bab ii tinjauan pustaka a. perilaku agresi 1. pengertian...

26
12 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perilaku Agresi 1. Pengertian Perilaku Agresi Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, agresi adalah perbuatan bermusuhan yang bersifat menyerang secara fisik maupun psikis kepada pihak lain, agresi merupakan tindakan kasar akibat kekecewaan dalam mencapai pemuasan atau tujuan yang dapat ditujukan kepada orang lain atau benda. Buss dan Perry (1992) menyatakan perilaku agresi sebagai perilaku yang niatnya untuk menyakiti orang lain baik secara fisik maupun secara psikologis. Perilaku agresi sepertinya telah menjadi sesuatu hal yang sangat biasa terjadi pada kehidupan sosial individu saat ini. Perilaku agresi adalah setiap bentuk perilaku yang dimaksudkan untuk menyakiti atau merugikan seseorang yang bertentangan dengan kemauan orang itu (Breakwell, 1998). Perilaku agresi dapat dimunculkan secara fisik maupun verbal. Perilaku agresi fisik yaitu perilaku agresi yang dilakukan dengan cara melakukan kekerasan secara fisik, seperti menampar, memukul, melempar dengan benda terhadap orang lain di sekitarnya. Perilaku agresi verbal yaitu perilaku agresi yang dilakukan dengan cara mengeluarkan kata-kata untuk menyerang orang lain, dapat berupa ejekan, hinaan, maupun caci maki. Selanjutnya menurut Kartono (2003) agresi merupakan suatu ledakan emosi dan kemarahan-kemarahan hebat, perbuatan-perbuatan yang

Upload: ngotuong

Post on 13-Mar-2019

233 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perilaku Agresi 1. Pengertian ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/1308/2/BAB II TINJAUAN PUSTAKA.pdf · adalah suatu bentuk agresi yang tergolong covert (tidak

12

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Perilaku Agresi

1. Pengertian Perilaku Agresi

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, agresi adalah perbuatan

bermusuhan yang bersifat menyerang secara fisik maupun psikis kepada pihak

lain, agresi merupakan tindakan kasar akibat kekecewaan dalam mencapai

pemuasan atau tujuan yang dapat ditujukan kepada orang lain atau benda.

Buss dan Perry (1992) menyatakan perilaku agresi sebagai perilaku yang

niatnya untuk menyakiti orang lain baik secara fisik maupun secara psikologis.

Perilaku agresi sepertinya telah menjadi sesuatu hal yang sangat biasa terjadi

pada kehidupan sosial individu saat ini. Perilaku agresi adalah setiap bentuk

perilaku yang dimaksudkan untuk menyakiti atau merugikan seseorang yang

bertentangan dengan kemauan orang itu (Breakwell, 1998). Perilaku agresi

dapat dimunculkan secara fisik maupun verbal. Perilaku agresi fisik yaitu

perilaku agresi yang dilakukan dengan cara melakukan kekerasan secara fisik,

seperti menampar, memukul, melempar dengan benda terhadap orang lain di

sekitarnya. Perilaku agresi verbal yaitu perilaku agresi yang dilakukan dengan

cara mengeluarkan kata-kata untuk menyerang orang lain, dapat berupa ejekan,

hinaan, maupun caci maki.

Selanjutnya menurut Kartono (2003) agresi merupakan suatu ledakan

emosi dan kemarahan-kemarahan hebat, perbuatan-perbuatan yang

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perilaku Agresi 1. Pengertian ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/1308/2/BAB II TINJAUAN PUSTAKA.pdf · adalah suatu bentuk agresi yang tergolong covert (tidak

13

menimbulkan permusuhan yang ditujukan kepada seseorang atau suatu benda.

Atkinson (2000) menjelaskan agresi adalah perilaku yang secara sengaja

bermaksud melukai orang lain (secara fisik atau verbal) atau menghancurkan

harta benda.Agresi sendiri menurut Berkowitz (2003) selalu mengacu pada

beberapa jenis perilaku, baik secara fisik maupun simbolis yang dilakukan

dengan tujuan menyakiti.

Murray (dalam Chaplin, 2004) mengatakan bahwa perilaku agresi adalah

kebutuhan untuk menyerang, memperkosa atau melukai orang lain untuk

meremehkan, merugikan, mengganggu, membahayakan, merusak, menjahati,

mengejek, mencemoohkan atau menuduh secara sehat, menghukum berat atau

melakukan tindakan sadis lainnya. Dayakisni dan Hudaniah (2006)

mengartikan agresi sebagai suatu serangan yang dilakukan oleh suatu

organisme terhadap organisme lain, objek lain dan bahkan dirinya sendiri.

Chaplin (2004) mengatakan bahwa perilaku agresi adalah satu serangan atau

serbuan tindakan permusuhan yang ditujukan pada seseorang atau benda.

Myers (2002) menjelaskan bahwa agresi merupakan perilaku fisik maupun

verbal yang disengaja dan memiliki maksud untuk menyakiti, menghancurkan

atau merugikan orang lain untuk melukai objek yang menjadi sasaran agresi.

Menurut Baron dan Richardson (dalam Krahe, 2005) mendefinisikan agresi

sebagai suatu perilaku yang diwujudkan dalam berbagai bentuk yang

dimaksudkan untuk menyakiti atau melukai makhluk hidup lain yang terdorong

untuk menghindari perlakuan tersebut. Agresi merupakan tindakan melukai

yang disengaja oleh seseorang atau institusi terhadap orang atau institusi yang

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perilaku Agresi 1. Pengertian ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/1308/2/BAB II TINJAUAN PUSTAKA.pdf · adalah suatu bentuk agresi yang tergolong covert (tidak

14

sejatinya disengaja (Sarwono, 2009). Agresi merupakan setiap tindakan yang

dimaksudkan untuk menyakiti atau melukai orang lain (Taylor, Peplau, &

Sears, 2009).

Agresi lebih difokuskan pada pengertian dari perilaku agresi itu sendiri

yang menurut pendapat para ahli seperti Baron (2005) yang mendefinisikan

perilaku agresi merupakan tingkah laku yang diarahkan untuk tujuan menyakiti

makhluk hidup lain yang ingin menghindari perlakuan semacam menyakiti.

Agresi dapat diartikan sebagai suatu serangan yang dilakukan oleh organisme

terhadap organisme lain, obyek lain atau bahkan pada dirinya sendiri

(Dayakisni dan Hudaniah, 2009). Lebih lanjut Mahmudah (2010) menyatakan

bahwa perilaku agresi merupakan tindakan yang dimaksudkan untuk melukai

orang lain.

Berdasarkan teori yang telah dikemukakan di atas maka dapat disimpulkan

bahwa perilaku agresi adalah perbuatan bermusuhan yang bersifat menyerang

secara fisik maupun psikis kepada pihak lain, agresi merupakan tindakan kasar

akibat kekecewaan dalam mencapai pemuasan atau tujuan yang dapat

ditujukan kepada orang lain atau benda.

2. Aspek-aspek Perilaku Agresi

Menurut Buss dan Perry (1992), terdapat empat aspek perilaku agresi yang

didasari dari tiga dimensi dasar yaitu motorik, afektif, dan kognitif. Empat

aspek perilaku agresi menurut Buss dan Perry yaitu sebagai berikut:

a. Physical aggression

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perilaku Agresi 1. Pengertian ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/1308/2/BAB II TINJAUAN PUSTAKA.pdf · adalah suatu bentuk agresi yang tergolong covert (tidak

15

Physical aggression yaitu tindakan agresi yang bertujuan untuk menyakiti,

mengganggu, atau membahayakan orang lain melalui respon motorik dalam

bentuk fisik, seperti memukul, menendang, dan lain-lain.

b. Verbal aggression

Verbal aggression yaitu tindakan agresi yang bertujuan untuk menyakiti,

mengganggu atau membahayakan orang lain dalam bentuk penolakan dan

ancaman melalui respon vokal dalam bentuk verbal.

c. Anger

Anger merupakan emosi negatif yang disebabkan oleh harapan yang tidak

terpenuhi dan bentuk ekspresinya dapat menyakiti orang lain serta dirinya

sendiri. Beberapa bentuk anger adalah perasaan marah, kesal, sebal, dan

bagaimana mengontrol hal tersebut. Termasuk di dalamnya adalah

irritability, yaitu mengenai temperamental, kecenderungan untuk cepat

marah, dan kesulitan mengendalikan amarah.

d. Hostility

Hostility yaitu tindakan yang mengekspresikan kebencian, permusuhan,

antagonisme, ataupun kemarahan yang sangat kepada pihak lain. Hostility

adalah suatu bentuk agresi yang tergolong covert (tidak kelihatan). Hostility

mewakili komponen kognitif yang terdiri dari kebencian seperti cemburu

dan iri terhadap orang lain dan kecurigaan seperti adanya ketidak percayaan

serta kekhawatiran.

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perilaku Agresi 1. Pengertian ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/1308/2/BAB II TINJAUAN PUSTAKA.pdf · adalah suatu bentuk agresi yang tergolong covert (tidak

16

Menurut Sadli (dalam Adji, 2002) aspek-aspek perilaku agresif yaitu

sebagai berikut:

a. Pertahanan diri

Pertahanan diri yaitu individu mempertahankan dirinya dengan cara

menunjukkan permusuhan, pemberontakan, dan pengrusakan.

b. Perlawanan disiplin

Perlawanan disiplin yaitu individu melakukan hal-hal yang menyenangkan

tetapi melanggar aturan.

c. Egosentris

Egosentris yaitu individu mengutamakan kepentingan pribadi seperti yang

ditunjukkan dengan kekuasaan dan kepemilikan. Individu ingin menguasai

suatu daerah atau memiliki suatu benda sehingga menyerang orang lain

untuk mencapai tujuannya tersebut, misalnya bergabung dalam kelompok

tertentu.

d. Superioritas

Superioritas yaitu individu merasa lebih baik daripada yang lainnya

sehingga individu tidak mau diremehkan, dianggap rendah oleh orang dan

merasa dirinya selalu benar sehingga akan melakukan apa saja walaupun

dengan menyerang atau menyakiti orang lain.

e. Prasangka

Prasangka yaitu memandang orang lain dengan tidak rasional.

f. Otoriter

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perilaku Agresi 1. Pengertian ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/1308/2/BAB II TINJAUAN PUSTAKA.pdf · adalah suatu bentuk agresi yang tergolong covert (tidak

17

Otoriter yaitu seseorang yang cenderung kaku dalam memegang keyakinan,

cenderung memegang nilai-nilai konvensional, tidak bisa toleran terhadap

kelemahan-kelemahan yang ada pada dirinya sendiri atau orang lain dan

selalu curiga.

Menurut Schneiders (dalam Aman, 2004) aspek-aspek perilaku agresif yaitu

sebagai berikut:

a. Otoriter

Otoriter yaitu orang memiliki ciri kepribadian kaku dalam memegang nilai-

nilai konvensional dan tidak bisa toleransi terhadap kelemahan-kelemahan

yang ada dalam diri sendiri maupun orang lain.

b. Superior

Superior yaitu individu merasa yang paling baik dibanding dengan individu

lain.

c. Egosentris

Egosentris yaitu individu mengutamakan keperluan pribadi tanpa

memperhatikan kepentingan diri sendiri seperti yang ditunjukan dengan

kekuasaan dan kepemilikan.

d. Keinginan untuk menyerang baik terhadap benda maupun manusia

Hal ini yang dimaksudkan yaitu mempunyai kecenderungan untuk

melampiaskan keinginannnya dan perasaannya yang tidak nyaman ataupun

tidak puas pada lingkungan di sekitarnya dengan melakukan penyerangan

terhadap individu ataupun benda lain di sekitarnya.

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perilaku Agresi 1. Pengertian ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/1308/2/BAB II TINJAUAN PUSTAKA.pdf · adalah suatu bentuk agresi yang tergolong covert (tidak

18

Berdasarkan aspek-aspek perilaku agresi yang telah dikemukakan oleh

beberapa ahli, maka dapat disimpulkan bahwa aspek-aspek dari perilaku agresi

menurut Buss dan Perry (1992) yaitu physical aggression, verbal aggression,

anger dan Hostility. Selanjutnya aspek-aspek dari perilaku agresi menurut

Sadli (dalam Adji, 2002) yaitu pertahanan diri, perlawanan disiplin, egosentris,

superioritas, prasangka dan otoriter, serta aspek-aspek perilaku agresi menurut

Schneiders (dalam Aman, 2004) yaitu otoriter, superior, egosentris dan

keinginan untuk menyerang baik terhadap benda maupun manusia.

Dari aspek-aspek perilaku agresi yang telah dipaparkan diatas, maka peneliti

akan mengacu pada aspek-aspek perilaku agresi menurut Buss dan Perry

(1992), hal ini dikarenakan definisi di setiap ciri-cirinya lebih operasional

sehingga lebih mudah dipahami dan lebih jelas untuk dijabarkan atau diamati

dalam mengungkapkan adanya indikator-indikator perilaku agresi pada remaja

dibandingkan dengan teori dari Sadli (dalam Adji, 2002) dan Schneiders

(dalam Aman, 2004).

3. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi Perilaku Agresi

Menurut Sears, Freedman, dan Peplau (2009), menyatakan perilaku agresi

disebabkan oleh dua faktor utama, yaitu sebagai berikut:

a. Serangan

Serangan merupakan salah satu faktor yang paling sering menjadi penyebab

perilaku agresi dan muncul dalam bentuk serangan verbal atau serangan

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perilaku Agresi 1. Pengertian ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/1308/2/BAB II TINJAUAN PUSTAKA.pdf · adalah suatu bentuk agresi yang tergolong covert (tidak

19

fisik. Serangan adalah gangguan yang dilakukan oleh orang lain. Pada

umumnya orang akan memunculkan perilaku agresi terhadap sumber

serangan. Berbagai rangsang yang tidak disukai juga akan menimbukan

agresi.

b. Frustrasi

Frustrasi adalah gangguan atau kegagalan dalam mencapai tujuan, frustrasi

(keadaan tidak tercapainya tujuan perilaku) menciptakan suatu menciptakan

suatu motif untuk agresi. Frustrasi terjadi bila seseorang terhalang oleh suatu

hal dalam mencapai suatu tujuan, kebutuhan, keinginan, penghargaan atau

tindakan tertentu. Menurut Dollard, dkk (dalam Baron dan Byrne, 2005)

mengemukakan hipotesis bahwa frustrasi menyebabkan agresi, hipotesis

tersebut kemudian dijadikan postulat “agresi selalu frustrasi”.

Menurut Berkowitz (2003), terdapat sembilan faktor penyebab atau

stimulus munculnya perilaku agresi, adalah sebagai berikut:

a. Frustasi

Frustrasi bisa mempengaruhi kemungkinan untuk melakukan serangan

terbuka, mereka bisa menjadi agresi meskipun hanya menemui rintangan

yang sifatnya legal atau tak sengaja. Dorongan agresi mungkin tidak selalu

tampak mata, akan tetapi bisa juga rintangan yang tidak bertentangan

dengan kaidah sosial menyebabkan kecenderungan agresi.

b. Perasaan negatif (inferiority feeling)

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perilaku Agresi 1. Pengertian ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/1308/2/BAB II TINJAUAN PUSTAKA.pdf · adalah suatu bentuk agresi yang tergolong covert (tidak

20

Perasaan negatif merupakan akar dari agresi emosional. Salah satu bentuk

dari perasaan negatif adalah inferiority feeling. Inferiority feeling adalah

suatu bentuk perasaan negatif terhadap dirinya sendiri (Jalaludin, 1977).

Berkowitz (1995) yang mengatakan bahwa individu mengamuk baik secara

verbal maupun secara fisik karena merasa terhina atau merasa harga dirinya

tersinggung.

c. Pikiran atau kognitif

Penilaian mungkin tidak begitu penting, tetapi jelas bisa mempunyai

pengaruh besar. Interpretasi untuk bisa menentukan apakah kejadian

emosional menyenangkan atau tidak menyenangkan, seberapa kuat

perasaan yang ditimbulkan dan apakah faktor penahan memainkan peranan.

Dengan demikian, pikiran dapat mempengaruhi agresi seseorang dengan

menentukan kejadian emosionalnya terlebih dahulu. Berkowitz (1995)

menyatakan bahwa seseorang menjadi marah hanya ketika mereka

berkeyakinan bahwa ada yang berbuat salah pada diri mereka atau sengaja

mengancam diri mereka, dan kemudian mereka ingin menyakiti orang itu

karena kemarahan yang dimiliki.

d. Pengalaman masa kecil

Pengalaman pada waktu masih kecil memiliki kemungkinan untuk

menjadikan anak bertindak agresi emosional, sehingga waktu dewasa

menjadi agresif dan anti sosial.

e. Pengaruh teman

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perilaku Agresi 1. Pengertian ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/1308/2/BAB II TINJAUAN PUSTAKA.pdf · adalah suatu bentuk agresi yang tergolong covert (tidak

21

Teman merupakan salah satu agen sosialisasi yang dijumpai anak-anak

dalam kehidupan dari waktu kecil hingga dewasa. Teman ini mengajari cara

bertindak dalam situasi tertentu, dengan berperan sebagai model dan dengan

memberi suatu penerimaan atau dukungan apabila mereka bertindak dengan

cara yang dianggap pas.

f. Pengaruh kelompok (geng)

Dalam kelompok atau geng, anak-anak merasa dapat penerimaan dan status,

mereka merasa penting dalam geng, sementara di tempat lain tidak berharga.

Mereka juga mendapatkan dukungan bahwa pandangan dan sikap mereka

bersama itu benar, bahkan bahaya yang mereka takuti dapat diatasi.

Dukungan ini memainkan peran penting pada perilaku agresi anak. Seorang

anak yang mengalami penyimpangan sosial mungkin tidak berani

melanggar hukum, tetapi jika bersama teman-teman anggota geng, ia merasa

berani dan aman.

g. Kondisi tidak menyenangkan yang diciptakan orangtua

Kondisi tidak menyenangkan ini dapat berupa memberikan sikap dingin,

acuh, tidak konsisten terhadap apa yang diinginkan dari si anak, serta

memberikan hukuman yang kejam jika si anak tidak mematuhi perintah.

Dari kondisi tidak menyenangkan tersebut, dapat dipastikan bahwa anak

akan menjadi relatif agresif apabila berada di luar lingkungan keluarga.

h. Konflik keluarga

Banyak yang beranggapan bahwa banyak anak nakal merupakan korban

penyimpangan sosial dari kondisi keluarga abnormal. Hal tersebut

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perilaku Agresi 1. Pengertian ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/1308/2/BAB II TINJAUAN PUSTAKA.pdf · adalah suatu bentuk agresi yang tergolong covert (tidak

22

dikarenakan mereka tidak hanya tumbuh dalam kemiskinan tetapi juga

hanya mempunyai satu orang tua dan bukan dua sehingga mereka belajar

untuk tidak menerima norma dan nilai-nilai tradisional masyarakat.

i. Pengaruh model

Pengaruh model terhadap anak juga bisa mempengaruhi kecenderungan

agresi anak, tidak peduli apakah orang lain itu ingin ditiru atau tidak. Dalam

psikologi, fenomena ini disebut dengan modelling dan mendefinisikannya

sebagai pengaruh yang timbul ketika orang lain melihat orang lain (model)

bertindak dengan cara tertentu dan kemudian meniru perilaku model.

Berdasarkan faktor-faktor yang telah dikemukakan oleh Sears, Freedman,

dan Peplau (2009) dan Berkowitz (2003), maka variabel yang akan digunakan

sebagai variabel independen adalah inferiority feeling hal ini dikarenakan

perilaku agresi dipengaruhi oleh beberapa faktor dan salah satunya adalah

inferiority feeling, hal ini sesuai dengan hasil penelitian Smith, dkk (1995) yang

mendukung teori perilaku agresi Adler. Perilaku agresi ini terjadi pada

seseorang yang memiliki inferiority feeling karena tindak agresi ini

dimaksudkan sebagai salah satu upaya untuk mencapai tujuan hidup mereka

yaitu menuju superioritas. Hal ini juga dikemukakan oleh Adler (dalam Hall

Hall & Lindzey, 1993) yang menyatakan bahwa orang yang mengalami

perasaan negatif (inferiority feeling) akan mengkompensasikan perasaannya.

Orang tersebut akan berusaha menutupi kelemahannya dengan berbagai cara

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perilaku Agresi 1. Pengertian ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/1308/2/BAB II TINJAUAN PUSTAKA.pdf · adalah suatu bentuk agresi yang tergolong covert (tidak

23

termasuk dengan cara yang negatif atau buruk seperti dengan melakukan

perilaku agresi baik verbal maupun non-verbal.

B. Inferiority Feeling

1. Pengertian Inferiority Feeling

Menurut Adler (dalam Hall & Lindzey, 1993) inferiority feeling adalah

perasaan-perasaan yang muncul sebagai akibat dari hambatan psikis dan sosial

yang dirasakan secara subjektif dan perasaan-perasaan yang muncul dari

kelemahan diri. Inferiority feeling merupakan suatu perasaan bahwa diri

individu kurang atau rendah diri yang ada pada setiap diri individu karena pada

dasarnya manusia diciptakan atau dilahirkan dengan keadaan lemah tak

berdaya.

Menurut Suadirman (1986), inferioritas adalah keadaan seseorang yang

merasakan dirinya dalam keadaan serba kurang, serba ketinggalan dan serba

dibawah jika membandingkan dirinya dengan orang lain. Suryabrata (1990),

inferiority feeling adalah adanya rasa diri yang kurang berharga atau kurang

mampu dalam berbagai bidang kehidupan. Seseorang yang cacat seringkali

berusaha mengkompensasikan kelemahan tersebut dengan cara

memperkuatnya melalui latihan intensif. Perasaan-perasaan tersebut

bersumber pada rasa tidak lengkap atau tidak sempurna dalam setiap bidang

kehidupan.

Inferiority feeling adalah kondisi umum yang dimiliki oleh setiap orang

bukan sebagai tanda dari kelemahan ataupun suatu tanda abnormal (dalam

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perilaku Agresi 1. Pengertian ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/1308/2/BAB II TINJAUAN PUSTAKA.pdf · adalah suatu bentuk agresi yang tergolong covert (tidak

24

Schultz, 1986). Jadi, inferiority feeling bukanlah tanda ketidakmampuan

seseorang namun ini hanya suatu bentuk perasaan kekurangmampuan pada

dirinya, dilanjutkan lagi oleh Adler (dalam Schultz, 1986) bahwa inferiority

feeling adalah sumber dari semua kekuatan manusia. Adler (dalam Suryabrata,

2007) menyatakan bahwa inferiority feeling adalah rasa rendah diri yang

timbul karena perasaan kurang berharga atau kurang mampu dalam

penghidupan apa saja.

Inferiority feeling adalah bentuk perasaan negatif terhadap dirinya sendiri

(Jalaludin, 1977). Konsep populer dari Adler dan menjadi dasar dalam

psikologi individu, Inferiority feeling ada pada diri setiap individu tanpa

terkecuali karena setiap manusia terlahir dengan inferiority feeling (merasa

kurang mampu dan kurang kompeten) jika dibandingkan dengan orang dewasa

Adler (Boeree, 2010) yang menyatakan bahwa setiap orang menderita

inferioritas dalam bentuk yang berbeda-beda. Inferiority feeling ditandai

dengan adanya perasaan tidak kompeten atau ketidakmampuan diri. Faktor-

faktor yang menyebabkan Inferiority feeling menurut Paponoe (Lin, 1997)

ialah: sikap orangtua (parental attitude), kekurangan fisik (physical defects),

keterbatasan mental (mental limitations), dan kekurangan secara sosial (social

disadvantage).

Kartono (2010) mengatakan bahwa inferiority feeling muncul sejak usia

kanak-kanak yang umumnya perasaan ini tidak bisa diterima individu yang

bersangkutan karena dirasakan sangat menghimpit dirinya dan menyiksa

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perilaku Agresi 1. Pengertian ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/1308/2/BAB II TINJAUAN PUSTAKA.pdf · adalah suatu bentuk agresi yang tergolong covert (tidak

25

batinnya, sehingga muncul dorongan-dorongan untuk menyelesaikan atau

mengkompensasikan perasaan tersebut.

Berdasarkan teori yang telah dikemukakan di atas maka dapat disimpulkan

bahwa inferiority feeling adalah perasaan-perasaan yang muncul sebagai akibat

dari hambatan psikis dan sosial yang dirasakan secara subjektif dan perasaan-

perasaan yang muncul dari kelemahan diri.

2. Aspek-aspek Inferiority Feeling

Lauster (1978) menyebutkan karakteristik remaja yang memiliki inferiority

feeling adalah sebagai berikut:

a. Individu merasa bahwa tindakan yang dilakukan tidak adekuat. Individu

tersebut cenderung merasa tidak aman dan tidak bebas bertindak, cenderung

ragu-ragu dan membuang waktu dalam pengambilan keputusan, memiliki

perasaan rendah diri dan pengecut, kurang bertanggung jawab dan

cenderung menyalahkan pihak lain sebagai penyebab masalahnya, serta

pesimis dalam menghadapi rintangan.

b. Individu merasa tidak diterima oleh kelompoknya atau orang lain. Individu

ini cenderung menghindari situasi komunikasi karena merasa takut

disalahkan atau direndahkan, merasa malu jika tampil di hadapan orang.

c. Individu tidak percaya terhadap dirinya dan mudah gugup. Individu ini

merasa cemas dalam mengemukakan gagasannya dan selalu

membandingkan keadaan dirinya dengan orang lain.

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perilaku Agresi 1. Pengertian ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/1308/2/BAB II TINJAUAN PUSTAKA.pdf · adalah suatu bentuk agresi yang tergolong covert (tidak

26

Fleming dan Courtney (dalam Robinson, Shaver, dan Wrightman, 1991)

menjabarkan inferiority feeling yang mengindikasikan perasaan tidak mampu

dalam lima aspek sebagai berikut:

a. Social confidence

Social confidence merupakan perasaan kurang pasti, merasa kurang bisa

diandalkan, dan kurangnya rasa percaya pada kemampuan seseorang dalam

situasi yang melibatkan orang lain. Faktor social confidence lebih

mendekati pada umur dan pengalaman.

b. School Abilities

School Abilities merupakan perasaan tidak mampu atau tidak berdaya

terhadap kualitas, kekuatan, daya kompetensi, kecakapan, keahlian,

keterampilan, kesanggupan dalam melakukan tugas akademik.

c. Self Regard

Self Regard yaitu penghormatan terhadap dirinya sendiri yang rendah atau

kurangnya perhatian dan pertimbangan terhadap kepentingan dan minatnya

sendiri atau dengan pengertian lain self regard adalah persepsi individu

terhadap dirinya.

d. Physical appearance

Individu dengan inferiority feeling sangat memperhatikan penampilannya,

ia akan berusaha memperhatikan penampilan tubuhnya, ini merupakan salah

satu bentuk untuk mengkompensasikan inferiority feeling miliknya.

e. Physical abilities

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perilaku Agresi 1. Pengertian ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/1308/2/BAB II TINJAUAN PUSTAKA.pdf · adalah suatu bentuk agresi yang tergolong covert (tidak

27

Perasaan diri lebih lemah dalam hal kemampuan tubuh yang dimiliki serta

potensi individu untuk melakukan performasi yang berkaitan dengan

fisiknya dibandingkan teman atau kelompok sebayanya.

Berdasarkan aspek-aspek inferiority feeling yang telah dikemukakan oleh

beberapa ahli, maka dapat disimpulkan bahwa aspek-aspek dari inferiority

feeling menurut Lauster (1978) yaitu individu merasa bahwa tindakan yang

dilakukan tidak adekuat, individu merasa tidak terima oleh kelompoknya atau

orang lain dan individu tidak percaya terhadap dirinya dan mudah gugup.

Selanjutnya aspek-aspek inferiority feeling menurut Fleming dan Courtney

(dalam Robinson, Shaver dan Wrightman, 1991) yaitu social confidence,

school abilities, self regard, physical appearance dan physical abilities.

Dari aspek-aspek inferiority feeling yang telah dipaparkan diatas, maka

peneliti akan mengacu pada aspek-aspek inferiority feeling menurut Fleming

dan Courtney (dalam Robinson, Shaver dan Wrightman, 1991), hal ini

dikarenakan definisi di setiap ciri-cirinya lebih operasional dan aspek-aspek

tersebut menjelaskan unsur-unsur psikologis yang terkandung dalam

inferiority feeling sehingga lebih mudah dipahami dan lebih jelas untuk

dijabarkan atau diamati dalam mengungkapkan adanya indikator-indikator

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perilaku Agresi 1. Pengertian ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/1308/2/BAB II TINJAUAN PUSTAKA.pdf · adalah suatu bentuk agresi yang tergolong covert (tidak

28

C. Hubungan antara Inferiority Feeling dengan Perilaku Agresi pada

Remaja

Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi perilaku agresi adalah

perasaan negatif pada diri individu. Perilaku agresi akan muncul ketika

seseorang mempunyai pikiran yang negatif mengenai orang lain. Perasaan

negatif tersebut disebut sebagai Inferiority Feeling. Inferiority feeling adalah

rasa rendah diri yang timbul karena perasaan kurang berharga atau kurang

mampu dalam penghidupan apa saja Adler (dalam Schultz, 1986). Menurut

Adler (dalam Boeree, 2010) menyatakan bahwa setiap orang menderita

inferioritas dalam bentuk yang berbeda-beda. Inferiority feeling ditandai dengan

adanya perasaan tidak kompeten atau kekurang mampuan diri.

Kartono (2010) mengatakan bahwa inferiority feeling muncul sejak kanak-

kanak yang umumnya perasaan ini tidak bisa diterima individu yang

bersangkutan karena dirasakan sangat menghimpit dirinya, menyiksa batin dan

juga menyiksa batinnya sehingga memunculkan dorongan-dorongan untuk

menyelesaikan atau mengkompensasikannya perasaan tersebut. Inferiority

feeling merupakan salah satu komponen perasaan negatif yang sering terjadi

pada setiap diri remaja, dikarenakan dalam kehidupan sehari-hari remaja akan

membandingkan dirinya dengan orang lain sehingga hal tersebut akan

menimbulkan pikiran yang negatif, serta remaja akan mengkompensasikan

perasaannya tersebut menjadi perilaku agresi. Pada dasarnya seorang remaja

memiliki tugas-tugas perkembangan antara lain untuk mencapai kemandirian

emosional dan mampu meningkatkan kemampuan mengendalikan dirinya.

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perilaku Agresi 1. Pengertian ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/1308/2/BAB II TINJAUAN PUSTAKA.pdf · adalah suatu bentuk agresi yang tergolong covert (tidak

29

Inferiority feeling yang dimiliki remaja akan dikompensasikan melalui

bentuk withdrawal atau menarik diri dan perilaku agresi seperti yang telah

dikemukakan oleh Lin (1997), bahwa pengkompensasian inferiority feeling

dalam diri seseorang yaitu dalam bentuk-bentuk dengan strategi menarik diri dan

strategi perilaku agresi, pendapat yang serupa juga dikemukakan oleh Alwisol

(2008) yang menyatakan bahwa pengkompensasian inferiority feeling dapat

digolongkan dalam tiga cara yaitu dengan penyesalan, perilaku agresi dan

menarik diri. Menurut Alwisol (2008) penggunaan perilaku agresi untuk

pengkompensasian pada inferiority feeling ditujukan untuk melindungi harga

dirinya yang rentan.

Apabila remaja mampu mengendalikan perasaan negatifnya inferiority

feeling maka dirinya akan terhindar dari perilaku agresi yang dapat merugikan

orang lain. Hal tersebut tentu tidak mudah bagi remaja, karena perasaan negatif

tersebut muncul karena adanya stimulus-stimulus yang dimunculkan dari

berbagai faktor. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa inferiority feeling

mempunyai pengaruh yang besar dalam menimbulkan perilaku agresi. Menurut

Fleming dan Courtney (dalam Robinson, Shaver, dan Wrightman, 1991)

menjabarkan inferiority feeling yang mengindikasikan perasaan tidak mampu

dalam lima aspek yaitu Social confidence, school abilities, self regard, physical

appearance dan physical abilities.

Aspek yang pertama dari inferiority feeling yaitu Social confidence. Social

confidence merupakan perasaan kurang pasti, merasa kurang bisa diandalkan,

dan kurangnya rasa percaya pada kemampuan seseorang dalam situasi yang

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perilaku Agresi 1. Pengertian ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/1308/2/BAB II TINJAUAN PUSTAKA.pdf · adalah suatu bentuk agresi yang tergolong covert (tidak

30

melibatkan orang lain. Idealnya pada remaja mempunyai pemikiran yang positif

terhadap dirinya dan percaya pada kemampuan diri sendiri, karena pada masa

remaja akan lebih sering untuk bersosialisasi pada lingkungan sekitar. Sebagai

contoh, seorang remaja yang mempunyai social confidence yang rendah maka

remaja tersebut akan memiliki rasa percaya diri yang tinggi terhadap

kemampuan-kemampuan diri yang dimilikinya, remaja tersebut juga merasa

bahwa dirinya adalah orang yang dapat diandalkan, dengan begitu remaja akan

mempunyai pemikiran yang positif dan akan berusaha untuk melakukan hal-hal

yang baik dan tidak menyakiti orang lain. Hal ini juga diperkuat dengan adanya

pernyataan yang menyatakan bahwa percaya diri merupakan modal dasar untuk

pengembangan dalam aktualisasi diri (eksplorasi segala kemampuan dalam diri),

dengan percaya diri seseorang akan mampu mengenal dan memahami diri

sendiri (Maslow dalam Iswidharmanjaya & Agung, 2004). Jadi, dapat dikatakan

bahwa seseorang yang memiliki rasa percaya diri akan optimis di dalam

melakukan semua aktivitasnya, dan mempunyai tujuan yang realistik, artinya

individu tersebut akan membuat tujuan hidup yang mampu untuk dilakukan,

sehingga apa yang direncanakan akan dilakukan dengan keyakinan akan berhasil

atau akan mencapai tujuan yang telah ditetapkannya.

Sedangkan seorang remaja yang memiliki social confidence yang tinggi

maka remaja akan merasa tidak percaya diri, merasa bahwa individu tersebut

tidak memiliki kemampuan dan juga tidak dapat diandalkan, sehingga hal

tersebut akan membuat remaja mengkompensasikan perasaannya untuk

mendapatkan perasaan yang baik dengan berbagai cara, salah satunya yaitu

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perilaku Agresi 1. Pengertian ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/1308/2/BAB II TINJAUAN PUSTAKA.pdf · adalah suatu bentuk agresi yang tergolong covert (tidak

31

dengan menyakiti orang lain untuk menuju diri yang superior. Terbentuknya rasa

tidak percaya diri berawal dari kelemahan individu pada berbagai aspek

kepribadiannya terutama yang berasal dari keluarga. Pemahaman negatif yang

akan muncul pada diri seseorang maupun lingkungan sehingga individu

meyakini bahwa dirinya tidak memiliki kelebihan. Akibatnya perilaku dalam

kehidupan pribadi dan sosialnya kurang baik. Hal ini juga dijelaskan oleh Hakim

(2005), bahwa proses terbentuknya rasa tidak percaya diri adalah sebagai

berikut:

a. Terbentuknya berbagai kekurangan atau kelemahan dalam berbagai aspek

kepribadian seseorang yang dimulai dari kehidupan keluarga dan meliputi

berbagai aspek seperti aspek mental, fisik, sosial atau ekonomi.

b. Pemahaman negatif seseorang terhadap dirinya sendiri yang cenderung

selalu memikirkan kekurangan tanpa pernah meyakini bahwa dirinya juga

memiliki kelebihan

c. Kehidupan sosial yang dijalani dengan sikap negatif, seperti rendah diri,

suka menyendiri, lari dari tanggung jawab, mengisolasi dari kelompok dan

reaksi negatif lainnya.

Aspek kedua yaitu School abilities. School abilities merupakan perasaan

tidak mampu atau tidak berdaya terhadap kualitas, kekuatan, daya kompetensi,

kecakapan, keahlian, keterampilan dan kesanggupan dalam melakukan tugas

akademik. Sebagai contoh, seseorang yang memiliki school abilities yang

rendah dia akan merasa bahwa dia memiliki kemampuan tersendiri di dalam

dirinya, dia akan menganggap bahwa dia seseorang yang cukup mampu untuk

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perilaku Agresi 1. Pengertian ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/1308/2/BAB II TINJAUAN PUSTAKA.pdf · adalah suatu bentuk agresi yang tergolong covert (tidak

32

menyelesaikan tugas akademiknya serta dia juga merasa bahwa dia memiliki

daya kompetensi dan keterampilan yang perlu dikembangkan serta kecakapan

yang cukup baik sehingga dia tidak akan melakukan persaingan sengit yang

dapat menimbulkan pikiran negatif untuk menyakiti orang lain karena dia sudah

cukup bangga akan dirinya dan kemampuannya. Berdasarkan hasil penelitian

Fink dan Walsh (Dra. Desmita, M.Si : 2009) dapat disimpulkan bahwa konsep

diri dan prestasi belajar siswa di sekolah mempunyai hubungan yang erat. Siswa

yang memiliki konsep diri yang positif akan memperlihatkan prestasi yang baik

di sekolah atau siswa yang berprestasi tinggi di sekolah memiliki penilaian diri

yang tinggi, serta menunjukkan hubungan antar pribadi yang positif pula.

Mereka juga akan memperlihatkan kemandirian dalam belajar sehingga tidak

tergantung pada guru semata.

Sedangkan, pada remaja yang memiliki school abilities yang tinggi di

dalam dirinya akan merasa bahwa dia tidak mampu bersaing dengan teman

sebayanya, merasa tidak memiliki kekuatan, daya kompetensi, keterampilan dan

kesanggupan dalam melakukan tugas akademik. Hal tersebut akan

memunculkan pemikiran yang negatif pada remaja untuk dapat melakukan

berbagai hal agar dia dapat mencapai pribadi yang lebih baik dibandingkan

dengan teman sebayanya, karena pada usia remaja mereka akan melakukan

persaingan kompetensi di lingkungan sekolahnya. Pada hal ini remaja dapat

melakukan berbagai hal yang dapat menyakiti temannya dalam bentuk verbal

maupun non-verbal untuk mendapatkan pemuasan batin dalam dirinya. Menurut

Iswidharmanjaya dan Agung (2004), mengungkapkan bahwa seseorang yang

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perilaku Agresi 1. Pengertian ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/1308/2/BAB II TINJAUAN PUSTAKA.pdf · adalah suatu bentuk agresi yang tergolong covert (tidak

33

mempunyai rasa minder dalam kompetensi akademiknya maka dia akan

melakukan berbagai hal sebagai berikut : a) tidak dapat menunjukkan

kemampuan diri, b) kurang berprestasi dalam studi, c) malu-malu dan canggung,

d) tidak berani mengungkapkan ide-ide, e) cenderung hanya melihat dan

menunggu kesempatan, f) membuang-buang waktu dalam membuat keputusan,

g) rendah diri bahkan takut dan merasa tidak aman, h) apabila gagal maka

individu akan cenderung menyalahkan orang lain, i) suka mencari pengakuan

dari orang lain.

Aspek yang ketiga adalah Self regard. Self regard yaitu penghormatan

terhadap dirinya sendiri yang rendah atau kurangnya perhatian dan

pertimbangan terhadap kepentingan dan minatnya sendiri. Menurut Jorfi, dkk

(2010) self regard adalah persepsi individu terhadap dirinya. Sebagai contoh,

seseorang yang memiliki self regard yang rendah dia akan sangat

memperhatikan dirinya, dia tidak akan memandang dirinya rendah, dan dia juga

akan memperhatikan kepentingan dan minatnya. Hal tersebut tentu akan

berdampak positif bagi diri individu tersebut karena dia mampu memberikan

penghormatan kepada dirinya sendiri, sehingga hal tersebut akan

menghindarkan diri individu dari perasaan yang negatif terhadap diri sendiri

maupun terhadap orang lain. Menurut Branden (2007) menyatakan bahwa

terdapat hubungan yang positif antara harga diri yang sehat dengan karakter

orang lain yang secara langsung mendukung pencapaian dan kebahagiaan

seseorang. Harga diri yang sehat juga berhubungan dengan rasionalitas, realistis,

Page 23: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perilaku Agresi 1. Pengertian ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/1308/2/BAB II TINJAUAN PUSTAKA.pdf · adalah suatu bentuk agresi yang tergolong covert (tidak

34

intuitif, kreatif, mandiri, fleksibel, kemampuan untuk mengelola perubahan,

keinginan untuk mengakui kesalahan, kebaikan dan sikap kooperatif.

Sedangkan pada remaja yang memiliki self regard yang tinggi, dia akan

memandang dirinya rendah, tidak mempunyai penghargaan tehadap dirinya

sendiri dan tidak memberikan perhatian terhadap kepentingan dan minatnya

sendiri. Hal tersebut akan memberikan dampak yang negatif bagi individu,

karena hal ini akan membuat individu memiliki pemikiran yang negatif terhadap

dirinya sehingga dia akan mencoba untuk melampiaskan perasaan negatifnya

pada orang lain dengan berbagai macam cara. Hal ini juga diungkapkan oleh

Branden (2007) bahwa seseorang yang memiliki harga diri yang tidak sehat

maka individu tersebut akan berhubungan dengan ketidakrasionalan, tidak

realistis, keras kepala, takut terhadap sesuatu yang baru, memberontak,

mengeluh, bersikap berlebihan atau memusuhi orang lain.

Aspek yang keempat adalah Physical appearance. Individu dengan

inferiority feeling sangat memperhatikan penampilannya, ia akan berusaha

memperhatikan penampilan tubuhnya, hal ini merupakan salah satu bentuk

untuk mengkompensasikan inferiority feeling miliknya. Sebagai contoh individu

yang memiliki physical appearance yang rendah maka ia akan memperhatikan

penampilannya namun tidak berlebihan, karena ia mempunyai cara pandang

yang positif mengenai dirinya sendiri, penampilan maupun situasi lingkungan

sekitar. Dengan begitu hal tersebut akan membawa dampak yang positif bagi diri

individu tersebut dan juga orang lain. Menurut Willis (2005), penerimaan diri

yang baik adalah kemampuan seseorang untuk hidup dan bergaul secara wajar

Page 24: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perilaku Agresi 1. Pengertian ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/1308/2/BAB II TINJAUAN PUSTAKA.pdf · adalah suatu bentuk agresi yang tergolong covert (tidak

35

terhadap lingkungannya, sehingga remaja merasa puas terhadap diri sendiri dan

lingkungan.

Sedangkan seseorang yang memiliki physical appearance yang tinggi ia

akan sangat memperhatikan penampilannya, ia akan berusaha memperhatikan

penampilan tubuhnya, hal ini merupakan salah satu bentuk untuk

mengkompensasikan inferiority feeling miliknya. Individu tersebut akan

cenderung merasa tidak percaya diri pada setiap saat karena penampilan

fisiknya. Hal ini tentu menjadi salah satu aspek yang dapat mempengaruhi

seseorang untuk berperilaku agresi baik secara verbal maupun non-verbal.

Aspek yang kelima adalah Physical abilities. Physical abilities merupakan

perasaan diri lebih lemah dalam hal kemampuan tubuh yang dimiliki serta

potensi individu untuk melakukan performasi yang berkaitan dengan fisiknya

dibandingkan dengan teman atau kelompok sebayanya. Sebagai contoh

seseorang yang memiliki physical abilities yang rendah dalam dirinya tidak akan

berpikir bahwa dirinya lemah dan tidak memiliki potensi, ia justru akan berpikir

bahwa ia memiliki potensi yang harus dikembangkan sehingga ia akan

mengambil setiap kesempatan yang ada untuk mengembangkan kemampuan

yang dimilikinya. Sedangkan seseorang yang memiliki physical abilities yang

tinggi di dalam dirinya dia tidak akan merasa percaya diri akan kemampuan

tubuh serta potensi yang dimilikinya, individu tersebut akan membandingkan

dirinya dengan orang lain dan merasa bahwa ia tidak mampu melakukan

berbagai hal yang membutuhkan kemampuan fisiknya. Hal tersebut akan

menjadi aspek yang berpengaruh bagi seseorang untuk melakukan perilaku

Page 25: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perilaku Agresi 1. Pengertian ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/1308/2/BAB II TINJAUAN PUSTAKA.pdf · adalah suatu bentuk agresi yang tergolong covert (tidak

36

agresi baik verbal maupun non-verbal pada teman sebayanya karena ia merasa

tidak berharga dan harus menuju superior.

Beberapa aspek di atas akan saling berinteraksi, sehingga inferiority

feeling atau perasaan negatif pada remaja akan muncul. Dampak dari inferiority

feeling dalam diri individu yaitu memunculkan adanya perilaku agresi pada

remaja. Sehingga apabila inferiority feeling pada diri remaja rendah maka tidak

akan menimbulkan perilaku agresi, namun apabila inferiority feeling pada

remaja maka akan menimbulkan perilaku agresi yang dapat menyebabkan

kerugian bagi berbagai pihak.

Hasil penelitian Hardianto (2009) mengatakan bahwa salah satu faktor

seseorang melakukan kekerasan dalam berpacaran adalah inferiority feeling.

Inferiority feeling yang dirasa semakin kuat pada saat orang tersebut sudah

merasa tidak mampu menghadapi tekanan, maka inferiority feeling tersebut

dikompensasi menjadi perilaku agresi. Selain itu, penelitian yang dilakukan oleh

Ulfah (2010) didapati bahwa anak jalanan perempuan yang terlibat pelacuran

juga mengkompensasikan inferiority feeling yang dimiliknya menuju

superioritas dengan perilaku agresi yaitu dengan cara mengadu domba orang-

orang yang menyukai dirinya.

Page 26: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perilaku Agresi 1. Pengertian ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/1308/2/BAB II TINJAUAN PUSTAKA.pdf · adalah suatu bentuk agresi yang tergolong covert (tidak

37

D. Hipotesis

Berdasarkan uraian-uraian yang terdapat dalam landasan teori di atas,

maka perumusan hipotesis pada penelitian ini adalah terdapat hubungan positif

antara inferiority feeling dengan perilaku agresi pada remaja. Hal ini dikarenakan

semakin tinggi inferiority feeling pada remaja maka cenderung tinggi pula

perilaku agresi yang dihasilkan, sebaliknya jika semakin rendah inferiority

feeling pada remaja maka cenderung rendah perilaku agresi yang dimunculkan.