patofisiologi hipertensi

23
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Hipertensi adalah peninggian tekanan darah di atas normal. Ini termasuk golongan penyakit yang terjadi akibat suatu mekanisme kompensasi kardiovaskuler untuk mempertahankan metabolisme tubuh agar berfungsi normal. Apabila hipertensi tidak terkontrol akan menyebabkan kelainan pada organ-organ lain yang berhubungan dengan sistem- sistem tersebut. Semakin tinggi tekanan darah lebih besar kemungkinan timbulnya penyakit- penyakit kardiovaskuler secara premature1. Sejumlah 85-90% hipertensi tidak diketahui penyebabnya atau disebut hipertensi primer (hipertensi esensial atau idiopatik). Hanya sebagian kecil hipertensi yang dapat ditetapkan penyebabnya (hipertensi sekunder). Tidak ada data

Upload: ni-made-suryani

Post on 07-Aug-2015

3.006 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

Tugas Seminar MataKuliah Kardiovaskuler

TRANSCRIPT

Page 1: Patofisiologi Hipertensi

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Hipertensi adalah peninggian tekanan darah di atas normal. Ini

termasuk golongan penyakit yang terjadi akibat suatu mekanisme

kompensasi kardiovaskuler untuk mempertahankan metabolisme tubuh

agar berfungsi normal. Apabila hipertensi tidak terkontrol akan

menyebabkan kelainan pada organ-organ lain yang berhubungan dengan

sistem-sistem tersebut. Semakin tinggi tekanan darah lebih besar

kemungkinan timbulnya penyakit-penyakit kardiovaskuler secara

premature1. Sejumlah 85-90% hipertensi tidak diketahui penyebabnya

atau disebut hipertensi primer (hipertensi esensial atau idiopatik). Hanya

sebagian kecil hipertensi yang dapat ditetapkan penyebabnya (hipertensi

sekunder). Tidak ada data akurat mengenai prevalensi hipertensi sekunder

dan sangat tergantung dimana angka itu diteliti. Diperkirakan terdapat

sekitar 6% pasien hipertensi sekunder sedangkan di pusat rujukan dapat

mencapai sekitar 35%. Hampir semua hipertensi sekunder didasarkan pada

2 mekanisme yaitu gangguan sekresi hormon dan gangguan fungsi ginjal.

Pasien hipertensi sering meninggal dini karena komplikasi jantung (yang

disebut sebagai penyakit jantung hipertensi). Juga dapat menyebabkan

syok, gagal ginjal, gangguan retina mata.

Page 2: Patofisiologi Hipertensi

Peningkatan tekanan darah yang lama dan tidak terkontrol dapat

menyebakan bermacam-macam perubahan pada struktur miokardial,

vaskuler koroner, dan sistem konduksi dari jantung. Perubahan ini dapat

menyebabkan hipertrofi ventrikel kiri (LVH) , penyakit arteri koroner,

kelainan system konduksi, dan disfungsi sistolik dan diastolic dari

miokardium, yang biasanya secara klinis tampak sebagai angina atau

infark miokard, aritmia (khususnya atrial fibrilasi), dan gagal jantung

kongestif (CHF).

B. Tujuan penulisan

Adapun tujuan penyusunan makalah ini adalah untuk menjelaskan

tentang hipertensi dan asuhan keperawatan pada pasien dengan hipertensi.

Page 3: Patofisiologi Hipertensi

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi

Hipertensi adalah tekanan darah tinggi atau istilah kedokteran

menjelaskan hipertensi adalah suatu keadaan dimana terjadi gangguan

pada mekanisme pengaturan tekanan darah (Mansjoer, 2000 : 144).

Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah suatu peningkatan

abnormal tekanan darah dalam pembuluh darah arteri secara terus menerus

lebih dari satu periode. Hipertensi juga didefinisikan sebagai tekanan

darah sistolik ≥ 140 mmHg dan atau tekanan darah diastolik ≥ 90 mmHg

yang terjadi pada seorang klien pada tiga kejadian terpisah

(ignatavicius,1994).

Menurut WHO batasan tekanan darah yang masih dianggap normal

adalah 140/90 mmHg, sedangkan tekanan darah ≥ 160/95 mmHg

dinyatakan sebagai hipertensi. Batasan WHO tersebut tidak membedakan

usia dan jenis kelamin (Wajan juni U, 2011: 101).

Kaplan memberikan batasan hipertensi dengan memperhatikan usia

dan jenis kelamin (Soeparman, 1999;205).

B. Etiologi

Etiologi yang pasti dari hipertensi esensial belum diketahui.

Namun, sejumlah interaksi beberapa energi homeostatik saling terkait.

Defek awal diperkirakan pada mekanisme pengaturan cairan tubuh dan

Page 4: Patofisiologi Hipertensi

tekanan oleh ginjal. Faktor hereditas berperan penting bilamana

ketidakmampuan genetik dalam mengelola kadar natrium normal.

Kelebihan intake natrium dalam diet dapat meningkatkan volume cairan

dan curah jantung. Pembuluh darah memberikan reaksi atas peningkatan

aliran darah melalui kontriksi atau peningkatan tahanan perifer.

Berdasarkan penyebabnya hipertensi terbagi menjadi dua golongan:

1. Hipertensi esensial atau hipertensi primer.

Merupakan 90% dari seluruh kasus hipertensi adalah hipertensi

esensial yang didefinisikan sebagai peningkatan tekanan darah yang

tidak diketahui penyebabnya (idiopatik). Beberapa faktor diduga

berkaitan dengan berkembanhnya hipertensi esensial seperti berikut

ini.

a. Genetik: individu yang mempunyai riwayat keluarga dengan

hipertensi, berisiko tinggi untuk mendapatkan penyakit ini.

b. Jenis kelamin dan usia: laki-laki berusia 35-50 tahun dan wanita

pasca menopause berisiko tinggi untuk mengalami hipertensi.

c. Diet: konsumsi diet tinggi garam atau lemak secara langsung

berhubungan dengan berkembangnya hipertensi.

d. Berat badan: obesitas (> 25% di atas BB ideal) dikaitkan dengan

berkembangnya hipertensi.

e. Gaya hidup: merokok dan konsumsi alkohol dapat meningkatkan

tekanan daarah, bila gaya hidup menetap.

Page 5: Patofisiologi Hipertensi

2. Hipertensi sekunder.

a. Penggunaan kontrasepsi hormonal (estrogen)

Oral kontrasepsi yang berisi estrogen dapat menyebabkan

hipertensi melalui mekanisme renin-aldosteron-mediated volume

expansion. Dengan penghentian oral kontrasepsi, tekanan darah

mulai kembali setelah beberapa bulan.

b. Penyakit parenkim dan vaskular ginjal

Merupakan penyebab utama hipertensi sekunder. Hipertensi

renovaskular berhubungan dengan penyempitan satu atau lebih

arteri besar yang secara langsung membawa darah ke ginjal.

Sekitar 90% lesi arteri renal pada klien dengan hipertensi

disebabkan oleh aterosklerosis atau fibrous displasia

(pertumbuhan abnormal jaringan fibrous). Penyakit parenkim

ginjal terkait dengan infeksi, inflamasi, dan perubahan struktur,

serta fungsi ginjal.

c. Gangguan endokrin

Disfungsi medula adrenal atau korteks adrenal dapat

menyebabkan hipertensi sekunder. Adrenal-mediated-hypertension

adisebabkan kelebihan primer aldosteron, kortisol, dan

katekolamin. Pada aldosteronisme primer, kelebihan aldosteron

menyebabkan hipertensi dan hipokalemia. Aldosteronisme primer

biasanya timbul dari benign adenoma korteks adrenal.

Pheochromocytomas pada medula adrenal yang paling umum dan

Page 6: Patofisiologi Hipertensi

meningkatkan sekresi katekolamin yang berlebihan. Pada sindrom

cushing, kelebihan glukokortikoid yang diekskresi dari korteks

adrenal. Sindrom cushing’s mungkin di sebabkan oleh hiperplasi

adrenokortikal atau adenoma adrenokortikal.

d. Coarctation aorta

Merupakan penyempitan aorta kongenital yang mungkin

terjadi beberapa tingkat pada aorta torasik atau aorta abdominal.

Penyempitan menghambat aliran darah melalui lengkung aorta dan

mengakibatkan peningkatan tekanan darah di atas area kontriksi.

e. Neurogenik: Tumor otak, encephalitis, dan gangguan psikiatrik.

f. Kehamilan

g. Luka bakar

h. Peningkatan volume intravaskular.

i. Merokok

Nikotin dan rokok merangsang pelepasan katekolamin.

Peningkatan katekolamin menyebabkan iritabilitas miokardial,

peningkatan denyut jantung, dan menyebabkan vasokonstriksi,

yang mana pada akhirnyameningkatkan tekanan darah.

C. Patofisiologi Hipertensi

Tekanan arteri sistemik adalah hasil dari perkalian cardiac output

(curah jantung) dengan total tahanan perifer. Cardiac output (Curah

jantung) diperoleh dari perkalian antara stroke volume dengan heart rate

Page 7: Patofisiologi Hipertensi

(denyut jantung). Pengaturan tahanan perifer dipertahankan oleh sistem

saraf otonom dan sirkulasi hormon.

Empat sistem kontrol yang berperan dalam mempertahankan

tekanan darah antara lain sistem baro reseptor arteri, pengaturan volume

cairan tubuh, sistem renin angiotensin dan autoregulasi vaskuler.

Baroreseptor arteri terutama ditemukan di sinus carotid, tapi juga

dalam aorta dan dinding ventrikel kiri. Baroreseptor ini memonitor derajat

tekanan arteri. Sistem baroreseptor meniadakan peningkatan tekanan arteri

melelui mekanisme perlambatan jantung oleh respon vagal (stimulasi

parasimpatis) dan vasodilatasi dengan penurunan tonus otot simpatis. Oleh

karena itu, refleks kontrol sirkulasi meningkatkan arteri sistemik bila

tekanan baroreseptor turun dan menurunkan tekanan arteri sistemik bila

tekanan baroreseptor meningkat. Alasan pasti mengapa kontrol ini gagal

pada hipertensi belum diketahui. Hal ini ditujukan untuk menaikkan re-

setting sensitivitas baroreseptor sehingga tekanan meningkat secara tidak

adekuat, sekalipun penurunan tekanan tidak ada.

Perubahan volume cairan memengaruhi tekanan arteri sistemik.

Bila tubuh mengalami kelebihan garam dan air, tekanan darah meningkat

melalui mekanisme fisiologi kompleks yang mengubah aliran balik vena

ke jantung dan mengakibatkan peningkatan curah jantung. Bila gunjal

berfungsi secara adekuat, peningkatan tekanan arteri mengakibatkan

diuresis dan penurunan tekanan darah. kondisi patologis yang mengubah

Page 8: Patofisiologi Hipertensi

ambang tekanan pada ginjal dalam mengekskresikan garam dan air akan

meningkatkan tekanan arteri sistemik.

Renin dan angiotensin memegang peranan dalam pengaturan

tekanan darah. Ginjal memproduksi renin yaitu suatu enzim yang

bertindak sebagai substrat protein plasma untuk memisahkan angiotensin

I, yang kemudian diubah oleh converting enzym dalam paru menjadi

bentuk angiotensin II kemudian menjadi angiotensin III. Angiotensin II

dan III mempunyai aksi vasokonstriktor yang kuat pada pembuluh darah

dan merupakan makanisme kontrol terhadap pelepasan aldosteron.

Aldosteron sangat bermakna dalam hipertensi terutama pada

aldosteronisme primer. Melalui peningkatan aktivitas sistem saraf

simpatis, angiotensin II dan III juga mempunyai efek inhibiting atau

penghambatan ekskresi garam (Natrium) dengan akibat peningkatan

tekanan darah.

Sekresi renin tidak tepat diduga sebagai penyebab meningkatnya

tahanan periver vaskular pada hipertensi esensial. Pada tekanan darah

tinggi, kadar renin harus tinggi diturunkan karena peningkatan tekanan

arteriolar renal mungkin menghambat sekresi renin. Namun demikian,

sebagian orang dengan hipertensi esensial mempunyai kadar renin normal.

Peningkatan tekanan darah terus-menerus pada klien hipertensi

esensial akan mengakibatkan kerusakan pembuluh darah pada organ-organ

vital. Hipertensi esensial mengakibatkan hyperplasia medial (penebalan)

arteriole-arteriole. Karena pembuluh darah menebal, maka perfusi jaringan

Page 9: Patofisiologi Hipertensi

menurun dan mengakibatkan kerusakan organ tubuh. Hal ini menyebabkan

infark miokard, stroke, gagal jantung, dan gagal ginjal.

Auteregulasi vaskular merupakan mekanisme lain lain yang terlibat

dalam hipertensi. Auteregulasi vaskular adalah suatu proses yang

mempertahankan perfusi jaringan dalam tubuh relatif konstan. Jika aliran

berubah, proses-proses autoregulasi akan menurunkan tahanan vaskular

dan mengakibatkan pengurangan aliran, sebaliknya akan meningkatkan

tahanan vaskular sebagai akibat dari peningkatan aliran. Auteregulasi

vaskular nampak menjadi mekanisme penting dalam menimbulkan

hipertensi berkaitan dengan overload garam dan air.

Hipertensi maligna adalah tipe hipertensi berat yang berkembang

secara progresif. Seseorang dengan hipertensi maligna biasanya memiliki

sebagai gejala-gejala morning headaches, penglihatan kabur, dan sesak

napas dan dispnea, dan/ atau gejala uremia. Tekanan darah diastolik >115

mmHg, dengan rentang tekanan diastolik antara 130-170 mmHg.

Hipertensi maligna meningkatkan risiko gagal ginjal, gagal jantung kiri,

dan stroke.

D. Manifestasi Klinis

Peninggian tekanan darah kadang-kadang merupakan satu-satunya gejala

pada hipertensi esensial dan tergantung dari tinggi rendahnya tekanan

darah, gejala yang timbul dapat berbeda-beda. Biasanya tanpa gejala atau

tanda-tanda peringatan untuk hipertensi dan sering disebut “Silent Killer”.

Page 10: Patofisiologi Hipertensi

Perjalanan penyakit hipertensi sangat berlahan. Penderita

hipertensi mungkin tidak menunjukkan gejala selama bertahun-tahun.

Masa laten ini menyelubungi perkembangan penyakit sampai terjadi

kerusakan organ yang bermakna. Bila terdapat gejala biasanya hanya

bersifat spesifik, misalnya sakit kepala atau pusing. Gejala lain yang sering

ditemukan adalah epistaksis, mudah marah, telinga berdengung, rasa berat

di tungkuk, sukar tidur, dan mata berkunang-kunang. Apabila hipertensi

tidak diketahui dan dirawat, dapat mengakibatkan kematian karena payah

jantung, infark miokardium, stroke atau gagal ginjal. Namun deteksi dini

dan parawatan hipertensi dapat menurunkan jumlah morbiditas dan

mortalitas. Jika hipertensinya berat atau menahun dan tidak diobati, bisa

timbul gejala seperti Sakit kepala (rasa berat di tengkuk), Palpitasi,

Kelelahan, Nausea, Vomiting, Ansietas, Keringat berlebihan, Tremor otot,

Nyeri dada, Epistaksis, Pandangan kabur atau ganda, Tinitus (telinga

berdengung), dan Kesulitan tidur.

E. Klasifikasi

Secara klinis derajat hipertensi dapat dikelompokkan sesuai dengan

rekomendasi dari “The Sixth Report of The Join National Committee,

Prevention, Detection and Treatment of High Blood Pressure” (JNC-VI,

1997) sebagai berikut:

No. Kategori Sistolik(mmHg) Diastolik(mmHg)

1. Optimal <120 <80

2. Normal 120 – 129 80 – 84

3. High Normal 130 – 139 85 – 89

Page 11: Patofisiologi Hipertensi

4. Hipertensi

5. Grade 1 (ringan) 140 – 159 90 – 99

6. Grade 2 (sedang) 160 – 179 100 – 109

7. Grade 3 (berat) 180 – 209 100 – 119

8. Grade 4 (sangat berat)

>210 >120

F. Komplikasi

Meningkatnya tekanan darah seringkali merupakan satu-satunya

gejala pada hipertensi esensial. kadang-kadang hipertensi esensial berjalan

tanpa gejala dan baru timbul gejala setelah komplikasi pada organ sasaran

seperti pada ginjal, mata,otak, dan jantung. Gejala-gejala seperti sakit

kepala, mimisan, pusing, migrain sering ditemukan sebagai gejala klinis

hipertensi essensial.

Pada survei hipertensi di Indonesia tercatat gejala-gejala pusing,

mudah marah, telinga berdengung, mimisan (jarang), sukar tidur, sesak

nafas, rasa berat di tengkuk, mudah lelah, dan mata berkunang-kunang.

Gejala akibat komplikasi hipertensi yang pernah dijumpai adalah:

gangguan penglihatan, gangguan saraf, gagal jantung,gangguan fungsi

ginjal, gangguan serebral (otak), yang mengakibatkan kejang dan

pendarahan pembuluh darah otak yang mengakibatkan kelumpuhan,

gangguan kesadaran hingga koma, sebelum bertambah parah dan terjadi

komplikasi serius seperti gagal ginjal, serangan jantung, stroke, lakukan

pencegahan dan pengendalian hipertensi dengan merubah gaya hidup dan

pola makan. beberapa kasus hipertensi erat kaitannya dengan gaya hidup

Page 12: Patofisiologi Hipertensi

tidak sehat. seperti kurang olah raga, stress, minum-minuman, beralkohol,

merokok, dan kurang istirahat. kebiasaan makan juga perlu diwaspadai.

Pembatasan asupan natrium (komponen utama garam), sangat disarankan

karena terbukti baik untuk kesehatan penderita hipertensi.

Dalam perjalannya penyakit ini termasuk penyakit kronis yang dapat

menyebabkan berbagai macam komplikasi antara lain :

1. Stroke

2. Gagal jantung

3. Gagal Ginjal

4. Gangguan pada Mata

G. Penatalaksanaan

Pengobatan pasien dengan penyakit jantung hipertensi terbagi

dalam dua kategori pengobatan dan pencegahan tekanan darah yang tinggi

dan pengobatan penyakit jantung hipertensi. Tekanan darah ideal adalah

kurang dari 140/90 pada pasien tanpa penyakit diabetes dan penyakit

ginjal kronik dan kurang dari 130/90 pada pasien dengan penyakit diatas.

Berbagai macam strategi pengobatan penyakit jantung hipertensi :

1. Pengaturan Diet

Berbagai studi menunjukkan bahwa diet dan pola hidup

sehat dan atau dengan obat-obatan yang menurunkan gejala gagal

jantung dan bisa memperbaiki keadaan LVH.

Beberapa diet yang dianjurkan:

Page 13: Patofisiologi Hipertensi

a. Rendah garam,beberapa studi menunjukan bahwa diet rendah

garam dapat menurunkan tekanan darah pada pasien

hipertensi.Dengan pengurangan komsumsi garam dapat

mengurangi stimulasi system renin-angiotensin sehingga sangat

berpotensi sebagai anti hipertensi.Jumlah intake sodium yang

dianjurkan 50–100 mmol atau setara dengan 3-6 gram garam

per hari.

b. Diet tinggi potassium, dapat menurunkan tekanan darah tapi

mekanismenya belum jelas. Pemberian Potassium secara

intravena dapat menyebabkan vasodilatasi, yang dipercaya

dimediasi oleh nitric oxide pada dinding vascular.

c. Diet kaya buah dan sayur.

d. Diet rendah kolesterol sebagai pencegah terjadinya jantung

koroner.

e. Tidak mengkomsumsi Alkohol.

2. Olahraga Teratur

Olahraga teratur seperti berjalan, lari, berenang, bersepeda

bermanfaat untuk menurunkan tekanan darah dan dapat

memperbaiki keadaan jantung. Olaharaga isotonik dapat juga bisa

meningkatkan fungsi endotel, vasodilatasi perifer, dan mengurangi

katekolamin plasma. Olahraga teratur selama 30 menit sebanyak 3-

4 kali dalam satu minggu sangat dinjurkan untuk menurunkan

tekanan darah.

Page 14: Patofisiologi Hipertensi

3. Penurunan Berat Badan

Pada beberapa studi menunjukkan bahwa obesitas

berhubungan dengan kejadian hipertensi dan LVH. Jadi penurunan

berat badan adalah hal yang sangat efektif untuk menurunkan

tekanan darah. Penurunan berat badan (1kg/minggu) sangat

dianjurkan. Penurunan berat badan dengan menggunakan obat-

obatan perlu menjadi perhatian khusus karena umumnya obat

penurun berat badan yang terjual bebas mengandung

simpatomimetik,sehingga dapat meningkatan tekanan darah,

memperburuk angina atau gejala gagal jantung dan terjainya

eksaserbasi aritmia. Menghindari obat-obatan seperti NSAID,

simpatomimetik, dan MAO yang dapat meningkatkan tekanan

darah atau menggunakannya dengan obat antihipertesni.

4. Farmakoterapi

Pengobatan hipertensi atau penyakit jantung hipertensi

dapat menggunakan berbagai kelompok obat antihipertensi seperti

thiazide, beta-blocker dan kombinasi alpha dan beta blocker,

calcium channel blockers, ACE inhibitor, angiotensin receptor

blocker dan vasodilator seperti hydralazine. Hampir pada semua

pasien memerlukan dua atau lebih obat antihipertensi untuk

mencapai tekanan darah yang diinginkan.