bab ii tinjauan pustaka a. perkembangan moral 1. pengertian perkembangan...

15
1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perkembangan Moral 1. Pengertian Perkembangan Moral Istilah moral menurut Kohlberg (1995) merujuk pada pertimbangan moral atau keputusan berdasarkan atas pertimbangan moral; istilah moral adalah penilaian, bukannya berperilaku atau efek seperti rasa diri bersalah; istilah moral tidak juga bersifat sosiologis, misalnya suatu peraturan, untuk orang tertentu larangan memarkir merupakan suatu norma moral, sedangkan untuk orang lainnya larangan itu mungkin hanya merupakan peraturan administratif, sehingga apa yang membuat seseorang bersifat moral bukanlah dari undang-undang peraturan, melainkan sikap pribadi itu sendiri terhadap suatu peraturan. Kohlberg (1995), mengatakan bahwa pertimbangan moral adalah penilaian tentang benar dan baiknya sebuah tindakan, penilaian moral yang bersifat universal, inklusif, konsisten dan didasarkan pada alasan- alasan yang objektif, atau ideal. Perkembangan moral (Kohlberg, 1995) merupakan suatu hasil kemampuan yang semakin berkembang untuk memahami kenyataan sosial atau untuk menyusun dan mengintegrasikan pengalaman sosial.

Upload: others

Post on 05-Nov-2020

7 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perkembangan Moral 1. Pengertian Perkembangan Moralrepository.ub.ac.id/10207/2/BAB II.pdf · 2020. 7. 15. · 2 Berdasarkan pendapat Kohlberg mengenai perkembangan

1

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Perkembangan Moral

1. Pengertian Perkembangan Moral

Istilah moral menurut Kohlberg (1995) merujuk pada pertimbangan

moral atau keputusan berdasarkan atas pertimbangan moral; istilah moral

adalah penilaian, bukannya berperilaku atau efek seperti rasa diri bersalah;

istilah moral tidak juga bersifat sosiologis, misalnya suatu peraturan, untuk

orang tertentu larangan memarkir merupakan suatu norma moral,

sedangkan untuk orang lainnya larangan itu mungkin hanya merupakan

peraturan administratif, sehingga apa yang membuat seseorang bersifat

moral bukanlah dari undang-undang peraturan, melainkan sikap pribadi itu

sendiri terhadap suatu peraturan.

Kohlberg (1995), mengatakan bahwa pertimbangan moral adalah

penilaian tentang benar dan baiknya sebuah tindakan, penilaian moral

yang bersifat universal, inklusif, konsisten dan didasarkan pada alasan-

alasan yang objektif, atau ideal.

Perkembangan moral (Kohlberg, 1995) merupakan suatu hasil

kemampuan yang semakin berkembang untuk memahami kenyataan sosial

atau untuk menyusun dan mengintegrasikan pengalaman sosial.

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perkembangan Moral 1. Pengertian Perkembangan Moralrepository.ub.ac.id/10207/2/BAB II.pdf · 2020. 7. 15. · 2 Berdasarkan pendapat Kohlberg mengenai perkembangan

2

Berdasarkan pendapat Kohlberg mengenai perkembangan moral,

maka peneliti akan menggunakan teori Kohlberg (1995) sebagai dasar

pembuatan alat ukur perkembangan moral.

2. Tahap-tahap Perkembangan Moral.

Menurut Kohlberg (1995) menyusun tiga tingkatan perkembangan

moral, di setiap tingkatannya terdiri dari dua tahap. Berikut penjelasannya:

a. Tingkat 1 Kohlberg : Penalaran Prakonvensional.

Penalaran prakonvesional ialah tingkatan terendah dalam teori

perkembangan moral Kohlberg. Pada tingkatan ini anak tanggap

terhadap aturan-aturan budaya dan terhadap ungkapan-ungkapan

budaya mengenai baik dan buruk, benar dan salah. Akan tetapi hal ini

ditafsirkan dari segi akibat fisik atau kenikmatan perbuatan (hukuman,

keuntungan, pertukaran kebaikan). Atau dari segi kekuatan fisik mereka

yang memaklumkan peraturan dan semua label benar dan salah.

Terdapat dua pada tahap pada tingkat ini.

Tahap 1. Orientasi hukuman dan kepatuhan adalah tahap pertama

dalam teori perkembangan moral Kolberg, yakni akibat-akibat fisik

suatu perbuatan menentukan baik-buruknya, tanpa menghiraukan arti

dan nilai manusiawi dari akibat tersebut. Anak hanya semata-mata

menghindari hukuman dan tunduk pada kekuasaan tanpa

mempersoalkannya, dinilai sebagai hal yang bernilai dalam dirinya

sendiri dan bukan karena rasa hormat terhadap tatanan moral yang

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perkembangan Moral 1. Pengertian Perkembangan Moralrepository.ub.ac.id/10207/2/BAB II.pdf · 2020. 7. 15. · 2 Berdasarkan pendapat Kohlberg mengenai perkembangan

3

mendasari dan yang didukung oleh hukuman dan otoritas. Contohnya,

anak-anak dan remaja mematuhi orang dewasa karena orang dewiasa

menyuruh mereka untuk patuh.

Tahap 2. Orientasi relativis-instrumental adalah tahap kedua dari teori

Kohlberg, yakni perbuatan yang benar adalah perbuatan yang

merupakan cara atau alat untuk memuaskan kebutuhannya sendiri dan

kadang-kadang juga kebutuhan orang lain. Hubungan antar manusia

dipandang seperti hubungan pada umumnya. Terdapat elemen

kewajaran tindakan yang bersifat resiprositas dan pembagian sama rata,

tetapi ditafsirkan secara fisik dan pragmatis. Resiprositas ini merupakan

hal “Jika engkau menggaruk punggungku, nanti aku juga akan

menggaruk punggungmu”, dan bukan karena loyalitas, rasa terima kasih

atau keadilan. Contoh, anak-anak dan remaja bersikap patuh. Bila

mereka mau mematuhinya dan jika apa yang harus mereka patuhi

menguntungkan mereka. Apa yang benar adalah apa yang dirasakan

baik, dan apa yang menghasilkan hadiah.

b. Tingkat 2 Kohlberg : Penalaran Konvesional.

Penalaran konvensional adalah tingkatan kedua, atau menengah,

dari teori perkembangan moral Kohlberg. Pada tingkatan ini anak hanya

menuruti harapan keluarga, kelompok atau bangsa, dan dipandang

sebagai hal yang bernilai dalam dirinya sendiri, tanpa megindahkan

akibat yang segera dan nyata. Sikapnya bukan saja konformitas

terhadap harapan pribadi dan tata tertib sosial, melainkan juga loyal

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perkembangan Moral 1. Pengertian Perkembangan Moralrepository.ub.ac.id/10207/2/BAB II.pdf · 2020. 7. 15. · 2 Berdasarkan pendapat Kohlberg mengenai perkembangan

4

terhadapnya dan secara aktif mempertahankan, mendukung dan

membenarkan seluruh tata tertib itu serta mengidentifikasikan diri

dengan orang atau kelompok yang terlibat. Tingkat ini mempunyai dua

tahap.

Tahap 3. Orientasi kesepakatan antara pribadi atau orientasi “Anak

Manis” adalah tahap ketiga dari teori perkembangan moral Kohlberg.

Pada tahap ini perilaku baik adalah yang menyenangkan dan membantu

orang lain serta yang disetujui oleh mereka. Terdapat banyak

konformitas terhadap gambaran stereotip mengenai apa itu perilaku

mayoritas atau “alamiah”. Perilaku sering dinilai menurut niatnya,

ungkapan “dia bermaksud baik”, untuk pertama kalinya menjadi

penting. Orang yang mendapatkan persetujuan dengan menjadi “baik”.

Contoh, anak-anak dan remaja pada tahap ini seringkali mengambil

standar moral orang tua mereka, hal ini dilakukan karena mereka ingin

orang tua mereka menganggap mereka sebagai “anak yang baik”.

Tahap 4. Orientasi hukum dan ketertiban adalah tahap keempat dari

teori perkembangan Kohlberg. Pada tahap ini terdapat orientasi

terhadap otoritas, aturan yang tetap dan penjagaan tata tertib sosial.

Perilaku yang baik adalah semata-mata melakukan kewajiban sendiri,

menghormati otoritas dan menjaga tata tertib sosial yang ada, sebagai

yang bernilai dalam dirinya sendiri. Contoh, remaja dapat mengatakan

bahwa supaya suatu komunitas dapat bekerja secara efektif, maka

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perkembangan Moral 1. Pengertian Perkembangan Moralrepository.ub.ac.id/10207/2/BAB II.pdf · 2020. 7. 15. · 2 Berdasarkan pendapat Kohlberg mengenai perkembangan

5

komunitas tersebut perlu dilindungi oleh hukum yang ditaati oleh

seluruh anggota komunitas.

c. Tingkat 3 Kohlberg : Penalaran Pasca-Konvensional, Otonom atau

yang Berlandaskan Prinsip.

Penalaran pasca-konvensional adalah tingkatan tertinggi dalam

teori perkembangan moral Kohlberg. Pada tingkatan ini terdapat usaha

yang jelas untuk merumuskan nilai-nilai dan prinsip moral yang

memiliki keabsahan dan dapat diterapkan terlepas dari otoritas

kelompok atau orang yang berpegang pada prinsip-prinsip itu dan

terlepas pula dari identifikasi individu sendiri dengan kelompok

tersebut. Ada dua tahap pada tingkat ini.

Tahap 5. Orientasi kontrak sosial legalistis adalah tahap kelima dari

teori perkembangan Kohlberg. Pada tahap ini perbuatan baik cenderung

dirumuskan dalam kerangka hak dan ukuran individual umum yang

telah diuji secara kritis dan telah disepakati oleh seluruh masyarakat.

Terdapat kesadaran yang jelas mengenai relativisme nilai dan pendapat

pribadi bersesuaian dengannya, terdapat suatu penekanan atas aturan

prosedural untuk mencapai kesepakatan. Terlepas dari apa yang telah

disepakati secara konstitusional dan demokratis, hak adalah soal “nilai”

dan “pendapat” pribadi. Misalnya, seseorang menyadari bahwa hukum

memang penting bagi suatu masyarakat, namun hukum sendiri dapat

diubah, serta percaya bahwa beberapa nilai seperti kebebasan lebih

penting daripada hukum.

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perkembangan Moral 1. Pengertian Perkembangan Moralrepository.ub.ac.id/10207/2/BAB II.pdf · 2020. 7. 15. · 2 Berdasarkan pendapat Kohlberg mengenai perkembangan

6

Tahap 6. Orientasi prinsip etika universal adalah tahap keenam dan

tertinggi dari teori perkembangan moral Kohlberg. Pada tahap ini hak

ditentukan oleh keputusan suara batin, sesuai dengan prinsip-prinsip

etis yang dipilih sendiri dan yang mengacu pada komprehensivitas

logis, universalitas, konsistensi logis. Prinsip-prinsip ini bersifat abstrak

dan etis. Pada hakikatnya prinsip-prinsip universal keadilan, resiprositas

dan persamaan hak asasi manusia serta rasa hormat terhadap manusia

sebagai pribadi individual. Contoh, ketika dihadapkan pada suatu

konflik antara hukum dan kata hati, seseorang akan mengikuti kata

hatinya, walaupun keputusan tersebut dapat memunculkan risiko pada

dirinya.

Kohlberg (Santrock, 2003) percaya bahwa seluruh tingkatan dan

tahap-tahapnya terjadi secara berurutan sesuai dengan usia. Kohlberg

(1995), menganggap tahap-tahap lebih tinggi lebih bermoral daripada

tahap-tahap yang lebih rendah, dan Kohlberg (1995) menegaskan bahwa

hanya pikiran atau bahasa tahap ke-enam lah yang sepenuhnya bersifat

moral, yakni setiap tahap yang lebih tinggi semakin mendekati

karakteristik.

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Moral

Kohlberg (1995), faktor-faktor penentu utama perkembangan

moral, yaitu :

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perkembangan Moral 1. Pengertian Perkembangan Moralrepository.ub.ac.id/10207/2/BAB II.pdf · 2020. 7. 15. · 2 Berdasarkan pendapat Kohlberg mengenai perkembangan

7

a. Daya kemampuan kelompok sebaya dan sekolah

Untuk merangsang perkembangan moral tanpa adanya pengaruh

keluarga. Hal tersebut diperkuat dalam penelitian yang diadakan di

Israel oleh Kohlberg, (Kolberg 1995), yakni dalam penelitian tersebut

memperlihatkan bahwa penempatan para pemuda yang kurang

beruntung dalam “kibbutz” (perkebunan milik bersama Israel)

menyebabkan terjadinya perkembangan moral yang cepat. Padahal

selama masa tinggal di “kibbutz” mereka hanya memiliki sedikit

hubungan langsung dengan orang tua.

b. Kesempatan untuk mengambil peran moral

Dalam kesempatan untuk mengambil peran moral merupakan suatu hal

yang paling penting dalam sumbangan oleh keluarga bagi

perkembangan moral anak. Penelitian yang dilakukan Holstein

(Kohlberg, 1995) memperlihatkan bahwa anak-anak yang telah maju

dalam pertimbangan moral memiliki orang tua yang maju dalam hal

pertimbangan moral. Namun, disamping itu kecenderungan orang tua

untuk merangsang proses pengambilan peran timbal-balik juga

berhubungan dengan kematangan anak.

Sehingga dapat disimpulkan faktor-faktor yang mempengaruhi

penalaran moral pada individu, ialah interaksi dengan kelompok teman

sebaya, lingkungan sekolah, serta kesempatan untuk mengambil peran.

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perkembangan Moral 1. Pengertian Perkembangan Moralrepository.ub.ac.id/10207/2/BAB II.pdf · 2020. 7. 15. · 2 Berdasarkan pendapat Kohlberg mengenai perkembangan

8

B. Perilaku Prososial

1. Pengertian Perilaku Prososial

Perilaku prososial menurut Eisenberg & Mussen (1989)

didefinisikan sebagai tindakan yang ditujukan untuk memberikan

konsekuensi positif atau keuntungan bagi orang lain yang menerima

pertolongan, seperti membantu pada individu lain atau kelompok,

dilakukan secara sukarela, dan bukan dibawah paksaan.

Perilaku prososial menurut Eisenberg & Mussen (1989), mengacu

pada tindakan sukarela, seperti membantu atau memberikan manfaat pada

individu lain atau kelompok individu. Contohnya, seseorang individu

mungkin termotivasi untuk membantu orang lain untuk alasan dirinya

sendiri (mendapatkan hadiah), untuk memperoleh pengakuan dari orang

lain, atau karena seseorang memang benar-benar simpati, maupun benar-

benar peduli dengan orang lain.

Berdasarkan pengertian perilaku prososial, menurut Eisenberg dan

Mussen, maka peneliti akan menggunakan teori Eisenberg & Mussen

(1989) sebagai dasar pembuatan alat ukur perilaku prososial.

2. Aspek-aspek Perilaku Prososial

Eisenberg & Mussen (1989), perilaku prososial mencakup :

a. Sharing (berbagi)

Berbagi adalah kesediaan berbagi perasaan dengan orang lain

dalam suasana suka maupun duka (Eisenberg & Mussen, 1989).

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perkembangan Moral 1. Pengertian Perkembangan Moralrepository.ub.ac.id/10207/2/BAB II.pdf · 2020. 7. 15. · 2 Berdasarkan pendapat Kohlberg mengenai perkembangan

9

Berbagi dapat dilakukan apabila penerima menunjukkan kesukaan

sebelum ada tindakan melalui dukungan verbal dan fisik.

b. Cooperative (kerjasama)

Kerjasama adalah kesediaan bekerjasama dengan orang lain demi

tercapainya suatu tujuan. Kerjasama biasanya saling menguntungkan,

saling memberi, saling menolong, dan menenangkan.

c. Helping (menolong)

Menolong adalah kesediaan untuk menolong orang lain yang

sedang dalam kesusahan. Menolong meliputi membantu orang lain,

menawarkan bantuan kepada orang lain, atau melakukan sesuatu yang

menunjang berlangsungnya kegiatan orang lain.

d. Honesty (kejujuran)

Kejujuran adalah bentuk perilaku yang ditunjukkan dengan

perkataan yang sesuai dengan keadaan dan tidak menambahkan atau

mengurangi kenyataan yang ada.

e. Generosity (berderma)

Berderma adalah individu yang memiliki sifat altruis, memiliki

sikap suka beramal, suka memberi atau murah hati kepada orang lain

yang membutuhkan pertolongannya tanpa mengharapkan imbalan

apapun dari orang yang ditolongnya.

Aspek-aspek perilaku prososial yang dipakai dalam penelitian ini

adalah sharing, cooperative, donating, helping, genoristy.

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perkembangan Moral 1. Pengertian Perkembangan Moralrepository.ub.ac.id/10207/2/BAB II.pdf · 2020. 7. 15. · 2 Berdasarkan pendapat Kohlberg mengenai perkembangan

10

C. Perkembangan Moral Dewasa Awal

Piaget (Santrock, 2012) mengatakan bahwa pemikiran pada

individu dewasa awal memasuki tahap operasional formal, yakni tahap

terakhir dalam perkembangan kognitif dan tahap ini menjadi ciri dari

individu dewasa awal hingga akhir maupun remaja, selain itu pemikiran

pada individu dewasa awal berbeda dengan pemikiran pada individu

remaja; artinya individu dewasa awal memiliki pengetahuan lebih banyak

dibandingkan dengan remaja, dan walaupun individu remaja mulai mampu

menyusun rencana maupun hipotesis, namun pada individu dewasa muda

menjadi lebih sistematis dan terampil, Keating (Santrock, 2012).

Kohlberg (1995) mengatakan bahwa pemikiran formal menjadi

suatu prasyarat yang perlu bagi pertimbangan moral yang berlandaskan

prinsip, kegiatan pemikiran formal juga memungkinkan untuk upaya

mempertanyakan moralitas itu sendiri dalam suatu cara yang sebelumnya

tidak dapat dibayangkan. Pertimbangan moral (Kohlberg, 1995) adalah

penilaian tentang baik dan benarnya sebuah tindakan.

Kohlberg dan Colby (Kolberg, 1995) menemukan tingkat

pemikiran formal bersesuaian dengan tahap-tahap moral tiga, empat, dan

lima. Pertimbangan moral tahap tiga menuntut adanya proses-proses

kognitif yang bersifat peralihan antara kegiatan pemikiran konkret dan

kegiatan pemikiran formal. Pertimbangan moral tahap empat menuntut

tingkat kegiatan pemikiran formal yang rendah, sedangkan pertimbangan

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perkembangan Moral 1. Pengertian Perkembangan Moralrepository.ub.ac.id/10207/2/BAB II.pdf · 2020. 7. 15. · 2 Berdasarkan pendapat Kohlberg mengenai perkembangan

11

moral tahap lima dan enam menuntut tingkat kegiatan pemikiran formal

yang tinggi.

Adapun istilah perkembangan moral (Kohlberg, 1995) merupakan

suatu hasil kemampuan yang semakin berkembang untuk memahami

kenyataan sosial atau untuk menyusun dan mengintegrasikan pengalaman

sosial. Pada perkembangan moral, Kohlberg (1995) menyajikan suatu

rangkaian tetap dengan tahap yang lebih tinggi, secara struktural lebih

memadai dari tahap-tahap sebelumnya. Kohlberg (1995) menganggap

tahap-tahap lebih tinggi sebagai lebih bermoral daripada tahap-tahap lebih

rendah.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa walaupun tahap perkembangan

kognitif pada usia dewasa dengan usia remaja sama, yakni tahap

operasional formal, namun pada usia dewasa awal sekalipun yang

memiliki perkembangan kognitif operasional formal akan lebih sistematis

dan terampil dibandingkan perkembangan kognitif pada individu yang

berusia remaja. Ketika individu memiliki tahap kognitif yang lebih baik,

yakni tahap operasional formal memungkinkan individu memiliki

pertimbangan moral yang lebih baik, dimana semakin tinggi pertimbangan

moral dalam tahap perkembangan moral, maka individu semakin bermoral.

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perkembangan Moral 1. Pengertian Perkembangan Moralrepository.ub.ac.id/10207/2/BAB II.pdf · 2020. 7. 15. · 2 Berdasarkan pendapat Kohlberg mengenai perkembangan

12

D. Hubungan antara Perkembangan Moral dengan Perilaku Prososial

pada Dewasa Awal

Perkembangan moral (Kohlberg, 1995) merupakan suatu hasil

kemampuan yang semakin berkembang untuk memahami kenyataan sosial

atau untuk menyusun dan mengintegrasikan pengalaman sosial.

Perkembangan moral menurut Kohlberg (1995) memiliki tiga

tingkat yang mana masing-masing tingkat terdapat dua tahap, sehingga

ada enam tahap perkembangan moral. Tahap-tahap perkembangan moral

menurut Kohlberg (1995) yang akan dijadikan sebagai dasar pembuatan

alat ukur, pada tingkat pertama yaitu tingkat prakonvensional, dibagi

menjadi dua tahap, yakni satu orientasi pada hukuman dan kepatuhan,

tahap dua orientasi relativis-instrumental; tingkat ke-dua yakni

konvensional, dibagi menjadi dua tahap, yakni tahap tiga orinetasi

kesepakatan antara pribadi atau orientasi “anak manis”, tahap empat

orientasi pada hukum dan ketertiban; tingkat ke-tiga yakni pasca-

konvensional yang dibagi menjadi dua tahap, yakni pada tahap lima

orientasi pada kontrak sosial legalistis, serta tahap enam orientasi prinsip

etika universal.

Kohlberg, Piaget, Eisenberg (Eisenberg dan Mussen, 1989)

mengatakan bahwa cara berpikir tentang isu-isu moral, konsep yang

mendasari keputusan moral, dan perubahan usia kematangan kognitif

mendasari perilaku prososial seseorang. Salah satu penelitian mengenai

hubungan antara penalaran moral dengan perilaku prososial pada remaja

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perkembangan Moral 1. Pengertian Perkembangan Moralrepository.ub.ac.id/10207/2/BAB II.pdf · 2020. 7. 15. · 2 Berdasarkan pendapat Kohlberg mengenai perkembangan

13

oleh Lestari (2015), didapatkan hasil yang signifikan bahwa ada hubungan

antara penalaran moral dengan perilaku prososial pada remaja, dengan

artian semakin tinggi penalaran moral, semakin tinggi juga perilaku

prososial pada remaja.

Berdasarkan Eisenberg dan Mussen (1989), perkembangan moral

mempengaruhi kecenderungan hati seseorang untuk bertindak secara

prososial, dan rendahnya tingkat perkembangan moral akan menimbulkan

kenakalan, ketidak jujuran. Eisenberg dan Mussen (1989) mengatakan

bahwa rendahnya tingkat perkembangan moral mungkin berkorelasi positif

dengan tindakan prososial yang dimotivasi oleh kekhawatiran dari diri

sendiri, misalnya seseorang membantu karena mengharapkan hadiah,

cenderung ingin dipandang, adanya kondisi situasional yang

mengakibatkan seseorang tidak sadar melakukan tindakan prososial,

seperti membantu mengambil benda yang jatuh.

Perilaku prososial menurut Eisenberg & Mussen (1989) bahwa

perilaku prososial didefinisikan sebagai adanya konsekuensi bagi

penolong untuk orang lain, dilakukan secara sukarela, dan bukan dibawah

paksaan; tindakan prososial ditujukan untuk memberikan konsekuensi

positif bagi orang lain yang menerima pertolongan, dan ada beberapa

alasan seseorang untuk melakukan perilaku prososial.

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perkembangan Moral 1. Pengertian Perkembangan Moralrepository.ub.ac.id/10207/2/BAB II.pdf · 2020. 7. 15. · 2 Berdasarkan pendapat Kohlberg mengenai perkembangan

14

E. Kerangka Berpikir

Kerangka berpikir menjelaskan mengenai alur penelitian yang akan

digunakan oleh peneliti dalam judul “Hubungan Perkembangan Moral

dengan Perilaku Prososial pada Dewasa Awal”.

Berikut ini merupakan kerangka berpikir yang dapat dirangkum

sebagai berikut :

Gambar 2.1.

Berdasarkan Gambar 2.1, perkembangan moral merupakan variabel

bebas, perilaku prososial merupakan variabel terikat. Tujuan dari

penelitian ini adalah peneliti ingin mengetahui apakah ada hubungan atau

tidak ada hubungan antara perkembangan moral dengan perilaku prososial.

F. Hipotesis Penelitian

1. Hipotesis Alternatif (Ha)

“Ada hubungan antara perkembangan moral dengan perilaku prososial

pada dewasa awal”.

2. Hipotesis Nihil (Ho)

“Tidak ada hubungan antara perkembangan moral dengan perilaku

prososial pada dewasa awal”.

Perkembangan

Moral

Perilaku Prososial

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perkembangan Moral 1. Pengertian Perkembangan Moralrepository.ub.ac.id/10207/2/BAB II.pdf · 2020. 7. 15. · 2 Berdasarkan pendapat Kohlberg mengenai perkembangan

15