Akademik 1 ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/3385/3/BAB II.pdf · akibat lain yang lebih jauh,Melibatkan suatu tugas yang ... tidak mengerjakan

21

menentukan kebutuhannya serta keinginannya terlebih dahulu, lalu kemudian

diurutkan berdasarkan derajat kepentingannya.

Davidson (2008) mengatakan manajemen waktu adalah menggunakan sedikit

waktu untuk memikirkan apa yang ingin diselesaikan, sehingga dapat memulai

pekerjaan dengan arah yang benar dan mengumpulkan sumber-sumber yang

diperlukan sehingga dapat menyelesaikan pekerjaan dengan lebih cepat dan

mudah. Lebih lanjut Haynes (2010) menyatakan bahwa manajemen waktu adalah

suatu proses pribadi dengan mengandalkan analisis dan perencanaan bukan hanya

menggunakan waktu, tetapi juga masalah yang dihadapi dalam menggunakan

waktu secara efektif disertai penyebabnya. Agar dapat meningkatkan efektivitas

dan efisiensi melalui investasi waktu yang baik. Mancini (2003) mendefinisikan

manajemen waktu adalah serangkaian pilihan keterampilan yang memungkinkan

membedakan antara yang perlu dilakukan dan yang akan dilakukan agar dapat

hasil yang efektif. Sedangkan menurut Srijati, Purwanto dan Artiningrum (2007)

manajemen waktu adalah aktivitas memanfaatan waktu tertentu dan potensi-

potensi yang tertanam dalam diri kita untuk mencapai tujuan-tujuan penting

dalam kehidupan kita.

Berdasarkan pengertian-pengertian manajemen waktu yang telah

peneliti paparkan dari ahli di atas maka, disimpulkan manajemen waktu merujuk

pada pengaturan diri dalam menggunakan waktu seefektif dan seefisien mungkin

dengan melakukan perencanaan, penjadwalan, mempunyai kontrol atas waktu,

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Prokrastinasi Akademik 1 ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/3385/3/BAB II.pdf · akibat lain yang lebih jauh,Melibatkan suatu tugas yang ... tidak mengerjakan

22

selalu membuat prioritas menurut kepentingannya, serta keinginan untuk

terorganisasi yang dapat dilihat dari perilaku seperti mengatur tempat kerja dan

tidak menunda-nunda pekerjaan yang harus diselesaikan.

2. Aspek-Aspek Manajemen Waktu

Macan dkk (1990) membagi manajemen waktu kedalam empat aspek sebagai

berikut,

a. Menetapkan tujuan dan prioritas (goal setting and prioritizing)

Srijanti, Purwanto dan Artiningrum (2007) mengungkapkan bahwa

menetapkan prioritas merupakan hal yang penting karena berisi mengenai

tujuan, tugas dan pekerjaan secara berurutan dari terpenting. Dengan begitu

individu dapat mencapai tujuan-tujuan sesuai dengan alokasi yang ada.

Individu yang sukses dan produktif tidak hanya sekedar menyelesaikan tugas.

Tetapi merealisasikan hasil-hasil tersebut sesuai dengan alokasi waktu yang

tersedia. untuk mewujudkan tujuan tersebut, individu harus membuat rencana-

rencana dan menentukan prioritas berdasarkan tingkat urgensinya. Penentuan

prioritas sangat penting agar kita dapat mengatur pekerjaan sesuai

kepentingannya. Pengaturan waktu yang baik mempermudah pencapaian

tujuan-tujuan.

Lakein (dalam Timpe 2002) mengungkapkan bahwa dalam menyusun

prioritas yang umum digunakan adalah system prioritas ABC (system priority

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Prokrastinasi Akademik 1 ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/3385/3/BAB II.pdf · akibat lain yang lebih jauh,Melibatkan suatu tugas yang ... tidak mengerjakan

23

ABC). Tujuan yang diberikan tanda A adalah tujuan yang harus diberi

perhatian utama dan mempunyai nilai kepentingan tinggi. Tujuan yang

diberikan nilai B aktivitas mempunyai nilai kepentingan sedang. Selanjutnya,

tujuan yang diberikan tanda C merupakan tujuan yang memiliki kepentingan

rendah.

b. Mekanisme dari manajemen waktu (mechanics of time manajement)

Aspek ini merupakan perilaku yang biasanya terkait dengan cara

seseorang mengelola waktu (perencanaan). Kebiasaan mengatur dan

mengelola waktu merupakan upaya untuk memanfaatkan waktu dengan baik.

Individu yang tidak dapat mempunyai tujuan yang jelas, rencana dan prioritas

akan menyebabkan waktu terbuang sia-sia sehingga harus memulai dari awal

kembali (Srijanti, dkk 2007). Haynes (2010) membagi perencanaan menjadi

dua yaitu perencanaan jangka pendek seperti harian atau mingguan dan

perencanaan jangka panjang seperti perencanaan untuk mencapai tujuan

sesuai dengan waktu yang ditentukan.

c. Preferensi untuk mengatur (preference for organization)

Pada aspek ini dijelaskan bahwa untuk mengetahui kebiasaan

penggunaan waktunya, seperti yang diungkapkan oleh Taylor (1990) bahwa

langkah pertama di dalam manajemen waku yang efektif adalah mengenali

bahwa individu adalah penanggung jawab pada dirinya sendiri bukan orang

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Prokrastinasi Akademik 1 ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/3385/3/BAB II.pdf · akibat lain yang lebih jauh,Melibatkan suatu tugas yang ... tidak mengerjakan

24

lain. Dengan mengola diri secara efektif dan menghargai waktu akan

meningkatkan pencapaian hasil dalam kurun waktu yang sudah ditentukan.

Haynes (2010) menjelaskan bahwa salah satunya cara mencapai kendali yang

baik terhadap waktu yaitu pencataan dan pemeriksaan, dengan melakukan

pencatatan dan pemeriksaan individu dapat mengevaluasi berapa banyak

waktu yang telah dihabiskan untuk aktivitas yang berorientasi pada tujuan

ataupun prioritas.

d. Persepsi seseorang untuk mengontrol waktu (Perceived control of time)

Aspek keempat lebih mengarah pada keyakinan atau pandangan invidu

tentang bagaimana kemampuannya dalam mengendalikan waktu dan bagaimana

individu menggunakan waktu yang ada. Ajzen (dalam Macan. 1994) menjelaskan

persepsi kontrol waktu mempengaruhi individu dalam mengerjakan tugas yang

berdampak pada ketegangan, kepuasan pekerjaan dan kinerja pekerjaan. Lebih

lanjut, Macan (1994) mengatakan bahwa persepsi seseorang memiliki kendali atas

waktu yang diberikan sebagai perilaku yang menunjukan individu dalam

kemampuan memandang pekerjaan yang bekaitan dengan hasil pekerjaan yang

diberikan.

Davidson (2008) menyebutkan individu-individu yang menerapkan prinsip-

prinsip manajemen waktu memiliki ciri-ciri tertentu yaitu:

a. Mampu menetapkan tujuan

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Prokrastinasi Akademik 1 ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/3385/3/BAB II.pdf · akibat lain yang lebih jauh,Melibatkan suatu tugas yang ... tidak mengerjakan

25

Individu harus dapat menentukan tujuan hidup sejak dini sehingga

segala usaha yang dilakukan dapat diarahkan untuk mencapai sebuah

kesuksesan. Hidup tanpa tujuan akan menjadikan individu bimbang

menentukan sesuatu. oleh sebab itu, harus menetapkan tujuan hidup dan harus

dapat mencapainya dengan benar (Srijati dkk 2007).

b. Mampu mengindentifikasi prioritas

Prioritas adalah bagian dari hidup yang paling penting dalam memenuhi

tantangan dan tuntutan yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari, sehingga tidak

membuat waktu terbuang sia-sia. Jika individu terlalu banyak prioritas maka

prioritas-prioritas tersebut bukan merupakan prioritas dan kemungkinan besar

individu tersebut tidak akan dapat melaksanakan masing-masing prioritas

tersebut.

c. Mampu membuat jadwal

Membuat jadwal kegiatan merupakan contoh menajemen waktu yang baik.

Dengan membuat jadwal individu dapat menyelesaikan pekerjaan dan tugasnya

tepat waktu. individu yang tidak dapat membuat jadwal akan menjadi kacau

termasukn tugas-tugas dan tanggungnya yang menjadi kewajiban individu

tersebut.

d. Mampu melakukan pekerjaan dengan teorganisir

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Prokrastinasi Akademik 1 ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/3385/3/BAB II.pdf · akibat lain yang lebih jauh,Melibatkan suatu tugas yang ... tidak mengerjakan

26

Melakukan pekerjaan dengan teorganisir sangat penting dalam kehidupan

individu sehati-hari. Individu yang dapat terorganisasi dengan baik dimanapun

individu tersebut berada akan menjadikan individu lebih fokus, bersemangat, dan

terarah dalam pekerjaanya sehingga akan lebih efisien dan mempunyai pikiran

yang lebih terbuka.

e. Mampu meminimalkan interupsi

Interupsi adalah gangguan yang bersumber dari dalam diri individu

maupun dari luar diri individu yang akan mengurangi kosentrasi dan

produktivitasnya. Jika individu tidak berusaha meminimalkan interupsi, maka

akan beresiko seperti tidak dapat menyelesaikan pekerjaan sesuai dengan yang

diharapkan.

Aspek-aspek Manajemen waktu variabel tersebut diatas dapat disimpulkan

yaitu menetapkan tujuan dan prioritas, mekanisme dari manajemen waktu,

preferensi untuk mengatur, persepsi seseorang untuk mengatur waktu, mampu

menetapkan tujuan, mampu mengindentifikasi prioritas, mampu membuat jadwal,

mampu melakukan pekerjaan denan terorganisir dan mampu meminimalkan

interupsi.

Berdasarkan penjelasan aspek-aspek di atas peneliti memilih aspek

manajemen waktu dari Macan dkk (1990) yaitu menetapkan tujuan dan prioritas,

mekanisme dari manajemen waktu, preferensi untuk mengatur, persepsi seseorang

untuk mengatur waktu. Alasan menggunakan aspek dari Macan karena menurut

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Prokrastinasi Akademik 1 ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/3385/3/BAB II.pdf · akibat lain yang lebih jauh,Melibatkan suatu tugas yang ... tidak mengerjakan

27

peneliti lebih memudahkan peneliti saat penelitian. Sebagai contoh yang telah

dilakukan peneliti karena aspek yang tertera lebih detail sehingga memudahkan

peneliti dalam pembuatan instruen pengumpulan data.

C. Hubungan Antara Manajemen Waktu dengan Prokrastinasi Akademik Pada

Mahasiswa yang Bekerja.

Mahasiswa yang bekerja cenderung memiliki waktu luang yang

kurang sehingga mahasiswa yang bekerja lebih banyak melakukan penundaan

(ferarri dkk, 1995). Ketidakmampuan dalam mengelola waktu menyebabkan tidak

dapat menyelesaikan tugas tepat waktu dan menyebabkan penundaan pada hari

esok atau memerlukan memerlukan waktu tambahan (lembur) untuk

menyelesaikannya dengan lain waktu yang akan menyebabkan hasil menjadi

kurang maksimal (Srijanti dkk, 2007).

Mahasiswa yang kuliah sambil bekerja dituntut untuk mampu

melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya dengan baik, mulai dari manajemen

waktu antara waktu yang digunakan untuk kuliah dengan pekerjaan, kedisiplinan,

baik itu dalam urusan perkuliahan maupun dalam pekerjaan, dan memperhatikan

kondisi kesehatan fisik karena mereka harus membagi peran antara menjadi

seorang mahasiswa dan karyawan (Mardelina dan Muhson 2017). Taylor (1990)

mengatakan apabila individu menyia-nyiakan waktu maka berarti individu

tersebut menyia-nyiakan hidupnya. Individu harus mengetahui apa yang ingin

dicapai dan mengenal apa yang penting sehingga berdampak positif bagi individu

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Prokrastinasi Akademik 1 ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/3385/3/BAB II.pdf · akibat lain yang lebih jauh,Melibatkan suatu tugas yang ... tidak mengerjakan

28

tersebut. salah satu langkah pertama yang diperlukan untuk menyediakan waktu

bagi berbagai kegiatan penting adalah dengan membereskan hal-hal yang yang

tertunda baik berbagai tugas atau kewajiban-kewajiban yang harus dijalani.

Menurut Macan dkk (1990) ada empat aspek manajemen waktu, yaitu:

menetapkan tujuan dan priotitas (goal setting and prioritizing), mekanisme dari

manajemen waktu (machanics of time manajement), pereferensi untuk mengatur

(preference for organization), dan persepsi seseorang untuk mengontrol

(perceveid control of time). Menetapkan tujuan dan prioritas (goal setting and

prioritizing). Srijati dkk (2007) mengungkapkan penetapan tujuan sebagai

rangkaian berbagai langkah sebagai pedoman dalam mencapai suatu tugas.

Individu yang dapat mempunyai perencanaan yang baik dapat mengendalikan

segala kegiatan dengan tahapan yang teliti sebelum memulai mengerjakan

sehingga tugas dapat selesai tepat waktu dan sempurna. Sedangkan, individu

yang suka menunda-nunda dalam setiap mengerjakan pekerjaan akan

menimbulkan penyesalan. Akan tetapi, individu tersebut tetap mekakukan hal

tersebut dan tidak mau untuk mengerjakan tugas lebih awal serta lebih menyukai

kondisi seperti mengerjakan tugas pada menit-menit terakhir dan tidak akan

bekerja sebelum keadaan darurat. Individu yang menunda-nunda dalam setiap

mengerjakan tugas yang dihadapi merupakan bagian dari aspek prokrastinasi

akademik.

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Prokrastinasi Akademik 1 ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/3385/3/BAB II.pdf · akibat lain yang lebih jauh,Melibatkan suatu tugas yang ... tidak mengerjakan

29

Haynes (2010) mengatakan perencanaan sebagai suatu proses yang

kompleks, maka dengan perencanaan individu menjadi tidak terbebani oleh tugas

yang telah diberikan akibat terlalu sedikit waktu. McCown (dalam Ferarri dkk,

1995) menambahkan bahwa penundaan terjadi karena individu butuhkan waktu

lebih lama dari pada yang dibutuhkan pada umumnya dalam mengerjakan suatu

tugas. Perencanaan seseorang sebagai proses yang kompleks terdapat pada aspek

mekanisme dari manajemen waktu (machanics of time manajemen). Timple

(2002) mengungkapkan bahwa individu yang memiliki perencanaan yang baik

akan cenderung memperkirakan tugas secara akurat, sehingga berhasil

menyelesaikan tugas sesuai dengan jadwal yang sudah ditentukan,sedangkan

individu yang tidak memiliki perencanaan yang baik akan terlambat dalam

menyelesaikan tugas, waktu terbuang serta tidak dapat bertanggung jawab yang

disebabkan oleh penundaaan. Keterlambatan individu dalam menyelesaikan tugas

merupakan bagian dari aspek prokrastinasi akademik menurut Ferrari,dkk. (dalam

Guhfron dan Risnawita, 2012).

Pereferensi untuk mengatur (preference for organization) menjadi

salah satu aspek yang menunjukan manajemen yang baik menurur Macan dkk

(1990). Menurut Srijanti (2007) kebiasaan mengatur atau mengelola merupakan

upaya memanfaatkan waktu sebaik-baiknya. Individu yang tidak dapat

menentukan perencanaan dan prioritas utama akan menyebabkan waktu terbuang

sia-sia. Hal tersebut akan menjadikan tujuan-tujuan hilang dan prioritas utama

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Prokrastinasi Akademik 1 ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/3385/3/BAB II.pdf · akibat lain yang lebih jauh,Melibatkan suatu tugas yang ... tidak mengerjakan

30

akan tercampur antara satu dengan yang lain, sehingga individu tidak dapat

menyelesaikan tugas-tugas tepat pada waktunya dan menundanya hingga hari

esok atau memerlukan waktu tambahan (lembur) untuk menyelesaikan suatu

tugas dengan hasil yang kurang maksimal.

Timpe (2002 )menjelaskan bahwa menetapkan batasan waktu

mengurangi penundaan yang akan mendorong dalam penyelesaian suatu tugas,

tanpa batasan waktu penyelesaian tugas dapat menyita waktu duakali lebih

banyak. Menurut Davidson (2008) individu yang selalu menanamkan deadline

dalam mengerjakan tugas berkemungkinan menyebabkan keterlambatan dalam

menyerahkan hasil tugas. (Ghufron dan Risnawita, 2012) mengatakan individu

yang sulit melakukan tugas dengan batasan waktu serta ketrlambatan dalam

memenuhi deadline, individu tersebut mungkin telah merencanakan mulai

mengerjakan tugas. Akan tetapi, ketika saatnya individu tidak melakukan sesuai

dengan yang telah ditentukan menyebabkan keterlambatan atau kegagalan untuk

menyelesaikan tugas. kesenjangan waktu antara rencana dan kinerja aktual

merupakan aspek dari prokrastinasi akademik menurut Ferrari,dkk. (dalam

Guhfron dan Risnawita, 2012).

Aspek yang terakhir dari manajemen waktu adalah persepsi seseorang

untuk mengontrol waktu (perceived control of time). Macan (1994) menjelaskan

bahwa perilaku manajemen waktu akan memberikan persepsi mengenai kendali

atas waktu yang akan berdampak pada hasil yang dicapai. Taylor (1990)

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Prokrastinasi Akademik 1 ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/3385/3/BAB II.pdf · akibat lain yang lebih jauh,Melibatkan suatu tugas yang ... tidak mengerjakan

31

mengatakan individu memiliki kecenderungan untuk menunda-nunda pekerjaan

yang tidak menyenangkan. Individu seharusnya jangan mengatakan “Tugas ini

tidak menyenangkan” yang akan menjadikan individu menjadi menunda sebuah

tugas. Tetapi, karena tugas ini tidak menyenangkan, jadi harus saya lakukan

sekarang agar dapat terlepas dari beban sehingga akan menjadikan individu tidak

tertekan dan terhindar dari kerumitan. Srijanti dkk (2012) menyatakan bahwa

apabila individu berfokus pada hal-hal yang mendesak akan menjadikan individu

menunda hal-hal penting seperti mengerjakan tugas sebelum batas akhir

pengumpulan dan lebih memilih melakukan aktivitas yang tidak penting seperti

menonton film, ngobrol dan jalan-jalan secara berlebihan dan menjadikan waktu

menjadi terbuang. Individu yang lebih memilih aktivitas yang menyenangkan

sehingga menyita waktu yang dimiliki merupakan aspek dari prokrastinasi

akademik menurut Ferrari,dkk. (dalam Guhfron dan Risnawita, 2012).

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan Kardinata dan Tjundjing

(2008) menyatakan ada hubungan yang signifikan antara manajemen waktu dan

prokrastinasi akademik. Serta didukung oleh Park,dkk (2012) menyatakan adanya

hubungan signifikan antara manajemen waktu dengan prokrastinasi akademik.

Prokrastinasi akademik yang tinggi menjadikan individu kurang dalam

manajemen waktu sedangkan individu yang memiliki manajemen waktu yang

baik maka prokrastinasi rendah.

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Prokrastinasi Akademik 1 ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/3385/3/BAB II.pdf · akibat lain yang lebih jauh,Melibatkan suatu tugas yang ... tidak mengerjakan

32

Manajemen waktu pada mahasiswa yang bekerja secara signifikan

meramalkan prokrastinasi akademik di universitas. Karena menurut peneliti

manajemen waktu adalah serangkaian pilihan keterampilan yang memungkinkan

membedakan antara yang perlu dilakukan dan yang akan dilakukan agar dapat

hasil yang efektif. Dari paparan di atas dapat disimpulkan bahwa mahasiswa yang

bekerja memiliki manajemen waktu yang tinggi, maka mahasiswa yang bekerja

juga akan dapat menyelesaikan tugas dengan efektik sehingga tidak melakukan

prokrastinasi akademik pada tugas kuliahnya. Sebaliknya mahasiswa yang bekerja

yang memiliki tingkat manajemen waktu yang rendah maka mahasiswa yang

bekerja tersebut juga akan mengalami prokrastinasi akademik dengan tugas

kuliahnya.

D. Hipotesis

Hipotesis dalam penelitian ini adalah ada hubungan negatif antara

manajemen waktu dengan prokrastinasi akademik pada mahasiswa yang

bekerja. Apabila manajemen waktu tinggi dengan pengaturan diri efektif dan

efisien maka prokrastinasi akademik pada mahasiswa yang bekerja rendah dan

sebaliknya jika manajemen waktu rendah maka prokrastinasi akademik tinggi.