bab ii tinjauan pustaka a. kesejahteraan subjektif 1 ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/938/3/bab...

25
14 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kesejahteraan Subjektif 1. Pengertian Kesejahteraan Subjektif Kesejahteraan subjektif menurut Diener, dkk., (2006) yaitu mengacu pada bagaimana orang menilai hidup secara positif, termasuk penilaian variabel kepuasan hidup, banyak merasakan afek positif seperti emosi dan suasana hati yang positif, dan kurangnya afek negatif yang dirasakan sepertindepresi dan kecemasan. Adapun pendapat lain tentang kesejahteraan subjektif yaitu, evaluasi subjektif seseorang mengenai kehidupan termasuk konsep-konsep seperti kepuasan hidup, emosi menyenangkan (fulfilment) kepuasan terhadap area-area seperti pernikahan dan pekerjaan, dan tingkat emosi tidaknmenyenangkan yang rendah (Diener, dalam Hamdana, dkk., 2015). Menurut Biswar (dalam Utami, 2012) kesejahteraan subjektif didefinisikan sebagai evaluasi individu terhadap kehidupannya yang berkaitan dengan komponen kognitif dan emosional yang mencakup tigankomponen utama, yaitu banyaknya mengalami afek positif atau afek yang menyenangkannseperti kegembiraan, kelegaan hati, kasih sayang, sedikitnya mengalami afek negatif atau afek yang tidak menyenangkan seperti ketakutan, kemarahan, dan kesedihan, serta pendapat pribadi mengenainkepuasan hidup. Menurut Eddington & Shuman (2005) kesejahteraan subjektif merupakan evaluasi seseorang terhadapnkehidupannya yang meliputi

Upload: trinhkhuong

Post on 11-Aug-2019

215 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kesejahteraan Subjektif 1 ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/938/3/BAB II.pdfUntuk meningkatkan kesejahteraan subjektif, teori ini beranggapan perlunya mengubah

14

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kesejahteraan Subjektif

1. Pengertian Kesejahteraan Subjektif

Kesejahteraan subjektif menurut Diener, dkk., (2006) yaitu mengacu pada

bagaimana orang menilai hidup secara positif, termasuk penilaian variabel

kepuasan hidup, banyak merasakan afek positif seperti emosi dan suasana hati yang

positif, dan kurangnya afek negatif yang dirasakan sepertindepresi dan kecemasan.

Adapun pendapat lain tentang kesejahteraan subjektif yaitu, evaluasi subjektif

seseorang mengenai kehidupan termasuk konsep-konsep seperti kepuasan hidup,

emosi menyenangkan (fulfilment) kepuasan terhadap area-area seperti pernikahan

dan pekerjaan, dan tingkat emosi tidaknmenyenangkan yang rendah (Diener, dalam

Hamdana, dkk., 2015).

Menurut Biswar (dalam Utami, 2012) kesejahteraan subjektif didefinisikan

sebagai evaluasi individu terhadap kehidupannya yang berkaitan dengan komponen

kognitif dan emosional yang mencakup tigankomponen utama, yaitu banyaknya

mengalami afek positif atau afek yang menyenangkannseperti kegembiraan,

kelegaan hati, kasih sayang, sedikitnya mengalami afek negatif atau afek yang tidak

menyenangkan seperti ketakutan, kemarahan, dan kesedihan, serta pendapat pribadi

mengenainkepuasan hidup. Menurut Eddington & Shuman (2005) kesejahteraan

subjektif merupakan evaluasi seseorang terhadapnkehidupannya yang meliputi

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kesejahteraan Subjektif 1 ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/938/3/BAB II.pdfUntuk meningkatkan kesejahteraan subjektif, teori ini beranggapan perlunya mengubah

15

perkembangan kognitif seperti kepuasan hidup dan evaluasi afektif (mood dan

emosi), seperti perasaan ataunemosi positif dan negatif.

Diener, dkk., (dalam Utami, 2009) menambahkan bahwa kesejahteraan

subjektif adalah evaluasi yang dilakukan seseorangnterhadap kehidupannya.

Evaluasi tersebut bersifat kognitif dan afektif. Evaluasi yang bersifat kognitif

meliputi bagaimana seseorang merasakan kepuasan dalam hidupnya. Evaluasi yang

bersifat afektif meliputi seberapa sering seseorang merasakan emosi positif dan

emosi negatif. Seseorang dikatakan mempunyai tingkat kesejahteraan subjektif

yang tinggi jika orang tersebut merasakan kepuasan dalam hidupnya, sering

merasakan emosi positif seperti kegembiraan dan kasih sayang serta jarang

merasakan emosi negatif seperti kesedihan dan amarah.

Ariati (2010) mengemukakan ada dua pendekatan teori yang digunakan

dalam kesejahteraan subjektif yaitu; a) Bottom up theories, yaitunmemandang

bahwa kebahagiaan dan kepuasan hidup yang dirasakan dan dialami seseorang

tergantung dari banyaknya kebahagiaan kecil serta kumpulannperistiwa-peristiwa

bahagia. Secara khusus, kesejahteraan subjektif merupakan penjumlahan dari

pengalaman-pengalaman positif yang terjadi dalam kehidupan seseorang. Semakin

banyaknya peristiwa menyenangkan yang terjadi, maka semakin bahagia dan puas

individu tersebut. Untuk meningkatkan kesejahteraan subjektif, teori ini

beranggapan perlunya mengubah lingkungan dan situasi yang akan mempengaruhi

pengalaman individu, misalnya: pekerjaan yang memadai, lingkungan rumah yang

aman, pendapatan/gaji yang layak. b) Top down theories, yaitu kesejahteraan

subjektif yang dialami seseorang tergantung dari cara individu tersebut

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kesejahteraan Subjektif 1 ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/938/3/BAB II.pdfUntuk meningkatkan kesejahteraan subjektif, teori ini beranggapan perlunya mengubah

16

mengevaluasi dan menginterpretasi suatu peristiwa/kejadian dalamnsudut pandang

yang positif. Perspektif teori ini menganggap bahwa, individu lah yang menentukan

atau memegang peranan apakah peristiwa yang dialaminya akan menciptakan

kesejahteraan psikologis bagi dirinya. Pendekatan ini mempertimbangkan jenis

kepribadian, sikap, dan cara-cara yang digunakan untuk menginterpretasi suatu

peristiwa. Sehingga untuk meningkatkan kesejahteraan subjektif diperlukan usaha

yang berfokus pada mengubah persepsi, keyakinan dan sifat kepribadian seseorang.

Pendekatan bottom up theories dan top down theories memberikan

perbedaan terhadap pendekatan kesejahteraan subjektif, sehingga untuk

menyimpulkan seseorang merasa sejahtera dapat dilihat dari bagaimana individu

tersebut menyikapinya. Dari keseluruhan pengertian di atas, dapat ditarik

kesimpulan bahwa kesejahteraan subjektif merupakan proses ketika seseorang

melakukan evaluasi secara subjektif terhadap kehidupannya yang meliputi evaluasi

kognitif yang berupa adanya kepuasan hidup maupun evaluasi afektif yang berupa

emosi positif (pleasure) atau negatif (displeasure).

2. Aspek Kesejahteraan Subjektif

Menurut Diener, dkk., (2006) kesejahteraan subjektif memiliki tiga aspek,

antara lain:

a. Life Satisfaction atau kepuasan hidup

Kepuasan hidup merupakan penilaian secara umum terhadap

kehidupan seseorang. Kepuasan hidup merupakan bentuk kemampuan

seseorang untuk menikmati pengalaman disertai dengan kegembiraan.

Penilaian kepuasan hidup dapat terdiri dari kepuasan yang dirasakan dalam

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kesejahteraan Subjektif 1 ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/938/3/BAB II.pdfUntuk meningkatkan kesejahteraan subjektif, teori ini beranggapan perlunya mengubah

17

berbagai bidang kehidupan seperti rekreasi, cinta, pernikahan,

persahabatan, dan lain sebagainya.

Diener, dkk., (1985) membagi kepuasan hidup menjadi beberapa

sub, di antaranya kehidupan yang ideal, kondisi kehidupan yang baik,

merasa puas dengan kehidupan, mendapatkan hal-hal pentingndalam

kehidupan, tidak ingin merubah apapun jika terlahir kembali.

b. Afek positif atau menyenangkan

Afek positif dapat terbagi menjadi emosi positif khusus seperti

kegembiraan, kasih sayang dan kebanggaan. Afek merupakanngambaran

evaluasi langsung individu terhadap peristiwa yang terjadi dalam hidupnya

(Putri & Sutarmanto, 2009). Individu akan bereaksi dengan afek positif jika

mengalami sesuatu yang baik dalam hidupnya, begitu pula sebaliknya. Afek

terdiri dari mood dan emosi. Afek terkait dengan penilaian seseorang

terhadap kejadian dalam kehidupan seseorang tersebut (Diener, dkk., 1999).

Afek positif yang dominan cenderung direfleksikannsebagai

kesejahteraan subjektif yang tinggi (Putri & Sutarmanto, 2009). Afek positif

terkait dengan pengalaman emosi yang menyenangkan dan perasaannhati

yang menyenangkan (Diener, 2000). Watson, dkk., (1988) membagi afek

positif menjadi antusias (enthusiastic), tertarik dengannpekerjaan

(interested), penuh tekad (determined), gembira (excited), penuh inspirasi

(inspired), waspada (alert), aktif (active), kuat (strong), bangga (proud),

penuh perhatian (attentive).

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kesejahteraan Subjektif 1 ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/938/3/BAB II.pdfUntuk meningkatkan kesejahteraan subjektif, teori ini beranggapan perlunya mengubah

18

c. Afek negatif atau tidak menyenangkan

Afek tersebut dapat dipisahkan menjadi emosi dan mood khusus,

seperti malu, rasa bersalah, marah, sedih dan cemas. Perasaan negatif

merujuk kepada rendahnya tingkat pengalaman emosinyang tidak

menyenangkan (Diener, 2000). Watson, dkk., (1988) membagi rendahnya

tingkat perasaan negatif menjadi takut akan sesuatu (scared), takut (afraid),

kecewa (upset), tertekan (distressed), gelisah (jittery), gugup (nervous),

malu (ashamed), bersalah (guilty), mudahnmarah (irritable), memiliki

musuh (hostile).

Aspek-aspek kesejahteraan subjektif yang lain dikemukakan oleh

Eddington & Shuman (2005) yaitu:

a. Life satisfaction atau kepuasan hidup, yang dapat dibedakan dalam

kepuasan di masansekarang, masa lalu dan masa depan, serta dalam aspek

keluarga, pekerjaan, kesehatan, cinta, pernikahan, pertemanan atau

hubungan dengan orang lain, rekreasi, ekonomi/keuangan dan sebagainya,

b. Presence of frequent positive affect (pleasant moods and emotions) di mana

pleasant affect / suasana hatinyang menyenangkan ini dapat dibedakan

dalam beberapa emosi, seperti: gembira, disayang, bangga dan berharga.

c. Serta relative absence suasana hati yang tidak menyenangkan tersebut dapat

dibedakan dalamnbeberapa emosi, seperti: malu, bersalah, sedih, marah,

cemas, khawatir, stres, depresi dan iri hati.

Berdasarkan uraian aspek di atas dapat disimpulkan aspek-aspek

kesejahteraan subjektif ke dalam tiga komponen utama, yaitu aspek kognitif

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kesejahteraan Subjektif 1 ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/938/3/BAB II.pdfUntuk meningkatkan kesejahteraan subjektif, teori ini beranggapan perlunya mengubah

19

(yang berkaitan dengan kepuasan hidup), afek positif (berkaitan dengan

tinggi nya keberadaan emosi-emosi positif), serta afek negatif (berkaitan

dengan rendahnya keberadaan emosi-emosi negatif). Kemudian akan

diambil aspek menurut Diener, dkk., (2006) yaitu tentang kepuasan hidup,

afek menyenangkan dan afek yang tidak menyenangkan yang selanjutnya

akan digunakan sebagai aspek dalam pembuatan Skala Kesejahteraan

Subjektif. Menurut peneliti aspek dari Diener lebih lengkap untuk

mengungkap kesejahteraan subjektif dibanding dengan aspek dari ahli lain,

aspek tersebut juga menggambarkan kriteria yang tepat untuk subjek

penelitian.

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi kesejahteraan subjektif

Menurut Ariati (2010) kesejahteraan subjektif dapat dipengaruhi oleh

beberapa faktor antara lain:

a. Harga diri positif

Campbell (dalam Compton, 2005) menyatakan bahwa harga diri merupakan

prediktor yangimenentukan kesejahteraanisubjektif. Harga diri yang tinggi

akan menyebabkan seseorang memiliki kontrol yang baik terhadap rasa

marah, mempunyai hubungan yang intim dan baik dengan orang lain, serta

kapasitas produktif dalam pekerjaan. Hal ini akan menolong individu untuk

mengembangkan kemampuan hubungan interpersonal yang baik dan

menciptakan kepribadian yang sehat.

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kesejahteraan Subjektif 1 ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/938/3/BAB II.pdfUntuk meningkatkan kesejahteraan subjektif, teori ini beranggapan perlunya mengubah

20

b. Kontrol diri

Kontrol diri diartikan sebagai keyakinan individu bahwa dirinya mampu

berperilaku dalam cara yang tepat ketika menghadapi suatu peristiwa.

Kontrol diri ini akan mengaktifkan prosesiemosi, motivasi, perilaku dan

aktifitas fisik. Kontrol diri akan melibatkan proses pengambilan keputusan,

mampu mengerti, memahami serta mengatasi konsekuensi dari keputusan

yang telah diambil serta mencari pemaknaan atas peristiwa tersebut.

c. Ekstraversi

Individu dengan kepribadian ekstrovert akan tertarik pada hal-hal yang

terjadi di luar dirinya, seperti lingkungan fisik dan sosialnya. Penelitian

Diener, dkk., (dalam Arianti, 2010) mendapatkannbahwa kepribadian

ekstavert secara signifikan akan memprediksi terjadinya kesejahteraan

individual.

d. Optimis

Secara umum, orang yang optimis mengenai masa depan merasa lebih

bahagia dan puas dengan kehidupannya. Individu yang mengevaluasi

dirinya dalam cara yang positif, akan memilikiikontrol yang baik terhadap

hidupnya, sehingga memiliki impian dan harapan yang positif tentang masa

depan.

e. Relasi sosial yang positif

Relasi sosial yang positif akan tercipta bila adanya dukungan sosial

dan keintiman emosional. Hubungan yang di dalamnya terdapat dukungan

dan keintiman akan membuat individu mampu mengembangkan harga diri,

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kesejahteraan Subjektif 1 ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/938/3/BAB II.pdfUntuk meningkatkan kesejahteraan subjektif, teori ini beranggapan perlunya mengubah

21

meminimalkan masalah-masalah psikologis, kemampuan pemecahan

masalah yang adaptif, dan membuat individu menjadi sehat secara fisik.

Penelitian yang telah dilakukan Hidayati (2012) menunjukkan ada

hubungan antara kepuasan terhadap imbalan dan dukungan sosial rekan

kerja dengan kesejahteraan subjektif wanita karier dengan peran ganda

sehingga dapat dikatakan bahwaihipotesis dalam penelitian ini diterima.

Setiap terjadinya peningkatan dukungan sosial rekan kerja maka akan

diikuti oleh peningkatan kesejahteraan subjektif.

Tingginya dukungan sosial yang diterima oleh seorang individu

dapat memberikan sumbangan pada kesehatan danikesejahteraan yang

melibatkanihubungan sosial (Miller, 2008). Fromm (dalam Schultz, 2005)

menyatakan bahwa salah satu kebutuhan dasar manusianadalah adanya

hubungan. Fromm percaya bahwa pemuasan kebutuhan untuk berhubungan

atau bersatu dengan orang lain sangat penting untuk kesehatan psikologis.

Sumber kepribadian yang sehat menekankannpada beberapa kekuatan

individu, salah satunya adalahikekuatan sosial (Schultz, 2005).

f. Memiliki arti dan tujuan dalam hidup

Beberapa kajian, arti dan tujuan hidup sering dikaitkan dengan konsep

religiusitas. Penelitian melaporkan bahwa individu yang memiliki

kepercayaan religi yang besar, memiliki kesejahteraan psikologis yang

besar.

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kesejahteraan Subjektif 1 ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/938/3/BAB II.pdfUntuk meningkatkan kesejahteraan subjektif, teori ini beranggapan perlunya mengubah

22

Adapun faktor-faktor lain yang mempengaruhi kesejahteraan subjektif

menurut Hoyer & Roodin (2003) menjelaskan bahwa faktor yang

mempengaruhi kesejahteraan subjektif ada tujuh yakni:

a. Sumber daya individu

Individu dengan sumberdayaidari dalam atau inner resources yang tinggi

(seperti adanya kesamaan/mutually, pertumbuhan, harapan dan insight),

cenderung merasakan kepuasan dengan diri sendiri dan hidupnya.

Sedangkan individu yang mengalami deficit (mengalami gejala psikologis

seperti kecemasan, hostily danimembenci diri sendiri) cenderung kurang

merasakan kepuasan.

b. Kesehatan fisik

Ada keterkaitan antara well-being dengan kesehatan fisik. individu yang

sehat fisik akan lebih sejahtera hidupnyaidaripada yang kurang sehat

c. Interaksi sosial

Kesejahteraan akan semakin meningkat dengan semakin meningkatnya

interaksi sosial dan akan semakinimenurun pada orang dewasa yang tidak

mempunyai teman dekat dan teman untuk menghabiskan waktu bersama.

d. Usia

Usia menunjukan bahwa environmental mastery dan positive relations with

other semakin meningkat dengan bertambahnya usia, sedangkan personal

growth dan purpose in life semakinimenurun dengan bertambahnya usia

individu.

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kesejahteraan Subjektif 1 ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/938/3/BAB II.pdfUntuk meningkatkan kesejahteraan subjektif, teori ini beranggapan perlunya mengubah

23

e. Jenis kelamin

Perempuan dari berbagai usia memiliki positive relations with others dan

personal growth yang lebih tinggiiskornya bila dibanding dengan laki-laki.

f. Traits (sifat)

Well-being dan happiness sangat besar kaitannya dengan empat sifat, yaitu

self esteem tinggi, optimisme, kepribadian outgoing dan keyakinan yang

kuat dalam mengontrol dan menguasai lingkungan.

g. Religiusitas

Individu dewasa yang lebih tua usianya cenderung mempunyai skor yang

lebih tinggi pada pengukuran well-being, khususnya jika mempunyai

interaksi sosialiyang memuaskan, secarakeseluruhan mempunyai kesehatan

yang baik dan mempunyai religiusitas yang kuat.

Berdasarkan pemaparan di atas dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor

yang mempengaruhi kesejahteraan subjektif adalah harga diri positif,

kontrol diri, ekstraversi, optimis, memiliki arti dan tujuan dalam hidup,

sumberdaya individu, kesehatan, usia, jenis kelamin, sifat, agama dan relasi

sosial. Kemudian peneliti memilih faktor dari Ariati (2010) yaitu harga diri

positif, kontrol diri, ekstraversi, optimis, relasi sosial yang positif, memiliki

arti dan tujuan dalam hidup. Pada penelitian ini yang dijadikan variabel

bebas penelitian adalah dukungan sosial rekan kerja. Dukungan sosial rekan

kerja terletak pada relasi sosial seorang individu. Berdasarkan refrensi di

atas peneliti memilih faktor tersebut karena dukungan sosial rekan kerja

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kesejahteraan Subjektif 1 ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/938/3/BAB II.pdfUntuk meningkatkan kesejahteraan subjektif, teori ini beranggapan perlunya mengubah

24

memiliki peranan penting dalam mempengaruhi kebahagiaan karyawan di

tempat kerja.

B. Dukungan Sosial Rekan Kerja

1. Pengertian Dukungan Sosial Rekan Kerja

Menurut Sarafino (2006) dukungan sosial adalah sebuah tindakan yang

dilakukan olehiorang lain untuk memberikan dukungan padaiindividu lain. Adapun

dukungan tersebut juga mengacu pada persepsi seseorang bahwa kenyamanan,

kepedulian, dan bantuan yang tersedia dari orang lain. Dukungan sosial yang

diterima dapat membuat individu merasa tenang, diperhatikan, dicintai, timbul rasa

percaya diri dan kompeten. Pendapat tersebut sesuai dengan pendapat Uchino

(dalam Sarafino, 2006) yang mengatakan bahwa dukungan sosial mengacu pada

kenyamanan, peduli, harga diri, atau bantuan yang tersediaiuntuk seseorang dari

orangilain atau kelompok. Dukungan sosial yang diterima dapat membuat individu

merasa tenang, diperhatikan, dicintai, timbul rasa percaya diri dan kompeten.

Rook (dalam Kumalasari, 2012) mengatakan bahwa dukungan sosial

merupakan salah satu fungsi dari ikatan sosial, dan ikatan-ikatan sosial tersebut

menggambarkan tingkat kualitasiumum dari hubunganiinterpersonal. Ikatan dan

persahabatan dengan orang lain dianggap sebagai aspek yang memberikan

kepuasan secara emosional dalam kehidupan individu. Saat seseorang didukung

oleh lingkungan maka segalanya akan terasa lebih mudah. Dukungan sosial

menunjukkan pada hubungan interpersonal yang melindungi individu terhadap

konsekuensi negatif dari stres.

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kesejahteraan Subjektif 1 ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/938/3/BAB II.pdfUntuk meningkatkan kesejahteraan subjektif, teori ini beranggapan perlunya mengubah

25

Ada tiga sumber dukungan sosial dalam konteks lingkungan kerja, yakni

atasaniatau supervisor, rekan kerja, dan keluarga (Parasuraman, dkk., 1992).

Berdasarkan pendapat Lane (2004) konsep dukungan sosial rekan kerja yaitu

ketersediaan dukungan dari rekan kerjayang dirasakan individu saatimembutuhkan.

Dukungan sosial rekan kerja merupakan salah satu jenis dukungan sosial yang

bersumber dari internalidunia kerja individu (Lane, 2004). Lebih lanjut di jelaskan

Ganster, dkk., (1986) dukungan sosial rekan kerja berhubungan secara langsung

integrasi seseorang pada lingkunganisosial di tempat kerjanya. Dukungan sosial

rekan kerja menurut Beehr and McGrath (dalam Ibrahim, 2014) adalah kesediaan

rekan kerja untuk membantuisatu samailain dalam melaksanakan tugas.

Gottlieb (dalam Seeman, 2001) mengatakan pengertian tentang dukungan

sosial rekan kerja adalah bantuan yang diberikanirekan kerja mencakup adanya

informasi atau nasehat verbal dan atau nonverbal, bantuan nyata atau tindakan yang

diberikan oleh keakraban sosial dan mempunyai manfaat emosional atau efek

perilakuibagi pihak penerima. Adapun menurut Sumaryono (1994) dukungan sosial

rekan kerja merupakan perilaku saling menunjangiantar individu dalam proses

bekerja. Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa dukungan sosial

rekan kerja adalah dukungan yang diberikan oleh rekan kerja kepada seorang

karyawan yang bertujuan untuk membantu dalam menghadapi suatu masalah

tertentu sehingga menciptakan perasaan yang lebih nyaman dan bertindak sebagai

sumber motivasi bagi karyawan dalam mengahadapi serta menyelesaikan

permasalahan yang dihadapi.

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kesejahteraan Subjektif 1 ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/938/3/BAB II.pdfUntuk meningkatkan kesejahteraan subjektif, teori ini beranggapan perlunya mengubah

26

2. Aspek Dukungan Sosial Rekan Kerja

Menurut Sarafino (2006) dukungan sosial terdiri dari empat aspek yaitu:

a. Dukungan emosional yaitu meliputi empati, kepedulian, perhatian,

penghormatan positif dan semangat kepada seseorang. Dukungan emosi

memberikan rasa nyaman, jaminan, kepemilikan dan dicintai ketika

seseorang dalam situasi stres, misalnya memberikan dukungan emosi pada

seseorang yang kehilangan pasangan hidupnya. Dukungan emosi membantu

seseorang memiliki rasa kompetensi dan dihargai. Dukungan emosi lebih

mengacu kepada pemberian semangat, kehangatan, cinta kasih dan emosi,

pemberian perhatian, rasa percaya pada individu, empati, perasaan nyaman,

membuat individu percaya bahwa dia dikagumi, dihargai, dicintai dan

bahwa orang lain bersedia memberi perhatian dan rasa aman pada individu

tersebut.

b. Dukungan instrumental atau alat yaitu meliputi bantuan langsung, seperti

ketika orang meminjamkan atau memberi uang kepada orang lain, atau

menolong memberi pekerjaan ketika orang tersebut membutuhkan

pekerjaan. Dukungan sosial ini mengacu pada penyediaan benda-benda dan

layanan untuk memecahkan masalah praktis, aktivitas-aktivitas seperti

menyediakan benda-benda seperti alat kerja, meminjamkan uang dan

membantu menyelesaikan tugas.

c. Dukungan informasi yaitu meliputi pemberian nasehat, arahan, saran atau

umpan balik mengenai bagaimana cara memecahkan persoalan, contohnya

seseorang yang sedang sakit mendapat informasi dari keluarga atau dokter

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kesejahteraan Subjektif 1 ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/938/3/BAB II.pdfUntuk meningkatkan kesejahteraan subjektif, teori ini beranggapan perlunya mengubah

27

bagaimana mengatasi penyakit tersebut, atau seseorang yang menghadapi

keputusan sulit dalam pekerjaannya mendapat umpan balik atas idenya dari

rekan kerjanya. Dukungan sosial ini terbagi dalam dua bentuk, yaitu bentuk

pemberian informasi atau pengajaran suatu keahlian yang dapat memberi

solusi pada suatu masalah, serta bentuk pemberian informasi yang dapat

membantu individu dalam mengevaluasi performance pribadi.

d. Dukungan persahabatan yaitu mengacu pada ketersediaan orang lain untuk

menghabiskan waktu bersama dengan orang tersebut, dengan demikian

memberikan perasaan keanggotaan dalam kelompok untuk berbagi

ketertarikan dan aktivitas sosial. Dukungan sosial ini dapat berupa

menghabiskan waktu bersama dalam aktivitas-aktivitas rekreasional di

waktu senggang, juga bisa berbentuk lelucon, membicarakan minat dan

melakukan kegiatan yang mendatangkan kesenangan.

Selanjutnya menurut House (dalam Suroso, dkk., 2014) menyatakan ada

beberapa aspek yang terlibat dalam pemberian dukungan sosial dan setiap aspek

mempunyai ciri-ciri tertentu. Aspek-aspek itu adalah:

a. Aspek emosional, aspek ini melibatkan kelekatan, jaminan dan keinginan

untuk percaya pada orang lain sehingga dirinya menjadi yakin bahwa orang

lain tersebut mampu memberikan cinta dan kasih sayang padanya.

b. Aspek informatif, meliputi pemberian informasi untuk mengatasi masalah

pribadi, terdiri atas pemberian nasehat, pengarahan dan keterangan lain

yang dibutuhkan.

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kesejahteraan Subjektif 1 ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/938/3/BAB II.pdfUntuk meningkatkan kesejahteraan subjektif, teori ini beranggapan perlunya mengubah

28

c. Aspek instrumental, aspek ini meliputi penyediaan sarana untuk

mempermudah menolong orang lain, meliputi peralatan, uang,

perlengkapan dan sarana pendukung yang lain termasuk di dalamnya

memberikan peluang waktu.

d. Aspek penilaian, terdiri atas peran sosial yang meliputi umpan balik,

perbandingan sosial dan afirmasi (persetujuan).

Berdasarkan beberapa aspek di atas dapat disimpulkan bahwa aspek-aspek

dukungan sosial rekan kerja meliputi aspek emosional, informatif, instrumental,

persahabatan dan penilaian. Selanjutnya yang akan digunakan dalam penyusunan

Skala Dukungan Sosial Rekan Kerja adalah aspek menurut pendapat Sarafino

(2006) yaitu aspek emosional, informatif, instrumental, dan persahabatan. Peneliti

memilih aspek tersebut dikarenakan lebih lengkap dan sesuai untuk digunakan pada

subjek penelitian yaitu rekan kerja, setiap aspeknya juga dapat mewakili atribut apa

yang akan di ukur.

C. Hubungan Antara Dukungan Sosial Rekan Kerja Dengan

Kesejahteraan Subjektif Karyawan

Dukungan sosial rekan kerja merupakan perilaku saling menunjang antar

individu dalamnproses bekerja (Sumaryono, 1994). Hal ini diperlukan oleh

karyawan, karena karyawan membutuhkan dorongan atau dukungan dari

lingkungannya baik yang bersifat moril maupun materil agar dapat mencapai hasil

kerja yang optimal. Suasana kerja yang saling mendukung, memperhatikan dan

menolong adalah suasana yang dapat menjadikan karyawan bekerja dengan baik

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kesejahteraan Subjektif 1 ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/938/3/BAB II.pdfUntuk meningkatkan kesejahteraan subjektif, teori ini beranggapan perlunya mengubah

29

dan menyenangkan. Lebih lanjut di jelaskan Ganster, dkk., (1986) dukungan sosial

rekan kerjanberhubungan secara langsung integrasi seseorang pada lingkungan

sosial di tempat kerjanya.

Berdasarkan pendapat Lane (2004) konsep dukungan sosial rekan kerja

yaitu ketersediaan dukungan dari rekan kerja yang dirasakannindividu saat

membutuhkan. Gottlieb (dalam Seeman, 2001) mengatakan pengertian tentang

dukungan sosial rekan kerja adalah bantuan yang diberikan rekanikerja mencakup

adanya informasinatau nasehat verbal dan atau nonverbal, bantuan nyata atau

tindakan yang diberikan oleh keakraban sosial dan mempunyai manfaat emosional

atau efek perilaku bagi pihak penerima. Dukungan sosial rekan kerja menurut Beehr

and McGrath (dalam Ibrahim, 2014) adalah kesediaan untuk membantu satu sama

lain (misalnya, peduli, ramah, hubungan yang hangat, empati, saling kerjasama,

tidak adanya rasa untuk salingnmenjatuhkan, penghargaan, penghormatan dan

dukungan) dalamimelaksanakan tugas

Memberikan dukungan sosial di lingkungan kerja akan berdampak pada

perasaan positif yang di alami oleh karyawan, sehingga perasaan tersebut dapat

membantu meningkatkan kesejahteraan subjektif pada seorang karyawan. Sesuai

dengan pendapat Desiningrum (2014) perasaan-perasaan positif tersebut akan

berdampak pada kesejahteraan subjektif yang dialami oleh setiap individu yang

mengalamiiperasaan positif tersebut. Rekan kerja yang mendukung menciptakan

situasi tolong menolong, bersahabat, dan bekerja sama akan menciptakan

lingkungan kerja yang menyenangkaniserta menimbulkan kepuasanidalam bekerja

(Hadipranata dalam Almasitoh, 2011).

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kesejahteraan Subjektif 1 ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/938/3/BAB II.pdfUntuk meningkatkan kesejahteraan subjektif, teori ini beranggapan perlunya mengubah

30

Adapun menurut Sarafino (2006) individu yang memiliki dukungan sosial

percaya bahwa dirinya dicintai, dihargai, dan merasa bagian dari jaringan sosial

seperti keluarga atau komunitas organisasi yang dapatnmembantu pada saat

dibutuhkan. Menurut Hodson (dalam Almasitoh, 2011) mengatakan dukungan

sosial dari tempat kerja dapatimemberikan kontribusi, terutama padaiproduktifitas

dan kesejahteraan karyawan. Mengacu pendapat di atas seorang karyawan yang

memiliki dukungan sosial rekan kerja yang baik di lingkungan kerja, maka dapat

meningkatkan kesejahteraan subjektif pada karyawan itu sendiri, sehingga

karyawan yang merasa sejahtera maka dapat bekerja secara optimal.

Dukungan sosial sendiri menurut Sarafino (2006) memiliki empat aspek di

antaranya adalah aspek emosional, instrumental, informasi dan persahabatan.

Aspek pertama adalah dukungan emosional, menurut Sarafino (2006) dukungan

emosional adalah dukungan emosi yang memberikan rasannyaman, jaminan,

kepemilikan dan dicintai saat individu dalam situasi yang tertekan. Sarafino (2006)

mengatakan pemberian dukungan emosionalmberupa pemberian semangat,

kehangatan dalam berinteraksi sosial dan cinta kasih dapat menjadikan individu

percaya bahwa dirinya dikagumi, dihargai, dicintai dalam kehidupan sosial karena

mengetahui bahwa orang lainibersedia memberi perhatian danirasa aman pada

individu tersebut. Sarafino (2006) menambahkan bahwa dukungan emosional atau

penghargaan dapat melindungi seseorang dari emosi negatif seperti stres. Sesuai

dengan pendapat Miner (1992) mengatakan bahwa dukungan emosi dapat

mencegah perasaan tertekan, yaitu mencegahiapa yang dipandang individuisebagai

stresor yang diterima, kemudian dukungan sosial dapat memberikan arti buat

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kesejahteraan Subjektif 1 ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/938/3/BAB II.pdfUntuk meningkatkan kesejahteraan subjektif, teori ini beranggapan perlunya mengubah

31

individu dalamipenyelesaian masalah. Mengacu dari teori tersebut jika individu

dapat mengatasi suatu masalah, maka akan meningkatkan kebahagiaan dan

kesejahteraan dalam hidupnya.

Lahey (2003) mengatakan bahwa individu yang memiliki dukungan sosial

khususnya dukungan emosional menunjukkan reaksi yang kecil terhadap peristiwa

negatif sepertindepresi, kecemasan dan masalah-masalah kesehatan, karena

dukungan emosional dapat membantu membuat keputusan untuk mengatasi stres.

Mengacu dari teori tersebut, karyawan yang tidak mendapatkan dukungan

emosional cenderung menunjukan reaksi yang besar terhadap perasaan negatif

seperti depresi, cemas dan masalah kesehatan. Berbagai perasaan negatif tersebut

akan berdampak pada kebahagiaan dan kesejahteraan karyawan yang rendah.

Aspek kedua adalah dukungan instrumental, menurut Sarafino (2006)

dukungan instrumental adalah bentuk dukungan yang melibatkan bantuan

langsung, misalnya berupa bantuan finansial atau bantuan dalam mengerjakan

tugas-tugas tertentu. Caplan, dkk., (dalam Sackey & Sanda, 2011) mengatakan

bahwa dukungan instrumental dapat berupa bantuan nyata seperti bantuan fisik atau

bantuan dalam bentuk sarana sepertiimemberikan tumpangan saat rekan kerja

tersebutntidak membawa kendaraan. Menurut Weiss (dalam Cutrona, 1994)

individu yang menerima bantuan materi akan merasaitenang karena menyadari ada

orang yang dapat diandalkan untuk menolongnya bila dirinyaimenghadapi masalah

dan kesulitan. Pernyataan tersebut di dukung oleh teori Gibson, dkk., (1994) yang

mengatakan bahwa pemberian bantuan berupa materi atau penghargaan yang di

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kesejahteraan Subjektif 1 ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/938/3/BAB II.pdfUntuk meningkatkan kesejahteraan subjektif, teori ini beranggapan perlunya mengubah

32

berikan baik secara langsung maupun tidaknlangsung dapat meningkatkan

kesejahteraanidalam hidup.

Menurut Jurgensen (dalam Blum, dkk., 1986) bantuan materi atau imbalan

gaji merupakan kebutuhan hidup yang palingimendasar bagi setiap karyawan,

sehingga bantuan materi atau imbalan gaji yang sesuaiiakan mendorong motivasi

kerja karyawan. Berdasarkan teori tersebut jika seorang karyawan tidak

mendapatkan dukungan instrumental seperti bantuan materi atau gaji yang sesuai

harapan, maka akan menurunkan kebahagiaan dan kesejahteraannya sehingga akan

berdampak pada motivasi kerja yang rendah. Miller (2008) mengatakan bahwa

tingginya dukungan sosial seperti dukungan instrumental yang diterima oleh

seorang individuidapat memberikan sumbangan pada kesehatanidan kesejahteraan.

Teori tersebut diperkuat dengan hasil penelitian Hidayati (2012) yang menyatakan

dukungan sosial rekan kerja secara keseluruhan memberikan sumbangan efektif

sebesar 17,47% terhadap tingkat kesejahteraan subjektif karyawan. Mengacu dari

teori dan hasil penelitian di atas dukungan instrumental dapat memberikan

pengaruh terhadap kesejahteraan subjektif karyawan. Dukungan instrumental yang

rendah akan menurunkan tingkat kesejahteraan subjektif karyawan, dikarenakan

saat individu membutuhkan bantuan materi tidak ada yang dapat memberikan

bantuan sehingga individu tersebut merasakan berbagai hal negatif yang dapat

menurunkan kesejahteraannya.

Aspek ketiga menurut Sarafino (2006) adalah dukungan informatif yaitu

dukungan yang bersifat informasi, dukungan ini dapat berupa saran, pengarahan

dan umpan balik tentang bagaimana cara memecahkan persoalan. Rekan kerja yang

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kesejahteraan Subjektif 1 ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/938/3/BAB II.pdfUntuk meningkatkan kesejahteraan subjektif, teori ini beranggapan perlunya mengubah

33

saling mendukung akan menciptakan situasi tolong menolong, bersahabat dan

bekerjasama yang akan menciptakan lingkungan kerja yangimenyenangkan serta

dapat menimbulkannkepuasan dalam bekerja (Hadipranata, 1999). Cohen dan

Shyme (1985) menyatakan bahwa pemberian dukungan informasi dapatimembantu

individu untuk merubah situasi dan merubah pemahaman dari situasi, sehingga

mempengaruhi penilaiannstresnya. Mengacu dari teori tersebut individu yang

mendapat bantuan informasi maka dapat mengatasi masalahnya dan mengurangi

keragu-raguan, hal tersebut dapat menurunkan tingkat stres, kecemasan, takut dan

kekhawatiran sehingga individu dapat lebih merasa bahagia dan sejahtera dalam

kehidupannya. Sesuai dengan pendapat Miner (1992) yang mengatakan dukungan

informasi bagi masing-masing individu dapat memberikannpengetahuan yang

dibutuhkan untuk mengerti atau mengatasi masalahmdan mengurangi

ketidakpastian.

Dukungan informasi yang di berikan dapat membantu seseorang dalam

menghadapi masalah dan menyelesaikan tantangan-tantangan dalamnpekerjaan

(Lambert, dkk., 2010). Menurut Jhonson, dkk., (2000) memberikan dukungan

sosial khususnya dukungan informasi dapatnmeningkatkan produktivitas serta

mengurangi tingkat stres yang dialami akibat berbagai tekanan. Berdasarkan

pemaparan di atas dampak negatif jika dukungan informasi tidak di berikan adalah

individu akan mudah putus asa, selain itu dapat menurunkan tingkat produktivitas

dan mudah terkena stress, berbagai hal tersebut akan mempengaruhi kesejahteraan

subjektif karyawan. Pernyataan di atas diperkuat dengan hasil penelitian lain yang

telah dilakukan Hartanti (2011) yang menunjukan bahwa dukungan sosial

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kesejahteraan Subjektif 1 ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/938/3/BAB II.pdfUntuk meningkatkan kesejahteraan subjektif, teori ini beranggapan perlunya mengubah

34

khususnya dukungan informasi memiliki korelasi dengan kesejahteraan subjektif

sebesar 21,0%, tinggi rendahnya dukungan sosial yang diberikan akan

mempengaruhi tingkat kesejahteraan subjektif karyawan.

Aspek keempat menurut Sarafino (2006) adalah dukungan persahabatan,

yaitu ketersediaan orang lain untuk menghabiskan waktu bersama, dengan

memberikan perasaan keanggotaan dalam kelompok untuk berbagi ketertarikan dan

aktivitas sosial. Dukungan tersebut ditandai dengan perilaku tolong-menolong,

keakraban dan perilaku positif lainnya, serta rendahnya tingkat konflik, persaingan

dan perilaku negatif lainnya. Menurut Hartup, dkk., (dalam Rahmat, 2014) kualitas

persahabatan adalah hubungan persahabatan yangimemiliki aspek kualitatif seperti

pertemanan, saling mendukungibahkan suatu konflik. Kualitas persahabatan juga

memiliki pengaruh langsung terhadap sikap dan perilaku individu, karena dengan

memberikan kualitas persahabatan yang tinggi atau baik maka dapat mengurangi

rasa malu sertaiisolasi diri (Berndt, 2002). Argyle, dkk., (dalam Rahmat, 2014)

mengungkapkan bahwa dukunganipersahabatan meliputi orang-orang yang saling

menyukai, menyenangi kehadiran satu sama lain, memiliki kesamaan minat dan

kegiatan, saling membantu dan memahami, saling mempercayai, sehingga

menimbulkan rasa nyaman dan saling menyediakan dukungan emosional.

Strauss dan Sayless (dalam Fauziah, dkk., 1999) menambahkan bahwa

sumber dukungan sosial dapat berasal dari rekan kerja, interaksiiindividu dengan

rekan kerja bukan hanya sekedarikarena kedekatan secara fisik tetapi juga untuk

mengurangi dan memecahkan masalah, memudahkan koordinasi dan mencapai

suatu keseimbangan sosial. Menurut Cutrona, dkk., (1994) adanya dukungan

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kesejahteraan Subjektif 1 ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/938/3/BAB II.pdfUntuk meningkatkan kesejahteraan subjektif, teori ini beranggapan perlunya mengubah

35

jaringan sosial akan membantu individu untuk mengurangi stres yang dialami

dengan cara memenuhi kebutuhan akan persahabatan dan kontakisosial dengan

orang lain, hal tersebut juga akan membantu individu untuk mengalihkan perhatian

dari perasaan khawatir terhadap masalah yang dihadapinya atau dengan

meningkatkan suasanaihati yang positif. Dengan memiliki suasana hati yang positif

maka seseorang akan merasa lebih bahagia dan sejahtera, hal ini dikarenakan

individu memaknai segala sesuatu dengan pikiran dan perasaan yang positif.

Namun dukungan persahabatan yang tidak muncul antar sesama karyawan

juga akan mempengaruhi kesejahteraan subjektifnya. Menurut Jurgensen (Blum,

dkk., 1986) bila seorang karyawan mempunyai rekan kerja yangisaling menghargai,

dapat bekerjasama, mempunyai sikap yang sama atau sepaham dan mampu

memberikanirasa tenang atau persahabatan, maka karyawan akan semangat dalam

bekerja. Berdasarkan pemaparan di atas jika dukungan sosial khususnya dukungan

persahabatan tidak muncul dalam suatu lingkungan kerja, maka akan menimbulkan

dampak negatif seperti bersikap malas atau tidak semangat dalam bekerja sehingga

hal tersebut akan mempengaruhi kesejahteraan subjektif karyawan. Pernyataan di

atas diperkuat dengan hasil penelitian lain yang telah dilakukan oleh Putri (2014)

menunjukkan bahwa dukungan sosial mampu meningkatkan hubungan antara

kecerdasan emosi dengan kesejahteraan subjektif sebesar 66,7%. Hasil penelitian

tersebut menunjukan bahawa tinggi rendahnya dukungan sosial yang diberikan

dapat memberikan pengaruh terhadap kesejahteraan subjektif.

Berbagai uraian di atas menunjukan bahwa dukungan sosial rekan kerja,

yang pada setiap aspeknya yaitu emosional, instrumental, informasi dan

Page 23: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kesejahteraan Subjektif 1 ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/938/3/BAB II.pdfUntuk meningkatkan kesejahteraan subjektif, teori ini beranggapan perlunya mengubah

36

persahabatan memiliki hubungan yang dapat mempengaruhi kesejahteraan

subjektif pada karyawan di kehidupan sehari-hari maupun di lingkungan kerja.

Maka kesejahteraan subjektif dan relasi sosial yang positif akan tercapai jika adanya

dukungan sosial dari rekan kerja. Dukungan sosial akan membuat individu mampu

mengembangkan harga diri, meminimalkan masalah-masalah psikologis,

kemampuan pemecahan masalah yang adaptif, dan membuat individu menjadi

sehat secara fisik (Ariati, 2010).

Menurut Serason, dkk., (1983) individu dengan dukungan sosial yang

positif selama hidupnya akan membantu terbentuknyaiharga diri dan cenderung

memandang segala sesuatusecara positif dan optimistikidalam kehidupannya. Dush

dan Amato (dalam Utami, 2009) mengatakan bahwa kesejahteraan secarairelatif

merupakan atribut yang stabil yang merefleksikan seberapa tingkatan individu

mengalami afek positif dan pandanganmterhadap kehidupannya yang

menyenangkan. Menurut teori tersebut individu yang mendapatkan dukungan

sosial dari rekan kerja akan memiliki kesejahteraan yang stabil dalam kehidupan

dan pekerjaannya.

Siedlecki, dkk., (2013) mengatakan bahwa orang yang mempunyai

kepuasan dalam berelasiisosial menyatakan tingkat perasaan bahagianya lebih

banyak dan tingkat perasaan sedihnya yang rendah, dan menyatakan kepuasan

dalam hidupnya dari pada individu yang tidak puas dengan hubungan sosial. Ketika

seseorang mendapat dukungan dari orang lain, maka akan menimbulkan rasa

nyaman dan memberi kontribusi untuk perasaan sejahtera. Dukungan sosial yang

diterima individu pada saat yang tepat, dapatimemberikan motivasi dan semangat

Page 24: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kesejahteraan Subjektif 1 ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/938/3/BAB II.pdfUntuk meningkatkan kesejahteraan subjektif, teori ini beranggapan perlunya mengubah

37

bagi individu dalam menjalani hidupnya karena dirinya merasa diperhatikan,

didukung, dan diakuiikeberadaanya (Desiningrum, 2014). Senada dengan pendapat

Hodson (1997) mengatakan bahwa dukungan sosial di tempat kerja dapat

memberikan suatu kontribusinterutama padanproduktivitas dan kesejahteraan

karyawan. Jika individu atau seorang karyawan mengalami perasaan-perasaan

positif tersebut maka akan menimbulkan kesejahteraan subjektif dalam dirinya.

Begitu sebaliknya jika individu tidak mendapat dukungan sosial maka akan

mengalami perasaan negatif yang membuat individu merasa tidak sejahtera dalam

dirinya. Pendapat tersebut sesuai dengan Baker, dkk., (2009) mengemukakan

bahwa dukungannsosial memberikan efek yang positif dan negatif terhadap

kesehatan dan kesejahteraan.

Oleh karena itu bagi karyawan yang mempunyai beban tanggung jawab dan

tuntutan kerja yang cukup banyak diharapkan dukungan sosial yang diberikan oleh

rekan kerja dapat memberikan dampak psikologis yang positif. Karena ketika

karyawan sedang mengalami suatu masalah yang perlu diselesaikan, terdapat

dukungan dari lingkungan kerja dan rekan kerja yang dapat memberikan solusi dan

masukan bagi pemecahan masalah tersebut. Sehingga beban tanggung jawab dan

tuntutan kerja lebih terasa ringan, dengan tercapainya hal tersebut maka dukungan

sosial rekan kerja dapat membantu karyawan untuk mencapai kesejahteraan

subjektifnya.

Page 25: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kesejahteraan Subjektif 1 ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/938/3/BAB II.pdfUntuk meningkatkan kesejahteraan subjektif, teori ini beranggapan perlunya mengubah

38

D. Hipotesis

Berdasarkan berbagai penjelasan di atas dapat diambil hipotesis terdapat

hubungan positif antara dukungan sosial rekan kerja dengan kesejahteraan subjektif

pada karyawan PR. Berkah Nalami. Artinya semakin tinggi dukungan sosial rekan

kerja, maka semakin tinggi pula kesejahteraan subjektif yang dimiliki karyawan,

sebaliknya semakin rendah dukungan sosial rekan kerja maka semakin rendah pula

kesejahteraan subjektif yang dimiliki karyawan.