bab ii tinjauan pustaka 2.1 frailtyrepository.ub.ac.id/8376/3/5. bab 2.pdfpatofisiologi dari frailty...

12
6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Frailty 2.1.1 Definisi Frailty syndrome (FS) adalah suatu sindroma geriatrik dengan karakteristik berkurangnya kemampuan fungsional dan gangguan fungsi adaptasi yang diakibatkan oleh merosotnya berbagai sistem tubuh, serta meningkatnya kerentanan terhadap berbagai macam tekanan yang menurunkan performa fungsional seseorang. Rockwood et al. menyatakan bahwa FS adalah suatu sindroma multidimensi dari hilangnya cadangan (energi, kemampuan fisik, kesehatan) yang menyebabkan terjadinya kerentanan. Keadaan ini secara umum meningkat pada orang tua tetapi bukanlah merupakan hal yang tidak terhindarkan dari proses penuaan (Gessal et al., 2013). Frailty secara luas digunakan untuk mendeskripsikan sindroma multidimensional yang menyebabkan kerentanan, kelemahan, instabilitas, serta limitasi. Gagalnya fungsi homoestasis pada frailty menyebabkan masalah yang tidak diinginkan terkait kesehatan, termasuk di dalamnya jatuh, fraktur, disabilitas, institusionalisasi, dan kematian. Secara umum, frailty ditandai dengan meningkatnya kerentanan terhadap stressor (Evans, 2010). 2.1.2 Epidemiologi Frailty syndrome terjadi pada 30% populasi di atas usia 80 tahun dan 7% pada populasi usia di atas 65 tahun. Insiden pada perempuan lebih tinggi oleh karena perempuan memiliki massa tubuh yang lebih kecil daripada laki-laki

Upload: others

Post on 26-Oct-2020

6 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Frailtyrepository.ub.ac.id/8376/3/5. bab 2.pdfpatofisiologi dari frailty syndrome. Sarkopenia merupakan hilangnya masa dan kekuatan otot, yang dapat terjadi

6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Frailty

2.1.1 Definisi

Frailty syndrome (FS) adalah suatu sindroma geriatrik dengan karakteristik

berkurangnya kemampuan fungsional dan gangguan fungsi adaptasi yang

diakibatkan oleh merosotnya berbagai sistem tubuh, serta meningkatnya

kerentanan terhadap berbagai macam tekanan yang menurunkan performa

fungsional seseorang. Rockwood et al. menyatakan bahwa FS adalah suatu

sindroma multidimensi dari hilangnya cadangan (energi, kemampuan fisik,

kesehatan) yang menyebabkan terjadinya kerentanan. Keadaan ini secara umum

meningkat pada orang tua tetapi bukanlah merupakan hal yang tidak terhindarkan

dari proses penuaan (Gessal et al., 2013).

Frailty secara luas digunakan untuk mendeskripsikan sindroma

multidimensional yang menyebabkan kerentanan, kelemahan, instabilitas, serta

limitasi. Gagalnya fungsi homoestasis pada frailty menyebabkan masalah yang

tidak diinginkan terkait kesehatan, termasuk di dalamnya jatuh, fraktur, disabilitas,

institusionalisasi, dan kematian. Secara umum, frailty ditandai dengan

meningkatnya kerentanan terhadap stressor (Evans, 2010).

2.1.2 Epidemiologi

Frailty syndrome terjadi pada 30% populasi di atas usia 80 tahun dan 7%

pada populasi usia di atas 65 tahun. Insiden pada perempuan lebih tinggi oleh

karena perempuan memiliki massa tubuh yang lebih kecil daripada laki-laki

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Frailtyrepository.ub.ac.id/8376/3/5. bab 2.pdfpatofisiologi dari frailty syndrome. Sarkopenia merupakan hilangnya masa dan kekuatan otot, yang dapat terjadi

7

sehingga kehilangan massa otot lebih cepat terjadi pada proses aging (Gessal et

al., 2013).

2.1.3 Patogenesis

Frailty ditandai dengan disregulasi multisistem, yang menyebabkan

hilangnya homoestasis dinamis, menurunnya fungsi fisiologis, serta meningkatnya

kerentanan terhadap morbiditas dan mortalitas. Hal tersebut bermanifestasi

sebagai respon maladaptif terhadap stressor, yang mengarah pada penurunan

fungsi dan juga masalah kesehatan yang serius. Proses patofisiologis dalam

patogenesis frailty syndrome mencakup inflamasi kronis dan aktivasi sistem imun,

sistem muskuloskeleteal, serta sistem endokrin. Inflamasi kronis disini berperan

sebagai mekanisme mendasar pada proses patofisiologis. Faktor etiologis

potensial termasuk epigenetik/genetik dan faktor metabolik, lingkungan, stressor

dari gaya hidup, serta penyakit akut dan kronis.

Marker molekuler dari inflamasi kronis dan aktivasi sistem imun dapat

dilihat dari adanya peningkatan level dari interleukin (IL-6). Terdapat peningkatan

pula pada C-reactive protein dan tumor necrosis factor-α (TNF- α). Komponen

seluler dari sistem imun dapat dilihat dari adanya peningkatan sel CD8+/CD28-T

dan juga sel CCR5+ T.

Pada sistem muskuloskeletal, sarkopenia berkontribusi terhadap

patofisiologi dari frailty syndrome. Sarkopenia merupakan hilangnya masa dan

kekuatan otot, yang dapat terjadi secara cepat setelah berusai 50 tahun.

Sarkopenia sendiri disebabkan oleh perubahan pada α-motor neuron karena usia,

atrofi otot, asupan nutrisi yang buruk, produksi hormon pertumbuhan, level dari

androgen, dan juga aktivitas fisik.

Pada sistem endokrin, androgen dan IGF-1 berkaitan dengan disregulasi

dari metabolik otot skeletal. Penurunan kadar estrogen pada perempuan pasca

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Frailtyrepository.ub.ac.id/8376/3/5. bab 2.pdfpatofisiologi dari frailty syndrome. Sarkopenia merupakan hilangnya masa dan kekuatan otot, yang dapat terjadi

8

menopause dan penurunan kadar testosteron pada laki-laki usia lanjut

menyebabkan berkurangnya masa otot dan juga kekuatan otot. Kadar hormon

seksual dehydroepiandrosterone sulfate dan IGF-1, sinyal target dari hormon

pertumbuhan, secara signifikan berkurang pada lanjut usia yang mengalami frailty

dari pada yang tidak mengalami frailty (Clegg, 2013).

Dalam penelitian yang dilakukan oleh Savige et al. Di tahun 2011

menyebutkan bahwa banyak penelitian yang membuktikan bahwa asupan energi

menurun dengan seiringnya pertambahan usia (McGandy et al., 1966; Baghurst et

al., 1987; Sjogren et al., 1994; Lowik et al., 1989) yang mana menyebabkan diet

yang seimbang sesuai kebutuhan gizi sulit untuk dicapai. Penurunan BMR (Basal

Metabolic Rate) menjadi salah satu penyebab dari penurunan ini, namun aktifitas

fisik merupakan penyebab utama. Penyakit maupun kurangnya asupan makanan

akan mengarah pada PEM (Protein Energy Malnutrition), sebuah kondisi yang

umum ditemukan pada pasien lansia khususnya pada mereka yang tinggal di

pelayanan kesehatan (Rudman & Feller, 1989; Abbasi & Rudman, 1994). Hal ini

diasosiasikan denggan respon imun yang terganggu (Chandra et al., 1982),

jeleknya penyembuhan luka (Breslow et al., 1993), osteoporosis (Bonjour at al.,

1992), dan menyebabkan risiko jatuh pada lansia (Vellas et al, 1992). Kondisi

ketidakmampuan pada orang lansia bisa disebabkan oleh defisit nutrisi. Kulit yang

menua, detoriorasi fungsi ginjal dan aktivitas fisik kemungkinan besaar disebabkan

oleh defisiensi vitamin D sehingga akan lebih rentan untuk mengalami

osteoporosis.

1.2 Frailty Index

Frailty Index (FI) dikembangkan berdasarkan hasil penelitian Canadian

Study of Health and Aging (CSHA). Sistem ini menggunakan 40 variabel defisit

kesehatan yang meliputi gejala klinis, penyakit, hendaya, dan kelainan

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Frailtyrepository.ub.ac.id/8376/3/5. bab 2.pdfpatofisiologi dari frailty syndrome. Sarkopenia merupakan hilangnya masa dan kekuatan otot, yang dapat terjadi

9

pemeriksaan penunjang. Penghitungan indeks FI didapatkan dengan cara

menjumlahkan defisit kesehatan yang semakin banyak defisit yang ditemukan,

maka individu tersebut dikatakan semakin rapuh. Jumlah defisit kesehatan yang

dijumpai dibagi dengan jumlah defisit yang diperhitungkan (indeks frailty = skor

total / 40). Hasil interpretasi dapat bersifat terus menerus (continual), tanpa cut-off

point, atau dapat dilakukan klasifikasi terhadap status sindrom frailty menjadi

fit/robust bila skor ≤0,08, pre-frail bila skor >0,08 - <0,25, dan frail bila skor ≥0,25.

Semua aspek frailty syndrome (fisik, psikologis, dan sosial) tercakup dalam

FI. Menurut de Vries, metode yang paling untuk mengevaluasi luaran frailty

syndrome berdasarkan telaah sistematik dengan pendekataan akumulasi defisit

adalah dengan menggunakan FI. Berbeda dengan Kriteria Fried yang menilai

frailty dari fenotip, frailty index lebih berfokus pada penurunan fungsional

psikososial dan fisik. Sehingga, frailty index menjadi pengukuran yang lebih

meyakinkan dalam menilai penuaan biologis. Keuntungan lain dari

penggunaannya adalah frailty index menggabungkan beberapa macam dari defisit

kesehatan yang mana pengaruhnya dalam kesehatan seseorang atau pun risiko

mortalitasnya terlalu kecil untuk terdeteksi, dan kombinasi dari defisit tersebut

dapat memperkuat penjelasannya. Selain itu, kaitannya dengan predictive powers,

sebagian besar dari komponen frailty index (kecuali penyakit kronis) secara

signifikan memprediksi mortalitas dalam seorang indivisu (Yang dan Gu, 2016).

Namun, FI tidak mudah untuk diterapkan dalam praktik sehari-hari karena

banyaknya item yang harus ditanyakan (Laksmi, 2015). Item yang perlu

ditanyakan pada FI dapat dilihat pada Tabel 2. 1.

Tabel 2.1 Frailty Index 40 Item NO DEFISIT SKOR

0 0,25 0,5 0,75 1

1 Gangguan penglihatan Tidak ada

Ringan Sedang Berat Sangat berat

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Frailtyrepository.ub.ac.id/8376/3/5. bab 2.pdfpatofisiologi dari frailty syndrome. Sarkopenia merupakan hilangnya masa dan kekuatan otot, yang dapat terjadi

10

2 Gangguan pendengaran Tidak ada

Ringan Sedang Berat Sangat berat

3 Bantuan untuk makan Mandiri Bantuan minimal

Tergantung total

4 Bantuan untuk berpakaian dan melepas pakaian

Mandiri Bantuan minimal

Tergantung total

5 Kemampuan untuk merawat diri

Mandiri Bantuan minimal

Tergantung total

6 Bantuan untuk berjalan Mandiri Bantuan minimal

Tergantung total

7 Bantuan untuk tidur dan bangun dari tidur

Mandiri Bantuan minimal

Tergantung total

8 Bantuan untuk mandi Mandiri Bantuan minimal

Tergantung total

9 Bantuan untuk pergi ke kamar mandi

Mandiri Bantuan minimal

Tergantung total

10 Bantuan untuk menelepon

Mandiri Bantuan minimal

Tergantung total

11 Bantuan untuk mencapapai tempat-tempat kegiatan

Mandiri Bantuan minimal

Tergantung total

12 Bantuan untuk berbelanja

Mandiri Bantuan minimal

Tergantung total

13 Bantuan untuk mempersiapkan makanan sendiri

Mandiri Bantuan minimal

Tergantung total

14 Bantuan untuk pekerjaan rumah tangga

Mandiri Bantuan minimal

Tergantung total

15 Kemampuan untuk minum obat

Mandiri Bantuan minimal

Tergantung total

16 Kemampuan untuk mengurus keuangan sendiri

Mandiri Bantuan minimal

Tergantung total

17 Anggapan mengenai tingkat kesehatan sendiri

Sangat baik

Baik Sedang Buruk Sangat buruk

18 Kesulitan untuk melakukan aktivitas sehari-hari

Tidak ada

Kesulitan ringan

Kesulitan berat

19 Hidup sendiri Tidak Ya

20 Batuk Tidak Ya

21 Merasa lelah Tidak Ya

22 Hidung tersumbat atau bersin

Tidak Ya

23 Tekanan darah tinggi Tidak Ya

24 Masalah jantung dan peredaran darah

Tidak Ya

25 Stroke atau akibat stroke Tidak Ya

26 Artritis atau rematik Tidak Ya

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Frailtyrepository.ub.ac.id/8376/3/5. bab 2.pdfpatofisiologi dari frailty syndrome. Sarkopenia merupakan hilangnya masa dan kekuatan otot, yang dapat terjadi

11

27 Penyakit Parkinson Tidak Ya

28 Masalah mata Tidak Ya

29 Masalah telinga Tidak Ya

30 Masalah gigi Tidak Ya

31 Masalah paru Tidak Ya

32 Masalah lambung Tidak Ya

33 Masalah ginjal Tidak Ya

34 Tidak dapat mengontrol kemih

Tidak Ya

35 Tidak dapat mengontrol BAB

Tidak Ya

36 Diabetes Tidak Ya

37 Masalah dengan kaki atau pergelangan kaki

Tidak Ya

38 Masalah dengan saraf Tidak Ya

39 Maslah kulit Tidak Ya

40 Fraktur Tidak Ya

Sumber: Prosiding Naskah Lengkap Simposium Kopapdi, 2015.

2.3 Pola Makan

Menurut ahli antropologi Margaret Mead, pola makan merupakan cara

seorang individu atau beberapa yang menggunakan pangan yang ada sebagai

cara bertahan dari berbagai tekanan ekonomi dan sosio budaya yang dialaminya.

Kebiasaan makan (food habit) terkait dengan pola makan ini. Faktor seperti

pendidikan, kebiasaan, adat, mau pun agama merupakan faktor yang

memengaruhi aspek sosial budaya pangan. Karbohidrat, protein, lemak, vitamin,

dan mineral merupakan zat gizi utama. Sedangkan serat, glukosa, asam lemak,

asam amino, vitamin larut lemak, dan mineral makro merupakan zat esential

(Yuniastuti, 2008). Kandungan karbohidrat, lemak, dan protein suatu bahan makan

menentukan nilai energi.

2.3.1 Protein

Istilah protein berasal dari kata Yunani proteos, yang berarti utama atau

yang didahulukan. Kata ini diperkenalkan oleh seorang ahli Kimia Belanda,

Gerardus Mulder (1802-1880), karena ia berpendapat bahwa protein adalah zat

yang paling penting dalam setiap organisme. Protein adalah bagian dari semua

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Frailtyrepository.ub.ac.id/8376/3/5. bab 2.pdfpatofisiologi dari frailty syndrome. Sarkopenia merupakan hilangnya masa dan kekuatan otot, yang dapat terjadi

12

sel hidup dan merupakan bagian terbesar tubuh sesudah air. Seperlima bagian

tubuh adalah protein, separuhnya ada di dalam otot, seperlima ada di dalam tulang

dan tulang rawan, sepersepuluh dalam kulit, dan selebihnya ada di dalam jaringan

lain dan cairan tubuh. Semua enzim, berbagai hormone, pengangkut zat-zat gizi

dan darah, matriks intraseluler, dan sebagainya adalah protein. Di samping itu

asam amino yang membentuk protein bertindak sebagai precursor sebagian besar

koenzim, hormone, asam nukleat, dan molekul-molekul esensial dalam kehidupan

(Almatsier, 2009).

Berdasarkan sumbernya, protein dapat terbagi menjadi dua, yaitu nabati

dan hewani. Olahan daging, ayam, susu, mau pun telur merupakan sumber protein

hewani. Protein hewani yang didapatkan dari jenis ikan, kerang, dan udang

mengandung sedikit lemak . Terkecuali udang yang memiliki kandungan kolesterol

yang tinggi sehingga tidak baik untuk digunakan dalam diet rendah kolesterol.

Kacang-kacangan dan biji-bijian merupakan sumber protein nabati, akan tetapi

asam amino yang terkandung di dalamnya tidak sebanyak yang terkandung dalam

protein hewani. Untuk melengkapi kandungan protein, penambahan bahan

makanan lain dengan mencampurkan sumber protein lain yang memiliki asam

amino pembatas yang berbeda. Asam amino dari satu protein dapat melengkapi

asam amino dari dari sumber yang lain sehingga gizi yang dihasilkan menjadi lebih

tinggi dari pada protein itu ketika dikonsumsi sendiri (Primasoni, 2010).

Protein memiliki beberapa fungsi, di antaranya sebagai petumbuhan dan

pemeliharaan, pembentukan ikatan-ikatan esensial tubuh, mengatur

keseimbangan air, memelihara netralitas tubuh, pembentukan antibodi,

mengangkat zat-zat gizi, dan sumber energi.

Sebagai pertumbuhan dan pemeliharan, sebelum sel-sel dapat

mensintesis protein baru, harus tersedia semua asam amino esensial yang

diperlukan dan cuku nitrogen atau ikatan amino (NH3) guna pembentukan asam

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Frailtyrepository.ub.ac.id/8376/3/5. bab 2.pdfpatofisiologi dari frailty syndrome. Sarkopenia merupakan hilangnya masa dan kekuatan otot, yang dapat terjadi

13

amino nonesensial yang diperlukan. Pertumbuhan atau penambahan otot hanya

mungkin terjadi apabila tersedia cukup campuran asam amino yang sesuai

termasuk untuk pemeliharaan dan perbaikan. Sebagai pembentuk ikatan esensial

tubuh contohnya hormone tiroid, insulin, dan epinefrin. Demikian pula dengan

berbagai enzim. Sebagai pengatur keseimbangan air, protein berperan dalam

menjaga keseimbangan caian di kompartemen intraseluler, interseluler, dan

intravascular dengan melibatkan elektrolit. Sebagai pemelihara netralitas tubuh,

protein bertindak sebagai buffer, yaitu bereaksi dengan asam basa untuk menjaga

pH. Protein memegang peranan esensial dalam mengangkau zat-zat gizi dari

saluran cerna melalui dinding saluran cerna ke dalam darah, dari darah ke

jaringan, dan melalui membrane sel ke dalam sel. Sebagai sumber energi, protein

ekuivalen dengan karbohidrat karena menghasilkan 4 kkal/g protein (Almatsier,

2009)

2.3.2 Karbohidrat

Karbohdrat memegan peranan penting salam alam karena merupakan

sumber energi utama bagi manusia dan hewan yang harganya relative murah.

Semua karbohidrat berasal dari tumbuh-tumbuhan. Di negara sedang berkembang

kurang lebih 80% energi berasal dari karbohidrat. Menurut Neraca Bahan

Makanan 1990 yang dikeluarkan oleh Biro Pusat Statistik, di Indonesia energi

berasal dari karboidrat merupakan 72% jumlah energy rata-rata sehari yang

dikonsumsi oleh penduduk Indonesia. Di negara-negara maju seperti Amerika

Serikat dan Eropa Barat, angka ini lebih rendah, yaitu rata-rata 50% (Almatsier,

2009)

Dalam karbohidrat, terdapat senyawa organik karbon, hidrogen, dan

oksigen. Tubuh manusia dapat membuat karbohidrat sendiri dengan

menggunakan asam amino dan sebagian gliserol lemak. Sumber utama

karbohidrat berasal dari luar, yaitu makanan yang biasa dikonsumsi utamanya

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Frailtyrepository.ub.ac.id/8376/3/5. bab 2.pdfpatofisiologi dari frailty syndrome. Sarkopenia merupakan hilangnya masa dan kekuatan otot, yang dapat terjadi

14

yang berasal dari tumbuhan, walau pun tubuh manusia bisa menghasilkan

karbohidrat sendiri yang berasal dari beberapa asam amino dan gliserol lemak.

Namun demikian, sumber karbohidrat yang berbentuk glikogen hanya dapat

ditemukan pada otot dan karbohidrat berbentuk laktosa hanya dapat ditemukan

pada susu.

Karbohidrat memiliki beberapa fungsi dalam tubuh manusia. Satu gram

karbohidrat yang setara dengan 4 kalori merupakan sumber energi utama bagi

jaringan tubuh. Sebagian dapat langsung digunakan sebagai enersi untuk aktifitas,

sebagian lagi dapat disimpan dalam bentuk glikogen pada hati dan otot. Bersama

lemak, mereka merupakan prioritas utama penyedia enersi tubuh dan jika jumlah

mereka tidak mencukupi, maka tubuh akan menggunakan protein, yang

seharusnya merupakan zat pembangun tubuh, sebagai sumber enersi. Kondisi

demikian akan menyebabkan tubuh mengalami kekurangan enersi dan protein

(KEP) jika dibiarkan dalam keadaan yang lama. Karbohidrat berperan dalam

metabolisme lemak dan protein sehingga mencegah terjadinya ketosis dan

pemecahan protein yang berlebihan. Selain itu, dalam hepar karbohidrat berperan

berfungsi untuk detoksifikasi zat-zat tertentu (Hutagalung, 2004).

2.3.3 Lipida

Istilah lipida meliputi senyawa-senyawa heterogen, termasuk lemak dan

minyak yang dikenal dalam makanan, malam, fosfolipida, sterol, dan ikatan lain

yang sejenis yang terdapat di dalam tubuh manusia. Lipida mempunyai sifat yang

sama, yaitu larut dalam pelarut nonpolar, seperti etanol, eter, kloroform, dan

benzene (Almatsier, 2009).

Klasifikasi lipida yang penting dalam ilmu gizi menurut komposisi kimia

dapat dilakukan sebagai berikut.

a. Lipida sederhana

1. Lemak netral

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Frailtyrepository.ub.ac.id/8376/3/5. bab 2.pdfpatofisiologi dari frailty syndrome. Sarkopenia merupakan hilangnya masa dan kekuatan otot, yang dapat terjadi

15

Monogliserida, digliserida, dan trigliserida (ester asam lemak

dengan gliserol)

2. Ester asam lemak dengan alcohol berberat molekul tinggi

a. Malam

b. Ester sterol

c. Ester nonsterol

d. Ester vitamin A dan ester vitamin D

b. Lipida Majemuk (compound lipids)

1. Fosfolipida

2. Lipoprotei

c. Lipida Turunan (derived lipids)

1. Asam lemak

2. Sterol

3. Kolesterol an ergosterol

4. Hormon steroida

5. Vitamin D

6. Garam Empedu

d. Lain-lain.

a. Karetenoid dan vitamin A

b. Vitamin E

c. Vitamin K

Tubuh manusia dan hewan menggunakan lemak sebagai simpanan enersi.

Lemak digolongkan menjadi:

1. Lemak dalam tubuh, yaitu lipoprotein (mengandung trigliserida, fosfolipid, dan

kolesterol)

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Frailtyrepository.ub.ac.id/8376/3/5. bab 2.pdfpatofisiologi dari frailty syndrome. Sarkopenia merupakan hilangnya masa dan kekuatan otot, yang dapat terjadi

16

2. Lemak yang terdapat dalam bahan pangan dan dapat digunakan oleh tubuh

manusia, yaitu trigliserida, asam lemak jenuh, asam lemak tak jenuh, asam

lemak jenuh, fosfolipid, dan kolesterol.

Lemak mempunyai beberapa fungsi, dalam bahan pangan tiap satu gram

lemak yang setara dengan 9 – 9,3 kkal berfungsi sebagai sumber enersi tubuh.

Lemak memiliki waktu pencernaan yang lebih lama sehingga menimbulkan rasa

kenyang yang lebih lama. Dalam tubuh, lemak berfungsi sebagai bahan

pembentuk atau pembangun susunan tubuh, sebagai pelindung tubuh dari

kehilangan panas yang berlebihan, sebagai penghasil atau sumber lemak

esensial, sebagai pelarut beberapa vitamin yaitu A, D, E, dan K, dalam persendian

berfungsi sebagai pelicin serta pengemulsi sehingga transpor substansi lemak

akan mudah, dan juga lemak berperan sebagai prekursor prostaglandin yang

bertugas untuk mengatur denyut jantung, tekanan darah, dan lipolisis (Yuniastuti,

2008).

2.3.4 Vitamin

Vitamin merupakan zat organik kompleks yang tidak dapat tubuh sintesis

sendiri namun dibutuhkan tubuh walau dalam jumlah yang kecil untuk fungsi

metabolik tubuh. Maka dari itu, makanan merupakan satu-satunya sumber

vitamin. Dalam tubuh, tiap jenis vitamin mempunyai tugas spesifik sendiri

(Yuniastuti, 2008). Vitamin termasuk dalam kelompok zat pengatur pertumbuhan

dan pemeliharaan kehidupan. Tiap vitamin mempunyai tugas spesifik di dalam

tubuh. Vitamin merupakan zat organik maka vitamin dapat rusak karena

penyimpanan dan pengolahan.

Vitamin berperan dalam beberapa tahap reaksi metabolisme energi,

pertumbuhan, dan pemeliharaan tubuh. Pada umumnya, sebagai koenzim stsu

sebagai bagian dari enzim. Sebagian besa koenzim terdapat dalam bentuk

apoenzim, yaitu vitamin yang terikat dengan protein (Almatsier, 2009)

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Frailtyrepository.ub.ac.id/8376/3/5. bab 2.pdfpatofisiologi dari frailty syndrome. Sarkopenia merupakan hilangnya masa dan kekuatan otot, yang dapat terjadi

17

2.3.5 Mineral

Mineral merupakan bahan organik yang didapatkan dari pangan nabati

mau pun hewani. Sumber paling baik mineral adalah makanan hewani, kcuali

magnesium yang lebih banyak terdapat di jaringan tubuhnya. Di samping itu,

mineral berasal dari makanan hewani mempunyai ketersediaan biologis lebih

tinggi daripada yang berasal dari makanan nabati. Makanan hewani mengandung

lebih sedikit bahan-pengikat-mineral daripada makanan nabati. Mineral

digolongkan menjadi ke dalam mineral makro dan mineral mikro. Mineral makro

adalah mineral yang dibutuhkan tubuh dalam jumlah lebih dari seratus mg sehari,

sedangkan mineral mikro dibutuhkan kurang dari 15 mg sehari.

Mineral mempunya beberapa fungsi, antara lain menjaga keseimbangan

kadar asam dan basa dalam tubuh, sebagai katalisator reaksi yang berkaitan

dengan katabolisme karbohidrat, lemak, dan protein, sekaligus metabolisme lemak

dan protein tubuh. Mineral membantu menjaga keseimbangan tubuh sebagai

hormon, membantu dalam pengiriman isyarat ke seluruh tubuh, sebagai bagian

dari dairan usus, dan juga membantu dalam pertumbuhan dan pemeliharaan

tulang, gigi, dan jaringan lain (Yuniastuti, 2008).