ff emily hipertensi

30
DAFTAR ISI DAFTAR ISI ...................................................... .......................................................... ..... BAB I. PENDAHULUAN 1 I.I Latar Belakang ................................................. ......................................... I.II Masalah .................................................. ................................................... I.III Tujuan ................................................... .................................................... I.IV Manfaat .................................................. ................................................... 2 2 2 3 BAB II. ISI II.I Tinjauan Pustaka Hipertensi ............................................... ...................... 4 BAB III. MATERI DAN METODE 1

Upload: emilyakman

Post on 06-Dec-2015

230 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

family folder hypertension

TRANSCRIPT

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI .....................................................................................................................

BAB I. PENDAHULUAN

1

I.I Latar Belakang ..........................................................................................

I.II Masalah .....................................................................................................

I.III Tujuan .......................................................................................................

I.IV Manfaat .....................................................................................................

2

2

2

3

BAB II. ISI

II.I Tinjauan Pustaka Hipertensi ..................................................................... 4

BAB III. MATERI DAN METODE

III.I Materi ........................................................................................................

III.II Metode ......................................................................................................

10

10

BAB IV. HASIL KUNJUNGAN RUMAH

IV.I. Hasil Anamnesis dan Pengamatan ............................................................

IV.II Resume ......................................................................................................

12

16

BAB V. ANALISIS MASALAH ..................................................................................... 17

BAB VI. PENUTUP

VI.I Kesimpulan ............................................................................................... 19

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................... 20

LAMPIRAN

1

BAB I

PENDAHULUAN

I.I Latar Belakang

Puskesmas merupakan unit pelayanan kesehatan yang letaknya berada paling dekat di tengah-

tengah masyarakat dan mudah dijangkau dibandingkan dengan unit pelayanan kesehatan

lainnya (rumah sakit swasta maupun negeri). Fungsi puskesmas adalah mengembangkan

pelayanan kesehatan yang menyeluruh seiring dengan misinya. Pelayanan kesehatan tersebut

harus bersifat menyeluruh atau yang disebut dengan Comprehensive Health Care Service

yang meliputi aspek promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif. Prioritas yang harus

dikembangkan oleh puskesmas harus diarahkan ke bentuk pelayanan kesehatan dasar (basic

health care services) yang lebih mengedepankan upaya promosi dan pencegahan (public

health service). Fungsi puskesmas menurut keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia

No.128/MENKES/SK/II/2004, adalah sebagai pusat penggerakan pembangunan berwawasan

kesehatan, pusat pemberdayaan masyarakat dan keluarga dalam pembangunan kesehatan,

serta pusat pelayanan kesehatan tingkat pertama.

Hipertensi di negara-negara industri merupakan salah satu masalah kesehatan utama,

di Indonesia hipertensi juga merupakan masalah kesehatan yang perlu diperhatikan oleh

dokter yang bekerja pada pelayanan kesehatan primer karena angka prevalensinya yang

tinggi dan akibat jangka panjang yang ditimbulkannya. Berdasarkan penyebabnya, hipertensi

dibagi menjadi 2 golongan yaitu hipertensi primer yang tidak diketahui penyebabnya dan

hipertensi sekunder yaitu hipertensi yang disebabkan oleh penyakit lain.

I.II Masalah

Faktor resiko apa saja yang ditemukan pada pasien

Evaluasi terapi dalam rangka pengobatan hipertensi

Bagaimana fungsi keluarga menurut ilmu kedokteran keluarga dalam mendukung

penyembuhan pasien

Mengetahui intervensi apa yang dapat dilakukan untuk menangani hipertensi

I.III Tujuan

Mengetahui penyebab penyakit hipertensi

Mengetahui epidemiologi penyait hipertensi

2

Mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan penyakit hipertensi

Mengetahui cara mendiagnosis penyakit hipertensi

Mengetahui cara penanganan penyakit hipertensi

I.IV Manfaat

Mampu mendeteksi dini penyakit hipertensi

Mampu mendiagnosa penyakit hipertensi

Mampu melakukan penyuluhan tentang penyakit hipertensi

Mampu melakukan upaya pencegahan penyakit hipertensi

Mampu melakukan pengobatan terhadap penderita hipertensi

Menghindari komplikasi penyakit hipertensi

3

BAB II

ISI

II.I Tinjauan Pustaka Hipertensi

Definisi

Hipertensi didefinisikan sebagai tekanan darah sistolik yang menetap di atas atau

sama dengan 140 mm Hg atau tekanan darah diastolik yang menetap di atas atau sama

dengan 90 mm Hg.1 Secara umum, hipertensi merupakan suatu keadaan tanpa gejala, dimana

tekanan yang abnormal tinggi di dalam arteri menyebabkan meningkatnya resiko terhadap

stroke, aneurisma, gagal jantung, serangan jantung dan kerusakan ginjal.2

Menurut The seventh report of the joint national committee on prevention, detection,

evaluation and treatment of high blood pressure (JNC 7) klasifikasi tekanan darah pada

orang dewasa terbagi menjadi kelompok-kelompok seperti pada tabel 1.

Tabel 1. Klasifikasi Tekanan Darah Menurut JNC 7

Klasifikasi Tekanan Darah TDS (mmHg) TDD (mmHg)

Normal < 120 <80

Prahipertensi 120-139 80-89

Hipertensi derajat 1 140-159 90-99

Hipertensi derajat 2 ≥ 160 ≥ 100

TDS= Tekanan Darah Sistolik, TDD= Tekanan Darah Diastolik

Sumber: The Joint National Commitee VII (JNC)

Anamnesis

Hal-hal yang perlu ditanyakan dalam anamnesis antara lain:

1. Identitas pasien

2. Keluhan utama yakni keluhan yang dirasakan pasien sehingga pasien pergi ke

dokter atau mencari pertolongan

3. Riwayat penyakit sekarang yakni gejala yang sering dialami seperti sakit kepala,

gangguan penglihatan, lamanya menderita hipertensi, adanya episode berkeringat,

cemas, lemah otot atau tetani

4

4. Riwayat penyakit dahulu yakni adanya riwayat hipertensi atau penyakit

kardiovaskular, riwayat stroke, hiperlipidemia, diabetes melitus, penyakit pada

ginjal, pemakaian obat-obat analgesik atau obat lain

5. Riwayat penyakit keluarga yakni penyakit keturunan atau infeksi, kongenital

6. Riwayat pribadi yakni pasien memiliki kebiasaan dan pola hidup yang buruk

seperti merokok, konsumsi alkohol, diet tinggi garam, kepribadian pasien, sosial,

budaya, dan ekonomi.3

Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik yang dilakukan yakni tanda-tanda vital seperti tekanan darah,

frekuensi nadi, napas, dan suhu. Pengukuran tekanan darah dengan cara meminta pasien

duduk di tempat yang sunyi dan tenang dengan tangan disandarkan pada penyangga sehingga

titik tengah lengan atas setinggi jantung, memastikan ukuran manset cukup besar, panjangnya

harus mengelilingi >80% lengan atas, meletakkan manset sehingga garis tengahnya terletak

di atas denyut nadi arteri brakialis dengan tepi bawah manset 2 cm di atas fosa kubiti di mana

kepala stetoskop diletakan, mengembangkan manset dan menentukan tingkat tekanan di

mana denyut brakialis menghilang dengan palpasi, melakukan auskultasi di atas arteri

brakialis dan mengembangkan manset sampai 30 mmHg di atas tingkat tekanan yang

sebelumnya ditentukan dengan palpasi, mengempiskan manset perlahan sambil

mendengarkan munculnya (fase I) bunyi Korotkoff, mulai mengaburnya (fase IV), dan

menghilang (fase V), mengulangi beberapa kali, mencatat tekanan sistolik (fase I) dan

diastolik (fase V), serta mencari perbedaan postural dalam pengukuran tekanan darah.

Pemeriksaan fisik lanjutan seperti hipertofi ventrikel kiri (denyut apeks kuat angkat,

bergeser jika ada dilatasi sekunder), dipstik urin, hasil mikrsokopiknya, funduskopi,

perlambatan denyut radialis-femoralis, (koarktasio), tampilan Cushingoid, bruit abdominalis,

defisit neurologis (TIA), tanda-tanda gagal jantung, dipstik urin untuk mencari darah dan

protein.4

Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan laboratorium awal meliputi urinalisis (protein, leukosit, eritrosit, dan

silinder), hemoglobin dan hematokrit, elektrolit darah (kalium), ureum, kreatinin, gula darah

puasa, kolesterol total, elektrokardiografi (EKG) yang akan menunjukkan HKV pada sekitar

20-50% (kurang sensitif) tapi masih menjadi metode standar.5

5

Etiologi

Hipertensi digolongkan menjadi dua yaitu hipertensi primer atau esensial dan

hipertensi sekunder. Hipertensi primer merupakan bentuk hipertensi yang paling lazim pada

semua kelompok usia kecuali anak-anak. 90-95% tidak diketahui penyebabnya. Hipertensi

sekunder 5-10% disebabkan oleh beberapa perubahan pada jantung dan pembuluh darah

kemungkinan bersama-sama menyebabkan meningkatnya tekanan darah, penyakit ginjal,

kelainan hormonal atau pemakaian obat tertentu misalnya pil KB, kegemukan atau obesitas,

gaya hidup yang tidak aktif (malas olah raga), stres, alkohol atau garam dalam makanan.1,2

Epidemiologi

Di Amerika, diperkirakan 1 dari 4 orang dewasa menderita hipertensi. Apabila

penyakit ini tidak terkontrol, akan menyerang target organ, dan dapat menyebabkan serangan

jantung, stroke, gangguan ginjal, serta kebutaan. Dari beberapa penelitian dilaporkan bahwa

penyakit hipertensi yang tidak terkontrol dapat menyebabkan peluang 7 kali lebih besar

terkena stroke, 6 kali lebih besar terkena congestive heart failure, dan 3 kali lebih besar

terkena serangan jantung. Menurut WHO dan the International Society of Hypertension

(ISH), saat ini terdapat 600 juta penderita hipertensi di seluruh dunia, dan 3 juta di antaranya

meninggal setiap tahunnya. Tujuh dari setiap 10 penderita tersebut tidak mendapatkan

pengobatan secara adekuat. Di Indonesia masalah hipertensi cenderung meningkat. Hasil

Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2001 menunjukkan bahwa 8,3% penduduk

menderita hipertensi dan meningkat menjadi 27,5% pada tahun 2004. Kelompok Kerja

Serebrokardiovaskuler FK UNPAD/RSHS tahun 1999, menemukan prevalensi hipertensi

sebesar 17,6%, dan MONICA Jakarta tahun 2000 melaporkan prevalensi hipertensi di daerah

urban adalah 31,7%. Sementara untuk daerah rural (Sukabumi) FKUI menemukan prevalensi

sebesar 38,7%. Hasil SKRT 1995, 2001 dan 2004 menunjukkan penyakit kardiovaskuler

merupakan penyakit nomor satu penyebab kematian di Indonesia dan sekitar 20–35% dari

kematian tersebut disebabkan oleh hipertensi. Penelitian epidemiologi membuktikan bahwa

hipertensi berhubungan secara linear dengan morbiditas dan mortalitas penyakit

kardiovaskular. Beberapa studi menunjukkan bahwa seseorang yang mempunyai kelebihan

berat badan lebih dari 20% dan hiperkolesterol mempunyai risiko yang lebih besar terkena

hipertensi. Faktor risiko tersebut pada umumnya disebabkan pola hidup (life style) yang tidak

sehat. Faktor sosial budaya masyarakat Indonesia berbeda dengan sosial budaya masyarakat

6

di negara maju, sehingga faktor yang berhubungan dengan terjadinya hipertensi di Indonesia

kemungkinan berbeda pula.6

Patogenesis

Hipertrofi ventrikel kiri (HVK) merupakan kompensasi jantung menghadapi tekanan

darah tinggi ditambah dengan faktor neurohumoral yang ditandai oleh penebalan konsentrik

otot jantung (hipertrofi konsentrik). Fungsi diastolik akan mulai terganggu akibat dari

gangguan relaksasi ventrikel kiri, kemudian disusul oleh dilatasi ventrikel kiri (hipertrofi

eksentrik). Rangsangan simpatis dan aktivasi sistem RAA memacu mekanisme Frank-

Starling melalui peningkatan volume diastolik ventrikel sampai tahap tertentu dan pada

akhirnya akan terjadi gangguan kontraksi miokard (penurunan/gangguan fungsi sistolik).5

Gejala Klinis

Sebagian besar gejala klinis terjadi setelah mengalami hipertensi bertahun-tahun dan

berupa sakit kepala saat terjaga, kadang-kadang disertai mual dan muntah akibat peningkatan

tekanan darah intrakranial, penglihatan kabur akibat kerusakan hipertensif pada retina, cara

berjalan yang tidak mantap karena kerusakan susunan saraf pusat, nokturia yang disebabkan

karena peningkatan aliran darah ginjal dan filtrasi glomerulus, serta edema dependen dan

pembengkakan akibat peningkatan tekanan kapiler.5,7

Komplikasi

Stroke dapat terjadi akibat hemoragi tekanan tinggi di otak, atau akibat embolus yang

terlepas dari pembuluh selain otak yang terpajan tekanan tinggi. Stroke dapat terjadi pada

hipertensi kronis jika arteri yang memperdarahi otak mengalami hipertrofi dan penebalan,

sehingga aliran darah ke otak yang diperdarahi berkurang. Arteri otak yang mengalami

aterosklerosis dapat melemah sehingga meningkatkan kemungkinan terbentuknya aneurisma.

Infark miokard dapat terjadi apabila arteri koroner yang aterosklerotik tidak dapat

menyuplai cukup iksigen ke miokarduim atau apabila terbentuk trombus yang menghambat

aliran darah melewati pembuluh darah. Pada hipertensi kronis dan hipertrofi ventrikel,

kebutuhan oksigen miokardium mungkin tidak dapat dipenuhi dan dapat terjadi iskemia

jantung yang menyebabkan infark. Demikian jug, hipertrofi ventrikel dapat menyebabkan

perubahan waktu hantaran listrik melintasi ventrikel sehingga terjadi disritmia, hipoksia

jantung, dan peningkatan resiko pembentukan bekuan.

7

Gagal ginjal dapat terjadi karena kerusakan progresif akibat tekanan tinggi pada

kapiler glomerulus ginjal. Dengan rusaknya glomerulus, aliran darah ke unit fungsional

ginjal, yaitu nefron akan terganggu dan dapat berlanjyt menjadi hipoksik dan kematian.

Dengan rusaknya membran glomerulus, protein akan keluar melalui urin sehingga tekanan

osmotik koloid plasma berkurang dan menyebabkan edema, yang sering dijumpai pada

hipertensi kronis.

Ensefalopati (kerusakan otal) dapat terjadi, terutama pada hipertensi maligna

(hipertensi yang meningkat cepat dan berbahaya). Tekanan yang sangat tinggi pada kelainan

ini menyebabkan peningkata tekanan kapiler dan mendorong cairan ke ruang interstisial di

seluruh susunan saraf pusat. Neuron-neuron di sekitarnya olaps dan terjadi koma serta

kematian.

Kejang dapat terjadi pada wanita preeklamsi. Bayi yang lahir mugkin memiliki berat

lahir kecil masa kehamilan akibat perfusi plasenta yang tidak adekuat, kemudian dapat

mengalami hipoksia dan asidosis jika ibu mengalami kejang selama atau sebelum proses

persalinan.7

Tatalaksana

Langkah awal biasanya adalah mengubah pola hidup pasien seperti menurunkan berat

badan sampai batas ideal, mengubah pola makan pada pasien diabetes, obesitas atau kadar

kolesterol yang tinggi, mengurangi pemakaian garam sampai kuranng dari 2,3 gram natrium

atau 6 gram natrium klorida setiap harinya disertai dengan asupan kalsium, magnesium dan

kalium yang cukup) dan mengurangi alkohol, olah raga aerobikyang tidak terlalu berat,

pasien tidak perlu memtasai aktivitasnya selama tekanan darahnya terkendali, dan berhenti

merokok.

Terapi obat pada hipertensi dimulai dengan salah satu obat berikut ini:

hidroklorotoazid (HCT) 12,5-25 mg perhari dosis tunggal pada pagi hari, Resepin 0,1-0,25

mg sehari sebagai dosis tunggal, Propanolol mulai dari 10 mg 2 x sehari dapat dinaikkan 20

mg 2 x sehari (kontra indikasi untuk penderita asma), kaptopril 12,5-25 mg 3 x sehari (kontra

indikasi pada kehamilan selama janin hidup dan penderita asma), nifedipin mulai dari 5 mg 2

x sehari, bisa dinaikkan 10 mg 2 x sehari.2

Pencegahan

Berbagai cara yang terbukti mampu untuk mencegah terjadinya hipertensi, yaitu

pengendalian berat badan, pengurangan asupan natrium klorida, aktivitas alkohol,

8

pengendalian stress, suplementasi minyak ikan dan serat. The 5-year primary prevention of

hypertension meneliti berbagai faktor intervensi terdiri dari pengurangan kalori, asupan

natrium klorida dan alkohol serta peningkatan aktifitas fisik. Hasil penelitian menunjukkan

penurunan berat badan sebesar 5,9 pounds berkaitan dengan penurunan TDS dan TDD

sebesar 1,3 mmHg dan 1,2 mmHg. Penelitian yang mengikutsertakan sebanyak 47.000

individu menunjukan perbedaan asupan sodium sebanyak 100 mmo1/hari berhubungan

dengan perbedaan TDS sebesar 5 mmHg pada usia 15-19 tahun dan 10 mmHg pada usia 60-

69 tahun. Intervensi pengendalian stress seperti relaksasi, meditasi mampu mencegah dan

mengobati hipertensi.8

Prognosis

Prognosis pasien sebenarnya tergantung pada kepatuhan pasien untuk mengikuti

pengobatan. Pada dasarnya pengobatan hipertensi berlangsung seumur hidup. Oleh karena itu

komunikasi dokter-pasien harus terjalin dengan baik sehingga pasien mau patuh pada

pengobatan. Jika pasien mematuhi rencana pengobatan, kemungkinan untuk terjadinya

komplikasi bisa dicegah sehingga dapat dikatakan prognosisnya baik.

9

BAB III

MATERI DAN METODE

III.I Materi

Data Riwayat Keluarga/Family Folder

Family Folder adalah salah satu teknik pencatatan yang digunakan untuk mengetahui

status kesehatan suatu keluarga dalam masyarakat, dengan menggunakan prinsip dokter

keluarga, yaitu seorang pasien merupakan pintu masuk menuju kesehatan keluarganya. Jadi,

melalui pengamatan pada seorang pasien, kita juga harus mengetahui status kesehatan pada

setiap individu keluarganya.

Pada Family Folder ini kita dapat melihat adanya faktor lingkungan yang sangat

berperan pada perkembangan suatu penyakit, keadaan tempat tinggal yang kita amati,

lingkungan sekitarnya yang dapat menunjang munculnya agent maupun malah mendukung

host sehingga penyakit tidak muncul. Selain dipengaruhi lingkungan, juga dipengaruhi oleh

faktor keturunan, mekanisme pertahanan tubuh, umur, jenis kelamin, ras, status perkawinan,

macam pekerjaan dan kebiasaan hidup. Oleh karena itu pada Family Folder juga

dicantumkan hal tersebut.

Puskemas adalah sarana pelayanan kesehatan strata pertama yang bertanggungjawab

menyelenggarakan upaya kesehatan perorangan dan upaya kesehatan masyarakat di wilayah

kerjanya. Oleh karena itu, pengisian Family Folder dilakukan pada pasien yang datang ke

Puskesmas, guna mengetahui secara langsung kesehatan perorangan maupun masyarakat

yang berada di sekitar Puskesmas tersebut.

III.I Metode

Wawancara Pasien

Wawancara merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan melalui tatap muka

dan tanya jawab langsung antara pengumpul data maupun peneliti terhadap nara sumber atau

sumber data. Wawancara pada penelitian sampel besar biasanya hanya dilakukan sebagai

studi pendahuluan karena tidak mungkin menggunakan wawancara pada 1000 responden,

sedangkan pada sampel kecil teknik pengumpul data (umumnya penelitian kualitatif).

10

Wawancara terbagi atas wawancara terstruktur dan tidak terstruktur. Wawancara

terstruktur artinya peneliti telah mengetahui dengan pasti apa informasi yang ingin digali dari

informasi yang ingin digali dari responden sehingga daftar pertanyaan sudah dibuat secara

sistematis. Peneliti juga dapat menggunakan alat bantu tape recorder, kamera foto, dan

material lain yang dapat membantu kelancaran wawancara. Wawancara tidak terstruktur

adalah wawancara bebas, yaitu peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang berisi

pertanyaan yang akan diajukan secara spesifik, dan hanya memuat poin-poin penting masalah

yang ingin digali dari responden.

11

BAB IV

HASIL KUNJUNGAN RUMAH

IV.I Hasil Anamnesis dan Pengamatan

Puskesmas : Puskesmas Kecamatan Rengasdengklok

Nomor register : -

Data riwayat keluarga:

1. Identitas Pasien

a. Nama : Ny. M

b. Umur : 49 tahun

c. Jenis kelamin : Perempuan

d. Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

e. Pendidikan : tamat SLTP

f. Alamat : Jalan Amansari, RT 07/RW 03, Desa Aman

Sari, Kec. Rengasdengklok, Kab. Karawang

g. Telepon : -

2. Riwayat Biologis Keluarga

a. Keadaan kesehatan sekarang : baik

b. Kebersihan perorangan : sedang

c. Penyakit yang sering diderita : sakit kepala

d. Penyakit keturunan : tidak ada

e. Penyakit kronis yang menular : tidak ada

f. Kecacatan anggota keluarga : tidak ada

g. Pola makan : baik

h. Pola istirahat : baik

i. Jumlah anggota keluarga : 4 orang

12

3. Psikologis Keluarga

a. Kebiasaan buruk : tidak menggunakan alas kaki di luar rumah dan

saat bertani

b. Pengambilan keputusan : Suami

c. Ketergantungan obat : tidak ada

d. Tempat mencari pelayanan kesehatan : Praktik Bidan

e. Pola rekreasi : kurang

4. Keadaan rumah/lingkungan

a. Jenis bangunan : permanen

b. Lantai rumah : keramik

c. Luas rumah : 120 m2

d. Penerangan : cukup

e. Kebersihan : cukup

f. Ventilasi : cukup

g. Dapur : ada

h. Jamban keluarga : ada

i. Sumber air minum : PAM

j. Sumber pencemaran air : tidak ada

k. Pemanfaatan perkarangan : tidak ada

l. Sistem pembuangan air limbah : ada

m. Tempat pembuangan sampah : ada

n. Sanitasi lingkungan : baik

5. Spiritual Keluarga

a. Ketaatan beribadah : baik

b. Keyakinan tentang kesehatan : baik

6. Keadaan Sosial Keluarga

a. Tingkat pendidikan : sedang

b. Hubungan antar anggota keluarga : baik

c. Hubungan dengan orang lain : baik

d. Kegiatan organisasi sosial : baik

13

e. Keadaan ekonomi : sedang

7. Kultural Keluarga

Adat yang berpengaruh : tidak adat yang berpengaruh dalam

pengambilan keputusan keluarga

8. Daftar Anggota Keluarga

No Nama Hub dgn KK Umur Pendidikan Pekerjaan Agama Keadaan

Kesehatan

Keadaan

Gizi

Imunisasi KB Keterangan

1 Suparna Ayah 53 th SMEA Buruh tani Islam Baik Baik - -

2 Mila Ibu 49 th SMEA Buruh tani Islam Baik Baik - -

3 Mirah Anak Pr 21 th SMP Pelajar Islam Baik Baik Lengkap -

4 Cantika Anak Lk 18 th SD Pelajar Islam Baik Baik Lengkap -

9. Keluhan utama : sakit kepala

10. Keluhan tambahan : sensasi berputar diikuti, rasa mual, dan

penglihatan kabur saat berjalan kaki

11. Riwayat penyakit sekarang : pasien mengeluh sering sakit kepala sejak 2

tahun yang lalu. Keluhan sakit kepala seperti ditusuk-tusuk, disertai rasa berputar dan

mual muntah, serta pandangan kabur bila sakit kepala muncul. Awalnya pasien hanya

menduga sakit kepala biasa dan diberikan obat warung biasa, namun tidak ada

kesembuhan dari sakitnya. Akhirnya pasien memeriksakan diri di Puskesmas Kecamatan

Batujaya akibat sakitnya yang tidak sembuh. Di puskesmas, pasien dikatakan menderita

penyakit darah tinggi dan diwajibkan meminum obat untuk mengontrol darah tingginya,

namun pasien sering lupa untuk meminum obatnya. Jila gejala sudah mereda, pasien

jarang mengontrol tekanan darahnya karena menganggap penyakit ini hanya penyakit

biasa karena kurangnya pengetahuan terhadap sakitnya dan jauh untuk berjalan ke

puskesmas.

12. Riwayat penyakit dahulu : - alergi obat disangkal

- hipertensi dibenarkan

- penyakit ginjal disangkal

- penyakit paru disangkal

- penyakit diabetes disangkal

14

13. Pemeriksaan fisik : - Tekanan Darah 160/100 mmHg

- Nadi 82 x/menit

- Suhu 37°C

- Napas 22 x/menit

14. Pemeriksaan penunjang : tidak ada

15. Diagnosis penyakit : hipertensi grade II

16. Diagnosis keluarga : menurut keterangan pasien keluarga tidak ada

yang memiliki penyakit hipertensi, penyakit

infeksi, dan menular lainnya

17. Anjuran penatalaksanaan penyakit

a. Promotif

Penyuluhan tentang definisi hipertensi, gejala hipertensi, faktor-faktor risiko

terjadinya hipertensi dan pencegahan hipertensi misal dengan penyuluhan tentang

hidup sehat, kurangi makanan yang banyak mengandung garam, beraktifitas fisik.

b. Preventif

Kegiatan skrining dan deteksi untuk menemukan penyakit seperti pemeriksaan

kesehatan setiap tahun agar dideteksi hipertensi atau tidak, menerapkan pola hidup

sehat seperti menurunkan asupan garam, meningkatkan konsumsi buah dan sayur,

menurunkan asupan lemak, menurunkan berat badan berlebih, dan melakukan

latihan fisik/olah raga secara teratur.

c. Kuratif

Jika ditemukan kasus, dapat dilakukan pengobatan dini agar penyakit tersebut tidak

menjadi parah. Terapi yang dapat diberikan adalah Hidroklorotiazid 1 x 25 mg pada

pagi hari, atau Captopril 2 x 12,5 mg.

d. Rehabilitatif

Rehabilitatif adalah suatu kegiatan difokuskan kepada mempertahankan kualitas

hidup penderita yang telah mengalami penyakit yang cukup berat. Pada pasien perlu

dilakukan tindakan rehabilitatif yakni pemeriksaan tekanan darah teratur ke

puskesmas untuk memastikan tekanan darah dalam batas terkontrol dan untuk

memeriksakan tanda-tanda kerusakan organ target dan komplikasi akibat hipertensi.

15

18. Prognosis

a. Penyakit : Jika pasien teratur meminum obat dan selalu memeriksa tekanan

darahnya ke Puskesmas secara teratur, serta didukung dengan pola

hidup sehat yang baik maka prognosis penyakit pasien adalah baik

(dubia et bonam).

b. Keluarga : Adanya hubungan yang baik antar anggota keluarga serta mendukung

kesehatan pasien dapat membuat suasana keluarga yang sehat jasmani

dan rohani dan prognosisnya baik untuk pasien juga keluarganya.

c. Masyarakat : Untuk masyarakat sekitar pasien tinggal, karena hipertensi yang

diderita pasen tidak menular, maka prognosisnya ad bonam.

IV.II Resume

Telah diperiksa seorang ibu (Ny.M) berusia 49 tahun dengan keluhan sakit kepala

seperti ditusuk-tusuk, disertai rasa berputar dan mual muntah, serta pandangan kabur bila

sakit kepala muncul. Pasien mempunyai kebiasaan tidak menggunakan alas kaki saat berjalan

di luar rumahnya dan saat bertani.

16

BAB V

ANALISIS MASALAH

1. Analisa Kasus

Seorang pasien perempuan Ny.M usia 49 tahun datang ke Puskesmas Kecamatan

Rengasdengklok untuk berobat rutin. Pada tanggal dilakukan kunjungan rumah untuk

melakukan anamnesis, pemeriksaan fisik berupa pengukuran tanda vital serta melihat

kondisi rumah pasien, dan didapatkan keterangan bahwa Ny.M sudah menderita

hipertensi sejak 2 tahun terakhir. Pasien tinggal di pemukiman padat penduduk.

2. Analisa Kunjungan Rumah

a. Kondisi pasien

Kondisi pasien dalam keadaan baik. Pasien mengeluhkan sakit kepala, sensasi

berputar diikuti rasa mual, dan penglihatan kabur saat berjalan kaki akibat hipertensi

yang sudah diderita selama 2 tahun terakhir.

b. Pendidikan

Pasien bersekolah sampai tingkat SLTP.

c. Keadaan rumah

Lokasi : Jarak antara rumah yang satu dengan yang lain tidak rapat, dipisahkan

oleh jalan setapak.

Kondisi : Jenis bangunan rumah pasien adalah permanen. Rumah terbuat dari

batu bata, lantainya terbuat dari keramik, beratap genteng. Rumah tampak bersih

dan rapi.

Luas rumah : 120 m2.

d. Pembagian rumah

Rumah terdiri dari 1 tingkat, terdiri dari 3 kamar tidur, 1 ruang keluarga, 1 ruang

tamu, 1 dapur, dan 1 kamar mandi.

e. Ventilasi

Terdapat ventilasi yang cukup pada rumah pasien.

f. Penerangan

Penerangan cukup karena sinar matahari dapat masuk melewati ventilasi rumah.

17

g. Kebersihan

Kebersihan dalam rumah cukup. Namun di dalam rumah masih terdapat debu dan

lantai terasa berminyak karena orang tidak mencuci kaki setelah masuk rumah.

h. Sanitasi dasar

Sumber air minum berasal dari air PAM, dan air tersebut digunakan untuk keperluan

memasak, mencuci dan mandi. Terdapat satu kamar mandi beserta kakus yang

digunakan hanya untuk keluarga pasien . Kamar mandi bersebelahan dengan dapur

dan dijadikan sebagai tempat untuk mencuci peralatan masak dan pakaian.

3. Analisa Fungsi Keluarga

a. Keadaan Biologis

Dalam keluarga pasien saat ini, yang menderita hipertensi adalah pasien.

b. Keadaan Psikologis

Hubungan pasien dengan semua anggota keluarga terjalin dengan baik. Semua

keluarga turut bekerja sama dan pasien terlihat bahagia dengan keluarga yang

dimilikinya.

c. Keadaan Sosiologis

Pasien turut ikut serta dalam kegiatan sosial di tempat mereka. Pasien dan keluarga

sering berkomunikasi dengan tetangga mereka.

d. Keadaan Religius

Semua anggota keluarganya menjalankan ibadah mereka dengan baik.

18

BAB V

PENUTUP

V.I Kesimpulan dan saran

Berdasarkan data riwayat keluarga diatas kesimpulan yang dapat diambil adalah

keadaan kesehatan keluarga pasien sekarang baik, disarankan untuk tindakan pencegahan dan

perlindungan terhadap penyakit masih perlu diperhatikan, perlu dilakukan pembenahan baik

dari segi keadaan biologis maupun psikologi keluarga, keadaan rumah/lingkungan atau pun

sosial keluarga.

Dari data pasien didapatkan pula bahwa pasien tidak mengetahui penyakit yang

dideritanya, cara mengobatinya, serta dampaknya bagi kesehatan. Hal ini dibuktikan dengan

kurangnya pengetahuan, sikap dan perilaku pasien untuk mengontrol dan meminum obatnya

secara rutin dan berkala. Dibutuhkan suatu promosi kesehatan dalam bentuk kegiatan

penyuluhan untuk meningkatkan pengetahuan, sikap, dan perilaku pasien terhadap

penyakitnya.

19

DAFTAR PUSTAKA

1. Graber, MA, Toth PP, Herting RL. Hipertensi. Dalam: Buku saku dokter keluarga; editor

edisi bahasa Indonesia, Susilawati, Dewi Asih Mahanani. Ed. 3. Jakarta: EGC,

2006.h.103-5.

2. Departemen Kesehatan RI. Pedoman pengobatan dasar di puskesmas. Jakarta:

Departemen Kesehatan RI, 2007.h.97-8.

3. Supartondo, Setiyohadi B. Anamnesis. Dalam: Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam; editor,

Aru W. Sudoyo, Bambang Setiyohadi, Idrus Alwi, et.al. Ed. 5. Jilid I. Jakarta: Interna

Publishing, 2009.h.26-7. Gleadle J. At a Glance anamnesis dan pemeiksaan fisik; editor,

Amalia Safitri. Jakarta: Penerbit Erlangga, 2005.h.79.

4. Gleadle J. At a Glance anamnesis dan pemeriksaan fisik; editor, Amalia Safitri. Jakarta:

Penerbit Erlangga, 2005.h.79.

5. Panggabean MM. Penyakit jantung hipertensi. Dalam: Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam;

editor, Aru W. Sudoyo, Bambang Setiyohadi, Idrus Alwi, et.al. Ed. 5. Jilid II. Jakarta:

Interna Publishing, 2009.h.1777-8.

6. Rahajeng E, Tuminah S. Prevalensi hipertensi dan determinannya di Indonesia. Maj

Kedokt Indon, Volum: 59, Nomor: 12, Desember 2009.h.581-2.

7. Corwin EJ. Hipertensi. Dalam: Buku saku: patofisiologi; editor edisi bahasa Indonesia,

Egi Komara Yudha. Ed. 3. Jakarta: EGC, 2009.h.484-9.

8. Budisetio M. Pencegahan dan pengobatan hipertensi pada penderita usia dewasa.

Diunduh dari: http://www.univmed.org/wp-content/uploads/2011/02/Vol.20_no.2_6.pdf,

11 Juli 2013.

20

LAMPIRAN

21