lppm.mercubuana-yogya.ac.idlppm.mercubuana-yogya.ac.id/wp-content/uploads/2017/05/prosiding... ·...

41

Upload: nguyenliem

Post on 22-Mar-2019

230 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: lppm.mercubuana-yogya.ac.idlppm.mercubuana-yogya.ac.id/wp-content/uploads/2017/05/Prosiding... · lppm.mercubuana-yogya.ac.id
Page 2: lppm.mercubuana-yogya.ac.idlppm.mercubuana-yogya.ac.id/wp-content/uploads/2017/05/Prosiding... · lppm.mercubuana-yogya.ac.id
Page 3: lppm.mercubuana-yogya.ac.idlppm.mercubuana-yogya.ac.id/wp-content/uploads/2017/05/Prosiding... · lppm.mercubuana-yogya.ac.id

i

SEMINAR NASIONAL

MATEMATIKA DAN PENDIDIKAN MATEMTIKA

PENINGKATAN KOMPETENSI GURU MATEMATIKA

MELALUI PROGRAM GURU PEMBELAJAR

16 NOVEMBER 2016

PROGRAM STUDI MAGISTER PENDIDIKAN MATEMATIKA

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

Page 4: lppm.mercubuana-yogya.ac.idlppm.mercubuana-yogya.ac.id/wp-content/uploads/2017/05/Prosiding... · lppm.mercubuana-yogya.ac.id

ii

PROSIDING SEMINAR NASIONAL MATEMATIKA

DAN PENDIDIKAN MATEMATIKA © Prodi, Magister Pendidikan Matematika Universitas Sebelas Maret Surakarta

Cetakan 1, Februari 2017

Ketua Panitia : Dr. Riyadi, M.Si.

Rancang Sampul : Tim Penerbit Tata Letak : Tim Penerbit

Koordinator Makalah : Sutopo, S.Pd., M.Pd.

Tim Editor :

1. Prof. Dr. Budiyono, M.Sc.

2. Prof. Tri Atmojo Kusmayadi, M.Sc., Ph.D.

3. Dr. Mardiyana, M.Si.

4. Dr. Imam Sujadi, M.Si.

5. Dr. Riyadi, M.Si.

6. Dr. Budi Usodo, M.Pd.

7. Dr. Ikrar Pramudya, M.Si.

8. Dr. Dewi Retno Sari S., M.Kom.

9. Drs. Isnandar Slamet, M.Sc., Ph.D.

10. Dr. Dra. Sri Subanti, M.Si.

ISBN :

Diterbitkan Oleh: Prodi. Magister Pendidikan Matematika

Universitas Sebelas Maret Jl. Ir Sutami No 36 A Kentingan Surakarta 57126 Telp./Fax: 0271 – 669124 Email: [email protected]

Dilarang mencopy atau memperbanyak sebagian atau seluruh isi dari prosiding

tanpa seizin tertulis dari Penyusun atau Penyelenggara.

Overlord
Typewritten text
978-602-61222-0-9
Page 5: lppm.mercubuana-yogya.ac.idlppm.mercubuana-yogya.ac.id/wp-content/uploads/2017/05/Prosiding... · lppm.mercubuana-yogya.ac.id

iii

KATA PENGANTAR

Puji syukur dipanjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa, karena atas rahmat-Nya Prosiding Seminar Nasional Matematika dan

Pendidikan Matematika Tahun 2017 dapat diterbitkan. Prosiding merupakan kumpulan dari artikel ilmiah yang dipresentasikan pada

Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika Tahun 2016 yang diselenggarakan oleh Program Studi S1 dan S2 Pendidikan

Matematika Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret pada Tanggal 16 November 2016 di aula gedung

Pascasarjana Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret setelah melalui proses review dan seleksi.

Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada editor prosiding dan seluruh panitia seminar yang telah bekerja keras sehingga

seminar ini dapat terlaksana dengan sukses. Semoga prosiding ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.

Surakarta, 16 Januari 2017

Ketua Panitia,

Dr. Riyadi, M.Si.

Page 6: lppm.mercubuana-yogya.ac.idlppm.mercubuana-yogya.ac.id/wp-content/uploads/2017/05/Prosiding... · lppm.mercubuana-yogya.ac.id

iv

MAKALAH PEMBICARA UTAMA

PROGRAM GURU PEMBELAJAR

SEBAGAI WAHANA GURU MATEMATIKA BERPIKIR

REFLEKTIF TENTANG KOMPETENSI GURU1

Imam Sujadi2

[email protected]

Abstrak: Guru sebagai pendidik pada jenjang satuan pendidikan memiliki

peran yang sangat penting dalam menentukan keberhasilan peserta didik di

sekolah. Keberhasilan peserta didik dapat diukur dari tercapainya kompetensi

lulusan peserta didik pada jenjang satuan pendidikan yang meliputi aspek

pengetahuan, sikap dan ketrampilan. Guru pembelajar adalah guru yang terus

belajar dan mengembangkan (upgrade) diri di setiap saat dan di manapun,

terus berkarya untuk memunculkan generasi pembelajar sepanjang hayat dan

bisa menjadi contoh bagi para peserta didik dengan menyajikan proses

pembelajaran yang menarik, memberi motivasi, dan menginspirasi dari

pengetahuan dan pengalaman guru yang senantiasa diperbaharui dengan

berbagai masukan positif yang didapat dari berbagai sumber belajar.

Program peningkatan kompetensi guru pembelajar yang dilakukan

pemerintah hendaknya bisa menjadi wahana guru berpikir reflektif untuk

peningkatan kompetensi profesi yang telah dipilih.

Kata kunci: Guru Pembelajar, Pendekatan Kontekstual, Penguatan Karakter

PENDAHULUAN

Guru matematika sebagai pendidik pada jenjang satuan pendidikan memiliki

peran yang sangat penting dalam menentukan keberhasilan peserta didik di sekolah.

Pentingnya peranan guru dalam pendidikan diamanatkan pada Undang–Undang Nomor

14 Tahun 2005 yaitu adanya pembinaan dan pengembangan profesi guru sebagai

aktualisasi dari profesi pendidik. Untuk merealisasikan amanah undang-undang

sebagaimana dimaksud, pemerintah melaksanakan program peningkatan kompetensi guru

pembelajar bagi semua guru. Untuk melaksanakan program tersebut, pemetaan

kompetensi telah dilakukan melalui Uji Kompetensi Guru (UKG) di seluruh Indonesia

sehingga dapat diketahui kondisi objektif guru saat ini ( Hasil UKG pada tahun 2015

menunjukkan nilai rata-rata nasional yang dicapai adalah 56,69; meningkat dibandingkan

nilai rata-rata nasional dari tahun-tahun sebelumnya yaitu 47) dan kebutuhan

peningkatan kompetensinya agar target rata-rata nasional UKG yang ditetapkan

1 Disampaikan dalam seminar nasional matematika dan pendidikan matematika FKIP UNS 16 Nopember

2016 2 Wakil Dekan umum dan keuangan FKIP UNS, Dosen prodi pendidikan matematika FKIP UNS

Page 7: lppm.mercubuana-yogya.ac.idlppm.mercubuana-yogya.ac.id/wp-content/uploads/2017/05/Prosiding... · lppm.mercubuana-yogya.ac.id

v

pemerintah pada tahun 2016 sebesar 65, bahkan pada tahun 2019 sebesar 85 dapat

dipenuhi.

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan dalam sambutan pada Upacara Peringatan

Hari Guru Nasional (HGN) tahun 2015 mengajak seluruh guru untuk menjadi Guru

Pembelajar, yaitu guru yang selalu hadir sebagai pendidik dan pemimpin bagi

peserta didiknya, guru yang hadir mengirimkan pesan harapan, guru yang makin

menjadi contoh tentang ketangguhan, optimisme, dan keceriaan.

Salah satu prinsip pembelajaran yang tertuang dalam permendikbud no 22 tahun

2016 yaitu pembelajaran harus menerapkan nilai-nilai dengan memberi keteladanan (ing

ngarso sung tulodo), membangun kemauan (ing madyo mangun karso), dan

mengembangkan kreativitas peserta didik dalam proses pembelajaran (tut wuri

handayani), dengan kata lain Guru merupakan role model atau contoh bagi para peserta

didik sehingga tampilan awal guru sangat berpengaruh terhadap kelanjutan pembelajaran

para peserta didik. Guru dapat menyajikan proses pembelajaran yang menarik, memberi

motivasi, dan menginspirasi dari pengetahuan dan pengalaman guru yang senantiasa

diperbaharui dengan berbagai masukan positif yang didapat dari berbagai sumber belajar.

Pengetahuan dan pengalaman dapat diperoleh dari buku-buku, televisi, dunia

maya/internet, kegiatan seminar pendidikan, serta pendidikan dan pelatihan. Sebagai

Guru pembelajar, dalam proses belajarnya, guru diharapkan menghasilkan karya dan

inovasi yang mencerahkan untuk diaplikasikan dalam proses pembelajaran di kelas

sehingga menumbuhkan semua potensi peserta didik dan mereka bukan sekadar bisa

meraih, tetapi bisa melampaui cita-citanya. Guru bukan hanya seorang pengajar tetapi

lebih dari itu guru merupakan pendidik. Sebagai pendidik guru harus memiliki berbagai

kemampuan sebagai kompetensi yang harus dimiliki sebagai pendidik yang professional.

Guru pembelajar adalah guru yang ideal yang terus belajar dan mengembangkan

(upgrade) diri di setiap saat dan di manapun. Guru terus belajar dan mengembangkan

diri bukan untuk pemerintah atau kepala sekolah, tapi memang sejatinya setiap

pendidik atau guru adalah pembelajar. Hanya dari guru yang terus belajar dan berkarya

akan muncul generasi pembelajar sepanjang hayat yang terus menerus berkontribusi pada

masyarakat dan lingkungannya. Guru pembelajar adalah guru yang senantiasa terus

belajar selama dia mengabdikan dirinya di dunia pendidikan, dengan kata lain guru

pembelajar adalah guru yang selalu berpikir reflektif akan kompetensi dirinya dalam

menunjang profesi yang telah dipilih. Oleh karena itu, ketika seorang guru memutuskan

Page 8: lppm.mercubuana-yogya.ac.idlppm.mercubuana-yogya.ac.id/wp-content/uploads/2017/05/Prosiding... · lppm.mercubuana-yogya.ac.id

vi

untuk berhenti atau tidak mau belajar maka pada saat itu dia berhenti menjadi guru atau

pendidik.

Berdasarkan alasan tersebut di atas, guru pembelajar harus terus belajar, mampu

beradaptasi dengan perubahan, dan dapat menginspirasi peserta didik menjadi subjek

pembelajar mandiri yang bertanggung jawab, kreatif, dan inovatif. Untuk itu guru harus

mampu menyusun perencanaan proses pembelajaran, melaksanakan proses pembelajaran,

melakukan penilaian hasil pembelajaran, dan melakukan pengawasan proses

pembelajaran.

Pertanyaan yang muncul, apakah program guru pembelajar sudah bisa menjadi

wahana bagi guru matematika untuk melakukan refleksi diri atas kompetensi dirinya

terutama terkait dengan kompetensi pedagogik dan kompetensi profesionalnya? Tentunya

jawaban ini akan berpulang pada pribadi guru masing-masing bagaimana guru tersebut

bersikap atas UKG yang telah dilakukan oleh pemerintah. Untuk membantu guru

matematika dalam melakukan proses berpikir reflektif, makalah ini akan menguraikan

tentang berpikir reflektif, prinsip prinsip pembelajaran yang harus dilakukan guru

matematika untuk dapat mencapai standar kompetensi lulusan dan standar isi, serta

prinsip-prinsip penilaian.

PEMBAHASAN

Berpikir Reflektif

Beberapa hasil penelitian memberikan gambaran bahwa proses berpikir reflektif

seseorang mulai berkembang pada usia 7 tahun. Pada usia tersebut, seorang anak mampu

memanipulasi berbagai ide-ide konkrit dan menceritakan kembali apa yang telah

dilakukan (dalam imaginasinya) (Inhelder dan Piaget dalam Skemp, 1982). Hal ini

diperkuat dengan penelitian Gagatsis dan Patronis (1990) yang menemukan bahwa

setelah usia 7-8 tahun, proses berpikir reflektif relatif stabil terutama dalam penentuan

strategi penyelesaian masalah. Lebih lanjut, Gagatsis dan Patronis merekomendasikan

untuk mengadakan penelitian lanjutan terkait proses berpikir reflektif pada siswa dengan

usia yang lebih dewasa, hal ini dikarenakan berpikir reflektif merupakan aspek penting

yang harus dimiliki seseorang dalam pembelajaran (Odiba dan Baba, 2013; Ayazgok dan

Aslan, 2014). Berpikir reflektif dapat dijadikan sebagai sarana mendorong proses berpikir

selama pemecahan masalah, karena memberikan kesempatan seseorang untuk

memprediksi jawaban benar dengan segera sehingga dapat mengeksplorasi masalah

dengan mengidentifikasi konsep yang terlibat dalam masalah, menggunakan berbagai

Page 9: lppm.mercubuana-yogya.ac.idlppm.mercubuana-yogya.ac.id/wp-content/uploads/2017/05/Prosiding... · lppm.mercubuana-yogya.ac.id

vii

strategi, membangun ide, menarik kesimpulan, menentukan validitas argumen,

memeriksa kembali solusi, dan mengembangkan strategi-strategi alternatif (Gurol, 2011;

Kurniawati, dkk., 2014). Interaksi yang terjadi saat seseorang merespon lingkungan luar

(external environment) diikuti dengan aktivitas mental yang berintervensi (intervening

mental activities) disebut proses berpikir reflektif (Skemp, 1982). Aktivitas mental yang

berintervensi tersebut menjadi objek kesadaran untuk instropeksi diri (instropective

awareness) yang menghasilkan respon (efectors).

Program Peningkatan Kompetensi Guru Pembelajar merupakan proses

penyelenggaraan kegiatan belajar mengajar dalam rangka meningkatkan kemampuan

dan kompetensi guru dalam melaksanakan tugas profesinya. Peningkatan kemampuan

tersebut mencakup kegiatan-kegiatan yang bertujuan untuk perbaikan dan pertumbuhan

kemampuan (abilities), sikap (attitude), dan keterampilan (skill). Dari kegiatan ini

diharapkan akan menghasilkan suatu perubahan perilaku guru yang secara nyata

perubahan perilaku tersebut berdampak pada peningkatan kinerja guru dalam proses

belajar mengajar di kelas. Dengan kata lain Guru dalam melakukan serangkaian kegiatan

Guru pembelajar diharapkan dapat berpikir reflektif yaitu mampu berinteraksi dengan

lingkungan dan menjadikan objek belajar tersebut sebagai awal kesadaran untuk

melakukan instropeksi diri, sehingga melahirkan respon positif untuk peningkatan

kemampuan diri untuk memenuhi standar kompetensi guru sesuai dengan tuntutan profesi

dan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni.

Berdasarkan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni yang termuat

dalam kegiatan guru pembelajar, menuntut guru untuk berpikir reflektif yaitu belajar

beradaptasi dengan hal-hal baru yang berlaku saat ini. Dalam kondisi ini, seorang guru

dituntut untuk bisa beradaptasi dengan berbagai perubahan yang baru. Adapun

kemampuan tersebut bisa diperoleh melalui pelatihan, seminar maupun melalui studi

kepustakaan. Apabila guru mampu berpikir reflektif terkait dengan hal ini maka

kompetensi profesional Guru diharapkan dapat meningkat.

Selain itu, karakter peserta didik yang senantiasa berbeda dari generasi ke

generasi menjadi tantangan tersendiri bagi seorang guru. Metode pembelajaran yang

digunakan pada peserta didik generasi terdahulu akan sulit diterapkan pada peserta didik

generasi sekarang. Oleh karena itu, cara ataupun metode pembelajaran yang digunakan

guru harus disesuaikan dengan kondisi peserta didik saat ini.

Dengan demikian Program Peningkatan Kompetensi Guru Pembelajar menjadi

bagian penting yang harus selalu dilakukan secara terus menerus atau berkelanjutan untuk

Page 10: lppm.mercubuana-yogya.ac.idlppm.mercubuana-yogya.ac.id/wp-content/uploads/2017/05/Prosiding... · lppm.mercubuana-yogya.ac.id

viii

menjaga profesionalitas guru. Oleh karena itu, Program Peningkatan Kompetensi Guru

Pembelajar harus dirancang untuk memberikan pengalaman baru dalam membantu

meningkatkan kompetensi sesuai bidang tugasnya agar guru memperoleh pengetahuan,

keterampilan, dan meningkatkan sikap perilaku yang dibutuhkan untuk melaksanakan

pekerjaan dengan baik sesuai tanggung jawabnya, berdasarkan Standar Kompetensi Guru

(SKG) yang mengacu pada Permendiknas Nomor 16 Tahun 2007 tentang Standar

Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru.

Prinsip-Prinsip Pembelajaran

Sesuai dengan Pasal 3 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003, tujuan

pendidikan nasional adalah untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi

manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia,

sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta

bertanggung jawab. Jika dicermati, tampak bahwa tujuan pendidikan nasional tersebut

meliputi domain sikap, pengetahuan, serta keterampilan. Tujuan pendidikan ini berupaya

untuk mewujudkan secara bertahap dan berjenjang, melalui sistem pendidikan nasional.

Untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional tersebut diperlukan profil kualifikasi

kemampuan lulusan yang dituangkan dalam standar kompetensi lulusan yang merupakan

kriteria kualifikasi kemampuan lulusan yang mencakup sikap, pengetahuan, dan

keterampilan peserta didik yang harus dipenuhinya atau dicapainya dari suatu satuan

pendidikan pada jenjang pendidikan tertentu.

Secara hirarkis, Standar Kompetensi Lulusan digunakan sebagai acuan untuk

menetapkan kompetensi yang bersifat generik pada tiap tingkat kompetensi. Kompetensi

yang bersifat generik ini kemudian digunakan untuk menentukan kompetensi yang

bersifat spesifik untuk tiap mata pelajaran. Selanjutnya, Kompetensi dan ruang lingkup

materi digunakan untuk menentukan Kompetensi Dasar pada pengembangan kurikulum

tingkat satuan dan jenjang pendidikan. Kompetensi yang bersifat generik mencakup 3

(tiga) ranah yakni sikap, pengetahuan dan keterampilan. Ranah sikap dipilah menjadi

sikap spiritual dan sikap sosial. Pemilahan ini diperlukan untuk menekankan pentingnya

keseimbangan fungsi sebagai manusia seutuhnya yang mencakup aspek spiritual dan

aspek sosial sebagaimana diamanatkan dalam tujuan pendidikan nasional. Dengan

demikian, Kompetensi yang bersifat generik terdiri atas 4 (empat) dimensi yang

merepresentasikan sikap spiritual, sikap sosial, pengetahuan, dan keterampilan, yang

selanjutnya disebut Kompetensi Inti (KI).

Page 11: lppm.mercubuana-yogya.ac.idlppm.mercubuana-yogya.ac.id/wp-content/uploads/2017/05/Prosiding... · lppm.mercubuana-yogya.ac.id

ix

Pembelajaran berdasarkan Kurikulum 2013 mengacu pada sejumlah prinsip-

prinsip pembelajaran seperti yang tertulis pada Permendikbud 22 tahun 2016. Berikut

adalah prinsip prinsip pembelajaran tersebut yaitu: 1) Peserta didik mencari tahu; 2)

Pembelajaran berbasis aneka sumber belajar; 3) Pembelajaran berbasis proses untuk

penguatan pendekatan ilmiah; 4) Pembelajaran berbasis kompetensi; 5) Pembelajaran

terpadu; 6) Pembelajaran dengan jawaban yang kebenarannya multi dimensi; 7)

Pembelajaran yang berorientasi pada pengembangan keterampilan aplikatif; 8)

Pembelajaran yang menjaga pada keseimbangan antara keterampilan fisikal (hardskills)

dan keterampilan mental (softskills); 9) Pembelajaran yang mengutamakan pembudayaan

dan pemberdayaan peserta didik sebagai pembelajar sepanjang hayat; 10) Pembelajaran

yang menerapkan nilai-nilai dengan memberi keteladanan (ing ngarso sung tulodo),

membangun kemauan (ing madyo mangun karso), dan mengembangkan kreativitas

peserta didik dalam proses pembelajaran (tut wuri handayani); 11) Pembelajaran yang

berlangsung di rumah di sekolah, dan di masyarakat; 12) Pembelajaran yang menerapkan

prinsip bahwa siapa saja adalah guru, siapa saja adalah peserta didik, dan di mana saja

adalah kelas; 13) Pembelajaran yang memanfaatan teknologi informasi dan komunikasi

untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas pembelajaran; dan 14) Pembelajaran yang

mengakomodasi perbedaan individual dan latar belakang budaya peserta didik.

Proses pembelajaran berdasarkan prinsip-prinsip diatas harus secara sadar

diarahkan oleh guru pada pencapaian Standard Kompetensi Lulusan dan Standar Isi. Jenis

pendekatan pembelajaran yang sesuai dengan prinsip-prinsip di atas adalah Pendekatan

Pembelajaran Kontekstual, serta Pendekatan Ilmiah yang diyakini akan melahirkan

pembelajaran siswa aktif yang mengintegrasikan pendidikan karakter di dalamnya.

Agar peserta didik memiliki karakter mulia sesuai norma-norma agama, hukum,

tata krama, budaya, dan adat istiadat, maka perlu dilakukan pendidikan karakter secara

memadai. Tujuan pendidikan di pendidikan dasar, termasuk pengembangan karakter,

semestinya dapat dicapai melalui pengembangan dan implementasi Kurikulum Tingkat

Satuan Pendidikan (KTSP) yang mengacu pada SKL, SI, dan KD. Karakter juga

termasuk dalam kompetensi yang harus dikembangkan pada peserta didik melalui

pembelajaran mata pelajaran dan ekstrakurikuler.

Pendidikan karakter di sekolah juga sangat terkait dengan manajemen atau

pengelolaan sekolah. Pengelolaan yang dimaksud adalah bagaimana pendidikan karakter

direncanakan, dilaksanakan, dan dikendalikan dalam kegiatan-kegiatan pendidikan di

sekolah secara memadai. Pengelolaan tersebut antara lain meliputi, nilai-nilai yang perlu

Page 12: lppm.mercubuana-yogya.ac.idlppm.mercubuana-yogya.ac.id/wp-content/uploads/2017/05/Prosiding... · lppm.mercubuana-yogya.ac.id

x

ditanamkan, muatan kurikulum, pembelajaran, penilaian, pendidik dan tenaga

kependidikan, dan komponen terkait lainnya. Dengan demikian, manajemen sekolah

merupakan salah satu media yang efektif dalam pendidikan karakter di sekolah secara

menyeluruh (holistik).

Karakter menurut Pusat Bahasa Depdiknas adalah “bawaan, hati, jiwa,

kepribadian, budi pekerti, perilaku, personalitas, sifat, tabiat, temperamen, watak. Adapun

berkarakter adalah berkepribadian, berperilaku, bersifat, bertabiat, dan berwatak”.

Individu yang berkarakter baik atau unggul adalah seseorang yang berusaha melakukan

hal-hal yang terbaik terhadap Tuhan YME, dirinya, sesama, lingkungan, bangsa dan

negara serta dunia internasional pada umumnya dengan mengoptimalkan potensi

(pengetahuan) dirinya dan disertai dengan kesadaran, emosi dan motivasinya

(perasaannya). Secara garis besar (inti), karakter tersebut dapat digolongkan menjadi

lima nilai universal, yaitu nilai nasionalisme, gotong royong, integritas, kerja keras, dan

toleransi.

a. Nilai nasionalisme atau cinta bangsa: Cinta bangsa adalah sebuah sikap untuk mampu

mengapresiasi kekayaan budaya bangsa sendiri (kebijaksanaan, keutamaan, tradisi,

nilai-nilai, pola pikir dan mentalitas) dan terbuka pada budaya lain, mampu

mengapresiasi kekayaan budaya bangsa lain sehingga memperkuat jati diri bangsa

Indonesia. Sub nilai cinta bangsa antara lain: apresiasi budaya bangsa sendiri,

menjaga kekayaan budaya bangsa, rela berkorban, cinta tanah air, menjaga

lingkungan, menghormati keragaman budaya, suku, agama, mampu bekerjasama

dengan orang lain, taat hukum, dan disiplin.

b. Integritas: Integritas adalah kemampuan individu untuk menyelaraskan pemikiran,

perkataan dan perbuatan yang merepresentasikan perilaku bermoral yang

kebenarannya dapat dipertanggungjawabkan secara rasional. Sub nilai dari integritas

adalah: Kejujuran, cinta pada kebenaran, setia, komitmen moral, tanggungjawab,

keteladanan.

c. Kerja Keras: Kerja keras dimaknai sebagai sebuah sikap untuk mau berusaha terus

menerus tanpa kenal lelah untuk merealisasikan harapan, mimpi, keyakinan dan

kepercayaan individu terhadap nilai-nilai yang berguna. Sub nilai: ketekunan,

kegigihan, pantang menyerah, tidak mudah putus asa, daya tahan, daya juang, tahan

banting, menghargai prestasi, sportivitas.

d. Gotong Royong: Gotong royong adalah kemampuan untuk bekerjasama satu sama

lain dalam rangka memperjuangkan kebaikan bersama bagi masyarakat luas,

Page 13: lppm.mercubuana-yogya.ac.idlppm.mercubuana-yogya.ac.id/wp-content/uploads/2017/05/Prosiding... · lppm.mercubuana-yogya.ac.id

xi

terutama bagi mereka yang sangat membutuhkan perhatian karena miskin, tersingkir,

dan terabaikan di dalam masyarakat. Sub nilai gotong royong: Mampu bekerjasama

dengan banyak pihak dan inklusif, menyelesaikan persoalan, terbuka, mau menerima

masukan dan kritik, memiliki komitmen atas keputusan bersama, musyawarah

mufakat, tolong menolong, empati.

e. Toleransi (menghargai keragaman): Toleransi atau menghargai keragaman adalah

sebuah sikap untuk menyadari bahwa perbedaan adalah anugerah dari Tuhan yang

Mahaesa, yang membentuk kekayaan bangsa Indonesia, sehingga penghargaan

terhadap perbedaan menunjukkan apresiasi satu sama lain tertutama mengakui

perbedaan keyakinan, kepercayaan, ajaran iman, dan agama satu sama lain. Sub nilai

menghargai keragaman : cinta damai, toleransi, menghargai perbedaan agama,

kepercayaan dan keyakinan, kerjasama lintas agama, anti-buli dan kekerasan,

persahabatan, ketulusan, tidak memaksakan kehendak, melindungi yang kecil dan

tersisih. Substansi karakter individu yang universal inilah yang dijadikan sebagai

rujukan dalam implementasi pendidikan karakter di sekolah.

Pengembangan atau pembentukan karakter diyakini perlu dan penting untuk

dilakukan oleh sekolah dan stakeholders-nya untuk menjadi pijakan dalam

penyelenggaraan pendidikan karakter di sekolah. Tujuan pendidikan karakter pada

dasarnya adalah mendorong lahirnya anak-anak yang baik (insan kamil). Tumbuh dan

berkembangnya karakter yang baik akan mendorong peserta didik tumbuh dengan

kapasitas dan komitmennya untuk melakukan berbagai hal yang terbaik dan melakukan

segalanya dengan benar dan memiliki tujuan hidup. Masyarakat juga berperan

membentuk karakter anak melalui orang tua dan lingkungannya.

Karakter dikembangkan melalui tahap pengetahuan (knowing), pelaksanaan

(acting), dan kebiasaan (habit). Karakter tidak terbatas pada pengetahuan saja. Seseorang

yang memiliki pengetahuan kebaikan belum tentu mampu bertindak sesuai dengan

pengetahuannya, jika tidak terlatih (menjadi kebiasaan) untuk melakukan kebaikan

tersebut. Karakter juga menjangkau wilayah emosi dan kebiasaan diri. Dengan demikian

diperlukan tiga komponen karakter yang baik (components of good character) yaitu

moral knowing (pengetahuan tentang moral), moral feeling atau perasaan (penguatan

emosi) tentang moral, dan moral action atau perbuatan bermoral. Hal ini diperlukan agar

peserta didik dan atau warga sekolah lain yang terlibat dalam sistem pendidikan tersebut

sekaligus dapat memahami, merasakan, menghayati, dan mengamalkan (mengerjakan)

nilai-nilai kebajikan (moral).

Page 14: lppm.mercubuana-yogya.ac.idlppm.mercubuana-yogya.ac.id/wp-content/uploads/2017/05/Prosiding... · lppm.mercubuana-yogya.ac.id

xii

Dimensi-dimensi yang termasuk dalam moral knowing yang akan mengisi ranah

kognitif adalah kesadaran moral (moral awareness), pengetahuan tentang nilai-nilai

moral (knowing moral values), penentuan sudut pandang (perspective taking), logika

moral (moral reasoning), keberanian mengambil sikap (decision making), dan

pengenalan diri (self knowledge). Moral feeling merupakan penguatan aspek emosi

peserta didik untuk menjadi manusia berkarakter. Penguatan ini berkaitan dengan bentuk-

bentuk sikap yang harus dirasakan oleh peserta didik, yaitu kesadaran akan jati diri

(conscience), percaya diri (self esteem), kepekaan terhadap derita orang lain (emphaty),

cinta kebenaran (loving the good), pengendalian diri (self control), kerendahan hati

(humility). Moral action merupakan perbuatan atau tindakan moral yang merupakan hasil

(outcome) dari dua komponen karakter lainnya. Untuk memahami apa yang mendorong

seseorang dalam perbuatan yang baik (act morally) maka harus dilihat tiga aspek lain dari

karakter yaitu kompetensi (competence), keinginan (will), dan kebiasaan (habit).

Pengembangan karakter dalam suatu sistem pendidikan adalah keterkaitan antara

komponen-komponen karakter yang mengandung nilai-nilai perilaku, yang dapat

dilakukan atau bertindak secara bertahap dan saling berhubungan antara pengetahuan

nilai-nilai perilaku dengan sikap atau emosi yang kuat untuk melaksanakannya, baik

terhadap Tuhan YME, dirinya, sesama, lingkungan, bangsa dan negara serta dunia

internasional. Dengan demikian dapat ditegaskan bahwa pendidikan karakter merupakan

upaya-upaya yang dirancang dan dilaksanakan secara sistematis untuk menanamkan

nilai-nilai perilaku peserta didik yang berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri

sendiri, sesama manusia, lingkungan, dan kebangsaan yang terwujud dalam pikiran,

sikap, perasaan, perkataan, dan perbuatan berdasarkan norma-norma agama, hukum, tata

krama, budaya, dan adat istiadat

Prinsip-Prinsip Penilaian

Penilaian tradisional cenderung dilakukan hanya untuk mengukur hasil belajar

siswa. Dalam konteks ini, penilaian diposisikan seolah-olah sebagai kegiatan yang

terpisah dari proses pembelajaran. Dewasa ini mulai disadari bahwa manfaat penilaian

bukan sekedar mengukur hasil belajar, justru yang lebih penting adalah bagaimana

penilaian mampu meningkatkan siswa dalam proses belajar. Penilaian seharusnya

dilaksanakan melalui tiga pendekatan, yaitu assessment of learning, assessment for

learning, dan assessment as learning.

Page 15: lppm.mercubuana-yogya.ac.idlppm.mercubuana-yogya.ac.id/wp-content/uploads/2017/05/Prosiding... · lppm.mercubuana-yogya.ac.id

xiii

Assessment of learning merupakan penilaian yang dilaksanakan setelah proses

pembelajaran selesai. Proses pembelajaran selesai tidak selalu terjadi di akhir tahun atau

di akhir peserta didik menyelesaikan pendidikan pada jenjang tertentu. Setiap guru

melakukan penilaian yang dimaksudkan untuk memberikan pengakuan terhadap

pencapaian hasil belajar setelah proses pembelajaran selesai, berarti guru tersebut

melakukan assessment of learning. Ujian Nasional, ujian sekolah/madrasah, dan berbagai

bentuk penilaian sumatif merupakan assessment of learning (penilaian hasil belajar).

Assessment for learning dilakukan selama proses pembelajaran berlangsung dan

biasanya digunakan sebagai dasar untuk melakukan perbaikan proses belajar mengajar.

Dengan assessment for learning guru dapat memberikan umpan balik terhadap proses

belajar peserta didik, memantau kemajuan, dan menentukan kemajuan belajarnya.

Assessment for learning juga dapat dimanfaatkan oleh guru untuk meningkatkan

performan dalam memfasilitasi peserta didik. Berbagai bentuk penilaian formatif,

misalnya tugas, presentasi, proyek, termasuk kuis merupakan contoh-contoh assessment

for learning (penilaian untuk proses belajar).

Assessment as learning mirip dengan assessment for learning, karena juga

dilaksanakan selama proses pembelajaran berlangsung. Bedanya, assessment as learning

melibatkan siswa secara aktif dalam kegiatan penilaian tersebut. Siswa diberi pengalaman

untuk belajar menjadi penilai bagi dirinya sendiri. Penilaian diri (self assessment) dan

penilaian antar teman merupakan contoh assessment as learning. Dalam assessment as

learning siswa juga dapat dilibatkan dalam merumuskan prosedur penilaian, kriteria,

maupun rubrik/pedoman penilaian sehingga mereka mengetahui dengan pasti apa yang

harus dilakukan agar memperoleh capaian belajar yang maksimal.

Pada penilaian konvensional, assessment of learning paling dominan

dibandingkan assessment for dan as learning. Penilaian dalam K-13 diharapkan

sebaliknya, lebih mengutamakan assessment as dan for learning dibandingkan

assessment of learning. sebagaimana ditunjukkan gambar di bawah ini.

Gambar 1. Proporsi assessment as, for, dan of learning

Page 16: lppm.mercubuana-yogya.ac.idlppm.mercubuana-yogya.ac.id/wp-content/uploads/2017/05/Prosiding... · lppm.mercubuana-yogya.ac.id

xiv

Penilaian harus memberikan hasil yang dapat diterima oleh semua pihak, baik

yang dinilai, yang menilai, maupun pihak lain yang akan menggunakan hasil penilaian

tersebut. Hasil penilaian akan akurat bila instrumen yang digunakan untuk menilai,

proses penilaian, analisis hasil penilaian, dan objektivitas penilai dapat

dipertanggungjawabkan. Untuk itu perlu dirumuskan prinsip-prinsip penilaian yang dapat

menjaga agar orientasi penilaian tetap pada framework atau rel yang telah ditetapkan.

Penilaian pada kurikulum berbasis kompetensi harus memperhatikan prinsip-prinsip

penilaian sebagai berikut: 1) Sahih , 2) objektif, 3) adil, 4) terpadu, 5) Terbuka, 6)

Menyeluruh dan berkesinambungan, 6) sistematis, 7) Beracuan kriteria dan 8)

Akuntabel.

SIMPULAN

Guru pembelajar adalah guru yang ideal yang terus belajar dan mengembangkan

(upgrade) diri di setiap saat dan di manapun, terus berkarya untuk memunculkan

generasi pembelajar sepanjang hayat yang terus menerus berkontribusi pada masyarakat

dan lingkungannya, selalu berpikir reflektif yaitu belajar beradaptasi dengan hal-hal

baru yang berlaku saat ini, bisa beradaptasi dengan berbagai perubahan yang baru

akan kompetensi dirinya dalam menunjang profesinya sehingga Guru bisa menjadi

contoh bagi para peserta didik dengan menyajikan proses pembelajaran yang menarik,

memberi motivasi, dan menginspirasi dari pengetahuan dan pengalaman guru yang

senantiasa diperbaharui dengan berbagai masukan positif yang didapat dari berbagai

sumber belajar.

Proses pembelajaran yang dilakukan oleh Guru Pembelajart harus secara sadar

diarahkan pada pencapaian Standard Kompetensi Lulusan dan Standar Isi. Untuk itu jenis

pendekatan pembelajaran yang sesuai dengan prinsip-prinsip pembelajaran adalah

Pendekatan Pembelajaran Kontekstual, serta Pendekatan Ilmiah yang diyakini akan

melahirkan pembelajaran siswa aktif yang mengintegrasikan pendidikan karakter di

dalamnya. Karakter peserta didik dikembangkan melalui tiga tahap yaitu pengetahuan

(knowing), pelaksanaan (acting), dan kebiasaan (habit).

Proses penilaian yang dilakukan oleh Guru Pembelajar bukan sekedar mengukur

hasil belajar, justru yang lebih penting adalah bagaimana penilaian mampu meningkatkan

siswa dalam proses belajar. Penilaian seharusnya dilaksanakan melalui tiga pendekatan,

yaitu assessment of learning, assessment for learning, dan assessment as learning. Untuk

bisa menghasilkan peserta didik menjadi pembelajar sepanjang hayat maka porsi

Page 17: lppm.mercubuana-yogya.ac.idlppm.mercubuana-yogya.ac.id/wp-content/uploads/2017/05/Prosiding... · lppm.mercubuana-yogya.ac.id

xv

assessment for learning dan assessment as learning seharusnya diberikan lebih besar dari

assessment of learning.

DAFTAR PUSTAKA

Ayazgok, B. dan Aslan, H. 2014. The Review of Academic Perception, Level of

Metacognitive Awareness and Reflective Thinking Skills of Science and

Mathematics University Student. Procedia - Social and Behavioral Sciences 141,

PP. 781 – 790.

Dewey, J. 1933. How We Think: A Restatement of the Relation of Reflective Thinking to

the Educative Process. Boston, MA: D.C., Heath and Company. [Online].

Tersedia: rci.rutgers.edu_-tripmcc_phil_dewey-hwt-pt1-selections.pdf

Fischbein, E. 1999. Intuitions and Schemata in Mathematical Reasoning. Educational

Studies in Mathematics, Vol. 38., PP-27-47.

Gagatsis, A. dan Patronis, T. 1990. Using Geometrical Models in a Process of Reflective

Thinking in Learning and Teaching Mathematics. Educational Studies in

Mathematics Netherlands, Vol. 21, PP. 29-54.

Gurol. A. 2011. Determining the Reflective Thinking Skills of Pre-Service Teachers in

Learning and Teaching Process. Energy Education Science and Technology Part

B: Social and Educational Studies, Vol. (Issue) 3(3), PP. 387-402.

Ibrahim. 2011. Peningkatan Kemampuan Komunikasi, Penalaran, dan Pemecahan

Masalah Matematis serta Kecerdasan Emosional Melalui Pembelajaran

Berbasis Masalah Pada Siswa Sekolah Menengah Atas. Disertasi pada SPS UPI.

Bandung: Tidak Diterbitkan.

Kemendikbud. 2016. Pedoman Umum Guru Pembelajar. Direktorat PSMA

Kemendikbud. 2016. Kumpulan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan tahun

2015-2016. Direktorat PSMA

Kemendikbud. 2016. Draf Panduan Pembelajaran dan Penilaian. Direktorat PSMP

Kurniawati, L., Kusumah, Y. S., Sumarmo, U., dan Sabandar, J. 2014. Enhancing

Students’ Mathematical Intuitive-Reflective Thinking Ability Through Problem-

Based Learning with Hypoteaching Method. Journal of Education and Practice,

Vol.5, No.36.

Odiba, I. A. dan Baba, P. A. 2013. Using Reflective Thinking Skills for Education

Quality Improvement in Nigeria. Journal of Education and Practice, Vol.4,

No.16.

Skemp, R. R. 1982. The Psychology of Learning Mathematics. Great Britain: Penguin

Books.

Page 18: lppm.mercubuana-yogya.ac.idlppm.mercubuana-yogya.ac.id/wp-content/uploads/2017/05/Prosiding... · lppm.mercubuana-yogya.ac.id

xvi

DAFTAR PEMAKALAH SEMINAR NASIONAL

MATEMATIKA DAN PENDIDIKAN MATEMATIKA 2017

BIDANG : PENDIDIKAN MATEMATIKA

EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN TTW DAN TPS

DENGAN TALKING STICK DITINJAU DARI KEMANDIRIAN

BELAJAR SISWA SMP NEGERI SE-KABUPATEN NGAWI TAHUN

AJARAN 2016/2017

Doni Susanto, Mardiyana, Dewi Retno Sari Saputro ...................................... 1

EKSPERIMENTASI TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION DAN

THINK PAIR SHARE DENGAN GUIDED NOTE TAKING PADA RELASI

DAN FUNGSI DITINJAU DARI ADVERSITY QUOTIENT SISWA

Rizky Anggar Kusuma Wardani, Mardiyana, Dewi Retno Sari Saputro......... 13

EKSPERIMENTASI GROUP INVESTIGATION DAN THINK PAIR

SHARE DENGAN ASSESSMENT FOR LEARNING PADA RELASI DAN

FUNGSI DITINJAU DARI KEPERCAYAAN DIRI SISWA KELAS VIII

SMP

Ummu Salamah, Mardiyana, Dewi Retno Sari Saputro .................................. 25

EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN TTW DAN TSTS PMR

MATERI RELASI FUNGSI DITINJAU DARI KREATIVITAS SISWA

KELAS VIII SMP NEGERI SE-KABUPATEN KLATEN

Ervin Tamta Lirnawati, Mardiyana, Dewi Retno Sari Saputro........................ 35

EFEKTIFITAS PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING TERHADAP

KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS MATEMATIS

Heru Kurniawan .............................................................................................. 46

PENGEMBANGAN PUZZEGI (PUZZLE SEGI EMPAT) SEBAGAI

MEDIA PEMBELAJARAN MATEMATIKA PADA SISWA TUNA

NETRA

Nila Kurniasih, Erni Puji Astuti, Heru Kurniawan .......................................... 55

PEMAHAMAN INSTRUMENTAL DAN RELASIONAL MAHASISWA

DALAM MENYELESAIKAN MASALAH TURUNAN

Sebti Mardiana, Susiswo, Erry Hidayanto ....................................................... 65

ANALISIS KESALAHAN BUKU TEKS MATEMATIKA SMP/MTS

KELAS VII BERDASARKAN OBJEK KAJIAN MATEMATIKA

Diana Purwita Sari ........................................................................................... 75

Page 19: lppm.mercubuana-yogya.ac.idlppm.mercubuana-yogya.ac.id/wp-content/uploads/2017/05/Prosiding... · lppm.mercubuana-yogya.ac.id

xvii

PROBLEM POSING DAN BERPIKIR KREATIF

Ahmad Lutfi ..................................................................................................... 86

ANALISIS KESULITAN SISWA DALAM MEMECAHKAN MASALAH

MATERI PROGRAM LINEAR DITINJAU DARI KEMAMPUAN

MEMAHAMI BACAAN SISWA KELAS XI SMA MTA SURAKARTA

TAHUN PELAJARAN 2016/2017

Kusnul Chotimah Dwi Sanhadi, Mardiyana, Ikrar Pramudya ......................... 97

EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN TSTS DENGAN

METODE OUTDOOR LEARNING PADA MATERI PERSAMAAN DAN

PERTIDAKSAMAAN DITINJAU DARI KECERDASAN EMOSIONAL

SISWA SMA

Nurul Kustiyati, Mardiyana, Ikrar Pramudya .................................................. 109

EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN TAI DENGAN

PENDEKATAN SAVI PADA MATERI PELUANG DITINJAU DARI

GAYA BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS XI SMK SWASTA

SE-KABUPATEN GROBOGAN

Putri Sintia Gusantika, Mardiyana, Ikrar Pramudya ........................................ 121

EKSPERIMENTASI MODEL TPS MIND MAPPING DAN TTW MIND

MAPPING PADA MATERI PERSAMAAN GARIS LURUS DITINJAU

DARI KECERDASAN MATEMATIS LOGIS SISWA SMP

Arif Hardiyanti, Mardiyana, Ikrar Pramudya................................................... 133

EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA MENGGUNA-

KAN MODEL TGT GAMES PUZZLE DITINJAU DARI KECERDASAN

INTERPERSONAL SISWA KELAS X SMA DI KABUPATEN SRAGEN

Titik Purwandari, Mardiyana, Ikrar Pramudya ................................................ 142

ANALISIS KEMAMPUAN PENALARAN MATEMATIS PADA

MATERI PERSAMAAN GARIS LURUS DITINJAU DARI TIPE

KEPRIBADIAN SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 2 NGEMPLAK

BOYOLALI

Sayekti Dwiningrum, Mardiyana, Ikrar Pramudya .......................................... 156

EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE

DAN RICIPROCAL PEER TUTORING PADA PRESTASI BELAJAR

MATEMATIKA SISWA DITINJAU DARI KECERDASAN

INTERPERSONAL SISWA KELAS VII SMPN SE-KABUPATEN

SUKOHARJO

Ahmad Mursyid, Budiyono, Riyadi ................................................................. 167

Page 20: lppm.mercubuana-yogya.ac.idlppm.mercubuana-yogya.ac.id/wp-content/uploads/2017/05/Prosiding... · lppm.mercubuana-yogya.ac.id

xviii

EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN PBL DAN GI PADA

MATERI RELASI DAN FUNGSI DITINJAU DARI KECERDASAN

INTRAPERSONAL SISWA KELAS VIII SE-KABUPATEN BOYOLALI

Handayani Pratina Nugroho, Budiyono, Riyadi .............................................. 179

EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN TTW DAN NHT PADA

MATERI RELASI DAN FUNGSI DITINJAU DARI TIPE KEPRIBADIAN

SISWA SMP SE-SURAKARTA

Lina Utami, Budiyono, Riyadi ......................................................................... 193

EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN TS-TS DAN TSI PADA

MATERI FUNGSI DITINJAU DARI KECERDASAN LOGIS

MATEMATIS SISWA KELAS VIII SMP NEGERI SE-KABUPATEN

KARANGANYAR

Ervina Yulias Veva, Budiyono, Riyadi ............................................................ 203

EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN AIR DAN RT PADA

MATERI RELASI DAN FUNGSI DITINJAU DARI GAYA BELAJAR

SISWA SMP NEGERI SE-KABUPATEN SRAGEN

Atikha Nur Khoidah, Budiyono, Riyadi .......................................................... 216

KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA SISWA

SMK BERGAYA KOGNITIF FIELD DEPENDENT

Hikmah Maghfiratun Nisa', Cholis Sa’dijah, Abd Qohar ................................ 227

KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA SMP MELALUI

PENGAJUAN MASALAH MATEMATIKA

Dini Hardaningsih, Ika Krisdiana, Wasilatul Murtafiah .................................. 237

ANALISIS KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA KELAS VIII-D

SMP NEGERI 1 GAMBUT

Muliana Sari, Susiswo, Toto Nusantara ........................................................... 251

EFEKTIVITAS MODEL TAPPS DAN MMP BERBANTUAN

GEOGEBRA TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH

MATEMATIK

Himmatul Afthina, Intan Indiati , Intan Indiati , Bagus Ardi Saputro .............. 262

STUDI KASUS KESALAHAN SISWA DALAM MENYELESAIKAN

SOAL LUAS PERMUKAAN DAN VOLUME BANGUN RUANG SISI

DATAR DI SMP

Cindy Indra Amirul Fiqri, Gatot Muhsetyo, Abd. Qohar ................................ 276

MISKONSEPSI SISWA DALAM MENYELESAIKAN MASALAH

PROBABILISTIK

Arini Mayan Fa'ani, Purwanto, Sudirman ........................................................ 287

Page 21: lppm.mercubuana-yogya.ac.idlppm.mercubuana-yogya.ac.id/wp-content/uploads/2017/05/Prosiding... · lppm.mercubuana-yogya.ac.id

xix

EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN NHT BERBASIS MIND

MAPPING DAN TPS BERBASIS MIND MAPPING DITINJAU DARI

GAYA BELAJAR SISWA

Yosita Eka Yuliana, Budiyono, Isnandar Slamet ............................................. 296

EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN THINK TALK WRITE

BERBANTU KARTU MASALAH DAN THINK PAIR SHARE

BERBANTU KARTU MASALAH DITINJAU DARI KEMAMPUAN

AWAL

Putri Permata Sari, Soeyono, Yemi Kuswardi ................................................. 311

EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE

TEAMS GAMES TOURNAMENTS (TGT) DAN TEAMS ASSISTED

INDIVIDUALIZATION (TAI) DITINJAU DARI KECERDASAN

EMOSIONAL SISWA SMP NEGERI SE-KOTA SURAKARTA TAHUN

AJARAN 2016/2017

Ahmad Junaedi, Budiyono, Isnandar Slamet ................................................... 323

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN PENALARAN

MATEMATIKA MELALUI PEMBELAJARAN DENGAN MODEL

PICTURE AND PICTURE

Sumarsih .......................................................................................................... 334

ANALISIS TINGKAT KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF PADA

MATERI GEOMETRI DITINJAU DARI KEMAMPUAN AWAL (PADA

SISWA KELAS VII SMP NEGERI 2 KEDU KABUPATEN

TEMANGGUNG TAHUN PELAJARAN 2014/2015)

Aliksia Kristiana Dwi Utami, Erna Kuneni ..................................................... 346

ANALISIS KECERDASAN SPASIAL DITINJAU DARI KEMAMPUAN

KOGNITIF SISWA PADA MATERI LINGKARAN SISWA KELAS VIII

SMP TAHUN PELAJARAN 2014/2015

Nova Riastuti, Fatriya Adamura, Restu Lusiana.............................................. 357

MENGEMBANGKAN RASA INGIN TAHU DALAM PEMBELAJARAN

MATEMATIKA MELALUI PENEMUAN TERBIMBING SETTING TPS

Alfizah Ayu Indria Sari .................................................................................... 368

PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN BERBASIS KOMIK

ONLINE TOONDOO DENGAN METODE DISKUSI DAN TANYA

JAWAB UNTUK MATERI GEOMETRI DATAR PADA SISWA KELAS

X DI SMA NEGERI 5 SEMARANG

Puspita Dwi Widyastuti, Rasiman, Rina Dwi Setyowati ................................. 378

Page 22: lppm.mercubuana-yogya.ac.idlppm.mercubuana-yogya.ac.id/wp-content/uploads/2017/05/Prosiding... · lppm.mercubuana-yogya.ac.id

xx

KEEFEKTIFAN MODEL PEMBELAJARAN CORE DAN PAIRS CHECK

TERHADAP KEMAMPUAN PENALARAN MATEMATIS SISWA

KELAS VII

Zahid Abdush Shomad, Iwan Djunaedi ........................................................... 386

ANALISIS KEMAMPUAN KONEKSI MATEMATIS SISWA KELAS VII

SMP NEGERI 1 KEMBARAN MATERI BANGUN DATAR

Marlisa Rahmi Ramdhani, Erni Widiyastuti, Fitrianto Eko Subekti ............... 397

ANALISIS KESULITAN SISWA SMP DALAM MEMPELAJARI

PERSAMAAN GARIS LURUS DAN ALTERNATIF PEMECAHANNYA

Sumarsih .......................................................................................................... 409

KREATIVITAS GURU SMA DALAM MENYUSUN SOAL RANAH

KOGNITIF DITINJAU DARI PENGALAMAN KERJA

Merisa Kartikasari, Tri Atmojo Kusmayadi, Budi Usodo ............................... 425

EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN NHT DENGAN

GUIDED DISCOVERY LEARNING DAN JIGSAW II DENGAN GUIDED

DISCOVERY LEARNING DITINJAU DARI ADVERSITY QUOTIENT

SISWA SMP

Qurrotul ‘Ain, Tri Atmojo Kusmayadi, Budi Usodo ....................................... 437

STUDI DESKRIPTIF KETERAMPILAN BERTANYA GURU PADA

PROSES PEMBELAJARAN MATEMATIKA DITINJAU DARI

PENGALAMAN MENGAJAR DI SMA TAMAN MADYA

PROBOLINGGO TAHUN PELAJARAN 2016/2017

Labiba Zahra, Tri Atmojo Kusmayadi, Budi Usodo ........................................ 449

EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN LC7E DAN TSTS

PADA MATERI PROGRAM LINIER DITINJAU DARI KECERDASAN

INTERPERSONAL SISWA SMK SE-KABUPATEN WONOGIRI

Antinah, Tri Atmojo Kusmayadi, Budi Usodo ................................................ 460

KONEKSI KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS TIPE

VISUAL-SIMBOLIK SISWA KELAS XI IPA SMAN KEBAKKRAMAT

Istadi, Tuty Setyowati ...................................................................................... 471

PROFIL PENALARAN SISWA DALAM MENYELESAIKAN

MASALAH PERSAMAAN KUADRAT DITINJAU DARI

KEMAMPUAN AWAL

Rengga Mahendra, Wasilatul Murtafi’ah, Fatriya Adamura ........................... 480

EFEKTIVITAS PENGGUNAAN METODE PEMBELAJARAN

HYPNOTEACHING TERHADAP HASIL BELAJAR MATA KULIAH

EVALUASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA

Page 23: lppm.mercubuana-yogya.ac.idlppm.mercubuana-yogya.ac.id/wp-content/uploads/2017/05/Prosiding... · lppm.mercubuana-yogya.ac.id

xxi

Indra Martha Rusmana, Lasia Agustina ........................................................... 495

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE

STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) DAN SNOWBALL

THROWING SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN

MINAT BELAJAR MATEMATIKA PADA SISWA KELAS XI IPS 3

SMA NEGERI KEBAKKRAMAT KARANGANYAR TAHUN

PELAJARAN 2013/2014

Uning Hapsari Putri, Budi Usodo, Ira Kurniawati ........................................... 505

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN STUDENT FACILITATOR

AND EXPLAINING (SFE) BERBASIS MIND MAPPING UNTUK

MENINGKATKAN KREATIVITAS SISWA

Mohamad Nur Fauzi, Nur Hidayat Damar Jati ................................................ 516

EFEKTIFITAS PEMBELAJARAN MATEMATIKA MENGGUNAKAN

PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAM ASSISTED

INDIVIDUALIZATION

Triana Harmini ................................................................................................. 526

PROFIL KECERDASAN VISUAL-SPASIAL PADA SISWA KELAS IX

SMPN 1 MOJOLABAN BERDASARKAN PERBEDAAN JENIS

KELAMIN

Ria Wahyu Wijayanti, Imam Sujadi, Sri Subanti ............................................ 540

KEYAKINAN GURU MATEMATIKA TENTANG PENDEKATAN

SAINTIFIK DAN IMPLEMENTASINYA PADA PEMBELAJARAN

MATEMATIKA DI KELAS XI SMK N 3 SALATIGA TAHUN

PELAJARAN 2016/2017

Ahmad Abdul Mutholib, Imam Sujadi, Sri Subanti ........................................ 550

DESAIN PEMBELAJARAN HUBUNGAN SUDUT PUSAT, PANJANG

BUSUR, DAN LUAS JURING LINGKARAN MENGGUNAKAN

PEMODELAN MARTABAK

Nia Yuni Saputri, Ratu Ilma Indra Putri, Budi Santoso ................................... 559

MEDIA PEMBELAJARAN TEKA-TEKI PINTAR EDUKATIF (TAPE)

SEBAGAI ALAT BANTU PEMBELAJARAN BARISAN ARITMATIKA

DAN GEOMETRI UNTUK MENINGKATKAN KOMPETENSI

PEDAGOGIK GURU MATEMATIKA

Fitria Sulistyowati ............................................................................................ 572

PROFIL PEMBENTUKAN SKEMA SISWA SD DALAM

MEMECAHKAN MASALAH YANG BERKAITAN DENGAN OPERASI

PENJUMLAHAN BILANGAN PECAHAN BERDASARKAN

KEMAMPUAN MATEMATIKA

Page 24: lppm.mercubuana-yogya.ac.idlppm.mercubuana-yogya.ac.id/wp-content/uploads/2017/05/Prosiding... · lppm.mercubuana-yogya.ac.id

xxii

Sardulo Gembong ............................................................................................ 587

DESAIN PEMBELAJARAN MATERI REFLEKSI MENGGUNAKAN

MOTIF KAIN BATIK UNTUK SISWA KELAS VII

Dina Novrika, Ratu Ilma Indra Putri, Yusuf Hartono ...................................... 600

KEEFEKTIFAN TEAM’S GAME TOURNAMENT DITINJAU DARI

KEMAMPUAN KOMUNIKASI DAN PEMECAHAN MASALAH

(STUDI EKSPERIMEN PADA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1

SEYEGAN)

Nuryadi, Nanang Khuzaini .............................................................................. 620

PERAN GURU DALAM MENTRANSFORMASI PEMBELAJARAN

MATEMATIKA BERBASIS BUDAYA

Ahmad Anis Abdullah ..................................................................................... 633

PENERAPAN METODA DELPHI UNTUK MENENTUKAN

PENGETAHUAN MATEMATIKA WAWASAN UNTUK MENGAJAR

Sugilar .............................................................................................................. 646

PENINGKATAN KEPERCAYAAN DIRI UNTUK MENGAJAR

MATEMATIKA MELALUI PELATIHAN PENGETAHUAN

MATEMATIKA WAWASAN

Sugilar .............................................................................................................. 660

PROFIL BERFIKIR VISUAL LEVEL PEMROSESAN PEMBAYANGAN

MENTAL MAHASISWA CALON GURU MATEMATIKA DALAM

MEMAHAMI DEFINISI FORMAL BARISAN KONVERGEN

Darmadi ............................................................................................................ 672

ANALISIS KORELASI KANONIK PERILAKU BELAJAR TERHADAP

PRESTASI BELAJAR SISWA SMP (STUDI KASUS SISWA SMPN 1

SUKASARI PURWAKARTA)

Iin Irianingsih, Nurul Gusriani, Siti Kulsum, Kankan Parmikanti .................. 686

HUBUNGAN MOTIVASI, LINGKUNGAN BELAJAR, DAN

KEPERCAYAAN DIRI SISWA DENGAN HASIL BELAJAR

MATEMATIKA

Indra Adhitama, Abdul Taram ......................................................................... 697

IMPLEMENTASI MODEL PENILAIAN PORTOFOLIO DALAM

PEMBELAJARAN MATEMATIKA BERBASIS LESSON STUDY

Sumardi, Clara Virgia Maudyla ....................................................................... 715

DESKRIPSI MOTIVASI BELAJAR MATEMATIKA DAN BERPIKIR

TINGKAT TINGGI SISWA SMPN DI LAMPUNG

Page 25: lppm.mercubuana-yogya.ac.idlppm.mercubuana-yogya.ac.id/wp-content/uploads/2017/05/Prosiding... · lppm.mercubuana-yogya.ac.id

xxiii

Haninda Bharata, Caswita ................................................................................ 723

EFEKTIVITAS GUIDED DISCOVERY SETTING THINK PAIR SHARE

UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI DAN TOLERANSI

Ezi Apino ......................................................................................................... 730

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN THINK-PAIR-SHARE (TPS)

DENGAN PENDEKATAN OPEN-ENDED UNTUK MENINGKATKAN

KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA KELAS X MIA 1

SMA MTA SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2014/2015

Sigit Rimbatmojo, Budi Usodo, Rubono Setiawan .......................................... 742

PENERAPAN MODEL LEARNING CYCLE 7E UNTUK

MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR

MATEMATIKA KELAS PEMINATAN XI MIA 3 SEMESTER 2 SMA

NEGERI 5 SURAKARTA TAHUN AJARAN 2014/2015

Lihar Raudina Izzati, Sutopo, Henny Ekana Chrisnawati ............................... 753

PROGRAM GURU PEMBELAJAR: UPAYA PENINGKATAN

PROFESIONALISME GURU DI ABAD 21

Rino Richardo .................................................................................................. 768

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE MAKE A

MATCH TERHADAP AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR

MATEMATIKA SISWA MTS MUHAMMADIYAH 1 NATAR TAHUN

PELAJARAN 2014/2015

Naila Milaturrahmah, Jazim Ahmad, Swaditya Rizki ..................................... 777

BERTANYA EFEKTIF DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA

MATERI PELUANG

Tundung Memolo ............................................................................................. 787

PENINGKATAN KOMUNIKASI DAN PRESTASI SISWA MELALUI

PEMBELAJARAN KOOPERATIF ROLLER COASTER BERBASIS HOT

Tundung Memolo ............................................................................................. 792

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR BERORIENTASI KKNI UNTUK

PENGUATAN SCIENTIFIC APPROACH PADA MATA KULIAH

EVALUASI DAN PROSES PEMBELAJARAN MATEMATIKA

Sanusi, Wasilatul Murtafiah, Edy Suprapto ..................................................... 807

PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING UNTUK MENINGKATKAN

PEMAHAMAN KONSEP DAN PEMECAHAN MASALAH SISWA

KELAS X IPA 1 SMAK KESUMA

Muhammad Khusnan Khanif ........................................................................... 815

Page 26: lppm.mercubuana-yogya.ac.idlppm.mercubuana-yogya.ac.id/wp-content/uploads/2017/05/Prosiding... · lppm.mercubuana-yogya.ac.id

xxiv

PENERAPAN BEBERAPA APLIKASI DARI MICROSOFT: OFFICE

MIX, ONENOTE, SWAY PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA

Budi Usodo, Deshinta P.A.D.A ....................................................................... 822

PENINGKATAN KOMPETENSI GURU MATEMATIKA SMP KOTA

SURAKARTA DALAM PEMBINAAN OLIMPIADE MATEMATIKA

NASIONAL

Mardiyana, Riyadi, Ponco Sujatmiko, Dyah Ratri Aryuna ............................. 837

BIDANG : MATEMATIKA TERAPAN

PENERAPAN METODE KERUCUT TERPANCUNG DAN BUJUR

SANGKAR DALAM PERHITUNGAN LUAS LAHAN BERKONTUR

MENGGUNAKAN BANTUAN MEDIA INFORMASI GOOGLE

EARTH/GOOGLE MAPS

Evania Nur Alivah, Adi Setiawan, Eko Sediyono ........................................... 849

MODEL DISTRIBUSI TOTAL KERUGIAN AGGREGAT MANFAAT

RAWAT JALAN BERDASARKAN SIMULASI

Puspitaningrum Rahmawati, Bambang Susanto, Leopoldus Ricky Sasongko 867

PEMILIHAN PROGRAM STUDI BAGI SISWA LULUSAN SMA

DALAM SELEKSI MASUK PTN UNY DENGAN LOGIKA FUZZY

MAMDANI

Niken Lisca Aggyta Ayuningrum .................................................................... 877

SIMULASI UNTUK MENENTUKAN MODEL DISTRIBUSI TOTAL

KERUGIAN AGREGAT (STUDI KASUS DATA KLAIM POLIS

ASURANSI KESEHATAN MANFAAT RAWAT INAP)

Irene Septinna Nugrahani, Lilik Linawati, Leopoldus Ricky Sasongko ......... 893

PENENTUAN LUAS LAHAN DATAR DENGAN METODE

PENDEKATAN LINGKARAN BERBASIS GOOGLE EARTH/GOOGLE

MAPS

Devi, Adi Setiawan, Eko Sediyono .................................................................. 905

MASALAH NILAI AWAL ITERASI NEWTON RAPHSON UNTUK

ESTIMASI PARAMETER MODEL REGRESI LOGISTIK ORDINAL

TERBOBOTI GEOGRAFIS (RLOTG)

Shaifudin Zuhdi, Dewi Retno Sari Saputro ..................................................... 916

PERAMALAN DENGAN MODEL VARI PADA DATA IHK

KELOMPOK PADI-PADIAN DAN BUMBU-BUMBUAN (STUDI

KASUS KOTA SALATIGA, BULAN JANUARI 2014-JULI 2016)

Ratna Dwijayanti, Adi Setiawan, Didit Budi Nugroho .................................... 924

Page 27: lppm.mercubuana-yogya.ac.idlppm.mercubuana-yogya.ac.id/wp-content/uploads/2017/05/Prosiding... · lppm.mercubuana-yogya.ac.id

xxv

APLIKASI ADAPTIVE NEURAN FUZZY INFERENCE SYSTEM (ANFIS)

SEBAGAI MODEL DIAGNOSIS KONSENTRASI JURUSAN PADA

SISWA SMA/MA

Desrina Fauziah, Irzani, Ripai ......................................................................... 940

TARGET BERORIENTASI METODE CABANG DAN BATAS UNTUK

OPTIMISASI GLOBAL

Mochamad Suyudi, Sisilia Sylviani ................................................................. 955

PELABELAN TOTAL (a,d)-H-ANTI AJAIB PADA GRAF RODA

Marwah Wulan Mulia, Mania Roswitha, Putranto Hadi Utomo ..................... 966

APLIKASI KALKULUS OPTIMISASI DALAM ANALISA OPTIMUM

VARIABEL KEPUTUSAN MODEL MATEMATIKA INVENTORI

TERINTEGRASI DUA LEVEL DENGAN PRODUK TIDAK

SEMPURNA, LEAD FREE DEMAND DAN KENDALA TINGKAT

LAYANAN

Rubono Setiawan, Yemi Kuswardi, Ikrar Pramudya ....................................... 971

PROGRAM VAKSINASI PENYAKIT CAMPAK DI INDONESIA

MELALUI MODEL SUSCEPTIBLE INFECTED RECOVERED (SIR) DAN

HASILNYA

Septiawan Adi Saputro, Purnami Widyaningsih ............................................. 980

MODEL ADDITIVE GENETICS AND UNIQUE ENVIRONMENT (AE)

PADA PENYAKIT DIABETES MELITUS TIPE 2

Andi Darmawan, Dewi Retno Sari Saputro ..................................................... 987

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN MAHASISWA BERPRESTASI

MENGGUNAKAN METODE TOPSIS

Sri Rahmawati Fitriatien .................................................................................. 995

MODEL STAR (1,1) DENGAN PENAKSIRAN PARAMETER

MENGGUNAKAN METODE KUADRAT TERKECIL

Kankan Parmikanti, Khafsah Joebaedi, Iin Irianingsih ................................ 1004

REPRESENTASI INTEGRAL STOKASTIK UNTUK GERAK BROWN

FRAKSIONAL

Chatarina Enny Murwaningtyas, Sri Haryatmi, Gunardi ................................. 1011

DISTRIBUSI STASIONER RANTAI MARKOV UNTUK PREDIKSI

CURAH HUJAN DI WILAYAH JAWA BARAT

Firdaniza, Nurul Gusriani, Emah Suryamah .................................................... 1021

Page 28: lppm.mercubuana-yogya.ac.idlppm.mercubuana-yogya.ac.id/wp-content/uploads/2017/05/Prosiding... · lppm.mercubuana-yogya.ac.id

xxvi

BIDANG : STATISTIKA

ESTIMASI PARAMETER MODEL REGRESI LINIER SEDERHANA

BAYESIAN DENGAN DISTRIBUSI PRIOR INFORMATIF

Dina Ariek Prasdika, Dewi Retno Sari Saputro, Triwik Jatu........................... 1029

ESTIMASI PARAMETER MODEL REGRESI LINIER SEDERHANA

BAYES DENGAN DISTRIBUSI PRIOR NONINFORMATIF JEFFREY

Firda Amalia, Dewi Retno Sari Saputro, Triwik Jatu ...................................... 1037

PERSAMAAN MODEL CAMPURAN HENDERSON PADA MODEL

SMALL AREA SEMIPARAMETRIK DENGAN SAMPLING

INFORMATIF

Angela Nina R. C., Sri Haryatmi, Danardono ................................................. 1047

UJI PERUBAHAN STRUKTURAL PADA REGRESI KUANTIL

DENGAN LAGRANGE MULTIPLIER

Triwik Jatu Parmaningsih, Sri Haryatmi, Danardono ...................................... 1056

DETERMINAN DAN PROFIL KUNJUNGAN DAERAH TUJUAN

WISATA SEJARAH (STUDI KASUS: SITUS SANGIRAN,

KABUPATEN SRAGEN, PROVINSI JAWA TENGAH)

Sri Subanti, Etik Zukhronah, Sri Sulistijowati, BRM Bambang Irawan, Arif

Rahman Hakim ................................................................................................ 1066

ANALISA EMPIRIS TERHADAP PERMINTAAN ATRIBUT

PERUMAHAN (STUDI DI KOTA SEMARANG DAN KOTA

YOGYAKARTA)

Sri Subanti, Hartatik, Nughthoh Arfawi Kurdi, Arif Rahman Hakim ............. 1076

SUBSIDI LANGSUNG TUNAI DAN KONSUMSI KESEHATAN

RUMAH TANGGA DI PROVINSI JAWA TENGAH

Sri Subanti, Respatiwulan, Lestari Sukarniati, Winita Sulandari, Arif Rahman

Hakim ............................................................................................................... 1086

Page 29: lppm.mercubuana-yogya.ac.idlppm.mercubuana-yogya.ac.id/wp-content/uploads/2017/05/Prosiding... · lppm.mercubuana-yogya.ac.id

SEMINAR NASIONAL MATEMATIKA DAN PENDIDIKAN MATEMATIKA

FKIP UNS Rabu, 16 November 2016 620

KEEFEKTIFAN TEAM’S GAME TOURNAMENT DITINJAU

DARI KEMAMPUAN KOMUNIKASI DAN PEMECAHAN

MASALAH (STUDI EKSPERIMEN PADA SISWA KELAS VIII

SMP NEGERI 1 SEYEGAN)

Nuryadi1, Nanang Khuzaini2

1,2Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Mercu Buana Yogyakarta

[email protected]

Abstrak: Cooperative learning tipe Team’s Game Tournament (TGT) merupakan

model pembelajaran yang didalamnya terdapat tahapan-tahapan seperti permainan dan

dapat membuat siswa berkomunikasi matematis, lebih kreatif, memiliki sikap yang

positif terhadap matematika, dan tepat dalam menyelesaikan masalah matematika.

Namun pada kenyataannya, kemampuan komunikasi dan pemecahan masalah yang

harus dimiliki oleh siswa sebagai hasil proses pembelajaran matematika memenuhi

Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan

keefektifan Cooperative learning tipe TGT pada pembelajaran matematika ditinjau

dari kemampuan komunikasi dan pemecahan masalah pada kelas VIII SMP N 1

Seyegan tahun pelajaran 2016/2017. Penelitian ini adalah penelitian eksprerimen

semu dengan pre-postest nonequivalent control group design. Penelitian ini

menggunakan dua kelompok, yaitu kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.

Populasi penelitian mencakup seluruh siswa kelas VIII yang terdiri dari empat kelas.

Dari populasi yang ada, diambil secara acak dua kelas yaitu VIII A dan VIII C sebagai

sampel penelitian. Pembelajaran matematika pada kelas VIII A (kelompok

eksperimen) menggunakan Cooperative learning tipe TGT dan pembelajaran pada

kelas VIII C (kelompok kontrol) menggunakan direct instruction. Instrumen

penelitian ini adalah tes kemampuan komunikasi dan pemecahan masalah. Untuk

menguji keefektifan pembelajaran digunakan analisis one sample t-tes. Sedangkan uji

T2 hotteling dilanjutkan uji-t univariat digunakan untuk menentukan model yang lebih

efektif. Hasil penelitian menunjukkkan bahwa: (1) Cooperative learning tipe TGT dan

direct instruction dalam pembelajaran matematika efektif ditinjau dari kemampuan

komunikasi dan pemecahan masalah; dan (2) Cooperative learning tipe TGT lebih

efektif baik terhadap kemampuan komunikasi dibandingkan direct instruction pada

siswa kelas VIII SMPN 1 Seyegan.

Kata Kunci: TGT, Komunikasi Matematis, Pemecahan Masalah

PENDAHULUAN

Dalam Standar Nasional Pendidikan Undang-Undang RI No 22 tahun 2006 tentang

Standar Isi, yaitu bahwa mata pelajaran matematika bertujuan agar peserta didik memiliki

kemampuan sebagai berikut:

1. Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep dan

mengaplikasikan konsep atau algoritma secara luwes, akurat, efisien dan tepat dalam

pemecahan masalah

Page 30: lppm.mercubuana-yogya.ac.idlppm.mercubuana-yogya.ac.id/wp-content/uploads/2017/05/Prosiding... · lppm.mercubuana-yogya.ac.id

SEMINAR NASIONAL MATEMATIKA DAN PENDIDIKAN MATEMATIKA

FKIP UNS Rabu, 16 November 2016 621

2. Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam

membuat generalisasi, menyusun bukti atau menjelaskan gagasan dan pernyataan

matematika

3. Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang

model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh

4. Mengomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram atau media lain untuk

memperjelas keadaan atau masalah.

5. Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki

rasa ingin tahu, perhatian dan minat dalam mempelajari matematika serta sikap ulet dan

percaya diri dalam memecahkan masalah.

Berdasarkan tujuan pembelajaran matematika diatas, kemampuan yang diharapkan

dikuasai oleh siswa sebagai hasil dari proses pembelajaran matematika adalah kemampuan

komunikasi dan pemecahan masalah.

Hal tersebut juga ditegaskan dalam Nasional Council of Teacher of Mathematics

(NCTM) (2000, p.60), yang menyatakan bahwa komunikasi merupakan aspek yang

memegang peranan penting dalam pendidikan matematika. Menurut Lindquist & Elliot

(Elliot & Kenney, 1996, p.2) menyatakan bahwa jika kita sepakat bahwa matematika

adalah bahasa dan bahasa dipelajari dengan baik dalam komunitas pelajar maka akan

mempermudah pemahaman. Kemampuan komunikasi matematis harus digali dan

dikembangkan guru dalam pembelajaran matematika agar siswa memiliki kemampuan

untuk memberikan informasi yang padat, singkat dan akurat tentang nilai-nilai yang

dibahasakan. Dengan demikian kemampuan komunikasi matematis yang merupakan salah

satu tujuan penyelenggaraan pembelajaran matematika terpenuhi.

Pentingnya kemampuan pemecahan masalah diperkuat NCTM (2000, p.182)

menyatakan bahwa pemecahan masalah merupakan sarana mempelajari ide matematika

dan terampil matematika. Namun demikian, kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa

kegiatan pemecahan masalah dalam proses pembelajaran belum dijadikan sebagai kegiatan

yang utama. Pemecahan masalah merupakan bagian dari pembelajaran matematika yang

sangat penting, karena dalam proses pembelajaran, siswa dimungkinkan menggunakan

pengetahuan serta keterampilan yang sudah dimilikinya untuk diterapkan pada pemecahan

masalah yang bersifat tidak rutin. Kegiatan ini dilakukan dengan menerapkan aturan,

penemuan pola, penggeneralisasian, dan komunikasi matematika yang baik sehingga

kemampuan siswa dalam memecahkan masalah membutuhkan kemampuan-kemampuan

Page 31: lppm.mercubuana-yogya.ac.idlppm.mercubuana-yogya.ac.id/wp-content/uploads/2017/05/Prosiding... · lppm.mercubuana-yogya.ac.id

SEMINAR NASIONAL MATEMATIKA DAN PENDIDIKAN MATEMATIKA

FKIP UNS Rabu, 16 November 2016 622

yang lain, seperti memahami konsep matematika, pemodelan matematika, penalaran dan

komunikasi dalam matematika.

Namun dalam kenyataan, kemampuan komunikasi dan pemecahan masalah

matematis yang harus dimiliki oleh siswa sebagai hasil proses pembelajaran belum bisa

terpenuhi. Menurut Van De Walle (2008, p.12-13), secara umum pembelajaran matematika

masih menggunakan pengajaran tradisional yang dominan menggunakan metode ceramah-

ekspositori. Paradigma lama yaitu paradigma mengajar, masih melekat dan tetap

dipertahankan karena kebiasaan yang susah diubah. Paradigma tersebut belum berubah

menjadi paradigma membelajarkan siswa. Dalam paradigma tersebut, kegiatan

pembelajaran biasanya dimulai dengan memberikan penjelasan tentang ide-ide yang ada

dalam buku yang dipelajari, lalu diikuti dengan memberikan latihan soal dari buku dan cara

menyelesaikan soal tersebut. Menurut hasil penelitian PPPG Matematika 2001

mengungkap bahwa sebagian besar guru menggunakan metode ceramah dalam

pembelajaran, yaitu 70% dari responden. Proses komunikasi yang selalu dilakukan oleh

guru dalam pembelajaran adalah bahasa verbal dan pemberian contoh konkrit (Tim PPPG

matematika, 2001, p.19).

Berdasarkan data hasil ujian nasional SMP N 1 Seyegan untuk beberapa tahun yang

lalu, dimana hasil ujian tersebut menunjukan bahwa kemampuan matematika siswa SMP

N 1 Seyegan sudah bagus meskipun masih ada beberapa siswa yang nilainya masih di

bawah nilai rata-rata ujian rayon, propoinsi dan ujian nasional. Hasil Ujian Nasional (UN)

tahun 2014 di SMP N 1 Seyegan disajikan dalam bentuk tabel 1 berikut :

Tabel. 1

Hasil Nilai Rata-Rata UN SMP N 1 Seyegan .

Nilai UAN

Tahun 2014

Bhs Indo Bhs Ingg Mat IPA

Rata-rata 8,85 7,56 7,53 6,79

Terendah 5,60 3,20 3,25 2,50

Tertinggi 9,60 9,60 10,0 9,25

Stan Deviasi 0,77 1,43 1,63 1,23

Sumber: Depdiknas Badan Penelitian dan Pengembangan.

Salah satu upaya yang akan dilakukan agar kemampuan komunikasi matematis dan

pemecahan masalah matematis yaitu dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif

tipe Teams Games Tournaments (TGT) dalam pembelajaran matematika. Model

pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournaments (TGT) merupakan model

Page 32: lppm.mercubuana-yogya.ac.idlppm.mercubuana-yogya.ac.id/wp-content/uploads/2017/05/Prosiding... · lppm.mercubuana-yogya.ac.id

SEMINAR NASIONAL MATEMATIKA DAN PENDIDIKAN MATEMATIKA

FKIP UNS Rabu, 16 November 2016 623

pembelajaran yang menarik karena di dalamnya terdapat tahapan-tahapan seperti game dan

kegiatan pembelajaran langsung yang diharapkan dapat membuat siswa dapat

berkomunikasi matematis, lebih kreatif, memiliki sikap yang positif terhadap matematika,

dan tepat dalam menyelesaikan masalah matematika.

Berdasarkan hal ini maka tujuan penelitian ini adalah membandingkan keefektifan

Cooperative Learning type TGT (Kelompok eksperimen) dengan keefektifan Direct

Instruction (kelompok kontrol) dalam pembelajaran matematika. Keefektifan ini ditinjau

dari kemampuan komunikasi dan kemampuan pemecahan masalah dalam pembelajaran

matematika.

Keefektifan Pembelajaran Matematika

Menurut Passaribu dan Simanjuntak (Muchith, 2008, p.33) untuk mengetahui

keefektifan pendekatan pembelajaran dapat dilihat dari dua aspek yaitu (a) Aspek

mengajar guru, yaitu menyangkut sejauh mana kegiatan belajar mengajar yang

direncanakan terlaksana oleh guru. Pembelajaran pasti memiliki perencanaan yang matang.

Semakin banyak perencanaan dapat diwujudkan dalam pembelajaran semakin efektif pula

proses pembelajarannya; (b)Aspek belajar murid, yaitu menyangkut sejauh mana tujuan

pelajaran yang diinginkan tercapai melalui kegiatan belajar mengajar (KBM). Sedangkan

menurut Muijs & Reynolds (2008, p.4) keefektifan pembelajaran dipengaruhi oleh guru

yang efektif. Di mana karakteristik guru yang efektif sebagai berikut: a) guru bertanggung

jawab memerintahkan berbagai kegiatan selama jam sekolah, yakni mengajar yang

berstruktur, b) murid memiliki tanggung jawab atas tugasnya dan bersikap mandiri selama

sesi-sesi tugas tersebut, c) setiap guru hanya mengampu satu mata pelajaran saja, d)

interaksi yang tinggi dengan seluruh kelas, e) keterlibatan murid yang tinggi diberbagai

tugas, f) atmosfir yang positif di kelas, g) guru menunjukkan penghargaan dan dorongan

yang besar kepada anak didiknya. Berdasarkan definisi-definisi di atas dapat ditarik

kesimpulan bahwa keefektifan model pembelajaran adalah pembelajaran yang dapat

mencapai tujuan-tujuan yang telah ditentukan, siswa mampu mengembangkan

pemahaman, kemampuan matematika lainnya, dan mengacu pada Kriteria Ketuntasan

Minimal (KKM) belajar siswa.

Cooperative Learning Tipe TGT

Menurut Slavin (1995, p.135) cooperative learning mempunyai tiga karakteristik

yaitu: (1) Murid bekerja dalam tim-tim belajar yang kecil (4-5 orang anggota);(2) Murid

didorong untuk saling membantu dalam mempelajari bahan yang bersifat akademik atau

dalam melakukan tugas kelompok;(3) Murid diberi imbalan atau hadiah atas dasar prestasi

Page 33: lppm.mercubuana-yogya.ac.idlppm.mercubuana-yogya.ac.id/wp-content/uploads/2017/05/Prosiding... · lppm.mercubuana-yogya.ac.id

SEMINAR NASIONAL MATEMATIKA DAN PENDIDIKAN MATEMATIKA

FKIP UNS Rabu, 16 November 2016 624

kelompok. Berikut tahapan-tahapan TeamsGamesTournaments (TGT) menurut Slavin

(1995, p. 84): (1) Presentasi kelas;(2) Belajar kelompok;(3) Game (permainan); (4)

Tournament (kompetisi); (5) Penghargaan kelompok. Setelah mengikuti game dan

turnamen, setiap kelompok akan memperoleh poin atau skor. Rata-rata poin yang diperoleh

dari game dan turnamen akan digunakan sebagai pedoman penghargaan terhadap

kelompok. Penghargaan kelompok diberikan jika kelompok tersebut telah mendapatkan

skor yang melewati kriteria seperti tabel 2 berikut (Slavin, 1995, p.90):

Tabel 2. Kriteria Penghargaan Kelompok

Rata-rata Poin Kelompok Penghargaan

40

45

50

Good Team (Kelompok Baik)

Great Team (Kelompok Hebat)

Super Team (Kelompok Super)

Kemampuan Komunikasi Matematis

Dalam Depdiknas (2006, p.24) kemampuan komunikasi matematis merupakan

kesanggupan atau kecakapan seorang siswa untuk dapat menyatakan dan menafsirkan

gagasan matematika secara lisan, tertulis, atau mendemonstrasikan apa yang ada dalam soal

matematika. Sedangkan menurut Riedesel (1985, p.83-91) komunikasi matematika

berkaitan erat dengan pemecahan masalah, sebab dalam mengungkapkan suatu masalah

dapat dilakukan dengan jawaban terbuka, masalah dinyatakan dengan cara lisan, masalah

non verbal, menggunakan diagram, grafik dan gambar, mengangkat masalah yang tidak

mengggunakan bilangan, menggunakan analogi dan perumusan masalah.

Kemampuan Pemecahan Masalah

Sebagaimana dikemukakan oleh Ruseffendi (1993, p.20) bahwa pemecahan masalah

adalah pendekatan yang bersifat umum yang lebih mengutamakan kepada proses daripada

hasil. Sedangkan menurut Polya (Erman Suherman, 2003, p.91), solusi pemecahan masalah

memuat empat langkah fase penyelesaian, yaitu: 1) Memahami masalah, 2) Merencanakan

penyelesaian, 3) Menyelesaikan masalah sesuai rencana dan 4) Melakukan mengecekan

kembali terhadap semua langkah yang telah dikerjakan.

METODE PENELITIAN

Jenis penelitian ini adalah eksperimen semu (quasi experiment) karena tidak semua

variabel yang muncul dapat dikontrol atau diatur secara ketat (full randomized). Adapun

Page 34: lppm.mercubuana-yogya.ac.idlppm.mercubuana-yogya.ac.id/wp-content/uploads/2017/05/Prosiding... · lppm.mercubuana-yogya.ac.id

SEMINAR NASIONAL MATEMATIKA DAN PENDIDIKAN MATEMATIKA

FKIP UNS Rabu, 16 November 2016 625

desain yang digunakan adalah pretest-posttest nonequivalent comparison-group design.

Group (kelompok) yang digunakan dalam penelitian ini terdiri atas dua kelompok. Dua

kelompok ini kemudian diberikan perlakuan berupa menerapkan pembelajaran dengan

menggunakan pembelajaran kooperatif tipe TGT (kelompok eksperimen) dan Direct

Intruction (kelompok kontrol). (Johnson & Wichern, 2007, p.329). Rancangan desain

penelitian ini mengggunakan desain Pretest-postest non-ekuivalen multiple-group design

dengan rancangan seperti disajikan pada gambar 1 berikut:. (Allyn & Bacon, 1996, p.143)

Gambar 1. Diagram desain penelitian

Populasi penelitian adalah seluruh siswa kelas VIII di SMP Negeri 1 Seyegan tahun

pelajaran 2016/2017 yang terdiri dari 4 kelas parallel. Pengambilan sampel dilakukan

dengan teknik Purpossive Sampling dimana peneliti memilih sendiri kasus-kasus yang akan

dimasukan dalam sampel berdasarkan kekhasan penilaian, jadi teknik pengambilan sampel

dilakukan dengan pertimbangan tertentu. Sebagai kelas uji coba instrumen tersebut adalah

kelas VIII-A dan VIII-C. Untuk mengetahui populasi homogen maka dilakukan analisis

yang terdiri dari uji normalitas, uji homogenitas varians populasi. Pada penelitian ini,

diambil siswa dari dua kelas sebagai sampel penelitian yaitu siswa kelas VIII-A dengan

pembelajaran kooperatif tipe TGT. Sedangkan model pembelajaran Direct Intruction pada

siswa kelas VIII-C.

Terdapat 2 macam variabel dalam penelitian ini, yaitu independent variable (variabel

bebas) dan dependent variable (variabel terikat). Independent variable (variabel bebas)

merupakan variabel stimulus atau variabel yang mempengaruhi variabel lain, yang

variabilitasnya diukur, dimanipulasi atau dipilih untuk menentukan hubungannya dengan

suatu gejala yang diobservasi. Adapun variabel bebas dalam penelitian ini adalah model

pembelajaran kooeperatif tipe TGT.

Teknik pengumpulan data dilakukan dengan melakukan pretest dan posttest untuk

mengukur kemampuan komunikasi dan pemecahan masalah. Adapun tahapannya adalah

sebagai berikut: (a) menyusun instrumen penelitian;(b) meminta dosen dan guru mata

Kelompok

eksperimen

Model Direct

Instruction

Pretest Posttest

Kelompok

eksperimen

Cooperative

Leraning Tipe TGT

Pretest Posttest

Page 35: lppm.mercubuana-yogya.ac.idlppm.mercubuana-yogya.ac.id/wp-content/uploads/2017/05/Prosiding... · lppm.mercubuana-yogya.ac.id

SEMINAR NASIONAL MATEMATIKA DAN PENDIDIKAN MATEMATIKA

FKIP UNS Rabu, 16 November 2016 626

pelajaran matematika untuk memvalidasi instrumen penelitian;(c) melakukan uji coba

instrument;(d) estimasi reliabilitas instrumen penelitian;(e) revisi instrumen penelitian;(f)

memberikan pretest kepada kelompok kontrol maupun kelompok eksperimen;(g)

melakukan penelitian secara bersama-sama dengan guru di sekolah;(h) memberikan

posttest kepada kelompok kontrol maupun kelompok eksperimen.

Dalam penelitian ini untuk memperoleh bukti validitas instrumen digunakan dua

cara, yaitu validitas isi (Content Validity) dan validitas konstruk (Construct Validity).

validitas isi dilakukan dengan dengan cara meminta pertimbangan ahli (expert judgment).

Validitas konstruk mengacu pada sejauh mana suatu instrumen mengukur trait atau

konstruk teoritik yang hendak diukurnya. Untuk mengestimasi koefisien reliabilitas

instrumen digunakan formula Alpha Cronbach (Ebel dan Frisbie, 1979,p.79) dengan rumus

sebagai berikut:

𝑟𝑥𝑥′ =

𝑘

𝑘 − 1[1 − (

∑𝑠𝑖2

𝑠𝑡2 )]

Keterangan :

𝑟𝑥𝑥′ : koefisien realibilitas instrumen

k : banyak butir item

𝑠𝑖2

: varians skor siswa pada suatu item tes

𝑠𝑡2 : varians skor total

Untuk menguji normalitas digunakan uji Kolmogorof Smirnov. Hipotesisnya adalah

sebagai berikut: 𝐻0 : data berasal dari populasi yang berdistribusi normal;𝐻1: data tidak

berasal dari populasi yang berdistibusi normal. Keputusan diuji pada taraf signifikansi 0,05

dengan kriteria 𝐻0 ditolak jika signifikansi kurang dari atau sama dengan 0,05. Uji ini

dilakukan dengan menggunakan bantuan software SPSS 21 for Windows, yaitu dengan uji

normalitas Kolomogorov Smirnov.

Homogenitas data ditentukan dengan dengan uji homogenitas multivariat Box-M

menggunakan software SPSS 21 for Windows. Hipotesisnya sebagai berikut: 𝐻0: variansi

kedua populasi homogen. 𝐻1: variansi kedua populasi tidak homogen. Kesimpulan diambil

pada tingkat kepercayaan 95% (signifikasi 5%) dengan kriteria 𝐻0 ditolak jika signifikansi

kurang dari atau sama dengan 0,05.

Page 36: lppm.mercubuana-yogya.ac.idlppm.mercubuana-yogya.ac.id/wp-content/uploads/2017/05/Prosiding... · lppm.mercubuana-yogya.ac.id

SEMINAR NASIONAL MATEMATIKA DAN PENDIDIKAN MATEMATIKA

FKIP UNS Rabu, 16 November 2016 627

Teknik Analisis Data

Data tentang kemampuan komunikasi dan pemecahan masalah matematis siswa

diperoleh melalui pengukuran dengan instrumen tes yang berbentuk uraian. Skor yang

diperoleh selanjutnya dikonversi sehingga menjadi nilai dengan rentang antara 0 sampai

dengan 100. Skor tersebut kemudian digolongkan dalam kriteria berdasarkankriteria

ketuntasan minimal (KKM) yang ditetapkan oleh sekolah untuk mata pelajaran matematika

yaitu 75. Nilai KKM ini digunakan untuk menentukan persentase banyak siswa yang

mencapai kriteria ketuntasan tersebut.

Teknik analisis data yang digunakan pada penelitian ini adalah statistik uji one

sample t-test dengan dengan software SPSS 21.0 for windows. Analisis ini dilakukan

untuk mengetahui efektif tidaknya pembelajaran kooperatif tipe TGT pada variable

kemampuan komunikasi dan pemecahan masalah. Suatu pembelajaran dikatakan efektif

jika terdapat perubahan kemampuan komunikasi matematis dan pemecahan masalah

sebelum diterapkan pembelajaran dengan setelah diterapkan pembelajaran kooperatif tipe

TGT.

Untuk variabel kemampuan komunikasi dan pemecahan masalah matematis siswa,

nilai 𝜇𝑜 yang digunakan pada rumus di atas adalah 75 skala 0 – 100. Nilai ini

ditentukan berdasarkan pertimbangan bahwa Kriteria ketuntasan Minimal (KKM) yang

ditetapkan untuk mata pelajaran matematika SMP N 1 Seyegan adalah 75, sehingga peneliti

menetapkan 75 sebagai standar untuk menentukan efektif pembelajaran kooperatif tipe

TGT yang diterapkan ditinjau dari kemampuan komunikasi dan pemecahan masalah

matematis.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil Penelitian

Sebelum melakukan analisis untuk uji ketercapain pembelajaran dengan model

cooperative learning tipe TGT dibandingkan dengan pembelajaran dengan Direct

Instruction, dilakukan uji keefektifan pembelajaran dengan model cooperative learning

tipe TGT dan pembelajaran dengan Direct Instruction dengan one sample t-test. Uji

keefektifan ini bertujuan untuk mengetahui efektif tidaknya pembelajaran dengan model

cooperative learning tipe TGT dan pembelajaran dengan Direct Instruction masing-masing

ditinjau dari kemampuan komunikasi matematis dan pemecahan masalah terhadap

matematika.

Page 37: lppm.mercubuana-yogya.ac.idlppm.mercubuana-yogya.ac.id/wp-content/uploads/2017/05/Prosiding... · lppm.mercubuana-yogya.ac.id

SEMINAR NASIONAL MATEMATIKA DAN PENDIDIKAN MATEMATIKA

FKIP UNS Rabu, 16 November 2016 628

Tabel 3. Uji ketercapain pembelajaran dengan TGT dan Direct Instruction

Kelompok Variabel Df thitung ttabel

cooperative

learning tipe

TGT

Komunikasi matematis 31 4,936 2,04

Pemecahan masalah 31 3,393

Direct

Instruction

Komunikasi matematis 31 2,804 2,04

Pemecahan masalah 31 2,575

Berdasarkan tabel 3 di atas, pada kelompok dengan cooperative learning tipe TGT

untuk variabel kemampuan komunikasi matematis diperoleh nilai thitung = 4,936 > ttabel =2,04

untuk variabel pemecahan masalah terhadap matematika diperoleh nilai thitung = 3,393.

Kedua nilai thitung ini menunjukkan bahwa hasil yang diperoleh signifikan karena nilai thitung

tersebut lebih besar dari ttabel = 2,04. Dengan demikian, pembelajaran dengan cooperative

learning tipe TGT efektif ditinjau dari kemampuan komunikasi matematis dan pemecahan

masalah terhadap matematika.

Pada kelompok menggunakan Direct Instruction untuk variabel kemampuan

komunikasi matematis diperoleh nilai thitung = 2,804 dan lebih besar dari ttabel. Ini

menunjukan Direct Instruction efektif untuk variabel kemampuan komunikasi matematis,

sedangkan variabel pemecahan masalah terhadap matematika diperoleh nilai thitung= 2,575

dan lebih besar dari ttabel. Ini menunjukan pembelajaran Direct Instruction efektif dari

variabel pemecahan masalah.

Pengujian manova terhadap posttest untuk mengecek perbedaan antara kedua kelas

yang diberikan perlakuan, sesuai dengan hipotesis statistik. Berdasarkan hasil perhitungan

dengan bantuan SPSS 21,0 for windows diperoleh nilai F = 7,8 dan nilai signifikan 0,007<

0,05. Ini berarti bahwa Ho ditolak sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan

keefektifan antara pembelajaran dengan cooperative learning tipe TGT dengan

pembelajaran Direct Instruction ditinjau dari kemampuan komunikasi matematis.

Sedangkan terhadap variabel kemampuan pemecahan masalah diperoleh nilai F = 3,070

dengan nilai signifikansi 0,085 > 0,05. Ini berarti bahwa 𝐻0 diterima sehingga dapat

disimpulkan tidak terdapat perbedaan keefektifan pembelajaran matematika antara

kelompok TGT dengan kelompok Direct Instruction ditinjau dari kemampuan pemecahan

masalah terhadap matematika

Berdasarkan hasil uji hipotesis multivariat data setelah perlakuan bahwa terdapat

perbedaan keefektifan pembelajaran dengan cooperative learning tipe TGT dan Direct

Instruction ditinjau dari kemampuan komunikasi matematis, maka dilakukan uji-t univariat

untuk melihat manakah dari cooperative learning tipe TGT dan Direct Instruction yang

Page 38: lppm.mercubuana-yogya.ac.idlppm.mercubuana-yogya.ac.id/wp-content/uploads/2017/05/Prosiding... · lppm.mercubuana-yogya.ac.id

SEMINAR NASIONAL MATEMATIKA DAN PENDIDIKAN MATEMATIKA

FKIP UNS Rabu, 16 November 2016 629

lebih berpengaruh ditinjau dari kemampuan komunikasi matematis. Hasil analisis terhadap

perbedaan kemampuan komunikasi matematis siswa kedua kelompok diperoleh thitung

sebesar 2,793, kemudian ttabel sebesar 2,04 atau thitung = 2,793 > t0,05, 59= 2,04; maka H0

ditolak. Dengan demikian pembelajaran dengan cooperative learning tipe TGT lebih

efektif dibandingkan Direct Instruction ditinjau dari kemampuan komunikasi matematis

siswa.

Pembahasan

Beberapa hal yang diselidiki dalam penelitian ini diantaranya adalah (1)

mendeskripsikan keefektifan dari model cooperative learning tipe TGT dan Direct

Instruction;(2) menentukan perbedaan keefektifan dari masing-masing model tersebut

ditinjau dari kemampuan komunikasi matematis dan kemampuan pemecahan masalah

terhadap matematika. Berikut ini akan disampaikan pembahasan dari masalah yang telah

diselidiki. Berdasarkan hasil analisis data yang dilakukan dengan manova dapat

disimpulkan terdapat perbedaan yang signifikan pada kemampuan komunikasi matematis

dan pemecahan masalah antara siswa yang belajar dengan model cooperative learning tipe

TGT dengan siswa yang belajar dengan Direct Instruction.Dari hasil uji lanjut menunjukan

bahwa pembelajaran dengan model cooperative learning tipe TGT lebih efektif terhadap

kemampuan komunikasi matematis.

Untuk mengetahui tingkat keefektifan dari pembelajaran dengan pendekatan

cooperative learning tipe TGT dan pembelajaran dengan Direct Instruction mengacu pada

kriteria ketuntasan minimal (KKM). KKM untuk materi relasi dan fungsi adalah 75.

Pembelajaran dikatakan efektif apabila ketuntasan klasikal melebihi 75%, dengan kata lain

lebih dari 75% siswa mendapatkan nilai melebihi KKM tanpa harus remidi. Hal lain juga

menjadi pertimbangan, apabila sebelum diajarkan hasil pretes menunjukkan ketuntasan

klasikal lebih dari 75%, maka topik tersebut tidak perlu diajarkan lagi.

Dari hasil pretes untuk kedua kelompok eksperimen menunjukkan bahwa ketuntasan

klasikal masih sangat rendah. Oleh karena itu perlu diberikan perlakuan berupa

pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran tertentu yakni cooperative learning

tipe TGT dan Direct Instruction. Berdasarkan kriteria ketuntasan yang telah ditetapkan dan

setelah dilakukan uji statistik dengan uji one sample t-test, pembelajaran matematika

dengan cooperative learning tipe TGT dan Direct Instruction efektif ditinjau dari

kemampuan komunikasi matematis dan kemampuan pemecahan masalah terhadap

matematika. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa cooperative learning tipe TGT

Page 39: lppm.mercubuana-yogya.ac.idlppm.mercubuana-yogya.ac.id/wp-content/uploads/2017/05/Prosiding... · lppm.mercubuana-yogya.ac.id

SEMINAR NASIONAL MATEMATIKA DAN PENDIDIKAN MATEMATIKA

FKIP UNS Rabu, 16 November 2016 630

dan Direct Instruction efektif dalam meningkatkan kemampuan komunikasi matematis dan

kemampuan pemecahan masalah terhadap matematika.

Berdasarkan hasil analisis multivariat, diperoleh nilai probabilitas lebih kecil dari

taraf signifikansi dan nilai F hitung > F tabel. Dengan demikian, berarti hipotesis nol (H0)

penelitian yang berbunyi “tidak terdapat perbedaan keefektifan antara pembelajaran

dengan cooperative learning tipe TGT dengan pembelajaran Direct Instruction ditinjau

dari kemampuan komunikasi matematis ” ditolak. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa

efek pembelajaran dengan cooperative learning tipe TGT dan Direct Instruction ditinjau

dari kemampuan komunikasi matematis berbeda, karena adanya perbedaan secara

kelompok tersebut maka analisis menggunakan uji-t untuk mengetahui apakah secara

univariat juga mempunyai perbedaan yang signifikan ditinjau dari kemampuan komunikasi

matematis.

Berdasarkan hasil analisis menggunakan uji t didapat pada uji univariat untuk

variabel kemampuan komunikasi matematis didapatkan manilai probabilitas lebih kecil

dari taraf signifikansi maka hipotesis nol (H0) yang menyatakan “ tidak terdapat perbedaan

keefektifan pembelajaran dengan cooperative learning tipe TGT dibandingkan Direct

Instruction ditinjau dari kemampuan komunikasi matematis siswa “ ditolak. Berarti,

kemampuan komunikasi matematis sebagai hasil dari mengikuti pelajaran matematika

dengan cooperative learning tipe TGT lebih efektif daripada matematika siswa sebagai

hasil mengikuti pelajaran matematika dengan menggunakan Direct Instruction. Secara

umum dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran matematika dengan

cooperative learning tipe TGT lebih efektif dari pembelajaaran matematika dengan Direct

Instruction ditinjau dari kemampuan komunikasi matematis.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Berdasarkan analisis data dan pembahasan, maka penelitian dapat disimpulkan

bahwa: (1) model cooperative learning tipe TGT dan Direct Instruction efektif ditinjau

dari kemampuan komunikasi dan kemampuan pemecahan masalah pada siswa kelas VIII

SMP N 1 Seyegan;(2) Model cooperative learning tipe TGT dalam pembelajaran

matematika lebih efektif ditinjau dari kemampuan komunikasi dibandingan Direct

Instruction pada siswa kelas VIII SMP N 1 Seyegan.

Page 40: lppm.mercubuana-yogya.ac.idlppm.mercubuana-yogya.ac.id/wp-content/uploads/2017/05/Prosiding... · lppm.mercubuana-yogya.ac.id

SEMINAR NASIONAL MATEMATIKA DAN PENDIDIKAN MATEMATIKA

FKIP UNS Rabu, 16 November 2016 631

Saran

Berdasarkan simpulan, implikasi dan batasan penelitian, maka dapat dikemukakan

saran-saran sebagai berikut.

1. Disarankan bagi siswa agar terus latihan dengan menggunakan soal-aoal terbuka agar

dapat mengembangkan potensi yang dimiliki sehingga meningkatakan kemampuan

komunikasi matematis.

2. Disaran bagi guru yang berminat untuk menerapkan cooperative learning tipe TGT

supaya mempersiapkan masalah jauh-jauh hari sebelumnya, mengingat untuk membuat

dan menyiapkan masalah yang dapat dipahami siswa bukanlah pekerjaan yang mudah.

3. Disarankan kepada sekolah untuk menerapkan inovasi- inovasi baru dalam

pembelajaran matematika termasuk dengan menerapkan cooperative learning tipe TGT

dalam pembelajaran matematika

DAFTAR PUSTAKA

Allyn & Bacon. (1996). Research methods in education: an introduction. Massachusetts: A

Simon and Schuster Company.

BSNP. (2014). Laporan hasil dan statistik nilai ujian nasional tahun pelajaran 2013/2014.

Jakarta: Pusat Penilaian Pendidikan Balitbang Diknas.

Departemen Pendidikan Nasional. (2006). Tentang standar isi untuk satuan pendidikan

dasar dan menengah. (Jakarta: Nomor 22 Tahun 2006).

Ebel, R.L. & Frisbie, D.A. (1979). Essential of educational measurement (4thed). New

Jersey: Prentice-Hall, Inc.

Elliott, P.C. & Kenney, M. J. (1996). Communication in Mathematics, K-12 and beyond.

Reston, Virginia: Association Drive.

Erman Suherman, Turmudi, dkk, (2003). Strategi pembelajaran matematika kontemporer.

Bandung: JICA.

Johnson, R.A & Wichern, D.W .(2007). Applied Multivariate Statistical Analysis. London

: Pearson Prenti ce Hall.

Muchith, S.(2008). Pembelajaran Kontekstual. Semarang : Media Group.

Muijs, D. & Reynalds, D. (2008). Effective teaching. (Terjemahan Soetjipto Helly P &

Soetjiptosri Mulyatini). Yogyakarta: Pustaka pelajar.

NTCM. (2000). Principles and standards for school mathematics. United States: National

Council of Teachers of Mathematics, Inc.

Riedesel, C. A. (1985). Teaching elementary school mathematics. New Jersey: Prentice

Hall, Inc.

Ruseffendi. (1993). Pendidikan matematika. Jakarta: Depdikbud.

Page 41: lppm.mercubuana-yogya.ac.idlppm.mercubuana-yogya.ac.id/wp-content/uploads/2017/05/Prosiding... · lppm.mercubuana-yogya.ac.id

SEMINAR NASIONAL MATEMATIKA DAN PENDIDIKAN MATEMATIKA

FKIP UNS Rabu, 16 November 2016 632

Slavin, R.E. (1995). Cooperative learning “theori, research and practice. London: Allyn

and Bacon.

Tim PPPG Matematika. (2001). Monitoring dan evaluasi program pasca penataran tahun

2001.Monitoring dan evaluasi program pasca penataran tahun 2001. Yogyakarta:

PPPG Matematika.

Van De Walle, J. A. (2008). Matematika sekolah dasar dan menengah. (Terjemahn

suyono). Virginia: Pearson Education Inc. (buku asli diterbitkan tahun 2007).